Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah"

Transkripsi

1

2

3 Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kacang Tanah PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015

4

5 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KACANG TANAH ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 75 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi Penyunting : Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc Dr. Ir. Budi Waryanto, MSi Ir. Noviati, MSi Ir. Roch Widaningsih, M.Si Naskah : Siti Nur Sholihah, S.Si Design dan Layout : Tarmat Victor Saulus Bonavia H. Diterbitkan oleh: Kementerian Pertanian 2015 Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

6

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya sehingga Buku Analisis Outlook Komoditas Kacang Tanah Tahun 2015 dapat diselesaikan. Buku ini mengulas analisis diskriptif, analisis proyeksi penawaran dan permintaan komoditas kacang tanah beberapa tahun ke depan. Kegiatan ini dapat terlaksana atas kerjasama dengan beberapa instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, juga atas kerja sama tim teknis lingkup, serta kepada semua pihak yang telah membantu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penyusunan laporan akhir kegiatan. Untuk itu kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atas dukungannya sehingga kegiatan ini dapat terlaksana. Kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak guna memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan ini di waktu mendatang. Semoga hasil kegiatan ini dapat sebagai sumbangan pemikiran dan memberikan manfaat bagi pembaca semua. Jakarta, Oktober 2015 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Dr. Ir. Suwandi, MSi. NIP Page v

8 Outlook Kacang Tanah 2014 Halaman ini sengaja dikosongkan Page vi

9 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI...vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xv EXECUTIVE SUMMARY... xix I. PENDAHULUAN... 1 II. METODOLOGI... 3 III. KERAGAAN KACANG TANAH NASIONAL PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS KACANGTANAH NASIONAL PROVINSI SENTRA LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TERTINGGI KACANG TANAH KONSUMSI PERKAPITA DAN NASIONAL KACANG TANAH HARGA PRODUSEN DAN KONSUMEN KACANG TANAH EKSPOR DAN IMPOR KACANG TANAH DI INDONESIA IV. KERAGAAN KACANG TANAH DUNIA PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DUNIA NEGARA SENTRA LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TERTINGGI DUNIA Page vii

10 Outlook Kacang Tanah PENYEDIAAN DAN KETERSEDIAAN PER KAPITA KACANG TANAH DI DUNIA PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN KACANG TANAH DI DUNIA PERKEMBANGAN EKSPOR - IMPOR KACANG TANAH DUNIA V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN PENAWARAN PERMINTAAN NERACA VI. KESIMPULAN LAMPIRAN Page viii

11 DAFTAR TABEL Halaman : Tabel 2.1. Sumber Data dan Informasi Yang Digunakan... 3 Tabel 3.1. Perkembangan Rata-rata Luas Panen, Produktivitas, Produksi Kacang Tanah per Wilayah, Tabel 5.1. Proyeksi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kacang Tanah di Indonesia,, Tabel 5.2. Proyeksi Permintaan Kacang Tanah di Indonesia, Tabel 5.3. Proyeksi Penawaran dan Permintaan Kacang Tanah, Tahun Tabel 5.4. Proyeksi Surplus/Defisit Kacang Tanah, Tahun Page ix

12 Outlook Kacang Tanah 2014 Halaman ini sengaja dikosongkan Page x

13 DAFTAR GAMBAR Halaman : Gambar 1. Perkembangan Luas Panen Kacang Tanah Indonesia, Tahun Tahun Gambar 2. Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah Indonesia, Tahun Gambar 3. Perkembangan Produksi Kacang Tanah Indonesia, Tahun Gambar 4. Provinsi Sentra Luas Panen Kacang Tanah di Indonesia, Tahun Gambar 5. Produktivitas Kacang Tanah Tertinggi di Provinsi Indonesia, Tahun Gambar 6. Sentra Produksi Kacang Tanah di Indonesia, Tahun Gambar 7. Perkembangan Konsumsi Per Kapita Kacang Tanah Kupas Di Indonesia Berdasarkan SUSENAS, Gambar 8. Perkembangan Konsumsi Nasional Kacang Tanah Kupas Di Indonesia berdasarkan SUSENAS, Gambar 9. Perkembangan Ketersediaan Per Kapita Kacang Tanah Di Indonesia Berdasarkan NBM, Tahun Gambar 10. Perkembangan Penggunaan Kacang Tanah Indonesia Berdasarkan NBM, Gambar 11 Perkembangan Konsumsi Nasional Kacang Tanah Di Indonesia Berdasarkan NBM, Page xi

14 Outlook Kacang Tanah 2014 Gambar 12. Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Kacang Tanah di Indonesia, Tahun Gambar 13. Perkembangan Volume Ekspor Impor Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun Gambar 14. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun Gambar 15. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Kacang Tanah Dunia, Gambar 16. Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah Dunia, Gambar 17. Rata-rata Kontribusi Luas Panen Kacang Tanah Dunia, Gambar 18. Rata-rata Produksi Kacang Tanah Dunia, Gambar 19. Rata-rata Produktivitas Kacang Tanah Dunia, Gambar 20. Rata-rata Kontribusi Penyediaan Kacang Tanah Dunia, Tahun ( Kacang Tanah Tanpa Kulit ) Gambar 21. Rata-rata Ketersediaan Kacang Tanah Per Kapita di Dunia, ( Kacang Tanah Tanpa Kulit ) Gambar 22. Rata-Rata Harga Produsen Kacang Tanah Dunia, Gambar 23. Perkembangan Volume Ekspor - Impor Kacang Tanah Dunia, Gambar 24. Rata-rata Kontribusi Volume Ekspor Kacang Tanah Dunia, Page xii

15 Gambar 25. Rata-rata Kontribusi Volume Impor Kacang Tanah Dunia, Gambar 26. Rata-rata Kontribusi Nilai Ekspor Kacang Tanah Dunia, Gambar 27. Rata-rata Kontribusi Nilai Impor Kacang Tanah Dunia, Page xiii

16 Outlook Kacang Tanah 2014 Halaman ini sengaja dikosongkan Page xiv

17 DAFTAR LAMPIRAN Halaman : LAMPIRAN I Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Perkembangan Luas Panen Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun Perkembangan Produksi Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun Perkembangan Luas Panen di Provinsi Sentra Kacang Tanah, Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah di Provinsi Sentra, Perkembangan Produksi Kacang Tanah di Provinsi Sentra, Perkembangan Konsumsi Per Kapita Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan SUSENAS, Konsumsi Nasional Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan SUSENAS, Perkembangan Ketersediaan Per Kapita Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan Neraca Bahan Makanan, Lampiran 10. Penggunaan dan Ketersediaan Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan Neraca Bahan Makanan, Page xv

18 Outlook Kacang Tanah 2014 Lampiran 11. Konsumsi Nasional Kacang Tanah Berdasarkan Neraca Bahan Makanan di Indonesia, Lampiran 12. Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Kacang Tanah di Indonesia, Lampiran 13. Perkembangan Volume Ekspor Impor Kacang Tanah di Indonesia, Tahun Lampiran 14. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun Lampiran 15. Perkembangan Luas Panen, dan Produksi Kacang Tanah Dunia, Lampiran 16. Perkembangan Produktvitas Kacang Tanah Dunia, Lampiran 17. Perkembangan Luas Panen Kacang Tanah Dunia, Lampiran 18. Perkembangan Produksi Kacang Tanah Dunia, Lampiran 19. Perkembangan Produktivtas Kacang Tanah Dunia, Lampiran 20. Perkembangan Penyediaan Kacang Tanah Dunia, Lampiran 21. Perkembangan Ketersediaan Per Kapita Kacang Tanah Dunia, Lampiran 22. Perkembangan Harga Produsen Kacang Tanah Berkulit di Dunia, Lampiran 23. Perkembangan Ekspor Impor Kacang Tanah Dunia, Page xvi

19 Lampiran 24. Perkembangan Volume Ekspor Negara Eksportir Kacang Tanah Dunia, Lampiran 25. Perkembangan Volume Impor Negara Importir Kacang Tanah Dunia, Lampiran 26. Perkembangan Nilai Ekspor Negara Eksportir Kacang Tanah Dunia, Lampiran 27. Perkembangan Nilai Impor Negara Importir Kacang Tanah Dunia, LAMPIRAN II a. Blok Persamaan Pada Model Analisis Suplai Demand b. Keterangan Variabel Dalam Model c. Hasil Pengolahan Dengan Metode Simultan Model Analisis Suplai Demand Dalam Page xvii

20 Outlook Kacang Tanah 2014 Halaman ini sengaja dikosongkan Page xviii

21 EXECUTIVE SUMMARY Produksi kacang tanah tahun 2015 (ARAM I) diperkirakan sebesar 657,59 ribu ton biji kering, naik sebanyak 18,70 ribu ton ( naik 2,93%) dibandingkan tahun Naiknya produksi diperkirakan terjadi karena naiknya produktivitas sebesar 0,64 Ku/Ha ( naik 5%). Berbeda halnya dengan luas panen, perkiraan luas panen kacang tanah mengalami penurunan sebesar 9,83 ribu hektar, luas panen turun cukup besar terdapat di Provinsi Jawa Tengah 3,87 ribu hektar, NTB sebesar 2,86 ribu hektar, Kalimantan Selatan 2,01 ribu hektar, Sulawesi Selatan 1,79 ribu hektar dan Jawa Barat sebesar 1,62 ribu hektar. Adapun perkiraan produksi kacang tanah tahun 2015 yang turun cukup besar terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 5,46 ribu ton, Nusa Tenggara Timur 3,16 ribu ton, dan Kalimantan Selatan 1,96 ribu ton. Prediksi ketersediaan kacang tanah pada tahun 2015 sebesar 2,63 kg/kap/tahun dan pada tahun 2016 sebesar 2,61 kg/kap/tahun. Pada tahun , proyeksi ketersediaan kacang tanah cenderung menurun dengan rata-rata 1,30% per tahun atau sebesar 2,57 kg/kap/tahun, sehingga total kebutuhan kacang tanah pada tahun 2015 diprediksikan sebesar 671,86 ribu ton dan 2016 sebesar 675,33 ribu ton. Pada tahun 2015, dengan produksi kacang tanah sebesar 657,59 ribu ton, maka jumlah tercecer diperkirakan mencapai 32,88 ribu ton, pengunaan kacang tanah untuk bibit 19,73 ribu ton, penggunaan untuk diolah menjadi bahan makanan sebesar 55,96 ribu ton dan untuk konsumsi langsung 671,86 ribu ton. Pada tahun 2015 diperkirakan akan terjadi defisit kacang tanah sebesar 122,84 ribu ton. Sementara itu pada tahun 2016 dengan proyeksi produksi kacang tanah sebesar 664,76 ribu ton, jumlah yang tercecer akan mencapai 33,24 ribu ton, penggunaan untuk bibit sebesar 19,94 ribu ton, diolah menjadi makanan sebesar 56,57 ribu ton, sementara untuk konsumsi langsung mencapai 675,33 ribu ton. Oleh karena itu pada tahun 2016 diperkirakan Indonesia masih akan mengalami defisit kacang tanah sebesar 120,32 ribu ton. Kondisi tersebut dapat terjadi dengan asumsi tidak ada ekspor impor dan tidak ada stok, baik stok awal maupun akhir tahun. Page xix

22 Outlook Kacang Tanah 2014 Halaman ini sengaja dikosongkan Page xx

23 I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sektor pertanian merupakan salah satu sektor pendukung pembangunan nasional yang cukup berperan penting mengingat luas wilayah, kondisi geografis dan iklim yang dimiliki Indonesia sangat menunjang berlangsungnya kegiatan di sektor pertanian. Tanaman Pangan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang sangat strategis dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional, penyerapan tenaga kerja, maupun penyedia bahan baku industri. Kacang tanah merupakan salah satu komoditas penting sektor tanaman pangan. Kacang tanah sebagai salah satu komoditas penting sumber gizi bagi masyarakat karena kacang tanah mengandung sumber protein nabati. Kacang tanah dikonsumsi rumah tangga baik berupa kacang tanah dengan kulit maupun tanpa kulit. Jika masih dengan kulit biasanya kacang tanah direbus atau disangrai. Kacang tanah tanpa kulit dikonsumsi oleh rumah tangga dengan cara digoreng dan selanjutnya dibuat saos sambel kacang untuk gadogado, kacang bawang, sambal balado teri kacang, dan campuran kue kering. Industri makanan membutuhkan kacang tanah untuk diolah menjadi berbagai jenis makanan ringan baik dalam bentuk kacang tanah dengan kulit maupun tanpa kulit seperti kacang kulit rasa, kacang sangrai, kacang atom, kacang oven, dan selai kacang untuk olesan roti. Kebutuhan dan permintaan kacang tanah dari sektor industri makanan olahan memacu peningkatan pendapatan petani di berbagai daerah. Makanan olahan dengan bahan baku kacang tanah mengalami permintaan yang semakin meningkat. Produksi kacang tanah dalam negeri selama tiga dekade terakhir menunjukkan pertumbuhan yang positif. Namun produksi tersebut belum bisa memenuhi permintaan yang semakin meningkat, sehingga jumlah impor kacang tanah pun meningkat tajam. Berdasarkan data FAO pada tahun Page 1

24 2012 Indonesia menjadi negara importir nomor dua dunia yang mengimpor kacang tanah rata-rata sebesar 129,74 ribu ton. 1.2 TUJUAN Tujuan penyusunan outlook komoditas kacang tanah adalah melakukan analisis data kacang tanah dengan menggunakan model ekonometrik, menyediakan bahan dan informasi bagi penyusunan kebijakan dan program pengembangan komoditas tanaman pangan khususnya kacang tanah di masa yang akan datang. (Pusdatin) mencoba menyusun Outlook Kacang Tanah yang berisi keragaan dan proyeksi penawaran serta permintaan kacang tanah berdasarkan keragaan dan perkembangan kacang tanah selama tahun terakhir. 1.3 RUANG LINGKUP Ruang lingkup outlook komoditas kacang tanah meliputi variabelvariabel terpenting dari komponen penawaran dan permintaan komoditas kacang tanah. Variabel-variabel tersebut meliputi : produksi, luas panen, produktivitas, harga konsumen, harga produsen, konsumsi, ekspor dan impor, baik dalam lingkup nasional maupun global. Keseimbangan penawaran dan permintaan diprediksi hingga tahun 2019, dengan terlebih dahulu memproyeksi variabel-variabel yang mempengaruhi maupun komponen-komponen yang menyusun penawaran dan permintaan kacang tanah. Page 2

25 II. METODOLOGI 2.1 SUMBER DATA DAN INFORMASI Outlook Komoditas kacang tanah tahun 2015 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh baik dari data primer maupun data sekunder yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Biro Pusat Statistik (BPS) dan Food and Agriculture Organization (FAO). Jenis variabel, periode dan sumber data disajikan pada tabel 2.1. Tabel 2.1. Sumber Data dan Informasi Yang Digunakan No. Variabel Periode Sumber Data Keterangan 1 Luas Panen Kacang Tanah di Indonesia BPS 2 Produksi Kacang Tanah di Indonesia BPS Biji Kering 3 Produktivitas Kacang Tanah di Indonesia BPS 4 Konsumsi Kacang Tanah di Indonesia Harga Kacang Tanah di Pasar Dalam Negeri Indonesia BPS 6 Ekspor Impor Kacang Tanah Indonesia BPS 7 Luas Panen Kacang Tanah Dunia FAO 8 Produksi Kacang Tanah Dunia FAO 9 Produktivitas Kacang Tanah Dunia FAO SUSENAS-BPS Biji Kering NBM, BKP-Kementan Kacang Tanah Segar Kacang Tanah Dengan Kulit Kacang Tanah Dengan Kulit Kacang Tanah Dengan Kulit 10 Konsumsi Kacang Tanah Dunia FAO Biji Kering 11 Harga Kacang Tanah di Pasar Dunia FAO Kacang Tanah Dengan Kulit 12 Ekspor Impor Kacang Tanah Dunia FAO Biji Kering Page 3

26 2.2. METODE ANALISIS Metode yang digunakan dalam penyusunan Outlook Komoditas kacang tanah adalah sebagai berikut : Analisis Deskriptif Berdasarkan ketersediaan data series yang mencakup indikator luas panen, produktivitas, produksi, konsumsi, ekspor-impor serta harga di tingkat produsen maupun di tingkat konsumen disusun analisis deskriptif sederhana Analisis Penawaran Model merupakan simplifikasi dari dunia nyata, dimana setiap kegiatan dalam perekonomian pertanian yang akan dianalisis terangkum dalam model tersebut. Model ini disebut model ekonometrika suplai demand tanaman pangan, yang disusun dalam sistem persamaan simultan dan dinamis terbagi dalam dua blok, yaitu terdiri dari Blok Suplai dan Blok Demand. Blok Suplai Pada Model Analisis Suplai Demand 1. Luas Panen Kacang Tanah LPKC = e0 + e1 LPKC(t-1) + e2 HRKC(t-1) + e3 LPUKC + e4 HRJ(t-1) + e5 HRK(t-1) + e6 HRUK(t-1) + µ5 Parameter estimasi yang diharapkan : e1, e2 > 0; e3, e4, e5, e6 > 0 2. Produktivitas Kacang Tanah YKC = j0 + j1 YKC(t-1) + j2 HRUREA(t-1) + j3 TEK + j4 DSLPTT + j5 CH + j6 LIRIGASI + µ10 Parameter estimasi yang diharapkan : i1, i3, i4, i5, i5 > 0 i2 < 0 3. Impor Kacang Tanah IKC = no + n1 PRODKC + n2 KONSKC + n3 HIKC + n4 HRKC + µ14 Parameter estimasi yang diharapkan : n2, n4 > 0 n1, n3 < 0 4. Produksi Kacang Tanah PRODKC= LPKC * YKC 5. Suplai Kacang Tanah SKC= PRODKC + IKC Page 4

27 Analisis Permintaan Analisis permintaan komoditas kacang tanah merupakan analisis pemakaian kacang tanah dalam negeri meliputi kebutuhan bibit, diolah untuk makanan dan bukan makanan, tercecer, dan dikonsumsi langsung. Blok Demand Pada Model Analisis Suplai Demand 1. Konsumsi per kapita Kacang Tanah KONSKC = s0 + s1 PDB + s2 IHK + s3 KONSKC(t-1) + µ12 Parameter estimasi yang diharapkan: r3 > 0 ; r1,r2 < 0 2. Konsumsi Nasional kc tanah KONNKC = POP * KONSKC 3. Demand kacang tanah DKC = KONNKC + EKSKC + PAKKC + BKC + TCKC BKC = PRODKC*0.026 TCKC = PRODKC* Neraca kc tanah NRCKC = SKC DKC Kelayakan Model Uji coba pemilihan model perlu dilakukan guna mendapatkan model yang paling tepat dan sesuai. Uji pemilihan model tersebut dilakukan dengan cara menguji beberapa variabel bebas yang diduga akan berpengaruh terhadap dua fungsi tersebut yaitu respon luas panen maupun fungsi produktivitas kacang tanah. Ketepatan sebuah model regresi dapat dilihat dari Uji-F, Uji-t dan koefisien determinasi (R 2 ). Koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya keragaman dari peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubah peubah tak bebas (X). Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan persamaan: Page 5

28 2 SSRegresi R = SS Total dimana : SS Regresi adalah jumlah kuadrat regresi SS Total adalah jumlah kuadrat total Page 6

29 BAB III. KERAGAAN KACANG TANAH NASIONAL 3.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS KACANG TANAH NASIONAL Perkembangan luas panen kacang tanah di Indonesia, pada kurun waktu tahun rata-rata mengalami peningkatan sebesar 0,38% per tahun sedangkan tahun turun 4,48% per tahun. Penurunan luas panen terbesar selama 5 (lima tahun) terakhir terjadi tahun 2011 sebesar 12,90% atau minus 80,07 ribu hektar dan penurunan cukup tinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 7,23% atau minus 40,48 ribu hektar. Rata-rata luas panen kacang tanah selama periode sebesar 521,59 ribu hektar dan kontribusi luas panen kacang tanah nasional didominasi oleh pulau Jawa sebesar 71,35%. Sedangkan luas panen di Luar Pulau Jawa rata-rata hanya mencapai 28,65%. Jika dilihat laju rata-rata pertumbuhannya, laju pertambahan luas panen kacang tanah tahun 1980 sampai 2015 di Luar Jawa cenderung lebih tinggi yaitu meningkat rata-rata 0,55% per tahun, sementara pulau Jawa hanya bertambah 0,39% per tahun. Periode tahun memperlihatkan luas panen di luar Pulau Jawa mengalami penurunan lebih tinggi yaitu minus 6,86%, sementara di pulau Jawa mengalami penurunan minus 3,50%. Selama 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat perkembangan luas panen kacang tanah dalam negeri rata-rata mencapai 521,59 ribu hektar dimana Pulau Jawa memberikan kontribusi lebih besar yaitu 71,35% dari total luas panen kacang tanah di Indonesia, sementara daerah penghasil kacang tanah di luar Pulau Jawa hanya mampu berkontribusi sebesar 28,65% terhadap total luas panen kacang tanah di Indonesia (Gambar 1 dan Lampiran 1). Page 7

30 (000 Ha) Jawa L.Jawa Indonesia Gambar 1. Perkembangan Luas Panen Kacang Tanah Indonesia, Tahun Pertumbuhan luas panen kacang tanah di Indonesia dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan penurunan rata-rata sebesar 4,48%. Penurunan di luar Pulau Jawa cenderung lebih tinggi yaitu sebesar 6,86% per tahun dengan rata-rata luas panen 149,44 ribu hektar, sedangkan di Jawa turun sebesar 3,50% dengan rata-rata luas panen 372,15 ribu hektar. Kondisi ini menunjukkan bahwa areal kacang tanah nasional selama ini separuh lebih dipasok dari Pulau Jawa. Laju rata-rata pertumbuhan yang terjadi 5 tahun terakhir di Indonesia karena dipicu oleh pesaing komoditas lain yang secara ekonomis lebih menguntungkan, seperti padi, jagung, dan kedelai. Faktor yang mempengaruhi daya saing kacang tanah antara lain : harga, ketersediaan benih, kualitas benih, pemasaran, dan resiko hama. Perkembangan produktivitas kacang tanah tingkat nasional pada periode cenderung mengalami peningkatan. Pertumbuhan produktivitas kacang tanah secara nasional lima tahun terakhir yaitu periode menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi yaitu 1,44% per tahun dibandingkan dengan periode yaitu 1,17% per tahun. Produktivitas Page 8

31 kacang tanah di Indonesia berdasarkan ARAM I tahun 2015 adalah 13,43 ku/ha atau mengalami peningkatan sebesar 5% dibandingkan tahun sebelumnya (Gambar 2 dan Lampiran 2 ). Secara umum pola perkembangan produktivitas kacang tanah per wilayah (Jawa dan Luar Jawa) cenderung sama, berkisar antara 12 kuintal per hektar. Rata-rata hasil kacang tanah di Pulau Jawa cenderung selalu lebih tinggi dibandingkan produktivitas di Luar Pulau Jawa. Produktivitas kacang tanah di Jawa dan luar Jawa mencapai puncak tertingginya pada tahun 2015, berdasarkan data Angka Ramalan I yaitu sebesar 13,83 kuintal per hektar. Jika dicermati, produktivitas tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata hasil kacang tanah di Indonesia, Pulau Jawa dan Luar Jawa kurun waktu 5 tahun terakhir yang hanya mencapai 12,98 ku/ha. 14,00 13,00 12,00 (Ku/ Ha) 11,00 10,00 9,00 8, Jawa L.Jawa Indonesia Gambar 2. Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah Indonesia, Tahun Perkembangan produksi kacang tanah di Indonesia pada periode berfluktuasi dengan rata-rata pertumbuhan minus 3,09% per tahun (Gambar 3). Data ARAM I tahun 2015 menunjukan, produksi kacang tanah Page 9

32 sebesar 657,59 ribu ton mengalami kenaikan sebesar 2,93% dari tahun Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa produksi kacang tanah baik di Jawa maupun di Luar Jawa cenderung mengalami fluktuasi. Pada tahun produksi kacang tanah mengalami penurunan dengan rata-rata minus 3,09% per tahun ( Lampiran 3). Produksi kacang tanah yang dihasilkan sangat terkait oleh produktivitas. Berdasarkan data ARAM I tahun 2015 yang dikeluarkan BPS, produktivitas kacang tanah naik 5% atau sebesar 13,43 ku/ha dari tahun 2014 yang 12,79 ku/ha (Lampiran 2) sehingga pada tahun yang sama produksi naik sebesar 2,93% atau sebesar 657,59 ton dari tahun sebelumnya (Lampiran 3 ) (000 Ton) Jawa L.Jawa Indonesia Gambar 3. Perkembangan Produksi Kacang Tanah Indonesia, Tahun Pertumbuhan produktivitas kacang tanah cenderung lebih pesat dari pada pertumbuhan luas panennya. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pertumbuhan produktivitas kacang tanah nasional dalam periode mencapai 1,44% per tahun, sementara itu luas panen cenderung mengalami penurunan minus 4,48% per tahun. Kondisi tersebut mempengaruhi produksi kacang tanah 5 tahun terakhir dengan rata rata pertumbuhan mengalami penurunan 3,09% per tahun. Page 10

33 Jika dilihat dari peningkatan produksi cenderung dipengaruhi oleh produktivitasnya dimana produktivitas tertinggi terjadi pada tahun 2013 (Gambar 2). Hal ini menandakan teknologi budidaya kacang tanah sudah berjalan dengan baik. Tabel 3.1. Perkembangan Rata-rata Luas Panen, Produktivitas, Produksi Kacang Tanah per Wilayah Wilayah Jawa Luar Jawa Indonesia Jawa L. Jawa Tahun L.Panen Pertumb. Produksi Pertumb. Produktivitas Pertumb. (Ha) (%) (Ton) (%) (Ku/Ha) (%) , ,73 10,87 1, , ,58 12,72 2, , ,60 10,70 1, , ,93 12,34 0, , ,60 10,98 1, , ,09 12,98 1,44 Kontribusi (%), *) 71,35 72,38 28,65 27,62 Keterangan : *) Angka Ramalan I Sumber : BPS, diolah Pusdatin Kontibusi luas panen kacang tanah di Indonesia selama kurun waktu , didominasi dari Pulau Jawa sebesar 71,35% sedangkan dari luar Pulau Jawa berkontibusi hanya 28,65%. Hal ini sejalan dengan kontribusi produksi kacang tanah dari Pulau Jawa lebih besar daripada luar Pulau Jawa yaitu 72,38% dan 27,62% ( Tabel 3.1.). Page 11

34 3.2. PROVINSI SENTRA LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TERTINGGI KACANG TANAH Kontribusi komoditas kacang tanah dari beberapa provinsi di tanah air pada 5 tahun terakhir dilihat dari sisi luasannya tersebar di 10 provinsi dengan kontribusi sebesar 87,11% terhadap total luas panen kacang tanah di Indonesia. Dari sepuluh provinsi sentra tersebut, empat provinsi terluas berada di wilayah Jawa dengan kontribusi sebesar 69,54% atau mencapai ratarata luas 90,65 ribu hektar. Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan luas panen kacang tanah terbesar, dimana rata-rata luas panen mencapai 152,09 ribu hektar menyumbang 29,17% terhadap rata-rata luas panen nasional. Jawa Tengah pada peringkat ke dua dengan rata-rata luas panen sebesar 94,53 ribu hektar menyumbang sebesar 18,13% terhadap rata-rata luas panen nasional. Pada peringkat ke-3 dan ke-4 adalah D.I. Yogyakarta dan Jawa Barat dengan kontribusi masing-masing sebesar 12,46% dan 9,78% terhadap luas panen nasional. Lima provinsi sentra lainnya dengan kontribusi di bawah 6% terhadap luas panen nasional. (Gambar 4 dan Lampiran 4). Sementara itu jika dilihat dari sisi rata-rata pertumbuhan luas panen di masing-masing daerah selama lima tahun terakhir, hampir semua provinsi mengalami penurunan, hanya D.I. Yogyakarta dan Sulawesi Selatan yang mengalami kenaikan, masing-masing sebesar 3,99% per tahun dan 1,35% per tahun. Provinsi dengan laju penurunan paling tinggi terjadi di Sumatera Utara dengan rata-rata sebesar minus 10,17% per tahun, urutan ke 2 Kalimantan Selatan dengan penurunan minus 8,22% per tahun (Lampiran 4). Page 12

35 Jawa Tengah 18,13% Jawa Timur 29,17% DI Yogyakarta 12,46% Jawa Barat 9,78% Provinsi Lainnya 12,89% Kalimantan Selatan, 1,80% Sumatera Utara 1,80% Banten 1,81% NTT 3% NTB 4% Nusa Tenggara Barat 5,09% Gambar 4. Provinsi Sentra Luas Panen Kacang Tanah di Indonesia, Tahun Dilihat dari produktivitas, maka sentra provinsi kacang tanah berbeda. Selama 5 tahun terakhir, produktivitas tertinggi ada di Sulawesi Tengah sebesar 16,10 ku/ha, diurutan ke-2 Jawa Barat 15,63 ku/ha dan diurutan ke-3 Sumatera Barat sebesar 14,57 ku/ha. Provinsi Nusa Tenggara Barat menduduki urutan ke empat sedangkan Sulawesi Selatan menjadi provinsi ke lima terbesar dengan rata-rata hasil masing-masing sebesar 14,27 ku/ha dan 14,01 ku/ha. Jika dilihat rata-rata pertumbuhan produktivitas per hektar tertinggi adalah Jawa Barat dengan rata-rata pertumbuhan 3,88% per tahun, sementara daerah dengan laju pertumbuhan produktivitas terendah adalah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat masing-masing dengan rata-rata pertumbuhan sebesar minus 1,96% per tahun dan minus 1,90% per tahun (Gambar 5 dan Lampiran 5). Page 13

36 Rata-rata (Ku/Ha) Indonesia Jambi Sulawesi Barat Sulawesi Utara Jawa Tengah Jawa Timur Sulawesi Selatan Nusa Tenggara Barat Sumatera Barat 13,06 12,90 13,17 13,23 13,44 13,51 14,01 14,27 14,57 Jawa Barat Sulawesi Tengah 15,63 16,10 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 Gambar 5. Produktivitas Kacang Tanah Tertinggi di Provinsi Indonesia, Dari sepuluh provinsi sentra, kontribusi produksi kumulatif sebesar 70,67% tersebar di 4 provinsi, dimana Provinsi Jawa Timur memberikan kontribusi terbesar atau sebesar 30,14% dari produksi kacang tanah nasional. Selanjutnya Jawa Tengah, Jawa Barat, dan D.I Yogyakarta berturut-turut memberikan kontribusi sebesar 18,67%, 11,71% dan 10,15% terhadap produksi kacang tanah nasional. Adapun 6 Provinsi lainnya yaitu Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Banten, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Utara memberikan kontribusi dibawah 6% terhadap produksi kacang tanah nasional. Selama kurun waktu lima tahun terakhir, hanya 2 Provinsi sentra yang mengalami peningkatan produksi kacang tanah yaitu D.I.Yogyakarta dan Nusa Tenggara Barat masing-masing dengan kenaikan sebesar 5,37% per tahun dan 1,73% per tahun. Delapan 8 provinsi sentra lainnya mengalami penurunan produksi kacang tanah. Penurunan produksi paling tinggi terjadi di Provinsi Sumatera Utara yaitu 9,25% per tahun, selanjutnya Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan penurunan sebesar 9% per tahun, sedangkam provinsi lainnya mengalami penurunan dibawah 7% per tahun. (Gambar 6 dan Lampiran 6). Page 14

37 Nusa Tenggara Barat 5,54% Sulawesi Selatan 4,24% Banten 1,78% Nusa Tenggara Timur 2,58% Kalimantan Selatan 1,69% DI Yogyakarta 10,15% Sumatera Utara 1,58% Jawa Barat 11,71% Provinsi Lainnya 11,92% Jawa Tengah 18,67% Jawa Timur 30,14% Gambar 6. Sentra Produksi Kacang Tanah Di Indonesia, KONSUMSI PERKAPITA DAN NASIONAL KACANG TANAH Beragam produk olahan dengan bahan baku kacang tanah yang dihasilkan oleh industri berskala rumah tangga maupun oleh industri sedang dan industri besar, menjadikan permintaan kacang tanah semakin meningkat tiap tahunnya. Hal ini menjadikan kacang tanah merupakan salah satu komoditi tanaman pangan bernilai strategis untuk meningkatkan pendapatan dan perbaikan gizi masyarakat. Konsumsi kacang tanah pada tingkat rumah tangga biasanya dalam bentuk makanan ringan seperti direbus, digoreng, dibuat sambal kacang untuk saos gado-gado ataupun somay. Kacang tanah biasa juga dikonsumsi berupa olahan pabrikan baik masih berupa kacang berkulit seperti kacang kulit panggang pasir, kacang kulit oven maupun berupa kacang tanpa kulit seperti kacang atom, kacang medan, campuran kue kering, taburan kue, maupun hasil olahan berupa selai. Konsumsi kacang tanah berdasarkan data Susenas, selama periode tahun berfluktuatif dengan kecenderungan turun, rata-rata konsumsi kacang tanah kupas sebesar 0,32 kg/kapita/tahun. Konsumsi kacang tanah periode rata-rata sebesar 0,26 kg/kapita/tahun. Pertumbuhan Page 15

38 konsumsi kacang tanah baik periode maupun mengalami penurunan, penurunan masing-masing periode tersebut sebesar 4,24% per tahun dan 8,06% per tahun. (Gambar 7 dan Lampiran 7) 0,50 0,45 0,40 0,35 0,30 0,25 0,20 0, Konsumsi Perkapita Gambar 7. Perkembangan Konsumsi Per Kapita Kacang Tanah Kupas Di Indonesia Berdasarkan SUSENAS, Sesuai hasil Susenas maka konsumsi nasional kacang tanah bisa diperoleh dari perkalian konsumsi per kapita pertahun dikalikan dengan jumlah penduduk akhir tahun. Pada periode konsumsi nasional kacang tanah berfluktuatif dengan kecenderungan menurun, dimana rata-rata konsumsi nasional kacang tanah sebesar 74,08 ribu ton, sedangkan pada periode rata-rata sebesar 63,96 ribu ton. Pertumbuhan konsumsi kacang tanah nasional mengalami penurunan baik periode maupun yaitu sebesar 2,66% dan 6,31% per tahun. (Gambar 8 dan Lampiran 8) Page 16

39 Konsumsi Nasional Gambar 8. Perkembangan Konsumsi Nasional Kacang Tanah Kupas Di Indonesia Berdasarkan SUSENAS, Data konsumsi kacang tanah bisa diperoleh dari Susenas maupun dari Neraca Bahan Makanan (NBM) dari Badan Ketahanan Pangan (BKP). Menurut NBM Konsumsi kacang tanah secara langsung dapat dihitung dengan cara perkalian antara ketersediaan kacang tanah per kapita dengan jumlah penduduk. Ketersediaan yang dimaksud dalam NBM adalah selisih produksi ditambah impor, dikurangi ekspor, tercecer, bibit dan untuk industri. Perkembangan ketersediaan kacang tanah per kapita di Indonesia dari tahun berdasarkan NBM berfluktuasi cukup tajam dengan kecenderungan terus mengalami penurunan (Gambar 9). Pada periode tahun , ketersediaan perkapita tertinggi terjadi pada tahun 1995, yaitu sebesar 3,98 kg/kap/th. Ketersediaan per kapita cenderung terus menurun. Diperkirakan pada tahun 2015, ketersediaan per kapita sebesar 2,63 kg/kap/th. Selama periode , ketersediaan per kapita rata-rata kacang tanah sekitar 2,76 kg/kap/th. Angka ketersediaan ini cenderung menurun dengan laju pertumbuhan minus 3,57% setiap tahunnya. Pada tahun 2015 diperkirakan total konsumsi kacang tanah pada rumah tangga sebesar 671,86 ribu ton dengan ketersediaan per kapita sebesar 2,63 kg/kap/th dan jumlah penduduk pertengahan tahun sebesar 255,46 juta orang. (Lampiran 9). Page 17

40 3,9 3,7 3,5 3,3 3,1 2,9 2,7 2, Gambar 9. Perkembangan Ketersediaan Per Kapita Kacang Tanah Di Indonesia, Berdasarkan NBM, Tahun Berdasarkan data penggunaan dan penyediaan kacang tanah di Indonesia yang bersumber dari data Neraca Bahan Makanan (NBM) seperti tersaji dalam Lampiran 10. Penyediaan dalam negeri yang dimaksud adalah produksi kacang tanah dalam bentuk lepas kulit, ditambah impor, ditambah perubahan stok dan dikurangi ekspor. Pemakaian dalam negeri meliputi penggunaan bibit (lepas kulit), diolah untuk makanan (berkulit + lepas kulit) dan non makanan (lepas kulit), dimakan langsung (lepas kulit) dan tercecer baik dalam bentuk berkulit maupun lepas kulit. Penggunaan terbesar kacang tanah pada periode tahun adalah sebagai bahan makanan atau dikonsumsi langsung dalam bentuk lepas kulit yang mencapai rata-rata 84,10% dari penyediaan dalam negeri, sementara penggunaan untuk sektor industri yaitu kacang tanah yang diolah lebih lanjut menjadi produk lain baik makanan maupun non makanan hanya mencapai 7,32%. Penggunaan untuk benih maupun hilang karena tercecer masing-masing sebesar 3,61% atau 30 ribu ton dan 4,98% atau 42 ribu ton (Lampiran 10). Pada periode tahun penggunaan kacang tanah yang dikonsumsi langsung (lepas kulit) lebih rendah dari produksi yang dihasilkan. Kondisi yang berbeda terjadi antara tahun 1993 sampai 1997, dimana konsumsi kacang tanah lepas kulit dalam negeri lebih tinggi dibandingkan Page 18

41 produksi kacang tanah dalam negeri dan begitu juga pada tahun 2013 konsumsi kacang tanah lepas kulit lebih tinggi dari produksi dalam negeri. (Gambar 10) (000 Ton) Produksi bibit total diolah tercecer dimakan Gambar 10. Perkembangan Penggunaan Kacang Tanah Indonesia Berdasarkan NBM, Tahun Konsumsi nasional kacang tanah pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,69% dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 700,45 ribu ton. Rata-rata konsumsi kacang tanah periode 5 (lima) tahun terakhir sebesar 686,42 ribu ton, ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi nasional kacang tanah dua dekade terakhir, yang hanya sebesar 557,891 ribu ton. Rata-rata pertumbuhan konsumsi nasional kacang tanah pada periode tahun mengalami penurunan sebesar minus 2,24% per tahun. (Lampiran 11). Perkembangan konsumsi nasional kacang tanah periode tahun cenderung fluktuatif. Konsumsi nasional terendah pada tahun 2002 yaitu sebesar 644,85 ribu ton, sedangkan konsumsi nasional tertinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar 758,78 ribu ton. Konsumsi pada tahun 2011 turun cukup tajam dibanding tahun 2010, dengan penurunan sebesar minus 10,07%, dimana konsumsi nasional kacang tanah sebesar 679,99 ribu ton. (Gambar 11) Page 19

42 (Ton) Konsumsi Nasional Gambar 11 Perkembangan Konsumsi Nasional Kacang Tanah Di Indonesia Berdasarkan NBM, Jika kita bandingkan konsumsi nasional kacang tanah berdasakan Susenas dan NBM, maka yang paling sesuai adalah NBM karena pada NBM konsumsi berdasarkan ketersediaan kacang tanah perkapita pertahun, memperhitungkan pemakaian kacang tanah untuk ekspor, bibit, tercecer, untuk bahan industri makanan dan non makanan HARGA PRODUSEN DAN KONSUMEN KACANG TANAH Perkembangan harga kacang tanah dalam bentuk polong untuk harga produsen maupun konsumen baik dalam kurun waktu 30 tahun maupun 10 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat (Gambar 12). Pada tahun 2010 sampai 2014 rata-rata laju pertumbuhan harga di tingkat produsen dan konsumen tersebut masing-masing sebesar 6,17% per tahun dan 8,07% per tahun, dengan selisih margin dari Rp ,- sampai Rp ,-. Pada tahun 2008 harga produsen kacang tanah turun menjadi sebesar Rp 8.084,- per Kg. Tingkat penurunan harga tersebut sebesar 5,05% dari tahun Page 20

43 Harga pasar di tingkat produsen tahun 2009 meningkat sebesar 12,05% dari tahun sebelumnya, sedangkan harga konsumen pada tahun 2011 meningkat 16,87 % dibanding tahun sebelumnya. Tingginya harga kacang tanah disebabkan oleh adanya peningkatan permintaan yang belum diimbangi oleh produksi dalam negeri (Lampiran 12) Harga Produsen (Rp/kg) Harga Konsumen (Rp/kg) Gambar 12. Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Kacang Tanah di Indonesia, Tahun EKSPOR DAN IMPOR KACANG TANAH DI INDONESIA Perkembangan volume ekspor impor kacang tanah antara tahun tersaji pada Gambar 13. Pada rentang waktu , volume impor kacang tanah berfluktuasi cukup tajam di beberapa titik dengan kecenderungan terus mengalami peningkatan sampai tahun Bila dilihat perkembangannya tahun mempunyai kecenderungan impor lebih tinggi daripada volume ekspor. Perkembangan volume ekspor kacang tanah pada periode ini mengalami penurunan rata-rata sebesar 9,80% per tahun, selama periode tersebut volume ekspor kacang tanah mencapai ratarata 3,08 ribu ton sementara volume impornya hingga 242,80 ribu ton. Page 21

44 Ekspor (ton) Impor (ton) Gambar 13. Perkembangan Volume Ekspor Impor Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun Rata rata volume ekspor periode adalah 3,10 ribu ton dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 26,80% per tahun, sedangkan lima tahun terakhir rata-rata volume ekspor kacang tanah sebesar 3,08 ribu ton dengan rata-rata pertumbuhan cenderung menurun sebesar minus 9,80% per tahun (Lampiran 13). Pada periode waktu yang sama atau periode tahun rata-rata volume impor kacang tanah adalah 113,83 ribu ton atau tumbuh sebesar 36,24%, periode selanjutnya tahun dengan ratarata volume impor sebesar 242,80 ribu ton atau rata-rata pertumbuhannya 7,77% per tahun (Lampiran 13). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan volume impor kacang tanah cenderung meningkat baik pada 3 (tiga) dekade maupun pada rata-rata lima tahun terakhir. Neraca ekspor-impor kacang tanah baik dilihat dari sisi volume maupun nilainya pada 2 periode menunjukkan perkembangan yang bernilai negatif. Kecenderungan ini disebabkan permintaan kacang tanah yang tinggi seperti industri makanan dan belum bisa dipenuhi oleh produksi kacang tanah dalam negeri. Pada rentang tahun rata-rata neraca ekspor-impor mengalami defisit 110,73 ribu ton atau senilai 75,19 (000 USD) per tahun. Sementara pada periode rata-rata neraca ekspor-impor cenderung Page 22

45 mengalami nilai defisit lebih besar dari pada rata-rata 3 dekade yaitu sebesar 239,73 ribu ton atau defisit senilai 261,30 (000 USD) per tahun. (Lampiran 14 dan Gambar 14) Nilai Ekspor Nilai Impor Gambar 14. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun Page 23

46 Page 24

47 BAB IV. KERAGAAN KACANG TANAH DUNIA 4.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DUNIA Berdasarkan Data FAO, Perkembangan luas panen kacang tanah di dunia selama kurun waktu mempunyai pola yang berfluktuasi dengan trend mengalami pertumbuhan luas panen rata-rata 1% per tahun (Gambar 15). Penurunan luas panen terbesar terjadi pada tahun 2006 sebesar minus 10,43%. Rata-rata pertumbuhan luas panen kacang tanah 5 tahun terakhir ( ) menurut data FAO menurun relatif tinggi, yaitu sekitar 15,82% per tahun. (Lampiran 15) Luas Panen (Ha) Produksi (ton) Gambar 15. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Kacang Tanah Dunia, Perkembangan produktivitas kacang tanah kurun waktu berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat (Gambar 16), dimana rata-rata pertumbuhan sebesar 1,98% per tahun (Lampiran 11). Nilai ini relatif lebih tinggi dibandingkan persentase penambahan luas panen kacang tanah dunia, sehingga peningkatan produksi kacang tanah dunia cenderung lebih dipengaruhi oleh peningkatan produktivitas. Produktivitas tertinggi dicapai Page 25

48 pada tahun 2013 yaitu 17,96 ku/ha dan tahun sebelumnya sedikit lebih rendah yaitu 16,45 ku/ha. Angka produktivitas nasional kacang tanah tahun 2013 sebesar 25,82 ku/ha lebih tinggi dari angka produktivitas rata-rata kacang tanah dunia yaitu 17,96 ku/ha, namun berada pada urutan ke-26 (Lampiran 19) Produktivitas (Ku/Ha) Gambar 16. Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah Dunia, NEGARA SENTRA LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TERTINGGI DUNIA Lima negara dengan rata-rata luas panen terbesar di dunia, memberikan kontribusi sebesar 59,85% terhadap total luas panen kacang tanah di dunia dapat dilihat pada Gambar 17 dan Lampiran 17. Dua negara di Asia dengan rata-rata memiliki luas panen cukup tinggi yaitu India dan China masing masing sebesar 5,33 juta hektar dan 4,56 juta hektar. Kontribusi dari dua negara tersebut mendominasi hampir separuh total luas panen kacang tanah dunia. India merupakan negara dengan luas panen kacang tanah terbesar mencapai 21,43% dari luas panen kacang tanah di dunia. Sementara itu Indonesia menduduki urutan ke sembilan dengan total kontribusi sebesar 2,30% dari rata-rata total luas panen kacang tanah di dunia ( Gambar 17). Page 26

49 Rata-rata pertumbuhan per tahun luas panen pada negara produsen kacang tanah dunia, sebagian besar tumbuh positif atau terjadi peningkatan luas panen, kecuali di India, Senegal dan Indonesia yang mengalami penurunan sebesar minus 0,63%, 6,06% dan 4,23%. Pertumbuhan positif luas panen tertinggi terjadi di Sudan dengan rata-rata 24,53% per tahun, diikuti Tanzania dengan peningkatan 16,26% per tahun. (Lampiran 17). Lainnya; 40,15% India; 21,43; 21,43% China; 18,34; 18,34% Senegal; 3,70; 3,70% Sudan; 6,09; 6,09% Nigeria; 10,29; 10,29% Gambar 17. Rata-rata Kontribusi Luas Panen Kacang Tanah Dunia, Komposisi negara produsen kacang tanah terbesar di dunia berbeda dengan komposisi negara yang memiliki luas panen kacang tanah terbesar di dunia. China menggeser kedudukan India pada posisi pertama sebagai negara penghasil kacang tanah dunia dengan rata-rata produksi kacang tanah sebesar 16,03 juta ton per tahun. Dengan tingkat produksi tersebut, China memberikan kontribusi sebesar 38,76% terhadap total produksi kacang tanah dunia. Sementara itu India berada di posisi kedua dengan rata-rata produksi kacang tanah sebesar 6,96 juta ton per tahun atau menyumbang 16,84% produksi kacang tanah dunia. Dari ke dua negara tersebut sudah mensuplay lebih dari separuh produksi kacang tanah dunia yaitu sebesar 55,60%. Pada urutan negara produsen dunia, Indonesia menduduki urutan ke enam dengan rata-rata produksi 1,29 juta ton atau mensuplay 3,13% produksi kacang tanah dunia. Urutan sebelum Indonesia diduduki oleh Myanmar dengan rata-rata Page 27

50 produksi sebesar 1,36 juta ton atau mensupport 3,29% produksi kacang tanah dunia ( Gambar 18 dan Lampiran 18 ). % Lainnya; 25,30% China, mainland 38,76% Indonesia 3,13% Myanmar 3,29% Amerika 4,92% Nigeria 7,76% India 16,84% Gambar 18. Rata-rata Produksi Kacang Tanah Dunia, Pertumbuhan produksi di beberapa negara produsen menunjukan satu negara mengalami penurunan produksi pada kurun lima tahun ( ) termasuk diantaranya Indonesia yaitu sebesar minus 0,34% per tahun. Sementara itu negara dengan rata-rata pertumbuhan produksi meningkat berturut-turut adalah India (26,42% per tahun), urutan selanjutnya Tanzania (23,74% per tahun), Sudan (23,67%) dan Argentina ( 15,77%) Selengkapnya pada Lampiran 18. Komposisi negara dengan rata-rata produktivitas per hektar tertinggi, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 19. Hanya satu negara produsen kacang tanah dunia yang dipengaruhi produktivitasnya di dunia, yaitu Amerika Serikat. Negara ini mempunyai hasil rata-rata per hektar 41,07 ku/ha, sementara Indonesia menduduki ranking ke 26 dengan rata-rata hasil per hektar kacang tanah sebesar 22,69 Ku/Ha ( Lampiran 19) Page 28

51 (ku/ha) Indonesia 22,69 China, mainland Spanyol Palestina Saudi Arabia Malaysia Amerika Lebanon Nicaragua Israel Cyprus 35,11 36,82 37,79 40,21 40,29 41,07 41,26 46,06 60,48 205, Gambar 19. Rata-rata Produktivitas Kacang Tanah Dunia, PENYEDIAAN DAN KETERSEDIAAN PER KAPITA KACANG TANAH DI DUNIA Penyediaan kacang tanah dunia dalam wujud kacang tanah kupas periode tahun terdapat di 10 negara dengan penyediaan tertinggi dan memberikan kontribusi sebesar 80,15% terhadap penyediaan kacang tanah dunia. China menduduki peringkat pertama dengan rata-rata penyediaan kacang tanah sebesar 4,43 juta ton kacang tanah selanjutnya Indonesia dan Amerika masing-masing dengan rata-rata penyediaan kacang tanah sebesar 993,50 ribu ton dan 954,37 ribu ton. Tujuh negara terbesar lainnya dengan rata-rata penyediaan kacang tanah mulai 155,33 ribu ton sampai dengan 386,32 ribu ton. Rata-rata pertumbuhan penyediaan kacang tanah pada 10 negara dengan penyediaan tertinggi periode tahun hampir semua negara terjadi peningkatan. Dengan peningkatan tertinggi yaitu di negara Tanzania sebesar 33,52% per tahun. Sedangkan 2 negara terjadi penurunan pertumbuhan penyediaan kacang tanah yaitu Nigeria dan Burkina Faso, masing-masing dengan penurunan sebesar minus 3,41% per tahun dan minus 0,10% per tahun. (Lampiran 20). Page 29

52 China memberikan kontribusi terbesar terhadap penyediaan kacang tanah dunia yaitu sebesar 43,82%, selanjutnya pada urutan berikutnya yaitu Indonesia dan Amerika dengan kontribusi sebesar 9,84% dan 9,45%. Sedangkan tiga negara tertinggi lainnya dengan kontribusi mulai dari 2,36% sampai 3,82% terhadap penyediaan kacang tanah dunia. ( Gambar 20 ) ( % ) Indonesia 9,84% Amerika Serikat 9,45% India 3,82% Nigeria 3,84% Viet Nam 2,36% Lain-lain 26,87% China, mainland 43,82% Gambar 20. Rata-rata Kontribusi Penyediaan Kacang Tanah Dunia, Tahun ( Kacang Tanah Tanpa Kulit ) Ketersediaan kacang tanah per kapita terbesar di dunia pada periode tahun didominasi oleh negara-negara di Afrika. Chad, sebuah negara di Afrika Tengah menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan ketersediaan per kapita kacang tanah tertinggi dengan rata-rata sebesar 13,78 kg/kap/th. Selanjutnya Burkina Faso, sebuah negara di Afrika Barat pada peringkat ke dua dengan rata-rata ketersediaan per kapita kacang tanah sebesar 10,98 kg/kap/th. Sedangkan 8 negara tertinggi lainnya dengan angka ketersediaan kacang tanah mulai dari 4,16 kg/kap/th sampai 7,96 kg/kap/th. Indonesia jika dibandingkan dengan negara lainnya, menduduki peringkat ke 11 di dunia dengan rata-rata ketersediaan kacang tanah sebesar 4,16 kg/kap/th ( Lampiran 21 dan Gambar 21). Page 30

53 Rata-rata ( Kg/Kap/Th ) Indonesia Gambia Malawi Ghana Vanuatu Benin Cameroon Niger Gabon Burkina Faso 4,16 4,49 4,98 5,76 6,47 6,64 6,85 6,90 7,96 10,98 13,78 Chad - 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 Gambar 21. Rata-rata Ketersediaan Kacang Tanah Per Kapita di Dunia, ( Kacang Tanah Tanpa Kulit ) 4.4. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN KACANG TANAH DI DUNIA Harga produsen kacang tanah pada 10 negara tertinggi di dunia kurun waktu menunjukkan sebagian besar mengalami peningkatan harga, yaitu dengan rata-rata peningkatan sebesar 4,16 % per tahun. Negara dengan peningkatan harga produsen tertinggi adalah Bulgaria, yaitu naik 18,23% dan Ekuador dengan peningkatan 14,73% per tahun. Sedangkan 7 ( tujuh ) negara lainnya dengan kenaikan rata-rata pertumbuhan dari 0,46 % per tahun sampai dengan 9,69% per tahun. Sedangkan Jepang terjadi penurunan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,31% per tahun.(lampiran 22) Jepang merupakan negara yang memenuhi rata-rata harga produsen tertinggi untuk periode dengan rata-rata sebesar 5,43 ribu US$/ton. Sedangkan 9 negara dengan rata-rata harga produsen tertinggi lainnya dengan kisaran harga sebesar 1,36 ribu US$/ton sampai dengan 5,16 ribu US$/ton. (Gambar 22). Page 31

54 Rata-rata (US$/ton) Ruanda Turki Inggris Ekuador Bulgaria Jamaika Suriname Cyprus Saint Vincent and the Grenadines Japan Gambar 22. Rata-Rata Harga Produsen Kacang Tanah Dunia, PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR KACANG TANAH DUNIA Pertumbuhan ekspor impor dunia tahun cenderung fluktuatif, baik pada periode maupun Rata-rata pertumbuhan keduanya mengalami kenaikan baik volume ekspor maupun volume impor, dengan kenaikan volume ekspor berturut-turut sebesar 3,45% per tahun dan 7,22% per tahun dan kenaikan volume impor berturut-turut 3,06% per tahun dan 1,81% per tahun. Namun jika dilihat dari neraca perdagangan baik periode dan keduanya mengalami deficit, berturut-turut sebesar 80,44 ribu ton dan 148,50 ribu ton. Nilai defisit pada periode lebih besar dibanding pada periode yaitu 263,27 ribu US$, sedangkan pada periode defisit sebesar 134,23 ribu US$. (Gambar 23 dan Lampiran 23). Page 32

55 Volume Import (ton) Volume Eksport (ton) Gambar 23. Perkembangan Volume Ekspor - Impor Kacang Tanah Dunia, Menurut data FAO tahun negara pengekspor kacang tanah terbesar dunia secara kumulatif memberikan kontribusi volume ekspor setengah dari total ekspor kacang tanah di dunia sebesar 60,23%. Tiga negara tersebut adalah India, Argentina dan Amerika, masing-masing dengan ratarata volume ekspor kacang tanah sebesar 478,40 ribu ton, 206,58 ribu ton dan 163,70 ribu ton, masing-masing memberikan kontribusi sebesar 33,95%, 14,66% dan 11,62% terhadap volume ekspor kacang tanah dunia (Lampiran 23 dan Gambar 23). Negara ke empat terbesar pengekspor kacang tanah dunia, yaitu Cina memberikan kontribusi sebesar 9,75%, sementara itu pada urutan ke lima yaitu Netherland, berkontribusi sebesar 3,70% terhadap volume ekspor kacang tanah dunia. (Gambar 24). Page 33

56 (%) India; 33,95 Argentina; 14,66 Amerika; 11,62 China, mainland; 9,75 Lainnya; 26,32 Netherlands; 3,70 Gambar 24. Rata-rata Kontribusi Volume Ekspor Kacang Tanah Dunia, Indonesia dengan rata-rata ekspor 343 ton, merupakan pengekspor kacang tanah di dunia pada urutan ke-46 dan memberikan sumbangan volume ekspor sebesar 0,02% terhadap total ekspor kacang tanah dunia (Lampiran 24). Sebagian besar negara eksportir kacang tanah mengalami peningkatan pertumbuhan volume ekspor yaitu Malawi, India, Netherlands, Argentina, Brazil dan Vietnam. Rata-rata pertumbuhan volume ekspor terbesar terjadi di Malawi dengan rata-rata peningkatan sebesar 67,76 % per tahun, selanjutnya India dengan peningkatan sebesar 28,25% per tahun, dan Netherlands dengan peningkatan sebesar 14,52% per tahun sementara pertumbuhan terendah di Vietnam sebesar 4,49% per tahun. Negara eksportir yang mengalami penurunan volume ekspor yaitu China, Amerika, Arab dan Nicaragua. Penurunan ekspor antara minus 0,28% sampai dengan minus 10,57% per tahun. (Lampiran 24). Berbeda pada keragaan impor dunia, volume impor dari 6 (enam) negara importir kacang tanah dunia memberikan kontribusi sebesar 50,40% dari total volume impor dunia selama kurun waktu Netherlands memberikan kontribusi tertinggi pada volume impor dunia yaitu sebesar 18,69%,selanjutnya Indonesia merupakan negara pengimpor kacang tanah terbesar ke dua dengan kontribusi volume impor 8,33% dari total volume impor dunia sedangkan empat negara terbesar pengimpor lainnya memberikan kontribusi berkisar Page 34

57 antara 5,37% sampai 6,68% terhadap volume impor dunia. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 25. Pertumbuhan rata-rata di sepuluh negara pengimpor terbesar ini, hampir semuanya mengalami penurunan cukup besar pada lima tahun terakhir. Sedangkan negara dengan rata-rata per tahun peningkatan tertinggi adalah Meksiko sebesar 8,40% per tahun, dan Jerman 5,01% per tahun. Indonesia mengalami penurunan rata-rata pertumbuhan volume impor sebesar minus 3,36% per tahun. (Lampiran 25). (%) Meksiko; 6,68 Indonesia; 8,33 Rusia; 5,85 Inggris; 5,47 Jerman; 5,37 Lainnya; 49,60 Netherlands; 18,69 Gambar 25. Rata-rata Kontribusi Volume Impor Kacang Tanah Dunia, Volume impor kacang tanah di Indonesia kurun waktu cenderung fluktuatif. Impor tertinggi pada tahun 2008 sebesar 139,88 ribu ton dan terendah pada tahun 2011 yaitu 120,72 ribu ton. Impor kacang tanah Indonesia rata-rata sebesar 129,74 ribu ton. Indonesia dibandingkan dengan negara pengimpor lainnya yaitu Thailand dan Malaysia pada rata-rata impornya selama lima tahun terahir masing-masing negara tersebut hanya mengimpor kurang dari setengah dari impor Indonesia yaitu dibawah 48 ribu ton ( Lampiran 25). Bila dilihat nilai ekspor dari 4 (empat) negara eksportir kacang tanah dunia yang memberikan kontribusi sebesar 69,52 % dari total nilai ekspor dunia selama kurun waktu , maka India dan Argentina memberikan kontribusi tertinggi pada nilai ekspor dunia yaitu sebesar 32,02 % dan 14,62% Page 35

58 dari total nilai ekspor dunia sedangkan negara terbesar pengekspor lainnya berkisar 11%. Data secara rinci dapat dilihat pada Gambar 26. Pertumbuhan rata-rata di sepuluh negara pengekspor terbesar ini, hampir semuanya meningkat cukup besar pada periode Rata-rata pertumbuhan tertinggi adalah Mesir sebesar 306,59% per tahun, Malawi 184,96% per tahun, India 43,60%. Sedangkan 5 negara pengekspor tertinggi lainnya dengan pertumbuhan antara 15,05% per tahun sampai dengan 24,91% per tahun. Akan tetapi ada 2 negara yang mengalami penurunan rata-rata pertumbuhan yaitu Amerika dan China, mainland yaitu sebesar minus 1,61% per tahun dan minus 1,56% per tahun (Lampiran 26). (%) Netherlands; 11,70 China, mainland; 11,17 Argentina; 14,62 Lainnya; 30,48 India; 32,02 Gambar 26. Rata-rata Kontribusi Nilai Ekspor Kacang Tanah Dunia, Rata-rata nilai ekspor kacang tanah kurun waktu pada 10 negara pengekspor tertinggi diatas 100 juta $ yaitu India, Argentina, Netherlands, China mainland, dan Amerika dengan rata-rata nilai ekspor antara 182,46 juta $, sampai 554,93 juta $. Sedangkan 5 negara pengekspor tertinggi lainnya dengan rata-rata nilai ekspor dari 14,95 juta $ sampai dengan 89,20 juta $. (Lampiran 26). Nilai impor dari 6 ( enam ) negara importir kacang tanah terbesar dunia memberikan kontribusi sebesar 54,38 % dari total nilai impor dunia selama kurun waktu Hanya Netherlands yang memberikan kontribusi Page 36

59 tertinggi pada nilai impor dunia yaitu sebesar 21,81 % dari total nilai impor dunia sedangkan negara terbesar pengimpor lainnya memberikan kontribusi di bawah 8% dari total nilai impor kacang tanah dunia. Dalam hal ini termasuk Indonesia, memberikan kontribusi sebesar 6,15% terhadap nilai impor kacang tanah dunia. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 27. Pertumbuhan rata-rata nilai impor pada periode di sepuluh negara pengimpor terbesar hampir semua negara dengan rata-rata pertumbuhan nilai impor yang cukup besar. Negara importir dengan rata-rata pertumbuhan tertinggi yaitu Indonesia sebesar 22,28% per tahun dan selanjutnya negara importir tertinggi lainnya dengan pertumbuhan di bawah 18% per tahun. Indonesia yang memiliki rata-rata pertumbuhan nilai impor paling tinggi yaitu 22,28% per tahun. Hal ini sejalan dengan rata-rata pertumbuhan produksi kacang tanah pada kurun waktu yang sama dimana nilai pertumbuhannya negatif, artinya pada kurun waktu mengalami penurunan produksi kacang tanah. (Lampiran 27). Lainnya 45,62% Netherlands 21,81% Mexico 7,25% United Kingdom 6,07% Indonesia 6,15% Germany 6,50% Rusia 6,59% Gambar 27. Rata-rata Kontribusi Nilai Impor Kacang Tanah Dunia, Rata-rata nilai impor kacang tanah kurun waktu pada 10 negara pengimpor tertinggi hampir seluruhnya diatas nilai 100 juta US$ yaitu Netherlands, Mexico, Rusia, Jerman, Indonesia, Inggris dan Kanada dengan Page 37

60 rata-rata nilai impor sebesar 435,49 juta $, 144,75 juta $, 131,57 juta $, 129,86 juta $, 122,71 juta $, 121,24 juta $, dan 109,30 juta $. Sedangkan 3 negara importir tertinggi lainnya dengan rata-rata nilai impor di bawah 54 juta $. (Lampiran 27). Page 38

61 BAB V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN 5.1 PENAWARAN Untuk menghitung produksi kacang tanah diperoleh melalui pendekatan hasil kali antara luas panen dengan produktivitas. Untuk menduga proyeksi produksi tersebut maka dilakukan proyeksi terhadap luas panen dan produktivitas. Data series yang dibutuhkan adalah data luas panen dan produktivitas kacang tanah per tahun. Hasil analisis dengan metode persamaan simultan model análisis suplay demand menunjukkan bahwa luas panen kacang tanah dipengaruhi oleh luas panen kacang tanah tahun sebelumnya, harga riil kacang tanah tahun sebelumnya, harga riil Jagung tahun sebelumnya, dan harga riil kedelai tahun sebelumnya, sedangkan produktivitas kacang tanah dipengaruhi oleh harga riil urea tahun sebelumnya, Teknologi dan Dummy program SL-PTT. Persamaan pada Blok Suplai Model Analisis Suplai Demand Luas Panen Kacang Tanah LPKC = e 0 + e 1 LPKC(t-1) + e 2 HRKC(t-1) + e 3 HRJ(t-1) + e 4 HRK(t-1) + µ 5 LPKC = ,623 LPKC(t-1) + 7,614HRKC(t-1) - 41,375HRJ(t-1) 0,050HRK(t-1) Dimana : LPKC = Luas Panen Kacang Tanah LPKC(t-1) = Luas Panen Kacang Tanah tahun ke-(t-1) HRKC(t-1) = Harga Riil Kacang Tanah tahun ke-(t-1) HRJ(t-1) = Harga Riil Jagung tahun ke-(t-1) HRK(t-1) = Harga Riil Kedelai tahun ke-(t-1) Koefisien determinasi dari fungsi respon diperoleh sebesar 80,68% dan selebihnya dipengaruhi oleh peubah yang tidak digunakan dalam model Page 39

62 Produktivitas Kacang Tanah YKC = j 0 + j 1 HRUREA(t-1) + j 2 TEK + j 3 DSLPTT +µ 10 YKC = 9,917+ 0,001 HRUREA(t-1) + 0,049TEK + 0,166 DSLPTT Dimana : YKC = Produktivitas Kacang Tanah HRUREA(t-1) = Harga Riil Urea tahun ke-(t-1) TEK = Teknologi DSLPTT = Dummy Program SLPTT Koefisien determinasi dari fungsi respon diperoleh sebesar 83,89% dan selebihnya dipengaruhi oleh peubah yang tidak digunakan dalam model Persamaan pada Blok Demand Model Analisis Suplai Demand Konsumsi per kapita Kacang Tanah KONSKC = s0 + s1 LPDB + s2 IHK + s3 LKONSKC(t-1) + µ12 KONSKC = 5,429 (8,15E-6) LPDB -0,004IHK + 0,166KONSKC (t-1) Dimana : KONSKC = Konsumsi Kacang Tanah LPDB = Ln dari Produk Domestik Bruto IHK = Indeks Harga Konsumen KONSKC(t-1) = Konsumsi Kacang Tanah tahun ke-(t-1) Koefisien determinasi dari fungsi respon diperoleh sebesar 90,97% dan selebihnya dipengaruhi oleh peubah yang tidak digunakan dalam model Hasil proyeksi Luas panen tahun 2016 diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 0,01% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu menjadi 489,56 ribu hektar, pada tahun 2017 diperkirakan terjadi penurunan luas panen sebesar 0,97%, juga pada tahun 2018 diperkirakan terjadi penurunan luas panen sebesar 1,24%. Tahun 2019 masih diperkirakan terjadi penurunan sebesar 1,61%. Selama periode rata-rata pertumbuhan luas panen kacang tanah diperkirakan turun 0,95%. Sementara itu produktivitas kacang tanah pada tahun 2016 diperkirakan mengalami peningkatan dari tahun Page 40

63 sebelumnya menjadi 13,58 ku/ha atau naik 1,11%. Tahun 2017 kembali meningkat sebesar 1,39%, dan tahun 2018 kembali meningkat sebesar 1,21%, begitu juga pada tahun 2019 kembali terjadi peningkatan produktivitas sebesar 1,28%. Peningkatan angka produktivitas kacang tanah ini diharapkan mampu meningkatkan angka produksi kacang tanah tahun Produksi kacang tanah diperkirakan pada tahun 2016 sebesar 664,76 ribu ton atau meningkat sebesar 1,09%, di tahun 2017 produksi meningkat seiring dengan peningkatan produktivitas yaitu menjadi 667,47 ribu ton atau meningkat sebesar 0,41%, namun pada tahun 2018 produksi menurun seiring dengan menurunnya luas panen yaitu menjadi 667,16 ribu ton atau menurun sebesar minus 0,05%. Tahun 2019 kembali terjadi penurunan produksi menjadi 664,83 ribu ton atau turun sebesar 0,35% per tahun. Pertumbuhan rata-rata produksi tahun yaitu 0,28% per tahun (Tabel 5.1.). Tabel 5.1. Proyeksi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kacang Tanah di Indonesia, Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ku/Ha) Produksi (Ton) ) , ) , ) , ) , ) , Rata-rata , Sumber : Badan Pusat Satistik, Diolah Oleh Pusdatin Keterangan : 1 ) : Angka Ramalan I 2) : Angka Proyeksi Page 41

64 5.2. PERMINTAAN Analisis permintaan kacang tanah didekati dengan perhitungan total permintaan, yaitu permintaan kacang tanah dihitung dari ketersediaan per kapita per tahun yang diambil dari Neraca Bahan Makanan (NBM) dikalikan data jumlah penduduk yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS). Ketersediaan perkapita yang dimaksud adalah besarnya penggunaan kacang tanah di tingkat rumah tangga maupun yang digunakan di dalam industri makanan, seperti penggunaan kacang tanah untuk sambal juga olahan kacang tanah hasil industri pabrikan seperti kacang atom, kacang kulit berbagai rasa, kacang kulit panggang pasir. Proyeksi ketersediaan per kapita dilakukan dengan metode analisis trend sementara proyeksi jumlah penduduk diambil dari data prediksi Pusdatin. Hasil proyeksi permintaan tersaji pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Proyeksi Permintaan Kacang Tanah di Indonesia, Ketersediaan Pertumbuhan Jumah Pertumbuhan Proyeksi Pertumbuhan Tahun Perkapita (%) Penduduk (%) Permintaan (%) (Kg/Kapita/Th) (000 Orang) kacang Tanah (Ton) ) 2, ) 2, ) 2, ) 2, ) 2,50-0, , ,52-1, , ,01-1, , ,34-1, , ,63 Rata-rata (%/th) 2,57-1, , ,11 Sumber : Badan Pusat Satistik, Diolah Oleh Pusdatin Keterangan : 1 ) : Angka Ramalan I 2) : Angka Proyeksi Konsumsi kacang tanah antara tahun 2015 sampai tahun 2019 dengan memperhitungkan pertumbuhan jumlah penduduk, maka konsumsi kacang tanah diperkirakan akan mengalami penurunan rata-rata sebesar 0,11% per tahun atau rata-rata konsumsi sebesar 672,93 ribu ton per tahun. Sementara itu untuk konsumsi per kapita mengalami penurunan dengan laju rata-rata Page 42

65 1,30% per tahun atau rata-rata per kapita sebesar 2,57 kilogram per kapita per tahun (Tabel 5.2) NERACA Neraca penawaran dan permintaan kacang tanah di Indonesia pada periode tahun diperkirakan masih akan kekurangan kacang tanah untuk pemenuhan kebutuhan nasional dari produksinya. Laju kenaikan ratarata nilai defisit ini diperkirakan sebesar 1,88% per tahunnya, sehingga diperkirakan Indonesia masih cenderung bergantung dari impor kacang tanah dari negara lain. Pada tahun 2016 diperkirakan akan terjadi defisit kacang tanah sebesar minus 120,32 ribu ton, tahun 2017 diperkirakan masih akan defisit kacang tanah sebesar minus 118,15 ribu ton, tahun 2018 diperkirakan juga masih akan terjadi defisit kacang tanah sebesar minus 116,13 ribu ton dan tahun 2019 diperkirakan juga masih akan terjadi defisit kacang tanah sebesar minus 113,85 ribu ton. (Tabel 5.3). Tabel 5.3. Proyeksi Penawaran dan Permintaan Kacang Tanah, Tahun Tahun Penawaran Permintaan Surplus/Defisit (Ton) ) ) ) ) ) Sumber : Neraca Bahan Makanan (NBM), BKP diolah Pusdatin Keterangan : 1 ) : Angka Sementara 2) : Angka Proyeksi Page 43

66 Hasil proyeksi permintaan kacang tanah disajikan pada Tabel 5.4., dimana pada tahun 2016 Suplai/Produksi kacang tanah diproyeksikan akan meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 664,76 ribu ton sementara hasil proyeksi permintaan kacang tanah adalah sebesar 785,08 ribu ton. Penggunaan kacang tanah meliputi tercecer 33,24 ribu ton, bibit 19,94 ribu ton, diolah untuk makanan 56,57 ribu ton, dan konsumsi langsung sebesar 675,33 ribu ton. Sehingga diperkirakan, kacang tanah masih akan mengalami defisit sebesar 120,32 ribu ton. Untuk tahun 2017 berdasarkan data hasil proyeksi penawaran untuk kacang tanah mengalami peningkatan menjadi 667,47 ribu ton dan untuk permintaannya sebesar 785,61 ribu ton yang merupakan penggunaan dari konsumsi langsung sebesar 675,41 ribu ton, tercecer 33,37 ribu ton, bibit 20,02 ribu ton dan olahan makanan 56,80 ribu ton maka pada tahun tersebut masih akan mengalami defisit sebesar 118,15 ribu ton. Pada tahun 2018 diperkirakan proyeksi penawaran untuk kacang tanah turun menjadi 667,16 ribu ton dan untuk permintaannya sebesar 783,29 ribu ton yang merupakan penggunaan dari konsumsi langsung sebesar 673,14 ribu ton, tercecer 33,36 ribu ton, bibit 20,02 ribu ton dan olahan makanan 56,78 ribu ton maka pada tahun tersebut masih akan mengalami defisit sebesar 116,13 ribu ton. Adapun pada tahun 2019 berdasarkan data hasil proyeksi penawaran untuk kacang tanah diperkirakan turun menjadi 664,83 ribu ton dan untuk permintaannya sebesar 778,68 ribu ton yang merupakan penggunaan dari konsumsi langsung sebesar 668,91 ribu ton, tercecer 33,24 ribu ton, bibit 19,95 ribu ton dan diolah untuk makanan 56,58 ribu ton, Dengan demikian pada tahun tersebut masih akan mengalami defisit sebesar 113,85 ribu ton. Page 44

67 Tabel 5.4. Proyeksi Surplus/Defisit Kacang Tanah, Tahun Tahun Suplai/ Produksi *) Tercecer Bibit Kebutuhan Diolah untuk makanan Konsumsi Langsung Surplus/ Defisit ) ) ) ) ) (Ton) Sumber : Neraca Bahan Makanan (NBM), BKP diolah Pusdatin Keterangan : 1 ) : Angka Sementara 2) : Angka Proyeksi Berdasarkan hasil proyeksi permintaan kacang tanah dari tahun 2015 sampai tahun 2019 menunjukan laju pertumbuhan minus 0,06% per tahun. Nilai ini jika dibandingkan dengan proyeksi penawaran / produksi kacang tanah pada kurun waktu yang sama diperkirakan naik rata-rata 0,28% per tahun. Rata rata laju pertumbuhan permintaan kacang tanah per tahun selama periode 5 tahun terjadi penurunan, namun laju penawaran terjadi kenaikan. Artinya belum dapat diimbangi oleh laju produksi dalam negeri. Oleh karena itu produktivitas kacang tanah perlu ditingkatkan sehingga diharapkan akan meningkatkan produksi kacang tanah dan mampu memenuhi permintaan kacang tanah dalam negeri. Page 45

68 Page 46

69 BAB VI. KESIMPULAN Kacang tanah merupakan komoditas yang bernilai strategis untuk memenuhi gizi protein nabati maupun meningkatkan pendapatan masyarakat. Pada kurun waktu 5 tahun terakhir produksi kacang tanah di Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan. Bila dilihat kontribusi antara luas panen dan produktivitas terhadap produksi, ternyata produksi lebih dipengaruhi oleh produktivitas dibandingkan dengan luas panen. Rata-rata pertumbuhan angka produksi kacang tanah di Jawa dibandingkan dengan luar Jawa pada 5 tahun terakhir, menunjukkan ratarata pertumbuhan produksi kacang tanah di Jawa lebih tinggi dibandingkan luar Jawa. Begitu juga untuk rata-rata pertumbuhan luas panen dan produktivitas, di Jawa lebih tinggi dibandingkan luar Jawa. Ketersediaan kacang tanah per kapita pada 5 tahun terakhir ( ), terjadi penurunan sebesar 3,57% per tahun, begitu juga setelah diproyeksikan rata-rata pertumbuhan ketersediaan kacang tanah kurun waktu tahun juga terjadi penurunan sebesar 1,30% per tahun. Proyeksi permintaan kacang tanah turun sebesar 0,06% per tahun. Proyeksi penawaran dalam hal ini produksi kacang tanah naik sebesar 0,28% per tahun. Walaupun laju penawaran diproyeksikan naik namun belum bisa mengimbangi laju permintaan pertahun kacang tanah sehingga diperkirakan pada tahun 2016 sampai dengan 2019 Indonesia masih membutuhkan impor kacang tanah. Page 47

70 Page 48

71 LAMPIRAN Page 49

72 Page 50

73 Lampiran 1. Tahun Perkembangan Luas Panen Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun Jawa Pertumb. Luar Jawa Pertumb. Indonesia Pertumb , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) , , , , , , , , ,48 Kontribusi (%) 71,35 28,65 Luas Panen (Ha) Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : *) ARAM I 2015 Page 51

74 Lampiran 2. Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun Tahun Produktivitas (Ku/Ha) Jawa Pertumb. Luar Pertumb. Indonesia Pertumb ,77 0,64 8,36 5,37 9,28 3, ,08 3,63 8,76 4,80 9,34 0, ,17 0,97 8,81 0,56 9,47 1, ,27 1,07 9,44 7,07 9,58 1, ,71 4,75 9,90 4,95 9,95 3, ,23 5,33 9,98 0,73 10,35 4, ,23-0,02 11,22 12,44 10,68 3, ,34-8,68 10,10-9,93 9,68-9, ,45 1,24 9,95-1,48 9,70 0, ,19 7,81 9,56-3,92 9,98 2, ,10-0,90 9,76 2,05 10,24 2, ,63 5,25 9,93 1,74 10,38 1, ,49-1,28 9,86-0,70 10,27-1, ,38-1,07 10,08 2,21 10,23-0, ,94-4,28 9,60-4,74 9,83-3, ,17 2,33 10,44 8,75 10,28 4, ,68 5,01 10,75 2,97 10,71 4, ,00 3,00 10,88 1,21 10,96 2, ,26-6,76 10,40-4,40 10,63-3, ,35 0,96 10,01-3,79 10,55-0, ,58 2,20 10,12 1,09 10,77 2, ,82 2,25 10,87 7,45 10,84 0, ,10 2,59 10,91 0,37 11,10 2, ,07-0,27 10,50-3,73 11,49 3, ,70 5,69 11,32 7,78 11,58 0, ,69-0,09 11,42 0,88 11,61 0, ,95 2,23 11,66 2,12 11,86 2, ,93-0,20 11,99 2,82 11,95 0, ,19 2,20 12,05 0,50 12,15 1, ,54 2,87 12,38 2,74 12,49 2, ,65 0,88 12,34-0,32 12,56 0, ,52-1,03 12,53 1,54 12,52-0, ,72 1,60 12,38-1,20 12,62 0, ,53-9,39 12,18-1,62 13,52 7, ,00 12,80 12,27 0,74 12,79-5, *) 13,83 6,38 12,34 0,57 13,43 5, ,87 1,38 10,70 1,32 10,98 1, ,72 2,07 12,34 0,01 12,98 1,44 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : *) ARAM I 2015 Page 52

75 Lampiran 3. Perkembangan Produksi Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun Tahun Produksi (Ton) Jawa Pertumb. Luar Jawa Pertumb. Indonesia Pertumb , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) , , , , , , , , ,09 Kontribusi (%) 72,38 27,62 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : *) ARAM I 2015 Page 53

76 Lampiran 4. Perkembangan Luas Panen di Provinsi Sentra Kacang Tanah, No. Provinsi *) 1 Jawa Timur ,17 29,17-3,74 2 Jawa Tengah ,13 47,30-5,31 3 DI Yogyakarta ,46 59,76 3,99 4 Jawa Barat ,78 69,54-5,60 5 Nusa Tenggara Barat ,09 74,63-0,43 6 Sulawesi Selatan ,01 78,64 1,35 7 Nusa Tenggara Timur ,06 81,70-3,89 8 Banten ,81 83,51-6,93 9 Sumatera Utara ,80 85,31-10,17 10 Kalimantan Selatan ,80 87,11-8,22 Provinsi Lainnya ,89 100,00-8,92 Indonesia Tahun Rata-rata (Ha) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumbuh an (%) Sumber : Badan Pusat Statistik Keterangan *) Angka Ramalan I Lampiran 5. Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah di Provinsi Sentra, No. Provinsi Tahun *) Rata-rata (Ku/Ha) Rata-rata Pertumbuh an (%) 1 Sulawesi Tengah 16,52 15,44 18,39 15,60 14,56 16,10-1,96 2 Jawa Barat 15,15 14,29 16,85 14,76 17,08 15,63 3,88 3 Sumatera Barat 15,09 14,07 15,40 13,62 14,67 14,57 3,74 4 Nusa Tenggara Barat 14,42 15,25 13,61 12,96 15,09 14,27 2,79 5 Sulawesi Selatan 16,33 11,73 15,10 14,09 12,79 14,01 0,73 6 Jawa Timur 12,82 13,07 13,86 13,47 14,34 13,51 3,62 7 Jawa Tengah 12,92 13,60 13,85 13,08 13,76 13,44 0,52 8 Sulawesi Utara 13,10 13,11 13,12 13,35 13,47 13,23 0,53 9 Sulawesi Barat 14,09 13,51 12,24 13,35 12,64 13,17-1,90 10 Jambi 12,78 12,76 13,03 12,83 13,11 12,90 1,58 Indonesia Sumber : Badan Pusat Statistik Keterangan *) Angka Ramalan I 12,81 12,74 13,52 12,79 13,43 13,06 Page 54

77 Lampiran 6. Perkembangan Produksi Kacang Tanah di Provinsi Sentra, No. Provinsi Tahun *) Rata-rata (Ton) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 Jawa Timur ,14 30,14-0,22 2 Jawa Tengah ,67 48,81-4,59 3 Jawa Barat ,71 60,52-1,91 4 DI Yogyakarta ,15 70,67 5,37 5 Nusa Tenggara Barat ,54 76,22 1,73 6 Sulawesi Selatan ,24 80,45-4,24 7 Banten ,78 82,23-5,97 8 Nusa Tenggara Timur ,58 84,81-9,00 9 Kalimantan Selatan ,69 86,50-6,90 10 Sumatera Utara ,58 88,08-9,25 Provinsi Lainnya ,92 100,00-9,04 Indonesia Sumber : Badan Pusat Statistik Keterangan *) Angka Ramalan I Lampiran 7. Perkembangan Konsumsi Per Kapita Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan SUSENAS, Tahun Konsumsi Per Kapita (Kg/Kap/Th) Juml.Penduduk Tengah Tahun (000 org) Total Konsumsi Rumah Tangga (Ton) , , , , , , , , , Rata-rata Rata-rata , , Sumber : SUSENAS Keterangan : Wujud Kacang Tanah Tanpa Kulit Page 55

78 Lampiran 8. Konsumsi Nasional Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan SUSENAS, Tahun Tahun Konsumsi Per Kapita (Kg/Kap/Th) Juml.Penduduk Akhir Tahun (000 org) Total Konsumsi Rumah Tangga (Ton) Pertumb. (%) , , , , , , , , , , , , , , , , ,32 Rata-rata Rata-rata , ,66 0, ,31 Sumber : SUSENAS Keterangan : Wujud Kacang Tanah Tanpa Kulit Page 56

79 Lampiran 9. Perkembangan Ketersediaan Per Kapita Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan Neraca Bahan Makanan, Tahun Ketersediaan Per Kapita (Kg/Kap/Th) Juml.Penduduk Akhir Tahun (000 org) Total Konsumsi Rumah Tangga (Ton) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) 2, ) 2, ) 2, Sumber : Neraca Bahan Makanan, diolah oleh Pusdatin *) Angka Sementara 1 ) Angka Proyeksi Pusdatin Page 57

80 Lampiran 10. Penggunaan dan Ketersediaan Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan Neraca Bahan Makanan, Tahun Tahun Penyediaan dalam negeri Bibit (Lepas Kulit) Makanan (Lepas Kulit) Diolah Non Makanan (Lepas Kulit) Total Olah Tercecer (Lepas Kulit) Dimakan/ Bahan Makanan (Lepas Kulit) Total Penggu naan Ketersediaan Per Kapita (Kg/kap/th) (000 Ton) Jumlah Penduduk Tengah Tahun (000 orang) , , , ,5 3, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) , ) , Rata-rata , Penggunaan Kacang Tanah Terhadap Total (%) Share (%) 3,61 5,55 2,01 7,32 4,98 84,10 Total Share (%) 3,61 7,32 4,98 84, Sumber : Neraca Bahan Makanan, BKP diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka Sementara 1 ) Angka Proyeksi Pusdatin Wujud : Kacang tanah lepas kulit Page 58

81 Lampiran 11. Konsumsi Nasional Kacang Tanah Berdasarkan Neraca Bahan Makanan di Indonesia, Tahun Tahun Jumlah Penduduk Tengah Tahun (000 orang) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) 2, , ) 2, , ) 2, ,79 Rata-rata Rata-rata Ketersediaan (Kg/kap/th) Konsumsi Nasional (ton) Pertumb. (%) 3, ,62 2, ,24 Sumber : Neraca Bahan Makanan, BKP diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka Sementara 1 ) Angka Prediksi Pusdatin Page 59

82 Lampiran 12. Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Kacang Tanah di Indonesia, Tahun Harga Produsen (Rp/kg) Pertumb. (%) Harga Konsumen (Rp/kg) Pertumb. (%) Margin (Rp/Kg) Pertumb. (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,35 Rata-rata Pertumbuhan (%) Harga Produsen Harga Konsumen Margin , , , , , ,94 Sumber : BPS diolah Pusdatin Page 60

83 Lampiran 13. Perkembangan Volume Ekspor Impor Kacang Tanah di Indonesia, Tahun , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Rata-rata Volume Ekspor (ton) Pertumb. (%) Volume Impor (ton) Pertumb. (%) Neraca (ton) , , , , Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : Wujud Kacang Tanah Segar Page 61

84 Lampiran 14. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun Nilai Ekspor Pertumb. Nilai Impor Pertumb. Neraca (000 $) (000 US$) (%) (000 $) (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Rata-rata , , , , Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : Wujud Kacang Tanah Segar Page 62

85 Lampiran 15. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Kacang Tanah Dunia, Tahun Luas Panen (Ha) Pertumb. (%) Produksi (Ton) Pertumb. (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,90 Rata-rata (%) , , , ,78 Sumber : FAO Keterangan : Wujud Kacang Tanah Dengan Kulit Page 63

86 Lampiran 16. Perkembangan Produktivias Kacang Tanah Dunia, Tahun Produktivitas (Ku/Ha) Pertumb. (%) ,20-5, ,63 15, ,80-7, ,34 5, ,97 6, ,34 3, ,28-0, ,51 2, ,47 8, ,37-8, ,69 2, ,51-1, ,87 3, ,39 4, ,04 5, ,98-0, ,91 7, ,10-5, ,57 11, ,97-4, ,94 6, ,55 4, ,40-7, ,75 9, ,39-2, ,03 4, ,49-3, ,39 5, ,90-2, ,50-2, ,77 8, ,35-2, ,45 0, ,96 9,20 Rata-rata (%) ,55 1, ,61 2,60 Sumber : FAO Keterangan : Wujud Kacang Tanah Dengan Kulit Page 64

87 Lampiran 17. Perkembangan Luas Panen Kacang Tanah Dunia, Tahun No. Negara Rata-rata (ha) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumb. (%) 1 India ,43 21,43-0,63 2 China ,34 39,77 1,45 3 Nigeria ,29 50,06 0,97 4 Sudan ,09 56,15 24,53 5 Senegal ,70 59,85-6,06 6 Myanmar ,51 63,36 1,34 7 Niger ,84 66,20 6,61 8 Tanzania ,54 68,75 16,26 9 Indonesia ,30 71,04-4,23 10 Amerika Serikat ,97 73,02 3,98 Lainnya Total ,98 100, Sumber : FAO Lampiran 18. Perkembangan Produksi Kacang Tanah Dunia, No Negara Tahun Rata-rata (ton) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumb. (%) 1 China, mainland ,76 38,76 3,66 2 India ,84 55,60 26,42 3 Nigeria ,76 63,36 1,99 4 Amerika ,92 68,28 11,70 5 Myanmar ,29 79,50 1,35 6 Indonesia ,13 76,20 0,05 7 Sudan ,75 73,07 23,67 8 Senegal ,04 70,32-0,34 9 Argentina ,75 81,25 15,77 10 Tanzania ,48 82,73 23,74 Lainnya Dunia ,27 100, Sumber : FAO Page 65

88 Lampiran 19. Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah di Dunia, No Negara Tahun Rata-rata (Ku/Ha) 1 Cyprus 119,00 173,57 165,33 292,50 278,75 205,83 2 Israel 55,98 56,44 64,91 53,87 71,20 60,48 3 Nicaragua 51,83 55,36 39,26 42,13 41,72 46,06 4 Lebanon 42,40 39,01 40,49 40,91 43,48 41,26 5 Amerika 38,35 37,12 37,95 46,99 44,96 41,07 6 Malaysia 34,58 30,58 32,92 51,68 51,68 40,29 7 Saudi Arabia 38,54 40,00 41,50 40,00 41,00 40,21 8 Palestina 48,75 33,00 35,56 36,67 35,00 37,79 9 Spanyol 28,57 39,66 39,68 39,06 37,14 36,82 10 China, mainland 33,61 34,56 35,03 35,75 36,63 35,11 26 Indonesia 21,92 22,03 21,33 22,36 25,82 22,69 Dunia 15,50 16,77 16,35 16,45 17,96 16,61 Lampiran 20. Perkembangan Penyediaan Kacang Tanah di Dunia, No Negara Penyediaan Kacang Tanah Rata-rata (Ton) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumb. (%) 1 China, mainland ,82 43,82 10,64 2 Indonesia ,84 53,66 2,24 3 Amerika Serikat ,45 63,10 0,60 4 India ,82 66,93 4,79 5 Nigeria ,84 70,77-3,41 6 Viet Nam ,36 73,13 2,69 7 Burkina Faso ,78 74,91-0,10 8 Chad ,56 76,47 2,11 9 Tanzania ,14 78,61 36,21 10 Meksiko ,54 80,15 2,16 Lainnya ,85 100,00 Rata-rata Dunia ,00 4,72 Sumber : FAO (Kacang Tanah Kupas) Page 66

89 Lampiran 21. Perkembangan Ketersediaan Per Kapita Kacang Tanah di Dunia, No Negara Ketersediaan Per Kapita Per Tahun Rata-rata (kg/kapita/th) 1 Chad 13,00 14,11 13,48 14,08 14,23 13,78 2 Burkina Faso 9,26 10,69 11,94 12,14 10,89 10,98 3 Gabon 8,28 8,30 7,26 7,09 8,87 7,96 4 Niger 4,63 6,82 6,71 8,00 8,32 6,90 5 Cameroon 6,63 6,90 6,78 6,85 7,10 6,85 6 Benin 5,77 5,91 6,71 8,33 6,50 6,64 7 Vanuatu 6,88 5,73 6,43 6,49 6,80 6,47 8 Ghana 4,32 6,00 6,54 6,44 5,49 5,76 9 Malawi 4,95 4,27 5,01 5,71 4,97 4,98 10 Gambia 4,77 4,62 4,48 4,36 4,23 4,49 11 Indonesia 4,20 4,30 4,25 4,31 3,73 4,16 Rata - rata Dunia 1,37 1,48 1,49 1,63 1,56 1,51 Sumber : FAO (Kacang Tanah Kupas) Lampiran 22. Perkembangan Harga Produsen Kacang Tanah Berkulit di Dunia, No Negara Harga Produsen Rata-rata Rata-rata (US$/ton) Pertumb. (%) 1 Japan ,31 2 Saint Vincent and the Grenadines ,38 3 Cyprus ,29 4 Suriname ,71 5 Jamaika ,19 6 Bulgaria ,23 7 Ekuador ,73 8 Inggris ,46 9 Turki ,69 10 Ruanda ,05 Dunia ,16 Sumber : FAO Page 67

90 Lampiran 23. Perkembangan Ekspor Impor Kacang Tanah Dunia, Tahun Volume Volume Pertumb. Pertumb. Neraca Nilai Eksport Pertumb. Nilai Import Pertumb. Neraca Eksport Import (%) (%) (ton) (000 $) (%) (000 $) (%) (000 $) (ton) (ton) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Rata-rata (%) , , , , , , , , Sumber : FAO *) Angka Perkiraan Pusdatin Page 68

91 Lampiran 24. Perkembangan Volume Ekspor Negara Eksportir Kacang Tanah Dunia, No. Negara Tahun Rata-rata (ton) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumbu han (%) 1 India ,95 33,95 28,25 2 Argentina ,66 48,61 11,59 3 Amerika ,62 60,23-10,17 4 China, mainland ,75 69,98-10,57 5 Netherlands ,73 89,18 14,52 6 Nicaragua ,23 81,45-0,28 7 Brazil ,70 73,68 9,18 8 Malawi ,54 76,22 67,76 9 Viet Nam ,20 90,39 4,49 10 Arab ,95 91,33-9,15 46 Indonesia ,02 Negara Lainnya Dunia ,67 100, ,00 Sumber : FAO *) Angka Perkiraan Pusdatin Lampiran 25. Perkembangan Volume Impor Negara Importir Kacang Tanah Dunia, No. Negara Tahun Rata-rata Rata-rata Komulatif Share (%) Pertumbu (ton) Share (%) han (%) 1 Netherlands ,69 18,69 0,91 2 Indonesia ,33 27,02-3,36 3 Meksiko ,68 33,71 8,40 4 Rusia ,85 39,56-0,68 5 Inggris ,47 45,03-0,61 6 Jerman ,37 50,40 5,01 7 Kanada ,22 55,62-5,33 8 Thailand ,03 58,65 0,00 9 Malaysia ,43 61,08-7,48 10 Algeria ,42 63,50-1,38 Lainnya Dunia ,50 100, Sumber : FAO *) Angka Perkiraan Pusdatin Page 69

92 Lampiran 26. Perkembangan Nilai Ekspor Negara Eksportir Kacang Tanah Dunia, No. Negara Tahun Rata-rata Rata-rata Komulatif Share (%) Pertumbuhan ( 000 $ ) Share (%) (%) 1 India ,02 32,02 43,60 2 Argentina ,62 46,64 23,19 3 Netherlands ,70 58,34 23,28 4 China, mainland ,17 69,52-1,56 5 Amerika ,53 80,04-1,61 6 Nikaragua ,15 85,19 15,05 7 Brazil ,81 89,00 24,91 8 Malawi ,33 90,33 184,96 9 Afrika Selatan ,09 91,42 18,21 10 Mesir ,86 92,29 306,59 49 Indonesia ,02 Lainnya ,03 100,00 Dunia Sumber : FAO *) Angka Perkiraan Pusdatin Lampiran 27. Perkembangan Nilai Impor Negara Importir Kacang Tanah Dunia, No. Negara Tahun Rata-rata ( 000 $ ) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 Netherlands ,81 21,81 13,36 4 Meksiko ,25 42,16 14,87 3 Rusia Germany Indonesia ,59 34,91 11,00 6,50 28,32 17,77 6,15 48,30 22,28 6 United Kingdom ,07 54,38 9,85 7 Kanada Jepang Polandia ,47 59,85 4,63 2,70 62,55 5,57 2,51 65,06 10,23 10 Spanyol ,25 67, ,59 Lainnya ,69 100,00 11,72 Dunia Sumber : FAO *) Angka Perkiraan Pusdatin Page 70

93 LAMPIRAN II a. Blok Persamaan Pada Model Analisis Suplai Demand Nama Blok Persamaan Blok Suplai 1. Luas Panen Kacang Tanah LPKC = e0 + e1 LPKC(t-1) + e2 HRKC(t-1) + e3 LPUKC + e4 HRJ(t-1) + e5 HRK(t-1) + e6 HRUK(t-1) + µ5 Parameter estimasi yang diharapkan : e1, e2 > 0; e3, e4, e5, e6 > 0 2. Produktivitas Kacang Tanah YKC = j0 + j1 YKC(t-1) + j2 HRUREA(t-1) + j3 TEK + j4 DSLPTT + j5 CH + j6 LIRIGASI + µ10 Parameter estimasi yang diharapkan : i1, i3, i4, i5, i5 > 0 i2 < 0 3. Impor Kacang Tanah IKC = no + n1 PRODKC + n2 KONSKC + n3 HIKC + n4 HRKC + µ14 Parameter estimasi yang diharapkan : n2, n4 > 0 n1, n3 < 0 4. Produksi Kacang Tanah PRODKC= LPKC * YKC 5. Suplai Kacang Tanah SKC= PRODKC + IKC Blok Demand 6. Konsumsi per kapita Kacang Tanah KONSKC = s0 + s1 PDB + s2 IHK + s3 KONSKC(t-1) + µ12 Parameter estimasi yang diharapkan: r3 > 0 ; r1,r2 < 0 7. Konsumsi Nasional kc tanah KONNKC = POP * KONSKC 8. Demand kacang tanah DKC = KONNKC + EKSKC + PAKKC + BKC + TCKC BKC = PRODKC*0.026 TCKC = PRODKC* Neraca kc tanah NRCKC = SKC DKC Page 71

94 b. Keterangan Variabel Dalam Model KETERANGAN VARIABEL DALAM MODEL VARIABEL KETERANGAN SATUAN PRODP PRODUKSI PADI TON PRODJ PRODUKSI JAGUNG TON PRODK PRODUKSI KEDELAI TON PRODKC PRODUKSI KACANG TANAH TON PRODUK PRODUKSI UBI KAYU TON LPP LUAS PANEN PADI HA LPJ LUAS PANEN JAGUNG HA LPK LUAS PANEN KEDELAI HA LPKC LUAS PANEN KACANG TANAH HA LPUK LUAS PANEN UBI KAYU HA YP PRODUKTIVITAS PADI TON/HA YJ PRODUKTIVITAS JAGUNG TON/HA YK PRODUKTIVITAS KEDELAI TON/HA YKC PRODUKTIVITAS KACANG TANAH TON/HA YUK PRODUKTIVITAS UBI KAYU TON/HA LPP(t-1) LUAS PANEN PADI TAHUN SEBELUMNYA HA LPJ(t-1) LUAS PANEN JAGUNG TAHUN SEBELUMNYA HA LPK(t-1) LUAS PANEN KEDELAI TAHUN SEBELUMNYA HA LPKC(t-1) LUAS PANEN KACANG TAHUN SEBELUMNYA HA LPUK(t-1) LUAS PANEN UBI KAYU TAHUN SEBELUMNYA HA HRB(t-1) HARGA RIIL BERAS TAHUN SEBELUMNYA RUPIAH HRJ(t-1) HARGA RIIL JAGUNG TAHUN SEBELUMNYA RUPIAH HRK(t-1) HARGA RIIL KEDELAI TAHUN SEBELUMNYA RUPIAH HRKC(t-1) HARGA RIIL KACANG TANAH TAHUN SEBELUMNYA RUPIAH HRUK(t-1) HARGA RIIL UBI KAYU TAHUN SEBELUMNYA RUPIAH LPUP LUAS PUSO PADI HA LPUJ LUAS PUSO JAGUNG HA LPUK LUAS PUSO KEDELAI HA LPUKC LUAS PUSO KACANG TANAH HA LPUUK LUAS PUSO UBI KAYU HA HRUREA(t-1) HARGA RIIL UREA TAHUN SEBELUMNYA RUPIAH TEK TEKNOLOGI DSLPTT DUMMY SLPTT CH CURAH HUJAN MILIMETER LIRIGASI LUAS IRIGASI HA RLPPJ RASIO LUAS PANEN PADI JAWA TERHADAP NASIONAL RLPJJ RASIO LUAS PANEN JAGUNG JAWA TERHADAP NASIONAL RLPKJ RASIO LUAS PANEN KEDELAI JAWA TERHADAP NASIONAL KONS KONSUMSI KONSB KONSUMSI BERAS KG/KAP/THN KONSJ KONSUMSI JAGUNG KG/KAP/THN KONSK KONSUMSI KEDELAI KG/KAP/THN KONSKC KONSUMSI KACANG TANAH KG/KAP/THN IB IMPOR BERAS TON IJ IMPOR JAGUNG TON IK IMPOR KEDELAI TON IKC IMPOR KACANG TANAH TON HIB HARGA INTERNASIONAL BERAS US $ SP SUPLAY PADI TON SJ SUPLAY JAGUNG TON SK SUPLAY KEDELAI TON SKC SUPLAY KACANG TANAH TON BLOK DEMAND KONSB KONSUMSI BERAS KG/KAP/THN POP POPULASI ORANG KONSK KONSUMSI KEDELAI KG/KAP/THN KONSKC KONSUMSI KACANG TANAH KG/KAP/THN KONNB KONSUMSI NASIONAL BERAS KG/KAP/THN KONNJ KONSUMSI NASIONAL JAGUNG KG/KAP/THN KONNK KONSUMSI NASIONAL KEDELAI KG/KAP/THN Page 72

95 c. Hasil Pengolahan Dengan Metode Simultan c.1. Penghitungan Untuk Produktivitas Kacang Tanah The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label LPKC LPKC Luas panen kacang tanah Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model E E Error E E9 Corrected Total E10 Root MSE R-Square Dependent Mean Adj R-Sq Coeff Var Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > t Label Intercept Intercept LLPKC Luas panen kacang tanah tahun sebelumnya LHR Harga riil kacang tanah tahun sebelumnya LHRJ Harga riil jagung tanah tahun sebelumnya LHRK Harga riil kedelai tahun sebelumnya Durbin-Watson Page 73

96 Number of Observations 10 First-Order Autocorrelation c.2. Penghitungan Untuk Produktivitas Kacang Tanah The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model YKC Dependent Variable YKC Label Produktivitas kacang tanah Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total Root MSE R-Square Dependent Mean Adj R-Sq Coeff Var Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > t Label Intercept <.0001 Intercept LHRUREA Harga riil urea tahun sebelumnya TEK Teknologi DSLPTT Dummy program SLPTT Durbin-Watson Number of Observations 10 First-Order Autocorrelation Page 74

97 c.3. Penghitungan Untuk Konsumsi Kacang Tanah The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label KONSKC KONSKC Konsumsi kacang tanah Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total Root MSE R-Square Dependent Mean Adj R-Sq Coeff Var Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > t Label Intercept Intercept LPDB E E IHK Indeks Harga Konsumen LKONSKC Konsumsi Kacang tanah tahun sebelumnya Durbin-Watson Number of Observations 10 First-Order Autocorrelation Page 75

98

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kacang Tanah PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KACANG TANAH ISSN : 1907 1507 Ukuran

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS ISSN 1907-1507 OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK KAPAS

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian ISSN 1907-1507 OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016 OUTLOOK JERUK

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN:

Lebih terperinci

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 OUTLOOK TEH ISSN 1907-1507 2015 OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK TEH ii Pusat

Lebih terperinci

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 102 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 102 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Jagung PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN JAGUNG ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku : 10,12

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI KAYU ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI TOMAT

OUTLOOK KOMODITI TOMAT ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2014

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI ISSN 1907-1507 Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian i ii ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 89 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, M.Si. Penyunting : Dr.

Lebih terperinci

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 85 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 85 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kedelai PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KEDELAI ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku :

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA ISSN 1907-1507 OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK LADA ii

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian ISSN 1907-1507 OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS ISSN 1907-1507 OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK NENAS

Lebih terperinci

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 82 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 82 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Jagung PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN JAGUNG ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku :

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI JAHE

OUTLOOK KOMODITI JAHE ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI JAHE 2014 OUTLOOK KOMODITI JAHE Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2014

Lebih terperinci

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 73 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 73 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kedelai PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KEDELAI ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN Outlook Komoditas Perkebunan 2007 «OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN Pusat Data Dan Informasi Pertanian Departemen Pertanian 2007 Pusat Data dan Informasi Pertanian i » Outlook Komoditas Perkebunan

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT ISSN 1907-1507 2014 OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI JALAR ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI PISANG

OUTLOOK KOMODITI PISANG ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI PISANG 2014 OUTLOOK KOMODITI PISANG Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI KAYU ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK KELAPA ISSN SAWIT 1907-15072016 OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK NENAS 2016 OUTLOOK NENAS

ISSN OUTLOOK NENAS 2016 OUTLOOK NENAS ISSN 197-157 216 Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 216 i 216 ii 216 ISSN : 197-157 Ukuran Buku : 1,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 85 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi. Penyunting

Lebih terperinci

PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN Outlook Komoditas Pertanian Padi PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PADI ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Outlook Komoditas Daging Sapi 2015 «OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING

Lebih terperinci

OUTLOOK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK  Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN: 1907-1507 Ukuran Buku Jumlah Halaman

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN TELUR ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI KAKAO

OUTLOOK KOMODITI KAKAO ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI KAKAO 2014 OUTLOOK KOMODITI KAKAO Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i

Lebih terperinci

KETERANGAN TW I

KETERANGAN TW I 1 2 2 KETERANGAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 - TW I Distribusi/Share Terhadap PDB (%) 3.69 3.46 3.55 3.48 3.25 3.41 4.03 Distribusi/Share Terhadap Kategori Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia Komoditi perkebunan Indonesia rata-rata masuk kedalam lima besar sebagai produsen dengan produksi tertinggi di dunia menurut Food and agriculture organization (FAO)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI MANGGA

OUTLOOK KOMODITI MANGGA ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI MANGGA 2014 OUTLOOK KOMODITI MANGGA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Kebijakan 1 Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Ada dua pendapat mengenai faktor penyebab kenaikan harga beras akhirakhir ini yaitu : (1) stok beras berkurang;

Lebih terperinci

OUTLOOK TELUR Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK TELUR Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK TELUR Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK TELUR ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 58 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi Penyunting

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI CENGKEH

OUTLOOK KOMODITI CENGKEH ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI CENGKEH 2014 OUTLOOK KOMODITI CENGKEH Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI TEMBAKAU

OUTLOOK KOMODITI TEMBAKAU ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI TEBU 2014 OUTLOOK KOMODITI TEMBAKAU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG 67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG » Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Volume 1 No. 1, 2009 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung adalah salah satu komoditas yang penting di Indonesia setelah beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber pangan penduduk yang tersebar

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI TEBU

OUTLOOK KOMODITI TEBU ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI TEBU 2014 OUTLOOK KOMODITI TEBU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2014

Lebih terperinci

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 83 V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 5.1. Luas Areal Perkebunan Tebu dan Produktivitas Gula Hablur Indonesia Tebu merupakan tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tujuan penanaman tebu adalah untuk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis di Indonesia. Arti strategis tersebut salah satunya terlihat dari banyaknya kedelai yang diolah menjadi berbagai

Lebih terperinci

OUTLOOK KAKAO. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

OUTLOOK KAKAO. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian OUTLOOK ISSN 1907-1507 KAKAO 2016 OUTLOOK KAKAO Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016 OUTLOOK KAKAO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman sebagai

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 STATISTIK PENDUDUK 1971-2015 PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Statistik Penduduk 1971-2015 Ukuran Buku : 27 Cm x 19 Cm (A4) Jumlah Halaman : 257 halaman Naskah : Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak meledaknya pertumbuhan penduduk dunia dan pengaruh perubahan iklim global yang makin sulit diprediksi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Letaknya yang secara geografis dilalui oleh garis khatulistiwa menjadikan Indonesia memiliki iklim tropis yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian dipandang dari dua pilar utama dan tidak bisa

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian dipandang dari dua pilar utama dan tidak bisa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian dipandang dari dua pilar utama dan tidak bisa dipisahkan, yaitu pilar pertanian primer dan pilar pertanian sekunder. Pilar pertanian primer (on-farm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula. V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada 47 Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada Abstrak Berdasarkan data resmi BPS, produksi beras tahun 2005 sebesar 31.669.630 ton dan permintaan sebesar 31.653.336 ton, sehingga tahun 2005 terdapat

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VII Nomor 1 Tahun 2015 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan karena kedudukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan bahan pangan adalah ketersediaan bahan pangan secara fisik di suatu wilayah dari segala sumber, baik itu produksi domestik, perdagangan dan bantuan. Ketersediaan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab V. GAMBARAN UMUM 5.1. Prospek Kakao Indonesia Indonesia telah mampu berkontribusi dan menempati posisi ketiga dalam perolehan devisa senilai 668 juta dolar AS dari ekspor kakao sebesar ± 480 272 ton pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menyumbang devisa negara yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 4 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 2 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia 41 V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT 5.1. Perkembangan Produksi dan Ekspor Rumput Laut Dunia 5.1.1. Produksi Rumput Laut Dunia Indonesia dengan potensi rumput laut yang sangat besar berpeluang menjadi salah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki peran penting yaitu sebagai makanan manusia dan ternak. Indonesia merupakan salah satu penghasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sektor ini memiliki share sebesar 14,9 % pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya

Lebih terperinci

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 59 V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 5.1. Perkembangan Rumput Laut Dunia Rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya laut yang dapat diandalkan, mudah dibudidayakan dan mempunyai prospek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 2 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 3 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK ANGGREK

ISSN OUTLOOK ANGGREK ISSN 1907-1507 OUTLOOK ANGGREK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK ANGGREK ISSN: 1907-1507 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 10,12 inci x 7,17

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, kebutuhan jagung di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering

Lebih terperinci

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai PENDAHULUAN Latar Belakang Umbi-umbian di Indonesia masih kurang mendapat perhatian, karena komoditi ini dianggap sebagai makanan kelas rendahan yang dihubungkan dengan kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah merupakan tanaman palawija yang secara ekonomis berperan penting bagi kehidupan manusia. Selain itu, juga dapat dijadikan bahan baku industri. Sebagai sumber

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 3 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL, KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini berperan sebagai sumber

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 4 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 1 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Buletin Konsumsi Pangan. Organization).

KATA PENGANTAR. Buletin Konsumsi Pangan. Organization). KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 menerbitkan Buletin Konsumsi Pangan yang terbit setiap triwulan.

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK KARET 2015 OUTLOOK KARET. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK KARET 2015 OUTLOOK KARET. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian ISSN 1907-1507 OUTLOOK KARET 2015 OUTLOOK KARET Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK KARET

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci