HUBUNGAN ANTARA DEINDIVIDUASI DAN PERILAKU AGRESI PELAKU CYBERBULLYING PADA REMAJA PENGGUNA ASK.FM DI DKI JAKARTA

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA DEINDIVIDUASI DAN PERILAKU AGRESI PELAKU CYBERBULLYING PADA REMAJA PENGGUNA ASK.FM DI DKI JAKARTA Ully Winiarty Amaniar Sitorus Dosen Pembibing : Dr.Istiani Binus University : Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat Telp. (62-21) Fax. (62-21) ABSTRACT The purpose of this study is to determine the relationship between deindividuation and aggression behavior of cyberbullying perpetrators among adolescents ask.fm users in Jakarta. This study use quantitative paradigm with correlational research methods. The number of samples in this research are 210 respondents aged within years old who were taken using a non-probability method with snowball sampling technique and accidental sampling. The results showed that there is significant relationship between deindividuation and aggression behavior of cyberbullying perpetrators among adolescents ask.fm users in Jakarta (r = 0.322; p <0.05). Keywords: Deindividuation, Agression, Cyberbullying ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara deindividuasi dan perilaku agresi pelaku cyberbullying pada remaja pengguna ask.fm di Jakarta. Penelitian ini menggunakan paradigma kuantitatif dengan metode penelitian korelasional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 210 responden dengan rentang usia tahun yang diambil menggunakan metode non-probability dengan teknik snowball sampling dan accidental sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara deindividuasi dan perilaku agresi pelaku cyberbullying pada remaja pengguna ask.fm di Jakarta (r=0,322; p<0,05).(uwas) Kata Kunci: Deindividuasi, Perilaku agresi, Cyberbullying

2 PENDAHULUAN Kemajuan teknologi memiliki dampak positif dan negatif bagi kehidupan manusia. Salah satu dampak negatif dari perkembangan teknologi adalah kejahatan cyberspace yang sering diperbincangkan yaitu cyberbullying (Rahayu, 2012). Perilaku cyberbullying menjadi trend di masyarakat pengguna sosial media karena lemahnya penegakan hukum terhadap pelaku cyberbullying (Gunawan, 2012). Cyberbullying adalah perilaku mengirim teks atau gambar yang dimaksudkan untuk menyakiti atau mempermalukan orang lain (Valentino, 2013). Dari survei yang dilakukan, ditemukan bahwa tingkat kesadaran adanya cyberbullying di Indonesia paling tinggi. Yaitu sebanyak 91% dari para responden mengaku telah mengetahui praktik cyberbullying. Hal tersebut didukung oleh survei global yang diadakan oleh Latitude news (dalam Sutantro, 2013) dimana Indonesia merupakan negara dengan kasus bullying tertinggi kedua di dunia setelah Jepang. Pada tahun 2006, angka cyberbullying yang terjadi mencapai angka 25 juta kasus di mulai dari kasus dengan skala ringan sampai dengan skala berat. Kemudian survei yang dilakukan oleh tingkat global dari Ipsos/Reuters (dalam Kawilarang, 2012) mengatakan 60 persen responden menilai bahwa cyberbullying terjadi di sejumlah laman media sosial terkemuka. Perangkat telekomunikasi bergerak (mobile devices) dan percakapan di Internet (online chat rooms) masing-masing menempati peringkat kedua dan ketiga. Salah satu media sosial yang diduga sebagai tempat seseorang melakukan cyberbullying adalah ask.fm. Situs jejaring sosial ask.fm dikenal sebagai salah satu tempat akun anonim melakukan cyberbullying. Hal tersebut terjadi akibat salah satu fitur yang dimiliki oleh ask.fm yaitu akun anonim. Efek negatif yang dilakukan pelaku bully di media sosial ask.fm sangat fatal, sejumlah anak dilaporkan bunuh akibat depresi setelah di-bully (Prihadi, 2014). Anonim di media sosial adalah pengguna media sosial yang sama sekali tidak mencantumkan identitas mengenai dirinya di laman media sosial. Survey yang dilakukan oleh youth IGF (internet governence forum) mengenai global prespective on online anonymity yang melibatkan remaja dari 68 negara menemukan 65% dari responden telah melakukan komunikasi tanpa memberikan identitas apapun (anonim) secara online selama satu tahun terakhir. Alasan pengguna media sosial tidak memberikan identitas mengenai dirinya bermacam-macam. Empat alasan utama mengapa pengguna media sosial tidak mencatumkan identitas mereka menurut survey tersebut adalah agar merasa lebih aman,

3 untuk melindungi reputasi mereka, karena menyenangkan dan agar terhindar dari masalah (GlobalPrespective,2013). Menurut Lee (dalam Aronson, Wilson, & Akert, 2007) sesuai dengan penelitian deindividuasi memprediksikan orang yang tidak memberikan identitas (anonim) lebih sering mengatakan sesuatu yang tak pernah mereka katakan sebelumnya pada saat identitas mereka diketahui. Hal tersebut didukung oleh Diener (dalam Chang, 2008) bahwa kondisi anonim dalam kelompok menyebabkan hilangnya kesadaran mereka sebagai individu yang berakibat terjadinya deindividuasi. Deindividuasi mengakibatkan seorang individu melebur kedalam kelompok yang mengakibatkan individu tidak dapat dikenali secara pribadi. Hal tersebut menurut Bayu(2015) dapat meningkatkan rasa kurangnya tanggung jawab dan rasa bersalah seseorang atas tindakan-tindakan mereka. Deindividuasi menjadi alasan seseorang melakukan perilaku impulsif dan kekerasan menurut Diener, Postmes & Spears,1998;Zimbardo,1970 (dalam Aronson, Wilson, & Akert, 2007) hal tersebut terjadi karena individu merasa tidak dapat dikenali atau tidak dianggap pada aksi mereka yang mengurangi kemungkinan untuk disalahkan. Menurut Bayu(2015) para pengguna media sosial berlindung dibelakang anonimitas dengan perilaku yang lebih agresif dibandingkan pada kondisi sehari-hari yang memicu terjadinya perilaku bullying pada pengguna anonim. METODE PENELITIAN Subjek Penelitian dan Teknik Sampling Karakteristik subjek penelitian pada penelitian ini adalah remaja berusia tahun, berdomisili di DKI Jakarta dan memiliki akun ask.fm. Penelitian ini menggunakan nonprobability teknik sampling dengan pendekatan snowball sampling dan accidental sampling. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma kuantitatif dimana hasil penelitian akan berupa angka yang dapat dianalisa dengan statistik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel. Alat Ukur Penelitian Alat Ukur Deindividuasi

4 Pengukuran proses deindividuasi dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang peneliti konstruk sendiri berdasarikan teori dari Reicher mengenai SIDE (dalam Li,2010) yang mengukur empat dimensi yaitu group immersion, anonimity, lack of self awareness dan lack of self regulation. Alat ukur ini menggunakan skala likert dengan menggunakan skala 1-4 yang memiliki dua sifat item yaitu favorable dan unfavorable. Semakin tinggi skor yang diperoleh responden maka akan semakin tinggi proses deindividuasi yang dialami oleh responden. Ketentuan skor oleh item favorable adalah nilai 4 untuk sangat setuju (SS), nilai 3 untuk setuju (S), nilai 2 untuk tida setuju (TS) dan nilai 1 untuk sangat tidak setuju (STS), untuk ketentuan skor unfavorable dilakukan dengan sebaliknya. Alat Ukur Perilaku Agresi Pengukuran perilaku agresi dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang di adaptasi dari The Aggression questionnare yang dibuat oleh Buss&Perry (1992) yang mengukur empat dimensi yaitu physical aggresssion,verbal aggression,hostility dan anger. Peneliti menghapus salah satu dimensi yang tidak sesuai dengan pengukuran agresi dalam bentuk online yaitu physical aggression. Didalam alat ukur ini terdapat 19 pernyataan yang menggunakan skala likert dengan skala 1-7 yang memiliki dua sifat item yaitu favorable dan unfavorable. Semakin tinggi skor yang didapat responden maka semakin tinggi perilaku agresi yang dilakukan oleh responden, begitu juga sebaliknya. Ketentuan skor penilaian item favorable yaitu nilai 7 untuk sangat setuju (SS), nilai 6 untuk setuju (S), nilai 5 untuk nilai agak setuju (AS), nilai 4 untuk netral (N), nilai 3 untuk agak tidak setuju (ATS), nilai 2 untuk tidak setuju (TS), nilai 1 untuk sangat tidak setuju (STS), untuk ketentuan skor unfavorable dilakukan dengan sebaliknya. Prosedur Penelitian Pertama-tama peneliti mencari fenomena yang menjadi trend di masyarakat, kemudian mencari penyebabnya berdasarkan sisi psikologi dan mencari teori yang dapat digunakan untuk pencarian dan pembuatan alat ukur. Untuk alat ukur deindividuasi peneliti mengkonstruknya sendiri berdasarkan teori dari Reicher mengenai SIDE. Untuk alat ukur agresi peneliti mengadaptasi alat ukur Buss&Perry(1992) the aggression questionnare. Setelah itu, peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas kedua alat ukur dengan face validity dan content validity, dan kemudian peneliti melakukan pilot study ke 50 remaja pengguna ask.fm di Jakarta guna mengukur validitas dan reliabialitas dari alat ukur tersebut. Setelah merevisi alat ukur yang digunakan sesuai dengan hasil validitas reliabilitas yang

5 didapat, peneliti melakukan penyebaran kuesioner dalam skala besar ke 210 responden pengguna ask.fm di DKI Jakarta untuk mengukur korelasi dari kedua variabel menggunakan perhitungan statistik agar dapat dianalisa. Hipotesa Penelitian Hipotesa dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho: Tidak terdapat hubungan antara deindividuasi dan perilaku agresi pelaku cyberbullying pada remaja pengguna ask.fm di DKI Jakarta Ha: Terdapat hubungan antara deindividuasi dan perilaku agresi pelaku cyberbullying pada remaja pengguna ask.fm di DKI Jakarta HASIL DAN PEMBAHASAN Peneliti melakukan analisa perhitungan dengan software SPSS(version22) uji korelasi Pearson karena data yang didapat normal. Dari hasil uji korelasi didapat bahwa (r=0,322;p<0,05) sehingga dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat hubungan antara kedua variabel dengan nilai korelasi koefisien 0,322. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil pegolahan data dan analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara deindividuasi dan perilaku agresi pelaku cyberbullying pada remaja pengguna ask.fm di DKI Jakarta. Dimana apabila seseorang mengalami proses deindividuasi yang tinggi maka perilaku agresi yang dilakukan juga tinggi, begitu pula sebaliknya. Saran 1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar memilih responden dengan rentang usia tahun bukan remaja secara keseluruhan. 2. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar menggunakan alat ukur yang lebih spesifik dalam mengukur kedua variabel. 3. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar dapat meneliti tindakan cyberbullying di berbagai media sosial lainnya tidak hanya di ask.fm saja.

6 REFERENSI Aronson, E., Wilson, T. D., & Akert, R. M. (2007). Social psychology Sixth Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Bayu, G. (2015, februari 5). Ask.fm : Platform cyberbullying masa kini. Dipetik maret 5, Buss & Perry The aggression questionnaire. Journal of personality and social psychology Vol. 63 hal Chang, J. (2008). The role of anonymity in deindividuated behavior: a comparison of deindividuation theory and the social identity model of deindividuation effects (SIDE). The Pulse, 2. Global Prespective. (2013). Global prespective on online anonymity. Global: Youth IGF project. Gunawan. (2012, January 21). (Stop cyberbully) menyikapi lemahnya penegakan hukum terhadap pelaku cyberbully. Dipetik Maret 23, 2015, dari Kompasiana: Kawilarang, R. (2012, January 12). Survei: Ancaman cyberbullying kian meningkat. Dipetik January 4, 2015, dari Viva: ancaman-cyberbullying-kian-meningkat Li, B. (2010). The theories of deindividuation. CMC Senior Theses, 12. Prihadi, S. D. (2014, Juni 30). Ask.fm pun merasa jadi korban bullying. Dipetik Maret 5, 2015, dari Detik.com: Rahayu, F. S. (2012). Cyberbullying sebagai dampak negatif penggunaan teknologi informasi. jurnal Sistem Informasi, 8. Sutantro, S. (2013, January 21). (Stop cyberbully) dunia maya bebas cyberbullying. Dipetik January 4, 2015, dari Kompasiana: 2015, dari suarakita:

7 Valentino. (2013, January 25). Cyberbullying dan cyberstalking dalam pemahaman sederhana. Dipetik January 4, 2015, dari Kompasiana: