VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI"

Transkripsi

1 VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI 6.1. Analisis Faktor-Faktor Risiko Produksi Pada penelitian ini dilakukan pada peternak ayam broiler yang bekerja sama dengan pihak perusahaan dalam proses produksi sampai pada proses panen. Peternak tersebut tersebar di beberapa wilayah yang ada di Kabupaten Bogor. Walaupun peternak menjalin kerja sama namun pada kenyataannya usaha yang dijalankan oleh peternak ayam tetap mengalami risiko produksi. Adanya risiko produksi ini dapat dilihat pada adanya fluktuasi produktivitas pada setiap peternak berbeda-beda satu sama lainnya. Risiko produksi ayam broiler pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan model ARCH-GARCH. Variabel yang digunakan dalam analisis ARCH-GARCH yaitu jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, pemanas dan tenaga kerja. Sebelum dianalisis dengan metode ARCH-GARCH terlebih dahulu dilakukan analisis regresi. Analisis regresi dilakukan dengan tujuan agar model yang dihasilkan tidak melanggar persyaratan seperti variabel independent terdapat multikolinieritas. Uji multikolinearitas terlebih dahulu dilakukan agar variabel yang digunakan tidak saling mempengaruhi satu sama lainnya. Untuk melihat multikolinear ini dilihat pada nilai Variance Inflation Factor (VIF) > 10. Jika terjadi pelanggaran multikolinear maka dilakukan penggabungan atau penghilangan variabel sampai tidak terdapat multikolinearitas. Setelah dilakukan uji variabel maka dilakukan uji lainnya untuk melihat persamaan yang dihasilkan mengandung heteroskedistisitas. Untuk melihat ada atau tidaknya heteroskedistisitas dilakukan dengan menggunakan uji Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey. Hasil pengujian antar variabel menyatakan bahwa model yang digunakan tidak terdapat multikolinieritas pada setiap variabel. Hal itu dapat dilhat bahwa nilai VIF dari delapan variabel tidak ada yang lebih dari 10. Sehingga model dikatakan baik dan boleh dilakukan analisis berikutnya yaitu melihat apakah model terdapat heteroskedistisitas, jika terdapat unsur tersebut maka penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan model ARCH-GARCH. Untuk lebih jelas lihat pada Tabel

2 Tabel 15. Pengujian Mulitikolinieritas Terhadap Antar Variabel Predictor Coefisien SE Coef T P VIF Constant -2,721 0,152-17,890 0,000 DOC (X1) -0,572 0,045-12,580 0,000 5,4 Pakan (X2) 0,332 0,041 8,090 0,000 2,5 Protek Enro(X3) 0,002 0,013 0,150 0,880 1,7 Neocamp (X4) 0,014 0,013 1,100 0,279 1,6 Doxerin Plus (X5) -0,026 0,012-2,160 0,036 1,7 Vaksin (X6) -0,025 0,027-0,930 0,356 2,8 Pemanas (X7) 3,257 0,113 28,760 0,000 6,8 Tenaga Kerja (X8) -0,086 0,009-8,740 0,000 1,2 Berdasarkan Tabel 15 menunjukkan bahwa semua variabel tidak mengandung multikolinier, hal tersebut dapat dilihat bahwa nilai dari VIF. Semua variabel memiliki nilai VIF kurang dari 10, sehingga model tersebut terlepas dari multikolinearitas. Setelah variabel diketahui tidak mengandung multikolinier maka dilakukan pengujian persamaan apakah terdapat heteroskedistisitas dengan atau tidak. Untuk mengetahui tersebut menggunakan uji Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey. Untuk melihat apakah terdapat heteroskedistisitas dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Ringkasan Hasil Uji Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey. Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic Prob. F(8,51) Obs*R-squared Prob. Chi-Square(8) Scaled explained SS Prob. Chi-Square(8) Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa nilai probability dari Obs*R-squared memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan taraf nyata lima persen. dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa residual diatas mengandung efek ARCH-GARCH yang berarti juga bahwa residual mengandung heteroskedistisitas dan model layak untuk dianalisis menggunakan metode ARCH-GARCH. Penelitian ini menggunakan model fungsi produksi Just and Pope dimana model tersebut adalah melihat pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produktivitas ayam broiler. Namun model ini juga tidak mengabaikan risiko yang ditimbulkan dalam usaha ayam broiler yang dapat mempengaruhi risiko produksi tersebut. Fungsi produksi dari model Just and Pope dilakukan dalam bentuk fungsi logaritma natural Cobb-Douglass. Metode yang menunjukkan kedua-duanya 58

3 sekaligus adalah ARCH-GARCH. Model ARCH-GARCH (1,1) dapat menjelaskan kedua persamaan produksi rata-rata dan variance yang dihadapi oleh para peternak ayam broiler yang ada di Kabupaten Bogor. Hasil pendugaan model GARCH terhadap persamaan fungsi produksi rata-rata dan variance produksi pada komoditi ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil Pendugaan Persamaan Fungsi Produksi dan Variance Produksi Ayam Broiler Pada Kabupaten Bogor Tahun 2011 Produksi Rata-Rata Variable Coefficient Std. Error z-statistic Prob. Jumlah DOC (X1) Pakan (X2) Protect Enro (X3) Neocamp (X4) Doxerin Plus (X5) Vaksin (X6) Pemanas (X7) Tenaga KerjaX Konstanta Variance Equation Konstanta Error kuadrat (ε 2 t-1) Variance error (ζ 2 t-1) Jumlah DOC (X1) Pakan (X2) Protect Enro (X3) 4.41E Neocamp (X4) -3.53E Doxerin Plus (X5) -4.97E Vaksin (X6) Pemanas (X7) Tenaga KerjaX R-squared Durbin-Watson stat Adjusted R-squared F-statistic Prob(F-statistic) Hasil Tabel 17 menunjukkan pendugaan persamaan produksi rata-rata dan variance menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 99 persen. Nilai koefisien determinasi (R 2 ) tersebut memiliki arti bahwa sebesar 99 persen dari keragaman atau variasi produksi dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh model, sedangkan sisanya sebesar satu persen dijelaskan oleh komponen error atau diluar model. Tingginya nilai koefisien determinasi tersebut dipengaruhi oleh 59

4 pola data yang diperoleh tidak beraturan. Pola data yang diperoleh dapat dilihat pada Lampiran 5. Data tersebut memiliki tingkat variasi yang tinggi terhadap setiap peternak, sehingga dapat menimbulkan nilai koefisien determinasi yang tinggi. Hasil tersebut sudah dapat dinyatakan bahwa faktor-faktor produksi dapat mempengaruhi produktivitas dan mempengaruhi risiko produksi pada setiap periodenya. Risiko produksi musim sebelumnya ditunjukkan oleh error kuadrat (ε 2 t-1) dan variance error (ζ 2 t-1). Risiko produksi tertentu dipengaruhi oleh pada produksi sebelumnya. Dari tabel 17 dapat dilihat bahwa tingginya risiko produksi pada periode sekarang dipengaruhi pada risiko produksi pada sebelumnya, hal tersebut dapat dilihat bahwa nilai dari error dan variance adalah positif dan di atas taraf nyata lima persen. Tabel 17 juga menjelaskan bahwa hasil pendugaan produksi rata-rata terhadap produktivitas dapat dijelaskan oleh faktor-faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama. Selain itu juga faktor-faktor tersebut secara nyata dapat menjelaskan variance produksi ayam broiler. Hal tersebut dapat dilihat bahwa nilai F-hitung lebih besar dibandingkan dengan F-tabel yaitu sebesar 241,4 > 2,18 atau dapat juga dilihat dari nilai P-value < taraf nyata, P- value = 0,000 lebih kecil dibandingkan dengan taraf nyata lima persen. Untuk melihat pendistribusian data dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson stat, nilai yang dihasilkan adalah 1,96. Nilai tersebut dapat menjelaskan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal karena nilainya tidak mendekati nol Analisis Faktor-Faktor Pada Fungsi Produksi Rata-Rata Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi adalah jumlah DOC, pakan, obat-obatan seperti Protect Enro, Neocamp, dan Doxerin Plus, vaksin, pemanas, serta pemakaian tenaga kerja. Pada hasil pendugaan produksi rata-rata menyatakan bahwa faktor-faktor produksi tersebut secara bersama-sama signifikan terhadap produktivitas ayam broiler. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai probability yang kurang dari lima persen dan nilai F-hitung lebih besar dibandingkan F-tabel. Berikut adalah Gambar 18 yang menjelaskan tentang hasil pendugaan produksi rata-rata ayam broiler. 60

5 Tabel 18. Hasil Pendugaan Produksi Rata-Rata Terhadap Produktivitas Ayam Broiler Pada Peternakan Ayam di Kabupaten Bogor Tahun 2011 Produksi Rata-Rata Variable Coefficient Std. Error z-statistic Prob. Jumlah DOC (X1) Pakan (X2) Protect Enro (X3) Neocamp (X4) Doxerin Plus (X5) Vaksin (X6) Pemanas (X7) Tenaga KerjaX Konstanta Jumlah DOC (X1) Hasil pendugaan parameter pada fungsi persamaan produksi rata-rata menunjukkan bahwa variabel jumlah DOC memiliki taraf nyata dibawah satu persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jumlah DOC berpengaruh signifikan terhadap hasil produktivitas ayam broiler. sedangkan jika dilihat dari nilai koefisien parameter memiliki nilai negatif yaitu sebesar -0,576. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jika DOC ditambahkan sebesar satu persen maka akan menurunkan hasil produktivitas ayam broiler sebesar 0,576 persen (cateris paribus). Pernyataan tersebut tidak sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan bahwa penambahan satu persen jumlah DOC akan meningkatkan produktivitas ayam broiler. Variabel DOC memiliki nilai negatif karena para peternak ayam broiler di lapangan pada umumnya memiliki perbandingan yang tidak sesuai antara luas kandang dengan jumlah DOC. Pada kondisi normal seharusnya 1 m 2 kandang di isi dengan 8 ekor, sedangkan peternak ayam tersebut mengisi lebih dari kondisi normalnya, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan ayam broiler tersebut. Adanya indikator ini dapat menghambat pertumbuhan ayam, terhambatnya pertumbuhan ayam dapat dilihat pada tingginya tingkat FCR sehingga konversi pakan dengan bobot ayam tidak sesuai, semakin kecil FCR maka produktivitas ayam juga akan semakin tinggi. Untuk lebih jelas variasi penggunaan DOC terhadap luas kandang yang ada dapat dilihat pada Lampiran 5. Selain pertumbuhan terhambat juga akan mempengaruhi mempercepat penyebaran 61

6 penyakit karena tidak adanya ruang kosong bagi ayam untuk bergerak, sehingga jika tidak diperhatikan oleh peternak maka akan menimbulkan kematian pada ayam. Penyebab terhambatnya pertumbuhan ayam broiler juga salah satunya adalah faktor kondisi kandang yang terkadang bocor atau kurang baik sehingga jika ada perubahan cuaca akan mengganggu kondisi suhu ruangan yang akhirnya berdampak pada penghambatan pertumbuhan ayam broiler. Berdasarkan kurva produksi, penggunaan DOC berada pada daerah tiga. Hal tersebut ditunjukkan bahwa jika dilakukan penambahan input DOC, maka akan menurunkan produktivitas ayam broiler, sehingga tidak perlu melakukan penambahan kapasitas. 2. Pakan (X2) Variabel pakan memiliki nilai P-value sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel pakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas ayam. Hal ini sesuai dengan penelitian Merina yang menyatakan bahwa pakan termasuk variabel yang memiliki pengaruh yang nyata terhadap produktivitas. Pakan merupakan variabel penting dalam meningkatkan produktivitas ayam broiler, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel pakan memiliki nilai positif yaitu sebesar 0,3288. Arti dari nilai tersebut adalah jika peternak memberikan tambahan pakan sebesar satu persen maka akan meningkatkan produktivitas sebesar 0,3288 persen (cateris paribus). Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan bahwa dengan penambahan pakan satu persen maka akan meningkatkan produktivitas ayam broiler tersebut. Berdasarkan kurva produksi, variabel pakan berada pada daerah dua. Hal tersebut ditunjukkan bahwa jika dilakukan penambahan variabel pakan maka akan meningkatkan produktivitas ayam broiler tersebut. Dengan demikian perlu dilakukan penambahan jumlah pakan untuk meningkatkan produktivitas ayam. Pemberian pakan agar tepat guna dilakukan sesuai dengan umur DOC, yaitu pada saat DOC berumur 0-7 hari maka digunakan pakan starter, usia 8-15 hari digunakan pakan dewasa, sedangkan pada umur 16- panen diberikan pakan finisher. Hal itu dilakukan agar sesuai dengan komposisi protein dan konsentrat dalam pakan sehingga pertumbuhan dapat berkembang 62

7 dengan maksimal. Penggunaan pakan setiap peternaksangat bervariasi hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran Protect Enro (X3) Variabel Protect Enro adalah termasuk ke dalam jenis obat yang digunakan dalam proses produksi berlangsung. Berdasarkan hasil pendugaan parameter menyatakan bahwa Protect Enro ini tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas, hal tersebut dapat dilihat dari nilai P-value sebesar 0,924. Nilai ini diatas taraf nyata lima persen. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien variabel menunjukkan bernilai positif yaitu sebesar 0,0017. Nilai tersebut memiliki arti adalah jika dilakukan penambahan satu persen Protect Enro maka akan meningkatkan produktivitas sebesar 0,0017 persen (cateris paribus). Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan bahwa koefisien lebih besar dari nol dan menyatakan bahwa penambahan satu persen variabel Protect Enro akan meningkatkan produktivitas ayam broiler sebesar koefisiennya. Penambahan Protect Enro tidak akan meningkatkan produktivitas ayam broiler tersebut, karenakan variabel ini bukan termasuk variabel yang signifikan terhadap produktivitas. Protect Enro tidak berpengaruh signifikan dikarenakan variabel tersebut adalah jenis obat yang digunakan sebagai pengendalian hama dan penyakit, sehingga tidak terlalu mempengaruhi nilai dari produktivitas ayam broiler. Jika ayam sudah terkena penyakit maka pertumbuhan ayam akan lambat dibandingkan dengan ayam yang sehat sehingga Protect Enro ini tidak dapat meningkatkan produktivitas, namun untuk mengobati ayam yang sudah terserang penyakit. Penggunaan jenis obat ini sangat bervariasi, hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan kurva produksi, variabel Protect Enro berada pada daearah dua. Hal tersebut ditunjukkan pada nilai coefisien yang dapat dilihat pada Tabel 18 bernilai positif. Dengan demikian, jika dilakukan penambahan variabel Protect Enro maka akan meningkatkan produktivitas, kenaikan ini disebabkan karena jika kondisi ayam sehat maka akan meningkatkan pertumbuhan ayam tersebut, oleh karena itu variabel ini masih berada pada daerah dua. 63

8 4. Neocamp (X4) Variabel Neocamp juga merupakan salah satu variabel jenis obat yang digunakan oleh peternak ayam broiler dalam menjalankan budidaya ayam broiler. berdasarkan nilai P-value sebesar 0,3889. Variabel tersebut berada dibawah taraf nyata 40 persen, sehingga tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ayam broiler pada taraf nyata 20 persen. karena nilai P-Value lebih besar dari pada taraf nyata maka variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas. Sedangkan nilai koefisien dari variabel tersebut sebesar 0,0149. Nilai tersebut memiliki arti bahwa setiap ditambahkan satu persen variabel Neocamp maka akan meningkatkan produktivitas ayam broiler sebesar 0,0149 persen (cateris paribus). Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan bahwa koefisien variabel lebih besar dari nol dan jika variabel tersebut ditambahkan satu persen maka akan meningkatkan produktivitas ayam broiler sebesar koefisien tersebut. Variabel Neocamp juga tidak terlalu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas ayam broiler, karena fungsi dari variabel tersebut adalah untuk mengendalikan hama dan penyakit sehingga ayam broiler dapat terkendali pada saat terserang penyakit. Penggunaan dosis pada variabel ini sangat bervariasi setiap peternaknya. Hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5. Penggunaan yang tidak tepat dapat mengurangi dari fungsi jenis variabel tersebut. Oleh karena itu variabel ini tidak tersebut signifikan. Berdasarkan kurva produksi, variabel Neocamp berada ada daerah kedua. Hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 18 yang memperlihatkan bahwa variabel Neocamp memiliki nilai positif, sehingga jika variabel Neocamp ditambahkan, maka variabel tersebut akan meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, variabel ini perlu diberikan dosis sesuai takaran agar dapat meningkatkan produktivitas ayam broiler. 5. Doxerin Plus (X5) Variabel Doxerin Plus adalah jenis variabel yang berfungsi sebagai obatobatan yang digunakan para peternak pada saat proses produksi berlangsung setiap periodenya. Berdasarkan nilai P-value, variabel ini memiliki nilai sebesar 0,1053, atau berada pada taraf nyata 15 persen. Pada taraf tersebut masih memiliki 64

9 tingkat pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas ayam broiler. Sedangkan jika dilihat dari nilai koefisien parameter. Doxerin Plus memiliki nilai negatif yaitu sebesar -0, Nilai tersebut memiliki arti bahwa setiap dilakukan penambahan variabel Doxerin Plus sebesar satu persen maka produktivitas ayam broiler akan mengalami penurun sebesar 0, persen (cateris paribus). Penyataan tersebut tidak sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan bahwa koefisien variabel besar dari nol. Sehingga dengan penambahan satu persen variabel tidak menambah melainkan mengurangi produktivitas ayam. Variabel ini adalah variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap produktivitas namun bukan meningkatkan melainkan menurunkan produktivitas. Dengan demikian variabel ini berdasarkan kurva produksi berada pada daerah tiga. Penurunan produktivitas tersebut dikarenakan bahwa takaran atau ukuran yang digunakan oleh peternak plasma tidak tepat. Peternak menggunakan takaran tidak berdasarkan skala usaha yang mereka ternakkan, sehingga akan berdampak pada penurunan produktivitas. Misalnya pada skala usaha ekor ayam, penggunaan variabel tersebut sama dengan skala ekor. 6. Vaksin (X6) Vaksin termasuk kedalam variabel yang diduga sebagai faktor produksi yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas ayam broiler. Namun berdasarkan hasil pendugaan parameter, vaksin tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ayam broiler. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai P-value sebesar 0,4294. Nilai tersebut terlalu besar dan diatas taraf nyata 20 persen. Sehingga variabel tersebut tidak termasuk variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas. Berdasarkan nilai koefisien variabel vaksin, variabel tersebut juga termasuk kepada variabel yang dapat menurunkan produktivitas, hal tersebut dapat dilihat nilai koefisiennya bertanda negatif. Nilai yang dihasilkan oleh parameter vaksin sebesar -0, Nilai tersebut memiliki arti jika variabel vaksin dinaikkan/ditambahkan sebesar satu persen maka produktivitas akan turun sebesar 0, persen (cateris paribus). Dengan demikian berdasarkan kurva produksi, variabel ii berada pada daerah ketiga dan pernyataan tersebut tidak sesuai dengan hipotesa 65

10 sebelumnya yang menyatakan bahwa koefisien variabel besar dari nol. Sehingga jika ditambahkan satu persen variabel vaksin tidak meningkatkan melainkan mengurangi produktivitas ayam broiler. vaksin tidak signifikan terhadap produktivitas diduga karena beberapa faktor, dalam pemberian vaksin perlu beberapa hal yang harus diperhatikan seperti jenis vaksin yang digunakan, takaran/dosis vaksin yang digunakan, jadwal vaksinasi, waktu pemberian vaksin, serta penyimpanan vaksin. Kesemua tersebut dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan fungsi dari vaksin. Selain itu juga variabel ini hanya digunakan sebagai antibodi/kekebalan tubuh agara ayam tidak mudah terserang penyakit sehingga tidak merangsang meningkatkan produktivitas. 7. Pemanas (X7) Pemanas adalah variabel yang tidak pernah lepas dari budidaya ayam broiler. Variabel tersebut sangat digunakan pada awal produksi sampai pada umur 15 hari. Pada hipotesis sebelumnya pemanas adalah variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas. Hal tersebut sesuai dengan hasil pendugaan parameter produksi rata-rata. Nilai P-value variabel tersebut adalah dibawah satu persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemanas sangat berpengaruh nyata terhadap produktivitas. Sedangkan jika dilihat dari koefisien parameter pemanas menunjukkan nilai yang positif yaitu sebesar 3, Nilai tersebut memiliki arti bahwa jika setiap peternak menaikkan atau menambahkan variabel pemanas satu persen maka produktivitas akan meningkat sebesar 3, persen (cateris paribus). Berdasarkan kurva produksi, variabel pemanas berada pada daerah kedua. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 18 yang menunjukkan bahwa semakin ditambah variabel tersebut maka produktivitasnya juga akan semakin meningkat. Pemanas ini sangat penting pada awal produksi, karena jika menggunakan pemanas yang konsisten maka suhu ruangan akan terjaga dengan baik sehingga ayam tidak kedinginan dan akan tetap sehat. Jika variabel ini tidak dilakukan secara rutin pada awal periode maka suhu ruangan akan rendah sedangkan suhu yang dibutuhkan berkisar C maka akan berdampak pada pertumbuhan ayam akan terhambat karena daging yang seharusnya semakin menumpuk sekarang 66

11 dialokasikan untuk menghangatkan tubuhnya dengan dilihat adanya tumbuh bulu kasar pada tubuh ayam broiler. 8. Tenaga Kerja (X8) Tenaga kerja salah satu variabel yang penting dalam semua bidang usaha, karena dengan adanya tenaga kerja maka semua kegiatan budidaya akan dapat terselesaikan dengan baik. Pada hipotesis sebelumnya tenaga kerja merupakan variabel yang memiliki koefisien bertanda positif sehingga perpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. Namun berdasarkan pendugaan parameter menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja memiliki pengaruh signifikan dengan melihat probability kurang dari satu persen. Akan tetapi, jika dilihat dari nilai koefisien variabel, variabel ini tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya karena koefisien tersebut bertanda negatif. Dengan demikian, jika ditambahkan satu persen variabel tersebut maka bukan meningkatkan, melainkan mengurangi produktivitas ayam broiler. Variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas karena pada umumnya tenaga kerja yang dimiliki oleh peternak tersebut adalah warga sekitar yang tidak memiliki pekerjaan, sehingga tidak memiliki keterampilan serta pengetahuan terhadap ayam broiler. Sementara dalam budidaya ayam broiler dibutuhkan ketekunan serta pengetahuan dalam ayam broiler sehingga terjadi masalah pada ayam dapat segera ditangani dan tidak terlambat dalam menanganinya. Oleh karena itu, variabel tenaga kerja ini jika ditambahkan akan berdampak pada penurunan produktivitas Analisis Faktor-Faktor pada Fungsi Variance Produksi Faktor-faktor produksi tidak hanya dapat mempengaruhi produktivitas ayam broiler, melainkan juga dapat memberikan dampak terhadap munculnya atau dapat mengurangi terjadinya risiko produksi terhadap produktivitas ayam broiler. Faktor-faktor produksi yang digunakan untuk melihat pengaruh variance produksi adalah jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, pemanas dan tenaga kerja. Semua variabel tersebut dianalisis faktor-faktor apa saja yang yang mempengaruhi variance produksi. faktor-faktor produksi yang dijadikan sebagai pengurang atau menimbulkan risiko produksi dapat dilihat pada Tabel

12 Tabel 19. Hasil Pendugaan Produksi Rata-Rata Terhadap Produktivitas Ayam Broiler Pada Peternakan Ayam di Kabupaten Bogor Tahun 2011 Variance Equation Variable Coefficient Std. Error z-statistic Prob. Konstanta Error kuadrat (ε 2 t-1) Variance error (ζ 2 t-1) Jumlah DOC (X1) Pakan (X2) Protect Enro (X3) 4.41E Neocamp (X4) -3.53E Doxerin Plus (X5) -4.97E Vaksin (X6) Pemanas (X7) Tenaga KerjaX Jumlah DOC (X1) Pada sebelumnya hipotesis sebelumnya jumlah DOC menyatakan bahwa jika koefisien besar nol sehingga semakin positif maka variance yang ditimbulkan juga akan semakin tinggi. Sedangkan berdasarkan hasil pendugaan parameter produksi variance menyatakan bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko produktivitas yang dihasilkan. Hal tersebut dapat dilihat bahwa nilai P-value yang dihasilkan sebesar 90 persen dan diatas taraf nyata 20 persen. sedangkan berdasarkan koefisien parameternya menunjukkan tanda positif. Hal ini berarti, semakin banyak jumlah DOC di pelihara maka risiko yang ditimbulkan akan semakin tinggi. Tingginya variasi disebabkan oleh tidak sesuainya luas kandang dengan jumlah DOC, sehingga jika terus ditambah akan menyebabkan ayam akan mati atau mudah terserang penyakit dan menyebabkan semakin tingginya risiko produksi usaha ayam broiler tersebut. Oleh karena itu variabel jumlah DOC ini merupakan variabel yang menimbulkan adanya risiko produksi. Untuk mengurangi tingkat risiko maka jumlah DOC harus sesuai dengan luas kandang, pada kondisi normal 1 m 2 kandang harusnya berkapasitas 5-8 ekor ayam. Selain itu juga yang menjadi faktor penduga mengapa tidak signifikan adalah karena peternak plasma dalam pengambilan jenis DOC tidak satu perusahaan supplier. 68

13 2. Pakan (X2) Hipotesis sebelumnya menyatakan bahwa koefisien variabel pakan bertanda positif maka akan meningkatkan variasi dari hasil produktivitas ayam broiler. Berdasarkan hasil pendugaan parameter, variabel pakan memiliki nilai P- value sebesar 0,95 atau 95 persen lebih besar dari taraf nyata 20 persen. sehingga variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi ayam broiler. sedangkan berdasarkan koefisien variabel memperlihat tanda negatif, hal ini menunjukkan bahwa jika pakan digunakan semakin banyak, maka variance produksinya akan semakin menurun. Sehingga pakan merupakan salah satu variabel yang menjadi pengurang risiko. Dengan semakin menambah pakan maka bobot ayam akan semakin meningkat sehingga produktivitas ayam juga akan semakin meningkat. Ayam broiler pada umumnya harus diperhatikan kondisi pakannya. Untuk mendapatkan hasil bobot ayam yang baik maka peternak harus terus memantau keadaan pakan dikandang apakah masih tersedia atau tidak, jika pakan tidak sempat tidak tersedia selama satu jam maka kondisi ayam akan terhambat pertumbuhannya sehingga tidak mendapatkan hasil yang baik. Faktor penduga mengapa variabel ini tidak signifikan adalah dalam pemberian jenis pakan. Pakan ayam ada tiga jenis yaitu pada umur 1-15 hari menggunakan jenis pakan starter, umur menggunakan pakan growing, dan umur 26 sampai panen menggunakan jenis pakan finishing. Sementara pada kondisi dilapangan peternak terkadang tidak mengikuti anjuran yang telah ditetapkan sehingga pakan tersebut tidak berpengaruh signifikan dalam mengurangi variance produksi. 3. Protect Enro (X3) Pendugaan parameter variabel Protect Enro memiliki nilai P-value sebesar 0,958 atau 95 persen lebih besar daripada taraf nyata 20 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi yang dihasilkan. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien variabel memiliki tanda positif. Hal tersebut menandakan bahwa semakin banyak variabel ini digunakan maka variance produksi yang diterima oleh peternak akan semakin tinggi. Tingginya risiko yang dihasilkan dengan menggunakan variabel ini adalah karena peternak pada umumnya tidak memperhatikan takaran dalam 69

14 menggunakan Protect Enro. Ukuran yang digunakan oleh peternaknya adalah rata-rata menggunakan 0,5 liter untuk semua skala usaha ayam broiler. Untuk mengurangi tingginya risiko yang dihasilkan dengan menggunakan variabel ini sesuai takaran dan berdasarkan skala yang pada umumnya. Takaran normal untuk 1gram/1liter air yang dicampur dengan air minum selama gejala terlihat pada ayam broiler. 4. Neocamp (X4) Neocamp adalah variabel yang berjenis obat yang dapat mengendalikan penyakit yang berasal dari bakteri, pemakaiannya adalah 1gram/1liter air. Pada hipotesis sebelumnya variabel ini menyatakan bahwa memiliki nilai koefisien variabel bernilai positif, sehingga semakin banyak Neocamp digunakan maka akan meningkatkan variance produksi. Berdasarkan pendugaan parameter variance produksi, Neocamp ini memiliki nilai P-value sebesar 0,968 atau 96 persen yang berada diatas taraf nyata 20 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi. Sedangkan jika dilihat dari nilai koefisiennya, variabel ini memiliki nilai bertanda negatif, hal tersebut menyatakan bahwa dengan menambahkan variabel Neocamp maka akan menurunkan variance produksi. Sehingga variabel ini termasuk kedalam variabel yang mengurangi variance produksi. 5. Doxerin Plus (X5) Doxerin Plus termasuk salah satu jenis obat yang digunakan oleh para peternak ayam broiler yang berfungsi sebagai mengobati crd complex, fowl cholera, snot/ coryza, dan penyakit pernafasan lainnya. Takaran yang digunakan dalam menggunakannya adalah 1gram/2liter air. Variabel ini selalu digunakan para peternak untuk menghindari terjangkitnya penyakit pada ayam mereka. Hipotesis sebelumnya variabel ini menyatakan bahwa koefisien variabel memiliki nilai positif, sehingga jika dilakukan semakin banyak menggunakan Doxerin Plus maka akan meningkatkan variance. Berdasarkan hasil pendugaan parameter bahwa variabel ini memiliki nilai P-value sebesar 0,95 atau 95 persen yang berada diatas nilai taraf nyata 20 persen. Sehingga dapat diartikan bahwa variabel Doxerin Plus tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi. Hal ini berbanding lurus dengan nilai 70

15 koefisien variabel yang bertanda negatif, tanda negatif tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak variabel ini digunakan maka akan menurunkan variance produksi. Peternak plasma ayam broiler DUF rata-rata tidak menggunakan takaran/dosis yang tepat dalam penggunaan faktor produksi tersebut. Sehingga variabel tersebut tidak dapat berpengaruh signifikan dalam mengurangi variance produksi. Jika para peternak menggunakan takaran yang sesuai sehingga penggunaan tersebut bermanfaat yaitu dapat mengurangi variance. 6. Vaksin (X6) Variabel vaksin merupakan salah satu faktor produksi yang diperlukan dalam kekebalan tubuh sehingga ayam broiler tetap sehat, namun jika pemakaiannya tidak tepat maka akan tidak berdampak baik pada pertumbuhan ayam broiler. pada penggunaan vaksin, para peternak sudah menerapkan takaran yang sesuai sehingga vaksin tepat guna dan tidak menimbulkan efek samping. Penggunaan vaksin bertujuan untuk menguatkan kekebalan tubuh ayam broiler agar tidak mudah terserang penyakit. Dosis yang digunakan adalah 1 vial vaksin untuk 1000 ekor ayam. Pada hipotesis sebelumnya, variabel ini memiliki koefisien variabel yang bernilai positif, sehingga jika pemakaian vaksin semakin banyak maka variance produksi yang dihasilkan akan semakin tinggi. Sedangkan berdasarkan hasil pendugaan parameter, variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi. Hal ini dapat dilihat pada nilai P-value sebesar 0,9522 atau 95 persen yang berada diatas taraf nyata 20 persen, sehingga variabel tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variance produksi. Berdasarkan kondisi lapangan dapat diduga yang menjadikan variabel vaksin tidak signifikan adalah faktor dalam waktu pemberian vaksi yang kurang tepat dan penyimpakan vaksin sehingga dapat mengurangi fungsi dari vaksin itu sendiri. Berdasarkan nilai koefisien parameter menunjukkan bernilai negative, hal itu berarti semakin besar penggunaan variabel tersebut maka akan menurunkan variance produksi ayam broiler, sehingga tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya. Nilai koefisien parameternya adalah sebesar -0,000132, sehingga variabel tersebut termasuk kedalam variabel yang dapat mengurangi variance produksi. 71

16 7. Pemanas (X7) Pemanas adalah faktor produksi yang dapat meningkatkan produktivitas ayam broiler. sehingga hipotesis awalnya jika semakin banyak penggunaan variabel pemanas maka akan meningkatkan variance produksi, dan jika dilihat dari hasil pendugaan parameter variance produksi menunjukkan P-value bernilai 0,9707 atau 97 persen. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan taraf nyata 20 persen, yang berarti bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi. Berdasarkan kondisi lapang, faktor penduga yang menyebabkan variabel ini tidak signifikan adalah adanya perbedaan para peternak plasma dalam menggunakan alat pemanasnya, ada yang menggunakan batubara, kayu bakar, maupun gas. Sehingga mempengaruhi tingkat variasinya dan menyebabkan tidak berpengaruh nyata. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien parameter bertanda negatif yaitu sebesar -0, Hal ini berarti, semakin banyak variabel pemanas dan sekam digunakan maka akan semakin menurunkan variance produksi. Pernyataan ini tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyatakan jika penggunaan variabel ini maka akan menambah variance produksi. Para peternak dalam penggunaan variabel ini telah sesuai dengan ukuran dan berdasarkan skala usahanya, sehingga tidak menimbulkan risiko melainkan menjadi pengurang variance produksi ayam broiler. 8. Tenaga Kerja (X8) Tenaga kerja adalah faktor yang pasti ada dalam setiap usaha. Tenaga kerja yang digunakan dalam bidang peternakan ayam broiler ini berasal dari masyarakat disekitar peternakan ayam. Berdasarkan hasil pendugaan parameter, variabel ini menunjukkan hasil P-value sebesar 0,0555 atau sebesar 5,5 persen. Nilai tersebut diatas taraf nyata 20 persen sehingga berpengaruh signifikan terhadap variance produksi. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien parameter menunjukkan nilai yang positif yaitu sebesar 0, Hal itu berarti, jika tenaga kerja ditambahkan penggunaannya maka akan dapat meningkat variance produksi ayam broiler. Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesis sebelumnya. Penggunaan input tenaga kerja memiliki variance yang tinggi karena tenaga kerja yang di pekerjakan rata-rata tidak memiliki keahlian dibidang peternakan 72

17 sehingga dalam mengurus ayam tidak disiplin. Selain itu juga adanya tenaga kerja yang tidak jujur dalam bidang usaha seperti terkadang ada pekerja yang menjual pakan secara diam-diam kepada orang lain, hal tersebut dapat merugikan peternak karena pastinya pakan ayam akan berkurang. Oleh karena itu jika dilakukan penambahan tenaga kerja tidak mengurangi variance produksi melainkan meningkatkan variance. Sehingga variabel tenaga kerja adalah variabel yang termasuk kedalam variabel yang menimbulkan variance produksi. Berdasarkan hasil pendugaan semua parameter baik itu yang produksi ratarata maupun yang variance produksi, maka dapat dijelaskan bahwa pada produksi rata-rata, variabel yang memiliki pengaruh nyata terhadap produktivitas yang dibawah satu persen adalah variabel jumlah DOC, pakan, pemanas, serta penggunaan tenaga kerja. Sedangkan Doxerin Plus merupakan variabel yang signifikan terhadap produktivitas pada taraf nyata dibawah 20 persen. variabel lainnya seperti Protect Enro, Neocamp, vaksin merupakan variabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas. Ketiga variabel tersebut memiliki taraf nyata sebesar dibawah 93 persen, dibawah 40 persen, dan dibawah 43 persen. Untuk pendugaan parameter variance produksi dapat disimpulkan bahwa dari delapan variabel, semuanya tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi selain tenaga kerja. Ketujuh variabel tersebut memiliki probability diatas 20 persen, sedangkan probability tenaga kerja sebesar dibawah 10 persen. Faktorfaktor produksi ada yang menjadi pengurang variance produksi ada juga yang menimbulkan variance produksi. Faktor-faktor produksi yang dapat menimbulkan variance adalah variabel jumlah DOC, Protect Enro, dan tenaga kerja. Sedangkan yang mengurangi variance produksi adalah pakan, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, pemanas. Penjelasan diatas menunjukkan bahwa ada persamaan terhadap penelitian yang dilakukan oleh Fariyanti et al, (2007). Hasil penelitiannya tentang risiko produksi kentang yang menunjukkan bahwa tenaga kerja adalah variabel yang dapat menimbulkan variance produksi serta Obat-obatan merupakan variabel yang menjadi pengurang variance produksi. 73

18 6.2. Sumber dan Rekomendasi Penanganan Risiko Produksi 1) Sumber-Sumber Risiko Produksi Produksi adalah proses pengolahan input atau faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan output. Pada saat proses produksi berlangsung sampai pada menghasilkan output maka semua itu tidak terlepas dari risiko. Risiko merupakan kemungkinan kejadian yang merugi. Risiko produksi terjadi karena adanya sumber-sumber risiko. Sedangkan semua risiko tersebut harus diminimalkan agar kemungkinan terjadinya kerugian juga kecil. Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian ini, dilakukan rekomendasi dalam risiko produksi. Rekomendasi penanganan risiko yang dilakukan dengan tindakan preventif yaitu dengan cara pencegahan risiko tersebut terjadi. Pencegahan yang dilakukan adalah dengan membuat atau memperbaiki fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk budidaya ayam broiler dan memperbaiki sumber daya manusia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sumber-sumber risiko yang ada pada peternakan ayam broiler pada perusahaan DUF adalah diduga berasal dari sumber hama penyakit dan cuaca. 2) Rekomendasi Penanganan Risiko Produksi Tenaga kerja yang digunakan pada umumnya masyarakat yang ada disekitar usaha, rata-rata tidak memiliki pengetahuan tentang budidaya ayam broiler. Sehingga dalam proses produksi berjalan, pegawai kurang memperhatikan kondisi ayam, padahal ayam broiler membutuhkan ketekunan, disiplin, dan pengetahuan tentang ayam agar ayam selalu terkontrol dengan baik. Selain itu juga adanya tenaga kerja yang tidak jujur dalam menjalankan usaha, seperti dengan menjual pakan secara diam-diam kepada orang lain untung mendapatkan kerja sampingan. Keadaan tersebut akan membuat ayam kekurangan pakan dan pertumbuhan ayam akan menjadi tidak normal. Sehingga tenaga kerja merupakan sumber terjadinya risiko. Namun untuk mengurangi terjadinya risiko maka dalam perekrutan tenaga kerja memilih tenaga kerja yang dapat dipercaya serta memiliki pengetahuan tentang ayam, dan disiplin. Jika kriteria tersebut terpenuhi maka kondisi ayam akan semakin terkontrol setiap waktu baik itu pemberian pakan, minum, dan kondisi ayam. Apabila tenaga kerja tidak memahami pengetahuan 74

19 tentang ayam, maka terlebih dahulu diberikan penyuluhan agar pegawai mengetahui apa yang seharusnya dia kerjakan. Iklim atau cuaca merupakan salah satu faktor sebagai sumber terjadinya risiko. Cuaca yang tidak menentu dapat menjadikan kondisi kesehatan berkurang. Pada saat musim hujan maka ayam harus lebih diperhatikan perawatannya, yaitu dengan memperhatikan kondisi kandang agar kandang tetap kering tidak lembab karena air hujan. Jika kondisi kandang lembab maka akan merangsang timbulkan bibit penyakit mucul seperti bakteri Fowl Chorela, Salmonelosis,Coryza, Colli Bacillosis. Selain itu juga menimbulkan jamur serta virus lainnya yang dapat menimbulkan hama dan penyakit. Untuk pencegahan yang dilakukan agar kondisi kandang tetap baik adalah dengan merenovasi kandang yang dianggap sudah tidak layak lagi agar kandang tetap steril. Pada saat musim hujan, pencegahan yang dilakukan adalah dengan cara menutup dinding tirai kandang, hal tersebut dilakukan agar kondisi didalam kandang suhunya tidak turun, memberikan terpal diatas kandang agar suhunya tetap normal, selain itu juga menghidupkan alat pemanas yang berasal dari kayu bakar atau dari batu bara. Hal itu dilakukan agar ayam tetap menjaga suhu tubuhnya. Jika kondisi sekam terlihat basah, maka sekam tersebut ditambal dengan sekam yang baru agar tidak lembab, atau jika sekam tersebut sudah terlalu basah, maka sekam diganti dengan yang baru. Sekam juga digunakan agar ayam tetap terasa hangat dan menjaga kondisi ayam pada saat berjalan agar tidak kakinya masuk ke lubang lantai. Untuk menjaga kondisi ayam broiler tetap sehat maka perlu dilakukan vaksinasi terlebih dahulu agar kebal terhadap penyakit. Selain itu juga memberikan pengobatan yang tepat waktu dan tepat ukuran, pengobatan dilakukan setelah ayam terlihat sudah terserang penyakit. Obat yang digunakan juga harus tepat sasaran, pengobatan dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami. Jika ayam sudah terkena penyakit maka ayam tersebut dipisahkan dengan ayam yang sehat, hal tersebut dilakukan agar penyakit tidak terjangkit ke ayam yang lainnya sehingga penyakit dapat dikontrol serta lebih mudah penanganannya. Selain menjaga kondisi fisik kandang, luasan kandang juga perlu diperhatikan antara kapasitas usaha budidaya ayam broiler dengan kapasitas 75

20 kandang. Hal tersebut dilakukan agar ayam tidak terlalu padat dan mendapat ruang sehingga tidak menghambat pertumbuhan ayam. Berdasarkan pembahasan variance produksi terdapat 7 variabel yang tidak signifikan terhadap variance produksi dan hanya variabel tenaga kerja yang signifikan terhadap variance produksi. Rekomendasi Strategi penanganan variance produksi adalah sebagai berikut : 1. Jumlah DOC (X1) Pada produksi rata-rata, dapat dilihat bahwa variabel ini merupakan variabel yang signifikan terhadap produktivitas, namun jika dilihat pada koefisiennya menandakan bahwa jika variabel ini ditambahkan justru akan mengurangi produksi. Sehingga rekomendasinya adalah dengan memperhatikan kapasitas kandang dengan skala usaha yang dijalankan agar peningkatan jumlah DOC juga meningkatkan produktivitas ayam broiler. 2. Pakan (X2) Variabel pakan merupakan variabel yang signifikan terhadap produksi rata-rata serta memiliki hubungan yang positif yaitu jika ditambahkan maka variabel pakan maka produktivitasnya juga akan meningkat. Namun pada variance produksi variabel ini tidak signifikan namun jika dilihat dari koefisiennya variabel ini dapat mengurangi risiko produksi. Sehingga rekomendasi yang diberikan adalah dalam waktu pemberian pakan harus sesuai dengan jenis pakan yang disusaikan dengan umur ayam agar pakan tersebut berfungsi secara maksimal dalam pertumbuhan. 3. Protect Enro (X3) Variabel ini tidak signifikan terhadap produktivitas maupun variance produksi. Serta berdasarkan koefisiennya bernilai positif sehingga rekomendasi untuk variabel ini adalah dengan menggunakan variabel Protect Enro sesuai dengan takarannya, karena berdasarkan kondisi lapangan, peternak menyamakan penggunaan variabel tersebut terhadap semua skala usaha, sehingga fungsi dari variabel ini tidak berguna. 76

21 4. Neocamp (X4) Variabel ini tidak signifikan terhadap produktivitas maupun terhadap variance produksi, jika dilihat dari koefisiennya keduanya berguna untuk meningkatkan produktivitas maupun mengurangi risiko produksi. Namun variabel tersebut tidak signifikan, sehingga jika ditambah atau dikurangi tidak mempengaruhi produktivitas maupun variance produksi. Rekomendasi untuk variabel ini juga agar para peternak plasma menggunakan dosis sesuai dengan takarannya, sehingga fungsi dari variabel tersebut bermanfaat. 5. Doxerin Plus (X5) Variabel ini pada produksi rata-rata signifikan terhadap produktivitas sedangkan berdasarkan variance produksi tidak signifikan. Sedangkan dilihat pada koefisiennya memiliki nilai positf untuk produksi rata-rata dan nilai negative untuk variance produksi. Sehingga rekomendasi yang diberikan adalah dalam pemberian variabel ini harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan, karena berdasarkan kondisi lapangan peternak menggunakan variabel ini tidak menggunakan dosis yang tepat serta tidak menyamakan pemakaian pada skala kecil maupun besar, sehingga fungsi dari variabel ini tidak berjalan dengan baik. 6. Vaksin (X6) Vaksin merupakan variabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi maupun variance produksi. Sehingga jika dilakukan penambahan atau pengurangan dalam penggunaannya tidak mempengaruhi produksi rata-rata maupun variance produksi. Rekomendasi yang diberikan adalah waktu penggunaan vaksin maupun penyimpanan vaksin harus diperhatikan sehingga vaksin dapat bermanfaat jika digunakan. 7. Pemanas (X7) Pemanas merupakan variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap produksi rata-rata sehingga jika penggunaan variabel ini ditambahkan maka akan meningkatkan produktivitas. Sedangkan jika dilihat variance produksi ini tidak berpengaruh nyata dan berdasarkan koefisiennya, variabel ini memiliki fungsi untuk mengurangi variance produksi. Berdasarkan kondisi lapang, rekomendasi yang diberikan adalah menggunakan pemanas kayu bakar, karena kayu bakar memiliki panas yang merata dibandingkan dengan batubara, dan gas. 77

22 8. Tenaga Kerja (X8) Tenaga kerja merupakan variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi rata-rata dan variance produksi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai peluang yang kurang dari taraf nyata 20 persen. Sedangkan dilihat dari nilai koefisien yang memiliki arti jika variabel ini ditambahkan maka akan mengurangi produktivitas dan akan menimbulkan/meningkatkan variance produksi. Berdasarkan kondisi lapang dapat direkomendasikan bahwa peternak harus memberikan pelatihan terlebih dahulu kepada pegawai agar pegawai mempunyai pengetahuan tentang budidaya ayam broiler. 78

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada peternak plasma ayam broiler di Dramaga Unggas Farm, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Pemilihan Kota Bogor khususnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Hasil pendataan jumlah produksi serta tingkat penggunaan input yang digunakan dalam proses budidaya belimbing dewa digunakan

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Risiko Setiap kegiatan usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha pasti memiliki risiko. Para pakar memiliki pemahaman tersendiri dalam

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 72 BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini alat analisis data yang digunakan adalah model regresi linear klasik (OLS). Untuk pembuktian kebenaran hipotesis dan untuk menguji setiap variabel

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Estimasi Parameter Model Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi Penanaman Modal Asing di Provinsi Jawa Timur adalah dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENAWARAN APEL

VII ANALISIS PENAWARAN APEL VII ANALISIS PENAWARAN APEL 7.1 Analisis Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Pada penelitian ini penawaran apel di Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dijelaskan dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Trias Farm yang berlokasi di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan dengan

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO HARGA

VI ANALISIS RISIKO HARGA VI ANALISIS RISIKO HARGA 6.1 Analisis Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembudidayaan tanaman hortikultura

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis dan Hasil Regresi Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai Desember

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA 6.1 Analisis Fungsi produksi Padi Sawah Varietas Ciherang Analisis dalam kegiatan produksi padi sawah varietas ciherang

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER (Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler Pada CV Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor) SKRIPSI IMAN SATRA NUGRAHA H34096045 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2006-2013 INDAH AYU PUSPITA SARI 14213347/3EA16 Sri Rakhmawati, SE.,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia Struktur pasar dapat dianalisis dengan tiga pokok elemen, yaitu nilai pangsa pasar, konsentrasi rasio empat perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: 214-221 ISSN 1411-0172 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN ANALYSIS OF LIVESTOCK REVENUE AND FEASIBILITY BROILER CHICKENS

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Halim Abdul, (2002). Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Halim Abdul, (2002). Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Halim Abdul, (2002). Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat, Jakarta. Mattjik AS &M. Sumertajaya, (2000). Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Press. Bogor. Nataludin. (2001). Potensi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani paprika hidroponik di lokasi penelitian adalah model fungsi Cobb-Douglas dengan pendekatan Stochastic Production

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perkebunan Aek Pamienke, Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara. Pemilihan provinsi Sumatera Utara sebagai lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Deskripsi Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan datatime series atau data runtun waktu sebanyak 12 observasi, yaitu

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH Dalam suatu kegiatan usaha ekonomi mempunyai tujuan utama untuk memperoleh keuntungan. Dalam usahaternak sapi perah salah satu usaha untuk memperoleh

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerja sama usaha ternak ayam broiler

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerja sama usaha ternak ayam broiler 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kerja sama usaha ternak ayam broiler Perternak sebagai plasma Perusahaan sebagai inti Kecamatan Gunung Pati Menyediakan: Lahan, kandang, tenaga kerja,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series dari tahun 1995 sampai tahun 2009. Data yang digunakan dalam model

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Analisis Deskripsi Data Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode 1993-2013 kurun waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur dikenal oleh sebagian masyarakat dengan nama ayam negeri yang mempunyai kemampuan bertelur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam ayam

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR 7.1. Karakteristik Umum Responden Responden penelitian ini adalah anggota Koperasi Baytul Ikhtiar yang sedang memperoleh

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak VI POLA KEMITRAAN Dramaga Unggas Farm merupakan perusahaan kemitraan ayam broiler yang didirikan pada tanggal 17 Juli 2009. Lokasi kantor perusahaan ini berada di Jl. Raya Dramaga KM 8, Kecamatan Dramaga

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 8.1. Analisis Produksi Stochastic Frontier Usahatani Kedelai Edamame Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis fungsi produksi Cobb-Douglas

Lebih terperinci

(Data Mentah) Data Penerimaan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kabupaten Lombok Timur, Jumlah Kunjunga Wisatawan dan Jumlah Objek Wisata

(Data Mentah) Data Penerimaan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kabupaten Lombok Timur, Jumlah Kunjunga Wisatawan dan Jumlah Objek Wisata L A M P I R A N 95 96 Lampiran 1 (Data Mentah) Data Penerimaan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kabupaten Lombok Timur, Jumlah Kunjunga Wisatawan dan Jumlah Objek Wisata TAHUN PAD Sektor Pariwisata Jumlah

Lebih terperinci

Lampiran 2 Penduduk Menurut Status Pekerjaan Utama (jiwa)

Lampiran 2 Penduduk Menurut Status Pekerjaan Utama (jiwa) 81 Lampiran 1 Jumlah Penduduk, Rumahtangga, dan Rata-rata Anggota Rumahtangga Tahun Jumlah Penduduk (ribu jiwa) Jumlah Rumahtangga Rata-rata Anggota Rumahtangga (1) (2) (3) (4) 2000 205.132 52.008,3 3,9

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5. 1 Pengantar Bab 5 akan memaparkan proses pengolahan data dan analisis hasil pengolahan data. Data diolah dalam bentuk persamaan regresi linear berganda dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 84 4.1. Analisis Kuantitatif BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Untuk menguji validitas dan realiabilitas instrumen, penulis menggunakan analisis dengan SPSS.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian ini rasio likuiditas yang digunakan adalah Current Ratio (CR)

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian ini rasio likuiditas yang digunakan adalah Current Ratio (CR) BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Analisis Rasio Likuiditas BCA Syariah Rasio likuiditas ini mengukur kemampuan perusahaan atau bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo.

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS Analisis risiko produksi jagung manis dilakukan dengan menggunakan metode risiko produksi yang telah dikembangkan oleh Just dan Pope. Pendekatan analisis risiko

Lebih terperinci

I Peternakan Ayam Broiler

I Peternakan Ayam Broiler I Peternakan Ayam Broiler A. Pemeliharaan Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ras ayam pedaging yang memiliki produktivitas tinggi. Ayam broiler mampu menghasilkan daging dalam waktu 5 7 minggu (Suci dan

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang 5.1.1. Produksi Pupuk Urea ton 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 - Tahun Sumber : Rendal Produksi PT. Pupuk Kujang,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared. V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil estimasi dan pembahasan dalam penelitian ini akan dibagi dalam tiga pemaparan umum yaitu pemaparan secara statistik yang meliputi pembahasan mengenai hasil dari uji statistik

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi Cobb Douglas. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bagian ini berisikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat yang dijabarkan dari hasil penelitian dan pembahasan untuk membuktikan kebenaran

Lebih terperinci

akan di gunakan berbentuk linier atau log linier. Maka dalam penelitian ini

akan di gunakan berbentuk linier atau log linier. Maka dalam penelitian ini 56 BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Hasil Regresi dan Pengujian Hipotesis 6.1.1. Pemilihan Model Regresi Pemilihan model regresi ini menggunakan uji Mackinnon, white and Davidson (MWD) yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dapat digunakan. Keempat pengujian tersebut adalah uji kenormalan, uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dapat digunakan. Keempat pengujian tersebut adalah uji kenormalan, uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Asumsi Pengujian asumsi dilalukan untuk memastikan bahwa model yang dipilih telah memenuhi asumsi yang telah ditentukan. Ada empat tahapan pengujian asumsi yang harus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB Totok B Julianto dan Sasongko W R Ayam KUB Ayam kampung atau ayam buras (bukan ras), masih digemari oleh masyarakat baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam ruang lingkup sektor pertanian. Waktu penelitian untuk mengumpulkan data

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi Fungsi Dampak Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian dan Industri Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi Fungsi Dampak Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian dan Industri Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca 49 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Estimasi Fungsi Dampak Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian dan Industri Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca Dalam penelitian ini berusaha untuk menganalisis 6 buah model

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode 38 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Analisis Deskripsi Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode

Lebih terperinci

VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN. 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan

VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN. 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan Penilaian tingkat kepentingan dan kinerja dilakukan secara individu oleh seluruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio. sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio. sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut : 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio (DER), price to earning ratio (PER), dan earning pershare (EPS) terhadap return

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU 8.1. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Deskriptif Rata-rata Standar Deviasi

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Deskriptif Rata-rata Standar Deviasi BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab 4 akan membahas lebih dalam mengenai proses pengolahan data, dimulai dari penjelasan mengenai statistik deskriptif sampai dengan penjelasan mengenai hasil dari analisis

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Variabel Dependen PDRB Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Persentase BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Analisis Profitabilitas Bank Muamalat Indonesia Profitabilitas merupakan kemampuan bank dalam mencari keuntungan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Analisis pengaruh PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah sektor kesehatan, dan pengeluaran pemerintah sektor pendidikan terhadap indeks pembangunan manusia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai data variabel dalam penelitian ini maka digunakanlah tabel statistik deskriptif. Tabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data 1.1 Analisis Deskripsi Data BAB IV HASIL DAN ANALISIS Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun 1996-2012. Data tersebut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 60 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Untuk menguji validitas dan realiabilitas instrumen, penulis menggunakan analisis dengan SPSS. Berikut hasil pengujian validitas.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun

Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun 69 Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun 2004-2010 Periode sbdepo Inflasi depo Jan-04 6.27 0.57 426.424 Feb-04 5.99-0.02 409.204 Mar-04 5.86 0.36 401.686 Apr-04

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Perusahaan

Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Perusahaan LAMPIRAN Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Perusahaan Hijauan Cikalong Lapangan Cikalong Pakan Cikalong Kandang Cikalong Direktur Operasional Lapangan Cikanjung Hijauan Cikanjung Pakan Cikanjung Anak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Keadaan Wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang berada di Pulau Jawa dan merupakan provinsi paling timur di Pulau Jawa. Letaknya pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Ayam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN IV.1 Analisis Deskriptif IV.1.1 Gambaran Mengenai Return Saham Tabel IV.1 Descriptive Statistics N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Return Saham 45 2.09-0.40

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang mempunyai jumlah peternak sapi IB dan non IB di tiga Kecamatan yaitu Kecamatan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Komoditas pertanian erat kaitannya dengan tingkat produktivitas dan efisiensi yang rendah. Kedua ukuran tersebut dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

Produktivitas Padi, Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Deli Serdang,

Produktivitas Padi, Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Deli Serdang, Lampiran 1. Produktivitas Padi, Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Deli Serdang, 2004-2010 Tahun Semester Produktivitas Padi (ton/ha) Luas Panen (ha) Produksi Padi (ton) 2004 1 4.585 40.187 184257.4

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Budidaya Ayam Ras Pedaging Ayam ras pedaging atau ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.2. Data dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.2. Data dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian mengenai risiko harga dan perilaku penawaran apel dilakukan di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yang beralamat di Jalan Abdul Gani Atas, Kelurahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Pelayanan Jasa Pelabuhan Sunda Kelapa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Pelayanan Jasa Pelabuhan Sunda Kelapa BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Pelayanan Jasa Pelabuhan Sunda Kelapa 4.1.1. Pendapatan Pelabuhan Pendapatan yang diterima Pelabuhan Sunda Kelapa sejak tahun 2004 sampai tahun 2010 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. melalui penyusunan model regresi linier berganda dari variabel-variabel input dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. melalui penyusunan model regresi linier berganda dari variabel-variabel input dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Estimasi Model Fungsi produksi Cobb-Douglas untuk usaha tanaman kedelai diperoleh melalui penyusunan model regresi linier berganda dari variabel-variabel input dan output

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 46 A. Statistik Deskriptif BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti nilai minimum, maksimum, mean, dan standard deviasi dari masing-masing

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Analisa Statistik Deskriptif Statistik deskriftif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti minimum, maksimum, mean, dan standar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data data penelitian seperti jumlah data yang diolah, nilai minimum,

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat BAB IV HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini diperoleh dari hasil analisis data yang akan disajikan di bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat dan akurat dibantu dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usaha ternak ayam adalah usaha yang membudidayakan ayam ras pedaging probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran

Lebih terperinci

RISET ITU MUDAH. Salah satu contoh pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita adalah:

RISET ITU MUDAH. Salah satu contoh pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita adalah: Rangga Handika Salah satu contoh pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita adalah: Apakah berinvestasi pada saham bisa menutup penurunan pendapatan real kita yang tergerus inflasi? Untuk itu, marilah

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN 6.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Teh PTPN Analisis regresi berganda dengan metode OLS didasarkan pada beberapa asumsi yang harus

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Setelah melalui beberapa tahap kegiatan penelitian, dalam bab IV ini diuraikan analisis hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Analisis

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Produksi Penelitian ini akan mengukur bagaimana dampak penggunaan faktorfaktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi hasil produksi.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Penghitungan kesenjangan pendapatan regional antar kabupaten/kota di Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskripsi Data 1. Analisis Dana Pihak Ketiga Bank BCA Syariah Dana Pihak Ketiga adalah komponen dana yang paling penting, besarnya keuntungan (profit) yang akan dihasilkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. syarat kriteria BLUE (Best Unbiased Estimato). model regresi yang digunakan terdapat multikolinearitas.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. syarat kriteria BLUE (Best Unbiased Estimato). model regresi yang digunakan terdapat multikolinearitas. 81 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas Penelitian ini menggunakan analisis model GLS (General Least Square). Metode GLS sudah memperhitungkan heteroskedastisitas pada variabel independen

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci