ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 82 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 82 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc"

Transkripsi

1

2

3 Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Jagung PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015

4

5 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN JAGUNG ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 82 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc Penyunting : Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc Dr. Ir. Budi Waryanto, M.Si Ir. Noviati, MSi Ir. Roch Widaningsih, MSi Naskah : Ir. Mohammad Chafid, MSi Design dan Layout : Tarmat Victor S. B. H. Diterbitkan oleh: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian 2015 Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

6

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-nya sehingga Publikasi Analisis Outlook Komoditas Jagung Tahun 2015 dapat diselesaikan. Publikasi ini mengulasanalisisdiskriptifperkembangan komoditas Jagung beserta analisis proyeksi penawaran dan permintaan komoditas tersebut untuk beberapa tahun ke depan. Kegiatan ini dapat terlaksana atas kerjasama beberapa instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, serta dukungan dan kerja sama tim teknis lingkup Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Kepada semua pihak yang telah membantu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penyusunan publikasi buku outlook komoditas Jagung ini, kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggitingginya. Kami menyadari kekurangan dalam menyusun publikasi ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak guna memperbaiki dan menyempurnakannya di waktu mendatang.semoga publikasi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan memberikan manfaat bagi pembaca. Jakarta, Oktober 2015 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Dr. Ir. Suwandi, MSi NIP Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v

8 Halaman ini sengaja di kosongkan vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

9 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii EXECUTIVE SUMMARY... xv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup... 3 II. METODOLOGI ANALISIS Sumber Data dan Informasi Metode Analisis Analisis Deskriptif Analisis Penawaran Analisis Permintaan Kelayakan Model Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii

10 III. KERAGAAN NASIONAL Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Nasional Provinsi Sentra Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Konsumsi per Kapita dan Nasional Harga Produsen dan Konsumen Jagung Ekspor dan Impor Jagung IV. KERAGAAN GLOBAL Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Dunia Negara Sentra Luas Panen dan Produksi Jagung Dunia Perkembangan Ekspor dan Impor Jagung Dunia V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG Penawaran Jagung Permintaan Jagung a. Proyeksi Konsumsi per Kapita Rumah Tangga b. Proyeksi Konsumsi Nasional Jagung Penawaran dan Permintaan Jagung VI. KESIMPULAN viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

11 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data... 5 Tabel 2.2. Pembagian blok persamaan model Suplai Demand Tanaman Pangan... 7 Tabel 2.3. Keterangan Variabel variabel Dalam Model Tabel 3.1. Rata-rata dan Pertumbuhan Luas panen, Produktivitas serta Produksi Jagung di Indonesia, Tabel 5.1. Hasil Uji Anova Model Luas Panen Jagung Tabel 5.2. Model Luas Panen Jagung Tabel 5.3. Anova Model Produktivitas Jagung Tabel 5.4. Model Produktivitas Jagung Tabel 5.5. Tabel 5.6. Target Produksi Jagung Menurut Ditjen Tanaman Pangan Tahun Proyeksi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung,Tahun Menurut Model Pusdatin Tabel 5.7. Model Time Series Konsumsi Jagung Tabel 5.8. Proyeksi Jagung untuk Konsumsi Rumah Tangga Tabel 5.9. Proyeksi Permintaan Jagung untuk Konsumsi Rumah Tangga Tabel Proyeksi Neraca Jagung dengan Produksi Jagung Kadar Air 25% Tabel Proyeksi Neraca Jagung dengan Produksi Jagung Kadar Air 15% Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix

12 x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Tanaman Jagung... 3 Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Jagung Indonesia, Gambar 3.2. Perkembangan Pola Panen Jagung, Gambar 3.3. Perkembangan Produktivitas Jagung Indonesia, Gambar 3.4. Perkembangan Produksi Jagung di Indonesia, Gambar 3.5. Kontribusi Rata-rata Sentra Luas Panen Jagung di Indonesia,Tahun Gambar 3.6. Kontribusi Rata-rata Sentra Produksi Jagung di Indonesia,Tahun Gambar 3.7. Konsumsi Rumah Tangga Jagung Pipilan Kering dan Jagung Basah Berkulit Menurut Susenas Gambar 3.8. Perkembangan Konsumsi Jagung di Indonesia, menurut Neraca Bahan Makanan (NBM) Gambar 3.9. Perkembangan Harga Produsen dan Harga Konsumen Jagung di Indonesia, Gambar Perkembangan Volume Ekspor-Impor Jagung di Indonesia, Gambar4.1. Perkembangan Luas Panen Jagung Dunia, Gambar 4.2. Perkembangan Produktivitas Jagung Dunia, Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Jagung Dunia, Gambar 4.4. Kontribusi Luas Panen Negara-negara Produsen Jagung terhadap Luas Panen Dunia Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi

14 Gambar 4.5. Rata-rata Luas Panen Negara-negara Produsen Jagung Dunia, Gambar 4.6. Rata-rata Produksi Negara Produsen Jagung Dunia, Gambar 4.7.Kontribusi Produksi Negara Produsen Jagung terhadap Produksi Dunia tahun Gambar 4.8. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Jagung Dunia Gambar 4.9. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Jagung Dunia Gambar Negara-negara Eksportir Jagung Terbesar didunia, Gambar Negara-negara Importir Jagung Terbesar Dunia, xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Indonesia Tahun Lampiran 2. Luas PanenJagung di Jawa dan Luar Jawa, Tahun Lampiran 3. Produksi Jagung di Jawa dan Luar Jawa, Tahun Lampiran 4. Produktivitas Jagung di Jawa dan Luar Jawa, Tahun Lampiran 5. Perkembangan Luas Panen Jagung di 10 Provinsi Sentra, Lampiran 6. Perkembangan Produksi Jagung di 10 Provinsi Sentra, Lampiran 7. Perkembangan Produktivitas Jagung di 10 Provinsi Sentra, Lampiran 8. Konsumsi Jagung Perkapita, Rumah Tangga dan Permintaan Industri di Indonesia Tahun Lampiran 9. Ketersediaan Konsumsi Jagung di Indonesia, Tahun Lampiran 10. Perkembangan Harga Produsen dan Harga Konsumen Jagung di Indonesia, Tahun Lampiran 11. Perkembangan Ekspor-Impor Jagung di Indonesia,Tahun Lampiran 12. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Dunia,Tahun Lampiran 13. Rata-rata Luas Panen Jagung di 10 Negara Terbesar, Lampiran 14. Rata-rata Produksi Jagung di 10 Negara Terbesar, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii

16 Lampiran 15. Perkembangan Ekspor-Impor Jagung Dunia, Tahun Lampiran 16. Importir Jagung Terbesar di Dunia, Lampiran 17. Eksportir Jagung Terbesar di Dunia, Lampiran 18. Model Luas Panen jagung Lampiran 19. Model Produktivitas Jagung Lampiran 20. Model Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

17 RINGKASAN EKSEKUTIF Berdasarkan Angka Ramalan I BPS, produksi jagung tahun 2015 sebesar 20,67 juta ton, atau naik sebesar 1,66 juta ton dibandingkan tahun Peningkatan produksi jagung tahun 2015 sebesar 8,72% terjadi karena peningkatan luas panen sebesar 4,18% atau meningkat sebesar 160 ribu hektar. Sementara produktivitas jagung juga mengalami peningkatan sebesar 2,16 ku/ha, yaitu 49,54 ku/ha pada tahun 2014, naik 4,36% menjadi 51,70 ku/ha tahun Proyeksi produksi jagung pada tahun 2016 diramalkan akan meningkat kembali menjadi 21,84 juta ton dari 20,67 juta ton pada tahun 2015 atau meningkat sebesar 5,66%. Peningkatan tersebut terjadi karena peningkatan produktivitas sebesar 3,75% atau meningkat sebesar 1,94 ku/ha, demikian juga luas panen diramalkan akan mengalami peningkatan sebesar 1,84% atau meningkat sekitar 73 ribu hektar. Selanjutnya untuk peramalan produksi jagung tahun 2017 kembali akan meningkat menjadi 22,67 juta ton dari 21,84 juta ton pada tahun 2016 atau meningkat sebesar 3,84%. Peningkatan produksi jagung tahun 2017 ini dikarenakan peningkatan luas panen sebesar 0,90% atau meningkat sekitar 36 ribu hektar dan peningkatan produktivitas sebesar 2,91% atau meningkat sebesar 1,56 ku/ha. Produksi jagung tahun 2018 dan 2019 juga diramalkan meningkat, masing-masing menjadi 23,51 juta ton dan 24,35 juta ton. Berdasarkan hasil permodelan besarnya permintaan jagung yang tersedia untuk konsumsi rumah tangga pada tahun 2015 diproyeksikan sebesar 1,33 kg/kapita/tahun atau menurun sebesar 14,74% dibandingkan tahun Pada tahun 2016 dan 2017 proyeksi permintaan jagung untuk konsumsi rumah tangga masing-masing Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xv

18 sebesar 1,22 kg/kapita/tahun dan 1,10 kg/kapita/tahun, sehingga total kebutuhan jagung untuk konsumsi langsung pada tahun 2015, 2016 dan 2017 masing-masing diramalkan sebesar 339,76 ribu ton, 315,62 ribu ton dan 288,08 ribu ton. Meskipun permintaan jagung untuk konsumsi langsung turun, namun permintaan jagung untuk bahan baku pakan ternak diperkirakan akan meningkat sekitar 7,5% per tahun. Pada tahun 2015 dengan proyeksi produksi jagung sebesar 20,67 juta ton, dari jumlah itu yang hilang tercecer diperkirakan 1,03 juta ton atau sekitar 5%, pengunaan jagung untuk bibit 84 ribu ton, penggunaan untuk pakan peternak mandiri 4,06 juta ton dan penggunaan untuk bahan baku jagung untuk pabrik pakan 8,36 juta ton dan untuk konsumsi langsung rumah tangga diperkirakan sebesar 339 ribu ton dan jagung untuk bahan baku industri makanan sebesar 19,8% atau sebesar 4,09 juta ton, maka pada tahun 2015 masih akan terjadi surplus jagung nasional sebesar 2,69 juta ton. Meskipun diramalkan terjadi peningkatan produksi jagung pada tahun 2016 sampai 2019, dipekirakan surplus jagung akan semakin menurun karena laju kebutuhan jagung untuk pakan lebih tinggi dari laju peningkatan produksi. Pada tahun 2016 produksi jagung diperkirakan masih surplus sebesar 2,48 juta ton, tahun 2017 surplus produksi jagung turun menjadi 1,90 juta ton, tahun 2018 kembali turun menjadi 1,16 juta ton dan tahun 2019 surplus produksi jagung hanya sekitar 308 ribu ton. Jika kadar air produksi jagung pipilan disetarakan dengan jagung untuk bahan baku industri pakan yaitu sebesar 15%, maka tahun 2015 dan tahun 2016 masih terjadi surplus, sebaliknya tahun 2017 sampai 2019 akan terjadi defisit. xvi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

19 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) merupakan tanaman semusim (annual). Jagung adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang penting di dunia, selain gandum dan padi. Negara yang mengkonsumsi jagung sebagai sumber makanan pokok adalah Amerika Tengah dan juga Amerika Selatan, sedangkan Indonesia rata-rata mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya. Sebagai sumber karbohidrat, sebagian masyarakat memanfaatkan jagung untuk makanan pokok sehari-hari. Oleh karena itu, tak heran apabila kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus meningkat. Selain sebagai bahan makanan pokok, jagung juga digunakan sebagai bahan olahan minyak goreng, tepung maizena, etanol, asam organik, dan industri pakan ternak. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif, dan paruh kedua merupakan tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi, meskipun pada umumnya tinggi tanaman 1 meter sampai 3 meter. Data jagung dikumpulkan dari seluruh kecamatan di Indonesia. Petugas pengumpul data di lapangan adalah KCD (Kepala Cabang Dinas) di kecamatan, melalui formulir SP-Palawija. Periode pengumpulan data bulanan, jadi setiap bulan petugas mengumpulkan data dan diserahkan ke kantor Dinas Pertanian Kabupaten. Selanjutnya Dinas Pertanian akan berkoordinasi dengan BPS Kabupaten, dan data dientri di BPS kabupaten melalui program aplikasi SIMTP (Sistem Informasi Manajemen Tanaman Pangan). Pada formulir SP-Palawija jagung terbagi atas 3 kelompok varietas yaitu jagung hibrida, jagung komposit dan jagung lokal. Jagung hibrida paling banyak ditanam petani, karena produktivitasnya yang Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1

20 relatif lebih tinggi daripada jagung komposit ataupun lokal. Ada upaya peningkatan produksi jagung hibrida dan komposit melalui program SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu). Data luas panen dan luas tanam jagung diperoleh dari laporan Survei Pertanian- Palawija. Pada laporan Survei Pertanian (SP- Palawija) yang dilaporkan secara rutin oleh Mantri Tani, luas panen jagung dilaporkan dalam tiga bentuk yaitu luas panen jagung pipilan kering, luas panen jagung yang dipanen muda dan luas panen jagung untuk hijauan pakan ternak. Sedangkan produksi jagung yang dimaksud disini adalah produksi jagung dalam bentuk pipilan kering. Jagung untuk sayur seperti baby corn, tidak termasuk pada produksi jagung. Untuk menghitung produksi diperlukan data produktivitas. Pengumpulan data produktivitas dilakukan oleh Mantri Statistik bersama-sama dengan Mantri Tani. Pengumpulan data produktivitas itu sendiri dilakukan setiap subround (4 bulan sekali), melalui survey ubinan. Survei ini dilakukan dengan metode sampling, yaitu memilih sejumlah rumah tangga yang akan panen pada subround yang bersangkutan. Selain merupakan bahan pangan pengganti beras yang dikonsumsi secara langsung oleh masyarakat, jagung juga merupakan bahan baku pakan ternak yang memiliki komposisi yang cukup dominan, seperti yang diungkapkan oleh Abbas S. (1996) bahwa komponen jagung mencapai proporsi yang cukup tinggi dalam industri pakan ternak yaitu sebesar 51,4%. Selain itu jagung digunakan sebagai hijaun pakan ternak, baik diambil minyaknya dari bulir, dibuat tepung yang dikenal dengan tepung jagung atau maizena dan bahan baku industri dari tepung bulir maupun tepung tongkolnya. Tepung jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. 2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

21 Gambar 1. Tanaman Jagung 1.2. Tujuan Tujuan penyajian oulook jagung ini adalah untuk melihat sampai sejauh mana prospek komoditas jagung di Indonesia, berikut dalam tulisan ini disajikan mengenai perkembangan jagung baik di dalam negeri, maupun global serta hasil proyeksi penawaran dan permintaan jagung di Indonesia untuk periode 5 (lima) tahun ke depan Ruang Lingkup Ruang lingkup dari penyajian outlook ini adalah informasi luas panen, produktivitas dan produksi jagung secara nasional, serta provinsi sentra produksi jagung. Disamping itu disajikan aspek perdagangan dan konsumsi. Aspek perdagangan meliputi harga produsen,harga konsumen, ekspor dan impor jagung. Aspek konsumsi meliputi konsumsi per kapita rumah tangga dan konsumsi nasional. Ruang lingkup outlook ini juga menyajikan data global luas panen,produksi dan ekspor impor jagung. Pada bagian akhir disajikan neraca suplai demand untuk tahun berjalan dan peramalan 5 tahun ke depan. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3

22 Halaman ini sengaja dikosongkan 4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

23 II. METODOLOGI ANALISIS 2.1. Sumber Data dan Informasi Outlook Komoditas Tanaman Pangan tahun 2015 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh baik dari data primer maupun data sekunder yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Departemen Pertanian seperti Biro Pusat Statistik (BPS). Untuk keragaan global data diperoleh dari download website Food and Agriculture Organization (FAO). Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data No Variabel Periode Sumber Data 1 Luas Panen Jagung di Indonesia BPS 2 Produksi Jagung di Indonesia BPS 3 Produktivitas Jagung di Indonesia BPS 4 Konsumsi Jagung per kapita rumah Susenas -BPS tangga 5 Penggunaan jagung untuk industri NBM BKP Kementan 6 Ketersediaan konsumsi jagung di NBM BKP Kementan Indonesia 7 Harga produsen dan konsumen BPS jagung di Indonesia 8 Volume dan Nilai ekspor jagung di BPS Indonesia 9 Volume dan Nilai impor jagung di BPS Indonesia 10 Luas panen jagung dunia FAO 11 Produksi jagung dunia FAO 12 Produktivitas jagung dunia FAO 13 Volume ekspor dan volume impor jagung dunia FAO Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5

24 2.2. Metode Analisis Analisis Deskriptif Analisis deskriptif pada outlook ini biasa digunakan untuk menyajikan keragaan data baik kergaan nasional maupun global. Analisis deskriptif yang banyak digunakan adalah rata-rata, data tertinggi, data terendah, proporsi terhadap total, dan angka pertumbuhan Analisis Penawaran Model merupakan simplifikasi dari dunia nyata, dimana setiap kegiatan dalam perekonomian pertanian yang akan dianalisis terangkum dalam model tersebut. Model ini disebut model ekonometrika suplai demand tanaman pangan, yang disusun dalam sistem persamaan simultan dan dinamis terbagi dalam dua blok, yaitu terdiri dari Blok Suplai dan Blok Demand. Model yang dibangun dapat dikembangkan untuk masing-masing sub sektor sesuai dengan variabel yang tersedia. Variabel utama dalam analisis penawaran adalah produksi. Produksi merupakan perkalian luas panen dan produktivitas. Sehingga model yang dibangun untuk analisis penawaran adalah model luas panen dan model produktivitas. 6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

25 Tabel 2.2. Pembagian blok persamaan model Suplai Demand Tanaman Pangan Nama Blok Persamaan Blok Suplai 1. Luas Panen 2. Produktivitas 3. Impor 4. Produksi 5. Suplai Nomor Persamaan Blok Demand 1. Konsumsi Perkapita (beras, jagung, kedelai, ubi kayu, kc tanah) 2. Konsumsi Nasional (beras, jagung, kedelai, ubi kayu, kc tanah) 3. Demand beras 4. Demand jagung 5. Demand kedelai 6. Demand ubi kayu 7. Demand kacang tanah 8. Neraca (beras, jagung, kedelai, ubi kayu, kc tanah) Blok Suplai Penawaran Produksi Luas Panen Padi LPP = a0 + a1 LPP(t-1) + a2 HRB(t-1) + a3 HRJ(t-1) + a4 HRK(t-1) + µ1... (1) Parameter estimasi yang diharapkan : a1, a2 > 0; a3, a4 > 0 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7

26 Luas Panen Jagung LPJ = b0 + b1 LPJ(t-1) + b2 HRJ(t-1) + b3 HRK(t-1) + b4 HRUK(t-1) + b5 HRKC(t-1) + µ2... (2) Parameter estimasi yang diharapkan : b1, b2 > 0; b3, b4, b5 > 0 Luas Panen Kedelai LPK = c0 + c1 LPK(t-1) + c2 HRK(t-1) + c3 HRJ(t-1) + c4 HRUK(t-1) + c5 HRKC(t-1) + µ3... (3) Parameter estimasi yang diharapkan : c1, c2 > 0; c3, c4, c5 > 0 Luas Panen Kacang Tanah LPKC = e0 + e1 LPKC(t-1) + e2 HRKC(t-1) + e3 HRJ(t-1) + e4 HRK(t-1) + e5 HRUK(t-1) + µ5... (5) Parameter estimasi yang diharapkan : e1, e2 > 0; e3, e4, e5 > 0 Produktivitas Produktivitas Padi YP = f0 + f1 YP(t-1) + f2 HRUREA(t-1) + f3 TEK + f4 DSLPTT + f5 LIRIGASI + f6 RLPPJ + µ6...(6) Parameter estimasi yang diharapkan : f1, f3, f4, f5, f6 > 0 f2 < 0 Produktivitas Jagung YJ = g0 + g1 YJ(t-1) + g2 HRUREA(t-1) + g3 TEK + g4 DSLPTT + g5 LIRIGASI + g6 RLPJJ + µ7...(7) Parameter estimasi yang diharapkan : g1, g3, g4, g5, g6 > 0 g2 < 0 Produktivitas Kedelai YK = h0 + h1 YK(t-1) + h2 HRUREA(t-1) + h3 TEK + h4 DSLPTT + h5 LIRIGASI + h6 RLPKJ + µ8...(8) Parameter estimasi yang diharapkan : h1, h3, h4, h5, h6 > 0 h2 < 0 8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

27 Produktivitas Ubi Kayu YUK = i0 + i1 YUK(t-1) + i2 HRUREA(t-1) + i3 TEK + i4 DSLPTT + i5 LIRIGASI + µ9...(9) Parameter estimasi yang diharapkan : i1, i3, i4, i5 > 0 i2 < 0 Produktivitas Kacang Tanah YKC = j0 + j1 YKC(t-1) + j2 HRUREA(t-1) + j3 TEK + j4 DSLPTT + j5 LIRIGASI + µ10...(10) Parameter estimasi yang diharapkan : j1, j3, j4, j5, j5 > 0 j2 < 0 Impor Impor Beras IB = ko + k1 PRODP + k2 KONSB + k3 HIB + k4 HRB + µ11...(11) Parameter estimasi yang diharapkan : k2, k4 > 0 k1, k3 < 0 Impor Jagung IJ = lo + l1 PRODJ + l2 KONSJ + l3 HIJ + l4 HRJ + µ (12) Parameter estimasi yang diharapkan : l2, l4 > 0 l1, l3 < 0 Impor Kedelai IK = mo + m1 PRODK + m2 KONSK + m3 HIK + m4 HRK + µ (13) Parameter estimasi yang diharapkan : m2, m4 > 0 m1, m3 < 0 Impor Kacang Tanah IKC = no + n1 PRODKC + n2 KONSKC + n3 HIKC + n4 HRKC + µ14..(14) Parameter estimasi yang diharapkan : n2, n4 > 0 n1, n3 < 0 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9

28 Persamaan Identitas Produksi PRODP = LPP * YP...(15) PRODJ = LPJ * YJ...(16) PRODK= LPK * YK...(17) PRODUK = LPUK * YUK...(18) PRODKC=LPKC*YKC...(19) SUPLAI SP = PRODP + (IB*100/62.7)...(20) SJ = PRODJ + IJ...(21) SK = PRODK + IK...(22) SKC= PRODKC + IKC... (23) SUK = PRODUK + IUK...(24) Analisis Permintaan Variabel utama analisis permintaan adalah konsumsi perkapita. Hasil kali konsumsi per kapita dengan jumlah penduduk adalah konsumsi nasional. Konsumsi nasional merupakan jumlah yang harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan nasional. Blok Demand K o n s u m s i Konsumsi Per Kapita Beras KONSB = o0 + o1 PDB + o2 IHK + o3 KONSB(t-1) + µ15... (25) Parameter estimasi yang diharapkan: l1, l3 > 0 ; l2 < 0 Konsumsi Per Kapita Jagung 10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

29 KONSJ = p0 + p1 PDB + p2 IHK + p3 KONSJ(t-1) + µ16... (26) Parameter estimasi yang diharapkan: p1, p3 > 0 ; p2 < 0 Konsumsi Per Kapita Kedelai KONSK = q0 + q1 PDB + q2 IHK + q3 KONSK(t-1) + µ17... (27) Parameter estimasi yang diharapkan: q1, q3 > 0 ; q2 < 0 Konsumsi per Kapita Ubi Kayu KONSUK = r0 + r1 PDB + r2 IHK + r3 KONSUK(t-1) + µ18... (28) Parameter estimasi yang diharapkan: r3 > 0 ; r1,r2 < 0 Konsumsi per kapita Kacang Tanah KONSKC = s0 + s1 PDB + s2 IHK + s3 KONSKC(t-1) + µ19... (29) Parameter estimasi yang diharapkan: r3 > 0 ; r1,r2 < 0 Konsumsi Nasional Beras KONNB = POP * KONSB... (30) Konsumsi Nasional Jagung KONNJ = POP * KONSJ... (31) Konsumsi Nasional Kedelai KONNK = POP * KONSK... (32) Konsumsi Nasional Ubi Kayu KONNUK = POP * KONSUK... (33) Konsumsi Nasional Kacang Tanah KONNKC = POP * KONSKC... (34) DEMAND DEMAND BERAS DB = KONNB + PAKG + PAKB + BB + TCG + TCB...(35) PAKG = (PRODP*0.0044)* (36) PAKB = (PRODP*0.627)* (37) BB = (PRODP*0.0104)* (38) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11

30 TCG = (PRODP*0.0540) * (39) TCB = (PRODP*0.627)* (40) DEMAND JAGUNG DJ = KONNJ + PAKJ + BJ + TCJ...(41) PAKJ = PRODJ* (42) TCJ = PRODJ* (44) DEMAND KEDELAI DK = KONNK + BK + TCK...(45) PAKK = PRODK* (46) BK = PRODK* (47) TCK = PRODK* (48) DEMAND KACANG TANAH DKC = KONNKC + EKSKC + PAKKC + BKC + TCKC...(52) BKC = PRODKC* (53) TCKC = PRODKC* (54) NERACA NRCB =(SP*0.627) DB...(55) NRCJ =SJ DJ...(56) NRCK = SK DK...(57) NRCUK = SUK- DUK...(58) NRCKC = SKC DKC...(59) 12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

31 Tabel 2.3. Keterangan Variabel variabel Dalam Model KETERANGAN VARIABEL DALAM MODEL VARIABEL KETERANGAN SATUAN PRODP PRODUKSI PADI TON PRODJ PRODUKSI JAGUNG TON PRODK PRODUKSI KEDELAI TON PRODKC PRODUKSI KACANG TANAH TON PRODUK PRODUKSI UBI KAYU TON LPP LUAS PANEN PADI HA LPJ LUAS PANEN JAGUNG HA LPK LUAS PANEN KEDELAI HA LPKC LUAS PANEN KACANG TANAH HA LPUK LUAS PANEN UBI KAYU HA YP PRODUKTIVITAS PADI TON/HA YJ PRODUKTIVITAS JAGUNG TON/HA YK PRODUKTIVITAS KEDELAI TON/HA YKC PRODUKTIVITAS KACANG TANAH TON/HA YUK PRODUKTIVITAS UBI KAYU TON/HA LPP(t-1) LUAS PANEN PADI TAHUN SEBELUMNYA HA LPJ(t-1) LUAS PANEN JAGUNG TAHUN SEBELUMNYA HA LPK(t-1) LUAS PANEN KEDELAI TAHUN SEBELUMNYA HA LPKC(t-1) LUAS PANEN KACANG TAHUN SEBELUMNYA HA LPUK(t-1) LUAS PANEN UBI KAYU TAHUN SEBELUMNYA HA HRB(t-1) HARGA RIIL BERAS TAHUN SEBELUMNYA RUPIAH HRJ(t-1) HARGA RIIL JAGUNG TAHUN SEBELUMNYA RUPIAH HRK(t-1) HARGA RIIL KEDELAI TAHUN SEBELUMNYA RUPIAH HRKC(t-1) HARGA RIIL KACANG TANAH TAHUN SEBELUMNYA RUPIAH HRUK(t-1) HARGA RIIL UBI KAYU TAHUN SEBELUMNYA RUPIAH LPUP LUAS PUSO PADI HA LPUJ LUAS PUSO JAGUNG HA LPUK LUAS PUSO KEDELAI HA LPUKC LUAS PUSO KACANG TANAH HA LPUUK LUAS PUSO UBI KAYU HA HRUREA(t-1) HARGA RIIL UREA TAHUN SEBELUMNYA RUPIAH TEK TEKNOLOGI DSLPTT DUMMY SLPTT CH CURAH HUJAN MILIMETER LIRIGASI LUAS IRIGASI HA RLPPJ RASIO LUAS PANEN PADI JAWA TERHADAP NASIONAL RLPJJ RASIO LUAS PANEN JAGUNG JAWA TERHADAP NASIONAL RLPKJ RASIO LUAS PANEN KEDELAI JAWA TERHADAP NASIONAL KONS KONSUMSI KONSB KONSUMSI BERAS KG/KAP/THN KONSJ KONSUMSI JAGUNG KG/KAP/THN KONSK KONSUMSI KEDELAI KG/KAP/THN KONSKC KONSUMSI KACANG TANAH KG/KAP/THN IB IMPOR BERAS TON IJ IMPOR JAGUNG TON IK IMPOR KEDELAI TON IKC IMPOR KACANG TANAH TON HIB HARGA INTERNASIONAL BERAS US $ SP SUPLAY PADI TON SJ SUPLAY JAGUNG TON SK SUPLAY KEDELAI TON SKC SUPLAY KACANG TANAH TON BLOK DEMAND KONSB KONSUMSI BERAS KG/KAP/THN POP POPULASI ORANG KONSK KONSUMSI KEDELAI KG/KAP/THN KONSKC KONSUMSI KACANG TANAH KG/KAP/THN KONNB KONSUMSI NASIONAL BERAS KG/KAP/THN KONNJ KONSUMSI NASIONAL JAGUNG KG/KAP/THN KONNK KONSUMSI NASIONAL KEDELAI KG/KAP/THN Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13

32 Kelayakan Model Kelayakan model untuk persamaan regresi simultan menggunakan Tabel Anova (analysis of variance). Dari tabel anova dicek nilai Probability dari F hitung. Jika probability F hitung kurang dari 0,10 berati model layak untuk tingkat kepercayaan 90%, jika nilai probability F hitung kurang dari 0,05 model layak dengan tingkat kepercayaan 95%. Disamping itu yang menjadi ukuran adalah nilai R square, nilai R square makin mendekati 100% model makin baik. Untuk model time series yang menjadi ukuran adalah nilai MAPE, jika ada 2 atau lebih pilihan model, maka yang diambil adalah yang memiliki MAPE kecil. 14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

33 III. KERAGAAN NASIONAL 3.1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Nasional Pertumbuhan luas panen jagung untuk periode atau pada sepuluh tahun terakhir agak melambat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,76%. Hal ini menunjukkan semakin terbatasnya lahan untuk perluasan jagung, sehingga perlu dipikirkan jika ingin meningkatkan produksi jagung, terutama dengan memanfaatkan lahan yang sementara tidak diusahakan. Selama periode tersebut penurunan luas panen terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 7,72% dan tahun 2011 sebesar 6,46%, dan peningkatan luas panen tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 10,24%. Luas panen jagung pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 2,40% dibandingkan tahun 2011, sedangkan pada tahun 2013 luas panen jagung menurun sebesar 3,44% dan pada tahun 2014 meningkat sebesar 0,41%. Berdasarkan angka ramalan I tahun 2015, luas panen jagung kembali mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 4,18%. Peningkatan luas panen ini terutama terjadi di Luar Pulau Jawa sebesar 6,48% dan di Pulau Jawa sebesar 1,97%. Rendahnya pertumbuhan luas panen jagung pada satu dekade terakhir diduga karena jagung harus bersaing dengan tanaman tadah hujan lainnya seperti tanaman pangan padi, kedelai, kacang tanah, maupun tanaman non pangan seperti tembakau. Disamping itu luas baku sawah diduga mengalami penyusutan karena konversi lahan untuk kepentingan lain seperti infrastruktur, perumahan, dan lain-lain. Faktor lain yang diduga menurunkan luas panen jagung adalah perubahan iklim global, dimana batas antara musim hujan dan musim kemarau menjadi kurang jelas, sehingga petani harus memutuskan jenis tanaman yang Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15

34 akan ditanam, antara tetap menanam padi yang membutuhkan banyak air atau beralih ke palawija. Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Jagung Indonesia, Selama periode pertumbuhan luas panen jagung di Pulau Jawa dan Luar Pulau Jawa hampir sama, masing-masing sebesar 2,56% dan 2,78%. Sebaliknya pada rentang periode waktunya 10 tahun terakhir yaitu antara tahun pertumbuhan luas panen jagung di Luar Jawa lebih tinggi dari pada di Jawa, pertumbuhan luas panen di Luar Jawa 2,84% sedangkan Jawa 0,82%. Rendahnya pertumbuhan luas panen jagung di Jawa karena lahan untuk tanaman jagung harus bersaing dengan komoditas lain yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi atau sebagai bahan pangan utama seperti padi sawah, komoditas perkebunan, hortikultura atau komoditas tanaman semusim lainnya. Sebaliknya, tingginya pertumbuhan luas panen di Luar Jawa ini antara lain karena daya saing produksi jagung yang relatif lebih baik pada lahan sawah tadah hujan dan lahan kering dibandingkan dengan daya saing komoditas lain (Deptan, 2005). Hal ini juga didorong oleh kebutuhan jagung untuk pakan ternak, karena harga jagung impor yang semakin mahal. Di sisi lain kebutuhan jagung untuk pakan ternak semakin besar. 16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

35 Tabel 3.1. Rata-rata dan Pertumbuhan Luas Panen, Produktivitas serta Produksi Jagung di Indonesia, Wilayah TAHUN Luas Panen Luas Panen Pertumbuhan (%) Ton Produksi Pertumbuhan (%) Produktivitas Pertumbuhan Ku/Ha (%) Jawa Luar Jawa Indonesia , ,10 32,22 4, , ,78 45,89 3, , ,86 26,95 3, , ,78 40,77 4, , ,91 29,90 4, , ,05 43,42 4,09 Kontribusi Terhadap Indonesia periode (%) Jawa 51,82 54,56 105,69 Luar Jawa 48,18 45,44 93,89 Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Keterangan : *) Angka Ramalan I Sumber : BPS, diolah oleh Pusdatin Keterangan : *) Tahun 2015 Angka Ramalan I Pada satu dasawarsa terakhir besarnya, luas panen jagung antara di wilayah Jawa dan luar Jawa hampir seimbang. Berdasarkan Angka Ramalan I tahun 2015 luas panen jagung nasional adalah 3,997 juta ha, di mana 1,993 juta ha atau 49,85% berada di wilayah Jawa dan 2,005 juta ha atau sekitar 50,15% berada di wilayah Luar Jawa. Pada tahun 2015 ini ada peningkatan luas panen seluas 160,48 ribu hektar atau sebesar 4,18% dibandingkan tahun Peningkatan luas panen di Luar Jawa cukup besar yaitu sekitar 121,99 ribu hektar atau naik sebesar 6,48% dan di Pulau Jawa sekitar 38,49 ribu hektar atau naik sebesar 1,97%. Peningkatan luas panen jagung di Luar Jawa karena adanya perubahan pola tanam, dimana petani banyak yang beralih menanam komoditas jagung, karena kebutuhan jagung untuk pabrik pakan semakin besar, dan harga jagung relatif stabil tinggi. Berdasarkan Tabel 3.1, selama periode pertumbuhan luas panen jagung rata-rata di Indonesia adalah sebesar 1,76% per tahun. Selama periode tersebut, pertumbuhan luas panen jagung di Luar Jawa lebih tinggi dari pada di Pulau Jawa. Pertumbuhan Luas panen Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17

36 jagung di Pulau jawa hanya 0,82% sedangkan pertumbuhan luas panen jagung di Luar Jawa sebesar 2,84%. Hal ini menunjukkan bahwa peluang untuk meningkatkan produksi jagung melalui perluasan areal di Luar Jawa lebih besar. Pola panen jagung selama 3 tahun terakhir ( ) menunjukkan kondisi yang hampir seragam, yaitu puncak panen jagung terjadi pada Subround I yaitu bulan Februari - Maret. Pada Bulan Januari belum banyak panen jagung, Bulan Februari - Maret merupakan bulan puncak panen jagung. Pola panen tahun 2013 dan 2014 menunjukkan puncak panen terjadi di Bulan Februari, Bulan Maret sudah agak menurun dibandingkan Bulan Februari. Namun pada tahun 2015, puncak panen jagung terjadi pada bulan Maret. Bulan April luas panen sudah jauh menurun dibandingkan Bulan Februari - Maret. Pada Bulan Juni, Juli, dan Agustus luas panen kembali sedikit meningkat dibandingkan Bulan Mei, namun Bulan September sampai Desember luas panen jagung terus mengalami penurunan. Untuk lebih jelasnya pola panen jagung dapat dilihat pada Gambar 3.2. Gambar 3.2. Perkembangan Pola Panen Jagung, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

37 Berdasarkan Gambar 3.3, produktivitas jagung terus mengalami peningkatan. Rata-rata pertumbuhan produktivitas jagung selama kurun waktu adalah sebesar 3,81% per tahun, suatu pertumbuhan yang cukup signifikan. Pada kurun waktu tersebut, produktivitas jagung nasional meningkat dari 9,41 Ku/Ha di tahun 1969 menjadi 51,70 Ku/Ha pada tahun Selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir atau tahun , pertumbuhan produktivitas jagung lebih tinggi yaitu sebesar 4,09%. Hal ini menunjukkan laju peningkatan produktivitas semakin tinggi pada satu dasawarsa tahun terakhir. Produktivitas jagung ini diharapkan akan terus meningkat, karena beberapa tahun terakhir ini diluncurkan berbagai varietas jagung hibrida seperti Bisi 816, P27, DK 7722, NK 6325, Pertiwi-3, SHS-4 dan lain-lain. Kelompok jagung hibrida ini memiliki produktivitas per hektar lebih tinggi dari pada jagung komposit ataupun jagung lokal. Gambar 3.3. Perkembangan Produktivitas Jagung Indonesia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19

38 Secara umum tingkat produktivitas jagung di Pulau Jawa cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan di Luar Jawa maupun secara nasional terutama pada kondisi sepuluh tahun terakhir (Tabel 1). Produktivitas jagung di Jawa periode rata-rata sebesar 45,89 Ku/ha, sementara rata-rata produktivitas di Luar Pulau Jawa 40,77 Ku/ha, sedangkan produktivitas jagung nasional adalah sebesar 43,42 Ku/ha. Hal ini menunjukkan kondisi tanah di Pulau Jawa yang lebih subur dari pada Luar Jawa dan kemungkinan lebih banyak petani jagung menggunakan benih hibrida. Peningkatan produktivitas jagung antara lain sebagai dampak dari penerapan paket teknologi dalam penggunaan varietas jagung hibrida secara nasional dan adanya program SLPTT (Sekolah Lapang Pertanian Tanaman Terpadu). Pada tahun 2015 produktivitas jagung nasional sebesar 51,70 ku/ha atau meningkat sebesar 2,16 ku/ha, dibandingkan tahun 2014, atau meningkat sebesar 4,36%. Peningkatan produktivitas ini sebagian besar karena kontribusi peningkatan produktivitas di Jawa sebesar 2,69 ku/ha (atau meningkat 5,18%), sedangkan kontribusi peningkatan produktivitas di Luar Jawa lebih kecil yaitu sebesar 1,75 ku/ha (atau meningkat sebesar 3,72%). Peningkatan produktivitas karena adanya program peningkatan produksi jagung seperti GPTT dan peningkatan produktivitas jagung hibrida. Pada tahun 2015 berdasarkan angka ramalan I produktivitas jagung di Jawa sebesar 54,67 Ku/ha, sedangkan produktivitas jagung di Luar Jawa sebesar 48,75 Ku/ha. Untuk lebih jelasnya terlihat pada Lampiran I. Produksi adalah hasil perkalian antara luas panen dan produktivitas, sehingga pola perkembangan produksi dipengaruhi oleh perkembangan luas panen dan produktivitas. Perkembangan produksi jagung di Indonesia pada periode tahun cenderung berfluktuasi namun secara umum meningkat, mirip dengan pola luas 20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

39 panen, namun peningkatan produksi menunjukkan pola peningkatan yang lebih signifikan. Produksi jagung selama kurun waktu tertinggi dicapai pada tahun 2015 ini yaitu sebesar 20,667 juta ton. Jika dilihat perkembangan produksi jagung pada 10 (sepuluh) tahun terakhir, produksi jagung mengalami pertumbuhan positif dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,05% per tahun. Pada tahun 2005 produksi jagung sebesar 12,524 juta ton, kemudian lima tahun berikutnya (2010) produksi jagung meningkat menjadi 18,33 juta ton, dan di tahun 2015 produksi jagung nasional kembali meningkat secara signifikan sehingga mencapai 20,667 juta ton. Selama periode tahun 2010 sampai 2015, terjadi 2 kali penurunan produksi jagung, yaitu tahun 2011 produksi jagung turun sebesar 3,73% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 17,643 juta ton, dan tahun 2013 produksi jagung turun sebesar 4,51% dibandingkan tahun sebelumnya atau mencapai 18,512 juta ton. Penurunan produksi jagung disebabkan oleh penurunan produktivitas karena penggunaan benih jagung, tata cara pengolahan tanaman, pemupukan, dan penurunan produksi jagung biasanya disebabkan oleh penurunan luas panen. Penurunan produksi jagung juga bisa disebabkan bergesernya pola tanam, atau beralih ke komoditas lain. Produksi jagung tahun 2014 kembali meningkat menjadi 19,008 juta ton atau naik sebesar 2,68% dan tahun 2015 kembali terjadi peningkatan yang cukup signifikan menjadi 20,667 juta ton atau naik sebesar 8,72%. Peningkatan produksi ini dikarenakan terjadi peningkatan luas panen sebesar 160 ribu hektar (4,18%), dan juga peningkatan produktivitas sebesar 2,16 ku/ha (4,36%). Selama periode , pertumbuhan produksi jagung di Luar Jawa lebih tinggi dari pada di Jawa. Pertumbuhan produksi jagung di Jawa hanya 4,78% per tahun, sementara di Luar Jawa sebesar 7,78% per tahun. Tingginya pertumbuhan produksi jagung di Luar Jawa terutama dikarenakan pertumbuhan luas panen. Pertumbuhan luas Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21

40 panen di Jawa hanya 0,82% per tahun sedangkan pertumbuhan luas panen di Luar Jawa sebesar 2,84% per tahun. Pola perkembangan produksi jagung di Jawa tampak lebih berfluktuasi dibandingkan dengan pola perkembangan produksi jagung di Luar Jawa. Hal ini terjadi karena persaingan penggunaan lahan di Jawa khususnya antara padi dan palawija dapat menjadi alasan utama terjadinya fluktuasi tingkat produksi jagung di Jawa, sedangkan produksi jagung di Luar Jawa cenderung meningkat secara perlahan ( 000 ton ) *) Jawa Luar Jawa Indonesia Gambar 3.4. Perkembangan Produksi Jagung di Indonesia, Provinsi Sentra Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Pada periode , daerah penghasil utama atau sentra luas panen jagung di Indonesia terdistribusi di sepuluh provinsi dengan total kontribusi sebesar 87,97% terhadap total luas panen Indonesia (Gambar 3.5). Kontribusi terbesar luas panen jagung nasional berasal dari Provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 31,11%, disusul kemudian oleh Jawa Tengah sebesar 13,89%, sedangkan Provinsi Jawa Barat menempati urutan ke-8 dan hanya menyumbang 3,76% dari luas panen nasional. 22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

41 Total kontribusi 3 (tiga) provinsi sentra di Jawa ini mencapai 48,76%, tujuh provinsi sentra lainnya merupakan provinsi di Luar Pulau Jawa. Lampung menjadi provinsi urutan ke-3 dengan total kontribusi sebesar 9,07% atau rata-rata luas panen selama periode sebesar 353,511 ribu ha, urutan selanjutnya diikuti masing-masing secara berurutan Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Utara, masing-masing secara berurutan berkontribusi sebesar 7,61%, 6,68%, 5,92%, 3,58%, 3,08% dan 3,27% (Gambar 3.5 dan Lampiran 5). Provinsi lainnya di luar provinsi sentra, kontribusinya terhadap produksi jagung nasional adalah 12,03%. Gambar 3.5. Kontribusi Rata-rata Sentra Luas Panen Jagung di Indonesia, Tahun Dilihat dari sisi pertumbuhan luas panen jagung selama periode 5 tahun terakhir ( ) beberapa provinsi sentra mengalami peningkatan pertumbuhan, namun ada juga yang menunjukkan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23

42 pertumbuhan negatif. Pertumbuhan negatif terjadi di Provinsi Lampung dimana luas panen rata-rata turun sebesar 2,69%/tahun, Jawa Barat luas panen turun sebesar 1,03%/tahun, dan Sumatera Utara turun 0,44%/tahun. Penurunan luas panen jagung di Provinsi Lampung karena sebagian petani beralih komoditas dari jagung ke komoditas ubi kayu. Hal ini dikarenakan petani merasa bahwa dalam bertanam ubi kayu biaya untuk usaha tani jauh lebih murah dari pada bertanam jagung. Bertanam ubi kayu tidak memerlukan perawatan khusus. Angka Ramalan I tahun 2015 juga menunjukkan peningkatan luas panen ubi kayu. Luas panen ubi kayu di Lampung tahun 2014 sebesar 304,47 ribu ha, tahun 2015 meningkat menjadi 310,44 ribu ha. Sementara pertumbuhan luas panen tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 16,13% per tahun. Sentra produksi jagung di Indonesia selama terdistribusi di sepuluh provinsi dengan total kontribusi sebesar 89,47% terhadap total produksi Indonesia (Gambar 3.6). Kontribusi terbesar produksi jagung nasional berasal dari Provinsi Jawa Timur yaitu 30,93%, disusul kemudian oleh Jawa Tengah sebesar 15,89%, sedangkan Provinsi Jawa Barat menempati urutan ke-6 dan hanya menyumbang 5,43% dari produksi nasional. Total kontribusi 3 (tiga) provinsi sentra di Jawa ini mencapai 52,25%, tujuh provinsi sentra lainnya merupakan provinsi di Luar Pulau Jawa dengan kontribusi sebesar 37,22%. Lampung menjadi provinsi urutan ke-3 dengan total kontribusi sebesar 9,26% atau ratarata produksi selama periode sebesar 1,76 juta ton. Provinsi lainnya di luar provinsi sentra, kontribusinya terhadap produksi jagung nasional adalah 10,53%. 24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

43 Gambar 3.6. Kontribusi Rata-rata Sentra Produksi Jagung di Indonesia, Tahun Berdasarkan angka ramalan I tahun 2015 produksi jagung yang mengalami penurunan di provinsi sentra yaitu Provinsi Gorontalo sebesar 3,76%. Sementara 9 provinsi sentra lainnya mengalami peningkatan produksi tahun 2015 dibandingkan tahun Provinsi dengan peningkatan produksi tertinggi tahun 2015 untuk kelompok provinsi sentra adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan peningkatan produksi sebesar 31,21%, diikuti oleh Sumatera Utara meningkat 24,39% dan Provinsi Sumatera Barat naik sebesar 13,64% dibandingkan tahun Konsumsi Per Kapita dan Nasional Konsumsi suatu komoditas pertanian secara umum terdiri dari konsumsi langsung dan konsumsi tidak langsung (diolah lebih lanjut menjadi produk konsumsi atau produk lainnya). Permintaan (konsumsi) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25

44 langsung jagung secara garis besar merupakan perkalian antara konsumsi per kapita dengan jumlah penduduk. Data konsumsi perkapita diperoleh dari data hasil SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS). Permintaan tidak langsung didekati dari permintaan antara atau konsumsi industri dari data Neraca Bahan Makanan (NBM) yang diterbitkan setiap tahun, dengan asumsi harga dan pertumbuhan konsumsi industri cenderung tetap, sehingga proyeksi permintaan industri merupakan hasil perkalian antara persentase penggunaan untuk industri dengan produksi tahun terakhir. Disamping itu disajikan juga perkembangan ketersediaan konsumsi jagung di Indonesia dari pendekatan Neraca Bahan Makanan. Ketersediaan yang dimaksud pada NBM adalah selisih produksi ditambah impor sebagai komponen suplai, dikurangi besarnya ekspor, tercecer, penggunaan pakan, bibit dan penggunaan untuk industri. Konsumsi jagung rumah tangga per kapita dalam kurun waktu cenderung menurun, dengan laju penurunan 4,18% per tahun. Pada tahun 2011 konsumsi jagung rumah tangga menurun cukup signifikan sebesar 22,6% dibandingkan tahun 2010 dari 1,763 kg/kapita/tahun menjadi 1,365 kg/kapita/tahun, pada tahun 2012 konsumsi jagung kembali mengalami peningkatan (22,9%) menjadi 1,677 kg/kapita/tahun. Tahun 2013 konsumsi jagung per kapita kembali menurun sebesar 12,43%, tahun 2014 konsumsi jagung diperkirakan kembali naik sebesar 5,71% atau konsumsi perkapita menjadi sebesar 1,553 kg/kapita/tahun. Konsumsi jagung yang dimaksud disini konsumsi jagung basah berkulit dan jagung pipilan kering. Konsumsi nasional rumah tangga pada tahun 2014 adalah sebesar 391 ribu ton, total konsumsi ini meningkat sebesar 7,63% dari tahun sebelumnya yang mencapai 365 ribu ton. Peningkatan ini karena adanya peningkatan konsumsi jagung basah berkulit sebagai substitusi bahan pangan pokok, disamping itu juga karena peningkatan penggunaan jagung pipilan kering untuk konsumsi rumah tangga. 26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

45 Konsumsi per kapita jagung sepuluh tahun terakhir menunjukkan kecenderungan menurun rata-rata 4,18% per tahun. Selama kurun waktu tersebut terjadi penurunan cukup signifikan pada tahun 2008 sampai 2011 masing-masing sebesar -11,23%, -30,43%, -29,56%, dan - 22,60%. Pada tahun 2012 konsumsi per kapita jagung kembali meningkat 23%, tahun 2013 kembali menurun sebesar -12,43% dan tahun 2014 kembali meningkat 5,71%. Penurunan konsumsi ini terjadi karena semakin sedikit orang mengkonsumsi jagung sebagai subtitusi bahan pangan pokok, sedangkan permintaan jagung untuk industri terutama industri pakan cenderung semakin meningkat. Program penganekaragaman pangan pengganti beras sampai saat belum berhasil, sehingga perlu upaya yang lebih keras agar konsumsi beras menurun dan konsumsi sumber karbohidrat lainnya termasuk jagung meningkat (Gambar 3.7). Gambar 3.7. Konsumsi Rumah Tangga Jagung Pipilan Kering dan Jagung Basah Berkulit Menurut Susenas. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27

46 Bila diamati grafik penggunaan jagung untuk konsumsi rumah tangga dan penggunaan jagung untuk pakan menunjukkan pola grafik yang relatif konstan dengan garis yang cenderung terus berhimpitan sejak tahun 2001 sampai 2008, bahkan terbilang cukup stagnan atau tidak ada kenaikan penggunaan yang signifikan. Namun pada tahun 2009 sampai 2014 terlihat bahwa konsumsi jagung untuk rumah tangga terus mengalami penurunan, sebaliknya untuk pakan ternak menunjukkan peningkatan meskipun kecil (Gambar 3.8). Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan jagung pipilan kering, sebagai bahan baku pakan untuk usaha peternakan rumah tangga, semakin besar jumlahnya. Bahkan ada dugaan bahwa jumlah ini jauh lebih besar dari pada yang dihitung selama ini pada neraca bahan makanan (Hasil Survei Penggunaan Jagung- Pusdatin, 2014). Gambar 3.8. Perkembangan Konsumsi Jagung di Indonesia, menurut Neraca Bahan Makanan (NBM) Pada periode total konsumsi rumah tangga berkisar antara ribu ton, sedangkan penggunaan jagung untuk pakan juga berkisar pada angka yang mendekati kisaran penggunaan di tingkat 28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

47 rumah tangga, namun setelah tahun 2009 kenaikkan jumlah jagung untuk pakan melampaui 1 juta ton lebih. Hal ini berbeda dengan total penggunaan jagung untuk diolah/industri, dimana pada kurun waktu cenderung meningkat perlahan dari 1,225 juta ton pada tahun 2001 menjadi 2,53 juta ton pada tahun 2005, namun pada tahun 2006 terjadi lonjakan penggunaan untuk industri menjadi 7,3 juta ton, tetapi di tahun 2007 kembali turun menjadi 2,7 juta ton. Pada tahun 2009 konsumsi jagung untuk industry kembali menunjukkan peningkatan yaitu sebesar 3,4 juta ton dan tahun 2010 kembali meningkat menjadi 4,4 juta ton, dan akhirnya pada tahun 2011 kembali menurun menjadi 3,67 juta ton dan pada tahun 2012 dan 2013 penggunaan jagung untuk industri sebesar 4,32 juta ton dan 4,50 juta ton, dan tahun 2014 kebutuhan jagung untuk industri diperkirakan sebesar 4,46 juta ton. Hal ini terjadi karena harga jagung impor semakin mahal, sehingga penggunaan jagung lokal untuk bahan baku industri semakin meningkat. Laju pertumbuhan konsumsi jagung untuk industri lebih tinggi dibandingkan permintaan rumah tangga, pada kurun waktu pertumbuhan total konsumsi rumah tangga rata-rata menurun sebesar - 2,66% per tahun, sementara total konsumsi jagung untuk industri ratarata meningkat lebih tinggi yaitu sebesar 20,30% per tahun. Hal ini menunjukkan penggunaan jagung pipilan kering lebih banyak digunakan dalam industri pakan ternak dibandingkan dengan untuk konsumsi rumah tangga,seperti terlihat pada Lampiran 8. Pada kurun waktu peningkatan pertumbuhan konsumsi jagung untuk industri non makanan (pakan) sangat fantastis yaitu rata-rata 20,30% per tahun. Penurunan konsumsi jagung untuk industri terjadi pada saat krisis yaitu tahun , pada tahun 1997 konsumsi jagung untuk industri turun sebesar 5,75%, tahun 1998 turun kembali sebesar 16,86%, tahun 1999 juga turun sebesar 9,49%. Penurunan pada tiga tahun tersebut dikarenakan banyak usaha industri pakan ternak yang gulung tikar sehingga permintaan terhadap bahan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29

48 baku jagung juga mengalami penurunan juga karena harga jagung untuk ekspor lebih menarik (Lampiran 8). Pada tahun 2006 terjadi peningkatan konsumsi jagung untuk industri yang cukup signifikan, diduga karena tumbuhnya usaha peternakan yang membutuhkan pakan. Permintaan jagung untuk industri non makanan pada tahun 2010 sebesar 4,4 juta ton. Pada tahun 2011 dan tahun 2012 konsumsi industry non makanan mengalami penurunan berturut-turut menjadi sebesar 3,67 juta ton, dan 4,32 juta ton. Penurunan ini diduga berkaitan dengan kualitas jagung yang dihasilkan oleh petani. Jika kadar aflatoxin jagung melebihi batas ambang yang ditetapkan, maka industri pakan akan menolaknya. Sebagai gantinya industi pakan mengimpor jagung, untuk bahan baku pakan. Pertumbuhan ketersediaan jagung menurut Neraca Bahan Makanan (NBM) pada tahun rata-rata sebesar 6,96%, sedangkan pada periode atau selama sepuluh tahun terakhir pertumbuhan ketersediaan jagung lebih tinggi yaitu sebesar 11,38% per tahun. Hal ini karena produksi jagung yang meningkat cukup drastis di tahun sehingga ketersediaan jagung untuk konsumsi pangan langsung meningkat cukup fantastis di tahun 2007 yaitu sebesar 113,73%, bahkan tahun berikutnya masih meningkat lagi sebesar 24,59%. Pada tahun 2009 sampai 2014 pertumbuhan ketersedian jagung terlihat lebih datar dengan kisaran pertumbuhan -3,29% sampai 11,39% per tahun (Lampiran 7). Terdapat perbedaan yang cukup lebar antara konsumsi rumah tangga per kapita hasil SUSENAS dan ketersediaan per kapita, hal ini diduga karena ada penggunaan untuk olahan makanan pada NBM terlalu rendah. Jadi ada dugaan penggunaan jagung untuk pakan lebih besar dari angka NBM, mengingat banyak industri pakan ternak skala kecil/rumah tangga yang belum tercakup dalam penggunaan pakan oleh industri. Pengolahan jagung untuk pakan (self mix) yang dilakukan oleh rumah tangga usaha peternakan, diduga 30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

49 jumlahnya cukup besar. Disamping itu banyak jagung yang dikonsumsi di luar rumah tangga sebagai makanan jadi seperti untuk snack, jagung bakar, jagung untuk sayuran, atau makanan lain berbahan baku jagung Harga Produsen dan Konsumen Jagung Secara umum perkembangan harga rata-rata jagung pipilan baik di tingkat produsen maupun konsumen menunjukkan kecenderungan meningkat. Perkembangan harga jagung pada sepuluh tahun terakhir periode tahun (setelah krisis ekonomi) memperlihatkan harga jagung di tingkat produsen maupun konsumen meningkat cukup signifikan akibat perubahan nilai tukar yang tinggi, sehingga margin yang dihasilkan cukup besar, yaitu sekitar Rp 350,- sampai Rp 2.250,- per kilogram. Jika pada tahun 2010 perbedaan harga konsumen dan produsen sebesar Rp 1.681/kg, maka tahun 2011 margin meningkat menjadi Rp 1.778/kg, pada tahun 2012 margin sedikit mengalami penurunan menjadi Rp 1.407/kg, pada tahun 2013 margin keuntungan kembali meningkat menjadi Rp 2.241/kg, dan akhirnya pada tahun 2014 margin sedikit menurun menjadi Rp kg. Harga jual tingkat konsumen yang melambung tinggi ini sebagai dampak meningkatnya biaya transportasi secara signifikan akibat kenaikan bahan bakar, atau sarana jalan yang makin tidak seimbang dengan pertumbuhan jumlah kendaraan sehingga mengganggu sistem distribusi. Sementara harga jual tingkat produsen yang lebih rendah mengindikasikan tidak cukupnya insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi dan produktivitas atau elastisitas transmisi harga dari konsumen ke produsen kecil sehingga petani yang harus menanggung perbedaan harga di tingkat konsumen dan produsen tersebut. Keragaan harga jagung secara rinci disajikan pada Lampiran 10. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31

50 Pertumbuhan harga jagung tingkat produsen selama periode rata-rata sebesar 10,83%/tahun, lebih rendah dari pada pertumbuhan harga konsumen yaitu sebesar 13,61%/tahun. Pertumbuhan harga jagung yang tinggi baik di tingkat konsumen maupun produsen karena semakin besarnya kebutuhan jagung sementara suplai jagung terbatas. Terbatasnya suplai jagung karena produksi jagung nasional yang kurang mencukupi dan kualitas jagung yang kurang seragam. Gambar 3.9. Perkembangan Harga Produsen dan Harga Konsumen Jagung di Indonesia, Harga rata-rata jagung pipilan kering di tingkat produsen pada tahun 2014 sebesar Rp 3.670/kg atau naik sebesar Rp 185,-/kg dibandingkan tahun 2013, atau naik sebesar 5,3%. Harga yang rendah bagi produsen jagung, biasanya terjadi karena pada saat menjual kadar air masih cukup tinggi (sekitar 25% 30%), sehingga harga rendah, begitu juga dengan kadar aflatoxin yang tinggi akan menurunkan harga jagung. Berbeda dengan harga produsen yang peningkatan cukup tinggi, sebaliknya harga jagung di tingkat konsumen tahun 2014 mengalami 32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

51 peningkatan 1,03%, yaitu dari harga Rp 5.727,-/kg pada tahun 2013 menjadi Rp 5.786,- /kg pada tahun 2014, atau naik sebesar Rp. 59,- /kg, seperti terlihat pada Gambar Ekspor dan Impor Jagung Pada tahun volume impor jagung selalu di atas 1 juta ton, sementara pada tahun volume impor di bawah 1 juta ton, kecuali tahun 2006 volume impor mencapai 1,77 juta ton, sementara volume impor jagung periode selalu di atas 1 juta ton. Selama hampir empat dekade terakhir volume impor yang tertinggi dicapai pada tahun 2011 yaitu sebesar 3,2 juta ton. Tingginya impor jagung pada tahun 2011 diperkirakan karena produksi jagung nasional belum mencukupi, sedangkan ada peningkatan kebutuhan jagung untuk bahan baku industri khususnya industri pakan, menyebabkan permintaan jagung impor cukup besar. Namun pada tahun 2014, volume impor jagung stabil sekitar 3,17 juta ton, dan volume impor tahun 2015 sampai dengan Triwulan I sebesar 1,11 juta ton. Pada tahun 2010 dan 2011 terjadi peningkatan impor jagung, masing-masing sebesar 1,53 juta ton dan 3,21 juta ton. Sebaliknya pada tahun 2012 impor jagung menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 1,81 juta ton, hal ini diduga suplai jagung untuk untuk memenuhi bahan baku pakan menurun, karena produksi dalam negeri meningkat. Tingginya impor jagung tahun 2011, karena produksi jagung tahun 2011 menunjukkan penurunan, sedangkan kebutuhan jagung pipilan untuk industri pakan relatif tetap, sehingga impor lebih besar. Pada tahun 2013 impor jagung sebesar 3,19 juta ton, volume impor ini naik sebesar 76,94% dibandingkan tahun Pada tahun 2014 volume impor jagung hampir sama dengan tahun 2013 yaitu sebesar 3,17 juta ton. Masih tingginya volume impor jagung karena kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan semakin meningkat. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33

52 Selama hampir empat dekade volume ekspor jagung Indonesia cenderung konstan, selama periode tersebur volume ekspor jagung tidak lebih dari 250 ribu ton, kecuali pada tahun 1998 volume ekspor mencapai 633 ribu ton. Tingginya volume dan nilai ekspor jagung pada tahun 1998, karena terjadi krisis moneter dimana terjadi penurunan nilai tukar rupiah, sehingga harga komoditas pertanian di pasar internasional menjadi tinggi karena perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar, sehingga lebih menguntungkan untuk mengekspor dalam jumlah banyak. Pada tahun 1998 neraca ekspor dan impor menujukkan nilai positif, dimana ekspor lebih tinggi dari pada impor. Peningkatan ekspor jagung tahun 1998 merupakan peningkatan ekspor tertinggi selama periode tahun (Gambar 3.10). Sebaliknya dari tahun neraca ekspor impor kembali menunjukkan angka negatif, dimana volume impor selalu jauh lebih besar dari pada volume ekspor. Selama periode rata rata volume ekspor adalah 23,96 ribu ton, sebaliknya volume impor jauh lebih tinggi yaitu sebesar 2,50 juta ton. Hal ini mengakibatkan neraca yang selalu negatif, dimana ekspor jauh lebih kecil dibandingkan impor. Neraca impor jagung dari tahun 2011 sampai 2015 rata-rata defisit 2 juta ton lebih. Hal ini menunjukkan ketergantungan akan jagung impor semakin meningkat terutama pada beberapa tahun terakhir, sehingga perlu usaha terus menerus untuk meningkatkan produksi jagung nasional, sehingga Indonesia bisa swasembada jagung. 34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

53 Gambar Perkembangan Volume Ekspor-Impor Jagung di Indonesia, Neraca ekspor-impor jagung baik dilihat dari sisi volume maupun nilainya menunjukkan perkembangan yang cenderung negatif, artinya lebih tinggi impor dari pada ekspornya. Kecenderungan ini disebabkan permintaan jagung yang tinggi seperti industri pakan ternak dan belum bisa dipenuhi oleh produksi jagung dalam negeri. Pada kondisi lima tahun terakhir rata-rata neraca ekspor-impor yang negatif, artinya selama periode itu rata-rata terjadi defisit sebesar 2,47 juta ton atau senilai US$ 694 juta. Pada tahun 2015 sampai dengan Triwulan I besarnya volume impor jagung 1,11 juta ton sedangan volume ekspor sebesar 18,22 ribu ton, jadi terjadi defisit perdagangan sebesar 1,09 juta ton, atau defisit sebesar 248 juta US$ (Lampiran 11). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35

54 Halaman ini sengaja dikosongkan 36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

55 IV. KERAGAAN GLOBAL 4.1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Dunia Menurut data FAO, luas panen jagung dunia tahun 2010 sebesar 164,03 juta ha, pada tahun 2011 naik sebesar 5,02% menjadi 172,26 juta ha, kemudian pada tahun 2012 kembali meningkat sebesar 3,65% menjadi 178,55 juta ha. Pada tahun 2013 luas panen jagung dunia masih mengalami peningkatan sebesar 3,19% atau luas panen mencapai 184,24 juta hektar. Pertumbuhan luas panen jagung dunia periode ini relatif lambat dengan rata-rata pertumbuhan 1,11% per tahun (Lampiran 10). Pada periode sepuluh tahun terakhir ( ) pertumbuhan luas panen jagung dunia lebih tinggi, yaitu sebesar 2,48%. Hal ini diduga terjadi karena peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan kebutuhan jagung baik untuk bahan baku pakan ternak maupun dikonsumsi manusia, sehingga sebagian negara di dunia berusaha memperluas tanaman jagung. Pada beberapa tahun terakhir bahkan karena kebutuhan energi alternatif yang menggantikan sumber energi yang berasal dari fosil, jagung merupakan salah satu bahan baku energi alternatif karena bisa diubah menjadi etanol. Bila dimati kondisi sepuluh tahun terakhir, peningkatan luas panen jagung yang cukup signifikan pada tahun 2007 yaitu 7,94%, hal ini dipicu oleh naiknya harga minyak dunia yang melambung tinggi, sehingga mencari sumber bahan bakar alternatif sebagai pengganti minyak bumi seperti bioetanol yang dibuat dari jagung atau tebu. Selama 4 tahun terakhir atau dari tahun 2010 sampai 2013 luas panen jagung dunia menunjukkan pertumbuhan yang positif atau terus mengalami peningkatan. Berbeda dengan perkembangan luas panen yang cenderung terus meningkat pada 5 tahun terakhir, perkembangan produktivitas jagung dunia, menunjukkan perkembangan yang fluktuatif. Pertumbuhan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37

56 produktivitas jagung selama rata-rata meningkat 2,29% per tahun. Produktivitas jagung dunia tahun 2012 sebesar 4,89 ton/ha atau menurun dari tahun 2011 sebesar 5,16%. Sebaliknya pada tahun 2013 lalu produktivitas jagung dunia meningkat sebesar 12,86% dibandingkan tahun 2012, atau produktivitas jagung dunia tahun 2013 sebesar 5,52 ton/ha. Peningkatan produktivitas ini diduga karena berhasilnya pengembangan jagung dengan produktivitas tinggi, seperti jagung hibrida. Perkembangan luas panen terlihat pada Gambar 4.1. Perkembangan produktivitas jagung dunia pada periode tahun juga menunjukkan kecenderungan meningkat rata-rata sebesar 2,27% per tahun atau lebih tinggi dari pada peningkatan luas panen (1,11% per tahun). Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2013 yang mencapai 5,52 ton/ha (Gambar 4.2). 190,000, ,000, ,000, ,000,000 (Ha) 150,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, Gambar 4.1. Perkembangan Luas Panen Jagung Dunia, Laju pertumbuhan produktivitas jagung dunia pada sepuluh tahun terakhir ( ) masih mengalami peningkatan meskipun dengan pertumbuhan lebih kecil dibandingkan dengan laju pertumbuhan 38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

57 luas panennya yaitu sebesar 2,29% per tahun, sementara pertumbuhan luas panen jagung pada periode yang sama meningkat sebesar 2,48% per tahun (Lampiran 12) (Ton/Ha) Gambar 4.2. Perkembangan Produktivitas Jagung Dunia, Perkembangan produksi jagung dunia selama periode tahun meskipun berfluktuasi menunjukkan kecenderungan meningkat. Peningkatannya lebih banyak ditentukan oleh pertumbuhan luas panen sebesar 2,48% per tahun dan pertumbuhan produktivitas 2,29% per tahun. Hasil perkalian luas panen dan produktivitas menghasilkan produksi, sehingga pertumbuhan produksi jagug dunia pada periode tersebut mencapai 4,84% per tahun. Menurut FAO, produksi jagung dunia pada tahun 2011 mencapai 887 juta ton, atau naik 4,30% dibandingkan tahun 2010, tetapi tahun 2012 produksi jagung dunia menurun sekitar 15 juta ton atau menurun 1,70% dibandingkan tahun Pada tahun 2013 ini, produksi jagung dunia kembali meningkat signifikan sebesar 16,46% atau menjadi 1,02 milyar ton. Secara rinci perkembangan produksi jagung dunia disajikan pada Gambar 4.3. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39

58 (ton) 1,100,000,000 1,000,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Jagung Dunia, Negara Sentra Luas Panen dan Produksi Jagung Dunia Pada periode lima tahun terakhir ( ), luas panen jagung dunia tertinggi di Amerika Serikat dengan rata-rata luas mencapai 33,99 juta hektar atau mencapai 19,81% dari rata-rata total luas panen jagung dunia. China berada di tempat ke-2 dengan luas ratarata selama lima tahun terakhir sebesar 33,52 juta ha atau menyumbang 19,54% total luas panen jagung dunia. Posisi ketiga dan keempat ditempati oleh Brazil dan India dengan luas panen rata-rata masingmasing sebesar 13,84 juta hektar dan 8,76 juta hektar. Sementara Indonesia berada di urutan ke-7 setelah Mexico dan Nigeria, dengan kontribusi luas sebesar 2,32% atau luas panen rata-rata lima tahun terakhir mencapai 3,99 juta hektar per tahun. Kontribusi luas panen negara-negara sentra terlihat pada Gambar Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

59 USA 19.8% China 19.5% Lainnya 32.3% Brazil 8.1% India 5.1% Tanzania 2.0% Ukraine 2.0% Argentina 2.0% Indonesia 2.3% Nigeria 2.8% Mexico 3.9% Gambar 4.4. Kontribusi Luas Panen Negara-negara Produsen Jagung terhadap Luas Panen Dunia 60,000 55,499 50,000 40,000 30,000 33,521 33,991 20,000 13,840 10,000 8,761 6,692 4,782 3,987 3,513 3,496 3,484 - China USA Brazil India Mexico Nigeria Indonesia Argentina Ukraine Tanzania Lainnya ( 000 Ha ) Gambar 4.5. Rata-rata Luas Panen Negara-negara Produsen Jagung Dunia, Berdasarkan rata-rata produksi jagung yang dihasilkan suatu negara pada tahun , maka terdapat 10 negara produsen jagung terbesar di dunia dengan total share sebesar 78,90% terhadap total produksi jagung dunia. Kesepuluh negara tersebut secara berurutan adalah Amerika Serikat, China, Brazil, Argentina, Mexico, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41

60 India, Ukraina, Indonesia, Perancis dan Afrika Selatan. Amerika Serikat menjadi negara paling dominan dimana negara tersebut menguasai 35,75% produksi jagung dunia dengan rata-rata produksi mencapai 318,04 juta ton, diikuti China pada urutan ke-2 dengan produksi rata-rata 191,62 juta ton, mampu menguasai 21,54% produksi jagung dunia, posisi ketiga ditempati Brazil dengan produksi rata-rata 62,67 juta ton selama lima tahun terakhir. Tiga negara tersebut merupakan produsen jagung terbesar dunia dengan kontribusi kumulatif sebesar 64,33%, karena negara produsen jagung lainnya memproduksi jagung rata-rata dibawah 25 juta ton per tahun. Indonesia termasuk sepuluh negara produsen jagung terbesar di dunia pada urutan ke-9 setelah Argentina, Mexico, India dan Ukraina atau turun satu urutan dibandingkan tahun sebelumnya, dengan tingkat produksi rata-rata tahun sebesar 18,30 juta ton per tahun atau berkontribusi sebesar 2,06% terhadap produksi jagung dunia (Gambar 4.6. dan Gambar 4.7.). Produksi jagung tahun 2013, merupakan angka release terbaru dari FAO. 350, , ,000 ( 000 ton ) 250, , , , , ,000 50,000 62,671 22,583 21,163 21,151 19,438 18,297 15,169 11,884 - USA China Brazil Argentina Mexico India Ukraine Indonesia Perancis Afrika Selatan Lainnya Gambar 4.6. Rata-rata Produksi Negara Produsen Jagung Dunia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

61 USA 35.7% Lainnya 21.1% China 21.5% Brazil 7.0% Afrika Selatan 1.3% Perancis 1.7% Indonesia 2.1% Ukraine 2.2% India 2.4% Mexico 2.4% Argentina 2.5% Gambar 4.7. Kontribusi Produksi Negara Produsen Jagung terhadap Produksi Dunia tahun Perkembangan Ekspor dan Impor Jagung Dunia Keragaan tentang perdagangan dunia, ekspor dan impor jagung didekati data FAO. Perkembangan volume ekspor dan impor jagung dunia pada periode tahun berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat cukup signifikan yaitu rata-rata sebesar 4,52% per tahun untuk volume impor dan 4,60% untuk volume ekspor. Peningkatan perdagangan jagung dunia mulai meningkat tajam di akhir tahun an kemudian berfluktuasi hingga tahun 2000-an. Perkembangan nilai impor dan ekspor lebih tinggi dari perkembangan volume, selama periode yang sama nilai impor naik rata-rata 9,55% per tahun, sedangkan nilai ekspor naik rata-rata 9,85% per tahun, seperti terlihat pada Gambar 4.8. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43

62 (Ton ) 2013*) Volume Import (ton) Volume Export (ton) Gambar 4.8. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Jagung Dunia (000 US $ ) *) Nilai Impor (1000 $) Nilai Ekspor (1000 $) Gambar 4.9. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Jagung Dunia Perkembangan volume impor jagung selama 10 tahun terakhir yaitu pada kurun waktu masih meningkat rata-rata 2,39% per tahun, sedangkan volume ekspor masih terjadi pertumbuhan sebesar 2,47% per tahun. Hal ini menunjukkan dalam perdagangan ketersediaan untuk diekspor barang lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk diimpor. 44 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

63 Pada kurun negara eksportir jagung terbesar di dunia adalah Amerika Serikat dengan volume ekspor rata-rata 47,83 juta ton per tahun dan menguasai pangsa 44,08% perdagangan jagung dunia. Sementara Argentina dengan volume ekspor jagung rata-rata sebesar 14,80 juta ton/tahun telah memberikan kontribusi sebesar 13,64% terhadap ekspor jagung di dunia (Lampiran 16). Brazil dengan rata-rata ekspor sebesar 10,62 juta ton/tahun, dan kontribusi sebesar 9,79%, menjadi negara eksportir terbesar ketiga dunia. Negara-negara eksportir jagung terbesar dunia lainnya adalah Perancis, Ukraina, Hungaria, India, Paraguay, Rumania dan Afrika Selatan. Kesepuluh negara eksportir jagung tersebut memberikan kontribusi lebih dari 90% perdagangan jagung dunia (Gambar 4.10). Sementara itu, posisi Indonesia berada di urutan ke-38 negara eksportir jagung dunia dengan rata-rata volume ekspor sebesar 42 ribu ton per tahun atau berkontribusi sebesar 0,04% pangsa ekspor jagung dunia. USA 44,1% Argentina 13,6% Brazil 9,8% Rumania 2,2% Indonesia 0,0% Afrika Selatan 1,9% Lainnya 6,2% Paraguay 1,3% India 3,7% Hungaria 3,7% Ukraina 7,5% Perancis 6,0% Gambar Negara-negara Eksportir Jagung Terbesar di Dunia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45

64 Jepang adalah negara pengimpor jagung terbesar di dunia. Bersumber data dari FAO selama 5 tahun terakhir ( ), dimana 2 tahun terakhir merupakan angka proyeksi, besarnya volume impor jagung yang diserap oleh Jepang rata-rata sebesar 15,65 juta ton/tahun. Negara pengimpor jagung terbesar lainnya pada periode tersebut adalah Meksiko, Korea Selatan, China, Mesir, Spanyol, Iran, Kolombia, Belanda dan Malaysia (Gambar 4.11). Kesepuluh negara tersebut mengimpor 57,32% dari total impor jagung dunia. China meskipun penghasil jagung terbesar ke-2 di dunia setelah Amerika serikat, tetapi juga termasuk 10 negara pengimpor jagung terbesar di dunia. Lainnya 41,3% Japan 14,6% Indonesia 1,4% Malaysia 2,7% Mexico 8,1% Colombia 2,9% Belanda 3,1% Iran 4,4% China 4,1% Spanyol 4,2% Mesir 6,0% Korea 7,3% Gambar Negara-negara Importir Jagung Terbesar Dunia, Indonesia selain sebagai negara eksportir jagung juga merupakan negara pengimpor jagung di dunia pada urutan ke-21 dengan rata-rata volume impor pada periode sekitar 1,46 juta ton/tahun atau 1,36% dari total volume impor jagung dunia. Menurut FAO impor jagung Indonesia meningkat pada tahun 2010 menjadi 1,53 juta ton, jauh lebih tinggi dari impor tahun sebelumnya yang hanya 338 ribu ton. Pada tahun 46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

65 2011 kembali meningkat lebih dari 100%, yaitu sebesar 3,21 juta ton. Tingginya volume impor akibat permintaaan jagung yang tinggi terutama untuk bahan baku industri pakan ternak. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47

66 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 48 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

67 V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG 5.1. Penawaran Jagung Produksi dihitung dari luas panen dikalikan dengan produktivitas jagung per hektar. Untuk menduga proyeksi penawaran maka dilakukan proyeksi luas panen dan proyeksi produktivitas. Pada analisis ini dilakukan pemodelan persamaan simultan, dengan menggunakan program SAS. Hasil analisis fungsi respon luas panen jagung menunjukkan bahwa luas panen jagung dipengaruhi oleh luas panen jagung, harga riil jagung, harga riil kedelai dan harga riil kacang tanah tahun sebelumnya. Harga riil komoditas pesaing dimasukkan dalam model karena harga ini akan mempengaruhi keputusan petani untuk menanam jagung atau menanaman komoditas palawija pesaing lainnya (Tabel 5.1). Model untuk melakukan peramalan luas panen jagung dengan Anova adalah sebagai berikut : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49

68 Tabel 5.1. Hasil Uji Anova Model Luas Panen Jagung The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label LPJ LPJ Luas panen jagung Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model E E Error E E10 Corrected Total E11 Root MSE R-Square Dependent Mean Adj R-Sq Coeff Var Dari hasil Uji Anova nilai probability 0,095 artinya model layak pada tingkat kepercayaan sebesar 90%. Nilai R square sebesar 0,69 artinya model luas panen dapat dijelaskan oleh variabel - variabel bebasnya sebesar 69%. Dari hasil Uji Anova ini, disimpulkan bahwa model ini masih cukup kurang layak untuk memprediksi luas panen jagung pada tahun-tahun mendatang. Model untuk memprediksi luas panen jagung adalah adalah seperti terlihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Model Luas Panen Jagung Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > t Label Intercept Intercept LLPJ Luas panen jagung tahun sebelumnya LHRJ Harga riil jagung tahun sebelumnya LHRK Harga riil kedelai tahun sebelumnya Durbin-Watson Number of Observations 9 First-Order Autocorrelation Koefisien variabel bebas luas panen jagung sebelumnya bertanda positif artinya jika luas panen jagung sebelumnya meningkat maka pada 50 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

69 tahun berikutnya juga meningkat, atau ada kecenderungan terjadi peningkatan luas panen jagung dari tahun ke tahun. Koefisien harga riil jagung juga menunjukkan nilai positif artinya semakin tinggi harga riil jagung maka luas panen jagung akan semakin meningkat. Koefisien untuk harga riil kedelai menunjukkan nilai negatif, artinya jika harga riil kedelai meningkat maka luas panen jagung akan menurun, karena sebagian petani akan beralih menanam kedelai. Untuk menyusun produktivitas jagung variabel bebas yang digunakan dalam model adalah produktivitas tahun sebelumnya, harga riil urea, peubah dummy program SLPTT, luas lahan sawah irigasi dan rasio luas panen jagung di Jawa terhadap luas panen nasional. Hasil uji Anova untuk model produktivitas jagung adalah sebagai berikut : Tabel 5.3. Anova Model Produktivitas Jagung Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total Root MSE R-Square Dependent Mean Adj R-Sq Coeff Var Model menghasilkan nilai F value = 30,66 dan nilai Pr>F kurang dari 0,05, sehingga bisa disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% model layak digunakan untuk memprediksi produktivitas jagung nasional. Nilai R-Square untuk model ini adalah sebesar 0,98 artinya model untuk memprediksi produktivitas jagung dapat dijelaskan oleh variable-variabel penjelasnya sebesar 98%. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 51

70 Tabel 5.4. Model Produktivitas Jagung Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > t Label Intercept Intercept LYJ Produktivitas jagung tahun sebelumnya LHRUREA Harga riil urea tahun sebelumnya DSLPTT Dummy program SLPTT LIRIGASI 1-4.1E E Luas irigasi RLPJJ Rasio luas panen jagung jawa tehadap nasional Hasil analisis fungsi respon produktivitas jagung menunjukkan bahwa produktivitas jagung dipengaruhi oleh produktivitas jagung sebelumnya dan bertanda positif artinya semakin tinggi produktivitas tahun sebelumnya maka produktivitas hasil peramalan juga semakin besar. Variabel bebas lain yang mempengaruhi produktivitas harga riil urea, koefisien menunjukkan nilai negatif artinya semakin tinggi harga urea semakin berat bagi petani untuk membeli urea, sehingga produktivitas turun. Peubah bebas yang ketiga adalah dummy SLPTT/GPTT, koefisien bertanda positif artinya jika petani mengikuti program SLPTT/GPTT (nilai dummy =1) maka produktivitas jagung meningkat. Koefisien Luas lahan irigasi nilainya sangat kecil artinya hanya sedikit berpengaruh. Koefisien peubah bebas rasio luas panen Jawa terhadap luas panen nasional menunjukkan nilai negatif artinya semakin besar proporsi luas panen jagung di Jawa maka produktivitas jagung nasional semakin menurun karena pertumbuhan produktivitas jagung lebih tinggi di luar Jawa. Selain untuk peningkatan produksi jagung dalam negeri, pengembangan jagung juga diarahkan kepada pencapaian swasembada dan ekspor jagung, dimana target swasembada jagung diharpakan dicapai tahun Beberapa upaya untuk mencapai target tersebut adalah : 1) Peningkatan produktivitas melalui peningkatan penggunaan 52 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

71 benih hibrida, peningkatan penggunaan pupuk berimbang, peningkatan kualitas hasil melalui pasca panen, dan mekanisasi pertanian untuk jagung; 2) Perluasan areal tanam baru melalui peningkatan IP (indeks pertanaman), perluasan tanam baru di lahan perkebunan, fasilitas HGU perkebunan jagung; 3) Perbaikan rantai pasok jagung melalui pembangunan pergudangan, pembangunan pelabuhan curah di daerah sentra, dan penyedian kapalcurah angkutan jagung. Tabel 5.5. Target Produksi Jagung Menurut Ditjen Tanaman Pangan Tahun Tahun Sasaran Produksi Jagung (Ton) Pertumbuhan , , , ,17 Sumber :Ditjen Tanaman Pangan Berdasarkan hasil analisis model persamaan simultan menggunakan program SAS (Pusdatin) pada tahun 2016 produksi jagung diramalkan akan meningkat menjadi 21,84 juta ton dari 20,67 juta ton pada tahun 2015 (Angka Ramalan I) atau meningkat sebesar 5,66%. Peningkatan ini terjadi karena peningkatan produktivitas sebesar 3,75% atau meningkat dari 51,70 ku/ha pada tahun 2015 menjadi 53,64 ku/ha pada tahun 2016, sementara luas panen jagung tahun 2016 diramalkan akan mengalami peningkatan dari 3,99 juta ha tahun 2015 menjadi 4,07 juta ha tahun Hasil peramalan produksi jagung tahun 2016 lebih tinggi dibandingkan sasaran produksi jagung tahun 2016 yang ditetapkan oleh Dirjen Tanaman Pangan, yaitu sebesar 21,35 juta ton. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 53

72 Analisis lebih lanjut untuk peramalan pada tahun 2017 produksi jagung akan meningkat menjadi 22,67 juta ton dari tahun 2016 sebesar 21,84 juta ton atau meningkat sebesar 3,84%. Peningkatan ini diramalkan terjadi karena peningkatan luas panen sebesar 0,90% atau meningkat sekitar 36 ribu hektar dibandingkan tahun 2016 dan karena peningkatan produktivitas sebesar 2,91% atau meningkat sebesar 1,56ku/ha. Peningkatan produktivitas dimungkinkan karena terus dikembangkannya varietas jagung hibrida yang yang memiliki produksi per hektar lebih tinggi dari pada varietas komposit atau lokal. Disamping itu terus diupayakan peningkatan penyebaran varietas hibrida ke seluruh provinsi, sehingga produktivitas nasional akan meningkat. Pada tahun 2018 produksi jagung diperkirakan akan kembali meningkat sebesar 3,69% atau mencapai 23,51 juta ton. Persentase kenaikan produksi tahun 2018, lebih rendah dibandingkan persentase kenaikan tahun 2016 terhadap Tahun 2019 produksi jagung diramalkan akan kembali meningkat 3,56%, atau produksi sebesar 24,35 juta ton, seperti terlihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6. Proyeksi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung, Tahun Menurut Model Pusdatin. Tahun Luas Panen (Ha) (%) Produktivitas (Ku/Ha) 2014 *) , **) ,18 51,70 4, , *** ) ,84 53,64 3, , *** ) ,90 55,20 2, , ***) ,89 56,74 2, , ***) ,88 58,24 2, ,56 Rata-rata Pertumbuhan (%) 1,74 3,29 5,09 Sumber : Badan Pusat Satistik, Diolah Oleh Pusdatin Keterangan : *) Angka Tetap tahun 2014 **) ARAM I tahun 2015 ***) Proyeksi Pusdatin Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan (%) Produksi (Ton) (%) 54 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

73 Proyeksi luas panen, produktivitas dan produksi hingga periode menunjukkan hasil tidak jauh berbeda dari target yang ditetapkan Ditjen Tanaman Pangan (Tabel 6). Pada tahun 2015 produksi jagung menurut Aram I BPS sebesar 20,67 juta ton, nilai ini masih lebih tinggi dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 20,31 juta ton. Begitu juga hasil peramalan tahun 2016 dan 2017 pertumbuhan produksi masing-masing sebesar 5,66% dan 3,84%, tidak jauh berbeda dari target yang ditetapkan 5,12% dan 4,71%. Akan tetapi jika dilihat dari persentase capaian produksi terhadap sasaran komoditas selama lima tahun kedepan menunjukkan pencapaian realisasi yang sudah mendekati bahkan melampaui target yang ditetapkan, bahkan tahun 2015 target produksi 20,31 juta ton, sementara realisasi produksi berdasarkan angka ramalan I sudah mencapai 20,67 juta ton, atau masih di atas target sebesar 353 ribu ton Permintaan Jagung a. Proyeksi Konsumsi per Kapita Rumah Tangga Pada analisis ini permintaan jagung yang dimaksud adalah besarnya konsumsi per kapita jagung rumah tangga (Susenas, BPS). Disamping itu yang termasuk permintaan jagung adalah penggunaan jagung untuk bibit/benih, industri pakan ternak baik untuk pabrik pakan maupun peternak mandiri, dan penggunaan untuk bahan baku industri makanan. Besarnya konsumsi rumah tangga untuk jagung berdasarkan angka tetap tahun 2012 adalah sebesar 1,68 kg/kapita/tahun, sedangkan berdasarkan angka sementara tahun 2013 turun menjadi 1,47 kg/kapita/tahun, tahun 2014 angka perkiraan konsumsi per kapita kembali naik menjadi 1,56 kg/kapita/tahun. Konsumsi jagung rumah tangga adalah konsumsi total jagung termasuk jagung pipilan, tepung Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 55

74 jagung,minyak jagung dan jagung basah yang telah disetarakan dengan bentuk pipilan kering. Untuk menyusun model permintaan jagung menggunakan model time series, yaitu Moving Average. Model ini sebenarnya berlandasan model time series yang telah dipilih untuk mendapatkan model terbaik. Hasil analisis untuk model permintaan jagung adalah sebagai berikut : Tabel 5.7. Model Time Series Konsumsi Jagung Moving Average for konsumsi Data konsumsi Length 31 NMissing 0 Moving Average Length 2 Accuracy Measures MAPE 17,4801 MAD 0,5526 MSD 0,5920 Forecasts Period Forecast Lower Upper 32 1,165-0, , ,165-0, ,67308 Berdasarkan hasil permodelan dengan menggunakan model time series besarnya permintaan jagung untuk konsumsi pada tahun 2015 diproyeksikan sebesar 1,33 kg/kapita/tahun atau turun sebesar 14,74% dibandingkan tahun 2014, tahun 2016 permintaan jagung diramalkan akan kembali turun menjadi 1,22 kg/kapita/tahun atau turun 8,27%, kemudian tahun 2017 kembali turun menjadi 1,10 kg/kapita/tahun. Pada tahun proyeksi permintaan perkapita jagung rata-rata sebesar 1,26 kg/kapita/tahun. Permintaan akan jagung untuk konsumsi 56 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

75 langsung diperkirakan cenderung menurun, karena kenaikan produksi jagung terserap untuk bahan baku industri pakan, dan penggunaan untuk industri makanan berbahan baku jagung. Rata rata pertumbuhan konsumsi jagung selama tahun adalah sebesar -4,148% atau rata-rata turun sebesar 4,14% per tahun. Nilai tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan produksi rata-rata pada kurun waktu yang sama yang mencapai angka sebesar 5,09% per tahun. Dengan demikian peningkatan produksi jagung akan banyak terserap untuk pakan dan bahan baku industri termasuk industri pakan ternak dan industri makanan berbahan baku jagung. Poyeksi konsumsi jagung per kapita terlihat pada Tabel 5.8. Tabel 5.8. Proyeksi Jagung untuk Konsumsi Rumah Tangga Tahun Proyeksi Konsumsi Rumah Tangga (kg/kap/tahun) 2014 *) 1,56 Pertumbuhan (%) 2015 **) 1,33-14, ** ) 1,22-8, ** ) 1,10-9, **) 1,17 6, **) 1,17 0,00 Rata-rata 1,26-5,30 Keterangan : *)Tahun 2014 : Sumber Susenas BPS **)Tahun : Berdasarkan Angka Proyeksi Pusdatin b. Proyeksi Konsumsi Nasional Jagung Dalam menghitung proyeksi permintaan langsung membutuhkan informasi jumlah penduduk Indonesia kurun waktu yang sama yang bersumber dari hasil proyeksi BPS. Untuk melakukan proyeksi konsumsi langsung data yang digunakan berdasarkan angka konsumsi per kapita pada Susenas tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 57

76 Hasil proyeksi permintaan untuk komoditas jagung disajikan pada Tabel 5.9. Dalam periode proyeksi ( ) permintaan jagung diproyeksikan akan turun sebesar 5,30% per tahun. Secara absolut, permintaan total jagung untuk konsumsi langsung diproyeksikan akan turun dari 393,4 ribu ton pada tahun 2014, menjadi 339,8 ribu ton tahun 2015, kemudian pada tahun 2016 diramalkan akan kembali turun menjadi 315,6 ribu ton karena penurunan konsumsi per kapita, lebih besar dibandingkan peningkatan jumlah penduduk. Pada tahun 2017 sampai 2019 sesuai dengan hasil model time series permintaan jagung berturut-turut diramalkan turun masing masing sebesar 310,1 ribu ton, 313,5 ribu ton dan 326,7 ribu ton. Tabel 5.9. Proyeksi Permintaan Jagung untuk Konsumsi Rumah Tangga Tahun Proyeksi Permintaan Rumah Tangga (kg/kap/tahun) 2014 *) Pertumbuhan (%) 2015 **) , ** ) , ** ) , **) , **) ,12 Rata-rata ,14 Keterangan : *) Tahun 2014 : Berdasarkan Angka Susenas (BPS) **) Tahun : Berdasarkan Angka Proyeksi Pusdatin 5.3. Penawaran dan permintaan Jagung Proyeksi surplus/defisit merupakan selisih antara penawaran jagung dan permintaan jagung. Penawaran disini merupakan jumlah jagung yang tersedia untuk digunakan, yaitu produksi dalam negeri. 58 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

77 Sedangkan impor dan ekspor tidak dimasukkan dalam penawaran ini karena hendak diuji kemampuan produksi dalam negeri untuk mencukupi kebutuhan jagung nasional. Suplai/penawaran merupakan produksi jagung dalam bentuk pipilan kering dikurangi dengan susut karena tercecer. Permintaan jagung/demand yang dimaksud disini adalah jumlah dari pengunaan jagung untuk pakan, bibit, industri dan konsumsi. Bibit adalah jumlah jagung pipilan kering yang digunakan kembali sebagai bibit. Penggunaan pakan adalah jumlah jagung pipilan kering yang langsung digunakan sebagai bahan baku pakan ternak. Penggunaan jagung untuk pakan akan dirinci menjadi jagung untuk bahan baku industri pakan (pabrik pakan), dan jagung untuk bahan baku pakan untuk peternak mandiri. Jagung untuk industri yang dimaksud adalah jagung untuk bahan baku industri makanan. Konsumsi langsung adalah jumlah jagung yang dikonsumsi rumah tangga secara langsung, dan sebagai sumber data adalah Susenas. Ada 2 (dua) skenario untuk menghitung neraca jagung ini. Skenario yang pertama produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 25%, yaitu produksi jagung yang selama ini digunakan dan dipublikasikan. Skenario yang kedua adalah produksi jagung setelah dikurangi kadar airnya menjadi 15%, adalah kadar air maksimum yang disyaratakan dalam industri pakan ternak. Menurut skenario pertama, selama periode , diproyeksikan akan terjadi surplus dalam neraca produksi jagung (Tabel 5.10). Pada tahun 2015 produksi jagung sebesar 20,67 juta ton, jagung yang hilang karena tercecer sekitar 1,03 juta ton, selanjutnya penggunaan jagung untuk bibit sekitar 84 ribu ton, penggunaan jagung untuk bahan baku industri pakan sebesar 8,36 juta ton, penggunaan jagung untuk peternak mandiri 4,06 juta ton, untuk bahan baku industri makanan 4,09 juta ton, dan untuk konsumsi langsung sebesar 339,8 ribu ton, sehingga masih ada surplus sekitar 2,69 juta ton. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 59

78 Berdasarkan hasil perhitungan, pada tahun 2016 diperkirakan terjadi surplus yang semakin kecil yaitu 2,48 juta ton. Penurunan surplus ini karena peningkatan produksi jagung tidak sebesar peningkatan permintaan terutama untuk pakan baik pakan untuk industri maupun untuk peternak mandiri. Peningkatan produksi jagung rata-rata sekitar 5% per tahun, sementara peningkatan permintaan jagung untuk pakan sekitar 6-10% per tahun. Pada tahun 2017, 2018 dan 2019 juga diramalkan masih terjadi surplus jagung, walaupun surplusnya cenderung semakin menurun, yaitu masing-masing surplus 1,90 juta ton, 1,16 juta ton, dan 2,25 juta ton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Tabel Proyeksi Neraca Jagung dengan Produksi Jagung Kadar Air 25% Demand/Kebutuhan Pakan Suplai / Bahan Baku Ketersediaan Tercecer Bibit (Luas Bahan Baku Konsumsi Tahun Bahan Baku Industri (Produksi) *) (5%) Tanam X 20 Peternak Langsung Industri Makanan Kadar Air 25% kg/ha) Mandiri (Susenas) Pakan **) ( 19,8%) ***) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (Ton) Surplus / Defisit Keterangan : *) Produksi tahun 2015 ARAM I BPS, tahun Proyeksi Pusdatin. **) Proyeksi Pusdatin berdasarkan angka series dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. ***) Proyeksi Hasil Survei Pusdatin Angka produksi jagung adalah perkalian antara luas panen dan produktivitas. Angka produktivitas diperleh dari survei ubinan. Kadar air jagung pada survei ubinan diperkirakan berkisar anatara 20 25%. Produksi jagung pipilan kering diperkirakan memiliki kadar air sekitar 25%, di sisi lain pabrik pakan mensyartakan kadar air sekitar 15%, jadi 60 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

79 untuk menghitung neraca produksi jagung dikonversi ke bentuk pipilan kering dengan kadar air 15%. Untuk mengkonversi jagung dari kadar air 25% ke kadar air 15%, jagung akan kehilangan bobot sekitar 13%. Hasil simulasi neraca produksi jagung dengan produksi kadar air 15%, pada tahun 2015 produksi jagung sebesar 20,67 juta ton, setelah dikurangi jagung yang tercecer sebesar 5%, maka produksi bersih sebesar 19,63 juta ton. Produksi jagung tersebut masih berkadar air 25%, setelah dikeringkan lebih lanjut sampai kadar air 15%, maka produksi akan susut menjadi sekitar 17,08 juta ton. Permintaan jagung tahun 2015 untuk bibit sekitar 84,16 ribu ton, untuk bahan baku industri pakan 8,36 juta ton, untuk bahan baku pakan peternak mandiri 4,06 juta ton, untuk konsumsi langsung 339,76 ribu ton, dan untuk bahan baku industri makanan sebesar 4,09 juta ton. Setelah produksi dikurangi kebutuhan, maka tahun 2015 masih ada surplus sebesar 855,72 ribu ton (Tabel 5.11) Jika tidak ada upaya khusus untuk terus meningkatkan produksi jagung ini maka diperkirakan tahun 2016 surplus jagung semakin kecil yaitu sebesar 529,83 ribu ton. Surplus tersebut tidak akan bertahan lama karena pada tahun 2017, 2018 dan 2019, diperkirakan akan terjadi defisit masing-masing sebesar 119 ribu ton, 935 ribu ton, dan 1,86 juta ton. Untuk menghindari terjadinya defisit perlu upaya khusus seperti peningkatan luas areal tanam jagung, penggunaan benih hibrida secara nasional dan pemupukan berimbang. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 61

80 Tabel Proyeksi Neraca Jagung dengan Produksi Jagung Kadar Air 15%. Tahun Demand/Kebutuhan Produksi Suplai / Suplai / Pakan Bahan Bersih Bibit Ketersediaan Tercecer Ketersediaan Bahan Konsumsi Baku Surplus / setelah (Luas Bahan Baku (Produksi) *) (5%) (Produksi) Baku Langsung Industri Defisit dikurangi Tanam X Industri Kadar Air 25% Kadar Air 15% Peternak (Susenas) Makanan Tercecer 20 kg/ha) Pakan Mandiri ( 19,8%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (Ton) Keterangan : *) Produksi tahun 2015 ARAM I BPS, tahun Proyeksi Pusdatin. **) Proyeksi Pusdatin berdasarkan angka series dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. ***) Hasil Survei Pusdatin 62 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

81 VI. KESIMPULAN Persamaan model regresi simultan menggunakan program SAS dan dapat digunakan untuk melakukan peramalan luas panen, produktivitas dan produksi jagung dengan hasil model yang layak secara statistik. Penggunaan model time series dapat dimanfaatkan untuk peramalan permintaan/konsumsi jagung. Hasil peramalan dengan model simultan, produksi jagung tahun 2016 meningkat 5,66% dibandingkan tahun 2015 atau sebesar 21,84 juta ton. Tahun 2017 diramalkan meningkat 3,84% atau sebesar 22,67 juta ton. Tahun 2018 dan 2019 juga meningkat masing-masing sebesar 23,51 juta ton dan 24,35 juta ton. Konsumsi jagung untuk rumah tangga tahun 2015 diramalkan sebesar 340 ribu ton. Konsumsi jagung tahun 2016 dan 2017 diramalkan masih akan turun menjadi 316 ribu ton dan 288 ribu ton. Tahun 2017 dan tahun 2018 diramalkan akn kembali meningkat menjadi 310 ribu ton dan 313 ribu ton. Neraca jagung dengan asumsi produksi jagung bentuk pipilan kering berkadar air 25%, pada tahun 2015 sampai 2019 masih surplus berkisar antara 300 ribu ton sampai 2,70 juta ton. Ada kecenderungan surplus semakin kecil karena pertumbuhan produksi lebih rendah dari pertumbuhan permintaan. Jika asumsi produksi jagung bentuk pipilan kering dihitung dengan kadar air 15%, maka tahun 2015 dan 2016 diramalkan masih ada surplus jagung dibawah 1 juta ton, sebaliknya tahun diramalkan akan terjadi defisit jagung. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 63

82 Halaman ini sengaja dikosongkan 64 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

83 LAMPIRAN Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 65

84 Halaman ini sengaja dikosongkan 66 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

85 Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Indonesia Tahun Tahun Luas Panen Pertumb. Produksi Pertumb. Produktivitas Pertumb. (000 Ha) (%) (000 Ton) (%) (Ku/Ha) (%) , , ,22 9,61 2, , ,74 9,92 3, , ,51 10,44 5, , ,67 10,75 2, , ,40 11,28 4, , ,58 11,87 5, , ,39 12,28 3, , ,18 12,24-0, , ,21 13,32 8, , ,51 13,90 4, , ,69 14,60 5, , ,99 15,26 4, , ,26 15,69 2, , ,25 16,94 7, , ,95 17,13 1, , ,12 17,74 3, , ,74 18,84 6, , ,92 19,63 4, , ,02 19,53-0, , ,91 21,03 7, , ,74 21,32 1, , ,10 21,50 0, , ,81 22,03 2, , ,21 21,98-0, , ,33 22,09 0, , ,05 22,58 2, , ,87 24,86 10, , ,76 26,14 5, , ,95 26,43 1, , ,49 26,63 0, , ,14 27,65 3, , ,41 28,45 2, , ,55 30,83 8, , ,57 32,41 5, , ,11 33,44 3, , ,57 34,54 3, , ,31 34,70 0, , ,46 36,60 5, , ,80 40,78 11, , ,04 42,37 3, , ,96 44,36 4, , ,73 45,65 2, , ,88 48,99 7, , ,51 48,44-1, , ,68 49,54 2, *) , ,72 51,70 4,36 Rata-rata Pertumbuhan , ,40 24,84 3, , ,05 43,42 4,09 Sumber : BPS *) Angka Ramalan I Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 67

86 Lampiran 2. Luas Panen Jagung di Jawa dan Luar Jawa, Tahun Tahun Luas Panen (000 Ha) Jawa Pertumbuhan (%) Luar Jawa Pertumbuhan (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) , ,48 Rata-rata Petumbuhan , , , ,84 Sumber : BPS *) Angka Ramalan I 68 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

87 Lampiran 3. Produktivitas Jagung di Jawa dan Luar Jawa, Tahun Tahun Produktivitas (Ku/Ha) Jawa Pertumbuhan (%) Luar Jawa Pertumbuhan (%) ,02 8, ,02 0,01 8,61 4, ,14 1,19 9,41 9, ,93 7,87 9,29-1, ,36 3,94 9,38 0, ,91-4,00 12,29 31, ,93 9,38 11,71-4, ,74 6,80 11,26-3, ,02 2,19 10,69-5, ,98 7,37 11,66 9, ,83 6,06 11,81 1, ,54 4,79 12,72 7, ,50 6,18 12,63-0, ,02 3,11 13,59 7, ,10 6,37 14,57 7, ,22 0,66 14,63 0, ,23 5,56 15,40 5, ,38 5,96 16,14 4, ,50 5,52 16,90 4, ,78-3,36 17,33 2, ,59 8,73 18,47 6, ,10 2,26 18,46-0, ,72 2,65 18,44-0, ,71-0,04 19,03 3, ,94 1,00 19,45 2, ,06 0,48 19,43-0, ,27 0,89 20,38 4, ,93 10,93 22,27 9, ,69 2,84 24,45 9, ,64-0,18 24,78 1, ,79 0,55 25,23 1, ,57 6,37 25,21-0, ,34 2,63 25,95 2, ,72 11,14 27,17 4, ,54 5,38 28,31 4, ,33 2,23 29,85 5, ,22 2,46 31,23 4, ,35 0,34 31,64 1, ,34 2,65 34,66 9, ,89 9,26 39,58 14, ,44 3,70 41,20 4, ,49 7,02 42,07 2, ,65 4,65 42,61 1, ,26 9,48 44,57 4, ,54-3,23 45,19 1, ,98 0,85 47,00 4, *) 54,67 5,18 48,75 3,72 Rata-rata Petumbuhan ,45 3,82 22,63 4, ,89 3,85 40,77 4,63 Sumber : BPS *) Angka Ramalan I Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 69

88 Lampiran 4. Produksi Jagung di Jawa dan Luar Jawa, Tahun Tahun Produksi (000 Ton) Jawa Pertumbuhan (%) Luar Jawa Pertumbuhan (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) , ,44 Rata-rata Petumbuhan , , , ,78 Sumber : BPS *) Angka Ramalan I 70 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

89 Lampiran 5. Perkembangan Luas Panen Jagung di 10 Provinsi Sentra, No. Provinsi *) 1 Jawa Timur ,11 31,11 0,36 2 Jawa Tengah ,89 45,00 2,02 3 Lampung ,07 54,07-2,69 4 Sulawesi Selatan ,61 61,68 0,35 5 Nusa Tenggara Timur ,68 68,35 3,48 6 Sumatera Utara ,92 74,28-0,44 7 Gorontalo ,58 77,86 0,42 8 Jawa Barat ,76 81,62-1,03 9 Nusa Tenggara Barat ,08 84,71 16,13 10 Sulawesi Utara ,27 87,97 5,26 Provinsi Lainnya ,03 100,00 Indonesia ,00 Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Keterangan : *) Angka Ramalan I Tahun Rata-rata Luas Panen (Ha) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumb (%) Lampiran 6. Perkembangan Produksi Jagung di 10 Provinsi Sentra, No. Provinsi *) 1 Jawa Timur ,93 30,93 3,75 2 Jawa Tengah ,89 46,81 4,83 3 Lampung ,26 56,07-0,86 4 Sulawesi Selatan ,64 63,71 3,97 5 Sumatera Utara ,75 70,46 3,58 6 Jawa Barat ,43 75,90 2,84 7 Nusa Tenggara Barat ,73 79,63 23,62 8 Gorontalo ,50 83,12 3,50 9 Nusa Tenggara Timur ,40 86,52 8,96 10 Sumatera Barat ,95 89,47 9,93 Provinsi Lainnya ,53 100,00 Indonesia ,00 Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Sources : BPS - Statistics Indonesia and Directorate General of Foodcrops Keterangan : *) Angka Ramalan I Produksi (Ton) Rata-rata Produksi (Ton) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumbuhan (%) Lampiran 7. Perkembangan Produktivitas Jagung di 10 Provinsi Sentra, No. Lokasi *) 1 Jawa Barat 64,23 69,22 72,06 73,24 74,65 70,68 2 Sumatera Barat 66,35 65,49 67,03 65,02 67,94 66,37 3 Nusa Tenggara Barat 51,16 54,92 57,47 62,09 65,44 58,22 4 Kalimantan Selatan 51,20 51,59 51,89 56,56 60,44 54,34 5 Sumatera Utara 50,71 55,41 55,87 57,82 59,36 55,83 6 Sumatera Selatan 38,13 39,46 51,43 60,11 64,76 50,78 7 Jawa Tengah 53,30 54,97 55,09 56,71 59,29 55,87 8 Jambi 38,06 38,82 39,50 54,95 56,68 45,60 9 Sulawesi Selatan 47,80 46,58 45,62 60,11 64,76 52,97 10 Lampung 47,72 48,86 50,83 50,74 51,43 49,92 Indonesia 45,65 48,99 48,44 49,29 49,29 48,33 Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Sources : BPS - Statistics Indonesia and Directorate General of Foodcrops Keterangan : *) Angka Ramalan I Produktivitas (Ku/ha) Rata-rata Produktivitas (Ku/Ha) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 71

90 Lampiran 8. Konsumsi Jagung Perkapita, Rumah Tangga dan Permintaan Industri di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi Konsumsi Permintaan Pertumbuhan Pertumbuhan Perkapita *) (%) Rumahtangga (%) Industri (kg/th) (Ton) (Ton) Pertumbuhan (%) , ,73-17, , , *) 9,70-17, , , ,13-5, , , ,59-5, , , *) 8,09-5, , , ,26-10, , , ,51-10, , , *) 5,84-10, , , ,65-20, , , ,70-20, , , *) 2,95-20, , , ,06 3, , , ,18 3, , , *) 3,31 3, , , ,29-0, , , ,28-0, , , *) 3,274-0, , , ,694-17, , , ,023 12, , , *) 2,809-7, , , ,904 3, , , ,053 39, , , ,598-11, , , ,503-30, , , ,763-29, , , ,365-22, , , ,677 22, , , ,469-12, , , *) 1,553 5, , ,90 Rata-rata ,38-6, , , ,37-4, , ,30 Sumber : BPS *) Data SUSENAS : konsumsi total jagung termasuk jagung pipilan, tepung jagung, minyak jagung dan jagung basah, yang telah disetarakan dengan pipilan kering 72 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

91 Lampiran 9. Ketersediaan Konsumsi Jagung di Indonesia, Tahun Tahun Ketersediaan Ketersediaan Pertumbuhan Jagung (%) Kons.Perkapita (000 Ton) (Kg/Kapita) Pertumbuhan (%) , ,53 28,75-3, ,74 34,64 20, ,31 28,85-16, ,80 33,15 14, ,25 33,08-0, ,83 35,06 5, ,06 36,28 3, ,88 41,41 14, ,82 42,17 1, ,40 46,71 10, ,45 37,62-19, ,07 33,78-10, ,11 37,74 11, ,61 37,50-0, ,40 39,27 4, ,96 20,17-48, ,73 22,18 9, ,59 24,87 12, ,53 54,05 117, ,64 55,23 2, ,39 61,39 11, ,29 58,54-4, ,90 59,41 1, **) ,10 55,63-6, ,96 5, ,80 2, ,38 9,93 **) Angka Perkiraan Sumber : BPS, Badan Ketahanan Pangan Deptan Keterangan: **) Angka Perkiraan Sumber : Neraca bahan Makanan (BPS dan Badan Ketahanan Pangan Kementan) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 73

92 Lampiran 10. Perkembangan Harga Produsen dan Harga Konsumen Jagung di Indonesia, Tahun Tahun Harga Produsen (Rp/Kg) Harga Konsumen (Rp/Kg) ,69 160,65 37, ,13 5,25 157,85-1,74 28, ,25 2,41 164,26 4,06 32, ,62 11,63 179,77 9,44 32, ,32 11,31 224,05 24,63 59, ,89 15,56 250,29 11,71 60, ,20 11,75 264,63 5,73 52, ,17 9,88 289,80 9,51 56, ,07 10,25 317,72 9,63 60, ,31 2,82 324,49 2,13 60, ,04 8,22 350,73 8,09 64, ,37 13,75 414,60 18,21 89, ,74 13,02 498,46 20,23 130, ,86 16,35 528,25 5,98 100, ,53 7,40 560,17 6,04 100, ,26 37, ,16 94,43 456, ,37 65, ,54 26,84 336, ,65-1, ,00 6,11 437, ,52 10, ,58 19,14 608, ,10 6, ,95 14,62 789, ,21 3, ,63-13,20 482, ,81 8, ,66-2,19 332, ,24 12, ,66 11,53 352, ,02 16, ,54 14,13 361, ,43 24, ,93 21,60 392, ,47 11, ,75 35, , ,74 9, ,88 10, , ,90 6, ,81 16, , ,93 5, ,00 5, , ,42 31, ,00 12, , ,54-14, ,00 4, , ,42 5, ,00 1, ,58 Rata-rata Pertumbuhan (%) Pertumbuhan ,82 12, ,62 13,34 547, ,99 10, ,88 13, ,89 Sumber : BPS (%) Margin 74 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

93 Lampiran 11. Perkembangan Ekspor-Impor Jagung di Indonesia, Tahun Volume Nilai Tahun Ekspor Pertumb Impor Pertumb Neraca Ekspor Pertumb Impor Pertumb Neraca (Ton) (%) (Ton) (%) (Ton) (000US$) (%) (000US$) (%) (000US$) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) , , , , Rata-rata , , , , , , , , , , , , Sumber : BPS, Pusdatin *) Data sampai dengan triwulan 1 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 75

94 Lampiran 12. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Dunia, Tahun Tahun Pertumbuhan Produktivitas Pertumbuhan Pertumbuhan Luas Panen (Ha) Produksi (ton) (%) (Ton/Ha) (%) (%) , ,95 1,980 1, , ,76 2,031 2, , ,46 1,994-1, , ,16 2,124 6, , ,28 2,208 3, , ,09 2,424 9, , ,69 2,289-5, , ,30 2,421 5, , ,56 2,351-2, , ,53 2,653 12, , ,75 2,687 1, , ,74 2,722 1, , ,50 2,557-6, , ,35 2,813 10, , ,24 2,837 0, , ,84 2,967 4, , ,41 3,156 6, , ,84 3,385 7, , ,70 3,153-6, , ,68 3,493 10, , ,74 3,609 3, , ,26 2,945-18, , ,41 3,526 19, , ,15 3,720 5, , ,99 3,628-2, , ,39 3,486-3, , ,03 3,100-11, , ,36 3,619 16, , ,57 3,689 1, , ,08 3,697 0, , ,25 3,901 5, , ,96 3,630-6, , ,05 4,124 13, , ,58 3,809-7, , ,80 4,221 10, , ,08 4,149-1, , ,63 4,436 6, , ,15 4,425-0, , ,16 4,325-2, , ,38 4,476 3, , ,06 4,396-1, , ,15 4,459 1, , ,90 4,944 10, , ,39 4,821-2, , ,87 4,817-0, , ,94 4,988 3, , ,71 5,106 2, , ,43 5,167 1, , ,33 5,190 0, , ,02 5,154-0, , ,65 4,888-5, , ,19 5,517 12, ,46 Rata-rata ,11 3,59 2, , ,48 5,06 2, ,84 Sumber : FAO 76 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

95 No. Lampiran 13. Rata-rata Luas Panen Jagung di 10 Negara Terbesar, Negara Tahun *) Rata-rata (Ha) Share (%) Kumulatif Share (%) Rata-rata Pertumbuha n (%) 2 USA ,81 19,81 2,49 1 China ,54 39,35 3,13 3 Brazil ,07 47,42 3,33 4 India ,11 52,52 3,61 5 Mexico ,90 56,43 4,08 6 Nigeria ,79 59,21 13,80 7 Indonesia ,32 61,54-2,05 8 Argentina ,05 63,58 20,67 9 Ukraine ,04 65,62 23,59 10 Tanzania ,03 67,65 8,29 Lainnya ,35 100,00 2,94 Dunia ,80 Sumber : FAO, Diolah oleh Pusdatin Lampiran 14. Rata-rata Produksi Jagung di 10 Negara Terbesar, No. Negara Tahun *) Rata-rata (Ton) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 USA ,75 35,75 2,69 2 China ,54 57,28 7,34 3 Brazil ,04 64,33 12,68 5 Argentina ,54 69,24 29,59 6 Mexico ,38 71,62 4,80 4 India ,38 66,70 9,26 7 Ukraine ,18 73,81 36,12 9 Indonesia ,06 77,57 1,40 8 Perancis ,70 75,51-0,05 10 Afrika Selatan ,34 78,90 1,48 Lainnya ,10 100,00 5,92 Dunia ,71 Sumber : FAO Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 77

96 Lampiran 15. Perkembangan Ekspor-Impor Jagung Dunia, Tahun Tahun Volume Import Pertumbuhan Nilai Import Pertumbuhan Volume Export Pertumbuhan Nilai Export Pertumbuhan (ton) (%) (1000 $) (%) (ton) (%) (1000 $) (%) ,254, ,556 13,998, , ,664, ,123, ,906, ,015, ,438, ,248, ,090, ,165, ,053, ,413, ,316, ,259, ,029, ,606, ,021, ,446, ,313, ,758, ,921, ,506, ,506, ,792, ,714, ,564, ,454, ,679, ,018, ,496, ,975, ,680, ,673, ,525, ,980, ,011, ,675, ,760, ,768, ,284, ,962, ,961, ,672, ,586, ,578, ,358, ,000, ,495, ,348, ,423, ,097, ,764, ,749, ,359, ,688, ,848, ,085, ,066, ,750, ,319, ,376, ,656, ,190, ,908, ,762, ,397, ,001, ,678, ,792, ,042, ,243, ,702, ,091, ,744, ,841, ,326, ,303, ,008, ,794, ,270, ,734, ,082, ,763, ,476, ,630, ,883, ,506, ,784, ,121, ,828, ,714, ,034, ,709, ,247, ,706, ,073, ,942, ,795, ,871, ,981, ,682, ,757, ,697, ,561, ,702, ,765, ,841, ,404, ,507, ,487, ,115, ,141, ,437, ,190, ,513, ,346, ,038, ,800, ,831, ,037, ,160, ,752, ,174, ,278, ,841, ,895, ,743, ,062, ,820, ,713, ,172, ,839, ,151, ,645, ,904, ,525, ,244, ,880, ,861, ,321, ,780, ,768, ,266, ,664, ,083, ,165, ,675, ,449, ,090, ,127, ,334, ,981, ,770, ,751, ,103, ,228, ,354, ,781, ,977, ,148, ,815, ,871, ,622, ,165, ,470, ,883, ,759, ,673, ,709, ,139, ,695, ,654, ,683, ,690, ,107, ,641, ,418, ,202, ,987, ,116, ,422, ,250, ,583, ,774, ,029, ,778, ,183, ,026, ,133, ,933, ,231, ,971, ,651, ,919, ,634, ,149, ,846, ,741, ,067, ,342, ,646, ,727, *) 109,949, ,302, ,327, ,258, *) 111,736, ,762, ,118, ,670, Rata-rata ,868, ,400, ,405, ,110, ,517, ,874, ,327, ,817, Sumber : FAO 78 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

97 Lampiran 16. Eksportir Jagung Terbesar di Dunia, No. Negara 2009 Tahun *) 2013*) Rata-rata (Ton) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 USA ,08 44,08-0,02 2 Argentina ,64 57,71 24,64 3 Brazil ,79 67,50 15,51 4 Perancis ,98 73,48-0,91 5 Ukraina ,53 81,01 25,09 6 Hungaria ,68 84,68 0,26 7 India ,72 88,40 26,35 8 Paraguay ,32 89,72-1,65 9 Rumania ,19 91,91 16,77 10 Afrika Selatan ,90 93,81 19,38 11 Lainnya ,15 99,96-11,49 38 Indonesia ,04 100,00 44,50 Dunia ,99 Sumber : FAO Lampiran 17. Importir Jagung Terbesar di Dunia, No. Tahun Negara *) 2013*) Rata-rata (Ton) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 Japan ,56 14,56 (1,74) 2 Mexico ,08 22,63 7,41 3 Korea ,26 29,89 1,28 4 Mesir ,02 35,92 6,85 5 Spanyol ,17 40,08 4,94 6 China ,13 44,22 (1,52) 7 Iran ,38 48,60 15,94 8 Belanda ,11 51,72 4,02 9 Colombia ,90 54,62 (1,10) 10 Malaysia ,71 57,32 3,87 11 Lainnya ,31 98,64 2,84 21 Indonesia ,36 100,00 99,50 Dunia ,79 Sumber : FAO Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 79

98 Lampiran 18. Model Luas Panen jagung 1. Model Luas Panen Jagung The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label LPJ LPJ Luas panen jagung Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model E E Error E E10 Corrected Total E11 Root MSE R-Square Dependent Mean Adj R-Sq Coeff Var Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > t Label Intercept Intercept LLPJ Luas panen jagung tahun sebelumnya LHRJ Harga riil jagung tahun sebelumnya LHRK Harga riil kedelai tahun sebelumnya Durbin-Watson Number of Observations 9 First-Order Autocorrelation Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

99 Lampiran 19. Model Produktivitas Jagung The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label YJ YJ Produktivitas jagung Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total Root MSE R-Square Dependent Mean Adj R-Sq Coeff Var Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > t Label Intercept Intercept LYJ Produktivitas jagung tahun sebelumnya LHRUREA Harga riil urea tahun sebelumnya DSLPTT Dummy program SLPTT LIRIGASI 1-4.1E E Luas irigasi RLPJJ Rasio luas panen jagung jawa tehadap nasional Durbin-Watson Number of Observations 9 First-Order Autocorrelation Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 81

100 Lampiran 20. Model Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita Moving Average for konsumsi Data konsumsi Length 31 NMissing 0 Moving Average Length 2 Accuracy Measures MAPE 17,4801 MAD 0,5526 MSD 0,5920 Forecasts Period Forecast Lower Upper 32 1,165-0, , ,165-0, ,67308 Moving Average Plot for konsumsi 10 8 Moving Average Plot for konsumsi Variable Actual Fits Forecasts 95,0% PI konsumsi 6 4 Moving Average Length 2 Accuracy Measures MAPE 17,4801 MAD 0,5526 MSD 0, Index Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

101

102

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 102 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 102 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Jagung PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN JAGUNG ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku : 10,12

Lebih terperinci

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 85 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 85 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kedelai PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KEDELAI ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku :

Lebih terperinci

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 73 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 73 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kedelai PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KEDELAI ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN Outlook Komoditas Pertanian Padi PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PADI ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kacang Tanah PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KACANG TANAH ISSN : 1907 1507 Ukuran

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kacang Tanah PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KACANG TANAH ISSN : 1907 1507 Ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung adalah salah satu komoditas yang penting di Indonesia setelah beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber pangan penduduk yang tersebar

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS ISSN 1907-1507 OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK KAPAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI TOMAT

OUTLOOK KOMODITI TOMAT ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2014

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI ISSN 1907-1507 Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian i ii ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 89 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, M.Si. Penyunting : Dr.

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI KAYU ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki peran penting yaitu sebagai makanan manusia dan ternak. Indonesia merupakan salah satu penghasil

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN:

Lebih terperinci

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 OUTLOOK TEH ISSN 1907-1507 2015 OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK TEH ii Pusat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi negara berkembang seperti Indonesia landasan pembangunan ekonomi negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman pangan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian ISSN 1907-1507 OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016 OUTLOOK JERUK

Lebih terperinci

KETERANGAN TW I

KETERANGAN TW I 1 2 2 KETERANGAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 - TW I Distribusi/Share Terhadap PDB (%) 3.69 3.46 3.55 3.48 3.25 3.41 4.03 Distribusi/Share Terhadap Kategori Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI JAHE

OUTLOOK KOMODITI JAHE ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI JAHE 2014 OUTLOOK KOMODITI JAHE Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2014

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 045/11/11/Th.V. 01 November 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2011,

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA ISSN 1907-1507 OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK LADA ii

Lebih terperinci

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PRODUKSI TANAMAN PADI DAN PALAWIJA NTT (ANGKA TETAP 2009 DAN ANGKA RAMALAN II 2010) No. 03/07/53/Th.XIII, 1 Juli 2010 PUSO NTT 2010 MENGHAMBAT PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI KAYU ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI PISANG

OUTLOOK KOMODITI PISANG ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI PISANG 2014 OUTLOOK KOMODITI PISANG Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS BAB III PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS Uning Budiharti, Putu Wigena I.G, Hendriadi A, Yulistiana E.Ui, Sri Nuryanti, dan Puji Astuti Abstrak

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS ISSN 1907-1507 OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK NENAS

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) No. 45/07/35/Th XII,1 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 28/07/11/Th.V. 01 Juli 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA TETAP 2010 DAN RAMALAN II TAHUN 2011) Dari pembahasan Angka Tetap (ATAP) tahun 2010,

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN Outlook Komoditas Perkebunan 2007 «OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN Pusat Data Dan Informasi Pertanian Departemen Pertanian 2007 Pusat Data dan Informasi Pertanian i » Outlook Komoditas Perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015)

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015) PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA ) No. 15 /03/94 /Th. VIII, 1 Maret 2016 A. PADI Produksi Padi Provinsi Papua tahun diperkirakan mencapai 181.682 ton gabah kering

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA JAW A TENGAH 1996-2011 ISSN : 0854-6932 No. Publikasi : 33531.1204 Katalog BPS : 5203007.33 Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : 245 halaman Naskah : Bidang Statistik

Lebih terperinci

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung Zubachtirodin, M.S. Pabbage, dan Subandi Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Jagung mempunyai peran strategis perekonomian nasional, mengingat

Lebih terperinci

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015)

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015) No. 62 /11 /94 /Th. VII, 2 November Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun (Berdasarkan Angka Ramalan II ) A. PADI Produksi padi Provinsi Papua tahun diperkirakan mencapai 204.891 ton gabah kering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 046/11/12/Th.VI. 01 November 2012 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2012) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2012,

Lebih terperinci

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian ISSN 1907-1507 OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015

Lebih terperinci

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Kebijakan 1 Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Ada dua pendapat mengenai faktor penyebab kenaikan harga beras akhirakhir ini yaitu : (1) stok beras berkurang;

Lebih terperinci

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam

Lebih terperinci

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK KELAPA ISSN SAWIT 1907-15072016 OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 31/07/12/Th.VI. 02 Juli 2012 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA TETAP 2011 DAN RAMALAN I TAHUN 2012) Dari pembahasan Angka Tetap (ATAP) tahun 2011,

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG 5.1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Jawa Timur dan Jawa Barat 5.1.1. Jawa Timur Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada 47 Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada Abstrak Berdasarkan data resmi BPS, produksi beras tahun 2005 sebesar 31.669.630 ton dan permintaan sebesar 31.653.336 ton, sehingga tahun 2005 terdapat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II 2015)

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II 2015) No. 64/11/72/Th.XVIII, 02 November 2015 PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II 2015) A. PADI Angka Ramalan II (ARAM II) produksi padi Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2015 diperkirakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) No. 75/11/35/Th.XII, 3 November 2014 A. PADI Produksi Padi Provinsi Jawa Timur berdasarkan Angka Ramalan II (ARAM

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA 2010 DAN ANGKA RAMALAN I 2011)

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA 2010 DAN ANGKA RAMALAN I 2011) PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA No. 05/03/72/Th. XIII, 1 Maret 2011 (ANGKA SEMENTARA 2010 DAN ANGKA RAMALAN I 2011) A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi padi Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2010

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 48/11/Th. XVII, 03 November 2014 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) Sampai dengan Subround II (Januari-Agustus) tahun 2014, telah

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK NENAS 2016 OUTLOOK NENAS

ISSN OUTLOOK NENAS 2016 OUTLOOK NENAS ISSN 197-157 216 Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 216 i 216 ii 216 ISSN : 197-157 Ukuran Buku : 1,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 85 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi. Penyunting

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi Beras

Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi Beras ARTIKEL Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi oleh Rumah Tangga Tahun 2007 Oleh: Slamet Sutomo RINGKASAN Ditinjau dari sisi produksi dan konsumsi secara total, produksi beras di Indonesia pada tahun 2007

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Serta Proyeksinya 5.1.1.1 Produksi Produksi rata - rata ubi kayu di sampai dengan tahun 2009 mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sektor ini memiliki share sebesar 14,9 % pada

Lebih terperinci

1. Angka. 2. Angka Kering. beras atau. meningkat. meningkat dari 1,4. diperkirakan akan. Produksi ubi kayu 2010.

1. Angka. 2. Angka Kering. beras atau. meningkat. meningkat dari 1,4. diperkirakan akan. Produksi ubi kayu 2010. . BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR T No.8/11/53/Th. XV, 1 November PRODUKSI TANAMAN PADI DAN PALAWIJA NTT (ANGKA TETAP 211 & ANGKAA RAMALAN II ) 1. Angka Tetap (ATAP) produksi padi Provinsi NTT Tahun 211

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) No. 52/11/36/Th. VIII, 3 November 2014 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) TAHUN 2014 LUAS PANEN PADI SAWAH MENINGKAT TETAPI PRODUKTIVITAS MENURUN Berdasarkan Angka Ramalan

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI JALAR ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

Katalog BPS

Katalog BPS Katalog BPS. 5214.32 PRODUKSI TANAMAN PADI DAN PALAWIJA JAWA BARAT TAHUN 2010-2014 ISSN: - Nomor Publikasi: 32.530.15.01 Katalog BPS: 5214.32 Ukuran Buku: 19 cm x 28 cm Jumlah Halaman: vii + 71 halaman

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Outlook Komoditas Daging Sapi 2015 «OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II 2015) jambi No. 63/11/15 /Th. IX, 2 November PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II ) A. PADI Produksi padi tahun (Angka Ramalan II) diperkirakan sebesar 561.542 ton GKG, atau turun sebesar 103.178 ton

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Ramalan II 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Ramalan II 2015) BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th XIII, 2 November PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Ramalan II ) A. PADI Angka Ramalan (ARAM) II produksi Padi Provinsi Jawa Timur tahun sebesar 13,05 juta ton Gabah

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2012 dan Angka Ramalan I Tahun 2013)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2012 dan Angka Ramalan I Tahun 2013) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2012 dan Angka Ramalan I Tahun 2013) A. PADI No. 45/07/35/Th.XI,1 Juli 2013 Angka Tetap (ATAP) tahun 2012 produksi Padi Provinsi Jawa

Lebih terperinci

ANGKA TETAP TAHUN 2013 DAN ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA TETAP TAHUN 2013 DAN ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 4/7/71/Th. VIII, 1 Juli 214 ANGKA TETAP TAHUN 213 DAN ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 214 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Tetap (ATAP) produksi padi tahun 213 diperhitungkan sebesar 638.373 ton

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008) BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 40/11/34/Th. X, 03 November 2008 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008) Berdasarkan ATAP 2007 dan Angka Ramalan III (ARAM

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis di Indonesia. Arti strategis tersebut salah satunya terlihat dari banyaknya kedelai yang diolah menjadi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi 1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)

Lebih terperinci

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan pangan secara nasional setiap tahun terus bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk, sementara lahan untuk budi daya tanaman biji-bijian seperti padi dan jagung luasannya

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI MANGGA

OUTLOOK KOMODITI MANGGA ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI MANGGA 2014 OUTLOOK KOMODITI MANGGA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM I)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM I) No. 40/07/13/Th.XVIII, 1 Juli 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM I) A. PADI Produksi padi tahun 2014 tercatat sebesar 2.519.020 ton GKG (ATAP

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan jenis perekonomian nasional. Hal ini terjadi karena Indonesia mempunyai stuktur sistem perekonomian

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG Oleh: Muchjidin Rachmat*) Abstrak Tulisan ini melihat potensi lahan, pengusahaan dan kendala pengembangan palawija di propinsi Lampung. Potensi

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014) No. 32/07/36/Th. VIII, 1 Juli 2014 PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014) PRODUKSI PADI 2013 MENINGKAT SIGNIFIKAN DIBANDING TAHUN 2012, TAHUN 2014 DIPREDIKSI AKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian yang mempunyai peranan yang strategis dan penting adalah sektor tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan pokok

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN I TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN I TAHUN 2015) No. 47/07/51/Th. IX, 1 Juli 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN I TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 (ARAM I) DIPERKIRAKAN NAIK 0,39 PERSEN A. PADI Produksi padi di Bali pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah retrospektif. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan yaitu (1) Kabupaten Lampung Barat akan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, kebutuhan jagung di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman sebagai

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun ) No.22/03/35/Th XIII,2 Maret 2015 A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar 12,398 juta ton Gabah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG » Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Volume 1 No. 1, 2009 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal

Lebih terperinci