PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN"

Transkripsi

1

2

3 Outlook Komoditas Pertanian Padi PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016

4 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PADI ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 119 halaman Penasehat : DR. Ir. Suwandi MSi. Penyunting : DR. Ir. Leli Nuryati, MSc DR. Ir. Budi Waryanto, MSi Ir. Roch Widaningsih, MSi Naskah : Ir. Takariyana Heni A., MM Design dan Layout : Tarmat Victor S. B. H. Diterbitkan oleh: Kementerian Pertanian 2016 Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-nya sehingga Buku Analisis Outlook Komoditas Padi Tahun 2016 dapat diselesaikan. Analisis Outlook ini mengulas analisis diskriptif perkembangan suatu komoditas beserta analisis proyeksi penawaran dan permintaan komoditas tersebut beberapa tahun ke depan serta simulasi kebijakan harga terkait perberasan di Indonesia. Kegiatan ini dapat terlaksana atas kerjasama dengan beberapa instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, juga atas dukungan dan kerja sama tim teknis lingkup Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, serta kepada semua pihak yang telah membantu mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga sampai dengan penyusunan buku analisis ini. Untuk itu kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggitingginya. Kami menyadari adanya kekurangan dalam menyusun Buku Analisis Outlook Komoditas Padi ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak guna memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan ini di waktu mendatang. Semoga hasil kegiatan ini dapat sebagai sumbangan pemikiran dan memberikan manfaat bagi pembaca semua. Jakarta, Desember 2016 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, DR. Ir. Suwandi MSi. NIP v

6 (HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN) vi

7 DAFTAR ISI Halaman : KATA PENGANTAR...v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi LAMPIRAN... xii Executive Summary... xv I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG TUJUAN RUANG LINGKUP... 3 II. METODOLOGI SUMBER DATA DAN INFORMASI METODE ANALISIS ANALISIS DESKRIPTIF ANALISIS PENAWARAN... 6 Model Analisis Penawaran Komoditas Padi dan Hasilnya a) Model Luas Panen Padi b) Model Produktivitas Padi ANALISIS PERMINTAAN Analisis Permintaan Padi KELAYAKAN MODEL Kelayakan Model Penawaran Padi vii

8 III. KERAGAAN PADI NASIONAL PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI PADI NASIONAL SENTRA LUAS PANEN, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI PADI PERKEMBANGAN KONSUMSI BERAS PERKEMBANGAN HARGA PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR IV. KERAGAAN PADI/BERAS DUNIA PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI PADI NEGARA SENTRA LUAS PANEN, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI PADI DUNIA PERKEMBANGAN KONSUMSI BERAS DUNIA PERKEMBANGAN HARGA BERAS DUNIA PERDAGANGAN BERAS DUNIA V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN PENAWARAN PERMINTAAN NERACA PERBERASAN VI. KESIMPULAN viii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1. Gambar 3.2. Gambar 3.3. Gambar 3.4a. Gambar 3.4b. Gambar 3.5. Gambar 3.6. Halaman : Perkembangan Luas Panen Padi Di Indonesia, Tahun *) Grafik Perkembangan Produktivitas Padi, Tahun *) (Ku/Ha) Grafik Perkembangan Produksi Di Indonesia, Tahun *) (Ton) Perkembangan Pola Tanam Padi di Indonesia, Tahun (Ha) Perkembangan Pola Panen Padi di Indonesia, Tahun (Ha) Rata-rata Share Luas Panen Padi 17 Provinsi Sentra Di Indonesia, Tahun (Ha) Grafik Rata-rata Produktivitas Padi di 17 Provinsi Sentra, Tahun (ton/ha) Gambar 3.7. Grafik Kontribusi Rata-rata Produksi Padi Di 17 Provinsi Sentra Di Indonesia, Tahun Gambar 3.8. Perkembangan Konsumsi Perkapita Beras Di Indonesia Tahun (kg/kapita/th) Gambar 3.9. Gambar Gambar Perbandingan Konsumsi Beras Di Tingkat Rumah Tangga dan Luar Rumah Tangga, Tahun (ton) Perkembangan Harga Produsen Padi dan Konsumen Beras Tahun, (Rp/Kg) Perkembangan Volume Ekspor Impor Beras Di Indonesia, Tahun (Ton) Gambar Perkembangan Nilai Ekspor Impor Beras Di Indonesia, Tahun (000 US$) ix

10 Gambar 4.1. Perkembangan Luas Panen Padi Dunia, Tahun (ribu hektar) Gambar 4.2. Perkembangan Produktivitas Padi Dunia, Tahun (Ton/Ha) Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Padi Dunia, Tahun (ribu Ton) Gambar 4.4. Gambar 4.5a. Perkembangan Rata-rata Luas Panen 10 Negara Sentra Padi Dunia, Tahun (%) Perkembangan Rata-rata Produktivitas 10 Negara Sentra Padi Dunia, Tahun (ton/ha) Gambar 4.5b. Perkembangan Rata-rata Produktivitas Negara Produsen Padi Dunia, Tahun (ton/ha) Gambar 4.6. Gambar 4.7. Gambar 4.8a. Gambar 4.8b. Gambar 4.9. Gambar Gambar Perkembangan Rata-rata Produksi 10 Negara Sentra Padi Dunia, Tahun (%) Rata-rata Konsumsi Beras Sepuluh Negara Terbesar Di Dunia, Tahun (000 Ton) Self Suficiency Ratio (SSR) atau Rasio Swasembada Beras Sepuluh Negara ASEAN (%) Harga Produsen Beras Rata-rata di Beberapa Negara Di Dunia Perkembangan Volume Ekspor Impor Beras giling Dunia, Tahun (000 Ton) Rata-rata Share Ekspor 10 Negara Eksportir Beras Dunia, Tahun (%) Rata-rata Share Impor 10 Negara Importir Beras Dunia, Tahun (%) x

11 DAFTAR TABEL Halaman : Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data... 5 Tabel 2.2. Pembagian blok persamaan model Suplai Demand Tanaman Pangan... 7 Tabel 2.3. Tabel 2.4. Tabel 3.1. Tabel 4.1. Tabel 5.1. Tabel 5.2. Tabel 5.3. Hasil Analisis Luas Panen padi di Indoensia menggunakan Model Regresi Linier Berganda Hasil Analisis Fungsi Respon Produktivitas Padi di Indonesia Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Per wilayah, Tahun *) Tabel Import Dependency Ratio (IDR) atau Indeks Ketergantungan Impor Beras Indonesia, Tahun %) Proyeksi Luas Panen, Produktivitas dan produksi padi di Indonesia, Tahun Terget Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Di Indonesia dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah, Tahun Perbedaan Proyeksi dengan Target Sasaran Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi, Tabel 5.4. Hasil Proyeksi Permintaan Beras Di Indonesia, Tabel 5.5. Proyeksi Surplus/Defisit Beras Di Indonesia, xi

12 LAMPIRAN I Halaman : Lampiran 3.1a. Perkembangan Luas Panen Padi Berdasarkan Wilayah, Tahun Lampiran 3.1b. Perkembangan Produktivitas Padi Berdasarkan Wilayah, Tahun Lampiran 3.1c. Perkembangan Produksi Padi Berdasarkan Wilayah, Tahun Lampiran 3.2. Lampiran 3.3. Lampiran 3.4. Perkembangan Luas Panen Padi Di 17 Provinsi Sentra, Tahun (Ha) Perkembangan Produktivitas Padi di 17 Provinsi Sentra, Tahun (Ku/ha) Perkembangan Produksi Padi Di Provinsi Sentra Di Indonesia, Tahun (Ton) Lampiran 3.5. Keragaan Konsumsi Beras Nasional, Lampiran 3.6. Keragaan Konsumsi Beras Rumah Tangga dan Luar Rumah Tangga, Tahun Lampiran 3.6a. Keragaan Kebutuhan Konsumsi Beras Perkapita, Total Kebutuhan Beras, Konsumsi Beras Tingkat Rumah Tangga dan Luar Rumah Tangga, Tahun Lampiran 3.7. Perkembangan Harga Produsen Padi dan Harga Konsumen Beras Indonesia, Lampiran 3.8. Perkembangan Volume Ekspor Impor Beras Indonesia, Lampiran 3.9. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Beras Indonesia, Lampiran 3.10a. Volume Impor Beras Indonesia Berdasarkan Negara Asal, Tahun (Ton) xii

13 Lampiran 3.10b. Nilai Impor Beras Indonesia Berdasarkan Negara Asal, Tahun (US$) Lampiran 3.11a. Volume Ekspor Beras Indonesia Berdasarkan Negara Asal, Tahun (Ton) Lampiran 3.11b. Nilai Ekspor Beras Indonesia Berdasarkan Negara Asal, Tahun (US$) Lampiran 4.1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Dunia, Tahun Lampiran 4.2. Perkembangan Luas Panen Padi Sepuluh Negara Terbesar Dunia (Ha) Lampiran 4.3a. Lampiran 4.3b. Lampiran 4.4. Lampiran 4.5. Perkembangan Produktivitas Padi Sepuluh Negara Terbesar Dunia Tahun (Ton/ha) Perkembangan Produktivitas Padi Sepuluh Negara Produsen Padi Dunia (Ton/ha) Perkembangan Produksi Padi Sepuluh Negara Terbesar Dunia (Ton) Rata-rata Konsumsi Beras Sepuluh Negara Terbesar Di Dunia, Tahun (000 Ton) Lampiran 4.6a. Rasio Produksi Terhadap Penggunaan Domestik di Beberapa Negara ASEAN (Self Sufficiency Ratio) Lampiran 4.6b. Penyediaan Perkapita Beras 10 Negara Terbesar Dunia (Kg/Kapita/Tahun) Lampiran 4.7. Harga Produsen Padi Dunia (US D/ton) (USD) Lampiran 4.8 Lampiran 4.9. Perkembangan Volume Ekspor Impor Beras Dunia, Tahun (000 ton) Perkembangan Volume Ekspor Beras 10 Negara Terbesar Dunia, Tahun (1000 ton) Lampiran Perkembangan Volume Impor Beras 10 Negara Importir Beras Dunia, Tahun (1000 on) xiii

14 Lampiran 4.11a. Perkembangan Volume Impor Beras Indonesia Berdasarkan Kode HS Bulan Januari-Agustus 2016 (Ton) Lampiran Produksi Padi Di 10 Negara ASEAN (000 ton) Lampiran Luas Panen Padi Di 10 Negara ASEAN (000 ton) Lampiran Produktivitas Padi Di 10 Negara ASEAN (000 ton) Lampiran 5.1. Proyeksi Ketersediaan Beras Untuk Konsumsi Langsung, Tahun Lampiran Lampiran xiv

15 RINGKASAN EKSEKUTIF Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan memiliki peran sangat penting dan strategis, hal ini dikarenakan subsektor tanaman pangan memiliki peranan penting dalam menunjang kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia. Berdasarkan Hasil Sensus Pertanian 2013 (ST2013) menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga usaha tanaman pangan (padi dan palawija) mencapai 17,73 juta rumah tangga atau mencakup 67,83 persen dari total jumlah rumah tangga usaha tani, yang mencapai 26,14 juta rumah tangga pada tahun 2013 (BPS,2015). Berdasarkan data PDB Tahun 2015, kontribusi Sub Sektor Tanaman Pangan menunjukkan share terbesar kedua setelah Tanaman Perkebunan yaitu sebesar 3,41% dari total share Pertanian sebesar 10,28% terhadap PDB Indonesia (Pusdatin, 2015). Disamping hal tersebut, komoditas utama tanaman pangan dalam hal ini padi (beras) merupakan bahan makan utama masyarakat Indonesia yang mencapai 255,46 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,31% dan tingkat konsumsi beras mencapai 124,89 kg/kapita/tahun, sehingga dengan adanya pertambahan penduduk setiap tahun, maka peningkatan produksi beras saat ini menjadi prioritas untuk mengatasi kekurangan suplai. Produksi padi tahun 2016 Angka Ramalan II hasil Rapat Koordinasi Kementerian Pertanian dan BPS, diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 5,01% atau mencapai produksi 79,17 juta ton. Peningkatan produksi tersebut sebagai akibat peningkatan luas panen yang sangat signifikan yaitu sebesar 6,58% atau mencapai luas 15,04 juta hektar, sementara produktivitas mengalami penurunan 1,48% atau mencapai hasil 5,26 ton per hektar. Angka prediksi produksi tersebut telah melampaui target yang ditetapkan pemerintah sebesar 76,23 juta ton. Prediksi permintaan padi untuk konsumsi pada tahun 2016 berdasarkan angka prognosa konsumsi beras perkapita tahun 2015 ditetapkan sebesar 124,89 kilogram/kapita/tahun. Dengan jumlah penduduk mencapai 258,71 juta orang maka diperkirakan kebutuhan beras untuk konsumsi langsung rakyat Indonesia mencapai 32,31 juta ton. Prediksi produksi padi pada tahun diperkirakan akan mencapai 80,93 juta ton atau meningkat sebesar 2,68% dari selama periode 3 tahun kedepan. Produksi tersebut akan dicapai oleh pencapaian produktivitas padi yang diperkirakan akan mencapai 5,46 ton per hektar atau meningkat 1,19% per tahun, sementara peningkatan luas panen diperkirakan akan mencapai 1,62% atau mencapai luas sebesar 14,86 juta hektar. Prediksi permintaan beras untuk konsumsi langsung diperkirakan masih akan sebesar 124,89 kg/kapita/tahun, dengan pertumbuhan penduduk diasumsikan sebesar 1,20% pertahun, maka total kebutuhan beras untuk konsumsi langsung rakyat Indonesia pada tahun 2017 sebesar 32,71 juta ton dan sebesar 33,47 juta ton pada tahun xv

16 (halaman ini sengaja dokosongkan) xvi

17 I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan memiliki peran sangat penting dan strategis, hal ini dikarenakan subsektor tanaman pangan memiliki peranan penting dalam menunjang kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia. Hasil Sensus Pertanian 2013 (ST2013) menunjukkan jumlah rumah tangga usaha tanaman pangan (padi dan palawija) mencapai 17,73 juta rumah tangga atau 67,83 persen dari total jumlah rumah tangga usaha tani, yang mencapai 26,14 juta rumah tangga pada tahun 2013 (BPS,2015). Demikian pula data PDB Tahun 2015 memperlihatkan rata-rata kontribusi tanaman pangan menunjukkan share terbesar kedua setelah tanaman perkebunan yaitu sebesar 3,41% dari total share pertanian sebesar 10,28% (Pusdatin, 2015). Pada sisi lain, jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 255,46 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,31% serta tingkat konsumsi beras mencapai 124,89 kg/kapita/tahun, memerlukan pangan yang cukup besar, oleh karena itu peningkatan produksi beras saat ini menjadi prioritas untuk mengatasi kekurangan suplai. Berdasarkan latar belakang tersebut, selama tiga tahun ke depan, Kementerian Pertanian menempatkan beras sebagai komoditas pangan utama selain juga komoditas jagung, kedelai, daging dan tebu diprioritaskan untuk dapat mencapai tingkat swasembada. Target pemerintah merupakan manifestasi dari visi ketujuh yang tertuang dalam program Nawa Cita yakni mewujudkan kemandirian ekonomi nasional dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, salah satunya sektor pertanian melalui upaya mewujudkan upaya kedaulatan pangan. Dalam mewujudkan kebijakan kedaulatan pangan tersebut, khususnya padi (beras), pemerintah telah menetapkan salah satu strategi peningkatan 1

18 produksi melalui pelaksanaan program UPSUS (Upaya Khusus), seperti rehabilitasi jaringan irigasi teknis (JIT), optimasi lahan, perluasan areal tanam, dan sebagainya sebagai upaya pembangunan pertanian. Kebijakan pembangunan pertanian saat ini khususnya untuk swasembada pangan telah dituangkan dalam Program dan Kegiatan Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan Tahun Strategi yang digunakan dalam upaya peningkatan produksi pangan diwujudkan dalam Tujuh Gema Revitalisasi Pertanian yaitu: 1) Revitalisasi Lahan; 2) Revitalisasi Perbenihan dan Perbibitan; 3) Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana; 4) Revitalisasi Sumber Daya Manusia; 5) Revitalisasi Pembiayaan Petani; 6) Revitalisasi Kelembagaan Petani; serta 7) Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir (Kementan, 2015). Berkaitan dengan peningkatan produksi, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menetapkan strategi pencapaian produksi tanaman pangan melalui empat strategi atau disebut dengan Catur Strategi Pencapaian Produksi Tanaman Pangan meliputi : 1) Peningkatan produktivitas 2) Perluasan areal dan optimasi lahan 3) Penurunan konsumsi beras dan pengembangan diversifikasi pangan dan 4) Peningkatan manajemen. Peningkatan produktivitas padi dilakukan melalui pengawalan, pendampingan, penyuluhan, dan koordinasi untuk kegiatan: 1) perakitan, diseminasi dan penerapan paket teknologi tepat guna spesifik penerapan dan pengembangan teknologi; 2) GP3K (Gerakan peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi); 3) perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI; serta 4) penurunan kehilangan hasil dan peningkatan rendemen beras. Pengembangan tanaman pangan melalui perluasan areal tanam dilakukan melalui 1) pencetakan lahan baru (sawah); 2) optimasi lahan melalui peningkatan Indeks Pertanaman (IP); 3) optimasi lahan pertanian lainnya; dan 4) optimasi lahan terlantar. Upaya yang dilakukan pemerintah tersebut nampaknya belum mencapai hasil yang optimal, hal ini dapat dilihat dari pencapaian produksi padi yang relatif kurang signifikan dibandingkan dengan laju peningkatan 2

19 jumlah penduduk, dan ada kecenderungan produksi padi justru cenderung mengalami penurunan pada beberapa tahun terakhir. Keragaan perberasan bagi kecukupan pangan secara nasional, juga dibahas secara menyeluruh dilihat dari sisi penawaran dan permintaan komoditas tersebut. Analisis keragaan komoditas padi/beras di Indonesia meliputi perkembangan produksi, konsumsi, harga dan ekspor impor baik domestik maupun global. Keragaan komoditas tersebut mengulas secara deskriptif gambaran umum situasi perberasan dalam negeri, situasi perberasan kawasan ASEAN maupun di dunia Internasional. Selain itu ditampilkan juga prediksi produksi dan konsumsi serta neraca perberasan Indonesia beberapa tahun yang akan datang serta disajikan kajian simulasi kebijakan harga terkait padi atau beras terhadap peningkatan produksi TUJUAN Melakukan analisis data padi dengan menggunakan model ekonometrik dan menyediakan bahan dan informasi bagi penyusunan kebijakan dan program pengembangan komoditas tanaman pangan khususnya padi di masa yang akan datang RUANG LINGKUP Ruang lingkup outlook komoditas padi meliputi análisis pada variabelvariabel penting dari komponen penawaran dan permintaan komoditas padi. Variabel-variabel tersebut meliputi : produksi, luas panen, produktivitas, harga konsumen, harga produsen, konsumsi, ekspor dan impor, baik dalam lingkup nasional maupun global. Keseimbangan penawaran dan permintaan diprediksi sampai tahun 2019, dengan terlebih dahulu memproyeksi variabel-variabel yang mempengaruhi maupun komponen-komponen yang menyusun penawaran dan permintaan komoditas padi. 3

20 (HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN) 4

21 II. METODOLOGI DAN HASIL ANALISIS DATA 2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI Outlook Komoditas Tanaman Pangan tahun 2015 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh baik dari data primer maupun data sekunder yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup Kementerian maupun instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Biro Pusat Statistik (BPS), Food and Agriculture Organization (FAO), USDA (United States Departement of Agriculture), AFSIS (Asean Food Security Information System), IMF (International Monetery Fund), UNDESA dan WTO dengan Perincian seperti tersaji pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data No. Variabel Periode Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi di Indonesia Data Konsumsi Beras dan makanan setara beras Data Harga Produsen dan Konsumen BPS Data Ekspor-Impor BPS 5. Data Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Dunia FAO Sumber Data BPS, BKP- Kementan 6. Konsumsi Beras Dunia USDA BPS dan Kementerian Perdagangan 7. Rasio Produksi Terhadap Penggunaan Beras Negara ASEAN AFSIS 8 Ekspor Impor Beras USDA, AFSIS 5

22 2.2. METODE ANALISIS Metode yang digunakan dalam penyusunan Outlook Komoditas Padi adalah sebagai berikut : ANALISIS DESKRIPTIF Metode analisis keragaan atau perkembangan komoditas padi dilakukan berdasarkan ketersediaan data series yang mencakup indikator luas panen, produktivitas, produksi, konsumsi, ekspor-impor serta harga di tingkat produsen maupun di tingkat konsumen dengan analisis deskriptif sederhana ANALISIS PENAWARAN Penawaran suatu komoditas dicerminkan oleh respon atau keputusan produsen terhadap mekanisme pasar dan pengaruh faktor non pasar. Proyeksi penawaran direperesentasikan berdasarkan variabel produksi yang merupakan perkalian dari variabel luas panen dan produktivitas atau produksi padi per hektar, sehingga pendugaan penawaran juga dilakukan berdasarkan pendugaan dua variabel tersebut. Model merupakan simplifikasi dari dunia nyata, dimana setiap kegiatan dalam perekonomian pertanian yang dianalisis terangkum dalam model tersebut. Model ini disebut model ekonometrika suplai demand tanaman pangan, yang disusun dalam sistem persamaan simultan dan dinamis terbagi dalam dua blok, yaitu terdiri dari Blok Suplai dan Blok Demand. Model yang dibangun dapat dikembangkan untuk masingmasing sub sektor sesuai dengan variabel yang tersedia (Tabel 2.2). 6

23 Tabel 2.2. Pembagian blok persamaan model Suplai Demand Tanaman Pangan Nama Blok Persamaan Nomor Persamaan Blok Suplai 1. Luas Panen 2. Produktivitas 3. Impor 4. Produksi 5. Suplai Blok Demand 1. Konsumsi Perkapita (beras, jagung, kedelai, ubi kayu, kc tanah) 2. Konsumsi Nasional (beras, jagung, kedelai, ubi kayu, kc tanah) 3. Demand beras 4. Demand jagung 5. Demand kedelai 6. Demand ubi kayu 7. Demand kacang tanah 8. Neraca (beras, jagung, kedelai, ubi kayu, kc tanah)

24 Blok Suplai Produksi : Luas Panen Padi LPP = a 0 + a 1 LPP(t-1) + a 2 HRB(t-1) + a 3 HRJ(t-1) + a 4 HRK(t-1) + µ 1... (1) Parameter estimasi yang diharapkan : a 1, a 2 > 0; a 3, a 4 > 0 Luas Panen Jagung LPJ = b 0 + b 1 LPJ(t-1) + b 2 HRJ(t-1) + b 3 HRK(t-1) + b4 HRUK(t-1) + b5 HRKC(t-1) + µ2... (2) Parameter estimasi yang diharapkan : b 1, b 2 > 0; b 3, b 4, b 5 > 0 Luas Panen Kedelai LPK = c 0 + c 1 LPK(t-1) + c 2 HRK(t-1) + c 3 HRJ(t-1) + c 4 HRUK(t-1) + c5 HRKC(t-1) + µ3... (3) Parameter estimasi yang diharapkan : c 1, c 2 > 0; c 3, c 4, c 5 > 0 Luas Panen Ubi Kayu LPUK = d 0 + d 1 LPUK(t-1) + d 2 HRUK(t-1) + d 3 HRJ(t-1) + d 4 HRK(t-1) + d5 HRKC(t-1) + µ4... (4) Parameter estimasi yang diharapkan : d 1, d 2 > 0; d 3, d 4, d 5 > 0 Luas Panen Kacang Tanah LPKC = e 0 + e 1 LPKC(t-1) + e 2 HRKC(t-1) + e 3 HRJ(t-1) + e 4 HRK(t-1) + e5 HRUK(t-1) + µ5... (5) Parameter estimasi yang diharapkan : e 1, e 2 > 0; e 3, e 4, e 5 > 0 Produktivitas Produktivitas Padi YP = f0 + f 1 YP(t-1) + f 2 HRUREA(t-1) + f 3 TEK + f 4 DSLPTT + f 5 LIRIGASI + f 6 RLPPJ + µ 6... (6) Parameter estimasi yang diharapkan : f 1, f 3, f 4, f 5, f 6 > 0 f 2 < 0 Produktivitas Jagung YJ = g0 + g1 YJ(t-1) + g 2 HRUREA(t-1) + g 3 TEK + g 4 DSLPTT + g 5 LIRIGASI + g 6 RLPJJ +... (7) Parameter estimasi yang diharapkan : g 1, g 3, g 4, g 5, g 6 > 0 g 2 < 0 Produktivitas Kedelai YK = h0 + h 1 YK(t-1) + h 2 HRUREA(t-1) + h 3 TEK + h 4 DSLPTT + h 5 LIRIGASI + h 6 RLPKJ + µ 8... (8) Parameter estimasi yang diharapkan : h 1, h 3, h 4, h 5, h 6 > 0 h 2 < 0 8

25 Produktivitas Ubi Kayu YUK = i0 + i1 YUK(t-1) + i2 HRUREA(t-1) + i3 TEK + i4 DSLPTT + i5 LIRIGASI +... (9) Parameter estimasi yang diharapkan : i 1, i 3, i 4, i 5 > 0 i 2 < 0 Produktivitas Kacang Tanah YKC = j0 + j1 YKC(t-1) + j2 HRUREA(t-1) + j3 TEK + j4 DSLPTT + j5 LIRIGASI + µ10... (10) Parameter estimasi yang diharapkan : j 1, j 3, j 4, j 5, j 5 > 0 Impor j 2 < 0 Impor Beras IB = ko + k1 PRODP + k2 KONSB + k3 HIB + k4 HRB + µ11... (11) Parameter estimasi yang diharapkan : k 2, k 4 > 0 k 1, k 3 < 0 Impor Jagung IJ = lo + l1 PRODJ + l 2 KONSJ + l 3 HIJ + l 4 HRJ + µ (12) Parameter estimasi yang diharapkan : l 2, l 4 > 0 l 1, l 3 < 0 Impor Kedelai IK = m o + m 1 PRODK + m 2 KONSK + m 3 HIK + m 4 HRK + µ (13) Parameter estimasi yang diharapkan : m 2, m 4 > 0 m 1, m 3 < 0 Impor Kacang Tanah IKC = no + n1 PRODKC + n2 KONSKC + n3 HIKC + n4 HRKC + µ14... (14) Parameter estimasi yang diharapkan : n 2, n 4 > 0 n 1, n 3 < 0 Persamaan Identitas Produksi PRODP = LPP * YP... (15) PRODJ = LPJ *... (16) PRODK= LPK *... (17) PRODUK = LPUK * YUK... (18) PRODKC= LPKC * YKC... (19) SUPLAI SP = PRODP + (IB*100/62.7)... (20) SJ = PRODJ + IJ... (21) SK = PRODK + IK... (22) SKC= PRODKC + IKC... (23) SUK = PRODUK + IUK... (24) 9

26 Blok Demand K o n s u m s i Konsumsi Per Kapita Beras KONSB = o0 + o 1 PDB + o 2 IHK + o 3 KONSB (t-1) + µ 12 (25) Parameter estimasi yang diharapkan: l 1, l 3 > 0 ; l 2 < 0 Konsumsi Per Kapita Jagung KONSJ = p0 + p1 PDB + p2 IHK + p3 KONSJ(t-1) + µ12 (26) Parameter estimasi yang diharapkan: p1, p3 > 0 ; p2 < 0 Konsumsi Per Kapita Kedelai KONSK = q0 + q1 PDB + q2 IHK + q3 KONSK(t-1) + µ12 (27) Parameter estimasi yang diharapkan: q1, q3 > 0 ; q2 < 0 Konsumsi per Kapita Ubi Kayu KONSUK = r0 + r1 PDB + r2 IHK + r3 KONSUK(t-1) + µ12 (28) Parameter estimasi yang diharapkan: r3 > 0 ; r1,r2 < 0 Konsumsi per kapita Kacang Tanah KONSKC = s0 + s1 PDB + s2 IHK + s3 KONSKC(t-1) + µ12 (29) Parameter estimasi yang diharapkan: r3 > 0 ; r1,r2 < 0 Konsumsi Nasional Beras KONNB = POP * KONSB (30) Konsumsi Nasional Jagung KONNJ = POP * KONSJ (31) Konsumsi Nasional Kedelai KONNK = POP * KONSK (32) Konsumsi Nasional Ubi Kayu KONNUK = POP * KONSUK (33) Konsumsi Nasional Kacang Tanah KONNKC = POP * KONSKC (34) DEMAND DEMAND BERAS DB = KONNB + EKSB + PAKG + PAKB + BB + TCG + TCB... (35) PAKG = (PRODP*0.0044) * (36) PAKB = (PRODP*0.627)* (37) BB = (PRODP*0.0104)* (38) TCG = (PRODP*0.0540) * (39) TCB = (PRODP*0.627)* (40) DEMAND JAGUNG DJ = KONNJ + EKSJ + PAKJ + BJ + TCJ... (41) 10

27 PAKJ = PRODJ* (42) BJ = PRODJ* (43) TCJ = PRODJ* (44) DEMAND KEDELAI DK = KONNK + EKSK + BK + TCK... (45) PAKK = PRODK* (46) BK = PRODK* (47) TCK = PRODK* (48) DEMAND UBI KAYU DUK = KONNUK + EKSUK + PAKUK + TCUK... (49) PAKUK = PRODUK* (50) TCUK = PRODUK* (51) DEMAND KACANG TANAH DKC = KONNKC + EKSKC + PAKKC + BKC + TCKC... (52) BKC = PRODKC* (53) TCKC = PRODKC* (54) NERACA NRCB =(SP*0.627) DB... (55) NRCJ =SJ DJ... (56) NRCK = SK DK... (57) NRCUK = SUK- DUK... (58) NRCKC = SKC DKC... (59) Model Analisis Penawaran Komoditas Padi dan Hasilnya. a) Model Luas Panen Padi Model pendugaan fungsi luas panen padi adalah sebagai berikut: LP Padi (t) = , Log LPP(t-1) - 70,9680Log HRB(t-1) 378,160 Log HRJ(t-1) Hasil analisis dengan metode regresi berganda menunjukkan bahwa luas panen padi dipengaruhi luas panen padi tahun sebelumnya, harga riil beras tahun sebelumnya dan harga riil jagung tahun sebelumnya 11

28 dengan koefisien determinasi sebesar 94,87%. Hal ini berarti bahwa 94,87% keragaman dalam luas panen padi dapat dijelaskan oleh sebaran peubah-peubah bebas yang digunakan dalam model, sementara 5,13% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model. b) Model Produktivitas Padi Variabel kedua dari fungsi penawaran adalah produktivitas. Hasil analisis dengan metode regresi berganda menunjukkan bahwa produktivitas padi dipengaruhi produktivitas padi tahun sebelumnya, program SLPTT, luas sawah irigasi, dan dipengaruhi juga oleh rasio antara luas panen padi Pulau Jawa terhadap luas panen padi Indonesia serta teknologi yang direpresentasikan oleh trend dengan koefisien determinasi sebesar 95,62%. Hal ini berarti bahwa 95,62% keragaman dalam produktivitas padi dapat dijelaskan oleh sebaran peubahpeubah bebas yang digunakan dalam model, sementara 4,38% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Model pendugaan fungsi produktivitas padi adalah sebagai berikut : Produktivitas (t) = 32, , log YP(t-1) + 0, TEK + 1, D(SLPTT) 0, LIRIGASI - 0, RLPPJ Koefisien dari variabel penduga produktivitas padi bertanda positif menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan satu unit pada setiap variabel penduga akan berpengaruh secara positif dalam meningkatkan produktivitas padi. Produktivitas tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap produktivitas sebesar 0,017726, artinya jika tahun sebelumnya produktivitas padi naik 10% maka pada tahun ke-t produktivitas padi akan meningkat sebesar 0,18%. Koefisien inovasi teknologi yang direpresentasikan oleh trend menunjukkan hasil yang 12

29 positif sebesar 0, artinya penerapan teknologi akan meningkatkan produktivitas padi sebesar 3,52%. Sementara program SLPTT menunjukkan hasil yang positif dengan nilai koefisien sebesar 1,347949, artinya program tersebut berpengaruh meningkatkan produktifitas padi sebesar 13,48% ANALISIS PERMINTAAN Analisis permintaan komoditas padi merupakan analisis permintaan langsung masyarakat terhadap komoditas padi yang dikonsumsi dalam bentuk beras oleh rumah tangga konsumen, dalam bentuk tanpa diolah maupun telah diolah. Analisis Permintaan Padi Analisis permintaan atau blok demand beras di Indonesia mencerminkan kebutuhan beras dalam negeri, didekati dari perhitungan konsumsi beras baik di tingkat rumah tangga maupun konsumsi beras di luar rumah tangga. Konsumsi luar rumah tangga meliputi rumah makan, restoran, rumah sakit, hotel, asrama-asrama dan lain sebagainya. Perhitungan permintaan beras dalam negeri juga memperhitungkan penggunaaan untuk pakan ternak ditambah kebutuhan beras yang diproses menjadi bahan baku industri baik industri pangan maupun non pangan, ditambah kebutuhan setara beras untuk bibit dan kebutuhan beras untuk ekspor. Perhitungan kebutuhan beras konsumsi di Indonesia dilakukan dengan pendekatan konsumsi per kapita beras berdasarkan prognosa sedangkan untuk tahun 2012 menggunakan konsumsi per kapita hasil road map Ditjen Tanaman Pangan, dikalikan proyeksi jumlah penduduk. Besaran konsumsi perkapita beras penduduk Indonesia hasil prognosa antara Kementerian Pertanian dan BPS ditetapkan sebesar 132,98 kilogram/kapita/tahun. Sementara kebutuhan untuk konsumsi beras tahun 2015 didekati dengan 13

30 menggunakan konsumsi per kapita hasil road map Diten Tanaman Pangan dan BSP sebesar 124,89 kilogram/kapita/tahun. Konsumsi per kapita beras di tingkat rumah tangga atau konsumsi langsung dihitung dari data hasil survei SUSENAS dan sisanya adalah merupakan konsumsi beras tidak langsung atau merupakan konsumsi beras di luar rumah tangga. Konsumsi beras di luar rumah tangga adalah beras yang digunakan di rumah tangga khusus seperti di asrama tentara, pesantren, rumahsakit atau penggunaan beras di hotel-hotel, rumah makan kecil/warteg maupun restoran. Proyeksi jumlah penduduk merupakan data hasil estimasi Badan Pusat Statistik (BPS) untuk tahun dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,20% per tahun. Periode series data yang digunakan adalah tahunan KELAYAKAN MODEL Kelayakan sebuah model regresi dapat dilihat dari Uji-F, Uji-t, uji Durbin Watson dan koefisien determinasi (R 2 ). Uji Durbin Watson digunakan untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi pada nilai residual (prediction errors) dari sebuah analisis regresi. Autokorelasi adalah "hubungan antara nilai-nilai yang dipisahkan satu sama lain dengan jeda waktu tertentu". Sementara itu koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya keragaman dari peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubah peubah tak bebas (X). Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan persamaan: R 2 SS Regresi SS Total dimana : SS Regresi adalah jumlah kuadrat regresi SS Total adalah jumlah kuadrat total 14

31 Kelayakan Model Penawaran Padi Tabel 2.3. Hasil Analisis Luas Panen padi di Indoensia menggunakan Model Regresi Linier Berganda Parameter Estimates Variable DF Parameter Estimate Standard Error t Value Pr > t Variable Label Intercept Intercept LLPP Luas panen padi tahun sebelumnya LHRB Harga riil beras tahun sebelumnya LHRJ Harga riil jagung tahun sebelumnya Root MSE R-Square Dependent Mean Adj R-Sq Coeff Var Tabel 2.4. Hasil Analisis Fungsi Respon Produktivitas Padi di Indonesia Parameter Estimates Variable DF Parameter Estimate Standard Error t Value Pr > t Variable Label Intercept Intercept LYP Produktivitas padi tahun sebelumnya TEK Teknologi 15

32 Parameter Estimates Variable DF Parameter Estimate Standard Error t Value Pr > t Variable Label DSLPTT Dummy program SLPTT LIRIGASI 1-6.4E E Luas irigasi RLPPJ Rasio luas panen padi jawa tehadap nasional Root MSE R-Square Dependent Mean Adj R-Sq Coeff Var

33 III. KERAGAAN PADI NASIONAL 3.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI PADI NASIONAL Keragaan produksi padi dapat dilihat dari dua variabel pendukungnya yaitu luas panen dan hasil rata-rata padi per hektar atau lebih umum disebut produktivitas. Secara umum terlihat bahwa perkembangan luas panen padi di Indonesia antara tahun 1980 hingga tahun 2016 menunjukkan pola yang berfluktuasi dengan kecenderungan terus meningkat dengan laju pertumbuhan relatif kecil yaitu sebesar 1,48% per tahun (Gambar 3.1, Lampiran 3.1a). Jika dilihat secara lebih rinci pada lima tahun terakhir ( ), luas panen padi di Indonesia masih mengalami peningkatan rata-rata sebesar 2,67% atau luas panen padi mencapai 13,45 juta hektar pada tahun 2012 dan mencapai 15,04 juta hektar di tahun Selama periode waktu tersebut, peningkatan luas panen cukup signifikan hanya terjadi tiga kali yaitu di tahun dan , masing-masing sebesar 1,83%, 2,90%, 2,31% dan 6,58% sementara tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 0,27%. Peningkatan luas panen paling tinggi terjadi tahun 2016 dimana berdasarkan Angka Ramalan II hasil Rapat Koordinasi antara Kementerian Pertanian dan BPS yaitu sebesar 6,58% atau meningkat 928,32 ribu hektar dari tahun sebelumnya sebesar 14,12 juta hektar. Peningkatan luas panen padi pada periode waktu tersebut terutama sumbangan peningkatan luas panen cukup signifikan di luar Pulau Jawa yaitu rata-rata sebesar 3,37%, sementara laju peningkatan luas panen di Pulau Jawa hanya sebesar 1,86% per tahun. Berdasarkan keragaan data tersebut bisa dikatakan bahwa pertumbuhan luas panen padi di Indonesia sudah mencapai titik jenuh. 17

34 Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Padi Di Indonesia, Tahun Keragaan luas panen padi berdasarkan pengelompokan wilayah menunjukkan bahwa wilayah luar Pulau Jawa masih memberikan kontribusi cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan luas panen yang relatif lebih besar dari pada wilayah di Pulau Jawa, yaitu sebesar 1,93% per tahun untuk periode 1980 hingga tahun 2016 dan meningkat cukup tinggi yaitu sebesar 3,37% per tahun untuk kondisi lima tahun terakhir. Meskipun pulau Jawa merupakan sentra utama penghasil padi nasional, namun laju pertumbuhan luas panen cenderung stagnan. Rata-rata pertumbuhan luas panen di Jawa hanya sebesar 1,03% untuk periode tahun 1980 hingga tahun 2016 dan sebesar 1,86% pada kondisi lima tahun terakhir. Kecilnya pertumbuhan luas panen padi di Pulau Jawa pada lima tahun terakhir dipicu oleh penurunan luas panen selama 5 tahun yaitu di tahun 2014 sebesar 1,04%. Sementara itu kondisi di luar Pulau Jawa pada waktu yang sama justru mengalami peningkatan luas antara 0,39% hingga 7,91%. Ada kecenderungan 18

35 secara absolut rata-rata luas panen padi di luar wilayah Pulau Jawa pada lima tahun terakhir meningkat cukup signifikan hingga mencapai 8,30 juta hektar atau melampaui rata-rata luas panen di Pulau Jawa yang hanya mencapai 6,45 juta hektar. Komponen pendukung produksi padi lainnya adalah hasil atau produksi padi rata-rata per satuan luas atau produktivitas padi. Keragaan produktivitas padi di Indonesia antara tahun secara umum menunjukkan trend terus meningkat (Gambar 3.2), dengan kecenderungan terjadi fluktuasi pada beberapa titik. Laju pertumbuhan pada periode tahun tersebut mencapai 1,33% per tahun atau sebesar 32,93 kuintal per hektar di tahun 1980 menjadi 52,62 kuintal per hektar di tahun Selama periode lima tahun terakhir, produktivitas padi di Indonesia mengalami peningkatan pertumbuhan yang lebih rendah yaitu sebesar 1,13% per tahun atau sebesar 51,36 kuintal per hektar di tahun 2012 menjadi 52,62 kuintal per hektar di tahun Rendahnya laju peningkatan produktivitas pada kurun waktu tersebut dipicu oleh peningkatan produktivitas yang kurang signifikan dengan kisaran 0,31% hingga 4,01%. Peningkatan produktivitas cukup signifikan hanya terjadi pada tahun 2012 dan 2015, masing-masing sebesar 3,13% dan 4,01%. Produktivitas padi tahun 2015 mengalami peningkatan cukup signifikan sebesar 4,01% atau produktivitas padi mencapai 53,41 kuintal per hektar dari tahun sebelumnya sebesar 51,35 kuintal per hektar. Hal tersebut terjadi akibat peningkatan produktivitas padi yang sangat signifikan di wilayah Pulau Jawa yaitu sebesar 5,80% atau sebesar 60,61 kuintal per hektar dan peningkatan produktivitas padi yang realtif signifikan di wilayah luar Pulau Jawa sebesar 2,55% atau mencapai 47,39 kuintal per hektar dari tahun sebelumnya sebesar 46,21% (Lampiran 3.1b dan Gambar 3.2). Perkembangan produktivitas padi berdasarkan wilayah antara tahun baik di Pulau Jawa maupun luar Pulau Jawa mempunyai pola yang sedikit berbeda. Peningkatan laju pertumbuhan produktivitas lebih tinggi di wilayah Luar Pulau Jawa sebesar 2,32% per tahun atau rata-rata mencapai 33,43 kuintal per hektar, sedangkan di wilayah Pulau Jawa meningkat rata- 19

36 rata sebesar 1,97% persen per tahun atau mencapai produktivitas rata-rata 45,66 kuintal per hektar. Gambar 3.2. Grafik Perkembangan Produktivitas Padi, Tahun (Ku/Ha) Laju pertumbuhan produktivitas padi lima tahun terakhir berdasarkan wilayah juga mempunyai pola yang sama yaitu cenderung melambat cukup signifikan di wilayah Luar Pulau Jawa sebesar 1,08% per tahun atau mencapai produktivitas rata-rata 46,25 kuintal per hektar. Sementara itu laju pertumbuhan produktivitas padi di Wilayah Pulau Jawa cenderung lebih besar yaitu sebesar 1,37% atau mencapai rata-rata produktivitas 58,90 ku/ha. Pada periode tersebut peningkatan produktivitas padi di Pulau Jawa tertinggi terjadi pada tahun 2012 dan 2015 yaitu sebesar 5,81% dan 5,80% atau mencapai hasil 59,05 kuital per hektar dan 60,61 kuintal per hektar dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 55,81 kuintal per hektar dan 57,29 kuintal per hektar. Peningkatan pertumbuhan produktivitas di luar Pulau Jawa 20

37 tertinggi di tahun 2015 yaitu sebesar 2,55% atau hasil per hektar padi mencapai 47,39 kuintal per hektar (Lampiran 3.1b). Pola perkembangan produksi padi di Indonesia pada kurun waktu berfluktuasi dengan kecenderungan terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 2,82% per tahun, seperti tersaji pada Gambar 3.3 dan Lampiran 3.1c. Perkembangan produksi pada kurun waktu yang lebih pendek antara tahun 2012 hingga 2016, menunjukan produksi padi mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan lebih tinggi atau sebesar 3,81% per tahun yaitu sebesar 69,06 juta ton di tahun 2012 dan mencapai 79,17 juta ton di tahun Besarnya laju peningkatan produksi pada lima tahun terakhir diduga karena peningkatan produksi yang cukup signifikan pada periode 5 tahun terakhir, kecuali tahun 2014 yang cenderung mengalami penurunan sebesar 0,61%. Kisaran laju peningkatan pada periode tersebut antara 3,22% hingga 6,42% per tahun. Peningkatan produksi padi sangat signifikan di tahun 2015 yaitu sebesar 6,42% atau produksi meningkat 4,55 juta ton dari tahun sebelumnya sebesar 70,85 juta ton gabah kering giling. Peningkatan produksi padi pada kurun 5 tahun terakhir tersebut juga sebagai akibat dari peningkatan produksi baik di wilayah Pulau Jawa maupun di Luar Pulau Jawa dengan laju peningkatan produksi 3,21% per tahun, sedangkan peningkatan produksi padi di Luar Pulau Jawa lebih tinggi yaitu sebesar 4,47% per tahun, seperti tersaji pada Lampiran 3.1c, Gambar 3.3. Produksi padi tahun 2016 berdasarkan Angka Ramalan II hasil Rapat Koordinasi antara Kementerian Pertanian dan BPS mengalami peningkatan sebesar 5,01% atau produksi padi mencapai 79,17 juta ton. Peningkatan produksi padi tahun 2016 sebagai akibat peningkatan produksi padi sangat signifikan baik di wilayah Pulau Jawa maupun Luar Pulau Jawa yaitu sebesar 3,13% dan 7,01% atau produksi mencapai 39,98 juta ton dan mencapai 40,19 juta ton gabah kering giling (Lampiran 3.1c). 21

38 Gambar 3.3. Grafik Perkembangan Produksi Di Indonesia, Tahun (Ton) Berdasarkan keragaan luas panen per wilayah menunjukan ada kecenderungan telah terjadi pergeseran kontribusi atau share luas panen padi di Indonesia. Kontribusi luas panen di Luar Pulau Jawa pada lima tahun terakhir cenderung lebih besar yaitu mencapai 54,11%, sementara itu kontribusi luas panen padi di Pulau Jawa hanya sebesar 45,89%. Kondisi pada 3 dekade terkahir menunjukan share luas panen padi di luar Pulau Jawa hanya sebesar 48,97% dari total luas panen padi di Indonesia (Tabel 3.1). Hal ini memperlihatkan telah terjadi peningkatan luas panen padi yang sangat signifikan di beberapa provinsi di luar Pulau Jawa pada lima tahun terakhir. Melihat keragaan data tersebut bisa dikatakan bahwa peningkatan luas panen padi lebih memungkinkan untuk diprioritaskan pada provinsi-provinsi sentra maupun non sentra di luar Pulau Jawa. 22

39 Tabel 3.1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Per wilayah, Tahun Wilayah TAHUN Luas Panen Produksi Produktivitas Luas Panen Pertumb.(%) Ton Pertumb.(%) Ku/Ha Pertumb. (%) Jawa Luar Jawa Indonesia , ,27 45,66 1, , ,21 58,90 1, , ,57 33,43 2, , ,47 46,25 1, , ,82 44,37 1, , ,81 52,05 1,13 Kontribusi Terhadap Indonesia (%) Produktivitas (Ku/Ha) Wilayah Luas Panen Produksi Periode Jawa 48,97 56,09 Rata-rata (Ku/ha) 45,66 Pertbhan (%) Luar Jawa 51,03 43,91 33,43 Periode Jawa 45,89 51,91 58,90 28,99 Luar Jawa 54,11 48,09 Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Keterangan : *) Angka Hasil Rakor Aram II Kementerian Pertanian dan BPS 46,25 38,35 Meskipun luas panen padi di luar Pulau Jawa berkontribusi lebih tinggi dibandingkan wilayah Pulau Jawa, namun dilihat dari produksi padi di provinsi-provinsi di Pulau Jawa memberikan sumbangan yang signifikan dengan share sebesar 51,91%, sementara provinsi di Luar Pulau Jawa berkontribusi sebesar 48,09%. Namun terdapat trend penurunan kontribusi produksi di wilayah Pulau Jawa pada kondisi 5 tahun terakhir sebesar 4,19%. Peningkatan share produksi padi 5 tahun terakhir di Luar Pulau Jawa dipicu selain peningkatan kontribusi luas panen sebesar 3,08% juga didukung oleh peningkatan rata-rata pertumbuhan produktivitas padi sebesar 38,35%, sebaliknya kondisi di Pulau Jawa Selain terjadi penurunan share luas panen sebasar 3,08%, penurunan share produksi di Pulau Jawa sebesar 4,19% sebagai 23

40 akibat melambatnya penambahan luas panen sementara produkstivitas cenderung meningkat pada 5 tahun terakhir yaitu sebesar rata-rata 28,99% terhadap kondisi tahun Berdasarkan keragaan data produksi padi per wilayah tersebut, maka usaha peningkatan produksi lebih baik difokuskan pada peningkatan luas panen di Luar Pulau Jawa yang masih memungkinkan dengan berbagai program, antara lain: program cetak sawah baru, perbaikan jaringan irigasi dan pompanisasi. Sementara itu di wilayah Pulau Jawa diupayakan tetap menjaga luas panen yang ada yaitu mengurangi besarnya laju konversi lahan sawah. Peningkatan produktivitas di Luar Pulau Jawa juga masih memungkinkan dengan berbagai teknologi budidaya antara lain pemakaian dan penyediaan benih bermutu tinggi yang sesuai dengan kondisi wilayah, teknik budidaya padi melalui penanaman sistem jajar legowo, pemberian pupuk berimbang dan program peningkatan produktivitas lainnya, Pola tanam padi di Indonesia selama 3 tahun ( ) tersaji pada Gambar 3.4a. Secara umum pola pertanaman padi pada kurun waktu tersebut cenderung mempunyai pola yang mirip antar tahun yaitu terjadi 2 pola puncak tanam. Puncak tanam pertama, merupakan pola penanaman padi di musim penghujan yang terjadi pada Subround III yaitu antara bulan September- Desember, dimana puncaknya terjadi pada bulan Desember kemudian secara perlahan akan mengalami penurunan pada bulan Januari-Februari. Puncak tanam kedua terjadi di musim kemarau yaitu periode subround II antara bulan Mei-Agustus dan puncaknya pada bulan April-Mei. Pada musim gadu atau peralihan antara musim kemarau dan penghujan (Bulan Juli-September) pola tanam padi pada titik terendah. Secara absolut luas tanam padi pada kurun waktu 3 tahun terakhir mencapai luasan tertinggi pada Bulan Desember tahun 2013 dan 2015 dengan luas tanam mencapai 2,57 juta hektar. Sebaliknya luas tanam padi mencapai luasan paling rendah pada Bulan Oktober 2015 yaitu sebesar 491 ribu hektar. Berdasarkan gambar 3.4a., pola tanam padi tahun 2015 cenderung sedikit bergeser dibandingkan tahun 2013 dan 2014, hal ini diduga adanya pergeseran musim sebagai akbat adanya efek El-Nino tahun

41 Gambar 3.4a. Perkembangan Pola Tanam Padi di Indonesia, Tahun (Ha) Gambar 3.4b. Keragaan pola panen padi bulanan tahun tersaji pada Perkembangan luas panen padi bulanan mempunyai pola terbalik dengan pola luas tanamnya, hal ini berkaitan dengan umur padi yang mencapai kisaran antara hari. Sebagaimana pola tanamnya, pola panen padi secara umum juga membentuk dua kurva yaitu kurva pertama yang merupakan puncak panen utama terjadi pada musim penghujan antara Bulan Januari-April dengan puncak panen pada Bulan Maret, sementara kurva panen kedua adalah pola panen padi memasuki musim kemarau yaitu antara Bulan Mei-Agustus dengan puncak panen kedua di Bulan Agustus. Pola panen padi pada kondisi 3 tahun terakhir secara umum mirip dengan beberapa pergeseran waktu pada puncak-puncak panennya namun masih kisaran waktu 2 musim tanam tersebut yaitu musim penghujan antara Bulan Januari-April dan musim kemarau antara Bulan Mei- Agustus/September. Secara absolut, fluktuasi luas panen padi selama 3 tahun terakhir mencapai puncak panen 25

42 paling tinggi pada Bulan Maret 2013 sebesar 2,55 juta hektar, sementara luas panen padi mencapai titik terendah pada Bulan November 2015 yaitu sebesar 475 ribu hektar. Gambar 3.4b. Perkembangan Pola Panen Padi di Indonesia, Tahun (Ha) 3.2. SENTRA LUAS PANEN, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI PADI Sentra produksi padi berdasarkan keragaan luas panen menunjukan 3 provinsi di Pulau Jawa yaitu Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah masih berkontribusi cukup dominan dalam memasok produksi padi nasional dengan kontribusi mencapai 41,99% atau mencapai total luas panen 5,89 juta hektar. Total kontribusi luas panen 3 provinsi di Pulau Jawa tersebut cenderung mengalami penurunan sebesar 0,53% dibandingkan kondisi tahun yang mencapai share 42,52%, meskipun secara absolut terjadi peningkatan kontribusi luas sebesar 128,09 hektar atau sebesar 5,89 juta hektar pada tahun dari periode sebelumnya sebesar 5,77 juta hektar. 26

43 Berdasarkan luasan di 3 provinsi tersebut, Pulau Jawa mampu memberikan kontribusi 47,75% terhadap produksi padi atau mampu menyumbang 34,93 juta ton produksi gabah kering giling di Indonesia antara tahun 2012 hingga Kontribusi ini turun 0,86% dari kontribusi produksi Indonesia pada kurun waktu tahun yang mencapai share 48,61%. Berdasarkan data luas panen padi pada kurun waktu 5 tahun terakhir yaitu antara tahun 2012 hingga 2016, terdapat 17 provinsi sentra yang mencapai 12,82 juta hektar atau dengan total share 91,26% (Gambar 3.5). Seluruh provinsi di Pulau Jawa masuk sebagai provinsi sentra kecuali Provinsi DI. Yogyakarta dan DKI Jakarta. Gambar 3.5. Rata-rata Share Luas Panen Padi 17 Provinsi Sentra, Tahun (Ha) Tiga provinsi di Pulau Jawa mendominasi luas panen padi Indonesia dengan total share sebesar 41,99% atau mencapai luas panen komulatif ratarata sebesar 5,89 juta hektar. Kontribusi paling tinggi adalah provinsi Jawa Timur dengan share mencapai 14,94% atau rata-rata luas panen mencapai 27

44 2,98 juta hektar, kedua provinsi Jawa Barat dengan share 13,94% atau berkontribusi terhadap luas panen padi Indonesia rata-rata 1,96 juta hektar dan ketiga provinsi Jawa Tengah dengan rata-rata kontribusi 13,11% atau luas panen rata-rata 1,84 juta hektar. Kontribusi dari empat belas provinsi sentra lainnya terdistribusi antara lain 6 provinsi di Pulau Sumatera, 2 provinsi di Pulau Nusa Tenggara, 3 provinsi di Pulau Kalimantan, 2 provinsi di Pulau Sulawesi dan 1 provinsi lagi di Pulau Jawa yaitu Provinsi Banten (Lampiran 3.2). Sebagian besar provinsi sentra mengalami peningkatan luas panen padi selama 5 tahun terakhir, kecuali Provinsi Sulawesi Tengah yang mengalami penurunan 1,36% per tahun. Sementara itu enam belas provinsi sentra lainnya mengalami peningkatan luas panen dengan kisaran 1,22% yaitu di Provinsi Nusa Tenggara Barat hingga 6,38% per tahun di Provinsi Jambi (Lampiran Tabel 3.2, Gambar 3.5). Rata-rata produktivitas padi di provinsi yang masuk katagori tinggi disajikan pada Gambar 3.6, Lapiran Tabel 3.3. Berdasarkan pengelompokan menurut wilayah, provinsi dengan produktivitas padi masuk katagori 10 terbesar, juga merupakan 10 provinsi dengan produksi padi tertinggi, kecuali empat provinsi yaitu DKI Jakarta, Gorontalo, Sulawesi Utara dan Sulawesi Barat. Di antara 17 provinsi sentra, posisi provinsi dengan rata-rata produktivitas tinggi pada kondisi lima tahun terakhir adalah Provinsi Jawa Timur dengan rata-rata hasil padi per hektar mencapai 60,39 kuintal per hektar, berikutnya 3 Provinsi sentra utama padi dengan rata-rata produktivitas diatas 59 kuital per hektar yaitu Provinsi Bali, Jawa Barat dan DI. Yogyakarta, masing-masing sebesar 60,07 kuintal per hektar, 59,77 kuital per hektar dan 59,02 kuital per hektar, sementara itu produktivitas padi terendah di Provinsi Kalimantan Barat yaitu sebesar 29,96 kuintal per hektar. Rata-rata pertumbuhan produktivitas padi di 17 provinsi sentra lima tahun terakhir ( ) secara umum sebagian provinsi mengalami peningkatan produktivitas dengan kisaran 0,15% hingga 4,18%, kecuali 4 provinsi yaitu Jawa Timur, DI. Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat dan 28

45 Kalimantan Barat yang cenderung mengalami penurunan produkstivitas ratarata 0,64% hingga 2,00% per tahun. Sementara itu peningkatan produktivitas paling tinggi terjadi di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 4,18% per tahun dan terendah di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 0,15% per tahun. Tingginya peningkatan produktivitas padi di Provinsi Sumatera Selatan sebagai akibat peningkatan produktivtas yang cukup signifikan pada tahun 2013, 2015 dan 2016 masing-masing sebesar 7,36%, 7,53% dan 3,35%. Data secara terinci tersaji pada Lampiran 3.3. Gambar 3.6. Grafik Rata-rata Produktivitas Padi di 17 Provinsi Sentra, Tahun (ton/ha) Jika diamati secara lebih rinci, rendahnya peningkatan produktivitas di provinsi sentra umumnya disebabkan karena penurunan produktivitas cukup signifikan pada tahun 2016 dan beberapa tahun pada periode lima tahun terakhir tersebut. Provinsi yang mengalami penurunan produktivitas tahun 2016 selain empat provinsi yang disebutkan di atas adalah Provinsi Bali, Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Selatan, Lampung, dan 29

46 Sumatera Barat. Adapun penurunan produktivitas di tahun 2014 adalah Provinsi Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat (Lampiran 3.3, Gambar 3.6). Sentra produksi padi di Indonesia pada kurun waktu lima tahun terakhir tersebar di 17 provinsi dengan total share sebesar 92,49% dari total produksi padi di Indonesia yang mencapai rata-rata 73,15 juta ton gabah kering giling atau mencapai total produksi rata-rata sebesar 67,66 juta ton gabah kering giling. Sisanya sebesar 5,49 juta ton produksi padi atau 7,51% berada di 17 provinsi non sentra di Indonesia. Data secara lebih rinci tersaji pada Lampiran 3.4, Gambar 3.7. Dominasi tiga provinsi sentra padi di Pulau Jawa masih cukup signifikan memberikan kontribusi terhadap produksi padi nasional dengan share rata-rata di atas 14% atau berkontribusi dengan total share mencapai 47,75% atau produksi rata-rata mencapai 34,93 juta ton. Provinsi Jawa Timur berada diposisi pertama dengan share sebesar 17,32% atau rata-rata produksi sebesar 12,67 juta ton, berikutnya Provinsi Jawa Barat dengan share rata-rata 16,00% atau produksi rata-rata 11,70 juta ton dan Provinsi Jawa Tengah dengan rata-rata produksi mencapai 10,55 juta ton menempati urutan ke tiga dengan rata-rata share sebesar 14,43%. Provinsi di luar pulau jawa dengan kontribusi produksi cukup signifikan adalah Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Lampung, Sumatera Barat dan Sumatera Barat dengan kisaran share 3,41% hingga 7,33%. Sementara dua provinsi lainnya di Pulau Jawa yaitu Banten dan DI. Yogyakarta hanya berada pada posisi 11 dan 15 dengan share sebesar 2,88% dan 1,27% atau produksi rata-rata mencapai 2,11 juta ton dan 926,25 ribu ton. Provinsi sentra lainnya adalah Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Aceh, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Bali dan Kalimantan Tengah. Provinsi Kalimantan Tengah menggeser posisi Provinsi Jambi yang turun di posisi ke 19 yang dipicu oleh peningkatan produksi cukup signifikan pada 5 tahun terakhir yaitu rata-rata sebesar 2,97% per tahun. Grafik rata-rata kontribusi produksi padi di tujuh belas provinsi sentra secara lebih rinci tersaji pada Gambar

47 Gambar 3.7. Grafik Kontribusi Rata-rata Produksi Padi Di 17 Provinsi Sentra Di Indonesia, Tahun Meskipun ada kecenderungan penurunan pertumbuhan terutama dari sisi produktivitas pada tahun 2014 dan 2016, namun secara rata-rata umumnya provinsi sentra padi mengalami peningkatan produksi kondisi 5 tahun terakhir dengan kisaran peningkatan produksi 0,35% hingga 12,24% per tahun, kecuali 2 provinsi sentra mengalami penurunan produksi yaitu Provinsi DI. Yogyakarta dan Provinsi Bali, masing-masing sebesar 1,24% dan 0,15% per tahun. Sementara di 15 provinsi sentra lainnya mengalami peningkatan produksi, dimana peningkatan terendah terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 0,35% per tahun atau mencapai produksi rata-rata 2,19 juta ton dan tertinggi di Provinsi Sumatera Selatan yaitu sebesar 12,24% per tahun atau produksi padi rata-rata mencapai 2,01 juta ton per tahun. Peningkatan pertumbuhan produksi padi cukup signifikan terjadi di Provinsi Sumatera Selatan dipicu oleh 31

48 peningkatan pertumbuhan produksi selama 5 tahun terakhir dengan kisaran antara 11,58% hingga 21,81%, kecuali tahun 2014 mengalami penurunan produksi 0,17%. Pada tahun produksi padi di Provinsi Sumatera Selatan mengalami peningkatan sangat signifikan yaitu sebesar 15,73% dan 21,81% atau produksi padi mencapai 4,25 juta ton dan 4,41 juta ton. Peningkatan produksi padi di Provinsi Sumatera Selatan selama 2 tahun terakhir dipicu oleh peningkatan baik luas panen sebesar 7,63% di tahun 2015 dan 17,88% di tahun 2016 sedangkan produktivitas mengalami peningkatan sebesar 7,53% di tahun 2015 dan meningkat kembali di tahun 2016 sebesar 3,35% atau produktivitas mencapai 48,67 kuintal per hektar dan 50,30 kuintal per hektar. Peningkatan produksi padi cukup signifikan juga terjadi di Provinsi Aceh, Lampung, Banten, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Barat dengan kisaran peningkatan produksi rata-rata 3,64% hingga 7,52% per tahun. Peningkatan produksi tersebut sebagai akibat peningkatan produksi cukup signifikan tahun 2016 karena kontribusi peningkatan luas panen pada tahun tersebut. Kecuali Provinsi Aceh yang cenderung mengalami penurunan produksi tahun 2016, sehingga peningkatan produksi padi di Provinsi Aceh merupakan kontribusi peningkatan produksi padi yang sangat signifikan tahun Produksi padi di 17 provinsi sentra pada kondisi lima tahun terakhir tersaji pada Lampiran PERKEMBANGAN KONSUMSI BERAS Konsumsi beras di Indonesia dihitung melalui berbagai pendekatan, antara lain melalui pendekatan konsumsi beras per kapita per tahun berdasarkan data hasil Survei SUSENAS setiap tahun oleh BPS. Besaran konsumsi beras hasil survei SUSENAS tersebut merupakan konsumsi beras di tingkat rumah tangga atau konsumsi langsung, sementara konsumsi beras di luar rumah tangga tidak dicakup dalam survey tersebut. Keragaan data konsumsi beras di tingkat rumah tangga atau konsumsi langsung tersedia 32

49 antara tahun 1981 hingga tahun tahun Rata-rata konsumsi beras di tingkat rumah tangga per penduduk Indonesia cenderung mengalami penurunan sebesar 1,14% per tahun atau rata-rata konsumsi beras per penduduk sebesar 101,60 kilogram per kapita pertahun.jika pada tahun 1981 konsumsi beras per orang sebesar 116,75 kg maka tahun 2015 turun hingga sebesar 84,90 kilogram per kapita (Gambar 3.8). Sementara perkembangan konsumsi beras di tingkat rumah tangga untuk 5 tahun terakhir masih mengalami penurunan sebesar 1,19% per tahun. Konsumsi beras tingkat rumah tangga per penduduk Indonesia mencapai ratarata 86,53 kilogram/kapita atau mencapai 89,48 kilogram di tahun 2011 menjadi sebesar 84,90 kilogram di tahun 2015 (Lampiran 3.5). Trend konsumsi beras antara tahun 1981 hingga 2015 di tingkat rumah tangga cenderung mengalami penurunan kecuali tahun 1987, 1990, , 2003 dan 2008, yang mengalami peningkatan cukup signifikan antara 0,31% hingga 9,41%. Penurunan konsumsi perkapita beras tingkat rumah tangga paling tinggi terjadi pada tahun 1996 yaitu sebesar 11,45% atau sebesar 111,06 kilogram per orang dari tahun sebelumnya mencapai 125,42 kilogram per kapita. Peningkatan pertumbuhan konsumsi beras tingkat rumah tangga tertinggi di tahun 1987 yaitu sebesar 9,41%, sedangkan secara absolut konsumsi beras tingkat rumah tangga tertinggi di tahun 1995 yaitu sebesar 125,42 kilogram per kapita. Secara absolut terdapat pola konsumsi beras di tingkat rumahtangga yang cenderung terus mengalami penurunan antara tahun 1981 hingga tahun 2015 maupun rata-rata kondisi 5 tahun terakhir. Adanya trend penurunan konsumsi beras secara langsung ini diduga adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kesadaran tentang kesehatan sehingga mengalihkan konsumsi karbohidrat yang berasal dari beras dengan makanan pengganti beras yang lebih sehat Hasil survei SUSENAS selain menghasilkan data konsumsi beras juga konsumsi bahan makanan setara beras lainnya, yaitu besaran konsumsi bahan makanan berbahan dasar beras atau jenis beras lainnya yang dikonsumsi dalam rumah tangga. Jenis makanan bebahan dasar beras tersebut antara lain : bihun, bubur bayi, kue basah, nasi campur/rames, nasi goreng, nasi 33

50 putih, lontong/ketupat serta jenis beras lainnya yaitu : beras ketan, tepung beras, padi-padian lainnya dan konsumsi lainnya. Konsumsi rumah tangga berbahan dasar beras antara tahun 1993 hingga tahun 2015 mencapai 7,85 kilogram/kapita/tahun atau mengalami pertumbuhan 70,68% per tahun. Tingginya peningkatan pertumbuhan konsumsi bahan makanan berbahan dasar beras tersebut dipicu peningkatan konsumsi yang sangat signifikan di tahun 2002 yaitu sebesar 7,38 kilogram/kapita/tahun, dari tahun sebelumnya hanya mencapai 0,71 kilogram/perkapita/tahun atau mengalami pertumbuhan 945,96%. Sementara itu pertumbuhan konsumsi bahan makanan setara beras pada kondisi 5 tahun terakhir cenderung melambat yaitu rata-rata sebesar 12,36 kilogram/kapita/tahun atau meningkat 6,29% per tahun. Grafik pola konsumsi bahan makanan berbahan dasar beras ini cenderung mempunyai pola terbalik dengan konsumsi beras per kapita, seperti tersaji pada Lampiran 3.5 dan Gambar 3.8. Gambar 3.8. Perkembangan Konsumsi Perkapita Beras Di Indonesia Tahun (kg/kapita/th) 34

51 Total konsumsi beras di tingkat rumah tangga di Indonesia didekati dengan cara mengalikan total konsumsi beras per kapita yaitu penjumlahan besaran konsumsi beras per kapita per tahun dan besaran konsumsi makanan berbahan dasar beras per kapita dengan jumlah penduduk. Dalam perhitungan ini angka konsumsi beras per kapita menggunakan angka konsumsi per kapita beras hasil Survei SUSENAS. Sementara konsumsi konsumsi beras di luar rumah tangga atau konsumsi tidak langsung didekati dengan menggunakan selisih antara total penggunaan beras menggunakan angka prognosa Kementerian Pertanian dan BPS dengan konsumsi beras di tingkat rumahtangga hasil survei SUSENAS. Penggunaan beras atau setara beras domestik adalah penggunaan untuk : 1) benih/bibit, 2) pakan (gabah maupun beras), dan 3) hilang karena tercecer (gabah maupun beras), dan 4) Penggunaan untuk Industri non pangan dalam bentuk beras. Berdasarkan pendekatan perhitungan tersebut didapat besaran penggunaan konsumsi beras langsung atau konsumsi beras di tingkat rumah tangga antara tahun 1981 hingga 2015, penggunaan beras di Indonesia terutama untuk konsumsi langsung atau konsumsi rumah tangga (food intake) dengan total penggunaan rata-rata 22,75 juta ton, mengalami peningkatan sebesar 1,47% per tahun (Gambar 3.8). Sementara itu angka prediksi hingga tahun 2016, diperkirakan total konsumsi beras di tingkat rumah mengalami perlambatan pertumbuhan rata-rata sebesar 0,93% per tahun yaitu rata-rata mencapai 24,59 juta ton konsumsi beras (Lampiran 3.6). Penggunaan beras di luar rumah tangga didekati dengan selisih antara total kebutuhan beras dengan konsumsi beras langsung atau konsumsi beras di tingkat rumah tangga. Total kebutuhan beras dihitung berdasarkan perkalian antara besaran kebutuhan beras per kapita per tahun hasil Road Map Ditjen Tanaman Pangan tahun 2012 yaitu sebesar 132,98 kilogram/kapita/tahun dengan jumlah penduduk. Sementara untuk tahun-tahun sebelumnya angka kebutuhan beras perkapita menggunakan pendekatan hasil prognosa konsumsi beras sebesar 139,15 kilogram/kapita/tahun. Sedangkan konsumsi beras mulai tahun 2015 berdasarkan hasil prognosa konsumsi beras tahun 2015 sebesar 124,89 kilogram/kapita/tahun. 35

52 Keragaan perkembangan konsumsi beras di luar rumah tangga antara tahun tersaji pada Lampiran 3.6. Secara umum perkembangan konsumsi beras di luar rumah tangga berfluktuasi dengan kecenderungan mengalami peningkatan rata-rata 3,82% per tahun hingga tahun 2015 atau mencapai penggunaan rata-rata 6,20 juta ton beras. Prediksi penggunaan beras di luar rumah tangga diperkirakan akan mengalami penurunan rata-rata 5,81% hingga tahun 2016, atau mencapai penggunaan beras rata-rata sebesar 7,18 juta ton (Lampiran 3.6, Gambar 3.9). Gambar 3.9. Perbandingan Konsumsi Beras Di Tingkat Rumah Tangga dan Luar Rumah Tangga, Tahun Secara lebih detail pola perkembangan konsumsi beras rumah tangga dengan di luar rumah tangga atau kebutuhan beras yang digunakan di hotel, rumah makan, restoran, rumah sakit, asrama dan lainnya tersaji pada Grafik 3.9. Secara umum meskipun berfluktuasi cukup tajam di beberapa titik, pola konsumsi pada dua tingkat konsumsi beras tersebut cenderung mempunyai 36

53 pola yang berlawanan yaitu total konsumsi beras di tingkat rumah tangga cenderung berpola kuadratik yaitu mengalami peningkatan yang cukup signifikan di tahun 1987 sebagai akibat peningkatan konsumsi per kapita hasil survei SUSENAS cukup signifikan di tahun tersebut yaitu sebesar 9,41% untuk selanjutnya peningkatan cenderung melambat. Total konsumsi beras di tingkat rumah tangga meningkat kembali di tahun 2008 sebesar 6,18% atau mencapai total konsumsi beras 23,89 juta ton sebagai akibat peningkatan konsumsi perkapita beras sebesar 4,84%, disamping peningkatan jumlah penduduk sebesar 1,28%. Tahun-tahun berikutnya total konsumsi beras di tingkat rumah tangga cenderung stagnan (Gambar 3.9, Lampiran 3.6). Keragaan konsumsi beras untuk non rumah tangga mengalami peningkatan cukup signifikan tahun 1984 yaitu sebesar 55,41%, sebagai akibat adanya penurunan konsumsi beras per kapita sebesar 8,74% meskipun pertumbuhan penduduk meningkat 6,78%. Konsumsi beras di luar rumah tangga meningkat kembali tahun 1993, 1995, dan , masing-masing sebesar 12,15%, 41,89%, 12,79%, 11,65%, 21,32% dan 21,95%. Peningkatan tersebut sebagai akibat penurunan konsumsi rumah tangga sebesar 1,13% tahun 1993 dan adanya trend penurunan konsumsi beras per kapita setelah tahun Sementara peningkatan jumlah penduduk antara tahun rata-rata sebesar 1,48% per tahun. Prediksi penggunaan beras untuk kebutuhan non rumah tangga periode lima tahun terakhir diperkirakan akan mengalami penurunan 5,81% atau mencapai rata-rata penggunaan hingga 7,18 juta ton hingga tahun Hasil secara lebih rinci tersaji pada Lampiran 3.6a PERKEMBANGAN HARGA Keragaan data harga padi dan harga beras tersaji pada Gambar 3.10, Lampiran 3.7. Perkembangan harga beras dan harga padi di Indonesia antara tahun 1983 hingga tahun 2015 secara umum terus mengalami peningkatan. Perkembangan harga beras cenderung lebih tinggi dari pada harga gabah dalam bentuk gabah kering giling (GKG). Hingga tahun 1997 pola grafik harga 37

54 produsen padi dengan harga konsumen beras tidak terlihat margin yang terlalu lebar dengan pola garis yang cenderung berhimpitan. Margin harga antara dua komoditas tersebut berkisar antara yang terendah pada tahun 1985 sebesar Rp. 128,- hingga yang tertinggi pada tahun 1996 sebesar Rp. 386,-. Peningkatan harga setelah tahun 1997 cukup signifikan baik harga gabah maupun harga beras, namun peningkatan harga gabah dalam bentuk gabah kering giling (GKG) tidak setinggi peningkatan harga beras yang meningkat hingga 97,31% pada tahun Sementara harga gabah hanya meningkat sebesar 32,27%, sehingga memperlebar margin harga mencapai Rp. 865,-. Gambar Perkembangan Harga Produsen Padi dan Konsumen Beras Tahun, Peningkatan harga tahun tersebut diduga sebagai efek krisis ekonomi yang melanda wilayah Asia yang melanda Indonesia pada tahun Krisis yang terjadi mengakibatkan meningkatnya harga berbagai barang termasuk komoditas bahan pangan pokok seperti padi maupun beras. 38

55 Perbedaan tingkat kenaikan harga kedua produk tersebut juga dapat dilihat dari rata-rata margin yang semakin besar, sebelum masa krisis ( ) margin harga Rp. 234,- namun kondisi setelah masa krisis ( ) margin harga kedua jenis komoditi tersebut mencapai Rp ,-, seperti tersaji pada Lampiran 3.7. Rata-rata perkembangan harga padi dan beras pada kurun waktu mencapai 9,27% atau harga gabah di tingkat petani tahun 1983 sebesar Rp. 168,- menjadi Rp. 498 pada tahun 1996, sedangkan harga beras mengalami pertumbuhan sebesar 8,85% per tahun yaitu harga beras sebesar Rp. 300,- tahun 1983 menjadi Rp. 885,- tahun Perkembangan harga padi setelah krisis ekonomi sebesar 14,65% atau sebesar Rp ,- di tahun 1998 menjadi Rp ,- pada tahun 2015, sementara perkembangan harga padi sebesar 14,74% atau sebesar Rp ,- di tahun 1998 menjadi Rp ,- di tahun Perkembangan harga dua jenis komoditas pada kondisi lima tahun terakhir atau antara tahun cenderung meningkat dengan laju peningkatan harga padi sebesar 7,83% per tahun atau harga ratarata mencapai Rp ,-, sementara pertumbuhan harga beras pada kurun waktu tersebut relatif sama yaitu mencapai 7,82% atau harga rata-rata beras sebesar Rp ,-. Pada kurun waktu tersebut harga dua jenis komoditas cenderung terus meningkat kecuali tahun 2012 terjadi penurunan harga beras sebesar 2,45% atau sebesar Rp ,- dari sebelumnya sebesar Rp ,- atau mengalami penurunan harga Rp. 181,- per kilogram PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR Perkembangan volume dan nilai ekspor impor beras di Indonesia disajikan pada Gambar 3.11 dan Gambar Selama kurun waktu pola perkembangan ekspor impor beras di Indonesia berfluktuasi cukup tajam dengan volume impor cenderung lebih tinggi daripada volume ekspornya. Hal ini dapat dilihat dari neraca perdagangan beras di Indonesia yang cenderung negatif. Pada kurun waktu antara , volume impor beras meningkat 39

56 cukup tajam dengan rata-rata volume impor mencapai 912,81 ribu ton atau meningkat rata-rata 492,31% per tahun. Tingginya pertumbuhan impor beras pada periode tersebut sebagai akibat peningkatan yang cukup tinggi di tahun , , 2002, 2007, 2011 dan 2016 dengan kisaran laju peningkatan antara 24,62% (2016) hingga 738,81% (1998), kecuali tahun 1997, , , dan yang mengalami penurunan volume impor dengan kisaran 13,48% (2009) hingga 83,95% (1997). Secara absolut peningkatan volume impor beras Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 1999 yaitu sebesar 4,74 juta ton, sementara impor beras terendah pada tahun 1986 sebesar 2,16 ribu ton. Secara terinci pada Lampiran 3.8. Pada tahun 2015, volume impor beras Indonesia mencapai 861,63 ribu ton, terbesar berasal dari Vietnam yang secara absolut lebih rendah dari tahun 2012 yaitu sebesar 509,37 ribu ton atau mencapai share 59,12% dengan nilai perdagangan mencapai 202,56 juta US$. Impor beras Indonesia terbesar kedua berasal dari Pakistan, yaitu mencapai 180,10 ribu ton atau mencapai share 20,90% dengan nilai perdagangan 62,95 juta US$, lebih tinggi dari tahun 2012 sebesar 138,70 juta ton dengan nilai sebesar 54,70 juta US$. Selain dua negara ASEAN tersebut, impor beras Indonesia juga berasal Thailand dengan volume sebesar 126,75 ribu ton atau share 14,71% atau tinggi dari tahun 2012 yaitu sebesar 376,20 ribu ton atau mencapai nilai perdagangan 66,77 juta US$. Selain itu volume impor beras Indonesia juga berasal dari India dan Myanmar masing-masing sebesar 34,16 ribu ton dan 8,78 ribu ton dengan nilai perdagangan mencapai 13,67 juta US$ dan 2,73 juta US$. Pada tahun 2016 volume impor beras Indonesia mencapai 1,07 juta ton atau meningkat 24,62% dari tahun (Lampiran 3.10a & Lampiran 3.10b) Keragaan volume ekspor beras Indonesia baru mulai terjadi tahun 1989 dengan rata-rata volume ekspor mencapai 27,300 ribu ton atau tumbuh sebesar 1.331,76% per tahun. Besarnya volume ekspor tersebut dikarenakan tingginya pertumbuhan ekspor beras Indonesia tahun 1993, 2000 dan 2005 yaitu masing-masing sebesar 708,19%, ,35% dan 899,75%. Sementara itu peningkatan ekspor beras Indonesia mencapai puncaknya tahun 1993 yaitu sebesar 342,60 ribu ton atau meningkat 708,19% dari tahun sebelumnya. 40

57 Ekspor beras Indonesia tahun 2015 terutama ke beberapa negara di wilayah ASIA yaitu tertinggi ke India sebesar 1,32 ribu ton atau share 67,31% dengan nilai perdagangan 455,40 ribu US$, kedua ke Singapura dengan volume sebesar 307 ton atau share 15,64% dengan nilai 351,21 ribu US$. Beras Indonesia juga di ekspor ke Timor Leste, Amerika Serikat, Malaysia, Italia dan Papua New Gini. Ekspor beras Indonesia tahun 2016 terutama ke 16 negara di Asia Tenggara, Asia, Australia, Amerika Serikat dan Eropa antara lain yang terbesar adalah ke India, Thailand, Timor Timur, Philipina, Singapura dan lain-lain. Data secara terinci tersaji pada Lampiran 3.11a dan Lampiran 3.11b. Nilai perdagangan beras di Indonesia antara tahun 1983 hingga 2016 secara umum menunjukkan neraca defisit atau nilai impor beras cenderung lebih tinggi dari pada nilai ekspornya kecuali tahun 1993 Indonesia mengalami surplus sebesar US$ 55 juta. Defisit neraca perdagangan beras tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar US$ 1,51 milyar. Secara terinci tersaji pada Lampiran 3.9. Gambar Perkembangan Volume Ekspor Impor Beras Di Indonesia, Tahun (Ton) 41

58 Gambar Perkembangan Nilai Ekspor Impor Beras Di Indonesia, Tahun (000 US$) 42

59 IV. KERAGAAN PADI/BERAS DUNIA 4.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI PADI Perkembangan data produksi padi dunia berdasarkan data FAO dapat dilihat dari dua variabel pendukungnya yaitu luas panen dan produktivitas dengan series data antara tahun 1980 hingga Secara umum perkembangan luas panen padi dunia berfluktuasi dengan kecenderungan terus meningkat seperti tersaji pada Gambar 4.1. Laju peningkatan luas panen padi pada periode tersebut masih positif yaitu sebesar 0,37% per tahun atau sebesar 151,12 juta hektar per tahun. Perkembangan luas panen padi pada kurun yang lebih pendek yaitu pada kondisi lima tahun terakhir antara tahun 2010 hingga 2014 meningkat dengan laju pertumbuhan peningkatan lebih besar yaitu 0,65% per tahun. Peningkatan luas panen padi dunia pada periode lima tahun terakhir dipicu oleh peningkatan cukup signifikan pada tahun 2010 dan 2013 yaitu sebesar 1,91% dan 1,37% atau luas panen padi mencapai 161,20 juta hektar dan 165,16 juta hektar, sedangkan tahun 2014 luas panen padi dunia mengalami penurunan 1,16%. Secara lebih rinci tersaji pada Gambar 4.1, Lampiran 4.1. Gambar 4.1. Perkembangan Luas Panen Padi Dunia, Tahun (ribu hektar) 43

60 Serupa dengan trend luas panen, perkembangan produktivitas padi dunia pada kurun waktu 1980 hingga 2013, menunjukkan trend meningkat walaupun tidak berfluktuasi dengan tajam. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pertumbuhan yang cukup signifikan, sebesar 1,50% atau produktivitas padi mencapai 2,75 ton per hektar tahun 1981 menjadi 4,54 ton per hektar tahun Pada periode yang lebih pendek, atau kondisi lima tahun terakhir antara tahun 2010 hingga 2014, produlktivitas padi mengalami perlambatan peningkatan rata-rata 0,88% per tahun, atau produktivitas padi tahun 2010 mencapai 4,35 ton per hektar dan tahun 2013 hanya mencapai 4,54 ton per hektar. Pada lima tahun terakhir penurunan produktivitas padi dunia hanya terjadi pada tahun 2013 sebesar 0,54%. Sementara itu peningkatan produktivitas periode 5 tahun terakhir tidak terlalu signifikan, dengan kisaran peningkatan terendah tahun 2010 sebesar 0,23% hingga tertinggi di tahun 2011 sebesar 2,14%. Data selengkapnya tersaji pada Gambar 4.2, dan Lampiran 4.1. Gambar 4.2. Perkembangan Produktivitas Padi Dunia, Tahun (Ton/Ha) Perkembangan produksi padi dunia pada rentang waktu 1980 hingga 2014 tersaji pada Gambar 18. Perkembangan produksi beras dunia 44

61 berfluktuasi cukup tajam di beberapa titik dengan kecenderungan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 1,88% per tahun. Keragaan produksi pada rentang waktu yang lebih pendek yaitu pada lima tahun terakhir ( ), mengalami perlambatan pertumbuhan rata-rata 1,53% per tahun atau produksi padi tahun 2010 sebesar 701,96 juta ton menjadi sebesar 740,96 juta ton tahun Pada kurun waktu tersebut peningkatan produksi padi cukup signifikan pada tahun 2011 yaitu sebesar 2,96%. Produksi padi dunia tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar 740,96 juta ton. Peningkatan produksi tersebut sebagai akibat peningkatan produktivitas padi sebesar 1,18% atau mencapai 4,54 ton per hektar, meskipun luas panen mengalami penurunan 1,16% atau mencapai luas 163,25 juta hektar. Seperti tersaji secara rinci pada Gambar 4.3, dan Lampiran 4.1. Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Padi Dunia, Tahun (ribu Ton) 45

62 4.2. NEGARA SENTRA LUAS PANEN, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI PADI DUNIA Negara penghasil padi tertinggi di dunia lihat dari luas panen menyebabkan ada sepuluh negara dengan kontribusi sebesar 83,47% atau ratarata total luas panen padi mencapai 136,06 juta hektar. Komposisi kesepuluh negara dengan luas panen padi terbesar di dunia sembilan berada di Benua Asia dan satu negara di Amerika Latin yaitu Brazil. Luas panen padi terbesar adalah di India dengan rata-rata luas mencapai 43,32 juta hektar atau menyumbang rata-rata 26,57% luas panen padi dunia. Posisi berikutnya adalah China dengan rata-rata luas mencapai 30,23 juta hektar atau share rata-rata 18,54%. Sementara itu Indonesia berada diurutan ketiga dengan rata-rata luas panen padi mencapai 13,51 juta hektar atau penguasaan pangsa sebesar 8,27%. Sementara itu Nigeria dengan rata-rata luas panen padi 2,65 juta hektar atau mencapai share 1,63% menempati urutan ke sepuluh menggeser posisi Brazil yang berada di urutan ke 12 terbesar negara produsen padi terbesar di dunia dilihat dari sisi luas panen dibawah Pakistan. Data terinci tersaji pada Gambar 4.4., dan Lampiran 4.2. Gambar 4.4. Perkembangan Rata-rata Luas Panen 10 Negara Sentra Padi Dunia, Tahun (%) 46

63 Rata-rata pertumbuhan luas panen padi di sepuluh negara terbesar dunia pada kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) mengalami peningkatan dengan kisaran 0,35% hingga 7,33% per tahun, kecuali Thailand dan Myanmar yang mengalami penurunan luas panen rata-rata sebesar 2,16% dan 3,82% per tahun. Penurunan luas panen tersebut dikarenakan turunnya luas panen tahun 2014 yaitu sebesar 12,44% atau mencapai luas 10,83 juta hektar. Penurunan luas panen padi di Myanmar diakibatkan turunnya luas panen cukup signifikan pada 2 tahun terakhir, yaitu sebesar 7,98% di tahun 2013 dan sebesar 9,47% pada tahun Sementara itu perlambatan peningkatan luas panen padi di India dipicu oleh penurunan luas panen pada tahun 2012 dan 2014 sebesar 3,55% dan 1,23%, meskipun tahun 2013 meningkat cukup signifikan yaitu sebesar 3,61%. Sebaliknya, pertumbuhan luas panen paling tinggi terjadi di Nigeria yaitu sebesar 7,33% per tahun sebagai akibat peningkatan luas panen cukup signifikan di tahun 2012 dan 2014 masing-masing sebesar 26,19% dan 19,07%, meskipun pada tahun 2011 dan 2013 mengalami penurunan luas sebesar 6,71% dan 9,21%. Data secara terinci tersaji pada Lampiran 4.2. Gambar 4.5a. Perkembangan Rata-rata Produktivitas 10 Negara Dunia, Tahun (ton/ha) 47

64 Rata-rata produktivitas tertinggi di dunia terdapat di beberapa negara yang bukan penyumbang produksi beras terbesar di dunia, seperti tersaji pada Gambar 4.5a dan Lampiran 4.3a. Pada periode tahun 2010 hingga 2014, Australia menjadi negara dengan produktivitas padi paling tinggi yaitu mencapai rata-rata 10 ton per hektar, diikuti Mesir dengan rata-rata hasil mencapai 9,52 ton per hektar selanjutnya Amerika Serikat dan Turki dengan rata-rata produktivitas padi mencapai 8,18 dan 8,14 ton per hektar. Sementara itu dari beberapa negara di kawasan Asia, hanya Korea Selatan dengan rata-rata produktivitas 6,92% dan berada diurutan ke-10 terbesar dunia. Gambar 4.5b. Perkembangan Rata-rata Produktivitas Negara Produsen Padi Dunia, Tahun (ton/ha) Produktivitas padi dikelompokkan berdasarkan negara produsen padi terbesar dunia paling tinggi di China dengan rata-rata produktivitas 6,69 ton per hektar berada di posisi 11 di dunia(gambar 4.5b), berikutnya Jepang 48

65 berada di posisi 12 dengan produktivitas rata-rata 6,67 ton per hektar. Sementara itu Vietnam yang secara luasan berada di bawah Indonesia namun produktivitas padi berada di posisi 24 dengan rata-rata hasil padi per hektar 5,57%. Sedangkan Indonesia berada di posisi ketiga dunia, dimana hasil per hektar berada di posisi ke-32, di bawah Vietnam, namun jauh lebih tinggi dibandingkan beberapa negara produsen padi dunia maupun di wilayah ASEAN. Produktivitas padi di Indonesia relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan produktivitas padi di India, yaitu mencapai 5,08 ton per hektar, sementara India sebagai produsen padi terbesar dunia hanya berada di urutan ke-59 dengan rata-rata produktivitas sebesar 3,58 ton per hektar. Rata-rata produktivitas padi di Indonesia masih jauh lebih tinggi dibandingkan beberapa negara produsen padi dunia lainnya seperti Brazil, Bangladesh, Myanmar, Philipina, India, dan Thailand yang masing-masing berada di urutan 36, 42, 55, 56, 59, dan 72 dengan kisaran produktivitas rata-rata 2,99 ton per hektar hingga 4,80 ton per hektar. Hasil secara rinci tersaji pada Gambar 4.5b. dan Lampiran 4.3b. Gambar 4.6. Perkembangan Rata-rata Produksi 10 Negara Sentra Padi Dunia, Tahun (%) 49

66 Komposisi negara produsen padi di dunia juga merupakan negara dengan kontribusi luas panen padi tertinggi di dunia, kecuali Brazil dan Jepang yang luas panen di bawah Kamboja dan Nigeria. Negara penghasil padi terbesar dunia tersebar di 10 negara dengan total share sebesar 85,78% atau menyumbang pangsa produksi beras dunia rata-rata 625,02 juta ton beras giling (Gambar 4.6 dan Lampiran 4.4.). Komposisi negara produsen padi dunia sembilan diantaranya terletak di kawasan Asia dan satu negara berada di Benua Amerika Selatan. Jepang menjadi negara produsen padi ke sepuluh terbesar di dunia menggantikan posisi Nigeria dengan share produksi sebesar 1,46% atau produksi padi rata-rata 10,61 juta ton pada periode 2010 hingga Satu-satunya negara di luar Asia yaitu Brazil menyumbang 1,65% produksi beras dunia atau produksi rata-rata 12,04 juta ton berada di urutan ke-sembilan. Produksi beras dunia pada kurun waktu lima tahun terakhir ( ) didominasi oleh dua negara di Asia yaitu China dan India. Rata-rata produksi padi di China mencapai 202,58 juta ton dan India sebesar 155,21 juta ton, mampu menguasai 49,10% pangsa produksi beras dunia yaitu dengan share masing-masing sebesar 27,80% dan 21,30%. China berada di posisi pertama sebagai negara produsen beras dunia, namun dari sisi luas panen padi rata-rata di China lebih rendah dibandingkan rata-rata luas panen padi di India dan berada di posisi kedua. Sementara itu Indonesia dengan rata-rata produksi padi mencapai 68,68 juta ton menjadi negara penghasil padi terbesar ketiga atau berkontribusi sebesar 9,43% terhadap produksi padi dunia. Lima negara produsen padi di kawasan Asia lainnya adalah Bangladesh, Vietnam, Thailand, Myanmar/Burma, dan Philipina, masing-masing secara berurutan di posisi ke empat hingga ke delapan dengan rata-rata share antara 2,41% hingga 7,00%. Negara produsen padi tersebut juga merupakan negara dengan luas panen padi terbesar dunia, meskipun dari sisi produktivitas tidak masuk dalam sepuluh terbesar dunia. Jepang adalah satu-satunya negara penghasil beras dunia dimana produksi beras di negara tersebut didukung oleh produktivitas 50

67 yang cukup tinggi yaitu di posisi ke-12, di bawah China dengan rata-rata hasil per hektar mencapai 6,67 ton per hektar, sedangkan produktivitas China sebesar 6,69 ton per hektar. Dari sisi luasan, Jepang berada di posisi ke-13 dengan rata-rata luas panen padi hanya sebesar 1,59 juta hektar atau berkontribusi hanya sebesar 0,98% terhadap total luas panen padi dunia, sedangkan dari sisi produksi, mampu berkontribusi rata-rata 10,61 juta ton atau berkontribusi sebesar 1,65% dari total produksi padi dunia. Pertumbuhan produksi padi pada periode lima tahun terakhir menunjukkan bahwa sebagian besar negara produsen beras mengalami peningkatan produksi, kecuali Thailand, Myanmar dan Jepang dengan ratarata peningkatan produksi antara 1,07% hingga 4,75%. Produksi beras di Thailand mengalami penurunan 1,15% per tahun sebagai akibat penurunan luas sebesar 2,16% per tahun sementara produktivitas padi hanya meningkat 1,19% per tahun. Myanmar mengalami penurunan rata-rata 4,97% per tahun yaitu sebesar 32,58 juta ton di tahun 2010 dan hanya sebesar 26,42 juta ton di tahun Penurunan tersebut sebagai akibat penurunan baik luas panen yaitu rata-rata 2,16% per tahun dan penurunan produktivitas rata-rata 0,77% per tahun. Penurunan produksi padi di Jepang rata-rata sebesar 0,12% yaitu sebesar 10,60 juta ton tahun 2010 menjadi 10,55 juta ton tahun Penurunan tersebut sebagai akibat penurunan luas panen cukup signifikan di tahun 2010 dan 2014 yaitu sebesar 3,19% dan 1,50% sedangkan laju pertumbuhan produktivitas padi di Jepang cenderung melambat sebagai yaitu sebesar 0,71% sebagai akibat penurunan produktivitas pada 2 tahun terakhir sebesar 0,16% dan 0,45%. Peningkatan produksi padi paling tinggi terjadi di Philipina dengan peningkatan produksi rata-rata sebesar 4,75% per tahun atau mencapai 15,77 juta ton tahun 2010 dan menjadi 18,97 juta ton tahun 2014 dipicu oleh peningkatan baik luas panen maupun produktivias yaitu sebesar 2,16% dan 2,53% per tahun. Pertumbuhan produksi padi di Indonesia cukup signifikan dengan peningkatan produksi rata-rata 1,64% pertahun, sebagai akibat adanya peningkatan produksi cukup signifikan di tahun masing-masing sebesar 5,02% dan 3,22%. Peningkatan produksi tersebut dipicu baik oleh 51

68 peningkatan luas panen pada tahun yaitu sebesar 1,83% dan 2,90% maupun peningkatan produktivitas pada tahun yang sama yaitu sebesar 3,13% dan 0,31%. Secara rinci tersaji pada Lampiran PERKEMBANGAN KONSUMSI BERAS DUNIA Berdasarkan data USDA, besaran rata-rata total konsumsi beras tertinggi di dunia pada kurun waktu lima tahun terakhir terdistribusi pada negara-negara produsen padi terbesar dunia, seperti tersaji pada Gambar 4.7. Secara umum rata-rata konsumsi beras dunia tertinggi di China dengan total konsumsi rata-rata mencapai 142,52 juta ton per tahun, di posisi kedua adalah India dengan rata-rata konsumsi mencapai 95,72 juta ton. Sementara Indonesia berada di posisi ketiga dengan total konsumsi beras per tahun mencapai 38,24 juta ton. Total konsumsi beras terbesar selanjutnya adalah Bangladesh, Vietnam, Philipina, Thailand, Myanmar, Jepang dan Brasil dengan kisaran konsumsi beras rata-rata antara 7,88 juta ton hingga 34,80 juta ton setara beras giling. Data secara lebih rinci tersaji pada Lampiran 4.5. Gambar 4.7. Rata-rata Konsumsi Beras Sepuluh Negara Terbesar Tahun (000 Ton) Di Dunia, 52

69 Jika dikaitkan dengan produksi beras, beberapa negara produsen cenderung mengalami kekurangan pasokan untuk konsumsi antara lain Indonesia, Bangladesh, Philipina dan Jepang, sebagai akibat besarnya total konsumsi beras dibandingkan pasokan beras yang berasal dari produksi. Kekurangan pasokan beras tertinggi antara tahun 2012 hingga 2016 terjadi di Indonesia yaitu rata-rata sebesar 2,02 juta ton, selanjutnya adalah Philipina sebesar 1,54 juta ton, Jepang dan Bangladesh masing-masing sebesar 635 ribu ton dan 618 ribu ton. Rasio swasembada beras dapat dilihat dari pasokan beras berasal dari produksi terhadap penggunaan domestik atau biasa digunakan angka Self Sufficiency Ratio (SSR). Berdasarkan rasio SSR di sepuluh negara ASEAN bersumber dari data AFSIS pada kurun waktu 4 tahun terakhir, menunjukkan bahwa beberapa negara telah mengalami swasembada beras dengan kisaran rasio SSR antara 102,76% hingga 230,97% yaitu Kamboja, Lao PDR, Myanmar, Thailand dan Vietnam. Sementara 5 negara ASEAN lainnya dengan kisaran SSR kurang dari 100% yaitu yang terendah di Brunei Darusssalam sebesar 4,38% hingga 98,11% yaitu di Indonesia. Berdasarkan rasio swasembada beras tersebut diketahui bahwa produksi padi Indonesia sudah mampu mensuplay kebutuhan beras dalam negeri dengan rasio kecukupan (SSR) rata-rata 98,11%, atau dengan kata lain produksi padi di Indonesia sudah mensuport 98,11% konsumsi beras domestik, sementara sisanya sebesar 1,89% dipenuhi dari impor. SSR Indonesia tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 3,26% terhadap tahun 2014 yaitu sebesar 99,40% sementara tahun 2014 sebesar 96,14%. Secara lebih detail tersaji pada Gambar 4.8a dan Lampiran 4.6a. Penyediaan beras per kapita per tahun diantara 10 negara terbesar di dunia berdasarkan data FAO antara tahun 2009 hingga 2013 menunjukkan bahwa, rata-rata penyediaan beras per kapita di Indonesia berada di urutan ke lima yaitu 132,75 kg/kapita/tahun. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan beberapa negara produsen beras dunia seperti Bangladesh, Laos PDR, Kamboja, dan Vietnam. Bangladesh dengan rata-rata penyediaan beras per kapita mencapai 161,45 kg/kapita/tahun berada diposisi pertama berikutnya Laos PDR, Kamboja, dan Vietnam masing-masing dengan 53

70 penyediaan beras perkapita rata-rata 161,45 kg/kap/th, 159,17 kg/kap/th, dan 144,34 kg/kap/th. Sementara penyediaan beras perkapita beberapa negara produsen beras dunia seperti India, Jepang, Brazil dan Pakistan berada di posisi 23, 50, 61 dan 92 dengan rata-rata penyediaan beras per penduduk sebesar 78,88 kg/tahun, 43,90 kg/tahun, 33,23 kg/tahun dan 13,30 kg/tahun. Data terinci tersaji pada Lampiran 4.6b. Gambar 4.8a. Self Suficiency Ratio (SSR) atau Rasio Swasembada Beras Sepuluh Negara ASEAN (%) 4.4. PERKEMBANGAN HARGA BERAS DUNIA Perbandingan harga produsen beras di dunia tersaji dalam Lampiran 4.7. Keragaan data harga rata-rata beras di tingkat produsen antara tahun berdasarkan data FAO, tertinggi di Jepang yaitu rata-rata sebesar US$ 2.403, terbesar kedua di Republik Korea sebesar US$ 1,634. Dibandingkan dengan beberapa negara produsen beras dunia, harga produsen beras di Indonesia relatif lebih tinggi yaitu rata-rata US$ 684 per ton atau di urutan ke 14, sementara harga beras di beberapa negara produsen beras seperti China, 54

71 Philipina, Brazil, Vietnam, dan Thailand yaitu masing-masing secara berurutan sebesar US$ 421, US$ 383, US$ 343, US$ 301, dan US$ 284 per ton. Sementara harga beras di Kamboja dan Banglades mencapai US$ 260 dan US$ 217 per ton dan termasuk harga beras paling rendah diantara harga beras di berbagai negara produsen lainnya (Gambar 4.8b. Lampiran 4.7.). Gambar 4.8b. Harga Produsen Beras Rata-rata di Beberapa Negara Di Dunia (US $/Ton) 4.5. PERDAGANGAN BERAS DUNIA Perdagangan beras di pasar dunia berdasarkan data USDA adalah dalam bentuk setara beras giling (milled rice equivalent). Volume ekspor maupun impor beras dunia berfluktuasi dengan peningkatan yang relatif lambat dan cenderung stagnan hingga awal tahun 90-an dan meningkat cukup drastis setelah tahun-tahun tersebut hingga kondisi tahun-tahun terakhir. Pertumbuhan rata-rata volume ekspor impor beras dunia tiga dekade terakhir cenderung meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar 4,22% dan 4,14% per 55

72 tahun. Pertumbuhan rata-rata volume ekspor impor beras dunia meningkat cukup signifikan pada periode 1992 hingga 1998 dengan kisaran peningkatan yang terendah 6,46% di tahun 1993/1994 hingga yang tertinggi di tahun 1997/1998 sebesar 45,40%. Kecuali pada tahun 1989/1990, 1995/ /1997 dan 1999/2000, 2003/2004, 2008/2009, dan 2015/2016, dimana ekspor impor beras mengalami penurunan antara 3,58% hingga 19,65%. Volume ekspor impor beras kondisi 5 tahun terakhir meningkat dengan laju pertumbuhan melambat yaitu sebesar 3,44% hingga 3,46% per tahun, sementara tahun 2015/2016 volume ekspor impor beras dunia mengalami penurunan 5,49% dan 5,72%. Data terinci tersaji pada Gambar 4.9. dan Lampiran 4.8. Gambar 4.9. Perkembangan Volume Ekspor Impor Beras giling Dunia, Tahun 1960/ /2016 (000 Ton) Komposisi negara pengekspor beras terbesar di dunia tersaji pada Lampiran 4.9. Di antara sepuluh negara pengekspor beras, dominasi 4 negara terbesar terletak di wilayah Asia dengan total share sebesar 62,96% pada 56

73 periode 2011/ /2016. Posisi pertama diduduki India dengan produksi rata-rata hanya sebesar 155,21 juta ton dan menjadi produsen padi ke-2 dunia atau berkontribusi sebesar 21,30% produksi padi dunia, mampu mengekspor rata-rata 10,67 juta ton setara beras giling dan menjadi negara pengekspor beras terbesar di dunia dengan penguasaan pangsa 25,68% pada perdagangan beras dunia. Berikutnya adalah Thailand, dengan rata-rata volume ekspor 8,83 juta ton menjadi negara pengekspor beras terbesar kedua dengan share sebesar 21,23%. Dua negara produsen padi lainnya adalah Vietnam dan Pakistan, masing-masing menempati urutan ke 3 dan ke 4, dengan pangsa ekspor sebesar 16,05% dan 9,49% perdagangan beras dunia. Indonesia yang merupakan negara produsen padi terbesar ke 3 dunia dengan produksi rata-rata 68,68 juta ton atau berkontribusi sebesar 9,43% produksi padi dunia belum mampu berkontribusi dalam perdagangan beras dunia, hal ini dapat dilihat share ekspor yang realatif kecil dan tidak termasuk negara yang berkontribusi dalam ekspor beras di dunia (Gambar 4.10., Lampiran 4.9.). Gambar Rata-rata Share Ekspor 10 Negara Eksportir Beras Dunia, Tahun (%) 57

74 Volume ekspor beras yang diperdagangkan di dunia cenderung melambat pada kurun waktu lima tahun terakhir dipicu adanya penurunan selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2013, 2015 dan 2016 dengan kisaran penurunan 1,19% hingga 3,33%. Pertumbuhan volume ekspor negara eksportir beras dunia secara umum mengalami peningkatan kecuali India, Vietnam, Uruguay dan Brazil, dengan kisaran 0,33% hingga 9,74% per tahun. Guyana mengalami peningkatan rata-rata sebesar 19,89% per tahun sebagai akibat peningkatan ekspor yang cukup signifikan lima tahun terakhir dengan kisaran 8,00% hingga 30,57%. Pertumbuhan volume ekspor beras terbesar ke dua di antara 5 negara eksportir beras terbesar dunia adalah Thailand dengan pertumbuhan rata-rata 12,08% per tahun, selanjutnya Pakistan dan terendah Kamboja dengan volume ekspor rata-rata 900 ribu ton dan pertumbuhan sebesar 1,43% per tahun. Penurunan volume ekspor beras Vietnam terjadi pada 3 tahun terakhir yaitu tahun 2012/2013, 2013/2014 dan 2015/2016 yaitu sebesar 13,18%, 5,60% dan 9,17%. Sedangkan volume ekspor beras di Thailand meskipun mengalami penurunan pertumbuhan pada 3 tahun terakhir yaitu 2012/2013, 2014/2015 dan 2015/2016 dengan kisaran 0,18% hingga 13,18%, namun peningkatan ekpor beras Thailand tahun 2013/2014 sangat signifikan yaitu sebesar 63,18%. Hasil secara lebih rinci tersaji pada Lampiran 4.9. Dari sisi impor, komposisi negara pengimpor beras dunia terdistribusi cukup merata dengan kontribusi tidak terlalu dominan di satu negara. Negara dengan volume impor rata-rata 4,20 juta ton atau menguasai pangsa impor beras sebesar 10,87% dan menjadi negara pengimpor beras terbesar di dunia adalah China, selanjutnya Nigeria dengan rata-rata impor beras mencapai 2,66 juta ton atau menguasai pangsa impor beras sebesar 6,89%. Indonesia menjadi negara pengimpor beras terbesar ketujuh dengan penguasaan pangsa sebesar 3,46% atau rata-rata impor 1,34 juta ton sebagai akibat peningkatan volume impor beras cukup signifikan di tahun 2011/2012 dan 2013/ /2016 yaitu rata-rata sebesar 1,51 juta ton. Data terinci tersaji pada Gambar dan Lampiran

75 Gambar Rata-rata Share Impor 10 Negara Importir Beras Dunia, Tahun (%) Beberapa negara pengimpor beras lainnya antara lain Philipina dengan pangsa impor rata-rata 1,56 juta ton atau share sebesar 4,05%. Selanjutnya Uni Eropa, Iran, Saudi Arabia, Iraq, Cote d'ivoire dan Malaysia, dengan kisaran pangsa impor rata-rata antara 2,56% hingga 4,03%. Sementara beberapa negara produsen beras dunia yaitu Jepang, Brasil, Bangladesh, Thailand, Vietnam dan Pakistan berada di urutan 15,16, 21,28, 44 dan 89 dengan kisaran rata-rata share volume impor beras antara 0,09% (36 ribu ton) hingga 1,75% (679 ribu ton). Pertumbuhan volume impor di 10 negara importir beras tertinggi di China sebesar 15,16% dan terendah di Malaysia sebesar 0,76% per tahun, sementara pertumbuhan impor beras di Indonesia mencapai 10,73% per tahun dipicu oleh peningkatan impor beras cukup signifikan di tahun 2013/2014 sebesar 88,46% atau mencapai 1,23 juta ton, tahun-tahun berikutnya volume 59

76 impor beras Indonesia juga mengalami peningkatan 10,20% dan 11,11%. Secara lebih rinci tersaji pada Lampiran Berdasarkan besaran produksi impor dan ekspor dapat dihitung indek ketergantungan impor beras di Indonesia atau yang disebut dengan Import dependency ratio (IDR) yaitu merupakan formula yang menyediakan informasi ketergantungan suatu negara terhadap impor suatu komoditas. Keragaan indek ketergantungan impor beras di Indonesia kondisi 5 tahun terakhir menunjukkan nilai yang terus mengalami penurunan yaitu sebesar 6,24% di tahun 2011, sementara tahun 2015 kurang dari 2% atau sebesar 1,79%. Keragaan data tersebut menunjukkan bahwa ketergantungan beras impor di Indonesia relatif kecil yaitu kurang dari 2% pada kondisi 3 tahun terakhir. Data secara lebih rinci tersaji pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Import Dependency Ratio (IDR) atau Indeks Ketergantungan Impor Beras di Indonesia, Tahun No Uraian Tahun Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Impor (Ton) Produksi + Impor - Ekspor IDR (%) 6,24 4,26 1,05 1,80 1,79 60

77 V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN 5.1. PENAWARAN Proyeksi produksi padi di Indonesia tahun didekati dengan melakukan proyeksi luas panen dan produktivitas. Pada tahun 2016 produksi padi Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 2,22% atau mengalami peningkatan 1,68 juta ton dari Angka Tetap tahun 2015 yaitu diperkirakan akan mencapai 77,07 juta ton gabah kering giling (GKG). Tabel 5.1. Proyeksi Luas Panen, Produktivitas dan produksi padi di Indonesia, Tahun Tahun Luas Panen (000 Ha) Pertbhan (%) Produktivitas (ku/ha) Pertbhan (%) Produksi Padi Pertbhan (%) (000 ton) , ,38 49,80-0, , ,83 51,36 3, , ,90 51,52 0, , ,27 51,35-0, , ,31 53,41 4, , ) ,51 52,64-1, , ) ,09 54,56 3, , ) ,54 55,26 1, , ) ,52 55,97 1, ,78 Rata-rata ,62 54,61 1, ,68 Sumber : Badan Pusat Satistik, Diolah Oleh Pusdatin Keterangan : 1) : Angka Hasil Rapat Koordinasi Kementerian Pertanian dan BPS 2) : Angka Proyeksi Pusdatin Peningkatan produksi padi dipicu naiknya luas panen maupun produktivitas, masing-masing sebesar 2,02% dan 1,06% atau luas panen padi mencapai 14,40 juta hektar dan produktivitas diperkirakan akan mencapai 61

78 5,39 ton per hektar. Produksi padi diperkirakan masih akan mengalami peningkatan hingga tahun 2020, rata-rata 2,68% per tahun, pada tahun 2017 diperkirakan mencapai 79,28 juta ton sebagai akibat peningkatan produktivitas sebesar 1,08% atau mencapai hasil 5,46 ton per hektar dan peningkatan luas panen sebesar 1,17% atau mencapai luas 14,57 juta hektar. Produksi tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 86,07 juta ton, sebagai akibat peningkatan luas panen sebesar 15,25 juta hektar dan produktivitas meningkat 1,26% atau sebesar 5,67 ton per hektar. Hasil secara lebih rinci tersaji pada Tabel 5.1. Jika dilihat dari pencapaian terhadap target yang ditetapkan oleh Ditjen Tanaman Pangan hingga tahun 2019, maka realisasi produksi padi belum mencapai target yang ditetapkan hingga tahun Hal ini dapat dilihat dari persentase pencapaian target yang hanya berkisar 95,58% hingga 99,68%. Ketidak berhasilan pencapaian target produksi dipicu ketidak berhasilan pencapaian target produktivitas dengan capaian target antara 86,87% hingga 99,08%, sementara capaian target luas panen cukup berhasil hanya di tahun Sementara berdasarkan trend capaian target, dapat disimpulkan bahwa capaian sasaran luas panen cenderung terus menurun hingga tahun 2019, sementara capaian target produktivitas cenderung terus mengalami peningkatan hingga tahun 2019 diperkirakan mencapai 5,33% lebih tinggi dari target. Berdasarkan capaian target produktivitas tersebut produksi padi diperkirakan akan mencapai target hingga 2,07% lebih tinggi di tahun Data target dan persentase capaian target produksi padi secara lebih rinci tersaji pada Tabel 5.2. dan Tabel

79 Tabel 5.2. Terget Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Di Indonesia dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah, Tahun Tahun Luas Panen (000 Ha) Pertumbuhan (%) Produktivitas (ku/ha) Pertumbuhan (%) Produksi (000 Ton) Pertumbuhan (%) , ,33 3, , ,82 53,20 (7,20) , ,37 52,04 (2,18) , ,71 51,83 (0,41) , ,36 51,40 (0,81) , ,91 52,35 1, , ,99 52,61 0, , ,99 52,87 0, , ,98 53,14 0, ,49 Rata-rata ,65 53,56-1, , ,97 52,74 0, ,82 Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Diolah Oleh Pusdatin Berdasarkan estimasi produksi hingga tahun 2019 jika dihubungkan dengan target atau sasaran produksi yang ditetapkan oleh Ditjen Tanaman Pangan, diperkirakan produksi padi akan tercapai atau bahkan melampaui targetnya pada tahun 2016 hingga tahun 2019, rata-rata sebesar 101,61% atau 1,61% lebih tinggi dari target produksi padi per tahun antara tahun 2016 hingga Keberhasilan pencapaian target produksi tersebut sebagai akibat keberhasilan pencapaian produktivitas padi hingga tahun 2019 rata-rata 2,20% diatas target produktivitas padi yaitu sebesar 5,31 ton per hektar. Berdasarkan keragaan data capaian tersebut bisa dikatakan bahwa akan terjadi penurunan capaian luas panen padi hingga 2019, sementara kecenderungan capaian target produktivitas padi cenderung bisa dijaga bahkan bias melebihi target yang ditetapkan. Data secara lebih rinci tersaji pada Tabel

80 Tabel 5.3. Perbedaan Proyeksi dengan Target Sasaran Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi, Selisih Proyeksi Terhadap Target Persentase Pencapaian Target (%) Tahun Luas Panen (000 Produktivitas Ha) (ku/ha) Produksi (000 ton) Luas Panen Produktivitas Produksi (5,41) (211) 110,45 90,27 99, (7,53) (3.043) 110,03 86,87 95, (93) (1,84) (2.970) 99,31 96,54 95, (24) (0,52) (846) 99,83 99,00 98, (161) (0,48) (1.494) 98,85 99,08 97, (171) 2, ,80 103,90 102, , ,26 100,55 103, (280) 1, ,11 103,70 101, (351) 2, ,68 104,52 101, (426) 2, ,24 105,33 102,07 Rata-rata (0,21) (1.102) 99, , (146) 1, , ,28 Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Diolah Oleh Pusdatin Sejalan dengan adanya dinamika perubahan pemerintahan maka terdapat beberapa revisi penetapan target dan sasaran produksi khususnya komoditas padi guna mencapai target pembangunan subsektor tanaman pangan yaitu mencapai swasembada pangan yang berkelanjutan untuk mewujudkan upaya kedaulatan pangan di Indonesia. Penetapan target produksi sebesar 76,23 juta ton di tahun 2016 diperkirakan dapat tercapai dengan asumsi tetap mempertahankan luas panen padi minimal sama dengan tahun 2015, yaitu sebesar 14,12 juta hektar dan peningkatan produktivitas hingga mencapai 5,40 ton per hektar. Dengan kata lain dengan tetap mempertahankan luas panen padi kondisi seperti saat ini surplus 10,99 juta ton beras di tahun 2016 akan tercapai jika produktivitas padi bisa mencapai 5,24 ton per hektar. 64

81 Strategi untuk tetap mempertahankan laju pertumbuhan luas panen atau justru menambah areal pertanaman baru melalui strategi pengembangan tanaman pangan melalui perluasan areal tanam dilakukan melalui 1) pencetakan lahan baru (sawah); 2) optimasi lahan melalui peningkatan Indeks Pertanaman (IP); 3) optimasi lahan pertanian lainnya; dan 4) optimasi lahan terlantar. Strategi dalam upaya meningkatkan produktivitas di antaranya dilakukan melalui program pengawalan, pendampingan, penyuluhan, dan koordinasi untuk kegiatan: 1) perakitan, diseminasi dan penerapan paket teknologi tepat guna spesifik penerapan dan pengembangan teknologi; 2) GP3K (Gerakan peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi); 3) perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI; serta 4) penurunan kehilangan hasil dan peningkatan rendemen beras. Program pengamanan produksi pertanian juga menjadi salah satu perhatian pemerintah dengan tujuan untuk mengatasi gangguan serangan OPT dan DFI dan pengamanan kualitas produksi dari residu pestisida serta kehilangan hasil akibat penanganan panen dan pasca panen. Sementara itu untuk melengkapi strategi pencapaian produksi dan pengamanan pangan ditetapkan juga penguatan kelembagaan dan pembiayaan yang meliputi program : 1) pemantapan kelembagaan yang menopang pemberdayaan petani, dan program 2) pembiayaan petani. Seluruh kegiatan utama program sasaran produksi dan pengamanan pangan tersebut dikemas dalam satu bentuk kegiatan pendekatan berupa pengembangan kawasan tanaman pangan dalam sebuah program GP-PTT. Model kawasan tanaman pangan melalui berbagai pendekatan atau keterlibatan berbagai stakeholder antara lain : 1) pelatihan/pendampingan /pengawalan penyuluh; 2) sumber pembiayaan baik swasta/bank; 3) Pengairan/irigasi/pompanisasi/embung; 4) Penerapan PHT; 5) Penerapan penanganan DPI (kekeringan/kebanjiran). GP-PTT merupakan gerakan penerapan pengelolaan tanaman terpadu yang meliputi kawasan untuk padi seluas 5000 hektar per 2-4 kecamatan dengan fasilitasi GP-PTT seluas hektar. 65

82 Implementasi pelaksanaan program dilaksanakan dengan pendekatan dan perbaikan sistem pengelolaan program tahun-tahun sebelumnya diharapkan kendala dan hambatan peningkatan produksi baik luas panen maupun produktivitas padi yang selama ini ditemui seperti kasus keterlambatan penyaluran benih, kelangkaan pupuk maupun serangan OPT akan dapat diantisipasi. Dengan mengacu pada berbagai usaha peningkatan baik luas panen maupun produktivitas melalui program-program yang telah dicanangkan serta dengan asumsi kondisi iklim membaik yaitu dampak El-Nino yang tidak begitu berdampak pada kondisi kekeringan seperti pada tahun 2014 dan dampak La-Nina yang membawa musim kemarau basah yaitu memungkinkan curah hujan tersedia sepanjang musim kemarau serta permulaan musim hujan yang cenderung tepat waktu, maka pencapaian target produksi di tahun 2016 hingga 2019 optimis akan tercapai. Suplay atau penyediaan beras dalam negeri merupakan ketersediaan beras berasal dari produksi ditambah impor dikurangi ekspor. Penyediaan yang berasal dari produksi dihitung dengan pendekatan konversi produksi padi dalam bentuk gabah kering giling setelah dikurangi penggunaan padi/gabah untuk bibit/benih sebesar 0,90%, penggunaan untuk pakan ternak sebesar 0,40%, padi/gabah yang tercecer sebesar 5,40% dan penggunaan gabah untuk industri non pangan sebesar 0,60% terhadap produksi padi, sementara konversi gabah kering giling menjadi setara beras adalah sebesar sebesar 62,74%. Konversi produksi setara beras yang dihasilkan akan menjadi beras yang digunakan untuk konsumsi setelah dikurangi besaran penggunaan beras untuk pakan ternak sebesar 0,17%, beras yang mengalami susut atau tercecer sebesar 2,50% dan beras yang digunakan untuk keperluan industri non pangan sebesar 0,66%. Beras bersih yang dihasilkan merupakan beras siap konsumsi yaitu beras yang dapat dikonsumsi langsung atau dapat dikonsumsi oleh rumah tangga maupun luar rumahtangga. Beras bersih yang tersedia siap dikonsumsi dengan penambahan beras impor dan dikurangi besaran beras yang diekspor. Berdasarkan perhitungan di atas maka beras yang dapat dikonsumsi pada tahun diperkirakan akan terus mengalami peningkatan berkisar 43,31 juta ton hingga 47,09 juta ton beras (Lampiran 11). 66

83 5.2. PERMINTAAN Demand atau permintaan beras dalam negeri dihitung berdasarkan perhitungan konsumsi beras baik langsung maupun tidak langsung perpenduduk Indonesia dikalikan jumlah penduduk. Konsumsi beras langsung adalah merupakan konsumsi rumahtangga terhadap penggunaan beras maupun bahan makanan berbahan dasar beras. Berdasarkan angka prognosa beras antara BPS dengan Kementerian Pertanian tahun 2012, angka konsumsi per kapita beras total (langsung + tidak langsung) masyarakat Indonesia adalah sebesar 132,98 kilogram per kapita pertahun. Angka tersebut merupakan hasil perhitungan angka konsumsi beras di tingkat rumah tangga hasil Survei SUSENAS yaitu sebesar 97,65 kilogram per kapita per tahun dan besaran penggunaan beras di luar rumah tangga yaitu sebesar 35,33 kilogram per kapita pertahun. Tabel 5.4. Hasil Proyeksi Permintaan Beras Di Indonesia, Tahun Kebutuhan Beras (Kg/Kapita/Th) Konsumsi Langsung Konsumsi Tidak Langsung Total Konsumsi Langsung Pertumbuhan (%) Konsumsi Tidak Langsung Total Jumah Pertumbuh Penduduk an (%) (000 Orang) Proyeksi Permintaan Beras (Ton) Pertumbuha n (%) ,87 30,11 132, ,65 35,33 132,98-5,08 17,34 0, , , ,40 35,58 132,98-0,25 0,68 0, , , ,11 34,87 132,98 0,72-1,98 0, , , ,39 26,50 124,89 0,29-24,00-6, , , ,01 26,88 124,89-0,38 1,42 0, , , ,91 26,98 124,89-0,11 0,39 0, , , ,91 26,98 124,89 0,00 0,00 0, , , ,91 26,98 124,89 0,00 0,00 0, , ,12 Rata-rata ( ) 97,93 26,96 124,89-0,12 0,45 0, , ,20 Sumber : BPS dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Diolah Oleh Pusdatin Pada tahun besaran angka konsumsi perkapita beras berdasarkan angka prognosa beras tahun 2015 yang ditetapkan sebesar 124,89 kilogram per kapita per tahun, dengan besaran konsumsi beras tingkat 67

84 rumahtangga antara 97,91 kilogram hingga 98,39 kilogram per kapita per tahun dan konsumsi beras di luar rumahtangga antara 26,98 kilogram hingga 26,50 kilogram per kapita pertahun. Proyeksi permintaan beras tahun 2016 hingga tahun 2019 diperkirakan akan meningkat sebesar 1,20% per tahun atau permintaan beras diperkirakan mencapai rata-rata 32,90 juta ton atau mencapai 32,31 juta ton di tahun 2016 dan diperkirakan akan meningkat mencapai 33,47 juta ton pada tahun 2019, seperti tersaji pada Tabel NERACA PERBERASAN Neraca perberasan Indonesia dihitung dengan pendekatan selisih antara total penyediaan atau suplay beras yaitu penyediaan beras dari produksi ditambah beras yang diimpor dikurangi beras yang diekspor dengan proyeksi total penggunaan/permintaan beras. Selisih antara penawaran/penyediaan dan permintaan/penggunaan beras tersebut merupakan residual yang diduga merupakan stok beras di berbagai stakeholder salah satunya adalah beras yang disimpan oleh petani. Berdasarkan Survei Stok dan Konsumsi Beras yang dilakukan oleh Pusdatin tahun kebiasaan petani produsen padi mempunyai pola tidak akan menjual seluruh hasil panennya. Petani akan menyimpannya sejumlah gabah/padi (GKG) hingga persediaan gabah/padi tersebut mencukupi untuk di konsumsi hingga masa panen padi berikutnya. Di samping stok di petani, cadangan atau stok beras juga berada di penggilingan, stok di pasar atau pedagang pengumpul dan stok di pemerintah dalam hal ini adalah stok di gudang BULOG. Berdasarkan selisih hasil perhitungan tersebut, maka prediksi neraca perberasan di Indonesia untuk tahun 2016 hingga tahun 2019 diperkirakan akan mengalami surplus yang cenderung terus mengalami peningkatan yaitu sebesar 12,72 juta ton pada tahun 2016, sementara surplus beras pada tahun 2019 diperkirakan mencapai 13,61 juta ton (Tabel 5.5.). 68

85 Tabel 5.5. Proyeksi Surplus/Defisit Beras Di Indonesia, Kebutuhan (ton) Tahun Penyediaan Beras (ton) Penggunaan Non Pangan (Pakan, Tercecer, Konsumsi Langsung Konsumsi Tidak Langsung Total Surplus/Defisit (ton) Industri) ) ) ) )

86 (HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN) 70

87 VI. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan didapatkan kesimpulan antara lain : Prediksi produksi padi tahun 2017 hingga tahun 2019 diperkirakan akan meningkat sebesar 2,77% yaitu mencapai 80,66 juta ton di tahun 2017 dan meningkat menjadi 85,94 juta ton di tahun 2019, melalui peningkatan luas panen sebesar 1,74% per tahun atau sebesar 15,09 juta hektar di tahun 2017 hingga sebesar 15,84 juta hektar di tahun 2019 dan perkiraan produktivitas meningkat 1,09% per tahun atau sebesar 5,35 ton per hektar di tahun 2017 dan sebesar 5,44 ton per hektar di tahun Penyediaan atau suplay beras di Indonesia pada tahun 2017 diperkirakan akan mencapai 46,09 juta ton dan tahun 2019 mencapai 48,71 juta ton. Sementara permintaan atau kebutuhan beras untuk konsumsi dalam negeri pada tahun 2017 diperkirakan mencapai 32,71 juta ton dan tahun 2019 mencapai 33,47 juta ton. Sedangkan sisa antara penyediaan dan permintaan diperkirakan sebesar 11,83 juta ton di tahun 2017 dan sebesar 13,61 juta ton di tahun

88 (HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN) 72

89 LAMPIRAN 73

90 Lampiran 3.1a. Perkembangan Luas Panen Padi Berdasarkan Wilayah, Tahun Tahun Luas Panen (Ha) Jawa Pertumb. (%) L. Jawa Pertumb. (%) Indonesia Pertumb. (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) , , ,58 Rata-rata Pertumbuhan (%) , , , , , ,67 Sumber Keterangan : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan : *) Angka Hasil Rakor Aram II Kementerian Pertanian dan BPS 74

91 Lampiran 3.1b. Perkembangan Produktivitas Padi Berdasarkan Wilayah, Tahun Produktivitas (Ku/Ha) Tahun Pertumb. Jawa Pertumb. (%) L. Jawa Indonesia Pertumb. (%) (%) ,18 20,87 32, ,92 5,75 22,08 5,78 34,94 6, ,41 7,80 23,63 7,02 37,36 6, ,58 3,40 24,67 4,41 38,53 3, ,94 1,03 24,71 0,17 39,06 1, ,20 0,71 25,03 1,31 39,42 0, ,52 3,67 25,85 3,25 39,77 0, ,10 1,54 26,68 3,24 40,43 1, ,07 2,54 27,57 3,33 41,14 1, ,19 2,86 28,73 4,19 42,53 3, ,76 1,43 29,30 1,99 43,13 1, ,25 1,20 29,96 2,28 43,51 0, ,32 0,16 30,00 0,11 43,49-0, ,63 0,75 30,37 1,23 43,78 0, ,60-0,06 30,40 0,13 43,48-0, ,74 0,32 30,48 0,26 43,52 0, ,10 0,86 29,94-1,78 44,20 1, ,25 0,36 30,01 0,23 44,34 0, ,79-5,83 29,01-3,34 41,99-5, ,05 0,66 29,12 0,38 42,52 1, ,94 2,22 29,54 1,46 44,01 3, ,63 18,79 32,94 11,50 43,92-0, ,22 1,21 33,24 0,92 44,69 1, ,10 1,78 35,59 7,07 45,38 1, ,81 1,43 35,99 1,11 45,36-0, ,79-0,04 36,00 0,02 45,74 0, ,53 3,42 38,58 7,18 46,20 1, ,72 2,27 41,21 6,82 47,05 1, ,33 4,85 42,49 3,10 48,94 4, ,24 1,61 43,47 2,32 49,99 2, ,21-0,06 43,65 0,40 50,15 0, ,81-2,45 44,54 2,05 49,80-0, ,05 5,81 44,81 0,60 51,36 3, ,98-1,81 45,85 2,32 51,52 0, ,29-1,19 46,21 0,79 51,35-0, ,61 5,80 47,39 2,55 53,41 4, *) 59,55-1,75 46,99-0,84 52,62-1,48 Rata-rata Pertumbuhan (%) ,66 1,97 33,43 2,32 44,37 1, ,90 1,37 46,25 1,08 52,05 1,13 Sumber Keterangan : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan : *) Angka Hasil Rakor Aram II Kementerian Pertanian dan BPS 75

92 Lampiran 3.1c. Perkembangan Produksi Padi Berdasarkan Wilayah, Tahun Produksi (Ton) Tahun Pertumb. Jawa L. Jawa Pertumb. (%) Indonesia Pertumb. (%) (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) , , ,01 Rata-rata Pertumbuhan (%) ,27 2, ,95 3, ,22 2, ,80 3, ,60 4, ,40 3,81 Sumber Keterangan : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan : *) Angka Hasil Rakor Aram II Kementerian Pertanian dan BPS 76

93 Lampiran 3.2. Perkembangan Luas Panen Padi Di 17 Provinsi Sentra, Tahun (Ha) No. Provinsi Tahun *) Rata-rata Luas Panen (Ha) Share (%) Rata-rata Komulatif Pertumbuhan Share (%) (%) 1 Jawa Timur ,94 14,94 3,35 2 Jawa Barat ,94 28,88 1,30 3 Jawa Tengah ,11 41,99 1,95 4 Sulawesi Selatan ,37 49,36 3,58 5 Sumatera Selatan ,10 55,45 7,70 6 Sumatera Utara ,47 60,93 2,44 7 Lampung ,90 65,83 6,11 8 Kalimantan Selatan ,60 69,43 2,43 9 Sumatera Barat ,55 72,98 2,18 10 Kalimantan Barat ,26 76,25 5,09 11 Nusa Tenggara Barat ,15 79,39 1,22 12 Aceh ,97 82,37 4,23 13 Banten ,77 85,14 3,62 14 Kalimantan Tengah ,80 86,94 1,72 15 Nusa Tenggara Timur ,69 88,63 6,07 16 Sulawesi Tengah ,56 90,19-1,36 17 Jambi ,06 91,26 6,38 Provinsi Lainnya ,74 100,00 Indonesia Pertumbuhan (%) 2,90 (0,27) 2,31 6,58 2,88 Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Keterangan : *) Angka Ramalan II Hasil Rapat Koordinasi Kementerian Pertanian dan BPS 77

94 Lampiran 3.3. Perkembangan Produktivitas Padi di 17 Provinsi Sentra, Tahun (Ku/ha) Tahun Rata-rata Rata-rata No. Provinsi *) Produktivitas (Ku/Ha) Pertumbuhan (%) 1 Jawa Barat 58,74 59,53 58,82 61,22 60,54 59,58 0,78 2 Jawa Timur 61,74 59,15 59,81 61,13 60,10 60,46-0,64 3 Bali 58,09 58,66 60,12 62,14 61,33 59,75 1,38 4 DI Yogyakarta 61,88 57,88 57,87 60,65 56,81 59,57-2,00 6 Jawa Tengah 57,70 56,06 53,57 60,25 58,76 56,90 0,68 7 Banten 51,45 52,92 52,95 56,61 56,54 53,48 2,43 9 Sulawesi Selatan 50,98 51,22 52,17 52,41 52,03 51,70 0,52 10 Nusa Tenggara Barat 49,69 50,08 48,80 51,71 47,26 50,07-1,10 11 Lampung 48,32 50,26 51,18 51,49 50,01 50,31 0,89 12 Sumatera Barat 49,71 49,82 50,06 50,25 50,21 49,96 0,25 13 Sumatera Utara 48,56 50,17 50,62 51,74 52,61 50,27 2,03 16 Aceh 46,12 46,68 48,39 50,56 52,17 47,94 3,14 17 Sulawesi Tengah 44,71 45,98 46,54 48,57 49,26 46,45 2,46 19 Sumatera Selatan 42,81 45,96 45,26 48,67 50,30 45,68 4,18 21 Jambi 41,85 43,36 45,53 44,31 46,84 43,76 2,91 22 Kalimantan Selatan 42,05 42,34 42,05 41,87 42,30 42,08 0,15 32 Kalimantan Tengah 30,01 32,84 34,57 35,07 31,43 33,12 1,44 33 Kalimantan Barat 30,39 31,01 30,35 29,40 28,66 30,29-1,43 Indonesia 51,36 51,52 51,35 53,41 52,62 51,91 0,63 Pertumbuhan (%) 0,31 (0,33) 4,01 (1,48) 0,63 Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Keterangan : *) Angka Ramalan II Hasil Rapat Koordinasi Kementerian Pertanian dan BPS 78

95 Lampiran 3.4. Perkembangan Produksi Padi Di Provinsi Sentra Di Indonesia, Tahun (Ton) No. Provinsi Tahun *) Rata-rata Produksi (ton) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 Jawa Timur ,32 17,32 2,68 2 Jawa Barat ,00 33,32 2,02 3 Jawa Tengah ,43 47,75 2,74 4 Sulawesi Selatan ,33 55,07 4,11 5 Sumatera Selatan ,49 60,56 12,24 6 Sumatera Utara ,34 65,90 4,52 7 Lampung ,73 70,63 6,92 8 Sumatera Barat ,41 74,04 2,43 9 Nusa Tenggara Barat ,99 77,04 0,35 10 Kalimantan Selatan ,91 79,95 2,58 11 Banten ,88 82,83 6,10 12 Aceh ,79 85,62 7,52 13 Kalimantan Barat ,88 87,50 3,64 14 Sulawesi Tengah ,41 88,91 1,04 15 DI Yogyakarta ,27 90,18-1,24 16 Bali ,18 91,36-0,15 17 Kalimantan Tengah ,13 92,49 2,97 Provinsi Lainnya ,51 100,00 Indonesia ,00 3,51 Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Keterangan : *) Angka Ramalan II Hasil Rapat Koordinasi Kementerian Pertanian dan BPS 79

96 Lampiran 3.5. Keragaan Konsumsi Beras Nasional, Tahun Konsumsi Beras Perkapita (Kg/Kapita/th) Pertumbuhan (%) Konsumsi Bahan Makanan Setara Beras Lainnya (kg/kapita/th) Pertumbuhan (%) Konsumsi Total (kg/kapita/th) Pertumbuhan (%) ,75 116, ,55-8,74 106,55-8, ,58 9,41 116,58 9, ,14 1,34 118,14 1, ,91-1,88 0,89 116,80-1, ,67 4,10 1,02 14,32 121,68 4, ,42 3,94 1,14 12,53 126,56 4, ,06-11,45 8,09 607,21 119,15-5, ,58-2,24 8,36 3,30 116,93-1, ,09-2,29 8,62 3,20 114,72-1, ,61-2,34 6,20-28,05 109,81-4, ,51-1,06 0,62-90,03 103,13-6, ,42-1,07 0,71 14,11 102,12-0, ,32-1,08 7,38 945,96 107,71 5, ,64 0,31 7,85 6,37 108,49 0, ,02-1,61 8,08 2,94 107,10-1, ,15-2,90 9,13 12,88 105,28-1, ,89-0,27 8,11-11,16 104,00-1, ,47-5,66 9,58 18,20 100,05-3, ,44 3,29 11,45 19,49 104,89 4, ,30-2,29 10,91-4,70 102,21-2, ,16-1,26 10,59-2,95 100,75-1, ,48-0,75 13,39 26,43 102,87 2, ,24-2,51 10,41-22,25 97,65-5, ,51-1,97 11,89 14,21 97,40-0, ,51 0,00 12,60 5,94 98,11 0, ,90-0,72 13,49 7,11 98,39 0, *) 84,62-0,32 13,39-0,77 98,01-0,38 Rata-rata ,60-1,14 7,85 70,68 108,29-0,58 Rata-rata ,53-1,19 12,36 6,29 98,88-0,44 Sumber : SUSENAS, BPS 80

97 Lampiran 3.6. Keragaan Konsumsi Beras Rumah Tangga dan Luar Rumah Tangga, Tahun Tahun Konsumsi Kg/Kapita/th Pertumbuhan (%) Konsumsi RT/Langsung (ton) Pertumbuhan (%) Konsumsi Tidak Langsung (ton) Pertumbuhan (%) , ,55-8, , , ,58 9, , , ,14 1, , , ,80-1, , , ,68 4, , , ,56 4, , , ,15-5, , , ,93-1, , , ,72-1, , , ,81-4, , , ,13-6, , , ,12-0, , , ,71 5, , , ,49 0, , , ,10-1, , , ,28-1, , , ,00-1, , , ,05-3, , , ,89 4, , , ,21-2, , , ,75-1, , , ,87 2, , , ,65-5, , , ,40-0, , , ,11 0, , , ,39 0, , ,99 Rata-rata (%) Tahun ,29-0, , ,82 Tahun ,88-0, , ,81 Sumber : SUSENAS, BPS diolah oleh Pusdatin 81

98 Lampiran 3.6a. Keragaan Kebutuhan Konsumsi Beras Perkapita, Total Kebutuhan Beras, Konsumsi Beras Tingkat Rumah Tangga dan Luar Rumah Tangga, Tahun Tahun Kebutuhan beras/kapita (Road Map Ditjen TP)(kg/kapita/th) Jumlah Pendududk (000 Orang) Total Kebutuhan Beras (Ton) Konsumsi Langsung (Ton) Konsumsi Tidak Langsung (Ton) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ) 132, , , , ) 124, Sumber : Badan Ketahanan Pangan, Diolah oleh Pusdatin Keterangan : 1) Hasil Road Map Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 82

99 Lampiran 3.7. Perkembangan Harga Produsen Padi dan Harga Konsumen Beras Indonesia, Tahun Tahun Harga Produsen Padi (Rp/kg) 1) Pertumb (%) Harga Konsumen Beras (Rp/Kg) 2) Pertumb (%) Margin (Rp) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) ,51 Rata-rata , , Rata-rata , , Rata-rata , , Rata-rata , , Sumber Sumber : 1) : BPS : 2) : Kementerian Perdagangan diolah Pusdatin Keterangan : *) : Data hingga Bulan Agustus

100 Lampiran 3.8. Perkembangan Volume Ekspor Impor Beras Indonesia, Tahun Tahun Volume Ekspor (Ton) Pertumbuhan (%) Volume Impor (Ton) Pertumbuhan (%) Neraca (ton) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Sumber : Badan Pusat Statistik Vol Keterangan : Mulai Tahun (Beras+beras olahan) 84

101 Lampiran 3.9. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Beras Indonesia, Tahun Tahun Nilai Ekspor (000 US$) Pertumbuhan (%) Nilai Impor (000 US$) Pertumbuhan (%) Neraca (000 US$) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Sumber : Badan Pusat Statistik Keterangan : Mulai Tahun (Beras+beras olahan) 85

102 Lampiran 3.10a. Volume Impor Beras Indonesia Berdasarkan Negara Asal, Tahun (Ton) No. Negara 2014 (Ton) Share (%) Negara 2015 (Ton) Share (%) Negara 2016 (Ton) Share (%) 1 Thailand ,77 42,87 Viet Nam ,19 59,12 Viet Nam ,95 49, Viet Nam ,08 37,22 Pakistan ,50 20,90 Thailand ,60 45, India ,85 10,13 Thailand ,74 14,71 Pakistan ,00 3, Pakistan ,00 7,51 India ,50 3,97 Myanmar ,00 1, Myanmar ,00 1,84 Myanmar 8.775,00 1,02 India 1.748,32 0, China 1.438,75 0,18 Cambodia 1.000,00 0,12 China 938,07 0, United States 919,33 0,11 Malaysia 825,00 0,10 Malaysia 706,78 0, Taiwan 840,00 0,10 China 479,88 0,06 Japan 40,00 0, Australia 129,79 0,02 Japan 80,00 0,01 Korea, Republic Of 1,07 0, Japan 76,17 0,01 Philippines 54,19 0,01 Philippines 0,16 0, Philippines 0,15 0, China 28,20 0,00 12 Korea South 0,02 0, Korea, Republic Of 0,38 0,00 Jumlah Sumber : BPS, Diolah Oleh Pusdatin Lampiran 3.10b. Nilai Impor Beras Indonesia Berdasarkan Negara Asal, Tahun (US$) No. Negara 2014 (US$) Share (%) Negara 2015 (US$) Share (%) Negara 2016 (US$) Share (%) 1 Thailand ,62 Japan ,04 Japan ,03 2 Viet Nam ,81 China ,46 Korea, Republic Of , India ,38 Thailand ,99 China ,69 4 Pakistan ,33 Philippines ,14 Thailand ,96 5 Myanmar ,30 Malaysia ,07 Philippines 772 0, China ,11 Myanmar ,78 Malaysia ,07 7 United States ,30 Cambodia ,11 Myanmar ,24 8 Taiwan, ,07 Viet Nam ,60 Viet Nam ,33 9 Japan ,05 India ,89 India ,47 10 Australia ,02 Pakistan ,90 Pakistan ,21 11 Philippines ,00 Korea, Republic Of ,00 12 Korea, Republic Of 46 0,00 China ,03 Jumlah Sumber : BPS, Diolah Oleh Pusdatin

103 Lampiran 3.11a. Volume Ekspor Beras Indonesia Berdasarkan Negara Asal, Tahun (Ton) No. Negara 2014 (Ton) Share (%) Negara 2015 (Ton) Share (%) Negara 2016 (Ton) Share (%) 1 Malaysia 1.228,08 40,58 India 1.320,000 67,31 India 1.021,745 50,83 2 India 1.190,86 39,35 Singapore 306,616 15,64 Thailand 525,000 26,12 3 Singapore 316,66 10,46 East Timor 134,415 6,85 East Timor 180,752 8,99 4 Timor Leste 159,14 5,26 United States 59,005 3,01 Philippines 76,517 3,81 5 United States 59,73 1,97 Malaysia 53,561 2,73 Singapore 75,159 3,74 6 Italy 18,82 0,62 Italy 36,910 1,88 United States 39,556 1,97 7 Germany,fed. Rep. Of 18,32 0,61 Taiwan 18,552 0,95 Taiwan 30,660 1,53 8 Papua New Guinea 9,18 0,30 Belgium 13,860 0,71 Malaysia 24,841 1,24 9 Belgium 8,50 0,28 Hong Kong 8,991 0,46 Saudi Arabia 15,700 0,78 10 Taiwan 7,12 0,24 United Arab Emirates 5,288 0,27 Australia 8,380 0,42 11 Australia 4,60 0,15 Australia 1,121 0,06 Hong Kong 3,593 0,18 12 Hong Kong 3,83 0,13 New Caledonia 0,992 0,05 Switzerland 3,250 0,16 13 Netherlands 0,54 0,02 Germany, Fed. Rep. Of 0,715 0,04 Italy 2,444 0,12 14 United Arab Emirates 0,33 0,01 Papua New Guinea 0,640 0,03 Germany, Fed. Rep. Of 1,499 0,07 15 Estonia 0,13 0,00 Maldives 0,240 0,01 Papua New Guinea 0,900 0,04 16 Korea, Republic Of 0,10 0,00 Japan 0,075 0,00 China 0,001 0, Philippines 0,04 0,00 Philippines 0,055 0,00 18 Viet Nam 0,02 0,00 Viet Nam 0,005 0,00 19 Maldives 0,01 0,00 China 0,004 0,00 Jumlah Sumber : BPS, Diolah Oleh Pusdatin 3.026, , , Lampiran 3.11b. Nilai Ekspor Beras Indonesia Berdasarkan Negara Asal, Tahun (US$) No. Negara 2014 (US$) Share (%) Negara 2015 (US$) Share (%) Negara 2016 (US$) Share (%) 1 Singapore ,61 India ,46 India ,15 2 India ,11 Singapore ,66 Thailand ,54 3 United States ,98 United States ,08 Singapore ,56 4 Timor Leste ,21 Italy ,77 Philippines ,48 5 Germany,fed. Rep. Of ,09 Malaysia ,82 United States ,20 6 Italy ,03 East Timor ,11 East Timor ,19 7 Malaysia ,86 Belgium ,20 Malaysia ,21 8 Belgium ,22 Taiwan ,26 Taiwan ,10 9 Papua New Guinea ,55 Japan ,08 Saudi Arabia ,22 10 Taiwan, ,48 Hong Kong ,73 Australia ,06 11 Australia ,40 Germany, Fed. Rep. Of ,32 Switzerland ,69 12 Hong Kong ,23 United Arab Emirates ,19 Italy ,65 13 Netherlands ,11 Australia ,10 Germany, Fed. Rep. Of ,64 14 United Arab Emirates 999 0,08 New Caledonia ,10 Hong Kong ,26 15 Estonia 240 0,02 Papua New Guinea 654 0,06 Papua New Guinea 570 0,05 16 Philippines 135 0,01 Philippines 203 0,02 China 1 0, Korea, Republic Of 100 0,01 Maldives 202 0,02 18 Viet Nam 72 0,01 Viet Nam 6 0, Maldives 19 0,002 China 3 0,0003 Jumlah Sumber : BPS, Diolah Oleh Pusdatin

104 Lampiran 4.1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Dunia, Tahun Tahun Luas Panen (000 Ha) Pertumb (%) Yield (ton/ha) Pertumb (%) Produksi (000 ton) Pertumb (%) , ,44 2,83 2, , ,39 2,98 5, , ,89 3,14 5, , ,99 3,23 2, , ,35 3,26 0, , ,51 3,24-0, , ,18 3,27 0, , ,59 3,33 1, , ,73 3,45 3, , ,32 3,53 2, , ,16 3,54 0, , ,45 3,59 1, , ,60 3,62 1, , ,54 3,66 0, , ,57 3,66 0, , ,47 3,79 3, , ,55 3,82 0, , ,38 3,82-0, , ,37 3,90 2, , ,75 3,89-0, , ,36 3,94 1, , ,84 3,87-1, , ,60 3,95 2, , ,38 4,03 2, , ,96 4,09 1, , ,38 4,12 0, , ,35 4,23 2, , ,19 4,30 1, , ,21 4,34 1, , ,96 4,35 0, , ,80 4,45 2, , ,28 4,51 1, , ,37 4,49-0, , ,16 4,54 1, ,01 Rata-rata ,37 3,76 1, , ,65 4,47 0, ,53 Sumber : FAO 88

105 Lampiran 4.2. Perkembangan Luas Panen Padi Sepuluh Negara Terbesar Dunia, Tahun (Ha) No. Negara Tahun Rata-rata Luas Share (%) (Ha) Komulatif Share(%) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 India ,57 26,57 0,35 2 China, mainland ,54 45,12 0,60 3 Indonesia ,29 53,40 1,02 4 Thailand ,25 60,65-2,16 5 Bangladesh ,12 67,78 0,64 6 Viet Nam ,74 72,51 1,08 7 Myanmar ,66 77,18-3,82 8 Philippines ,83 80,01 2,16 9 Cambodia ,83 81,84 2,83 10 Nigeria ,63 83,47 7,33 Lainnya ,53 100,00 Dunia ,00 0,32 Sumber : FAO 89

106 Lampiran 4.3a. Perkembangan Produktivitas Padi Sepuluh Negara Terbesar Dunia Tahun (Ton/ha) No. Negara Tahun Rata-rata (Ton/ha) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 Australia 10,41 9,54 8,91 10,22 10,92 10,00 1,65 2 Mesir 9,42 9,57 9,53 9,53 9,53 9,52 0,29 3 Amerika Serikat 7,54 7,92 8,35 8,62 8,49 8,18 3,05 4 Turki 8,69 9,05 7,35 8,14 7,49 8,14-2,98 5 Uruguay 7,10 8,38 7,85 7,86 8,05 7,85 3,60 6 Yunani 6,75 7,87 7,14 7,77 8,89 7,68 7,64 7 Spanyol 7,59 7,58 7,76 7,52 7,85 7,66 0,87 8 Peru 7,29 7,30 7,73 7,71 7,55 7,51 0,94 9 Maroko 6,83 7,02 7,60 7,54 7,51 7,30 2,48 10 Korea Selatan 6,88 7,07 6,99 6,76 6,91 6,92 0,15 Dunia 4,35 4,45 4,51 4,49 4,54 4,47 1,05 Sumber: FAO Lampiran 4.3b. Perkembangan Produktivitas Padi Sepuluh Negara Produsen Padi Dunia (Ton/ha) No. Negara Tahun Rata-rata (Ton/ha) Rata-rata Pertumbuhan (%) 11 China 6,55 6,69 6,74 6,72 6,75 6,69 0,73 12 Japan 6,51 6,66 6,74 6,73 6,70 6,67 0,71 24 Viet Nam 5,34 5,54 5,63 5,57 5,75 5,57 1,89 32 Indonesia 5,02 4,98 5,14 5,15 5,13 5,08 0,60 36 Brazil 4,13 4,90 4,79 5,01 5,20 4,80 6,22 42 Bangladesh 4,34 4,39 4,42 4,38 4,42 4,39 0,44 55 Myanmar 4,07 3,83 3,45 3,84 3,89 3,81-0,77 56 Philippines 3,62 3,68 3,84 3,89 4,00 3,81 2,53 59 India 3,36 3,59 3,72 3,62 3,62 3,58 1,97 72 Thailand 2,88 3,10 3,05 2,91 3,01 2,99 1,19 Sumber: FAO 90

107 Lampiran 4.4. Perkembangan Produksi Padi Sepuluh Negara Terbesar Dunia, Tahun (Ton) No China ,80 27,80 1,56 2 India ,30 49,10 2,31 3 Indonesia ,43 58,53 1,64 4 Bangladesh ,00 65,53 1,07 5 Viet Nam ,90 71,43 2,99 6 Thailand ,85 76,28-1,15 7 Myanmar ,98 80,26-4,97 8 Philippines ,41 82,67 4,75 9 Brazil ,65 84,32 2,75 10 Japan ,46 85,78-0,12 Sumber : FAO Negara Tahun Rata-rata Produksi (Ton) Rata-rata Komulatif Pertumbuh Share(%) an (%) Lainnya ,22 100,00 1,39 Dunia ,00 1,37 Share (%) Lampiran 4.5. Rata-rata Konsumsi Beras Sepuluh Negara Terbesar Di Dunia, Tahun 2011/ /2016 (000 Ton) No. Negara Tahun 2011/ / / / /2016 Rata-rata Konsumsi (1000 Ton) Share (%) Komulatif Share(%) Rata-rata Pertumb uhan (%) Produksi Rata-rata (000 ton) Selisih (000 ton) 1 China ,45 30,45 0, India ,45 50,90 0, Indonesia ,17 59,07 (0,06) (2.021) 4 Bangladesh ,43 66,50 0, (618) 5 Vietnam ,58 71,08 2, Philippines ,78 73,86 0, (1.540) 7 Thailand ,27 76,13 0, Myanmar ,23 78,36 1, Japan ,81 80,17 0, (635) 10 Brazil ,68 81,85 (0,40) Lainnya ,15 100,00 Dunia ,81 Sumber : FAO 91

108 Lampiran 4.6a. Rasio Produksi Terhadap Penggunaan Domestik di Beberapa Negara ASEAN, Tahun (Self Sufficiency Ratio) Tahun Rata-rata No Negara Produksi (ton) Penggunaan Domestik (ton) SSR (%) Produksi (ton) Penggunaan Domestik (ton) SSR (%) Produksi (ton) Penggunaan Domestik (ton) SSR (%) Produksi (ton) Penggunaan Domestik (ton) SSR (%) Produksi (ton) Penggunaan Domestik (ton) SSR (%) 1 Brunei , , , , ,38 2 Kamboja , , , , ,11 3 Indonesia , , , , ,11 4 Lao PDR , , , , ,76 5 Malaysia , , , , ,26 6 Myanmar , , , , ,32 7 Philipina , , , , ,11 8 Singapura , , , , ,00 9 Thailand , , , , ,97 10 Vietnam , , , , ,19 ASEAN , , , , ,39 Sumber : AFSIS 92

109 Lampiran 4.6b. Penyediaan Perkapita Beras 10 Negara Terbesar Dunia (Kg/Kapita/Tahun) No Bangladesh 173,13 172,79 172,62 172,47 171,73 172,55 2 Lao PDR 160,47 161,61 162,27 161,45 3 Cambodia 158,44 159,85 159,23 159,17 4 Viet Nam 144,76 145,40 145,31 141,69 144,56 144,34 5 Indonesia 129,94 131,78 133,02 134,39 134,62 132,75 6 Myanmar 121,41 124,50 125,07 129,63 132,80 126,68 7 Philippines 123,10 115,95 118,78 120,88 119,44 119,63 8 Thailand 117,73 114,00 112,07 114,60 114,57 114,59 9 Sri Lanka 108,69 111,77 108,70 108,31 109,72 109,44 10 Madagascar 108,69 111,77 108,70 108,31 109,72 109,44 18 China, mainland 77,97 78,21 79,95 78,40 78,18 78,54 19 China 77,30 77,55 79,24 77,71 77,45 77,85 23 India 71,69 72,10 70,82 70,30 69,49 70,88 50 Japan 43,72 44,64 43,33 43,90 61 Brazil 34,57 33,53 34,16 31,76 32,13 33,23 92 Pakistan 15,71 13,48 12,42 12,63 12,25 13,30 Sumber : FAO Negara Tahun Penyediaan Beras Per Kapita (Kg/Ka) 93

110 Lampiran 4.7. Harga Produsen Padi Dunia, Tahun (US$/ton) Tahun Harga No Negara Produsen Ratarata Beras (US$/Ton) 1 Japan Republic of Korea Kyrgyzstan Jamaica Congo Malawi Bhutan Iran (Islamic Republic of) Rwanda Chad Indonesia China, mainland Philippines Brazil Viet Nam Thailand Malaysia Cambodia Bangladesh Sumber : FAO 94

111 Lampiran 4.8 Perkembangan Volume Ekspor Impor Beras Dunia, Tahun (000 ton) Tahun Volume Impor (1000 Ton) Pertumbuhan (%) Volume Ekspor (1000 Ton) Pertumbuhan (%) 1979/ / , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , , / , ,72 Rata-rata , , , ,46 Sumber :USDA 95

112 Lampiran 4.9. Perkembangan Volume Ekspor Beras 10 Negara Terbesar Dunia, Tahun (1000 ton) No. Negara Tahun Rata-rata Ekspor ( / / / / /2016 Ton) Share (%) Komulatif Share(%) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 India ,68 25,68-0,33 2 Thailand ,23 46,91 12,08 3 Vietnam ,05 62,96-5,88 4 Pakistan ,49 72,45 7,92 5 United States ,87 80,32 1,51 6 Myanmar ,53 83,85 3,58 7 Cambodia ,42 86,27 1,43 8 Uruguay ,20 88,47-2,20 9 Brazil ,11 90,58-9,74 10 Guyana ,01 91,59 19,89 Lainnya ,41 100,00-2,90 Dunia ,00 0,98 Sumber :USDA 96

113 Lampiran Perkembangan Volume Impor Beras 10 Negara Importir Beras Dunia, Tahun (1000 on) No. Negara Tahun 2011/ / / / /2016 Rata-rata Ekspor (1000 Ton) Share (%) Komulatif Share(%) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 China ,87 10,87 15,16 2 Nigeria ,89 17,76-7,97 3 Philippines ,04 21,80 8,19 4 European Union ,03 25,83 7,66 5 Iran ,89 29,72-2,87 6 Saudi Arabia ,69 33,41 6,93 7 Indonesia ,46 36,88 10,73 8 Iraq ,06 39,94-7,87 9 Cote d'ivoire ,82 42,76 2,45 10 Malaysia ,56 45,32 0,76 Lainnya ,68 100,00 2,46 15 Japan ,76-1,92 16 Brazil ,63-12,03 21 Bangladesh ,18-265,26 28 Thailand , ,50 44 Vietnam ,67-58,33 89 Pakistan , ,71 Dunia ,00 1,57 Sumber : USDA 97

114 Lampiran 4.11a. Perkembangan Volume Impor Beras Indonesia Berdasarkan Kode HS Bulan Januari-Agustus 2016 (Ton) No. Kode HS Deskripsi Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Total % 1 ' Beras berkulit (padi atau gabah) cocok untuk disemai ,15 2 ' Gabah dikuliti berupa lain-lain , ' ' ' Beras 1/2 atau digiling seluruhnya, disosoh atau dikilapkan maupun tidak berupa beras ketan beras 1/2 giling atau digiling seluruhnya, disosoh atau dikilapkan maupun tidak berupa beras setengah masak Beras 1/2 giling atau digiling seluruhnya, disosoh atau dikilapkan maupun tidak berupa lain-lain , , ,38 6 ' Beras pecah lain-lain ,35 7 ' Tepung beras , ' Sake (minuman fermentasi dari beras) ,0004 Total % ,00 33,90 26,26 26,86 3,24 2,57 2,32 1,45 3,41 0,10 98

115 Lampiran Produksi Padi Di 10 Negara ASEAN (000 ton) No. Negara 2011 (2010/11) 2012 (2011/12) Tahun 2013 (2012/13) 2014 (2013/14) 2015 (2014/15) Rata-rata Produksi (1000 Ton) Share (%) Komulatif Share(%) Rata-rata Pertumbuh an (%) 1 Indonesia ,97 32,97 3,57 2 Vietnam ,54 53,51 1,40 3 Thailand ,09 70,60 (1,43) 4 Myanmar ,68 84,28 (2,25) 5 Philippines ,54 92,82 3,70 6 Cambodia ,26 97,08 4,41 7 Lao PDR ,70 98,78 8,45 8 Malaysia ,22 100,00 0,95 9 Brunei ,00 100,00 3,24 10 Singapore ASEAN ,79 1,47 Dunia ,37 Sumber : AFSIS Lampiran Luas Panen Padi Di 10 Negara ASEAN (000 ton) No. Negara 2011 (2010/11) 2012 (2011/12) Tahun 2013 (2012/13) 2014 (2013/14) 2015 (2014/15) Rata-rata Luas Panen (1000 Ha) Share (%) Komulatif Share(%) Rata-rata Pertumbuh an (%) 1 Indonesia ,52 27,524 2,04 2 Thailand ,62 51,15 (2,09) 3 Vietnam ,69 66,84 0,80 4 Myanmar ,00 81,84 (2,11) 5 Philippines ,43 91,28 1,41 6 Cambodia ,85 97,13 2,72 7 Lao PDR ,88 99,01 6,48 8 Malaysia ,28 100,29 (2,59) 9 Brunei , ,29 2,64 10 Singapore - ASEAN ,24 (0,14) Dunia ,73 Sumber : AFSIS 99

116 Lampiran Produktivitas Padi Di 10 Negara ASEAN (000 ton) No. Negara 2011 (2010/11) 2012 (2011/12) Tahun 2013 (2012/13) 2014 (2013/14) 2015 (2014/15) Rata-rata Produktivitas (Ton/Ha) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 Vietnam 5,54 5,63 5,58 5,76 5,77 5,66 1,03 2 Indonesia 4,98 5,14 5,15 5,14 5,28 5,14 1,48 3 Malaysia 3,77 3,81 4,32 4,29 4,37 4,11 3,90 4 Lao PDR 3,75 3,74 3,83 4,18 4,20 3,94 2,94 5 Myanmar 4,00 3,83 3,84 3,90 3,93 3,90 (0,41) 6 Philippines 3,68 3,84 3,89 4,00 4,02 3,89 2,24 7 Cambodia 2,97 3,17 3,12 3,16 3,08 3,10 0,98 8 Thailand 2,97 3,19 3,18 3,15 3,01 3,10 0,43 9 Brunei 1,42 1,50 1,48 1,60 1,71 1,54 4,82 10 Singapore ASEAN 4,15 4,27 4,29 4,31 4,43 4,29 1,62 Dunia 4,45 4,51 4,49 4,52 4,56 4,51 0,64 Sumber : AFSIS Lampiran 5.1. Proyeksi Ketersediaan Beras Untuk Konsumsi Langsung, Tahun Gabah (ton) Penggunaan Beras Non Pangan (ton) Tahun Produksi (ton) Tercecer Pakan bibit/benih Industri Non Pangan Produksi Padi (ton) Produksi Beras (ton) susut / tercecer Pakan ternak Industri non pangan Ketersediaan Beras untuk Konsumsi (ton) 5,40 0,44 0,90 0,56 62,74 2,50 0,17 0, ) ) ) ) Sumber : BPS dan BKP, Diolah oleh Pusdatin 1) : Hasil Pembahasan Rapat Koordinasi Antara BPS dan Kementerian Pertanian 2) : Angka Estimasi Pusdatin 100

117 Lampiran 5.2. Proyeksi Perhitungan Pennyediaan dan Penggunaan Beras Indonesia, Tahun (ton) Tahun Produksi (Ton Gabah Kering Giling) Kebutuhan Benih ( 49,43 kg/ha x LT) Kebutuhan Untuk Pakan (0,44% dari produksi) Bahan baku industri bukan makanan (0,56% dari produksi) ) ) ) ) Sumber : BPS dan BKP, Diolah oleh Pusdatin 1) : Hasil Pembahasan Rapat Koordinasi Antara BPS dan Kementerian Pertanian 2) : Angka Estimasi Pusdatin Penyediaan Gabah Penggunaan Gabah (Ton) Penyediaan Beras (Ton) Penggunaan Beras (Ton) Impor (Ton) Ekspor (Ton) Total Penyediaan Gabah Tercecer Konsumsi Pakan Penggunan Susut/ (5,4% dari Gabah Total Beras Tersedia Langsung ternak/ Untuk tercecer produksi) Ekspor Total Tersedia Penyediaan Impor (Ton) (penduduk x unggas Industri (Ton) Penggunaan untuk Digiling Beras tkt konsumsi) 0,0044 0,0056 0,054 0,6274 0,0017 0,025 0,

118 Lampiran

119 Lampiran

120

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 102 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 102 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Jagung PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN JAGUNG ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku : 10,12

Lebih terperinci

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 85 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 85 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kedelai PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KEDELAI ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku :

Lebih terperinci

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 82 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 82 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Jagung PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN JAGUNG ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku :

Lebih terperinci

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 73 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 73 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kedelai PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KEDELAI ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kacang Tanah PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KACANG TANAH ISSN : 1907 1507 Ukuran

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kacang Tanah PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KACANG TANAH ISSN : 1907 1507 Ukuran

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS ISSN 1907-1507 OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK KAPAS

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN:

Lebih terperinci

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 OUTLOOK TEH ISSN 1907-1507 2015 OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK TEH ii Pusat

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI KAYU ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada 47 Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada Abstrak Berdasarkan data resmi BPS, produksi beras tahun 2005 sebesar 31.669.630 ton dan permintaan sebesar 31.653.336 ton, sehingga tahun 2005 terdapat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI KAYU ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN Outlook Komoditas Perkebunan 2007 «OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN Pusat Data Dan Informasi Pertanian Departemen Pertanian 2007 Pusat Data dan Informasi Pertanian i » Outlook Komoditas Perkebunan

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI ISSN 1907-1507 Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian i ii ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 89 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, M.Si. Penyunting : Dr.

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA ISSN 1907-1507 OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK LADA ii

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Kebijakan 1 Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Ada dua pendapat mengenai faktor penyebab kenaikan harga beras akhirakhir ini yaitu : (1) stok beras berkurang;

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian ISSN 1907-1507 OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016 OUTLOOK JERUK

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Serta Proyeksinya 5.1.1.1 Produksi Produksi rata - rata ubi kayu di sampai dengan tahun 2009 mencapai

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 045/11/11/Th.V. 01 November 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2011,

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI TOMAT

OUTLOOK KOMODITI TOMAT ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2014

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI KAKAO

OUTLOOK KOMODITI KAKAO ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI KAKAO 2014 OUTLOOK KOMODITI KAKAO Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI JAHE

OUTLOOK KOMODITI JAHE ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI JAHE 2014 OUTLOOK KOMODITI JAHE Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2014

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA 2010 DAN ANGKA RAMALAN I 2011)

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA 2010 DAN ANGKA RAMALAN I 2011) PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA No. 05/03/72/Th. XIII, 1 Maret 2011 (ANGKA SEMENTARA 2010 DAN ANGKA RAMALAN I 2011) A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi padi Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2010

Lebih terperinci

OUTLOOK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK  Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN: 1907-1507 Ukuran Buku Jumlah Halaman

Lebih terperinci

KETERANGAN TW I

KETERANGAN TW I 1 2 2 KETERANGAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 - TW I Distribusi/Share Terhadap PDB (%) 3.69 3.46 3.55 3.48 3.25 3.41 4.03 Distribusi/Share Terhadap Kategori Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II 2015)

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II 2015) No. 64/11/72/Th.XVIII, 02 November 2015 PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II 2015) A. PADI Angka Ramalan II (ARAM II) produksi padi Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2015 diperkirakan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014) BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 37/07/73/Th. V, 1 Juli 2014 14 PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014) A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013,

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI JALAR ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II 2015) jambi No. 63/11/15 /Th. IX, 2 November PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II ) A. PADI Produksi padi tahun (Angka Ramalan II) diperkirakan sebesar 561.542 ton GKG, atau turun sebesar 103.178 ton

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki peran penting yaitu sebagai makanan manusia dan ternak. Indonesia merupakan salah satu penghasil

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT ISSN 1907-1507 2014 OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Outlook Komoditas Daging Sapi 2015 «OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING

Lebih terperinci

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) BAB II PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) Agung Prabowo, Hendriadi A, Hermanto, Yudhistira N, Agus Somantri, Nurjaman dan Zuziana S

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian ISSN 1907-1507 OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015

Lebih terperinci

Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi Beras

Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi Beras ARTIKEL Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi oleh Rumah Tangga Tahun 2007 Oleh: Slamet Sutomo RINGKASAN Ditinjau dari sisi produksi dan konsumsi secara total, produksi beras di Indonesia pada tahun 2007

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) No. 52/11/36/Th. VIII, 3 November 2014 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) TAHUN 2014 LUAS PANEN PADI SAWAH MENINGKAT TETAPI PRODUKTIVITAS MENURUN Berdasarkan Angka Ramalan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA RAMALAN II 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA RAMALAN II 2014) BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 62/11/73/Th. V, 3 November 2014 PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA RAMALAN II 2014) 30/06/73/Th. V, 2 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 046/11/12/Th.VI. 01 November 2012 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2012) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2012,

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI SUMATERA SELATAN (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI SUMATERA SELATAN (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015) BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 63/11/16/Th.XVII, 2 November PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI SUMATERA SELATAN (ANGKA RAMALAN II TAHUN ) A. PADI Perkiraan produksi padi berdasarkan angka ramalan (Aram)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014) No. 32/07/36/Th. VIII, 1 Juli 2014 PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014) PRODUKSI PADI 2013 MENINGKAT SIGNIFIKAN DIBANDING TAHUN 2012, TAHUN 2014 DIPREDIKSI AKAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN PROGRAM SWASEMBADA PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI SERTA PENINGKATAN PRODUKSI GULA DAN DAGING SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN Dialog dalam Rangka Rapimnas Kadin 2014 Hotel Pullman-Jakarta, 8 Desember

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG » Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Volume 1 No. 1, 2009 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015) BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 42/07/73/Th. VIII, 1 Juli 201530 PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015) 1. A. PADI Angka Tetap (ATAP)

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI CENGKEH

OUTLOOK KOMODITI CENGKEH ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI CENGKEH 2014 OUTLOOK KOMODITI CENGKEH Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II 2014)

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II 2014) No. 62/11/72/Th.XVII, 3 November 2014 PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II 2014) A. PADI Angka Ramalan II (ARAM II) produksi padi Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2014 diperkirakan sebesar

Lebih terperinci

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK KELAPA ISSN SAWIT 1907-15072016 OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/12/32/Th.XVI, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 TOTAL BIAYA PER MUSIM TANAM UNTUK SATU HEKTAR LUAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung adalah salah satu komoditas yang penting di Indonesia setelah beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber pangan penduduk yang tersebar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015)

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015) No. 62 /11 /94 /Th. VII, 2 November Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun (Berdasarkan Angka Ramalan II ) A. PADI Produksi padi Provinsi Papua tahun diperkirakan mencapai 204.891 ton gabah kering

Lebih terperinci

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 No. 70/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 TOTAL BIAYA PER MUSIM TANAM UNTUK SATU HEKTAR LUAS PANEN PADI SAWAH PADA TAHUN 2014 SEBESAR Rp

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU No. 55/11/14/Th. XVI, 2 November 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU (Angka Ramalan II Tahun 2015) A. PADI. Angka Ramalan (ARAM) II produksi padi tahun 2015 diperkirakan sebesar 410.268

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 71/12/ Th. XVII, Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI DAN JAGUNG TAHUN 2014 TOTAL BIAYA PER MUSIM TANAM UNTUK SATU HEKTAR LUAS PANEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan

I. PENDAHULUAN. pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk Indonesia yang cukup pesat menyebabkan pemenuhan akan kebutuhan juga semakin banyak. Perkembangan tersebut terlihat pada semakin meningkatnya jenis

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI PISANG

OUTLOOK KOMODITI PISANG ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI PISANG 2014 OUTLOOK KOMODITI PISANG Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN ANGKA RAMALAN II 2015

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN ANGKA RAMALAN II 2015 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 66/11/73/Th.VI, 2 November 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN ANGKA RAMALAN II 2015 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2014, produksi Padi di

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2014 dan ANGKA RAMALAN I 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2014 dan ANGKA RAMALAN I 2015) BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 40/07/32/Th. XVII, 1 Juli PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2014 dan ANGKA RAMALAN I ) PRODUKSI PADI TAHUN 2014 (ANGKA TETAP) TURUN 3,63 PERSEN, SEDANGKAN

Lebih terperinci

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber

Lebih terperinci

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 Disampaikan pada Rapat Koordinasi Teknis Perecanaan Pembangunan Pertanian Tahun 2018 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 1 SASARAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI TEBU

OUTLOOK KOMODITI TEBU ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI TEBU 2014 OUTLOOK KOMODITI TEBU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2014

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2015) BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.19/03/35/Th XIV,1 Maret 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun ) A. PADI Angka Sementara () produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar 13,15 juta ton Gabah Kering

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA. Oleh :

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA. Oleh : LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Nizwar Syafa at Prajogo Utomo Hadi Dewa K. Sadra Erna Maria Lokollo Adreng Purwoto Jefferson Situmorang Frans

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sektor ini memiliki share sebesar 14,9 % pada

Lebih terperinci

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015)

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015) PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA ) No. 15 /03/94 /Th. VIII, 1 Maret 2016 A. PADI Produksi Padi Provinsi Papua tahun diperkirakan mencapai 181.682 ton gabah kering

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS ISSN 1907-1507 OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK NENAS

Lebih terperinci

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 PROVINSI SULAWESI SELATAN

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 PROVINSI SULAWESI SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 70/12/73/Th. II, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 PROVINSI SULAWESI SELATAN TOTAL BIAYA PER MUSIM

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di dunia semakin meningkat dari tahun ketahun. Jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar saat ini, akan melonjak menjadi sembilan miliar pada

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 48/11/Th. XVII, 03 November 2014 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) Sampai dengan Subround II (Januari-Agustus) tahun 2014, telah

Lebih terperinci

ANGKA RAMALAN II 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI

ANGKA RAMALAN II 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 64/11/32/Th. XVII, 2 November ANGKA RAMALAN II PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PRODUKSI PADI TAHUN (ARAM II) DIPERKIRAKAN MENURUN 4,02 PERSEN. A. PADI Berdasarkan Angka Ramalan

Lebih terperinci

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis LAPORAN AKHIR TA. 2013 STUDI KEBIJA AKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAUU JAWAA (TAHUN KE-2) Oleh: Bambang Irawan Gatoet Sroe Hardono Adreng Purwoto Supadi Valeriana Darwis Nono Sutrisno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam membentuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah memberikan kontribusi

Lebih terperinci

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 72/11/71/Th. IX, 2 November 2015 ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Ramalan 2 (Aram 2) produksi padi tahun 2015 diperhitungkan sebesar 673.712 ton Gabah Kering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan bagian pokok didalam kehidupan dimana dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan pemenuhan sandang, pangan, maupun papan yang harus

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU No. 35/07/14/Th. XVI, 1 Juli 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU (Angka Tetap 2014 dan Angka Ramalan I Tahun 2015) A. PADI. Angka Tetap produksi padi tahun 2014 adalah sebesar 385.475

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2015) BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.45/07/35/Th XIV,1 Juli 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2015) A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2015 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar 13,15 juta ton Gabah

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN TELUR ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

ANGKA TETAP TAHUN 2013 DAN ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA TETAP TAHUN 2013 DAN ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 4/7/71/Th. VIII, 1 Juli 214 ANGKA TETAP TAHUN 213 DAN ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 214 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Tetap (ATAP) produksi padi tahun 213 diperhitungkan sebesar 638.373 ton

Lebih terperinci

1. Angka. 2. Angka Kering. beras atau. meningkat. meningkat dari 1,4. diperkirakan akan. Produksi ubi kayu 2010.

1. Angka. 2. Angka Kering. beras atau. meningkat. meningkat dari 1,4. diperkirakan akan. Produksi ubi kayu 2010. . BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR T No.8/11/53/Th. XV, 1 November PRODUKSI TANAMAN PADI DAN PALAWIJA NTT (ANGKA TETAP 211 & ANGKAA RAMALAN II ) 1. Angka Tetap (ATAP) produksi padi Provinsi NTT Tahun 211

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan, pertama, sektor pertanian merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

ANGKA SEMENTARA 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI

ANGKA SEMENTARA 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 16/03/32/Th. XVII, 1 Maret 2016 ANGKA SEMENTARA PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PRODUKSI PADI TAHUN (ANGKA SEMENTARA) SEBESAR 11.373.234 TON MENURUN 2,33 PERSEN. A. PADI

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI dan PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011)

PRODUKSI PADI dan PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011) No. 57/11/63/Th.XV, 1 November PRODUKSI PADI dan PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III TAHUN ) Produksi padi tahun (ARAM III) diperkirakan sebesar 2.001.274 ton Gabah Kering Giling (GKG), naik sebesar 159.185 ton

Lebih terperinci