VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI"

Transkripsi

1 VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produksi padi sama antara petani pemilik penggarap dan petani pemilik. Faktor-faktor yang diduga untuk menentukan model ini adalah luas lahan (X 1 ), benih (X 2 ), pupuk urea (X 3 ), pupuk SP-36 (X 4 ), pupuk KCl (X 5 ), pestisida padat (X 6 ), pestisida cair (X 7 ) dan tenaga kerja (X 8 ). Semua faktor produksi tersebut merupakan peubah bebas yang akan menduga produksi padi baik untuk petani pemilik penggarap dan petani penggarap. Sebuah model fungsi produksi disusun dalam penelitian ini untuk menduga hubungan antara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan produksi yang dihasilkan. Model fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Berdasarkan hasil olahan dengan menggunakan paket program Minitab14.0 for Window maka model fungsi produksi padi di Desa Pasir Gaok yang diusahakan oleh petani pemilik penggarap dapat dituliskan sebagai berikut: Ln Y = 6,57 + 0,597 ln X 1 0,088 ln X 2 + 0,102 ln X 3 + 0,00477 ln X 4 0,00028 ln X 5 + 0,00307 ln X 6 + 0,00281 ln X 7 + 0,387 ln X 8 (6.1) Berdasarkan hasil pendugaan model Cobb-Douglas untuk petani pemilik penggarap diperoleh koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 87,5 persen, sedangkan koefisien determinasi terkoreksi (R 2 adjusted) sebesar 82,7 persen (Tabel 13). 62

2 Nilai R 2 adjusted tersebut menunjukkan bahwa kemampuan variabel dependent (X) seperti luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk Kcl, pestisida padat, pestisida cair dan tenaga kerja dalam menjelaskan keragaman dari variabel independent (Y) sebesar 82,7 persen. Sedangkan 17,3 persen sisanya dijelaskan oleh faktor lain di luar model. Faktor-faktor lain di luar model yang diduga berpengaruh terhadap produksi padi sawah adalah tingkat kesuburan tanah, pengaruh iklim dan cuaca, serta intensitas serangan hama dan penyakit. Berdasarkan uji T (Tabel 13) terlihat bahwa variabel luas lahan (X 1 ) berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 99 persen dan variabel tenaga kerja (X 8 ) berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sedangkan variabel benih (X 2 ), pupuk urea (X 3 ), pupuk SP-36 (X 4 ), pupuk KCl (X 5 ), pestisida padat (X 6 ) dan pestisida cair (X 7 ) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 95% yang berarti bahwa variabel tersebut sangat kecil pengaruhnya terhadap naik turunnya produksi padi. Tabel 13. Hasil Pendugaan Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas Usahatani Padi yang Diusahakan Petani Pemilik Penggarap di Desa Pasir Gaok Tahun 2009 Penduga Koefisien Simpangan T- Peluang VIF Regresi Baku hitung Konstanta 6,5750 0,6904 9,52 0,000 Luas lahan (ln X 1 ) 0,5969 0,1280 4,66 0,000* 2,7 Benih (ln X 2 ) -0,0882 0,1388-0,64 0,532 4,1 Urea (ln X 3 ) 0,1025 0,1199 0,85 0,402 2,3 SP-36 (ln X 4 ) 0, , ,65 0,522 1,4 KCl (ln X 5 ) -0, , ,05 0,962 1,5 Pestisida padat (ln X 6 ) 0, , ,49 0,628 1,2 Pestisida cair (ln X 7 ) 0, , ,50 0,622 1,3 Tenaga kerja (ln X 8 ) 0,3866 0,1665 2,32 0,030** 5,1 R 2 87,5 % R 2 -adjusted 82,7 % Sumber: Data primer diolah (2010) Keterangan: * Nyata pada tingkat kepercayaan 99% **Nyata pada tingkat kepercayaan 95% 63

3 Model fungsi produksi padi di Desa Pasir Gaok yang diusahakan oleh petani penggarap dapat dituliskan sebagai berikut: Ln Y = 4,10 + 0,041 ln X 1 + 0,0702 ln X 2 0,0085 ln X 3 + 0,060 ln X 4 0,00547 ln X 5 + 0,00343 ln X 6 + 0,0139 ln X 7 + 0,776 ln X 8 (6.2) Berdasarkan hasil pendugaan model Cobb-Douglas untuk petani pemilik penggarap diperoleh koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 92,3 persen, sedangkan koefisien determinasi terkoreksi (R 2 adjusted) sebesar 89,3 persen (Tabel 14). Nilai R 2 adjusted tersebut menunjukkan bahwa kemampuan variabel dependent (X) seperti luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, pestisida padat, pestisida cair dan tenaga kerja dalam menjelaskan keragaman dari variabel independent (Y) sebesar 89,3 persen. Sedangkan 10,7 persen sisanya dijelaskan oleh faktor lain di luar model. Faktor-faktor lain di luar model yang diduga berpengaruh terhadap produksi padi sawah adalah tingkat kesuburan tanah, pengaruh iklim dan cuaca, serta intensitas serangan hama dan penyakit. Berdasarkan uji T (Tabel 14) terlihat bahwa variabel pupuk KCl (X 5 ) berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 80 persen, variabel pestisida cair (X 7 ) berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen dan variabel tenaga kerja (X 8 ) berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen. Sedangkan variabel luas lahan (X 1 ), benih (X 2 ), pupuk urea (X 3 ), pupuk SP-36 (X 4 ) dan pestisida padat (X 6 ) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 80% yang berarti bahwa variabel tersebut sangat kecil pengaruhnya terhadap naik turunnya produksi padi. 64

4 Tabel 14. Hasil Pendugaan Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas Usahatani Padi yang Diusahakan Petani Penggarap di Desa Pasir Gaok Tahun 2009 Penduga Koefisien Simpangan T- Peluang VIF Regresi Baku hitung Konstanta 4,1018 0,8422 4,87 0,000 Luas lahan (ln X 1 ) 0,0407 0,1599 0,25 0,801 8,4 Benih (ln X 2 ) 0, , ,82 0,422 3,0 Urea (ln X 3 ) -0, , ,18 0,863 1,7 SP-36 (ln X 4 ) 0,0600 0,1082 0,55 0,585 3,2 KCl (ln X 5 ) -0, , ,40 0,175*** 1,4 Pestisida padat (ln X 6 ) 0, , ,79 0,437 1,3 Pestisida cair (ln X 7 ) 0, , ,42 0,025** 1,5 Tenaga kerja (ln X 8 ) 0,7755 0,1602 4,84 0,000* 8,0 R 2 92,3 % R 2 -adjusted 89,3 % Sumber: Data primer diolah (2010) Keterangan: * Nyata pada tingkat kepercayaan 99% ** Nyata pada tingkat kepercayaan 95% ***Nyata pada tingkat kepercayaan 80% Hubungan antara status petani mempengaruhi efisiensi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Faktor-faktor yang diduga untuk menentukan model ini adalah luas lahan (X 1 ), benih (X 2 ), pupuk urea (X 3 ), pupuk SP-36 (X 4 ), pupuk KCl (X 5 ), pestisida padat (X 6 ), pestisida cair (X 7 ), tenaga kerja (X 8 ) dan status petani (D). Model ini didapat dengan menggabungkan data dari penggunaan faktor-faktor produksi oleh petani pemilik penggarap dan petani penggarap. Model fungsi produksi untuk membandingkan efisiensi faktor produksi antara petani pemilik penggarap dengan petani penggarap di Desa Pasir Gaok dapat dituliskan sebagai berikut: Ln Y = 6,33 + 0,501 ln X 1-0,0063 ln X 2 + 0,0197 ln X 3 + 0,00439 ln X 4-0,00134 ln X 5 + 0,00272 ln X 6 + 0,00321 ln X 7 + 0,427 ln X 8 + 0,0487 D..... (6.3) 65

5 Tabel 15. Hasil Pendugaan Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas yang Membandingkan Efisiensi Faktor Produksi antara petani pemilik penggarap dengan Petani Penggarap di Desa Pasir Gaok Penduga Koefisien Regresi Simpangan Baku T- hitung Peluang VIF Konstanta 6,3344 0, ,34 0,000 Luas lahan (ln X 1 ) 0, , ,73 0,000* 3,5 Benih (ln X 2 ) -0, , ,09 0,930 2,8 Urea (ln X 3 ) 0, , ,42 0,674 1,4 SP-36 (ln X 4 ) 0, , ,77 0,448 1,3 KCl (ln X 5 ) -0, , ,40 0,691 1,3 Pestisida padat (ln X 6 ) 0, , ,76 0,453 1,1 Pestisida cair (ln X 7 ) 0, , ,90 0,374 1,1 Tenaga kerja (ln X 8 ) 0,4263 0,1061 4,02 0,000* 5,3 Dummy (D) 0, ,7483 0,65 0,518 1,2 R 2 88,1 % R 2 -adjusted 86,0 % Sumber: Data primer diolah (2010) Keterangan: * Nyata pada tingkat kepercayaan 99% Berdasarkan uji T (Tabel 15) terlihat bahwa hanya variabel luas lahan (X 1 ) dan variabel tenaga kerja (X 8 ) yang berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 99 persen. Sedangkan variabel lainnya termasuk variabel dummy (D) untuk status petani tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 80 persen. Disimpulkan bahwa efisiensi faktor produksi antara petani pemilik penggarap dengan petani penggarap tidak berbeda secara signifikan. Hal ini diduga disebabkan oleh perilaku kedua golangan petani di Desa Pasir Gaok sebagai pengambil keputusan dalam aktivitas usahataninya tidak jauh berbeda. Sehingga status petani tidak akan mengakibatkan perubahan secara signifikan terhadap produksi padi dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). 66

6 6.2 Uji Kriteria Ekonometrika 1. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas untuk memastikan tidak adanya hubungan linear antara variabel bebas. Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat nilai dari Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai ini lebih dari 10 berarti pada model terdapat multikolinearitas. Nilai VIF yang didapat dari Tabel 17 untuk analisis faktorfaktor produksi padi petani pemilik penggarap berkisar antara 1,2 sampai 5,1 yang berarti bahwa pendugaan model yang diperoleh tidak menunjukkan multikolinearitas. Pada Tabel 18 untuk analisis faktor-faktor produksi padi petani penggarap berkisar antara 1,3 sampai 8,4 yang berarti bahwa pendugaan model yang diperoleh tidak menunjukkan multikolinearitas. Pendugaan model fungsi produksi pada analisis faktor-faktor produksi padi untuk mengetahui pengaruh status kepemilikan lahan tidak menunjukkan multikolinearitas karena nilai VIP yang berkisar antara 1,1 sampai 5,3. 2. Uji Normalitas Uji normalitas untuk model fungsi produksi pada petani pemilik penggarap berdasarkan grafik residual plots for SRES1 pada Lampiran 3 terdapat informasi mengenai rata-rata, standar deviasi dan jumlah pengamatan dengan nilai masingmasing -1,65793 x 10-15, 0,2602 dan 30. Hasil statistik Kolmogorov-Smirnov (KS) adalah dengan p-value melebihi 15 persen. Terlihat bahwa nilai KShitung lebih kecil dari KS-tabel (0,224) dan tolak H 0 jika nilai KS lebih besar dari KS 1-α. Kesimpulan hasil uji kenormalan residual adalah residual modal Cobb- Douglas yang dibuat telah mengikuti distribusi normal. 67

7 Uji normalitas untuk model fungsi produksi pada petani penggarap berdasarkan grafik residual plots for SRES1 pada Lampiran 4 terdapat informasi mengenai rata-rata, standar deviasi dan jumlah pengamatan dengan nilai masingmasing -3,84877 x 10-16, 0,1736 dan 30. Hasil statistik Kolmogorov-Smirnov (KS) adalah dengan p-value melebihi 15 persen. Terlihat bahwa nilai KShitung lebih kecil dari KS-tabel (0,224) dan tolak H 0 jika nilai KS lebih besar dari KS 1-α. Kesimpulan hasil uji kenormalan residual adalah residual modal Cobb- Douglas yang dibuat telah mengikuti distribusi normal. 3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas untuk memastikan varian tiap unsur gangguan adalah konstan, tidak tergantung pada nilai yang dipilih dalam varian yang menjelaskan. Pendeteksian dapat dilakukan dengan metode grafik, yaitu melihat penyebaran nilai residual yang tidak membentuk suatu pola tertentu, sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi homoskedastisitas dapat dipenuhi. Gambar pada Lampiran 3, 4 dan 5 memperlihatkan bahwa plot antara residual dengan fitted value menunjukkan tidak adanya pola yang sistematis. Dapat disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas dalam persamaan regresi yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa setiap pengamatan pada peubah respon mengandung informasi yang sama penting. Konsekuensinya, semua pengamatan di dalam metode kuadrat terkecil mendapatkan bobot yang sama besar. 6.3 Analisis Elastisitas Produksi dan Skala Usaha Analisis Elastisitas Produksi Besaran koefisien regresi pada petani pemilik penggarap (Tabel 13) dan petani penggarap (Tabel 14) dalam model fungsi Cobb-Douglas merupakan 68

8 elastisitas produksi dari variabel-variabel tersebut. Pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap produksi padi di Desa Pasir Gaok adalah sebagai berikut: Luas Lahan (X 1 ) Luas lahan pada petani pemilik penggarap mempunyai nilai elastisitas produksi paling besar dibandingkan variabel-variabel lainnya yaitu sebesar 0,5969 dan berpengaruh positif terhadap produksi padi artinya jika terjadi penambahan luas lahan sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,5969 persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Elastisitas produksi yang bertanda positif menunjukkan bahwa penggunaan lahan berada pada daerah rasional. Berdasarkan uji T diketahui bahwa faktor produksi luas lahan pada petani pemilik penggarap berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 99 persen. Sehingga penambahan luas lahan sebesar satu persen mengakibatkan perubahan terhadap produksi padi dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Sedangkan faktor produksi lahan pada petani penggarap mempunyai nilai elastisitas sebesar 0,0407 dan berpengaruh positif terhadap produksi padi artinya jika terjadi penambahan luas lahan sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,0407 persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Elastisitas produksi yang positif menunjukkan bahwa penggunaan lahan berada pada daerah rasional. Namun berdasarkan uji T diketahui bahwa faktor produksi luas lahan pada petani penggarap tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 80 persen. Hal ini disebabkan lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi dan keterbatasan persediaan 69

9 modal petani penggarap. Sehingga penambahan luas lahan sebesar satu persen tidak akan mengakibatkan perubahan yang signifikan terhadap produksi padi. Benih (X 2 ) Faktor produksi benih pada petani pemilik penggarap mempunyai elastisitas produksi sebesar -0,0882, artinya jika terjadi penambahan penggunaan faktor produksi benih sebesar satu persen akan menurunkan produksi padi sebesar 0,0882 persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Nilai koefisien regresi produksi -0,0882 ini menunjukkan elatisitas (Ep < 0), terlihat bahwa penggunaan urea pada daerah irrasional (daerah III). Hal ini diduga disebabkan penggunaan benih oleh petani pemilik penggarap sebanyak 117,96 kg/ha jauh melebihi jumlah yang dianjurkan oleh PPL sebanyak kg/ha. Sedangkan pada petani penggarap, nilai elastisitas untuk benih sebesar 0,07020, yang artinya setiap penambahan benih sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,07020 (ceteris paribus). Elastisitas faktor produksi benih yang bertanda positif menunjukkan bahwa penggunaan pupuk urea berada pada daerah rasional. Berdasarkan uji T diketahui bahwa faktor produksi benih pada petani pemilik penggarap dan petani penggarap tidak berpengaruh nyata terhadap produksi, sehingga penambahan benih sebesar satu persen tidak akan mengakibatkan perubahan secara signifikan terhadap produksi padi dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Hal ini diduga disebabkan karena petani pemilik penggarap maupun petani penggarap umumnya tidak melakukan seleksi terlebih dahulu terhadap benih yang akan digunakan, sehingga banyak benih yang tidak tumbuh dengan sempurna. 70

10 Pupuk Urea (X 3 ) Nilai elastisitas pupuk urea untuk petani pemilik penggarap sebesar 0,1025, yang artinya setiap penambahan penggunaan pupuk urea sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,1025 (ceteris paribus). Elastisitas faktor produksi pupuk urea yang bertanda positif menunjukkan bahwa penggunaan pupuk urea berada pada daerah rasional. Sedangkan pada petani penggarap, nilai elastisitas untuk pupuk urea sebesar -0,00851, yang artinya setiap penambahan penggunaan pupuk urea sebesar satu persen akan menurunkan produsi padi sebesar 0,00851 persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Elastisitas faktor produksi pupk urea yang bertanda negatif menunjukkan bahwa penggunaan pupuk urea berada pada daerah irrasional. Berdasarkan uji T diketahui bahwa faktor produksi benih pada petani pemilik penggarap dan petani penggarap tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Hal ini diduga karena rata-rata pemakaian pupuk urea oleh petani pemilik penggarap dan petani penggarap di daerah penelitian masing-masing sebesar 432,61 kg/ha dan 321,08 kg/ha melebihi dosis urea yang dianjurkan yaitu kg/ha. Pemakaian pupuk urea yang berlebihan menyebabkan pertumbuhan vegetatif memanjang (lambat panen), mudah rebah, menurunkan kualitas bulir, dan respon terhadap serangan hama/penyakit. Pupuk SP-36 (X 4 ) Berdasarkan hasil regresi pada petani pemilik penggarap diperoleh nilai elastisitas produksi pupuk SP-36 sebesar 0, dan penggunaan pupuk SP-36 berpengaruh positif terhadap produksi padi. Sehingga setiap penambahan pupuk SP-36 sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,

11 persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Namun berdasarkan uji T, pupuk SP-36 tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hal ini diduga karena rata-rata pemakaian pupuk SP-36 oleh petani pemilik penggarap di daerah penelitian sebesar 165,04 kg/ha melebihi dosis SP-36 yang dianjurkan yaitu kg/ha. Sedangkan Pupuk SP-36 mempunyai elastisitas produksi sebesar 0,0600, artinya jika terjadi penambahan penggunaan faktor produksi benih sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,0600 persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Elastisitas produksi yang bertanda positif menunjukkan bahwa penggunaan pupuk SP-36 berada pada daerah rasional. Berdasarkan uji T diketahui bahwa faktor produksi benih tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 80 persen, sehingga penambahan pupuk SP-36 sebesar satu persen tidak akan mengakibatkan perubahan secara signifikan terhadap produksi padi dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Pupuk KCl (X 5 ) Hasil regresi petani pemilik penggarap menunjukkan bahwa nilai elastisitas produksi untuk pupuk KCl adalah sebesar -0, Berdasarkan uji T pupuk KCl tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Sedangkan Berdasarkan hasil regresi pada petani penggarap diperoleh nilai elastisitas produksi pupuk KCl sebesar -0, Namun berdasarkan uji T, pupuk KCl berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 80 persen. Nilai elastisitas produksi pada petani pemilik dan petani penggarap yang bertanda negatif menunjukkan bahwa penggunaan pupuk KCl berada pada daerah 72

12 irrasional yang artinya setiap penambahan pupuk KCl sebesar satu persen maka produksi padi akan mengalami penurunan sebesar 0, persen untuk petani pemilik penggarap dan 0, persen untuk petani penggarap dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Hal ini diduga disebabkan oleh tanah di daerah penelitian yang sudah banyak mengandung unsur kalium sehingga penambahan pemakaian pupuk KCl menyebabkan penurunan produksi padi. Pestisida Padat (X 6 ) Faktor produksi pestisida padat pada petani pemilik penggarap berpengaruh positif terhadap produksi yang dihasilkan dengan nilai elastisitas sebesar 0, yang artinya setiap penambahan pestisida padat sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0, persen (ceteris paribus). Sedangkan hasil regresi pada petani penggarap menunjukkan bahwa nilai elastisitas produksi untuk pestisida padat adalah sebesar 0,003435, artinya setiap penambahan pestisida padat sebesar satu persen maka produksi padi akan mengalami kenaikkan sebesar 0, persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Elastisitas produksi yang positif menunjukkan bahwa penggunaan pestisida padat berada pada daerah rasional. Berdasarkan uji T, faktor produksi pestisida padat pada petani pemilik penggarap dan petani penggarap tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Hal ini diduga karena pestisida padat yang digunakan petani tidak mengikuti dosis anjuran sehingga tidak bekerja efektif membasmi hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi di daerah penelitian. Hal ini menyebabkan penggunaan pestisida padat tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi padi dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). 73

13 Pestisida Cair (X 7 ) Penggunaan pestisida cair oleh petani pemilik penggarap berada pada daerah rasional pada fungsi produksi karena bertanda positif dengan nilai elastisitas sebesar 0,002811, artinya setiap penambahan pestisida cair sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0, persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Faktor produksi pestisida cair tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sedangkan penggunaan pestisida cair berada pada daerah rasional pada fungsi produksi karena bertanda positif dengan nilai elastisitas sebesar 0,013880, artinya setiap penambahan penggunaan pestisida cair sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0, persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Faktor produksi pestisida cair berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 95 persen, sehingga penambahan pestisida cair sebesar satu persen akan mengakibatkan perubahan terhadap produksi padi. Perbedaan hasil uji T pada petani pemilik penggarap dan petani penggarap, diduga disebabkan oleh pemakaian pupuk urea oleh petani pemilik penggarap yang sangat berlebihan. Hal ini mengakibatkan hama yang menyerang padi yang ditanam oleh petani pemilik penggarap semakin banyak sehingga pengaruh pestisida cair terhadap produksi tidak bisa dijelaskan secara nyata. Tenaga Kerja (X 8 ) Tenaga kerja pada petani pemilik penggarap dan petani penggarap merupakan faktor produksi yang berada pada daerah rasional pada fungsi produksi dan berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 95 persen untuk petani pemilik penggarap dan 99 persen untuk petani penggarap, sehingga 74

14 penambahan tenaga kerja sebesar satu persen akan mengakibatkan perubahan terhadap produksi padi. Besar nilai elastisitas yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang digunakan oleh petani pemilik penggarap dan petani penggarap masingmasing sebesar 0,3866 dan 0,7755 yang artinya setiap penambahan tenaga kerja sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,3866 persen untuk petani pemilik penggarap dan 0,7755 untuk petani penggarap dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus) Analisis Skala Usaha Nilai koefisien regresi pada model fungsi Cobb-Douglas selain menunjukkan elastisitas dari masing-masing variabel yang bersangkutan, penjumlahan dari nilai koefisien regresi tersebut merupakan pendugaan terhadap keadaan skala usaha proses produksi yang berlangsung. Penjumlahan nilai elastisitas dari faktor-faktor produksi dalam model fungsi produksi pada petani pemilik penggarap adalah sebesar 1,01. Jumlah elastisitas produksi yang lebih dari satu tersebut menunjukkan bahwa usahatani padi di Desa Pasir Gaok yang diusahakan oleh petani pemilik penggarap berada pada kondisi increasing return to scale yaitu terdapat pada daerah irrasional (daerah I). Daerah ini menyebabkan petani pemilik penggarap masih mampu memperoleh sejumlah produksi yang cukup menguntungkan manakala sejumlah input masih ditambahkan. Namun hal tersebut sulit untuk dilakukan karena petani seringkali memiliki keterbatasan dalam modal. Sedangkan penjumlahan nilai elastisitas dari faktor-faktor produksi dalam model fungsi produksi pada petani penggarap adalah sebesar 0,95. Jumlah elastisitas produksi yang kurang dari satu tersebut menunjukkan bahwa usahatani 75

15 padi di Desa Pasir Gaok yang diusahakan oleh petani penggarap berada pada skala yang menurun (decreasing return to scale) yaitu terdapat pada daerah rasional (daerah II). Dalam keadaan demikian, maka tambahan sejumlah input tidak diimbangi secara proposional oleh tambahan output yang diperoleh. 6.4 Analisis Efisiensi Ekonomi Efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani padi di Desa Pasir Gaok dapat dilihat dari hasil perbandingan Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM). Proses produksi dikatakan efisien apabila dalam proses produksi tersebut perbandingan NPM dan BKM sama dengan satu untuk masing-masing faktor produksi yang digunakan. Rasio NPM dan BKM yang sama dengan satu juga dapat dikatakan bahwa penggunaan faktor produksi berada pada kondisi optimal. Apabila nilai NPM lebih besar dari BKM, maka penggunaan faktor produksi belum efisien sehingga faktor produksi perlu ditambah, sebaliknya apabila nilai NPM lebih kecil dari BKM, maka penggunaan faktor produksi perlu dikurangi. Nilai NPM merupakan hasil perkalian antara Produk Marjinal (PM) dengan Harga output (Py). Sedangkan nilai BKM merupakan harga beli dari masing-masing faktor produksi Petani Pemilik Penggarap Tingkat efisiensi dari penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani padi di Desa Pasir Gaok yang diusahakan oleh petani pemilik penggarap dapat dilihat dari nilai rasio Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) seperti pada (Tabel 16), dengan rata-rata produksi padi (Y) sebesar 1.327,17 kg dan harga jual padi (Py) pada tingkat petani sebesar Rp 2.000,00 per 76

16 kg. Rasio NPM dengan BKM pada usahatani padi di Desa Pasir Gaok yang diusahakan oleh petani pemilik penggarap tahun 2009 disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Rasio NPM dengan BKM dan Kombinasi Penggunaan Faktor- Faktor Produksi yang Optimal Pada Usahatani Padi di Desa Pasir Gaok Per Luasan Lahan yang diusahakan Petani Pemilik Penggarap Tahun 2009 Ratarata Koefisien NPM BKM NPM/ Rasio Faktor Kondisi Produksi Optimal Input BKM Luas Lahan 0,23 0, , ,64 0,84 Benih 23-0, , ,67-1,75-23,00 Pupuk urea 78,33 0, , ,33 1,82 142,20 Pupuk SP-36 32,5 0, , ,16 5,18 Pupuk KCl 11,5-0, , ,75-0,02-11,50 Pestisida Padat 1,44 0, , ,43 0,62 Pestisida Cair 263,33 0, ,33 121,39 0,23 61,47 Tenaga Kerja 35,81 0, , ,43 51,31 Sumber: Data primer diolah (2010) Analisis rasio di atas menggambarkan bahwa penggunaan faktor produksi petani pemilik penggarap di Desa Pasir Gaok belum efisien secara ekonomis. Kesimpulan ini diambil karena rasio NPM dan BKM tidak sama dengan satu. Rasio antara NPM dan BKM untuk faktor produksi benih dan pupuk KCl bernilai negatif yang disebabkan oleh nilai elastisitas (koefisien regresi) faktor produksi yang negatif. Hal ini mengakibatkan tingkat penggunaan faktor produksi pada level efisiensi tidak dapat diramalkan secara tepat, sebab secara teori apabila nilai NPM negatif, maka NPMX i tidak sama dengan PX i sehingga syarat keharusan untuk mencapai level efisiensi dalam penggunaan faktor produksi tidak terpenuhi. Maka untuk sementara waktu diasumsikan bahwa penggunaan benih dan pupuk KCl sudah mencapai optimal pada pemakaian aktual petani pemilik penggarap yaitu masing-masing sebesar 23 kg benih dan 11,5 kg pupuk KCl. Bila 77

17 dibandingkan dengan jumlah yang dianjurkan, penggunaan faktor produksi pupuk KCl pada kondisi optimal tersebut masih jauh di bawah jumlah yang direkomendasikan yaitu sebesar 100 kg/ha, jadi untuk luasan lahan 0,84 hektar diperlukan pupuk KCl sebanyak 84 kg. Berdasarkan Tabel 16, faktor produksi lahan, pupuk urea dan tenaga kerja menghasilkan nilai rasio NPM dan BKM lebih besar dari satu. Sedangkan rasio NPM dan BKM untuk faktor produksi pupuk SP-36, Pestisida padat dan Pestisida cair lebih kecil dari satu. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi luas lahan sebesar 0,84. Hal ini berarti bahwa penggunaan lahan harus ditambah dari rata-rata penggunaan aktualnya sebesar 0,23 hektar menjadi 0,84 untuk mencapai level efisien. Nilai kombinasi optimal penggunaan pupuk urea sebesar 142,20 kg. Hal ini berarti penggunaan pupuk urea harus ditambah dari rata-rata penggunaan aktualnya sebesar 78,33 kg menjadi 142,20 kg untuk mencapai level efisien. Bila dibandingkan dengan jumlah yang dianjurkan, penggunaan faktor produksi pupuk urea pada kondisi optimal ini jumlahnya masih kurang dari yang direkomendasikan. Penggunaan luasan satu hektar, direkomendasikan menggunakan pupuk urea sebesar 250 kg/ha. Jadi, jumlah pupuk urea yang diperlukan untuk luasan lahan 0,84 hektar adalah 210 kg. Faktor produksi pupuk SP-36, memiliki nilai kombinasi optimal sebesar 5,18 kg. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk SP-36 harus dikurangi dari rata-rata penggunaan aktualnya sebesar 32,5 kg menjadi 5,18 kg. Bila dibandingkan dengan jumlah yang dianjurkan, penggunaan faktor produksi pupuk SP-36 pada kondisi optimal ini jauh lebih kecil dari yang direkomendasikan. Pada 78

18 penggunaan luasan lahan satu hektar direkomendasikan untuk menggunakan pupuk SP-36 sebesar 150 kg, jadi untuk luasan lahan 0,84 hektar jumlah pupuk SP-36 yang seharusnya digunakan adalah sebesar 126 kg. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi Pestisida padat sebesar 0,62 kg. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pestisida padat harus dikurangi dari rata-rata penggunaan aktualnya yaitu sebesar 1,44 kg menjadi 0,62 kg. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi Pestisida cair sebesar 61,47 ml. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Pestisida cair harus dikurangi dari rata-rata penggunaan aktualnya yaitu sebesar 263,33 ml menjadi 61,47 ml. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi tenaga kerja sebesar 51,31 HOK. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja harus ditambah dari rata-rata penggunaan aktualnya yaitu sebesar 35,81 HOK menjadi 51,31 HOK untuk mencapai level efisien. Keterbatasan modal yang dimiliki petani dan upah tenaga kerja yang relatif tinggi menyebabkan petani sulit untuk menambah penggunaan tenaga kerja pada tingkat yang optimal Petani Penggarap Tingkat efisiensi dari penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani padi di Desa Pasir Gaok yang diusahakan oleh petani penggarap dapat dilihat dari nilai rasio NPM dengan BKM seperti pada Tabel 17, dengan rata-rata produksi padi (Y) sebesar 1.881,67 kg dan harga jual padi (Py) pada tingkat petani sebesar Rp 2.000,00 per kg. Rasio NPM dengan BKM pada usahatani padi di Desa Pasir Gaok yang diusahakan oleh petani penggarap tahun 2009 disajikan pada Tabel 17. Analisis rasio pada Tabel 17 menggambarkan bahwa penggunaan faktor produksi petani penggarap di Desa Pasi Gaok belum efisien secara ekonomis. 79

19 Kesimpulan ini diambil karena rasio NPM dan BKM tidak sama dengan satu. Rasio antara NPM dan BKM untuk faktor produksi pupuk urea dan pupuk Kcl bernilai negatif yang disebabkan oleh nilai elastisitas (koefisien regresi) faktor produksi yang negatif. Hal ini mengakibatkan tingkat penggunaan faktor produksi pada level efisiensi tidak dapat diramalkan secara tepat, sebab secara teori apabila nilai NPM negatif, maka NPMX i tidak sama dengan PX i sehingga syarat keharusan untuk mencapai level efisiensi dalam penggunaan faktor produksi tidak terpenuhi. Diasumsikan bahwa penggunaan pupuk urea dan pupuk KCl sudah mencapai optimal pada pemakaian aktual petani pemilik penggarap yaitu masingmasing sebesar 93,87 kg pupuk urea dan 19,73 kg pupuk KCl. Bila dibandingkan dengan jumlah yang dianjurkan, penggunaan faktor produksi pupuk urea dan pupuk KCl pada kondisi optimal tersebut masih jauh di atas jumlah yang direkomendasikan yaitu untuk pupuk urea sebesar 250 kg/ha dan untuk pupuk KCl sebesar 100 kg/ha, jadi untuk luasan lahan 0,08 hektar diperlukan pupuk urea dan pupuk KCl masing-masing sebanyak 20 kg dan 8 kg. Faktor produksi benih, pupuk SP-36, pestisida cair dan tenaga kerja menghasilkan nilai rasio NPM dan BKM lebih besar dari satu. Sedangkan rasio NPM dan BKM untuk faktor produksi lahan dan pestisida padat lebih kecil dari satu. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi luas lahan sebesar 0,08. Hal ini berarti bahwa penggunaan lahan harus dikurangi dari rata-rata penggunaan aktualnya sebesar 0,34 hektar menjadi 0,08 hektar untuk mencapai level efisien. 80

20 Tabel 17. Rasio NPM dengan BKM dan Kombinasi Penggunaan Faktor- Faktor Produksi yang Optimal Pada Usahatani Padi di Desa Pasir Gaok Per Luasan Lahan yang diusahakan Petani Penggarap Tahun 2009 Ratarata Koefisien NPM BKM Faktor Rasio Kondisi Produksi NPM/BKM Optimal Input Luas Lahan 0,34 0, , ,24 0,08 Benih 25,47 0, , ,67 1,83 46,62 Pupuk Urea 93,87-0, , ,48-0,18-93,87 Pupuk SP-36 41,9 0, , ,57 2,24 93,94 Pupuk KCl 19,73-0, , ,42-19,73 Pestisida Padat 1,16 0, , ,21 0,91 1,06 Pestisida Cair 243,33 0, ,67 173,96 1,23 300,27 Tenaga Kerja 51,06 0, , ,86 145,92 Sumber: Data primer diolah (2010) Faktor produksi pupuk SP-36, memiliki nilai kombinasi optimal sebesar 93,94 kg. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk SP-36 harus ditambah dari rata-rata penggunaan aktualnya sebesar 41,9 kg menjadi 93,94 kg. Bila dibandingkan dengan jumlah yang dianjurkan, penggunaan faktor produksi pupuk SP-36 pada kondisi optimal ini jauh lebih besar dari yang direkomendasikan. Pada penggunaan luasan lahan satu hektar direkomendasikan untuk menggunakan pupuk SP-36 sebesar 150 kg, jadi untuk luasan lahan 0,08 hektar jumlah pupuk SP-36 yang seharusnya digunakan adalah 12 kg. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi pestisida padat sebesar 1,06 kg. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pestisida padat harus dikurangi dari rata-rata penggunaan aktualnya yaitu sebesar 1,16 kg menjadi 1,06 kg. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi pestisida cair sebesar 300,27 ml. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pestisida cair harus ditambah dari rata-rata penggunaan aktualnya yaitu sebesar 243,33 ml menjadi 81

21 300,27 ml. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi tenaga kerja sebesar 145,92 HOK. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja harus ditambah dari rata-rata penggunaan aktualnya yaitu sebesar 51,06 HOK menjadi 145,92 HOK. Keterbatasan modal yang dimiliki petani penggarap dan upah tenaga kerja yang relatif tinggi menyebabkan petani sulit untuk menambah penggunaan tenaga kerja pada tingkat yang optimal. 82

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA 6.1 Analisis Fungsi produksi Padi Sawah Varietas Ciherang Analisis dalam kegiatan produksi padi sawah varietas ciherang

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU 8.1. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur selama bulan Juni 2011 dengan melihat hasil produksi

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi Cobb Douglas. Faktor-faktor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang

II. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Petani Pendapatan yang diterima seorang petani dalam satu musim/satu tahun berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang petani yang mengusahakan

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Trias Farm yang berlokasi di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996), III. KERANGKA PEMIKIRAN 3. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.. Konsep Usahatani Menurut Bachtiar Rivai (980) yang dikutip oleh Hernanto (996), mengatakan bahwa usahatani merupakan sebuah organisasi dari alam,

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Hasil pendataan jumlah produksi serta tingkat penggunaan input yang digunakan dalam proses budidaya belimbing dewa digunakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi atau memproduksi menurut Putong (2002) adalah menambah kegunaan (nilai-nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL 7.1 Analisis Perbandingan Penerimaan Usaha Tani Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara

Lebih terperinci

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pegawai divisi produksi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yaitu Desa Purwasari. Pemilihan Kabupaten Bogor dipilih secara

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. melalui penyusunan model regresi linier berganda dari variabel-variabel input dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. melalui penyusunan model regresi linier berganda dari variabel-variabel input dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Estimasi Model Fungsi produksi Cobb-Douglas untuk usaha tanaman kedelai diperoleh melalui penyusunan model regresi linier berganda dari variabel-variabel input dan output

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur pikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Teori yang digunakan untuk mengurai perumusan masalah pendapatan petani jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai berikut

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG P R O S I D I N G 345 ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG Bagus Andriatno Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya I. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, artinya adalah metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR Jurnal Ilmiah AgrIBA No2 Edisi September Tahun 2014 ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR Oleh : Siska Alfiati Dosen PNSD dpk STIPER Sriwigama Palembang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara tertuju

Lebih terperinci

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 8.1. Analisis Produksi Stochastic Frontier Usahatani Kedelai Edamame Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis fungsi produksi Cobb-Douglas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan 37 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan Semadam dan Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Propinsi Aceh Dimana

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu 6.1.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Tambak Karakteristik sosial ekonomi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produktivitas usahatani padi dapat mengalami peningkatan maupun penurunan jumlah produksi. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh penggunaan faktor produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder hasil survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh BPS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dari survey rumah tangga petani dalam penelitian Dampak Bantuan Langsung Pupuk dan Benih

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif. Analisis deskriptif yaitu metode penelitian dengan memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995- BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-2015.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Komoditas pertanian erat kaitannya dengan tingkat produktivitas dan efisiensi yang rendah. Kedua ukuran tersebut dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan dan Kegunaan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Kegiatan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan. penjemuran jaring, pencucian ikan, pemanenan, dan pemasaran.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Kegiatan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan. penjemuran jaring, pencucian ikan, pemanenan, dan pemasaran. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kegiatan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan Kegiatan usaha budidaya ikan kerapu macan meliputi pemilihan lokasi budidaya, pemasangan wadah pemeliharaan, penebaran bibit, pemberian

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK (Kasus Desa Kebonagung dan Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul)

EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK (Kasus Desa Kebonagung dan Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul) EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK (Kasus Desa Kebonagung dan Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul) Rendhila Try Sadhita Drs. Y. Sri Susilo, M.Si. Program Studi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang analisis pendapatan usahatani padi, peneliti mengambil beberapa penelitian yang terkait dengan topik penelitian, dengan mengkaji dan melihat alat analisis yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Fungsi Produksi Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi terhadap jumlah output yang dihasilkan. Kegiatan produksi bertujuan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Saung Mirwan. Pemilihan PT Saung Mirwan dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup teori produksi, konsep efisiensi,

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Novi Anggraeni 1) Dedi Darusman 2) Dedi Sufyadi 3)

EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Novi Anggraeni 1) Dedi Darusman 2) Dedi Sufyadi 3) EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Novi Anggraeni 1) Dedi Darusman 2) Dedi Sufyadi 3) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive method), yaitu di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Alasan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Merode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu penelitian yang merumuskan diri pada pemecahan masalah yang ada

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Bank adalah lembaga keuangan yang merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia. Sebagai lembaga Intermediasi, bank memiliki

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. merupakan studi kasus yang dilaksanakan di peternakan sapi potong PT. Andini

IV. METODE PENELITIAN. merupakan studi kasus yang dilaksanakan di peternakan sapi potong PT. Andini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini mencoba mengkaji mengenai keadaan umum suatu usaha penggemukan sapi potong, tingkat keuntungan dan efisiensi produksinya, serta upaya keberlanjutan

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. pembesaran lele dumbo CV Jumbo Bintang Lestari, yang terletak di daerah Desa

IV. METODE PENELITIAN. pembesaran lele dumbo CV Jumbo Bintang Lestari, yang terletak di daerah Desa IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi kasus penelitian ini dilakukan pada perusahaan perikanan usaha pembesaran lele dumbo CV Jumbo Bintang Lestari, yang terletak di daerah Desa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usahatani tembakau dinilai memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani tembakau

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Unit Bisnis Daerah (UBD) Khusus Sukamandi, Subang Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian ini berisi tentang perkembangan oleokimia dan faktor apa saja yang memengaruhi produksi olekomian tersebut. Perkembangan ekspor oleokimia akan

Lebih terperinci

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani paprika hidroponik di lokasi penelitian adalah model fungsi Cobb-Douglas dengan pendekatan Stochastic Production

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK BERSUBSIDI PADA TANAMAN PADI SAWAH. (Studi Kasus: Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK BERSUBSIDI PADA TANAMAN PADI SAWAH. (Studi Kasus: Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai) ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK BERSUBSIDI PADA TANAMAN PADI SAWAH (Studi Kasus: Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai) Joan Octrani Siallagan, Diana Chalil, M. Jufri Program

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini disajikan hasil-hasil penelitian beserta pembahasan yang meliputi pandangan petani terhadap program pemupukan berimbang dan tingkat penerapan teknologi pemupukan berimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang efisiensi dan pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi sehingga akan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik Dalam penelitian ini uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas data, uji multikoloneritas dan uji heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan penelitian yang

METODE PENELITIAN. memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan penelitian yang 56 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Produksi Penelitian ini akan mengukur bagaimana dampak penggunaan faktorfaktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi hasil produksi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Petani dalam melakukan kegiatan usahatani membutuhkan benih padi sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan terhadap

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak 24 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang diamati yaitu pengaruh aplikasi teknologi pakan, kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH DATARAN RENDAH

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH DATARAN RENDAH ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH DATARAN RENDAH (Kasus Desa Tegal Panjang, Cariu, Bogor) Supena Friyatno dan Sumaryantoo Abstrak Tulisan ini mencoba melihat alokasi masukan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI Tingkat efisiensi ekonomi dari faktor-faktor produksi dapat dilihat dari besarnya rasio Nilai Produk Marjinal (NPM)

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN. harga lahan di sekitar Bandara Raja Haji Fisabilillah, Kepulauan Riau adalah

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN. harga lahan di sekitar Bandara Raja Haji Fisabilillah, Kepulauan Riau adalah VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN Model yang digunakan dalam menduga faktor-faktor yang mempengaruhi harga lahan di sekitar Bandara Raja Haji Fisabilillah, Kepulauan Riau adalah model double

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian survai dan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini akan dijadikan instrumen pengambilan data primer yang berisi

Lebih terperinci

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING 6.1. Model Permintaan Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah Keriting Model permintaan rumah tangga di DKI Jakarta

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga April 2011, berlokasi di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Teknologi dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian merupakan cara peneliti yang digunakan dalam mendapatkan data untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian merupakan cara peneliti yang digunakan dalam mendapatkan data untuk III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian merupakan cara peneliti yang digunakan dalam mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Sugiyono (2013:24) metode penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI SEMANGKA (Citrullus Vulgaris, Scard) DI KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU. By :

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI SEMANGKA (Citrullus Vulgaris, Scard) DI KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU. By : ANALISIS FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI SEMANGKA (Citrullus Vulgaris, Scard) DI KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU By : Reni Ismawati, Cepriadi, Roza Yulida Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Ada banyak definisi mengenai ilmu usahatani yang telah banyak di kemukakan oleh mereka yang melakukan analisis usahatani,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI JAGUNG DI KABUPATEN SUMENEP

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI JAGUNG DI KABUPATEN SUMENEP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI JAGUNG DI KABUPATEN SUMENEP RIBUT SANTOSO, HARI SUDARMADJI, AWIYANTO Fakultas Pertanian, Universitas Wiraraja Sumenep ABSTRAK Penelitian ini menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau

TINJAUAN PUSTAKA. dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi Pengertian produksi adalah hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian

Lebih terperinci

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI ANDRI JUSTIANUS SIMATUPANG NPM ABSTRAK Mentimun merupakan sayuran yang banyak digemari

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS Analisis risiko produksi jagung manis dilakukan dengan menggunakan metode risiko produksi yang telah dikembangkan oleh Just dan Pope. Pendekatan analisis risiko

Lebih terperinci

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS 7.1. Karakteristik Responden Responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 38 responden yang menjadi mitra

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang 5.1.1. Produksi Pupuk Urea ton 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 - Tahun Sumber : Rendal Produksi PT. Pupuk Kujang,

Lebih terperinci

Kata Kunci : Usahatani Padi Sawah, Produktivitas, Optimalisasi.

Kata Kunci : Usahatani Padi Sawah, Produktivitas, Optimalisasi. Analisis Produktivitas Usahatani Padi Sawah Di Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur Sudarmo A. E. Sianturi 1), Emy Kernalis 2), Aprollita 2) 1) Alumni Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tingkat Produksi Kedelai Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 26 A. Metode Penelitian 1. Sasaran Penelitian BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Sasaran penelitian adalah para petani berstatus pemilik maupun penyewa yang mengusahakan tanaman padi semi organik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sampel Penelitian Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2015. Pengambilan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan

METODE PENELITIAN. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan untuk mengggambarkan sifat sesuatu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci