PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH DAN ALOKASI PENGELUARAN UNTUK PENDIDIKAN PADA KELUARGA PETANI DI KOTA BOGOR WINDA DWI GUSTIANA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH DAN ALOKASI PENGELUARAN UNTUK PENDIDIKAN PADA KELUARGA PETANI DI KOTA BOGOR WINDA DWI GUSTIANA"

Transkripsi

1 PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH DAN ALOKASI PENGELUARAN UNTUK PENDIDIKAN PADA KELUARGA PETANI DI KOTA BOGOR WINDA DWI GUSTIANA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Persepsi Orang Tua tentang Pendidikan Menengah dan Alokasi Pengeluaran untuk Pendidikan pada Keluaga Petani di Kota Bogor adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing skripsi dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, November 2012 Winda Dwi Gustiana NIM. I

4

5 ABSTRACT WINDA DWI GUSTIANA. Parent s Perception of High School Education and Allocation of Expenditure for Education in Farmer Family at Bogor City. Supervised by ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI. Education is one of the most important factors to support human resources improvement. But, in fact, there was many children dropped out or did not continue to high school because of cost constrains. The purpose of research was to investigate parent s perception of high school for children and allocation of expenditure for education in farmer family at urban area. This study used survey method in Kertamaya Village. Data collection was conducted in May The research involved 60 farm families who had children aged 6-18 years. The results showed that families agreed about sent their children to high school could improved human resources and developed children s potential. However, families had a hunch that the cost of high school was too expensive, so they could be burdened. Therefore, the perception of high school education was classified as medium category. Family who had higher income per capita and education level had higher perception about high school education for children. Family who had higher income per capita and wife s age had higher allocation of expenditure for education. Keywords : allocation of expenditure, farmer family, perception. ABSTRAK WINDA DWI GUSTIANA. Persepsi Orang Tua tentang Pendidikan Menengah dan Alokasi Pengeluaran untuk Pendidikan pada Keluarga Petani di Kota Bogor. Dibimbing oleh ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia. Namun, pada kenyataanya masih banyak anak putus sekolah atau tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah karena kendala biaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji persepsi orang tua tentang pendidikan menengah dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan pada keluarga petani di perkotaan. Penelitian ini menggunakan metode survei yang dilakukan di Kelurahan Kertamaya. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei Penelitian melibatkan 60 keluarga petani yang memiliki anak usia 6-18 tahun. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden menyetujui pendidikan menengah dapat meningkatkan kualitas dan mengembangkan potensi anak. Namun, responden beranggapan biaya pendidikan menengah terlalu mahal hingga memberatkan keluarga. Oleh karena itu, persepsi orang tua tentang pendidikan menengah termasuk dalam kategori sedang. Meningkatnya pendidikan istri dan pendapatan per kapita akan meningkatkan persepsi tentang pendidikan menengah. Meningkatnya pendapatan per kapita dan usia istri akan meningkatkan alokasi pengeluaran untuk pendidikan. Kata kunci : alokasi pengeluaran, keluarga petani, persepsi.

6

7 RINGKASAN WINDA DWI GUSTIANA. Persepsi Orang tua tentang Pendidikan Menengah dan Alokasi Pengeluaran untuk Pendidikan pada Keluarga Petani di Kota Bogor. Dibimbing oleh ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI. Pertanian merupakan salah satu sektor yang turut berkontribusi dalam pembangunan Indonesia. Pendidikan merupakan salah satu hak dasar bagi setiap warga negara, termasuk keluarga petani. Namun, mahalnya biaya pendidikan, khususnya pendidikan menengah membuat keluarga terbebani. Pada akhirnya banyak orang tua yang lebih mementingkan anak bekerja membantu perekonomian keluarga dibandingkan dengan melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya. Kebutuhan pendidikan merupakan suatu hal yang perlu dipertimbangkan cukup matang bagi setiap keluarga petani. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji persepsi orang tua tentang pendidikan menengah dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan pada keluarga petani di Kota Bogor. Tujuan khusus penelitian ini adalah: (1) mengetahui persepsi orang tua tentang pendidikan menengah pada keluarga petani, (2) menganalisis alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak pada keluarga petani, (3) menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi orangtua tentang pendidikan menengah dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak pada keluarga petani. Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey. pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei Lokasi penelitian ditentukan secara purposive yaitu Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Populasi dalam penelitian ini ialah keluarga petani di Kelurahan Kertamaya. Metode penarikan contoh dilakukan dengan cara non probability sampling secara purposive dengan syarat keluarga petani yang memiliki anak usia 6-18 tahun. Jumlah contoh yang diambil sebanyak 60 keluarga. Responden dalam penelitian ini adalah istri petani. Data primer dalam penelitian ini meliputi karakteristik keluarga, persepsi orang tua tentang pendidikan menengah dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan yang diperoleh melalui wawancara menggunakan bantuan kuesioner. Data sekunder meliputi keadaan umum wilayah penelitian dan data kependudukan yang diperoleh dari instansi terkait yang meliputi Kantor Kelurahan Kertamaya, Kantor Kecamatan Bogor Selatan, dan Kantor Badan Pusat Statistik Kota Bogor. Pertanian merupakan pekerjaan utama seluruh kepala keluarga. Berdasarkan kepemilikan lahan pertanian, sebesar 85,0 persen keluarga tidak memiliki lahan pertanian sendiri yang meliputi petani penggarap (28,3%) dan buruh tani (56,7%). Sementara itu, sebesar 15,0 persen keluarga memiliki lahan pertanian sendiri atau berstatus sebagai petani pemilik. Rata-rata usia istri adalah 41,55 tahun dan tergolong pada usia dewasa madya (41-60 tahun). Begitu pula dengan usia suami dengan rata-rata 47,42 tahun yang tergolong kategori dewasa madya. Rata-rata pendidikan suami adalah 6,07 tahun dan istri 6,33 tahun. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat pendidikan suami dan istri masih rendah. Hampir separuh istri (45,0%) tidak bekerja atau hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Lebih dari separuh keluarga responden (55,0%) termasuk dalam keluarga sedang (5-7 orang). Tipe keluarga dibedakan menjadi dua, yaitu keluarga inti (nuclear family) dan keluarga luas (extended family). Keluarga inti merupakan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Sedangkan keluarga luas

8 merupakan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain seperti nenek, kakek, menantu, cucu, dan lain-lain. Hasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari tiga perempat keluarga (76,7%) merupakan keluarga inti. Jumlah anak sekolah yang dimiliki oleh setiap keluarga petani berkisar antara satu sampai tiga orang. Lebih dari separuh keluarga contoh (61,7%) memiliki anak sekolah sebanyak satu orang. Rata-rata pendapatan per kapita adalah Rp /bulan. Rata-rata pengeluaran per kapita adalah Rp ,32. Lebih dari separuh keluarga responden (61,7%) memiliki pendapatan per kapita di bawah Garis Kemiskinan Kota Bogor. Hal tersebut menunjukan bahwa keluarga petani masih banyak yang tergolong keluarga miskin. Persepsi responden tentang pendidikan menengah bagi anak termasuk dalam kategori sedang (58,4%). Hampir seluruh responden menyetujui bahwa pendidikan menengah merupakan hak setiap anak (98,3%), pendidikan menengah penting untuk meningkatkan kualitas anak (95,0%), pendidikan menengah penting sebagai gerbang pencapaian cita-cita (93,3%). Namun, masih ada responden yang beranggapan bahwa setelah tamat pendidikan dasar anak lebih diutamakan membantu perekonomian keluarga dibandingkan dengan melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan menengah (36,6%) karena kendala ekonomi. Selain itu, lebih dari tiga per empat responden beranggapan bahwa pendidikan menengah membutuhkan biaya yang besar (80,4%) sehingga memberatkan keluarga. Rataan alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak pada keluarga responden sebesar Rp ,26 dengan presentase 23,9 persen dari total pengeluaran keluarga. Proporsi terbesar pada alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak terdapat pada pengeluaran untuk uang saku (37,2%). Terdapat perbedaan nyata antara persepsi responden yang memiliki anak putus sekolah dan yang tidak memiliki anak putus sekolah. Responden yang tidak memiliki anak putus sekolah memiliki persepsi tentang pendidikan menengah lebih baik dibandingkan dengan responden yang memiliki anak putus sekolah. Terdapat pernedaan nyata antara persepsi responden yang memiliki suami berstatus sebagai petani pemilik, petani penggarap, dan buruh tani. Responden yang memiliki suami berstatus sebagai petani pemilik memiliki persepsi pendidikan menengah yang lebih baik dibandingkan dengan responden yang memiliki suami berstatus sebagai petani penggarap dan buruh tani. Hasil uji regresi linear menunjukan beberapa faktor yang secara signifikan memengaruhi persepsi istri terhadap pendidikan menengah dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan. Persepsi tentang pendidikan menengah dipengaruhi oleh pendidikan istri dan pendapatan per kapita. Meningkatnya pendapatan per kapita dan semakin lama pendidikan yang ditempuh istri akan menaikan persepsi tentang pendidikan menengah bagi anak. Sementara itu, alokasi pengeluaran untuk pendidikan dipengaruhi oleh usia istri dan pendapatan per kapita. Semakin tinggi pendapatan per kapita dan usia istri, semakin banyak keluarga mengalokasikan dana untuk pendidikan anak. Kata kunci: alokasi pengeluaran, keluarga petani, persepsi.

9 Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian dan seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

10

11 PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH DAN ALOKASI PENGELUARAN UNTUK PENDIDIKAN PADA KELUARGA PETANI DI KOTA BOGOR WINDA DWI GUSTIANA Skripsi Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

12

13 Judul Skripsi : Persepsi Orang Tua tentang Pendidikan Menengah dan Alokasi Pengeluaran untuk Pendidikan pada Keluarga Petani di Kota Bogor Nama : Winda Dwi Gustiana NRP : I Disetujui, Dr.Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si Dosen Pembimbing Diketahui, Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Tanggal Lulus :

14

15 PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Persepsi Orang Tua tentang Pendidikan Menengah dan Alokasi Pengeluaran untuk Pendidikan pada Keluarga Petani di Kota Bogor dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana sains di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan doa, dukungan, bimbingan, motivasi, dan kerja sama dengan berbagai pihak. Sebagai bentuk penghargaan kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar membimbing, mengarahkan, dan memberi saran serta dukungan selama penulis mengerjakan skripsi. 2. Dosen penguji ujian sidang skripsi: Dr. Ir. Lilik Noor Yulianti, M.FSA dan Alfiasari, Sp., M.si atas saran dan kritik yang telah diberikan kepada penulis untuk perbaikan skripsi. 3. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc, selaku Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen dan Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik atas ilmu dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. 4. Seluruh Staff Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen atas segala bantuannya 5. Orang tua yang saya sayangi, Bapak Uun Sumiarsa (alm), Ibu Nina Herlina yang selalu memberikan dukungan, doa, saran dan nasehat, serta kakak-kakak dan adikku, Teh Riesa, A Hendi, dan Angga Tri Yudha. 6. Rekan penelitian satu bimbingan, Annisa Saraswati, Dewi Sekar Mukhti, Rr. Dewi Suci C.I.A, Arina Zuliany, dan Iin Khoirunnisa atas saransarannya. 7. Pengurus Kelurahan Kertamaya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Kelurahan Kertamaya dan warga Kelurahan Kertamaya khususnya ibu-ibu/istri petani yang telah bersedia menjadi responden penelitian ini. 8. Yayang Ayesya, Amania Farah, Fasih Vidyastuti, R. Ifah Kholifah, Rafida Zakiman, Eka Istiqomah, Putri Wika Sari, Putri Widha Sari, Intan Islamia, Nisrinah Kharisma, dan Tri Sari Asih, atas persahabatan, keceriaan, dan semangatnya yang sangat memotivasi. 9. Teman-teman IKK 45 atas kebersamaan selama tiga tahun di departemen. 10. Untuk pihak-pihak yang belum penulis sebutkan, terima kasih atas kerja sama, bantuan, dan bimbingannya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak. Bogor, November 2012 Winda Dwi Gustiana

16

17 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL. DAFTAR LAMPIRAN. xii xiii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang.. 1 Perumusan Masalah... 3 Tujuan Penelitian. 5 Kegunaan Penelitian... 6 TINJAUAN PUSTAKA... 7 Keluarga Petani 7 Peran Keluarga dalam Investasi Sumber Daya Manusia... 8 Pendidikan Menengah. 9 Persepsi Orang Tua tentang Pendidikan.. 10 Alokasi Pengeluaran Uang untuk Pendidikan Anak 11 KERANGKA PEMIKIRAN. 13 METODE PENELITIAN. 15 Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian.. 15 Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh. 15 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data. 15 Pengolahan dan Analisa Data.. 17 Definisi Operasional.. 18 HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Karakteristik Usaha Tani.. 22 Karakteristik Keluarga Persepsi Orang Tua tentang Pendidikan Menengah.. 33 Alokasi Pengeluaran untuk Pendidikan.. 38 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Pendidikan Menengah... 40

18 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alokasi Pengeluaran untuk Pendidikan Anak PEMBAHASAN SIMPULAN DAN SARAN.. 49 Simpulan. 49 Saran 49 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN. 55 RIWAYAT HIDUP XI

19 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Jenis data, variabel, skaala data, dan pengkategorian data Jumlah anak sekolah dan putus sekolah berdasarkan tingkat 21 pendidikan di Kelurahan Kertamaya, tahun Sebaran keluarga berdasarkan usia suami dan istri Sebaran keluarga berdasarkan tingkat pendidikan suami dan istri Sebaran keluarga berdasarkan status pekerjaan suami Sebaran keluarga berdasarkan pekerjaan utama istri Sebaran keluarga berdasarkan tipe keluarga Sebaran keluarga berdasarkan jumlah anggota keluarga Sebaran keluarga berdasarkan jumlah anak sekolah Sebaran anak sekolah dan putus sekolah berdasarkan tingkat pendidikan Jumlah anak sekolah dan putus sekolah berdasarkan pendapatan per kapita Sebaran keluarga berdasarkan status kepemilikan rumah Sebaran keluarga berdasarkan kepemilikan aset keluarga Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga Rataan pendapatan berdasarkan sumber pendapatan Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan per kapita Sebaran keluarga berdasarkan dana bantuan yang diterima Sebaran keluarga berdasarkan kepemilikan tabungan untuk pendidikan Rata-rata alokasi pengeluaran keluarga dan per kapita Sebaran keluarga berdasarkan persepsi pendidikan menengah Sebaran persepsi orang tua tentang pendidikan menengah Sebaran keluarga berdasarkan kategori persepsi pendidikan menengah, kepemilikan anak SMA, rata-rata, dan standar deviasi Sebaran keluarga berdasarkan kategori persepsi pendidikan menengah, status sekolah anak, rata-rata, dan standar deviasi... 36

20 24. Sebaran keluarga berdasarkan kategori persepsi pendidikan menengah, status bekerja istri, rata-rata, dan standar deviasi Sebaran keluarga berdasarkan kategori persepsi pendidikan menengah, status petani, rata-rata, dan standar deviasi Statistik deskriptif alokasi pengeluaran keluarga untuk pendidikan anak pada keluarga responden Rataan alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak berdasarkan jenjang pendidikan dan rata-rata per anak Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi orang tua tentang pendidikan menengah Faktor-faktor yang memengaruhi alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak Faktor-faktor yang memengaruhi alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak dalam persentase 44 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Peta Kelurahan Kertamaya Koefisien Korelasi antar Variabel Penelitian Dokumentasi Penelitian 59 XIII

21 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang turut berkontribusi dalam pembangunan Indonesia. Pertanian memegang peranan untuk menyediakan bahan baku pangan maupun non pangan. Begitu pentingnya peran petani dalam negara agraris ini, namun, kesejahteraan keluarga petani masih kurang mendapat perhatian. Menurut Witrianto (2005), pada umumnya keluarga petani yang tinggal di daerah padat penduduk ataupun perkotaan hidup di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan yang dialami oleh petani merupakan kondisi nyata yang saat ini banyak terjadi. Tingkat produktivitas yang tidak menaik (atau bahkan turun) menyebabkan pendapatan rendah. Seseorang yang bermatapencaharian sebagai petani sangat tergantung kepada keadaan alam yang tak terduga. Banyak di antara petani, terutama buruh tani dan petani yang memiliki lahan sempit tidak dapat mencukupi atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya, terutama jika panen gagal akibat hama atau buruknya cuaca. Selain itu, para petani juga dihadapkan pada kendala panen di mana frekuensi panen tidak selalu sesuai harapan, hal tersebut menyebabkan petani mengalami penurunan penghasilan dan kendala ekonomi dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari termasuk untuk biaya pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu hak dasar bagi setiap warga negara. Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi. Semakin banyak orang yang berpendidikan, semakin mudah suatu negara untuk membangun bangsanya. Hal ini karena telah dikuasainya keterampilan, ilmu pengetahuan, dan teknologi oleh sumberdaya manusia sehingga pemerintah lebih mudah dalam menggerakan pembangunan nasional (Sulistyatuti 2007). Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia serta kualitas sumberdaya manusia. Pendidikan yang ditempuh oleh anak merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antara ketiga lembaga tersebut. Pendidikan bagi anak petani merupakan salah satu bentuk pendidikan pada umumnya yang dirasakan oleh setiap manusia. Dalam hal ini, kebutuhan pendidikan merupakan suatu hal yang perlu dipertimbangkan cukup matang bagi setiap keluarga petani.

22 2 Karakteristik keluarga merupakan faktor yang memengaruhi persepsi atau cara pandang keluarga, termasuk tentang pendidikan. Para petani lebih memilih pendidikan yang seperlunya dibanding pendidikan yang dijalani oleh masyarakat pada umumnya. Kebanyakan para petani lebih memilih pendidikan yang bersifat agama dan kemasyarakatan daripada pendidikan formal, karena dalam proses menempuh pendidikan formal, mereka terkendala berbagai masalah yang membuat anak petani kebanyakan mengalami putus sekolah karena masalah biaya (Barada 2008). Keluarga memegang peranan penting dalam proses peningkatan sumber daya manusia. Keluarga merupakan tempat pertama dan utama untuk mendidik (Sadli 1993). Keadaan keluarga yang mendukung terbentuknya pertumbuhan dan perkembangan anak yang baik dapat menghasilkan manusia yang berkualitas. Keluarga yang berpendidikan setidaknya dapat mewujudkan tiga hal, yaitu: Pertama, dapat membebaskan dirinya dari kebodohan dan keterbelakangan. Kedua, mampu berpartisipasi dalam proses politik untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis dan ketiga, memiliki kemampuan untuk membebaskan diri dari kemiskinan (Sulistyastuti 2008). Oleh karena itu, pendidikan adalah unsur penting bagi manusia untuk menjadi sejahtera dan mandiri. Melalui pendidikan, manusia memperoleh pengetahuan sehingga memiliki kesempatan lebih besar untuk meraih peluang kemajuan (Muchtar 2003). Pendidikan yang baik merupakan salah satu prasyarat terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas. Namun, yang masih menjadi kendala ialah biaya pendidikan, khususnya pada jenjang pendidikan menengah yang memerlukan biaya lebih mahal dibandingkan jenjang pendidikan sebelumnya. Berbagai program kebijakan pemerintah telah dibuat untuk membantu biaya pendidikan, namun ironisnya pencapaian HDI (Human Development Index) di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Berdasarkan data United Nation for Development Programe (UNDP), Indeks Pembangunan Manusia atau HDI pada tahun 2011 Negara Indonesia menempati peringkat ke-124 dari 187 negara. Peringkat ini jauh di bawah negara tetangga yaitu Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia yang masing-masing secara berurutan menempati peringkat ke-26, 33, dan 61 (UNDP 2011). Hal ini menunjukan pendidikan di Indonesia masih relatif rendah dan tertinggal dari Negara lain. Selain itu, Suprianto 1 mencatat hanya sekitar 23 persen siswa yang dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan 1 Kepala Bagian Perencanaan dan Penganggaran Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kemendikbud. (2011) Biaya Mahal Picu Anak Putus Sekolah.

23 3 menengah pada tahun Hal tersebut menunjukan bahwa sebanyak 77 persen siswa pendidikan dasar tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah. Hal ini dikarenakan kendala biaya dan persepsi orang tua yang lebih mementingkan anak bisa secepatnya mencari uang untuk membantu memenuhi kehidupan keluarga dibanding dengan melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang menengah. Dana bantuan dari pemerintah, seperti BOS (Bantuan Operasional Sekolah) hanya diberikan hingga sembilan tahun, yang artinya, pada saat orang tua dan anak ingin melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan menengah, maka bantuan dana pemerintah sudah tidak diberikan lagi. Hal tersebut yang memberatkan keluarga petani, khususnya orang tua untuk membiayai sekolah anak hingga ke jenjang pendidikan menengah, ataupun jika anak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan menengah, orangtua tidak dapat mencukupi kebutuhan yang menunjang pendidikan anak, hingga mengakibatkan anak putus sekolah. Pendidikan orang tua memengaruhi pandangan atau persepsi orangtua mengenai pentingnya anak untuk masa depan. Persepsi pentingnya pendidikan akan berpengaruh terhadap perilaku yang dicerminkan dalam alokasi pengeluaran untuk pendidikan (Jerrim dan Micklewright 2009). Alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak merupakan cerminan investasi yang dilakukan oleh orangtua untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Bryant (1990) mengemukakan bahwa bentuk investasi dalam keluarga yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas anak dalam rangka membentuk sumber daya manusia yang berkualitas adalah waktu dan pendapatan. Perumusan Masalah Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar matapencaharian penduduknya ialah petani. Para petani pada umumnya bertempat tinggal di pedesaan dekat dengan lokasi lahan garapan mereka. Masyarakat petani yang tinggal di pedesaan pada umumnya memiliki lahan garapan yang cukup luas jika dibandingkan dengan lahan garapan petani di pinggir perkotaan. Masyarakat tani perkotaan semakin sulit untuk memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia karena maraknya pengalihan fungsi lahan pertanian. Jika melihat perkembangan pembangunan di perkotaan yang semakin pesat, tentunya semakin jarang pula ditemukan lahan pertanian seperti sawah dan perkebunan. Masyarakat perkotaan saat ini lebih akrab dengan

24 4 pemandangan perumahan, mall, dan tempat-tempat rekreasi. Meski masih dapat ditemui, namun keberadaan lahan pertanian sudah sangat sempit dan jarang ditemui. Semakin sempitnya lahan pertanian di perkotaan dapat dilihat dari salah satu kota di Jawa Barat, yaitu Kota Bogor, dengan luas total hektar. Lahan pertanian sawah hanya terdapat 3,46 persen saja sedangkan lahan pertanian bukan sawah sekitar 10,74 persen (BPS 2010). Menurut data dari Dinas Pertanian tahun 2010 di Kota Bogor lahan yang berpotensi sebagai lahan pertanian ialah 1.315,621 hektar yang meliputi hektar lahan sawah, dan 309,621 hektar lahan perkebunan. Sedangkan perumahan penduduk, dan lainnya yang meliputi (pusat perbelanjaan, infrastruktur industri, dan lahan kering bekas lahan pertanian yang akan dijadikan bangunan) masing-masing sebanyak 6.217,292 hektar dan 3.186,327 hektar. Lebih lanjut, Data Dinas Pertanian Kota Bogor menyatakan pada tahun 2011 lahan pertanian sawah dan perkebunan di Kota Bogor menghilang sekitar 300 hektar. Hal tersebut disebabkan adanya pembangunan perumahan dan juga para petani yang tidak lagi memanfaatkan lahannya. Perbandingan yang cukup besar antara luas lahan pertanian (lahan sawah dan perkebunan) dengan lahan nonpertanian akibat pengalihan fungsi lahan membuat masyarakat petani di perkotaan mengalami kendala ekonomi, bahkan kehilangan pekerjaannya, sehingga banyak dari mereka yang memutuskan untuk beralih profesi ke bidang lain, misalnya bidang industri atau memilih untuk berwirausaha. Namun, ada pula petani yang masih bertahan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tetap menjadi petani di pinggiran kota. Kecamatan Bogor Selatan adalah kecamatan yang memiliki jumlah keluarga pra sejahtera terbanyak, yaitu sebanyak 38,0 persen dari total penduduk yang tergolong ke dalam keluarga pra sejahtera di Kota Bogor (BPS 2010), yang diantaranya ialah masyarakat petani. Kecamatan ini memiliki lahan pertanian seluas 898,9 hektar dari luas total 2.926,7 hektar, dengan jumlah rumah tangga petani terbanyak di Kota Bogor, yaitu 240 rumah tangga dan memiliki kelompok tani terbanyak di Kota Bogor, yaitu 26 kelompok tani (BPS 2010). Kecamatan Bogor Selatan terdiri dari 16 kelurahan. Lima kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan yaitu Lawanggintung, Batutulis, Bondongan, Empang dan Pakuan tidak memiliki lahan pertanian (sawah dan non-sawah) sama sekali, sementara sebelas kelurahan lainnya masih memiliki lahan pertanian (sawah dan

25 5 perkebunan) yang relatif sempit, yaitu 898,9 hektar tersebar di 11 kelurahan. Wijayanti (2003) mengemukakan bahwa keadaan petani di pinggiran kota keadaannya cukup memprihatinkan, hal tersebut salah satunya dikarenakan perubahan fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman penduduk ataupun infrastruktur industri, terutama di perkotaan yang menyebabkan menurunnya penghasilan petani. Menurunnya penghasilan petani berdampak pada rendahnya alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak. Hasil penelitian Permatasari (2010) menunjukan bahwa keluarga yang tergolong miskin masih sedikit mengalokasikan pengeluaran untuk pendidikan anak, baik karena kemampuan ekonomi yang rendah atau karena kesadaran yang masih kurang terhadap pendidikan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik pertanyaan pada penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana persepsi orang tua pada keluarga petani tentang pentingnya pendidikan menengah? 2. Bagaimana alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak pada keluarga petani? 3. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap persepsi orang tua tentang pendidikan menengah dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak pada keluarga petani? Tujuan Umum Mengkaji persepsi orang tua tentang pendidikan menengah dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan pada keluarga petani di Kota Bogor. Tujuan Khusus 1. Mengetahui persepsi orang tua pada keluarga petani tentang pentingnya pendidikan menengah. 2. Mengetahui alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak pada keluarga petani. 3. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi orang tua tentang pendidikan menengah dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak pada keluarga petani.

26 6 Kegunaan penelitian Manfaat penelitian ini bagi beberapa pihak antara lain : a. Bagi peneliti, dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapatkan dan sebagai media pengembangan keilmuan sesuai bidang keilmuan peneliti. b. Bagi civitas akademika (IPB) dapat menyumbang referensi tentang kajian mengenai persepsi orang tua tentang pendidikan menengah dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak pada keluarga petani. c. Bagi pemerintah, khususnya Pemerintah Kota Bogor ialah untuk memberikan informasi terkait persepsi orang tua tentang pendidikan menengah dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak pada keluarga petani di wilayah penelitian. Selain itu, dapat digunakan sebagai salah satu referensi untuk memecahkan permasalahan dan pengambilan keputusan penentu kebijakan bagi masyarakat, khususnya masalah peningkatan kualitas sumber daya manusia.

27 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani Keluarga petani ialah keluarga yang kepala keluarga atau anggota keluarganya bermatapencaharian sebagai petani. Keluarga petani mendapatkan penghasilan utama dari kegiatan bertani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara umum, petani bertempat tinggal di pedesaan dan sebagian besar di antaranya di pinggiran kota, keluarga petani yang tinggal di daerah-daerah yang padat penduduk ataupun perkotaan hidup di bawah garis kemiskinan (Witrianto 2005). Pendapatan yang diterima seorang petani dalam satu musim atau satu tahun berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan petani yang mengusahakan pada lahan yang sama dari musim ke musim menerima pendapatan yang berbeda-beda pula dari tahun ke tahun. Berbagai faktor mempengaruhi pendapatan petani, namun ada beberapa faktor yang tidak dapat diubah, salah satunya yaitu kendala iklim. Kemampuan petani dalam mempengaruhi iklim sangat terbatas. Selain kendala iklim, luas lahan, efisiensi kerja, dan efisiensi produksi masih ada dalam batas kemampuan petani untuk mengubahnya (Soeharjo dan Patong 1977). Lebih lanjut, Soeharjo dan Patong membedakan status petani dalam usaha tani menjadi empat, yaitu : a. Petani pemilik Petani pemilik adalah petani yang memiliki tanah dan secara langsung mengusahakan dan menggarapnya. Semua faktor-faktor produksi, baik berupa tanah, peralatan, dan sarana produksi yang digunakan adalah milik petani sendiri. b. Petani penyewa Petani penyewa adalah petani yang mengusahakan tanah orang lain, dengan cara menyewa karena tidak memiliki tanah sendiri. Besarnya sewa dapat berbentuk produksi fisik atau sejumlah uang yang sudah ditentukan sebelum penggarapan dimulai. Dalam sistem sewa, resiko usaha tani hanya ditanggung oleh penyewa. Pemilik tanah hanya menerima sewa tanahnya tanpa dipengaruhi oleh resiko usaha taninya. c. Petani penggarap Petani penyakap adalah petani yang mengusahakan tanah orang lain dengan sistem bagi hasil. Resiko usaha tani ditanggung bersama dengan pemilik tanah dan penyakap dalam sistem bagi hasil. Besar bagi hasil tidak sama untuk

28 8 setiap daerah. Biasanya bagi hasil ini ditentukan oleh tradisi daerahnya masingmasing. d. Buruh tani Buruh tani adalah orang yang bekerja untuk sawah orang lain, yang nantinya akan memperoleh upah dari pemilik sawah. Hidupnya sangat bergantung pada pemilik sawah yang mempekerjakannya. Peran Keluarga dalam Investasi Sumber Daya Manusia Keluarga berperan penting untuk menentukan investasi sumberdaya manusia. Undang-undang No. 10 tahun 1992, mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami, isteri, dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Mead (1949) diacu dalam Guhardja, et. al (1992) mendefinisikan keluarga sebagai dasar dari masyarakat yang berfungsi mengantarkan sejarah kebudayaan, menanamkan sistem nilai yang dianut, dan melaksanakan sosialisasi pada generasi penerus untuk menjadi manusia dan warga masyarakat yang efektif dan produktif. Sehingga dapat terbentuk sumberdaya manusia yang berkualitas. Peran keluarga diterapkan berdasarkan teori struktural fungsional yang terlihat dalam struktur dan aturan yang diterapkan. Struktur dan fungsi yang terbentuk dalam keluarga tidak akan pernah lepas dari pengaruh budaya, norma, dan nilai sosial yang melandasi sistem masyarakat. Struktural fungsional berpegang bahwa sebuah struktur keluarga membentuk kemampuannya untuk berfungsi secara efektif dan bahwa sebuah keluarga inti tersusun dari seorang suami pencari nafkah dan wanita ibu rumah tangga adalah yang paling cocok untuk memenuhi kebutuhan anggota dan ekonomi industry baru (Parson dan Bales 1955, diacu dalam Hill 2006). Megawangi (1999) menyatakan bahwa tanpa ada pembagian tugas yang jelas pada masing-masing aktor dengan status sosialnya, maka fungsi keluarga akan terganggu yang selanjutnya akan mempengaruhi sistem yang lebih besar lagi. Hal ini bisa terjadi bila ada satu posisi yang peranannya tidak dapat dipenuhi, atau konflik akan terjadi karena adanya kebingungan peran. Menurut Megawangi (1993) fungsi penting keluarga adalah menjadi fungsi penerus nilai, karena lingkungan keluargalah yang pertama mempersiapkan anggotanya untuk dapat berprilaku sesuai dengan budaya dan harapan di mana mereka berada.

29 9 Pendidikan Menengah Pendidikan adalah salah satu aspek penting untuk meningkatkan mutu kehidupan seseorang yang akan berlanjut pada pembangunan suatu bangsa ke arah yang lebih baik. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 11 menyebutkan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Selanjutnya, bagian kedua pasal 17 tentang Pendidikan Dasar Ayat 1-2 menyebutkan bahwa pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lainnya yang sederajat. Pada bagian ketiga pasal 18 tentang Pendidikan Menengah Ayat 1-3 menyebutkan bahwa pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Beberapa jenis pendidikan menengah mempersiapkan seseorang memiliki keterampilan tertentu untuk dipersiapkan langsung ke lapangan kerja, bentukbentuk sekolah menengah ialah Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), dan Sekolah Kejuruan seperti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan atau bentuk lain yang sederajat. Dalam Undang- Undang No. 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab V pasal 15 Ayat 1 menyebutkan bahwa Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mangadakan hubungan timbal balik dengan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Pendidikan menengah diselenggarakan untuk mengembangkan potensi individu yang telah ada sebelumnya. Pendidikan menengah mengarahkan siswa untuk menghadapi tantangan yang lebih besar guna meningkatkan kemampuan individu, baik untuk persiapan bekerja, maupun untuk meningkatkan status sosial dalam masyarakat. Namun demikian, kendala biaya merupakan masalah yang kerap kali terjadi pada keluarga untuk memutuskan apakah akan melanjutkan sekolah anak hingga jenjang menengah atau tidak. Hasil penelitian Rout (2008) dalam Journal of Health Management mengemukakan bahwa biaya untuk pendidikan dasar tidak terlalu menimbulkan beban keuangan bagi keluarga,

30 10 sekalipun keluarga tersebut tergolong keluarga miskin, namun mahalnya biaya pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dapat membebani keluarga lebih besar daripada pendidikan dasar. Hal tersebut dapat dilihat pula dari hasil penelitian Septiana (2010) tentang Remaja Putus Sekolah usia SMA di Provinsi Jawa Timur yang memperlihatkan hasil tingginya angka putus sekolah di lokasi penelitian yang diakibatkan beberapa faktor yaitu biaya, lokasi tempat tinggal, besar keluarga, jenis kelamin, dan pendidikan kepala keluarga. Persepsi Orang Tua tentang Pendidikan Salah satu faktor yang sangat penting dalam memengaruhi kualitas hidup individu dalam keluarga ialah pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat dari jenis pendidikan yang pernah dialami atau lamanya mengikuti pendidikan formal atau non-formal. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1991) tingkat pendidikan yang dicapai seseorang akan memengaruhi dan membentuk cara, pola, dan kerangka berpikir, persepsi, pemahaman dan kepribadiannya yang semua itu merupakan bagian integral sebagai bekal dalam berkomunikasi. Persepsi merupakan suatu proses meningterpretasikan rangsanganrangsangan yang diterima menjadi suatu gambaran yang berarti dan lengkap tentang dunianya (Schiffman dan Kanuk 2000). Sriyani, Muflikhati, dan Fatchiya (2006) dalam penelitiannya mengenai persepsi nelayan tentang pendidikan formal di Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah menyatakan bahwa persepsi nelayan tentang pendidikan formal dapat diperoleh dari lima variabel seperti: arti penting sekolah, manfaat sekolah, manfaat sekolah tinggi, biaya pendidikan dan peningkatan status sosial melalui pendidikan formal. Lebih lanjut penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat persepsi yang tinggi terhadap pendidikan formal. Hal ini disebabkan karena responden menganggap pendidikan penting bagi kehidupan anakanaknya kelak, karena dengan sekolah maka seseorang akan lebih dihormati oleh masyarakat dan mampu mendapatkan kehidupan yang baik. Persepsi pentingnya pendidikan dipengaruhi pula oleh tingkat pendidikan orangtua. Suryawati (2002) dalam hasil penelitiannya mengemukakan bahwa orangtua masih ragu-ragu untuk menyekolahkan anak-anaknya karena sebagian besar orangtua tidak pernah duduk di bangku sekolah atau tidak selesai sekolahnya, orangtua dengan pendidikan yang rendah berpandangan sempit terhadap pendidikan dan lebih mengutamakan anak bekerja daripada melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.

31 11 Hasil penelitian Permatasari (2010) menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua contoh memiliki persepsi yang tinggi terhadap tingkat kepentingan pendidikan, memiliki tingkat pendapatan keluarga dan pendidikan orangtua yang tinggi. Sementara itu Barada (2008) menganalisis persepsi orangtua terhadap pendidikan anak pada masyarakat petani di Kabupaten Banjar. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kebanyakan petani lebih memilih pendidikan yang bersifat agama dan kemasyarakatan daripada pendidikan formal, karena dalam proses menempuh pendidikan formal mereka terkendala berbagai masalah yang membuat anak petani kebanyakan mengalami putus sekolah karena masalah biaya, pendidikan orangtua pun berpengaruh terhadap persepsinya tentang pentingnya pendidikan bagi anak. Alokasi Pengeluaran Uang untuk Pendidikan Anak Manusia berinvestasi dengan cara yang beranekaragam. Investasi pun memiliki bentuk yang bermacam-macam. Investasi berupa pendidikan adalah salah satu investasi yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya keluarga. Bryant (1990) menyatakan bahwa bentuk investasi dalam keluarga yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas anak dalam rangka pembentukan Sumberdaya Manusia yang berkualitas adalah waktu dan pendapatan. Hartoyo (1998) mengemukakan bahwa Investasi orang tua dalam bentuk uang adalah semua pendapatan keluarga yang digunakan untuk kebutuhan anak dalam rangka meningkatkan kualitas anak. Investasi uang pada anak digunakan untuk pendidikan, kesehatan, dan pangan. Menurut Bryant dan Zick (2006) investasi pada anak terdiri dari dua komponen, yaitu nilai uang dan jasa (makanan, pakaian, rumah, transportasi, pendidikan, dan perawatan kesehatan) dan nilai waktu (seperti waktu yang dihabiskan orangtua, khususnya ibu untuk membesarkan anak baik melalui perawatan ataupun pemeliharaan). Alokasi pengeluaran untuk pendidikan merupakan salah satu bentuk cermin investasi untuk meningkatkan kualitas sumberdaya keluarga. Alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak meliputi: SPP, uang untuk membeli buku sekolah, pakaian seragam, uang BP3, dan lain-lain (Syarief 1997). Suryawati (2002) dalam hasil penelitiannya menunjuakan variabelvariabel yang memengaruhi alokasi pengeluaran keluarga untuk pendidikan anak adalah besar keluarga, jumlah anak sekolah, tingkat pendidikan ibu dan tingkat pendidikan ayah. Glinskaya (2005) dalam Journal of Developing Societies yang

32 12 meneliti tentang alokasi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara pendidikan orang tua dengan alokasi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan keluarga, orang tua yang pendidikannya tinggi, semakin perhatian pula terhadap pendidikan dan kesehatan anggota keluarganya dibandingkan yang berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang, bahkan persepsi terhadap suatu masalah (Sumarwan 2004). Keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang banyak akan menurunkan proporsi pengeluaran untuk pendidikan. Menurut Tjokrowinoto (1984) keluarga dengan jumlah anak terlalu banyak menyebabkan pendidikan dan pengasuhan anak menjadi terlantar. Hal tersebut dikarenakan penggunaan uang yang dimiliki keluarga telah habis untuk pemenuhan kebutuhan seluruh anggota keluarga, sehingga pengeluaran untuk pendidikan anak berkurang.

33 KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil yang memiliki peranan penting dalam membentuk dan membina sumber daya manusia yang berkualitas, begitu pula pada keluarga petani di perkotaan. Seperti pada keluarga lainnya, keluarga petani melakukan investasi untuk meningkatkan kualitas sumberdaya keluarga. Salah satu bentuk investasi yang dilakukan keluarga petani ialah investasi pendidikan. Pendidikan terdiri dari tiga jenjang, yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan menengah merupakan lanjutan dari pendidikan dasar. Pendidikan menengah sangat penting dilaksanakan sebagai sarana pengembangan potensi anak. Namun, dalam pelaksanaannya, pendidikan menengah membutuhkan biaya yang mahal dan memberatkan keluarga, sehingga hal tersebut akan memengaruhi persepsi pentingnya pendidikan menengah. Persepsi pentingnya pendidikan menengah bagi anak dapat dipengaruhi oleh karakteristik keluarga seperti jumlah anggota keluarga, usia orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan pendapatan per kapita. Persepsi pentingnya pendidikan akan memengaruhi perilaku investasi keluarga dalam hal pendidikan yang tercermin dalam alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak. Dana pendidikan yang dikeluarkan oleh orang tua untuk pendidikan anak dipengaruhi oleh karakteristik keluarga dan persepsi orang tua tentang pendidikan. Orang tua dengan persepsi yang baik tentang pentingnya pendidikan bagi anak akan lebih memerhatikan kebutuhan anak-anaknya dalam hal pendidikan dengan memenuhi biaya pendidikan dan menyediakan fasilitasfasilitas pendukung yang memadai. Alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak merupakan salah satu bentuk investasi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas anak sehingga dapat meningkatkan sumber daya keluarga. Secara ringkas, hubungan antara variabel-variabel yang mempengaruhi alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak disajikan pada Gambar 1.

34 14 Karakteristik Keluarga Usia suami dan istri Pendidikan suami dan istri Pekerjaan suami dan istri Besar keluarga Jumlah anak sekolah Tipe Keluarga Jenjang pendidikan anak Pendapatan per kapita Aset Persepsi Orang Tua tentang Pendidikan Menengah Alokasi Pengeluaran untuk Pendidikan Anak Kualitas Anak Keterangan : = variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti Gambar 1 Kerangka Pemikiran Persepsi Orang Tua tentang Pendidikan Menengah dan Alokasi Pengeluaran untuk Pendidikan pada Keluarga Petani di Kota Bogor

35 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode survey di Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive berdasarkan data BPS Kota Bogor tahun 2010, karena Kelurahan Kertamaya memiliki jumlah rumah tangga petani terbanyak di Kecamatan Bogor Selatan. Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei Contoh dan Metode Penarikan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga petani yang memiliki anak usia 6-18 tahun di Kelurahan Kertamaya. Metode penarikan contoh dilakukan dengan cara non probability sampling dengan contoh sebanyak 60 keluarga. Populasi keluarga petani diketahui yaitu sebanyak 172 keluarga, namun tidak tersedia data keluarga petani yang memiliki anak usia 6-18 tahun. Sehingga contoh diambil secara purposive sesuai dengan kriteria penelitian dan yang bersedia diwawancarai. Responden berasal dari 5 RW yang memiliki jumlah keluarga petani terbanyak, yaitu RW 1, 2, 3, 4, dan 8. Responden penelitian ini adalah ibu/istri dari keluarga petani. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer pada penelitian diambil dari contoh yang merupakan keluarga petani yang berada di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Dalam penelitian ini data primer diperoleh langsung dari contoh seperti karakteristik keluarga petani, persepsi tentang pendidikan menengah, dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak yang dikumpulkan dengan teknik wawancara menggunakan alat bantu kuesioner sebagai panduan pertanyaan. Karakteristik keluarga petani terdiri dari usia suami istri, besar keluarga, tipe keluarga, jumlah anak sekolah, jenjang pendidikan anak, pendidikan suami istri, pekerjaan suami dan istri, jenjang pendidikan anak, dan aset. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan atau diolah oleh pihak lain, meliputi keadaan umum wilayah penelitian dan data kependudukan yang diperoleh dari instansi terkait seperti Kantor Kecamatan dan Badan Pusat Statistik Kota Bogor. Variabel yang diteliti dan kategori pengelompokannya dapat dilihat pada Tabel 1.

36 16 Tabel 1 Jenis data, variabel, skala data, dan pengkategorian data Variabel Skala Data Kategori Data Primer 1. Karakteristik demografi keluarga Usia suami (tahun) Rasio [1] Dewasa awal (18-40 tahun) Usia istri (tahun) Rasio [2] Dewasa madya (41-60 tahun) [3] Dewasa akhir (>60 tahun) Besar keluarga (orang) Rasio [1] Keluarga kecil ( 4 orang) [2] Keluarga sedang (5-7 orang) [3] Keluarga besar (>7 orang) Tipe keluarga Nominal [1] Keluarga inti (nuclear family) [2] Keluarga luas (extended family) Jumlah anak sekolah (orang) Rasio [1] Satu orang [3] Tiga orang [2] Dua orang [4] Empat orang 2. Karakteristik sosial ekonomi keluarga Pendidikan suami (tahun) Rasio [0] Tidak sekolah (0 tahun) Pendidikan istri (tahun) Rasio [1] SD/sederajat (1-6 tahun) [2] SMP/sederajat (7-9 tahun) [3] SMA/sederajat (10-12 tahun) Status usaha petani Nominal [1] Buruh tani [2] Petani penggarap [3] Petani pemilik Pekerjaan istri Nominal [1] Petani [2] Pedagang/wirausaha [3] Ibu rumah tangga [4] Buruh [5] PNS [6] Jasa [7] Lainnya Pendapatan keluarga (rupiah) Rasio [1] <Rp [2] Rp Rp [3] Rp Rp [4] Rp Rp [5] Rp Pendapatan perkapita Rasio [1] <Rp [2] Rp Persepsi tentang pendidikan menengah (skor) 4. Alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak (rupiah dan persentase) Data Sekunder 1. Gambaran umum lokasi penelitian 2. Data kependudukan Rasio [1] Kurang (<40) Rasio [2] Sedang (41-60) [3] Baik (>61)

37 17 Pengukuran Data Kuesioner persepsi orang tua tentang pendidikan menengah yang digunakan untuk mengukur persepsi orang tua terhadap pendidikan menengah (SMA) diadopsi dari Puspitawati (2009), yang dimodifikasi oleh peneliti. Kuesioner persepsi orangtua tentang pendidikan menengah memiliki 20 pertanyaan dan diukur menggunakan skala likert. Tiap pernyataan memiliki pilihan jawaban: sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju. Pada pernyataan positif, skor (1) untuk jawaban sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) setuju, (4) sangat setuju. Sebaliknya, pada pernyataan negatif, skor (1) untuk jawaban sangat setuju, (2) setuju, (3) tidak setuju, (4) sangat tidak setuju. Dalam pengukuran persepsi orangtua tentang pendidikan menengah skor total dijumlah, sehingga diperoleh skor total minimum yaitu 20, sedangkan skor total maksimum yaitu 80. Kemudian total skor dikelompokan menjadi tiga kategori berdasarkan interval, digunakan rumus : Keterangan : = Interval Berdasarkan rumus di atas, diketahui besar interval kelas yang digunakan pada variabel persepsi orangtua tentang pendidikan menengah. Sehingga didapat tiga kategori persepsi orangtua tentang pendidikan menengah, yaitu: kurang ( 40), sedang (41-60), dan baik ( 61). Pengolahan dan Analisis Data Data-data yang diperoleh terlebih dahulu diolah melalui tahapan editing, coding, scoring, entry, cleaning data, dan analisis data. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel for Windows 2007 dan dilanjutkan dengan analisis menggunakan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16 for windows. Selanjutnya untuk menjawab tujuan, data dianalisis menggunakan : 1. Analisis deskriptif, digunakan untuk menggambarkan karakteristik keluarga, persepsi orangtua tentang pendidikan menengah dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan.

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani Keluarga petani ialah keluarga yang kepala keluarga atau anggota keluarganya bermatapencaharian sebagai petani. Keluarga petani mendapatkan penghasilan utama dari kegiatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang turut berkontribusi dalam pembangunan Indonesia. Pertanian memegang peranan untuk menyediakan bahan baku pangan maupun non pangan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode survey di Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR i ANALISIS MANAJEMEN KEUANGAN, TEKANAN EKONOMI, STRATEGI KOPING DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN DI DESA CIKAHURIPAN, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI HIDAYAT SYARIFUDDIN DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA Lia Nurjanah DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH CHANDRIYANI I24051735 DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

Lebih terperinci

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain Cross Sectional Study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan menggunakan metode survei. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data utama.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional karena data yang diambil berkenaan dengan pengalaman masa lalu yaitu saat keluarga

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, artinya data penelitian dikumpulkan pada satu periode waktu tertentu. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 2 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data melalui survei lapang dalam satu titik

Lebih terperinci

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta 44 KERANGKA PEMIKIRAN Salah satu ciri yang paling sering muncul pada remaja untuk menjalani penanganan psikologisnya adalah stres. Stres pada remaja yang duduk dibangku sekolah dapat dilanda ketika mereka

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS

PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS 1 PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT

PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT ULFAH MUSHLIHA ADHANI PUARADA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh 20 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan dengan sampel yang dipilih khusus

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR ELIS TRISNAWATI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan 18 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan pada interaksi antara ibu dengan anak. Desain yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Disain penelitian adalah cross sectional study, yakni data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun & Effendi 1995. Penelitian berlokasi di Kota

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Kertamaya adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan, Provinsi Jawa Barat. Luas Kelurahan Kertamaya ialah 360 ha/m 2. Secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian 8 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain cross sectional study. Disain ini dipilih karena ingin mendapatkan data pada saat yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan 60 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Bogor, Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG dilakukan melalui pembagian paket LPG kg beserta tabung, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada keluarga miskin yang jumlahnya mencapai.

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian. Purposive. Proporsional random sampling. Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N=3494)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian. Purposive. Proporsional random sampling. Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N=3494) 19 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional karena pengumpulan data hanya dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan, serta retrospektif karena

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data dikumpulkan untuk meneliti suatu fenomena dalam satu kurun waktu tertentu (Umar 2006).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak 25 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu waktu

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPATUHAN DAN KEMANDIRIAN SANTRI REMAJA DI PONDOK PESANTREN ASSHIDDIQIYAH NURLAILI RAHMAH DINI

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPATUHAN DAN KEMANDIRIAN SANTRI REMAJA DI PONDOK PESANTREN ASSHIDDIQIYAH NURLAILI RAHMAH DINI 1 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPATUHAN DAN KEMANDIRIAN SANTRI REMAJA DI PONDOK PESANTREN ASSHIDDIQIYAH NURLAILI RAHMAH DINI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Keluarga petani yang merupakan anggota Kelompok Tani Padajaya. RW 4 = 7 orang. RW 5 = 23 orang. Gambar 2 Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Keluarga petani yang merupakan anggota Kelompok Tani Padajaya. RW 4 = 7 orang. RW 5 = 23 orang. Gambar 2 Teknik Pengambilan Contoh 24 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data dalam satu titik dan waktu tertentu.

Lebih terperinci

konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka

konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka 21 KERANGKA PEMIKIRAN Ketahanan pangan rumahtangga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah karakteristik rumahtangga (meliputi ukuran rumahtangga, pendidikan kepala dan ibu rumahtangga, dan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN Pangan Rekayasa Genetika HARAPAN. PENERIMAAN Pangan Rekayasa Genetika

PENGETAHUAN Pangan Rekayasa Genetika HARAPAN. PENERIMAAN Pangan Rekayasa Genetika KERANGKA PEMIKIRAN Pangan rekayasa genetika merupakan produk hasil pencangkokan dari satu gen ke gen yang lain. Pangan rekayasa genetika juga merupakan suatu produk yang mempunyai kemampuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 17 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pengaruh pola penggunaan jejaring sosial terhadap motivasi dan alokasi waktu belajar siswa SMPN 1 Dramaga, menggunakan desain

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu. Pemillihan tempat dilakukan dengan cara pupossive, yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik dan Cara Pemilihan Sampel

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik dan Cara Pemilihan Sampel 15 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional study yaitu suatu teknik pengambilan data yang dilakukan melalui survey lapang

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIHAN MEREK SUSU UNTUK ANAK USIA 2 5 TAHUN DI KOTA BOGOR FARIDAH HANDAYASARI

HUBUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIHAN MEREK SUSU UNTUK ANAK USIA 2 5 TAHUN DI KOTA BOGOR FARIDAH HANDAYASARI HUBUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIHAN MEREK SUSU UNTUK ANAK USIA 2 5 TAHUN DI KOTA BOGOR FARIDAH HANDAYASARI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kebon Kopi 2 Bogor. Penentuan lokasi SDN Kebon Kopi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pemilihan Pondok Pesantren Modern Purposive. Santri telah tinggal 1 tahun di pondok pesantren. Laki-laki. Perempuan.

METODE PENELITIAN. Pemilihan Pondok Pesantren Modern Purposive. Santri telah tinggal 1 tahun di pondok pesantren. Laki-laki. Perempuan. 27 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas bangsa ditentukan oleh kualitas penduduk yang tercermin pada kualitas sumberdaya manusia (SDM). Salah satu indikator kualitas penduduk adalah Human Development Index

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG RANI MAULANASARI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 1 N

METODE PENELITIAN 1 N 32 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan bagian dari data baseline pada kajian Studi Ketahanan Pangan dan Coping Mechanism Rumah Tangga di Daerah Kumuh yang dilakukan Departemen

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan 46 KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan keluarga yang mengalami perpisahan dengan istri dalam jangka waktu yang relatif lama. Ketiadaan istri dalam keluarga menjadi tantangan

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Kerangka pemikiran oprasional analisis self-esteem, self-efficacy, motivasi belajar dan prestasi akademik siswa disajikan pada gambar 1.

Kerangka pemikiran oprasional analisis self-esteem, self-efficacy, motivasi belajar dan prestasi akademik siswa disajikan pada gambar 1. 20 KERANGKA PEMIKIRAN Menurut seorang pakar ekologi keluarga yaitu Bronfenbrener menyatakan bahwa anak adalah salah sebuah unsur dalam lingkungan. Hal tersebut ditinjau dari sudut pandang dalam perpsektif

Lebih terperinci

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga KERANGKA PEMIKIRAN Kesejahteraan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif, sehingga setiap keluarga atau individu di dalamnya yang memiliki pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbeda akan memberikan

Lebih terperinci

Strategi Koping Fungsi Ekonomi: Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan. Dukungan Sosial: Keluarga Besar Tetangga. Input Throughput Output

Strategi Koping Fungsi Ekonomi: Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan. Dukungan Sosial: Keluarga Besar Tetangga. Input Throughput Output 34 KERANGKA PEMIKIRAN Kemiskinan yang melanda bangsa Indonesia selama bertahun-tahun menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah meningkatnya harga kebutuhan pokok yang mengakibatkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu tertentu. Lokasi penelitian adalah Desa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari objek dalam satu waktu tertentu, tidak berkesinambungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Keterangan : n = jumlah mahasiswa yang diambil N = jumlah populasi mahasiswa program sarjana e = batas kesalahan pengambilan contoh

METODE PENELITIAN. Keterangan : n = jumlah mahasiswa yang diambil N = jumlah populasi mahasiswa program sarjana e = batas kesalahan pengambilan contoh 21 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu atau periode tertentu. Lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Cara Pemilihan Contoh 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study yakni data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA PROGRAM STUDI S1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 32 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan pada interaksi suami istri. Variabel yang diteliti pada penelitian interaksi

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT (Kasus: Program PHT Desa Karangwangi, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon) LUKI SANDI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI INSTITUT PERTANIAN BOGOR PUTRI SWASTANTI PANE

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI INSTITUT PERTANIAN BOGOR PUTRI SWASTANTI PANE ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI INSTITUT PERTANIAN BOGOR PUTRI SWASTANTI PANE DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Lebih terperinci

tingkat kepentingan dan kepuasan sasaran serta keluaran atribut yang harus ditingkatkan pemerintah dan instansi terkait dalam pelaksanaan program

tingkat kepentingan dan kepuasan sasaran serta keluaran atribut yang harus ditingkatkan pemerintah dan instansi terkait dalam pelaksanaan program 22 KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG yang dilakukan sejak tahun 2007 telah mengubah pola perilaku keluarga dari menggunakan minyak tanah menjadi menggunakan LPG. Sebagai suatu kebijakan,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK ANAK PUTUS SEKOLAH DI JAWA BARAT DENGAN REGRESI LOGISTIK

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK ANAK PUTUS SEKOLAH DI JAWA BARAT DENGAN REGRESI LOGISTIK IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK ANAK PUTUS SEKOLAH DI JAWA BARAT DENGAN REGRESI LOGISTIK Tina Aris Perhati 1, Indahwati 2, Budi Susetyo 3 1 Dept. of Statistics, Bogor Agricultural University (IPB), Indonesia,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini berjudul Konsep Diri, Kecerdasan Emosional, Tingkat Stres, dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran di SMA. Disain penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan subsampling dari penelitian utama Hibah Kompetensi DIKTI Sunarti (2012) dengan tema Keragaan Ketahanan Keluarga Indonesia. Disain

Lebih terperinci

pengetahuan, dan sikap akan berhubungan dengan perilaku pembelian buku bajakan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

pengetahuan, dan sikap akan berhubungan dengan perilaku pembelian buku bajakan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. 17 KERANGKA PEMIKIRAN Perguruan tinggi merupakan komunitas yang terdiri dari orang-orang intelektual dalam berbagai aktivitas akademis. Perguruan tinggi memiliki peran strategis dan sangat penting sebagai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. N 1+ Ne 2. n =

METODE PENELITIAN. N 1+ Ne 2. n = 27 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan metode survei. Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI DESA AJIBARANG WETAN, KECAMATAN AJIBARANG, KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI DESA AJIBARANG WETAN, KECAMATAN AJIBARANG, KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI DESA AJIBARANG WETAN, KECAMATAN AJIBARANG, KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S1 Fakultas

Lebih terperinci

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian. Karakteristik anak 1. jenis kelamin 2. usia. Status Gizi

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian. Karakteristik anak 1. jenis kelamin 2. usia. Status Gizi KERANGKA PEMIKIRAN Perkembangan kognitif merupakan suatu proses psikologis yang terjadi dalam bentuk pengenalan, pengertian, dan pemahaman dengan menggunakan pengamatan, pendengaran, dan pemikiran (Baraja

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi hak

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET YANG ANAKNYA TIDAK MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI (JURNAL) Oleh. Susi Novela

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET YANG ANAKNYA TIDAK MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI (JURNAL) Oleh. Susi Novela ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET YANG ANAKNYA TIDAK MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI (JURNAL) Oleh Susi Novela FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 Analisis Pendapatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4257 = 97, (0.1 )

METODE PENELITIAN 4257 = 97, (0.1 ) METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yakni cara mempelajari objek riset dalam suatu waktu tertentu saja atau tidak berkesinambungan dalam jangka

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN (Studi Kasus di Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Propinsi NTB) CHANDRA APRINOVA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 @ Hak Cipta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Disain eksperimental penelitian Motivasi Pesan Faktor. positif dan dengan cara penyajian tanpa penjelasan.

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Disain eksperimental penelitian Motivasi Pesan Faktor. positif dan dengan cara penyajian tanpa penjelasan. 23 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain eksperimental yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktorial 2x2 dengan pre test dan post test. Disain penelitian ini melibatkan dua

Lebih terperinci

STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI

STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

Oleh : Dewi Mutia Handayani A

Oleh : Dewi Mutia Handayani A ANALISIS PROFITABILITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MENURUT LUAS DAN STATUS KEPEMILIKAN LAHAN (Studi Kasus Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : Dewi Mutia Handayani

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS BERTARAF INTERNASIONAL (Studi Kasus di SMAN 1 Bogor) DESTY PUJIANTI

HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS BERTARAF INTERNASIONAL (Studi Kasus di SMAN 1 Bogor) DESTY PUJIANTI HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS BERTARAF INTERNASIONAL (Studi Kasus di SMAN 1 Bogor) DESTY PUJIANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) KONTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI PEREMPUAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA BABAKANMULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS LAHAN DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI BERDASARKAN KELEMBAGAAN LAHAN DI DUKUH SRIBIT LOR DESA SRIBIT KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN Skripsi Untuk memenuhi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross sectional, karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Efendi 1995). Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Tehnik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Tehnik Pengambilan Contoh 29 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study yaitu suatu penelitian yang dilakukan pada saat dan waktu tertentu. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study yang dilakukan pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

Gambar 2. Kerangka berpikir mengenai perilaku penggunaan pembalut pada mahasiswi

Gambar 2. Kerangka berpikir mengenai perilaku penggunaan pembalut pada mahasiswi 16 KERANGKA PEMIKIRAN Menstruasi merupakan keadaan yang dialami oleh seorang perempuan normal setiap bulan. Agar cairan menstruasi yang keluar dari dinding rahim tidak menodai pakaian yang dipakai maka

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain survei deskriptif

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

ALOKASI PENGELUARAN UNTUK PENDIDIKAN, POLA ASUH AKADEMIK ORANG TUA, DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA PADA KELUARGA MISKIN IIN KHOIRUNNISA

ALOKASI PENGELUARAN UNTUK PENDIDIKAN, POLA ASUH AKADEMIK ORANG TUA, DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA PADA KELUARGA MISKIN IIN KHOIRUNNISA i ALOKASI PENGELUARAN UNTUK PENDIDIKAN, POLA ASUH AKADEMIK ORANG TUA, DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA PADA KELUARGA MISKIN IIN KHOIRUNNISA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP TANGGAPAN PERUSAHAAN PASCATINDAKAN KOMPLAIN MELALUI MEDIA MASSA KOMPAS YUZA ANZOLA

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP TANGGAPAN PERUSAHAAN PASCATINDAKAN KOMPLAIN MELALUI MEDIA MASSA KOMPAS YUZA ANZOLA ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP TANGGAPAN PERUSAHAAN PASCATINDAKAN KOMPLAIN MELALUI MEDIA MASSA KOMPAS YUZA ANZOLA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA KARTU ASKESKIN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS TANJUNGSARI SUMEDANG KUSTIA

ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA KARTU ASKESKIN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS TANJUNGSARI SUMEDANG KUSTIA ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA KARTU ASKESKIN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS TANJUNGSARI SUMEDANG KUSTIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data 15 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasi penelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya, Kecamatan Taman

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBAYARAN NON-TUNAI

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBAYARAN NON-TUNAI ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBAYARAN NON-TUNAI (PREPAID CARD) LOVITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci