Kinerja Pasar Komoditas Pertanian
|
|
- Dewi Sugiarto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 8 informal kelompok yang mempengaruhi daya tawar dan ketersedian informasi harga serta dampaknya pada harga yang berlaku. Analisis berikutnya yaitu mekanisme penentuan harga, faktor yang mempengaruhi penetapan harga, patokan dasar dalam diferensiaasi harga, dan dampak lokasi fisik pasar pada harga. Dari hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak adanya sistem harga yang kompetitif, sekitar 90 persen petani menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki kekuatan dalam menentukan harga. Hal ini menunjukkan penyimpangan pasar kapas dari norma pasar yang kompetitif baik dalam praktek penjualan, pembeilan dan strategi harga. Kinerja Pasar Komoditas Pertanian Masih dalam penelitian Azizi et al. (2011) mengenai kinerja pasar disimpulkan bahwa marjin pemasaran tertinggi diperoleh oleh pedagang pengumpul. Pada penelitian ini hanya menghitung marjin pemasaran saja dan tidak ada penjelasan mengenai bagian yang diterima petani (farmer s share), peneliti hanya mengungkapkan bahwa saluran pemasaran garam cenderung lebih efisien. Sedangkan penelitian yang dilakukan Suherman et al. (2011) mengenai kinerja pasar garam di Kecamatan Kalianget digunakan indikator analisis marjin pemaran, share harga yang diterima petani. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa lembaga pemasaran yang banyak melakukan fungsi pemasaran mendapatkan distribusi marjin yang terbesar, distribusi marjin yang terbesar diterima oleh pabrik garam. Dari aspek share petani, mereka hanya menerima 11 persen, share ini lebih kecil dibandingkan dengan share yang diterima oleh pabrik dan tengkulak. Peneliti menyimpulkan bahwa pemasaran garam di Kecamatan Kalianget ini tidak efisien. 3 KERANGKA PEMIKIRAN Konsep SCP (Structure, Conduct, Performance) dan Perkembangannya Model SCP ini pertama kali dikemukakan oleh Joe Bain dalam bukunya Industrial Organization yang menjelaskan hubungan yang dapat diramalkan antara struktur, perilaku, dan kinerja pasar. Dahl dan Hammond (1977) menjelaskan bahwa analisis sistem pemasaran dapat dikaji melalui struktur, perilaku dan kinerja pasar. Pada awalnya paradigma SCP merupakan pendekatan yang umumnya digunakan untuk mengkaji hubungan dinamika persaingan suatu industri dengan kinerjanya (Waldman dan Jensen, 2007). Begitu pula Carlton dan Perloff (2000) juga menyatakan bahwa paradigma SCP pada awalnya digunakan untuk mengkaji pembentukan organisasi industri. Namun dalam perkembangannya pendekatan SCP ini telah banyak digunakan dalam pemasaran komoditas pertanian. Karena menurut Soekartawi (2002) pendekatan SCPmerupakan teknik yang relatif baru untuk meningkatkan efisiensi dan sekaligus memperhatikan welfare sociaty.
2 9 Pada konsepnya struktur pasar dipengaruhi oleh kondisi permintaan dan penawaran. Kondisi permintaan (elastisas harga, keberadaan barang subsitusi, metode pembelian) dan penawaran (teknologi, struktur biaya, pertumbuhan pasar) akan mempengaruhi struktur pasar (market structure) yang terbentuk. Struktur pasar adalah penggolongan produsen kepada beberapa bentuk pasar berdasarkan ciri-ciri seperti jenis produk yang dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam industri, mudah tidaknya keluar atau masuk ke dalam industri serta konsentrasi pasar. Perilaku pasar (market conduct) menggambarkan tingkah laku perusahaan dalam menghadapi struktur pasar tertentu. Identifikasi perilaku pasar terdiri atas proses penentuan harga, kegiatan integrasi, merger, kolusi. Sedangkan keragaan pasar (market performance) merupakan hasil akhir perilaku pasar. Dalam kenyataan interaksi antara struktur, perilaku dan kinerja pasar tidak selalu linear, malah cenderung bersifat komplek dan saling mempengaruhi secara dinamis (Waldman dan Jensen, 2007).Keterkaitan antara komponen dalam pendekatan SCP dapat dilihat pada Gambar 2. Supply Conditions Technology and cost structure Factor markets Organizational structure Location Demand Conditions Price elasticity of demand Availibility of substitutes Method of purchase Structure Conduct Performance Number and size distribution of buyers and sellers Entry and exit conditions Market consentration Collusion Pricing Strategy Mergers Profitability Allocative Efficiency Growth Technological Progres Goverment Policy Regulation Taxes and Subsidies Employment Policy Regional Policy Competition Policy Trade Policy Sumber: Kuncoro (2007) Gambar 2 Paradigma structure conduct performance
3 10 Pendekatan SCP dalam Sistem Pemasaran Struktur Pasar (Market Structure) Struktur pasar menjelaskan bagaimana pelaku pasar terorganisasi berdasarkan karakteristik yang mempengaruhi hubungan antara penjual dan pembeli. Dengan kata lain struktur pasar mengindikasikan derajat kompetisi dalam pasar yang berpengaruh signifikan pada perilaku harga. Beberapa krtiteria yang digunakan dalam mengidentifikasi struktur pasar adalah : banyaknya jumlah lembaga pemasaran yang terlibat, pangsa pasar, konsentrasi pasar, diferensiasi produk dan kondisi keluar masuk pasar (Kohl dan Uhl, 2002). Sedangkan Jaya (2001) mendifinisikan struktur pasar lebih mengacu pada organisasi pasar yang dapat mempengaruhi persaingan dan tingkat harga, baik barang maupun jasa. Struktur pasar dalam konteks ini menunjukkan atribut pasar yang mempengaruhi sifat persaingan. Sama halnya dengan Kohl dan Uhl, Jaya juga menjelaskan beberapa elemen penting untuk mengukur struktur pasar diantaranya tingkat konsentrasi dan hambatan masuk pasar. Dari hasil identifikasi berdasarkan kriteria di atas struktur pasar akan dapat diklasifikasikan menjadipasar kompetitif (perfect competitive market) dan pasar persaingan tidak sempurna (imperfect competitive market). Tipe-tipe pasar berdasarkan kondisinya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Tipe-tipe pasar berdasarkan strukturnya Ciri-ciri Monopoli Perusahaan Dominan Oligopoli Persaingan Monopolistik Persaingan Murni Kondisi Utama Memiliki 100% pangsa pasar Menguasai % pangsa pasar tanpa pesaing ketat Gabungan beberapa perusahaan terkemuka yang pangsa pasarnya 40-80% Banyak pesaing yang efektif, tidak satupun memiliki lebih dari 10% pangsa pasar Lebih dari 50 pesaing yang tidak satupun memiliki pangsa pasar yang berarti Jumlah Produsen Satu Banyak Sedikit Banyak Sangat Banyak Entry/Exit Barrier Sangat tinggi Tinggi Tinggi Rendah Sangat Rendah Tipe Produk Heterogen Heterogen Homogen atau Heterogen Homogen heterogen Kekuasaan Sangat besar Relatif Relatif Sedikit Tidak ada Menentukan Persaingan Tidak ada Besar Besar Besar Tidak ada Harga Informasi Sangat Terbatas Cukup terbuka Terbatas Cukup terbuka Terbuka Profit Berlebih Berlebih Agak berlebih Normal Normal Efisiensi Kurang baik Kurang baik Kurang baik Cukup baik Baik Sumber: Jaya (2001) 1. Pangsa Pasar (Market Share) Menurut Jaya (2001) pangsa pasar merupakan elemen primer, karena pangsa pasar berpengaruh terhadap keuntungan. Besaran pangsa pasar berkisar antara 0 hingga 100 persen dari total penjulan seluruh pasar. Menurut Besanko et
4 11 al (2010) pangsa pasar dapat dihitung dengan menggunakan penerimaan penjualan atau kapastias produksi. Keterangan : pangsa pasar perusahaan i (%) penjualan perusahaan i (rupiah) penjualan total seluruh perusahaan (rupiah) Pangsa pasar yang besar biasanya menandakan kekuatan pasar yang besar, sebaliknya pangsa pasar yang kecil berarti perusahaan tidak mampu bersaing dalam tekanan persaingan (Jaya, 2001). 2. Konsentrasi Konsentrasi atau pemusatan merupakan kombinasi pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan oligopolis, dimana adanya saling ketergantungan satu sama lain. Kelompok perusahaan ini terdiri dari 2 sampai 8 perusahaan. Kombinasi pangsa pasar oligopolis membentuk suatu tingkat pemusatan dalam pasar. Konsentrasi pasar ini sangat berkaitan erat dengan pangsa pasar (Jaya, 2001). Keterangan : konsentrasi rasio dari m perusahaan terbesar dalam struktur pasar pangsa pasar perusahaan ke 1 (i 1, 2,3..., n) dalam persen m jumlah perusahaan terbesar Rasio konsentrasi yang standar memerlukan data mengenai ukuran pasar secara keseluruhan dan ukuran perusahaan-perusahaan yang memimpin pasar. Indeks Hirschman Herfindahl merupakan penjumalahan kuadrat pangsa pasar semua perusahaan dalam suatu industri. Keterangan : Herfindahl Hirchman Index pangsa pasar perusahaan ke 1 (i 1,2,3,...n) dalam persen Herfindahl Hirchman Index berada antara 0 sampai Untuk pasar persaingan sempurna Herfindahl Hirchman Index sama dengan nol sedangkan pasar monopoli Jaya (2001) menyatakan bahwa hasil yang baik dapat menggunakan pengukuran Herfindahl Hirchman Index sebagai pengganti rasio konsentrasi. Walaupn demikian, rasio konsetrasi tetap merupakan pengukuran serba guna mengenai derajat kompetisi yang paling baik. Pengukuran ini lebih jelas daripada pengukuran yang lain dan mempunyai pengertian yang lebih baik.
5 12 3. Hambatan Masuk Pasar Jaya (2001) ada beberapa hal umum mengenai hambatan memasuki suatu pasar yang harus dipahami. Pertama, hambatan-hambatan timbul dalam kondisi pasar yang mendasar, tidak hanya dalam bentuk perangkat yang legal ataupun dalambentuk kondisi-kondisi yang berubah dengan cepat. Kedua, hambatan dibagi dalam tingkatan mulai dari tanpa hambatan sama sekali (bebas masuk), hambatan rendah, sedang sampai tingkatan tinggi dimana tidak ada jalan masuk. Menurut Bain (1956) dalam Asmarantaka (2012) penentu utama kondisi masuk pasar adalah skala ekonomi yang besar, diferensiasi produk dan keuntungan biaya absolut antara perusahaan yang ada dengan yang baru. Skala ekonomis (economics of scale) terjadi apabila pertambahan produk dapat mengakibatkan biaya produksi rata-rata menurun atau semakin kecil, hal ini terlihat pada output 0 hingga Q*. Hubungan ini dapat di ilustrasikan pada Gambar 3. Biaya AC LRAC Economies of Scale Diseconomies of Scale Q* Output Sumber: Baye (2010) Gambar 3 Kurva biaya rata-rata jangka panjang Perilaku Pasar (Market Conduct) Terdapat lima dimensi perilaku pasar menurut Tatiek (2012). Perilaku pasar merupakan cara partisipan pasar beradaptasi terhadap situasi pasar, yaitu : 1. Prinsip dan metode yang digunakan pelaku pasar untuk menentukan harga dan tingkat output yang dijualnya. 2. Kebijakan harga strategis dan pelaku pasar baik secara individual maupun kelompok. 3. Aktivitas promosi dan pelaku pasar. 4. Alat koordinasi dan adaptasi harga, produk dan promosi yang dilakukan dalam hubungan antar penjual yang kompetitif. Koordinasi ini mungkin berbentuk kolusi baik terbuka maupun tertutup di antara price maker pada pasar persaingan tidak sempurna. 5. Ada tidaknya strategi penetapan harga pesaing.
6 Kinerja Pasar (Market Performance) Kinerja pasar menurut Dahl dan Hammond (1977) merupakan keadaan sebagai akibat dari struktur dan perilaku pasar dalam kenyataan sehari-hari yang ditunjukkan dengan harga, biaya, dan volume produksi yang pada akhirnya akan memberikan penilaian baik atau tidaknya suatu sitem pemasaran. Deskripsi kinerja pasar dapat dilihat dari : (1) harga dan penyebarannya ditingkat produsen dan tingkat konsumen, (2) marjin pemasaran dan penyebarannya pada setiap tingkat lembaga pemasaran. Kinerja pasar merupakan gabungan antara struktur pasar dan perilaku pasar yang menunjukkan terjadi interaksi antara struktur pasar, perilaku pasar, dan kinerja pasar yang tidak selalu linear, tetapi saling mempengaruhi. Adapun elemen kinerja pasar terdiri atas marjin pemasaran, farmer s share, R/C Rasio, dan integrasi pasar. Kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi memiliki banyak aspek namun biasanya dipusatkan pada tiga aspek pokok, yaitu efisiensi, kemajuan teknologi, dan keseimbangan dalam industri (Jaya, 2001). Pada bagian ini hanya akan dibahas dua aspek saja yaitu : a. Efisiensi. Efisiensi akan menghasilkan suatu nilai output yang maksimum dengan menggunakan sejumlah input tertentu, baik secara kuantitas maupun nilai ekonomis dan tidak ada nilai sumberdaya yang terbuang. Namun, dalam pemasaran indikator efisiensi dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu efisiensi operasional dan efisiensi harga (Purcell 1979; Kohl dan Uhl 2002). Efisiensi operasional berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas pemasaran yang dapat meningkatkan atau memaksimumkan rasio output-input pemasaran sedangkan efisiensi harga menekankan kepada kemampuan sistem pemasaran dalam mengalokasikan sumberdaya dan mengkoordinasikan seluruh produksi pertanian dan proses pemasaran sehingga tercapai kepuasan dan keinginan konsumen (Asmarantaka, 2012). b. Keadilan. Keadilan dalam pemasaran sangat erat kaitannya dengan efisiensi dalam pengalokasian. Keadilan mempunyai tiga dimensi pokok yaitu kesejahteraan, pendapatan dan kesempatan. Kesejahteraan dan pendapatan berkaitan dengan nilai uang. Sementara kesempatan berkaitan dengan peluang yang dimiliki setiap orang. Adapun pengukuran terhadap kinerja pasar, dapat dilihat pada bagian di bawah ini : 1. Marjin Pemasaran Tomek dan Robison (1990), memberikan alternatif dari definisi marjin pemasaran yaitu : (a) perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen (petani), (b) merupakan harga dari kumpulan jasa-jasa pemasaran sebagai akibat adanya aktivitas-aktivitas bisnis yang terjadi dalam sistem pemasaran tersebut. Pada Gambar 4 menunjukkan nilai marjin pemasaran (the value of the marketing marjin atau VMM) yang merupakan selisih harga di tingkat konsumen dan petani dikalikan dengan jumlah produk yang dipasarkan (Kohl dan Uhl, 2002). Secara matematik sederhana VMM (Pr-Pf) Q. Nilai dari marjin pemasaran (VMM) dapat dipandang secara agregat atau kedalam dua aspek yang berbeda. Aspek pertama dari VMM adalah penerimaan dari input yang dipergunakan dalam proses pengolahan atau jasa pemasaran dari tingkat petani sampai konsumen (marketing cost or returns to factors), termasuk dalam 13
7 14 kelompok ini adalah upah, suku bunga, sewa dan keuntungan. Aspek kedua dari VMM adalah returns to institutions or marketing changers yaitu pedagang pengecer, grosir, pengolah dan assemblers. Derived Supply Marjin Pr Pf Primary Supply Primary Demand Derived Demand Qr,f Sumber: Tomek dan Robinson (1990) Gambar 4Marketing margin Irawan dan Sudjoni (2001), berpendapat banyaknya lembaga pemasaran dan jarak antara produsen ke konsumen sangat berpengaruh terhadap arus distribusi barang dan tingkat harga yang diterima oleh produsen ataupun tingkat harga yang harus dibayar oleh konsumen. Jika dalam penyaluran barang dari produsen ke konsumen melalui banyak lembaga pemasaran yang terlibat, maka akan semakin besar perbedaan harga komoditas tersebut pada produsen dibandingkan dengan harga yang akan dibayarkan oleh konsumen, dalam hal ini tidak memberikan keuntungan yang wajar, baik bagi petani maupun bagi konsumen. Dengan demikian pemasaran yang melibatkan banyak lembaga pemasaran dapat menyebabkan rendahnya harga di tingkat produsen dan tingginya harga di tingkat konsumen sehingga marjin pemasaran menjadi tinggi.secara matematis marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut : Dengan demikian total marjin pemasaran adalah : Keterangan : Marjin pemasaran pada saluran pemasaran di tingkat pasar tertentu Harga jual di pasar ke-i Harga beli di tingkat pedagang ke-i Biaya pemasaran di tingkat pedagang ke-i Keuntungan pemasaran pada pedagang ke-i
8 15 Tomek dan Robinson (1990) menyatakan bahwa marjin pemasaran dapat berubah dalam faktor harga, efisiensi dari jasa pemasaran, kualitas dan kuantitas jasa pemasaran yang dipergunakan dalam proses produksi produk akhir. 2. Farmer s Share Efisiensi pemasaran dapat juga dianalisis dengan menghitung bagian harga yang diterima petani atau farmer s share. Soekartawi (2002), mengemukakan untuk mengukur efisiensi pemasaran digunakan harga jual petani sebagai dasar (Pf) dan dibandingkan dengan harga beli pedagang di tingkat konsumen akhir (Pr) dikalikan dengan 100 persen. Hal ini berguna untuk mengetahui porsi harga yang berlaku di tingkat konsumen yang dinikmati oleh petani. Apabila dari hasil pengujian diperoleh bagian harga yang diterima petani rendah (<40%), maka saluran pemasaran tidak efisiensi.rumusannya sederhana, dinyatakan dalam persentase (%), yang dirumuskan dalam persamaan : Keterangan : Bagian harga yang diterima petani Harga jual di tingkat petani Harga beli di tingkat pedagang 3. Integrasi Pasar Vertikal Integrasi atau keterpaduan pasar merupakan suatu indikator dari efisiensi pemasaran, khususnya efisiensi harga yang menunjukkan seberapa jauh perubahan harga yang terjadi di pasar acuan akan menyebabkan terjadi perubahan pada pasar pengikutnya (Asmarantaka, 2009). Menurut Ravallion (1986), model integrasi pasar ini dapat digunakan untuk mengukur bagaimana harga di pasar konsumsi dengan mempertimbangkan harga pada waktu yang lalu dan harga pada saat ini. Model ini membangun sebaran autoregresi antara setiap harga dengan suatu tempat dengan harga tingkat harga pada pasar acuan. Berikut akan dibahas mengenai model Ravallion, Firdaus dan Gunawan (2012) menunjukkan persamaan dasar dari model Ravallion ini adalah sebagai berikut : Dalam hal ini n merupakan pasar lokal dengan harga P sedangkan R adalah harga di pasar acuan. Sedangkan adalah vektor yang menunjukkan variabel-variabel non harga (tren waktu atau dummy musim) mempengaruhi permintaan dan penawaran pada pasar faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi harga di pasar lokal. Kemudian model dasar di atas diturunkan menjadi model dinamis dengan memasukkan pengaruh jeda waktu (lag) dalam harga karena persamaan di atas hanya mengukur harga pada saat ini. Tapi jika periode lag terlalu panjang, maka model ini akan menjadi rumit sehingga harga disetiap pasar diasumsikan memiliki satu fase lag saja, yaitu :
9 16 Dimana i 1, 2,..., n Persamaan 3 ini akan sangat sensitif terhadap terjadinya multikolinearitas ketika harga di pusat produksi (pasar lokal) dan pasar acuan berkorelasi sangat kuat. Menurunkan persamaan 3 akan mengurangi efek eltikolinearitas transformasi ini akan menghasilkan : Kemudian ditambahkan ke bagian kanan persamaan 4, dan menjadi lebih sederhananya menjadi : Dimana : Untuk memperjelas, persamaan di atas dapat diformulasikan menjadi : Dimana : Sehingga persamaan ini menjadi : Dalam menunjukkan pengaruh efek harga sebelumnya di pasar lokal terhadap pembentukan harga di pasar lokal pada waktu tertentu. Maka digunakan Index of Market Connection (IMC), yaitu :
10 17 Jika nilai IMC kurang dari satu menunjukkan integrasi jangka pendek. Sedangkan adalah pengukuran laju perubahan harga di pasar acuan yang ditransmisikan ke darerah pasar. Untuk mengukur integrasi jangka panjang sama dengan satu. Perbedaan antara IMC dan adalah, menunjukkan persentase perubahan harga yang terjadi di pasar acuan ditransmisikan ke pasar lokal, sedangkan IMC menunjukkan persentase harga produsen saat ini dipengaruhi oleh perubahan harga produsen di pasar lokal dan pasar acuan di waktu sebelumnya. Kerangka Operasional Penelitian ini akan membahas tentang struktur, perilaku, dan kinerja industri garam di Kabupaten Sumenep. Penelitiann ini bermula bahwa garam merupakan komoditi yang strategis, selain itu menjadi petani garam merupakan penghasilan utama penduduk di Kabupaten Sumenep. Namun adanya pihak-pihak yang mendominasi pemasaran garam, menyebabkan hipotesa awal pemasaran garam di Kabupaten Sumenep tidak efisien dan tidak adil. Karena adanya pihak yang mendominasi, petani garam hanya dikondisikan sebagai produsen garam, tidak memiliki andil dalam penetapan harga, daya tawar lemah, dan juga tertutupnya akses petani dalam pemasaran garam tersebut. Adanya pihak-pihak yang mendominasi mengindikasikan failure market yang menyebabkan pasar tidak efisien. Ketidakefisienan ini juga dapat terlihat dari tidak terintegrasinya pasar, dimana kenaikan harga di tingkat pengecer tidak tertransmisikan ke tingkat petani. Berbicara mengenai efisiensi adalah hal yang sangat diharapkan dalam proses pemasaran. Pasar yang efisien dalam teorinya adalah pasar yang bersaing sempurna, namun tidak mungkin tercapai. Sehingga proses pemasaran tergantung pada mekanisme pasar, interaksi antara pelaku pasar, serta permintaan dan penawaran garam tersebut sangat penting dalam keberlangsungan pemasaran garam. Sesuai dengan teorinya permintaan dan penawaran akan mempengaruhi struktur pasar yang berlaku. Indikator dalam pengukuran struktur pasar yang terjadi yaitu : pangsa pasar, konsentrasi pasar dan hambatan masuk pasar. Struktur pasar nantinya akan menunjukkan perilaku pasar. Pengukuran perilaku pasar akan dilakukan secara deskriptif dengan indikator kerjasama, tindakan kecurangan, proses penentuan harga dan sistem kelembagaan. Dua elemen ini nantinya akan berinteraksi mempengaruhi kinerja pasar. Namun keadaan ini tidak selalu konstan, bisa saja dilain waktu struktur dan perilaku pasar ditentukan oleh kinerja pasar. Adapun pengukuran kinerja pasar dapat menggunakan beberapa indikator seperti: farmer s share, marjin pemasaran, integrasi pasar vertikal.
11 18 Kerangka Pemikiran Operasional Garam merupakan komoditi yang strategis posisi tawar yang lemah dalam penentuan harga. Perubahan harga di tingkat retail belum bisa ditransmisikan hingga ke tingkat produsen Market failure, adanya pihak-pihak yang mendominasi pemasaran garam Pendekatan yang digunakan yaitu Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar Kondisi Permintaan dan Penawaran Garam Struktur Pasar (Market Structure) 1. Pangsa pasar 2. Konsentrasi pasar 3. Hambatan masuk pasar Perilaku Pasar (Market conduct) 1. Kolusi Kinerja Pasar (Market Performance) 1. Marjin pemasaran 2. Farmer share 3. Integrasi pasar vertikal Efisiensi dan Keadilan Pemasaran Implikasi dan Rekomendasi Kebijakan Alur Pemikiran Peubah yang diteliti Saling Mempengaruhi Gambar 5 Kerangka pemikiran operasional
III. KERANGKA PEMIKIRAN
17 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU Bungamayang, Kabupaten Lampung Utara. Lokasi dipilih secara purposive karena PTPN
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan
Lebih terperinciANALISIS PEMASARAN GARAM DI KABUPATEN SUMENEP JAWA TIMUR FIDDINI ALHAM
ANALISIS PEMASARAN GARAM DI KABUPATEN SUMENEP JAWA TIMUR FIDDINI ALHAM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Berdasarkan
Lebih terperinci4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data
21 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah sentra produksi karet rakyat di Provinsi Jambi. Lokasi yang dipilih yaitu Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Bungo.
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan
Lebih terperinciVII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT
55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Tataniaga atau pemasaran memiliki banyak definisi. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006) istilah tataniaga dan pemasaran
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Terdapat berbagai
Lebih terperinciIII. KERANGKA KONSEPTUAL
III. KERANGKA KONSEPTUAL 3.1. Structure-Conduct Performance Model Pendekatan Structure, Conduct, and Performance (SCP) adalah pendekatan organisasi pasar atau pelaku pasar yang mencakup atau mengkombinasikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Ekonomi pertanian merupakan suatu aplikasi ilmu ekonomi dengan bidang pertanian, dimana ilmu ini digunakan untuk memecahkan permasalahanpermasalahan pertanian.
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis digunakan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam penelitian
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani Soeharjo dan Patong (1973), mengemukakan definisi dari pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menjelaskan teori-teori yang digunakan untuk melakukan studi tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan menjadi panduan untuk memahami
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menggunakan teori sistem pemasaran dengan mengkaji saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, marjin pemasaran,
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pangsa pasar sering digunakan dalam ekonomi perusahan ataupun
38 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.. Kerangka Pemikiran Teoritis 3... Konsep Pangsa Pasar Istilah pangsa pasar sering digunakan dalam ekonomi perusahan ataupun dalam dunia bisnis pada umumnya, untuk menunjukkan
Lebih terperinciMINGGU 6. MARKETING MARGIN
MINGGU 6. MARKETING MARGIN Oleh TIM TATANIAGA PRODUK AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 MARGIN TATANIAGA Konsep Margin Tataniaga (Margin Total)
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Pada perekonomian saat ini, hubungan produsen dan konsumen dalam melakukan proses tataniaga jarang sekali berinteraksi secara
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran merupakan konsep dalam mencari kebenaran deduktif atau secara umum ke khusus. Pada kerangka pemikiran teoritis penelitian ini
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangka pemikiran konseptual berisi teori dan konsep kajian ilmu yang digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
49 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 (enam) bulan, sejak bulan Mei hingga Oktober 2011. Penelitian dilaksanakan di tujuh (7) pasar (Lampiran 2a dan 2b),
Lebih terperinciTATANIAGA PERTANIAN (lanjutan) OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN
TATANIAGA PERTANIAN (lanjutan) OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN Analisis Tataniaga Pertanian Pendekatan Fungsi (The Functional Approach) Pendekatan Kelembagaan (The Institutional Approach)
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.
26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga
Lebih terperinciPASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA
PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA P E R T E M U A N 6 N I N A N U R H A S A N A H, S E, M M MONOPOLI Bahasa Yunani monos polein artinya menjual sendiri Penguasaan atas produksi dan atau pemasaran
Lebih terperinci3 KERANGKA PEMIKIRAN
tidak diizinkan untuk melakukan pembelian langsung ke nelayan agar tidak terjadi permainan harga. Komponen pembentukan lembaga penunjang tersebut terdiri dari pengaturan pasar, informasi pasar, penyuluhan
Lebih terperinciEKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama)
EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama) Dosen Pengasuh: Khairul Amri, SE. M.Si Bacaan Dianjurkan: Wihana Kirana Jaya, 2008. Ekonomi Industri, BPFE-UGM Yogyakarta. Mudrajat Kuncoro, 2012. Ekonomika Aglomerasi,
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province)
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province) Nuni Anggraini, Ali Ibrahim Hasyim, Suriaty Situmorang Program Studi Agribisnis,
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan pada lokasi yang ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah atau lokasi yang terpilih merupakan salah satu sentra
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pasar Definisi yang tertua dan paling sederhana bahwa pasar adalah sebagai suatu lokasi secara fisik dimana terjadi jual beli atau suatu
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan
20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan pemasaran. Para ahli telah mendefinisikan pemasaran atau
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk
28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis
Lebih terperinciStruktur Pasar dan Conduct
Struktur Pasar dan Conduct sayifullah Pasar? Konteks di mana para penjual dan pembeli melakukan pertukaran secara sukarela. Pasar = penawaran + permintaan. Dalam ekonomi industri, pasar = industri. 1 Permintaan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PENELITIAN
23 III. KERANGKA PENELITIAN 3.1 Teori Harga Harga merupakan sinyal utama yang menjadi arah bagi pengambilan keputusan produsen, konsumen dan dan pelaku pemasaran dalam pasar. Menurut Kohls & Uhl (2002),
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan
Lebih terperinciRINGKASAN. Anggur merupakan salah satu tanaman hortikultura yang mempunyai nilai
RINGKASAN Ni Ketut Suartining, STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PEMASARAN ANGGUR, (STUDI KASUS DI DESA BANJAR KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG). Di Bawah bimbingan: Prof. Dr. Ir. Dwi Putra Darmawan,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang
46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperincipada persepsi konsumen.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan pada industri otomotif di Indonesia tahun 1983-2013, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu: 1. Struktur
Lebih terperinciMsi = x 100% METODE PENELITIAN
20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Tataniaga Pertanian Menurut Limbong dan Sitorus (1985), tataniaga pertanian adalah segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan
Lebih terperinciTATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN
TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN Tataniaga Pertanian atau Pemasaran Produk-Produk Pertanian (Marketing of Agricultural), pengertiannya berbeda
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Industri Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis dimana terdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan, proses,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktur-Perilaku-Kinerja
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktur-Perilaku-Kinerja Ekonomi industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi yang menjelaskan tentang perlunya pengorganisasian pasar dan bagaimana pengorganisasian
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan
III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai. Penelitian
Lebih terperinciII. KERANGKA PEMIKIRAN
II. KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pemasaran Mubyarto (1977), mengemukakan bahwa di Indonesia istilah tataniaga disamakan dengan pemasaran atau distribusi, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang membawa atau menyampaikan
Lebih terperinciMelisa Dinda Anggraeni, Nur Baladina * Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang *
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA) Volume I No. 2 Bulan Desember 2017 ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN PENAMPILAN PASAR KENTANG DI DESA SUMBERBRANTAS, KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU (ANALYSIS
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
46 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data nilai dan jumlah ekspor teh baik menurut kelompok produk dan negara asal, serta informasi yang
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Pertanian sebagai kegiatan manusia dalam membuka lahan dan menanaminya dengan berbagai jenis tanaman yang termasuk tanaman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat 2.1.1 Pengertian Hutan Rakyat Hutan secara singkat dan sederhana didefinisikan sebagai suatu ekosistem yang didominasi oleh pohon. Penekanan hutan sebagai suatu
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara
Lebih terperinciVI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL. 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS
65 VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS 090210 Komoditi teh dengan kode HS 090210 merupakan teh hijau yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA ATAU STRUCTURE- CONDUCT-PERFORMANCE
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA ATAU STRUCTURE- CONDUCT-PERFORMANCE BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Salah satu kerangka dasar dalam analisis ekonomi industri
Lebih terperinciPROSIDING ISSN: E-ISSN:
ANALISIS STRUKTUR PASAR INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2015 Leni Evangalista Marliani E-Mail: 1 lenievangalista02@gmail.com Abstak Industri perbankan merupakan industri yang memiliki peranan
Lebih terperinciPerbuatan atau Kegiatan yang Dilarang Pasal 17 24
Perbuatan atau Kegiatan yang Dilarang Pasal 17 24 Defenisi Praktek Monopoli: pemusatan kekuatan ekonomi (penguasaan yang nyata atas suatu pasar yang relevan) sehingga dapat menentukan harga barang dan
Lebih terperinciSISTEM PEMASARAN BERAS DI KECAMATAN CIBEBER, KABUPATEN CIANJUR
SISTEM PEMASARAN BERAS DI KECAMATAN CIBEBER, KABUPATEN CIANJUR Alexandro Ephannuel Saragih 1), dan Netti Tinaprilla 2) 1,2) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan
III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tataniaga Pertanian Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar. Pemasaran adalah kegiatan mengalirkan barang dari produsen ke konsumen akhir
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Tataniaga Tataniaga adalah suatu kegiatan dalam mengalirkan produk dari produsen (petani) sampai ke konsumen akhir. Tataniaga erat
Lebih terperinciBEBERAPA PENDEKATAN KONSEPTUAL DALAM TELAAH TATANIAGA PERTANIAN. Lecture Notes by: TATIEK KOERNIAWATI
BEBERAPA PENDEKATAN KONSEPTUAL DALAM TELAAH TATANIAGA PERTANIAN Lecture Notes by: TATIEK KOERNIAWATI PENDEKATAN KOMODITAS Fokus kajian didasarkan pada spesifikasi salah satu komoditas pertanian Commodity
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.
37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciLanjutan Pemasaran Hasil Pertanian
Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian BIAYA, KEUNTUNGAN DAN EFISIENSI PEMASARAN 1) Rincian Kemungkinan Biaya Pemasaran 1. Biaya Persiapan & Biaya Pengepakan Meliputi biaya pembersihan, sortasi dan grading
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis Secara umum sistem pemasaran komoditas pertanian termasuk hortikultura masih menjadi bagian yang lemah dari aliran komoditas. Masih lemahnya pemasaran komoditas
Lebih terperinciPasar Oligopoli & Arsitektur Perusahaan. Dr. Muh. Yunanto, MM Pertemuan ke-8
Pasar Oligopoli & Arsitektur Perusahaan Dr. Muh. Yunanto, MM Pertemuan ke-8 ASUMSI YANG MELANDASI BENTUK-BENTUK PASAR No Asumsi-asumsi Persaingan Sempurna Monopolistik Oligopoli Monopoli 1 Banyaknya Penjual
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN Permintaan Jagung dan Penawaran Pakan Ternak
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Permintaan Jagung dan Penawaran Pakan Ternak Perusahaan adalah satu unit teknis dimana output dihasilkan, karena itu perusahaan adalah suatu bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasar, dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Bain (1951). Paradigma SCP mengatakan ada hubungan yang bersifat kausal antara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma structure-conduct-performance (SCP) pertama kali dikemukakan oleh Mason (1939) dari konsep ekonomi mengenai struktur pasar, dan kemudian dikembangkan lebih
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan antara Struktur-Perilaku-Kinerja atau Structure-Conduct-Performance
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Salah satu kerangka dasar dalam analisis ekonomi industri adalah hubungan antara Struktur-Perilaku-Kinerja atau Structure-Conduct-Performance (SCP). Hubungan
Lebih terperinciANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA
ANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA Oleh: Endi Rekarti & Mafizatun Nurhayati 1. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
11 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian terhadap pemasaran kayu rakyat dimulai dari identifikasi karakteristik pelaku pemasaran kayu rakyat yang terdiri dari petani, pedagang
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Pedagang Karakteristik pedagang adalah pola tingkah laku dari pedagang yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana pedagang
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Gapoktan Bunga Wortel Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penetuan lokasi penelitian
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR KARET DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS DAN KECAMATAN BUNUT KABUPATEN PELALAWAN
ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR KARET DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS DAN KECAMATAN BUNUT KABUPATEN PELALAWAN Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar Karet di Kecamatan Pangkalan Kuras
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini
33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Struktur Pasar Struktur Pasar menurut Undang-Undang No 5 tahun 1995 adalah keadaan pasar yang memberi petunjuk tentang aspek yang memiliki pengaruh penting
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Penentuan Daerah Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Penentuan Daerah Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di desa Banjar, Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan pertimbangan bahwa desa tersebut
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran Karet Rakyat
6 2 TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran Karet Rakyat Pemasaran atau tataniaga merupakan aktivitas atau kegiatan dalam mengalirkan produk mulai dari petani sampai ke konsumen akhir.sistem pemasaran merupakan suatu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Bagian ini membahas beberapa teori yang akan menjadi karangka acuan atau dasar analisis skripsi ini. Pembahasan teori dilakukan agar dapat memahami secara mendalam pengusaan teori
Lebih terperinciBab 11 Struktur Pasar : Pasar Oligopoli
Bab 11 Struktur Pasar : Pasar Oligopoli 1 Ekonomi Manajerial Manajemen 2 Oligopoli: Arti & Sumbernya Oligopoli ada suatu bentuk organisasi pasar dimana penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi
Lebih terperinciIndonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)
Volume 6, Nomor 1, Juli 2016 ISSN 2087-409X Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PEMASARAN IKAN PATIN SALAI DI KECAMATAN XIII KOTO KAMPAR KABUPATEN
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Saluran Pemasaran, dan Fungsi Pemasaran Saluran pemasaran jagung menurut Soekartawi (2002) merupakan aliran barang dari produsen kepada konsumen. Saluran pemasaran jagung
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Untuk mengetahui dampak kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku (input) dalam industri tempe, akan digunakan beberapa teori yang berkaitan dengan hal tersebut.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Produk Hasil Perikanan Tangkap Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dibudidayakan dengan alat atau cara apapun. Produk hasil perikanan
Lebih terperinciVII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,
Lebih terperinciOligopoli ada suatu bentuk organisasi pasar dimana penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi jumlahnya sedikit Apabila hanya ada
Oligopoli ada suatu bentuk organisasi pasar dimana penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi jumlahnya sedikit Apabila hanya ada dua penjual namanya Duopoli Oligipoli Murni: apabila
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki peran penting yaitu sebagai makanan manusia dan ternak. Indonesia merupakan salah satu penghasil
Lebih terperinci3. METODE 3.1. Lokasi dan Waktu 3.2. Teknik Pengumpulan Data
3. METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah yang merupakan sentra mebel, serta Jakarta dan Bogor sebagai daerah pemasaran mebel Jepara. Penelitian dilakukan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat 10330.
Lebih terperinci