VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR"

Transkripsi

1 VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR 7.1. Karakteristik Umum Responden Responden penelitian ini adalah anggota Koperasi Baytul Ikhtiar yang sedang memperoleh pembiayaan dengan alokasi kebutuhan sektor agribisnis. Adapun jumlah responden adalah sebanyak 40 orang yang berasal dari tiga wilayah, yaitu Kecamatan Dramaga, Taman Sari, dan Rumpin. Responden dibagi menjadi dua jenis usaha, yaitu on-farm dan off-farm. Jenis usaha on-farm terdiri dari petani sebanyak 26 orang (65 persen) dan peternak sebanyak 6 orang (15 persen), sedangkan jenis usaha off-farm terdiri dari pedagang sebanyak 7 orang (17,5 persen), dan 1 orang pelaku industri rumah tangga (2,5 persen). Responden dengan jenis usahatani mayoritas menanam padi, jagung, umbiumbian, dan sayur-mayur seperti bayam dan kangkung, sedangkan peternak umumnya memiliki ternak pembesaran kambing dan budidaya ikan yaitu ikan gurame, ikan bawal, dan ikan mas. Adapun responden dengan usaha dagang memiliki usaha penjualan daging ayam segar dan sayur-mayur, sedangkan responden dengan usaha industri rumah tangga memiliki usaha pembuatan dan penjualan kripik singkong. Tabel 12. Jumlah dan Proporsi Responden KBI Menurut Jenis Usaha Tahun 2012 Jenis Usaha Jumlah Responden (orang) Proporsi (%) On-farm Petani 26 65,0 Peternak 6 15,0 Off-farm Pedagang 7 17,5 Industri Rumah Tangga 1 2,5 Total ,0 Adapun beberapa karakteristik umum responden lainnya meliputi usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Usia anggota yang menjadi responden dalam penelitian ini berkisar antara 19 tahun hingga 66 tahun. Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini berada pada usia tahun yaitu sebanyak 20 orang (50 persen), sedangkan responden 65

2 dalam rentang usia tahun berjumlah 11 orang (27,5 persen). Proporsi responden terkecil adalah responden dengan usia yaitu hanya berjumlah 4 orang (10 persen). Tabel 13. Jumlah dan Proporsi Responden KBI Menurut Usia Tahun 2012 Usia (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Proporsi (%) , , , ,0 Total ,0 Jenis kelamin responden seluruhnya adalah wanita sesuai dengan ketentuan yang dimiliki oleh Koperasi Baytul Ikhtiar. Hal tersebut dikarenakan sistem Grameen Bank yang memang memiliki sasaran anggota layanan berjenis kelamin wanita. Oleh karena itu, anggota layanan Koperasi Baytul Ikhtiar tidak ada yang berjenis kelamin pria. Selain usia dan jenis kelamin, terdapat pula karakteristik umum responden lainnya yaitu tingkat pendidikan. Berdasarkan Tabel 14, tingkat pendidikan responden terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu tidak tamat SD, SD, dan SLTP/sederajat. Responden yang tidak menamatkan pendidikan SD berjumlah 13 orang (32,5 persen), sedangkan responden yang mendominasi adalah responden yang berpendidikan sampai dengan SD/sederajat dengan jumlah 23 orang (57,5 persen), dan sisanya adalah responden yang telah menempuh pendidikan hingga tingkat SLTP/sederajat sebanyak 4 orang (10 persen). Tabel 14. Jumlah dan Proporsi Responden KBI Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012 Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Orang) Proporsi (%) Tidak Tamat SD 13 32,5 SD/sederajat 23 57,5 SLTP/sederajat 4 10,0 Total ,0 66

3 7.2. Karakteristik Pembiayaan Responden Sektor Agribisnis Berdasarkan hasil penelitian terhadap anggota Koperasi Baytul Ikhtiar, diperoleh karakteristik pembiayaan responden sektor agribisnis. Karakteristik anggota koperasi diidentifikasi melalui beberapa variabel yang dimiliki oleh masing-masing responden. Variabel-variabel tersebut meliputi lama keanggotaan, aset anggota, omset usaha per tahun, pendapatan bersih per tahun, frekuensi pembiayaan, jumlah pengajuan pembiayaan, dan jenis usaha. Karakteristik responden tersebut akan diterangkan pada Tabel 15 dengan pembagian perhitungan berdasarkan jenis usaha yang dijalankan. Tabel 15. Analisis Parameter yang Mempengaruhi Pembiayaan Sektor Agribisnis KBI Tahun 2012 Variabel On-Farm (N=32) Off-Farm (N=8) Rata-Rata Lama Keanggotan (Thn) Aset Anggota (Rp) Omset Usaha (Rp/Tahun) Pendapatan Bersih (Rp/Tahun) Frekuensi Pembiayaan (Kali) 2,75 2,125 2,44 Jumlah Pengajuan Pembiayaan (Rp) Jumlah Pembiayaan yang Diterima (Rp) Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 15, dapat dilihat beberapa karakteristik rata-rata yang dapat dideskripsikan dari variabel lama keanggotaan, aset anggota, omset usaha per tahun, pendapatan bersih per tahun, frekuensi pembiayaan, jumlah pengajuan pembiayaan, jenis usaha, dan jumlah pembiayaan yang diterima anggota. Oleh karena itu, data tersebut dapat menunjukkan adanya kecenderungan dari setiap jenis usaha agribisnis tersebut. Hasil rataan di atas dapat menunjukkan adanya keterkaitan antara lama keanggotaan dengan frekuensi pembiayaan responden. Frekuensi pembiayaan responden untuk jenis usaha on-farm adalah 2,75 kali dalam 3 tahun dan untuk usaha off-farm adalah 2,12 kali dalam 1,88 tahun keanggotaan. Hal ini dapat menunjukkan bahwa semakin lama keanggotan responden, maka semakin tinggi pula frekuensi pembiayaan yang diterima. Hal ini pun sesuai dengan ketentuan 67

4 koperasi yang memberikan jangka waktu angsuran selama 50 pekan, yang artinya setiap satu tahun sekali anggota dapat mengajukan pembiayaan kepada koperasi. Berdasarkan jumlah rata-rata aset responden, jenis usaha on-farm memiliki nilai rata-rata aset yang lebih besar daripada responden yang menjalankan usaha off-farm. Hal tersebut disebabkan responden sektor pertanian sebagian besar memiliki lahan usaha, sehingga nilai aset umumnya didominasi oleh nilai lahan tersebut. Adapun nilai lahan per meter persegi berkisar antara Rp ,- hingga Rp ,- di daerah Rumpin, sedangkan di daerah Taman Sari dan Dramaga mencapai Rp ,- hingga Rp ,- per meter persegi. Berdasarkan data luas lahan pada Tabel 16, terdapat 22 responden yang memiliki lahan milik dari total 30 responden yang mengusahakan lahan pertanian. Data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden pertanian memiliki lahan milik sebagai aset responden. Tabel 16. Jumlah dan Proporsi Luas Lahan Milik dan Non Milik Responden Sektor Pertanian KBI Tahun 2012 Status Lahan Luas Lahan (m 2 ) Jumlah Responden (Orang) Proporsi (%) Milik < , , ,67 > ,33 Non Milik < , , ,00 > ,00 Total Berkaitan dengan omset usaha, responden usaha on-farm memiliki nilai omset usaha yang lebih rendah daripada usaha off-farm per tahunnya. Rendahnya nilai omset tersebut disebabkan oleh perputaran modal usaha on-farm yang membutuhkan waktu hingga hitungan bulan, sehingga penjualan komoditi hanya dapat dilakukan dalam beberapa kali dalam satu tahun. Berbeda halnya dengan rata-rata omset yang diterima oleh responden usaha off-farm, dimana perputaran modal terjadi setiap hari sehingga total penjualan per tahun tergolong tinggi. 68

5 Nilai pendapatan bersih responden bergantung pada jumlah pendapatan dan pengeluaran rumah tangga responden. Pendapatan rumah tangga responden umumnya berasal dari keuntungan usahatani, perdagangan, upah sebagai buruh tani, gaji suami, hingga bantuan dari anak, sedangkan pengeluaran rumah tangga responden berkisar antara biaya dapur, biaya listrik, pulsa, kredit, arisan, bahan bakar kendaraan, renovasi rumah, dan lain sebagainya. Berdasarkan data tersebut, nilai pendapatan bersih per tahun yang diperoleh responden jenis usaha on-farm lebih kecil daripada jenis usaha off-farm. Hal ini disebabkan oleh responden usaha off-farm yang dapat memperoleh pendapatan usaha setiap hari karena adanya perputaran penjualan produk secara cepat, sedangkan rensponden usaha on-farm hanya memperoleh pendapatan usaha pada saat panen dan pada waktu penjualan komoditi berlangsung. Jumlah pengajuan pembiayaan responden pada penelitian kali ini berkisar antara Rp ,- sampai dengan Rp ,-. Rata-rata jumlah pengajuan pembiayaan responden jenis usaha on-farm bernilai Rp ,- sedangkan responden usaha off-farm memiliki rata-rata Rp ,-. Pada umumnya, responden usaha on-farm mengajukan pembiayaan dengan peruntukan modal investasi pengadaan alat-alat pertanian dan modal tani, mulai dari bibit, pupuk, obat, sewa kerbau, dan upah tenaga kerja, sedangkan responden usaha off-farm memiliki peruntukan untuk modal pembelian komoditi yang akan diperdagangkan. Pada dasarnya, jumlah pengajuan ini bergantung pada kebutuhan tiap usaha responden. Selisih rata-rata jumlah pengajuan pembiayaan antara kedua jenis usaha pun tidak terlalu besar, walau responden dengan usaha off-farm memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi. Jumlah pembiayaan yang diterima responden pun beragam sesuai dengan kisaran jumlah yang diajukan. Realisasi pembiayaan yang tertinggi adalah sebesar yaitu Rp ,- dan pembiayaan terendah yang diterima adalah senilai Rp ,-. Adapun nilai rata-rata yang diterima responden usaha on-farm bernilai Rp ,- sedangkan responden dengan usaha off-farm memiliki rata-rata Rp ,- artinya nilai rata-rata yang diterima responden off-farm lebih besar daripada responden dengan usaha on-farm. 69

6 7.3. Keragaan Regresi Faktor-Faktor Pembiayaan Sektor Agribisnis Dalam membuat suatu persamaan regresi linear berganda diperlukan beberapa asumsi mendasar yang perlu diperhatikan, yaitu normalitas, autokorelasi, multikolinieritas, dan heterokedastisitas. 1. Normalitas ditunjukkan dengan hasil plot garis dari standarized residual cummulative probability. Berdasarkan hasil uji tersebut, sebaran data tidak berada pada garis normal yaitu P-value (0,000) < α (0,1). Oleh karena itu, salah satu cara agar sisaan menjadi normal dapat dilakukan dengan Transformasi Box- Cox (Lampiran 1). Dengan dilakukannya transformasi tersebut, data berada pada garis normal dan nilai P-Value (0,977) > α (0,1) sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas terpenuhi (Lampiran 1). 2. Heteroskedastisitas ditunjukkan melalui plot antara standardized residual dengan variabel terikat yang memperlihatkan bahwa tidak terdapat suatu pola dalam plot tersebut sehingga data tersebut homogeni atau komponen error tidak heteroskedastisitas. Hal ini juga dapat diperjelas dengan hasil White Test yang menunjukkan nilai P-Value > α sehingga data tersebut homogen atau komponen error tidak heteroskedastisitas (Lampiran 2). 3. Autokorelasi dapat ditunjukkan melalui uji Durbin-Watson dan diperoleh nilai d=1,44 yang mendekati nilai d=2. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada komponen error sehingga hasil uji T dan uji F adalah valid (Lampiran 3). 4. Multikolinieritas ditunjukkan melalui hasil VIF (Variance Inflation Factors). Diketahui bahwa nilai VIF dari seluruh variabel bebas adalah lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada multikolinier pada variabel bebas atau tidak terdapat hubungan yang kuat antar variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini (Lampiran 4) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Agribisnis Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan sektor agribisnis di Koperasi Baytul Ikhtiar, dapat dilakukan melalui pengujian dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Pada penelitian ini diduga terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi pembiayaan sektor agribisnis. Faktor-faktor 70

7 tersebut terdiri dari yaitu lama keanggotaan (X 1 ), aset anggota (X 2 ), omset usaha per tahun (X 3 ), pendapatan bersih per tahun (X 4 ), frekuensi pembiayaan (X 5 ), jumlah pengajuan pembiayaan (X 6 ), dan jenis usaha (D 1 ). Pengujian ini menggunakan tingkat kepercayaan 90 persen atau taraf nyata (α) 10 persen. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda dari pengolahan 40 anggota responden pada Tabel 17, diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 2.34E E-09X E-11X E-10X E-10X E-08X E-11X E-08X 7 Tabel 17. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Agribisnis di KBI Tahun 2012 Variabel Koefisien T-hitung P-value VIF Lama Keanggotaan 1.98E Aset Anggota -3.31E Omset Usaha per Tahun -1.33E Pendapatan Bersih per Tahun 2.59E Frekuensi Pembiayaan -2.15E Jumlah Pengajuan Pembiayaan -4.93E Jenis Usaha -2.73E Konstanta 2.34E R 2 = 78,10 % R 2 (adj) = 73,31 % F-hitung = P-value = 0,000 Durbin Watson = Tabel 17 merupakan rangkuman hasil regresi model faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan sektor agribisnis. Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat beberapa hasil uji statistik yaitu uji T, uji F, dan koefisiensi determinasi (R 2 ) sebagai uji ketepatan model. Nilai P-value dari statistik F lebih kecil dari taraf nyata 10 persen, yaitu P-value (0,000) < α (0,1) sehingga terdapat minimal satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Selain itu, hasil koefisien determinasi dapat menunjukkan akurasi model dugaan (goodness of fit). Pada penelitian ini koefisien determinasi (R 2 ) memiliki nilai 78,1 persen yang menandakan bahwa sebesar 78,1 persen variasi variabel terikat (jumlah pembiayaan yang diterima) dapat dijelaskan secara nyata oleh variabel-variabel 71

8 bebas dalam model, sedangkan sisanya sebesar 21,9 persen dapat dijelaskan oleh variabel error, yaitu variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Pengujian terhadap pengaruh nyata masing-masing variabel bebas secara parsial dilakukan dengan uji T. Berdasarkan hasil uji, variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap jumlah pembiayaan yang diterima anggota koperasi sektor agribisnis berjumlah tiga dari tujuh variabel yang diduga. Variabel-variabel tersebut antara lain frekuensi pembiayaan dan jumlah pengajuan pembiayaan pada tingkat kepercayaan 90 persen dan variabel omset usaha per tahun pada tingkat kepercayaan 80 persen. Adapun variabel lainnya seperti lama keanggotaan, aset anggota, pendapatan bersih per tahun, dan jenis usaha tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya pembiayaan yang diterima anggota koperasi sektor agribinis Lama Keanggotan (X 1 ) Lama keanggotaan menjadi faktor penduga untuk mengetahui pengaruh besarnya pembiayaan yang diterima anggota sektor agribisnis karena semakin lama keanggotaan seseorang maka pihak koperasi akan lebih mengenal karakter anggota dan mengetahui sejauh mana perkembangan usaha anggota, sehingga pembiayaan yang diterima dapat lebih besar. Hal ini sesuai dengan hasil uji statistik yang menunjukkan terdapat hubungan yang positif antara lama keanggotan dengan jumlah pembiayaan yang diterima anggota, yakni apabila lama keanggotaan meningkat satu satuan, maka pembiayaan yang diterima anggota akan meningkat sebesar Rp 3.029,24, ceteris paribus. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa KBI tetap mempertimbangkan lama keanggotaan dalam menentukan besarnya pembiayaan yang diberikan kepada anggota sektor agribisnis. Walaupun demikian, hasil uji statistik menunjukkan hasil bahwa nilai p-value untuk lama keanggotaan (X 1 ) bernilai 0,803 yakni lebih besar dari nilai α (0,1), maka p-value > α dan hal ini menunjukkan bahwa lama keanggotaan tidak signifikan mempengaruhi besarnya pembiayaan untuk sektor agribisnis. 72

9 Tabel 18. Lama Keanggotan Responden KBI Sektor Agribisnis Tahun 2012 Lama Keanggotan (Tahun) Jumlah (Orang) Proporsi (%) < , ,00 > ,00 Total ,00 Data di atas menunjukkan bahwa responden sektor pertanian sebagian besar resmi tercatat sebagai anggota KBI kurang dari tiga tahun, yaitu mencapai 55 persen responden. Selain itu, terdapat 12 responden (30 persen) yang telah menjadi anggota selama 3-5 tahun dan hanya 6 responden (15 persen) yang telah menjadi anggota selama lebih dari 5 tahun. Hal ini sesuai dengan keadaan lapang yang menunjukkan bahwa responden dengan lama keanggotaan yang semakin tinggi akan memperoleh pembiayaan yang lebih besar Aset Anggota (X 2 ) Aset anggota pada penelitian ini diukur dari nilai aset usaha dan aset rumah tangga responden. Hal tersebut didasari dari model Grameen Bank pada KBI yang menggunakan pendekatan rumah tangga anggota. Nilai aset anggota menjadi faktor penduga terhadap besarnya pembiayaan yang diterima responden karena dapat menggambarkan kepemilikan harta responden, sehingga apabila aset anggota semakin besar maka diduga pihak KBI berani untuk memberikan jumlah pembiayaan yang lebih tinggi. Namun, berdasarkan uji statistik diperoleh hasil bahwa variabel anggota memiliki hubungan yang negatif terhadap jumlah pembiayaan yang diterima anggota, yaitu apabila nilai aset anggota meningkat satu satuan, maka jumlah pembiayaan yang diterima anggota akan menurun sebesar Rp ,- ceteris paribus. Hasil perhitungan tersebut tidak sesuai dengan dugaan sebelumnya. Hal ini dapat disebabkan karena KBI pada dasarnya tidak memperhitungkan besar aset yang dimiliki anggota. KBI menilai bahwa jaminan kepercayaan dari anggota jauh lebih penting dari aset yang dimiliki. Penentuan wilayah sasaran KBI pun diawali dengan melakukan pemetaan blok-blok pemukiman masyarakat miskin yang didukung dengan data sekunder wilayah setempat. Hal ini sesuai dengan misi KBI 73

10 untuk memprioritaskan pembiayaan bagi masyarakat miskin yang berlokasi sangat jauh dari perkotaan dan memiliki keterbatasan akses terhadap pembiayaan. Selain itu, berdasarkan hasil uji statistik, p-value bagi aset anggota bernilai 0,593 dan nilai tersebut lebih tinggi dari pada nilai α (0,1), maka p-value > α. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa aset anggota tidak signifikan mempengaruhi pembiayaan sektor agribisnis di KBI. Tabel 19. Aset Anggota Responden KBI Sektor Agribisnis Tahun 2012 Aset Anggota (Juta Rp) Jumlah Responden (Orang) Proporsi (%) < , , ,0 > ,0 Total ,0 Berdasarkan data pada Tabel 19, dapat ditunjukkan bahwa sebanyak 40 persen atau 16 responden memiliki aset yang bernilai kurang dari Rp , sedangkan responden yang memiliki aset dikisaran lebih dari atau sama dengan Rp ,- hingga Rp ,- berjumlah 14 orang (35 persen). Responden yang memiliki nilai aset yang lebih tinggi, yaitu antara Rp ,- sampai dengan Rp ,-, berjumlah 6 orang dan sisanya sebanyak 4 orang memiliki aset yang bernilai lebih dari Rp ,-. Nilai aset ini didominasi oleh nilai kepemilikan lahan yang dijabarkan pada Tabel 16 dan nilai bangunan tempat tinggal. Lahan dan bangunan tempat tinggal tersebut umumnya berasal dari warisan orang tua yang saat ini telah menjadi milik responden. Besarnya nilai aset yang dimiliki responden tidak menjamin besarnya pembiayaan yang diterima. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya responden dengan kepemilikan aset dibawah Rp ,- yang menerima pembiayaan lebih besar daripada responden yang memiliki aset di atas Rp ,-. Oleh karena itu, nilai aset tidak menjadi pertimbangan pihak koperasi dalam memberikan pembiayaan karena yang terpenting bagi koperasi adalah dapat menjangkau lapisan masyarakat yang tidak memiliki akses terhadap pembiayaan mikro. 74

11 Omset Usaha per Tahun (X 3 ) Omset usaha per tahun merupakan total penjualan yang diterima responden sehingga dapat menggambarkan aktivitas dan perkembangan usaha yang dijalankan. Omset usaha menjadi faktor penduga yang mempengaruhi pembiayaan KBI karena semakin besar omset usaha maka tingkat kemampuan usaha dalam menghasilkan penjualan produk semakin besar, sehingga koperasi dapat memberikan pembiayaan yang besar pula. Namun, tidak demikian dengan hasil uji statistik yang menunjukkan variabel omset usaha per tahun yang berhubungan negatif terhadap besarnya pembiayaan yang diterima anggota, yakni apabila omset usaha anggota naik satu satuan, maka jumlah pembiayaan yang diterima anggota menurun sebesar Rp 8.921,- ceteris paribus. Bahkan nilai tersebut berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor agribisnis dengan hasil p-value variabel omset usaha lebih kecil dari taraf nyata 20 persen, yaitu p- value (0,175) < α (0,2). Tabel 20. Omset Usaha per Tahun Responden KBI Sektor Agribisnis Tahun 2012 Omset Usaha per Tahun (Juta Rp) Jumlah Responden (Orang) Proporsi (%) < , ,0 > ,5 Total ,0 Berdasarkan data pada Tabel 20, dapat ditunjukkan bahwa omset per tahun yang diperoleh responden sektor agribisnis cukup beragam. Responden yang memiliki omset usaha per tahun kurang dari Rp ,- merupakan jumlah responden dengan proporsi tertinggi yaitu 82,5 persen. Dalam memberikan pembiayaannya, KBI justru memprioritaskan bagi pembiayaan dengan omset usaha yang kecil. KBI menganggap bahwa usaha mikro dengan omset usaha yang rendah lebih membutuhkan pembiayaan daripada usaha yang telah lama berdiri dan memiliki omset yang besar. Dalam hal ini, konsep pemberdayaan masyarakat miskin bagi KBI sangat jelas nampaknya. 75

12 Pendapatan Bersih per Tahun (X 4 ) Pendapatan bersih per tahun merupakan hasil dari perhitungan total pendapatan yang dikurangi dengan besarnya pengeluaran rumah tangga. Pendapatan bersih per tahun menjadi faktor penduga yang mempengaruhi besarnya pembiayaan sektor agribisnis. Semakin besar pendapatan bersih anggota maka diduga akan semakin besar pula kemampuan responden dalam melunasi angsuran tiap minggunya, sehingga dapat memberikan gambaran bagi koperasi bahwa usaha yang dijalankan memiliki prospek untuk dibiayai lebih besar. Hal ini sesuai dengan hasil uji stastistik yang menunjukkan bahwa variabel pendapatan bersih ini memiliki hubungan yang positif dengan jumlah pembiayaan yang diterima anggota, yakni apabila pendapatan bersih anggota naik satu satuan, maka jumlah pembiayaan yang diterima akan meningkat sebesar Rp 6.834,- ceteris paribus. Namun, nilai p-value untuk pendapatan bersih per tahun adalah 0,71 yang bernilai lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Oleh karena itu, p-value > α (0,1) dan dapat disimpulkan bahwa faktor pendapatan bersih per tahun tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor agribisnis. Tabel 21. Pendapatan Bersih per Tahun Responden KBI Sektor Agribisnis Tahun 2012 Pendapatan Bersih per Tahun (Juta Rp) Jumlah Responden (Orang) Proporsi (%) < , ,0 > ,5 Total ,0 Pendapatan bersih per tahun responden koperasi didominasi oleh responden yang memiliki pendapatan bersih kurang dari Rp ,- per tahun, yaitu mencapai 87,50 persen atau sebanyak 35 orang. Adapun responden dengan kisaran pendapatan bersih Rp ,- hingga Rp ,- per tahun hanya berjumlah 2 orang (5 persen). Nilai pendapatan bersih ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur kekuatan menabung para responden per tahun (saving power). Oleh karena itu, semakin tinggi pendapatan bersih responden maka akan semakin tinggi pula saving power responden tersebut, sehingga kemampuan responden dalam 76

13 memenuhi kewajibannya semakin besar. Hal ini yang menyebabkan KBI cenderung memberikan pembiayaan yang lebih besar kepada responden yang memiliki pendapatan bersih besar. Oleh karena itu, faktor ini dinilai tepat untuk digunakan KBI sebagai penentu jumlah pembiayaan yang diberikan kepadaanggota Frekuensi Pembiayaan (X 5 ) Frekuensi pembiayaan dapat diartikan sebagai ukuran pengalaman dalam mengambil pembiayaan. Frekuensi pembiayaan menjadi faktor penduga yang mempengaruhi pembiayaan koperasi sektor agribisnis. Semakin sering anggota melakukan pinjaman, maka anggota tersebut diduga lebih memahami tentang pembiayaan yang diberikan dan bagaimana mengalokasikan pembiayaan tersebut dengan baik, sehingga hasil nya pun diduga sesuai dengan yang diharapkan dan pengembalian pembiayaan dapat berjalan lancar. Namun, dugaan tersebut tidak sesuai dengan hasil uji yang menunjukkan bahwa variabel frekuensi pembiayaan memiliki hubungan yang negatif dengan besarnya pembiayaan yang diterima anggota, yakni apabila frekuensi pembiayaan meningkat satu satuan, maka pembiayaan yang diterima anggota akan turun sebesar Rp 1.166,- ceteris pasribus. Bahkan, p-value untuk frekuensi pembiayaan bernilai 0,057 yang artinya lebih kecil daripada taraf nyata 10 persen, sehingga faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan pada sektor agribisnis KBI. Tabel 22. Frekuensi Pembiayaan Responden KBI Sektor Agribisnis Tahun 2012 Frekuensi Pembiayaan (Kali) Jumlah (Orang) Proporsi (%) < , ,50 > 5 3 7,50 Total ,00 Proporsi terbesar dimiliki oleh responden sektor agribisnis dengan frekuensi pembiayaan kurang dari 3 kali, yaitu sebesar 50 persen atau sebanyak 20 orang responden. Selanjutnya, frekuensi pembiayaan sebanyak 3 sampai dengan 5 kali dimiliki oleh 17 orang (42,50 persen) dan responden yang telah melakukan 77

14 pembiayaan lebih dari 5 kali hanya berjumlah 3 orang (7,5 persen). KBI dalam hal ini lebih berfokus pada penyaluran pembiayaan anggota-anggota baru pada sektor agribisnis. Kondisi ini dapat dilihat dari proses koperasi dalam melakukan penumbuhan wilayah baru yang didominasi oleh sektor pertanian, yaitu di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Di sisi lain, koperasi yang cenderung memberikan pembiayaan kepada anggota baru tersebut juga didasari dari adanya prinsip pemerataan pembiayaan bagi anggota, jadi dengan kata lain koperasi berfokus untuk dapat menjangkau anggota baru sebanyak-banyaknya dalam rangka misi perluasan jangkauan wilayah sasaran KBI Jumlah Pengajuan Pembiayaan (X 6 ) Jumlah pengajuan pembiayaan merupakan faktor penduga yang mempengaruhi pembiayaan sektor agrbisnis yang diberikan oleh KBI. Jumlah pengajuan pembiayaan harus rasional dan sesuai dengan kebutuhan tiap anggota sehingga koperasi dapat melihat sejauh mana pengajuan tersebut akan dialokasikan terhadap usahanya. Diduga bahwa semakin besar jumlah pengajuan pembiayaan, maka diduga koperasi akan meningkatkan jumlah pembiayaan yang diberikan. Namun, hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel jumlah pengajuan pembiayaan memiliki hubungan yang negatif terhadap jumlah pembiayaan yang diterima anggota, yakni apabila jumlah pengajuan meningkat satu satuan, maka jumlah pembiayaan yang diberikan koperasi akan menurun sebesar Rp ,- ceteris paribus. Bahkan, p-value variabel ini bernilai 0,0095 yang lebih kecil dari taraf nyata 10 persen, yaitu p-value < α sehingga faktor penduga ini berpengaruh signifikan terhadap besarnya pembiayaan sektor agribisnis. Tabel 23. Jumlah Pengajuan Pembiayaan Responden KBI Sektor Agribisnis Tahun 2012 Jumlah Pengajuan Pembiayaan (Rp) Jumlah (Orang) Proporsi (%) , ,00 > ,00 Total ,00 78

15 Berdasarkan data pada Tabel 23, sebanyak 28 orang atau 70 persen responden mengajukan pembiayaan antara Rp ,- hingga Rp ,- sedangkan responden yang mengajukan pembiayaan Rp ,- hingga Rp ,- berjumlah 10 orang (25 persen). Adapun responden yang mengajukan pembiayaan diatas Rp hanya berjumlah 2 orang. Pada dasarnya, KBI tidak hanya mempertimbangkan besarnya pembiayaan yang diberikan berdasarkan jumlah pengajuan pembiayaan saja, tetapi juga mempertimbangkan dari segi pengalokasian pembiayaan yang akan diterima oleh anggota. Selain itu, hubungan negatif antara variabel ini dengan jumlah pembiayaan yang diberikan menunjukkan pula bahwa KBI lebih berfokus pada pembiayaan usaha mikro yang cenderung mengajukan pembiayaan yang lebih rendah daripada usaha skala yang lebih besar Jenis Usaha (D 1 ) Jenis usaha merupakan penggolongan responden yang menjalankan jenis usaha pertanian atau peternakan pada sistem on-farm atau jenis usaha perdagangan maupun industri rumah tangga pada sistem off-farm. Dengan adanya penggolongan ini, diduga bahwa responden yang memiliki usaha on-farm akan menerima pembiayaan yang lebih besar dari pada jenis usaha off-farm. Hal tersebut diduga karena umumnya siklus perputaran modal responden dengan usaha on-farm lebih lambat daripada usaha off-farm, sehingga kebutuhan pembiayaan dari responden usaha on-farm diduga bernilai lebih tinggi. Namun, uji statistik menunjukkan nilai koefisien yang negatif yang berarti bahwa jenis usaha on-farm memiliki hubungan negatif dengan jumlah pembiayaan yang diterimanya, yakni apabila pengajuan pembiayaan dilakukan oleh responden dengan jenis usaha on-farm, maka jumlah pembiayaan yang diterima akan menurun sebesar Rp 1.060,- ceteris paribus. Tabel 24. Jenis Usaha Responden KBI Sektor Agribisnis Tahun 2012 Jenis Usaha Jumlah Responden (Orang) Proporsi (%) On-farm 32 80,00 Off-farm 8 20,00 Total ,00 79

16 Berdasarkan data pada Tabel 24, dapat dilihat bahwa jenis usaha responden didominasi oleh jenis usaha on-farm, yaitu sebanyak 32 orang dengan proporsi sebesar 80 persen. Dengan hasil yang menunjukkan hubungan yang negatif antara jenis usaha on-farm dengan jumlah pembiayaan yang diterima anggota, maka dapat dikatakan bahwa KBI memperhitungkan risiko usaha on-farm yang dianggap lebih besar daripada risiko usaha off-farm. Hal tersebut menjadikan pembiayaan yang diberikan koperasi terhadap jenis usaha on-farm cenderung lebih kecil dari jenis usaha off-farm. 80

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS 7.1. Karakteristik Responden Responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 38 responden yang menjadi mitra

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Hasil pendataan jumlah produksi serta tingkat penggunaan input yang digunakan dalam proses budidaya belimbing dewa digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Hingga tahun 2011, tercatat sekitar 99,99 persen usaha di Indonesia adalah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Koperasi Baytul Ikhtiar (KBI) yang bertempat di Komplek Pertanian Jalan Siaga No. 25 RT 02 RW 10, Kelurahan Loji,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di BPRS Amanah Ummah, Leuwiliamg, Bogor. Pemilihan BPRS dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa BPRS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN MURABAHAH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN MURABAHAH ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN MURABAHAH UNTUK USAHA MIKRO AGRIBISNIS SEKTOR PERDAGANGAN (STUDI KASUS: KBMT BIL BARKAH, BOGOR) Febrina Mahliza 1) dan Netti Tinaprilla 2)

Lebih terperinci

VII. ANALISIS REALISASI KUR DI BRI UNIT TONGKOL

VII. ANALISIS REALISASI KUR DI BRI UNIT TONGKOL VII. ANALISIS REALISASI KUR DI BRI UNIT TONGKOL 7.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Realisasi KUR Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR dapat dimodelkan kedalam suatu fungsi permintaan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur Karakteristik pembudidaya ikan KJA di Jatiluhur dilihat dari umur, pengalaman dan pendidikan.

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA Rosalina Berliani, Dyah Mardiningsih, Siwi Gayatri Program Studi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR di wilayah perkotaan ini dilakukan di Bank Rakyat Indonesia (BRI). Bank ini dipilih

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit. Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam

PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit. Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam 55 II. PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam pengembalian Kredit Mikro Utama diidentifikasi

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO Faktor-faktor yang diduga akan mempengaruhi pengembalian KUR Mikro adalah usia, jumlah tanggungan keluarga, jarak tempat tinggal

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Kelancaran Di dalam penelitian ini terdapat 36 orang responden, dengan proporsi 31 orang berjenis kelamin pria dan lima orang

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP 65 V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP Kecamatan Cimarga merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan program SPP sejak diselenggarakannya

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan topik penulisan dalam rangka penyusunan laporan dari suatu penelitian.

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum dari responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan di luar usahatani

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Estimasi Parameter Model Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi Penanaman Modal Asing di Provinsi Jawa Timur adalah dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji bagaimana pengaruh tingkat kesehatan bank berdasarkan metode CAMEL yang diukur dengan

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskripsi Data 1. Analisis Dana Pihak Ketiga Bank BCA Syariah Dana Pihak Ketiga adalah komponen dana yang paling penting, besarnya keuntungan (profit) yang akan dihasilkan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi Cobb Douglas. Faktor-faktor

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA 6.1 Analisis Fungsi produksi Padi Sawah Varietas Ciherang Analisis dalam kegiatan produksi padi sawah varietas ciherang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai sikap konsumen terhadap daging sapi lokal dan impor ini dilakukan di DKI Jakarta, tepatnya di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Objek penelitian data ini adalah Pemerintah Daerah pada 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Subjek penelitiannya, yaitu data PAD, DAU, DAK, dan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Hasil analisis deksriptif (Wangi SP, 2008) memperlihatkan bahwa semakin besar nilai pengajuan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sebagian besar petani di Indonesia. Hal

BAB III METODE PENELITIAN. belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sebagian besar petani di Indonesia. Hal 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Indonesia merupakan negara agraris yang mana sebagian besar dari penduduknya bekerja disektor pertanian. Namun, sektor pertanian ini dinilai belum mampu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam penelitian 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini dibagi menjadi lima, yang terdiri dari nama pemilik usaha, jenis kelamin, umur, jenis usaha,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel 37 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. data dari perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (penawaran saham

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. data dari perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (penawaran saham BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian Deskripsi obyek dalam penelitian ini menjelaskan hasil perolehan sampel dan data dari perusahaan yang melakukan Initial Public Offering

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di lakukan dikantor Dinas Pendapatan Pengelolaan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di lakukan dikantor Dinas Pendapatan Pengelolaan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini di lakukan dikantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota Gorontalo. Penelitian ini dimulai dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Bagian ini menjelaskan mengenai jenis dan sumber data, penentuan jumlah sampel serta alasan menggunakan sampel tersebut, metode pengumpulan data yang dilakukan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit BNI Tunas Usaha ini dilakukan pada Unit Kredit Kecil (UKC) Cabang Karawang. Bank

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabelvariabel penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pemilihan tersebut dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR 6.1. Analisis Rasio Keuangan Koperasi Analisis rasio keuangan KBI dilakukan untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan lembaga. Analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang mempunyai jumlah peternak sapi IB dan non IB di tiga Kecamatan yaitu Kecamatan

Lebih terperinci

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING 6.1. Model Permintaan Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah Keriting Model permintaan rumah tangga di DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan responden (sampel)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan responden (sampel) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Pengumpulan data pada penelitian dilaksanakan dengan menyebarkan kuesioner seluruh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Wilayah Surakarta

Lebih terperinci

Oleh : Fuji Rahayu W ( )

Oleh : Fuji Rahayu W ( ) Oleh : Fuji Rahayu W (1208 100 043) JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2012 Indonesia sebagai negara maritim Penduduk Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank Penyaluran kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang utama dalam mendukung perputaran ekonomi. Melalui kredit, sektor usaha akan mendapatkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 Januari 2012 hingga 20 Februari 2012 pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Cibungbulang. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Penjual Lahan yang Melakukan Transaksi Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Penjual Lahan yang Melakukan Transaksi Lahan VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6. 1 Latar Belakang Penjual Lahan yang Melakukan Transaksi Lahan 6. 1. 1 Jenis Kelamin Responden berdasarkan jenis kelamin lebih didominasi oleh laki-laki sebanyak 25 orang (62,5

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Permintaan Beras di Kabupaten Kudus Faktor-Faktor Permintaan Beras Harga barang itu sendiri Harga barang lain Jumlah penduduk Pendapatan penduduk Selera

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Petani dalam melakukan kegiatan usahatani membutuhkan benih padi sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan terhadap

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. nasabah pembiayaan dengan akad murabahah pada BTM Ulujami pada

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. nasabah pembiayaan dengan akad murabahah pada BTM Ulujami pada BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Deskripsi Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah nasabah pembiayaan dengan akad murabahah pada BTM Ulujami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu Unit. tercatat di BEI pada tahun

BAB III METODE PENELITIAN. dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu  Unit. tercatat di BEI pada tahun BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di Jakarta dengan mengunduh data dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id. Unit dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Gambaran Umum Desa Ciaruten Ilir Desa Ciaruten Ilir merupakan bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai data variabel dalam penelitian ini maka digunakanlah tabel statistik deskriptif. Tabel

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Pada bab ini penulis akan menganalisis data yang telah terkumpul yaitu data dari Dana Perimbangan dan Belanja Modal Provinsi Jawa Timur,

Lebih terperinci

5. PENGARUH BELANJA PEMERINTAH, INFRASTRUKTUR, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB

5. PENGARUH BELANJA PEMERINTAH, INFRASTRUKTUR, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB Sementara itu, Kabupaten Supiori dan Kabupaten Teluk Wondama tercatat sebagai daerah dengan rata-rata angka kesempatan kerja terendah selama periode 2008-2010. Kabupaten Supiori hanya memiliki rata-rata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena serangkaian observasi (pengukuran)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengambilan data melalui ICMD (Indonesia Capital Market Directory).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengambilan data melalui ICMD (Indonesia Capital Market Directory). 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Penelitian menggunakan data sekunder yang diambil dari data perusahaan consumer goods yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia)

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan terhadap Wajib Pajak yang berada di wilayah

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan terhadap Wajib Pajak yang berada di wilayah BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Perusahaan Sampel 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap Wajib Pajak yang berada di wilayah Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Responden yang berpartisipasi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari faktor-faktor ekonomi makro seperti Interest Rate dan Foreign Exchange Rate selain itu

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2000-2011. Data sekunder tersebut bersumber dari Lampung dalam Angka (BPS), Badan Penanaman Modal Daerah

Lebih terperinci

Kata Kunci: Relationship marketing, Petani, Tengkulak, Sayuran

Kata Kunci: Relationship marketing, Petani, Tengkulak, Sayuran ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RELATIONSHIP MARKETING PETANI SAYUR DAN PEDAGANG PENGEPUL DI DESA PANDANAJENG KECAMATAN TUMPANG KABUPATEN MALANG Efi Nikmatu Sholihah 1, Wisynu Ari Gutama 2, Kadhung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berupa rasio-rasio keuangan bank yang meliputi Capital Adequacy Ratio (CAR),

BAB III METODE PENELITIAN. berupa rasio-rasio keuangan bank yang meliputi Capital Adequacy Ratio (CAR), 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa rasio-rasio keuangan bank yang meliputi Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Ghozali (2006) menyatakan bahwa analitis deskriptif terd iri atas penghitungan rata-rata (mean), jumlah (sum), simpangan baku (standard

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 sampai Maret 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 sampai Maret 2014 43 BAB III METODE PENELITIAN III.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 sampai Maret 2014 dengan objek penelitian PT. Indosat Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan teknik sampling yang digunakan adalah teknik accidental sampling. menggunakan kartu Indosat Ooredoo.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan teknik sampling yang digunakan adalah teknik accidental sampling. menggunakan kartu Indosat Ooredoo. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden 1. Response Rate Data pada penelitian ini diperoleh dengan cara membagikan kuesioner dan teknik sampling yang digunakan adalah teknik accidental

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan 37 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan Semadam dan Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Propinsi Aceh Dimana

Lebih terperinci

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur selama bulan Juni 2011 dengan melihat hasil produksi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Trias Farm yang berlokasi di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan dengan

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive), IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode purposive sampling, dengan adanya beberapa kriteria dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode purposive sampling, dengan adanya beberapa kriteria dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan perusahaan di Indonesia yang telah terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. jenis data yang berbentuk angka (metric) yang terdiri dari:

BAB 3 METODE PENELITIAN. jenis data yang berbentuk angka (metric) yang terdiri dari: BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu jenis data yang berbentuk angka (metric) yang terdiri dari: 1. Data laporan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI PENERAPAN AKUNTANSI PADA PARA PEMILIK UKM (USAHA KECIL

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI PENERAPAN AKUNTANSI PADA PARA PEMILIK UKM (USAHA KECIL KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI PENERAPAN AKUNTANSI PADA PARA PEMILIK UKM (USAHA KECIL DAN MENENGAH) TOKO BANGUNAN DI DAERAH CENGKARENG, JAKARTA BARAT Responden

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam ruang lingkup sektor pertanian. Waktu penelitian untuk mengumpulkan data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti menguji pengaruh return on asset (ROA), leverage, ukuran perusahaan dan

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti menguji pengaruh return on asset (ROA), leverage, ukuran perusahaan dan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang didesain untuk untuk mengukur hubungan antara variabel riset, atau menganalisis pengaruh

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pertumbuhan suatu usaha dipengaruhi dari beberapa aspek diantaranya ketersediaan modal. Sumber dana yang berasal dari pelaku usaha agribisnis sendiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini yang menjadi penelitian adalah seluruh perusahaan LQ 45 yang listing di BEI pada tahun 2010-2014, dimana perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian di Koperasi Karyawan (KOPKAR) Sari Madu PG.

BAB III METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian di Koperasi Karyawan (KOPKAR) Sari Madu PG. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi penelitian Penulis melakukan penelitian di Koperasi Karyawan (KOPKAR) Sari Madu PG. Kebon Agung Malang yang bertempat di Jalan Raya Kebon Agung 1 Malang. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Berdasarkan data yang diinput dari Annual Report (2008-2012) maka dapat dihitung rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah

BAB III METODE PENELITIAN. dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian dampak kinerja keuangan terhadap alokasi belanja modal dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PendekatanPenelitian Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Metode kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada positivisme,

Lebih terperinci

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 8.1. Analisis Produksi Stochastic Frontier Usahatani Kedelai Edamame Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis fungsi produksi Cobb-Douglas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Dana Pensiun Karyawan Pupuk Kujang

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Dana Pensiun Karyawan Pupuk Kujang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Dana Pensiun Karyawan Pupuk Kujang Dana Pensiun Karyawan Pupuk Kujang (DPPK) awalnya bernama Yayasan Dana Pensiun Kujang yang didirikan pada tahun 1978 dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Dalam analisis statistik obyek penelitian pada sub bab ini, peneliti akan menjabarkan hasil perhitungan nilai minimum, nilai maksimum, ratarata

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. melalui penyusunan model regresi linier berganda dari variabel-variabel input dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. melalui penyusunan model regresi linier berganda dari variabel-variabel input dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Estimasi Model Fungsi produksi Cobb-Douglas untuk usaha tanaman kedelai diperoleh melalui penyusunan model regresi linier berganda dari variabel-variabel input dan output

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Persentase BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Analisis Profitabilitas Bank Muamalat Indonesia Profitabilitas merupakan kemampuan bank dalam mencari keuntungan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN IV.

METODE PENELITIAN IV. IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Lalabata Rilau. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. saham pada perusahaan food and beverages di BEI periode Pengambilan. Tabel 4.1. Kriteria Sampel Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. saham pada perusahaan food and beverages di BEI periode Pengambilan. Tabel 4.1. Kriteria Sampel Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskriptif Obyek Penelitian Deskripsi obyek dalam penelitian ini menjelaskan mengenai hasil perolehan sampel dan data tentang likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yaitu turun langsung ke responden yang menggunakan metode kuantitatif deskriptif, karena

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Setelah melalui beberapa tahap kegiatan penelitian, dalam bab IV ini diuraikan analisis hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Analisis

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah biaya dana

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah biaya dana BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah biaya dana pihak ketiga dan suku bunga SBI yang ditentukan oleh Bank Indonesia serta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE 1995-2010 Fitri Suciani Jaka Pratama Tetiyeni Dwi Lestari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Modal Kerja, Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung. Deskripsi

III. METODE PENELITIAN. Modal Kerja, Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung. Deskripsi III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Suku Bunga Kredit Modal Kerja, Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung. Deskripsi tentang satuan pengukuran,

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Pelaksanaan dan Hasil Survei Penelitian ini menggunakan data primer yaitu kuisioner sebagai sumber data. Kuisioner dikirim ke masing masing responden disertai surat permohonan

Lebih terperinci