|
|
- Bambang Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19 Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat mengalami perbaikan dengan tumbuh terbatas sebesar 4,75% (yoy) pada triwulan I Penguatan pertumbuhan ekonomi ditopang oleh komponen investasi dan konsumsi rumah tangga. Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi penopang utama perekonomian Kalimantan Barat adalah sektor konstruksi, informasi dan komunikasi serta sektor pertanian.
20 % (yoy) Nasional Kalimantan Barat % (yoy) Pertubuhan Tahunan Nasional 1.00 Pertumbuhan Tahunan Kalimantan Barat 0.00 TW I TW II TW III TW IV TW I
21 KOMPONEN PENGELUARAN Triwulan I-2015 TW I TW II TW III TW IV TW I Pangsa % SOG 1. Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri P D R B
22 10.00 % Growth PMTB 5.00 Konsumsi Pemerintah % Share PDRB Konsumsi RT 0.00 Konsumsi LNPRT Impor Ekspor % 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00%
23 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Indeks Indeks Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) 20 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Konsumen Ketersediaan Lapangan Kerja Kegiatan Usaha
24 Indeks NTP NTP Petani Perkebunan Rakyat NTP Padi Palawija surplus defisit Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Juta KWH % - YOY 350 Penjualan Listrik Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I Miliar Rp % - YOY Nominal Kredit Konsumsi Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I Rp Miliar Nominal Perkembangan Giro Pemda % Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I
25 Keterangan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 PMDN (Miliar Rp) , , , ,468.8 PMA (US$ Juta)
26 12.7% 3.1% 34.6% 0.8% 84.2% 55.0% SEKTOR PRIMER SEKTOR SEKUNDER SEKTOR TERSIER SEKTOR PRIMER SEKTOR SEKUNDER SEKTOR TERSIER
27 Likert Scale Investasi 2 Miliar Rp Nominal Kredit Investasi Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) % TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I
28 135, , , , , , , , , , , , ,510 Juta Ton 200,000 % - YOY 40 30,000 Juta Ton , , , , , ,000 20,000 15, ,000 60,000 40,000 20,000 - TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I Volume Ekspor Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) ,000 5,000 - TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I 2,012 2,013 2,014 2,015 Total Impor Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) - (5) (10) Kayu dan Barang dari Kayu (HS44), 25.70% Lemak& Minyak dari Hewan/Nabati (HS15), 6.36% Mutiara, Batu Permata, Logam Mineral&Perhiasan (HS71), 0.58% Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23), 2.40% Bahan Baku, 94.03% Karet dan Barang dari Karet (HS40), 55.71% Lainnya, 5.99% Ikan dan Udang (HS03), 1.50% Ships,boats&floating structures (HS89), 1.52% Barang Konsumsi, 3.15% Barang Modal, 2.82%
29 LAPANGAN USAHA Triwulan I-2015 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 Pangsa % SOG Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Pengolahan Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyedia Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Lainnya Jasa Lainnya Produk Domestik Regional Bruto % Growth Pengadaan Listrik dan Gas Informasi dan Komunikasi Jasa Perusahaan Pertambangan dan Pengolahan Jasa Pendidikan Konstruksi Jasa Keuangan dan Asuransi 5.00 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Lainnya Jasa Lainnya Pengadaan Air, 0.00 Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Administrasi Pemerintah Transportasi dan Pergudangan 0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0% 30.0% Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Industri Pengolahan % Share PDRB Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
30
31 12, ,182 62,717 32, ,989 57, ,483 49,164 22, ,180 83,519 52,375 96,715 69, ,063 53,246 10, ,706 82,656 30, ,726 68, ,809 83,673 8, ,499 2, , , , , ,000 Hektar 10,000 9,000 Hektar Luas Lahan Puso 250,000 8, ,000 7,000 6, ,000 5,000 4, ,000 3,000 50,000 2,000 1, I II III IV I II III IV I II III IV I Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawi Kayong Utara Kubu Raya Kota Pontianak Kota Singkawang
32 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar 48,892 64,418 45,064 50,924 53,275 50,061 53,537 65,313 59,900 45,889 44,370 48,195 44, ,062 1, , ,329 1,229 1,420 1,161 1,600 1,400 1,200 1, Ribu Ton % -YOY ,000 1,800 1,600 1,400 1,200 Rp/Kg , Rata-rata Harga TBS - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Tren Harga TBS Kalimantan Barat Produksi TBS Pertumbuhan Tahunan (Skala Kanan) Volume (Ton) 70,000 Produksi Karet Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) % (yoy) Rp 30,000 USD Cent/Kg ,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10, ,000 20,000 15,000 10,000 5, TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I
33 mm 14.0 Triliun Rp % - YOY Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des 0.0 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I Kredit Sektor Pertanian Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) 0.00
34 350, , , , , ,000 50,000 Produksi CPO Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Rp/Kg Rata-rata Harga CPO Tren Harga TBS Kalimantan Barat - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1-30%
35
36 Miliar Rp 1200 Kredit Sektor Konstruksi %, yoy Pertumbuhan Tahunan - Skala Kanan Ribu Ton Jumlah Pengadaan Semen Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) % - YOY TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I
37 Pada tahun 2014 lalu, ekspor Kalimantan Barat mengalami penurunan drastis sebesar - 51,65% (yoy) dengan nilai ekspor sebesar USD 657 juta. Melihat perkembangan selama triwulan pertama 2015, diperkirakan ekspor pada tahun ini juga tak akan terpaut jauh dari tahun Selama triwulan I 2015, total ekspor Kalimantan Barat baru mencapai USD 131 juta. Kondisi ini dipengaruhi oleh turunnya nilai ekspor karet alam dan bauksit yang merupakan komoditas ekspor utama Kalimantan Barat. Dalam lima tahun terakhir, hampir separuh atau sekitar 47,50% dari nilai ekspor provinsi ini memang disumbang oleh komoditas karet alam, kemudian disusul oleh bauksit dengan sumbangan sebesar 24,91%. Sejak awal 2014, nilai ekspor bauksit terbilang nihil akibat dampak penerapan UU Minerba yang melarang eskpor mentah hasil tambang. Sedangkan, penurunan nilai ekspor karet alam dipengaruhi oleh tren penurunan harga karet dunia sejak tahun Tren penurunan harga juga dialami komoditas CPO. Oleh sebab itu, meskipun sejak awal 2014 produksi CPO di Kalimantan Barat telah meningkat signifikan, namun belum mampu mendongkrak ekspor provinsi ini. Dengan kondisi seperti ini, satu-satunya komoditas ekspor Kalimantan Barat yang masih bisa diandalkan hanyalah komoditas kayu olahan. Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 1. Perkembangan Ekspor Kalimantan Barat Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 2. Perkembangan Komoditas Ekspor Utama Tren penurunan harga karet dan CPO memang banyak dipengaruhi oleh turunnya harga minyak dunia akibat peningkatan persediaan minyak mentah Amerika Serikat seiring diaplikasikannya teknologi Shale-Oil pada kilang-kilang minyak di negara itu. Dari asesmen selama lima tahun terakhir, pergerakan harga minyak dunia memiliki korelasi kuat dengan pergerakan harga karet dan CPO. Pergerakan harga kedua komoditas tersebut secara bersamaan memiliki tingkat korelasi sebesar 0,87 dengan komoditas minyak dunia. Namun kabar baiknya, sejak awal tahun 2015 harga minyak dunia mengalami rebound sehingga harga karet dan CPO juga mulai merangkak naik meski belum signfikan. Saat ini harga karet di Kalimantan Barat pada tingkat pengepul adalah sebesar Rp 7.500,- per kilogram, naik sedikit dibandingkan harga pada akhir tahun 2014 lalu yang berada di kisaran Rp 6.500,- per kilogram. Namun demikian, tingkat harga ini masih amat rendah dibandingkan beberapa tahun lalu. Pada puncak booming harga komoditas di tahun 2011, harga karet bisa mencapai lebih dari Rp ,- per kilogram atau tiga kali lipat dari harga saat ini.
38 Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 3. Pergerakan Harga Minyak, Karet & CPO Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 4. Korelasi Harga Minyak dan Komoditas Belajar dari pengalaman ini, agar perekonomian Kalimantan Barat tidak rentan terhadap gejolak perekonomian global, maka provinsi ini harus keluar dari ketergantungan terhadap ekspor komoditas mentah, terutama karet alam. Bukan hanya di Kalimantan Barat saja, namun secara nasional lebih dari 80% karet alam memang masih diekspor mentah sehingga nilai tambahnya masih terbilang rendah. Selama ini industri dalam negeri baru mampu menyerap 18% karet lokal karena belum didukung industri hilir. Di dalam negeri, selama ini industri yang paling banyak menyerap karet alam nasional adalah industri ban. Untuk menjadi produk jadi seperti ban, karet alam membutuhkan industri pendukung agar bisa menjadi carbon block, synthetic rubber, rubber chemical, dll. Namun, kebanyakan industri pendukung ini masih berada dalam skala yang kecil, meskipun Indonesia merupakan produsen karet terbesar kedua di dunia setelah Thailand. Solusi untuk mendorong serapan karet di dalam negeri dapat diupayakan dengan hilirisasi industri karet di Kalimantan Barat. Keberadaan industri pendukung dari hulu sampai ke hilir diharapkan dapat menekan biaya produksi menjadi lebih efisien sehingga produk ban dalam negeri bisa bertahan menghadapi gempuran produk ban impor yang murah dari Cina dan India. Keberadaan industri hilir ini juga dapat membuka lapangan pekerjaan baru serta meningkatkan penerimaan pajak bagi negara sehingga dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih berkesinambungan. Hilirisasi dimaksud, antara lain melalui pemanfaatan karet dalam negeri untuk: 1. Industri ban otomotif: Indonesia merupakan pangsa pasar otomotif (mobil dan motor) yang cukup besar dengan potensi jumlah penduduk yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, serapan karet dapat ditujukan kepada industri ban otomotif dalam negeri. 2. Industri footwear (sandal dan sepatu): Dengan jumlah penduduk yang besar, lebih besar dibandingkan dengan pangsa pasar otomotif (mengingat tidak adanya batasan umur dalam kebutuhan footwear), maka serapan karet dalam negeri dapat ditujukan kepada industri footwear dalam bentuk produksi alas kaki (sendal dan sepatu). 3. Fasilitas pelabuhan: Sebagai negara maritim yang banyak memiliki pelabuhan, baik pelabuhan barang mau pun pelabuhan penumpang, maka serapan karet dalam negeri dapat ditujukan ke industri pelabuhan untuk fasilitas pelengkap seperti dock fender dan goods lifter. 4. Pembangunan jalan dan rel kereta api: Sebagai negara yang sedang melangsungkan pembangunan infrastruktur dalam jumlah yang cukup banyak, terutama jalan raya dan rel kereta api, maka serapan karet dalam negeri dapat ditujukan untuk campuran jalan aspal dan rubber pads untuk kereta api. Dengan upaya hilirisasi ini diharapkan dapat meningkatkan penyerapan karet alam untuk produksi dalam negeri sebesar 40% dalam lima tahun mendatang, dari yang sampai dengan saat ini masih terbilang rendah, yakni 18% dari total produksi. (Dikutip dari Berbagai Sumber)
39 Kenaikan tekanan inflasi dipicu oleh realisasi sejumlah kebijakan penyesuaian harga energi oleh Pemerintah di sepanjang triwulan I 2015 disertai dengan berlangsungnya agenda rutin tahunan seperti perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Berdasarkan kelompok komoditasnya, sumber utama inflasi triwulan I 2015 adalah kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar dengan andil sebesar 2,68%. Secara triwulanan, inflasi Kalimantan Barat mencapai 1,71% (qtq) lebih rendah daripada triwulan sebelumnya sebesar 3,67% (qtq).
40 % yoy Kalbar Nasional I II III IV I II III IV I % qtq Kalbar Nasional I II III IV I II III IV I Transportasi Pendidikan Kesehatan Sandang Rumah, Listrik, BB Makanan Jadi & Rokok Bhn Makanan Andil Tw Tw Tw % yoy
41 Penyelenggaraan Rumah Tangga Perlengkapan Rumah Tangga Bahan Bakar, Penerangan, dan Air Biaya Tempat Tinggal Andil Tw Tw Tw % yoy
42 Bahan Makanan Lain Lemak dan Minyak Bumbu Buah Kacang Sayuran Telur, Susu dan Hasilnya Ikan Diawetkan Ikan Segar Daging dan Hasilnya Padi-padian Andil Tw Tw Tw % yoy ,000 Rp/kg 24, , , ,000 16,000 14,000 12,000 10,000 Harga Karet di Kalbar Indeks Pengeluaran Bhn Makanan - Aksis Kanan Indeks Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar , ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - Hektar 73,727 64, , ,148 Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar 85,402 57,298 Luas Panen Luas Panen
43 Jasa Keuangan Andil Tw Tw Tw Sarana Penunjang Transpor Komunikasi Transpor % yoy
44 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar Indeks 1,400,000 1,200,000 Rp Maskapai 1 Maskapai 2 Maskapai 3 Rata-rata 3 Maskapai ,000, , , , , Indeks Pengeluaran Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar - Transportasi Pendidikan Kesehatan Sandang Rumah, Listrik, BB Makanan Jadi & Rokok Bhn Makanan Andil Tw Tw Tw % qtq
45 Bahan Makanan Lain Lemak dan Minyak Bumbu Buah Kacang Sayuran Telur, Susu dan Hasilnya Ikan Diawetkan Ikan Segar Daging dan Hasilnya Padi-padian % qtq Penyelenggaraan Rumah Tangga Perlengkapan Rumah Tangga Bahan Bakar, Penerangan, dan Air Biaya Tempat Tinggal % qtq Andil Tw Tw Tw Andil Tw Tw Tw Jasa Keuangan Sarana Penunjang Transpor Komunikasi Transpor Andil Tw Tw Tw
46 Kelompok Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Inti 1,25 1,23 1,18 2,64 2,21 Volatile Foods 7,40-0,02 2,71-0,16 5,33 Administered Prices 0,01 3,51 3,08 9,98-2,53 IHK 2,17 1,41 1,88 3,67 1,71 Kelompok Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Inti 6,95 7,20 5,21 6,44 7,45 Volatile Foods 9,03 10,18 8,14 10,10 7,99 Administered Prices 15,33 11,77 10,68 17,35 14,37 IHK 8,98 8,69 6,67 9,43 8,94
47 26,000 24,000 22,000 20,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 Rp Indeks Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Harga Karet di Kalbar Indeks Penghasilan Konsumen - Aksis Kanan
48 Inflasi seringkali dihubungkan dengan kelancaran distribusi. Sementara itu, kelancaran distribusi itu sendiri terkait cukup erat dengan kondisi Infrastruktur yang ada di suatu daerah. Salah satu bentuk infrastruktur yang cukup berperan penting dalam meningkatkan kegiatan ekonomi di suatu wilayah adalah keberadaan jalan raya. Dengan jalan raya, barang atau komoditas yang dibutuhkan oleh pelaku ekonomi dapat mengalir lancar dari satu tempat ke tempat lain, dan diharapkan secara tidak langsung akan dapat membawa pengaruh positif untuk meredam inflasi atas barang atau komoditas tersebut. Sementara itu di Provinsi Kalimantan Barat, masih banyak jalan yang telah dibangun oleh dinas PU namun belum dapat menghubungkan antara satu desa dengan desa yang lain. Sebagai contoh, jalan dari ibu kota kabupaten Sambas menuju ke Aruk, sekitar 30 km jauhnya, masih belum terhubung, meskipun jalan tersebut merupakan jalan yang berstatus internasional dengan adanya rencana pembukaan pintu gerbang perbatasan Aruk dan Malaysia Timur dalam waktu dekat. Tengok pula jalan negara, misalnya dari Pontianak ke Entikong, dan juga jalan antar Kabupaten lainnya seperti di Sanggau, banyak yang masih hancur dan berlubang. Kerusakan ini umumnya terjadi karena lintasan truk-truk bermuatan besar yang kapasitasnya melebihi kemampuan kapasitas jalan (7-8 ton). Bahkan, sekitar 70km jalan penghubung antara Kalbar dan Kalteng masih berupa tanah. Bandingkan dengan jalan penghubung antara Kaltim dan Kalteng yang seluruhnya sudah mulus dan beraspal. Berdasarkan data terakhir dari BPS Provinsi Kalimantan Barat per akhir tahun 2013 diperoleh informasi bahwa sebagian besar jalan yang ada di Kalimantan Barat masih memiliki bentuk permukaan berupa tanah (47,40%) dan baru sekitar 35,19% yang telah diaspal. Sementara itu 55,19% dari panjang jalan yang ada di Kalimantan Barat telah dapat dikategorikan dalam kondisi mantap dan 44,18% sisanya berada dalam kategori tidak mantap. Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 1. Persentase Permukaan Jalan Provinsi Kalimantan Barat (2013) Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 2. Persentase Kondisi Jalan Provinsi Kalimantan Barat (2013) Melihat lebih jauh lagi secara terpisah di setiap kota/kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat, diperoleh informasi bahwa masih terdapat 9 kabupaten yang memiliki permukaan jalan dalam bentuk tanah (belum diaspal) lebih besar dibandingkan dengan jalan dalam bentuk aspal mau pun kerikil, dengan rata-rata persentase berkisar antara 40%-80% dari total jalan masing-masing
49 kabupaten. 9 Kabupaten tersebut adalah Bengkayang (42,47%), Landak (45,65%), Ketapang (76,10%), Sintang (58,57%), Kapuas Hulu (44,86%), Sekadau (62,79%), Melawi (77,38%), Kayong Utara (55,75%), dan Kubu Raya (40,05%). Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 3. Kondisi Permukaan Jalan Provinsi Kalimantan Barat (berdasarkan panjang jalan dalam km) Menurut informasi yang diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Kalbar, sulitnya untuk mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur jalan tersebut terutama sekali disebabkan oleh dua kendala, yakni tidak memadainya APBD dan banyak calon lahan jalan yang masuk kawasan hutan lindung. Namun demikian, sudah terdapat rencana dari Dinas Pekerjaan Umum Kalbar untuk mulai melakukan perbaikan jalan di awal tahun 2015 ini dengan anggaran Rp1,1 triliun, yakni Sajingan-Aruk 11,6km (Kab. Sambas), Balai Karangan-Entikong 19,2km (Kab. Sanggau), dan Nanga Badau batas Serawak 3,8km (Kab. Kapuas Hulu). Sumber: Beritapost.co.id Gambar 1 Peta Jalan Antar Kabupaten Provinsi Kalimantan Barat Sumber: Dinas PU Provinsi Kalbar, Diolah Gambar 2 Kondisi Jalan Setiap Kabupaten Provinsi Kalimantan Barat Rencana pembangunan jalan ini juga akan dilanjutkan dengan pembangunan jalan paralel perbatasan Temajuk-Aruk-Entikong 252,83km, Entikong-Nanga Badau 242,8km, dan Nanga Badau batas Kalimantan Timur 275,76km. Namun, mengingat panjangnya jalan dimaksud, maka proyek akan dipecah per tahun (selama tiga tahun), yang terbagi ke dalam beberapa tahap mulai pelandaian tanah, pengerasan tanah dan kemudian diakhiri dengan pengaspalan. Untuk melengkapi pembangunan jalan tersebut juga akan dilakukan pengembangan lingkungan di Pos Lintas Batas
50 (PLB) Entikong, PLB Aruk dan PLB Nanga Badau, dengan anggaran masing-masing sebesar Rp479 miliar, Rp129 miliar dan Rp45 miliar. Tidak hanya terbatas pada jalan raya yang berhubungan dengan perbatasan, Bappeda juga berencana untuk membangun jalan lingkar atau outer ring road yang mengelilingi pusat kota setempat, area metropolitan Pontianak, sebagai salah satu upaya pembangunan daerah untuk mendorong kemajuan daerah setempat dari sektor infrastruktur. Bahkan pembangunan dimaksud juga akan dilengkapi dengan dua jembatan, Kapuas III dan Landak II yang keseluruhannya akan mencapai panjang 60km. Diharapkan nantinya dampak positif dari pembangunan tersebut adalah berkurangnya kemacetan lalu lintas serta kelancaran hubungan akses hingga ke pelabuhan baru di Kabupaten Mempawah. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa pemerintah pusat mulai serius untuk melakukan pembangunan jalan darat dari Entikong (Kalimantan Barat) hingga Nunukan (Kalimantan Utara), sebagai upaya untuk meningkatkan ekonomi di daerah perbatasan. Jalan perlintasan perbatasan yang akan dibangun adalah sejauh 450km, dengan sasaran akhir menghubungkan perbatasan darat Entikong dan Nunukan melalui jalan darat. Proyek tersebut akan dimulai bulan Juni 2015, sebagai salah satu bagian dari proyek nasional pembangunan jalan di daerah perbatasan yang juga akan dilakukan di daerah perbatasan NTT-Timor Leste serta Papua-New Guinea. (Dikutip dari Berbagai Sumber)
51 Di saat kredit mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan berjalan menjadi 13,79% (yoy), dana pihak ketiga (DPK) mengalami akselerasi pertumbuhan menjadi 9,22% setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh masing-masing 14,34% dan 8,93%. Tercatat pada triwulan I 2015, posisi DPK dari perbankan di Kalimantan barat adalah sebesar Rp39,83 triliun, sedangkan kredit di Kalimantan Barat adalah sebesar Rp47,78 triliun.
52
53 Rp triliun Kaltim Kalteng Kalsel Kalbar g (yoy) % 90 40% 80 35% % 25% % 20% 40 15% 30 10% 20 5% 10 0% 0-5% I II III IV I II III IV I II III IV I Rp triliun Konvensional Syariah g (yoy) % 40 70% 35 60% 30 50% % 15 30% % 20% % 10% 0 0% I II III IV I II III IV I II III IV I
54 Rp triliun Giro Tabungan Deposito g (yoy) 45 35% 40 30% % 25% 30 20% 25 15% % 10% 5% % 0% 0-5% I II III IV I II III IV I II III IV I % 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% Giro Tabungan Deposito 8.21% 1.92% 2.18% I II III IV I II III IV I II III IV I Rp triliun Kaltim Kalteng Kalsel Kalbar g (yoy) LDR g Kredit (skala kanan) g DPK (skala kanan) % 125% % 40% % I II III IV I II III IV I II III IV I % 40% 30% 20% 10% 0% 120% 115% 110% 105% 100% 95% 90% 13.79% 9.22% I II III IV I II III IV I II III IV I % 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
55 Rp triliun Konvensional Syariah g (yoy) 60 80% % 60% 40 50% % % 1.25% 30% 20% 10% 0 0% I II III IV I II III IV I II III IV I Rp triliun Modal Kerja Investasi Konsumsi g (yoy) 20 60% % 14 40% % % 4 10% 2 0 0% I II III IV I II III IV I II III IV I
56
57
58 Rp triliun Pertanian PHR Industri Pengolahan I II III IV I II III IV I II III IV I g (yoy) 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% Pertanian PHR Industri Pengolahan Bangunan 6.64% 3.87% 2.04% 0.35% I II III IV I II III IV I II III IV I Rp triliun Multiguna Perumahan Kendaraan g (yoy) % 9 80% % % 4 20% 3 0% % - -40% I II III IV I II III IV I II III IV I % 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% Multiguna Perumahan Kendaraan Peralatan 5.78% 2.31% 1.25% 0.47% I II III IV I II III IV I II III IV I
59 Rp triliun PHR Pertanian Lainnya I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I g (yoy) 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% PHR Pertanian Bangunan UMKM 10.02% 2.84% 2.57% 1.31% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
60 Rp miliar 1,200 1, Aset DPK Kredit 1, g (yoy) 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% 80% 78% 76% 74% 72% 70% 68% 66% 64% LDR (skala kiri) NPL (skala kanan) 5.53% 70.53% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% - I II III IV I II III IV I II III IV I -20% 62% I II III IV I II III IV I II III IV I 0%
61 Inflow Outflow Net Inflow/Outflow (skala kanan) Keluar Kalbar Masuk Kalbar Dalam Kalbar 2,500 2,000 1,500 1, Rp miliar 2,029 1, Rp triliun ,000-1,500-2,000-2,500-3,000 I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I
62
63 Dari Luar Negeri Ke Luar Negeri Rp miliar Pembelian UKA Penjualan UKA I II III IV I II III IV I II III IV I Rp miliar 921 Jumlah Transaksi I II III IV I II III IV I II III IV I ,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,
64 Secara umum, shadow banking dapat diartikan sebagai kegiatan perbankan yang dilakukan oleh lembaga keuangan non-bank, antara lain seperti penyaluran kredit. Perkembangan shadow banking yang semakin masif belakangan ini, terutama sekali di Kalimantan Barat, terjadi akibat keterbatasan kemampuan bank dalam menyalurkan kredit. Selain fakta bahwa Bank juga memiliki persyaratan yang ketat dalam pemberian kredit, sementara untuk meminjam uang kepada shadow banking, masyarakat tidak perlu menghadapi administrasi yang berbelit-belit. Tulisan ini juga mencoba untuk sedikit menggali motivasi dari masyarakat untuk berinvestasi melalui shadow banking. Berdasarkan survei Financial Literacy Bank Indonesia tahun 2012, hanya 35,31% penduduk dewasa Indonesia yang sudah terlayani bank. Hal ini tentu merupakan hambatan tersendiri dalam pengembangan ekonomi Indonesia, mengingat bahwa sektor jasa keuangan merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian. Berdasarkan hasil penelitian, keberadaan lembaga keuangan bank dan non-bank dapat menopang aktivitas perekonomian masyarakat dan mendorong pembiayaan sektor produktif. Namun, kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dengan kondisi infrastruktur yang terbatas menjadi kendala bagi perbankan untuk memberikan layanan kepada masyarakat di daerah terpencil (remote area). Selain itu, kriteria skala ekonomi suatu daerah menjadi pertimbangan bank dalam membuka kantor cabang. Tabel 1. Perbandingan Aset Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank Januari 2015 (dalam Rp Miliar) Bank Umum; 48,108 BPR; 1,005 KSP dan Credit Union; 8,518-10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 Adanya animo masyarakat terhadap pembiayaan lembaga keuangan di suatu daerah dan kondisi geografis yang tidak sepenuhnya mendukung peningkatan akses masyarakat terhadap produk, layanan dan jasa keuangan di daerah terpencil, mendorong berkembangnya bisnis baru yang umumnya dikenal dengan istilah shadow banking, yang dapat berbentuk koperasi, credit union dan lembaga keuangan mikro. Lembaga keuangan non-bank tersebut berkembang cukup pesat di Kalimantan Barat karena terbatasnya interkonektivitas antar daerah yang mempersulit masyarakat dalam menjangkau akses layanan perbankan. Berdasarkan data per 31 Januari 2015, total koperasi total aset Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan Credit Union (CU) di Kalimantan Barat mencapai Rp 8,5
65 triliun, jauh lebih besar dibandingkan total BPR di Kalimantan Barat yang sebesar Rp 1,0 triliun. Sebagai informasi, total aset KSP dan CU di Kalimantan Barat saat ini mencapai 17,71% dari total aset bank umum di Kalimantan Barat. Berkembangnya KSP dan CU di Kalimantan Barat perlu dicermati secara mendalam karena dapat berpengaruh terhadap kondisi stabilitas sistem keuangan daerah. Secara de jure, CU serupa dengan KSP, lembaga tersebut secara operasional memiliki perbedaan yang mendasar misalnya seperti masyarakat yang diperbolehkan meminjam uang di CU harus menjadi anggota dan memiliki rekening tabungan di CU terlebih dahulu. Pembiayaan yang diberikan CU secara umum berskema rasio 1:3 yaitu 1 rupiah tabungan dapat menjadi 3 rupiah pembiayaan. Tabungan di CU tidak dikenakan biaya administrasi dengan jumlah setoran yang kecil sehingga dapat diakses oleh masyarakat dengan berbagai tingkat pendapatan. Skim pembiayaan yang ditawarkan lebih merakyat dibandingkan dengan lembaga keuangan lain, misalnya: skim pembiayaan duka untuk anggota yang mengalami kemalangan, pembiayaan pengobatan, pembiayaan pernikahan dan sekolah. Melihat minat masyarakat Kalimantan Barat yang cukup besar untuk mengakses produk, jasa dan layanan CU tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat berinisiatif untuk melakukan quick survey atas preferensi masyarakat terhadap keberadaan CU. Adapun sampel responden yang diambil adalah masyarakat di Kota Pontianak yang dianggap dapat mewakili masyarakat Kalimantan Barat secara keseluruhan. Berdasarkan hasil quick survey, sebanyak 67% responden menyatakan hanya meminjam dana melalui Koperasi/CU dan 33% responden menyatakan pernah meminjam melalui Bank dan Koperasi/CU. Berdasarkan hasil survei, 53% responden menyatakan bahwa suku bunga Koperasi/CU lebih besar dibanding Bank dan 47% responden menyatakan bahwa suku bunga Koperas/CU lebih kecil dibanding Bank. Meskipun bunga CU relatif lebih tinggi dibandingkan dengan perbankan, namun keutungan CU dibagikan kembali kepada anggotanya dalam bentuk Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diberikan setiap tahun. 33% 67% 47% 53% Hanya di Koperasi/CU Koperasi/CU dan Bank Bunga Koperasi/CU Lebih Besar Bunga Koperasi/CU Lebih Kecil Sumber: KPwBI Provinsi Kalbar Sumber: KPwBI Provinsi Kalbar Grafik 1. Preferensi Masyarakat dalam Meminjam Grafik 2. Perbandingan Bunga Pinjaman antara Dana Koperasi/CU dengan Bank Melihat persentase yang sedemikian besarnya dari masyarakat terhadap preferensi berinvestasi pada Koperasi/CU, maka penelitian dilanjutkan untuk menggali mengenai motivasi dari masyarakat terkait dengan hal tersebut. Secara random, aspek yang akan diteliti adalah mengenai (1) aspek pelayanan, (2) persyaratan administrasi, (3) kemudahan akses lokasi, (4) prosedur pencairan dana, (5) plafon pinjaman yang ditawarkan. Survei dilakukan dengan membandingkan antara Koperasi/CU dengan Bank terkait dengan aspek yang telah disebutkan. Seluruh hasil survei merupakan persepsi masyarakat yang diperoleh secara murni melalui pendekatan wawancara untuk mendapatkan hasil kualitatif. Dari sisi pelayanan, 57% responden beranggapan pelayanan Koperasi/CU lebih baik dibandingkan Bank, 10% responden beranggapan pelayanan Bank lebih baik dibandingkan Koperasi/CU dan 33% responden menyatakan kualitas pelayanan Bank dan Koperasi/CU sama. Di sisi kemudahan administrasi, 86% responden beranggapan administrasi di Koperasi/CU lebih mudah dibandingkan perbankan dan 14% responden beranggapan kemudahan administrasi antara Bank dan Koperasi/CU sama. CU menawarkan pembiayaan dengan syarat administrasi yang mudah dan murah meliputi slip buku tabungan di CU dan KTP, sedangkan pencairan pembiayaan CU selambatnya 3
66 hari. 10% 14% 33% 57% 86% Pelayanan Koperasi/CU lebih baik Sama Pelayanan Bank lebih baik Sumber: KPwBI Provinsi Kalbar Grafik 3. Perbandingan Pelayanan antara Koperasi/CU dengan Bank Administrasi Kop/CU lebih mudah Sama Administrasi Bank lebih baik Sumber: KPwBI Provinsi Kalbar Grafik 4. Perbandingan Administrasi antara Koperasi/CU dengan Bank Berdasarkan lokasi kantor, 57% responden menyatakan lokasi Koperasi/CU lebih dekat dengan tempat tinggal dibandingkan Bank, 29% responden menyatakan lokasi Bank lebih dekat dengan tempat tinggal dibandingkan Koperasi/CU. Dari sisi lama waktu pencairan dana, 95% responden menyatakan pencairan dana di Koperasi/CU lebih cepat dibandingkan Bank dan 5% responden menyatakan lama waktu pencairan dana di Bank dan Koperasi/CU sama. 14% 5% 29% 57% 95% Lokasi Koperasi/CU lebih dekat Sama Lokasi Bank lebih dekat Sumber: KPwBI Provinsi Kalbar Grafik 5. Perbandingan Lokasi Koperasi/CU dengan Lokasi Bank Pencairan dana Kop/CU lebih cepat Sama Pencairan dana Bank lebih lambat Sumber: KPwBI Provinsi Kalbar Grafik 6. Perbandingan Pencairan Dana antara Koperasi/CU dengan Bank Jika dilihat dari plafon pinjaman, 54% responden menyatakan plafon pinjaman Koperasi/CU lebih besar dan 46% responden menyatakan plafon pinjaman Koperasi/CU lebih kecil dibandingkan Bank. Secara umum, hasil survei tersebut menunjukkan masyarakat lebih menganggap bahwa meminjam di Koperasi/CU lebih mudah dan cepat dibandingkan di Bank. 46% 54% Plafon Kop/CU lebih besar Sama Plafon Kop/CU lebih kecil
67 Melihat kepada hasil survei yang ada, tidak dapat dipungkiri bahwa Koperasi dan CU, yang termasuk ke dalam bisnis shadow banking, sangat memiliki peranan penting dalam perekonomian di daerah terpencil. Oleh sebab itu, perlu adanya perhatian yang lebih baik terhadap pengembangan shadow banking baik dari sisi operasional maupun pengawasannya. Salah satu tujuannya adalah agar tidak merugikan masyarakat di kemudian hari dan tidak mengganggu stabilitas sistem keuangan jika terjadi masalah di kemudian hari, terutama yang bersifat sistemik. Pengawasan terhadap shadow banking ini idealnya dilakukan dalam koridor sebagai berikut: Memisahkan pengawasan shadow banking dengan pengawasan lembaga keuangan lainnya, dengan peraturan yang lebih longgar dibandingkan peraturan terhadap lembaga keuangan lainnya. Hal tersebut bertujuan agar tidak mematikan potensi pengembangan ekonomi, terutama bagi skala ekonomi kecil, yang dapat diberikan oleh shadow banking (Cina merupakan salah satu contoh negara yang menerapkan koridor ini). Pengawasan dan pengaturan terhadap shadow banking harus bergantung pada tingkat kontribusi terhadap risiko sistemik. Untuk mengetahuinya dibutuhkan data-data statistik yang akurat terhadap jaring keuangan shadow banking dalam peta ekonomi, termasuk melakukan proses investigasi secara menyeluruh terhadap keterlibatan bank baik besar mau pun kecil dalam shadow banking termasuk mewaspadai praktek sejenis shadow bank yang diterapkan oleh anak perusahaan atau perusahaan terkait bank dimaksud. Selain itu, Pengembangan Laku Pandai dan Layanan Keuangan Digital (LKD) juga diperlukan untuk mendorong pemerataan akses produk, layanan dan jasa keuangan di seluruh wilayah Kalimantan Barat, sehingga dengan demikian faktor sulitnya aksesibilitas lokasi perbankan bagi masyarakat di daerah terpencil (yang kemudian beralih kepada shadow banking) dapat diminimalisasi dengan seoptimal mungkin. (Sumber: KPwBI Provinsi Kalbar)
68
69 Hingga triwulan I 2015, realisasi belanja pemerintah provinsi telah mencapai 9,57% dari target belanja APBD 2015, tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Di sisi lain, realisasi pendapatan hingga triwulan I 2015 telah mencapai 22,3% dari target pendapatan APBD 2015, terendah dalam 3 tahun terakhir. Secara nominal realisasi penyerapan belanja mencapai Rp437,75 miliar sementara realisasi pendapatan mencapai Rp1,01 triliun.
70 30 % Triwulan I Triwulan I 2014 Triwulan I Pendapatan Belanja
71 1,200 1, Miliar Lain-lain Pendapatan yang Sah Dana Perimbangan PAD Triwulan I 2014 Triwulan I Miliar Triwulan I 2014 Triwulan I 2015 DBH DAU DAK
72 350 Miliar Pajak Daerah Retribusi Pengelolaan Kekayaan yg Dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah Triwulan I 2014 Triwulan I % Triwulan I Triwulan I Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung
73 Miliar Belanja Pegawai Belanja Hibah Triwulan I 2014 Triwulan I Miliar Belanja Pegawai Belanja Barang Dan Jasa Belanja Modal Triwulan I 2014 Triwulan I 2015
74
75 Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan penurunan yang cukup signifikan, hal ini tercermin dari meningkatnya angka partisipasi angkatan kerta serta peningkatan signifikan pada angka pengangguran. Di sisi lain, kondisi kesejahteraan masyarakat Kalimantan Barat yang direfleksikan melalui indeks Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami peningkatan.
76
77 (%) (%) TPAK (LHS) TPT (RHS) Tren TPAK
78 1 Likert Scale Jumlah TK TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I
79
80 Indeks Optimis Pesimis Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV TW I TW 2 TW 3 TW 4 TW I TW 2 TW 3 TW 4 TW I TW 2 TW 3 TW 4 TW I
81 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Indeks Harga Yang Diterima Petani Indeks Harga Yang Dibayar Petani Nilai Tukar Petani
82
83 IKRT (Batas Indeks 100) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I
84 Jan Feb Mar April Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
85 Kemiskinan merupakan masalah yang tidak akan pernah usai dan lahir sebagai bentuk peradaban manusia yang sermakin kompleks. Hal ini menjadi hantu yang menakutkan untuk dihadapi oleh seluruh pemerintahan di dunia ini, termasuk Indonesia. Perlu adanya analisis yang mendalam mengenai penyebab kemiskinan hingga ke akar yang terdalam. Tulisan kali ini akan mencoba memberikan gambaran awal mengenai struktur kemiskinan yang terjadi di Provinsi Kalimantan Barat. Kalimantan Barat memiliki jumlah penduduk miskin yang relatif rendah dibandingkan dengan provinsi peers. Pada tahun 2014 jumlah penduduk miskin di Kalimantan Barat mencapai jiwa. Dibandingkan dengan beberapa provinsi peers, jumlah tersebut hanya lebih tinggi daripada Kalimantan Tengah yang mencapai jiwa. Dengan jumlah penduduk miskin tersebut, Kalimantan Barat menempati urutan 17 dari 33 provinsi. Secara persentase, pada tahun yang sama tingkat kemiskinan di Kalimantan Barat mencapai 8,07%. Tingkat kemiskinan tersebut berada di atas Kalimantan Tengah dan Banten masing-masing mencapai 6,07% dan 5,51% % % Kota Desa Kalbar Kalteng Sumut Sumsel Banten Sulsel Nasional Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 1. Tingkat Kemiskinan Provinsi Kalimantan Barat( ) Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 2. Kemiskinan Perkotaan dan Pedesaan Provinsi Kalimantan Barat ( ) Selama 7 tahun terakhir, angka kemiskinan di Kalimantan Barat mencetak angka yang lebih tinggi untuk pedesaan dibandingkan dengan perkotaan. Pada tahun 2007, rasio tingkat kemiskinan di pedesaan terhadap perkotaan sebesar 1,2 dengan 13,47% penduduk di daerah pedesaan hidup di bawah garis kemiskinan, dibandingkan dengan 11,45% di daerah perkotaan. Rasio penduduk miskin di desa terhadap di kota meningkat menjadi 1,7 pada tahun Kendati rasio tersebut meningkat, namun jumlah penduduk miskin baik di pedesaan maupun di perkotaan telah berkurang. Pada tahun 2007, tingkat kemiskinan pedesaan dan perkotaan masing-masing mencapai 13,47% dan 11,45%, menurun menjadi 9,20% dan 5,47% di tahun Tingkat kemiskinan bervariasi antarkabupaten/kota di Kalimantan Barat. Pada tahun 2013, tingkat kemiskinan di Kalimantan Barat tersebar dari 5,56% di Kota Pontianak hingga 14,18% di Kabupaten Landak. Konsentrasi kemiskinan terjadi di Kabupaten Landak, Melawi, dan Ketapang dengan tingkat kemiskinan masing-masing mencapai 14,18%; 13,7%; dan 12,85%. Sebaliknya, daerah dengan tingkat kemiskinan terendah ada di Kabupaten Sanggau, Kota Pontianak, dan Kabupaten Kubu Raya. Variasi dalam tingkat kemiskinan di Kalimantan Barat salah satunya disebabkan oleh perbedaan dalam hal akses terhadap pendidikan dan infrastuktur.
86 16000 Rp Ribu Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 3. Peta Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota Kalimantan Barat, 2013 Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 4. Komparasi PDRB per Kapita Kabupaten/Kota, 2010 & 2013 Mayoritas tenaga kerja di Kalimantan Barat bekerja di sektor pertanian, yakni sektor yang memiliki produktivitas terendah dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya di Kalimantan Barat. Pada tahun 2013, produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian sebesar Rp16,27 juta dengan serapan 58,92% tenaga kerja. Untuk sektor yang sama, produktivitas tenaga kerja Banten setara dengan 2 kali lipat produktivitas Kalimantan Barat dengan serapan 12,60% tenaga kerja. Di sektor industri, produktivitas tenaga kerja di Kalimantan Barat mencapai Rp183,85 juta dengan serapan 3,68% tenaga kerja. Sementara itu, untuk sektor industri, produktivitas tenaga kerja di Kalimantan Barat relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di Banten, meskipun dengan serapan tenaga kerja yang relatif lebih rendah secara komparatif, yaitu sebesar 26,20%. Secara keseluruhan, Kalimantan Barat masih memiliki beberapa sektor yang produktivitas tenaga kerjanya masih berada di bawah rata-rata nasional, seperti pertanian, pertambangan, listrik gas air bersih, bangunan, keuangan, dan jasa. Provinsi Sumsel Banten Kalbar Indonesia Produktivitas % Tenaga Kerja Produktivitas % Tenaga Kerja Produktivitas % Tenaga Kerja Produktivitas % Tenaga Kerja Pertanian ,82% ,60% ,92% ,81% Pertambangan ,42% ,41% ,10% ,49% Industri ,61% ,20% ,68% ,16% LGA ,20% ,35% ,20% ,23% Bangunan ,12% ,22% ,32% ,33% PHR ,36% ,35% ,20% ,07% Transportasi ,51% ,42% ,05% ,63% Keuangan ,06% ,57% ,25% ,46% Jasa ,90% ,89% ,26% ,81% Rendahnya tingkat pengembalian pada sektor pertanian tercermin dari rata-rata upah dan jam kerja yang dimilikinya. Pekerja di sektor pertanian rata-rata bekerja selama 27,9 jam dalam seminggu, paling rendah dibandingkan dengan sektor lain yang berkisar antara 37,19-47,37 jam per minggu. Tenaga kerja di sektor pertanian juga menerima upah yang paling rendah dibandingkan sektor lainnya. Tercatat pekerja di sektor pertanian menerima Rp per bulan, dengan indikasi bahwa sebagian tenaga pekerja di sektor pertanian beralih kepada sektor industri dan bangunan yang memiliki tingkat rata-rata upah/bulan sebesar Rp dan Rp Sementara itu, sebagaimana lazimnya karakteristik negara yang menuju kepada kondisi modern, sektor jasa, keuangan dan transportasi menjadi sektor yang dilirik oleh banyak pekerja dengan tingkat upah yang cukup menjanjikan. Tercatat bahwa industri jasa memberikan rata-rata upah/bulan sebesar Rp , industri keuangan memberikan rata-rata upah/bulan sebesar Rp dan industri transportasi memberikan rata-rata upah/bulan sebesar Rp Tidak mengherankan bahwa walaupun Kalimantan Barat memiliki karakteristik sebagai daerah agraris, sektor pertanian sudah tidak lagi dapat menjadi daya tarik yang tinggi bagi para pekerja untuk menjalankan profesinya, mengingat banyaknya sektor lain yang lebih menjanjikan.
87 Tabel 2. Rata-Rata Jam Kerja Per Minggu dan Rata-Rata Upah per Bulan per Sektor Sektor Jam kerja/minggu Rata-rata upah/bulan Pertanian 27, Pertambangan 41, Industri 43, LGA 46, Bangunan 45, PHR 47, Transportasi 46, Keuangan 44, Jasa 37, Sumber: Susenas, diolah Terdapat fakta bahwa ada sebagian pekerja di sektor pertanian yang tidak mendapatkan upah sama sekali juga mengakibatkan rendahnya produktivitas di sektor ini. Sebanyak 29,11% pekerja di sektor pertanian tidak mendapat upah dan sebesar 26,36% pengusaha di sektor pertanian dibantu oleh buruh tidak tetap yang tidak dibayar. Sebagian besar petani khususnya di daerah pelosok masih menggunakan hasil pertaniannya untuk konsumsi pribadi sehingga para pekerja yang berada di sektor ini lebih sering mendapat upah berupa hasil panen. Pekerja keluarga/tak dibayar, 29.11% Pekerja bebas di pertanian, 9.11% Buruh/ karyawan, 14.36% Berusaha sendiri, 17.73% Berusaha dibantu buruh tidak tetap/tak dibayar, 26.36% Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar, 3.32% 100 % desa kota Sumber: Susenas, diolah Grafik 5. Status Tenaga Kerja Pekerja Pertanian Kalimantan Barat (2013) Sumber: Susenas, diolah Grafik 6. Kesempatan Kerja di Perkotaan Dan Pedesaan per Sektor, Kalimantan Barat (2013) 93,45% kesempatan kerja di sektor pertanian berada di pedesaan. Hal ini sejalan dengan lebih tingginya tingkat kemiskinan di pedesaan daripada di perkotaan. Kembali pada produktivitas sektoral, sektor pertanian yang memiliki produktivitas terendah ternyata menyerap porsi tenaga kerja terbanyak, yaitu sebesar 58,92%. Sementara itu, walaupun 96,54% kesempatan bekerja pada sektor pertambangan juga berada di pedesaan, namun rendahnya porsi tenaga kerja yang berada pada sektor ini, yaitu 4,10%, menunjukkan bahwa sektor pertambangan tidak memberikan kesempatan bagi sebagian besar masyarakat pedesaan. Sebaliknya, sektor dengan produktivitas tinggi seperti transportasi dan keuangan memiliki masing-masing 61,45% dan 80,34% kesempatan kerja di daerah perkotaan. Namun demikian, kedua sektor ini hanya mampu menyerap tenaga kerja sebesar 3,30%. Sebagai wilayah dengan karakteristik wilayah agraris, dan sehubungan dengan program ketahanan pangan yang menuju kepada swasembada pangan nasional, Provinsi Kalimantan Barat perlu meningkatkan produktivitas di sektor pertanian, sehingga sektor pertanian ini dapat memberikan daya tarik yang cukup tinggi kepada para pekerja serta dapat meningkatkan kesejahteraan para pekerja, melalui beberapa upaya sebagai berikut: Menggalakkan metode penanaman padi yang dapat memberikan hasil banyak serta prospektif (antara lain misalnya Hazton di Kalimantan Barat), sehingga para pekerja di sektor tani dapat
88 menyadari bahwa hasil yang diperoleh dari sektor pertanian cukup menjanjikan untuk memberikan kehidupan yang layak. Meningkatkan jumlah pemberian bantuan teknis dan pengadaan jumlah penyuluh pertanian bagi para petani di pedesaan. Penyuluh pertanian diharapkan adalah mereka yang berasal dari sarjana pertanian di universitas, yang diharapkan untuk kembali bertani sesuai dengan bidang keilmuan yang ditekuni. Melakukan tata niaga hilirisasi pertanian, sehingga pertanian bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, namun dapat dijadikan sebagai komoditas niaga yang dapat meningkatkan pemasukan bagi para pelaku usaha tani. Tentunya hal ini membutuhkan kerja sama yang mendalam dari berbagai pihak, terutama untuk menangkal spekulan-spekulan produk pertanian yang selalu mengambil keuntungan dari permainan harga serta mematikan potensi ekonomi para petani. (Dikutip dari berbagai sumber)
89 Pada triwulan II 2015 mendatang perekonomian Kalimantan Barat diprakirakan dapat tumbuh positif bias kebawah pada kisaran 5,0-5,2%. Terbatasnya pertumbuhan Kalimantan Barat pada periode mendatang diprediksikan terjadi seiring dengan melesunya sektor pengolahan dan subsektor perkebunan. Secara keseluruhan pada tahun 2015, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat diprakirakan akan semakin membaik.
90 % (yoy) Indeks TW I TW II TW III TW IV TW I TW II 100 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Ekspektasi Penghasilan Indeks Kegiatan Usaha Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja KOMPONEN PENGELUARAN TW I TW II TW III TW IV TW I TW II (P) 2015 (P) 1. Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri P D R B
91
92 LAPANGAN USAHA (P) TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW II (P) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Pengolahan Industri Pengolahan Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Produk Domestik Regional Bruto
93
94 185 Indeks Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Indeks Ekspektasi Harga 3 Bulan Mendatang Indeks Skala Likert Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw Indeks Penghasilan Konsumen Harga Jual (Update per Mei 2015)
95 0.30 Kuadran 2 Andil Kuadran angkutan udara kembung 0.20 mie daging ayam ras jeruk 0.05 ikan tongkol Frekuensi bawang merah rokok kretek filter 0.00 Kuadran 3 Kuadran Kuadran 2 Andil Angkutan Udara Sawi Hijau Kembung Kuadran Frekuensi Mobil Tongkol 0.05 Jeruk Tukang Bukan 0.00 Kuadran 3 Mandor Kuadran Kuadran 2 Andil Kuadran Bensin 0.25 Angkutan Udara Bawang Putih Beras Daging Ayam Ras Bawang Merah Ikan Tongkol Telur Ayam Ras Frekuensi Tukang Bukan Kuadran 3 Mandor Kuadran
96 Usaha bisnis, baik berskala lokal maupun internasional, tidak dapat lepas dari hubungan dengan mata uang asing (valas). Menilik kepada kondisi selama tahun 2014 yang berlanjut di tahun 2015, nilai valas US Dolar (USD) terlihat memiliki posisi yang lebih kuat dibandingkan dengan mata uang Rupiah. Hal ini tentu sedikit banyaknya akan berakibat kepada perkembangan ekonomi nasional, yakni dalam hal daya produksi, daya jual, daya beli dan kemampuan investasi dari para pelaku ekonomi, baik untuk skala individual maupun perusahaan. Lantas, bagaimana pengaruh pelemahan nilai tukar Rupiah tersebut terhadap pelaku usaha di Provinsi Kalimantan Barat? Untuk mengetahui jawabannya, KPwBI Provinsi Kalbar berinisiatif melakukan ad-hoc survey untuk mengetahui pengaruh pelemahan nilai tukar terhadap kinerja operasi perusahaan, kepada 18 sampel perusahaan dengan 25% diantaranya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang: (1) Industri Pengolahan, dan (2) Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. Seluruh perusahaan yang menjadi sampel survei merupakan perusahaan yang memiliki sumber pasokan bahan baku dari domestik, dengan 50% sampel yang memiliki komposisi penjualan 100% dalam bentuk ekspor, 30% sampel yang memiliki komposisi penjualan masing-masing 50% dalam bentuk ekspor dan domestik, serta 20% sampel yang memiliki komposisi penjualan 80-90% dan 10-20% domestik. Faktor yang akan diteliti antara lain: (1) Penjualan, (2) Penetapan Harga Jual, (3) Volume Produksi, (4) Margin Usaha, (5) Tingkat Daya Saing, (6) Investasi Barang Modal, (7) Investasi Bangunan, (8) Jumlah Tenaga Kerja, (9) Komposisi Hutang Dalam Negeri, dan (10) Komposisi Hutang Luar Negeri. Seluruh hasil survei merupakan gambaran dari apa yang akan terjadi hingga akhir tahun Untuk pengaruh pelemahan nilai Rupiah terhadap pendapatan penjualan perusahaan, hanya 25% sampel yang menyatakan terdapat kenaikan pendapatan penjualan mereka. Sedangkan masingmasing 37,5% sampel lainnya menyatakan bahwa pendapatan penjualan mereka akan turun maupun tetap. Sementara itu, bila dihubungkan dengan harga jual produk, 50% dari sampel survei menyatakan bahwa harga jual produk adalah tetap, dan 50% lainnya menyatakan akan menurunkan harga jual produk. Sumber: KPwBI Provinsi Kalbar Grafik 1. Pengaruh Pelemahan Rupiah Terhadap Pendapatan Penjualan Perusahaan Sumber: KPwBI Provinsi Kalbar Grafik 2. Pengaruh Pelemahan Rupiah Terhadap Penetapan Harga Jual Produk Perusahaan
97 Bila dihubungkan dengan volume produksi, maka 62,50% menyatakan bahwa pelemahan nilai Rupiah tidak berpengaruh terhadap kenaikan/penurunan volume produksi mereka. Hanya 25% sampel yang menyatakan bahwa pelemahan nilai Rupiah akan menaikkan volume produksi mereka, dan 12,5% lainnya menyatakan bahwa pelemahan nilai Rupiah akan menurunkan volume produksi mereka. Sebaliknya, pelemahan Rupiah cukup berpengaruh terhadap pencapaian margin perusahaan, yakni ditunjukkan oleh 25% sampel yang menyatakan bahwa margin mereka akan naik dan 37,5% sampel yang menyatakan bahwa margin mereka akan turun. Sementara itu, hanya 37,5% sampel yang menyatakan bahwa pencapaian margin mereka tetap dan tidak berubah. Sumber: KPwBI Provinsi Kalbar Grafik 3. Pengaruh Pelemahan Rupiah Terhadap Volume Produksi Perusahaan Sumber: KPwBI Provinsi Kalbar Grafik 4. Pengaruh Pelemahan Rupiah Terhadap Pencapaian Margin Perusahaan Pelemahan nilai Rupiah ternyata dianggap cukup berdampak terhadap peningkatan daya saing dengan perusahaan kompetitor. Tercatat 50% sampel menyatakan bahwa pelemahan nilai Rupiah akan meningkatkan daya saing sementara 50% sampel lainnya menyatakan bahwa hal tersebut tidak akan membawa pengaruh apa pun. Bahkan, 75% sampel menyatakan pelemahan Rupiah tidak akan membawa pengaruh terhadap jumlah tenaga yang bekerja di perusahaan, justru 25% sampel lainnya menyatakan terdapat kenaikan jumlah tenaga kerja dimaksud. Hal ini disebabkan karena sebagian besar tenaga kerja masih dibayar dalam Rupiah, sementara berdasarkan hasil survei sebelumnya diketahui tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari pelemahan Rupiah terhadap pendapatan perusahaan. Sumber: KPwBI Provinsi Kalbar Grafik 5. Pengaruh Pelemahan Rupiah Terhadap Tingkat Daya Saing Perusahaan Sumber: KPwBI Provinsi Kalbar Grafik 6. Pengaruh Pelemahan Rupiah Terhadap Tingkat Penggunaan Tenaga Kerja Perusahaan Hal yang menggembirakan bahwa pelemahan nilai tukar Rupiah ini ternyata tidak memiliki pengaruh terhadap investasi barang modal dan bangunan yang dilakukan perusahaan. Hasil survei menunjukkan 66,67% sampel menyatakan tetap akan melakukan investasi barang modal dan
98 bangunan dalam jumlah sebagaimana yang direncanakan di tahun sebelumnya, sementara 33,33% sampel justru menyatakan akan meningkatkan jumlah investasi barang modal dan bangunan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing perusahaan di tengah iklim usaha yang ada. Sumber: KPwBI Provinsi Kalbar Grafik 5. Pengaruh Pelemahan Rupiah Terhadap Investasi Barang Modal Perusahaan Sumber: KPwBI Provinsi Kalbar Grafik 6. Pengaruh Pelemahan Rupiah Terhadap Investasi Bangunan Perusahaan Namun, pelemahan nilai tukar Rupiah ini sedikit mempengaruhi strategi leveraging perusahaan. Diketahui bahwa 71,43% sampel menyatakan tetap akan melakukan hutang kepada pihak dalam negeri dalam jumlah yang tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya. Namun, 28,57% sampel menyatakan akan meningkatkan porsi hutang dalam negerinya, sebagai alternatif untuk mengantisipasi kenaikan kurs yang harus dibayar akibat kepemilikan hutang luar negeri. Bahkan, 25% sampel menyatakan akan meningkatkan jumlah investasi finansial, sementara 75% sampel lainnya menyatakan tidak terdapat perubahan terhadap jumlah investasi finansial mereka dibandingkan tahun sebelumnya. Sumber: KPwBI Provinsi Kalbar Grafik 7. Pengaruh Pelemahan Rupiah Terhadap Investasi Barang Modal Perusahaan Sumber: KPwBI Provinsi Kalbar Grafik 8. Pengaruh Pelemahan Rupiah Terhadap Investasi Bangunan Perusahaan Secara umum, pelemahan nilai tukar Rupiah tidak berdampak signifikan terhadap kinerja perusahaan di Kalimantan Barat. Hal ini dapat disebabkan karena bahan baku yang dibutuhkan sebagian besar perusahaan di Kalimantan Barat adalah bahan baku domestik yang dibayar dengan Rupiah. Selain itu, tenaga kerja yang bekerja di sebagian besar perusahaan di Kalimantan Barat juga masih dibayar dengan Rupiah. Meskipun demikian, hampir 80% sampel menyatakan bahwa nilai tukar yang ideal adalah pada kisaran Rp s.d. Rp untuk per 1 USD. Beberapa strategi yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi akibat pelemahan nilai tukar ini, antara lain:
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN
Lebih terperinciMiliar Rp % 12000 10000 8000 Nilai g Kalbar (yoy) g Nasional (yoy) 8 7 6 5 6000 4 4000 2000 3 2 1 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 0 2012 2013 2014 Jenis Penggunaan 2012 2013 2014 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:
Lebih terperinciPuji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat
Lebih terperinciKajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2016
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA
Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN
Lebih terperinciKajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR
Lebih terperinciLaporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan
Lebih terperinciKajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Agustus Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. OKI;Andayani [Pick the date]
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten Agustus 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten OKI;Andayani [Pick the date] 2017 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 KATEGORI Konsumsi
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan
Lebih terperinciKajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Mei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. Dwiki K.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten Mei 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten Dwiki K. [Pick the date] 2017 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 KATEGORI 2015 Konsumsi
Lebih terperinciii Triwulan I 2012
ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00
Lebih terperinciINDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN KUBU RAYA. Macro Indicator of Economic Development Kubu Raya Regency
Kerja Sama BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KUBU RAYA dengan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUBU RAYA Tahun Anggaran 2017 INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN KUBU RAYA Macro Indicator
Lebih terperincii
i 2 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Indeks 250 200 150 100 50 0 Indeks SPE Growth mtm (%) Growth yoy (%)
Lebih terperinciKajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Lebih terperinciPertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sekadau 2016
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sekadau 2016 No. 02/07/6109/Th. III, 31 Juli 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEKADAU Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sekadau 2016 sebesar 5,93 persen,
Lebih terperinciSTATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG Triwulan 2 Statistik Perekonomian Provinsi Lampung I Triwulan 1 Tahun 2016 STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG Triwulan 2 Statistik
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga
Lebih terperinciLaporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi
E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1
Lebih terperinciHalaman ini sengaja dikosongkan.
2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN
2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat
Lebih terperinci6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74
i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014
No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila
Lebih terperinciKajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017
FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.
Lebih terperinciLAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh
Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode
Lebih terperinciPublikasi ini dapat diakses secara online pada:
A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional
Lebih terperinciTriwulan IV iii
ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Tim
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia
Lebih terperinciPublikasi ini dapat diakses secara online pada :
i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51
Lebih terperinciDr. Ir. Sukardi, M.Si
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Disampaikan Pada Acara : Rapat Koordinasi Pengendalian (RAKORDAL) Triwulan III Tahun Anggaran 2015 Provinsi Kalimantan Tengah Di Aula Serba Guna BAPPEDA
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO
PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian
Lebih terperinciPerkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan
01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan
Lebih terperinciAsesmen Pertumbuhan Ekonomi
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan
Lebih terperinciTriwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten
Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
Lebih terperinciSURVEI PERBANKAN * perkiraan
SURVEI PERBANKAN TRIWULAN IV-217 PERTUMBUHAN KREDIT TAHUN 218 DIPERKIRAKAN MENINGKAT Hasil Survei Perbankan mengindikasikan pertumbuhan kredit baru pada triwulan IV- 217 secara triwulanan (qtq) meningkat.
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan
Lebih terperinciGrafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %)
Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %) 1 (Miliar Rp) Grafik 2. Realisasi Penyaluran Kredit Januari-November 2013 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 0 KPR/KPA KKB-Mobil KKB-Sepeda Motor KTA + Multiguna
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOVEMBER 2017
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Tim
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional
Lebih terperinciTim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung
i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp
Lebih terperinciTim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung
i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017
MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016
No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH
Mei 2015 PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Survei Konsumen Mei 2015 (hal. 1) Survei Penjualan Eceran April 2015 (hal. 13) PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Mei 2015 Alamat Redaksi :
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG EKONOMI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I-2016 TUMBUH 3,30 PERSEN, MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- No. 32/05/19/Th.X,
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel
Lebih terperinciRealisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,
Lebih terperinciTim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan
i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.
Lebih terperinciTINJAUAN KEBIJAKAN MONETER
TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)
Lebih terperinci... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN
Lebih terperinciProvinsi Nusa Tenggara Timur
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017
No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali
Lebih terperinciRingsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik
B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV
Lebih terperinciPuji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)
MEI 2017 Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) bulan Mei 2017 ini dapat
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang
Lebih terperinciPublikasi ini dapat diakses secara online pada:
A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik
Lebih terperinciTim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung
i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN
PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat
Lebih terperinciPublikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:
November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin
KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur
Lebih terperinciKajian Ekonomi Regional Banten
Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA No. 10/02/94/Th. X, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 TUMBUH 9,21 PERSEN TUMBUH LEBIH CEPAT DIBANDING TAHUN LALU Perekonomian
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III-2011 KANTOR BANK INDONESIA PONTIANAK Penanggung Jawab: Kelompok Kajian, Statistik dan Survey (KKSS) Kantor Bank Indonesia Pontianak Jl. Ahmad
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016
No. 32/05/51/Th. X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2016 TUMBUH SEBESAR 6,04% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,46% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015
Lebih terperinciTim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015
No. 78/11/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,28 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2015 yang
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2017 TUMBUH 5,37 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian
Lebih terperinciSURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%
Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan
Lebih terperinci(%, SBT) (%, qtq)
(%, SBT) (%, qtq) 98.1 39.2 5 85.6 83.4 73.7 78.8 77.9 75 66.7 62.6 25 56.9 24.9 52.9 22.6 5 12.7-15. 31.3-4. -5.2 25 13.7-14.5-25 -18.3 * perkiraan -32.2-5 I II III IV I II III IV I II III IV* SBT Pertumbuhan
Lebih terperinci