PENGARUH GUNCANGAN HARGA KEDELAI INTERNASIONAL TERHADAP HARGA KEDELAI DOMESTIK KANTI RAHMILLAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH GUNCANGAN HARGA KEDELAI INTERNASIONAL TERHADAP HARGA KEDELAI DOMESTIK KANTI RAHMILLAH"

Transkripsi

1 PENGARUH GUNCANGAN HARGA KEDELAI INTERNASIONAL TERHADAP HARGA KEDELAI DOMESTIK KANTI RAHMILLAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Guncangan Harga Kedelai Internasional terhadap Harga Kedelai Domestik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2013 Kanti Rahmillah NRP H

4 RINGKASAN KANTI RAHMILLAH. Pengaruh Guncangan Harga Kedelai Internasional terhadap Harga Kedelai Domestik. (DEDI BUDIMAN HAKIM sebagai Ketua dan LUKYTAWATI ANGGRAENI sebagai Anggota Komisi Pembimbing). Pangan merupakan kebutuhan dasar manuisa yang utama. Kurangnya pangan dapat berakibat pada ketidakstabilan sosial dan politik. Harga pangan yang berubah-ubah dapat berakibat terhadap risiko dan juga ketidakpastian yang dihadapi dalam proses pengambilan keputusan. Kedelai merupakan komoditas utama di Indonesia setelah beras dan jagung. Pertumbuhan produksi kedelai yang tidak secepat pertumbuhan permintaan, mengakibatkan peningkatan kuantitas impor. Tingginya impor menandakan adanya hubungan pasar dunia terhadap pasar domestik. Adapun tujuan dalam studi ini adalah (1) Menganalisis hubungan jangka pendek antara harga kedelai internasional dengan harga kedelai domestik, (2) Menganalisis hubungan jangka panjang antara harga kedelai internasional dengan harga kedelai domestik, (3) Mengukur besar pengaruh guncangan harga kedelai internasional terhadap harga kedelai domestik. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Kementrian Perdagangan, Bank Indonesia, United States Departement of Agriculture (USDA), Zhengzhou Commodity Exchange (CZCE). Harga kedelai internasional diwakili oleh harga USA (eksportir terbesar dunia) dan harga China (importir terbesar dunia). Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder dan bentuk datanya adalah time series bulanan dari periode 2009 sampai dengan penelitian ini menggunakan metode analisis VECM. Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eviews 6.0. Hasil dari studi ini adalah pada jangka pendek, harga kedelai internasional (USA dan China) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga kedelai domestik. Variabel yang berpengaruh terhadap harga kedelai domestik pada jangka pendek adalah variabel harga kedelai itu sendiri. Pada jangka panjang, harga kedelai USA secara signifikan berpengaruh positif terhadap harga kedelai domestik dan nilai tukar riil secara signifikan berpengaruh negatif terhadap harga kedelai domestik. Adapun hasil analisis pass through dapat disimpulkan bahwa besar pengaruh guncangan harga kedelai internasional (harga kedelai USA) terhadap harga kedelai domestik adalah sebesar 1,6 persen. Kata Kunci: VECM, Harga Kedelai Internasional, Harga Kedelai Domestik

5 SUMMARY KANTI RAHMILLAH. The Influence of International Soybean Price Shock on Domestic Soybean Price. Supervised by DEDI BUDIMAN HAKIM and LUKYTAWATI ANGGRAENI. Foods are primary human basic need. Lack of food supply could implicate on social and politic instability. The fluctuation of foods prices influence risk and uncertainty on decision making process. Soybean is primary commodity in Indonesia after rice and corn. The growth of soybean production is lower than its demand so it leads to increasing number of import. High number of imported soybean may indicate a correlation between international and domestic soybean price. The objectives of this study are (1) to analyze the short term correlation between international soybean price and domestic soybean price, (2) to analyze the long term correlation between international soybean price and domestic soybean price, and (3) to determine the impact of international soybean price shock on domestic soybean price. This study used data from Ministry of Trade, Bank of Indonesia (BI), United States Departement of Agriculture (USDA) and Zhengzhou Commodity Exchange (CZCE). International soybean price represented by USA soybean price (world largest exporter) and China soybean price (world largest importer). Those data above were secondary data in monthly time series form collected from 2009 until The method use in this study is Vector Correction Error Model (IRF, FEVD and pass trough). This study use Eviews 6.0 software. Study show that in the short term, international soybean price (USA and China) influence s to domestic soybean price were not significant. In long term the USA soybean price has positive significant influence to domestic soybean prices. In contrast, the real exchange rate has negative significant influence. Pass trough analysis conclude that the impact of international soybean price (USA soybean price) shock on domestic soybean price was 1.6 percent. Keyword: VECM, international soybean price, domestic soybean price

6 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

7 PENGARUH GUNCANGAN HARGA KEDELAI INTERNASIONAL TERHADAP HARGA KEDELAI DOMESTIK KANTI RAHMILLAH Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

8 Penguji Luar Komisi : Dr Ir Ratna Winandi, MS

9 Judul Tesis : Pengaruh Guncangan Harga Kedelai Internasional terhadap Harga Kedelai Domestik Nama : Kanti Rahmillah NRP : H Disetujui oleh Komisi Pembimbing Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MEc Ketua Dr Lukytawati Anggraeni, SP, MSi Anggota Diketahui oleh Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Dekan Sekolah Pascasarjana Dr Ir Sri Hartoyo, MS Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr Tanggal Ujian: 29 Juli 2013 Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT atas kemudahan yang diberikan sehingga karya ilmiah yang berjudul Pengaruh Guncangan Harga Kedelai Internasional terhadap Harga Kedelai Domestik ini dapat diselesaikan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh guncangan harga kedelai internasoional terhadap harga kedelai domestik. Penulis banyak mendapatkan bantuan dan masukan selama penelitian hingga tersusunnya laporan penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MEc dan Ibu Dr Lukytawati Anggraeni, SP, MSi selaku ketua dan anggota komisi pembimbing atas arahan dan pembekalan ilmu serta wawasan selama penyusunan tesis. Terimakasih saya ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penyusunan proposal ini, yaitu: 1. Dr Ir Sri Hartoyo, MS selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian yang telah turut membantu kelancaran penyelesaian proposal ini, dan sebagai Penguji mewakili Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian, serta Pimpinan Sidang yang telah memberikan kritik dan saran pada ujian tesis ini. 2. Dr Ir Ratna Winandi, MS selaku Penguji Luar Komisi yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan tesis ini. 3. Seluruh staf Mayor EPN yang selalu sabar dan menyediakan waktu untuk membantu penulis selama perkuliahan sampai penulis menyelesaikan studi. 4. Teman-teman EPN angkatan 2010 untuk kebersamaan dalam suka dan duka serta semangat selama perkuliahan dan proses penulisan tesis. 5. Seluruh mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertanian atas dukungan yang tulus dan sumbang saran yang positif. Secara khusus dan dengan penuh rasa cinta kasih penulis ucapkan terima kasih yang tulus kepada suami tercinta Ginanjar Ibnu Abdullah dan si kecil Fikr Almustanir, juga kepada Ibunda Tati Khadijah dan Ayahanda Muhammad Koswara, serta adik-adikku Ali, Fatimah, Hasan dan Husen yang selalu mendorong dan mendoakan untuk keberhasilan penulis. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini memberi manfaat bagi kita semua dan khususnya bagi penulis sebagai proses pembelajaran. Terima kasih. Bogor, Oktober 2013 Kanti Rahmillah

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 6 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 Perdagangan Internasional 7 Integrasi Pasar 9 Konsep Transmisi Harga 12 Analisis Pass Through 13 Kebijakan Tarif Impor Kedelai 13 Penelitian Terdahulu 15 Kerangka Pemikiran 16 Hipotesis Penelitian 17 3 METODE 17 Jenis dan Sumber Data 17 Metode Analisis Data 18 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 Hasil dan Analisis Penelitian 23 Implikasi Kebijakan 33 5 SIMPULAN DAN SARAN 34 Simpulan 34 Saran 34 DAFTAR PUSTAKA 34 LAMPIRAN 36 RIWAYAT HIDUP 47 xii xii xii

12 DAFTAR TABEL 1 Jenis Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian 18 2 Uji Stasioneritas pada Level 24 3 Uji Stasioneritas pada First Difference 24 4 Hasil Pengujian Lag Optimal 25 5 Hasil Pengujian Stabilitas VAR 25 6 Analisis Kointegrasi 26 7 Hasil Estimasi VECM Jangka Pendek Dampak Guncangan Harga Kedelai Internasional terhadap Harga kedelai domestik 27 8 Hasil Estimasi VECM Jangka Panjang Dampak Guncangan Harga Kedelai internasional terhadap harga kedelai domestik 28 9 Derajat Pass Through Harga Kedelai Domestik 32 DAFTAR GAMBAR 1 Indeks Harga Pangan Agregat ( ) 1 2 Perkembangan Produksi, Konsumsi dan Impor Kedelai Indonesia Tahun Harga Bulanan Kedelai USA, China dan Indonesia, Bulan Januari 2011-Juli Perkembangan Nilai Tukar Rupiah, Bulan Januari 2011-Juli Kurva Perdagangan Internasional 8 6 Kurva perdagangan antara Wilayah Potensial Surplus dan Wilayah Potensial Defisit 12 7 Skema Kerangka Pemikiran Penelitian 17 8 Respon Harga Kedelai Domestik terhadap Guncangan Harga Kedelai USA, Harga Kedelai China dan Nilai Tukar FEVD Harga Kedelai Domestik 32 DAFTAR LAMPIRAN 1 Pengujian Unit Root 36 2 Uji Lag Optimal 39 3 Pengujian Stabilitas VAR 40 4 Pengujian Kointegrasi 41 5 Hasil Vector Error Correction Estimates 42 6 Impulse Response Function ( IRF) 44 7 FEVD 45

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan ekonomi global yang tidak menentu membuat fluktuasi harga komoditas berkontribusi pada terciptanya risiko-risiko ekonomi yang dapat menghambat upaya pemulihan kondisi global. Hal ini diperkuat oleh prediksi World Bank pada awal tahun 2011 dalam Global Commodity Market Outlook bahwa harga komoditas, khususnya komoditas dasar seperti pangan, logam, mineral, dan energi, secara umum cenderung akan mengalami penurunan harga sejak mencapai harga puncak pada awal Hal ini disebabkan oleh merosotnya kondisi ekonomi global yang ditandai dengan penurunan permintaan komoditas dan peningkatan sisi supply yang salah satunya ditunjang oleh peningkatan sisi investasi akibat kenaikan harga (Mboeik dan Rakhmindyarto, 2012) index harga makanan Sumber: FAO, 2012 Gambar 1. Indeks Harga Pangan Agregat ( ) Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia dan merupakan kebutuhan pertama yang harus diprioritaskan pemenuhannya. Ketidakcukupan pangan dapat berimplikasi pada instabilitas sosial dan politik. Peningkatan harga komoditas pangan akan berdampak pada naiknya angka inflasi dan selanjutnya menaikkan suku bunga. Peningkatan suku bunga tersebut akan berdampak pada lesunya sektor riil akibat menurunnya permintaan kredit untuk investasi. Lesunya sektor riil akan merusak sendi-sendi perekonomian negara seperti meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan yang mendorong merebaknya kriminalitas

14 2 sehingga ancaman instabilitas sosial dan politik menjadi resiko yang harus diterima (Zakiah, 2011). Faktanya harga pangan dunia fluktuatif, terbukti pada realisasi Indeks Harga Pangan Internasional (FAO indeks harga makanan) menunjukkan bahwa kenaikan harga pangan internasional dimulai pada tahun Pertumbuhan indeks dirangsang oleh pertumbuhan harga kelompok sereal yang mencapai tingkat harga tertinggi dalam 30 tahun. Fluktuasi harga komoditas yang diduga sebagai pola baru dan diproyeksikan akan terus-menerus, setidaknya dalam jangka menengah. Komoditas pangan dalam negeri pun meningkat meskipun polanya berbeda dan perubahan cukup mendasar terjadi sepuluh tahun terakhir, yakni sejak reformasi (Sumaryanto, 2009). Pemerintah maupun masyarakat berkepentingan terhadap harga komoditas pangan yang relatif stabil. Stabilisasi harga pangan perlu dilakukan agar pembangunan ekonomi berjalan lancar dan kondusif untuk mendukung terciptanya stabilitas sosial, politik dan keamanan. Harga pangan yang sangat berfluktuasi berimplikasi pada risiko dan ketidakpastian yang harus dihadapi dalam pengambilan keputusan. Komoditas pangan di Indonesia yang berfluktuasi harganya dan sering menjadi sorotan publik adalah beras, jagung, kedelai, tepung terigu, gula pasir, minyak goreng, bawang merah, cabai, telur, daging, dan susu (Sumaryanto, 2009). Kedelai merupakan komoditas penting di Indonesia dan termasuk pangan utama setelah beras dan jagung. Kedelai juga merupakan bahan baku utama industri tempe, tahu dan kecap yang menggerakan perekonomian Indonesia. Rasanya yang disukai dan harga yang relatif murah, membuat masyarakat Indonesia kelas menengah kebawah memilih tempe dan tahu untuk memenuhi kebutuhan protein tubuhnya. Sumber : FAO, 2010 Gambar 2. Perkembangan Produksi, Konsumsi dan Impor Kedelai Indonesia Tahun

15 Perkembangan produksi kedelai pernah mencapai puncaknya pada 1992, kemudian terus menunjukkan kecenderungan yang menurun (Gambar 2). Penurunan selama 11 tahun tersebut mencapai persen. Hal tersebut disebabkan oleh luas lahan yang menurun, produktivitas yang rendah, akses modal yang sulit, teknologi yang rendah (Zakiah, 2011). Akibatnya luas tanam kedelai juga menurun. Hal tersebut dipicu oleh masuknya kedelai impor dengan harga murah, adanya kemudahan impor kedelai, serta bea masuk impor/tarif nol persen yang dimulai pada tahun Pada tahun produksi mulai meningkat kembali namun sangat lambat. Produksi kembali turun pada tahun dan mulai meningkat kembali pada tahun Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, ditambah meningkatnya konsumsi per kapita terutama dalam bentuk olahan dan tumbuhnya industri pakan ternak (Siregar, 2003). Permintaan kedelai per kapita sejak periode 1970 sampai 1990 telah meningkat 160 persen. Sedangkan pada periode 1990-an sampai tahun 2010 tumbuh 2.92 persen per tahun (Zakiah, 2011). Konsumsi kedelai nasional menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat, dan mencapai puncaknya pada tahun 2005 yaitu 2.62 juta ton. Pada tahun 1997 dan 1998 terjadi penurunan konsumsi disebabkan terjadinya krisis moneter (Zakiah, 2011). Peningkatan konsumsi kedelai yang begitu pesat dan tidak dapat diimbangi oleh peningkatan produksi kedelai dalam negeri, mengakibatkan terciptanya kesenjangan. Kesenjangan itu ditutup dengan kedelai impor yang banyak menyita devisa. Sejak perdagangan kedelai lepas dari kontrol BULOG mulai tahun 1991 impor kedelai meningkat sangat pesat. Akibatnya untuk memenuhi permintaan dari konsumen kedelai yang sebagian besar adalah industri, Indonesia harus mengimpor kedelai. Jumlah kedelai yang diimpor pun menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat (Zakiah, 2011). Pertumbuhan produksi yang tidak secepat pekembangan permintaan menuntut konsekuensi derasnya impor. Tingginya impor mengindikasikan adanya hubungan pasar dunia terhadap pasar domestik. Sehingga fluktuasi harga pangan dunia yang bergejolak bisa mengakibatkan guncangan harga pada pasar domestik (Zhao et al, 2010). 3 Perumusan Masalah Sebuah negara terhubung ke dalam pasar international tanpa adanya distorsi perdagangan maka harga komoditas di tingkat domestik akan mengacu pada pergerakan harga komoditas international. Adapun jika harga relatif suatu komoditi dalam negeri lebih tinggi dibandingkan dengan harga internasional, konsekuensinya adalah impor akan naik, kenaikan akan terus terjadi sampai keseimbangan antara harga domestik dan impor tercapai. Begitupun yang terjadi pada fenomena ekspor, harga relatif suatu komoditi dalam negeri lebih rendah dibandingkan dengan harga internasional maka ekspor akan terus terjadi sampai keseimbangan antara harga domestik dan impor tercipta. Oleh karena itu, perbedaan antara domestik dan harga internasional seharusnya hanya diwakili oleh biaya transportasi, dengan asumsi pasar sempurna (Achsani et al, 2011).

16 4 Namun pada kenyataannya, transmisi harga internasional ke tingkat domestik dan regional menunjukkan bahwa kemungkinan perubahan besarnya harga sangat bervariasi dalam setiap negara. Harga komoditas internasional adalah salah satu faktor yang mempengaruhi harga komoditas di tingkat domestik maupun regional. Adapun negara-negara dengan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap komoditas impor maka fluktuasi harga akan dipengaruhi oleh nilai tukar, kebijakan perdagangan, dan kebijakan lainnya (ADB, 2008). Negaranegara yang memiliki ketergantungan rendah terhadap impor maka harga komoditas akan ditentukan oleh penawaran dan permintaan, dan juga kebijakan subsidi serta insentif fiskal (World Bank, 2011). Berdasarkan data pada tahun 2012, Indonesia mengimpor kedelai sebesar 2.09 juta ton untuk memenuhi 71 persen kebutuhan kedelai dalam negerinya (BPS, 2012). Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia adalah negara dengan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap kedelai impor. Negara eksportir kedelai terbesar ke Indonesia adalah USA dengan jumlah impor pada Januari-Mei 2012 saja mencapai 721 ribu ton atau 90 persen dari kebutuhan kedelai impor Indonesia. Sisa kebutuhan kedelai impor Indonesia sebesar 10 persen di pasok dari Malaysia, Kanada, Ukraina dan China (BPS, 2012). China adalah negara importir kedelai terbesar di dunia, sehingga permintaan kedelai China berdampak signifikan terhadap harga kedelai dunia (Zhao et al, 2010). Gambar 3. menjelaskan keterkaitan harga kedelai domestik terhadap harga kedelai dunia. Terlihat pada gambar, harga kedelai domestik mengikuti tren harga kedelai dunia. Perubahan pada harga kedelai dunia menjelaskan alasan atas penurunan pasokan kedelai dan perilaku spekulan. Penurunan pasokan kedelai menyebabkan harga kedelai dengan mudah mengalami peningkatan (Achsani et al, 2011) Jan-09 1-Mar-09 1-May-09 1-Jul-09 1-Sep-09 1-Nov-09 1-Jan-10 1-Mar-10 1-May-10 1-Jul-10 1-Sep-10 1-Nov-10 1-Jan-11 1-Mar-11 1-May-11 1-Jul-11 1-Sep-11 1-Nov-11 1-Jan-12 1-Mar-12 1-May-12 1-Jul-12 1-Sep-12 1-Nov-12 HKA dolar/ton HKC (dolar/ton) hkd (dolar/ton) Sumber: FAO, 2012 Gambar 3. Harga Bulanan Kedelai USA, China dan Indonesia, Bulan Januari 2011-Juli 2012

17 5 Pada Gambar 4 dijelaskan perkembangan nilai tukar Rupiah selama periode 1 Januari sampai dengan 15 April Terlihat pada gambar bahwa terdapat keterkaitan harga domestik dan nilai tukar serta terdapat hubungan yang kuat antara harga domestik dan nilai tukar. Semakin Rupiah terdepresi maka harga kedelai domestik semakin mengalami kenaikan. Penguatan nilai tukar Rupiah yang terjadi mendorong pemerintah untuk mengubah asumsi Rupiah. Sumber: Bank Indonesia, 2012 Gambar 4. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah, Bulan Januari 2011-Juli 2012 Pada bulan Januari 2011 sampai April 2011 nilai tukar Rupiah terhadap Dollar meningkat tajam, selanjutnya pada bulan April sampai Agustus 2011 Rupiah menguat terhadap Dollar dengan kekuatan yang lemah. Pada bulan Agustus nilai tukar Rupiah mulai melemah sampai bulan Juli tahun Fluktuasi rupiah yang terjadi di pasar uang merupakan dinamika perekonomian yang juga akan berpengaruh terhadap harga komoditas. Faktor lainnya yang tidak kalah penting adalah kebijakan pemerintah. Pada tanggal 25 Juli 2012 diadakan rapat koordinasi terbatas mengenai kebijakan stabilisasi harga pangan dan kedelai yang menghasilkan PMK (Peraturan Menteri Keuangan). PMK ini telah dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dengan melibatkan instansi-instansi terkait diantaranya Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Keuangan, dalam koordinasi tersebut telah disepakati untuk menurunkan tarif bea masuk impor kacang kedelai dari 5 persen menjadi 0 persen untuk jangka waktu sampai dengan 31 Desember 2012 (Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 135/PMK.011/2012). Dikeluarkannya PMK ini dalam rangka menjaga stabilitas harga kacang kedelai di dalam negeri dengan tetap memperhatikan kepentingan petani dan konsumen, sehingga perlu

18 6 dilakukan penyesuaian terhadap tarif bea masuk atas impor barang berupa kacang kedelai. Untuk meningkatkan efektivitas kebijakan dan program stabilisasi harga pangan dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai perilaku harga komoditas yang bersangkutan. Mengacu pada kompleksitas masalah harga komoditas kedelai, serta berbagai tantangan yang terkandung di dalamnya, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: 1. Bagaimana hubungan jangka pendek antara harga kedelai internasional dengan harga kedelai domestik 2. Bagaimana hubungan jangka panjang antara harga kedelai internasional dengan harga kedelai domestik 3. Berapa besar pengaruh guncangan harga kedelai internasional terhadap harga kedelai domestik Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan umum yaitu untuk menganalisis pengaruh harga kedelai internasional terhadap harga kedelai domestik 1. Menganalisis hubungan jangka pendek antara harga kedelai internasional dengan harga kedelai domestik 2. Menganalisis hubungan jangka panjang antara harga kedelai internasional dengan harga kedelai domestik 3. Mengukur besar pengaruh guncangan harga kedelai internasional terhadap harga kedelai domestik Manfaat Penelitian 1. Memperoleh gambaran jelas mengenai pengaruh guncangan harga kedelai internasional terhadap harga kedelai domestik. 2. Bagi penulis dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan dan memberikan pemahaman yang semakin mendalam tentang pengaruh perubahan harga kedelai internasional terhadap harga kedelai domestik. 3. Bagi pemerintah diharapkan dapat menjadi masukan dalam program stabilisasi harga komoditas kedelai. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah pengaruh guncangan harga kedelai internasional terhadap harga kedelai domestik. Analisis menggunakan data time series bulanan dari bulan Januari 2009 sampai Desember Metode yang digunakan untuk menentukan pengaruh guncangan harga kedelai internasional terhadap harga kedelai domestik adalah analisis VECM. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga kedelai domestik, harga kedelai USA, harga kedelai China, nilai tukar dan kebijakan. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, penelitian ini mewakili harga internasional pada harga kedelai USA dan China, dengan tiga

19 alasan yaitu: 1) USA adalah negara dengan tingkat produksi kedelai tertinggi di dunia, 2) impor kedelai Indonesia sebesar 90 persen berasal dari kedelai USA, 3) China merupakan importir kedelai terbesar dunia. Kedua, tidak dilakukan pemisahan berdasarkan jenis kedelai. Ketiga, variabel produksi dan konsumsi kedelai domestik tidak dimasukan dalam model karena keterbatasan data. Keempat, kebijakan yang digunakan adalah Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 135 yang dikeluarkan pada tanggal 25 Juli TINJAUAN PUSTAKA Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar atau lintas negara, yang mencakup ekspor dan impor. Terdapat beberapa faktor yang mendorong timbulnya perdagangan internasional (ekspor-impor) suatu negara dengan negara lain, yaitu keinginan untuk memperluas pemasaran komoditi ekspor, memperbesar penerimaan bagi kegiatan pembangunan, adanya perbedaan penawaran permintaan antar negara. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Perdagangan internasional pun turut mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional. Dibandingkan dengan perdagangan di dalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor. Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan. Perdagangan internasional mendorong negara untuk menghasilkan produk produk terbaik dan sekaligus memungkinkan negara untuk mengimpor lebih banyak ragam barang dan jasa yang berasal dari seluruh dunia. Selain itu, perdagangan internasional dapat meningkatkan kesejahteraan semua negara melalui spesialisasi dalam produksi barang dan jasa yang memiliki keunggulan komparatif. Perdagangan internasional timbul karena adanya perbedaan harga relatif diantara negara. Perbedaan ini berasal dari perbedaan dalam biaya produksi yang disebabkan oleh: 1. Perbedaan-perbedaan dalam karunia Tuhan atas faktor produksi. 2. Perbedaan-perbedaan dalam tingkat teknologi yang menentukan intesitas faktor yang digunakan. 3. Perbedaan-perbedaan dalam efisiensi pemanfaatan faktor-faktor produksi. 4. Kurs valuta asing. Pada dasarnya faktor yang mendorong timbulnya perdagangan internasional dari suatu negara ke negara lain bersumber dari keinginan memperluas pemasaran komoditi ekspor dan memperbesar penerimaan devisa dalam penyediaan dana pembangunan dari negara yang bersangkutan. Teori perdagangan internasional mengkaji dasar-dasar terjadinya perdagangan internasional serta keuntungan yang diperoleh dengan adanya perdagangan

20 8 tersebut. Kebijakan perdagangan internasional membahas alasan-alasan dan pengaruh adanya hambatan-hambatan perdagangan, serta hal-hal yang menyangkut proteksionisme baru (Salvatore, 1997). Kegiatan perdagangan internasional atau disebut sebagai kegiatan ekspor dan impor antar negara menyatakan bahwa suatu negara akan cenderung mengekspor barang-barang yang biaya produksi di dalam negerinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan barang yang sama di luar negeri. Sebaliknya, suatu negara akan mengimpor barang-barang yang biaya produksi di dalam negerinya relatif lebih mahal dibandingkan dengan barang yang sama di luar negeri. Gambarannya yaitu, suatu negara (misalnya negara A) akan cenderung mengekspor suatu komoditas ke negara lain (negara B) apabila harga domestik komoditas tersebut di negara A sebelum terjadi perdagangan internasional relatif lebih rendah dibandingkan dengan komoditas yang sama di negara B. Terjadinya harga yang relatif murah di negara A disebabkan karena adanya kelebihan penawaran, yaitu produksi domestik melebihi konsumsi domestik, sehingga memungkinkan negara A untuk menjual produksinya ke negara lain (negara B). Di sisi lain, di negara B terjadi kelebihan permintaan, yaitu konsumsi domestik melebihi produksi domestik. Akibatnya harga komoditas tersebut di negara B relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara A. Akibat kelebihan permintaan tersebut, menyebabkan negara B berkeinginan untuk membeli komoditas bersangkutan yang harganya relatif lebih murah (negara A). Jadi, adanya perbedaan kebutuhan antar negara A dan B menyebabkan timbulnya perdagangan internasional antar kedua negara, dalam hal ini akan mengekspor kenegara B. D A X S A P* E S P B D B S B P A E D M O Q A Q* Negara A (pengekspor) Perdagangan Internasional Negara B (pengimpor) Q B Sumber : Salvatore (1997) Gambar 5. Kurva Perdagangan Internasional Keterangan: P A : Harga domestik di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan Internasional. OQ A : Komulatif respon HKA, HKC, NT, T terhadap shock HKA, HKC, NT, T dari horizon pertama sampai ke-n. X : Jumlah komoditi yang diekspor oleh negara A.

21 9 P B : Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdangangan internasional. OQ B : Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan internasional. M : Jumlah komoditi yang diimpor oleh negara B. P* : Harga keseimbangan antara kedua negara setelah perdagangan internasional OQ* : Keseimbangan penawaran dan permintaan antar kedua negara dimana jumlah yang diekspor (X) sama dengan jumlah yang diimpor (M). Harga yang terjadi di pasar internasional merupakan harga keseimbangan antara penawaran dan permintaan dunia. Perubahan dalam produksi dunia akan mempengaruhi penawaran dunia, sedangkan perubahan dalam konsumsi dunia akan mempengaruhi permintaan dunia. Kedua perubahan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi harga dunia (Salvatore, 1997). Dalam memenuhi kebutuhannya, suatu negara akan melakukan transaksi ekspor impor antar negara karena keterbatasan sumber daya dan ketidakterbatasan keinginan manusia. Ekspor akan mendatangkan keuntungan bagi negara produsen dan impor menyebabkan negara konsumen mengeluarkan hartanya kepada negara produsen. Semakin banyak produk yang unggul secara komparatif dibanding produk yang sama dari negara lain, semakin potensial produk tersebut akan mendatangkan keuntungan jika diekspor. Selisih positif ekspor terhadap impor (ekspor neto) akan menambah kekayaan suatu negara. Integrasi Pasar Harga merupakan sinyal utama yang menjadi arah bagi pengambilan keputusan produsen, konsumen dan dan pelaku pemasaran dalam pasar. Menurut Kohls dan Uhl (2002), harga merupakan hasil dari interaksi antara permintaan dan penawaran yang berlangsung pada pasar yang bersaing sempurna. Harga optimal akan terjadi dimana manfaat yang diperoleh oleh pembeli barang atau jasa tersebut sama dengan marginal cost dari penjual. Secara kuantitatif, cara yang dapat digunakan dalam penentuan harga komoditas tertentu dalam pasar adalah melalui analisis permintaan dan penawaran. Analisis ini juga merupakan alat peramalan kualitatif yang digunakan untuk melihat tren pada pasar bersaing. Integrasi pasar merupakan sebuah konsep dimana harga-harga pada pasar yang terpisah secara spasial atau pasar yang merupakan level yang berbeda dalam suatu supply chain digerakkan oleh mekanisme penawaran dan permintaan. Integrasi antar pasar antara lain dapat diindikasikan oleh terjadinya pergerakan barang, jasa dan faktor produksi antar pasar. Pengetahuan tentang integrasi pasar berguna sebagai dasar pengambilan kebijakan berdasarkan respon suatu pasar terhadap perubahan harga yang terjadi pada pasar yang lain (Rapsomanikis et al, 2004). Secara garis besar, ada dua jenis integrasi pasar, yaitu integrasi vertikal dan integrasi spasial. Integrasi vertikal adalah keterpaduan antar pasar yang masingmasing merupakan level yang berbeda dalam supply chain. Sementara integrasi spasial merupakan keterpaduan antar pasar yang terpisah secara spasial.

22 10 Transmisi dan informasi yang berjalan antar pasar mengakibatkan harga komoditas tertentu bergerak secara bersama-sama pada beberapa pasar. Sistem pemasaran dikatakan berjalan efisien jika pasar menggunakan harga masa lalu (past price) secara tepat dalam penentuan harga saat ini (current price determination). Salah satu metode dalam analisis integrasi pasar adalah melalui metode kointegrasi dan model vektor koreksi galat (vector Error Correction Model/VECM). Metode ini dilakukan pada penelitian yang menggunakan data time series yang tidak stasioner pada level, tetapi stasioner pada data diferensi dan terkointegrasi sehingga menunjukkan adanya hubungan jangka panjang antar variabelnya. Hukum Persamaan Harga (Law of One Price) Konsep persamaan harga adalah sebuah teori yang mengacu kepada keterkaitan harga komoditas tertentu yang diperdagangkan pada dua pasar atau lebih. Pada pasar yang efisien, seharusnya hanya ada satu harga dari suatu komoditas tertentu dan tidak dipengaruhi lokasi perdagangannya berlangsung. Menurut Kohls dan Uhl (2002), hukum persamaan harga muncul dari perilaku profit-seeking dalam pemasaran dan perdagangan komoditas. Ketika terjadi kenaikan harga suatu komoditas pada pasar tujuan (pasar konsumen) maka perbedaan harga antara kedua pasar menjadi lebih besar dari biaya transfer. Hal ini dilihat oleh trader sebagai peluang untuk menaikkan profit sehingga pelaku perdagangan akan meningkatkan volume perdagangan dari pasar produsen. Sebagai respon dari adanya insentif profit, trader akan membeli komoditas di wilayah asalnya dengan harga yang lebih tinggi dan mengurangi harga pada pasar dimisalkan harga suatu komoditas pada dua pasar yang terpisah secara spasial adalah P 1t dan P 2t dan biaya transfer dari pasar 1 ke pasar 2 adalah sebesar c, maka hubungan antara kedua harga tersebut adalah : P 1t = P 2t + c (2.1) Jika hubungan dua harga berlangsung menurut persamaan (2.1) diatas, maka kedua pasar tersebut terintegrasi sehingga dalam jangka panjang terdapat keseimbangan antara kedua harga. Meskipun demikian, dalam jangka pendek beberapa hal dapat terjadi yang menyebabkan hubungan antara kedua harga tersebut menyimpang dari kondisi diatas. Jika persamaan (2.1) menggambarkan hubungan harga yang memenuhi law of one price secara penuh, maka untuk hubungan antara dua harga yang berada dalam kondisi yang tidak sepenuhnya memenuhi law of one price adalah persamaan berikut: P 1t - P 2t = λ c (2.2) Dimana λ adalah konstanta yang besarnya antara 0 dan 1. Kondisi (2.2) merupakan kondisi arbitrase spasial yang dapat menggambarkan hubungan yang lemah dalam law of one price (hubungan yang kuat digambarkan pada persamaan 2.1). Dalam hal ini, harga mungkin mengalami penyimpangan dari kondisi law of one price, namun adanya arbitrase spasial akan menyebabkan perbedaan harga antara kedua harga akan bergerak mendekati biaya transfer.

23 Dengan demikian integrasi pasar dapat diinterpretasikan melalui pendekatan kointegrasi. Jika dua harga pada dua pasar yang terpisah secara spasial terkointegrasi maka kedua harga tersebut bertendensi untuk bergerak bersamasama dalam jangka panjang menurut suatu persamaan linier. Dalam jangka pendek kedua harga mungkin bergerak sendiri-sendiri, sehingga guncangan pada satu pasar tidak langsung ditransmisikan ke pasar yang lain. Adanya arbitrase spasial menyebabkan penyimpangan yang terjadi pada jangka pendek akan dikembalikan kepada keseimbangan jangka panjangnya. Dalam sebuah pasar, penyimpangan dari hukum satu harga harus bersifat sementara. Dalam kenyataanya, perbedaan harga seringkali berbeda dengan keseimbangan pada hukum satu harga, dimana nilai rasio harga suatu pasar dengan pasar lain ditambah biaya transfer lebih besar atau lebih kecil dari 1. Pada pasar yang efisien, hanya akan terjadi sedikit penyimpangan dari law of one price. Terjadinya guncangan (shock) di suatu tempat membutuhkan waktu untuk didifusikan ke pasar yang lain. Seberapa lama penyimpangan terjadi salah satunya tergantung dari derajat kompetitif suatu pasar. Hal lain yang berpengaruh adalah kemajuan teknologi informasi. Pasar komoditas yang ditunjang transmisi informasi, inventori dan tidak adanya barrier to entry hanya mentoleransi penyimpangan yang pendek dan bersifat sementara. Model Keseimbangan Spasial Tomek dan Robinson (1990) memperkenalkan suatu model untuk menggambarkan proses integrasi antara pasar yang mempunyai excess demand dan pasar lain yang mengalami excess supply terhadap suatu komoditas tertentu. Melalui model ini dapat diduga harga yang terjadi pada masing-masing pasar dan jumlah komoditi yang diperdagangkan. Perdagangan antar pasar yang berpotensi mengalami defisit dan pasar yang berpotensi mengalami surplus dianalisa dengan pendekatan kurva penawaran dan permintaan dari masing-masing wilayah (Gambar 6). Kurva excess supply pasar A dan kurva excess demand pasar B dapat berubah sesuai perubahan permintaan dan penawaran pada masing-masing pasar. Jika diasumsikan tidak ada biaya transfer dan biaya lain-lain dalam perdagangan antara pasar A dan pasar B, maka kuantitas perdagangan dari pasar A ke pasar B adalah sebesar Q E1 dengan tingkat harga sebesar P E. Volume perdagangan (XY) antara pasar A dan pasar B akan semakin menurun jika biaya transfer (TC) semakin besar. Jika biaya transfer lebih besar dari P B P A maka perdagangan antara pasar A dengan pasar B tidak akan berlangsung. Adanya hambatan perdagangan baik yang berupa hambatan tarif dan non tarif akan memperbesar biaya transfer. Jika biaya transfer melebihi selisih harga P B P A maka pedagang tidak akan memperoleh keuntungan dari perdagangan antar pasar tersebut. Hal ini berakibat tidak ada transfer excess supply dah excess demand antar pasar sehingga harga pada masing-masing pasar akan bergerak secara individual. 11

24 12 Harga (P) ES S A P E2 Harga (P) ES Harga (P) S B P E P A D A P E1 ED ED D B Kuantitas Q E Kuantitas Kuantitas Pasar A (Potensial Surplus) Pasar B (Potensial Defisit) Transfer Cost (TC) Harga (P) P A -P B T C X Q E2 Q E1 Y Kuantitas Sumber : Tomek dan Robinson, 1990 Gambar 6. Kurva Perdagangan antara Wilayah Potensial Surplus dan Wilayah Potensial Defisit Konsep Transmisi Harga Perubahan harga pada suatu pasar dapat mempengaruhi efisiensi alokasi sumber daya. Transmisi perubahan harga dari suatu pasar ke pasar yang lain menyebabkan terjadinya integrasi antar pasar, baik secara vertikal maupun horizontal. Transmisi harga merupakan sebuah proses dimana perubahan harga pada suatu pasar akan diteruskan dan direspon oleh pasar lain, baik secara vertikal (antara tingkatan dalam satu supply chain), antar pasar yang terpisah secara spasial, maupun transmisi harga yang bersifat cross product (transmisi harga suatu komoditas dengan komoditas yang berbeda tetapi terkait dalam satu lini produksi). Analisis transmisi harga vertikal dilakukan untuk menguji hubungan antar harga pada tingkatan yang berbeda dalam sebuah supply chain. Transmisi harga vertikal dapat menggambarkan perilaku persaingan harga dalam pasar yang merefleksikan efisiensi pelaku pasar pada setiap tingkatan dalam melaksanakan fungsinya. Transmisi harga horizontal berlangsung antara pasar yang terpisah secara geografis, baik antar negara maupun antar wilayah dalam suatu wilayah negara. Studi mengenai transmisi harga horizontal menjadi semakin penting karena globalisasi perdagangan yang menyebabkan perekeonomian semakin terbuka

25 sehingga gejolak harga dunia akan ditransmisikan kepada harga domestik, atau gejolak harga yang terjadi pada negara pengekspor akan ditransmisikan kepada pasar di negara pengimpor. Informasi mengenai transmisi harga horizontal untuk komoditas yang bersifat pokok akan bermanfaat dalam pengambilan kebijakan yang terkait stabilisasi harga komoditas tersebut. Pada pasar yang terintegrasi, perubahan harga pada salah satu pasar akan ditransmisikan secara langsung dan penuh kepada harga pada pasar yang lain. Hal ini sesuai dengan law of one price. Sebaliknya jika perubahan harga tidak langsung ditransmisikan, tetapi setelah beberapa waktu, maka transmisi tidak berlangsung penuh pada jangka pendek, namun baru akan penuh dalam jangka panjang sebagaimana implikasi kondisi arbitrase. Perbedaan transmisi harga antara jangka panjang dan jangka pendek serta kecepatan penyesuaian harga menuju keseimbangan jangka panjangnya penting untuk mengetahui derajat integrasi antar pasar pada jangka pendek (Rapsomanikis et al, 2004). Proses transmisi harga dari satu pasar ke pasar lainnya memperlihatkan kecenderungan terjadinya transmisi yang asimetris (asymmetric price transmission). Sangat jarang transmisi harga berlangsung secara simetris. 13 Analisis Pass Through Analisis efek perubahan (pass-through effect analysis) umumnya digunakan untuk mengetahui efek perubahan nilai tukar terhadap perubahan tingkat harga, baik harga ekspor-impor maupun harga di tingkat konsumen. Passthrough effect akan menimbulkan efek langsung dan tidak langsung (direct and indirect pass through effect). Svensson (2000) mengembangkan model pengaruh lintasan kurs terhadap perekonomian. Analisis yang dilakukan oleh Svensson menyatakan bahwa pengaruh lintasan kurs terhadap perekonomian data melalui efek langsung maupun tidak langsung. Perubahan nilai tukar akan berpengaruh langsung terhadap inflasi melalui perubahan harga barang-barang impor merupakan jalur yang terjadi pada efek langsung (direct pass through), sedangkan jalur yang terjadi pada efek tidak langsung, perubahan nilai tukar akan mempengaruhi melalui jalur output, yaitu melalui perubahan permintaan agregat dan penawaran agregat. Dampak tidak langsung lintasan kurs dapat dilihat dari pergerakan nilai tukar. Nilai tukar akan mempengaruhi tingkat harga domestik melalui guncangan permintaan dan penawaran agregat. Secara teoritis, jalur tidak langsung biasanya melalui transmisi demand pull, yaitu ketika kenaikan harga luar negeri ataupun kenaikan mata uang asing terhadap Rupiah mengakibatkan kenaikan pendapatan eksportir dalam negeri. Hasil akhirnya adalah akan meningkatkan permintaan eksportir terhadap barang dan jasa di dalam negeri. Kebijakan Tarif Impor Kedelai Kebijakan penggunaan tarif impor kedelai dapat dipakai sebagai alternatif untuk melindungi produsen kedelai dalam negeri. Dengan tingkat tarif bea masuk tertentu akan dapat dibentuk tingkat harga yang tidak akan menyaingi harga

26 14 kedelai lokal. Pengenaan tarif untuk kedelai impor Indonesia dikenal dengan tarif ad-valorem. Dimana pajak yang dikenakan berdasarkan angka persentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor (misalnya, Indonesia memungut tarif 10 persen atas total nilai impor kedelai). Tarif impor kedelai dimulai sejak tahun 1974 sampai 1982 sebesar 30 persen. Pada tahun 1983 sampai 1993 tarif impor kedelai diturunkan menjadi 10 persen, kemudian pada tahun 1994 sampai 1996 tarif diturunkan kembali menjadi 5 persen dan pada tahun 1997 menjadi 2.5 persen. Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 543/KMK-01/1997 ditetapkan mulai 1 Januari 1998 terhadap importir kedelai yang dilakukan oleh importir umum dikenakan bea masuk 20 persen. Namun, berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 444/KMK.01/1998 terhitung 29 September 1998, tarif bea masuk kedelai impor dihilangkan menjadi 0 persen sampai tahun 2003 sesuai dengan kesepakatan IMF yang tertuang dalam LOI (Letter of Intent), dimana Indonesia wajib sepenuhnya mematuhi ketentuan yang lebih berat dari ketentuan WTO, seperti penghapusan monopoli impor kedelai yang semula dilakukan oleh BULOG diubah menjadi dilakukan oleh importir umum dan penurunan tarif bea masuk yang semula 20 persen menjadi setinggi-tingginya 5 persen. Ketentuan ini berlaku bagi barang impor yang dokumen pemberitahuan impor barangnya (PIB) telah mendapat nomor pendaftaran dari kantor pelayanan Ditjen Bea dan Cukai. Alasan pemerintah menerapkan tarif rendah adalah untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Namun, kebijakan tersebut justru memberikan dampak memacu peningkatan impor kedelai dari USA, China, Argentina dan Brazil dalam jumlah besar dan mempengaruhi kestabilan harga kedelai domestik. Sebaliknya, harga kedelai di tingkat petani menjadi turun dan industri pengolahan kedelai dapat menikmati murahnya kedelai impor dengan kualitas pasokan yang lebih menjamin kontinuitas produknya. Dampak yang lebih buruk lagi adalah akan mempengaruhi motivasi petani produsen untuk menanam kedelai yang berakibat pada menurunya produksi kedelai nasional. Maka melalui keputusan Menteri Keuangan No. 557/KMK.01/2003 tentang perubahan tarif bea masuk dan penyempurnaan klasifikasi atas impor untuk beberapa produk tertentu maka diputuskan bahwa tarif bea masuk kedelai menjadi 15 persen. Keputusan tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan stok kedelai di dalam negeri, peningkatan konsumsi dan semakin tingginya harga kedelai di dalam negeri. Pada tahun 2004 tarif impor kedelai kembali diturunkan menjadi 5 persen dan diperbaharui kembali melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 110/PMK.010/2006 tentang Penetapan Sistem, Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor menjadi 10 persen pada tahun Namun, melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PMK.001/2008 pada tanggal 18 Januari 2008 tarif impor kedelai diubah kembali menjadi 0 persen. Untuk kali ini bukan hanya melalui satu keputusan menteri saja, melainkan juga dikeluarkannya Keputusan Presiden dari Presiden. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan stok kedelai di dalam negeri, semakin meningkatnya konsumsi dan tingginya harga kedelai di dalam negeri dengan perubahan mencapai lebih dari 100 persen dari harga sebelumnya. Padahal di Amerika Serikat harga kedelai hanya naik sekitar 30 persen. Tarif bea masuk 10 persen akan kembali diterapkan apabila harga kedelai di luar negeri sudah turun dikarenakan mayoritas kedelai dalam negeri disuplai dari kedelai impor. Dan

27 sejak tahun 2010, tarif impor kedelai diperbaharui kembali menjadi 10 persen. Penerapan tarif impor kedelai sebesar 10 persen ini tidak mengurangi ketergantungan terhadap impor kedelai Indonesia. Impor kedelai pada tahun 2010 justru meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2011, Kementrian Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 13/PMK. 011/2011 yang menetapkan tarif bea masuk kedelai dan tepung terigu 0 persen sejak 31 Maret 2011 hingga 31 Desember Dengan demikian setiap impor kedelai dan tepung terigu dibebaskan dari pungutan bea masuk hingga 31 Desember Seperti halnya tahun 2008, penurunan tariff impor kedelai sampai 0 persen ini tidak hanya dilakukan untuk menjaga kestabilan harga kedelai dalam negeri tapi juga sebagai antisipasi dampak yang lebih parah akibat kenaikan harga kedelai internasional. Dampak lain yang ditimbulkan adalah impor kedelai Indonesia justru semakin meningkat dengan penetapan tarif impor kedelai 0 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sementara produksi kedelai nasional terus menurun. Oleh karena itu, sejak tanggal 1 Januari 2012 dalam PMK No 13/PMK.011/ 2011 Pasal 2 Ayat 2 ditetapkan tarif bea masuk kedelai kembali dinaikkan menjadi 5 persen. Langkah ini dilakukan untuk mendukung program swasembada kedelai pada tahun Penelitian Terdahulu Harri et al. (2009) dalam penelitiannya yang berjudul The Relationship between Oil, Exchange rate, and Commodity Prices dengan menggunakan VAR Model menemukan bahwa nilai tukar mempengaruhi harga komoditas (minyak jagung, kapas dan kedelai) dari waktu ke waktu. Nuryati et al (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor Penentu Instabilitas Harga Produk Berbasis Impor (Kedelai dan Gula) dengan menggunakan VAR VECM menemukan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas harga kedelai domestik adalah shock harga kedelai sendiri, harga kedelai internasional, serta kuantitas impor kedelai. Sementara, shock dari produksi, konsumsi, harga BBM serta laju harga pangan masih relatif kecil. Lebih jauh dalam penelitiannya Nuryati et. al. menemukan bahwa dalam jangka panjang kointegrasi harga internasional dengan harga komoditi berbasis impor relatif sangat kuat Hernandez (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Factors Influencing Price Volatility on Soybean Futures Prices dengan menggunakan VAR VECM menemukan bahwa harga kedelai China berjangka dipengaruhi oleh konsumsi kedelai China, harga minyak dan indeks komoditas yang tersedia bagi investor. Zhao et al. (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Impact on the Chinese Soybean Markets From International Prices Volatility: Empirical Study Based on VEC Model menganalisis dampak harga internasional terhadap pasar kedelai China. Penelitian ini menggunakan VAR VECM. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat mekanisme keseimbangan harga antara pasar kedelai domestik dengan pasar kedelai internasional. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa fluktuasi pasar kedelai China dipengaruhi oleh harga internasional dan juga permintaan dan penawaran kedelai domestik.

28 16 Kerangka Pemikiran Fluktuasi ekonomi global yang terjadi di dunia mempengaruhi fluktuasi ekonomi domestik. Perkembangan ekonomi yang tidak menentu ini membuat fluktuasi komoditas berkontribusi pada terciptanya risiko-risiko ekonomi yang mampu menghambat upaya pemulihan ekonomi global dan juga ekonomi domestik. Fluktuasi ekonomi global mempengaruhi fluktuasi harga komoditas, termasuk komoditas pangan. Fluktuasi harga pangan dunia bisa berdampak pada fluktuasi harga pangan domestik. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia dan merupakan kebutuhan pertama yang harus diprioritaskan pemenuhannya, gejolak harga pangan yang tinggi mengakibatkan kesejahteraan masyarakat menurun. Kedelai merupakan komoditas penghasil protein yang penting dan diminati oleh banyak kalangan, khususnya di Indonesia. Sehingga stabilitas harga kedelai domestik harus senantiasa dijaga. Komoditas pangan kedelai di Indonesia mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap dunia, terlihat dari 71 persen kebutuhan nasional dipasok dari kedelai impor. Hal demikian dapat menyebabkan fluktuasi harga kedelai dipengaruhi oleh fluktuasi harga kedelai internasional. Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya impor kedelai ke Indonesia adalah nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dollar. Faktor lain yang tidak kalah penting yang dapat mempengaruhi harga domestik kedelai adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, baik kebijakan produksi ataupun kebijakan perdagangan. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga kedelai domestik, akan didapatkan sebuah rumusan kebijakan yang mampu menstabilkan harga kedelai domestik.

29 17 Fluktuasi Ekonomi Global Konsumsi Kedelai Produksi kedelai Harga Kedelai China Harga Kedelai Internasional Impor Kedelai Harga Kedelai Domestik Kebijakan Harga Kedelai USA Nilai Tukar Stabilitas Harga = Variabel yang dibahas Gambar 7. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis Penelitian 1. Pada jangka pendek variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah harga kedelai domestik itu sendiri. 2. Pada jangka panjang variabel yang mempengaruhi harga kedelai domestik adalah harga kedelai internasional, nilai tukar dan kebijakan tarif. 3 METODE Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder dan bentuk datanya adalah time series bulanan dari periode Januari 2009 sampai Desember Jenis data yang akan digunakan dengan besaran dan sumbernya disajikan pada Tabel 1.

III. KERANGKA PENELITIAN

III. KERANGKA PENELITIAN 23 III. KERANGKA PENELITIAN 3.1 Teori Harga Harga merupakan sinyal utama yang menjadi arah bagi pengambilan keputusan produsen, konsumen dan dan pelaku pemasaran dalam pasar. Menurut Kohls & Uhl (2002),

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

INTEGRASI PASAR FISIK CRUDE PALM OIL DI INDONESIA, MALAYSIA DAN PASAR BERJANGKA DI ROTTERDAM DIAN HAFIZAH

INTEGRASI PASAR FISIK CRUDE PALM OIL DI INDONESIA, MALAYSIA DAN PASAR BERJANGKA DI ROTTERDAM DIAN HAFIZAH 1 INTEGRASI PASAR FISIK CRUDE PALM OIL DI INDONESIA, MALAYSIA DAN PASAR BERJANGKA DI ROTTERDAM DIAN HAFIZAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

DAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN+3 EVI JUNAIDI

DAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN+3 EVI JUNAIDI DAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN+3 EVI JUNAIDI PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Permasalahan pangan di sisi penyediaan saat ini adalah permintaan pangan yang tinggi seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk, sementara pertumbuhan produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin lama semakin tak terkendali. Setelah krisis moneter 1998, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA 5.1. Sejarah Perkembangan Kedelai Indonesia Sejarah masuknya kacang kedelai ke Indonesia tidak diketahui dengan pasti namun kemungkinan besar dibawa

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H14104090 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak pernah lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Karena pembangunan ekonomi mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dalam bidang ekonomi, menyebabkan berkembangnya sistem perekonomian ke arah yang lebih terbuka antar negara. Perekonomian terbuka membawa suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini pasar modal merupakan instrumen penting dalam perekonomian suatu negara. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAPAIAN STABILITAS INFLASI DENGAN PENDEKATAN HARGA DI INDONESIA TESIS. Oleh H A M D I /EP

ANALISIS PENCAPAIAN STABILITAS INFLASI DENGAN PENDEKATAN HARGA DI INDONESIA TESIS. Oleh H A M D I /EP ANALISIS PENCAPAIAN STABILITAS INFLASI DENGAN PENDEKATAN HARGA DI INDONESIA TESIS Oleh H A M D I 087018025/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan

Lebih terperinci

HARGA SEMBAKO DAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL Kamis, 27 Agustus 2009

HARGA SEMBAKO DAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL Kamis, 27 Agustus 2009 HARGA SEMBAKO DAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL Kamis, 27 Agustus 2009 Pangan merupakan kebutuhan dasar dari manusia dan merupakan kebutuhan pertama yang harus diprioritaskan pemenuhannya. Apabila harga pangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS INTEGRASI PASAR KARET ALAM ANTARA PASAR FISIK DI INDONESIA DENGAN PASAR BERJANGKA DUNIA WANTI FITRIANTI

ANALISIS INTEGRASI PASAR KARET ALAM ANTARA PASAR FISIK DI INDONESIA DENGAN PASAR BERJANGKA DUNIA WANTI FITRIANTI ANALISIS INTEGRASI PASAR KARET ALAM ANTARA PASAR FISIK DI INDONESIA DENGAN PASAR BERJANGKA DUNIA WANTI FITRIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP EKSPOR KARET ALAM INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT DAN JEPANG TITIEN KRISTININGSIH

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP EKSPOR KARET ALAM INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT DAN JEPANG TITIEN KRISTININGSIH PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP EKSPOR KARET ALAM INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT DAN JEPANG TITIEN KRISTININGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA LIRA MAI LENA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2 0 0 7 ABSTRAK Lira Mai Lena. Dampak Kebijakan Moneter terhadap Kinerja Sektor

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI INDONESIA PERIODE MUHAMMAD ILHAM RIYADH

ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI INDONESIA PERIODE MUHAMMAD ILHAM RIYADH ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI INDONESIA PERIODE 1999-2006 MUHAMMAD ILHAM RIYADH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK MUHAMMAD ILHAM RIYADH. Analisis Fluktuasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai mata uang Rupiah dan perbandingan dengan nilai mata uang acuan internasional yaitu Dollar Amerika, merupakan salah satu gambaran pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN I. PENDAHULUAN 1. Salah satu target utama dalam Rencana Strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui apakah suatu negera tersebut memiliki perekonomian yang baik (perekonomiannya meningkat)

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H14104036 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini 51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

INTEGRASI PASAR BERAS DAN GULA DI THAILAND, FILIPINA DAN INDONESIA DESI ARYANI

INTEGRASI PASAR BERAS DAN GULA DI THAILAND, FILIPINA DAN INDONESIA DESI ARYANI INTEGRASI PASAR BERAS DAN GULA DI THAILAND, FILIPINA DAN INDONESIA DESI ARYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harga Gula Domestik

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harga Gula Domestik II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harga Gula Domestik Menurut Susila (2005), Indonesia merupakan negara kecil dalam perdagangan dunia dengan pangsa impor sebesar 3,57 persen dari impor gula dunia sehingga Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya untuk memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social welfare) tidak bisa sepenuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil komoditas pertanian berupa padi. Komoditas padi dikonsumsi dalam bentuk beras menjadi nasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan perekonomian terbuka, pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada

BAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia sektor perdagangan internasional mempunyai peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada sektor perdagangan

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Adreng Purwoto, Handewi P.S. Rachman, dan Sri Hastuti Suhartini. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No.

Adreng Purwoto, Handewi P.S. Rachman, dan Sri Hastuti Suhartini. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. KORELASI HARGA DAN DERAJAT INTEGRASI SPASIAL ANTARA PASAR DUNIA DAN PASAR DOMESTIK UNTUK KOMODITAS PANGAN DALAM ERA LIBERALISASI PERDAGANGAN (Kasus Provinsi Sulawesi Selatan) Adreng Purwoto, Handewi P.S.

Lebih terperinci

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F 0102058 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menyelenggarakan pemerintahan, suatu negara memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 85 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi serta menelaah perbedaan pengaruh faktor-faktor tersebut pada masa

Lebih terperinci

STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H

STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H14103001 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 STABILITAS MONETER PADA SISTEM

Lebih terperinci

HUBUNGAN IMPOR BERAS DENGAN HARGA DOMESTIK BERAS DAN PRODUKSI BERAS DI SUMATERA UTARA

HUBUNGAN IMPOR BERAS DENGAN HARGA DOMESTIK BERAS DAN PRODUKSI BERAS DI SUMATERA UTARA HUBUNGAN IMPOR BERAS DENGAN HARGA DOMESTIK BERAS DAN PRODUKSI BERAS DI SUMATERA UTARA MUHAMMAD AZHAR, TAVI SUPRIANA, DIANA CHALIL Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus utama dari kebijakan moneter adalah mencapai dan memelihara laju inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, tujuan Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, perekonomian dunia memberikan peluang yang besar bagi berbagai negara untuk saling melakukan hubunga antarnegara, salah satunya dibidang ekomomi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian masih sangat bergantung pada negara lain. Teori David Ricardo menerangkan perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik dari dimensi ekonomi, sosial, maupun politik. Indonesia memiliki keunggulan komparatif sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah perkembangan perekonomian Indonesia pada dasarnya di mulai seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian Indonesia secara dinamis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. Manusia melakukan kegiatan konsumsi berarti mereka juga melakukan pengeluaran. Pengeluaran untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan komoditas yang tidak bisa dilepaskan dari kebijakan ekonomi suatu negara, karena pangan merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci