ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI INSTITUT PERTANIAN BOGOR PUTRI SWASTANTI PANE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI INSTITUT PERTANIAN BOGOR PUTRI SWASTANTI PANE"

Transkripsi

1 ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI INSTITUT PERTANIAN BOGOR PUTRI SWASTANTI PANE DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Tingkat Kepatuhan Membaca Label Pangan pada Mahasiswa Gizi Institut Pertanian Bogor adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016 Putri Swastanti Pane NIM I

4

5 ABSTRAK PUTRI SWASTANTI PANE. Analisis Tingkat Kepatuhan Membaca Label Pangan pada Mahasiswa Gizi Institut Pertanian Bogor. Dibimbing oleh Rimbawan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepatuhan membaca label pangan pada mahasiswa mayor Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dengan jumlah contoh sebanyak 90 orang. Teknik penarikan contoh dilakukan dengan metode multistage sampling. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Sebanyak 13.33% contoh memiliki tingkat kepatuhan yang baik terhadap label pangan, 72.22% berada pada kategori cukup, dan 14.44% memiliki tingkat kepatuhan yang kurang. Uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan mengenai susu dan pengetahuan mengenai label dengan jenjang semester. Uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan antara persepsi membaca label pangan dengan sikap terhadap klaim produk susu (p <0.05). Selain itu, adanya hubungan antara persepsi dan sikap dengan tingkat kepatuhan membaca label pangan. Tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara pengetahuan mengenai label pangan dengan persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan. Kata kunci : pengetahuan, persepsi, sikap, susu, tingkat kepatuhan ABSTRACT PUTRI SWASTANTI PANE. Analysis of Compliance Level on Reading Food Label among Nutritional Science Students of Bogor Agricultural University. Supervised by RIMBAWAN. The aim of this study was to analyze the compliance levels on reading food label among nutritional science students of Bogor Agricultural University (IPB). The design of this study was cross sectional which involved 90 sample students. The sampling method was multistage sampling. Nutritional science students were grouped based on difference years in entering IPB. This study was conducted on March The result of this study showed as many as 13.33% samples had a good compliance levels on reading food label, as many as 72.22% were in sufficient category, and as many as 14.44% had a poor compliance levels on reading food label. Spearman correlation test showed that there was correlation in knowledge about milk and knowledge about food label among students with semester levels of samples. Spearman correlation test showed that there was significant correlation between perception of reading food label and attitude toward to milk product claims (p<0.05). There was also correlation between perception, attitude, and compliance levels on reading food label. There was no correlation between knowledge about food label with perception, attitude, and compliance levels on reading food label. Keywords : attitude, compliance levels, knowledge, milk, perception

6

7 ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI INSTITUT PERTANIAN BOGOR PUTRI SWASTANTI PANE Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari program studi ilmu gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

8

9 Judul Skripsi: Analisis Tingkat Kepatuhan Membaca Label Pangan pada Mahasiswa Gizi Institut Pertanian Bogor Nama : Putri Swastanti Pane NIM : I Disetujui oleh Dr. Rimbawan Pembimbing Diketahui oleh Dr. Rimbawan Ketua Departemen Tanggal Lulus :

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas karunia-nya sehingga karya ilmiah dengan judul Analisis Tingkat Kepatuhan Membaca Label Pangan pada Mahasiswa Gizi Institut Pertanian Bogor berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini berhasil diselesaikan berkat bantuan dan dukungan banyak pihak kepada penulis. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada: 1. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan, doa, serta motivasi kepada penulis. 2. Dr. Rimbawan selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan banyak bimbingan, wawasan, pengetahuan, dan motivasi kepada penulis. 3. Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen pemandu dan penguji yang telah memberikan arahan dan pembelajaran yang berharga bagi penulis. 4. Seluruh teman-teman Gizi Masyarakat mulai dari angkatan 49 (AKG 49), 50 (AUREGIO), 51 (CREAVASTA), dan Gizi 52 yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. 5. Sahabat-sahabat penulis yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. 6. Teman-teman AKG 49 atas segala doa, bantuan, semangat dan kasih sayangnya selama ini kepada penulis. 7. Seluruh dosen dan staf Gizi Masyarakat yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan berharga dan bantuan yang memudahkan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Tidak lupa penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi banyak pihak. Bogor, Agustus 2016 Putri Swastanti Pane

12

13 i DAFTAR ISI DAFTAR ISI i DAFTAR TABEL ii DAFTAR GAMBAR iii DAFTAR LAMPIRAN iii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Tujuan Umum 2 Tujuan Khusus 2 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3 KERANGKA PEMIKIRAN 4 METODE 6 Desain, Lokasi, dan Waktu 6 Jumlah dan Penarikan Contoh 6 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 7 Pengolahan dan Analisis Data 9 Definisi Operasional 12 HASIL DAN PEMBAHASAN 13 Gambaran Karakteristik Contoh 13 Gambaran Karakteristik Keluarga 15 Sumber Memperoleh Informasi Mengenai Label Pangan 17 Pengetahuan Mengenai Susu 18 Pengetahuan Mengenai Label Pangan 19 Persepsi Mengenai Label Pangan 20 Sikap Terhadap Klaim Produk Susu 21 Tingkat Kepatuhan Membaca Label Pangan 22 Peringkat Prioritas Membaca Keterangan Label Pangan 23 Produk Susu yang Dikonsumsi Contoh 25 Hubungan antara Variabel 31 SIMPULAN DAN SARAN 37 Simpulan 37 Saran 38

14 ii DAFTAR PUSTAKA 39 LAMPIRAN 42 RIWAYAT HIDUP 53 DAFTAR TABEL 1 Jenis dan cara pengumpulan data 8 2 Kategori penilaian variabel karakteristik individu dan keluarga 10 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin 13 4 Sebaran contoh berdasarkan usia 14 5 Sebaran contoh berdasarkan uang saku 14 6 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga 15 7 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orang tua 15 8 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orang tua 16 9 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua Sebaran contoh berdasarkan sumber memperoleh informasi label Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan mengenai susu Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan mengenai label pangan Sebaran contoh berdasarkan persepsi mengenai label pangan Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap klaim produk susu Sebaran contoh berdasarkan tingkat kepatuhan membaca label pangan Sebaran contoh berdasarkan peringkat prioritas membaca keterangan 24 label 17 Sebaran contoh berdasarkan merek produk susu yang dikonsumsi Sebaran contoh berdasarkan alasan mengonsumsi produk susu Harga produk susu yang dikonsumsi contoh Kelengkapan keterangan label yang tercantum pada produk susu Perbandingan klaim produk susu dengan peraturan Hubungan sumber informasi memperoleh label dengan pengetahuan, 31 persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan 23 Hubungan karakteristik individu dengan pengetahuan mengenai susu 32 dan label pangan 24 Hubungan karakteristik individu dengan persepsi, sikap, dan tingkat 33 kepatuhan membaca label pangan 25 Hubungan karakteristik keluarga dengan pengetahuan mengenai susu 33 dan label pangan 26 Hubungan karakteristik keluarga dengan persepsi, sikap, dan tingkat 34 kepatuhan membaca label pangan 27 Hubungan antara pengetahuan mengenai susu, pengetahuan mengenai 35 label, persepsi mengenai label pangan dengan sikap terhadap klaim produk susu 28 Hubungan antara pengetahuan mengenai label, persepsi mengenai label, 36 sikap terhadap klaim produk susu dengan tingkat kepatuhan membaca label pangan

15 iii DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran 5 2 Skema proses penarikan contoh penelitian 7 DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil survei terhadap mahasiswa IPB mengenai produk pangan 42 kemasan yang paling sering dikonsumsi 2 Uji normalitas data 42 3 Hasil korelasi sumber memperoleh informasi mengenai label dengan 42 pengetahuan mengenai label, persepsi mengenai label, sikap terhadap klaim produk susu, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan 4 Kuesioner penelitian 43

16

17

18

19 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Keamanan pangan merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan setiap orang untuk hidup sehat dan aman. Pangan dikatakan aman apabila kondisi pangan secara keseluruhan baik secara jasmani dan rohani memenuhi kriteria pangan yang aman. Pangan tersebut bebas dari segala cemaran yang membahayakan konsumen, baik cemaran secara biologis, fisika, maupun kimiawi. Pangan yang aman dan bergizi serta bermutu tinggi berperan penting bagi pertumbuhan, pemeliharaan, dan peningkatan kecerdasan serta derajat kesehatan masyarakat (Saparinto 2006). Salah satu pesan yang tercantum dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS) menyatakan pentingnya membaca label pangan. Label pangan adalah setiap keterangan tentang pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan berdasarkan Undang undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan. Membaca label pangan pada produk kemasan dengan benar dan tepat berfungsi untuk melindungi konsumen dari konsumsi pangan yang tidak aman. Selain itu, membaca label pangan juga bermanfaat bagi konsumen untuk mengetahui informasi nilai gizi yang tertera serta mengetahui kebenaran informasi produk terutama produk yang memiliki klaim terkait gizi, kesehatan, ataupun hal lainnya. Survei yang dilakukan oleh Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) pada tahun 2007 menyebutkan bahwa hanya sebesar 6.7% konsumen di Indonesia yang memperhatikan kelengkapan label pangan suatu produk. Hasil berbeda ditunjukkan oleh survei yang dilakukan oleh Food Safety Authority of Ireland (2009) yang menunjukkan bahwa sebesar 25% konsumen di Irlandia selalu membaca label pangan ketika membeli suatu produk. Penelitian yang dilakukan oleh Zahara dan Triyanti (2009) pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Indonesia menunjukkan bahwa mahasiswa yang patuh membaca label informasi zat gizi dan komposisi masing-masing adalah sebesar 39.1% dan 38.9%. Kondisi ini mencerminkan bahwa konsumen yang patuh membaca label pangan di Indonesia masih tergolong rendah, meskipun ada perbedaan yang cukup nyata antara mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI dengan konsumen di Indonesia pada umumnya. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melaporkan bahwa pada tahun 2015 pada triwulan IV sebanyak 742 (20.62%) label pangan dari label produk pangan yang diidentifikasi tidak memenuhi ketentuan (TMK). Selain itu, sebanyak (40.56%) dari iklan pangan juga tidak memenuhi ketentuan. Kondisi ini mencerminkan bahwa banyak produsen yang masih tidak sadar akan pentingnya memenuhi peraturan yang telah ditetapkan. Pangan TMK dapat berdampak pada jaminan keamanan pangan konsumen. Klaim gizi dan kesehatan saat ini sering ditemukan pada banyak jenis produk pangan, khususnya produk susu. Susu merupakan pangan yang diyakini memiliki manfaat yang baik bagi konsumen. Survei pada mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui produk

20 2 pangan kemasan yang paling banyak dikonsumsi. Mahasiswa yang mengisi survei berjumlah 124 orang. Sebagian besar mahasiswa (47.58%) memilih susu sebagai produk yang paling sering dikonsumsi. Oleh karena itu, susu menjadi bagian dari penelitian ini. Peraturan yang telah ditetapkan oleh Kepala BPOM RI Nomor 13 tahun 2016 tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan menyebutkan bahwa klaim dalam label dan iklan pangan olahan harus benar, tidak menyesatkan, dan perlu dikendalikan. Peraturan mengenai klaim diperlukan agar masyarakat dapat terlindung dari pangan yang tidak aman. Masyarakat juga perlu dilindungi dari klaim dalam label dan iklan pangan olahan yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi pangan. Oleh karena itu, industri pangan maupun produsen yang bergerak di bidang pangan wajib menaati segala peraturan yang telah ditetapkan agar keselamatan konsumen dapat terjaga, termasuk saat menyatakan klaim terhadap produk yang akan dijual. Pemahaman dan pelaksanaan aturan yang telah ditetapkan mengenai label pangan seharusnya dijalankan oleh setiap orang, khususnya mahasiswa gizi. Mahasiswa sebagai civitas akademika diharapkan mampu memahami, mengawasi, dan mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan sebagai contoh yang baik bagi masyarakat. Hal tersebut dapat tercermin melalui pengetahuan yang baik mengenai label pangan serta patuh terhadap membaca label pangan dan dapat mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan membaca label pangan memiliki dampak positif dalam mencegah konsumsi pangan yang tidak aman. Tujuan Penelitian Tujuan umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis tingkat kepatuhan membaca label pangan pada mahasiswa mayor Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor. Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi pengetahuan, persepsi, sikap terhadap klaim produk susu, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan pada mahasiswa mayor Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor. 2. Mengidentifikasi hubungan antara jenjang semester dengan pengetahuan, persepsi, sikap terhadap klaim produk susu, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan pada mahasiswa mayor Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor. 3. Menganalisis prioritas contoh dalam membaca keterangan label pada kemasan pangan. 4. Mengidentifikasi merek dan harga produk susu yang dikonsumsi contoh. 5. Menganalisis kesesuaian keterangan label dan klaim yang dicantumkan pada produk susu yang dikonsumsi contoh dengan peraturan BPOM. 6. Menganalisis hubungan pengetahuan, persepsi, sikap terhadap klaim produk susu, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan pada mahasiswa mayor Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor.

21 3 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Adanya hubungan antara jenjang semester dengan pengetahuan mengenai label pangan, persepsi mengenai label pangan, sikap terhadap klaim produk susu, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan. 2. Adanya hubungan antara pengetahuan mengenai label pangan, persepsi mengenai label pangan, sikap terhadap klaim produk susu, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan pada mahasiswa gizi. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap label pangan. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi industri pangan sebagai bahan masukan dalam mencantumkan informasi label pangan secara tepat dan benar sesuai dengan prosedur. Hasil penelitian ini dapat disampaikan kepada pemerintah, khususnya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mengkaji sejauh mana label pangan dan klaim produk dapat dipahami dan diterapkan oleh mahasiswa.

22 4 KERANGKA PEMIKIRAN Membaca keterangan label pangan adalah salah satu aspek penting yang harus diperhatikan konsumen sebelum membeli produk. Kebiasaan membaca label pangan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu karakteristik individu (usia, jenis kelamin, dan uang saku) serta karakteristik keluarga (jumlah keluarga, pendidikan orang tua, dan pendapatan orang tua). Pengetahuan mengenai label, persepsi, dan sikap juga dapat berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan membaca label pangan. Selain itu, sumber informasi mengenai label dan jenjang semester (lamanya pendidikan) dapat mempengaruhi seseorang dalam membaca label pangan. Usia, jenis, kelamin, dan uang saku dapat berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan membaca label pangan. Semakin tinggi usia, maka pada umumnya tingkat pengetahuan akan semakin tinggi yang dapat berdampak pula pada kebiasaan atau perilaku seseorang terhadap suatu hal, termasuk membaca keterangan label pangan. Penelitian yang dilakukan oleh Cowburn dan Stockley (2004) menyebutkan bahwa faktor internal berupa usia, jenis kelamin, dan pendapatan memiliki pengaruh terhadap perilaku konsumen dalam membaca label pangan berupa informasi nilai gizi. Keluarga merupakan sarana utama dalam membentuk pola pikir seseorang yang nantinya akan berdampak pada pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku. Oleh karena itu, keluarga baik secara langsung maupun tidak langsung dapat membentuk kebiasaan dalam membaca keterangan label. Pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku merupakan variabel-variabel yang saling berkaitan satu sama lain. Seseorang dengan pengetahuan yang baik cenderung akan mengimplementasikan pengetahuan tersebut dengan cara pandang (persepsi) yang baik pula. Hal tersebut selanjutnya akan berdampak pada sikap dan cara berperilaku. Pemahaman yang kurang mengenai suatu produk cenderung menjadi suatu hambatan dalam menggunakan produk (Signal et al. 2008). Memiliki sikap yang baik dan peduli dalam membaca keterangan label juga akan berdampak pada tingkat kepatuhan membaca label pangan. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang lebih luas (Sumarwan 2002). Jenjang semester yang lebih tinggi biasanya memiliki pengetahuan yang lebih tinggi pula, terutama pada program studi yang sama. Hal ini dapat disebabkan karena semester yang lebih tinggi mendapatkan pelajaran yang lebih banyak mengenai gizi dan label pangan dibandingkan semester dengan jenjang yang lebih rendah. Selain itu, sumber informasi yang dimiliki juga berdampak pada tingkat pengetahuan yang juga dapat berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan membaca label pangan. Seseorang yang memiliki banyak sumber pengetahuan cenderung memiliki pengetahuan yang lebih tinggi.

23 5 Karakteristik individu 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Uang saku Karakteristik keluarga 1. Jumlah keluarga 2. Pendapatan orang tua 3. Pendidikan orang tua Sumber informasi label Jenjang semester Pemilihan pangan Pengetahuan mengenai label pangan Persepsi mengenai label pangan Sikap terhadap klaim produk Tingkat kepatuhan membaca label pangan Keterangan : = Variabel yang dianalisis = Hubungan yang dianalisis Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis tingkat kepatuhan membaca label pangan pada mahasiswa gizi IPB

24 6 METODE Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu sebuah desain penelitian dengan cara mengumpulkan data dalam satu waktu serta tidak berkelanjutan. Lokasi penelitian berada di kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive yang didasarkan pada pengambilan contoh karena kampus Dramaga IPB memiliki mahasiswa mayor Ilmu Gizi yang mendapatkan mata kuliah dengan materi label pangan. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Contoh pada penelitian ini adalah mahasiswa mayor Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor yang dibedakan berdasarkan angkatan ketika masuk IPB, yaitu semester 2, 4, 6, dan 8. Jumlah contoh penelitian ditentukan menggunakan rumus Slovin (Umar 2005). Penarikan contoh didasarkan pada jumlah populasi mahasiswa gizi. n = = = 81 Keterangan: n = jumlah mahasiswa yang dijadikan sebagai contoh N = jumlah populasi mahasiswa mayor Ilmu Gizi IPB semester 2, 4, 6, 8 e = batas kesalahan pengambilan contoh (10%) Jumlah contoh penelitian dengan menggunakan rumus Slovin adalah sebesar 81 contoh. Jumlah yang dijadikan sebagai contoh penelitian menjadi 90 orang untuk memperkecil terjadinya kesalahan dalam penarikan contoh. Penentuan jumlah contoh setiap angkatan dilakukan secara proporsional dengan cara acak dan ditentukan berdasarkan jumlah mahasiswa dari masing-masing angkatan dan lapis jenis kelamin. Sebaran contoh dilakukan dengan menggunakan teknik penarikan sampel melalui multistage sampling. Teknik penarikan sampel dapat dilihat pada Gambar 2. ni = Keterangan: ni = jumlah contoh tiap subpopulasi Ni = total subpopulasi N = total populasi n = jumlah contoh yang diambil

25 7 Semester 2 (81 orang) Ni L=16 orang P=65 orang ni L=3 orang P=13 orang Semester 4 (106 orang) Ni L=10 orang P=96 orang ni L=3 orang P=20 orang Mahasiswa Gizi (439 orang) Semester 6 (118 orang) Ni L=18 orang P=100 orang ni L=3 orang P=21 orang Semester 8 (134 orang) Ni L=25 orang P=109 orang ni L=5 orang P=22 orang Gambar 2 Skema proses penarikan contoh penelitian Jenis dan Cara Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan melalui pembagian kuesioner terstruktur kepada contoh. Contoh mengisi sendiri kuesioner yang diberikan setelah diberikan instruksi untuk mengisi kuesioner tersebut. Pengumpulan kuesioner dilakukan pada hari yang sama dengan pengisian kuesioner untuk mengurangi adanya bias pada jawaban contoh. Kuesioner segera dikumpulkan setelah contoh selesai mengisi kuesioner. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer didasarkan pada kerangka pemikiran yang telah dibuat. Data primer yang dikumpulkan yaitu karakteristik individu (usia, jenis kelamin, dan besarnya uang saku) serta karakteristik keluarga (jumlah keluarga, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, dan pendapatan orang tua). Data primer lain yang dikumpulkan, yaitu sumber memperoleh informasi mengenai label, tingkat (semester) mahasiswa gizi, prioritas contoh dalam membaca keterangan label, produk susu yang dikonsumsi contoh, alasan contoh mengonsumsi produk tersebut, pengetahuan mengenai susu, pengetahuan mengenai label, persepsi mengenai label, sikap terhadap klaim produk susu, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan. Survei kepada mahasiswa Institut Pertanian Bogor dilakukan untuk mengetahui produk kemasan yang paling banyak dikonsumsi oleh mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa (47.58%) memilih produk susu sehingga produk susu menjadi bagian dari penelitian ini. Survei produk susu yang dikonsumsi contoh

26 8 kemudian dilakukan di salah satu supermarket di wilayah Dramaga Bogor untuk mengetahui harga, keterangan label pangan, dan keterangan klaim yang tertera pada kemasan. Survei ke supermarket dilakukan setelah mengetahui merek produk susu yang dikonsumsi oleh contoh pada penelitian ini. Survei produk susu dilaksanakan pada bulan April Data sekunder diperoleh dari Komisi Pendidikan Departemen Gizi Masyarakat untuk mengetahui jumlah mahasiswa gizi mulai dari semester 2,4,6, dan 8 serta data jumlah mahasiswa laki-laki dan perempuan. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari jurnal, skripsi, dan bacaan lainnya sebagai acuan dan perbandingan pada penelitian ini. Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data No. Variabel Jenis data Cara pengumpulan 1 Karakteristik individu -Usia Kuesioner -Jenis kelamin -Uang saku 2 Karakteristik keluarga -Jumlah keluarga Kuesioner -Pekerjaan orang tua -Pendidikan orang tua -Pendapatan orang tua 3 Sumber informasi label Sumber informasi label Kuesioner 4 Prioritas membaca label Urutan prioritas membaca keterangan label Kuesioner Produk susu yang Jenis (merek) produk susu Kuesioner dikonsumsi 5 Tingkat (semester) Semester 2, semester 4, Kuesioner semester 6, semester 8 6 Pengetahuan mengenai susu kandungan zat gizi pada susu, jenis protein pada Kuesioner susu, jenis karbohidrat pada susu, manfaat susu, jenis-jenis susu menurut teknik pembuatannya, dan contoh pangan turunan susu 7 Pengetahuan mengenai label pengertian label pangan, Kuesioner pangan ketetapan peraturan undang-undang terkait label pangan, keterangan yang wajib dicantumkan pada label kemasan, keterangan mengenai informasi nilai gizi, syarat pencantuman klaim pada kemasan pangan 8 Persepsi merngenai label pentingnya memiliki Kuesioner pangan pengetahuan mengenai label pangan, pentingnya membaca keterangan minimum yang wajib dicantumkan pada kemasan pangan dan keterangan lain yang tercantum pada label pangan, kejujuran produsen dalam pencantuman label

27 9 Tabel 1 Jenis dan cara pengumuplan data (lanjutan) No. Variabel Jenis data Cara pengumpulan 9 Sikap terhadap klaim produk pemahaman jenis klaim Kuesioner susu yang tertera pada produk susu, keinginan untuk membandingkan klaim antar produk, kepedulian terhadap kebenaran klaim yang tertera pada produk susu, dan kesadaran dalam memperhatikan pernyataan klaim pada TV 10 Kepatuhan membaca label pangan kepatuhan membaca keterangan minimum yang wajib dicantumkan dalam kemasan pangan, membaca keterangan informasi nilai gizi, kecenderungan untuk tidak membeli kemasan pangan yang tidak mencantumkan keterangan minimum yang wajib Kuesioner Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan inferensia menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Statistical Package for Social Science (SPSS) version 16.0 for windows. Data diolah berupa entry, coding, editing, dan cleaning yang selanjutnya akan dilakukan analisis. Analisis statistik deskriptif yang digunakan meliputi rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum, tabulasi silang, dan standar deviasi. Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik individu (usia, jenis kelamin, dan besarnya uang saku) serta karakteristik keluarga (besar keluarga, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, dan pendapatan orang tua). Selain itu, analisis statistik deskriptif juga dilakukan untuk mengidentifikasi variabel lain, yaitu sumber memperoleh informasi mengenai label pangan, pengetahuan mengenai susu, pengetahuan mengenai label pangan, persepsi mengenai label pangan, sikap terhadap klaim produk susu, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan. Variabel-variabel yang diteliti pada penelitian ini diberi skor penilaian sesuai skala yang digunakan untuk masing-masing variabel. Sebagian besar pengkategorian data didasarkan pada nilai rata-rata dan nilai median. Perhitungan data yang memiliki distribusi normal menggunakan nilai rata-rata dan standar deviasi, sedangkan data yang memiliki distribusi tidak normal menggunakan nilai median dan inter quartil range (IQR) (Hastono 2008). Pengolahan data dengan analisis statistik inferensia juga dilakukan pada penelitian ini. Analisis statistik inferensia meliputi uji normalitas, uji korelasi, dan uji validitas. Uji normalitas dilakukan untuk melihat sebaran data tergolong normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Data yang normal pada penelitian ini adalah tingkat kepatuhan membaca label pangan, sementara variabel lain memiliki sebaran data yang tidak normal. Hubungan

28 10 antara usia, uang saku, besar keluarga, pendidikan orang tua, dan pendapatan orang tua dilakukan menggunakan uji Spearman. Selain itu, uji korelasi Spearman juga dilakukan untuk melihat hubungan antara sumber memperoleh informasi dengan pengetahuan, persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan. Uji korelasi Spearman juga digunakan untuk melihat hubungan antara pengetahuan, persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan dengan jenjang semester. Hubungan antara jenis kelamin dengan pengetahuan, persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan dilakukan dengan uji Chi Square. Hubungan antara variabel pengetahuan, persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan menggunakan uji korelasi Spearman. Pertanyaan pada kuesioner sebagian besar merupakan pertanyaan tertutup. Uji validitas dan realibilitas kuesioner dilakukan sebelum pengambilan data. Sebanyak 35 orang responden dipilih untuk mengisi kuesioner. Pertanyaan yang diuji validitas dan reliabilitasnya meliputi pengetahuan mengenai susu, pengetahuan mengenai label pangan, persepsi mengenai label pangan, sikap terhadap klaim produk susu, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan. Ada beberapa pertanyaan yang tidak valid sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dihapus agar pertanyaan yang diajukan menjadi valid. Setiap bagian pertanyaan juga dilakukan uji realibilitas untuk mengetahui kekonsistenan pertanyaan. Karakteristik Individu dan Keluarga Karakteristik individu didasarkan pada usia, jenis kelamin, dan besar uang saku, serta jenjang semester contoh. Karakteristik keluarga didasarkan pada jumlah keluarga, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, dan pendapatan orang tua. Berikut ini merupakan tabel rujukan mengenai kategori penilaian variabel karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Tabel 2 Kategori penilaian variabel karakteristik individu No. Karakteristik contoh Kategori Acuan 1 Usia <18 tahun tahun >21 tahun Nilai kuartil data 2 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 3 Uang saku <Rp Rp Rp >Rp Tingkat (semester) Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 1 Jumlah keluarga 4 orang (kecil) 5-7 orang (sedang) 8 orang (besar) 2 Pendapatan orang tua 3 Pendidikan orang tua < Rp Rp Rp >Rp Tidak sekolah, Tidak tamat SD, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, Diploma/sederajat, S1/S2/S3 4 Pekerjaan orang tua Tidak bekerja, PNS/Polri/ABRI, BUMN, Pegawai swasta, Petani, Buruh, Pedagang, Wirausaha, Yang lain Nilai kuartil data BKKBN (1998) Nilai kuartil data

29 11 Sumber Memperoleh Informasi Mengenai Label Pangan Sumber memperoleh informasi mengenai label pangan terdiri dari media, buku, teman, dan lainnya. Setiap sumber informasi diberikan nilai 1 sehingga total maksimum nilai contoh dalam sumber memperoleh informasi mengenai label pangan yaitu 4. Nilai minimum adalah 0. Pengetahuan Mengenai Susu Variabel pengetahuan mengenai susu dinilai berdasarkan kemampuan contoh menjawab pertanyaan yang diajukan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan susu. Penelitian dilakukan dengan memberikan nilai 0 pada jawaban salah dan nilai 1 pada jawaban benar. Setelah itu, skor total dari setiap variabel diindeks menjadi skala Bobot nilai yang sudah dijumlahkan kemudian dikategorikan menjadi tiga menurut nilai median dan kuartil. Kategori pengetahuan susu dibedakan menjadi tiga, yaitu baik (>80), cukup (60-80), dan kurang (<60). Pengetahuan Mengenai Label Pangan Variabel pengetahuan mengenai label pangan dinilai berdasarkan kemampuan contoh menjawab pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan yang diajukan adalah hal-hal yang berkaitan dengan label pangan. Penilaian dilakukan dengan memberikan nilai 0 pada jawaban salah dan nilai 1 pada jawaban benar. Setelah itu, skor total dari setiap variabel diindeks menjadi skala Bobot nilai yang sudah dijumlahkan kemudian dikategorikan menjadi tiga menurut nilai median dan kuartil. Kategori pengetahuan label dibedakan menjadi tiga, yaitu baik (>73), cukup (53-73), dan kurang (<53). Persepsi Mengenai Label Pangan Variabel persepsi mengenai label pangan diukur melalui pernyataanpernyataan dengan hasil data ordinal. Penelitian dilakukan menggunakan skala Likert dengan empat pilihan jawaban yaitu, sangat tidak setuju yang diberi skor penilaian satu, tidak setuju yang diberi skor dua, setuju dengan skor penilaian tiga, atau sangat setuju yang diberi skor penilaian empat. Skor dari setiap pernyataan selanjutnya dikompositkan berdasarkan masing-masing variabel. Setelah itu, skor total dari setiap variabel diindeks menjadi skala Bobot nilai yang sudah dijumlahkan kemudian dikategorikan menjadi tiga menurut nilai median dan kuartil. Kategori persepsi mengenai label pangan dibedakan menjadi tiga, yaitu baik (>93), cukup ( ), dan kurang (<82.75). Sikap Terhadap Klaim Produk Susu Variabel sikap terhadap klaim produk susu diukur melalui pernyataanpernyataan dengan hasil data ordinal. Penelitian dilakukan menggunakan skala Likert dengan empat pilihan jawaban yaitu, sangat tidak setuju yang diberi skor penilaian satu, tidak setuju yang diberi skor dua, setuju dengan skor penilaian tiga, atau sangat setuju yang diberi skor penilaian empat. Setelah itu, skor total dari setiap variabel diindeks menjadi skala Bobot nilai yang sudah dijumlahkan kemudian dikategorikan menjadi tiga menurut nilai median dan kuartil. Kategori sikap terhadap klaim produk susu dibedakan menjadi tiga, yaitu baik (>80.75), cukup ( ), dan kurang (<69.50).

30 12 Tingkat Kepatuhan Membaca Label Pangan Variabel kepatuhan membaca label pangan dilakukan untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan contoh dalam membaca label pangan. Empat pilihan jawaban yang disediakan yaitu, selalu, sering, jarang, dan tidak pernah. Pilihan jawaban selalu diberikan nilai 4, sering diberikan nilai 3, jarang diberikan nilai 2, dan tidak pernah diberikan nilai 1. Setelah itu, skor total dari setiap variabel diindeks menjadi skala Bobot nilai yang sudah dijumlahkan kemudian dikategorikan menjadi tiga menurut nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi. Kategori tingkat kepatuhan membaca label pangan dibedakan menjadi tiga, yaitu baik (>80.49), cukup ( ), dan kurang (<62.14). Definisi Operasional Contoh mahasiswa gizi Institut Pertanian Bogor mulai dari semester dua, empat, enam, dan delapan pada tahun Label pangan keterangan yang memuat sejumlah informasi dari suatu produk yang dikonsumsi oleh contoh yang dapat berbentuk gambar, tulisan, maupun keduanya. Karakteristik individu ciri khas contoh yang mungkin berpengaruh terhadap pengetahuan label pangan, persepsi, kepatuhan membaca label pangan, dan sikap terhadap klaim produk susu meliputi jenis kelamin, usia, dan uang saku. Karakteristik keluarga faktor-faktor pada keluarga yang mungkin berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai label pangan, persepsi mengenai label pangan, sikap terhadap klaim produk susu, dan kepatuhan membaca label pangan meliputi jumlah keluarga, pendapatan orang tua, dan pendidikan orang tua. Pengetahuan mengenai label pangan semua informasi yang dimiliki contoh mengenai label pangan yang dinilai berdasarkan skala salah (0) dan benar (1) dan dikategorikan menjadi baik, cukup, kurang. Pertanyaan yang diajukan meliputi pengertian label pangan, ketetapan peraturan undang-undang terkait label pangan, keterangan yang wajib dicantumkan pada label kemasan, keterangan mengenai informasi nilai gizi, syarat pencantuman klaim pada kemasan pangan. Pengetahuan mengenai susu semua informasi yang dimiliki contoh mengenai susu yang dinilai berdasarkan skala salah (0) dan benar (1) dan dikategorikan menjadi baik, cukup, kurang. Pertanyaan yang diajukan meliputi kandungan zat gizi pada susu, jenis protein pada susu, jenis karbohidrat pada susu, manfaat susu, jenis-jenis susu menurut teknik pembuatannya, dan contoh pangan turunan susu. Peringkat membaca label pangan kebiasaan contoh dalam memprioritaskan membaca keterangan pada label pangan yang pertama kali diperhatikan saat membaca keterangan label. Persepsi mahasiswa terhadap label pangan dan klaim produk penilaian atau sudut pandang contoh mengenai label produk pangan. Kuesioner persepsi mengenai label pangan dinyatakan dengan skala Likert (1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=setuju, dan 4=sangat setuju). Pertanyaan yang diajukan meliputi pentingnya memiliki pengetahuan mengenai label pangan, pentingnya membaca keterangan minimum yang wajib dicantumkan pada kemasan pangan dan keterangan lain yang tercantum pada label pangan, kejujuran produsen dalam pencantuman label.

31 13 Sikap mahasiswa terhadap klaim produk susu kecenderungan contoh dalam bersikap terhadap klaim produk susu. Kuesioner sikap terhadap klaim produk susu dinyatakan dengan skala Likert (1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=setuju, dan 4=sangat setuju). Pertanyaan yang diajukan meliputi pemahaman jenis klaim yang tertera pada produk susu, keinginan untuk membandingkan klaim antar produk, kepedulian terhadap kebenaran klaim yang tertera pada produk susu, dan kesadaran dalam memperhatikan pernyataan klaim pada TV. Sumber memperoleh informasi mengenai label pangan semua informasi yang diperoleh contoh melalui sumber, yaitu media, buku, teman, dan lainnya. Nilai maksimum adalah 4 dan nilai minimum adalah 0. Tingkat kepatuhan mahasiswa membaca label pangan kebiasaan contoh dalam membaca label produk pangan pada kemasan. Kuesioner perilaku membaca label pangan terdiri dari empat pilihan jawaban (1=tidak pernah, 2=jarang, 3=sering, dan 4=selalu). Pertanyaan yang diajukan meliputi kepatuhan membaca keterangan minimum yang wajib dicantumkan dalam kemasan pangan, membaca keterangan informasi nilai gizi, kecenderungan untuk tidak membeli kemasan pangan yang tidak mencantumkan keterangan minimum yang wajib. Uang saku sejumlah uang yang diterima contoh dalam satu bulan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Karakteristik Contoh Jenis Kelamin Contoh pada penelitian ini meliputi mahasiswa perempuan dan laki-laki dan dibagi berdasarkan jenjang semester. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dirujuk pada Tabel 3. Berikut ini merupakan tabel rujukan hasil perhitungan sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin. Jenis kelamin Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total n % n % n % n % n % Laki-laki Perempuan Total Sebagian besar contoh (84.44%) berjenis kelamin perempuan, sedangkan sisanya (15.56%) berjenis kelamin laki-laki. Tabel 3 menunjukkan bahwa persentase sebaran contoh terbanyak berada pada jenjang semester 8, sedangkan contoh terkecil adalah semester 2. Pembagian ini diperoleh berdasarkan perhitungan jumlah contoh secara multistage sampling berdasarkan lapis jenis kelamin. Penentuan jumlah contoh ini dilakukan secara proporsional.

32 14 Usia Usia contoh dikategorikan berdasarkan nilai kuartil dan diperoleh tiga kategori, yaitu <19 tahun, tahun, dan >21 tahun. Sebaran contoh berdasarkan usia dirujuk pada Tabel 4. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. Usia Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan usia Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total n % n % n % n % n % <19 tahun tahun >21 tahun Total Min-Maks Rata-rata±SD 18.44± ± ± ± ±1.19 Sebagian besar contoh (81.1%) berusia diantara tahun dengan ratarata usia seluruh contoh tahun. Perbedaan usia antar contoh tidak terpaut jauh. Contoh yang berada pada jenjang semester 2 memiliki persentase usia <19 tahun yang lebih besar dibandingkan dengan semester yang lain. Contoh yang berada pada jenjang semester 8 memiliki persentase usia >21 tahun yang lebih besar dibandingkan contoh pada jenjang semester lainnya. Uang Saku Uang saku contoh dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu <Rp , Rp Rp , dan > Rp Pengkategorian ini didasarkan pada nilai kuartil data. Sebaran contoh berdasarkan uang saku dirujuk pada Tabel 5. Berikut ini merupakan tabel deskripsi uang saku contoh. Uang saku Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan uang saku Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total n % n % n % n % n % < Rp Rp Rp > Rp Total Min-Maks Rp Rp Rata-rata±SD Rp ±Rp Sebagian besar contoh (72.22%) memiliki uang saku yang berada pada kategori Rp Rp Contoh dengan uang saku terbesar, yaitu lebih dari Rp paling banyak ditemukan pada semester 4. Uang saku terkecil (kurang dari Rp ) juga paling banyak ditemukan pada semester 4. Rata-rata uang saku contoh adalah Rp dengan standar deviasi adalah Rp

33 15 Gambaran Karakteristik Keluarga Contoh Besar Keluiarga BKKBN (1998) mengkategorikan besar keluarga menjadi tiga kategori, yaitu keluarga kecil ( 4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar ( 8 orang). Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dirujuk pada Tabel 6. Berikut ini merupakan hasil perhitungan besar keluarga. Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Besar Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total keluarga n % n % n % n % n % Kecil Sedang Besar Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar (58.89%) keluarga contoh berada pada kategori keluarga sedang. Hanya sebesar 2.22% keluarga contoh yang berada pada kategori besar, dan sisanya termasuk kategori kecil. Besar keluarga dengan kategori keluarga kecil paling banyak ditemukan di semester 2, sedangkan kategori keluarga sedang paling banyak ditemukan pada semester 8. Pendidikan Orang Tua Pendidikan orang tua didasarkan pada jenjang sekolah, yaitu tidak sekolah, tidak tamat SD, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, Diploma, dan S1/S2/S3. Berikut ini merupakan sebaran pendidikan orang tua conrtoh. Kategori Ayah Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orang tua Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total n % n % n % n % n % Tidak sekolah Tidak tamat SD SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Diploma S1/S2/S Total Ibu Tidak sekolah Tidak tamat SD SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Diploma S1/S2/S Total

34 16 Tabel 7 menunjukkan bahwa hampir sebagian besar (43.33%) ayah contoh berpendidikan Sarjana, diikuti dengan pendidikan SMA/sederajat sebesar 35.56%, sedangkan persentase terkecil yaitu tidak bersekolah sebesar 1.11%. Pendidikan ibu paling besar berada pada tingkat SMA/sederajat, yaitu 35.56%, lalu diikuti dengan pendidikan Sarjana sebesar 28.89%. Pendapatan Orang Tua Pendapatan orang tua dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kurang dari Rp , Rp Rp , dan lebih dari Rp Pengkategorian ini didasarkan pada nilai kuartil dari sebaran data. Berikut ini merupakan hasil sebaran pendapatan orang tua contoh. Pendapatan orang tua Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orang tua Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total n % n % n % n % n % < Rp Rp Rp > Rp Total Min-Maks Rp Rp Rata-rata±SD Rp ±Rp Tabel 8 menunjukkan bahwa lebih dari setengah orang tua contoh (57.78%) memiliki pendapatan Rp Rp , lalu sebanyak 23.33% memiliki pendapatan lebih besar dari Rp , sedangkan sisanya memiliki pendapatan kurang dari Rp Orang tua contoh dengan pendapatan lebih besar dari Rp paling banyak ditemukan pada semester 8. Pendapatan kurang dari Rp paling banyak ditemukan di semester 8. Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan orang tua contoh dibagi menjadi tidak bekerja, PNS/Polri/ABRI, BUMN, pegawai swasta, petani, buruh, pedagang, wirausaha, dan yang lain. Tabel 9 berikut ini merupakan rujukan sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua. Kategori Ayah Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total n % n % n % n % n % Tidak bekerja PNS/Polri/ABRI BUMN Pegawai swasta Petani Buruh Pedagang Wirausaha Yang lain Total

35 17 Kategori Ibu Tabel 9 Sebaran pekerjaan orang tua contoh (lanjutan) Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total n % n % n % n % n % Tidak bekerja PNS/Polri/ABRI BUMN Pegawai swasta Petani Buruh Pedagang Wirausaha Yang lain Total Hampir sebagian besar (31.11%) ayah contoh bekerja sebagai PNS/Polri/ABRI, diikuti oleh pegawai swasta (18.89%), dan persentase terendah yaitu tidak bekerja (1.11%). Lebih dari setengah (66.67%) ibu contoh tidak bekerja, diikuti persentase kedua terbesar yaitu PNS/Polri/ABRI (16.67%), dan persentase terendah yaitu BUMN (0.00%). Sumber Memperoleh Informasi Mengenai Label Pangan Informasi merupakan segala sesuatu baik berupa data, fakta, maupun pesan yang diterima sehingga menjadi makna bagi seseorang. Informasi yang diperoleh akan membentuk pengetahuan. Sebaran contoh berdasarkan sumber memperoleh informasi mengenai label pangan dirujuk pada Tabel 10. Berikut ini merupakan beberapa jenis sumber informasi mengenai label yang diperoleh contoh. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan sumber memperoleh informasi mengenai label pangan Sumber informasi Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total n % n % n % n % n % Media Buku Teman Lainnya Tabel 10 menunjukkan persentase terbesar dalam mendapatkan sumber informasi mengenai label pangan (36.67%) yaitu media. Penelitian ini belum membedakan secara spesifik jenis media yang digunakan contoh dalam mendapatkan informasi mengenai label pangan. Persentase terkecil (2.22%) mengenai sumber memperoleh informasi mengenai label yang diperoleh contoh yaitu lainnya, berupa informasi dari orang tua dan kakak. Sumber informasi media paling banyak ditemukan pada semester 8, sedangkan buku paling banyak pada

36 18 semester 4. Seluruh contoh telah mendapatkan materi kuliah mengenai label pangan sehingga seluruh contoh telah mengetahui label pangan. Penelitian yang dilakukan oleh Widuri (2014) menunjukkan bahwa sebanyak 34.7% contoh memperoleh informasi mengenai label pangan melalui media internet. Sebagian yang lain (16%) mendapatkan informasi dari media cetak, sebanyak 28.5% mendapatkan informasi dari media elektronik, sedangkan sisanya berasal dari kerabat, keluarga, penyuluhan. Hasil dari penelitian ini dan penelitian Widuri tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar contoh memperoleh informasi mengenai label pangan yang berasal dari media. Pengetahuan Mengenai Susu Pengetahuan merupakan segala informasi yang dimiliki seseorang terhadap suatu hal. Pertanyaan yang diajukan meliputi pertanyaan kandungan zat gizi pada susu, manfaat susu, jenis-jenis susu menurut teknik pembuatannya, dan contoh pangan turunan susu. Hampir seluruh contoh dapat menjawab dengan benar mengenai kandungan zat gizi yang terdapat pada susu. Selain itu, sebagian besar contoh juga dapat menjawab dengan benar mengenai pangan turunan susu. Namun, banyak contoh yang masih salah menjawab pertanyaan mengenai manfaat dan jenis susu menurut teknik pembuatannya. Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan mengenai susu dirujuk pada Tabel 11. Berikut ini merupakan sebaran pengetahuan mengenai susu contoh. Kategori Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan mengenai susu Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total n % n % n % n % n % Baik Cukup Kurang Total Min-Maks Rata-rata±SD 55± ± ± ± ±15.54 Uji Spearman (p) 0.006* *Nyata pada 0.05 Tabel 11 menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah contoh (68.89%) memiliki pengetahuan susu pada kategori cukup dan hanya 13.33% yang berada pada kategori baik, sedangkan sisanya berada pada kategori kurang. Rata-rata pengetahuan mengenai susu semester 4 lebih tinggi dibandingkan semester lainnya. Namun, semester 8 memiliki persentase kategori baik paling besar dibandingkan semester lainnya. Hal ini mungkin terjadi karena semester 8 telah memperoleh pengetahuan gizi yang lebih banyak di kuliah dibandingkan semester lainnya sehingga informasi yang diperoleh lebih banyak dibandingkan semester lainnya. Informasi memiliki peran penting dalam meningkatkan pengetahuan (Contento 2011). Uji Spearman yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan mengenai susu dengan jenjang semester menunjukkan bahwa terdapat hubungan (p<0.05) antara jenjang semester dengan pengetahuan

37 19 mengenai susu. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi jenjang semester, maka pengetahuan mengenai susu semakin tinggi. Program studi Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor memiliki sistem kurikulum dengan mata kuliah Ilmu Bahan Makanan. Mata kuliah Ilmu Bahan Makanan diberikan pada semester 3. Salah satu materi yang diajarkan adalah mengenai susu. Tabel 11 memperlihatkan bahwa contoh yang berada pada semester 4 memiliki rata-rata yang paling tinggi dibandingkan dengan semester lainnya. Contoh yang berada pada semester 4 baru saja mendapatkan materi mengenai susu pada mata kuliah Ilmu Bahan Makanan dibandingkan semester 6 dan 8, sedangkan contoh pada semester 2 belum mendapatkan mata kuliah Ilmu Bahan Makanan. Adanya kemungkinkan contoh yang berada pada semester 4 masih mengingat dengan jelas materi mengenai susu yang diberikan pada saat kuliah dapat menjadi penyebab rata-rata pengetahuan mengenai susu contoh semester 4 paling tinggi dibandingkan dengan contoh pada semester 2, 6, dan 8. Pengetahuan Mengenai Label Pangan Pertanyaan yang terdapat pada kuesioner antara lain berupa pengertian label pangan, ketetapan peraturan undang-undang mengenai label pangan, keterangan yang wajib dicantumkan pada label kemasan, keterangan mengenai informasi nilai gizi, syarat pencantuman klaim pada kemasan pangan, dan sebagainya. Hampir seluruh contoh mampu menjawab pengertian label pangan dan ketetapan peraturan undang-undang mengenai label pangan dengan benar. Sebagian besar contoh menjawab dengan benar mengenai keterangan yang wajib dicantumkan pada label kemasan pangan. Sementara itu, pertanyaan mengenai keterangan pada informasi nilai gizi dan syarat pencantuman klaim pada kemasan pangan memiliki proporsi yang hampir sama antara jawaban yang benar dan salah pada contoh. Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan mengenai label pangan dirujuk pada Tabel 12. Berikut ini merupakan sebaran pengetahuan mengenai label pangan contoh. Kategori Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan mengenai label pangan Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total n % n % n % n % n % Baik Cukup Kurang Total Min-Maks Rata-rata±SD 57.92± ± ± ± ±12.78 Uji Spearman (p) 0.003* *Nyata pada 0.05 Persentase terbesar (48.89%) contoh memiliki pengetahuan mengenai label pangan pada kategori cukup dan sebanyak 28.89% berada pada kategori baik, sedangkan sisanya berada pada kategori kurang. Rata-rata pengetahuan mengenai label pangan contoh pada semester 6 lebih tinggi dibandingkan

38 20 semester lainnya, sedangkan rata-rata terendah berada pada contoh semester 4. Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat hubungan (p<0.05) antara jenjang semester dengan pengetahuan mengenai label pangan. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang lebih luas (Sumarwan 2002). Tabel 12 menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi terhadap pengetahuan mengenai label pangan berada pada semester 6. Pembelajaran mengenai label pangan pada program studi Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor pertama kali didapatkan pada saat semester 2 pada mata kuliah Ilmu Gizi Dasar. Pemahaman mengenai materi kuliah label pangan diberikan kembali saat mahasiswa berada di semester 5 pada mata kuliah Evaluasi Nilai Gizi. Contoh yang berada pada semester 6 dan 8 telah mendapatkan materi kuliah mengenai label pangan sebanyak dua kali. Contoh yang baru saja mendapatkan materi mengenai label pangan adalah semester 6 dan semester 2. Pembahasan tentang pengetahuan mengenai susu pada subbab sebelumnya juga memperoleh hasil bahwa contoh yang baru saja mendapatkan materi mengenai susu juga memiliki rata-rata tertinggi. Hal ini dapat disebabkan karena contoh masih mengingat dengan jelas materi kuliah yang diberikan. Sistem memori manusia memiliki 3 tahapan, yaitu memori sensorik (sensory information storage), memori jangka pendek (short term memory), dan memori jangka panjang (long term memory) (Norman 2013). Informasi yang diperoleh seseorang akan dikirim ke otak yang selanjutnya akan membuka pemikiran untuk kembali mengingat informasi yang diterima. Adanya perbedaan dalam menafsirkan informasi yang diterima dapat dikaitkan dengan jangka waktu objek tersebut diterima oleh otak. Hal ini dapat menjadi alasan bahwa contoh pada semester 4 memiliki rata-rata tertinggi untuk pengetahuan mengenai susu dan semester 6 untuk pengetahuan mengenai label pangan. Persepsi Mengenai Label Pangan Persepsi mengenai label pangan dibuat dalam pernyataan positif. Pernyataan yang diajukan meliputi pentingnya memiliki pengetahuan mengenai label pangan, pentingnya membaca keterangan minimum yang wajib dicantumkan pada kemasan pangan dan keterangan lain yang tercantum pada label pangan, kejujuran produsen dalam mencantumkan keterangan label pada kemasan, dan sebagainya. Sebaran contoh berdasarkan persepsi mengenai label pangan dirujuk pada Tabel 13. Kategori Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan persepsi mengenai label pangan Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total n % n % n % n % n % Baik Cukup Kurang Total Min-Maks Rata-rata±SD 88± ± ± ± ±6.97 Uji Spearman (p) 0.771

39 21 Sebagian besar contoh (50.00%) memiliki persepsi yang cukup mengenai label pangan. Sebanyak 25.56% contoh berada pada kategori baik, dan sisanya kurang. Semester yang memiliki rata-rata tertinggi berada pada semester 2, sedangkan rata-rata terendah berada pada semester 6. Uji hubungan yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan (p>0.05) antara jenjang semester dengan persepsi mengenai label pangan. Hal ini menunjukkan bahwa contoh dengan semester yang lebih tinggi belum tentu memiliki persepsi mengenai label pangan yang tinggi (baik) pula, begitupun sebaliknya. Persepsi merupakan suatu proses dalam menafsirkan hal-hal yang berkenaan dengan stimuli yang diterima seseorang. Stimuli tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam alat indera manusia. Setiap orang cenderung memiliki persepsi yang berbeda yang akan mempengaruhi tindakan manusia secara nyata (Sugihartono et al. 2007). Persepsi mengenai label pangan pada penelitian ini dianalisis untuk mengetahui sejauh mana contoh dapat menerima keberadaan keterangan label pangan sebagai suatu hal yang penting diperhatikan sebelum membeli kemasn pangan. Contoh dengan persepsi yang baik mengenai label pangan cenderung merasa bahwa membaca keterangan-keterangan yang ada pada label sebagai suatu hal yang penting. Persepsi yang baik tersebut dapat dilanjutkan melalui sikap yang baik pula sehingga akan berdampak pada implementasi berupa kebiasaan contoh dalam membaca keterangan label pangan. Hasil yang diperoleh pada Tabel 13 menggambarkan bahwa hanya sebesar 25.56% contoh yang dapat menafsirkan hal-hal yang berkenaan dengan label pangan. Sikap Terhadap Klaim Produk Susu Sikap terhadap klaim produk susu contoh dinilai melalui skala likert. Sikap terhadap klaim produk susu dibuat dalam pernyataan positif. Pernyataan yang diajukan meliputi pemahaman jenis klaim yang tertera pada produk susu, keinginan untuk membandingkan klaim antar produk, kepedulian terhadap kebenaran klaim yang tertera pada produk susu, dan kesadaran dalam memperhatikan pernyataan klaim pada TV. Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap klaim produk susu dirujuk pada Tabel 14. Berikut ini merupakan sebaran hasil sikap contoh terhadap klaim produk susu. Kategori Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap klaim produk susu Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total n % n % n % n % n % Baik Cukup Kurang Total Min-Maks Rata-rata±SD 80.00± ± ± ± Uji Spearman (p) Lebih dari setengah (51.11%) contoh memiliki sikap dengan kategori cukup, sementara kategori baik dan kurang memiliki persentase yang sama, yaitu

40 %. Rata-rata tertinggi berada pada semester 2, sedangkan terendah pada semester 6. Uji Spearman yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan nyata (p>0.05) antara jenjang semester dengan sikap terhadap klaim produk susu. Penelitian yang dilakukan oleh Mahdavi (2012) menyatakan bahwa sebanyak 48.4% mahasiswa gizi mengaku tidak percaya terhadap kebenaran klaim pada suatu produk. Hanya 16.1% yang percaya terhadap kebenaran klaim pada produk, sedangkan sisanya ragu-ragu dan tidak tahu. Sikap merupakan suatu gambaran perasaan dari seseorang. Gambaran perasaan tersebut dapat berupa reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Soekidjo 2003). Sikap akan membentuk suatu kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap dapat dibentuk melalui persepsi, pengetahuan, dan sebagainya. Sikap terhadap klaim produk susu pada contoh diukur melalui pertanyaan mengenai gambaran perasaan contoh terhadap klaim produk susu. Contoh yang memiliki sikap yang baik terhadap klaim produk susu cenderung memiliki kesiapan untuk bertindak apabila keterangan klaim tidak sesuai dengan peraturan yang ditetapkan, seperti adanya keharusan untuk memastikan kebenaran klaim. Selain itu, contoh dengan sikap yang baik juga cenderung untuk peduli terhadap kebenaran klaim yang tertera di iklan, seperti TV maupun media cetak. Adanya pertimbangan untuk membeli produk susu dengan klaim yang terkesan menyesatkan juga menjadi suatu sikap yang baik bagi contoh. Sikap ini selanjutnya akan membawa contoh pada suatu kebiasaan dalam memperhatikan keterangan pada label pangan, termasuk klaim yang tertera pada produk kemasan pangan. Tingkat Kepatuhan Membaca Label Pangan Tingkat kepatuhan membaca label pangan merupakan kebiasaan contoh dalam membaca keterangan label pangan. Tingkat kepatuhan membaca label pangan dibuat dalam pernyataan positif. Pernyataan yang diajukan meliputi kepatuhan membaca keterangan minimum yang wajib dicantumkan dalam kemasan pangan, membaca keterangan informasi nilai gizi, kecenderungan untuk tidak membeli kemasan pangan yang tidak mencantumkan keterangan minimum yang wajib, dan sebagainya. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kepatuhan membaca label pangan dirujuk pada Tabel 15. Berikut ini merupakan tingkat kepatuhan membaca keterangan label kemasan pangan. Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kepatuhan membaca label pangan Kategori Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total n % n % n % n % n % Baik Cukup Kurang Total Min-Maks Rata-rata±SD 72± ± ± ± ±9.17 uji Spearman (p) 0.692

41 23 Tabel 15 menunjukkan bahwa lebih dari setengah contoh (72.22%) berada pada kategori cukup, sedangkan kategori baik dan kurang hampir sama, yaitu 13.33% dan 14.44%. Contoh dengan kategori baik paling banyak ditemukan pada semester 2. Tabel 15 menunjukkan tidak terdapat hubungan nyata (p>0.05) antara jenjang semester dengan tingkat kepatuhan membaca label pangan. Rata-rata tingkat kepatuhan membaca label pangan tertinggi berada pada semester 8, sedangkan rata-rata terendah berada pada semester 6. Hasil penelitian ini memiliki perbedaan hasil dibandingkan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Mahdavi et al. (2012) menunjukkan bahwa sebanyak 35.5% mahasiswa gizi sering membaca keterangan label. Sebanyak 30.6% contoh memilih kadang-kadang, 16.1% jarang, dan 6.5% tidak pernah. Penelitian Zahara dan Triyanti (2009) menunjukkan bahwa sebanyak 38.6% patuh dalam membaca informasi nilai gizi, sedangkan 61.4% berada pada kategori tidak patuh. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak mahasiswa yang belum patuh dalam membaca label pangan, khususnya informasi nilai gizi. Mahasiswa belum membiasakan diri untuk membaca keterangan label yang tercantum sebelum membeli produk kemasan pangan. Kebiasan seseorang dalam melakukan sesuatu merupakan cerminan perilaku yang dapat terbentuk melalui fakor-faktor seperti pengetahuan, persepsi, maupun sikap. Tingkat kepatuhan membaca label pangan merupakan suatu indikator untuk mengetahui kebiasaan contoh dalam membaca keterangan pada label kemasan pangan. Tingkat kepatuhan membaca label pangan yang baik dapat dilihat melalui kebiasaan contoh membaca keterangan-keterangan minimum yang harus tercantum pada kemasan pangan, meliputi nama produk, alamat produsen, berat bersih, keterangan tanggal kadaluarsa, dan komposisi bahan pangan yang digunakan pada produk kemasan. Selain itu, tingkat kepatuhan yang baik juga dapat dilihat melalui kebiasaan contoh dalam membaca keterangan informasi nilai gizi, tidak mengonsumsi pangan yang sudah kadaluarsa, dan kecenderungan untuk tidak membeli produk yang tidak memiliki keterangan label secara benar dan jelas. Konsumen yang baik sudah sepatutnya membaca terlebih dahulu seluruh keterangan yang ada pada label kemasan pada setiap jenis produk yang akan dibeli, kecuali apabila produk tersebut sudah sering dikonsumsi. Namun, konsumen juga sebaiknya tetap memperhatikan keterangan label yang ada meskipun produk tersebut sudah tidak asing, terutama keterangan yang dapat selalu berubah seperti tanggal kadaluarsa. Peringkat Prioritas Membaca Keterangan Label Pangan Pertanyaan mengenai pemilihan prioritas membaca keterangan label pangan dilakukan untuk mengetahui keterangan label yang pertama kali dibaca atau diprioritaskan oleh contoh. Ada banyak keterangan label yang dapat ditemukan di produk kemasan pangan. Keterangan yang ditanyakan meliputi keterangan minimum yang wajib dicantumkan, yaitu nama produk, alamat produk, komposisi bahan pangan, berat bersih, dan tanggal kadaluarsa. Selain itu, keterangan lain mengenai informasi nilai gizi, keterangan halal, cara penyimpanan, kode produksi, dan informasi alergen juga ditanyakan pada

42 24 kuesioner. Sebaran contoh berdasarkan peringkat prioritas membaca keterangan label pangan dirujuk pada Tabel 16. Berikut ini merupakan peringkat prioritas contoh dalam membaca keterangan label pangan. Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan peringkat prioritas membaca keterangan label pangan Keterangan label Persentase (%) Uji Spearman (terhadap uang saku) Nama produk Alamat produk Komposisi bahan pangan Berat bersih Tanggal kadaluarsa Informasi nilai gizi Keterangan halal * Cara penyimpanan Kode produksi Informasi alergen *Nyata pada 0.05 Tabel 16 menunjukkan sebanyak 46.67% contoh memilih keterangan nama produk di urutan pertama, yang berarti bahwa hampir dari setengah jumlah contoh memilih untuk membaca keterangan nama produk terlebih dahulu. Tanggal kadaluarsa berada di peringkat kedua. Sementara itu, informasi alamat produk, informasi nilai gizi, kode produksi, dan informasi alergen memiliki persentase 0.00% yang berarti bahwa tidak satupun contoh memprioritaskan keterangan tersebut dalam membaca keterangan label pada kemasan. Penelitian yang dilakukan oleh Mediani (2014) pada mahasiswa juga menunjukkan hasil yang sama. Sebagian besar contoh memilih nama produk di urutan pertama, sedangkan alamat produk berada di urutan terakhir. Penelitian yang dilakukan oleh Mahdavi et al (2012) pada mahasiswa di Iran menunjukkan hasil berbeda. Lebih dari setengah contoh (84%) memilih tanggal kadaluarsa. Nama produk berada di urutan ketiga dalam prioritas membaca keterangan label. Keterangan minimum yang wajib dicantumkan pada produk pangan menurut peraturan pemerintah PP No. 69 tahun 1999 meliputi nama produk, alamat produk, komposisi bahan pangan, berat bersih, dan tanggal kadaluarsa. Tabel 16 menunjukkan bahwa keterangan minimum yang wajib dicantumkan oleh produsen hampir seluruhnya memiliki persentase terbesar pada peringkat lima besar dalam hal prioritas membaca keterangan label, kecuali alamat produk yang berada pada peringkat terakhir. Hal ini dapat disebabkan oleh pandangan contoh yang menganggap bahwa membaca alamat produsen dinilai kurang penting. Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara prioritas contoh dalam membaca keterangan pada label pangan dengan uang saku. Tabel 16 menunjukkan bahwa hanya keterangan halal yang memiliki nilai p<0.05 dengan koefisien korelasi negatif. Hal ini berarti bahwa semakin rendah uang saku, maka prioritas membaca keterangan halal semakin tinggi.

43 25 Produk Susu yang Dikonsumsi Contoh Sebanyak sepuluh merek produk susu dikonsumsi oleh contoh. Ada banyak alasan contoh mengonsumsi merek tersebut, yaitu murah, enak, memiliki kandungan zat gizi lengkap, atau lainnya. Sebaran contoh berdasarkan produk susu yang dikonsumsi dirujuk pada Tabel 17. Berikut ini merupakan sebaran merek produk susu yang dikonsumsi contoh. Merek produk susu Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan produk susu yang dikonsumsi Semester Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total n % n % n % n % n % A B C D E F G H I J Total Tabel 17 merupakan merek produk susu yang dikonsumsi oleh contoh dan telah diurutkan berdasrakan persentase konsumsi tertinggi. Lebih dari sebagian besar contoh (64.44%) mengonsumsi produk A. Produk A paling banyak dikonsumsi oleh contoh, baik pada contoh semester 2, semester 4, semester 6, dan semester 8. Persentase produk A paling tinggi ditemukan pada semester 6, yaitu sebesar 75%. Produk yang paling sedikit dikonsumsi oleh contoh adalah I dan J dengan persentase yang sama. yaitu 1.11%. Produk I hanya dikonsumsi oleh contoh pada semester 4, sedangkan produk J dikonsumsi oleh contoh pada semester 2. Pertanyaan mengenai alasan contoh memilih produk tersebut juga ditanyakan pada penelitian ini. Tabel 18 di bawah ini menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (54.44%) mempertimbangkan rasa dalam mengonsumsi produk susu. Sebanyak 23.33% contoh mengonsumsi produk susu karena kandungan zat gizi yang ada pada produk, 17.78% alasan contoh karena harga, dan sisanya adalah alasan lainnya berupa diet. Tabel 18 juga menunjukkan bahwa alasan contoh mengonsumsi produk A yang merupakan produk paling banyak dikonsumsi karena rasa yang enak. Rasa merupakan alasan utama sebagian besar contoh mengonsumsi produk susu yang mereka pilih. Produk F dan G dikonsumsi contoh dengan alasan lainnya, yaitu sedang menjalani diet. Kedua produk tersebut mencantumkan klaim rendah lemak. Adanya klaim rendah lemak pada kedua produk tersebut menjadi alasan contoh yang sedang menjalani diet memilih produk yang mencantumkan klaim rendah lemak. Sebaran contoh berdasarkan alasan mengonsumsi produk susu dirujuk pada Tabel 18. Berikut ini merupakan tabel alasan contoh mengonsumsi produk susu tersebut.

44 26 Merek Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan alasan mengonsumsi produk susu Murah Rasa Alasan Kandungan zat gizi Lainnya Total n % n % n % n % n % A B C D E F G H I J Total Harga produk susu diidentifikasi secara langsung melalui survei di salah satu supermarket di Bogor. Harga merupakan salah satu aspek penting yang sering diperhatikan konsumen dalam membeli sebuah produk pangan. Harga produk susu dibawah ini telah dikonversikan ke dalam satuan Rp/ml. Harga produk kemudian dihubungkan dengan persentase produk susu yang dikonsumsi oleh contoh untuk mengetahui adanya hubungan antara harga dengan pemilihan produk susu. Harga produk susu dirujuk pada Tabel 19. Berikut ini merupakan tabel harga produk susu yang dikonsumsi contoh. Tabel 19 Harga produk susu yang dikonsumsi contoh Produk Harga (Rp/ml) Persentase konsumsi contoh (%) A B C D E F G H I J Uji Spearman (p) Tabel 19 menunjukkan bahwa produk C memiliki harga termurah diantara produk lainnya. Contoh yang mengonsumsi produk C hanya sebesar 5.56%. Sementara itu, produk yang paling banyak dikonsumsi oleh contoh adalah produk A, dengan persentase sebesar 64.44%. Produk A merupakan produk dengan harga termurah kedua setelah produk C. Harga produk yang semakin murah tidak menentukan keputusan pembelian contoh jika didasarkan pada Tabel 19. Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara harga

45 27 dengan persentase contoh mengonsumsi produk tersebut (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa harga susu yang lebih murah tidak selalu menentukan bahwa produk tersebut banyak dikonsumsi oleh contoh, begitupun sebaliknya. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosalia (2015) terhadap keputusan pembelian salah satu produk susu di Kediri. Penelitian ini menyatakan bahwa harga tidak memiliki pengaruh yang signifikan dengan keputusan pembelian. Sementara itu, penelitan yang dilakukan oleh Ainur (2013) menunjukkan hasil bahwa harga memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian suatu produk susu di Semarang. Penelitian yang dilakukan oleh Kumar dan Babu (2014) di India memperoleh hasil bahwa selain harga, ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian produk turunan susu (dairy products). Faktor-faktor tersebut meliputi kualitas produk, ketersediaan produk di lokasi tempat tinggal konsumen, variasi produk, merek produk, dan iklan. Informasi label yang tertera pada kemasan produk, manfaat kesehatan, persepsi mengenai kandungan zat gizi pada produk, dan status sosial dapat menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian produk (Bonaventure dan Umberger 2012). Faktor-faktor ini dapat menjadi alasan bahwa harga tidak selalu berhubungan dengan keputusan pembelian produk susu pada contoh. Persentase contoh yang mempertimbangkan harga produk hanya sebesar 17.78% pada penelitian ini. Sebagian besar contoh mengonsumsi produk susu tersebut karena rasa yang enak dan kandungan zat gizi yang ada pada produk. Hal ini dapat menjadi alasan tidak adanya hubungan antara harga dengan produk susu yang dikonsumsi contoh pada penelitian ini. Selanjutnya, produk-produk susu yang dikonsumsi oleh contoh di atas akan diidentifikasi keterangan label dan klaim yang dicantumkan oleh produsen. Kelengkapan keterangan label yang tercantum pada produk susu dirujuk pada Tabel 20. Berikut ini merupakan tabel kelengkapan keterangan label pada produk susu yang dikonsumsi contoh. No. Tabel 20 Kelengkapan keterangan label yang tercantum pada produk susu Keterangan label Produk Susu A B C D E F G H I J 1 Nama produk 2 Alamat produk 3 Komposisi bahan pangan 4 Berat bersih 5 Tanggal kadaluarsa 6 Informasi nilai gizi 7 Keterangan halal 8 Cara penyimpanan 9 Kode produksi 10 Informasi alergen Peruntukan Peraturan pemerintah PP No. 69 tahun 1999 menyebutkan bahwa keterangan minimum yang wajib dicantumkan pada produk pangan meliputi nama

46 28 produk, alamat produk, komposisi bahan pangan, berat bersih, dan tanggal kadaluarsa. Tabel 20 menunjukkan bahwa seluruh produk susu yang dikonsumsi contoh telah memenuhi keterangan minimum yang wajib dicantumkan. Selain itu, ada beberapa keterangan lain yang dicantumkan pada produk-produk tersebut. Peraturan kepala BPOM RI Nomor 13 Tahun 2016 Mengenai Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan menyebutkan bahwa pangan olahan yang mencantumkan klaim harus memuat informasi berupa: 1) informasi nilai gizi, 2) peruntukan, 3) petunjuk cara penyiapan dan penyimpanan, khusus untuk pangan olahan yang memerlukan petunjuk penyiapan dan penyimpanan, serta 4) keterangan lain yang perlu dicantumkan. Tabel 20 memperlihatkan bahwa seluruh produk susu yang dikonsumsi contoh telah mencantumkan informasi nilai gizi dan cara penyimpanan. Semua produk susu yang dikonsumsi contoh telah memberikan label halal dan kode produksi pada produk, kecuali informasi alergen. Keterangan halal, kode produksi, dan informasi alergen belum menjadi persayaratan keterangan minimum yang harus dicantumkan pada produk, kecuali keterangan halal bagi yang dipersyaratkan. Informasi nilai gizi, peruntukan, dan cara penyimpanan juga bukan menjadi keterangan minimum yang wajib dicantumkan, kecuali apabila produk tersebut mencantumkan klaim. Berbagai macam produk susu yang dikonsumsi contoh juga mencantumkan klaim. Klaim yang telah dicantumkan pada produk harus sesuai dengan yang semestinya. Peraturan mengenai klaim bertujuan untuk menghindari adanya informasi yang tidak benar sehingga keamanan konsumen dapat terjamin. Perbandingan klaim produk susu dengan peraturan dirujuk pada Tabel 21. Berikut ini merupakan perbandingan klaim produk susu dengan peraturan yang tercantum pada peraturan kepala BPOM RI Nomor 13 Tahun 2016 Mengenai Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan. Tabel 21 Perbandingan klaim produk susu dengan peraturan Produk Klaim Kesesuaian Sumber vitamin A, D3, B1, B2, B6, B12 A Sumber Kalsium, Fosfor B Sumber serat pangan Tidak Tinggi vitamin A, B1, B2, C sesuai Tinggi kalsium Serat pangan : merupakan sumber serat pangan yang baik Tinggi vitamin A : dapat membantu mempertahankan keutuhan lapisan permukaan (mukosa) Tinggi vitamin B1 : kaya akan vitamin B1 yang dapat berperan sebagai koenzim perubahan karbohidrat menjadi energi Vitamin B2 : berperan sebagai koenzim dalam reaksi pembentukan energi Tinggi vitamin C : berperan sebagai antioksidan yang bekerja bersama antioksidan lain terutama vitamin E* Tinggi kalsium : yang berperan dalam pembentukan tulang dan mempertahankan kepadatan tulang dan gigi

47 29 Tabel 21 Perbandingan klaim produk susu dengan peraturan (lanjutan) Produk Klaim Kesesuaian C Sumber protein Sumber vitamin A, B1, B2, B3, B6, B9, B12, C, D, E Sumber kalsium, zat besi Zat besi : merupakan komponen hemoglobin dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh Kalsium : berperan dalam pembentukan dan mempertahankan kepadatan tulang dan gigi Protein : Merupakan komponen esensial dalam pertumbuhan dan perkembangan anak D Sumber omega 3 Sumber protein Sumber vitamin A, B1, B2, C, E Tinggi kalsium Sumber fosfor, zink, iodium Sumber serat pangan Tinggi kalsium : kalsium berperan dalam pembentukan dan mempertahankan kepadatan tulang dan gigi Protein : membantu membangun dan memperbaiki jaringan tubuh Vitamin A, C, E : Vitamin A dapat membantu mempertahankan keutuhan lapisan permukaan. Vitamin C berperan dalam pembentukan dan pemeliharaan jaringan kolagen Iodium : Iodium penting dalam pembentukan hormon tiroid Vitamin B1, B2 : Vitamin B1 dan B2 berperan sebagai koenzim poerubahan karbohidrat menjadi energi E Kurang lemak Tinggi kalsium F Sumber vitamin A, D3, B1, B2, B6, B12 Sumber Kalsium, Fosfor Rendah lemak G Sumber 7 vitamin Sumber 3 mineral Tinggi kalsium Rendah lemak H - - I - - J Tinggi kalsium Sumber serat pangan (inulin) Rendah lemak Tinggi vitamin D, fosfor, magnesium Tinggi kalsium : kalsium berperan dalam pembentukan dan mempertahankan kepadatan tulang dan gigi Konsumsi kalsium sejak dini dapat membantu memperlambat terjadinya osteoporosis di kemudian hari apabila disertai dengan latihan fisik yang teratur dan konsumsi gizi seimbang *Tidak sesuai dengan peraturan

48 30 Klaim yang biasanya terdapat pada produk susu adalah klaim gizi dan klaim kesehatan. Klaim gizi merupakan pernyataan yang menyatakan atau menyiratkan bahwa produk pangan memiliki kandungan zat gizi tertentu meliputi energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral serta turunannya yang telah ditetapkan dalam ALG (Acuan Label Gizi). Klaim gizi terdiri dari klaim kandungan zat gizi dan klaim perbandingan zat gizi. Klaim kesehatan merupakan pernyataan yang menyatakan atau menyiratkan bahwa ada hubungan antara produk pangan dengan kesehatan. Klaim kesehatan terdiri dari klaim fungsi zat gizi, fungsi lain, dan fungsi penurunan risiko penyakit. Hampir seluruh produk mencantumkan klaim, kecuali produk H dan I. Klaim yang dicantumkan meliputi klaim kandungan zat gizi, klaim fungsi zat gizi, dan klaim penurunan risiko penyakit. Tabel 21 menunjukkan bahwa hampir seluruh produk susu yang diidentifikasi kebenaran klaim yang dicantumkan telah sesuai dengan peraturan Kepala BPOM RI Mengenai Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan tahun 2016, kecuali produk B. Salah satu klaim yang tercantum pada produk B adalah klaim fungsi zat gizi, yaitu tinggi vitamin C berperan sebagai antioksidan yang bekerja bersama antioksidan lain terutama vitamin E. Klaim fungsi zat gizi terkait antioksidan tidak diperkenankan untuk dicantumkan dalam kemasan pangan. Klaim kandungan zat gizi merupakan klaim yang menyatakan atau menggambarkan kandungan zat gizi dalam pangan. Klaim kandungan zat gizi yang dicantumkan pada Tabel 21 untuk keseluruhan jenis produk susu adalah klaim rendah (kurang) lemak, sumber (mengandung) vitamin dan mineral, serta tinggi (kaya akan) vitamin dan mineral. Menurut peraturan BPOM, produsen yang mencantumkan klaim rendah atau bebas hanya boleh digunakan pada pangan yang telah mengalami proses tertentu sehingga kandungan zat gizi pada pangan tersebut menjadi rendah atau bebas dari zat gizi tersebut. Adapun klaim rendah lemak yang tercantum pada suatu produk. termasuk produk susu memiliki kandungan lemak tidak lebih dari 3 gram per 100 gram (dalam bentuk padat) atau 1.5 gram per 100 ml (dalam bentuk cair). Seluruh produk yang mencantumkan klaim rendah lemak pada Tabel 21 di atas telah memenuhi persyaratan ini. Sebagian besar produk tersebut juga mencantumkan klaim kandungan zat gizi berupa sumber protein, sumber vitamin dan mineral, sumber serat pangan, serta tinggi vitamin dan mineral. Peraturan BPOM menyebutkan bahwa klaim kandungan zat gizi dengan sumber protein memiliki persyaratan tidak kurang dari 20% ALG per 100 gram (dalam bentuk padat) atau 10% ALG per 100 ml (dalam bentuk cair). Klaim sumber vitamin dan mineral memiliki persyaratan tidak kurang dari 15% ALG per 100 gram (dalam bentuk padat) atau 7.5% ALG per 100 ml (dalam bentuk cair). Klaim dengan tinggi vitamin dan mineral memiliki persyaratan tidak kurang dari dua kali jumlah untuk sumber. Serat pangan dikatakan sumber apabila memenuhi persyaratan tidak kurang dari 3 gram per 100 gram. Produk-produk susu pada Tabel 21 di atas secara keseluruhan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Sebagian produk juga mencantumkan klaim fungsi zat gizi, khususnya produk B, C, dan D. Klaim fungsi zat gizi merupakan jenis klaim yang menggambarkan peran fisiologis zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi normal tubuh. Klaim fungsi zat gizi yang tercantum pada produk susu di atas sudah sesuai dengan ketetapan peraturan BPOM, kecuali produk B terkait

49 31 dengan klaim fungsi zat gizi berupa antioksidan. Peraturan tersebut dinyatakan pada lampiran III peraturan kepala BPOM tahun 2016 tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan. Jenis klaim yang tercantum pada produk susu di atas khususnya produk J termasuk klaim penurunan risiko penyakit. Klaim tersebut menyatakan bahwa konsumsi kalsium sejak dini dapat membantu memperlambat terjadinya osteoporosis di kemudian hari apabila disertai dengan latihan fisik yang teratur dan konsumsi gizi seimbang. Menurut peraturan BPOM, produk yang mencantumkan klaim penurunan risiko penyakit dengan komponen kalsium harus mengandung setidaknya 75% AKG per hari sesuai kelompok umur. Selain itu, kadar fosfor dalam pangan tersebut tidak boleh melebihi kadar kalsium. Kalsium juga tidak boleh dikaitkan dengan pertambahan tinggi badan (panjang tulang). Produk J telah memenuhi peraturan yang ditetapkan. Hubungan antara Variabel Hubungan Sumber Informasi Mengenai Label Pangan dengan Pengetahuan, Persepsi, Sikap, dan Tingkat Kepatuhan Membaca Label Pangan Analisis statistik dilakukan untuk melihat hubungan antara sumber informasi mengenai label pangan dengan pengetahuan, persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara sumber informasi mengenai label pangan dengan variabel-variabel tersebut (p>0.05). Penelitian yang dilakukan oleh Mediani (2014) menunjukkan bahwa sebesar 37% contoh pada penelitian tersebut memperoleh pengetahuan mengenai label pangan hanya dari satu sumber. Berikut ini merupakan tabel rujukan mengenai hubungan sumber informasi mengenai label pangan dengan pengetahuan, persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan. Tabel 22 Hubungan sumber memperoleh informasi mengenai label pangan dengan pengetahuan, persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan No. Variabel Sumber memperoleh informasi mengenai label pangan 1 Pengetahuan mengenai label Persepsi mengenai label Sikap terhadap klaim produk susu Tingkat kepatuhan membaca label 4 pangan Hasil ini tidak sejalan dengan pernyataan Contento (2011) bahwa sumber informasi memiliki peran yang penting dalam meningkatkan pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Zahara dan Triyanti (2009) memperoleh hasil bahwa sikap terhadap kesehatan dan label makanan memiliki hubungan dengan tingkat kepatuhan membaca informasi nilai gizi pada mahasiswa. Sumber informasi yang diperoleh seharusnya dapat meningkatkan pengetahuan contoh yang akan berdampak pula pada persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan contoh dalam membaca label pangan. Hal ini mungkin terjadi karena paparan dari sumber r p

50 32 informasi yang diperoleh seperti media, buku, teman, maupun yang lainnya tidak terlalu besar. Informasi yang diperoleh tidak memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai label pangan sehingga tidak berpengaruh besar terhadap contoh. Hubungan Karakteristik Individu dengan Pengetahuan Mengenai Susu dan Pengetahuan Mengenai Label Pangan Analisis statistik dilakukan dengan uji bivariat untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu dengan pengetahuan mengenai susu dan pengetahuan mengenai label. Karakteristik individu meliputi jenis kelamin, usia, dan uang saku. Berikut ini merupakan hubungan karakteristik dengan pengetahuan susu dan pengetahuan label contoh. No. Tabel 23 Hubungan karakteristik individu dengan pengetahuan mengenai susu dan label pangan Karakteristik individu Pengetahuan mengenai susu Pengetahuan mengenai label r p r p 1 Jenis Kelamin a) - 1) 0.027* - 2) Usia b) * * 3 Uang saku b) a) Uji hubungan menggunakan Chi Square ( 1) F=7.201; 2) F=2.352) b) Uji hubungan menggunakan Spearman *Nyata pada 0.05 Tabel 23 menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan pengetahuan mengenai susu (p<0.05). Perempuan memiliki pengetahuan mengenai susu lebih besar dibandingkan laki-laki. Analisis hubungan jenis kelamin menggunakan uji Chi Square. Perempuan memiliki pengetahuan mengenai susu poin lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Penelitian ini sejalan dengan Puspita (2014) bahwa perempuan memiliki tingkat pengetahuan terhadap komposisi label pangan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Usia juga menunjukkan adanya hubungan dengan pengetahuan mengenai susu (p<0.05). Selain itu, usia juga memiliki hubungan dengan pengetahuan mengenai label (p<0.05). Artinya, semakin tinggi usia contoh maka pengetahuan mengenai susu dan pengetahuan mengenai label semakin baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Widuri (2014) yang menyatakan bahwa usia memiliki hubungan yang positif terhadap pengetahuan mengenai tanggal kadaluarsa. Jenis kelamin tidak memiliki hubungan dengan pengetahuan label karena p>0.05. Uang saku juga tidak memiliki hubungan dengan pengetahuan mengenai susu dan label. Hubungan Karakteristik Individu dengan Persepsi, Sikap, dan Tingkat Kepatuhan Membaca Label Pangan Analisis statistik dilakukan dengan uji bivariat untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu dengan persepsi, sikap, dan kepatuhan membaca label. Karakteristik individu meliputi jenis kelamin, usia, dan uang saku. Berikut ini merupakan hubungan karakteristik individu dengan persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan.

51 33 Tabel 24 Hubungan karakteristik individu dengan persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan No. Karakteristik individu Persepsi Sikap Tingkat kepatuhan r p r p r p 1 Jenis Kelamin a) - 1) ) ) Usia b) Uang saku b) a) Uji hubungan menggunakan Chi Square ( 1) F=2.992; 2) F=1.565; 3) F=1.506) b) Uji hubungan menggunakan Spearman Tabel 24 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik individu (jenis kelamin, usia, dan uang saku) dengan perspesi, sikap, dan tingkat kepatuhan (p>0.05). Penelitian ini sejalan dengan Mediani (2014) bahwa jenis kelamin tidak memiliki hubungan dengan persepsi, sikap, dan perilaku membaca informasi nilai gizi. Sementara itu, usia memiliki hubungan positif dengan perilaku membaca informasi nilai gizi pada penelitian tersebut. Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Pengetahuan Mengenai Susu dan Pengetahuan Mengenai Label Karakteristik keluarga yang dianalisis meliputi besar keluarga, pendidikan ayah dan ibu, dan pendapatan keluarga. Berikut ini merupakan hasil analisis statistik hubungan karakteristik keluarga dengan pengetahuan mengenai susu dan pengetahuan mengenai label. No. Tabel 25 Hubungan karakteristik keluarga dengan pengetahuan susu dan pengetahuan label Karakteristik keluarga Pengetahuan susu Pengetahuan label r p r p 1 Besar keluarga b) Pendidikan ayah b) * Pendidikan ibu b) Pendapatan orang tua b) b) Uji hubungan menggunakan Spearman Uji hubungan antara besar keluarga, pendidikan ayah dan ibu, serta pendapatan orang tua dengan pengetahuan mengenai susu dan label dilakukan dengan uji Spearman. Tabel 25 menunjukkan bahwa keseluruhan karakteristik keluarga tidak memiliki hubungan yang signifikan karena p>0.005, kecuali pendidikan ayah. Pendidikan ayah memiliki hubungan dengan pengetahuan susu. Artinya, semakin tinggi jenjang pendidikan ayah, maka pengetahuan mengenai susu contoh semakin baik. Penelitian yang dilakukan oleh Khan et al. (2015) menunjukkan bahwa adanya hubungan antara jenjang pendidikan orang tua dengan prestasi belajar anak. Orang tua yang memiliki jenjang pendidikan tinggi pada umumnya memiliki tingkat kepedulian yang tinggi terhadap pendidikan anak. Hal ini secara tidak langsung juga mempengaruhi tingkat pengetahuan anak terhadap suatu hal atau objek, termasuk dalam penelitian ini berupa pengetahuan mengenai susu dan pengetahuan mengenai label pangan.

52 34 Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Persepsi, Sikap, dan Tingkat Kepatuhan Membaca Label Hubungan antara karakteristik keluarga dengan persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan dirujuk pada Tabel 26. Berikut ini merupakan hasil analisis statistik hubungan karakteristik keluarga dengan persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan membaca label. Tabel 26 Hubungan karakteristik keluarga dengan persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan membaca label No. Karakteristik keluarga Persepsi Sikap Tingkat kepatuhan r p r p r p 1 Besar keluarga b) Pendidikan ayah b) Pendidikan ibu b) Pendapatan orang 4 tua b) b) Uji hubungan menggunakan Spearman Tabel 26 menunjukkan bahwa keseluruhan karakteristik keluarga tidak memiliki hubungan yang signifikan karena p> Hal ini berarti bahwa karakteristik keluarga tidak berhubungan dengan persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan pada contoh. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widuri (2014) yang menyebutkan bahwa tidak satupun variabel dari karakteristik keluarga yang memiliki hubungan dengan persepsi, sikap, dan perilaku membaca label kadaluarsa pada kemasan pangan. Tidak adanya hubungan antara karakteristik keluarga dengan persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan menggambarkan bahwa ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi contoh. Adanya faktor personal dan lingkungan selain keluarga dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Hubungan Pengetahuan Mengenai Label dengan Persepsi Mengenai Label Analisis statistik dilakukan untuk melihat hubungan antara pengetahuan mengenai label dengan persepsi mengenai label. Uji korelasi menggunakan uji Spearman. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara pengetahuan mengenai label dengan persepsi mengenai label pangan (p>0.05). Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2006) yang memperoleh hasil bahwa pengetahuan memiliki hubungan positif dengan persepsi mengenai label. Artinya, semakin baik pengetahuan seseorang terhadap label, maka persepsi juga semakin baik. Grunert (2011) menjelaskan bahwa terdapat beberapa penghalang konsumen tidak memperhatikan label pangan. Salah satunya adalah paparan yang dapat berupa pengetahuan tidak secara pasti berpengaruh terhadap persepsi. Hal ini didorong oleh waktu yang terbatas untuk membaca label dan kebiasaan membeli suatu produk tertentu. Kesimpulan yang salah terhadap label yang tertera juga dapat menjadi penghalang konsumen dalam memilih produk pangan. Konsumen memiliki pemahaman mengenai label pangan, namun persepsi bukan didasarkan pada label yang tertera. Hal ini dapat menjadi alasan tidak adanya hubungan antara pengetahuan contoh dengan persepsi terhadap label, meskipun contoh telah memiliki pengetahuan mengenai label pangan.

53 35 Hubungan Pengetahuan Mengenai Susu, Pengetahuan Mengenai Label Pangan, Persepsi Mengenai Label Pangan dengan Sikap Terhadap Klaim Produk Susu Analisis statistik dilakukan untuk melihat hubungan antara pengetahuan mengenai susu, pengetahuan mengenai label, persepsi mengenai label dengan sikap terhadap klaim produk susu. Uji korelasi menggunakan uji Spearman. Berikut ini merupakan tabel hasil analisis hubungan antara pengetahuan mengenai susu, pengetahuan mengenai label, persepsi mengenai label dengan sikap terhadap klaim produk susu. Tabel 27 Hubungan antara pengetahuan mengenai susu, pengetahuan mengenai label, persepsi mengenai label, dengan sikap terhadap klaim produk susu No. Variabel r Sikap 1 Pengetahuan mengenai susu Pengetahuan mengenai label Persepsi mengenai label * b) Uji hubungan menggunakan Spearman *Nyata pada 0.05 Tabel 27 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan mengenai susu dengan sikap terhadap klaim produk susu, begitu pun dengan pengetahuan mengenai label (p>0.05). Hasil berbeda ditunjukkan oleh persepsi mengenai label dengan sikap terhadap klaim produk susu. Tabel 27 menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi mengenai label dengan sikap terhadap klaim produk susu (p<0.05). Penelitian yang dilakukan oleh Mediani (2014) menunjukkan bahwa persepsi memiliki hubungan yang positif dengan sikap. Penelitian lain yang dilakukan oleh Retnaningsih et al. (2010) juga menunjukkan hasil yang sama. Persepsi memiliki pengaruh yang positif dengan sikap. Persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap sesuatu dan akan berdampak pada sikap. Hubungan Pengetahuan Mengenai Label, Persepsi Mengenai Label, Sikap terhadap Klaim Produk Susu dengan Tingkat Kepatuhan Membaca Keterangan Label Pangan Analisis statistik dilakukan untuk melihat hubungan antara pengetahuan mengenai label, persepsi mengenai label, sikap terhadap klaim produk susu dengan tingkat kepatuhan membaca keterangan label pada kemasan pangan. Uji korelasi menggunakan uji Spearman. Hubungan antara pengetahuan mengenai label dengan persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan dirujuk pada Tabel 28. Berikut ini merupakan tabel hasil analisis hubungan antara pengetahuan mengenai label, persepsi mengenai label, sikap terhadap klaim produk susu dengan tingkat kepatuhan membaca keterangan label pada kemasan pangan. p

54 36 Tabel 28 Hubungan antara pengetahuan mengenai label, persepsi mengenai label, sikap terhadap klaim produk susu dengan tingkat kepatuhan membaca keterangan label No. Variabel Tingkat kepatuhan membaca label 1 Pengetahuan mengenai label Persepsi mengenai label * 3 Sikap terhadap klaim * b) Uji hubungan menggunakan Spearman *Nyata pada 0.05 Tabel 28 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan mengenai label dengan tingkat kepatuhan membaca label pada kemasan pangan (p>0.05). Hasil penelitian ini dapat berarti bahwa contoh dengan pengetahuan yang baik mengenai label pangan belum tentu memiliki tingkat kepatuhan yang baik pula. Sebaliknya, contoh dengan pengetahuan kurang belum tentu memiliki tingkat kepatuhan yang kurang baik. Gambaran deskriptif pengetahuan, persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan contoh memperlihatkan bahwa semester 6 memiliki rata-rata pengetahuan label lebih tinggi dibandingkan semester lainnya. Namun, persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan memiliki rata-rata terendah. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zahara (2009) pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Indonesia. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai label tidak memiliki hubungan dengan tingkat kepatuhan membaca keterangan label informasi nilai gizi pada produk. Namun, hasil penelitian mengenai pengetahuan label pangan ini memiliki hasil yang berbeda dengan Kennedy et al. (2005). Penelitian tersebut menjelaskan bahwa pengetahuan yang diperoleh seseorang akan memiliki hubungan terhadap tindakan yang dilakukan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan hasil pada penelitian ini. Keterangan label yang tidak menarik perhatian, tidak ada waktu untuk membaca, keterbatasan memahami informasi yang tertera pada label, dan kurang peduli terhadap pangan yang dikonsumsi adalah beberapa hal yang mungkin menjadi alasan tidak memperhatikan label pangan (Signal et al. 2008). Alasan lain yang disampaikan oleh Samson (2012) berdasarkan hasil penelitian yaitu lebih dari setengah konsumen tidak memperhatikan label karena produk tersebut tidak asing bagi mereka. Beberapa alasan ini dapat menjadi faktor pengetahuan tidak berhubungan dengan tingkat kepatuhan membaca label pangan. Tabel 26 menunjukkan adanya hubungan antara persepsi mengenai label pangan dengan tingkat kepatuhan membaca keterangan label pada kemasan pangan (p<0.05). Hal ini berarti bahwa semakin baik persepsi mengenai label terhadap klaim produk susu yang dimiliki oleh contoh, maka tingkat kepatuhan membaca keterangan label juga semakin baik. Persepsi memiliki pengaruh terhadap perilaku atau keputusan pembelian pada konsumen (Shi et al. 2011). Persepsi cenderung mengendalikan seseorang dalam berperilaku, termasuk keputusan dalam kebiasaan membaca label. Hasil pada Tabel 28 mengenai hubungan persepsi dengan tingkat kepatuhan membaca label sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sandberg (2013) di Denmark. Penelitian tersebut r p

55 37 menjelaskan bahwa konsumen yang peduli terhadap label pangan memiliki pengaruh yang positif dengan persepsi. Tabel 28 juga menunjukkan bahwa terdapat adanya hubungan antara sikap terhadap klaim produk susu dengan tingkat kepatuhan membaca keterangan label pada kemasan pangan. Hal ini berarti bahwa semakin baik sikap terhadap klaim produk susu yang dimiliki oleh contoh, maka tingkat kepatuhan membaca keterangan label juga semakin baik. Penelitian yang dilakukan oleh Mediani (2014) menunjukkan hasil yang sama. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa terdapat perbedaan nyata antara sikap contoh dengan perilaku membaca label informasi gizi. Klaim merupakan segala bentuk uraian yang menyatakan, menyarankan, atau secara tidak langsung menyatakan perihal karakteristik tertentu suatu pangan yang berkenaan dengan asal usul, kandungan gizi, sifat, produksi, pengolahan, komposisi, atau faktor mutu lainnya. Keterangan klaim pada kemasan produk pangan harus bersifat benar dan tidak menyesatkan. Keterangan klaim pada produk susu biasanya dapat berupa klaim gizi dan kesehatan. Produk yang memiliki klaim wajib mencantumkan keterangan informasi nilai gizi. Penelitian yang dilakukan oleh Washi (2012) menyebutkan bahwa aspek gizi dinilai penting untuk meningkatkan sikap yang baik terhadap label pangan. Klaim kesehatan memiliki manfaat secara lebih positif ketika produk tersebut dinilai memiliki kesan yang baik secara keseluruhan (Wills et al. 2012). Susu merupakan suatu produk pangan yang diyakini memiliki manfaat baik bagi tubuh. Perhatian contoh terhadap klaim produk pada penelitian ini dinilai baik sehingga secara tidak langsung berhubungan dengan tingkat kepatuhan dalam membaca keterangan label. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebagian besar contoh memiliki pengetahuan mengenai susu, pengetahuan mengenai label, persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan yang berada pada kategori cukup. Skor pengetahuan mengenai susu paling tinggi dimiliki oleh mahasiswa semester 4, sedangkan skor pengetahuan mengenai label paling tinggi dimiliki oleh mahasiswa semester 6. Skor persepsi dan sikap tertinggi dimiliki oleh mahasiswa semester 2, sedangkan skor tingkat kepatuhan dimiliki oleh mahasiswa semester 8. Uji korelasi yang dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara jenjang semester dengan pengetahuan, persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan memperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan susu dan label dengan jenjang semester. Variabel persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan tidak berhubungan nyata dengan jenjang antar semester pada contoh. Produk susu yang paling banyak dikonsumsi oleh contoh adalah produk A. Sementara itu, harga produk susu yang paling murah adalah produk C. Tidak ada hubungan antara harga dengan produk susu yang dikonsumsi contoh. Peringkat pertama dalam prioritas membaca keterangan label pangan pada kemasan produk susu adalah nama produk, kemudian tanggal kadaluarsa.

56 38 Sementara itu, alamat produk, informasi nilai gizi, kode produksi, dan informasi alergen tidak menjadi prioritas contoh dalam membaca label. Hal ini berarti bahwa tidak satupun contoh memilih keterangan-keterangan tersebut sebagai prioritas dalam membaca keterangan label pangan pada kemasan produk susu. Seluruh keterangan label produk susu yang dikonsumsi contoh telah memenuhi peraturan yang ditetapkan oleh BPOM, baik keterangan minimum maupun keterangan lainnya. Produk susu yang dikonsumsi oleh contoh hampir sebagian besar mencantumkan klaim, yang terdiri dari klaim gizi dan klaim kesehatan. Pernyataan klaim yang tercantum pada seluruh produk telah memenuhi ketentuan BPOM, kecuali produk B yang mencantumkan klaim fungsi zat gizi terkait antioksidan. Klaim fungsi zat gizi terkait antioksidan tidak diperkenankan untuk dicantumkan pada kemasan pangan. Analisis hubungan antara pengetahuan, persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan memperoleh hasil bahwa pengetahuan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan. Hal ini berarti bahwa pengetahuan contoh yang baik tidak menjamin adanya persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan dalam membaca keterangan label yang baik pula, begitupun sebaliknya. Persepsi memiliki hubungan signifikan dengan sikap dan tingkat kepatuhan, serta sikap memiliki hubungan dengan tingkat kepatuhan. Artinya, semakin baik persepsi maka sikap contoh juga semakin baik. Sikap contoh yang semakin baik maka tingkat kepatuhan dalam membaca keterangan label akan semakin baik pula. Saran Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan contoh dalam membaca label sebagian besar berada pada kategori cukup. Oleh karena itu, kebiasaan dalam membaca informasi label pangan yang tertera pada produk perlu ditingkatkan. Hal ini juga berlaku untuk konsumen lainnya, selain mahasiswa gizi. Analisis mengenai kebenaran klaim yang tertera pada produk susu menunjukkan bahwa masih ada klaim yang belum sesuai dengan ketentuan. Oleh karena itu, konsumen sebaiknya cermat mengamati kebenaran klaim yang tertera pada kemasan pangan. Selain itu, konsumen juga sebaiknya memperhatikan dengan baik iklan produk yang disampaikan di media, seperti televisi, internet, maupun media lainnya. Penelitian ini belum membedakan jenis media sebagai sumber informasi mengenai label yang diperoleh oleh contoh. Selain itu, penelitian ini belum menanyakan alasan contoh tidak memperhatikan keterangan label pangan. Oleh karena itu, adanya klasifikasi media sebagai sumber informasi dan pertanyaan mengenai alasan contoh tidak memperhatikan keterangan label pangan dapat menjadi pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

57 39 DAFTAR PUSTAKA Ainur S Analisis pengaruh kualitas produk, harga, dan promosi terhadap keputusan pembelian produk susu Hi-Lo di Semarang. [skripsi]. Semarang (ID): Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Gerakan keluarga berencana dan keluarga sejahtera. Jakarta (ID): BKKBN. [BPKN] Badan Perlindungan Konsumen Nasional Hasil kajian Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) di bidang pangan terkait perlindungan konsumen. [internet]. Tersedia pada: perlindungan-konsumen-nasional-bpkn-di-bidang-pangan-terkaitperlindungan-konsumen-id pdf. Bonaventure B, Umberger W Factors influencing Malaysian consumer s consumption of dairy product. [internet]. Tersedia pada: 0CP.pdf [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan Laporan Kinerja Badan Pengawas Obat dan Makanan Triwulan IV* Tahun [internet]. Indonesia (ID): BPOM. Tersedia pada: Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia nomor 13 Tahun 2016 tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan. [internet]. Tersedia pada: BPOM%20No%2013%20Tahun%202016%20tentang%20Klaim%20pada %20Label%20dan%20Iklan%20Pangan%20Olahan.pdf. Contento RI Nutrition Education, Linking Research, Theory, and Practice. Canada: James & Barletlett, Second Edition. Cowburn G, Stockley L Consumer understanding and use of nutrition labelling: A systematic review. Journal of Public Health Nutrition. 8(1):21-28.doi: /PHN [FSAI]. Food Safety Authority of Ireland A research study into consumers attitudes to food labelling. Irlandia (IE): Abbey Court, Dublin. Ginting E Persepsi ibu tentang label makanan kemasan anak sekolah dasar [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Grunert KG Sustainability in the food sector: A consumer behaviour perspective. Food System Dynamics. 2(3): Hastono SP Analisis Data. Depok (ID): Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

58 40 Kennedy J, Jackson V, Cowan C, Blair I, Dowell DM, Bolton D Consumer food safety knowledge: segmentation of irish home food preparers based on food safety knowledge and practices. British Food Journal. 107(7): doi: / Khan MRA, Iqbal N, Tasneem S The influence of parents educational level on secondary school student academic achievements in District Rajanpur. Journal of Education and Practice. Volume 6 No. 16. Kumar, Babu S Factors influencing consumer buying behavior with special reference to dairy products in Pondicherry State. International Monthly Refereed Journal of Research in Management. Technology. 3: Mahdavi AM, Abdolahi P, Mahdavi R Knowledge, attitude, and practice between medical and non-medical sciences students about food labeling. Health Promotion Perspective (2): Mediani NV Pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku membaca label informasi gizi pada mahasiswa. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Norman DA Models of Human Memory. New York (US): Academic Press. Pemerintah Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Jakarta (ID): Sekretariat Negara Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Jakarta (ID): Sekretariat Negara. Puspita NN Theory of Planned Behaviour (TPB): pengetahuan, persepsi, dan niat membaca label komposisi produk pangan pada mahasiswa. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Retnaningsih, Utami PW, Muflikhati I Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku membeli buku bajakan pada mahasiswa IPB. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 3(1): Rosalia SP Pengaruh kualitas produk, harga, promosi, dan lokasi terhadap keputusan pembelian produk susu Boneeto di Kota Kediri. [skripsi]. Kediri (ID): Universitas Nusanntara PGRI Kediri. Samson G Awareness of food labelling and use of the information in purchasing food package food products among consumer in Ilala Municipality-Dar Es Salaam. [disertasi]. Tanzania (SA): Master of Public Health Dissertation Muhimbili University. Sandberg KJ Consumer response to food labels in Denmark (DK). [tesis]. Denmark: Aarhus University.

59 41 Saparinto C Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Shi Z, Pei X, Zhigang W Are nutrition labels useful for the purchase of a familiar food? Evidence from Chinese consumers purchase of rice. Journal of Business China. 5(3): Signal L, Lanumata T, Robinson JA, Tavila A, Wilton J, Mhurchu CN Perceptions of New Zealand nutrition labels by Maori, Pacific and lowincome shoppers. Journal of Public Health Nutrition. 11(7): Soekidjo Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta (ID: Rineka Cipta. Solomon MR Consumer Behavior. New Jersey (US): Prentice Hall International. Sugihartono et al Psikologi Pendidikan. Yogyakarta (ID): UNY Press. Sumarwan U Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Umar H Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. Washi S Awareness of food labelling among consumers in groceries in Al- Ain. United Arab Emirates (SA): International Journal of Marketing Studies.4(1). doi: /ijms.v4n1p38. Widuri RN Pengetahuan, persepsi risiko, dan perilaku membaca label kadaluarsa produk pangan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wills JM, Storcksdieck S, Kolka M European consumers and health claims: attitudes, understanding and purchasing behaviour. Proceedings of the Nutrition Society. 71: Zahara S Hubungan karakteristik individu, pengetahuan, dan faktor lain dengan kepatuhan membaca label gizi, komposisi, dan kadaluarsa pada mahasiswa FKM UI depok tahun [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Zahara S, Triyanti Kepatuhan membaca label informasi zat gizi di kalangan mahasiswa. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 4(2).

60 42 LAMPIRAN No. Lampiran 1 Hasil survei terhadap mahasiswa IPB mengenai produk pangan kemasan yang paling sering dikonsumsi Jenis produk Persentase produk kemasan yang sering dikonsumsi mahasiswa n % 1 Susu Mi instan Biskuit Sereal Minuman sari buah Minuman isotonik Minuman berenergi Teh kemasan Kopi Keripik kentang Wafer Total Variabel Lampiran 2 Uji normalitas data Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Pengetahuan mengenai susu Pengetahuan mengenai label Persepsi mengenai label Sikap terhadap klaim produk susu Tingkat kepatuhan membaca label pangan Lampiran 3 Hasil korelasi sumber memperoleh informasi mengenai label dengan pengetahuan mengenai label. persepsi mengenai label. sikap terhadap klaim produk susu. dan tingkat kepatuhan membaca label pangan No. Variabel Sumber memperoleh informasi mengenai label pangan 1 Pengetahuan mengenai label Persepsi mengenai label Sikap terhadap klaim produk susu Tingkat kepatuhan membaca label pangan r p

61 43 ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI INSTITUT PERTANIAN BOGOR LEMBAR PERSETUJUAN (Informed Consent) Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi subjek penelitian dan bersedia mengisi data berikut dengan sebenar-benarnya tanpa paksaan dari siapapun. (Data yang telah diberikan oleh subjek akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan disebutkan namanya serta hanya digunakan untuk kepentingan dalam penyusunan skripsi). Bogor, 2016 (. ) DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 17 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pengaruh pola penggunaan jejaring sosial terhadap motivasi dan alokasi waktu belajar siswa SMPN 1 Dramaga, menggunakan desain

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh 20 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan dengan sampel yang dipilih khusus

Lebih terperinci

Gambar 2. Kerangka berpikir mengenai perilaku penggunaan pembalut pada mahasiswi

Gambar 2. Kerangka berpikir mengenai perilaku penggunaan pembalut pada mahasiswi 16 KERANGKA PEMIKIRAN Menstruasi merupakan keadaan yang dialami oleh seorang perempuan normal setiap bulan. Agar cairan menstruasi yang keluar dari dinding rahim tidak menodai pakaian yang dipakai maka

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan. Preferensi Pangan. Karakteristik Makanan:

Konsumsi Pangan. Preferensi Pangan. Karakteristik Makanan: 23 KERANGKA PEMIKIRAN Menurut Suhardjo (1989), latar belakang sosial budaya mempengaruhi pemilihan jenis pangan melalui dua cara yaitu informasi mengenai gizi dan preferensi berdasarkan konteks dua karakteristik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian. Purposive. Proporsional random sampling. Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N=3494)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian. Purposive. Proporsional random sampling. Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N=3494) 19 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional karena pengumpulan data hanya dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan, serta retrospektif karena

Lebih terperinci

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor 12 KERANGKA PEMIKIRAN Preferensi terhadap makanan didefinisikan sebagai derajat kesukaan atau ketidaksukaan terhadap makanan dan preferensi akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan (Suhardjo 1989). Preferensi

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI SERTA STATUS GIZI BAYI USIA 4-12 BULAN DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI SERTA STATUS GIZI BAYI USIA 4-12 BULAN DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN i PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI SERTA STATUS GIZI BAYI USIA 4-12 BULAN DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN ASRINISA RACHMADEWI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. N 1+ Ne 2. n =

METODE PENELITIAN. N 1+ Ne 2. n = 27 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan metode survei. Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kebon Kopi 2 Bogor. Penentuan lokasi SDN Kebon Kopi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan 18 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan pada interaksi antara ibu dengan anak. Desain yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 1 N

METODE PENELITIAN 1 N 32 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan bagian dari data baseline pada kajian Studi Ketahanan Pangan dan Coping Mechanism Rumah Tangga di Daerah Kumuh yang dilakukan Departemen

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini berjudul Konsep Diri, Kecerdasan Emosional, Tingkat Stres, dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran di SMA. Disain penelitian

Lebih terperinci

PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor)

PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor) PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor) SKRIPSI DISTI LASTRIANI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study yang dilakukan pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPATUHAN DAN KEMANDIRIAN SANTRI REMAJA DI PONDOK PESANTREN ASSHIDDIQIYAH NURLAILI RAHMAH DINI

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPATUHAN DAN KEMANDIRIAN SANTRI REMAJA DI PONDOK PESANTREN ASSHIDDIQIYAH NURLAILI RAHMAH DINI 1 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPATUHAN DAN KEMANDIRIAN SANTRI REMAJA DI PONDOK PESANTREN ASSHIDDIQIYAH NURLAILI RAHMAH DINI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pertanyaan penelitian, yang harus diuji validitasnya secara empiris. Jadi

BAB III METODE PENELITIAN. pertanyaan penelitian, yang harus diuji validitasnya secara empiris. Jadi BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Karakteristik Individu : a. Umur b. Jenis Kelamin c. Semester d. Fakultas e. Latar belakang pekerjaan orang tua f. Skala Sosial g. Uang saku h. Pekerjaan sampingan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian dilakukan dalam dua tahapan yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Desain penelitian pendahuluan adalah cross sectional study menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Disain penelitian adalah cross sectional study, yakni data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun & Effendi 1995. Penelitian berlokasi di Kota

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pemilihan Pondok Pesantren Modern Purposive. Santri telah tinggal 1 tahun di pondok pesantren. Laki-laki. Perempuan.

METODE PENELITIAN. Pemilihan Pondok Pesantren Modern Purposive. Santri telah tinggal 1 tahun di pondok pesantren. Laki-laki. Perempuan. 27 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

Goreng Ny. Suharti adalah fast food waralaba tradisional yang dikonsumsi dengan frekuensi konsumsi 5 2 kali dalam sebulan (80,3%).

Goreng Ny. Suharti adalah fast food waralaba tradisional yang dikonsumsi dengan frekuensi konsumsi 5 2 kali dalam sebulan (80,3%). Ringkasan FlTRlA HAYATI. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Fast Food Waralaba Modern dan Tradisional pada Remaja Siswa SMU Negeri di Jakarta Selatan. (Dibimbing oleh HARDINSYAH dan YEKTl HARTATI

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data dikumpulkan untuk meneliti suatu fenomena dalam satu kurun waktu tertentu (Umar 2006).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode survey di Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan 60 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Bogor, Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Keterangan : n = jumlah mahasiswa yang diambil N = jumlah populasi mahasiswa program sarjana e = batas kesalahan pengambilan contoh

METODE PENELITIAN. Keterangan : n = jumlah mahasiswa yang diambil N = jumlah populasi mahasiswa program sarjana e = batas kesalahan pengambilan contoh 21 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu atau periode tertentu. Lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Cara Pemilihan Contoh 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study yakni data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dengan desain penelitian survei, yaitu mengambil contoh dari suatu

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR ELIS TRISNAWATI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK i PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK DENI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

pengetahuan, dan sikap akan berhubungan dengan perilaku pembelian buku bajakan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

pengetahuan, dan sikap akan berhubungan dengan perilaku pembelian buku bajakan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. 17 KERANGKA PEMIKIRAN Perguruan tinggi merupakan komunitas yang terdiri dari orang-orang intelektual dalam berbagai aktivitas akademis. Perguruan tinggi memiliki peran strategis dan sangat penting sebagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang berjudul Analisis Konsumsi Beras Merah (Oryza nivara) dengan Pendekatan Theory of Planned Behavior (TPB).

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Disain eksperimental penelitian Motivasi Pesan Faktor. positif dan dengan cara penyajian tanpa penjelasan.

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Disain eksperimental penelitian Motivasi Pesan Faktor. positif dan dengan cara penyajian tanpa penjelasan. 23 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain eksperimental yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktorial 2x2 dengan pre test dan post test. Disain penelitian ini melibatkan dua

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian mengenai hubungan antara kepatuhan konsumsi biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan status gizi dan morbiditas

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN ASUPAN ENERGI SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB) SEJATI PRATAMA MEDAN TAHUN Oleh : PUTRI FORTUNA MARBUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN ASUPAN ENERGI SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB) SEJATI PRATAMA MEDAN TAHUN Oleh : PUTRI FORTUNA MARBUN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN ASUPAN ENERGI SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB) SEJATI PRATAMA MEDAN TAHUN 2014 Oleh : PUTRI FORTUNA MARBUN 110100276 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

Lebih terperinci

Gambar 1: Perilaku penjaja PJAS tentang gizi dan keamanan pangan di lingkungan sekolah dasar Kota dan Kabupaten Bogor

Gambar 1: Perilaku penjaja PJAS tentang gizi dan keamanan pangan di lingkungan sekolah dasar Kota dan Kabupaten Bogor KERANGKA PEMIKIRAN Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk memperoleh zat- zat yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan. Tetapi makanan yang masuk ketubuh beresiko sebagai pembawa

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA

PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Tehnik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Tehnik Pengambilan Contoh 29 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study yaitu suatu penelitian yang dilakukan pada saat dan waktu tertentu. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Gaya Hidup - aktivitas - minat - opini

Gaya Hidup - aktivitas - minat - opini 15 KERANGKA PEMIKIRAN Gaya hidup merupakan aktivitas, minat, dan pendapat individu dalam kehidupan sehari-hari yang diukur menggunakan teknik psikografik. Berbagai faktor dapat memengaruhi terbentuknya

Lebih terperinci

ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI

ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR. Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR. Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A14104120 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ANALISIS KEPUASAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu mengumpulkan informasi dengan satu kali survei. Penelitian ini mengkaji penerapan kebijakan

Lebih terperinci

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 37 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study yaitu data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan untuk memperoleh karakteristik

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan menggunakan metode survei. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

4 METODE. Desain, Tempat dan Waktu. Teknik Penarikan Contoh

4 METODE. Desain, Tempat dan Waktu. Teknik Penarikan Contoh 15 4 METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian yang digunakan cross sectional. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Pengembangan Model Pendidikan Makanan Jajanan Sehat Berbasis Sekolah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kota (n=20) Kabupaten (n=27) Purposive. Gambar 2 Cara Penarikan Contoh Penelitian. SDN Akreditasi A Penjaja (n=11)

METODE PENELITIAN. Kota (n=20) Kabupaten (n=27) Purposive. Gambar 2 Cara Penarikan Contoh Penelitian. SDN Akreditasi A Penjaja (n=11) METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini desain Cross Sectional Study yaitu mengumpulkan informasi dengan satu kali survei yang dilakukan di empat sekolah dasar dengan karakteristik mutu

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, jenis penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, jenis penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah

Lebih terperinci

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA Lia Nurjanah DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data 15 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasi penelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya, Kecamatan Taman

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 35 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah studi observasional cross sectional, yaitu studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi. distribusi.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2 17 METODOLOGI Desain, Waktu dan Tempat Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental study yaitu percobaan lapang (field experiment) dengan menggunakan rancangan randomized treatment trial

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian METODOLOGI Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik survei dalam bentuk penelitian deskriptif korelasional. Penelitian ini berusaha menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA (Kasus Kelompok Tani Mandiri, Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) SKRIPSI RENDY JUARSYAH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh : DALU BANGUN FRIDEWA

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian evaluasi dengan studi cross sectional. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive yakni Desa Ciparigi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4257 = 97, (0.1 )

METODE PENELITIAN 4257 = 97, (0.1 ) METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yakni cara mempelajari objek riset dalam suatu waktu tertentu saja atau tidak berkesinambungan dalam jangka

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data utama.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yakni data yang dikumpulkan pada suatu waktu dan tidak berkelanjutan (Singarimbun & Efendi 1995). Penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Kasus Perusahaan Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI EVA SUSANTI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama 10 (sepuluh) bulan sejak bulan Pebruari Nopember 01. Pengambilan data label produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui

Lebih terperinci

DINATIA BINTARIA S NIM.

DINATIA BINTARIA S NIM. PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN POSTER TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MAKANAN JAJANAN MURID DI SD KELURAHAN PINCURAN KERAMBIL KECAMATAN SIBOLGA SAMBAS KOTA SIBOLGA TAHUN 2011 Oleh: DINATIA BINTARIA

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA Sri Hartutik, Irma Mustikasari STIKES Aisyiyah Surakarta Ners_Tutty@yahoo.com

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

- Beri tanda (X) pada pilihan jawaban yang anda anggap paling tepat. - Pertanyaan berupa isian, harap dijawab dengan singkat dan jelas

- Beri tanda (X) pada pilihan jawaban yang anda anggap paling tepat. - Pertanyaan berupa isian, harap dijawab dengan singkat dan jelas Lampiran 1 Kuesioner penelitian Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai persepsi dan pola konsumsi konsumen di Jakarta Pusat terhadap produk uman ibu hamil dan/atau ibu menyusui. Hasil

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Tati Sri Wahyuni R. 0209054 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR

PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR 63 PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR KARTIKA WANDINI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Pada penelitian ini tidak semua variabel pada kerangka teori akan diteliti. Karena peneliti ingin lebih fokus terhadap variabel Sikap, pengetahuan, motivasi,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n =

METODE PENELITIAN. n = 24 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengumpulan variabel independen dan dependen dilakukan pada satu waktu yang tidak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. = = 95,34 ~ 96 orang

METODE PENELITIAN. = = 95,34 ~ 96 orang METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crosssectional karena data dikumpulkan dan diteliti pada satu waktu dan tidak berkelanjutan. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN METODE RELAKSASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU MENGATASI NYERI HAID PADA MAHASISWI D III KEBIDANAN FK UNS KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2011 dengan menggunakan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta 44 KERANGKA PEMIKIRAN Salah satu ciri yang paling sering muncul pada remaja untuk menjalani penanganan psikologisnya adalah stres. Stres pada remaja yang duduk dibangku sekolah dapat dilanda ketika mereka

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksplanatory digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan atau fenomena sosial yang terjadi secara objektif,

Lebih terperinci