ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER (Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler Pada CV Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor) SKRIPSI IMAN SATRA NUGRAHA H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i

2 RINGKASAN IMAN SATRA NUGRAHA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler (Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler Pada CV Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA). Ayam broiler merupakan jenis unggas yang memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan jenis unggas lainnya. Ayam broiler dapat dipanen kisaran hari. Ayam broiler memiliki peluang yang sangat luas untuk dikembangkan. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan populasi ternak ayam broiler yang ada di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Peningkatan populasi tersebut didukung dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun serta adanya kandungan gizi yang terkandung pada daging ayam broiler cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuh. Ayam broiler memiliki penyebaran dari Sabang hingga Marauke, namun jumlah yang paling besar berada di pulau Jawa. Jawa Barat merupakan penyumbang terbanyak dalam memproduksi ayam broiler. Peternakan ayam broiler pada umumnya tidak melakukan usaha secara mandiri, karena peternak yang ada di Indonesia kebanyakan masih bersifat tradisional sehingga masih membutuhkan bantuan pihak lain. Kerja sama ini salah satu untuk mengurangi kerugian yang ditanggung oleh peternak ayam tersebut. Salah satunya adalah Peternakan ayam broiler yang ada di Kabupaten Bogor, Kecamatan Dramaga tidak berdiri sendiri, melainkan melakukan kerjasama dengan perusahaan inti yang menyediakan semua faktor-faktor produksi. Peternak hanya mempersiapkan kandang, alat pemanas, sekam, serta peralatan lainnya seperti tempat pakan dan minum. Hal tersebut membuat beban peternak semakin berkurang, karena tidak lagi memikirkan faktor-faktor produksi serta pemasaran produknya, walaupun peternak melakukan kerjasama dengan perusahaan inti, peternak tidak terlepas dari risiko produksi. Indikasi adanya risiko produksi adalah produktivitas masih berfluktuasi pada setiap peternak, selain itu juga adanya tingkat kematian yang bervariasi. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1). Faktorfaktor produksi apa saja yang mempengaruhi Produksi Rata-rata dan variance produksi ayam broiler pada peternak plasma DUF? dan 2). Bagaimana pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi rata-rata dan variance produksi peternak ayam broiler pada peternak plasma DUF?. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1). Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas dan variance produksi ayam broiler yang dihasilkan para peternak plasma DUF dan 2). Menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi ayam broiler yang digunakan terhadap risiko produksi ayam broiler yang dihasilkan peternak plasama DUF di Kecamatan Dramaga. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari hasil wawancara dan observasi kepada peternak ayam broiler serta penyuluh di perusahaan inti. Data sekunder berasal dari internet, buku, penelitian terdahulu dan perpustakaan. Data yang digunakan iii

3 adalah data panel yaitu gabungan antara data time series dan cross section. Analisis dilakukan dengan dua metode yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk penanganan risiko dan sumber risiko produksi, sedangkan kuantitatif digunakan untuk melihat faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas dan pengaruhnya terhadap variance produksi. Pengolahan data digunakan dengan program minitab 14 dan eviews 6. Peternak yang digunakan sebagai responden sebanyak 30 responden yang representative dan satu responden terdiri dari dua periode. Skala usaha satu peternak dengan peternak lainnya juga beraneka ragam, mulai dari ekor ayam. Berdasarkan permasalahan pada penelitian ini, maka diperlukan faktor-faktor produksi sebagai parameter. Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam pengolahan data adalah jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, pemanas serta tenaga kerja. Faktor-faktor produksi tersebut digunakan berdasarkan pertimbangan pada kondisi lapangan yaitu semua peternak menggunakan jenis variabel produksi tersebut. Berdasarkan hasil pendugaan parameter menunjukkan bahwa secara umum semua variabel memiliki pengaruh signifikan terdapat produktivitas dan variance produksi. Untuk melihat pengaruh dari semua input terhadap produktivitas dan variance produksi digunakan dari nilai F. Nilai F hitung harus lebih besar dibandingkan dengan nilai F tabel, jika nilai F-hitung > F-tabel maka tolak H 0. Penolakan H 0 tersebut menunjukkan bahwa secara umum semua variabel produksi secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap perubahan produktivitas dan variacen produksi. Selain dapat dilihat nilai F, penolakan H 0 dapat dilihat dari nila P-value. Nilai P-value harus lebih kecil dengan taraf nyata yang digunakan. Taraf nyata yang digunakan sebagai acuan batas kewajaran adalah 20 persen. Hasil pendugaan parameter dapat disimpulkan secara bersama semua variabel yang digunakan berpengaruh signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai F-hitung > F-tabel yaitu F-hitung sebesar 241 sedangkan F-tabel sebesar 2,18, atau dapat dilihat dari nilai P-value sebesar 0,000 lebih kecil daripada taraf nyata lima persen. Untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel terhadap produksi rata-rata dan variance produksi dapat dilihat dari uji t. Kriteria variabel berpengaruh terhadap produksi dan variance produksi dapat dilihat pada nilai P- value lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebagai acuan yaitu 20 persen. Berdasarkan uji t dapat dijelaskan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap produktivitas dibawah taraf nyara satu persen adalah jumlah DOC, pakan, pemanas serta tenaga kerja. Variabel yang signifikan pada taraf nyata dibawah dua persen adalah Doxerin Plus, dan yang tidak berpengaruh signifikan adalah Protect Enro, Neocamp dan vaksin. Variabel tersebut berada pada taraf nyata dibawah 93, 39 dan 43 persen. Untuk hasil pendugaan parameter variance produksi, faktor-faktor produksi yang berpengaruh signifikan terhadap variance produksi hanya tenaga kerja dengan taraf nyata dibawah enam persen. Sedangkan variabel yang lainnya seperti jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin serta pemanas tidak berpengaruh nyata terhadap variance produksi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai P-value diatas 61 persen. Namun, jika dilihat dari tanda koefisien variabelnya ada yang bertanda positif dan bertanda negatif. Jika koefisien variabel bertanda positif maka variabel tersebut termasuk variabel yang menimbulkan iv

4 variance produksi. Dengan demikian variabel tersebut digunakan lebih banyak maka variance yang dihasilkan akan semakin tinggi. Sedangkan jika koefisien variabel bertanda negatif maka variabel tersebut termasuk faktor produksi yang dapat mengurangi variance produksi. Hal ini berarti jika variabel tersebut semakin banyak digunakan maka variance yang dihasilkan akan semakin menurun. Faktor-faktor produksi yang termasuk menimbulkan variance produksi adalah jumlah DOC, Protect Enro dan tenaga kerja. Sedangkan faktor produksi yang dapat mengurangi risiko adalah pakan, Doxerin Plus, Neocamp, vaksin serta pemanas. Sumber risiko produksi yang dialami oleh para peternak ayam broiler yang ada di Kabupaten Dramaga adalah sumber daya manusia atau pegawai dan cuaca/iklim yang tidak menentu. Untuk mengurangi risiko produksi tersebut dilakukan penanganan risiko dengan cara pencegahan risiko yaitu dengan memperbaiki kualitas sumber daya manusianya dengan cara memberikan penyuluhan serta dengan membuat atau memperbaiki fasilitas agar cuaca yang tidak menentu dapat diatasi dengan fasilitas yang memadai. v

5 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER (Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler Pada CV Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor) SKRIPSI IMAN SATRA NUGRAHA H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ii

6 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER (Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler Pada CV Dramga Unggas Farm Kabupaten Bogor) IMAN SATRA NUGRAHA H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 vi

7 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler (Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler Pada CV Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor) : Iman Satra Nugraha : H Menyetujui, Pembimbing Ir. Netti Tinaprilla, MM. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir.Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus : vii

8 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler (Studi Kasus Peternak Plasma pada CV DUF Kabupaten Bogor) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini. Bogor, September 2011 Iman Satra Nugraha H viii

9 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Desa Teluk Pulai Dalam, Kecamatan Kualuh Leidong, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Sumatra Utara pada tanggal 24 September Penulis anak ke lima dari lima bersaudara yang berasal dari hasil pernikahan Bapak Syahlan dan Ibu Tarwini. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Inpres No Teluk Pulai Dalam pada tahun 2000 dan melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Plus Al-Azhar Medan pada tahun Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2006 di SMA Al-Azhar Medan. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan keperguruan tinggi melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada Program Diploma Program Studi Manajemen Agribisnis dan lulus pada tahun Pada tahun 2009 juga penulis melanjutkan ketingkat Sarjana melalui Program Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. ix

10 KATA PENGANTAR Alhamduliilahihirobbil alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan anugrah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memproleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi yang ditulis dengan topik risiko dan fakor produksi ayam broiler yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler (Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler Pada CV Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor). Skripsi ini mengkaji faktor-faktor yang digunakan dalam menjalankan usaha ayam pedaging, seperti pakan, obat-obatan, vitamin, vaksin, tenaga kerja, sekam, pemanas, luas kandang, serta jumlah DOC. Input-input tersebut akan mempengaruhi tingkat produktivitas yang dihasilkan dan dapat menimbulkan risiko yang akan mempengaruhi produksi ayam pedaging tersebut. Dengan demikian, diperlukan pengelolaan yang baik terhadap faktorfaktor produksi ayam broiler agar menghasilkan produksi yang baik dan risiko produksinya juga menjadi rendah. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat menjadi pertimbangan bagi pihak pengambilan keputusan dalam penggunaan faktor-faktor produksi sehingga mendapatkan produksi yang maksimal dan dapat menghidari risiko yang mungkin akan terjadi selam proses produksi. Bogor, September 2011 Iman Satra Nugraha x

11 UCAPAN TERIMAKASIH Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan syukur kepada Allah SWT dan menyampaikan terimakasih kepada : 1. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabarannya yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Suharno, M.Adev selaku dosen penguji utama atas masukan, arahan dan saran sehingga penulisan skripsi ini lebih mudah dimengerti pembaca. 3. Dra. Yusalina, Msi selaku dosen komi pendidikan atas saran dan masukkan terhadap format penulisan dan penggunaan kata-kata sehingga skripsi ini lebih baik. 4. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator pada seminar proposal yang telah memberikan koreksi dan saran demi perbaikan skripsi ini. 5. Dr. Rita Nurmalina, selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dalam hal perkuliahan. 6. Ayahanda Syahlan dan Ibunda Tarwini tercinta, serta kakak tersayang (Rosita Harmaini, Heri Syafitri, Nova Febriansyah, Tia), dan abang (Kholik, Amru, dan Yazali), serta keponakan tersayang (Upi, Fifa, Yaya, dan Runah) atas doa, dorongan moril, materi, kesabaran, pengertian, motivasi, dan kasih sayangnya. 7. Pak Asep, Pak Rofi, Neng Gina dan Mbak Dewi yang telah memberikan bantuan dalam pengumpulan data responden selama penelitian. 8. Fitri Puspitasari yang telah memberikan motivasi serta dukungan selama penelitian sampai penulisan skripsi selesai. 9. Fahmi Abidin, Vela Rostwentivaivi Sinaga, Citra Kirana, Debina, Tiwi dan Amri sebagai teman kelompok yang memberikan informasi, saran, kritikan selama penulisan skripsi ini selesai. 10. Iqbal, Rahmat Wahyudin, Dian Saputra, Evin Eka Saputra, Bg Amli, Bg Hot, Bg Oki, Tika Ayu dan Kiki sebagai kawan seperantauan yang memberikan dukungan serta motivasi. xi

12 11. Rahma, Nanda, Roselina, Junita dan Eva Christy sebagai teman yang memberikan dukungan serta seperantauan. 12. Staf pegawai ekstensi agribisnis yang sabar melayani keperluan penulis mulai dari awal kuliah sampai dengan penelitian selesai. 13. Teman-teman jurusan agribisnis angkatan VII yang memberikan saran serta kritikan demi perbaikan penulisan skripsi. 14. Para peternak ayam broiler yang menjadi responden dalam penelitian ini yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi sehingga penelitian ini dapat selesai. 15. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu, semuga Allah SWT membalas dan memberikan rahmat dan hidayah-nya. Bogor, September 2011 Iman Satra Nugraha xii

13 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian Ruang Lingkup II. TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Ayam Broiler Risiko Produksi Ayam Broiler Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Ayam Broiler III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Risiko Jenis Risiko Teori Produksi Model Just and Pope Sumber-Sumber Risiko Manajemen Risiko Kerangka Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Data dan Instrumentasi Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data Analisis Risiko Produksi Just dan Pope Model ARCH-GARCH Pengujian Hipotesis Hipotesis V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografi Kondisi Demografi Karakteristik Responden Umur Responden Tingkat Pendidikan Pengalaman Pembudidaya Ayam Broiler Luas Kandang dan Status Kepemilikan Lahan Skala Usaha Ayam Broiler xiii

14 VI Proses Produksi Ayam Broiler di Kecamatan Dramagav Pra Produksi Produksi Ayam Broiler FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI Analisis Faktor-Faktor Risiko Produksi Analisis Faktor-Faktor Pada Fungsi Produksi Rata-Rata Analisis Faktor-Faktor pada Fungsi Variance Produksi Sumber dan Rekomendasi Penanganan Risiko Produksi VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN KUISIONER PENELITIAN xiv

15 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun Populasi Unggas di Indonesia Tahun (ekor) Populasi Unggas di Provinsi Jawa Barat Tahun (ekor) Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun Konsumsi Ayam Broiler di Indonesia Tahun Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian yang dilakukan Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan Kelompok Umur Pada Tahun Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan Jenis Pekerjaan Pada Tahun Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada Tahun Jumlah Responden Peternak Ayam Broiler Berdasarkan Umur di Kecamatan Dramaga Tahun Tingkat Pendidikan Responden pada Peternak Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun Sebaran Responden Berdasarkan Lamanya Peternak Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun Jumlah Responden Berdasarkan Luas Kandang di Peternak Ayam Broiler Kecamatan Dramaga Tahun Jumlah Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan Pada Peternak Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun Pengujian Mulitikolinieritas Terhadap Antar Variabel Ringkasan Hasil Uji Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey Hasil Pendugaan Persamaan Fungsi Produksi dan Variance Produksi Ayam Broiler Pada Kabupaten Bogor Tahun Hasil Pendugaan Produksi Rata-Rata Terhadap Produktivitas Ayam Broiler Pada Peternakan Ayam di Kabupaten Bogor Tahun Hasil Pendugaan Produksi Rata-Rata Terhadap Produktivitas Ayam Broiler Pada Peternakan Ayam di Kabupaten Bogor Tahun xv

16 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Tingkat Kematian Ayam Broiler Pada Peternak Plasma DUF yang Panen di Bulan Mei dan Juni Produktivitas Ayam Broiler Pada Peternakan Ayam Broiler di Kabupaten Darmaga Jenis-Jenis Risiko Tahapan Proses Produksi Strategi Pencegahan Risiko Strategi Pengurangan Risiko Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Ayam Broiler Skala Usaha Pada Responden Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun xvi

17 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Populasi Ayam Broiler Per Provinsi Tahun (ekor) Produksi Daging Nasional Per Provinsi Ayam Ras Pedaging Tahun (Ton) Populasi Ayam Pedaging di Kabupaten Bogor Tahun Perkembangan Produksi Daging Ternak dan Kontribusinya di Kabupaten Bogor Tahun Faktor-Faktor Produksi dan Jumlah Pemakaian Faktor Produksi Hasil Olahan ARCH-GARCH (1,1) Nama Responden Serta Identitas Usaha Penyebaran Lokasi Responden Gambar Dokumentasi Penelitian Ayam Broiler 97 xvii

18 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu perkekebunan, perikanan, tanaman pangan dan holtikultura. Sektor tersebut memiliki peranan yang sangat penting dalam kontribusi terhadap perkembangan perekonomian yang ada di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kontribusi pertanian dapat dilihat pada nilai Produk Domestik Bruto (PDB), dari hasil pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan atas dasar harga konstan Rp 2000 adalah sebesar 284,6 Triliun pada tahun 2008 dan 296,4 Ttriliun pada tahun 2009 atau mengalami pertumbuhan sebesar 4,1 persen. Adapun peranan sektor pertanian terhadap PDB Indonesia tahun 2009 tumbuh dari 14,5 persen menjadi 15,3 persen, sehingga sektor pertanian berada pada ranking kedua yang memiliki kontribusi terhadap PDB setelah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 26,4 persen. Struktur PDB dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun Lapangan Usaha Triw I Triw II Triw I Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan 14,5 15,3 15,6 13,7 16,0 Pertambangan dan Penggalian 10,9 10,5 10,0 11,3 11,2 Industri Pengolahan 27,9 26,4 27,0 26,4 25,4 Listrik, air bersih dan gas 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 Konstruksi 8,5 9,9 9,6 10,3 10 Perdagangan, Hotel dan restoran 14 13,4 13,3 13,9 13,9 Komunikasi dan pengangkutan 6,3 6,3 6,4 6,3 6,2 Keuangan dan real estet 7,4 7,2 7,5 7,1 7,2 Jasa-jasa 9,7 10,2 9,8 10,2 9,3 PDB Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa kontribusi pada sektor pertanian sangat berpengaruh dalam meningkatkan PDB kedua setelah industri pengolahan. Peningkatan ini akan berdampak positif terhadap tingkat penggunaan tenaga kerja, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Pada umumnya masyarakat Indonesia banyak diserap tenaga kerjanya pada sektor pertanian dibandingkan 1

19 pada sektor industri. Sektor pertanian tersebut meliputi perikanan, kehutanan, serta peternakan. Salah satu sektor pertanian yang setiap tahunnya relatif mengalami pertumbuhan adalah pada subsektor peternakan. Sumbangan subsektor peternakan dalam PDB sebesar Rp ,7 milyar atau 1,60 persen pada tahun 2007 dan masih menyumbang 1,60 persen pemasukan negara pada tahun 2008 (Dinas Peternakan 2010). Hal tersebut membuktikan bahwa subsektor peternakan memiliki peran tersendiri dalam menyumbangkan PDB serta memiliki peran dalam pembangunan pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia. Selain itu, dengan meningkatnya bidang peternakan maka akan lebih banyak lagi menyerap tenaga kerja, sehingga menurunkan tingkat penggangguran yang ada di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2007) menyatakan bahwa komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang sangat baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim, harga relatif murah dan mudah diperoleh karena sudah merupakan barang publik. Dengan demikian, prospek yang sudah bagus ini harus dimanfaatkan untuk memberdayakan peternak di pedesaan melalui pemanfaatan sumberdaya secara lebih optimal. Prospek pasar dan pengembangan agribisnis ayam ras pedaging di Indonesia baik pada subsistem hulu, subsistem budidaya, maupun subsistem hilir sangat terbuka lebar. Perkembangan populasi ayam ras pedaging di Indonesia dalam tiga dasawarsa terakhir senantiasa mengalami peningkatan, meskipun pada tahun saat terjadinya krisis ekonomi populasi ayam sempat mengalami guncangan cukup besar yang mengakibatkan komoditas ini merupakan pendorong utama penyediaan populasi ayam mengalami penurunan hingga 50 persen. Pada awal tahun 2000 usaha ternak ayam ras pedaging mulai bangkit kembali karena kondisi perekonomian beranjak stabil. Pengusaha ayam broiler mulai menunjukkan pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun. Selain itu juga, ayam broiler merupakan jenis unggas yang paling tinggi tingkat pertumbuhannya dibandingkan dengan jenis unggas lainnya. Hal tersebut dapat dilihat pada jumlah populasi ternak unggas Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2. 2

20 Tabel 2. Populasi Unggas di Indonesia Tahun (ekor) Jenis Tahun Unggas Ayam Buras Ayam Ras Peterlur Ayam Ras Pedaging Itik Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2011 Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa angka yang ada pada ayam ras pedaging setiap tahunnya relatif mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 populasi unggas mengalami penurunan yang disebabkan meningkatnya hargaharga input seperti harga pakan yang meningkat. Karena harga pakan terjadi peningkatan maka akan meningkatkan biaya produksi sehingga secara global akan berdampak pada tingkat usaha sehingga jumlah populasi ayam pada saat itu mengalami penurunan. Tahun , jumlah populasi unggas khususnya ayam ras pedaging mengalami peningkatan secara signifikan. Tingkat populasi unggas khususnya ayam broiler hampir merata di setiap provinsi yang ada di Indonesia, namun ada beberapa provinsi yang memiliki tingkat populasi yang lebih signifikan. Hal tersebut dikarenakan adanya kesesuaian kondisi geografis dalam pembudidayaan serta tingkat permintaan di suatu wilayah tersebut. Untuk melihat populasi di setiap provinsi dapat dilihat pada Lampiran 1. Jawa Barat merupakan salah satu sentral terbesar dalam jumlah populasi di bidang peternakan yang salah satunya pada jenis perunggasan. Hal ini didukung oleh kondisi alam yang menyakinkan serta merupakan tempat strategis dalam mendistribusikan ke wilayah-wilayah lainnya. Populasi perunggasan di Indonesia pada umumnya terus mengalami peningkatan khususnya di wilayah Provinsi Jawa Barat. Untuk lebih jelasnya tingkat pertumbuhan perunggasan yang terjadi di wilayah Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3. 3

21 Tabel 3. Populasi Unggas di Provinsi Jawa Barat Tahun (ekor) Jenis Tahun Unggas Ayam Buras 30,779,120 30,989,812 29,319,161 27,789,274 27,761,015 Ayam Ras Petelur 9,720,685 10,169,284 10,351,105 11,462,744 10,303,478 Ayam Ras Pedaging 328,015, ,434, ,954, ,549, ,373,596 Itik 4,880,019 5,305,485 5,296,757 6,534,753 7,962,095 Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2008 Tabel 3 menunjukan pertumbuhan perunggasan di wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun 2004 sampai dengan Data tersebut menunjukan ayam ras pedaging memberikan kontribusi yang paling besar dibandingkan jenis unggas lainnya, serta memiliki populasinya yang konsisten dibandingkan dengan jenis unggas lainnya. Hal ini disebabkan oleh ayam broiler merupakan ayam yang memiliki pertumbuhan yang cepat serta dapat menghasilkan lebih besar dibandingkan jenis unggas lainnya sehingga peternak lebih gemar mengusahakan peternak ayam broiler. Pada data ayam ras pedaging memiliki pertumbuhan yang positif yaitu terus meningkat kecuali pada tahun Pada umumnya tahun 2006 merupakan tahun kondisi perekonomian Indonesia tidak stabil sehingga berdampak pada tingkat usaha secara keseluruhan. Populasi ayam broiler akan berdampak pada tingkat produksi daging ayam broiler. Pada umumnya produksi daging mengalami peningkatan yang positif pada setiap provinsinya yang ada di Indonesia, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 2. Adanya peningkatan produksi ayam broiler pada setiap provinsinya maka akan berdampak terhadap produksi nasional. Berikut adalah jumlah produksi ayam broiler di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun No. Tahun Jumlah (Ton) Pertumbuhan (%) ,300 1, , , ,76 Sumber : Direktorat Jendral Peternakan,

22 Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa jumlah produksi ayam pedaging atau ayam broiler setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan bahwa komoditi ayam dijadikan oleh masyarakat Indonesia sebagai penambah nilai gizi yang dapat dijangkau oleh semua kalangan. Oleh karena itu, jumlah produksinya setiap tahun terus mengalami peningkatan. Tingkat pertumbuhan setiap tahunnya relatif stabil, namun pada tahun 2009 merupakan tingkat pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya. Hal itu tersebut karena masyarakat semakin sadar akan pentingnya mengkonsumsi daging guna memenuhi kebutuhan gizi. Berikut dapat dilihat tingkat konsumsi konsumen terhadap daging ayam broiler pada Tabel 5. Tabel 5. Konsumsi Ayam Broiler di Indonesia Tahun No. Tahun Jumlah (ekor) Pertumbuhan (%) , , , ,56 Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2008 Table 5 menunjukkan tingkat konsumsi terhadap produksi ayam broiler terus mengalami peningkatan dari setiap tahunnya. Peningkatan tertinggi pada tahun 2005 sebesar 4,93 persen sedangkan pada tahun 2006 mengalami penurunan hal sebesar 2,00 persen. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut terjadi ekonomi dalam negeri tidak stabil sehingga menurunkan tingkat daya beli masyakat dan akan mempengaruhi tingkat konsumsi secara nasional. Pada tahun 2007 konsumsi terhadap ayam broiler mengalami peningkatan kembali karena kondisi sudah stabil dan meningkatkan pendapatan serta adanya daya beli masyakat terhadap barang juga meningkat. Berdasarkan uraian Tabel 3 dan lampiran 1 yaitu tingkat populasi peternakan ayam broiler dari tingkat provinsi sampai pada tingkat nasional, tingkat produksi nasional maupun di wilayah Jawa Barat, tingkat konsumsi ayam broiler secara nasional pada umumnya usaha tersebut terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pengembangan usaha ternak ayam broiler akan berhasil apabila peternak tersebut mampu mengelola usaha ternaknya dengan 5

23 baik, yaitu pengelolaan dalam bidang manajemen maupun teknis dilapangan. Dalam bidang manajemen maka perusahaan harus mampu memanaje disektor produksi, sumber daya manusia, keuangan serta pemasarannya dengan baik. Sedangkan dalam bidang teknis maka peternak harus mengetahui secara detail tentang budaya ayam broiler. Selain manajemen yang baik, diperlukan juga sistem infrastruktur yang baik. Jika infrastruktur memadai maka dalam proses pendistribusian produk dalam memasarkan serta mengirim input atau bahan baku sapronak (Sarana Produksi Peternakan) tepat pada waktunya sehingga tidak mengurangi nilai dari suatu produk tersebut. Infrastruktur yang diperlukan dalam menunjang kelancaran usaha peternakan adalah kemudahan akses terhadap jalan, sumber air, jaringan listrik, dan lain sabagainya. Infrastruktur ini juga salah satu faktor yang diperhitungkan dalam usaha peternakan ayam broiler. Pada dasarnya semua usaha tidak terlepas dengan kendala-kendala dalam menjalankan usahanya, salah satunya adalah usaha peternakan ayam broiler. Kendala tersebut berasal dari baik itu teknis maupun non teknis. Kendala yang sering muncul dalam usaha peternakan ayam broiler ini adalah non teknis, yaitu tingginya tingkat risiko yang dihadapi, risiko yang dihadapi oleh peternak ayam broiler ini adalah risiko harga, baik itu harga-harga input seperti Day Old Chick (DOC), pakan dan obat-obatan, maupun harga jual output. Risiko yang lainnya adalah risiko produksi berupa teknis (yang dipengaruhi oleh iklim dan cuaca) serta risiko sosial atau lingkungan sekitar. Risiko yang dihadapi oleh peternak ayam broiler ini dapat dilihat dari indikator yaitu adanya fluktuatif harga input seperti harga DOC, pakan dan obatobatan, yang merupakan variabel-variabel utama untuk berlangsungnya proses produksi, serta harga jual output. Selain itu juga adanya fluktuasi terhadap tingkat konversi pakan dengan bobot ayam serta tingkat kematian ayam (Survival Rate) dalam setiap periode atau peternak sangat bervariasi. Pengelolaan usaha ternak ayam broiler dihadapkan pada tingkat risiko yang tinggi, maka harus disertai dengan pengetahuan peternak untuk dapat meminimalkan risiko tersebut. Sehingga peternak dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Manajemen risiko merupakan salah satu alat bantu dalam proses 6

24 pengambilan keputusan untuk mengurangi risiko yang dihadapi dan harus diterapkan secara efektif untuk mencapai tujuan perusahaan. Pengelolaan risiko dapat dilakukan salah satunya adalah dengan menggunakan bermitra dengan perusahaan inti. Perusahaan inti semakin lama semakin berkembang seiring dengan semakin bertambah banyaknya peternak ayam broiler. Daerah Darmaga terdapat berbagai macam jenis inti plasma salah satunya adalah Dramaga Ungga Farm (DUF). DUF merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang peternakan ayam broiler yang bertindak sebagai inti. Perusahaan inti ini memberikan beberapa kemudahan kepada peternak dalam menjalankan usaha ayam broiler. Dengan adanya kemudahan tersebut dapat mengurangi risiko yang akan ditanggung oleh peternak. Peternak ayam broiler pada umumnya berada pada skala kecil sehingga jika menjalankan usaha sering terkendala dalam hal permodalan. Dengan adanya perusahaan inti maka usaha dapat dijalankan karena mendapat bantuan seperti kemudahan dalam membeli pakan, DOC, vitamin, vaksin, obat-obatan, peralatan kandang, perlengkatan serta pasca panen. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diartikan bahwa usaha ternak ayam broiler memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan karena ada permintaan yang terus berkembang setiap tahunnya, akan tetapi disamping perkembangan tersebut terdapat kendala yang dihadapi oleh peternak ayam broiler dalam proses produksinya, yaitu adanya risiko produksi yang dihadapi peternak. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi dan manajemen risiko dalam peternakan ayam broiler. Kajian ini diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor produksi apa saja yang sangat mempengaruhi produksi dan seberapa besar faktor-faktor produksi tersebut menimbulkan risiko, kemudian dilakukan penanganan risiko produksi tersebut agar risiko yang ditimbulkan menjadi kecil. Kajian ini diharapkan peternak dapat mengambil keputusan yang tepat, sehingga peternak ayam broiler dapat menjalankan usahanya dengan lebih baik di masa yang akan datang. 7

25 1.2. Perumusan Masalah Ayam broiler merupakan komoditas peternakan yang paling berkembang setiap tahunnya, baik dari tingkat populasi maupun produksi daging ayam broiler itu sendiri. Jawa Barat merupakan salah satu penyumbang produksi ayam broiler terbesar dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia, serta Kota Bogor merupakan salah satu penyumbang ayam broiler khususnya daerah Dramaga. Untuk melihat jumlah produksi ayam broiler berdasarkan Kabupaten yang ada di Bogor dapat dilihat pada Lampiran 3. Peternak ayam broiler yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian adalah peternak ayam broiler yang bekerjasama dengan CV Dramaga Unggas Farm (DUF), walaupun peternak tersebut bekerjasama dengan perusahaan inti namun peternak tersebut tidak dapat menghindari risiko produksi yang terjadi. Indikator adanya risiko produksi dapat dilihat pada tingkat kematian ayam pada peternak plasma DUF sangat bervariasi dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Standar tingkat kematian yang ditetapkan adalah 3-4 persen. Variasi tingkat kematian yang terjadi pada peternak plasma di DUF dapat dilihat pada Gambar Mortalitas (%) Standar Mortalitas Gambar 1. Tingkat Kematian Ayam Broiler Pada Peternak Plasma DUF yang Panen di Bulan Mei dan Juni

26 Gambar 1 menunjukkan adanya variasi tingkat kematian ayam yang terjadi pada peternak broiler. Adanya perbedaan antara standar mortalitas yang ditetapkan oleh peternak berdasarkan Dinas Peternakan Bogor dengan tingkat mortalitas aktual yang dihasilkan oleh peternak plasma DUF digunakan sebagai indikasi adanya risiko produksi. Gambar 1 terlihat pada responden ke-11 memiliki tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan peternak lainnya. Tingginya mortalitas tersebut dikarenakan penyakit yang menyerang seluruh ternak ayam. Variasi tingkat mortalitas juga disebabkan oleh adanya perlakuan yang tidak teratur atau disiplin terhadap perubahan cuaca yang terjadi. dengan adanya risiko produksi maka akan mempengaruhi hasil produksi yang diharapkan. Risiko produksi juga dipengaruhi oleh penggunaan faktor-faktor produksi yang tepat. Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi seperti luasan kandang, DOC, pakan, sekam, pemanas DOC, tenaga kerja, air, vitamin, obat-obatan dan vaksin. Jika penggunaan input yang tidak tepat waktu dan takaran maka akan mempengaruhi risiko produksi. Selain itu, risiko produksi juga dapat terjadi dari sumber risiko. Sumber risiko tersebut adalah seperti adanya perubahan cuaca yang tidak menentu, sumber daya manusia yang tidak terampil, serta hama yang menimpa peternak ayam broiler. Jika keadaan cuaca lembab maka diperlukan penanganan kandang yang baik. Hal tersebut dilakukan agar sirkulasi udara tetap terjaga dan kandang tetap dalam keadaan kering, karena jika keadaan kandang kering atau tidak lembab maka hama tidak cepat berkembang biak dan ayam juga tidak mudah terserang penyakit. Selain dari tingkat kematian, indikasi adanya terdapatnya risiko produksi adalah melihat adanya fluktuasi produktivitas. Produktivitas yang dihasilkan pada setiap peternak plasma pada CV DUF bervariasi antara satu peternak dengan peternak lainnya. Tingkat fluktuasi yang terjadi pada produktivitas ayam broiler yang ada di peternakan dapat dilihat pada gambar 2. 9

27 30 Produktivitas (Kg/m 2 ) Standar Produktivitas Peternak Ayam Broiler Gambar 2. Produktivitas Ayam Broiler Pada Peternakan Ayam Broiler di Kabupaten Darmaga 2011 Gambar 2 menunjukkan bahwa produktivitas yang dihasilkan pada masing-masing peternak memiliki hasil bervariasi terhadap produktivitas aktual yang terjadi. Produktivitas standar berdasarkan ketentuan perusahaan inti berlaku adalah 14 kg/m 2, dimana bobot satu ekor ayam yang standard adalah 1,75 kg dan 1 m 2 layak ditempati oleh 8 ekor ayam broiler untuk mendapatkan hasil ayam yang baik, sehingga ayam tidak berdesakan. Pada peternak ke-29 terdapat tingkat produktivitas yang sangat rendah yaitu sekitar 6 kg/m 2. Rendahnya produktivitas disebabkan oleh terhambatnya laju pertumbuhan setiap harinya. Terhambatnya pertumbuhan disebabkan oleh banyak faktor seperti penggunaan input produksi. Selain penggunaan input produksi, perubahan cuaca yang tidak menentu dan terjangkit oleh hama penyakit juga dapat menghambat pertumbuhan produktivitas ayam broiler. Berdasarkan uraian di atas maka risiko-risiko tersebut harus dikelola dengan baik agar risiko produksi dapat diminimalkan, sehingga diharapkan adanya kelangsungan usaha ternak ayam broiler. Sehingga yang menjadi perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 10

28 1. Faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi produksi rata-rata dan variance produksi ayam broiler pada peternak plasma DUF? 2. Bagaimana pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi rata-rata dan variance produksi peternak ayam broiler pada peternak plasma DUF? 1.3. Tujuan Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas dan variance produksi ayam broiler yang dihasilkan para peternak plasma DUF 2. Menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi ayam broiler yang digunakan terhadap risiko produksi ayam broiler yang dihasilkan peternak plasama DUF di Kecamatan Dramaga Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapakan nantinya akan bermafaat bagi beberapa elemen, yaitu antara lain : 1. Untuk mengetahui variabel-variabel apa saja yang sangat berpengaruh terhadap produksi ayam broiler. 2. Sebagai bahan infomasi dan rujukan bagi penelitian selanjutnya dengan harapan penelitian yang akan datang dapat menyempurnakan dan bisa menganalisis lebih dalam lagi khususnya yang berkaitan dengan penulisan ilmiah tentang risiko dalam peternakan ayam broiler. 3. Sebagai sarana bagi penulis untuk menuangkan ilmu yang telah didapat pada perkuliahan yang berkaitan dengan penelitian, dan memberikan pengetahuan kepada penulis tentang peternakan ayam broiler. Harapannya adalah agar penulis bisa mengapresiasikan hasil tulisannya dengan mencoba merintis usaha peternakan ayam broiler di masa yang akan datang. 4. Bagi pembaca karangan ilmiah ini bermanfaat untuk menambah lagi wawasan tentang ayam broiler serta kemungkinan-kemungkinan risiko yang akan dihadapi pada saat menjalankan usaha ayam broiler tersebut. 5. Bagi pembuat kebijakan agar sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan peternak ayam broiler. 11

29 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ini memiliki keterbatasan ruang lingkup, adapun keterbatasannya adalah : 1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang digunakan sebagai pendugaan parameter. 2. Menjelaskan secara diskriptif tentang sumber-sumber risiko karena sumbersumber risiko tersebut tidak memiliki nilai sehingga tidak dapat di modelkan. 3. Penanganan risiko yang dilakukan hanya pencegahan karena masih peternak rakyat yang belum memiliki badan hukum serta manajemen yang baik. 4. Responden dipilih yang dapat mewakili peternak lainnya. 12

30 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 4-5 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia. Ayam broiler mulai dirintis pada tahun 50-an, pada tahun merupakan tahap perintisan ayam broiler di Indonesia. Usaha peternakan ayam broiler ini merupakan usaha yang paling berfluktuatif, mulai dari harga input seperti harga DOC maupun pakan ternak tersebut sampai kepada harga jual produknya yaitu daging ayam. Selain itu juga dalam proses pembudidayaannya membutuhkan perhatian yang khusus agar ayam tersebut terlindungi dari hama dan penyakit. Biasanya ayam broiler lebih membutuhkan perlakuan khusus pada saat musim penghujan tiba. Hal itu disebabkan karena pada saat musim penghujan tiba kondisi kandang juga akan dapat berubah jika tidak diperhatikan seperti kandang menjadi lembab yang dikarenakan suhu didalam kandang menurun. Sehingga diperlukan perlakuan khusus untuk menjaga kestabilan suhu di kandang. Seiring waktu berjalan ayam broiler semakin berkembang setiap tahunnya, hal tersebut diiringi dengan semakin banyaknya produsen input seperti pakan ternak, DOC, serta input lainnya yang menawarkan produk. Dengan semakin banyaknya peternak ayam broiler maka harga juga mulai bersaing terhadap peternak. Pada awal perkembangan ayam broiler tersebut harga dipeternak kecil berbeda dengan harga yang ditetapkan peternak besar, sehingga peternak kecil mengalami ketidakstabilan harga ayam dan biaya input yang dikeluaran juga terlalu tingga karena peternak kecil membeli input dengan harga satuan. 13

31 Dengan keadaan demikian maka pemerintah ikut serta dalam menjaga kestabilan usaha peternakan ayam broiler dengan cara membuat kebijakan yang dapat membantu meringankan dalam memproduksi usaha peternakan tersebut. Kebijakan tersebut diatur dalam Keputusan Presiden No. 50 Tahun 1981 tentang Pembinaan Usaha Peternakan Ayam, yang jiwanya menganut pemerataan kesempatan usaha dengan keseragaman skala usaha. Secara keseluruhan Pembinaan Usaha Peternakan Ayam menurut Keppres No. 50 Tahun 1981 sungguh melegakan para penganut pemerataan kesempatan usaha dengan keseragaman maksimal skala usaha. Sehingga konflik antara peternak kecil dan peternak besar dapat teratasi karena mereka sudah memiliki wilayahnya masingmasing. Setelah Keputusan Presiden dibentuk tidak lama kemudian untuk menyempurnakan pembinaan peternak langsung ke lapangannya maka dilakukan dengan sistem Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Dengan kedatangan PIR ini diharapkan akan mendukung semakin membaiknya kondisi peternakan ayam broiler di Indonesia karena mendapatkan penyuluhan langsung tentang usaha peternakan ayam broiler. Pendampingan para penyuluh ini sangan membantu peternak ayam tersebut. Hal ini dikarenakan peternak ayam broiler rata-rata berskala kecil sehingga masih membutuhkan pengarahan tentang usaha peternakan ini. Keberadaan PIR ini juga sangat membantu peternak ayam sebagai plasma dalam bentuk penyediaan faktor-faktor produksi seperti DOC, pakan, obat-obatan, vaksinasi dan vitamin. Plasma mendapatkan faktor produksi tersebut dengan harga yang lebih murah dibandingkan jika peternak membelinya dengan harga eceran kepada grosir. Pemakaian faktor produksi tersebut dilakukan selama proses produksi berlangsung sampai masa panen tiba sedangkan pembayaran faktor produksi tersebut dapat dilakukan pada saat panen dipotong dari hasil panen yang telah didapat. Kegiatan tersebut lebih membantu dibandingkan dengan peternak ayam broiler mandiri, peternak mandiri merupakan peternak yang berdiri sendiri tanpa bantuan dari instansi atau lembaga lain. Semua kegiatan yang dilakukan dengan kebijakan peternak itu sendiri. Mulai kegiatan penyediaan faktor produksi sampai kepada proses pendistribusian dagingnya dilakukan dengan sendiri. 14

32 Usaha peternakan dapat digolongkan menjadi beberapa bagian. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/TN.330/6/96, usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu Peternakan Rakyat, Pengusaha Kecil Peternakan dan Pengusaha Peternakan. Peternakan Rakyat adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam broiler dengan kapasitas maksimal sebesar ekor per periode. Peternakan rakyat mempunyai beberapa karakter yaitu modal terbatas, adanya masa istrahat kandang, kandang dibangun dengan sederhana, tenaga kerja biasanya dari rumah tangga. Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam broiler dengan kapasitas maksimal sebesar ekor per periode, peternakan ini sudah mulai baik dibandingkan dengan peternakan rakyat dibidang manajemen, tenaga kerja yang sudah memiliki pengalaman dan biasanya sudah memiliki legalitas hukum berupa perseorangan. Selain itu, pengusaha peternakan adalah peternakan yang membudidayakan ayam broiler dengan kapasitas melebihi ekor per periode. Selain kapasitas produksi, perusahaan peternakan dapat dilihat dari teknologi yang serba modern dalam melakukan budidayanya, sudah memiliki legalitas hukum berupa perusahaan, memiliki manajemen yang baik dan memiliki tenaga kerja yang ahli dalam bidangnya. Pengusaha peternakan ini memiliki kelebihan yaitu mendapatkan bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal tersebut telah ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1977 tentang Usaha Peternakan. Peraturan Pemerintah tersebut menjelaskan bahwa menteri yang bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau pejabat yang ditunjuk berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap kegiatan peternakan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan peternakan. Perundangundangan yang menjadi payung hukum bagi agribisnis usaha ayam broiler adalah Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 1967 Tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. Adapun tujuan umum pembentukan undang-undang ini adalah untuk pemeliharaan kesehatan hewan. Tujuan utama penambahan produksi adalah untuk meningkatkan taraf hidup peternak Indonesia dan untuk memenuhi keperluan bahan makanan yang berasal dari ternak bagi seluruh rakyat Indonesia secara adil dan merata. 15

33 2.2. Risiko Produksi Ayam Broiler Risiko produksi adalah kemungkinan peluang terjadinya penurunan produksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Risiko tersebut terjadi dari berbagai sumber risiko yang dapat menurunkan produksi, seperti kondisi alam yang tidak stabil yang dapat menyebabkan ayam broiler terserang penyakit dan dapat meningkatkan kematian pada ayam broiler tersebut. adanya indikasi bahwa risiko produksi adalah dengan melihat tingkat bobot ayam terhadap pakan sehingga menghasilkan produksi yang tidak stabil. Ada beberapa penelitian yang menganalisis tentang risiko produksi, diantaranya Aziz (2009) Robi ah (2006), dan Solihin (2009). Ketiga penelitian tersebut menganalisis risiko produksi ayam broiler, Aziz di daerah Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Solihin di daerah CV AB Farm Bojong Genteng, dan Robi ah di Sunan Kudus Farm, Bogor. Berdasarkan analisis ketiga peneliti tersebut kondisi alam merupakan salah satu faktor risiko utama dalam risiko produksi. Kondisi alam yang tidak stabil akan dapat berdampak kondisi kandang menjadi mudah penyakit berkembang biak sehingga banyak menyebabkan ayam terkena penyakit. Penyakit yang sering muncul pada saat musim hujan tiba adalah Coccidiosis (berak darah), Newcastle Disease (tetelo), kekerdilan, kurang nutrisi serta mudah terserang penyakit. Kejadian ini juga mengakibatkan tidak efesiennya dalam hal konversi pakan terhadap bobot ayam. Hal ini dikarenakan kondisi tubuh ayam yang kedinginan sedangkan alat pemanas jauh dari jangkauan sehingga menimbulkan rangsangan terhadap keluarnya bulu ayam yang menjadikan pertumbuhan ayam terhambat. Hasil analisis Aziz, Robi ah, dan Solihin, risiko produksi pada ayam broiler adalah tinggi. Aziz menyatakan risiko produksi sangat tinggi dengan nilai CV 1,75, risiko tersebut berasal dari risiko cuaca dan iklim yang menyebabkan tingginya tingkat kematian sampai pada 10 persen. Selain dari faktor cuaca risiko produksi berasal dari adanya fluktuasi harga yaitu harga pakan, obat-obatan, DOC, dan harga jual produksi. Tingkat risiko yang dianalisis oleh Robi ah memiliki tingakt risiko sebesar 1,3 dan di sebabkan oleh adanya fluktuasi sapronak serta adanya kenaikan harga input maupun stabilnya harga output. Sedangkan tingkat risiko yang dianalisis oleh Solihin sangat tinggi dibandingkan 16

34 Aziz dan Robi ah yaitu dengan CV 2,63. Risiko ini sangat tinggi bagi peternak, dan risiko tersebut timbul berasal dari harga sapronak (pakan, DOC, pemanas) terus meningkat sementara harga jualnya relatif tetap. Paramter kesuksesan proses produksi menurut Solihin adalah Indeks Prestasi Produksi. Solihin juga menjelaskan adanya pengaruh risiko produksi terhadap pendapatan sedangkan Aziz dan Robi ah tidak menjelaskan dampak risiko terhadap pendapatan. Adanya risiko disebabkan karena adanya penyimpangan indeks prestasi standar dengan indeks prestasi yang telah dijalankan. Maka pendapatan untuk setiap periodenya juga berfluktuasi. Rata-rata penyimpangan yang terjadi sebesar 32,6 persen yang berisiko mengakibatkan penurunan pendapatan sebesar 157,1 persen atau Rp adanya penyimpangan ini disebabkan oleh fluktuasi harga sarana produksi ternak dan fluktuasi harga jual. Sehingga perbandingan satu risiko nilainya semakin meningkat bila dikonversikan terhadap biaya. Hasil analisis Fariyanti (2008) yang berjudul Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran Pada Kondisi Risiko Produksi dan Harga di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Penelitian tersebut menggunakan model Garch untuk melihat nilai dari risiko produksi pada komoditi kubis dan kentang. Pada komoditi kentang dihasilkan error kuadrat periode sebelumnya memiliki taraf nyata dibawah satu persen, sedangkan variance error produksi musim sebelumnya mempunyai taraf nyata dibawah lima persen. Parameter tersebut bertanda positif menandakan bahwa semakin tinggi risiko produksi kentang pada musim sebelumnya, maka semakin tinggi risiko produksi pada musim berikutnya. Hubungan penggunaan input dengan variance error produksi menunjukkan bahwa benih memiliki taraf nyata dibawah lima persen dan pupuk urea memiliki taraf nyata dibawah 10 persen, sedangkan lahan garapan kentang, pupuk TSP, KCL, tenaga kerja, dan obat-obatan (pestisida, insektisida,) tidak mempunyai pengaruh nyata. Dengan demikian, pada usahatani kentang, penggunaan benih, luas garapan, dan obat-obatan merupakan factor yang dapat mengurangi risiko produksi. Sedangkan pupuk urea, TSP, KCl, dan tenaga kerja merupakan faktor yang menimbulkan adanya risiko produksi. Untuk komoditas kubis dari enam parameter yang diduga terdapat empat parameter yang mempunyai taraf nyata dibawah satu persen, yaitu luas lahan garapan kubis, 17

35 pupuk urea, tenaga kerja, dan obat-obatan (pestisida dan insektisida). Sedangkan benih kubis mempunyai taraf nyata dibawah 15 persen, dan pupuk majemuk NPK memiliki taraf nyata dibawah 20 persen. dengan demikian luas lahan garapan kubus dan obat-obatan menjadi faktor yang menimbulkan risiko produksi. Sebaliknya, benih kubis, pupuk urea, pupuk majemuk NPK, dan tenaga kerja menjadi faktor pengurang risiko produksi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Ayam Broiler Faktor-faktor produksi merupakan semua masukan atau input yang dilakukan untuk melakukan proses produksi untuk menghasilkan keluaran atau output. Faktor produksi merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya suatu produksi yang akan diperoleh. Menurut Soekartawi (2002), berdasarkan berbagai pengalaman yang menjadi faktor-faktor produksi adalah luasan lahan, modal, bibit, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen. Penelitian yang menjelaskan tentang faktor-faktor produksi adalah Merina (2004) dan Anggraini (2003). Merina meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi risiko usaha peternakan ayam broiler di Bekasi sedangkan Anggraini meneliti tentang risiko sapi perah dengan melihat faktor-faktor penyebab risiko dari sapi perah tersebut. Anggraini menjelaskan bahwa tingkat risiko yang pada usaha ayam broiler berfluktuatif setiap periodenya, hal tersebut dapat dilihat dari tingkat CV 0,92 dan tingkat pengembaliannya yang rendah. Sehingga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan dari perusahaan tersebut pada setiap periodenya. Keuntungan yang dihasilkan selalu bernilai positif namun hanya pada dua periode dari 12 periode yang mengalami kerugian dikarenakan adanya penyakit dan harga jual ayam turun. Berdasarkan analisis Merina risiko produksi dapat mempengaruhi tingkat pendapatan usaha ayam broiler. Variabel-variabel yang digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap risiko adalah fluktuasi harga DOC, pakan, obat-obatan, mortalitas, bonus karyawan, jumlah produksi, jumlah DOC yang dipelihara, harga ayam broiler, dan luas lahan. Dari hasil analisis regresi didapat tingkat kepercayaan 90,6 persen, namun tidak diikuti dengan ada variabel-variabel yang signifikan terhadap tingkat risiko tersebut. Hal ini disebabkan karena didalam variabel tersebut terdapat variabel yang memiliki multikolinier. Dan kemudian 18

36 dilakukan analisis regresi komponen utama 1, 2, dan 3 dengan tingkat keragaman 39,1 persen, 62,7 persen, dan 78,5 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fluktuasi harga DOC, pakan, obat-obatan/vitamin, harga ayam, waktu penjualan dan mortalitas merupakan variabel yang signifikan terhadap risiko usaha ayam broiler. Menurut Anggraini bahwa faktor-faktor yang memengaruhi tingkat risiko dalam usaha peternakan sapi perah di Kebon Pedes, Bogor adalah fluktuasi keuntungan di musim hujan, fluktuasi keuntungan di musim kemarau, fluktuasi harga susu, fluktuasi harga pakan, skala usaha, dan saluran pemasaran. Dan hasil analisis risiko didapat tingkat risiko sebesar 0,2 atau 20 persen dari pendapatan bersih rata-rata (return) yang diperoleh. Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan yang dimiliki adalah semua literatur menggunakan komoditas yang sama kecuali Anggraini menganalisis sapi perah dengan menggunakan analisis risiko untuk melihat tingkat risiko usaha. Sedangkan perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah pada penelitian Aziz, Solihin, dan Robi ah tidak menjelaskan seberapa besar faktor produksi dalam menimbulkan risiko produksi dan dalam menganalisis faktor-faktor produksinya berbeda, mereka menggunakan deskriptif sedangkan penelitian sekarang menggunakan Cobb-Douglass. Untuk penelitian Merina dan Anggraini menjelaskan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi pendapatan sedangkan penelitian yang sekarang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler. Perbedaan dengan penelitian Farianti adalah pada komoditas, penelitian ini dilakukan pada komoditas ayam broiler sedangkan Anna komoditas sayuran, penelitian ini hanya untuk menganalisis pengaruh input terhadap produksi serta melihat input-input yang dapat mengurangi atau menimbulkan risiko produksi, sedangkan penelitian Farianti sampai pada pengaruhnya terhadap ekonomi rumah tangga. 19

37 Tabel 6. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian yang dilakukan Nama Metode No. Tahun Judul Penelitian Penulis Analisis 1 Faishal Abdul Aziz 2009 Analisis Risiko dalam Usaha Ternak Ayam Broiler (Studi Kasus Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Analisis Risiko (Kuantitatif dan Kualitatif) 2 Muhamad Solihin 2009 Risiko Produksi dan Harga Serta Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Peternakan Ayam Broiler CV AB Farm, Kecamatan Bojonggenteng- Sukabumi Analisi Risiko, Analisis Pendapatan, Analisis R/C, Indeks Prestasi Produksi 3 Anna Fariyanti 2008 Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung Arch-Garch 4 Siti Robi ah 2006 Manajemen Risiko Usaha Peternakan Broiler pada Sunan Kudus Farm di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Analisis Risiko, dan Analisis Deskriptif 5 Desi Merina 2004 Analisis Pendapatan Tunai, Risiko dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Usaha Peternakan Broiler di Perusahaan X, Bekasi Analisis Risiko, Pendapatan Tunai, dan Regresi. 6 Puspitasri Dewi Anggraini 2003 Analisis Risiko Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus di Kelurahan Kebon Pedes, Bogor) Analisis Risiko dan Analisis Regresi 20

38 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Risiko Setiap kegiatan usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha pasti memiliki risiko. Para pakar memiliki pemahaman tersendiri dalam mengartikan sebuah risiko. Menurut Kountur (2006), risiko adalah kemungkinan kejadian yang merugikan. Menurut Vaughan yang diterjemahkan oleh Herman Darmawi (1997 : 18) mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut : 1. Risk is the chance of loss (risiko adalah kans kerugian) Chance of Loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu kemungkinan. Kerugian, sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam statistik, maka chance sering dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. 2. Risk is the possibility of loss (risiko adalah kemungkinan kerugian). Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan satu. Definisi ini barangkali sangat mendekati dengan pengertian risiko yang dipakai sehari-hari, akan tetapi definisi ini agak longgar, tidak cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif 3. Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian) Tampaknya ada kesepakatan bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Karena itulah ada penulis yang mengatakan bahwa risiko itu sama artinya dengan ketidakpastian. Menurut Kountur (2006), Robison dan Barry (1987), sikap seseorang dalam menghadapi risiko berbeda-beda. Teori ini menjelaskan bahwa ada tiga kelompok sikap orang dalam menghadapi risiko yaitu: 1. Risk Aversion merupakan sikap dalam pengambilan keputusan yang takut akan risiko. Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pengambil keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan. 2. Risk Taker merupakan sikap yang berani mengambil keputusan suatu usaha walaupun usaha tersebut berisiko tinggi, sikap ini ditunjukkan jika terjadi 21

39 kenaikan ragam suatu usaha dari keuntungan maka pengambil keputusan akan menurunkan keuntungan sehingga merasa puas jika dapat menangani risiko yang tinggi. 3. Risk Netral merupakan sikap yang netral terhadap risiko yang dihadapi. Sikap ini ditunjukkan jika terjadi kenaikan atau penurunan ragam dari keuntungan maka pengambil keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan atau menurunkan keuntungan yang diharapkan Jenis Risiko Menurut Kountur (2006), perusahaan akan menghadapi berbagai macam risiko. Risiko-risiko tersebut berada di hampir setiap tempat dan kegiatan yang ada di dalam perusahaan. Karena begitu banyak macam risiko maka risiko-risiko tersebut perlu dikelompokkan kedalam kelompok risiko yang mempunyai kemiripan satu sama lain. Dengan mengelompokkan, risiko-risiko tersebut akan lebih mudah ditangani. Risiko-risiko yang memiliki persamaan atau kemiripan satu sama lain pada umumnya ditangani dengan cara yang mirip pula. Begitu sebaliknya, jika risiko-risiko yang berbeda maka akan ditangani dengan cara yang berbeda juga. Gambar 3 menunjukkan jenis-jenis risiko yang dihadapi. Risiko Spekulatif Risiko Berdasarkan Akibatnya Berdasarkan Penyebabnya Risiko Murni Risiko Keuangan Risiko Operasional Gambar 3. Jenis-Jenis Risiko Sumber : Kountur,

40 Gambar 3 menunjukkan bahwa risiko dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu melihat risiko dari akibat yang ditimbulkan atau melihat risiko dari penyebabnya. Melihat risiko dari akibat yang ditimbulkan, risiko dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu risiko spekulatif dan risiko murni. Risiko spekulatif adalah jenis risiko yang akibatnya selain merugikan dapat juga memberikan keuntungan atau kemungkinan kejadian yang bisa berakibat merugikan atau jika tidak merugikan sebaliknya bisa memberikan keuntungan, sedangkan risiko murni adalah jenis risiko dimana akibatnya tidak memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dan yang ada hanyalah kemungkinan rugi. Sedangkan jenis risiko lainnya dilihat dari berdasarkan penyebabnya. Jenis risiko ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan adalah jenis risiko yang disebabkan oleh faktorfaktor keuangan seperti perubahan harga, perubahan mata uang, perubahan tingkat bunga. Sedangkan risiko operasional adalah jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor operasional. Seperti faktor manusia, teknologi dan alam Teori Produksi Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumber daya) menjadi satu atau lebih output (produk). Menurut Joesron dan Fathorozi (2003)( 1 ) Produksi merupakan hasil akhir dari proses aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Menurut Soekartawi (2002) adalah perangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam menciptakan komoditas berupa kegiatan usahatani maupun usaha lainnya yang mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output). Input merupakan masukan atau bahan baku yang diperlukan untuk menciptakan suatu produk. Hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksinya dapat diberi cirri khusus berupa suatu fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu hubungan matematis yang menggambarkan jumlah hasil produksi tertentu ditentukan oleh jumlah faktor produksi yang 1 produksi// (April 2011) 23

41 digunakan. Jumlah hasil produksi merupakan dependent variabel dan jumlah faktor produksinya sebagai independent variabel Faktor produksi merupakan semua korbanan yang diberikan pada komoditas agar komoditas tersebut mampu menghasilkan produk. Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut : Y = f (X1, X2, X3, X4, X5...,Xn) Dimana : Y = Jumlah produksi yang dihasilkan dalam setiap siklus produksi f = Mentransformasikan faktor-faktor produksi kedalam hasil produksi X = Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi Pada rumus di atas dapat dilihat bahwa produksi (Y) yang dihasilkan sangat tergantung dari peranan X 1, X 2, X 3,...X n. Fungsi produksi pada kondisi tersebut termasuk kedalam kondisi model Neo-klasik dimana sifat-sifat dari fungsi produksi Neo-klasik dapat dibedakan sebagai berikut : 1) Fungsi yang berkesinambungan dan dapat dibedakan 2) Berlaku Law of Deminishing Return dimana hukum tersebut menjelaskan bahwa jika suatu faktor produksi terus ditambah dalam suatu proses produksi, sedangkan faktor produksi lainnya tetap maka tambahan jumlah produksi per satuan faktor produksi akan menurun. Hal tersebut menggambarkan adanya kenaikan hasil yang negatif dalam kurva produksi. 3) Tanpa input tidak dapat berproduksi, dan semakin banyak input yang digunakan akan semakin banyak juga output yang dihasilkan. Gambar 4 tersebut merupakan Kurva Produksi yang berlaku umum dan banyak ditulis dalam buku-buku teori ekonomi yang membahas perilaku produksi. Kurva produksi itu memperlihatkan bahwa ada tiga proses perilaku dalam produksi jika input X2 ditambahkan secara terus menerus (kontinue) pada suatu input yang tetap (misalnya X3, X4 dan X5). Pada proses pertama, setiap tambahan input akan memberikan tambahan produk yang semakin bertambah atau Increasing Return. Proses ke dua ditandai dengan tambahan produk yang semakin berkurang pada setiap tambahan input atau Diminishing Return. Pada proses ke tiga, setiap tambahan input justru akan menurunkan hasil produksi atau Decreasing Return. 24

42 Suatu contoh perilaku produksi tersebut adalah pemberian obat-obatan dalam pakan ayam untuk menaikkan produksi bobot daging ayam. Pemberian dosis tahap pertama yang relatif dari dosis nol sampai dosis agak tinggi menyebabkan adanya tambahan bobot daging yang semakin bertambah. Jika dosis ditingkatkan lagi maka sifat obat akan menjadi racun mulai tampak dengan ditandai tambahan bobot daging menjadi semakin berkurang. Pada proses akhir, jika dosis obat menjadi sangat berlebihan maka sifat racun obat berpengaruh kuat dan menyebabkan tidak ada tambahan bobot daging tetapi justru ada penurunan bobot daging tersebut. Dalam fungsi proses produksi dapat dijelaskan pada Gambar 4 tentang tahapan dari suatu proses produksi. Output (Y) Total Produksi Stage II Stage 1 Stage III Produk Rata-Rata Input (X) Gambar 4. Tahapan Proses Produksi Sumber : Soekartawi, 1986 Produk Marjinal Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa hubungan fungsi produksi dengan produk marjinal (PM) dan produk rata-rata (PR) terhadap tingkat produksi suatu komoditas. Selain itu juga menjelaskan didaerah yang mana produksi tersebut berada apakah daerah irrasional atau rasional. Produk Marjinal adalah tambahan satu-satuan input (X) yang dapat menyebabkan pertambahan atau pengurangan satu-satuan output (Y). Dengan demikian PM dapat dituliskan dengan Y/ X. Kalau terjadi PM konstan maka dapat diartikan bahwa setiap tambahan unit input dapat menyebabkan tambahan satu-satuan unit output secara proporsional. Bila terjadi suatu tambahan satu-satuan unit input yang menurun, maka PM akan 25

43 menurun. Jika penambahan satu-satuan unit input yang menyebabkan satu-satuan unit output yang semakin menaik secara tidak proporsional, maka peristiwa ini disebut dengan produktivitas yang menaik. Produk rata-rata (PR) adalah perbandingan tingkat produksi total (PT) dengan jumlah input yang digunakan. Sehingga dapat di tulis dengan rumus Y/X. Dengan demikian hubungan PM dengan PR adalah sebagai berikut : a) Bila PM lebih besar dari PR, maka proporsi PR masih dalam keadaan menaik. b) Bila PM lebih kecil dari PR, maka proporsi PR dalam keadaan menurun. c) Bila terjadi PM sama dengan PR, maka dalam keadaan maksimum. Perubahan dari jumlah produksi yang disebabkan oleh faktor produksi yang digunakan dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi. Elastisitas produksi (Ep) merupakan persentasi perbandingan output yang dihasilkan sebagai akibat dari persentase dari input yang digunakan atau PM/PR. Sehingga dapat ditarik kesimpulan hubungan antara PM dan PT serta PM dan PR dengan besar kecilnya (Ep) adalah sebagai berikut : 1) Ep=1, bila PR mencapai maksimum atau bila PR sama dengan PM-nya. 2) Bila PM=0, dalam situasi PR sedang menurun, maka Ep=0 3) Ep >1 bila PT menaik pada tahapan increasing rate dan PR juga menaik di stage 1. Disini peternak masih mampu memperoleh sejumlah produksi yang cukup menguntungkan manakala sejumlah input masih ditambah. 4) Nilai Ep lebih besar dari nol tetapi lebih kecil dari satu atau 1<Ep<0, dalam keadaan demikian, maka tambahan sejumlah input tidak di imbangi secara proposrsional oleh tambahan output yang diperoleh. Peristiwa ini terjadi pada stage 2, dimana pada sejumlah input yang diberikan maka PT tetap menaik pada tahapan decreasing rate. 5) Nilai Ep < 0 yang berada pada stage 3, pada situasi demikian PT dalam keadaan menurun, nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan menurun. Dalam kondisi ini maka setiap upaya untuk meningkatkan sejumlah input tetap akan merugikan bagi peternak. Sebagai produsen yang rasional akan berproduksi pada tahap II, hal ini disebabkan pada daerah ini tambahan satu unit faktor produksi akan member tambahan produksi total (TP), walaupun produksi rata-rata (AP) dan Produk 26

44 Marginal (MP) menurun tapi masih positif dan pada tahap ini akan dicapai pendapatan yang maksimum. Menurut Soekartawi (2002) fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atu lebih variabel. Variabel yang dijelaskan disebut variabel dependen (Y) dan variabel yang menjelaskan disebut variabel independen (X). Dimana variabel dependen berupa output dan variabel independen berupa input. Adapun persamaan mematis dari fungsi Cobb- Douglas secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut : b1 b2 Y = b 0 X 1 X 2 X b3 3,.., X bi i e u Dimana Y = Variabel Dependen X = Variabel Independen b 0, b 1 = Besaran yang akan diduga u = Unsur sisa e = Logaritma natural (e = 2,718) Model Just and Pope Untuk menghasilkan sebuah produk melalui proses produksi yang membutuhkan masukan (input) untuk menjadikan sebuah produk tidak lepas dengan ketidakpastian, sehingga mengalami risiko produksi. Just dan Pope merupakan ahli ekonometrika dalam Phoebe Koundouri dan Celine Naugas (2005) mengembangkan model umum untuk penanganan risiko produksi ekonometri. Pendekatan mereka telah cukup populer di kalangan ekonom pertanian. Konsep dasar yang diperkenalkan oleh Just dan Pope adalah untuk membangun fungsi produksi sebagai jumlah dari dua komponen, satu berkaitan dengan tingkat output, dan satu lagi berkaitan dengan variabilitas output. Spesifikasi ekonometrika ini memungkinkan untuk menjelaskan dampak dari proses produksi yang berasal dari input dan output berpengaruh terhadap risiko. Dengan demikian, dalam Just dan Pope dalam fungsi produksi tidak mengabaikan unsur risiko karena dapat mengakibatkan kesimpulan yang salah pada koefisien variabel. Hal ini dapat dilihat dari output galat standar (error term) yang salah dengan menunjukkan hasil yang jauh lebih besar dalam estimasi dari pada kenyataan yang diperoleh. 27

45 Pendekatan dengan menggunakan model Just and Pope ini untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan produksi. Selain melihat pengaruhnya terhadap produksi, model ini juga dapat melihat pengaruh faktor produksi terhadap risiko. Untuk melihat faktor produksi yang mengurangi dan meningkatkan risiko dapat dilihat pada nilai koefisiennya, jika koefisien bertanda positif maka menimbulkan risiko sedangkan yang bertanda negatif mengurangi risiko produksi (Fariyanti, 2008) Sumber-Sumber Risiko Risiko timbul bukan karena pengaruh dari faktor-faktor produksi yang digunakan. Sumber-sumber risiko menurut Harwood (1999) adalah sebagai berikut. 1. Risiko Produksi Risiko produksi terjadi pada saat proses penggunaan input untuk dikonversikan menjadi output, saat proses ini risiko produksi biasanya muncul. Risiko produksi terjadi seperti gagal panen, produksi rendah, kualitas kurang baik. Hal ini bisa disebabkan oleh hama dan penyakit, curah hujan, maupun teknologi serta penggunaan sumber daya yang kurang kompeten. 2. Risiko Pasar (harga) Risiko pasar terjadi pada saat produk telah dihasilkan dan siap untuk didistribusikan ke tangan konsumen, saat proses perpindahan dari produsen ke konsumen ini terjadi risiko pasar. Risiko pasar bisa terjadi karena produk tidak dapat terjual, disebabkan oleh perubahan harga output, permintaan rendah, ataupun banyak produk substitusi. Risiko pasar ini berhubungan dengan mekanisme antara konsumen dengan produsen yang dapat menimbulkan permintaan dan penawaran. 3. Risiko Kelembagaan Risiko kelembagaan ini adalah lebih melihat peran dari kelembagaan terkait apakah memiliki hubungan positif atau negatif. Hubungan tersebut akan mempengaruhi risiko kelembagaan. Risiko kelembagaan terjadi karena perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah, baik dari segi penggunaan pestisida dan obat-obatan, pajak dan kredit. 28

46 4. Risiko Finansial Risiko finansial ini berhubungan dengan alur keuangan yang digunakan untuk kelangsungan usaha tersebut. Risiko finansial terjadi karena tidak mampu membayar hutang jangka pendek, kenaikan tingkat suku bunga pinjaman, piutang tak tertagih sehingga menyebabkan penerimaan produksi menjadi rendah Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan oleh manajemen untuk menangani berbagai permasalah yang disebabkan oleh adanya risiko, juga berarti suatu cara untuk menangani masalah-masalah yang mungkin timbul disebabkan karena adanya ketidakpastian (Kountur, 2004). Untuk menangani risiko diperlukan strategi pencegahan risiko agar risiko dapat ditangani dengan baik. Menurut Kountur (2006), dalam menangani risiko perlu strategi dalam penanganan agar risiko tersebut dapat diminimalkan. Strategi penanganan risiko menurut Kountur (2006) ada lima strategi yang digunakan yaitu menghindari, mencegah, mengurangi kerugian, mangalihkan, dan mendanai. Strategi menghindar dilakukan jika risiko yang dihadapi terlalu besar, yaitu kemungkinan terjadinya besar serta akibat yang ditimbulkan juga besar dan risiko yang dihadapi tidak dapat dikendalikan oleh manajemen dan tidak dapat ditangani dengan strategi-strategi penanganan risiko lainnya. namun tidak semua risiko dapat dihindari dan menghindar kadang-kadang bukan cara yang terbaik. Strategi menghindar sulit dilakukan jika menghindar dari suatu risiko namun menghadapi risiko lain yang mungkin lebih besar dan risiko tersebut memberikan upah yang sulit untuk ditolak. Strategi kedua adalah pencegahan, strategi pencegahan adalah strategi yang digunakan untuk membuat kemungkinan terjadinya risiko sekecil-kecilnya. Pencegahan risiko dapat dilakukan dengan cara memperbaiki sistem dan prosedur, memperbaiki fasilitas, memperbaiki sumber daya manusia, membuat aturan dan kebijakan. Strategi ini membuat risiko yang berada di kwadran kanan-atas bergeser ke kanan-bawah; atau risiko yang berada pada kwadran kiri-atas berpindah ke kiri-bawah, seperti yang digambarkan pada Gambar 5. 29

47 Kemungkinan (%) 10% X X Y Y 0 Rp 100jt Gambar 5. Strategi Pencegahan Risiko Sumber : Kountur,2006 Akibat (Rp) Strategi penanganan berikutnya adalah dengan pengurangan kerugian yang dialami. Dalam strategi ini dilakukan untuk melakukan sesuatu agar sebelum terjadi suatu kejadian kemungkinan terjadinya dibuat sekecil-kecilnya, strategi pengurangan kerugian dimaksudkan untuk mengurangi kerugian setelah kejadian. Pengurangan kerugian dilakukan pada risiko-risiko yang berada pada kwadran kanan-atas dan kawan-bawah. Risiko-risiko yang berada pada kwadran kanan-atas diusahakan ke kwadran kiri-atas, dan risiko-risiko yang berada pada kwadran kanan-bawah berpindah ke kwadran kiri-bawah. Berikut dijelaskan pada Gambar 6. kemungkinan (%) 10% Y Y 0 X Rp 100jt Gambar 6. Strategi Pengurangan Risiko Sumber : Kountur, 2006 X Akibat (Rp) Strategi berikutnya adalah strategi mengalihkan risiko. Risiko-risiko yang dapat dikendalikan dilakukan penanganan pencegahan dan pengurangan risiko, sedangkan risiko yang tidak dapat dikendalikan penanganannya dilakukan dengan pengalihan ke pihak lain. Risiko-risiko dapat dialihkan ke pihak lain yang menanggung akibatnya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk 30

48 mengalihkan risiko ke pihak lain diantaranya dengan mengalihkan risiko melalui asuransi, hedging, leasing, factoring, dan outsourching. Strategi terakhir adalah dengan melakukan pendanaan kepada risiko yang dihadapi. Perusahaan mempersiapkan dana sekiranya terjadinya kejadian yang merugikan sehingga perusahaan memiliki dana untuk membiayai kerugiankerugian tersebut dengan demikian operasional perusahaan dapat terus berjalan. Perusahaan dapat melakukan beberapa cara untuk mendanai risiko-risiko operasionalnya. Cara-cara tersebut adalah menggunakan kas kecil, menyediakan dana cadangan, melakukan self-insurance, dan membuat captive insurer Kerangka Operasional Ayam Pedaging (Broiler) adalah ayam ras pedaging yang mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat. Broiler juga mempunyai peranan yang penting sebagai sumber protein hewani yang dibutuhkan oleh manusia yang relative mudah dijangkau oleh semua kalangan. Ayam broiler sangat potensial untuk dikembangkan hal tersebut dilihat dengan semakin meningkatnya tingkat konsumsi terhadap daging ayam broiler seperti yang telah dijelaskan dipendahuluan. Peningkatan konsumsi daging ayam broiler seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunnya. Selain itu juga daging ayam broiler menjadi pilihan untuk memenuhi kebutuhan hewani karena harganya yang lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lainnya. Namun, dibalik potensi dari ayam broiler tersebut pada umumnya peternak dihadapkan dengan ketidakpastian atau risiko dalam menjalankan usaha ayam broilernya. Risiko yang dihadapkan adalah risiko produksi. Penelitian ini dilakukan terhadap peternak plasma dari perusahaan Dramaga Unggas Farm (DUF) sebanyak 30 responden yang dipilih dengan representative. Sistem budidaya yang diterapkan oleh peternak masih bersifat tradisional yaitu masih menggunakan sistem kandang panggung serta penggunaan peralatan yang masih tradisional. Penelitian yang dilakukan diidentifikasi bahwa dalam menjalankan proses produksi peternak didampingi dengan risiko produksi. Indikasi yang menyatakan bahwa peternak ayam broiler tersebut mengalami risiko produksi adalah dengan adanya fluktuasi tingkat kematian dan produktivitas ayam broiler yang tidak 31

49 sesuai antara aktual dan standar yang telah ditetapkan berdasarkan titik aman dalam menjalankan suatu usaha. Tingkat kematian dan produktivitas yang dihasilkan oleh peternak plasma DUF sangat beragam, ada yang tidak mencapai standard normal dan ada juga peternak yang aktualnya melebihi standar yang ditentukan. Keberagaman tersebut dapat dijadikan bahwa peternak plasma DUF mengalami risiko produksi. Risiko produksi tersebut diduga berasal dari beberapa sumber risiko produksi, seperti penggunaan faktor-faktor produksi maupun faktor cuaca/iklim. Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam menjalankan usaha ayam broiler adalah DOC, pakan, sekam, vitamin, vaksin, obat-obatan, pemanas dan tenaga kerja. Namun, faktor-faktor produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, pemanas dan tenaga kerja. Pemilihan faktor-faktor tersebut berdasarkan penilitian yang dilakukan oleh Merina serta berdasarkan hasil pengamatan selama dilapang. Penelitian ini menggunakan pendekatan Just and Pope yang menyatakan bahwa didalam fungsi produksi terdapat juga fungsi variance produksi. Sehingga pendekatan ini memiliki dua fungsi. Fungsi produksi yang digunakan adalah dalam bentuk logaritma natural. Pendekatan Just and Pope dilakukan adalah untuk mengetahui faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi produksi serta apa pengaruhnya terhadap variance produksi. Untuk menilai apakah faktor-faktor tersebut mengurangi atau menimbulkan variance produksi digunakan alat analisis yaitu eviews 6. Alat analisis tersebut dapat menjelaskan sekaligus faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas dan variance produksi serta melihat pengaruhnya apakah faktor-faktor tersebut dapat menimbulkan risiko produksi atau menurunkan risiko produksi. Selain faktor-faktor produksi tersebut diduga ada faktor lain yang mempengaruhi risiko produksi yaitu adanya perubahan cuaca/iklim yang tidak menentu. Cuaca/iklim tidak masuk dalam model kareana faktor tersebut tidak dapat dihitung nilainya sehingga dalam penilaiannya dilakukan secara pendugaan deskriptif. Setelah diketahui faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi risiko produksi dan variance produksi serta pengaruhnya terhadap produksi maka dilakukan rekomendasi oleh peneliti agar faktor-faktor produksi tersebut dapat 32

50 meminimalkan risiko dan meningkatkan produksi. Untuk lebih jelas dapat dilihat alur pemikiran operasional pada Gambar 7. Peternak Plasma Ayam Broiler Pada Dramaga Unggas Farm Adanya Fluktuasi Produktivitas Faktor-Faktor Produksi X1 DOC X2 Pakan X3 Protect Enro X4 Neocamp X5 Doxerin Plus X6 Vaksin X7 Pemanas X8 Tenaga Kerja Sumber Risiko Produksi Cuaca/Iklim Hama dan Penyakit Kesalahan Manusia Analisis Model Just and Pope Fungsi Produksi Rata-rata Fungsi Produksi Variance Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi. Pengaruh faktor-faktor produksi terhadap risiko produksi Rekomendasi/Saran Alternatif Strategi Penanganan Risiko Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Ayam Broiler 33

51 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada peternak plasma ayam broiler di Dramaga Unggas Farm, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Pemilihan Kota Bogor khususnya di daerah Darmaga sebagai tempat penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Jawa Barat merupakan salah satu sentral produksi ayam broiler khususnya Dramaga merupakan salah satu penyumbang prduksi ayam broiler. Pemilihan CV Dramga Unggas Farm dilakukan dengan dengan cara purposive sampling, dengan alasan bahwa DUF merupkan perusahaan yang baru dibogor namun sudah memiliki banyak plasma yang tersebar luas dikota bogor. Sedangkan pemilihan peternakan dilakukan dengan cara judgment sampling yaitu berdasarkan pertimbangan inti plasma dengan melihat panen pada periode terakhir yaitu bulan Mei dan Juni 2011 serta peternak yang representatif sebanyak 30 responden. Penelitian dilaksanakan selama satu setengah bulan yaitu pada 10 Mei 28 Juni Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak perusahaan, seperti kepada pemilik perusahaan, karyawan, serta pihak-pihak yang terkait dalam usaha peternakan ayam broiler tersebut. Data dan informasi yang berasal dari perusahaan digunakan untuk mengetahui keadaan umum dari perusahaan tersebut serta dapat mengetahui risiko yang terjadi diperusahaan tersebut serta penanganan-penanganan yang telah dilakukan untuk mengurangi risiko yang terjadi. Sedangkan informasi dan data dari pesaing untuk melihat altrnatif lain guna membandingkan cara penanganan risiko yang lebih efektif. Data sekunder diperoleh dari luar perusahaan seperti Badan Pusat Statistika (BPS), Departemen Peternakan, perpustakaan LSI IPB, internet dan literatur lainnya yang relevan. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa berasal dari adanya fluktuatif harga input, 34

52 harga output, pendapatan peternak dan lain sebagainya. Sedangkan data yang kaulitatif berasal dari penanganan-penanganan yang dilakukan dalam meminimalkan risiko yang dihadapi oleh perusahaan tersebut Metode Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah data panel atau (cross section dan timeserie) seperti data produksi harian yang terkait dengan tingkat kematian ayam, penggunaan luas kandang, jumlah penggunaan pakan, obat-obatan, DOC, jam kerja pegawai, penggunaan air, pemanas, serta data keuangan mulai dari pembelian sarana produksi ayam broiler sampai pada penjualan output hidup. Data yang digunakan adalah periode terakhir yaitu terhitung pada awal mau produksi atau turun DOC pada bulan Maret, April dan Mei dan pada panen di bulan April, Mei dan Juni Data primer diproleh dari peternak ayam broiler melalui observasi langsung, wawancara dan diskusi dengan dengan peternak ayam broiler tersebut. Observasi dilakukan dengan pencatatan langsung oleh peneliti semua kejadian tentang produksi dan pengendalian risikonya. Wawancara dan diskusi dilakukan dengan cara tanya jawab kepada peternak ayam tersebut Metode Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan pendekatan deskriptif untuk mengetahui gambaran umum tentang peternak ayam broiler serta manajemen risiko yang digunakan oleh peternak tersebut. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis fakto-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi risiko produksi pada ayam broiler dan melihat seberapa besar tingkat risiko yang ditimbulkan dari faktorfaktor produksi tersebut, dalam pengolahan data tersebut menggunakan bantuan alat aplikasi Microsoft Excel, Minitab versi 14 serta Eviews Analisis Risiko Produksi Just dan Pope Analisis risiko produksi yang dikemukakan oleh Just dan Pope adalah mengembangkan model umum untuk penanganan risiko produksi ekonometri dan digunakan untuk menganalisis faktor produksi namun tidak mengabaikan tingkat risiko yang kemungkinan akan terjadi pada produksi tersebut yang dapat 35

53 menyebabkan kesalahan dalam perhitungan. Sehingga dalam model Just dan Pope memasukkan unsur error agar unsur risiko dapat diperhitungkan dalam analisis produksi. Sehingga tingkat kesalahan dalam perhitungannya menjadi kecil. Konsep dasar yang diperkenalkan oleh Just dan Pope adalah untuk membangun fungsi produksi sebagai jumlah dari dua komponen, satu berkaitan dengan tingkat output, dan satu yang berkaitan dengan variabilitas output. Sehingaa dalam penggunaan model Just dan Pope adalah fungsi produksi rata-rata (means production function) dan fungsi variance (variance production function), yang masing-masing fungsi tersebut dipengaruhi oleh penggunaan variabel-variabel produksi tersebut sehingga fungsi variance dan produksi diketahui. Persamaan model fungsi risiko produksi Just dan Pope secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : Y = f(x,β) + h(x,θ)є Dimana : Y = Jumlah produksi yang dihasilkan f,h = Mentransformasikan faktor-faktor produksi kedalam hasil produksi X = Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi β,θ = Besaran/koefisien yang akan diduga є = Unsur error Pada fungsi produksi di atas merupakan terdiri dari dua gabungan fungsi, yaitu fungsi produksi output (means production function) yang mentransformasikan variabel-variabel input menjadi fungsi produksi dan satu lagi adalah fungsi produksi yang telah ditambahkan unsur risikonya, yaitu dengan memperhatikan unsur variance dari fungsi produksi tersebut. Untuk menyelesaikan perhitungan fungsi produksi dan variance dari produksi tersebut dalam bentuk fungsi Cobb Douglass. Fungsi produksi Cobb-Douglas diperkenalkan oleh Cobb, C.W dan Douglass, P.H (1982), yang dituliskan dan dijelaskan Cobb, C.W dan Douglass, P.H dalam artikelnya A Theory of Production (2). Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen (yang dijelaskan/y), dan yang lain disebut variabel independent (yang menjelaskan/x). (Soekarwati,1993). 2 produksi serta penerapan rumus Cobb Douglas. (April 2011) 36

54 Dalam fungsi produksi, maka fungsi produksi Cobb-Douglass adalah suatu fungsi produksi yang ingin memperlihatkan pengaruh input yang digunakan dengan output yang diinginkan. Pentingnya pendugaan menggunakan EKONOMETRIKA (Ekonomi, Matematika, Statistika). Dalam dunia ekonomi, pendekatan Cobb- Douglass merupakan bentuk fungsional dari fungsi produksi secara luas digunakan untuk mewakili hubungan output untuk input. Sehingga model fungsi produksi Just dan Pope secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : Fungsi Produksi Y = f (X)...(1) Ln Y = Lnβ 0 + β 1 LnX 1 + β 2 LnX 2 + β 3 LnX 3 + β 4 LnX 4 + β 5 LnX 5 + β 6 LnX 6 + є Variance Produksi ζ 2 = f (X)...(2) Ln ζ 2 Y = LnX 0 + θ 1 LnX 1 + θ 2 LnX 2 + θ 3 LnX 3 + θ 4 LnX 4 + θ 5 LnX 5 + θ 6 LnX 6 + є Dimana : Y = Produktivitas ayam broiler (kg/m 2 ) X 1 = Jumlah DOC (ekor/m 2 ) X 2 = Pakan (Kg/m 2 ) X 3 = Protek Enro (Kg/m 2 ) X 4 = Neocamp (Liter/m 2 ) X 5 = Doxerin Plus (Kg/m 2 ) X 6 = Vaksin (Kg/m 2 ) X 7 = Pemanas (Kg/m 2 ) X 8 = Tenaga Kerja (HOK) β = Mean intercept θ = Variance intercept β 1, β 2, β 3,... β 8 = Koefisien parameter dugaan X 1, X 2, X 3,...X 8 θ 1, θ 2, θ 3,... θ 8 = Koefisien parameter dugaan X 1, X 2, X 3,... X 8 є = Unsur error faktor-faktor produksi yang digunakan diatas diperoleh dari penelitan terdahulu yang memasukan DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, tenaga kerja, vaksin dan pemanas menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi. Jika koefisien-koefisien dari parameter dugaan dari fungsi produksi dan varian lebih besar dari nol artinya semakin banyak input yang digunakan untuk proses produksi maka rata-rata hasil dan varian produksi broiler akan semakin meningkat. Dan jika terdapat coefisien variance bertanda negatif maka input tersebut adalah faktor produksi yang mengurangi risiko dan jika koefisien variasinya bertanda positif maka input tersebut adalah sebagai faktor produksi yang menimbulkan risiko. 37

55 Perhitungan Cobb-Douglass merupakan metode yang banyak dipakai oleh peneliti dalam menilai risiko produksi. Alasan mengapa menggunakan Cobb- Douglass dikarenakan metode tersebut memiliki kelebihan sebagai berikut : 1. Bentuk fungsi produksi Cobb-Douglass bersifat sederhana dan mudah penerapannya. 2. Fungsi produksi Cobb-Douglass mampu menggambarkan keadaan skala hasil (return to scale), apakah sedang meningkat, tetap atau menurun. 3. Koefisien-koefisien fungsi produksi Cobb-Douglass secara langsung menggambarkan elastisitas produksi dari setiap input yang digunakan dan dipertimbangkan untuk dikaji dalam fungsi produksi Cobb-Douglass itu. 4. Koefisien intersep dari fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan indeks efisiensi produksi yang secara langsung menggambarkan efisiensi penggunaan input dalam menghasilkan output dari sistem produksi yang dikaji. Dari kelebihan tersebut maka alasan peneliti menggunakan metode tersebut adalah penyelesaian fungsi Cobb-Douglass relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi produksi, hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb- Douglass akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan elstisitas, besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran Return to Scale Model ARCH-GARCH Permodelan data deret waktu umumnya dilakukan dengan menggunakan asumsi ragam sisaan yang konstan (homoskedastisitas), namun kenyataannya banyak deret waktu yang mempunyai ragam sisaan yang tidak konstan (heteroskedistisitas), khususnya untuk data deret waktu dibidang ekonomi. Oleh karena itu pemodelan analisis deret waktu biasa dengan asumsi homoskedastisitas tidak dapat digunakan. Model ARCH (Autoregressive Conditional Heteroscedostisitas) merupakan model yang memperhitungkan adanya heteroskedistisitas dalam analisis deret waktu. Volatilitas berdasarkan model GARCH (p,q) mengasumsikan bahwa varian data fluktuasi dipengaruhi oleh sejumlah p data fluktuasi dan q data volatiliti sebelumnya. 38

56 Varian terdiri dari dua komponen yaitu varians yang konstan dan varians yang tergantung dari besarnya volatilitas di periode sebelumnya. Jika volatilitas pada periode sebelumnya besar (baik negatif atau positif), maka varians pada saat ini akan besar pula. Sehingga model ARCH dapat dirumuskan sebagai berikut. ht = ε + αε 2 t + α 1 ε 2 t-1 + α 2 ε 2 t α m ε 2 t-m dimana : ht = variabel terikat pada periode t ε = variabel yang konstans ε 2 t-m = Arch/volatilitas pada periode sebelumnya α, α 1, α 2, α m = koefisien orde m yang diestimasikan Model GARCH dikembangkan dengan mengintegrasikan autoregresi dari kuadrat residual lag kedua sehingga lag tak hingga ke dalam bentuk varian pada lag pertama. Model ini dikembangkan sebagai generalisasi dari model volatilitas. Secara sederhana volatilitas berdasarkan model GARCH (r,m) mengasumsikan sebelumnya dan sejumlah r data volatilitas sebelumnya. Model ini seperti dalam model autoregresi biasa (AR) dan pergerakan rata-rata (MA), yaitu untuk melihat hubungan variabel acak dengan variabel acak sebelumnya. Varian terdiri dari tiga komponen. Komponen pertama adalah varians yang konstan, volatilitas pada periode sebelumnya dan varian pada periode sebelumnya. Sehingga model GARCH dapat dirumuskan bentuk umum model GARCH (r,m) ht = k + δ 1 h t-1 + δ 2 h t δ r h t-r + α 1 ε 2 t-1 + α 2 ε 2 t α m ε 2 t-m dimana : ht = Variabel respon pada waktu t K = Varians yang konstan ε 2 t-m = Arch/volatilitas pada periode sebelumnya α, α 1, α 2, α m = Koefisien orde m yang diestimasikan δ, δ 1, δ 2,.. δ r = Koefisien orde r yang diestimasikan h t-r = Suku Garch Model ARCH-GARCH dipilih menjadi alat analisis dalam penelitian ini dengan pertimbangan bahwa model tersebut merupakan model yang dapat menjawab sekaligus permasalah yang diteliti oleh penulis, model tersebut mampu menjawab selain fungsi produksi rata-rata dan fungsi variance produksi. Permasalahan tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan GARCH (1,1). Pemilihan GARCH (1,1) dilakukan dengan pertimbangan bahwa model tersebut 39

57 adalah model yang sederhana yang banyak digunakan oleh penelitian terdahulu untuk menghitung suatu variance produksi Pengujian Hipotesis 1) Pengujian asumsi OLS (Ordinary Least Square) Metode pendugaan model dilakukan dengan metode OLS. Akan tetapi sebelumnya harus diuji terlebih dahulu asumsi-asumsi yang sesuai dengan OLS yaitu multikolinieritas. Multikolinier variabel independent adalah kondisi dimana terdapat hubungan linier diantara variabel independent. Ada beragam penyebab multikolinier, diantaranya disebabkan adanya kecendrungan variabel-variabel yang bergerak secara bersamaan. Adanya multikolinier menyebabkan ragam variabel menjadi sangat besar, sehingga koefisien regresi dugaan tidak stabil dan berimplikasi pada besar dan arah koefisien variabel menjadi tidak valid untuk diinterpretasi. Adanya multikolinier dapat dilihat pada nilah Variance Inflation Factor (VIF) >10. Jika terjadi masalah multikolinier maka harus diperbaiki terlebih dahulu dengan menambah observasi, mengeluarkan variabel independent yang berkolerasi kuat. 2) Pengujian Parameter Model (Uji F) Tujuan pengujian ini adalah untuk melihat apakan variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata pada variabel tak bebas (independent). Uji statistik yang digunakan adalah uji F. F hitung = R 2 (k 1) 1 R 2 (n k) Dimana : R 2 = Koefisien determinasi K = Jumlah variabel bebas n = Jumlah sampel Kriteria uji F-hitung > F-tabel (k-1, n-k), maka tolak H 0 F-hitung < F-tabel (k-1, n-k), maka terima H 0 Jika tidak menggunakan tabel maka dapat dilihat nilai P dengan kriteria uji sebagai berikut : 40

58 P-value < α, maka tolak H 0 P-value > α, maka terima H 0 Apabila F-hitung > F-tabel atau P-value < α maka secara bersama-sama variabel bebas dalam proses produksi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi. Sedangkan apabila F-hitung < F-tabel atau P-value > α maka secara bersama-sama variabel bebas dalam proses produksi tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi. 3) Pengujian Parameter Variabel (Uji t) Hipotesis Statistik merupakan pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. Pengujian hipotesis berhubungan dengan penerimaan atau penolakan suatu hipotesis. Penerimaan suatu hipotesis terjadi karena tidak cukup bukti untuk menolak hipotesis tersebut dan bukan karena hipotesisnya itu benar dan penolakan suatu hipotesis terjadi karena tidak cukup bukti untuk menerima hipotesis tersebut dan bukan karena hipotesis itu salah. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas (X) yang digunakan berpengaruh signifikan terhadap variabel bebas (Y). Uji statistika yang digunakan adalah uji t dan taraf nyata yang digunakan adalah 20 persen. Rumusan Hipotesis fungsi produksi dan varian Uji t H 0 : βi, θi < 0, artinya variabel bebas merupakan penjelas yang mengurangi produksi dan mengurangi risiko produksi terhadap variabel terikat H 1 : βi, θi > 0, artinya variabel bebas penjelas yang meningkatkan produksi Dimana : βi S βi dan menimbulkan risiko produksi terhadap variabel terikat t hitung = βi Sβi = Koefisien regresi ke-i yang diduga = Standar deviasi dari βi t hitung = ƞθi Sƞi 41

59 Dimana : θi = Koefisien regresi ke-i yang diduga Sθi = Standar deviasi dari θi Daerah Kritis Ho diterima apabila t (α / 2; n k) t hitung t (α / 2; n k), artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Ho ditolak apabila t hitung > t (α / 2; n k) atau t hitung < -t (α / 2; n k), artinya ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Dimana : n = Jumlah sampel k = Jumlah variabel sumber : Walpole, Hipotesis Dalam penelitian dilakukan terlebih dahulu hipotesis atau kesimpulan sementara tentang fungsi produksi rata-rata dan produksi varian terhadap faktorfaktor produksi yang digunakan adalah semua faktor produksi berpengaruh positif terhadap produksi ayam broiler dan variannya. Adapun hipotesis tersebut adalah sebagai berikut : 1. β 1, θ 1 > 0 artinya jika DOC ditambah satu satuan maka produktivitas dan varian ayam broiler juga akan semakin meningkat satu satuan. 2. β 2, θ 2 > 0 artinya jika Pakan ditambahkan satu satuan pada ayam broiler maka akan meningkatkan produktivitas dan varian dari ayam satu satuan. 3. β 3, θ 3 > 0 artinya jika Protect Enro ditambah satu satuan pada produksi ayam broiler maka hasil produktivitas dan variannya juga akan meningkat satu satuan. 4. β 4, θ 4 > 0 artinya jika Neocamp ditambahkan satu satuan maka akan meningkatkan produktivitas dan varian dari ayam broiler satu satuan. 42

60 5. β 5, θ 5 > 0 artinya jika Doxerin Plus ditambahkan satu satuan maka akan meningkatkan produktivitas dan varian dari produksi ayam broiler satu satuan. 6. β 6, θ 6 > 0 artinya jika vaksin ditambahkan satu satuan maka akan meningkatkan produktivitas dan varian ayam broiler satu satuan. 7. β 8, θ 8 > 0 artinya jika pemanas ditambahkan satu satuan maka akan meningkatkan produktivitas dan varian dari ayam broiler satu satuan. 8. β 8, θ 8 > 0 artinya jika tenaga kerja ditambahkan satu satuan maka akan meningkatkan produktivitas dan varian dari ayam broiler satu satuan. 43

61 V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Geografi Kecamatan Dramaga terletak di wilayah Bogor Barat dengan luas wilayah Ha. Sebagian besar tanah yaitu 972 Ha digunakan untuk sawah, Ha lahan kering (pemukiman, pekarangan, kebun), 49,79 Ha lahan basah (rawa, danau, tambak, situ), 20,30 Ha lapangan olahraga dan pemakaman umum. Kecamatan Dramaga mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan Kecamatan Rancabungur, sebelah selatan dengan Kecamatan Tamansari/Ciomas, sebelah barat dengan Kecamatan Ciampea dan sebelah timur dengan Kecamatan Bogor Barat. Curah hujan di Kecamatan Dramaga mm/tahun, dengan ketinggian 500 m dari permukaan laut. Jarak Kecamatan Dramaga dari ibukota Kabupaten Bogor adalah 12 km, dari ibukota Propinsi Jawa Barat 180 km, dan dari ibukota negara Indonesia 60 km. Kecamatan Dramaga terdiri dari 10 desa, 24 dusun, 72 RW, 309 RT, dan KK (Kepala Keluarga) Kondisi Demografi Kondisi demografi yang ada di Kabupaten Dramaga sangat beraneka ragam. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah penduduk Dramaga yang menyebar diberbagai desa. Serta memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang tergolong cepat dari setiap umurnya. Selain jumlah penduduk, jenis pekerjaan juga beraneka ragam mulai dari yang formal sampai non formal. Namun pada umumnya kondisi penduduk Dramaga banyak terdapat di desa sehingga mempengaruhi tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi. Jumlah penduduk Kecamatan Dramaga pada tahun 2009 adalah jiwa yang terdiri dari KK. Pendistribusian jumlah penduduk Dramaga berdasarkan kelompok umurnya dapat dilihat pada Tabel 7. 44

62 Tabel 7. Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan Kelompok Umur Pada Tahun 2009 No. Kelompok Umur Jumlah (orang) Persentase (%) , , , , , , , , , , , , ,48 Jumlah Sumber : Dinas Kecamatan Dramaga, 2010 Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa pendistribusian jumlah penduduk Darmaga paling banyak pada umur balita (5-9 tahun) sebesar 10,37 persen dan dewasa (20-24 tahun) sebesar 10,14 persen. Pendistribusian jumlah penduduk ini semakin tua maka jumlah penduduknya semakin menurun. Hal tersebut dikarenakan pada saat usia lanjut masyakarat tidak terlalu memperhatikan kondisi kesehatan dengan terus bekerja mencari nafkah, hal tersebut menjadikan tingkat hidup saat usia lanjut menjadi kecil. Selain itu juga, dapat dilihat kelompok usia produktif yaitu usia tahun sebesar 57,79 persen atau sebesar jiwa. Sedangkan kelompok usia yang tidak produktif (kelompok umur 0-15 tahun dan umur diatas 50 tahun) sebesar 42,21 persen atau berjumlah jiwa. Data tersebut memperlihatkan bahwa jumlah usia produktif lebih besar dibandingkan jumlah usia yang tidak produktif, sehingga dapat disimpulkan bahwa banyaknya tenaga kerja potensial yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan usaha. Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Dramaga cukup beragam yaitu sektor pertanian, perdagangan, buruh, ABRI/TNI dan pegawai negeri yang disajikan pada Tabel 8. 45

63 Tabel 8. Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan Jenis Pekerjaan Pada Tahun 2009 No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 PNS ,68 2 TNI/ Polri 57 0,25 3 Pegawai/ karyawan ,87 4 Dagang/ Wiraswasta ,57 5 Petani & Peternak ,80 6 Jasa / Buruh ,01 7 Lainnya 634 2,81 Jumlah Sumber : Dinas Kecamatan Dramaga, 2010 Tabel 8 menunjukkan bahwa penduduk Dramaga memiliki aneka jenis pekerjaan. Pekerjaan yang paling banyak dilakukan adalah dagang/wiraswasta sebesar 21,57 persen dan jasa/buruh sebesar 47,01 persen. Sedangkan TNI/Polri, PNS, dan Peternak adalah pekerjaan yang sedikit ditekuni oleh penduduk yang ada di daerah Dramaga. Tabel 9. Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada Tahun 2009 No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Tidak tamat SD ,97 2 Tamat SD ,88 3 Tamat SMP ,87 4 Tamat SMA ,39 5 D1 D ,13 6 S1 S ,75 Jumlah Sumber : Dinas Kecamatan Dramaga, 2010 Pendidikan seharusnya wajib dilakukan oleh setiap penduduk, hal tersebut akan mencerminkan kondisi suatu wilayah. Jika wilayah tersebut memilki pendidikan yang merata maka akan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Darmaga masih rendah dimana 41,97% tidak tamat SD, 31,88 % tamat SD. Penduduk yang berpendidikan diploma maupun sarjana masih sangat sedikit. 46

64 5.3 Karakteristik Responden Umur Responden Umur seseorang merupakan karakteristik individu yang dapat mempengaruhi biologis dan psikologis individu dalam melakukan usaha budidaya ayam broiler. Baik itu dalam pengambilan suatu keputusan maupun dalam pengalaman dalam menjalankan usaha ayam broiler. Umur peternak ayam broiler yang dijadikan sebagai responden beraneka ragam ada yang muda sampai yang telah usia lanjut. Usia responden pada ayam broiler ini relatif merata pada setiap rentangnya kecuali pada rentang umur diatas 50 tahun. Pada rentang usia tahun, merupakan usia yang paling banyak menjadi respondennya dengan berjumlah sembilan orang atau sebesar 30 persen. Sedangkan pada usia tahun dan tahun memiliki jumlah responden yang sama yaitu sebesar tujuh orang atau sebesar 23,33 persen. Pada usia lanjut yaitu diatas 50 tahun juga memiliki persentase yang sama yaitu sebesar 23,33 persen atau sebanyak tujuh orang. Kelompok usia yang produktif adalah pada usia tahun sedangkan kelompok usia yang kurang produktif adalah diatas 50 tahun. Jumlah responden yang memiliki usia produktif adalah sebesar 76,66 persen atau sebanyak 23 orang. Sedangkan jumlah responden yang memasuki usia kurang produktf adalah sebesar 23,33 persen atau sebanyak tujuh orang. Hal tersebut dapat dilihat bahwa responden yang menjalankan usaha ayam broiler pada penelitian ini banyak dilakukan oleh tenaga kerja yang masih produktif. Untuk mengetahui lebih jelas tentang sebaran umur peternak ayam yang menjadi responden dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Jumlah Responden Peternak Ayam Broiler Berdasarkan Umur di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 No Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) , , , ,33 5 > ,00 Jumlah ,00 47

65 Tingkat Pendidikan Pendidikan dapat mencerminkan kualitas sumber daya manusia. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia terserbut. Hal tersebut dapat dilihat dari dalam pengambilan keputusan yang strategis, pemecahan masalah yang dihadapi, serta mengetahui pengetahuan terhadap usaha yang akan dijalankan. Dengan pendidikan yang tinggi akan merubah pola pikir seseorang untuk menjadikan usahanya menjadi lebih berkembang. Pada penelitian ini memiliki respondennya memiliki tingkat pendidikan dapat dikatakan tidak merata. Pendidikan respondennya dapat dikatakan masih terlalu rendah hal ini dikarenakan masih banyak peternak yang hanya mendapatkan pendidikan sampai Sekolah Dasar (SD). Responden yang hanya menikmati pendidikan SD sebanyak 14 orang atau sebesar 46,67 persen. Responden tersebut memiliki bobot yang paling besar dibandingkan dengan pendidikan lainnya seperti SMP hanya sebesar 33,33 persen atau sebanyak 10 orang, SMA sebanyak 16,67 persen atau sebesar lima orang dan selebihnya adalah menjalani pendidikan S1. Untuk lebih jelasnya pemaparan tingkat pendidikan pada responden ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Tingkat Pendidikan Responden pada Peternak Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 No Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 SD 14 46,67 2 SMP 10 33,33 3 SMA 5 16,67 4 S1 1 3,33 Jumlah , Pengalaman Pembudidaya Ayam Broiler Lama pengalaman beternak ayam broiler dapat mempengaruhi keputusankeputusan yang akan diambil dalam menghadapi permasalahan dan ketahanan dalam menghadapi permasalahan yang muncul dalam proses budidaya ayam. Pada umumnya semakin lama beternak ayam maka akan lebih mengerti terhadap masalah yang akan dialami seperti terjadinya hama dan penyakit. Penanganan saat 48

66 terjadi perubahan cuaca dari musim hujan ke musim kemarau. Jika sudah memiliki pengalaman yang lebih lama maka dalam menghadapi permasalahan tersebut tidak sulit lagi. Untuk mengetahui sebaran responden berdasarkan lamanya beternak ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Sebaran Responden Berdasarkan Lamanya Peternak Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 No Lama Usaha Jumlah (Orang) Persentase (%) , , , ,67 5 > ,33 Jumlah ,00 Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat peternak yang memiliki pengalaman dalam beternak ayam broiler 6-10 tahun sebanyak 13 orang dan pengalaman yang hanya 1-5 tahun sebanyak 11 orang, dan selebihnya peternak yang diatas 10 tahun sebesar enam orang atau sebesar 19 persen. Lamanya pengalaman peternak dibidang ayam broiler ini dikarenakan banyaknya peternak memulai usaha ayam broiler ini dari anak kandang terlebih dahulu, setelah memiliki pengetahuan sendiri dan mengetahui segala aspek teknis maka peternak keluar dari anak kandang mendirikan usaha ayam broiler sendiri. Sedangkan yang memiliki pengalaman usaha sedikit dikarenakan tergiur oleh pendapatan yang tinggi jika berhasil menjalankan usaha ayam ini Luas Kandang dan Status Kepemilikan Lahan Kandang merupakan alat yang digunakan sebagai tumbuh dan berkembangnya ayam broiler sampai pada pemanenan. Kandang didirikan tergantung luas lahan yang dimiliki oleh peternak ayam broiler. Pada umumnya semakin luas lahan yang dimiliki maka kandang yang didirikan juga akan semakin besar sehingga dapat menampung lebih banyak lagi DOC yang dikembangkan. Kandang ayam pedaging ada dua tipe yaitu jenis panggung dan jenis portal atau langsung lantai tanpa panggung. Responden yang menggunakan tipe kandang 49

67 portal pada penelitian ini sebanyak dua orang dan selebihnya peternak tersebut menggunakan kandang panggung. Kandang yang sehat jika kandang memiliki sirkulasi udara yang baik, sehingga kondisi kandang tidak lembab. Jika kandang panggung maka kandang tidak boleh terlalu dekat jaraknya terhadap tanah, hal tersebut dikarenakan agar ayam tidak terlalu terkena uapan amoniaknya. Selain itu juga kandang harus steril terhadap lingkungan hewan lain agar ayam broiler tidak terkontiminasi dengan penyakit dari hewan lainnya. Luas kandang responden penelitian sangat bervariasi berdasarkan skala usaha masing-masing peternak. Biasanya luas kandang disesuaikan dengan kemampuan dan kemauan peternak untuk berproduksi. Luas kandang yang paling banyak dimiliki oleh responden pada rentang m 2 sebesar 36,67 persen sebanyak 11 orang, sedangkan meter persegi sebesar 30 persen atau sebanyak sembilan orang. Sedangkan yang memiliki luas kandang lebih dari 800 meter persegi sebanyak tiga orang atau sebesar 10 persen. untuk lebih jelas tentang pendistribusian responden berdasarkan luas kandang dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Jumlah Responden Berdasarkan Luas Kandang di Peternak Ayam Broiler Kecamatan Dramaga Tahun 2011 No Luas Kandang (Meter) Jumlah (Orang) Persentase (%) , , > Jumlah Kepemilikan lahan dan kandang pada responden peternak ayam broiler di Kecamatan Dramaga hanya terdiri dari dua kepemilikan yaitu kepemilikan pribadi dan sewa kandang. Sewa kandang dilakukan karena peternak tidak memiliki lahan yang strategis untuk mendirikan kandang dan tidak adanya lahan untuk mendirikan kandang ayam sehingga alternatif yang dipilih adalah dengan menyewa kandang dengan sistem per periode maupun penyewaan dalam satu 50

68 tahun. Sedangkan untuk kandang kepemilikan pribadi ada yang mendirikan dengan usaha sendiri ada juga yang berasal dari keluarga atau usaha turun menurun. Berikut adalah Tabel 14 tentang sebaran responden berdasarkan kepemilikan lahan. Tabel 14. Jumlah Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan Pada Peternak Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 No Kepemilikan Lahan (M 2 ) Jumlah Persentase (Orang) (%) 1 Pribadi 26 86,67 2 Sewa 4 13,33 Jumlah Skala Usaha Ayam Broiler Skala usaha pada umumnya berhubungan positif terhadap luas kandang yang didirikan semakin besar luas kandang maka akan semakin besar pula skala usaha ayam yang diproduksi. Skala usaha yang paling banyak dijalankan pada responden peternak ayam broiler pada skala usaha DOC sebesar 33,33 persen, skala DOC sebesar 30 persen, dan pada skala usaha diatas DOC sebesar 20 persen. Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada Gambar 8. Persentase (%) 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 10, ,33 30, , ,00 > 8000 Skala Usaha Ayam (Ekor) Gambar 8. Skala Usaha Pada Responden Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun

69 5.4. Proses Produksi Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Pra Produksi Tahapan pra produksi perlu dilakukan perlu dilakukan oleh setiap peternak ayam broiler. Kegiatan yang dilakukan pra produksi adalah persiapan kandang dan persiapan peralatan. Persiapan kandang sangat perlu dilakukan dalam menjaga kondisi kandang tetap steril dari hama dan penyakit. Peternak ayam broiler tersebut memberikan perlakuan yang hampir sama terhadap persiapan kandang. Kandang sebelum digunakan untuk proses produksi maka perlu diperhatikan kelayakannya apakah ada yang perlu direnovasi atau tidak. Pengecekan ini dilakukan agar kandang pada saat digunakan tidak mengganggu kegiatan produksi seperti kandang kemasukan air hujan, penyangganya rusak, dan lainnya. Setelah kondisi kandang diperbaiki maka dilakukan penyeterilan kandang dengan menggunakan desinfektan untuk menekan atau memutus siklus bibit penyakit. Obat yang digunakan untuk memutus siklus penyakit adalah dengan menyemprotkan formalin keseluruh kandang hingga merata kemudian setelah memberikan formalin ditambahkan obat septocid untuk memutuskan bakteri, jamur dan virus seperti penyakit coli, crd, coryza, aspergilosis, salmonela, dan kuman penyakit lainya. Persiapan peralatan juga perlu dilakukan agar tidak ada bibit penyakit, bakteri, dan virus yang tertinggal di peralatan tersebut. Penyeterilan peralatan yang dilakukan pada tempat makan dan minum ayam. Selanjutnya mempersiapkan dinding pembatas, hal tersebut dilakukan agar anak ayam dapat terkontrol dalam hal mencapatkan ransum dan air, selain itu juga mencengah terbuangnya energi yang digunakan ayam untuk berlari-lari dan dinding pembatas berguna sebagai penghantar panas bagi anak ayam sehingga anak ayam mendapatkan suhu yang optimal pada malam hari. Persiapan kandang selanjutnya adalah menyiapkan tirai kandang pada kandang sistem terbuka yang ditutup rapat pada umur seminggu dan setelah umur dua minggu tirai dibuka sepertiga bagian atau berdasarkan kondisi iklim serta kebutuhan dari ayam broiler tersebut. Setelah semua diselesaikan maka kandang diistirahatkan selama 14 hari terhitung mulai dari kandang diberikan desinfektan. 52

70 Produksi Ayam Broiler Manajemen pemeliharaan mencakup pemeriksaan kuantitas dan kualitas DOC dan proses pemeliharaannya, pemberian sekam, pemberian pakan dan air minum, pemberian pemanas, proses vaksinasi, pengobatan dan vitamin, pengawasan tingkat mortalitas, kontrol kandang, dan masa panen. 1. DOC (Day Old Chick) Pada hari pertama kedatangan DOC peternak memeriksa kembali kondisi kuantitas dan kualitasnya apakah sesuai dengan pesanan atau tidak. Perusahaan yang menjadi supplier DOC adalah PT Malindo Feedmilk, PT Asia Afrika, PT KMS, PT Wonokoyo Jaya, PT Multi Breeder Adirama, dan PT Peternakan Ayam Manggis. Penentuan perusahaan yang menjadi supplier adalah tergantung kesukaan peternak. Kualitas DOC berpengaruh terhadap produktivitas ayam. Jumlah DOC yang dibutuhkan oleh peternak tergantung dengan luas kandang masing-masing sehingga jumlahnya beraneka ragam. Jumlah DOC berpengaruh terhadap jumlah produksi. Semakin banyak jumlah produksi pada umumnya akan meningkatkan jumlah produksi ayam broiler. Produksi yang menjadi kajian penelitian adalah DOC masuk pada bulan Februari, Maret, dan April dan Mei. Range DOC yang digunakan para peternak ayam yang menjadi responden adalah DOC. 2. Pemberian Sekam Pemberian sekam ini dilakukan pada saat DOC sehari dua hari atau lebih sebelum masuk kandang. Pemberian sekam dilakukan dengan tujuan agar DOC lebih terjaga suhu badannya pada saat malam hari. Selain itu, juga agar menjaga kaki DOC tidak masuk kekolong kandang yang dapat membuat kaki DOC menjadi cacat. Kondisi sekam juga harus tetap dijaga kebersihannya, sekam yang digunakan tidak boleh sampai basah, jika sekam terlihat basah maka diperlukan penambalan dengan sekam yang kering. Hal itu menjaga agar kandang tetap kering dan tidak lembab. Ketinggian sekam yang digunakan berkisar 5-10 cm dari lantai dan kebutuhannya disesuaikan dengan luas kandang biasanya perbandingannya 30 karung dapat digunakan DOC. Kebutuhan sekam ini tidak selamanya dipakai, namun sampai umur DOC hari. 53

71 3. Pakan dan Minum Pakan diberikan tiga kali sehari, yaitu pagi, siang, dan sore hari, namun pada prakteknya pakan dan minum harus selalu dikontrol setiap jamnya. Hal tersebut dilakukan agar tidak ada tempat pakan dan minum yang kosong yang dapat mengakibatkan ayam menjadi tidak makan dan tidak minum. Pemberian pakan dan minum sangat penting dilakukan. Karena hal tersebut mempengaruhi tingkat pertumbuhan ayam. Pakan yang digunakan ada tiga tahapan, yaitu pada masih kecil digunakan pakan starter yaitu 510, growing menggunakan pakan 511, dan pada saat finishing menggunakan pakan 512. Perusahaan yang menyupplai pakan adalah PT Multi Breeder Adirama dan PT Charoen Phokphand. 4. Pemanas Pemanas digunakan ketika DOC masuk kekandang, tujuan dari pemanas agar kondisi tubuhnya tetap terjaga pada malam hari. Peternak menggunakan pemanas yang berasal dari tabung gas, batu bara, kayu bakar dan tong sebagai tempat pembakarannya. Sedangkan yang menggunakan gas alat pemanasnya menggunakan blower. Pemanas dengan menggunakan kayu bakar sangat banyak digunakan, dikarenakan kayu bakar lebih murah dibandingkan dengan gas, selain itu juga kayu bakar lebih bagus dibandingkan dengan gas. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pemanasnya, peternak mencari pasokan kayu, batu bara, dan gas yang dianggap lebih terjangkau. 5. Proses Vaksinasi, Pengobatan, dan Vitamin Vaksin digunakan sebagai alat yang digunakan sebagai anti/kekebalan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit baik itu dari virus maupun bakteri. Tipe vaksin yang digunakan berupa vaksin virus hidup. Program vaksin yang diterapkan pada peternak antara lain pada selama seminggu pertama setelah DOC masuk kandang. Vaksin yang digunakan adalah gumboro 1000 DS, ND IB 1000 DS, dan ND Lasota. Vaksin tersebut diberikan dengan sistem pencampuran dengan air minum, tetes mata, dan suntikan. Pemberian vitamin dilakukan pada tiga hari pertama agar ayam tidak stres karena perjalanan dan diberikan sesudah ayam divaksin agar tidak stress pasca vaksin. Vitamin yang digunakan oleh para peternak ayam tersebut adalah Bloom Grow dan Masabro. Bloom grow digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan, 54

72 mengatasi stress. Sedangkan masabro digunakan mencegah penyakit karena kekurangan vitamin, meningkatkan pertumbuhan, menambah nafsu makan. Penyakit yang sering muncul yaitu penyakit Colibasillus, Coccidiosis, Cronic Respiratory Disease, Newcastle Disease, Runting Stunting Disease (kerdil) baik bersifat individu maupun global. Jenis obat yang digunakan oleh para peternak adalah Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, Colimas dan sebagainya. Penggunaan obat tersebut tergantung dengan kebutuhan, dilakukan hanya pada saat terserang penyakit agar penyakit yang dihadapi tidak menjadi lebih akut. 6. Pengawasan Tingkat Mortalitas Tingkat kematian yang terjadi pada responden peternak ayam sangat bervariasi setiap perioden maupun setiap peternak. Perbedaan tingkat kematian yang terjadi pada setiap peternak berbeda beda, dan penanganan yang berbeda juga, sehingga jika penanganan yang tidak tepat akan meningkatkan kematian yang tinggi. Tingkat kematian yang wajar adalah sebesar 5-6 persen. Jika kematian sudah melewati standar tersebut maka perlu dilakukan penanganan yang lebih fokus. Tingkat kematian yang dialami ada yang berdasarkan kelalaian pekerja dalam menjaga kondisi baik itu minum dan pakan atau adanya tercampurnya antara ayam yang berpenyakit dengan tidak, ayam ada yang terjepit, dan lain sebagainya. 7. Kontrol Kandang Kontrol kandang dilakukan oleh anak kandang dan kepala kandang pada setiap harinya. Sehingga dapat dilihat bagaimana tingkat perkembangan ayam tersebut dan dapat membuat keputusan yang menguntungkan. Kontrol dilakukan seperti melihat apakah tempat pakan dan minum masih terisi atau tidak. Mengontrol kondisi kesehatan ayam, dengan memisahkan anak ayam yang terkena penyakit ke tempat lain. Tindakan tersebut dilakukan agar penyakit tidak berpindah/tertular pada ayam yang lainnya. Selain itu juga memisahkan antara ayam yang kerdil ke tempat lain agar tidak menambah biaya pakan. 55

73 8. Panen Panen dilakukan pada saat bobot ayam sudah dapat dianggap cukup untuk dipanen. Keputusan panen terletak pada masing-masing peternak, jika peternak melihat tidak ada lagi perkembangan bobot ayam maka panen dipercepat. Hal tersebut dilakukan agar mengurangi penggunaan pakan. Umur ayam yang siap untuk dipanen berkisar dari hari. Pada saat panen dilakukan peternak melibatkan warga setempat untuk membantu dalam proses pemanenan. Ayam yang siap untuk dipanen ditangkap atau dijual kepada broker atau pedagang pengumpul dengan harga sesuai dengan perjanjian. 56

74 VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI 6.1. Analisis Faktor-Faktor Risiko Produksi Pada penelitian ini dilakukan pada peternak ayam broiler yang bekerja sama dengan pihak perusahaan dalam proses produksi sampai pada proses panen. Peternak tersebut tersebar di beberapa wilayah yang ada di Kabupaten Bogor. Walaupun peternak menjalin kerja sama namun pada kenyataannya usaha yang dijalankan oleh peternak ayam tetap mengalami risiko produksi. Adanya risiko produksi ini dapat dilihat pada adanya fluktuasi produktivitas pada setiap peternak berbeda-beda satu sama lainnya. Risiko produksi ayam broiler pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan model ARCH-GARCH. Variabel yang digunakan dalam analisis ARCH-GARCH yaitu jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, pemanas dan tenaga kerja. Sebelum dianalisis dengan metode ARCH-GARCH terlebih dahulu dilakukan analisis regresi. Analisis regresi dilakukan dengan tujuan agar model yang dihasilkan tidak melanggar persyaratan seperti variabel independent terdapat multikolinieritas. Uji multikolinearitas terlebih dahulu dilakukan agar variabel yang digunakan tidak saling mempengaruhi satu sama lainnya. Untuk melihat multikolinear ini dilihat pada nilai Variance Inflation Factor (VIF) > 10. Jika terjadi pelanggaran multikolinear maka dilakukan penggabungan atau penghilangan variabel sampai tidak terdapat multikolinearitas. Setelah dilakukan uji variabel maka dilakukan uji lainnya untuk melihat persamaan yang dihasilkan mengandung heteroskedistisitas. Untuk melihat ada atau tidaknya heteroskedistisitas dilakukan dengan menggunakan uji Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey. Hasil pengujian antar variabel menyatakan bahwa model yang digunakan tidak terdapat multikolinieritas pada setiap variabel. Hal itu dapat dilhat bahwa nilai VIF dari delapan variabel tidak ada yang lebih dari 10. Sehingga model dikatakan baik dan boleh dilakukan analisis berikutnya yaitu melihat apakah model terdapat heteroskedistisitas, jika terdapat unsur tersebut maka penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan model ARCH-GARCH. Untuk lebih jelas lihat pada Tabel

75 Tabel 15. Pengujian Mulitikolinieritas Terhadap Antar Variabel Predictor Coefisien SE Coef T P VIF Constant -2,721 0,152-17,890 0,000 DOC (X1) -0,572 0,045-12,580 0,000 5,4 Pakan (X2) 0,332 0,041 8,090 0,000 2,5 Protek Enro(X3) 0,002 0,013 0,150 0,880 1,7 Neocamp (X4) 0,014 0,013 1,100 0,279 1,6 Doxerin Plus (X5) -0,026 0,012-2,160 0,036 1,7 Vaksin (X6) -0,025 0,027-0,930 0,356 2,8 Pemanas (X7) 3,257 0,113 28,760 0,000 6,8 Tenaga Kerja (X8) -0,086 0,009-8,740 0,000 1,2 Berdasarkan Tabel 15 menunjukkan bahwa semua variabel tidak mengandung multikolinier, hal tersebut dapat dilihat bahwa nilai dari VIF. Semua variabel memiliki nilai VIF kurang dari 10, sehingga model tersebut terlepas dari multikolinearitas. Setelah variabel diketahui tidak mengandung multikolinier maka dilakukan pengujian persamaan apakah terdapat heteroskedistisitas dengan atau tidak. Untuk mengetahui tersebut menggunakan uji Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey. Untuk melihat apakah terdapat heteroskedistisitas dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Ringkasan Hasil Uji Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey. Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic Prob. F(8,51) Obs*R-squared Prob. Chi-Square(8) Scaled explained SS Prob. Chi-Square(8) Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa nilai probability dari Obs*R-squared memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan taraf nyata lima persen. dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa residual diatas mengandung efek ARCH-GARCH yang berarti juga bahwa residual mengandung heteroskedistisitas dan model layak untuk dianalisis menggunakan metode ARCH-GARCH. Penelitian ini menggunakan model fungsi produksi Just and Pope dimana model tersebut adalah melihat pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produktivitas ayam broiler. Namun model ini juga tidak mengabaikan risiko yang ditimbulkan dalam usaha ayam broiler yang dapat mempengaruhi risiko produksi tersebut. Fungsi produksi dari model Just and Pope dilakukan dalam bentuk fungsi logaritma natural Cobb-Douglass. Metode yang menunjukkan kedua-duanya 58

76 sekaligus adalah ARCH-GARCH. Model ARCH-GARCH (1,1) dapat menjelaskan kedua persamaan produksi rata-rata dan variance yang dihadapi oleh para peternak ayam broiler yang ada di Kabupaten Bogor. Hasil pendugaan model GARCH terhadap persamaan fungsi produksi rata-rata dan variance produksi pada komoditi ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil Pendugaan Persamaan Fungsi Produksi dan Variance Produksi Ayam Broiler Pada Kabupaten Bogor Tahun 2011 Produksi Rata-Rata Variable Coefficient Std. Error z-statistic Prob. Jumlah DOC (X1) Pakan (X2) Protect Enro (X3) Neocamp (X4) Doxerin Plus (X5) Vaksin (X6) Pemanas (X7) Tenaga KerjaX Konstanta Variance Equation Konstanta Error kuadrat (ε 2 t-1) Variance error (ζ 2 t-1) Jumlah DOC (X1) Pakan (X2) Protect Enro (X3) 4.41E Neocamp (X4) -3.53E Doxerin Plus (X5) -4.97E Vaksin (X6) Pemanas (X7) Tenaga KerjaX R-squared Durbin-Watson stat Adjusted R-squared F-statistic Prob(F-statistic) Hasil Tabel 17 menunjukkan pendugaan persamaan produksi rata-rata dan variance menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 99 persen. Nilai koefisien determinasi (R 2 ) tersebut memiliki arti bahwa sebesar 99 persen dari keragaman atau variasi produksi dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh model, sedangkan sisanya sebesar satu persen dijelaskan oleh komponen error atau diluar model. Tingginya nilai koefisien determinasi tersebut dipengaruhi oleh 59

77 pola data yang diperoleh tidak beraturan. Pola data yang diperoleh dapat dilihat pada Lampiran 5. Data tersebut memiliki tingkat variasi yang tinggi terhadap setiap peternak, sehingga dapat menimbulkan nilai koefisien determinasi yang tinggi. Hasil tersebut sudah dapat dinyatakan bahwa faktor-faktor produksi dapat mempengaruhi produktivitas dan mempengaruhi risiko produksi pada setiap periodenya. Risiko produksi musim sebelumnya ditunjukkan oleh error kuadrat (ε 2 t-1) dan variance error (ζ 2 t-1). Risiko produksi tertentu dipengaruhi oleh pada produksi sebelumnya. Dari tabel 17 dapat dilihat bahwa tingginya risiko produksi pada periode sekarang dipengaruhi pada risiko produksi pada sebelumnya, hal tersebut dapat dilihat bahwa nilai dari error dan variance adalah positif dan di atas taraf nyata lima persen. Tabel 17 juga menjelaskan bahwa hasil pendugaan produksi rata-rata terhadap produktivitas dapat dijelaskan oleh faktor-faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama. Selain itu juga faktor-faktor tersebut secara nyata dapat menjelaskan variance produksi ayam broiler. Hal tersebut dapat dilihat bahwa nilai F-hitung lebih besar dibandingkan dengan F-tabel yaitu sebesar 241,4 > 2,18 atau dapat juga dilihat dari nilai P-value < taraf nyata, P- value = 0,000 lebih kecil dibandingkan dengan taraf nyata lima persen. Untuk melihat pendistribusian data dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson stat, nilai yang dihasilkan adalah 1,96. Nilai tersebut dapat menjelaskan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal karena nilainya tidak mendekati nol Analisis Faktor-Faktor Pada Fungsi Produksi Rata-Rata Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi adalah jumlah DOC, pakan, obat-obatan seperti Protect Enro, Neocamp, dan Doxerin Plus, vaksin, pemanas, serta pemakaian tenaga kerja. Pada hasil pendugaan produksi rata-rata menyatakan bahwa faktor-faktor produksi tersebut secara bersama-sama signifikan terhadap produktivitas ayam broiler. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai probability yang kurang dari lima persen dan nilai F-hitung lebih besar dibandingkan F-tabel. Berikut adalah Gambar 18 yang menjelaskan tentang hasil pendugaan produksi rata-rata ayam broiler. 60

78 Tabel 18. Hasil Pendugaan Produksi Rata-Rata Terhadap Produktivitas Ayam Broiler Pada Peternakan Ayam di Kabupaten Bogor Tahun 2011 Produksi Rata-Rata Variable Coefficient Std. Error z-statistic Prob. Jumlah DOC (X1) Pakan (X2) Protect Enro (X3) Neocamp (X4) Doxerin Plus (X5) Vaksin (X6) Pemanas (X7) Tenaga KerjaX Konstanta Jumlah DOC (X1) Hasil pendugaan parameter pada fungsi persamaan produksi rata-rata menunjukkan bahwa variabel jumlah DOC memiliki taraf nyata dibawah satu persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jumlah DOC berpengaruh signifikan terhadap hasil produktivitas ayam broiler. sedangkan jika dilihat dari nilai koefisien parameter memiliki nilai negatif yaitu sebesar -0,576. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jika DOC ditambahkan sebesar satu persen maka akan menurunkan hasil produktivitas ayam broiler sebesar 0,576 persen (cateris paribus). Pernyataan tersebut tidak sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan bahwa penambahan satu persen jumlah DOC akan meningkatkan produktivitas ayam broiler. Variabel DOC memiliki nilai negatif karena para peternak ayam broiler di lapangan pada umumnya memiliki perbandingan yang tidak sesuai antara luas kandang dengan jumlah DOC. Pada kondisi normal seharusnya 1 m 2 kandang di isi dengan 8 ekor, sedangkan peternak ayam tersebut mengisi lebih dari kondisi normalnya, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan ayam broiler tersebut. Adanya indikator ini dapat menghambat pertumbuhan ayam, terhambatnya pertumbuhan ayam dapat dilihat pada tingginya tingkat FCR sehingga konversi pakan dengan bobot ayam tidak sesuai, semakin kecil FCR maka produktivitas ayam juga akan semakin tinggi. Untuk lebih jelas variasi penggunaan DOC terhadap luas kandang yang ada dapat dilihat pada Lampiran 5. Selain pertumbuhan terhambat juga akan mempengaruhi mempercepat penyebaran 61

79 penyakit karena tidak adanya ruang kosong bagi ayam untuk bergerak, sehingga jika tidak diperhatikan oleh peternak maka akan menimbulkan kematian pada ayam. Penyebab terhambatnya pertumbuhan ayam broiler juga salah satunya adalah faktor kondisi kandang yang terkadang bocor atau kurang baik sehingga jika ada perubahan cuaca akan mengganggu kondisi suhu ruangan yang akhirnya berdampak pada penghambatan pertumbuhan ayam broiler. Berdasarkan kurva produksi, penggunaan DOC berada pada daerah tiga. Hal tersebut ditunjukkan bahwa jika dilakukan penambahan input DOC, maka akan menurunkan produktivitas ayam broiler, sehingga tidak perlu melakukan penambahan kapasitas. 2. Pakan (X2) Variabel pakan memiliki nilai P-value sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel pakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas ayam. Hal ini sesuai dengan penelitian Merina yang menyatakan bahwa pakan termasuk variabel yang memiliki pengaruh yang nyata terhadap produktivitas. Pakan merupakan variabel penting dalam meningkatkan produktivitas ayam broiler, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel pakan memiliki nilai positif yaitu sebesar 0,3288. Arti dari nilai tersebut adalah jika peternak memberikan tambahan pakan sebesar satu persen maka akan meningkatkan produktivitas sebesar 0,3288 persen (cateris paribus). Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan bahwa dengan penambahan pakan satu persen maka akan meningkatkan produktivitas ayam broiler tersebut. Berdasarkan kurva produksi, variabel pakan berada pada daerah dua. Hal tersebut ditunjukkan bahwa jika dilakukan penambahan variabel pakan maka akan meningkatkan produktivitas ayam broiler tersebut. Dengan demikian perlu dilakukan penambahan jumlah pakan untuk meningkatkan produktivitas ayam. Pemberian pakan agar tepat guna dilakukan sesuai dengan umur DOC, yaitu pada saat DOC berumur 0-7 hari maka digunakan pakan starter, usia 8-15 hari digunakan pakan dewasa, sedangkan pada umur 16- panen diberikan pakan finisher. Hal itu dilakukan agar sesuai dengan komposisi protein dan konsentrat dalam pakan sehingga pertumbuhan dapat berkembang 62

80 dengan maksimal. Penggunaan pakan setiap peternaksangat bervariasi hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran Protect Enro (X3) Variabel Protect Enro adalah termasuk ke dalam jenis obat yang digunakan dalam proses produksi berlangsung. Berdasarkan hasil pendugaan parameter menyatakan bahwa Protect Enro ini tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas, hal tersebut dapat dilihat dari nilai P-value sebesar 0,924. Nilai ini diatas taraf nyata lima persen. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien variabel menunjukkan bernilai positif yaitu sebesar 0,0017. Nilai tersebut memiliki arti adalah jika dilakukan penambahan satu persen Protect Enro maka akan meningkatkan produktivitas sebesar 0,0017 persen (cateris paribus). Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan bahwa koefisien lebih besar dari nol dan menyatakan bahwa penambahan satu persen variabel Protect Enro akan meningkatkan produktivitas ayam broiler sebesar koefisiennya. Penambahan Protect Enro tidak akan meningkatkan produktivitas ayam broiler tersebut, karenakan variabel ini bukan termasuk variabel yang signifikan terhadap produktivitas. Protect Enro tidak berpengaruh signifikan dikarenakan variabel tersebut adalah jenis obat yang digunakan sebagai pengendalian hama dan penyakit, sehingga tidak terlalu mempengaruhi nilai dari produktivitas ayam broiler. Jika ayam sudah terkena penyakit maka pertumbuhan ayam akan lambat dibandingkan dengan ayam yang sehat sehingga Protect Enro ini tidak dapat meningkatkan produktivitas, namun untuk mengobati ayam yang sudah terserang penyakit. Penggunaan jenis obat ini sangat bervariasi, hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan kurva produksi, variabel Protect Enro berada pada daearah dua. Hal tersebut ditunjukkan pada nilai coefisien yang dapat dilihat pada Tabel 18 bernilai positif. Dengan demikian, jika dilakukan penambahan variabel Protect Enro maka akan meningkatkan produktivitas, kenaikan ini disebabkan karena jika kondisi ayam sehat maka akan meningkatkan pertumbuhan ayam tersebut, oleh karena itu variabel ini masih berada pada daerah dua. 63

81 4. Neocamp (X4) Variabel Neocamp juga merupakan salah satu variabel jenis obat yang digunakan oleh peternak ayam broiler dalam menjalankan budidaya ayam broiler. berdasarkan nilai P-value sebesar 0,3889. Variabel tersebut berada dibawah taraf nyata 40 persen, sehingga tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ayam broiler pada taraf nyata 20 persen. karena nilai P-Value lebih besar dari pada taraf nyata maka variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas. Sedangkan nilai koefisien dari variabel tersebut sebesar 0,0149. Nilai tersebut memiliki arti bahwa setiap ditambahkan satu persen variabel Neocamp maka akan meningkatkan produktivitas ayam broiler sebesar 0,0149 persen (cateris paribus). Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan bahwa koefisien variabel lebih besar dari nol dan jika variabel tersebut ditambahkan satu persen maka akan meningkatkan produktivitas ayam broiler sebesar koefisien tersebut. Variabel Neocamp juga tidak terlalu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas ayam broiler, karena fungsi dari variabel tersebut adalah untuk mengendalikan hama dan penyakit sehingga ayam broiler dapat terkendali pada saat terserang penyakit. Penggunaan dosis pada variabel ini sangat bervariasi setiap peternaknya. Hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5. Penggunaan yang tidak tepat dapat mengurangi dari fungsi jenis variabel tersebut. Oleh karena itu variabel ini tidak tersebut signifikan. Berdasarkan kurva produksi, variabel Neocamp berada ada daerah kedua. Hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 18 yang memperlihatkan bahwa variabel Neocamp memiliki nilai positif, sehingga jika variabel Neocamp ditambahkan, maka variabel tersebut akan meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, variabel ini perlu diberikan dosis sesuai takaran agar dapat meningkatkan produktivitas ayam broiler. 5. Doxerin Plus (X5) Variabel Doxerin Plus adalah jenis variabel yang berfungsi sebagai obatobatan yang digunakan para peternak pada saat proses produksi berlangsung setiap periodenya. Berdasarkan nilai P-value, variabel ini memiliki nilai sebesar 0,1053, atau berada pada taraf nyata 15 persen. Pada taraf tersebut masih memiliki 64

82 tingkat pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas ayam broiler. Sedangkan jika dilihat dari nilai koefisien parameter. Doxerin Plus memiliki nilai negatif yaitu sebesar -0, Nilai tersebut memiliki arti bahwa setiap dilakukan penambahan variabel Doxerin Plus sebesar satu persen maka produktivitas ayam broiler akan mengalami penurun sebesar 0, persen (cateris paribus). Penyataan tersebut tidak sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan bahwa koefisien variabel besar dari nol. Sehingga dengan penambahan satu persen variabel tidak menambah melainkan mengurangi produktivitas ayam. Variabel ini adalah variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap produktivitas namun bukan meningkatkan melainkan menurunkan produktivitas. Dengan demikian variabel ini berdasarkan kurva produksi berada pada daerah tiga. Penurunan produktivitas tersebut dikarenakan bahwa takaran atau ukuran yang digunakan oleh peternak plasma tidak tepat. Peternak menggunakan takaran tidak berdasarkan skala usaha yang mereka ternakkan, sehingga akan berdampak pada penurunan produktivitas. Misalnya pada skala usaha ekor ayam, penggunaan variabel tersebut sama dengan skala ekor. 6. Vaksin (X6) Vaksin termasuk kedalam variabel yang diduga sebagai faktor produksi yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas ayam broiler. Namun berdasarkan hasil pendugaan parameter, vaksin tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ayam broiler. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai P-value sebesar 0,4294. Nilai tersebut terlalu besar dan diatas taraf nyata 20 persen. Sehingga variabel tersebut tidak termasuk variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas. Berdasarkan nilai koefisien variabel vaksin, variabel tersebut juga termasuk kepada variabel yang dapat menurunkan produktivitas, hal tersebut dapat dilihat nilai koefisiennya bertanda negatif. Nilai yang dihasilkan oleh parameter vaksin sebesar -0, Nilai tersebut memiliki arti jika variabel vaksin dinaikkan/ditambahkan sebesar satu persen maka produktivitas akan turun sebesar 0, persen (cateris paribus). Dengan demikian berdasarkan kurva produksi, variabel ii berada pada daerah ketiga dan pernyataan tersebut tidak sesuai dengan hipotesa 65

83 sebelumnya yang menyatakan bahwa koefisien variabel besar dari nol. Sehingga jika ditambahkan satu persen variabel vaksin tidak meningkatkan melainkan mengurangi produktivitas ayam broiler. vaksin tidak signifikan terhadap produktivitas diduga karena beberapa faktor, dalam pemberian vaksin perlu beberapa hal yang harus diperhatikan seperti jenis vaksin yang digunakan, takaran/dosis vaksin yang digunakan, jadwal vaksinasi, waktu pemberian vaksin, serta penyimpanan vaksin. Kesemua tersebut dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan fungsi dari vaksin. Selain itu juga variabel ini hanya digunakan sebagai antibodi/kekebalan tubuh agara ayam tidak mudah terserang penyakit sehingga tidak merangsang meningkatkan produktivitas. 7. Pemanas (X7) Pemanas adalah variabel yang tidak pernah lepas dari budidaya ayam broiler. Variabel tersebut sangat digunakan pada awal produksi sampai pada umur 15 hari. Pada hipotesis sebelumnya pemanas adalah variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas. Hal tersebut sesuai dengan hasil pendugaan parameter produksi rata-rata. Nilai P-value variabel tersebut adalah dibawah satu persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemanas sangat berpengaruh nyata terhadap produktivitas. Sedangkan jika dilihat dari koefisien parameter pemanas menunjukkan nilai yang positif yaitu sebesar 3, Nilai tersebut memiliki arti bahwa jika setiap peternak menaikkan atau menambahkan variabel pemanas satu persen maka produktivitas akan meningkat sebesar 3, persen (cateris paribus). Berdasarkan kurva produksi, variabel pemanas berada pada daerah kedua. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 18 yang menunjukkan bahwa semakin ditambah variabel tersebut maka produktivitasnya juga akan semakin meningkat. Pemanas ini sangat penting pada awal produksi, karena jika menggunakan pemanas yang konsisten maka suhu ruangan akan terjaga dengan baik sehingga ayam tidak kedinginan dan akan tetap sehat. Jika variabel ini tidak dilakukan secara rutin pada awal periode maka suhu ruangan akan rendah sedangkan suhu yang dibutuhkan berkisar C maka akan berdampak pada pertumbuhan ayam akan terhambat karena daging yang seharusnya semakin menumpuk sekarang 66

84 dialokasikan untuk menghangatkan tubuhnya dengan dilihat adanya tumbuh bulu kasar pada tubuh ayam broiler. 8. Tenaga Kerja (X8) Tenaga kerja salah satu variabel yang penting dalam semua bidang usaha, karena dengan adanya tenaga kerja maka semua kegiatan budidaya akan dapat terselesaikan dengan baik. Pada hipotesis sebelumnya tenaga kerja merupakan variabel yang memiliki koefisien bertanda positif sehingga perpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. Namun berdasarkan pendugaan parameter menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja memiliki pengaruh signifikan dengan melihat probability kurang dari satu persen. Akan tetapi, jika dilihat dari nilai koefisien variabel, variabel ini tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya karena koefisien tersebut bertanda negatif. Dengan demikian, jika ditambahkan satu persen variabel tersebut maka bukan meningkatkan, melainkan mengurangi produktivitas ayam broiler. Variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas karena pada umumnya tenaga kerja yang dimiliki oleh peternak tersebut adalah warga sekitar yang tidak memiliki pekerjaan, sehingga tidak memiliki keterampilan serta pengetahuan terhadap ayam broiler. Sementara dalam budidaya ayam broiler dibutuhkan ketekunan serta pengetahuan dalam ayam broiler sehingga terjadi masalah pada ayam dapat segera ditangani dan tidak terlambat dalam menanganinya. Oleh karena itu, variabel tenaga kerja ini jika ditambahkan akan berdampak pada penurunan produktivitas Analisis Faktor-Faktor pada Fungsi Variance Produksi Faktor-faktor produksi tidak hanya dapat mempengaruhi produktivitas ayam broiler, melainkan juga dapat memberikan dampak terhadap munculnya atau dapat mengurangi terjadinya risiko produksi terhadap produktivitas ayam broiler. Faktor-faktor produksi yang digunakan untuk melihat pengaruh variance produksi adalah jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, pemanas dan tenaga kerja. Semua variabel tersebut dianalisis faktor-faktor apa saja yang yang mempengaruhi variance produksi. faktor-faktor produksi yang dijadikan sebagai pengurang atau menimbulkan risiko produksi dapat dilihat pada Tabel

85 Tabel 19. Hasil Pendugaan Produksi Rata-Rata Terhadap Produktivitas Ayam Broiler Pada Peternakan Ayam di Kabupaten Bogor Tahun 2011 Variance Equation Variable Coefficient Std. Error z-statistic Prob. Konstanta Error kuadrat (ε 2 t-1) Variance error (ζ 2 t-1) Jumlah DOC (X1) Pakan (X2) Protect Enro (X3) 4.41E Neocamp (X4) -3.53E Doxerin Plus (X5) -4.97E Vaksin (X6) Pemanas (X7) Tenaga KerjaX Jumlah DOC (X1) Pada sebelumnya hipotesis sebelumnya jumlah DOC menyatakan bahwa jika koefisien besar nol sehingga semakin positif maka variance yang ditimbulkan juga akan semakin tinggi. Sedangkan berdasarkan hasil pendugaan parameter produksi variance menyatakan bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko produktivitas yang dihasilkan. Hal tersebut dapat dilihat bahwa nilai P-value yang dihasilkan sebesar 90 persen dan diatas taraf nyata 20 persen. sedangkan berdasarkan koefisien parameternya menunjukkan tanda positif. Hal ini berarti, semakin banyak jumlah DOC di pelihara maka risiko yang ditimbulkan akan semakin tinggi. Tingginya variasi disebabkan oleh tidak sesuainya luas kandang dengan jumlah DOC, sehingga jika terus ditambah akan menyebabkan ayam akan mati atau mudah terserang penyakit dan menyebabkan semakin tingginya risiko produksi usaha ayam broiler tersebut. Oleh karena itu variabel jumlah DOC ini merupakan variabel yang menimbulkan adanya risiko produksi. Untuk mengurangi tingkat risiko maka jumlah DOC harus sesuai dengan luas kandang, pada kondisi normal 1 m 2 kandang harusnya berkapasitas 5-8 ekor ayam. Selain itu juga yang menjadi faktor penduga mengapa tidak signifikan adalah karena peternak plasma dalam pengambilan jenis DOC tidak satu perusahaan supplier. 68

86 2. Pakan (X2) Hipotesis sebelumnya menyatakan bahwa koefisien variabel pakan bertanda positif maka akan meningkatkan variasi dari hasil produktivitas ayam broiler. Berdasarkan hasil pendugaan parameter, variabel pakan memiliki nilai P- value sebesar 0,95 atau 95 persen lebih besar dari taraf nyata 20 persen. sehingga variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi ayam broiler. sedangkan berdasarkan koefisien variabel memperlihat tanda negatif, hal ini menunjukkan bahwa jika pakan digunakan semakin banyak, maka variance produksinya akan semakin menurun. Sehingga pakan merupakan salah satu variabel yang menjadi pengurang risiko. Dengan semakin menambah pakan maka bobot ayam akan semakin meningkat sehingga produktivitas ayam juga akan semakin meningkat. Ayam broiler pada umumnya harus diperhatikan kondisi pakannya. Untuk mendapatkan hasil bobot ayam yang baik maka peternak harus terus memantau keadaan pakan dikandang apakah masih tersedia atau tidak, jika pakan tidak sempat tidak tersedia selama satu jam maka kondisi ayam akan terhambat pertumbuhannya sehingga tidak mendapatkan hasil yang baik. Faktor penduga mengapa variabel ini tidak signifikan adalah dalam pemberian jenis pakan. Pakan ayam ada tiga jenis yaitu pada umur 1-15 hari menggunakan jenis pakan starter, umur menggunakan pakan growing, dan umur 26 sampai panen menggunakan jenis pakan finishing. Sementara pada kondisi dilapangan peternak terkadang tidak mengikuti anjuran yang telah ditetapkan sehingga pakan tersebut tidak berpengaruh signifikan dalam mengurangi variance produksi. 3. Protect Enro (X3) Pendugaan parameter variabel Protect Enro memiliki nilai P-value sebesar 0,958 atau 95 persen lebih besar daripada taraf nyata 20 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi yang dihasilkan. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien variabel memiliki tanda positif. Hal tersebut menandakan bahwa semakin banyak variabel ini digunakan maka variance produksi yang diterima oleh peternak akan semakin tinggi. Tingginya risiko yang dihasilkan dengan menggunakan variabel ini adalah karena peternak pada umumnya tidak memperhatikan takaran dalam 69

87 menggunakan Protect Enro. Ukuran yang digunakan oleh peternaknya adalah rata-rata menggunakan 0,5 liter untuk semua skala usaha ayam broiler. Untuk mengurangi tingginya risiko yang dihasilkan dengan menggunakan variabel ini sesuai takaran dan berdasarkan skala yang pada umumnya. Takaran normal untuk 1gram/1liter air yang dicampur dengan air minum selama gejala terlihat pada ayam broiler. 4. Neocamp (X4) Neocamp adalah variabel yang berjenis obat yang dapat mengendalikan penyakit yang berasal dari bakteri, pemakaiannya adalah 1gram/1liter air. Pada hipotesis sebelumnya variabel ini menyatakan bahwa memiliki nilai koefisien variabel bernilai positif, sehingga semakin banyak Neocamp digunakan maka akan meningkatkan variance produksi. Berdasarkan pendugaan parameter variance produksi, Neocamp ini memiliki nilai P-value sebesar 0,968 atau 96 persen yang berada diatas taraf nyata 20 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi. Sedangkan jika dilihat dari nilai koefisiennya, variabel ini memiliki nilai bertanda negatif, hal tersebut menyatakan bahwa dengan menambahkan variabel Neocamp maka akan menurunkan variance produksi. Sehingga variabel ini termasuk kedalam variabel yang mengurangi variance produksi. 5. Doxerin Plus (X5) Doxerin Plus termasuk salah satu jenis obat yang digunakan oleh para peternak ayam broiler yang berfungsi sebagai mengobati crd complex, fowl cholera, snot/ coryza, dan penyakit pernafasan lainnya. Takaran yang digunakan dalam menggunakannya adalah 1gram/2liter air. Variabel ini selalu digunakan para peternak untuk menghindari terjangkitnya penyakit pada ayam mereka. Hipotesis sebelumnya variabel ini menyatakan bahwa koefisien variabel memiliki nilai positif, sehingga jika dilakukan semakin banyak menggunakan Doxerin Plus maka akan meningkatkan variance. Berdasarkan hasil pendugaan parameter bahwa variabel ini memiliki nilai P-value sebesar 0,95 atau 95 persen yang berada diatas nilai taraf nyata 20 persen. Sehingga dapat diartikan bahwa variabel Doxerin Plus tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi. Hal ini berbanding lurus dengan nilai 70

88 koefisien variabel yang bertanda negatif, tanda negatif tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak variabel ini digunakan maka akan menurunkan variance produksi. Peternak plasma ayam broiler DUF rata-rata tidak menggunakan takaran/dosis yang tepat dalam penggunaan faktor produksi tersebut. Sehingga variabel tersebut tidak dapat berpengaruh signifikan dalam mengurangi variance produksi. Jika para peternak menggunakan takaran yang sesuai sehingga penggunaan tersebut bermanfaat yaitu dapat mengurangi variance. 6. Vaksin (X6) Variabel vaksin merupakan salah satu faktor produksi yang diperlukan dalam kekebalan tubuh sehingga ayam broiler tetap sehat, namun jika pemakaiannya tidak tepat maka akan tidak berdampak baik pada pertumbuhan ayam broiler. pada penggunaan vaksin, para peternak sudah menerapkan takaran yang sesuai sehingga vaksin tepat guna dan tidak menimbulkan efek samping. Penggunaan vaksin bertujuan untuk menguatkan kekebalan tubuh ayam broiler agar tidak mudah terserang penyakit. Dosis yang digunakan adalah 1 vial vaksin untuk 1000 ekor ayam. Pada hipotesis sebelumnya, variabel ini memiliki koefisien variabel yang bernilai positif, sehingga jika pemakaian vaksin semakin banyak maka variance produksi yang dihasilkan akan semakin tinggi. Sedangkan berdasarkan hasil pendugaan parameter, variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi. Hal ini dapat dilihat pada nilai P-value sebesar 0,9522 atau 95 persen yang berada diatas taraf nyata 20 persen, sehingga variabel tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variance produksi. Berdasarkan kondisi lapangan dapat diduga yang menjadikan variabel vaksin tidak signifikan adalah faktor dalam waktu pemberian vaksi yang kurang tepat dan penyimpakan vaksin sehingga dapat mengurangi fungsi dari vaksin itu sendiri. Berdasarkan nilai koefisien parameter menunjukkan bernilai negative, hal itu berarti semakin besar penggunaan variabel tersebut maka akan menurunkan variance produksi ayam broiler, sehingga tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya. Nilai koefisien parameternya adalah sebesar -0,000132, sehingga variabel tersebut termasuk kedalam variabel yang dapat mengurangi variance produksi. 71

89 7. Pemanas (X7) Pemanas adalah faktor produksi yang dapat meningkatkan produktivitas ayam broiler. sehingga hipotesis awalnya jika semakin banyak penggunaan variabel pemanas maka akan meningkatkan variance produksi, dan jika dilihat dari hasil pendugaan parameter variance produksi menunjukkan P-value bernilai 0,9707 atau 97 persen. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan taraf nyata 20 persen, yang berarti bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi. Berdasarkan kondisi lapang, faktor penduga yang menyebabkan variabel ini tidak signifikan adalah adanya perbedaan para peternak plasma dalam menggunakan alat pemanasnya, ada yang menggunakan batubara, kayu bakar, maupun gas. Sehingga mempengaruhi tingkat variasinya dan menyebabkan tidak berpengaruh nyata. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien parameter bertanda negatif yaitu sebesar -0, Hal ini berarti, semakin banyak variabel pemanas dan sekam digunakan maka akan semakin menurunkan variance produksi. Pernyataan ini tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyatakan jika penggunaan variabel ini maka akan menambah variance produksi. Para peternak dalam penggunaan variabel ini telah sesuai dengan ukuran dan berdasarkan skala usahanya, sehingga tidak menimbulkan risiko melainkan menjadi pengurang variance produksi ayam broiler. 8. Tenaga Kerja (X8) Tenaga kerja adalah faktor yang pasti ada dalam setiap usaha. Tenaga kerja yang digunakan dalam bidang peternakan ayam broiler ini berasal dari masyarakat disekitar peternakan ayam. Berdasarkan hasil pendugaan parameter, variabel ini menunjukkan hasil P-value sebesar 0,0555 atau sebesar 5,5 persen. Nilai tersebut diatas taraf nyata 20 persen sehingga berpengaruh signifikan terhadap variance produksi. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien parameter menunjukkan nilai yang positif yaitu sebesar 0, Hal itu berarti, jika tenaga kerja ditambahkan penggunaannya maka akan dapat meningkat variance produksi ayam broiler. Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesis sebelumnya. Penggunaan input tenaga kerja memiliki variance yang tinggi karena tenaga kerja yang di pekerjakan rata-rata tidak memiliki keahlian dibidang peternakan 72

90 sehingga dalam mengurus ayam tidak disiplin. Selain itu juga adanya tenaga kerja yang tidak jujur dalam bidang usaha seperti terkadang ada pekerja yang menjual pakan secara diam-diam kepada orang lain, hal tersebut dapat merugikan peternak karena pastinya pakan ayam akan berkurang. Oleh karena itu jika dilakukan penambahan tenaga kerja tidak mengurangi variance produksi melainkan meningkatkan variance. Sehingga variabel tenaga kerja adalah variabel yang termasuk kedalam variabel yang menimbulkan variance produksi. Berdasarkan hasil pendugaan semua parameter baik itu yang produksi ratarata maupun yang variance produksi, maka dapat dijelaskan bahwa pada produksi rata-rata, variabel yang memiliki pengaruh nyata terhadap produktivitas yang dibawah satu persen adalah variabel jumlah DOC, pakan, pemanas, serta penggunaan tenaga kerja. Sedangkan Doxerin Plus merupakan variabel yang signifikan terhadap produktivitas pada taraf nyata dibawah 20 persen. variabel lainnya seperti Protect Enro, Neocamp, vaksin merupakan variabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas. Ketiga variabel tersebut memiliki taraf nyata sebesar dibawah 93 persen, dibawah 40 persen, dan dibawah 43 persen. Untuk pendugaan parameter variance produksi dapat disimpulkan bahwa dari delapan variabel, semuanya tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi selain tenaga kerja. Ketujuh variabel tersebut memiliki probability diatas 20 persen, sedangkan probability tenaga kerja sebesar dibawah 10 persen. Faktorfaktor produksi ada yang menjadi pengurang variance produksi ada juga yang menimbulkan variance produksi. Faktor-faktor produksi yang dapat menimbulkan variance adalah variabel jumlah DOC, Protect Enro, dan tenaga kerja. Sedangkan yang mengurangi variance produksi adalah pakan, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, pemanas. Penjelasan diatas menunjukkan bahwa ada persamaan terhadap penelitian yang dilakukan oleh Fariyanti et al, (2007). Hasil penelitiannya tentang risiko produksi kentang yang menunjukkan bahwa tenaga kerja adalah variabel yang dapat menimbulkan variance produksi serta Obat-obatan merupakan variabel yang menjadi pengurang variance produksi. 73

91 6.2. Sumber dan Rekomendasi Penanganan Risiko Produksi 1) Sumber-Sumber Risiko Produksi Produksi adalah proses pengolahan input atau faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan output. Pada saat proses produksi berlangsung sampai pada menghasilkan output maka semua itu tidak terlepas dari risiko. Risiko merupakan kemungkinan kejadian yang merugi. Risiko produksi terjadi karena adanya sumber-sumber risiko. Sedangkan semua risiko tersebut harus diminimalkan agar kemungkinan terjadinya kerugian juga kecil. Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian ini, dilakukan rekomendasi dalam risiko produksi. Rekomendasi penanganan risiko yang dilakukan dengan tindakan preventif yaitu dengan cara pencegahan risiko tersebut terjadi. Pencegahan yang dilakukan adalah dengan membuat atau memperbaiki fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk budidaya ayam broiler dan memperbaiki sumber daya manusia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sumber-sumber risiko yang ada pada peternakan ayam broiler pada perusahaan DUF adalah diduga berasal dari sumber hama penyakit dan cuaca. 2) Rekomendasi Penanganan Risiko Produksi Tenaga kerja yang digunakan pada umumnya masyarakat yang ada disekitar usaha, rata-rata tidak memiliki pengetahuan tentang budidaya ayam broiler. Sehingga dalam proses produksi berjalan, pegawai kurang memperhatikan kondisi ayam, padahal ayam broiler membutuhkan ketekunan, disiplin, dan pengetahuan tentang ayam agar ayam selalu terkontrol dengan baik. Selain itu juga adanya tenaga kerja yang tidak jujur dalam menjalankan usaha, seperti dengan menjual pakan secara diam-diam kepada orang lain untung mendapatkan kerja sampingan. Keadaan tersebut akan membuat ayam kekurangan pakan dan pertumbuhan ayam akan menjadi tidak normal. Sehingga tenaga kerja merupakan sumber terjadinya risiko. Namun untuk mengurangi terjadinya risiko maka dalam perekrutan tenaga kerja memilih tenaga kerja yang dapat dipercaya serta memiliki pengetahuan tentang ayam, dan disiplin. Jika kriteria tersebut terpenuhi maka kondisi ayam akan semakin terkontrol setiap waktu baik itu pemberian pakan, minum, dan kondisi ayam. Apabila tenaga kerja tidak memahami pengetahuan 74

92 tentang ayam, maka terlebih dahulu diberikan penyuluhan agar pegawai mengetahui apa yang seharusnya dia kerjakan. Iklim atau cuaca merupakan salah satu faktor sebagai sumber terjadinya risiko. Cuaca yang tidak menentu dapat menjadikan kondisi kesehatan berkurang. Pada saat musim hujan maka ayam harus lebih diperhatikan perawatannya, yaitu dengan memperhatikan kondisi kandang agar kandang tetap kering tidak lembab karena air hujan. Jika kondisi kandang lembab maka akan merangsang timbulkan bibit penyakit mucul seperti bakteri Fowl Chorela, Salmonelosis,Coryza, Colli Bacillosis. Selain itu juga menimbulkan jamur serta virus lainnya yang dapat menimbulkan hama dan penyakit. Untuk pencegahan yang dilakukan agar kondisi kandang tetap baik adalah dengan merenovasi kandang yang dianggap sudah tidak layak lagi agar kandang tetap steril. Pada saat musim hujan, pencegahan yang dilakukan adalah dengan cara menutup dinding tirai kandang, hal tersebut dilakukan agar kondisi didalam kandang suhunya tidak turun, memberikan terpal diatas kandang agar suhunya tetap normal, selain itu juga menghidupkan alat pemanas yang berasal dari kayu bakar atau dari batu bara. Hal itu dilakukan agar ayam tetap menjaga suhu tubuhnya. Jika kondisi sekam terlihat basah, maka sekam tersebut ditambal dengan sekam yang baru agar tidak lembab, atau jika sekam tersebut sudah terlalu basah, maka sekam diganti dengan yang baru. Sekam juga digunakan agar ayam tetap terasa hangat dan menjaga kondisi ayam pada saat berjalan agar tidak kakinya masuk ke lubang lantai. Untuk menjaga kondisi ayam broiler tetap sehat maka perlu dilakukan vaksinasi terlebih dahulu agar kebal terhadap penyakit. Selain itu juga memberikan pengobatan yang tepat waktu dan tepat ukuran, pengobatan dilakukan setelah ayam terlihat sudah terserang penyakit. Obat yang digunakan juga harus tepat sasaran, pengobatan dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami. Jika ayam sudah terkena penyakit maka ayam tersebut dipisahkan dengan ayam yang sehat, hal tersebut dilakukan agar penyakit tidak terjangkit ke ayam yang lainnya sehingga penyakit dapat dikontrol serta lebih mudah penanganannya. Selain menjaga kondisi fisik kandang, luasan kandang juga perlu diperhatikan antara kapasitas usaha budidaya ayam broiler dengan kapasitas 75

93 kandang. Hal tersebut dilakukan agar ayam tidak terlalu padat dan mendapat ruang sehingga tidak menghambat pertumbuhan ayam. Berdasarkan pembahasan variance produksi terdapat 7 variabel yang tidak signifikan terhadap variance produksi dan hanya variabel tenaga kerja yang signifikan terhadap variance produksi. Rekomendasi Strategi penanganan variance produksi adalah sebagai berikut : 1. Jumlah DOC (X1) Pada produksi rata-rata, dapat dilihat bahwa variabel ini merupakan variabel yang signifikan terhadap produktivitas, namun jika dilihat pada koefisiennya menandakan bahwa jika variabel ini ditambahkan justru akan mengurangi produksi. Sehingga rekomendasinya adalah dengan memperhatikan kapasitas kandang dengan skala usaha yang dijalankan agar peningkatan jumlah DOC juga meningkatkan produktivitas ayam broiler. 2. Pakan (X2) Variabel pakan merupakan variabel yang signifikan terhadap produksi rata-rata serta memiliki hubungan yang positif yaitu jika ditambahkan maka variabel pakan maka produktivitasnya juga akan meningkat. Namun pada variance produksi variabel ini tidak signifikan namun jika dilihat dari koefisiennya variabel ini dapat mengurangi risiko produksi. Sehingga rekomendasi yang diberikan adalah dalam waktu pemberian pakan harus sesuai dengan jenis pakan yang disusaikan dengan umur ayam agar pakan tersebut berfungsi secara maksimal dalam pertumbuhan. 3. Protect Enro (X3) Variabel ini tidak signifikan terhadap produktivitas maupun variance produksi. Serta berdasarkan koefisiennya bernilai positif sehingga rekomendasi untuk variabel ini adalah dengan menggunakan variabel Protect Enro sesuai dengan takarannya, karena berdasarkan kondisi lapangan, peternak menyamakan penggunaan variabel tersebut terhadap semua skala usaha, sehingga fungsi dari variabel ini tidak berguna. 76

94 4. Neocamp (X4) Variabel ini tidak signifikan terhadap produktivitas maupun terhadap variance produksi, jika dilihat dari koefisiennya keduanya berguna untuk meningkatkan produktivitas maupun mengurangi risiko produksi. Namun variabel tersebut tidak signifikan, sehingga jika ditambah atau dikurangi tidak mempengaruhi produktivitas maupun variance produksi. Rekomendasi untuk variabel ini juga agar para peternak plasma menggunakan dosis sesuai dengan takarannya, sehingga fungsi dari variabel tersebut bermanfaat. 5. Doxerin Plus (X5) Variabel ini pada produksi rata-rata signifikan terhadap produktivitas sedangkan berdasarkan variance produksi tidak signifikan. Sedangkan dilihat pada koefisiennya memiliki nilai positf untuk produksi rata-rata dan nilai negative untuk variance produksi. Sehingga rekomendasi yang diberikan adalah dalam pemberian variabel ini harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan, karena berdasarkan kondisi lapangan peternak menggunakan variabel ini tidak menggunakan dosis yang tepat serta tidak menyamakan pemakaian pada skala kecil maupun besar, sehingga fungsi dari variabel ini tidak berjalan dengan baik. 6. Vaksin (X6) Vaksin merupakan variabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi maupun variance produksi. Sehingga jika dilakukan penambahan atau pengurangan dalam penggunaannya tidak mempengaruhi produksi rata-rata maupun variance produksi. Rekomendasi yang diberikan adalah waktu penggunaan vaksin maupun penyimpanan vaksin harus diperhatikan sehingga vaksin dapat bermanfaat jika digunakan. 7. Pemanas (X7) Pemanas merupakan variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap produksi rata-rata sehingga jika penggunaan variabel ini ditambahkan maka akan meningkatkan produktivitas. Sedangkan jika dilihat variance produksi ini tidak berpengaruh nyata dan berdasarkan koefisiennya, variabel ini memiliki fungsi untuk mengurangi variance produksi. Berdasarkan kondisi lapang, rekomendasi yang diberikan adalah menggunakan pemanas kayu bakar, karena kayu bakar memiliki panas yang merata dibandingkan dengan batubara, dan gas. 77

95 8. Tenaga Kerja (X8) Tenaga kerja merupakan variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi rata-rata dan variance produksi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai peluang yang kurang dari taraf nyata 20 persen. Sedangkan dilihat dari nilai koefisien yang memiliki arti jika variabel ini ditambahkan maka akan mengurangi produktivitas dan akan menimbulkan/meningkatkan variance produksi. Berdasarkan kondisi lapang dapat direkomendasikan bahwa peternak harus memberikan pelatihan terlebih dahulu kepada pegawai agar pegawai mempunyai pengetahuan tentang budidaya ayam broiler. 78

96 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Peternak plasma ayam broiler pada CV DUF dalam menjalankan usahanya memiliki risiko produksi. Adanya risiko tersebut dapat dilihat dari adanya fluktuasi produktivitas yang produktivitas actual lebih rendah dibanding dengan produktivitas normal/standard. Terjadinya fluktuasi produktivitas disebabkan oleh beberapa variabel pendugaan parameter seperti jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, pemanas, serta tenaga kerja. Untuk menganalisis variabel-variabel tersebut, digunakan metode ARCH-GARCH guna melihat variabel-variabel tersebut signifikan atau tidak terhadap produktivitas serta melihat apakah variabel-variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variance produksi dan termasuk variabel yang mengurangi atau menimbulkan variance. Berdasarkan hasil pendugaan parameter dinyatakan bahwa secara umum semua variabel memiliki pengaruh signifikan terdapat produktivitas dan variance produksi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai F-hitung > F-tabel yaitu F-hitung sebesar 241 sedangkan F-tabel sebesar 2,18, atau dapat dilihat dari nilai P-value sebesar 0,000 lebih kecil daripada taraf nyata 5 persen. Berdasarkan uji t dapat dijelaskan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap produktivitas dibawah α satu persen adalah jumlah DOC, pakan, pemanas, serta tenaga kerja. Sedangkan variabel yang signifikan pada taraf nyata dibawah dua persen adalah Doxerin Plus, dan yang tidak berpengaruh signifikan adalah Protect Enro, Neocamp, dan vaksin. Variabel tersebut berada pada taraf nyata dibawah 93, 39, dan 43 persen. Untuk hasil pendugaan parameter variance produksi, faktor-faktor produksi yang berpengaruh signifikan terhadap variance produksi hanya tenaga kerja dengan taraf nyata dibawah 6 persen. sedangkan variabel yang lainnya seperti jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, serta pemanas tidak berpengaruh nyata terhadap variance produksi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai P-value diatas 61 persen. Namun, jika dilihat dari tanda koefisien variabelnya ada yang bertanda positif dan bertanda negative. Jika koefisien variabel bertanda positif maka variabel tersebut termasuk variabel yang 79

97 menimbulkan variance produksi sehingga jika variabel tersebut digunakan lebih banyak maka variance yang dihasilkan juga semakin tinggi. Sedangkan jika koefisien variabel bertanda negative maka variabel tersebut termasuk faktor produksi yang dapat mengurangi variance produksi, artinya jika variabel tersebut semakin banyak digunakan maka variance yang dihasilkan akan semakin menurun. Faktor-faktor produksi yang termasuk menimbulkan variance produksi adalah jumlah DOC, Protect Enro, dan tenaga kerja. Sedangkan faktor produksi yang dapat mengurangi risiko adalah pakan, Doxerin Plus, Neocamp, vaksin, serta pemanas. Sumber risiko produksi yang dialami oleh para peternak ayam broiler yang ada di Kabupaten Darmaga adalah sumber daya maunisa atau pegawai dan cuaca/iklim yang tidak menentu. Untuk mengurangi risiko produksi tersebut dilakukan penanganan risiko dengan cara pencegahan risiko yaitu dengan memperbaiki kualitas sumber daya manusianya dengan cara memberikan penyuluhan serta dengan membuat atau memperbaiki fasilitas agar cuaca yang tidak menentu dapat diatasi dengan fasilitas yang memadai Saran Saran yang mungkin dapat disampaikan kepada para peternak adalah sebagai berikut : 1. Mengecek/memperbaiki kondisi kandang serta melihat kapasitas kandang dengan skala usaha yang dijalankan. 2. Melakukan pelatihan tentang ayam broiler kepada pegawai peternak. 3. Memberikan pakan kepada ayam sesuai dengan jenis pakan dan umur ayam. 4. Menggunakan input produksi seperti Protect Enro, Neocamp, dan Doxerin Plus sesuai dengan dosis yang ditentukan. 5. Waktu penggunaan dan penyimpanan vaksin harus diperhatikan agar kegunaan vaksin tidak berkurang. 80

98 DAFTAR PUSTAKA Amrullah, K Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi KPP IPB Baranangsiang. Bogor. Anggraini, D Analisis Pendapatan Tunai Risiko dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Usaha Peternakan Broiler di Peternakan X Bekasi. Skripsi. Jurusan Agribisnis. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut pertanian Bogor. Atnadilaga, D Perunggasan Indonesia Jakarta : Panitia Logasnas Aziz, A Analsisi Risiko Dalam Usaha Ternak Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor). Skripsi. Jurusan Agribisnis. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Dinas Kesehatan Kandungan Gizi Ayam Broiler. Djohanputro, B Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Jakarta : PPM. Fadillah, R Sukses Beternak Ayam Broiler. Jakarta : PT. Agromedia Pustaka. Farianti A Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran Dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung. [Disertasi]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Firdaus M Analisis Deret Waktu Satu Ragam. Bogor. IPB Press. Kountur, R Manajemen Risiko. Jakarta : Abdi Tandur. Koundouri P, Nauges C On Production Function Estimation with Selectivity and Risk Consideration; Journal of Agricultural and Resouces Economies. Western Agricultural Economies Association. 30 (3): Merina D Analisis Pendapatan Tunai, Risiko dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Usaha Peternakan Broiler. [Skripsi]. Fakultas Peternakan. Institur Pertanian Bogor. Nazir, M Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Pindyck, R Econometric Models And Economic Forcasts. New York : McGraw-Hill Company. [PSE-KP] Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Analisis Kebijakan Pertanian. Bogor. PSE-KP. 81

99 Robison, L. J. and P. J. Barry The Compotitive Firm s Response to Risk. Macmillan Publisher. London. Robi ah, S Manajemen Risiko Usaha Peternakan Broiler Pada Sunan Kudus Farm di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Skripsi. Jurusan Agribisnis. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Saragih, B Kumpulan Pemikiran : Agribisnis Berbasis Peternakan. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor. Suryana A, Erwidodo, Utomo H, Mardianto S Analisis Kebijakan dalam Pembangunan Agribisnis di Pedesaan dan Analisis Dampak Krisis. Seminar. Jakarta, Maret Hlm Soekartawi Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta : PT Grafindo Persada. Solihin, M Risiko Produksi dan Harga serta Pengaruhnya terhadap Pendapatan Peternakan Ayam Broiler CV AB Farm Kecamatan Bojonggenteng Sukabumi. Skripsi. Jurusan Agribisnis. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Walpole R Pengantar Statistika. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Widarjono, A Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakta : Ekonisia 82

100 LAMPIRAN 83

101 Lampiran 1. Populasi Ayam Broiler Per Provinsi Tahun (ekor) Provinsi Tahun Jawa Barat 328,015, ,434, ,954, ,549, ,373,596 Jawa Timur 162,781, ,602, ,525, ,854, ,005,968 Jawa Tengah 50,356,308 62,043,412 61,258,115 64,552,829 54,643,212 Sumut 38,045,260 35,568,236 42,763,530 78,152,052 42,891,621 Riau 25,239,077 27,440,958 20,965,808 27,491,937 30,679,920 NAD 904,084 1,057,443 1,538,306 1,692,137 1,346,308 Sumbar 12,804,118 11,357,781 12,748,991 13,308,143 14,202,592 Jambi 6,831,292 9,694,426 11,539,188 6,804,140 6,910,116 Sumsel 16,408,000 14,920,000 15,842,000 15,914,000 13,747,390 Bengkulu 1,811,914 1,591,304 1,833,002 1,904,548 5,423,379 Lampung 24,902,989 21,747,209 21,094,571 15,033,671 15,879,617 Jakarta 137, , , ,000 68,000 Kalbar 14,481,323 15,139,364 14,889,746 13,939,332 18,917,875 Kalsel 19,480,579 19,964,639 20,624,128 21,534,508 19,860,813 Kaltim 22,097,800 25,828,600 26,292,200 23,832,200 26,941,660 Sulsel 5,673,758 12,765,509 12,325,960 13,826,056 14,575,840 Banten 6,864,800 6,475,796 7,684,690 26,405,564 40,011,606 Sumber : Direktorat Jendral Peternakan,

102 Lampiran 2. Produksi Daging Nasional Per Provinsi Ayam Ras Pedaging Tahun (Ton) Provinsi Tahun Jawa Barat 263, , , , ,151 Jawa Timur 162, , , , ,193 Jawa Tengah 63,592 61,683 81,203 65,026 73,191 Sumut 44,688 41,778 39,055 35,098 35,283 Riau 27,517 21,004 19,015 23,059 28,082 Jakarta 88,089 67,054 83, , ,480 Kalimantan Barat 20,790 21,286 21,541 22,138 26,121 Kalimantan Selatan 18,699 20,349 18,705 26,690 34,562 NAD 1,081 1,533 1,395 1,581 3,629 Sumbar 13,662 12,119 11,602 12,439 13,275 Jambi 10,092 9,909 9,290 14,536 12,459 Sumsel 11,706 11,708 13,532 21,176 22,185 Lampung 18,816 19,170 19,724 12,937 10,542 Jogyakarta 18,561 14,997 23,000 22,203 23,117 Kalbar 20,790 21,286 21,541 22,138 26,121 Bali 24,623 20,530 20,354 18,553 19,046 Kalsel 18,699 20,349 18,705 26,690 34,562 Kaltim 16,507 19,294 20,945 18,337 20,620 Banten 23,431 16,542 6,970 29,751 69,333 Sumber : Direktorat Jendral Peternakan,

103 Lampiran 3. Populasi Ayam Pedaging di Kabupaten Bogor Tahun 2010 No Kecamatan Ayam Ras Pedaging (ekor) 1 Nanggung Leuwiliang Leuwi Sadeng Pamijahan Cibungbulang Ciampea Tenjolaya Dramaga Tamansari Cijeruk Cigombong Caringin Ciawi Cisarua Megamendung Sukaraja Bbk. Madang Sukamakmur Cariu Tanjungsari Jonggol Cileungsi Klapanunggal Cibinong Bojonggede Tajur Halang Kemang Rancabungur Parung Ciseeng Gn. Sindur Rumpin Cigudeg Sukajaya Jasinga Tenjo Pr. Panjang JUMLAH Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor,

104 Lampiran 4. Perkembangan Produksi Daging Ternak dan Kontribusinya di Kabupaten Bogor Tahun No Jenis Produksi Tahun 2008 Kontri busi (%) Tahun 2009 Kontri busi (%) Pertumbuhan 1 Sapi , ,75 34,20 2 Kerbau , ,27 91,32 3 Kambing , ,91-7,44 4 Domba , ,09 14,35 5 Ayam Ras , ,81 4,46 6 Ayam Buras , ,07 2,32 7 Itik , ,10 4,70 Jumlah ,78 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor,

105 Lampiran 5. Faktor-Faktor Produksi dan Jumlah Pemakaian Faktor Produksi No Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 1 14,3625 9, ,1250 0,0031 0,0010 0,0014 0,0264 5,0111 0, ,1787 7, ,7656 0,0004 0,0007 0,0004 0,0079 4,6317 0, , , ,2040 0,0020 0,0012 0,0036 0,0314 5,5152 0, , , ,0612 0,0020 0,0012 0,0012 0,0302 5,4327 0, ,8209 9, ,5242 0,0019 0,0005 0,0011 0,0254 5,0794 0, ,0248 9, ,2718 0,0023 0,0011 0,0011 0,0240 4,3375 0, , , ,2893 0,0012 0,0007 0,0012 0,0261 5,2025 0, , , ,5849 0,0012 0,0012 0,0032 0,0262 4,8861 0, ,1021 9, ,8846 0,0009 0,0005 0,0009 0,0244 5,0379 0, ,9923 7, ,8269 0,0009 0,0007 0,0009 0,0207 4,6830 0, ,5284 8, ,7069 0,0021 0,0012 0,0012 0,0237 4,9852 0, ,0301 8, ,0000 0,0043 0,0056 0,0047 0,0719 4,9320 0, ,2286 9, ,9215 0,0009 0,0019 0,0007 0,0245 5,1162 0, ,2868 9, ,3921 0,0009 0,0009 0,0011 0,0237 5,1826 0, , , ,5595 0,0011 0,0005 0,0009 0,0264 5,0310 0, ,7142 7, ,9881 0,0017 0,0005 0,0009 0,0167 4,4042 0, , , ,7000 0,0010 0,0012 0,0024 0,0244 4,9142 0, ,1952 8, ,7000 0,0020 0,0020 0,0012 0,0228 4,4841 0, ,3250 9, ,1250 0,0012 0,0010 0,0007 0,0250 4,4382 0, , , ,8750 0,0012 0,0015 0,0022 0,0257 5,0472 0, , , ,3214 0,0035 0,0010 0,0017 0,0260 4,9883 0, ,4578 8, ,1785 0,0035 0,0010 0,0014 0,0250 5,0708 0, ,4619 9, ,8571 0,0010 0,0009 0,0011 0,0238 5,1500 0, ,1019 9,5238 9,7619 0,0011 0,0007 0,0007 0,0233 3,7600 0, , , ,9729 0,0013 0,0008 0,0008 0,0270 4,9849 0, ,8197 9, ,2162 0,0013 0,0008 0,0008 0,0254 5,1839 0, ,3274 9, ,3480 0,0012 0,0007 0,0012 0,0242 5,1286 0, ,8725 9, ,5098 0,0012 0,0007 0,0012 0,0242 5,0288 0, ,5641 9, ,1153 0,0019 0,0012 0,0032 0,0320 5,0630 0, ,3564 9, ,2820 0,0032 0,0019 0,0019 0,0487 5,1365 0, ,6250 9, ,3125 0,0018 0,0012 0,0018 0,0312 5,0374 0, ,2887 9, ,8125 0,0031 0,0012 0,0012 0,0287 5,0825 0, , , ,8750 0,0025 0,0017 0,0007 0,0432 6,2452 0, , , ,0000 0,0025 0,0007 0,0010 0,0337 6,0838 0, ,9791 8, ,5773 0,0029 0,0008 0,0014 0,0217 4,8487 0, ,6244 5, ,0714 0,0005 0,0005 0,0005 0,0136 4,1113 0, , , ,3571 0,0021 0,0014 0,0021 0,0207 5,0179 0, , , ,6428 0,0035 0,0007 0,0028 0,0328 5,3322 0, ,7269 9, ,8254 0,0015 0,0009 0,0015 0,0247 5,1670 0, ,6450 9, , ,0015 0,0009 0,0015 0,0247 5,0340 0,

106 Lanjutan No Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X ,1488 8, ,3333 0,0011 0,0006 0,0011 0,0220 4,8609 0, ,8568 7, ,0000 0,0011 0,0006 0,0011 0,0208 4,6941 0, , , ,0000 0,0012 0,0010 0,0018 0,0297 4,9898 0, ,2395 7, ,2500 0,0012 0,0006 0,0012 0,0182 4,5182 0, ,3735 9, ,1728 0,0012 0,0009 0,0018 0,0262 5,2578 0, ,8061 9, ,6296 0,0012 0,0024 0,0030 0,0287 5,1657 0, , , ,5000 0,0016 0,0010 0,0020 0,0246 5,2582 0, , , ,6666 0,0016 0,0013 0,0020 0,0240 5,1461 0, ,1257 9, ,5555 0,0011 0,0011 0,0013 0,0255 5,1716 0, ,0671 7, ,1111 0,0011 0,0013 0,0013 0,0211 4,7105 0, , , ,1111 0,0005 0,0005 0,0005 0,0258 5,1306 0, ,1508 9, ,1111 0,0014 0,0013 0,0008 0,0225 5,0004 0, ,3277 9, ,9444 0,0016 0,0010 0,0011 0,0236 4,9896 0, , , ,2777 0,0016 0,0022 0,0006 0,0231 5,0493 0, ,5405 7, ,0789 0,0013 0,0021 0,0021 0,0218 4,3019 0, ,5805 7, ,9736 0,0013 0,0013 0,0015 0,0194 4,5137 0, ,0400 7, ,3846 0,0019 0,0011 0,0011 0,0211 4,4256 0, ,1565 7,6923 9,2307 0,0019 0,0007 0,0007 0,0188 2,8852 0, ,9802 8, ,6811 0,0014 0,0008 0,0014 0,0211 5,2173 0, ,5095 8, ,1884 0,0014 0,0011 0,0011 0,0266 4,7826 0,8405 Keterangan Y : Produktivitas Ayam Broiler (Kg/ m 2 ) X1 : Jumlah DOC (DOC/ m 2 ) X2 : Pakan (Kg/m 2 ) X3 : Protect Enro (Liter/ m 2 ) X4 : Neocamp (Kg/ m 2 ) X5 : Doxerin Plus (Kg/ m 2 ) X6 : Vaksin (Kg/ m 2 ) X7 : Pemanas (Kg/ m 2 ) X8 : Tenaga Kerja (HOK/ m 2 ) 89

107 KUISIONER PENELITIAN I. IDENTITAS RESPONDEN Mohon untuk memberikan tanda silang (x) pada salah jawaban dibawah ini : 1. Nama : 2. Alamat : 3. Apa jenis kelamin Anda? a. Laki-laki b. Perempuan 4. Berapa usia Anda saat ini...tahun 5. Apa status Anda? a. Menikah b. Belum menikah c. Pernah menikah (Duda/Janda) 6. Berapa tahun Bapak menjalani pendidikan...tahun 7. Sudah berapa lama Bapak menekuni usaha ayam broiler ini...tahun II. DAFTAR KUESIONER 1. Mengapa Anda tertarik menekuni bidang ayam broiler ini? a. Mendapatkan keuntungan yang tinggi b. Coba coba c. Sudah berpengalaman (keinginan) d. Hobi 2. Apakah peternakan ayam broiler mempunyai risiko yang tinggi? a. Ya b. Tidak 3. Menurut Bapak, bagaimana cara mengatasi perubahan harga input (DOC, Pakan, Obat-obatan, Harga Jual ayam)? Menurut Bapak, apa saja bentuk permasalahan sosial yang sering dihadapi, mendukung atau tidak usaha ini dijalankan dan bagaimana cara mengatasinya? 90

108 Menurut Bapak, apakah cuaca / iklim berpengaruh besar terhadap usaha ayam broiler? Bagaimana cara/upaya mengatasi perubahan cuaca yg ekstrem? Faktor-Faktor Produksi (Untuk Periode Produksi Terakhir) 6. Lahan No. Uraian Keterangan 1 Luasan lahan yang digunakan 2 Harga lahan 3 Kepemilikan lahan 4 Lamanya kepemilikan lahan 5 Jarak kedaerah pemukiman warga Untuk No.7 14 diisi berdasarkan data periode/panen terakhir saja. 7. DOC No. Jenis DOC Pemasok Harga/ekor Tingkat Kematian DOC yang mati diapakan Pengiriman DOC Pembayaran DOC Jumlah DOC Awal 8. Pakan No. Jenis Pakan Pemasok Harga/Kg 1 2 Pembayaran Pakan Pengiriman Pakan Jumlah Pakan yang digunakan 91

109 9. Obat-Obatan (berdasarkan satuan masing-masing baik botol atau bungkus) Jenis Obatobatan Pemakaian Kegunaan Jumlah No. Pemasok Harga Sekam No. Jenis Pemasok Harga/Kg Waktu Penggunaan Sekam yang tidak dipakai Jumlah yang digunakan 11. Pemanas Jenis No. Pemanas 1 2 Waktu penggunaan Pengiriman bahan bakar Bahan Bakar Pemasok Harga Jumlah yang digunakan 12. Tenaga Kerja No. Jumlah TaKer. Asal Pekerja Jam Kerja Upah Pekerja 1 92

110 13. Air No. Uraian Keterangan 1 Sumber Air 2 Jumlah air yang dibutuhkan 3 Kondisi air 14. Panen No. Uraian Keterangan 1 Umur DOC yang dipanen 2 Jumlah DOC yang dipanen 3 Daerah pemasaran 4 Alat penggangkutan 5 Harga ayam broiler/kg Saya Ucapkan Terima Kasih Atas Waktunya Dalam Pengisian Kuisioner ini Dan Semoga Usaha Bapak/Ibu Semakin Berkembang 93

111 Lampiran 6. Hasil Olahan ARCH-GARCH (1,1) Presample variance: backcast (parameter = 0.7) GARCH = C(10) + C(11)*RESID(-1)^2 + C(12)*GARCH(-1) + C(13)*LNX1 + C(14)*LNX2 + C(15)*LNX3 + C(16)*LNX4 + C(17)*LNX5 + C(18)*LNX6 + C(19)*LNX7 + C(20)*LNX8 Produksi Rata-Rata Variable Coefficient Std. Error z-statistic Prob. DOC Pakan Protect Enro Neocamp Doxerin Plus Vaksin Pemanas Tenaga Kerja Konstanta Variance Equation C RESID(-1)^ GARCH(-1) DOC Pakan Protect Enro 4.41E Neocamp -3.53E Doxerin Plus -4.97E Vaksin Pemanas Tenaga Kerja R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood Hannan-Quinn criter F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

112 Lampiran 7. Nama Responden Serta Identitas Usaha No Nama Responden Alamat Responden Luas Kandang (m 2 ) Jumlah Produksi Ayam (Kg) 1 Maman Tenjo Laya ,40 2 Abun Jr Pamijahan ,00 3 Saeful Sukawening ,60 4 Asdi Petir ,20 5 Yatna Petir ,10 6 Asnawi Petir ,60 7 Adang Petir ,90 8 Harto Tenjo Laya ,80 9 H. Makmur Cihideung Ilir ,20 10 Fadillah Gn. Bunder ,40 11 Dulloh Gn. Bunder ,00 12 Memed Petir ,80 13 Johan Gn. Bunder ,10 14 Desti Cibereum ,60 15 Sandi Petir ,60 16 Jajang Petir ,20 17 Muhidin Gn. Sari ,60 18 H. Enjam Petir ,80 19 Sumadi Petir ,80 20 Silva Sukawening ,20 21 Suhana Petir ,60 22 Naja Cibereum ,60 23 Pian Unus Petir ,60 24 Madhari Petir ,00 25 Suhanda Petir ,80 26 Sumarna Petir ,20 27 Mumuh Cemplang ,00 28 Mamat Cemplang ,00 29 Cecep Gn. Bunder ,10 30 Samsul Gn. Bunder ,00 95

113 Lampiran 8. Penyebaran Lokasi Responden No Alamat Jumlah Persentase (%) 1 Cemplang 2 6,67 2 Cibeureum 2 6,67 3 Cihideung Hilir 1 3,33 4 Gn. Bunder 5 16,67 5 Gn. Sari 1 3,33 6 Petir 14 46,67 7 Pamijahan 1 3,33 8 Sukawening 2 6,67 9 Tenjo Laya 2 6,67 Jumlah ,00 96

114 Lampiran 9. Gambar Dokumentasi Penelitian Pada Ayam Broiler Kandang Tampak Dari Samping Saung Untuk Anak Kandang Kandang Sudah Di Sterilisasi Ayam Broiler Siap Di Panen Wawancara Kepeternak Ayam Jenis Pakan Yang Di gunakan Bahan Bakar Untuk Pemanas 97

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI

VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI 6.1. Analisis Faktor-Faktor Risiko Produksi Pada penelitian ini dilakukan pada peternak ayam broiler yang bekerja sama dengan pihak perusahaan

Lebih terperinci

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI SKRIPSI MUHAMAD SOLIHIN H34067016 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada peternak plasma ayam broiler di Dramaga Unggas Farm, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Pemilihan Kota Bogor khususnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OLEH ARI MURNI A 14103515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta)

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) SKRIPSI MEYLANI LESTARI H34066081 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA (Studi Kasus Peternak Plasma dari Tunas Mekar Farm di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI MUHAMAD LUCKY MAULANA

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK SKRIPSI MARUDUT HUTABALIAN A14105571 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A 14103696 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT Oleh: NIA YAMESA A14105579 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR Oleh : Topan Candra Negara A14105618 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor)

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) SKRIPSI AULIA RAHMAN HASIBUAN A.14104522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Risiko Setiap kegiatan usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha pasti memiliki risiko. Para pakar memiliki pemahaman tersendiri dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor ini dapat diwujudkan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

KEMITRAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING: KAJIAN POSISI TAWAR DAN PENDAPATAN TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister

KEMITRAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING: KAJIAN POSISI TAWAR DAN PENDAPATAN TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister KEMITRAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING: KAJIAN POSISI TAWAR DAN PENDAPATAN TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS Diajukan oleh :

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H14050184 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai potensi yang sangat baik untuk menopang pembangunan pertanian di Indonesia adalah subsektor peternakan. Di Indonesia kebutuhan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam PENGANTAR Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2014 subsektor peternakan berkontribusi tehadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Sub sektor peternakan perlu dikembangkan karena sub sektor ini

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO SKRIPSI ARDIAN SURBAKTI H34076024 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I Peternakan Ayam Broiler

I Peternakan Ayam Broiler I Peternakan Ayam Broiler A. Pemeliharaan Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ras ayam pedaging yang memiliki produktivitas tinggi. Ayam broiler mampu menghasilkan daging dalam waktu 5 7 minggu (Suci dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA (Kasus: Restoran Kentucky Fried Chicken (KFC) Taman Topi dan Rahat Cafe di Bogor) SKRIPSI BESTARI DEWI NOVIATNI

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian Risiko harga suatu komoditas dapat bersumber dari fluktuasi harga output maupun harga input pertanian. Umumnya kegiatan produksi

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau tingkah laku bisnis pada usaha pengelolaan sarana produksi peternakan, pengelolaan budidaya

Lebih terperinci

Objek akan menjadi suci apabila hati nurani mampu menghayati sebagai yang tersuci dan Sesuatu menjadi indah apabila matahati merasakan keindahan.

Objek akan menjadi suci apabila hati nurani mampu menghayati sebagai yang tersuci dan Sesuatu menjadi indah apabila matahati merasakan keindahan. ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS SAYURAN UNGGULAN (Kasus Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Dan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat) Oleh : ENCEP ZACKY KOERDIANTO

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia pada tahun 213 mengalami pertumbuhan sebesar 5.78%. Total produk domestik bruto Indonesia atas dasar harga konstan 2 pada tahun 213 mencapai Rp. 277.3

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan mulai terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI MOHAMAD IKHSAN H34054305 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian dalam arti luas yang bertujuan untuk pemenuhan pangan dan gizi serta

Lebih terperinci

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE 1985 2004 OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H14101088 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian menjadi salah satu sektor penting dalam pembangunan untuk meningkatkan perekonomian bangsa. Menurut Pujiasmanto (2012), sektor ini akan berperan dalam

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR SKRIPSI INTAN AISYAH NASUTION H34066065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN Peluang di bisnis peternakan memang masih sangat terbuka lebar. Kebutuhan akan hewani dan produk turunannya masih sangat tinggi, diperkirakan akan terus

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) Oleh : AKBAR ZAMANI A. 14105507 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tanaman perkebunan disebut sebagai komoditas pertanian yang berpotensi memberikan berbagai keuntungan yang menjanjikan dimasa depan. Salah satu tanaman perkebunan yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak VI POLA KEMITRAAN Dramaga Unggas Farm merupakan perusahaan kemitraan ayam broiler yang didirikan pada tanggal 17 Juli 2009. Lokasi kantor perusahaan ini berada di Jl. Raya Dramaga KM 8, Kecamatan Dramaga

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK (Kasus : Rumah Makan di Kota Bogor) EKO SUPRIYANA A.14101630 PROGRAM STUDI EKSTENSI

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh beberapa sektor usaha, dimana masing-masing sektor memberikan kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) SKRIPSI VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci