III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,
|
|
- Yanti Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat ditunjukkan oleh adanya permintaan input dan penawaran output. Permintaan input pada masing-masing pasar merupakan permintaan turunan dari pasar lainnya. Permintaan input jagung merupakan permintaan turunan dari pasar pakan dan permintaan input pakan merupakan permintaan turunan dari pasar daging ayam. Adanya perubahan pada pasar daging ayam akan menyebabkan perubahan permintaan input pakan di pasar pakan akan menyebabkan perubahan permintaan input jagung di pasar jagung. Begitu sebaliknya jika terjadi perubahan pada pasar jagung akan menyebabkan terjadinya perubahan penawaran output pakan di pasar pakan akan menyebabkan terjadinya perubahan penawaran output daging ayam di pasar daging ayam. Dari sisi pasar, keterkaitan ketiga pasar tersebut ditunjukkan oleh adanya pengaruh yang dihubungkan oleh harga, yaitu harga jagung domestik, harga jagung dunia, harga pakan domestik, harga komponen pakan impor, harga daging ayam domestik dan impor, dan harga daging ayam dunia. Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia mulai dari petani sampai konsumen akhir melalui beberapa tahapan. Pertama, petani jagung sebagai produsen menggunakan input berupa lahan, tenaga kerja dan pupuk sebagai faktor produksi. Kedua, jagung yang dihasilkan petani merupakan input utama dari industri pakan ternak ayam ras dalam memproduksi pakan, dimana kontribusi jagung sebagai bahan baku pakan mencapai 51.4 persen.
2 38 Tahap Produksi Pasar Gambar 1. Kerangka Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia
3 39 Selain dari petani jagung, pabrik pakan juga menggunakan jagung impor yang diperoleh dari pasar dunia. Ketiga, pabrik pakan ternak menghasilkan pakan ternak, dimana produk ini selanjutnya ditawarkan pada peternak di pasar pakan. Keempat, peternak yang membeli pakan sebagai input utama dalam budidaya ayam ras akan menghasilkan daging ayam yang selanjutnya akan ditawarkan pada konsumen di pasar daging ayam Produksi dan Penawaran Jagung Faktor produksi dapat dibedakan menjadi faktor produksi tetap dan tidak tetap. Akan tetapi pembagian faktor juga tergantung pada sisi produsen dalam jangka waktu tertentu. Dalam jangka pendek, faktor produksi terdiri dari faktor produksi tetap dan tidak tetap, dimana faktor teknologi belum berubah. Sedangkan dalam jangka panjang, semua faktor produksi adalah tidak tetap dan teknologi belum berubah. Setelah produsen berada pada posisi jangka waktu yang sangat panjang, maka faktor produksi dan teknologi adalah tidak tetap. Permintaan K dan R sebagai faktor produksi tergantung pada harga produk suatu produktivitas dari faktor tersebut. Dalam proses produksi diasumsikan bahwa produsen bertindak rasional yaitu selalu memaksimumkan keuntungan pada tingkat produksi yang maksimum dan harga pasar tertentu. Untuk memaksimumkan produksi ada dua syarat yang harus dipenuhi yaitu first order condition (syarat pertama) dan second order condition (syarat kedua) (Koutsoyiannis, 1977). Pada tingkat teknologi tertentu, fungsi produksi K dan R dapat dirumuskan sebagai berikut: Q J = Q J (Q K,Q R )... (1)
4 40 dimana: Q J = jumlah produksi jagung (unit) Q K = jumlah faktor produksi K (unit) Q R = jumlah produksi lainnya (unit). Dan harga masing-masing adalah sebagai berikut: P J = harga jagung per unit P K = harga faktor produksi K per unit P R = harga faktor produksi lainnya per unit Fungsi keuntungan produsen jagung dapat dirumuskan sebagai berikut: π = P J * Q J (Q K,Q R ) (P K *Q K + P R *Q R )... (2) Jika syarat pertama dan kedua di atas dapat dipenuhi, maka fungsi keuntungan dapat dimaksimumkan sebagai berikut: π/ Q K = P J *Q K P K = 0 atau P K = P J *Q K... (3) π/ Q R = P R *Q R P R = 0 atau P R = P R *Q R... (4) dimana Q K dan Q R merupakan produk marginal dari faktor produksi Q K dan Q R. Dari fungsi persamaan (3) dan (4) diketahui bahwa peubah eksogen terdiri dari P K, P R dan P J serta peubah endogen adalah Q K dan Q R. Fungsi permintaan faktor produksi K dan R dapat dirumuskan sebagai berikut: Q D K = Q D K (P K / P R, P J )... (5) Q D R = Q D R (P R / P K, P J )... (6) Dengan mensubstitusi persamaan (5) dan (6) ke persamaan (1) maka fungsi penawaran jagung oleh produsen jagung dapat dirumuskan sebagai berikut: Q S J = Q S J (P J / P K, P R )... (7) Persamaan (7) menunjukkan bahwa jumlah penawaran jagung oleh produsen jagung merupakan fungsi dari harga jagung (P J ) dan harga faktor-faktor produksi (P K dan P R ), sedangkan faktor lain dianggap tetap.
5 Permintaan Jagung dan Penawaran Pakan Ternak Faktor produksi utama dari pabrik pakan ternak adalah jagung, karena jagung merupakan input bagi pabrik pakan ternak atau permintaan turunan (derived demand) dari pabrik pakan ternak. Oleh sebab itu fungsi permintaan jagung dapat didefinisikan sebagai fungsi dari harga jagung, harga pakan ternak dan input lain. Fungsi permintaan input termasuk jagung dan penawaran pakan ternak, dapat diturunkan dari fungsi produksi pabrik pakan ternak, yang dirumuskan sebagai berikut: Q P = Q P (Q J, Q R )... (8) dimana Q P = produksi pakan ternak, Q J = volume penggunaan jagung, dan Q R = jumlah penggunaan input lainnya. Bila P P = harga per unit pakan ternak, P J = harga per unit jagung dan P R = harga per unit input R, maka keuntungan pabrik pakan ternak dapat dirumuskan sebagai berikut: π = P P *Q P (Q J, Q R ) (P J *Q J + P R *Q R )... (9) Dengan memaksimumkan fungsi keuntungan di atas dan bila second order condition dapat dipenuhi, maka keadaan keseimbangan pada pabrik pakan ternak adalah sebagai berikut: P J = P P * Q J... (10) P R = P P * Q R... (11) dimana P P, P J, dan P R merupakan peubah eksogen, Q J dan Q R merupakan peubah endogen. Dengan demikian fungsi permintaan jagung oleh produsen pakan ternak adalah: Permintaan jagung: Q D J = Q D J (P J / P P, P R )... (12)
6 42 Permintaan input lainnya: Q D R = Q D R (P R / P J, P P )... (13) Dengan mensubstitusikan persamaan (12) dan (13) ke dalam persamaan (8) maka fungsi penawaran pakan ternak oleh produsen pakan ternak dapat dirumuskan sebagai berikut: Q S P = Q S P (P P / P J, P R )... (14) 3.3. Permintaan Pakan Ternak dan Penawaran Daging Ayam Permintaan pakan ternak oleh peternak merupakan permintaan turunan (derived demand) dari penawaran daging ayam. Dengan asumsi bahwa kegiatan usaha ternak ayam dan produksi daging ayam berada dalam satu pasar, maka jumlah produksi daging ayam sangat ditentukan oleh peubah populasi ayam dan pakan ternak yang digunakan. Dengan demikian, permintaan input produksi oleh peternak dalam usaha ayam ras dapat diturunkan dari fungsi produksi yang dirumuskan sebagai berikut: Q DA = Q DA (Q P, Q R )... (15) dimana Q DA = produksi daging ayam ras, Q P = jumlah pakan ternak yang digunakan dan Q R = input produksi lainnya. Bila P DA adalah harga daging ayam ras, P P adalah harga pakan ternak dan P R adalah harga input produksi R maka fungsi keuntungan peternak dapat dirumuskan sebagai berikut: π = P DA *Q DA (Q P,Q R ) (P P *Q P + P R *Q R )... (16) Dengan memaksimumkan fungsi keuntungan di atas dan bila second order condition dapat dipenuhi, maka keadaan keseimbangan adalah pada saat: P P = P DA *Q P... (17) P R = P DA *Q R... (18)
7 43 dimana P DA, P P dan P R adalah peubah eksogen, Q P dan Q R merupakan peubah endogen. Dengan demikian fungsi permintaan pakan ternak oleh produsen daging ayam adalah: Permintaan pakan: Q D P = Q D P (P P / P DA, P R )... (19) Permintaan faktor lainnya: Q D R = Q D R (P R / P DA, P P )... (20) Dengan mensubstitusi persamaan (19) dan (20) ke persamaan (15), maka fungsi penawaran daging ayam dari produsen daging ayam dapat dirumuskan sebagai berikut: Q S DA = Q S DA (P DA / P P, P R )... (21) 3.4. Permintaan Daging Ayam Menurut Henderson and Quandt (1980), fungsi permintaan diturunkan dari fungsi utilitas konsumen yang dimaksimumkan dengan kendala tingkat pendapatan. Bila diasumsikan bahwa fungsi utilitas konsumen daging ayam adalah: dimana: U DA = U DA (Q DA, Q C )... (22) U DA = total utilitas mengkonsumsi daging ayam Q DA = jumlah konsumsi daging ayam Q C = jumlah konsumsi barang lain (substitusi/komplemen) Jika harga daging ayam P DA dan harga barang lain P C, dengan asumsi semua pendapatan digunakan untuk menkonsumsi barang, maka fungsi kendala pada tingkat pendapatan tertentu (Y O ) bagi konsumen adalah: Y O = P DA * Q DA + P C * Q C... (23) Dengan mensubstitusikan fungsi kendala (23) ke dalam fungsi utilitas (22), maka didapatkan fungsi Lagrangian sebagai berikut:
8 44 V = U DA (Q DA,Q C ) + λ (Y O P DA *Q DA P C *Q C )... (24) dimana λ = Lagrange Multiplier Selanjutnya memaksimumkan utilitas dengan syarat turunan parsial pertama sama dengan nol, sebagai berikut: V/ Q DA = U DA / Q DA λp DA = 0 atau Q DA = λp DA... (25) V/ Q C = U DA / Q C λp C = 0 atau Q C = λp C... (26) V/ λ= Y O P DA *Q DA P C *Q C = 0... (27) Dengan menyelesaikan persamaan (25) dan (26) diperoleh: λ = Q DA /P DA = Q C /P C atau Q DA /Q C = P DA /P C... (28) dimana Q DA dan Q C masing-masing adalah utilitas marjinal barang Q DA dan Q C. Dari persamaan (25), (26), dan (27) diketahui bahwa P DA, P C dan Y O merupakan peubah eksogen, sedangkan Q DA dan Q C merupakan peubah endogen. Oleh karena itu secara fungsional permintaan daging ayam oleh konsumen daging ayam diformulasikan sebagai berikut: Q D DA = Q D DA (P DA / P C, Y O )... (29) 3.5. Penggunaan Peubah Lag Pada kenyataannya, respon produksi suatu komoditas pertanian terhadap perubahan harga dan faktor penentu lainnya memerlukan tenggang waktu (time lag). Sebagai contoh kegiatan berproduksi jagung atau produksi daging ayam secara biologis memerlukan waktu, sehingga ketika terjadi perubahan harga tidak dapat direspon dengan segera oleh produsen bila proses produksi sedang berjalan dan dapat direspon oleh produsen pada produksi berikutnya. Demikian juga keputusan untuk konsumsi seringkali dipengaruhi oleh perilaku sebelumnya (t-1), sehingga keputusan untuk produksi dan konsumsi pada waktu t pada umumnya
9 45 juga didasarkan pada produksi dan konsumsi sebelumnya (t-1). Untuk menangkap fenomena ini maka persamaannya harus melibatkan peubah tenggang waktu (lagged variable) sebagai peubah penjelas (explanatory variable). Kelebihan dengan dimasukkan peubah lag sebagai peubah penjelas menyebabkan model menjadi bersifat dinamis sehingga mampu menginformasikan baik respon jangka pendek maupun jangka panjang Elastisitas Untuk mendapatkan ukuran kuantitatif respon suatu fungsi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya, digunakan konsep elastisitas. Untuk model yang dinamis, dapat dihitung elastisitas jangka pendek dan jangka panjang (Gujarati, 1995). Elastisitas jangka pendek (E SR ) dan jangka panjang (E LR ) dapat dihitung dengan rumus berikut: dimana: E SR = Y t / X t * X t / Y t... (30) E LR = E SR / 1-b... (31) b = koefisien dugaan peubah lag endogen X t = rata-rata peubah eksogen Y t = rata-rata peubah endogen Ukuran-ukuran elastisitas umumnya digunakan pada analisis permintaan yang mengacu pada teori tingkah laku konsumen. Menurut Koutsoyiannis (1977), ada tiga elastisitas yang penting dalam teori tersebut, yaitu: (1) elastisitas harga (e p ), (2) elastisitas pendapatan (e γ ) dan (3) elastisitas silang (e xy ). Nilai elastisitas tersebut dapat ditentukan dengan rumus berikut:
10 46 e p = Q / P * P /Q... (32) e γ = Q / Y * Y /Q... (33) e xy = Q x / P y * P y / Q x... (34) dimana: Q = jumlah barang yang diminta Q = rata-rata Q P = harga Q P = rata-rata P Q x = jumlah barang X yang diminta Q x = rata-rata jumlah barang X yang diminta P y = harga barang Y P = rata-rata P y y Nilai elastisitas pendapatan yang bernilai positif untuk barang normal, bernilai nol untuk barang netral dan bernilai negatif untuk barang inferior. Beberapa penulis dapat mengklasifikasikan barang mewah dan barang kebutuhan pokok dari nilai elastisitas pendapatan. Jika nilai elastisitas pendapatan lebih besar dari satu maka barang tersebut termasuk barang mewah dan jika lebih kecil dari satu termasuk barang kebutuhan pokok. Nilai elastisitas silang (e xy ) dapat mengklasifikasikan apakah suatu barang berhubungan sebagai substitusi atau komplemen. Jika tanda elastisitas silang negatif maka barang X bersifat komplemen terhadap barang Y dan jika bertanda positif, maka barang X merupakan barang substitusi terhadap barang Y Surplus Produsen dan Surplus Konsumen Konsep surplus konsumen dan surplus produsen sering digunakan untuk mengukur perubahan kesejahteraan masyarakat, sebagai akibat adanya perubahan faktor internal dan faktor eksternal. Krugman dan Obstfeld (1991) dalam Imron
11 PP 47 (2007) menyatakan bahwa kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi permintaan dan penawaran suatu barang akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan konsumen dan produsen dari barang tersebut, yang dapat diukur dari besaran surplus produsen dan konsumen. Secara grafis disajikan pada Gambar 2. P A S E E B D O Q E Q Gambar 2. Distribusi Surplus Konsumen dan Produsen Gambar 2 menunjukkan besarnya surplus produsen dan surplus konsumen dalam perekonomian yang mengalami keseimbangan penawaran dan permintaan. Distribusi kesejahteraan diukur dari besar surplus yang diterima oleh masingmasing pelaku ekonomi, baik produsen maupun konsumen. Segitiga AEP E menunjukkan besarnya surplus konsumen, sedangkan segitiga BEP E menunjukkan besarnya surplus produsen. Surplus produsen dapat didefenisikan sebagai perbedaan antara jumlah nilai uang yang benar-benar diterima produsen dengan jumlah nilai minimum yang diinginkan produsen tersebut. Surplus konsumen adalah perbedaan antara jumlah maksimum nilai uang yang ingin dibayar oleh konsumen dengan nilai yang benar-benar dibayar terhadap jumlah tertentu dari suatu produk.
12 48 Vesdapunt (1984) dalam Sitepu (2002) menyatakan bahwa ada tiga dasar postulat yang penting dalam penggunaan surplus produsen dan surplus konsumen untuk mengukur tingkat kesejahteraan, yaitu : (1) pemerintah merupakan refleksi dari keinginan untuk membayar, (2) penawaran merupakan refleksi dari biaya marginal (marginal cost) dan (3) perubahan pada pendapatan individu bersifat penambahan (additive). Besar surplus dapat diukur berdasarkan asumsi bahwa kepuasan marginal uang sama bagi tiap individu. Secara matematis, surplus produsen dan surplus konsumen diukur dengan pengintegralan fungsi penawaran dan fungsi permintaan (Chiang, 1984) CS Qd( P) dp... (35) = pd Pe PS Qm( P) dp = pe Pm... (36) dimana: CS = besar surplus konsumen (Rp) PS = besar surplus produsen (Rp) Pe = harga keseimbangan (Rp) Pd = harga pada perpotongan kurva permintaan dengan sumbu harga Pm = harga pada perpotongan kurva penawaran dengan sumbu harga Dalam hal perdagangan dunia, pemerintah dapat melindungi produsen maupun konsumen domestik dengan melakukan kebijakan tarif, pembatasan (restriction, quota) dan monopoli impor untuk kasus negara pengimpor, atau subsidi ekspor untuk negara pengekspor. Kebijakan ini umumnya berdampak terhadap produsen, konsumen maupun pemerintah.
13 Tarif Impor Beberapa kebijakan pemerintah yang terkait dengan kinerja pasar jagung, pakan dan daging ayam ras adalah tarif impor, suku bunga, subsidi input dan lain sebagainya. Namun yang akan akan dijelaskan disini hanya dampak kebijakan tarif impor jagung dan daging ayam saja, sesuai dengan fenomena yang ada sekarang ini. Dalam arti luas, kebijakan ekonomi internasional adalah tindakan atau kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk daripada perdagangan dan pembayaran secara internasional. Kebijaksanaan ini dapat berupa tarif/bea masuk, pelarangan impor, kuota dan subsidi (Boediono, 1990). Menurut tujuannya, tarif diklasifikasikan sebagai tarif proteksi, yaitu pengenaan tarif bea masuk yang tinggi untuk mencegah/membatasi impor barang tertentu dan tarif revenue, yaitu pengenaan tarif bea masuk yang bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara. Berdasarkan tujuan tersebut, maka fungsi tarif bea masuk menurut Hady (2000) adalah untuk mengatur perlindungan kepentingan ekonomi/industri dalam negeri (fungsi regulend), sebagai salah satu sumber penerimaan negara (fungsi budgeter) dan pemerataan, yaitu untuk pemerataan distribusi pendapatan nasional. Untuk mengetahui dampak penerapan tarif impor terhadap surplus konsumen, surplus produsen dan penerimaan pemerintah dari tarif, dapat digunakan pendekatan keseimbangan parsial. Ada empat implikasi yang akan terjadi dari penerapan tarif yaitu : (1) dampak penerapan tarif terhadap produsen, yaitu terjadinya surplus produsen karena pengenaan tarif, (2) dampak pengenaan
14 50 tarif terhadap konsumen, yaitu berkurangnya surplus konsumen akibat pengenaan tarif. Besarnya pengurangan surplus konsumen terjadi akibat berkurangnya permintaan karena terjadinya kenaikan harga jagung dan daging ayam, (3) dampak penerapan tarif terhadap penerimaan pemerintah, yaitu pemasukan yang akan diterima pemerintah dari tarif impor jagung dan daging ayam. Besarnya pemasukan ini tergantung dari harga jagung dan daging ayam di pasar dunia, tarif ad valorem yang ditetapkan, jumlah jagung dan daging ayam yang diimpor serta besarnya nilai tukar rupiah terhadap negara eksportir dan (4) dampak sosial atau biaya proteksi, yaitu suatu kerugian yang harus ditanggung oleh perekonomian akibat pengalihan sebagian sumber daya domestik untuk memproduksi jagung dan daging ayam, dibanding dengan kondisi yang lebih efisien apabila diimpor. Mengingat pangsa impor jagung dan daging ayam terhadap volume perdagangan dunia, maka Indonesia merupakan negara kecil (small country). Oleh sebab itu Indonesia bertindak sebagai price taker di pasar dunia. Dampak pengenaan tarif impor terhadap surplus produsen, konsumen dan penerimaan pemerintah dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 memperlihatkan bahwa sebelum pengenaan tarif impor, harga jagung dan daging ayam di pasar domestik sebesar P, dengan produksi jagung dan daging ayam domestik sebesar Qs dan konsumsi sebesar Qd. Pada tingkat harga P=P w tersebut, surplus konsumen tercermin oleh bidang 1,2,3,4,5,6,7,8 dan 10. Pengenaan tarif impor sebesar t telah menyebabkan kenaikan harga jagung dan daging ayam di pasar domestik menjadi P, yang diikuti dengan kenaikan produksi jagung dan daging ayam domestik menjadi Qs dan penurunan konsumsi menjadi Qd. Dengan asumsi perbedaan harga merupakan refleksi dari pengenaan
15 51
16 52 tarif, maka kenaikan harga ini akan menurunkan suplus konsumen menjadi bidang 1,2,3 dan meningkatkan surplus produsen menjadi bidang 8 dan 9. Penerimaan pemerintah yang diperoleh dari pengenaan tarif tergambar oleh bidang 5 dan 6, sedangkan biaya proteksi atau dampak sosial yang harus ditanggung oleh perekonomian sebesar bidang 4 dan 7. Dampak pengenaan tarif spesifik terhadap impor jagung dan daging ayam pada satu sisi akan meningkatkan kesejahteraan produsen berupa peningkatan harga jagung dan daging ayam yang diterima produsen dalam negeri sehingga mendorong peningkatan penawaran. Tetapi di sisi lain akan memberikan dampak yang merugikan bagi konsumen berupa peningkatan harga yang harus dibayarkan sehingga mendorong penurunan konsumsi Ekspor Impor Jagung dan Daging Ayam Indonesia merupakan negara net importer komoditas jagung dan daging ayam. Menurut data BPS, impor Indonesia sebagian besar berasal dari Amerika Serikat. Dalam analisis selanjutnya, Amerika Serikat merupakan negara pengekspor jagung dan daging ayam ke Indonesia. Kondisi net importer Indonesia menunjukkan adanya defisit produksi (excess demand). Sedangkan sebagai negara pengekspor, Amerika menunjukkan adanya surplus produksi (excess supply). Sebelum ada perdagangan kondisi excess demand mengakibatkan kenaikan harga dan kondisi excess supply mengakibatkan penurunan harga (Henderson and Quandt, 1980). Perbedaan harga ini merupakan salah satu penyebab terjadinya perdagangan antar negara, dimana produk-produk mengalir dari daerah surplus ke daerah defisit, sampai perbedaan harga mendekati biaya transfer (Purcell, 1979; Tomek and Robinson, 1980).
17 53 Tanpa perdagangan harga jagung dan daging ayam di negara eksportir sebesar OP 1 A dan di negara importir OP 1 B. Jika di negara eksportir harga di atas PP1 A, produsen akan memproduksi lebih besar dari OQ E A yang selama ini diminta oleh konsumen. Jadi fungsi penawaran S di atas keseimbangan E mencerminkan fungsi excess supply negara eksportir. Dengan cara yang sama di 1 negara importir, bila harga di bawah P B, konsumen akan meminta lebih banyak dari OQ E B. Jadi fungsi permintaan di bawah keseimbangan E mencerminkan fungsi excess demand negara importir. Bila terjadi perdagangan antar kedua negara, dengan asumsi biaya transport sama dengan nol, maka kurva penawaran dan permintaan di pasar dunia merupakan kurva excess supply dan excess demand kedua negara, dimana keseimbangan terjadi pada titk E W dengan tingkat harga P W dan volume perdagangan sebesar Q E W (impor sama dengan ekspor). Secara umum, jumlah impor sangat dipengaruhi oleh harga impor, pendapatan (income), dan jumlah impor tahun sebelumnya (Labys, 1975), sehingga model impor diformulasikan sebagai berikut: M t = f (PM t, Y, M t-1 )... (37) Gambar 4 memperlihatkan perilaku penawaran dan permintaaan jagung dan daging ayam yang terjadi pada perdagangan dua negara. Pada Gambar 4 dapat dilihat adanya keterkaitan antara penawaran, permintaan, harga, ekspor impor jagung dan daging ayam. Peubah-peubah tersebut masih dipengaruhi oleh peubahpeubah lain yang bersifat kompleks dan membentuk sistem yang simultan. Artinya, perubahan pada satu peubah akan mempengaruhi sistem secara menyeluruh. A B A
18 54
III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama pasar beras mencakup kegiatan produksi dan konsumsi. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan karena memiliki lebih dari satu
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara
III. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, menganalisis harga dan integrasi pasar spasial tidak terlepas dari kondisi permintaan, penawaran, dan berbagai kebijakan
Lebih terperinciIII. KERANGKA TEORITIS
37 III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Fungsi Permintaan Gula Keadaan konsumsi dan permintaan suatu komoditas sangat menentukan banyaknya komoditas yang dapat digerakkan oleh sistem tata niaga dan memberikan arahan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.
19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama perdagangan bawang merah di Indonesia mencakup kegiatan produksi, konsumsi, dan impor. Berikut ini dipaparkan teori dari fungsi
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan
Lebih terperinciIII. KERANGKA TEORITIS
III. KERANGKA TEORITIS 3.. Penurunan Fungsi Produksi Pupuk Perilaku produsen pupuk adalah berusaha untuk memaksimumkan keuntungannya. Jika keuntungan produsen dinotasikan dengan π, total biaya (TC) terdiri
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey
Lebih terperinciIV. KERANGKA PEMIKIRAN
52 IV. KERANGKA PEMIKIRAN 4.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka teori yang mendasari penelitian ini disajikan pada Gambar 10. P P w e P d Se t Se P Sd P NPM=D CP O
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Landasan Teori Landasan teori mengenai penawaran dan permintaan barang dan jasa serta elastisitas harga dan mekanisme keseimbangan pasar secara umum berlaku sebagai landasan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional
Lebih terperinciKERANGKA TEORITIS. 3.1 Keterkaitan Variabel-Variabel Industri Komoditi Kelapa Sawit dan Karet
III. KERANGKA TEORITIS 3.1 Keterkaitan Variabel-Variabel Industri Komoditi Kelapa Sawit dan Karet Fenomena ekonomi dari industri komoditi kelapa sawit dan karet merupakan suatu sistem yang saling terkait
Lebih terperinciIII. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan
III. KERANGKA TEORITIS 3.1 Konsep Pemikiran Teoritis Pada pasar kopi (negara kecil), keinginan untuk memperdagangkannya adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan antara
Lebih terperinciANALISIS SENSITIVITAS / ELASTISITAS KURVA PERMINTAAN. Teori dan Elastisitas Permintaan
ANALISIS SENSITIVITAS / ELASTISITAS KURVA PERMINTAAN Teori dan Elastisitas Permintaan ANALISIS PERMINTAAN DAN ELASTISITAS PASAR Permintaan yang secara relatif stabil memungkinkan operasi produksi yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.
Lebih terperinciIII. TINJAUAN PUSTAKA
36 III. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian terdahulu menunjukkan perkembangan yang sistematis dalam penelitian kelapa sawit Indonesia. Pada awal tahun 1980-an, penelitian kelapa sawit berfokus pada bagian hulu,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Daya Saing Analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif digunakan untuk mempelajari kelayakan dan prospek serta kemampuan komoditi susu sapi lokal dalam
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
25 III KERANGKA EMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Teori Rente ahan Rente lahan (land rent) didefinisikan sebagai pengembalian ekonomi dari lahan, yang dapat bertambah atau akan bertambah akibat penggunaannya
Lebih terperinciPENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN.
PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN. Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai
Lebih terperinci3 KERANGKA PEMIKIRAN
12 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Keseimbangan Pasar Menurut Baye (2010), pembentukan harga keseimbangan pasar ditentukan oleh interaksi antara pemintaan dan penawaran pasar. Harga keseimbangan
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Komoditi Pertanian subsektor Peternakan Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan masyarakat.
Lebih terperinciIII. KERANGKA TEORI. Integrasi usaha sapi pada kawasan persawahan bertujuan untuk. memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan
III. KERANGKA TEORI 3.1. Kerangka Konseptual Integrasi usaha sapi pada kawasan persawahan bertujuan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan kesuburan lahan melalui siklus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Teori Penawaran dan Kurva Penawaran. (ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat
10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Penawaran dan Kurva Penawaran Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga sesuatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta
Lebih terperinci3 KERANGKA PEMIKIRAN
19 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Perdagangan Internasional Pola perdagangan antar negara disebabkan oleh perbedaan bawaan faktor (factor endowment), dimana suatu negara akan mengekspor
Lebih terperinciekonomi Kelas X INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR K-13 Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 A.
K-13 Kelas X ekonomi INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan menjelaskan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk
6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Produksi Produksi merupakan sebuah proses menghasilkan suatu barang atau jasa. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil yang tercantum pada Tabel 6.1. Koefisien determinan (R 2 ) sebesar
Lebih terperinciMalang Study Club. Latihan Ekonomi SMA XII IPS
1. Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan cara berikut ini: (1) Membuka lokasi baru/cabang. (2) Meningkatkan kualitas SDM. (3) Menambah mesin-mesin baru. (4) Penataan posisi peralatan dan petugas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini terdapat berbagai hasil penelitian sebelumnya oleh peneliti lain, baik itu dalam penelitian pada umumnya maupun penelitian
Lebih terperinciPERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen
PERILAKU KONSUMEN A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang
Lebih terperinciIX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa kesimpulan: 1. Model ekonomi tanaman pangan Indonesia yang dibangun dengan pendekatan
Lebih terperinciKEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.
KEBIJAKAN HARGA Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2 Julian Adam Ridjal, SP., MP. Disampaikan pada Kuliah Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian EMPAT KOMPONEN KERANGKA
Lebih terperinciBab 10 Struktur Pasar: Pasar Persaingan Sempurna, Monopoli & Monopolistik. Ekonomi Manajerial Manajemen
Bab 10 Struktur Pasar: Pasar Persaingan Sempurna, Monopoli & Monopolistik 1 Ekonomi Manajerial Manajemen 2 Struktur Pasar & Tingkat Persaingan Proses dimana tingkat harga dan output ditentukan sangat dipengaruhi
Lebih terperinciIX. KESIMPULAN DAN SARAN
203 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Analisis terhadap faktor-faktor yang
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN Permintaan Jagung dan Penawaran Pakan Ternak
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Permintaan Jagung dan Penawaran Pakan Ternak Perusahaan adalah satu unit teknis dimana output dihasilkan, karena itu perusahaan adalah suatu bentuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen-dokumen yang terkait dengan judul penelitian, diantaranya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk
Lebih terperinciPengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 7FEB. Review Bab 1-6. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen
Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: Review Bab 1-6 Fakultas 7FEB Febrina Mahliza, SE, M.Si Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Masalah Ekonomi dan Kebutuhan Membuat Pilihan Kelangkaan (scarcity)
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Untuk mengetahui dampak kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku (input) dalam industri tempe, akan digunakan beberapa teori yang berkaitan dengan hal tersebut.
Lebih terperinciBAB VI FUNGSI KUADRAT (PARABOLA)
BAB VI FUNGSI KUADRAT (PARABOLA) Secara umum, persamaan kuadrat dituliskan sebagai ax 2 + bx + c = 0 atau dalam bentuk fungsi dituliskan sebagai f(x) = ax 2 + bx + c, dengan a, b, dan c elemen bilangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sugiarto (2007), produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi Menurut Sugiarto (2007), produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi.
Lebih terperinciIII. KERANGKA PENELITIAN
23 III. KERANGKA PENELITIAN 3.1 Teori Harga Harga merupakan sinyal utama yang menjadi arah bagi pengambilan keputusan produsen, konsumen dan dan pelaku pemasaran dalam pasar. Menurut Kohls & Uhl (2002),
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Becker (1965), mengembangkan teori yang mempelajari tentang perilaku rumahtangga (household behavior). Teori tersebut memandang rumahtangga sebagai pengambil
Lebih terperinciTeori Dasar Permintaan, Penawaran dan Keseimbangan
Teori Dasar Permintaan, Penawaran dan Keseimbangan Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi Slide 2 PERMINTAAN (Demand) DEFINISI : Permintaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat dinyatakan bahwa perekonomian Indonesia pada tahun 1997 telah mengalami kontraksi dari tahun sebelumnya,
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Fungsi Produksi dan Keuntungan Fungsi produksi merupakan fungsi yang menggambarkan hubungan teknis antara input dan output (Debertin, 1986). Dalam proses produksi pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia
Lebih terperinciPlease purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark. Konsep Elastis & Aplikasinya.
Konsep Elastis & plikasinya Meet -5 Hariyatno reat By HRY 6 Okt 211 1 Elastisita permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis LPG bagi pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele di Kota Bogor adalah bahan bakar utama dalam proses produksinya. Kerangka pemikiran
Lebih terperinciPenerapan Model Dinamis dalam Sistem Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia
Dewa Ketut Sadra Swastika * Penerapan Model Dinamis dalam Sistem Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia Pendahuluan Model dinamis (Dynamic Model) merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan
Lebih terperinciAdreng Purwoto, Handewi P.S. Rachman, dan Sri Hastuti Suhartini. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No.
KORELASI HARGA DAN DERAJAT INTEGRASI SPASIAL ANTARA PASAR DUNIA DAN PASAR DOMESTIK UNTUK KOMODITAS PANGAN DALAM ERA LIBERALISASI PERDAGANGAN (Kasus Provinsi Sulawesi Selatan) Adreng Purwoto, Handewi P.S.
Lebih terperinciTEORI PASAR (STRUKTUR PASAR)
TEORI PASAR (STRUKTUR PASAR) www.mercubuana.ac.id 1. PASAR PERSAINGAN SEMPURNA (Perfect Competitive Market) 2. PASAR PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA (Imperfect Competitive Market) 2.1. Pasar Monopoli 2.2. Pasar
Lebih terperinciANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA Apriyani Barus *), Satia Negara Lubis **), dan Sri Fajar Ayu **)
ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA Apriyani Barus *), Satia Negara Lubis **), dan Sri Fajar Ayu **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian
Lebih terperinciPERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN
PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember http://www.adamjulian.net Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan daripada hubungan diantara harga dan
Lebih terperinciARI SUPRIYATNA A
ANALISIS INTEGRASI PASAR JAGUNG DUNIA DENGAN PASAR JAGUNG DAN DAGING AYAM RAS DOMESTIK, SERTA PENGARUH TARIF IMPOR JAGUNG DAN HARGA MINYAK MENTAH DUNIA Oleh: ARI SUPRIYATNA A14303050 PROGRAM STUDI EKONOMI
Lebih terperinciVI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA
66 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan bawang merah dalam penelitian
Lebih terperinciPRINSIP EKONOMI DALAM PERTANIAN
PRINSIP EKONOMI DALAM PERTANIAN 1. Permintaan dan penawaran 2. biaya, produksi, dan keuntungan TIK : Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan prinsip ekonomi yang diterapkan dalam kegiatan pertanian PERMINTAAN
Lebih terperinciMateri 5 Ekonomi Mikro
Materi 5 Ekonomi Mikro Mekanisme Pasar : Permintaan dan Penawaran Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep dan mekanisme pasar dalam hal permintaan dan penawaran, dan keseimbangan
Lebih terperincia b Penawaran : Jumlah barang yang ditawarkan pada tingkat harga tertentu
G. Aplikasi Fungsi dalam Bisnis dan Ekonomi. Permintaan (Demand) dan Penawaran (Supply) Permintaan : Sejumlah barang yang diminta konsumen pada tingkat harga tertentu. Hukum Permintaan (Demand): Apabila
Lebih terperinciVI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN
VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN 6.1. Hasil Pendugaan Model Ekonomi Pupuk dan Sektor Pertanian Kriteria pertama yang harus dipenuhi dalam analisis ini adalah adanya kesesuaian
Lebih terperinciTelkom University Alamanda
Telkom University Alamanda 2 Tujuan Mahasiswa diharapkan mampu: Memahami fungsi non-linear Menerapkan fungsi non-linear dalam ilmu ekonomi 3 Hubungan Non-Linear Ada 4 macam bentuk fungsi non-linear yang
Lebih terperinciHarga (Pq) Supply (S)
I. MEKANISME HARGA Fokus pembicaraan dalam ekonomi mikro adalah membahas bagaimana pembeli dan penjual melakukan interaksi dalam memperoleh barang dan jasa. Kesepakatan dalam interaksi ditandai dengan
Lebih terperinciVII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM
VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM 7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan Dampak kenaikan pendapatan dapat dilihat dengan melakukan simulasi
Lebih terperinciBAB 3.Penerapan Diferensial Fungsi Sederhana dalam Ekonomi
BAB 3.Penerapan Diferensial Fungsi Sederhana dalam Ekonomi A. Elastisitas Elastisitas merupakan persentase perubahan y terhadap persentase perubahan x. 1.1 Elastisitas Permintaan Elastisitas Permintaan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal
18 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal dikarenakan sebagian besar pola usaha nelayan masih berskala kecil, bersifat tradisional
Lebih terperinciPertemuan 4: Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4 th ed Chapter 3, # 69-73
Pertemuan 4: Efisiensi dan kesejahteraan Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4 th ed. 2005 Chapter 3, # 69-73 Kondisi di PPS Pada saat keseimbangan PPS, efisiensi dan kesejahteraan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung
Lebih terperinciElastisitas Permintaan dan Penawaran. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB
Elastisitas Permintaan dan Penawaran Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB ELASTISITAS PERMINTAAN TERHADAP HARGA Elastisitas Permintaan Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Permintaan Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu. Rasul et al (2012:23)
Lebih terperincimenjadi peubah-peubah eksogen, yaitu persamaan harga irnpor dan persarnaan harga dunia. Adanya kecenderungan volume impor daging sapi yang terus
RINGKASAN NYAK ILHAM. Penawaran dan Perrnintaan Daging Sapi di lndonesia : Suatu Analisis Sirnulasi (dibawah birnbingan BONAR M. SINAGA, sebagsi ketua, KOOSWARDHONO MUDIKDJO dan TAHLIM SUDARYANTO sebagai
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Daya Saing Perdagangan Internasional pada dasarnya merupakan perdagangan yang terjadi antara suatu negara tertentu dengan negara yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pendugaan Model Permintaan Kedelai di Indonesia
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendugaan Model Permintaan Kedelai di Indonesia Model yang disusun dalam penelitian ini merupakan persamaan simultan metode Two Stage Least Square (TSLS) dengan menggunakan
Lebih terperinciAdd your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO
Add your company slogan Biaya Teori Produksi LOGO Asumsi Dalam pembahasan ekonomi, perusahaan selalu diasumsikan bertujuan untuk memaksimalkan keuntungannya. Perusahaan yang didirikan tidak untuk mendapatkan
Lebih terperinciPengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 04FEB. Keseimbangan Pasar Market Equilibrium )) Fakultas. Desmizar, S.E., M.M. Program Studi Manajemen
Modul ke: Pengantar Ekonomi Mikro Keseimbangan Pasar Market Equilibrium )) Fakultas 04FEB Desmizar, S.E., M.M. Program Studi Manajemen Keseimbangan Pasar Terjadi apabila jumlah yang diminta sama dengan
Lebih terperinciBentuk-Bentuk Pasar. Categories : Bentuk-Bentuk Pasar. ekonomi.
http://www.plengdut.com/2013/01/bentuk-bentuk-pasar.html Bentuk-Bentuk Pasar Diposkan oleh irmawan hadi saputra di 7:29 PM Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook Categories : Bentuk-Bentuk
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Perumusan Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia Model merupakan abstraksi atau penyederhanaan dari fenomena yang terjadi. Dengan penyederhanaan itu,
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA PENAWARAN DAGING SAPI DI INDONESIA (ANALISIS PROYEKSI SWASEMBADA DAGING SAPI 2014) TESIS ALISA ARDIYATI
UNIVERSITAS INDONESIA PENAWARAN DAGING SAPI DI INDONESIA (ANALISIS PROYEKSI SWASEMBADA DAGING SAPI 2014) TESIS ALISA ARDIYATI 0906499631 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Harga suatu barang ekspor dan impor merupakan variabel penting dalam merncanakan suatu perdagangan internasional. Harga barang ekspor berhadapan dengan
Lebih terperinciVI. BIAYA PRODUKSI DAN PENERIMAAN
Nuhfil1 6.1. Macam-Macam Biaya Produksi VI. BIAYA PRODUKSI DAN PENERIMAAN Biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh faktorfaktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan
Lebih terperinciKONSEP BIAYA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
KONSEP BIAYA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN A. Jenis Biaya yang Perlu Diketahui Oleh Decision Maker 1. Biaya Eksplisit (Explisiy Cost) Biaya yang dikeluarkan guna mendapatkan input yang dibutuhkan dalam proses
Lebih terperinciBERKAS SOAL BIDANG STUDI : EKONOMI
BERKAS SOAL BIDANG STUDI : MADRASAH ALIYAH SELEKSI TINGKAT PROVINSI KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2014 Petunjuk Umum 1. Silakan berdoa sebelum mengerjakan soal, semua alat komunikasi dimatikan. 2.
Lebih terperinciTeori & Hukum Permintaan & Penawaran + Kurva
Teori & Hukum Permintaan & Penawaran + Kurva 1. PERMINTAAN Definisi Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang ingin dan mampu dibeli oleh konsumen, pada berbagai tingkat harga, dan pada
Lebih terperinciSEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Nama Mata Kuliah / Kode Mata Kuliah : PENGANTAR EKONOMI MIKRO / MKKK 203 3 SKS Deskripsi Singkat : Mata Kuliah Keahlian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Tarif Bawang Merah Sejak diberlakukannya perjanjian pertanian WTO, setiap negara yang tergabung sebagai anggota WTO harus semakin membuka pasarnya. Hambatan perdagangan
Lebih terperinciBab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA
Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA Makroekonomi Perekonomian Terbuka : Konsep Dasar Perekonomian Tertutup dan Terbuka Perekonomian tertutup adalah perekonomian yang tidak berinteraksi dengan perekonomian lain
Lebih terperinciIX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 1) Simpulan
IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 1) Simpulan 1) Perdagangan Tuna Indonesia di Pasar Dunia, Jepang, USA, dan Korea Selatan : a. Peringkat Indonesia sebagai eksportir tuna baik secara total maupun berdasarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menjelaskan teori-teori yang digunakan untuk melakukan studi tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan menjadi panduan untuk memahami
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beras sebagai komoditas pokok Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam
219 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan 8.1.1. Berdasarkan pengujian, diperoleh hasil bahwa guncangan ekspor nonagro berpengaruh positip pada kinerja makroekonomi Indonesia, dalam
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. Komponen rumahtangga dalam suatu sistem farm-household adalah suatu
III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Ekonomi Rumahtangga Komponen rumahtangga dalam suatu sistem farm-household adalah suatu konsep yang fleksibel. Konsep rumahtangga ini menyangkut bagian keluarga
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman
24 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Tebu 2.1.1 Budidaya Tebu Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimum dan dicapai hasil yang diharapkan.
Lebih terperinci