BAB II URAIAN TEORITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II URAIAN TEORITIS"

Transkripsi

1 BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Harga Pengertian Harga Salah satu gejala ekonomi yang sangat penting yang berhubungan dengan perilaku petani baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah harga. Harga adalah sinyal dari pasar yang menunjukan tingkat kelangkaan produk relatif; harga tinggi cenderung mengurangi konsumsi dan mendorong produksi. (McEachern, 2001). Dalam masyarakat yang masih bersifat tertutup dimana belum menggunakan uang sebagai alat tukar dan pengukur nilai, maka harga dari suatu barang dinyatakan dalam barang lain yang akan dipertukarkan disebut dengan perdagangan barter. Perdagangan seperti ini kadang masih dilakukan dalam masyarakat terbuka dengan alasan tertentu. Suatu barang mempunyai harga karena 2 sebab, yaitu karena barang itu berguna dan jumlahnya terbatas. Barang yang berguna bagi manusia dengan jumlahnya terbatas ini disebut barang ekonomi. Barang seperti udara tidak mempunyai harga karena jumlahnya tidak terbatas walaupun ia sangat berguna bagi manusia. Suatu barang mempunyai permintaan karena barang yang bersangkutan berguna,

2 sedangkan barang yang mempunyai penawaran hal ini dikarenakan jumlahnya terbatas. Adanya pergeseran permintaan dan penawaran dikarenakan suatu hal tertentu dapat menyebabkan perubahan harga. Pergeseran kurva permintaan ke kanan berarti adanya kenaikan permintaan akan barang tersebut. Kalau penawaran tidak berubah ini akan mengakibatkan kenaikan harga dan kenaikan jumlah yang terjual/terbeli. Sebaliknya akan terjadi bila ada penurunan permintaan yaitu pergeseran kurva permintaan ke kiri, seperti pada gambar 2.1 (Sumber :Boediono, 2000). S S P P D' D D D' 0 Q 0 Q Gambar 2.1 Pergeseran Kurva Permintaan Penurunan penawaran ditunjukan oleh pergeseran ke kiri dari kurva penawaran dan ini biasanya mengakibatkan kenaikan harga pasar dan penurunan volume transaksi. Sebaliknya adanya kenaikan penawaran (yang ditunjukan oleh pergeseran ke kanan dari kurva penawaran) akan mengakibatkan penurunan harga

3 pasar dan kenaikan volume transaksi seperti terlihat pada gambar 2.2 (Sumber: Boediono, 2000). P S' P S S D S' D 0 Q 0 Q Gambar 2.2 Pergeseran Kurva Penawaran Kebijaksanaan Harga Beras Kebijaksanaan harga merupakan instrumen pokok kebijaksanaan pangan yang sasarannya adalah: 1. Melindungi produsen dari kemerosotan harga pasar yang biasanya terjadi pada musim panen. 2. Melindungi konsumen dari kenaikan harga yang melebihi daya beli khususnya pada musim paceklik, serta 3. Mengendalikan inflasi melalui stabilisasi harga.

4 Kebijaksanaan harga mempunyai dua sisi yang menunjang bidang produksi dan sisi lain yang menyangkut bidang distribusi dan konsumsi. Kebijaksanaan harga gabah/beras di Indonesia pertama kali diajukan secara komprehensip dan operasional oleh Mears dan Afif (1969). Falsafah dasar kebijaksanaan tersebut berisikan beberapa komponen sebagai berikut: 1. Menjaga harga dasar yang cukup tinggi untuk merangsang produksi. 2. Perlindungan harga beras tertinggi yang menjamin harga yang wajar bagi konsumen. 3. Perbedaan yang layak antara harga dasar dengan harga batas tertinggi untuk memberikan keuntungan yang wajar bagi swasta untuk penyimpanan. 4. Menjaga hubungan harga yang wajar antar daerah maupun terhadap harga internasional. Untuk melindungi konsumen, pemerintah (BULOG) menetapkan harga eceran tertinggi lokal dan untuk melindungi produsen, BULOG menetapkan harga dasar gabah terendah. Untuk memenuhi permintaan pada suatu saat dan pada suatu tempat, BULOG melakukan penyebaran persediaan di seluruh Indonesia. Orientasi BULOG dalam distribusi pangan adalah harga, sesuai dengan tugas pokok BULOG untuk menstabilkan harga. Penanganan persediaan pangan oleh BULOG mempunyai tiga tujuan yaitu menjaga variasi harga antar tahun, antar musim dan antar tempat. Dalam penetapan harga batas tertinggi selalu mempertimbangkan bagaimana mengontrol laju inflasi dan pengaruhnya terhadap perdagangan antar tempat antar waktu tanpa mengenyampingkan tingkat harga yang layak bagi konsumen. Harga

5 batas tertinggi ditetapkan berdasarkan harga dasar ditambah dengan biaya-biaya pemasaran seperti biaya pengolahan, biaya penyimpanan dan biaya angkutan, ditambah lagi dengan keuntungan yang wajar bagi pedagang. Berbeda dengan harga dasar gabah, yang ditetapkan sama untuk semua daerah, harga batas tertinggi beras ditetapkan berbeda antar daerah surplus, swasembada dan defisit beras. Perbedaan harga batas tertinggi ini dimaksudkan agar dapat merangsang aktivitas perdagangan beras antar daerah yang dilakukan oleh pihak swasta. Disamping itu pemerintah juga menerapkan harga khusus, untuk kelompok sasaran yang selektif pada waktu dan tempat tertentu. Kebijaksanaan ini diterapkan untuk mengatasi kemungkinan timbulnya kekurangan pangan penduduk. Hal ini dilakukan karena pemerintah menyadari sepenuhnya kekurangan pangan temporer maupun kekurangan pangan kronis dapat saja timbul pada waktu dan tempat tertentu. Perbedaan harga pembelian antar daerah juga diterapkan pula terhadap harga pembelian pemerintah sejak beberapa tahun terakhir ini, walaupun hingga kini masih dikenal dengan satu patokan harga dasar. Tujuan memberikan insentif harga yang lebih tinggi di daerah-daerah tertentu di luar Jawa dimaksudkan agar petani di daerahdaerah terpencil memperoleh pendapatan yang lebih tinggi serta mendorong kenaikan produksi disamping menambah cadangan pangan setempat. Perbedaan harga tersebut akan memperlebar perbedaan harga antar daerah, defisit dengan surplus ke daerah defisit yang dilakukan oleh pihak swasta (Amang dan Silitonga, 1989). Namun dalam pengimplementasiannya, kebijaksanaan harga dasar pembelian pemerintah (HDPP) kurang efektif dalam menjaga stabilisasi harga gabah. Hal ini

6 mungkin saja disebabkan masih kurangnya akurasi estimasi pemerintah dalam menentukan atau memperkirakan hal-hal yang berkaitan dengan penerapan harga dasar tersebut. Masalah lainnya adalah dengan kondisi perekonomian global saat ini yang mendorong adanya kompetisi, harga beras di pasar dunia cenderung menurun dan lebih murah dari harga beras dalam negeri. Hal ini yang menyebabkan harga gabah di tingkat petani pada saat panen tertekan. Walaupun telah ada kebijakan tarif impor beras, ternyata hal ini tidak mengurangi masuknya arus impor. Jelas kondisi yang tidak menguntungkan petani tersebut merupakan kenyataan yang terus berulang setiap tahunnya. Belum lagi permintaan beras melalui program raskin yang di beberapa daerah mendorong perubahan pola konsumsi pangan pokok yang semua non-beras, turut pula menyebabkan makin bertambahnya permintaan beras secara nasional. Disinilah pemerintah dituntut untuk lebih bekerja secara ekstra guna memecahkan permasalahan yang kian rumit Pengendalian Harga Beras Oleh BULOG Bahan pangan pokok seperti beras pengendaliannya dilakukan oleh BULOG. Pengendalian harga komoditi pangan pokok seperti beras tidak dapat dihindari karena adanya masalah ketimpangan produksi dan konsumsi antar waktu dan antar daerah, pasar pangan yang tidak sempurna, dan sifat komoditi pangan yang sering terkait tidak saja dengan aspek ekonomi, tetapi juga aspek sosial dan politik. Secara umum, pengendalian harga sejauh mungkin perlu diarahkan kepada mekanisme pasar. Tetapi, mengingat sifat pasar pangan masih belum sempurna, sehingga melepaskan

7 harga pangan pokok seperti beras kepada mekanisme pasar saja akan menimbulkan masalah. Hal ini karena mekanisme pasar sering tidak mampu menjamin stabilitas harga pangan, terutama untuk daerah-daerah terpencil yang sulit transportasinya. Tidak berlangsungnya mekanisme pasar dengan baik dapat disebabkan karena tidak adanya insentif ekonomi yang cukup bagi swasta untuk melakukan aktivitas perdagangan antar tempat atau tidak cukup tersedianya sarana dan prasarana ekonomi yang memadai. Dengan orientasi mencapai keuntungan bagi modal yang digunakan, maka opportunity cost perdagangan pangan ke daerah terpencil yang daya beli penduduknya rendah sangat sulit transportasinyaadalah sangat tinggi. Kelemahan dalam mekanisme pasar ini perlu diambil alih oleh pemerintah agar distorsi yang terjadi tidak merugikan masyarakat. Namun peran pemerintah juga tidaklah sempurna. Sebab itu, masalahnya bukanlah pilihan secara kaku antara peranan pemerintah dengan mekanisme pasar, tetapi yang lebih penting adalah selalu memperbaiki atau memodernisasi peran pemerintah dengan cara menugaskan birokrasi untuk melaksanakan kegiatan yang tidak dapat atau sulit dilakukan oleh mekanisme pasar. Evaluasi terhadap kelemahan mekanisme pasar yang merugikan masyarakat perlu secara terus-menerus dilakukan sehingga dapat dipilih peran pemerintah yang tepat sesuai perkembangan. Dengan demikian, peran pemerintah dalam pengendalian harga disesuaikan dengan sifat-sifat komoditi pangan yang ditangani baik dalam kaitanya dengan aspek produksi, konsumsi maupun perdagangannya. Maka intervensi tersebut sifatnya fleksibel.

8 Dalam menentukan suatu tingkat harga berbagai faktor perlu mendapat perhatian. Timmer, (1986) menyebutkan ada 7 aspek yang perlu dipertimbangkan dalam kebijaksanaan menetapkan suatu harga yang tepat, yaitu: Bagaimana implementasi harga tersebut dan apa pengaruhnya terhadap pasar domestik seperti dampaknya terhadap imbangan antara peran swasta dan pemerintah; Karakteristik pasar internasional komoditi yang bersangkutan; Pengaruh harga tersebut terhadap konsumen dan produsen; Pengaruh jangka pendek penetapan suatu harga terhadap kebijaksanaan fiskal dan moneter; Pengaruh harga komoditi yang ditetapkan terhadap makro seperti nilai tukar mata uang asing; Pengaruh harga komoditi tersebut terhadap pasar komoditi lain, pasar input, sektor pertanian atau sektor ekonomi secara keseluruhan; Efek dinamis yang ditimbulkan oleh penetapan suatu harga terhadap makro ekonomi seperti tenaga kerja, investasi dan struktur pertumbuhan ekonomi. Untuk mendapatkan suatu harga yang memberi pengaruh positif kepada semua aspek tersebut adalah sangat kecil kemungkinannya. Sebab itu, dalam menetapkan suatu harga, maka perlu dipilih prioritas tujuan yang akan dicapai. Prioritas ini dapat berbeda antar komoditi pada waktu yang sama atau antar waktu untuk komoditi yang sama. Pertimbangan ekonomi saja mungkin tidak cukup untuk memilih suatu

9 tingkat harga yang tepat. Namun demikian, pertimbangan yang bersifat ekonomi perlu mendapat porsi yang semakin besar sejalan dengan perbaikan struktur industri dan pasar komoditi tersebut. 2.2 Stok Salah satu masalah yang ada dalam sistem pangan nasional adalah kecenderungan turunnya elastisitas harga terhadap penawaran dan permintaan pangan. Ini mengindikasikan bahwa potensi fluktuasi harga pangan cukup besar apabila terjadi ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan, meskipun kecil. Apabila penawaran melebihi kebutuhan, fluktuasi harga akan menyebabkan tekanan yang besar terhadap produsen. Sebaliknya bila penawaran lebih rendah dari kebutuhan, maka konsumen yang tertekan. Sudah menjadi semacam rumus bahwa kuatnya cadangan pangan nasional suatu negara, baik berupa immediate supply yang berada di tangan penduduk/masyarakat (stok lini I), stok di tangan pemerintah (stok lini II), dan stok yang berada di hutan atau berada di luar negeri karena mampu mengimpor (stok lini III) akan sangat mendukung ketahanan nasional suatu bangsa. Negara adidaya Uni Sovyet (sekarang sudah terpecah diantaranya adalah Rusia, Serbia) menjadi berantakan karena kesulitan dalam masalah pangan, sehingga hal ini dapat menjadi pelajaran buat kita. Ungkapan weteng ngelih, pikiran ngalih dapat terjadi di negara besar separti Uni Sovyet. Oleh karena itu tidak mustahil hal tersebut dapat terjadi di tempat lain apabila negara tersebut tidak mampu mencukupi pangan penduduk.

10 Ketiga tingkatan stok di atas merupakan hal yang saling menunjang ketahanan pangan nasional. Dengan demikian, apabila titik berat ketahanan pangan tidak seimbang dan banyak menggantungkan pada institusi pemerintah, maka hal tersebut akan sangat mahal. Apabila keadaan tersebut terjadi, pertanyaan yang timbul mampukah pemerintah membiayai Kebijaksanaan Persediaan/Stok Implementasi kebijaksanaan harga dasar dan harga batas tertinggi adalah sebagai berikut. BULOG melakukan pengadaan gabah dan beras dalam negeri selama musim panen untuk menjaga harga dasar dan untuk mengisi persediaan. Jika pengadaan tidak mencukupi untuk kebutuhan penyaluran, BULOG mengadakan impor beras dari luar negeri. pada waktu musim paceklik, dilakukan operasi pasar untuk mengurangi fluktuasi harga beras musiman. Kerangka kebijaksanaan harga beras diilustrasikan oleh gambar 2.3 (Sumber: Amang, 1994)

11 H A R G Biaya Transportasi Harga Batas Tertinggi Daerah Defisit (Beras) Harga Batas Tertinggi Daerah Surplus (Beras) A biaya pengelolaan antar musim(pedagang/penggili ngan swasta Harga Dasar (Beras) Biaya Giling Harga Dasar (Gabah) Waktu Gambar 2.3 Kerangka Kebijaksanaan Harga Pengadaan gabah dan beras dalam negeri serta penyaluran beras ke pasaran umum tidak dilakukan secara langsung oleh BULOG, akan tetapi melalui pihak ketiga. Dengan demikian tidak mematikan usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak swasta. Pengadaan gabah dan beras dalam negeri dilakukan melalui Koperasi Unit Desa (KUD) serta pedagang dan penggilingan swasta (non KUD). Jadi BULOG sebagai

12 jaminan pasarnya. Sedangkan penyalur swasta dan koperasi-koperasi. BULOG akan ikut melakukan pengadaan dan penyaluran melalui satuan tugas khusus, jika para pihak swasta tidak mampu untuk mengamankan harga. Harga D 1 D 2 S F P 0 X1 X2 kuantitas Gambar 2.4 Pengontrolan Harga Dasar Pada Waktu Panen Mekanisme harga dan pengendalian persediaan dalam rangka pengoperasian stabilisasi harga, khususnya beras dipasarkan sebagai berikut. Pada waktu panen padi, penawaran beras di pasaran umum berlimpah, sehingga harga beras sangat rendah. Gambar 2.4 (sumber: Amang, 1994) Menunjukan bahwa tingkat harga keseimbangan adalah OP, yang lebih rendah dibanding dengan harga dasar OF. Agar harga beras berada pada harga dasar OF, maka dilakukan pembelian beras untuk menampung kelebihan penawaran beras sebesar (OX2-OX1). Dengan pembelian ini

13 berarti menggeser kurva permintaan dari D1 ke D2 dan harga keseimbangan yang baru pada tingkat OF. Harga K D S 1 S 2 C 0 X1 X2 kuantitas Gambar 2.5 Pengontrolan Harga Maksimum Pada Waktu Paceklik Sedangkan pada waktu paceklik, harga keseimbangan beras berada pada tingkat OK seperti pada gambar 2.5 (sumber: Amang, 1994) tingkat keseimbangan melebihi harga batas tertinggi yang telah ditentukan, OC. Oleh karena jumlah yang ditawarkan kurang dari jumlah yang diminta, sehingga harga keseimbangan menjadi lebih tinggi. Untuk itu perlu dilakukan penyaluran beras ke pasaran umum, guna menambah penawaran, agar harga beras menurun. Jumlah penyaluran beras yang dilakukan adalah sebesar (OX2-OX1) dan kurva penawaran akan bergeser dari S1 ke S2. Tingkat harga keseimbangan yang baru berada pada harga batas tertinggi, OC. Dengan kedua gambar tersebut diharapkan harga beras di pasaran umum berada di dalam selang antara harga dasar dengan harga batas tertinggi.

14 Pada tahun 1985, BULOG mengkategorikan persediaan beras kedalam tiga bagian, yaitu : 1. Operasional stok, yaitu stok untuk kebutuhan operasional BULOG yang jumlahnya sekitar 1,5 juta ton, 2. Iron stok, yaitu stok yang harus ada untuk mengantisipasi kegagalan panen yang jumlahnya diperkirakan sebanyak 1 juta ton, dan 3. Surplus stok, yang merupakan kelebihan stok setelah dikurangi untuk kebutuhan dua pengertian stok di atas (Falcon et. al, 1985). Biaya pengelolaannya maupun beban bunganya dari persediaan di atas operasional stok dibebankan pada pemerintah cq. Departemen Keuangan. 2.3 Impor Impor Beras Secara umum dapat dikatakan bahwa ketahanan pangan mencakup kemampuan untuk menyediakan pangan dalam ragam, kualitas dan jumlah yang cukup pertahun. Sementara itu petani menghadapi tingginya biaya produksi sebagai akibat kenaikan harga masukan (input), tenaga kerja, suku bunga dan sewa lahan. Proteksi kepada konsumen dilakukan untuk menghindari gejolak harga yang tinggi pada saat-saat paceklik khususnya bagi konsumen yang berdaya beli lemah. Selama ini harga beras dalam negeri, ada kalanya berada di bawah harga pasar dunia. Akan tetapi fluktuasi harga beras di dalam negeri lebih rendah dibanding fluktuasi harga di pasar dunia yaitu sekitar 15% untuk pasar domestik dan 35% untuk

15 pasar dunia. Hal tersebut dimungkinkan karena pemerintah melakukan kebijakan proteksi beras di pasar domestik melalui pemberian hak monopoli impor beras kepada BULOG. Dengan demikian volume dan jadwal impor diatur sesuai dengan situasi produksi dan permintaan dalam negeri. kebijakan ini mengurangi efek langsung pasar beras dunia ke dalam pasar beras domestik. Sejalan dengan era pelepasan pemasaran pangan melalui pasar bebas, komoditas beras juga terkena, yaitu diserahkannya perdagangan beras kepasar bebas. Monopoli impor yang dilakukan oleh BULOG dicabut dan diganti dengan memberikan kebebasan kepada sektor swasta untuk mengimpor langsung dengan sistem tarif. Kebijakan tersebut tentu akan membawa pengaruh terhadap sistem perberasan nasional baik kepada petani, konsumen, padagang, anggaran pamerintah maupun prosedur administrasi dan manajemannya. Pengaruh monopoli impor beras melalui BULOG terhadap sistem perberasan nasional selama ini dapat dievaluasi berdasarkan realisasi harga dan kerja yang telah terjadi. Akan tetapi dampak dari sistem tarif terhadap sistem perberasan nasional belum teruji, kecuali dalam konsep-konsep yang lebih banyak bersifat teoritis. Pilihan kebijakan yang diambil berupa sistem tarif atau monopoli impor selalu mengandung unsur positif dan negatif. Namun hal tersebut tidak hanya dikaitkan dengan masalah ekonomi, namun juga meliputi masalah sosial dan politik. Dengan demikian parameter yang bersiat ekonomi perlu dikombinasikan dengan parameterparameter lain yang besifat non ekonomi.

16 Apabila sistem tarif ditetapkan, pembebasan bea masuk (BM 0%) beras impor seperti yang telah berlaku pada tahun 1998 secara langsung akan merugikan petani yang sementara panen, mengingat harga beras impor relatif lebih murah dari harga beras domestik. Oleh karena itu tingkat tarif perlu dihitung secara cermat dan fleksibel dengan memperhatikan beberapa faktor seperti; fluktuasi nilai tukar rupiah, fluktuasi harga di pasar domestik sebagai akibat kenaikan biaya produksi dan perubahan harag dasar, serta akibat pola panen antar musim, dan fluktuasi harga di pasar internasional. Adanya fluktuasi tersebut menyebabkan besarnya tingkat tarif tidak mudah ditetapkan. Apabila digunakan acuan komitmen tarif di WTO (World Trade Organization) maka tingginya tarif yang ekuivalen dengan tingkat proteksi (monopoli impor) selama ini adalah 18%. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FE-UI). Dimana margin perdagangan beras (dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen ditingkat perkotaan) adalah 18%. (Amrullah,2003) Pengaruh Impor Beras Terhadap Harga Beras Domestik Dalam menjaga ketersediaan beras, pemerintah merasa perlu untuk mengimpor beras yang secara teoritis berpengaruh terhadap kenaikan harga beras di tingkat domestik melalui kebijakn tarif dan bea masuk impor. Pasa dasarnya impor beras tersebut selain secara fisik mempengaruhi jumlah penawaran dalam negeri sehingga melalui mekanisme pasar dapat mempengaruhi harga dalam negeri atau juga

17 merupakan transfer harga dari pasar internasional ke pasar domestik. Transfer harga tersebut sebenarnya terjadi, baik pada saat pasar beras dalam negeri masih diintervensi oleh pemerintah maupun setelah adanya deregulasi. Pada komoditas bahan makanan pokok, pemerintah akan tetap melakukan pengendalian, meskipun menderita kerugian, agar masyarakat tidak menjadi objek pencari keuntungan. Oleh karena kebijakan pemerintah dalam melindungi harga pangan dalam negeri untuk kepentingan produsen dan konsumen dengan memberlakukan tarif dan bea masuk impor maupun melalui kebijakan stabilitas harga pangan mengakibatkan naiknya harga beras impor yang masuk ke pasar domestik. 2.4 Produksi Produksi adalah suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan barang dan jasa. Dimana dalam produksi manusia menggunakan benda-benda yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang disebut dengan faktor-faktor produksi yang adakalanya dinyatakan dengan istilah lain, yaitu sumber daya. Ditinjau dari segi ekonomis, pengertian produksi merupakan suatu proses pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia sehingga memperoleh hasil kualitas dan kuantitas yang baik sehingga dapat diperdagangkan. Menurut Joesron dan Suharti (2003), produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input.

18 Prinsip ekonomi dari kegiatan produksi tergantung dari bagaimana seorang produsen baik pengusaha maupun petani mengalokasikan sarana produksi atau input yang dimiliki seefisien mungkin untuk memaksimumkan keuntungan (profit maximization). Disisi lain, bagaimana pengusaha/petani tetap mencoba meningkatkan keuntungan tersebut dengan kendala terbatasnya biaya usaha tani sehingga harus menekan biaya produksi seminimal mungkin (cost minimization) Fungsi Produksi Fungsi produksi merupakan hubungan teknis antara faktor produksi (input) dengan hasil produksi (output). Faktor poduksi merupakan hal yang mutlak dalam proses produksi karena tanpa faktor produksi kegiatan produksi tidak dapat berjalan. Secara umum fungsi produksi menunjukan bahwa jumlah barang produksi tergantung pada jumlah faktor produksi yang digunakan. Jadi hasil produksi merupakan variabel tidak bebas, sedangkan faktor produksi merupakan variabel bebas. Fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut: Q = (K, L, R, T) Dimana: Q = Output K = Kapital/modal L = Labor/tenaga kerja

19 R = Resources/sumber daya T = Teknologi Dari persamaan di atas pada dasarnya berarti bahwa besar kecilnya tingkat produksi sesuatu barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda tentunya memerlukan faktor produksi yang berbeda-beda pula. Tetapi ada juga bahwa jumlah produksi yang tidak sama akan dihasilkan oleh faktor produksi yang dianggap tetap, biasanya adalah faktor produksi seperti modal, mesin, peralatannya serta bangunan perusahaan. Sedangkan faktor produksi yang mengalami perubahan adalah tenaga kerja Teori Produksi Dengan Satu Faktor Berubah Hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang dalam produksi jangka pendek dikatakan bahwa ada faktor produksi yang bersifat tetap (fixed input) dan ada faktor produksi yang bersifat berubah (variabel input). Jika faktor produksi yang besifat variabel tesebut terus menerus ditambah maka produksi total akan semakin meningkat hingga sampai pada suatu tingkat tertentu (titik maksimum), dan apabila sudah pada tingkat maksimum tersebut faktor produksinya terus ditambah maka produksi total akan terus menurun. Hal ini berarti mulai berlakunya hukum tambahan hasil yang semakin berkurang (law of diminishing returns). Keadaan ini dapat dilihat pada gambar 2.6 (sumber: Nuraini, 2005)

20 Q Q 3 Q 2 TP A Q 1 Tahap 1 Tahap 3 Tahap 2 0 L 1 L 2 L 3 L 4 L MP L Gambar 2.6 Kurva produksi total, produksi marginal dan produksi rata-rata

21 Gambar di atas merupakan cara lain untuk menggambarkan fungsi produksi yang menggunakan kombinasi faktor produksi tidak sebanding, dimana modal dan teknologi dianggap tetap. Sumbu vertikal menunjukan jumlah produksi yang dihasilkan (output), sumbu horizontal menunjukan jumlah input tenaga kerja, TP merupakan total produksi, L merupakan tenaga kerja, MP L menunjukan produksi batas (marginal product tenaga kerja), dan AP L menunjukan rata-rata tenaga kerja (average product) Berdasarkan gambar diatas dapat dibagi kedalam tiga tahap, yaitu: a. Tahap I menunjukan penggunan tenaga kerja yang masih sedikit, dan apabila diperbanyak tenaga kerjanya hingga menjadi L 2 maka total produksi akan meningkat dari Q 1 menjadi Q 2. produksi rata-rata dan produksi marginal juga turut meningkat. Produsen yang rasional jelas akan memilih memperbanyak mempergunakan tenaga kerja. b. Pada tahap II ini merupakan tahap yang efisien untuk berproduksi dikarenakan produksi total yang terus meningkat, sedangkan produksi ratarata mulai menurun dan produksi marginal bertambah dengan proporsi yang semakin menurun pula hingga pada akhirnya produksi marginal mencapai titik nol (0). Pada tahap II ini berlaku hukum penambahan hasil produksi yang semakin berkurang (law of diminishing returns). Dan jika pada keadaan tersebut tenaga kerja masih saja ditambah maka memasuki tahap III.

22 c. Tahap III merupakan penambahan tenaga kerja yang akan menyebakan turunnya total produksi. Jadi penggunaan tenaga kerja sudah terlalu banyak hingga produksi rata-rata menurun dan produksi marginal menjadi negatif. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain kecuali mengurangi penggunaan tenaga kerja Teori Produksi Dengan Dua Faktor Berubah Dalam jangka panjang perusahaan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk pemakaian input yang tadinya tidak dapat diubah. Jadi suatu fungsi produksi dikatakan sebagai jangka pendek atau jangka panjang adalah tergantung dari apakah inputnya dapat diubah menjadi variabel. Jika semua input dapat diubah maka dinamakan fungsi produksi jangka, tetapi jika ada satu input tetap, dinamakan fungsi produksi jangka pendek. Kurva yang menunjukan kombinasi pemakaian input yang berbeda tetapi dapat menghasilkan jumlah output yang sama disebut isoquant. Fungsi produksi jangka panjang dapat dituliskan sebagai berikut: Q = f (K,L) Dimana: Q = Output (fungsi dari perubahan L dan pemakaian K tetap) L = Tenaga kerja (input variabel) K = Mesin (input variabel)

23 Isoquant cembung terhadap titik asal (convex to origin) sehingga slope antara satu titik ke titik lain adalah sama. Slope isoquant dikenal sebagai Marginal Rate Technical Substitution (MRTS) yang menunjukan secara teknis berapa K dan L dapat saling diubah untuk menghasilkan output yang sama. K 1 > K 2 > K 3 K AK1 A B AK2 AK3 C D L Isoquant Gambar 2.7 isoquant produksi

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan yang sampai saat ini dianggap sebagai komoditi terpenting dan strategis bagi perekonomian adalah padi, karena selain merupakan tanaman pokok bagi sebagian

Lebih terperinci

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Bahasan Teori produksi (teori perilaku produsen) Bentuk-bentuk organisasi perusahaan Perusahaan ditinjau dari sudut teori ekonomi

Lebih terperinci

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Terminologi penting dalam teori produksi 1. Fungsi produksi 2. Biaya produksi minimum 3. Jangka waktu analisis 4. Perusahaan dan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP. KEBIJAKAN HARGA Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2 Julian Adam Ridjal, SP., MP. Disampaikan pada Kuliah Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian EMPAT KOMPONEN KERANGKA

Lebih terperinci

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Perusahaan ditinjau dari sisi Teori Ekonomi Tidak dibedakan atas kepemilikanya, jenis usahanya maupun skalanya. Terfokus pada bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

BAB V PERUSAHAAN dan PRODUKSI

BAB V PERUSAHAAN dan PRODUKSI BAB V PERUSAHAAN dan PRODUKSI 5.1. Perilaku Produsen Jika konsumen didefinisikan sebagai orang atau pihak yang mengkonsumsi (pengguna) barang dan jasa maka produsen adalah orang atau pihak yang memproduksi

Lebih terperinci

Analisis dampak subsidi beras terhadap kesejahteraan

Analisis dampak subsidi beras terhadap kesejahteraan Universitas Indonesia Library >> UI - Tesis (Membership) Analisis dampak subsidi beras terhadap kesejahteraan Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/bo/uibo/detail.jsp?id=108852&lokasi=lokal ------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harga Gula Domestik

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harga Gula Domestik II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harga Gula Domestik Menurut Susila (2005), Indonesia merupakan negara kecil dalam perdagangan dunia dengan pangsa impor sebesar 3,57 persen dari impor gula dunia sehingga Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok dari 98 persen penduduk Indonesia (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia beras mempunyai bobot yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pangan merupakan salah satu masalah nasional yang sangat penting dari keseluruhan proses pembangunan dan ketahanan nasional suatu bangsa. Pangan menyangkut kesejahteraan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Situasi Penawaran dan permintaan Beras di Indonesia. Kondisi penawaran dan permintaan beras di Indonesia dapat diidentifikasi

TINJAUAN PUSTAKA Situasi Penawaran dan permintaan Beras di Indonesia. Kondisi penawaran dan permintaan beras di Indonesia dapat diidentifikasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Situasi Penawaran dan permintaan Beras di Indonesia Kondisi penawaran dan permintaan beras di Indonesia dapat diidentifikasi berdasarkan perkembangan komponen utamanya yaitu produksi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO Add your company slogan Biaya Teori Produksi LOGO Asumsi Dalam pembahasan ekonomi, perusahaan selalu diasumsikan bertujuan untuk memaksimalkan keuntungannya. Perusahaan yang didirikan tidak untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Ekonomi Mikro. Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan

Ekonomi Mikro. Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Ekonomi Mikro Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Bentuk-bentuk Organisasi Perusahaan 1. Perusahaan perseorangan 2. Firma 3. Perseroan terbatas 4. Perusahaan negara 5. Koperasi Perusahaan perseorangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sampai saat ini 95% masyarakat Indonesia masih mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok,

Lebih terperinci

TEORI PRODUKSI DAN ESTIMASI

TEORI PRODUKSI DAN ESTIMASI Organisasi Produksi dan Fungsi Produksi Organisasi Produksi TEORI PRODUKSI DAN ESTIMASI Produksi (production) adalah perubahan bentuk dari berbagai input atau sumber daya menjadi output beruoa barang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk,

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian memegang peranan penting dalam tatanan pembangunan nasional. Peran yang diberikan sektor pertanian antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Beras merupakan makanan pokok utama penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari

BAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Definisi Ekonomi Pertanian Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras bagi bangsa Indonesia dan negara-negara di Asia bukan hanya sekedar komoditas pangan atau

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS 37 III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Fungsi Permintaan Gula Keadaan konsumsi dan permintaan suatu komoditas sangat menentukan banyaknya komoditas yang dapat digerakkan oleh sistem tata niaga dan memberikan arahan

Lebih terperinci

PRODUKSI TOTAL, PRODUKSI MARJINAL DAN PRODUK RATA RATA Hints :

PRODUKSI TOTAL, PRODUKSI MARJINAL DAN PRODUK RATA RATA Hints : ANALISA PRODUKSI Fungsi produksi : Suatu fungsi yang menunjukkan hubungan fisik antara input yang digunakan untuk menghasilkan suatu tingkat output tertentu. Konsep konsep penting dalam analisa produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan

Lebih terperinci

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l BAB V 5.1 Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Dalam kesepakatan AoA, syarat hegemoni yang merupakan hubungan timbal balik antara tiga aspek seperti form of state, social force, dan world order, seperti dikatakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah komoditas strategi karena merupakan kebutuhan dasar manusia. Pangan tidak saja berarti strategis

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara III. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, menganalisis harga dan integrasi pasar spasial tidak terlepas dari kondisi permintaan, penawaran, dan berbagai kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan kearah perbaikan yang orientasinya pada pembangunan bangsa dan sosial ekonomis. Untuk mewujudkan pembangunan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara menginginkan negaranya memiliki suatu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003) TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Harga suatu barang ekspor dan impor merupakan variabel penting dalam merncanakan suatu perdagangan internasional. Harga barang ekspor berhadapan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

ANALISIS DESKRIPTIF PENETAPAN HARGA PADA KOMODITAS BERAS DI INDONESIA

ANALISIS DESKRIPTIF PENETAPAN HARGA PADA KOMODITAS BERAS DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk Indonesia yang setiap tahun bertambah sehingga permintaan beras mengalami peningkatan juga dan mengakibatkan konsumsi beras seringkali melebihi produksi. Saat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut UU pangan no 18 tahun 2012 pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, dan

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 06 Pusat Pengantar Ekonomi Mikro Teori Perilaku Produsen Bahan Ajar dan E-learning TEORI PERILAKU PRODUSEN (Analisis Jangka Pendek) 2 Basic Concept Inputs Production Process Outputs Produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan dalam pembangunan Indonesia, namun tidak selamanya sektor pertanian akan mampu menjadi

Lebih terperinci

Indikator Inflasi Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti;.

Indikator Inflasi Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti;. Bab V INFLASI Jika kita perhatikan dan rasakan dari masa lampau sampai sekarang, harga barang barang dan jasa kebutuhan kita harganya terus menaik, dan nilai tukar uang selalu turun dibandingkan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

Modul 5. Teori Perilaku Produsen

Modul 5. Teori Perilaku Produsen Modul 5. Teori Perilaku Produsen A. Deskripsi Modul Seorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan: berapa output yang harus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian

Lebih terperinci

Peran Bulog Dalam Kebijakan Perberasan Nasional Agus Saifullah

Peran Bulog Dalam Kebijakan Perberasan Nasional Agus Saifullah Peran Bulog Dalam Kebijakan Perberasan Nasional Agus Saifullah Pendahuluan Beras memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia dipandang dari aspek ekonomi, tenaga kerja, lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan efisiensi produksi. Hal ini berarti pembangunan

Lebih terperinci

SILABUS OLIMPIADE EKONOMI. : 120 menit tingkat kabupaten/kota dan provinsi. 150 menit tingkat nasional

SILABUS OLIMPIADE EKONOMI. : 120 menit tingkat kabupaten/kota dan provinsi. 150 menit tingkat nasional SILABUS OLIMPIADE EKONOMI Bidang studi Jenjang Alokasi waktu : Ekonomi : SMA/MA : 120 menit tingkat kabupaten/kota dan provinsi 150 menit tingkat nasional Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran 1. Mengidentifikasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. A. Kontribusi Pangan Terhadap Laju Inflasi Di Indonesia

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. A. Kontribusi Pangan Terhadap Laju Inflasi Di Indonesia 47 IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Kontribusi Pangan Terhadap Laju Inflasi Di Indonesia Inflasi volatile food merupakan inflasi yang berasal dari sekelompok komoditas bahan pangan. Inflasi volatile food

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

MASALAH-MASALAH DASAR DALAM ORGANISASI EKONOMI BAB 3. 1 Chapter 3 Masalah Dasar Organisasi Ekonomi Navik Istikomah

MASALAH-MASALAH DASAR DALAM ORGANISASI EKONOMI BAB 3. 1 Chapter 3 Masalah Dasar Organisasi Ekonomi Navik Istikomah MASALAH-MASALAH DASAR DALAM ORGANISASI EKONOMI BAB 3 1 Tiga Masalah Pokok Organisasi Ekonomi 1. Komoditi apa (what) yang harus diproduksi, dan berapa? Karena sumber daya bersifat langka atau terbatas (konsep

Lebih terperinci

Boks 2. Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya

Boks 2. Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya Boks Pola Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya Pendahuluan Salah satu komoditas yang memiliki kontribusi besar bagi inflasi Kota Palangka Raya adalah beras. Konsumsi beras

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN Prinsip-Prinsip Efisiensi Usahatani Usahatani ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Dari pembahasan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA Abstract Inflasi dan pengangguran adalah masalah pelik yang selalu dihadapi oleh Negara Indonesia terkait belum berkualitasnya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Berlian Porter Dayasaing diidentikkan dengan produktivitas atau tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil komoditas pertanian berupa padi. Komoditas padi dikonsumsi dalam bentuk beras menjadi nasi.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik dari dimensi ekonomi, sosial, maupun politik. Indonesia memiliki keunggulan komparatif sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN KEMUNGKINAN KEMBALI KE KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH, KENAIKAN HARGA GABAH DAN TARIF TAHUN 2007

KAJIAN KEMUNGKINAN KEMBALI KE KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH, KENAIKAN HARGA GABAH DAN TARIF TAHUN 2007 KAJIAN KEMUNGKINAN KEMBALI KE KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH, KENAIKAN HARGA GABAH DAN TARIF TAHUN 2007 Ringkasan Kemungkinan kembali Ke Kebijakan Harga Dasar Gabah (HGD) 1. Kebijakan Kebijakan Harga Pembelian

Lebih terperinci

Badan Urusan Logistik (BULOG) adalah suatu Lembaga Pemerintah Non. Departemen (LPND) yang ditugasi untuk mengendalikan dan menjaga kestabilan

Badan Urusan Logistik (BULOG) adalah suatu Lembaga Pemerintah Non. Departemen (LPND) yang ditugasi untuk mengendalikan dan menjaga kestabilan Bab PENGAJUAN I MASALAH A. Latar Belakang Badan Urusan Logistik (BULOG) adalah suatu Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang ditugasi untuk mengendalikan dan menjaga kestabilan harga bagi produsen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Daya Saing Analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif digunakan untuk mempelajari kelayakan dan prospek serta kemampuan komoditi susu sapi lokal dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok di Indonesia. Beras bagi masyarakat Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik di negara ini. Gejolak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sampai saat ini masih mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap pendapatan nasional, sektor

Lebih terperinci

JUSTIFIKASI DAN RESIKO PENINGKATAN HARGA DASAR GABAH PEMBELIAN PEMERINTAH

JUSTIFIKASI DAN RESIKO PENINGKATAN HARGA DASAR GABAH PEMBELIAN PEMERINTAH JUSTIFIKASI DAN RESIKO PENINGKATAN HARGA DASAR GABAH PEMBELIAN PEMERINTAH Dilihat dari segi kandungan proteksi dan kemampuan untuk mengefektifkannya, harga dasar gabah pembelian pemerintah (HDPP) yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan 2.1.1 Sumber Daya Energi Sumber daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan pustaka Tingkat kesejahteraan petani merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan sektor pertanian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian umum dari masyarakat Indonesia. Baik di sektor hulu seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan perekonomian nasional dan patut menjadi sektor andalan dan mesin penggerak pertumbuhan ekonomi karena sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan masyarakat demokratis, yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. masing-masing individu, misalnya kepentingan pengusaha sering tidak sesuai

TINJAUAN PUSTAKA. masing-masing individu, misalnya kepentingan pengusaha sering tidak sesuai 16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Pemerintah Prinsip kebebasan ekonomi dalam praktek menghadapi perbenturan kepentingan, karena tidak adanya koordinasi yang menimbulkan harmonis dalam kepentingan masing-masing

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERTANIAN & KEBIJAKAN PEMERINTAH

PEMBANGUNAN PERTANIAN & KEBIJAKAN PEMERINTAH PEMBANGUNAN PERTANIAN & KEBIJAKAN PEMERINTAH TIK ; MAHASISWA DIHARAPKAN DAPAT MENJELASKAN SYARAT - SYARAT POKOK PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEBIJAKAN PENDUKUNGNYA PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan

Lebih terperinci

PEMASARAN HASIL PERTANIAN: Aplikasi Penawaran dan Permintaan

PEMASARAN HASIL PERTANIAN: Aplikasi Penawaran dan Permintaan SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT PEMASARAN HASIL PERTANIAN: Aplikasi Penawaran dan Permintaan Prof. Ir. Ratya Anindita, MSc., Ph.D. Lab. Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

1) Menjaga harga terendah, terutama di daerah-daerah produksi selama musim panen;

1) Menjaga harga terendah, terutama di daerah-daerah produksi selama musim panen; I L PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian sampai saat ini masih menjadi prioritas dalam pembangunan nasional, dimana sektor pertanian masih memberikan kontribusi yang besar dalam pembangunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam 219 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan 8.1.1. Berdasarkan pengujian, diperoleh hasil bahwa guncangan ekspor nonagro berpengaruh positip pada kinerja makroekonomi Indonesia, dalam

Lebih terperinci

OPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS

OPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS OPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS A. Landasan Konseptual 1. Struktur pasar gabah domestik jauh dari sempurna. Perpaduan antara produksi padi yang fluktuatif, dan penawaran

Lebih terperinci

Berikut merupakan contoh dari production possibilities Frontier

Berikut merupakan contoh dari production possibilities Frontier Kurva kemungkinan produksi Dalam ekonomi, kurva kemungkinan produksi (Inggris: production possibility frontier (PPF), production possibility curve, production-possibility boundary atau product transformation

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA

KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA Direktur Utama Perum BULOG Disampaikan pada Seminar & Pameran Pangan Nasional Pasok Dunia FEED THE WORLD Tema : Menuju Swasembada yang Kompetitif dan Berkelanjutan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Proses alih fungsi lahan dapat dipandang sebagai suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi serta perubahan struktur sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negara kita Indonesia, persoalan kelancaran urusan pangan ditangani oleh sebuah lembaga non-departemen yaitu Badan Urusan Logistik (Bulog). Bulog ini bertugas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen PERILAKU KONSUMEN A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang

Lebih terperinci

Prinsip Ekonomi dalam Usaha Perikanan. Kuliah Ke-3 EKONOMI PERIKANAN

Prinsip Ekonomi dalam Usaha Perikanan. Kuliah Ke-3 EKONOMI PERIKANAN Prinsip Ekonomi dalam Usaha Perikanan Kuliah Ke-3 EKONOMI PERIKANAN Pengantar Peran ilmu ekonomi dalam bidang usaha perikanan berkaitan erat dengan bagaimana seorang pengusaha perikanan mengelola (manage),

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

I. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 18 I. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Kebijakan Harga Peran utama dari analisis kebijakan pangan adalah untuk merancang sebuah program yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN KTSP & K-13 A. POLA PERILAKU KONSUMEN a. Konsep Dasar Konsumsi

ekonomi Kelas X TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN KTSP & K-13 A. POLA PERILAKU KONSUMEN a. Konsep Dasar Konsumsi KTSP & K-13 Kelas X ekonomi TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN Semester 1 KelasX SMA/MA KTSP & K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam baik sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

Review Materi. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Review Materi. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Review Materi Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Teori Produksi Bentuk-bentuk organisasi perusahaan Perseorangan Persekutuan Perseroan Terbatas BUMN Koperasi Teori produksi neoklasik Fokus pada penentuan

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI Pendahuluan 1. Situasi perberasan yang terjadi akhir-akhir ini (mulai Maret 2008) dicirikan dengan

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 1FEB. Konsep Ilmu Ekonomi. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 1FEB. Konsep Ilmu Ekonomi. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: Konsep Ilmu Ekonomi Fakultas 1FEB Febrina Mahliza, SE, M.Si Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Definisi Kegiatan ekonomi merupakan kegiatan individu/perusahaan/masyarakat

Lebih terperinci

II. PENGEMBANGAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN

II. PENGEMBANGAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN II. PENGEMBANGAN CADANGAN PANGAN A. Landasan Hukum Memahami pentingnya cadangan pangan, pemerintah mengatur hal tersebut di dalam Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan, khususnya dalam pasal

Lebih terperinci