PERAN PENOLAKAN SOSIAL DAN KECENDERUNGAN NEUROTIK DALAM MEMPREDIKSIKAN KETIDAKBERDAYAAN YANG DIPELAJARI PADA NARAPIDANA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN PENOLAKAN SOSIAL DAN KECENDERUNGAN NEUROTIK DALAM MEMPREDIKSIKAN KETIDAKBERDAYAAN YANG DIPELAJARI PADA NARAPIDANA"

Transkripsi

1 PERAN PENOLAKAN SOSIAL DAN KECENDERUNGAN NEUROTIK DALAM MEMPREDIKSIKAN KETIDAKBERDAYAAN YANG DIPELAJARI PADA NARAPIDANA Rigel Adiratna Dosen Pembimbing : Juneman, S.Psi, M.Si. Binus University : Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat Telp. (62-21) Fax. (62-21) ABSTRACT This study aimed to examine the role of social rejection and neurotic trends in predicting learned helplessness among inmates. This study used quantitative method with a number of samples of 163 inmates from Lapas IA Cipinang and Rutan IIA Pondok Bambu (99 males, 64 females; with an average age 33,14 years old). The measurement tools of this study were adapted and developed from Rejection Sensitivity Questionnaire, Karen Horney Social Movement, dan Learned Helplessness Scale. This study used non-probability convenience sampling technique. Research design of this study is predictive correlational with multiple linear regressions as analyzing technique. Social rejection and moving against neurotic trend could not predict learned helplessness. Moving away neurotic trend could negatively predict learned helplessness. Moving toward could positively predict learned helplessness. (RA) Keywords : Social rejection, neurotic trends, learned helplessness

2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran penolakan sosial dan kecenderungan neurotik dalam memprediksikan ketidakberdayaan yang dipelajari pada narapidana. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jumlah sample 163 orang narapidana dari Lapas IA Cipinang dan Rutan IIA Pondok Bambu (laki-laki n=99, perempuan n=64; rata-rata usia tahun). Alat ukur penelitian ini diadaptasi dan dikembangkan peneliti dari alat ukur sebagai berikut: Rejection Sensitivity Questionnaire, Social Movement Karen Horney, dan Learned Helplessness Scale. Penelitian ini menggunakan metode nonprobability sampling dengan teknik convenience sampling. Desain penelitian ini adalah korelasional prediktif dengan teknik analisa regresi linier berganda. Hasil penelitian ini adalah penolakan sosial dan tipe kecenderungan moving against tidak mampu memprediksikan ketidakberdayaan. Tipe kecenderungan moving away mampu memprediksikan ketidakberdayaan yang dipelajari dengan arah negatif. Tipe kecenderungan moving toward mampu memprediksikan ketidakberdayaan yang dipelajari dengan arah positif. Kata Kunci : Penolakan sosial, kecenderungan neurotik, ketidakberdayaan yang dipelajari PENDAHULUAN Hasil survey Badan Pusat Statistika (2012) dalam buku Statistika Kriminal Tahun 2012, menunjukkan bahwa tingkat kriminalitas di Indonesia (salah satunya DKI Jakarta) memiliki jumlah yang fluktuatif, yaitu dengan jumlah kejahatan (Crime Total) sebanyak kasus pada tahun 2009, menurun menjadi kasus pada tahun 2010, dan kembali meningkat pada tahun 2011 dengan jumlah kasus. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat kriminalitas di DKI Jakarta tidak semata-mata selalu terjadi peningkatan. BPS meyakini bahwa jumlah kriminalitas (Crime Total) menjadi salah satu indikator untuk mengukur rasa aman masyarakat. Semakin tinggi jumlah kriminalitas berarti semakin banyak kasus kejahatan terjadi, maka masyarakat semakin merasa tidak aman (BPS, 2012). Meskipun begitu pada kenyataannya, perasaan tidak aman dan kepercayaan masyarakat untuk terus waspada terhadap orang-orang jahat terus meningkat tidak terpengaruh dengan adanya fluktuasi jumlah kriminalitas yang ada. Banyaknya jumlah kejahatan berdasarkan hasil survey BPS (2012) tersebut cukup mencengangkan, mengingat kapasitas dari setiap Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai instansi yang berwenang secara langsung terhadap para pelaku tindak kriminal berada jauh dibawah angka tersebut. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) IA Cipinang merupakan salah satu Lapas yang dianggap memiliki kapasitas ruang dan bangunan yang cukup luas, Berdasarkan data dari Ditjenpas (2013), kapasitas normal yang dimiliki Lapas IA Cipinang adalah menampung tahanan dan narapidana sejumlah 880 jiwa. Pada kenyataannya, hasil data bulan April 2013 (ditjenpas.go.id) menyatakan bahwa terdapat sejumlah jiwa total narapidana dan tahanan yang ada di Lapas IA Cipinang. Data tersebut cukup membuktikan isuisu overcapacity yang saat ini sedang marak diberitakan di berbagai media. Kapasitas yang berlebihan ini diduga akibat dari selain bertambahnya pelaku-pelaku tindak kriminal baru, semakin banyak pula pelaku-pelaku lama yang terlanjur betah didalam Lapas, sehingga mereka sengaja berlama-lama ingin berada di dalam Lapas atau bahkan ada yang rela keluar masuk Lapas.

3 Fenomena kebetahan narapidana di dalam Lapas tersebut dibenarkan oleh seorang narapidana bernama Supriyadi, 20 tahun, (dalam lintascafe.com, 2013). Supriyadi merupakan narapidana dengan kasus pencurian yang baru saja ditahan 5 bulan yang lalu. Namun, tidak seperti layaknya seorang narapidana yang ingin mengajukan banding untuk memperingan masa hukuman, Supriyadi justru mengajukan banding karena ingin memperlama masa hukuman. Menurut pengakuan Supriyadi, sebelum dipenjara hidupnya nomaden, selalu berpindah-pindah dari rumah teman yang satu ke teman yang lain. Pekerjaannya pun seminggu hanya mendapat upah Rp. 35 ribu. Di Lapas, Supriyadi mengaku selain mendapat makanan gratis juga mendapatkan pekerjaan sebagai tukang cuci. Supriyadi mencucikan baju narapidana lain setiap hari dengan upah Rp1.000,00/pasang pakaian. Dari pekerjaan inilah Supriyadi bahkan dapat menabung untuk menyambung hidup (lintascafe.com, 2013). Menurut beberapa sumber yang diperoleh peneliti, tidak sedikit orang seperti Supriyadi. Banyak mantan narapidana yang sudah dinyatakan bebas tidak berapa lama setelah kebebasannya justru ditemukan kembali di dalam Lapas. Berbagai alasan dikemukakan oleh mereka, diantaranya adalah desakan faktor ekonomi di luar Lapas karena sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang halal karena gelar yang disandangnya sebagai mantan narapidana, atau perasaan nyaman karena tanpa harus bekerja dan berusaha mereka dapat hidup di dalam Lapas dengan segala fasilitasnya. Penulis menduga fenomena tersebut diatas merupakan manifestasi dari ketidakberdayaan (learned helplessness). Maier dan Seligman (1976, dalam Smallheer, 2011) menyatakan bahwa learned helplessness terjadi ketika seorang individu menganggap sebuah situasi sebagai stress atau tantangan yang tidak menguntungkan. Lebih lanjut Smallheer (2011) menyatakan bahwa individu akan memutuskan untuk melakukan sesuatu untuk memanipulasi situasi tersebut menjadi suatu hal yang tidak membuat stress, kurang menantang dan bahkan menjadi lebih menyenangkan atau menguntungkan. Penelitian mengenai Helpless Behavior oleh Peterson (1993) mengidentifikasi bahwa seorang yang tidak berdaya (helpless) akan merefleksikan ketergantungan interpersonal, yaitu dengan bergantung pada sesuatu yang lain (orang lain) ketika tidak dapat mencapai tujuannya. Hal ini merefleksikan perilaku betah pada narapidana dimana narapidana merasakan ketergantungan dengan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) karena merasa ketika di luar Lapas, narapidana tersebut tidak dapat mempertahankan hidup layaknya orang normal. Namun, tidak berarti individu dengan perilaku ini dapat secara otomatis diasumsikan dapat selalu hidup di dunia yang pasif (Peterson, 1993). Peneliti melihat perilaku ketidakberdayaan (learned helplessness) terjadi karena dua faktor pendorong, yaitu faktor situasional dan faktor kepribadian. Faktor situasional dilihat dari keinginan untuk keluar dan bebas serta bertemu dan kembali bergabung dengan masyarakat agaknya menjadi hal yang sulit dilakukan mantan narapidana akibat adanya sikap penolakan oleh masyarakat. Penolakan merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak diterima, diusir bahkan dihalau dari lingkungannya. Sikap penolakan dari masyarakat ini seringkali membuat para mantan narapidana merasa diperlakukan tidak manusiawi, seperti pernyataan dari mantan narapidana bernama Endi Kuntono, ''Sebagian masyarakat tidak memanusiakan kami, padahal kami juga butuh pekerjaan untuk melanjutkan hidup (suaramerdeka.com, 2005). Sumber lain menambahkan bahwa tidak heran kemudian banyak mantan narapidana, misalnya kasus teroris, kembali masuk ke jaringannya akibat dari penolakan sosial oleh masyarakat. "Jadi jangan salahkan semata-mata mereka. Masyarakat kurang mengapresiasi mereka, sehingga kembali ke teman-temannya yang lama," ujar Nasir (news.detik.com, 2010). Fenomena ini memunculkan adanya sesitivitas penolakan (rejection sensitivity) dari para mantan narapidana. Rejection Sensitivity menurut Downey & Feldman (1996) merupakan karakteristik seseorang berharap dengan cemas, mudah menerima, dan sesekali bereaksi terhadap penolakan. Ketika seseorang mengalami penolakan sehingga mengalami terisolasi dan kesepian, cara yang baik untuk mengatasinya adalah mencari teman atau lingkungan yang dapat menerima, sehingga memberikan perasaan aman dan nyaman (Feist & Feist, 2009). Penulis berasumsi reaksi mantan narapidana yang kembali pada kelompok dan tindakan kriminalnya merupakan salah satu wujud dari perasaan kepekaan terhadap penolakan akibat dari sikap penolakan yang dilakukan oleh masyarakat.

4 Secara alamiah setiap orang memiliki sifat baik dan tidak baik dalam diri masing-masing. Perbedaannya adalah bagaimana cara seseorang tersebut dapat mengolah sifatnya menjadi sesuatu yang produktif atau tidak, sehingga dapat dinilai berdasarkan perilaku yang muncul. Adanya penolakan sosial yang diukur melalui perasaan kepekaan individu terhadap penolakan dapat diperoleh respons perilaku yang berbagai macam bergantung pada sisi kepribadian masing-masing individu. Hal ini tercermin dari pendapat Horney (1950, dalam Feist & Feist, 2009) bahwa setiap orang dalam hidupnya berpotensi untuk memiliki perkembangan hidup yang sehat, namun seperti makhluk hidup lain, setiap orang membutuhkan kondisi-kondisi yang mendukung pertumbuhan tersebut. Peneliti memilih teori kepribadian Karen Horney karena barangkali teori ini merupakan teori yang paling baik mengenai neurosis. Karen Horney menyajikan sudut pandang yang berbeda mengenai neurosis. Secara spesifik, Karen Horney melihat neurosis sebagai upaya untuk membuat hidup lebih bermakna dan patut untuk dipertahankan, merupakan salah satu cara untuk mengontrol dan mengatasi hubungan interpersonal dengan lingkungan sekitar (Boeree, 2006). Horney (1950, dalam Feist & Feist, 2009) mengemukakan pandangan yang lebih optimis tentang kekuatan-kekuatan budaya yang mendorong adanya perubahan perilaku individu. Horney (1939, dalam Feist & Feist, 2009) menyatakan bahwa manusia diatur bukan hanya dari prinsip kesenangan saja, namun juga dari dua prinsip pendorong lainnya, yaitu rasa aman dan kepuasan. Rasa aman dan kepuasan yang didapatkan seorang individu dari lingkungannya menjadi faktor pendorong perilaku yang muncul dari individu tersebut, padahal setiap individu mendapatkan porsi rasa aman dan kepuasan yang berbeda-beda. Karen Horney (dalam Feist & Feist, 2009) mencetuskan terdapat tiga jenis kepribadian sebagai bentuk respons bagi penderita neurotik, yaitu: (1) Bergerak menuju orang lain (Moving toward others), (2) Bergerak menghindari orang lain (Moving Away Others), (3) Bergerak melawan orang lain (Moving against others). Moving toward others mengindikasikan individu yang penurut (compliant personality) karena orientasi individu tipe ini adalah menjalin hubungan baik dengan orang lain. Moving away others mengindikasikan individu yang terpisah (detach) karena tipe ini merefleksikan tipe individu yang menghindari orang lain. Moving against others mengindikasikan tipe individu yang agresif karena individu ini selalu menganggap orang lain merupakan ancaman. Peneliti berasumsi bahwa perbedaan faktor situasional berupa pengalaman-pengalaman penolakan selama hidup tiap individu lah yang mempengaruhi perbedaan respons mantan narapidana yang muncul di setiap situasinya berdasarkan tipe kecenderungan neurotik Karen Horney. Berdasarkan fenomena yang telah disebutkan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang peran penolakan sosial dan tipe kecenderungan neurotik (moving toward, moving away, moving against) terhadap ketidakberdayaan yang dipelajari para narapidana. METODE PENELITIAN Subjek Penelitian dan Teknik Sampling Partisipan dalam penelitian ini adalah para narapidana yang berstatus narapidana baru maupun narapidana residivis dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Karakteristik usia partisipan adalah usia tahun. Penelitian ini mengambil partisipan dengan rentang usia tersebut dikarenakan menurut Erikson pada usia tersebut terjadi proses keintiman atau proses keterisolasian bilamana individu tidak mampu untuk berkompromi dan berkomitmen dalam hubungannya dengan lingkungan (dalam Papalia & Feldman, 2007). Sebelum melakukan penelitian, dilakukan uji alat ukur yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IA Cipinang dan Rumah Tahanan (Rutan) Klas IIB Pondok Bambu. Uji coba alat ukur dilakukan pada 90 partisipan. Sampel untuk penelitian dilakukan di tempat yang sama dan populasi yang sama sebanyak 253 partisipan. Teknik nonprobability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling, yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan kemudahan. Desain Penelitian

5 Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian noneksperimental dan korelasional-prediktif. Penelitian korelasi tidak bisa ditentukan secara pasti sebab dan akibat nya. Penelitian ini hanya ingin melihat apakah variabel bebas (prediktor) mampu memprediksikan variabel terikat (kriteria) dan ingin melihat arah prediksinya. Alat Ukur Penelitian Setiap alat ukur menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen berupa pernyataan (Sugiyono, 2012). Alat Ukur Penolakan Sosial Untuk mengukur penolakan sosial para narapidana, peneliti mengadaptasi dan mengembangkan instrumen Rejection Sensitivity Questionnaire (RSQ) yang dibuat oleh Downey & Feldman (1996) dengan jumlah 18 butir. RSQ menyajikan berbagai situasi interpersonal dimana partisipan diminta untuk membayangkan apabila mereka berada dalam situasi tersebut dan memperkirakan respons apa yang diharapkan dari orang-orang yang berarti bagi mereka. Pada penelitian ini, pilihan respons yang diberikan adalah 6 poin skala likert dengan pilihan (1) sangat tidak peduli sampai (6) sangat peduli dan pernyataan lain dengan pilihan (1) sangat tidak setuju sampai (6) sangat setuju (Downey & Feldman, 1996). Alat Ukur Kecenderungan Neurotik Untuk mengukur neurotic trends Karen Horney, peneliti memilih untuk mengadaptasi Assessment Instrument Karen Horney s Social Movement yang dibuat oleh Lynwood Clinton Wheeler (1991) dengan mengadaptasi dari instrumen The Psychological Screening Inventory (PSI) milik Richard Lanyon (1970). Instrumen ini terdiri dari 108 butir, dengan contoh pertanyaan sebagai berikut, Ketika seseorang menyerang keyakinan kepercayaan saya, saya akan cenderung untuk diam dan menghindari untuk berargumen. Pilihan respons yang diberikan terhadap setiap butir adalah dengan menggunakan skala likert, yaitu (1) Tidak pernah, (2) Jarang, (3) Kadang-kadang, (4) Sering, (5) Selalu. Alat Ukur Ketidakberdayaan yang Dipelajari Instrumen ini diadaptasi dan dikembangkan oleh peneliti dari Learned Helplessness Scale (LHS) yang dibuat oleh Quinless & Nelson (1988). Dalam LHS terdapat 20 butir pertanyaan dan terdiri dari lima (5) dimensi, yaitu dimensi Internality-Externality (5 butir), dimensi Globality-Specific (5butir), dimensi Stability-Instability (6 butir), dimensi Ability-Inability to Control (2 butir), dan dimensi Individual s Choice of Situation (2butir). Contoh pertanyaan pada instrument ini adalah (a) Seberapapun usaha saya, saya merasa tidak dapat mengendalikan hasilnya, (b).pilihan respons yang diberikan adalah 6 poin skala likert, yaitu (1) Sangat tidak setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Agak Tidak Setuju, (4) Agak Setuju, (5) Setuju, (6) Sangat Setuju. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Uji validitas isi dilakukan pada tanggal 16 Juni 2013, dengan ahli yaitu dosen pembimbing, Juneman S.Psi., M.Si. Ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun sebelumnya (Sugiyono, 2012).. Dalam pengujian alat ukur tiap variabel, menggunakan expert judgement dan validitas konstruk. Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu. Uji korelasi butir total (corrected item total correlation) untuk uji validitas konstruk dan uji reliabilitas melalui teknik Alpha Cronbach. Kedua analisis tersebut menggunakan program computer Statitiscal Packages for Social Science (SPSS) versi 20. Validitas konstruksi dikatakan kuat apabila korelasi dari tiap butir dengan skor totalnya memiliki nilai yang positif dan besarnya 0,25 ke atas. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk itu, peneliti melakukan uji reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha Cronbach yang diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach 0 sampai 1. Apabila nilai dari Alpha Cronbach yang diperoleh lebih dari 0,60 maka dapat dikatakan bahwa item reliabel.

6 Prosedur Penelitian Dalam proses pembuatan alat ukur penolakan sosial, peneliti mengadaptasi dari alat ukur orisinil RSQ (Rejection Sensitivity Questionnaire) dengan bantuan expert judgement. Dalam alat ukur penolakan sosial menggunakan 6 poin pilihan respons skala likert dengan pilihan (1) sangat tidak peduli sampai (6) sangat peduli dan pernyataan lain dengan pilihan (1) sangat tidak setuju sampai (6) sangat setuju. Proses kedua adalah pembuatan alat ukur tipe kecenderungan neurotik dengan mengadaptasi dan mengembangkan dari alat ukur orisinil Assessment Instrument Karen Horney s Social Movement dengan bantuan dari expert judgement. Dalam alat ukur tipe kecenderungan neurotik menggunakan skala likert dengan 5 pilihan jawaban yaitu (1) Tidak pernah, (2) Jarang, (3) Kadang-kadang, (4) Sering, (5) Selalu. Proses. Proses terakhir adalah mengadaptasi alat ukur ketidakberdayaan yang dipelajari (learned helplessness) yaitu Learned Helplessness Scale (LHS) terdiri atas 20 butir menggunakan skala likert dengan 6 pilihan jawaban yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Agak Tidak Setuju (ATS), Agak Setuju (AS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS) Tahap awal dalam pelaksanaan penelitian peneliti membuat alat ukur dari masing-masing variabel. Setelah itu dilakukan uji validitas isi yang dievaluasi oleh expert judgment. Setelah item dievaluasi, kemudian dilakukan pilot study kepada 90 subjek uji coba. Setelah itu dilihat nilai validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dan reliabilitas pada data yang didapatkan dari hasil uji alat ukur, item yang tidak valid dihapus agar mendapatkan nilai reliabilitas diatas 0,60. Peneliti menyusun item-item kembali setelah penghapusan untuk di penelitian berikutnya. Setelah itu, peneliti menyebarkan kuesioner di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IA Cipinang dan Rumah Tahanan (Rutan) Klas IIB Pondok Bambu. HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai signifikansi dari kombinasi penolakan sosial dan kecenderungan neurotik moving toward adalah 0,572 dimana nilai tersebut >0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai penolakan sosial dan kecenderungan neurotik moving toward tidak signifikan dalam memprediksikan ketidakberdayaan yang dipelajari pada narapidana. Berdasarkan hasil SPSS, nilai signifikan >0,05. Karena nilai signifikan jauh diatas 0,05, maka penolakan sosial dan kecenderungan neurotik moving toward secara bersama benarbenar tidak mampu memprediksikan ketidakberdayaan yang dipelajari, maka H o diterima. Nilai signifikansi dari β penolakan sosial adalah 0,427 yang berarti bahwa penolakan sosial tidak signifikan dalam memprediksikan ketidakberdayaan yang dipelajari. Selain itu, nilai signifikan dari β kecenderungan neurotik moving away sebesar 0,001 dan nilai signifikan dari kecenderungan neurotik moving against adalah 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan neurotik moving away dan moving against secara signifikan mampu memprediksikan ketidakberdayaan yang dipelajari. Nilai dari beta (β = -0,266) pada kecenderungan neurotik moving away menunjukkan hasil yang negatif (-), maka kecenderungan neurotik moving away memiliki arah negatif dalam memprediksikan ketidakberdayaan yang dipelajari. Hal tersebut berarti bahwa jika kecenderungan neurotik moving away tinggi, maka semakin rendah ketidakberdayaan yang dipelajari pada narapidana. Sedangkan nilai beta (β = -0,260) pada kecenderungan neurotik moving against menunjukkan arah yang negatif (-), maka kecenderungan neurotik moving against memiliki arah yang negatif dalam memprediksikan ketidakberdayaan yang dipelajari pada narapidana. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kecenderungan neurotik moving against maka semakin rendah ketidakberdayaan yang dipelajari pada narapidana. Nilai dari R Square pada kombinasi penolakan sosial dan kecenderungan neurotik moving away adalah 0,077, nilai ini dikalikan dengan 100% maka menjadi 7,7%. Hal ini menunjukkan kombinasi penolakan sosial dan kecenderungan neurotik moving away berkontribusi sebanyak 7,7% pada ketidakberdayaan yang dipelajari. Nilai dari R Square pada kombinasi penolakan sosial dan kecenderungan neurotik moving against adalah 0,073, nilai ini dikalikan dengan 100% maka menjadi

7 7,3%. Hal ini menunjukkan kombinasi penolakan sosial dan kecenderungan neurotik moving against berkontribusi sebanyak 7,3% pada ketidakberdayaan yang dipelajari. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penolakan sosial dan kecenderungan neurotik moving toward tidak mampu memprediksikan ketidakberdayaan yang dipelajari pada narapidana, maka H o diterima. Penolakan sosial tidak mampu memprediksikan ketidakberdayaan yang dipelajari dan kecenderungan neurotik moving against mampu memprediksikan ketidakberdayaan yang dipelajari pada narapidana dan memiliki arah korelasi prediktif yang negatif dalam memprediksikan ketidakberdayaan yang dipelajari pada narapidana, ini berarti apabila kecenderungan neurotik moving against tinggi maka semakin rendah ketidakberdayaan yang dipelajari pada narapidana. Penolakan sosial tidak mampu memprediksikan ketidakberdayaan yang dipelajari dan kecenderungan neurotik moving away mampu memprediksikan ketidakberdayaan yang dipelajari pada narapidana dan memiliki arah korelasi prediktif yang negatif, berarti semakin tinggi kecenderungan neurotik moving away maka semakin rendah ketidakberdayaan yang dipelajari pada narapidana. Saran Saran Teoritis Data kontrol diperketat untuk menghindari adanya hal-hal lain diluar penelitian yang dapat mempengaruhi hasil penelitian terkait dengan responden yang sama, yaitu tambahan informasi berupa latar belakang pendidikan subjek untuk menghindari pengisian kuesioner yang tidak valid. Sebagai tambahan untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya diberikan kuesioner dalam bentuk short-form untuk menghindari kelelahan pengisian oleh responden. Penelitian dengan kriteria sampel atau spesifikasi kriteria pada sampel yang lain dapat memperluas dan menyempurnakan penelitian pada topik ini. Saran terakhir adalah untuk melakukan back-translation untuk penelitian yang adaptasi dari luar. Saran Praktis Diharapkan bagi institusi yang terkait untuk dapat memberikan pelatihan atau penyuluhan lebih intensif kepada narapidana guna mempersiapkan mereka untuk dapat kembali di tengah masyarakat. Hal ini terkait dengan kesiapan narapidana secara psikis. Bagi masyarakat diharapkan untuk dapat mengubah stigma negatif mengenai pribadi narapidana, hal ini dapat diwujudkan dengan memberikan kesempatan bagi para narapidana untuk kembali mendapatkan kepercayaan dari masyarakat tanpa adanya prasangka sehingga narapidana merasa mendapatkan penerimaan dari masyarakat secara langsung. REFERENSI Boeree, C. G. (2006). Personality Theories: Karen Horney Retrieved by: Ditjensos. (2011). Supporting Group Bagi Bekas Warga Binaan Lembaga Permasyarakatan. Retrieved by: Ditjenpas. (2013). Retrieved by : /year/2013/month/4 Downey, G. & Feldman, S.I. (1996). Implications of Rejection Sensitivity for Intimate Relationships. Journal of Personality and Social

8 Psychology. 70 (6), hal Retrieved by : ationships.pdf Feist,J. & Feist, G. J Theories of Personality (sixth Edition). McGraw Hill: New York.. Ninik Damiyanti. 5 Januari, Membina Mantan Napi dengan Prana. Peterson, C. (1993). Helpless behavior. Behaviour Research and Therapy. 31(3), hal Retrieved by: A4D66F07B9C1A26888CA ?sequence=1 Seligman, M.E.P. Roselini, R.A., & Kozal, M.J. Learned Helplessness in the rat: Time course, immunization, and reversibility. Journal of Comparative and Physiological Psychology, 1975(88), hal Smallheer, B.A. (2011). Learned Helplessness And Depressive Symptomps In Patients Following Acute Myocardial Infarction. Dissertation. Vanderbil University, Nashville, Tennessee. Subagja, I. Sabtu, 15/05/2010. Masyarakat Masih Tak Siap Terima Eks Napi Teoris. Retrieved by: Sugiyono. (2012). Metode penelitian kombinasi. Bandung: Alfabeta. Statistik Kriminal (2012). Jakarta: Badan Pusat Statistika. Retrieved by : % Weeks, Aili, (2011). The Harsh Sting of Rejection: Rejection Sensitivity, Attachment Styles, Autobiographical Memory, and Why Some Feel the Sting More Than Others. Psychology Honors Papers. Paper 14. Retrieved by:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menimbulkan stress. Keinginan untuk mendapatkan penerimaan (acceptance)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menimbulkan stress. Keinginan untuk mendapatkan penerimaan (acceptance) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penolakan Sosial 2.1.1 Konsep Penolakan Sosial Penolakan merupakan keadaan yang sangat umum dan berpotensi untuk menimbulkan stress. Keinginan untuk mendapatkan penerimaan (acceptance)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan seseorang terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan seseorang terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sikap pasien terhadap operasi medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Menurut Hatch dan Farhady (dalam Sugiyono, 2009), variabel dapat didefinisikan sebagai atribut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang dipelajari

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Populasi dan Karakteristik Sampel. populasi mahasiswa Universitas Indonesia.

BAB 3 METODE PENELITIAN Populasi dan Karakteristik Sampel. populasi mahasiswa Universitas Indonesia. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 3.1.1 Populasi dan Karakteristik Sampel Populasi menurut Pujiati dan Rusliah (2007) adalah seluruh anggota kumpulan objek yang jelas dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang digunakan. Akan dipaparkan secara singkat variabel penelitian, definisi operasional dari variabel, karakterisitik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif adalah metode yang berlandaskan pada filsafat positivism,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif adalah metode yang berlandaskan pada filsafat positivism, 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah metode yang berlandaskan pada filsafat positivism,

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Pada penelitian ini terdapat empat variabel yaitu,, Subjective Norm, Perceived Control,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : 1. Variabel ( X ) : Kesepian (loneliness) 2. Variabel ( Y ) : Kesehjateraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 VARIABEL PENELITIAN & HIPOTESIS 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional 3.1.1.1 Variabel Bebas Variabel bebas disebut juga sebagai variabel predictor, yaiu variabel

Lebih terperinci

BAB III Metode Penelitian

BAB III Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis 1.1.1. Definisi operasional kecerdasan emosional Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenal perasaan, mengontrol perasaan, dan memotivasi

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Terdapat enam variabel dalam penelitian ini, yaitu faktor kepribadian yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Data dan Sumber Data Data menurut Sekaran (2013) dapat diperoleh dari data primer ataupun data sekunder. Data primer adalah data yang merujuk kepada informasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sekretaris No 88 BA Daan Mogot, Jakarta Barat.

BAB III METODE PENELITIAN. Sekretaris No 88 BA Daan Mogot, Jakarta Barat. 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis memilih PT Meprofarm sebagai objek penelitian. PT Meprofarm adalah perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan membahas mengenai metodologi penelitian yang digunakan antara lain, desain penelitian, populasi dan sampel dan definisi operasional dari variabel yang dijadikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai populasi dan subjek penelitian, metode penelitian, variabel dan definisi operasional, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian & definisi operasional Variabel adalah sebuah karakteristik atau kondisi yang berubah atau memiliki nilai yang berbeda

Lebih terperinci

BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis. Variabel 2 = Intensitas penggunaan facebook

BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis. Variabel 2 = Intensitas penggunaan facebook BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN 3. 1. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis 3. 1. 1. Variabel Penelitian Variabel 1 = Self-Control Variabel 2 = Intensitas penggunaan facebook 3. 1. 2. Definisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian kali ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang menggunakan paradigma

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metodologi Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai perilaku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau tehnik dalam mengadakan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau tehnik dalam mengadakan 43 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara atau tehnik dalam mengadakan penelitian. Cara atau tehnik dalam penelitian ini merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data tentang objek yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerik dan. signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerik dan. signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 2004). 53 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian yang ilmiah pula, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian yang ilmiah pula, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan salah satu dari tindakan yang dapat dikatakan sebagai tindakan dalam mencari kebenaran dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel, namun dikarenakan penelitian ini bukan bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif Sugiyono (2009:206) menyatakan bahwa statistik deskriptif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Azwar (2007) pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional. Variabel penelitian adalah atribut atau sifat yang dimiliki oleh objek,

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional. Variabel penelitian adalah atribut atau sifat yang dimiliki oleh objek, BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional Variabel penelitian adalah atribut atau sifat yang dimiliki oleh objek, individu, ataupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan individu dalam ruang lingkup tertentu yang akan diteliti peneliti (Cozby & Bates, 2011). Dalam penelitian

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 25 3. METODE PENELITIAN Pada bagian ketiga ini, peneliti akan menjelaskan mengenai permasalahan penelitian, hipotesis penelitian, variabel-variabel penelitian, tipe dan desain penelitian, partisipan penelitian,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: A. Variabel X: academic locus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek dari penelitian ini adalah pengguna sepatu Converse, dan lokasi dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang. 3.2 Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, dengan dua variabel X dan Y. Kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut :

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, dengan dua variabel X dan Y. Kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut : BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian korelasional. Desain penelitian korelasional dipilih oleh peneliti karena desain

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena dalam pengambilan data peneliti menggunakan instrumen penelitian yaitu skala psikologi untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Hal yang dibahas diantaranya lokasi dan sampel penelitian, desain penelitian, variabel

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 16 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel menurut Christensen (dalam Seniati, L., dkk, 2009) merupakan karakteristik atau

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Barat. b. Polisi lalu lintas berjenis kelamin laki-laki. diberikan peneliti. tugas keadministrasian di kantor.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Barat. b. Polisi lalu lintas berjenis kelamin laki-laki. diberikan peneliti. tugas keadministrasian di kantor. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini mempunyai karakterisktik sebagai berikut, a. Polisi lalu lintas yang beroperasi di daerah Jakarta Barat. b. Polisi lalu lintas

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian & hipotesis 3.1.1 Definisi operasional variabel penelitian Variabel penelitian menurut Hatch dan Farhady (dalam Iskandar, 2013) adalah atribut dari objek

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel) dan Variabel Terikat (Dependent Variabel). Variabel bebas dalam

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel) dan Variabel Terikat (Dependent Variabel). Variabel bebas dalam BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu Variabel bebas (Independent Variabel) dan Variabel

Lebih terperinci

C. Definisi dan Operasionalisasi Variabel BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

C. Definisi dan Operasionalisasi Variabel BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT Bank Sahabat Sampoerna Cabang Puri yang beralamat di Jalan Puri Indah Raya Blok A/15, Kembangan, Jakarta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara sense of humor dengan work-life balance pada karyawan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu dimensi humor styles dan kepuasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisikan pernyataan penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, responden penelitian, alat ukur penelitian, prosedur penelitian, dan metode analisis data.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan, Jalan Hariang Banga Nomor 2 Tamansari Bandung. 2. Populasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable penelitian, definisi operasional variable penelitian, populasi dan sampel, metode pengambilan sampel, desain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. yaitu sebuah metode yang datanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka (Sugiyono, 2009). Desain ini sangat

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 29 3. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai desain penelitian, masalah yang diteliti secara konseptual dan operasional, penjabaran variabel-variabel yang terkait, dan beberapa hal berkaitan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian bulan Maret sampai bulan April 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian bulan Maret sampai bulan April 2015. BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian dalam penyusunan skripsi adalah pengaruh kompensasi dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Surya Toto Indonesia yang beralamat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABEL DAN DEFENISI OPERASIONAL 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independen (bebas) adalah Brand Image sedangkan variabel dependen

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN MAHASISWA (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Gunadarma Jurusan Manajemen Depok)

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN MAHASISWA (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Gunadarma Jurusan Manajemen Depok) ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN MAHASISWA (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Gunadarma Jurusan Manajemen Depok) LATAR BELAKANG Perguruan Tinggi Swasta (PTS) merupakan salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan Kuantitatif. Metode yang digunakan adalah multikorelasional yakni menghubungkan dua variabel konsep diri dan kinerja,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang asuransi jiwa, yaitu PT. Prudential Life Assurance (Prudential

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Untuk dapat meneliti konsep empirik, konsep tersebut harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Menurut Arikunto (2006), variabel adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka yang diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka yang diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisikan pertanyaan penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, responden penelitian, alat ukur penelitian, prosedur penelitian, dan metode analisis data.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu proses pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada UMKM yang bergerak dibidang usaha kuliner di Kota Semarang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah DKI Jakarta pada bulan Oktober 2016. Sasaran dari penelitian ini yaitu wajib pajak bumi dan bangunan di Kelurahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Rancangan penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka. Kemudian data

BAB III METODE PENELITIAN. yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka. Kemudian data BAB III METODE PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka. Kemudian data yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai variabel penelitian, definisi

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai variabel penelitian, definisi BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai variabel penelitian, definisi operasional, hipotesis, subjek penelitian, teknik sampling, desain penelitian, alat ukur penelitian, validitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Pada penelitian ini penulis akan menggunakan metode penelitian Kuantitatif. Menurut Ruslan (2010:24) metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, selanjutnya peneliti akan memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian. Pada bab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian eksplanasi asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif dan verifikatif. Sugiyono (2009:206) menyatakan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif dan verifikatif. Sugiyono (2009:206) menyatakan bahwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Berdasarkan variabel-variabel yang diteliti, maka jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dan verifikatif. Sugiyono (2009:206) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian 3.1.1. Pendekatan penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Self-monitoring merupakan kemampuan individu dalam. menampilkan dirinya terhadap orang lain dengan menggunakan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Self-monitoring merupakan kemampuan individu dalam. menampilkan dirinya terhadap orang lain dengan menggunakan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Definisi Operasional Self-monitoring Self-monitoring merupakan kemampuan individu dalam menampilkan dirinya terhadap orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional

BAB III METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah prokrastinasi akademik sebagai

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian, sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir penelitian. Pendekatan kuantitatif yaitu penlitian tentang

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir penelitian. Pendekatan kuantitatif yaitu penlitian tentang BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini menggunkan metode pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuatitatif yaitu penelitian yang sistematis, jelas, terencana sejak

Lebih terperinci

BAB 3. Metode Penelitian

BAB 3. Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis Menurut Kumar (1999), definisi operasional variabel adalah bagaimana semua orang memiliki pengertian yang sama dengan apa yang dimaksud oleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah di mana penelitian

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah di mana penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah di mana penelitian tersebut akan dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis mengambil lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Devinisi Operasional Penelitian, (C) Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel (D)

BAB III METODE PENELITIAN. Devinisi Operasional Penelitian, (C) Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel (D) 87 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: (A) Identifikasi Variabel Penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai metode penelitian yang terdiri dari subjek penelitian, metode dan desain penelitian. Selain itu, akan dijelaskan pula mengenai definisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Menurut Sugiyono (2007:3) variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DEINDIVIDUASI DAN PERILAKU AGRESI PELAKU CYBERBULLYING PADA REMAJA PENGGUNA ASK.FM DI DKI JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA DEINDIVIDUASI DAN PERILAKU AGRESI PELAKU CYBERBULLYING PADA REMAJA PENGGUNA ASK.FM DI DKI JAKARTA HUBUNGAN ANTARA DEINDIVIDUASI DAN PERILAKU AGRESI PELAKU CYBERBULLYING PADA REMAJA PENGGUNA ASK.FM DI DKI JAKARTA Ully Winiarty Amaniar Sitorus ullywas@yahoo.com Dosen Pembibing : Dr.Istiani Binus University

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menurut Usman (1996:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset/DPPKA karena dinas inilah yang bertugas merumuskan kebijakan teknis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian non-eksperimental tidak ada treatment/ perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini menguraikan yang menyangkut kegiatan operasional penelitian dari karakteristik subyek, desain penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian dan teknik pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai variabel dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai variabel dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai variabel dalam penelitian, hipotesis, subyek penelitian, teknik sampling, alat ukur penelitian dan prosedur penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN.1. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rancangan korelasional dengan teknik survei untuk melihat hubungan variabel terikat dengan variabel tergantungnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam proses untuk menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran melalui metode ilmiah guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI SUMBER DAYA MANUSIA DI HOTEL BOROBUDUR JAKARTA

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI SUMBER DAYA MANUSIA DI HOTEL BOROBUDUR JAKARTA PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI SUMBER DAYA MANUSIA DI HOTEL BOROBUDUR JAKARTA Felicia Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 7, felicia_fc@ymail.com Agung Gita Subakti,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam hal ini penelitian dipilih tentang implementasi SAP dalam menghasilkan laporan keuangan. Objek penelitian ini adalah PT Tri Swardana Utama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan membahas mengenai metode penelitian yang digunakan oleh peneliti. Hal yang dibahas diantaranya subjek penelitian, desain penelitian, variabel dan definisi operasional,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RM Sederhana Palembang, Sumatra Selatan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RM Sederhana Palembang, Sumatra Selatan yang 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RM Sederhana Palembang, Sumatra Selatan yang beralamat di Jl. Demang. Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Metodologi 3.1.1 Pendekatan Objektif Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan diluar kemauan mereka sendiri. Manusia dianggap

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional. (2010), variabel adalah konstrak yang diukur

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional. (2010), variabel adalah konstrak yang diukur BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Menurut Sangadji (2010), variabel adalah konstrak yang diukur dengan berbagai macam nilai untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pengamatan dilakukan terhadap karyawan PT. Inhutani I Kantor Direksi Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif. Dengan penelitian asosiatif

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel. ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel. ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian 3.1.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif 64 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada penelitian ini peneliti mengajukan metode penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Metode penelitian korelasional digunakan

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Penelitian. 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesa Variabel Penelitian dan Devinisi Operasional

Bab 3 Metode Penelitian. 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesa Variabel Penelitian dan Devinisi Operasional Bab 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesa 3.1.1 Variabel Penelitian dan Devinisi Operasional Variabel 1 (V1) dalam penelitian ini adalah motivasi kerja.definisi operasional dari motivasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung. 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung. 2. Populasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan untuk 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Variabel merupakan karakteristik objek kajian (konsep) yang mempunyai

BAB 3 METODE PENELITIAN. Variabel merupakan karakteristik objek kajian (konsep) yang mempunyai BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis Variabel merupakan karakteristik objek kajian (konsep) yang mempunyai variasi nilai, baik itu kejadian, situasi, perilaku maupun karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya kepemimpinan partisipatif dan Work

Lebih terperinci