OUTLOOK KOMODITI TOMAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OUTLOOK KOMODITI TOMAT"

Transkripsi

1

2 ISSN OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i

3 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT ii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

4 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 84 halaman Penasehat : Ir. M. Tassim Billah, MSc. Penyunting : Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc. Ir. Noviati, M.Si Naskah : Roydatul Zikria, S.Si Design dan Layout : Roydatul Zikria, S.Si Design Sampul : Suyati, S.Kom Diterbitkan oleh : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2014 Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii

5 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT iv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

6 KATA PENGANTAR OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Guna mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya. Salah satu hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah Outlook Komoditi Hortikultura. Publikasi Outlook Komoditi Tomat Tahun 2014 menyajikan keragaan data series komoditi tomat secara nasional dan internasional selama tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi penawaran dan permintaan domestik dari tahun 2014 sampai dengan tahun Publikasi ini disajikan dalam bentuk hard copy sedangkan untuk bentuk soft copy dapat dengan mudah diperoleh atau diakses melalui website Pusdatin yaitu Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi komoditi tomat secara lebih lengkap dan menyeluruh. Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya. Jakarta, Desember 2014 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. NIP Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v

7 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

8 DAFTAR ISI OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Halaman KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG TUJUAN RUANG LINGKUP... 2 BAB II. METODOLOGI SUMBER DATA DAN INFORMASI METODE ANALISIS Analisis Keragaan Analisis Penawaran Analisis Permintaan Kelayakan Model Program Pengolahan Data... 8 BAB III. KERAGAAN NASIONAL PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TOMAT DI INDONESIA Perkembangan Luas Panen Tomat di Indonesia Perkembangan Produksi dan Produktivitas Tomat di Indonesia Sentra Produksi Tomat Dalam dan Tomat Hibrida di Indonesia PERKEMBANGAN HARGA TOMAT DI INDONESIA PERKEMBANGAN KONSUMSI TOMAT DI INDONESIA PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR TOMAT DI INDONESIA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii

9 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Perkembangan Volume Ekspor Impor Tomat di Indonesia Perkembangan Nilai Ekspor Impor Tomat di Indonesia Perkembangan Neraca Perdagangan Tomat di Indonesia Negara Tujuan Ekspor dan Negara Asal Impor Tomat Indonesia BAB IV. KERAGAAN DUNIA PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TOMAT DI ASEAN DAN DUNIA Perkembangan Luas Panen Tomat di Asean Perkembangan Produksi Tomat di Asean Perkembangan Produktivitas Tomat di Asean Perkembangan Luas Panen Tomat di Dunia Sentra Luas Panen Tomat di Dunia Perkembangan Produksi Tomat di Dunia Sentra Produksi Tomat di Dunia Perkembangan Produktivitas Tomat di Dunia PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR TOMAT DI ASEAN DAN DUNIA Perkembangan Volume Ekspor Impor Tomat di ASEAN Perkembangan Nilai Ekspor Impor Tomat di ASEAN Perkembangan Volume Ekspor Impor Tomat di Dunia Perkembangan Nilai Ekspor Impor Tomat di Dunia PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN TOMAT DI ASEAN DAN DUNIA Perkembangan Ketersediaan Tomat di ASEAN Perkembangan Ketersediaan Tomat Di Dunia viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

10 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 BAB V. PENAWARAN DAN PERMINTAAN PROYEKSI PENAWARAN TOMAT DI INDONESIA TAHUN PROYEKSI PERMINTAAN TOMAT DI INDONESIA TAHUN PROYEKSI NERACA PENAWARAN DAN PERMINTAAN TOMAT DI INDONESIA TAHUN PROYEKSI KETERSEDIAAN TOMAT DI ASEAN PROYEKSI KETERSEDIAAN TOMAT DI DUNIA DAFTAR PUSTAKA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix

11 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

12 DAFTAR TABEL OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Halaman Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data... 3 Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Luas Panen Tomat di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia Tahun Tabel 3.2. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Produksi Tomat di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia Tahun Tabel 5.1. Hasil Analisis Fungsi Respon Terkait Produksi Komoditi Tomat di Indonesia Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Penawaran Tomat di Indonesia Tahun Tabel 5.3. Hasil Proyeksi Konsumsi Tomat untuk Kebutuhan Rumah Tangga di Indonesia Tahun Tabel 5.4. Proyeksi Neraca Penawaran dan Permintaan Tomat di Indonesia Tahun Tabel 5.5. Proyeksi Ketersediaan Tomat di ASEAN Tahun Tabel 5.6. Proyeksi Ketersediaan Tomat di Dunia Tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi

13 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

14 DAFTAR GAMBAR OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Halaman Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Tomat di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia Tahun Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Tomat di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia Tahun Gambar 3.3. Perkembangan Produktivitas Tomat di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia Tahun Gambar 3.4. Kontribusi Produksi Tomat Beberapa Provinsi Sentra di Indonesia Tahun Gambar 3.5. Perkembangan Produksi Tomat di Provinsi Sentra Tahun Gambar 3.6. Kontribusi Produksi Tomat di Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar 3.7. Kontribusi Produksi Tomat di Provinsi Sumatera Utara Tahun Gambar 3.8. Kontribusi Produksi Tomat di Provinsi Jawa Tengah Tahun Gambar 3.9. Kontribusi Produksi Tomat di Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Tomat Sayur di Indonesia Tahun Gambar Perkembangan Konsumsi Tomat untuk Kebutuhan Rumah Tangga di Indonesia Tahun Gambar Perkembangan Ketersediaan Tomat di Indonesia Tahun Gambar Perkembangan Perkembangan Penggunaan Ketersediaan Tomat Sayur di Indonesia Tahun Gambar Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Tomat di Indonesia Tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii

15 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Gambar Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Tomat di Indonesia Tahun Gambar Perkembangan Neraca Perdagangan Tomat di Indonesia Tahun Gambar Negara Tujuan Ekspor Tomat Indonesia Tahun Gambar Negara Asal Impor Tomat Indonesia Tahun Gambar 4.1. Perkembangan Luas Panen Tomat di ASEAN Tahun Gambar 4.2. Kontribusi Luas Panen Tomat Beberapa Negara di ASEAN Tahun Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Tomat di ASEAN Tahun Gambar 4.4. Kontribusi Produksi Tomat Beberapa Negara di ASEAN Tahun Gambar 4.5. Perkembangan Produktivitas Tomat di ASEAN Tahun Gambar 4.6. Perkembangan Luas Panen Tomat di Dunia Tahun Gambar 4.7. Kontribusi Luas Panen Tomat Beberapa Negara di Dunia Tahun Gambar 4.8. Perkembangan Produksi Tomat di Dunia Tahun Gambar 4.9. Kontribusi Produksi Tomat Beberapa Negara di Dunia Tahun Gambar Perkembangan Produktivitas Tomat di Dunia Tahun Gambar Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Tomat di ASEAN Tahun Gambar Kontribusi Volume Ekspor Tomat Beberapa Negara di ASEAN Tahun Gambar Kontribusi Volume Impor Tomat Beberapa Negara di ASEAN Tahun Gambar Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Tomat di ASEAN Tahun xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

16 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Gambar Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Tomat di Dunia Tahun Gambar Kontribusi Volume Ekspor Tomat Beberapa Negara di Dunia Tahun Gambar Kontribusi Volume Impor Tomat Beberapa Negara di Dunia Tahun Gambar Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Tomat di Dunia Tahun Gambar Perkembangan Ketersediaan Tomat di ASEAN Tahun Gambar Perkembangan Ketersediaan Tomat di Dunia Tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xv

17 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT xvi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

18 DAFTAR LAMPIRAN OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Halaman Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen Tomat di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia Tahun Lampiran 2. Perkembangan Produksi Tomat di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia Tahun Lampiran 3. Perkembangan Produktivitas Tomat di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia Tahun Lampiran 4. Kontribusi Produksi Tomat Beberapa Provinsi Sentra di Indonesia Tahun Lampiran 5. Kabupaten Sentra Produksi Tomat di Provinsi Jawa Barat Tahun Lampiran 6. Kabupaten Sentra Produksi Tomat di Provinsi Sumatera Utara Tahun Lampiran 7. Kabupaten Sentra Produksi Tomat Dalam di Provinsi Jawa Tengah Tahun Lampiran 8. Kabupaten Sentra Produksi Tomat Dalam di Provinsi Jawa Timur Tahun Lampiran 9. Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Tomat Sayur di Indonesia Tahun Lampiran 10 Perkembangan Konsumsi Tomat Sayur di Indonesia Tahun Lampiran 11 Perkembangan Ketersediaan Tomat Sayur di Indonesia Tahun Lampiran 12. Perkembangan Ekspor dan Impor Tomat di Indonesia Tahun Lampiran 13. Negara Tujuan Ekspor Tomat Indonesia Tahun Lampiran 14. Negara Asal Impor Tomat Indonesia Tahun Lampiran 15. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tomat di ASEAN Tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xvii

19 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Lampiran 16. Lampiran 17. Kontribusi Luas Panen Tomat di Beberapa Negara di ASEAN Tahun Kontribusi Produksi Tomat di Beberapa Negara di ASEAN Tahun Lampiran 18. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tomat di Dunia Tahun Lampiran 19. Kontribusi Luas Panen Tomat di Beberapa Negara di Dunia Tahun Lampiran 20. Kontribusi Produksi Tomat di Beberapa Negara di Dunia Tahun Lampiran 21. Perkembangan Ekspor dan Impor Tomat di ASEAN Tahun Lampiran 22. Kontribusi Volume Ekspor Tomat Beberapa Negara di ASEAN Tahun Lampiran 23. Kontribusi Volume Impor Tomat Beberapa Negara di ASEAN Tahun Lampiran 24. Perkembangan Ekspor dan Impor Tomat di Dunia Tahun Lampiran 25. Kontribusi Volume Ekspor Tomat Beberapa Negara di Dunia Tahun Lampiran 26. Kontribusi Volume Impor Tomat Beberapa Negara di Dunia Tahun Lampiran 27. Ketersediaan Tomat di ASEAN Tahun Lampiran 28. Ketersediaan Tomat di Dunia Tahun Lampiran 29. Hasil Pengolahan Proyeksi Tomat di Indonesia Menggunakan Model Regresi Berganda Lampiran 30. Hasil Pengolahan Proyeksi Luas Panen Tomat di Indonesia Menggunakan Model Double Exponential Smoothing Lampiran 31. Hasil Pengolahan Proyeksi Harga Produsen Tomat Sayur di Indonesia Menggunakan Model Double Exponential Smoothing xviii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

20 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Lampiran 32. Lampiran 33. Lampiran 34. Lampiran 35. Lampiran 36. Hasil Pengolahan Proyeksi Volume Impor Tomat di Indonesia Menggunakan Model Trend Exponential Growth Hasil Pengolahan Proyeksi Volume Impor Tomat di Indonesia Menggunakan Model Trend Exponential Growth Hasil Pengolahan Proyeksi Konsumsi Tomat untuk Rumah Tangga di Indonesia Menggunakan Model Trend Quadratic Hasil Pengolahan Data Ketersediaan Tomat di ASEAN Menggunakan Model Double Exponential Smoothing Hasil Pengolahan Data Ketersediaan Tomat di Dunia Menggunakan Model Double Exponential Smoothing Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xix

21 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT xx Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

22 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tomat (Lycopersicon esculentum Miil) merupakan sayuran buah yang tergolong tanaman semusim berbentuk perdu dan termasuk ke dalam famili Solanacea. Buahnya merupakan sumber vitamin dan mineral. Penggunaannya semakin luas, karena selain dikonsumsi sebagai tomat segar dan untuk bumbu masakan, juga dapat diolah lebih lanjut sebagai bahan baku industri makanan seperti sari buah dan saus tomat (Wasonowati, 2011). Tomat menjadi salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi dan masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan hasilnya dan kualitas buahnya (Hanindita, 2008). Tomat sangat potensial dibudidayakan di Indonesia. Tergantung jenis atau varietasnya, tanaman ini dapat ditanam secara luas dari mulai dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman tomat yang cocok dikembangkan di dataran rendah adalah varietas atau kultivar yang tahan suhu panas dan juga tahan terhadap penyakit layu bakteri (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2004). Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) tahun , prospek perkembangan tomat Indonesia di kancah ASEAN cukup baik mengingat Indonesia merupakan negara dengan luas panen dan produksi terbanyak untuk tomat di ASEAN. Selain itu Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara eksportir tomat ASEAN setelah Malaysia. Namun di tingkat dunia, luas panen dan produksi tomat Indonesia masih kalah bersaing dibandingkan negara-negara lain. Untuk mengetahui sejauh mana prospek komoditi tomat dalam mendukung sektor pertanian di Indonesia, berikut ini akan disajikan perkembangan luas panen, produksi, produktivitas nasional dan dunia, harga produsen dan konsumen, konsumsi, ekspor dan impor, serta proyeksi penawaran dan permintaan tomat tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1

23 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 1.2. TUJUAN Melakukan Penyusunan Buku Outlook Komoditi Tomat yang berisi keragaan data series di Indonesia, ASEAN, dan dunia, serta dilengkapi dengan hasil proyeksi penawaran dan permintaan tomat di Indonesia, proyeksi ketersediaan tomat di ASEAN dan di dunia RUANG LINGKUP Kegiatan yang dicakup dalam penyusunan outlook komoditi tomat adalah: Identifikasi peubah-peubah yang dianalisis mencakup luas areal, produksi, produktivitas, harga, konsumsi, ekspor, impor, negara tujuan ekspor, negara asal impor, dan situasi komodi tomat di Indonesia, ASEAN, dan di dunia. Penyusunan analisis komoditi tomat serta penyusunan proyeksi permintaan dan penawaran tomat di Indonesia tahun , serta proyeksi ketersediaan tomat di ASEAN tahun dan proyeksi ketersediaan tomat di dunia tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

24 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 BAB II. METODOLOGI 2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI Buku Outlook Komoditi Tomat Tahun 2014 disusun berdasarkan data dan informasi yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Food and Agriculture Organization (FAO). Jenis variabel, periode dan sumber data secara rinci disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data No Variabel Periode Luas Panen Tomat di Indonesia Produksi Tomat di Indonesia Produktivitas Tomat di Indonesia Harga Produsen dan Konsumen Tomat di Indonesia Konsumsi Tomat di Indonesia Ekspor Impor Tomat di Indonesia Negara Tujuan Ekspor dan Negara Asal Impor Tomat Luas Panen Tomat di ASEAN Produksi Tomat di ASEAN Produktivitas Tomat di ASEAN BPS Sumber Data BPS Buah Segar BPS Keterangan BPS Tomat Sayur BPS 2013 BPS FAO FAO Susenas, Neraca Bahan Makanan FAO Total Tomat (Tomat Sayur dan Tomat Buah) Kode HS (Tomat segar/dingin) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3

25 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT No Variabel Periode Sumber Data Keterangan Ekspor Impor Tomat di ASEAN Luas Panen Tomat di Dunia Produksi Tomat di Dunia Produktivitas Tomat di Dunia Ekspor Impor Tomat di Dunia Jumlah Penduduk Indonesia FAO FAO FAO FAO FAO BPS Hasil Proyeksi BPS 2.2. METODE ANALISIS Metode yang digunakan dalam penyusunan Outlook Komoditi Tomat adalah sebagai berikut: Analisis Keragaan Analisis keragaan atau perkembangan komoditi tomat dilakukan berdasarkan ketersediaan data series yang yang mencakup indikator luas panen, produksi, produktivitas, harga, konsumsi, dan ekspor-impor dengan analisis deskriptif sederhana. Analisis keragaan dilakukan untuk data series tomat di Indonesia, ASEAN, dan dunia Analisis Penawaran Penawaran/penyediaan komoditi tomat yang dianalisis adalah dari hasil perhitungan produksi tomat dalam negeri ditambah impor dikurangi ekspor. Pendekatan penawaran ini mengikuti neraca bahan makanan (NBM) yang disusun Badan Ketahanan Pangan (BKP) dan BPS, dengan rumus perhitungan penawaran/penyediaan (Supply) Pw = P + I E Dimana : Pw = total penyediaan dalam negeri P = produksi I = impor E = ekspor 4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

26 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Stok tidak merupakan komponen penawaran pada komoditas tomat karena sifatnya yang mudah busuk sehingga tidak distok. Analisis penawaran dilakukan dengan memproyeksikan produksi, volume impor dan volume ekspornya. Penelusuran model untuk fungsi produksi tersebut dilakukan dengan pendekatan persamaan Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regression). Persamaan regresi tersebut memetakan peubah penjelas/bebas terhadap peubah respons/tak bebas. Dalam regresi linier berganda, parameter yang diduga bersifat linier serta jumlah peubah bebas dan atau tak bebas yang terlibat di dalamnya lebih dari satu. Secara umum regresi linier berganda dapat dinyatakan dengan model berikut: Y b0 b1 X 1 b2 X 2... bn X b 0 n j 1 b j X j n dimana : Y = Peubah respons/tak bebas X n = Peubah penjelas/bebas n = 1,2, b 0 = nilai konstanta b n = koefisien arah regresi atau parameter model regresi = untuk peubah x n sisaan Dengan memperhatikan ketersediaan data, fungsi produksi dimodelkan berdasarkan data produksi dalam periode tahunan dimana produksi pada periode ke-t diduga merupakan fungsi dari luas panen dan harga produsen periode ke-t. Untuk peubah-peubah bebas (luas panen dan harga produsen) yang tidak tersedia datanya dalam periode waktu yang bersesuaian maka dilakukan proyeksi melalui analisis deret waktu (time series analysis). Pada dasarnya analisis deret waktu merupakan analisis regresi variabel Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5

27 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT data atas variabel waktu dimana dalam fungsi regresinya keterlibatan besaran autokorelasi (autocorrelation) dapat dibuktikan keberadaannya. Jika besaran ini tidak ada maka analisis regresi yang dilakukan adalah analisis regresi sederhana biasa, yaitu analisis regresi data atas waktu. Sedangkan jika ada (signifikans) maka analisis yang dilakukan adalah analisis regresi data deret waktu, yaitu analisis antar nilai amatan. Dalam teori statistika, setiap data deret waktu dibangun atas komponen trend (T), siklis (S), musiman (M untuk data bulanan), dan variasi residu (R). Bentuk hubungan antara nilai data dengan komponenkomponen tersebut dapat bermacam-macam dan bentuk hubungan yang sering digunakan adalah linier dan multiplikatif. Jika x t adalah nilai data pada waktu ke-t dan hubungan dengan komponenya linier, maka persamaannya adalah x x t t T S M R, jika t : bulanan t t t t t t T S R, jika t : tahunan t dan jika hubungannya multiplikatif, maka persamaannya adalah x x t t T S M R, jika t : bulanan t t t t t t t T S R, jika t : tahunan Pengetahuan terhadap komponen pembentuk data deret waktu sangat penting dalam pemodelan, keberadaan komponen-kompenen tersebut dapat menjadi indikasi metode terbaik yang bisa digunakan. Beberapa metode yang digunakan dalam pemodelan data deret waktu adalah Metode Rata-rata bergerak (Moving Average), Regresi Linier dengan data deret waktu, Pemulusan Eksponensial, metode Winters, dsb. Peubah bebas dalam fungsi produksi terdiri dari luas panen dan harga produsen, dimana proyeksi kedua peubah bebas tersebut menggunakan model pemulusan eksponensial berganda (Double Exponential Smoothing). Sedangkan proyeksi volume impor dan volume ekspor tomat menggunakan model Trend Exponential Growth. 6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

28 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Analisis Permintaan Permintaan tomat didekati dari ketersediaan per kapita tomat untuk konsumsi yang bersumber dari data neraca bahan makanan (NBM). Komponen penggunaan pangan meliputi kebutuhan untuk pakan, bibit, industri dan ketersediaan bahan pangan untuk konsumsi penduduk dengan rumus perhitungan permintaan/pengunaan (Utilization) : Pg = Pk + Bt + Id + Tc + K Dimana : Pg = total penggunaan Pk = pakan Bt = bibit Id = industri Tc = tercecer K = ketersediaan bahan makanan Ketersediaan bahan makanan untu konsumsi rumah tangga diperoleh dari hasil SUSENAS. Kebutuhan bibit merupakan proporsi 8,83% terhadap produksi sedangkan tercecer merupakan proporsi 0,71% terhadap produksi, proporsi ini bersumber dari besaran konversi (persentase terhadap penyediaan dalam negeri) pada Neraca Bahan Makanan. Kebutuhan untuk ketersediaan lainnya contohnya kebutuhan untuk industri dan lain-lain, dihitung dari penawaran kebutuhan untuk konsumsi rumah tangga kebutuhan bibit tercecer. Dikarenakan keterbatasan data, proyeksi konsumsi tomat untuk rumah tangga diproyeksi dengan model Trend quadratic dengan MAPE 10, Kelayakan Model Ketepatan sebuah model regresi dapat dilihat dari Uji-F, Uji-t dan koefisien determinasi (R 2 ). Koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya keragaman dari peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubah peubah bebas (X). Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan persamaan: R 2 SS Regresi SS Total dimana : SS Regresi adalah jumlah kuadrat regresi SS Total adalah jumlah kuadrat total Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7

29 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Sementara, untuk model time series baik analisis trend, pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing) maupun model time series lainnya, ukuran kelayakan model berdasarkan nilai kesalahan dengan menggunakan statistik MAPE (mean absolute percentage error) atau kesalahan persentase absolut rata-rata yang diformulasikan sebagai berikut: dimana: X t adalah data aktual F t adalah nilai ramalan. Semakin kecil nilai MAPE maka model time series yang diperoleh semakin baik Program Pengolahan Data Pengolahan data untuk analisis penawaran dan permintaan menggunakan software statistik Minitab Release 15. Software ini digunakan untuk pemodelan regresi berganda dan time series, seperti analisis trend atau pemulusan eksponensial berganda. 8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

30 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 BAB III. KERAGAAN NASIONAL 3.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS TOMAT DI INDONESIA Perkembangan Luas Panen Tomat di Indonesia Pola perkembangan luas panen tomat di Indonesia selama periode tahun cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 1,91% per tahun (Gambar 3.1). Pada tahun 1990 luas panen tomat di Indonesia Ha kemudian pada tahun 2013 meningkat menjadi Ha. Pada periode rata-rata pertumbuhan luas panen tomat naik sebesar 2,09% per tahun sedangkan selama periode rata-rata pertumbuhannya sebesar 1,81% per tahun. Luas panen tomat tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar Ha atau naik 9,44% terhadap tahun sebelumnya. Berdasarkan wilayah pengembangannya, komoditi tomat sebagian besar dikembangkan di Luar Jawa (Gambar 3.1). Luas panen tomat di Luar Jawa pada tahun menunjukkan pola perkembangan meningkat sebagaimana pola perkembangan luas panen tomat di Indonesia dengan kontribusi luas panen tomat di Luar Jawa lebih dari 63% total luas panen tomat di Indonesia. Rata-rata pertumbuhan luas panen tomat di Jawa selama tahun mencapai 2,12% per tahun. Pada tahun rata-rata pertumbuhan luas panen tomat di Jawa naik mencapai 2,09% per tahun, demikian juga pada tahun rata-rata pertumbuhannya naik sebesar 2,14% per tahun. Sedangkan untuk wilayah Luar Jawa, rata-rata pertumbuhan luas panen selama periode sebesar 2,03% per tahun. Rata-rata pertumbuhan 2,34% per tahun dicapai pada periode dan pada luas panen tomat naik dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,86% per tahun. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9

31 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Tomat di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, Tahun Dari sisi kontribusi, luas panen tomat di Luar Jawa selama lima tahun terakhir ( ) memberikan kontribusi sebesar 63,64% terhadap total luas panen tomat Indonesia. Sedangkan pada periode yang sama, luas panen tomat di Jawa hanya memberikan kontribusi 36,36% terhadap total luas panen tomat Indonesia (Tabel 3.1). Secara rinci perkembangan luas panen tomat di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia disajikan dalam Lampiran 1. Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Luas Panen Tomat di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, Tahun Tahun Luas Panen Jawa Luar Jawa Indonesia Pertumbuhan (%) ,09 2,34 2, ,14 1,86 1, ,12 2,03 1, ,86 1,31 2,53 Kontribusi (%) ,58 63,42 100, ,22 62,78 100, ,95 63,05 100, ,36 63,64 100,00 Sumber : BPS, diolah Pusdatin 10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

32 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Perkembangan Produksi dan Produktivitas Tomat di Indonesia Seiring dengan perkembangan luas panennya, perkembangan produksi tomat di Indonesia juga cenderung meningkat (Gambar 3.2). Pada periode , produksi tomat Indonesia meningkat dengan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,27% per tahun. Pada periode rata-rata pertumbuhan produksi tomat sebesar 8,80% per tahun sedangkan selama kurun waktu kenaikan rata-rata pertumbuhan produksi tomat sebesar 4,65% per tahun. Secara umum terjadi peningkatan produksi tomat di Indonesia dari ton pada tahun 1980 menjadi ton pada tahun 2013 dimana produksi tomat tertinggi dicapai pada tahun 2013 yaitu sebesar ton atau naik 11,12% terhadap tahun Pada tahun produksi tomat di Luar Jawa lebih banyak dibandingkan Jawa, hal ini dimungkinkan karena selama dua dekade lebih ( ) luas panen tomat didominasi oleh luas panen dari di luar jawa. Namun sejak tahun produksi tomat di Jawa melebihi produksi Luar Jawa. Produksi tomat terbanyak di Jawa maupun Luar Jawa dicapai pada tahun 2011 yaitu masing-masing sebesar ton dan ton. Secara rinci perkembangan produksi tomat di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia disajikan dalam Lampiran 2. Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Tomat di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, Tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11

33 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Seperti halnya pada luas panen, kontribusi produksi tomat selama periode sebesar 50,10% berasal dari Luar Jawa, sedangkan 49,90% merupakan kontribusi dari Jawa (Tabel 3.2). Tabel 3.2. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Produksi Tomat di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, Tahun Tahun Produksi Jawa Luar Jawa Indonesia Pertumbuhan (%) ,04 7,93 8, ,82 6,00 4, ,26 6,75 6, ,13 7,68 6,76 Kontribusi (%) ,56 58,44 100, ,22 62,78 100, ,19 50,81 100, ,90 50,10 100,00 Sumber : BPS, diolah Pusdatin Seperti halnya perkembangan luas panen dan produksinya, perkembangan produktivitas tomat di Indonesia selama kurun waktu juga cenderung meningkat (Gambar 3.3). Tahun 1990 produktivitas tomat di Indonesia mencapai 7,52 Ton/Ha kemudian pada tahun 2013 produktivitasnya meningkat menjadi 16,61 Ton/Ha. Rata-rata laju pertumbuhan produktivitas tomat selama periode sebesar 4,39% per tahun dimana produktivitas tomat tertinggi dicapai pada tahun 2011 yaitu sebesar 16,65 Ton/Ha atau naik 14,20% terhadap tahun sebelumnya. Mulai tahun 1995 hingga tahun 2013 produktivitas tomat di Jawa lebih tinggi dibandingkan produktivitas di Luar Jawa dan bahkan Indonesia. Tahun 2013 produktivitas tomat di Jawa sebesar 21,59 Ton/Ha sedangkan di Luar Jawa 13,58 Ton/Ha. Produktivitas tomat di Indonesia disajikan secara rinci pada Lampiran Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

34 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Gambar 3.3. Perkembangan Produktivitas Tomat di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, Tahun Sentra Produksi Tomat di Indonesia Sentra produksi tomat di Indonesia selama kurun waktu didominasi oleh lima provinsi yaitu Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera Barat. Kelima provinsi tersebut hanya memberikan share kumulatif sebesar 66,41%, hal ini berarti bahwa budidaya tomat menyebar di beberapa provinsi dan tidak hanya berada di provinsi tertentu. Kontribusi produksi terbesar untuk tomat di Indonesia berasal dari Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 35,26%, diikuti oleh Sumatera Utara (10,78%), Jawa Tengah (7,48%), Jawa Timur (6,68%) dan Sumatera Barat (6,22%). Sisanya sebesar 33,59% merupakan kontribusi produksi dari provinsi lainnya (Gambar 3.4). Kontribusi produksi tomat beberapa provinsi sentra di indonesia disajikan secara rinci pada Lampiran 4. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13

35 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Gambar 3.4. Kontribusi Produksi Tomat Beberapa Provinsi Sentra di Indonesia, Tahun Perkembangan produksi tomat di lima provinsi sentra selama tiga tahun terakhir ( ) didominasi oleh Jawa Barat. Tahun Jawa Barat menempati urutan pertama sebagai sentra produksi tomat, diikuti oleh Sumatera Utara pada urutan kedua (Gambar 3.5). Tahun produksi tomat Sumatera Barat berada di urutan ketiga meskipun pada tahun 2011 produksinya lebih rendah dibandingkan produksi tomat Jawa Tengah dan Jawa Timur. Perkembangan produksi tomat di provinsi sentra selama tiga tahun terakhir disajikan secara rinci pada Lampiran 4. Gambar 3.5. Perkembangan Produksi Tomat di Provinsi Sentra, Tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

36 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Jawa Barat merupakan provinsi dengan produksi tomat terbanyak di Indonesia pada Tahun Sebaran produksi tomat terbesar di Jawa Barat terdapat di 5 kabupaten (Gambar 3.6). Kabupaten dengan produksi tomat terbanyak adalah Kab. Garut dengan produksi ton atau 35,46% dari total produksi tomat Provinsi Jawa Barat. Kabupaten penghasil tomat terbesar lainnya di Jawa Barat adalah Kabupaten Cianjur dengan produksi sebesar ton (26,43%), Kabupaten Bandung ton (18,14%), Kabupaten Sukabumi ton (5,57%), dan Kabupaten Bndung Barat ton (4,42%). Sedangkan sisanya sebesar 9,98% ( ton) merupakan kontribusi dari kabupaten lainnya. Kabupaten sentra produksi tomat di Jawa Barat dan kontribusinya disajikan secara rinci pada Lampiran 5. Gambar 3.6. Kontribusi Produksi Tomat di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2013 Di Provinsi Sumatera Utara, pada tahun 2013 Kabupaten Karo adalah kabupaten penghasil tomat dengan produksi terbesar yaitu mencapai ton atau 65,32% dari produksi tomat di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten penghasil tomat terbesar lainnya adalah Kabupaten Simalungun dengan produksi sebesar ton (17,16%), Kabupaten Tapanuli Utara sebesar ton (5,61%), Kabupaten Humbang Hasundutan sebesar ton (2,60%), dan Kabupaten Tapanuli Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15

37 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Selatan sebesar ton (2,03%). Sedangkan sisanya sebesar 7,28% (8.310 ton) merupakan kontribusi dari kabupaten lainnya (Gambar 3.7). Kabupaten sentra produksi tomat di Sumatera Utara dan kontribusinya disajikan secara rinci pada Lampiran 6. Gambar 3.7. Kontribusi Produksi Tomat di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2013 Untuk Provinsi Jawa Tengah, pada tahun 2013 sebanyak ton atau 18,70% produksi tomat di provinsi tersebut berasal dari Kabupaten Semarang. Kabupaten berikutnya dengan produksi terbesar untuk tomat di Jawa Tengah adalah Kabupaten Wonosobo ton (16,51%), Kabupaten Magelang ton (14,31%), Kabupaten Pemalang ton (12,49%), Kabupaten Temanggung ton (8,60%), dan Kabupaten Tegal ton (6,90%). Sedangkan sisanya sebesar 22,50% ( ton) merupakan kontribusi dari kabupaten lainnya (Gambar 3.8). Kabupaten sentra produksi tomat di Jawa Tengah dan kontribusinya disajikan secara rinci pada Lampiran Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

38 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Gambar 3.8. Kontribusi Produksi Tomat di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2013 Provinsi sentra produksi tomat selanjutnya adalah Provinsi Jawa Timur dimana pada tahun 2013 sebanyak ton atau 39,49% produksi tomat Provinsi Jawa Timur berasal dari Kabupaten Malang (Gambar 3.9). Kabupaten penghasil tomat terbesar selanjutnya adalah Kabupaten Kediri dengan ton (14,23%), Kota Batu sebesar ton (7,78%), Kab. Lumajang sebesar ton (5,52%), Kab. Magetan sebesar ton (5,47%), dan Kabupaten Probolinggo sebesar ton (4,11%). Sedangkan kabupaten lainnya berkontribusi 23,39% ( ton) dari total produksi tomat di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten sentra produksi tomat di Jawa Timur dan kontribusinya disajikan secara rinci pada Lampiran 8. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17

39 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Gambar 3.9. Kontribusi Produksi Tomat di Provinsi Jawa Timur, Tahun PERKEMBANGAN HARGA TOMAT DI INDONESIA Berdasarkan data dari BPS, perkembangan harga produsen tomat sayur di Indonesia pada tahun cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 12,08% per tahun (Gambar 3.10). Tahun 2005 harga produsen tomat sayur sebesar Rp per Kg kemudian naik menjadi Rp per Kg pada tahun Harga tomat tertinggi dicapai pada tahun 2013 dengan pertumbuhan 3,76% terhadap tahun Sedangkan perkembangan harga tomat sayur Indonesia di tingkat konsumen selama periode juga cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 17,33% per tahun (Gambar 3.11). Pada tahun 2005 harga konsumen tomat sayur sebesar Rp per Kg. Tahun 2013 harganya meningkat menjadi Rp per Kg. Sebagaimana pada harga produsen, harga konsumen tomat tertinggi juga dicapai pada tahun 2013 dengan pertumbuhan 5,44% terhadap tahun Selama tahun terdapat disparitas harga tomat di tingkat produsen dan konsumen yang semakin besar dari tahun ke tahun. Tahun 2005 disparitas harganya sebesar Rp /Kg dan semakin meningkat seiring bertambahnya tahun, dan pada tahun 2013 disparitas harga tomat sebesar Rp /Kg. Disparitas harga tomat selama periode 18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

40 OUTLOOK KOMODITI TOMAT meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 26% per tahun. Secara rinci harga tomat sayur tingkat produsen dan konsumen di Indonesia disajikan pada Lampiran 9. Gambar Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Tomat Sayur di Indonesia, Tahun PERKEMBANGAN KONSUMSI TOMAT DI INDONESIA Konsumsi tomat untuk kebutuhan rumah tangga diperoleh dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilakukan BPS, konsumsi tomat ini terdiri dari tomat sayur dan tomat buah. Pola perkembangan konsumsi tomat sayur pada periode cenderung fluktuatif (Gambar 3.11) dengan rata-rata pertumbuhan 12,19% per tahun. Konsumsi tomat sayur tahun 2002 sebesar 1,54 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2013 konsumsinya meningkat menjadi 1,72 kg/kapita/tahun. Konsumsi tomat sayur tertinggi dicapai pada tahun 2008 yaitu sebesar 2,23 kg/kapita/tahun. Perkembangan konsumsi tomat buah selama periode cenderung datar dan tidak terjadi banyak peningkatan. Tahun 2002 konsumsi tomat buah sebesar 0,02 kg/kapita/tahun dan meningkat menjadi 0,05 kg/kapita/tahun pada tahun 2013 dengan rata-rata pertumbuhan 27,78% per tahun. Konsumsi tomat buah tertinggi dicapai pada tahun 2011 yaitu sebesar 0,06 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19

41 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT kg/kapita/tahun. Sedangkan perkembangan konsumsi total tomat yang merupakan total konsumsi dari tomat sayur dan tomat buah cenderung berfluktuatif menyerupai perkembangan konsumsi tomat sayur. Hal ini menunjukkan konsumsi tomat didominasi oleh tomat sayur. Tahun 2002 konsumsi tomat sebesar 1,55 kg/kapita/tahun dan meningkat menjadi 1,76 kg/kapita/tahun dengan rata-rata pertumbuhan 3,66%/tahun. Secara rinci perkembangan konsumsi tomat untuk kebutuhan rumah tangga di Indonesia disajikan pada Lampiran 10. Gambar Perkembangan Konsumsi Tomat untuk Kebutuhan Rumah Tangga di Indonesia, Tahun Ketersediaan tomat merupakan representasi dari total konsumsi baik untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga maupun kebutuhan sektor industri, bibit, tercecer, dan kebutuhan lainnya. Ketersediaan tomat untuk total konsumsi merupakan data dari Neraca Bahan Makanan (NBM), dimana data yang tersedia tomat sayur sedangkan data ketersediaan tomat buah tidak tersedia. Data tahun adalah angka tetap sedangkan tahun 2013 adalah angka sementara. Perkembangan ketersediaan tomat sayur pada periode cenderung meningkat (Gambar 3.12) dengan rata-rata pertumbuhan 4,24% per tahun. Ketersediaan tomat sayur tahun 2002 sebesar 2,46 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2013 merupakan konsumsi terbanyak untuk tomat sayur yaitu 20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

42 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 sebesar 3,76 kg/kapita/tahun. Secara rinci perkembangan ketersediaan tomat sayur di Indonesia disajikan pada Lampiran 11. Gambar Perkembangan Ketersediaan Tomat Sayur di Indonesia, Tahun Penggunaan dari ketersediaan tomat sayur (NBM) adalah untuk pakan, bibit, diolah untuk makanan dan bukan makanan, tercecer, dan bahan makanan. Data tahun adalah angka tetap sedangkan tahun 2013 adalah angka sementara. Pada tahun perkembangan ketersediaan tomat cenderung meningkat (Gambar 3.13) dengan rata-rata pertumbuhan 5,50% per tahun. Tahun 2002 ketersediaan tomat sayur sebesar 574 ribu ton dan meningkat menjadi 1 juta ton pada tahun Sebagian besar ketersediaan tomat sayur tersebut digunakan untuk bahan makanan dan hanya sebagian kecil yang digunakan untuk bibit dan tercecer. Secara rinci perkembangan penggunaan ketersediaan tomat sayur di Indonesia disajikan pada Lampiran 11. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21

43 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Gambar Perkembangan Penggunaan Ketersediaan Tomat Sayur di Indonesia, Tahun PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR TOMAT DI INDONESIA Perkembangan Volume Ekspor Impor Tomat di Indonesia Perkembangan volume ekspor tomat selama periode cenderung fluktuatif (Gambar 3.14). Kode HS yang digunakan untuk tomat adalah (tomat segar/dingin). Pada tahun 2000 volume ekspor tomat Indonesia sebesar ton dan turun menjadi 365 ton pada tahun 2013 atau meningkat sebesar 54,65% per tahun. Volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2000 (Lampiran 12). Sementara itu perkembangan volume impor tomat Indonesia selama periode juga cenderung fluktuatif sebagaimana perkembangan volume ekspornya (Gambar 3.14). Rata-rata pertumbuhan volume impornya sebesar 62,66% per tahun. Tahun 2000 volume impor tomat sebesar 607 ton dan pada tahun 2013 volume impornya turun menjadi 11 ton. Volume impor tertinggi dicapai pada tahun 2002 yaitu sebesar ton dengan laju pertumbuhan 654,28% terhadap tahun 2001 (Lampiran 12). 22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

44 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Gambar Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Tomat di Indonesia Tahun, Perkembangan Nilai Ekspor Impor Tomat di Indonesia Perkembangan nilai ekspor dan impor tomat cenderung fluktuatif pada periode (Gambar 3.15). Pada tahun 2000 nilai ekspor tomat Indonesia 655 ribu US$ dan turun mencapai 454 ribu US$ pada tahun 2013 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 44,69% per tahun. Nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2007 dimana nilai ekspornya naik sebesar 694,57% terhadap tahun sebelumnya (Lampiran 12). Rata-rata pertumbuhan nilai impor tomat Indonesia pada periode lebih rendah dibanding rata-rata pertumbuhan nilai ekspornya, yaitu sebesar 15,73% per tahun. Tahun 2000 nilai impor tomat sebesar 223 ribu US$ dan turun menjadi 56 ribu US$ pada tahun Nilai impor tertinggi dicapai pada tahun 2002 yaitu sebesar 552 ribu US$ dengan laju pertumbuhan 209,33% terhadap tahun sebelumnya (Lampiran 12). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23

45 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Gambar Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Tomat di Indonesia, Tahun Perkembangan Neraca Perdagangan Tomat di Indonesia Perkembangan neraca perdagangan tomat di Indonesia tahun cenderung positif kecuali pada tahun 2002, 2003 dan 2006 dimana neraca perdagangannya negatif (Gambar 3.16). Pada tahun 2000, surplus neraca perdagangan tomat sebesar 431 ribu US$, dan pada tahun 2013 surplus menjadi 398 ribu US$. Defisit neraca perdagangan tomat pada tahun 2002, 2003 dan 2006 masing-masing sebesar 250 ribu US$, 21 ribu US$, dan 108 ribu US$. Rata-rata defisit neraca perdagangan tomat di Indonesia pada tahun sebesar 155,76% per tahun (Lampiran 12). Gambar Perkembangan Neraca Perdagangan Tomat di Indonesia, Tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

46 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Negara Tujuan Ekspor dan Negara Asal Impor Tomat di Indonesia Negara tujuan utama ekspor tomat Indonesia adalah Singapura dengan volume ekspor sebesar ton atau berkontribusi 67,91% terhadap total ekspor tomat Indonesia pada tahun 2013 (Gambar 3.17). Negara tujuan ekspor tomat Indonesia berikutnya adalah Malaysia dan Pakistan masing-masing dengan volume ekspor sebesar ton (24,44%) dan ton (7,39%). Negara lainnya hanya berkontribusi 0,26% terhadap volume ekspor tomat Indonesia tahun Negara tujuan ekspor tomat Indonesia disajikan secara rinci pada Lampiran 13. Gambar Negara Tujuan Ekspor Tomat Indonesia, Tahun 2013 Sedangkan negara asal impor tomat Indonesia pada tahun 2013 adalah Australia dan Turkey masing-masing dengan volume impor sebesar 825 ton dan 276 ton (Gambar 3.18). Negara asal impor tomat Indonesia disajikan secara rinci pada Lampiran 14. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25

47 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Gambar Negara Asal Impor Bawang Merah Indonesia Tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

48 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 BAB IV. KERAGAAN DUNIA 4.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS TOMAT DI ASEAN DAN DUNIA Perkembangan Luas Panen Tomat di Asean Berdasarkan data dari Food and Agriculture Organization (FAO), perkembangan luas panen tomat di ASEAN selama periode cenderung naik (Gambar 4.1). Selama tahun rata-rata pertumbuhan luas panen tomat meningkat sebesar 1,79% per tahun. Pada tahun 1980 total luas panen tomat di ASEAN sebesar ha dan pada tahun 2012 meningkat menjadi ha. Luas panen tertinggi dicapai pada tahun 1989 dengan pertumbuhan sebesar 16,56% terhadap tahun Perkembangan luas panen tomat di ASEAN disajikan secara rinci pada Lampiran 15. Gambar 4.1. Perkembangan Luas Panen Tomat di ASEAN, Tahun Berdasarkan data rata-rata luas panen tomat selama lima tahun terakhir ( ), terdapat tiga negara yang memberikan kontribusi luas panen tomat di ASEAN hingga 98,43%. Indonesia berkontribusi paling besar terhadap luas panen tomat ASEAN yaitu sebesar 69,85% (Gambar 4.2). Urutan kedua adalah Filipina dengan kontribusi 21,59% diikuti Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27

49 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Thailand dengan kontribusi 6,99%. Besarnya kontribusi luas panen tomat beberapa negara di ASEAN disajikan secara rinci pada Lampiran 16. Gambar 4.2. Kontribusi Luas Panen Tomat Beberapa Negara di ASEAN, Tahun Perkembangan Produksi Tomat di Asean Seperti halnya dengan perkembangan luas panen tomat, perkembangan produksi tomat di ASEAN juga cenderung naik (Gambar 4.3). Menurut data FAO, selama tahun rata-rata pertumbuhan produksi tomat meningkat sebesar 5,14% per tahun. Tahun 1980 produksi tomat di ASEAN sebesar ton kemudian meningkat hingga pada tahun 2012 produksinya menjadi ton. Produksi tertinggi dicapai pada tahun 2011 yaitu sebesar ton dengan pertumbuhan 4,36% terhadap tahun Perkembangan produksi tomat di ASEAN disajikan secara rinci pada Lampiran Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

50 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Tomat di ASEAN, Tahun Selama lima tahun terakhir ( ) rata-rata produksi tomat Indonesia berada di urutan pertama di ASEAN dengan kontribusi 66,82% (Gambar 4.4) atau rata-rata produksi ton. Negara-negara lainnya yang memberikan kontribusi produksi tomat di ASEAN adalah Filipina (15,57%) dan Thailand (10,54%). Besarnya kontribusi produksi tomat beberapa negara di ASEAN disajikan secara rinci pada Lampiran 17. Gambar 4.4. Kontribusi Produksi Tomat Beberapa Negara di ASEAN, Tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29

51 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Perkembangan Produktivitas Tomat di Asean Perkembangan produktivitas tomat di ASEAN tahun cenderung naik (Gambar 4.5). Berdasarkan data FAO, selama tahun rata-rata pertumbuhan produktivitas tomat meningkat sebesar 3,94% per tahun. Tahun 1980 produktivitas tomat di ASEAN sebesar 6,66 ton/ha dan terus mengalami peningkatan hingga mencapai 16,85 ton/ha pada tahun Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2011 yaitu sebesar 17,46 ton/ha dengan pertumbuhan produktivitas sebesar 9,50% terhadap tahun Perkembangan produktivitas tomat di ASEAN disajikan secara rinci pada Lampiran 15. Gambar 4.5. Perkembangan Produktivitas Tomat di ASEAN, Tahun Perkembangan Luas Panen Tomat di Dunia Perkembangan luas panen tomat di dunia berdasarkan data FAO tahun cenderung naik (Gambar 4.6) dengan rata-rata pertumbuhan 2,18% per tahun. Tahun 1980 total luas panen tomat di dunia sebesar 2,44 juta ha dan pada tahun 2012 naik menjadi 4,80 juta ha. Luas panen tertinggi dicapai pada tahun 2012 dengan pertumbuhan sebesar 1,71% terhadap tahun Perkembangan luas panen tomat di dunia disajikan secara rinci pada Lampiran Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

52 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Gambar 4.6. Perkembangan Luas Panen Tomat di Dunia, Tahun Sentra Luas Panen Tomat di Dunia Berdasarkan data rata-rata luas panen tomat selama lima tahun terakhir ( ), terdapat lima negara yang memberikan kontribusi luas panen tomat terbesar di dunia. Lima negara tersebut secara total memberikan kontribusi kumulatif sebesar 53,66% terhadap total luas panen tomat di dunia. Cina memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 20,52% (Gambar 4.7) terhadap luas panen tomat di dunia. Urutan kedua adalah India dengan kontribusi 15,46% diikuti Turki (6,83%), Nigeria (5,87%), dan Mesir (4,97%). Indonesia menempati urutan ke-16 dengan kontribusi sebesar 1,24% atau rata-rata luas ha. Negara-negara lainnya memberikan kontribusi 46,34% terhadap total luas panen tomat di dunia. Besarnya kontribusi negara-negara dengan luas panen tomat di dunia disajikan secara rinci pada Lampiran 19. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31

53 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Gambar 4.7. Kontribusi Luas Panen Tomat Beberapa Negara di Dunia, Tahun Perkembangan Produksi Tomat di Dunia Perkembangan produksi tomat di dunia tahun cenderung naik (Gambar 4.8) sebagaimana perkembangan luas panennya. Pada tahun 1980 produksi tomat di dunia sebesar 52,65 juta ton dan meningkat menjadi 161,79 juta ton pada tahun Produksi tertinggi dicapai pada tahun 2012 dengan pertumbuhan 1,71% terhadap tahun Secara umum rata-rata pertumbuhan produksi tomat di dunia periode sebesar 3,64%. Perkembangan produksi tomat di dunia disajikan secara rinci pada Lampiran 18. Gambar 4.8. Perkembangan Produksi Tomat di Dunia, Tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

54 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Sentra Produksi Tomat di Dunia Berdasarkan data FAO tahun terdapat lima negara sentra produksi tomat terbesar di dunia yaitu Cina, India, USA, Turki, dan Mesir. Cina menempati urutan pertama sebagai negara produsen tomat di dunia dengan rata-rata produksi 46,06 ton atau berkontribusi 30,02% (Gambar 4.9) terhadap produksi tomat dunia. Urutan kedua ditempati oleh India dengan kontribusi 8,89% diikuti oleh USA (8,54%), Turki (7,06%), dan Mesir (5,83%). Negara-negara lainnya memberikan kontribusi kurang dari 4% terhadap total produksi tomat di dunia. Indonesia menempati urutan ke-21 sebagai negara dengan produksi tomat terbanyak di dunia. Besarnya kontribusi negara-negara produsen tomat di dunia disajikan secara rinci pada Lampiran 20. Gambar 4.9. Kontribusi Produksi Tomat Beberapa Negara di Dunia, Tahun Perkembangan Produktivitas Tomat di Dunia Seperti halnya perkembangan luas panen dan produksinya, tahun perkembangan produktivitas tomat di dunia juga naik (Gambar 4.10) dengan rata-rata pertumbuhan 1,44% per tahun. Produktivitas tomat dunia tahun 1980 sebesar 21,55 ton/ha dan naik menjadi 33,68 ton/ha pada tahun Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2009 dengan produktivitas sebesar 33,93 ton/ha atau naik 2,20% terhadap Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33

55 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT tahun sebelumnya. Perkembangan produktivitas tomat di dunia disajikan secara rinci pada Lampiran 18. Gambar Perkembangan Produktivitas Tomat di Dunia, Tahun PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR TOMAT DI ASEAN DAN DUNIA Perkembangan Volume Ekspor Impor Tomat di Asean Berdasarkan data FAO tahun , perkembangan volume ekspor tomat di ASEAN cenderung naik (Gambar 4.11) dengan rata-rata pertumbuhan 6,06%. Tahun 1980 volume ekspor tomat di ASEAN sebesar ton dan naik menjadi ton pada tahun 2011, dimana volume ekspor tomat tertinggi dicapai pada tahun 2011 dengan pertumbuhan 5,05% terhadap tahun Seperti halnya perkembangan volume ekspornya, perkembangan volume impor tomat di ASEAN juga cenderung naik pada tahun (Gambar 4.11). Tahun 1980 volume impor tomat sebesar ton dan naik menjadi ton pada tahun 2011, dimana volume impor tertinggi dicapai pada tahun 2011 dengan pertumbuhan sebesar 8,85% terhadap tahun sebelumnya. Secara umum rata-rata pertumbuhan volume impor tomat periode sebesar 5,74%. Perkembangan volume ekspor dan impor tomat di ASEAN disajikan secara rinci pada Lampiran Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

56 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Gambar Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Tomat di ASEAN, Tahun Berdasarkan rata-rata realisasi ekspor tahun menunjukkan bahwa Malaysia menempati urutan pertama sebagai negara eksportir tomat di ASEAN dengan kontribusi sebesar 94,54% ( ton) terhadap total volume ekspor tomat ASEAN (Gambar 4.12). Indonesia berada diurutan kedua dengan rata-rata volume ekspor selama lima tahun terakhir sebesar 917 ton atau berkontribusi 3,05% terhadap volume ekspor tomat ASEAN. Volume ekspor tomat di ASEAN juga merupakan kontribusi dari Thailand dan Singapura masing-masing dengan kontribusi sebesar 1,75% (525 ton) dan 0,67% (202 ton). Kontribusi volume ekpor beberapa negara di ASEAN disajikan pada Lampiran 22. Gambar Kontribusi Volume Ekspor Tomat Beberapa Negara di ASEAN, Tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35

57 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Dari sisi impor, terlihat bahwa Singapura menempati urutan pertama sebagai negara importir tomat terbesar di ASEAN pada tahun dengan rata-rata volume impor sebesar ton atau berkontribusi 88,20% terhadap volume impor tomat ASEAN (Gambar 4.13). Urutan berikutnya yaitu Malaysia (9,42%), Thailand (1,08%), Filipina (0,58%), dan Brunei Darussalam (0,43%). Indonesia menempati urutan keenam sebagai negara importir tomat di ASEAN dengan kontribusi hanya 0,29% (94 ton) terhadap total volume impor tomat ASEAN. Kontribusi impor tomat di ASEAN juga disumbang oleh Kamboja sebesar 0,001%. Kontribusi volume impor tomat beberapa negara di ASEAN disajikan pada Lampiran 23. Gambar Kontribusi Volume Impor Tomat Beberapa Negara di ASEAN,Tahun Perkembangan Nilai Ekspor Impor Tomat di Asean Seperti halnya pada perkembangan volume ekspor impor tomat di ASEAN, perkembangan nilai ekspor impornya pada periode juga cenderung naik (Gambar 4.14). Rata-rata pertumbuhan nilai ekspor dan impor tomat di ASEAN masing-masing sebesar 11,03% dan 12,84% per tahun. Pada tahun 1980 nilai ekspor tomat di ASEAN sebesar 1,63 juta US$ sedangkan nilai impornya sebesar 1,87 juta US$ kemudian meningkat menjadi masing-masing sebesar 23,27 juta US$ dan 29,37 juta US$ pada tahun Baik nilai ekspor maupun nilai impor tertingginya dicapai 36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

58 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 pada tahun Perkembangan nilai ekspor dan impor tomat di ASEAN disajikan secara rinci pada Lampiran 21. Gambar Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Tomat di ASEAN, Tahun Perkembangan Volume Ekspor Impor Tomat di Dunia Perkembangan volume ekspor tomat di dunia berdasarkan data FAO tahun cenderung naik (Gambar 4.15). Tahun 1980 volume ekspor tomat di dunia sebesar 1,79 juta ton dan naik menjadi 7,45 juta ton pada tahun 2011, dimana volume ekspor tertinggi dicapai pada tahun Secara umum rata-rata pertumbuhan volume ekspor tomat dunia periode sebesar 4,91% per tahun. Perkembangan volume impor tomat di dunia tahun juga cenderung naik sebagaimana perkembangan volume impornya (Gambar 4.15). Volume impor tomat di dunia tahun 1980 sebesar 1,80 juta ton dan naik menjadi 6,83 juta ton pada tahun 2011, dimana volume impor tertinggi dicapai pada tahun Rata-rata pertumbuhan volume impor tomat di dunia pada tahun sebesar 4,50% per tahun. Perkembangan volume ekspor dan impor tomat di dunia disajikan secara rinci pada Lampiran 24. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37

59 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Gambar Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Tomat di Dunia, Tahun Rata-rata volume ekspor tomat di dunia tahun menunjukkan bahwa Meksiko menempati urutan pertama sebagai negara eksportir tomat di dunia. Berdasarkan data FAO lima tahun terakhir ( ), kontribusi ekspor tomat Meksiko sebesar 18,22% (1,25 juta ton) terhadap total volume ekspor tomat di dunia. Negara-negara eksportir tomat berikutnya adalah Belanda (13,74%), Spanyol (12,68%), Turki (7,30%), Syria (6,04%), Yordania (5,88%), Maroko (5,30%) dan USA (3,41%). Kedelapan negara tersebut berkontribusi 72,57% terhadap total volume ekspor tomat di dunia, sisanya sebesar 27,43% merupakan konmtribusi dari negara lainnya (Gambar 4.16). Indonesia menempati urutan ke-69 sebagai negara eksportir tomat di dunia dengan kontribusi hanya 0,01% (917 ton) terhadap total volume ekspor tomat dunia. Kontribusi volume ekpor beberapa negara di dunia disajikan pada Lampiran Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

60 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Gambar Kontribusi Volume Ekspor Tomat Beberapa Negara di Dunia, Tahun Dari sisi impor, terlihat bahwa USA menempati urutan pertama sebagai negara importir tomat terbesar di dunia pada tahun dengan kontribusi impor 20,14% (Gambar 4.17). Urutan berikutnya yaitu Jerman (10,59%), Rusia (10,54%), Perancis (7,96%), United Kingdom (6,41%), Irak (4,40%), Kanada (3,05%), dan Belanda (2,94%). Indonesia berada di urutan ke-120 sebagai negara importir tomat di dunia. Kontribusi volume impor beberapa negara di dunia disajikan pada Lampiran 26. Gambar Kontribusi Volume Impor Tomat Beberapa Negara di Dunia, Tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39

61 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Perkembangan Nilai Ekspor Impor Tomat di Dunia Perkembangan nilai ekspor impor tomat di dunia periode cenderung naik (Gambar 4.18). Rata-rata pertumbuhan nilai ekspor dan impor tomat di dunia masing-masing sebesar 7,52% dan 6,79% per tahun. Tahun 1980 nilai ekspor tomat di dunia sebesar 1,12 juta US$ sedangkan nilai impornya sebesar 1,35 juta US$ kemudian meningkat menjadi masing-masing sebesar 8,50 juta US$ dan 8,59 juta US$. Baik nilai ekspor maupun nilai impor tertingginya dicapai pada tahun Perkembangan nilai ekspor dan impor tomat di dunia disajikan secara rinci pada Lampiran 24. Gambar Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Tomat di Dunia, Tahun PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN TOMAT DI ASEAN DAN DUNIA Perkembangan Ketersediaan Tomat di Asean Karena keterbatasan data, maka ketersediaan tomat di ASEAN dihitung dari produksi dikurangi volume ekspor ditambah volume impor. Perkembangan ketersediaan tomat di ASEAN selama periode cenderung naik (Gambar 4.19) dengan rata-rata pertumbuhan 5,51%. Ketersediaan tomat di ASEAN tahun 1980 sebesar 351 ribu ton dan naik menjadi 1,44 juta ton pada tahun 2011, ketersediaan tomat ASEAN 40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

62 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 tertinggi dicapai pada tahun Perkembangan ketersediaan tomat di ASEAN disajikan secara rinci pada Lampiran 27. Gambar Perkembangan Ketersediaan Tomat di ASEAN, Tahun Perkembangan Ketersediaan Tomat di Dunia Sebagaimana ketersediaan tomat di ASEAN, ketersediaan tomat di dunia juga dihitung dari produksi dikurangi volume ekspor ditambah volume impor. Selama periode perkembangan ketersediaan tomat di dunia cenderung naik (Gambar 4.20) dengan rata-rata pertumbuhan 3,67% per tahun. Tahun 1980 ketersediaan tomat di dunia sebesar 52,67 juta ton dan naik menjadi 157,40 juta ton pada tahun 2011, ketersediaan tomat dunia tertinggi dicapai pada tahun Perkembangan ketersediaan tomat di dunia disajikan secara rinci pada Lampiran 28. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41

63 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Gambar Perkembangan Ketersediaan Tomat di Dunia, Tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

64 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 BAB V. PENAWARAN DAN PERMINTAAN 5.1. PROYEKSI PENAWARAN TOMAT DI INDONESIA TAHUN Dengan menggunakan metode regresi linier berganda yang telah dijelaskan di Bab II, proyeksi tomat dilakukan dengan pemodelan fungsi penawaran yang diperoleh dari perhitungan proyeksi produksi + proyeksi volume impor proyeksi volume ekspor. Data yang digunakan untuk pemodelan fungsi produksi meliputi data produksi, luas panen, dan harga produsen tomat sayur dengan series data tahun Pada model proyeksi produksi tomat, peubah tak bebasnya adalah produksi sedangkan peubah bebasnya adalah luas panen dan harga produsen tomat sayur. Berdasarkan model proyeksi yang diperoleh, produksi tahun ke-t diduga dipengaruhi oleh luas panen tahun ke-t dan harga produsen tomat tahun ke-t. Hasil pengolahan proyeksi produksi tomat menggunakan model regresi berganda disajikan pada Lampiran 29. Sedangkan luas panen dan harga produsen diproyeksi dengan Double Exponential Smoothing (DES) masingmasing dengan MAPE sebesar 5 dan 8,4. Hasil pengolahan data luas panen tomat menggunakan model DES disajikan pada Lampiran 30. Sedangkan hasil pengolahan data harga produsen tomat sayur menggunakan model DES disajikan pada Lampiran 31. Selain melakukan proyeksi produksi, luas panen dan harga produsen tomat, dilakukan juga proyeksi terhadap volume impor dan volume ekspor tomat untuk tahun Berbeda halnya dengan proyeksi variabel lainnya, proyeksi volume impor dan volume ekspor menggunakan Trend Exponential Growth masing-masing dengan MAPE sebesar 48 dan 66. Hasil pengolahan proyeksi volume impor tomat disajikan pada Lampiran 32 sedangkan hasil proyeksi volume ekspor tomat disajikan pada LampiraN 33. Hasil analisis fungsi respon terkait produksi komoditi tomat di Indonesia disajikan pada Tabel 5.1. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43

65 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Tabel 5.1. Hasil Analisis Fungsi Respon Terkait Produksi Komoditi Tomat di Indonesia No Model Fungsi R 2 F Sig. F 1. Respon produksi Ln Prod t = -2,97 + 1,39 Ln LP t + 0,16 Ln HP t t Stat : -0,80 3,84 4,26 p-value : 0,43 0,00 0,00 0,87 70,53 0,00 2. Smoothing Luas Panen MAPE : 5 3. Smoothing Harga Produsen MAPE : 8,4 4. Trend volume Impor Yt = 939,924 * (0,7695**t) MAPE : Trend volume Ekspor Yt = 806,837 * (0,9589**t) MAPE : 48 Keterangan : Prod t : Produksi tahun t (Ton) LP t : Luas Panen tahun t (Ha) HP t : Harga Produsen tahun t (Rp/Kg) t : tahun Berdasarkan model-model pada Tabel 5.1 diperoleh hasil proyeksi produksi tomat sebagaimana tersaji pada Tabel Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

66 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Penawaran Tomat di Indonesia Tahun Tahun Luas Panen (Ha) Harga Produsen (Rp/Kg) Produksi (Ton) Volume Impor (Ton) Volume Ekspor (Ton) Penawaran (Ton) Rata-rata Pertumb. (%/tahun) 1,33 4,99 2,67-22,52-4,10 2,67 Keterangan: Tahun Angka Hasil Proyeksi Pusdatin Luas panen tomat selama enam tahun terakhir ( ) diproyeksikan naik dengan rata-rata pertumbuhan 1,33% per tahun. Luas panen tomat di Indonesia tahun 2014 diproyeksikan sebesar Ha, tahun 2015 sebesar Ha, tahun 2016 sebesar Ha, tahun 2017 sebesar Ha, tahun 2018 sebesar Ha dan tahun 2019 luas panennya diproyeksikan menjadi Ha. Seperti halnya pada luas panen, harga produsen tomat selama periode juga diproyeksikan naik dengan rata-rata pertumbuhan 4,99% per tahun. Tahun 2014 harga produsen tomat diproyeksikan sebesar Rp /Kg, kemudian naik pada tahun 2015 menjadi Rp /Kg, tahun 2016 sebesar Rp /Kg, tahun 2017 sebesar Rp /Kg, tahun 2018 sebesar Rp /Kg dan tahun 2019 harga produsen tomat diproyeksikan sebesar Rp /Kg. Produksi tomat di Indonesia selama periode diproyeksikan naik dengan rata-rata pertumbuhan 2,67%% per tahun. Tahun 2014 produksi tomat diproyeksikan sebesar ton, tahun 2015 naik menjadi ton, tahun 2016 sebesar ton, tahun 2017 sebesar ton, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45

67 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT tahun 2018 sebesar ton kemudian meningkat lagi pada tahun 2019 menjadi ton. Volume impor tomat tahun 2014 diproyeksikan sebesar 18 ton, tahun 2015 sebesar 14 ton, tahun 2016 sebesar 11 ton, tahun 2017 sebesar 8 ton, tahun 2018 sebesar 6 ton, dan tahun 2019 turun menjadi 5 ton. Secara umum volume impor tomat selama enam tahun kedepan ( ) diproyeksikan turun dengan rata-rata 22,52% per tahun. Sebagaimana volume impornya, volume ekspor tomat selama periode juga diproyeksikan turun dengan rata-rata 4,10% per tahun. Tahun 2014 volume ekspor tomat diproyeksikan sebesar 487 ton, tahun 2015 sebesar 467 ton, tahun 2016 sebesar 448 ton, tahun 2017 sebesar 430 ton, tahun 2018 sebesar 412 ton, dan tahun 2019 turun menjadi 395 ton. Berdasarkan hasil perhitungan produksi + volume impor volume ekpor diperoleh proyeksi penawaran tomat di Indonesia tahun Tahun 2014 penawaran tomat diproyeksikan sebesar ton, tahun 2015 sebesar ton, tahun 2016 sebesar ton, tahun 2017 sebesar ton, tahun 2018 sebesar ton, dan tahun 2019 sebesar ton. Secara umum penawaran tomat diproyeksikan turun dengan rata-rata pertumbuhan 2,67% setiap tahunnya PROYEKSI PERMINTAAN TOMAT DI INDONESIA TAHUN Proyeksi permintaan tomat terdiri dari proyeksi untuk konsumsi rumah tangga, kebutuhan bibit, tercecer, dan ketersediaan lainnya. Berdasarkan Tabel Besaran Konversi NBM, kebutuhan untuk bibit tomat merupakan proporsi sebesar 8,83% terhadap produksi sedangkan proporsi untuk tercecer adalah 0,71% terhadap produksi tomat. Permintaan tomat untuk ketersediaan lainnya meliputi penggunaan untuk industri pangan, obat-obatan dan kosmetik (Balai Penelitian Tanaman Pangan, 2012). Jenis produk olahan tomat di industri pangan antara lain saus tomat, sari tomat, jelly drink tomat, yoghurt tomat, sirup tomat, puree (bubur) tomat, selai tomat, permen jelly tomat, dan manisan tomat (Dewanti, 2010). 46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

68 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Proyeksi konsumsi tomat untuk kebutuhan rumah tangga diperoleh dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun dimana data konsumsi yang tercatat merupakan konsumsi tomat sayur dan tomat buah. Karena keterbatasan data, konsumsi tomat tahun diproyeksi dengan Trend Quadratic dengan mempertimbangkan bahwa model tersebut yang menghasilkan nilai MAPE paling kecil dibandingkan model lainnya. Mean Absolute Percentage Error (MAPE) yang dihasilkan adalah 10,73. Konsumsi tomat untuk rumah tangga di Indonesia dihitung dari perkalian antara konsumsi SUSENAS dengan jumlah penduduk, dimana jumlah penduduk tahun merupakan data hasil proyeksi BPS. Hasil proyeksi konsumsi tomat untuk kebutuhan rumah tangga disajikan pada Tabel 5.3. Sedangkan proyeksi tomat untuk kebutuhan bibit, tercecer, dan ketersediaan lainnya disajikan pada Tabel 5.4. Tabel 5.3. Hasil Proyeksi Konsumsi Tomat untuk Kebutuhan Rumah Tangga di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi Rumah Tangga (Kg/Kap/Thn) Jumlah Penduduk (Jiwa) Konsumsi Rumah Tangga (Ton) , , , , , , Rata-rata Pertumb. (%/tahun) -5,99 1,22-4,84 Keterangan: Tahun Angka Hasil Proyeksi Pusdatin Konsumsi tomat untuk kebutuhan rumah tangga selama periode diproyeksikan turun dengan rata-rata penurunan 4,84% per tahun. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47

69 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Sedangkan jumlah penduduk diproyeksikan naik dengan rata-rata pertumbuhan 1,22% per tahun. Konsumsi tomat untuk rumah tangga di Indonesia diperoleh dari perkalian antara konsumsi per kapita (SUSENAS) dengan jumlah penduduk. Tahun 2014 konsumsi tomat untuk rumah tangga diproyeksikan sebesar ton, tahun 2015 sebesar ton, tahun 2016 sebesar ton, tahun 2017 sebesar ton, tahun 2018 sebesar ton dan tahun 2019 turun menjadi ton PROYEKSI NERACA PENAWARAN DAN PERMINTAAN TOMAT DI INDONESIA TAHUN Penawaran tomat merupakan komposisi dari produksi + volume impor volume ekspor. Sedangkan permintaan tomat merupakan komposisi dari konsumsi rumah tangga + bibit + tercecer + ketersediaan lainnya. Selama periode , produksi tomat diproyeksikan naik sedangkan volume ekspor dan volume impor diproyeksikan turun. Tomat untuk konsumsi rumah tangga diproyeksikan turun. Proyeksi kebutuhan untuk bibit yang merupakan proporsi 8,83% terhadap produksi diproyeksikan naik selama 6 tahun ke depan ( ) seiring dengan peningkatan proyeksi produksinya. Tahun 2014 kebutuhan untuk bibit diproyeksikan sebesar ton, tahun 2015 sebesar ton, tahun 2016 sebesar ton, tahun 2017 sebesar ton, tahun 2018 sebesar ton dan tahun 2019 naik menjadi ton. Proyeksi tomat tercecer dihitung dari proporsi 0,71% terhadap produksi. Tahun 2014 proyeksi tercecer sebanyak ton, tahun 2015 sebanyak ton, tahun 2016 sebanyak ton, tahun 2017 sebanyak ton, tahun 2018 sebanyak ton dan tahun 2019 meningkat menjadi ton. Ketersediaan lainnya merupakan hitungan dari penawaran konsumsi rumah tangga bibit tercecer. Tahun 2014 ketersediaan lainnya diproyeksikan sebesar ton dan diproyeksikan mengalami peningkatan pada tahun 2015 sebesar ton, tahun 2016 sebesar ton, tahun 2017 sebesar ton, tahun 2018 sebesar ton, dan tahun 2019 sebesar ton. 48 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

70 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Berdasarkan neraca penawaran dan permintaan tomat, terlihat bahwa penawaran (supply) tomat sebagian besar berasal dari produksi sedangkan permintaan (demand) tomat sebagian besar digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga, kebutuhan lainnya, bibit dan proporsi terkecilnya adalah karena tercecer. Proyeksi neraca penawaran dan permintaan tomat di Indonesia tahun disajikan pada Tabel 5.4. Tabel 5.4. Proyeksi Neraca Penawaran dan Permintaan Tomat di Indonesia Tahun Uraian Proyeksi Tahun A. PENAWARAN/SUPPLY (Ton) Produksi Impor Ekspor B. PERMINTAAN/DEMAND (Ton) Konsumsi RT (Susenas) Bibit (8,83% thd prod.) Tercecer (0,71% thd prod.) Ketersediaan Lainnya Keterangan: Tahun Angka Hasil Proyeksi Pusdatin Tabel 5.4 menunjukkan bahwa tahun Indonesia masih melakukan ekspor tomat baik segar maupun olahan. Namun proyeksi volume ekspornya semakin berkurang dari tahun ke tahun, hal ini dikarenakan penggunaan permintaan (demand) tomat yang semakin meningkat baik untuk konsumsi rumah tangga, bibit, tercecer maupun kebutuhan lainnya. Oleh karena itu disarankan untuk direktorat teknis terkait dalam hal ini Direktorat Jenderal Hortikultura agar tetap melakukan upaya yang mendukung peningkatan produksi maupun produktivitas tomat agar target pengembangan mutu produk tanaman sayuran khususnya tomat dapat terwujud dengan baik Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49

71 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT serta kebutuhan akan penggunaan permintaan tomat dapat terpenuhi oleh produksi dalam negeri tanpa harus tergantung pada impor dari negara lain PROYEKSI KETERSEDIAAN TOMAT DI ASEAN Proyeksi ketersediaan tomat di ASEAN dihitung dengan model Double Exponential Smoothing (DES) dengan mempertimbangkan bahwa model tersebut yang menghasilkan nilai Mean Absolute Percentage Error (MAPE) paling kecil dibandingkan model lainnya. Ketersediaan tomat di ASEAN diproyeksikan untuk tahun dengan MAPE sebesar 9,52, karena MAPE yang dihasilkan cukup kecil maka proyeksi dengan model tersebut dapat digunakan. Hasil pengolahan data ketersediaan tomat di ASEAN menggunakan model DES disajikan pada Lampiran 33. Selama tahun ketersediaan tomat di ASEAN diproyeksikan naik dengan rata-rata pertumbuhan 2,73% per tahun. Tahun 2012 ketersediaan tomat di ASEAN diproyeksikan sebesar ton, tahun 2013 sebesar ton, tahun 2014 sebesar ton, tahun 2015 sebesar ton, tahun 2016 sebesar ton, tahun 2017 sebesar ton, tahun 2018 sebesar ton dan pada tahun 2019 sebesar ton. Hasil proyeksi ketersediaan tomat di ASEAN disajikan pada Tabel Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

72 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Tabel 5.5. Proyeksi Ketersediaan Tomat di ASEAN Tahun Tahun Ketersediaan di ASEAN (Ton) Rata-rata Pertumb. 2,73 (%/Tahun) Keterangan: Tahun Angka Hasil Proyeksi Pusdatin 5.5. PROYEKSI KETERSEDIAAN TOMAT DI DUNIA Seperti halnya proyeksi ketersediaan tomat di ASEAN, ketersediaan tomat di dunia juga dihitung dengan model Double Exponential Smoothing (DES) karena model tersebut yang menghasilkan MAPE paling kecil dibandingkan model lainnya. Dengan MAPE sebesar 2,82 dihitung proyeksi ketersediaan tomat di dunia untuk tahun Hasil pengolahan data ketersediaan tomat di dunia menggunakan model DES disajikan pada Lampiran 34. Ketersediaan tomat di dunia selama tahun diproyeksikan naik dengan rata-rata pertumbuhan 2,75% per tahun. Tahun 2012 ketersediaan tomat di dunia diproyeksikan sebesar ton, tahun 2013 sebesar ton, tahun 2014 sebesar ton, tahun 2015 sebesar ton, tahun 2016 sebesar ton, tahun 2017 sebesar ton, tahun 2018 sebesar ton dan pada tahun 2019 sebesar ton. Hasil proyeksi ketersediaan tomat di dunia disajikan pada Tabel 5.6. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 51

73 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Tabel 5.6. Proyeksi Ketersediaan Tomat di Dunia Tahun Tahun Ketersediaan di Dunia (Ton) Rata-rata Pertumb. (%/Tahun) 2,75 Keterangan: Tahun Angka Hasil Proyeksi Pusdatin 52 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

74 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 DAFTAR PUSTAKA Badan Ketahanan Pangan Neraca Bahan Makanan Indonesia Jakarta: Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Pangan Peningkatan Kualitas dan Daya Simpan Saus Tomat dengan Blasing. Sulawesi Selatan: Balai Penelitian Tanaman Pangan Kementerian Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Budidaya Tomat Balai Pengkajian Teknologi Pertanian di Dataran Rendah. Jakarta: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Dewanti, Tri dkk Aneka Produk Olahan Tomat dan Cabe. Malang: Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Brawijaya. Direktorat Jenderal Hortikultura Statistik Produksi Hortikultura Tahun Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian. Direktorat Jenderal Hortikultura Statistik Produksi Hortikultura Tahun Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Perta. Direktorat Jenderal Hortikultura Statistik Produksi Hortikultura Tahun Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Perta. Direktorat Jenderal Hortikultura Statistik Produksi Hortikultura Tahun Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Perta. Hanindita, Nisa Analisis Ekspor Tomat Segar Indonesia. Bogor: Program Pascasarjana Manajemen Bisnis Institut Pertanian Bogor. Wasonowati, Catur Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Miil). Bangkalan: Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 53

75 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 54 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

76 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 L A M P I R A N Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 55

77 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 56 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

78 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen Tomat di Jawa, Luar Jawa, dan Indonesia Tahun Luas Panen (Ha) Tahun Jawa Pertumb. Luar Jawa Pertumb. Indonesia Pertumb. (%) (%) (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,35 Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun) ,09 2,34 2, ,14 1,86 1, ,12 2,03 1,91 Sumber : BPS, diolah Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 57

79 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Lampiran 2. Perkembangan Produksi Tomat di Jawa, Luar Jawa, dan Indonesia Tahun Produksi (Ton) Tahun Jawa Pertumb. Luar Jawa Pertumb. Indonesia Pertumb. (%) (%) (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,12 Rata-rata pertumbuhan (%/Tahun) ,04 7,93 8, ,82 6,00 4, ,26 6,75 6,27 Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan : Wujud produksi adalah buah segar 58 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

80 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Lampiran 3. Perkembangan Produktivitas Tomat di Jawa, Luar Jawa, dan Indonesia Tahun Produktivitas (Ton/Ha) Tahun Jawa Pertumb. Luar Jawa Pertumb. Indonesia Pertumb. (%) (%) (%) ,56-7,50-7, ,69 14,97 7,14-4,75 7,70 2, ,27 6,64 8,84 23,85 8,99 16, ,04-13,18 7,03-20,45 7,44-17, ,55 31,11 8,77 24,60 9,40 26, ,54 28,33 13,08 49,26 13,23 40, ,91 10,15 10,36-20,84 11,93-9, ,35-10,43 8,86-14,43 10,45-12, ,44 8,13 10,09 13,86 11,68 11, ,67 1,62 10,41 3,21 12,16 4, ,09 16,44 9,94-4,50 13,12 7, ,56 2,75 6,75-32,14 11,22-14, ,81 24,25 5,92-12,26 11,60 3, ,30-11,52 10,31 74,13 13,73 18, ,96-6,94 8,54-17,17 11,89-13, ,96 11,14 8,37-1,99 12,64 6, ,99-14,88 8,66 3,46 11,77-6, ,95 11,54 8,68 0,23 12,33 4, ,60 8,71 10,06 15,90 13,66 10, ,69 10,15 11,42 13,52 15,27 11, ,60-13,62 11,65 2,01 14,58-4, ,65 20,66 12,57 7,90 16,65 14, ,82-11,97 12,90 2,63 15,75-5, ,59 3,69 13,58 5,28 16,61 5,46 Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun) ,59 6,03 6, ,60 4,07 2, ,55 4,84 4,39 Sumber : BPS, diolah Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 59

81 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Lampiran 4. Kontribusi Produksi Tomat Beberapa Provinsi Sentra di Indonesia Tahun No. Provinsi Produksi (Ton) Rata-rata Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Jawa Barat ,26 35,26 2 Sumatera Utara ,78 46,04 3 Jawa Tengah ,48 53,52 4 Jawa Timur ,68 60,20 5 Sumatera Barat ,22 66,41 6 Lainnya ,59 100,00 Indonesia ,00 Sumber : BPS, diolah Pusdatin Lampiran 5. Kabupaten Sentra Produksi Tomat di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 No Kabupaten Produksi (Ton) Share ke Provinsi (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Garut ,46 35,46 2 Kab. Cianjur ,43 61,89 3 Kab. Bandung ,14 80,03 4 Kab. Sukabumi ,57 85,60 5 Kab. Bandung Barat ,42 90,02 6 Lainnya ,98 100,00 Jawa Barat Sumber : Dinas Pertanian TP Provinsi Jawa Barat, diolah Pusdatin 60 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

82 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Lampiran 6. Kabupaten Sentra Produksi Tomat di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 No Kabupaten Produksi (Ton) Share thd Provinsi (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Karo ,32 65,32 2 Kab. Simalungun ,16 82,48 3 Kab. Tapanuli Utara ,61 88,09 4 Kab. H. Hasundutan ,60 90,69 5 Kab. Tapanuli Selatan ,03 92,72 6 Lainnya ,28 100,00 Sumatera Utara Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, diolah Pusdatin Lampiran 7. Kabupaten Sentra Produksi Tomat di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 No Kabupaten Produksi (Ton) Share ke Provinsi (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Semarang ,70 18,70 2 Kab. Wonosobo ,51 35,21 3 Kab. Magelang ,31 49,51 4 Kab. Pemalang ,49 62,01 5 Kab. Temanggung ,60 70,60 6 Kab. Tegal ,90 77,50 7 Lainnya ,50 100,00 Jawa Tengah Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah, diolah Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 61

83 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Lampiran 8. Kabupaten Sentra Produksi Tomat di Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 No Kabupaten Produksi (Ton) Share thd Provinsi (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Malang ,49 39,49 2 Kab. Kediri ,23 53,72 3 Kota Batu ,78 61,51 4 Kab. Lumajang ,52 67,03 5 Kab. Magetan ,47 72,50 6 Kab. Probolinggo ,11 76,61 7 Lainnya ,39 100,00 Jawa Timur Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, diolah Pusdatin 62 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

84 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Lampiran 9. Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Tomat Sayur di Indonesia Tahun Harga Produsen Harga Konsumen Margin Tahun Pertumb. Pertumb. Pertumb. (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (%) (%) (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,86 Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun) ,08 17,33 26,00 Sumber: BPS, diolah Pusdatin Lampiran 10. Perkembangan Konsumsi Tomat Sayur di Indonesia Tahun Tahun Tomat Sayur Tomat Buah Total Tomat ,54 0,02 1, ,53 0,02 1, ,52 0,02 1, ,59 0,02 1, ,17 0,01 1, ,09 0,03 2, ,23 0,03 2, ,97 0,03 2, ,94 0,02 1, ,09 0,06 2, ,88 0,05 1, ,72 0,05 1,76 Rata-rata Pertumb. (%/Tahun) Sumber : BPS, diolah Pusdatin Konsumsi SUSENAS (Kg/Kap/Thn) 3,44 27,78 3,66 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 63

85 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Lampiran 11. Perkembangan Ketersediaan Tomat Sayur di Indonesia Tahun Tahun Makanan Bahan Makanan , , , , , , , , , , , ,76 Rata-rata Pertumb. (%/Tahun) Pakan Sumber : BPS, diolah Pusdatin Bibit 0,00 6,73 0,00 0,00 5,46 5,50 5,50 4,24 Keterangan : Tahun 2013 adalah angka sementara Ketersediaan Tomat Sayur (000 Ton) Diolah untuk Tercecer Bahan Makanan Total Ketersediaan Tomat Sayur per Kapita (Kg/Kap/Thn) 64 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

86 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Lampiran 12. Perkembangan Ekspor dan Impor Tomat di Indonesia Tahun Tahun Volume (Ton) Pertumb. (%) Nilai (000 US$) Pertumb. (%) Volume (Ton) Pertumb. (%) Nilai (000 US$) Pertumb. (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,65 44,69 62,66 15,73-155,76 Sumber Kode HS Ekspor : BPS, diolah Pusdatin Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun) : (tomat segar/dingin) Impor Neraca (000 US$) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 65

87 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Lampiran 13. Negara Tujuan Ekspor Tomat Indonesia Tahun 2013 No Negara Tujuan Volume Ekspor (Kg) 2013 Nilai Ekspor (US$) Share Vol. Ekspor (%) 1 Singapore ,91 2 Malaysia ,44 3 Pakistan ,39 4 Lainnya ,26 Total Sumber : BPS, diolah Pusdatin Lampiran 14. Negara Asal Impor Tomat Indonesia Tahun 2013 No Negara Asal Volume Impor (Kg) 2013 Nilai Impor (US$) Share Vol. Impor (%) 1 Australia ,91 2 Turkey ,09 Total Sumber : BPS, diolah Pusdatin 66 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

88 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Lampiran 15. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tomat di ASEAN Tahun Tahun Luas Panen Pertumb. Produksi Pertumb. Produktivitas Pertumb. (Ha) (%) (Ton) (%) (Ton/Ha) (%) , , ,44 6,52-2, , ,23 5,83-10, , ,87 6,06 4, , ,06 5,42-10, , ,18 6,04 11, , ,67 6,28 3, , ,46 5,54-11, , ,21 5,02-9, , ,69 4,90-2, , ,95 7,01 43, , ,57 8,83 26, , ,41 7,87-10, , ,59 7,36-6, , ,44 8,87 20, , ,45 13,64 53, , ,13 12,69-6, , ,99 11,15-12, , ,27 12,52 12, , ,93 12,81 2, , ,60 13,69 6, , ,16 12,52-8, , ,23 11,71-6, , ,39 14,04 19, , ,60 13,08-6, , ,08 13,51 3, , ,76 12,62-6, , ,94 12,86 1, , ,87 14,01 8, , ,76 15,21 8, , ,92 15,95 4, , ,36 17,46 9, , ,77 16,85-3,51 Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun) ,79 5,14 3, ,51 6,60 5, ,86 3,26 2,44 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 67

89 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Lampiran 16. Kontribusi Luas Panen Tomat di Beberapa Negara di ASEAN Tahun No Negara Luas Panen (Ha) Rata-rata Share (%) Kumulatif (%) 1 Indonesia ,85 69,85 2 Philippines ,59 91,44 3 Thailand ,99 98,43 4 Lainnya ,57 100,00 ASEAN Sumber : FAO, diolah Pusdatin Lampiran 17. Kontribusi Produksi Tomat di Beberapa Negara di ASEAN Tahun No Negara Produksi (Ton) Rata-rata Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Indonesia ,82 66,82 2 Philippines ,57 82,39 3 Thailand ,54 92,92 4 Lainnya ,08 100,00 ASEAN Sumber : FAO, diolah Pusdatin 68 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

90 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Lampiran 18. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tomat di Dunia Tahun Tahun Luas Panen Pertumb. Produksi Pertumb. Produktivitas Pertumb. (Ha) (%) (Ton) (%) (Ton/Ha) (%) , , ,15 21,94 1, , ,02 22,88 4, , ,41 23,17 1, , ,62 24,22 4, , ,98 24,06-0, , ,19 24,31 1, , ,33 23,85-1, , ,95 23,93 0, , ,74 24,55 2, , ,27 26,30 7, , ,29 26,61 1, , ,45 25,52-4, , ,90 25,79 1, , ,70 26,41 2, , ,18 26,70 1, , ,98 27,39 2, , ,97 26,39-3, , ,84 26,08-1, , ,90 27,44 5, , ,98 28,27 3, , ,94 27,86-1, , ,64 29,05 4, , ,53 29,18 0, , ,48 30,30 3, , ,75 30,16-0, , ,48 31,07 3, , ,73 32,23 3, , ,61 33,20 3, , ,39 33,93 2, , ,51 33,48-1, , ,96 33,46-0, , ,39 33,68 0,67 Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun) ,18 3,64 1, ,35 3,45 1, ,96 3,88 1,87 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 69

91 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Lampiran 19. Kontribusi Luas Panen Tomat di Beberapa Negara di Dunia Tahun No Negara Luas Panen (Ha) Rata-rata Share (%) Share Kumulatif (%) 1 China, mainland ,52 20,52 2 India ,46 35,98 3 Turkey ,83 42,81 4 Nigeria ,87 48,68 5 Egypt ,97 53,66 6 Lainnya ,34 100,00 Dunia Sumber : FAO, diolah Pusdatin Lampiran 20. Kontribusi Produksi Tomat di Beberapa Negara di Dunia Tahun No Negara Produksi (Ton) Rata-rata Share (%) Share Kumulatif (%) 1 China, mainland ,02 30,02 2 India ,89 38,91 3 USA ,54 47,45 4 Turkey ,06 54,50 5 Egypt ,83 60,34 6 Lainnya ,66 100,00 Dunia Sumber : FAO, diolah Pusdatin 70 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

92 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Lampiran 21. Perkembangan Ekspor dan Impor Tomat di ASEAN Tahun Tahun Volume (Ton) Pertumb. (%) Ekspor Nilai (000 US$) Pertumb. (%) Volume (Ton) Pertumb. (%) Nilai (000 US$) Pertumb. (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,83 Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun) Impor ,06 11,03 5,74 12,84 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 71

93 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Lampiran 22. Kontribusi Volume Ekspor Tomat Beberapa Negara di ASEAN Tahun No Negara Volume Ekspor (Ton) Rata-rata Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Malaysia ,54 94,54 2 Indonesia ,05 97,58 3 Thailand ,75 99,33 4 Singapore ,67 100,00 ASEAN Sumber : FAO, diolah Pusdatin Lampiran 23. Kontribusi Volume Impor Tomat Beberapa Negara di ASEAN Tahun No Negara Volume Impor (Ton) Rata-rata Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Singapore ,20 88,20 2 Malaysia ,42 97,63 3 Thailand ,08 98,71 4 Philippines ,58 99,28 5 Brunei Darussalam ,43 99,71 6 Indonesia ,29 100,00 7 Cambodia , ,00 ASEAN Sumber : FAO, diolah Pusdatin 72 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

94 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Lampiran 24. Perkembangan Ekspor dan Impor Tomat di Dunia Tahun Tahun Volume (Ton) Pertumb. (%) Ekspor Nilai (000 US$) Pertumb. (%) Volume (Ton) Pertumb. (%) Nilai (000 US$) Pertumb. (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,51 Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun) Impor ,91 7,52 4,50 6,79 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 73

95 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Lampiran 25. Kontribusi Volume Ekspor Tomat Beberapa Negara di Dunia Tahun No Negara Volume Ekspor (Ton) Rata-rata 1 Mexico ,22 18,22 2 Netherlands ,74 31,96 3 Spain ,68 44,64 4 Turkey ,30 51,94 Share (%) Share Kumulatif (%) 5 Syrian Arab Republic ,04 57,98 6 Jordan ,88 63,86 7 Morocco ,30 69,16 8 USA ,41 72,57 9 Lainnya ,43 100,00 Dunia Sumber : FAO, diolah Pusdatin Lampiran 26. Kontribusi Volume Impor Tomat Beberapa Negara di ASEAN Tahun No Negara Volume Impor (Ton) Rata-rata Share (%) Share Kumulatif (%) 1 USA ,14 20,14 2 Germany ,59 30,73 3 Russian Federation ,54 41,27 4 France ,96 49,23 5 United Kingdom ,41 55,64 6 Iraq ,40 60,04 7 Canada ,05 63,09 8 Netherlands ,94 66,02 9 Lainnya ,98 100,00 Dunia Sumber : FAO, diolah Pusdatin 74 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

96 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Lampiran 27. Ketersediaan Tomat di ASEAN Tahun Tahun Produksi Volume Ekspor Volume Impor Ketersediaan (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun) ,53 6,06 5,74 5, ,60 4,42 6,71 6, ,03 8,34 4,41 3,95 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 75

97 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Lampiran 28. Ketersediaan Tomat di Dunia Tahun Tahun Produksi Volume Ekspor Volume Impor Ketersediaan (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun) ,68 4,91 4,50 3, ,45 4,69 4,14 3, ,00 5,23 5,01 3,99 Sumber : FAO, diolah Pusdatin 76 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

98 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Lampiran 29. Hasil Pengolahan Proyeksi Produksi Tomat di Indonesia Menggunakan Model Regresi Berganda SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0, R Square 0, Adjusted R Square 0, Standard Error 0, Observations 24 ANOVA df SS MS F Significance F Regression 2 2, , , ,80247E-10 Residual 21 0, , Total 23 2, Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Intercept -2, , , , , , , X Variable 1 1, , , , , , , X Variable 2 0, , , , , , , Keterangan : X Variable 1 : Ln Luas panen (Ha) X Variable 2 : Ln Harga produsen (Rp/Kg) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 77

99 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Lampiran 30. Hasil Pengolahan Proyeksi Luas Panen Tomat di Indonesia Menggunakan Model Double Exponential Smoothing Double Exponential Smoothing for LP Data LP Length 24 Smoothing Constants Alpha (level) 0, Gamma (trend) 0, Accuracy Measures MAPE 5 MAD 2446 MSD Forecasts Period Forecast Lower Upper , , , , , , , , , , , , , , , , , ,8 Keterangan : Proyeksi dilakukan untuk tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

100 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Lampiran 31. Hasil Pengolahan Proyeksi Harga Produsen Tomat Sayur di Indonesia Menggunakan Model Double Exponential Smoothing Double Exponential Smoothing for HP Data HP Length 24 Smoothing Constants Alpha (level) 1,01661 Gamma (trend) 0,20439 Accuracy Measures MAPE 8,4 MAD 179,2 MSD 83370,4 Forecasts Period Forecast Lower Upper , , , , , , , , , , , , , , , , , ,5 Keterangan : Proyeksi dilakukan untuk tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 79

101 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Lampiran 32. Hasil Pengolahan Proyeksi Volume Impor Tomat di Indonesia Menggunakan Model Trend Exponential Growth Trend Analysis for vol. impor Data vol. impor Length 14 NMissing 0 Fitted Trend Equation Yt = 939,924 * (0,7695**t) Accuracy Measures MAPE 66 MAD 168 MSD Forecasts Period Forecast 15 18, , , , , , Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

102 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Lampiran 33. Hasil Pengolahan Proyeksi Volume Ekspor Tomat di Indonesia Menggunakan Model Trend Exponential Growth Trend Analysis for vol. ekspor Data vol. ekspor Length 11 NMissing 0 Fitted Trend Equation Yt = 806,837 * (0,9589**t) Accuracy Measures MAPE 48 MAD 274 MSD Forecasts Period Forecast , , , , , ,046 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 81

103 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Lampiran 34. Hasil Pengolahan Proyeksi Konsumsi Tomat untuk Rumah Tangga di Indonesia Menggunakan Model Trend Quadratic Trend Analysis for konsumsi Data konsumsi Length 12 NMissing 0 Fitted Trend Equation Yt = 1, ,159*t - 0,00834*t**2 Accuracy Measures MAPE 10,7327 MAD 0,1726 MSD 0,0569 Forecasts Period Forecast 13 1, , , , , ,37457 Keterangan : Proyeksi dilakukan untuk tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

104 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 Lampiran 35. Hasil Pengolahan Proyeksi Ketersediaan Tomat di ASEAN Menggunakan Model Double Exponential Smoothing Double Exponential Smoothing for Ketersediaan ASEAN Data ketersediaan ASEAN Length 32 Smoothing Constants Alpha (level) 1,06875 Gamma (trend) 0,05247 Accuracy Measures MAPE 9,52216E+00 MAD 7,14491E+04 MSD 1,00060E+10 Forecasts Period Forecast Lower Upper Keterangan : Proyeksi dilakukan untuk tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 83

105 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Lampiran 36. Hasil Pengolahan Proyeksi Ketersediaan Tomat di Dunia Menggunakan Model Double Exponential Smoothing Double Exponential Smoothing for Ketersediaan Dunia Data ketersediaan dunia Length 32 Smoothing Constants Alpha (level) 0, Gamma (trend) 0, Accuracy Measures MAPE 2,82296E+00 MAD 2,66537E+06 MSD 1,28611E+13 Forecasts Period Forecast Lower Upper Keterangan : Proyeksi dilakukan untuk tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

106

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian ISSN 1907-1507 OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016 OUTLOOK JERUK

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS ISSN 1907-1507 OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK KAPAS

Lebih terperinci

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 OUTLOOK TEH ISSN 1907-1507 2015 OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK TEH ii Pusat

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI JAHE

OUTLOOK KOMODITI JAHE ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI JAHE 2014 OUTLOOK KOMODITI JAHE Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2014

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian ISSN 1907-1507 OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI PISANG

OUTLOOK KOMODITI PISANG ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI PISANG 2014 OUTLOOK KOMODITI PISANG Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI ISSN 1907-1507 Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian i ii ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 89 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, M.Si. Penyunting : Dr.

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT ISSN 1907-1507 2014 OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI TEBU

OUTLOOK KOMODITI TEBU ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI TEBU 2014 OUTLOOK KOMODITI TEBU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2014

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI MANGGA

OUTLOOK KOMODITI MANGGA ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI MANGGA 2014 OUTLOOK KOMODITI MANGGA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI CENGKEH

OUTLOOK KOMODITI CENGKEH ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI CENGKEH 2014 OUTLOOK KOMODITI CENGKEH Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS ISSN 1907-1507 OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK NENAS

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA ISSN 1907-1507 OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK LADA ii

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI KAKAO

OUTLOOK KOMODITI KAKAO ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI KAKAO 2014 OUTLOOK KOMODITI KAKAO Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN Outlook Komoditas Perkebunan 2007 «OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN Pusat Data Dan Informasi Pertanian Departemen Pertanian 2007 Pusat Data dan Informasi Pertanian i » Outlook Komoditas Perkebunan

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN:

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK NENAS 2016 OUTLOOK NENAS

ISSN OUTLOOK NENAS 2016 OUTLOOK NENAS ISSN 197-157 216 Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 216 i 216 ii 216 ISSN : 197-157 Ukuran Buku : 1,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 85 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi. Penyunting

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI TEMBAKAU

OUTLOOK KOMODITI TEMBAKAU ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI TEBU 2014 OUTLOOK KOMODITI TEMBAKAU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK KELAPA ISSN SAWIT 1907-15072016 OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI DURIAN

OUTLOOK KOMODITI DURIAN OUTLOOK KOMODITI ISSN DURIAN 1907-1507 2014 OUTLOOK KOMODITI DURIAN Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

OUTLOOK KAKAO. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

OUTLOOK KAKAO. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian OUTLOOK ISSN 1907-1507 KAKAO 2016 OUTLOOK KAKAO Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016 OUTLOOK KAKAO

Lebih terperinci

OUTLOOK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK  Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN: 1907-1507 Ukuran Buku Jumlah Halaman

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Outlook Komoditas Daging Sapi 2015 «OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI KAYU ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK KOPI 2016 OUTLOOK KOPI

ISSN OUTLOOK KOPI 2016 OUTLOOK KOPI ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOPI 2016 OUTLOOK KOPI Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016 OUTLOOK KOPI ii

Lebih terperinci

OUTLOOK TELUR Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK TELUR Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK TELUR Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK TELUR ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 58 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi Penyunting

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI JALAR ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK ANGGREK

ISSN OUTLOOK ANGGREK ISSN 1907-1507 OUTLOOK ANGGREK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK ANGGREK ISSN: 1907-1507 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 10,12 inci x 7,17

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI KRISAN

OUTLOOK KOMODITI KRISAN ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI KRISAN 2014 OUTLOOK KOMODITI KRISAN Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN TELUR ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI KAYU ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kacang Tanah PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KACANG TANAH ISSN : 1907 1507 Ukuran

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK KARET 2015 OUTLOOK KARET. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK KARET 2015 OUTLOOK KARET. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian ISSN 1907-1507 OUTLOOK KARET 2015 OUTLOOK KARET Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK KARET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kacang Tanah PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KACANG TANAH ISSN : 1907 1507 Ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan bahan pangan adalah ketersediaan bahan pangan secara fisik di suatu wilayah dari segala sumber, baik itu produksi domestik, perdagangan dan bantuan. Ketersediaan

Lebih terperinci

OUTLOOK KARET. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

OUTLOOK KARET. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian OUTLOOK ISSN KARET 1907-1507 2016 OUTLOOK KARET Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016 OUTLOOK KARET

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam peningkatan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia hidup nya bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 2 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam peningkatan. memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Ketidakmampuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam peningkatan. memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Ketidakmampuan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam peningkatan perekonomian Indonesia walaupun kontribusi sangat sedikit tetapi sangat menentukan kesejahteran masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) kontribusi pertanian terhadap Produk Domestik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG » Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Volume 1 No. 1, 2009 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Buletin Konsumsi Pangan. (United States Departement of Agriculture).

KATA PENGANTAR. Buletin Konsumsi Pangan. (United States Departement of Agriculture). KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2014 menerbitkan Buletin Konsumsi Pangan yang terbit setiap triwulan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung adalah salah satu komoditas yang penting di Indonesia setelah beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber pangan penduduk yang tersebar

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK KOPI 2015 OUTLOOK KOPI

ISSN OUTLOOK KOPI 2015 OUTLOOK KOPI ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOPI 2015 OUTLOOK KOPI Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK KOPI ii

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Buletin Konsumsi Pangan. States Departement of Agriculture).

KATA PENGANTAR. Buletin Konsumsi Pangan. States Departement of Agriculture). KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2014 menerbitkan Buletin Konsumsi Pangan yang terbit setiap triwulan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, kebutuhan jagung di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VII Nomor 1 Tahun 2015 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 83 V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 5.1. Luas Areal Perkebunan Tebu dan Produktivitas Gula Hablur Indonesia Tebu merupakan tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tujuan penanaman tebu adalah untuk

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 4 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Kebijakan 1 Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Ada dua pendapat mengenai faktor penyebab kenaikan harga beras akhirakhir ini yaitu : (1) stok beras berkurang;

Lebih terperinci

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula. V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 2 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu ingin menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui usahausahanya dalam membangun perekonomian.

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 3 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 3 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL, KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 4 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 1 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 2. KAJIAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN 2. KAJIAN PUSTAKA 1. PENDAHULUAN Perkebunan teh menjadi salah satu sektor potensial pembangunan Jawa Barat, karena telah mampu memberikan andil besar dalam kehidupan perekonomian. Sektor perkebunan teh memiliki fungsi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Buletin Konsumsi Pangan. (United States Departement of Agriculture).

KATA PENGANTAR. Buletin Konsumsi Pangan. (United States Departement of Agriculture). KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2014 menerbitkan Buletin Konsumsi Pangan yang terbit setiap triwulan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam (mega biodiversity). Keanekaragaman tersebut tampak pada berbagai jenis komoditas tanaman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kegiatan yang terpenting dalam meningkatkan perekonomian suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional adalah kegiatan untuk memperdagangkan

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah merupakan tanaman palawija yang secara ekonomis berperan penting bagi kehidupan manusia. Selain itu, juga dapat dijadikan bahan baku industri. Sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang dibudidayakan dalam hortikultura meliputi buah-buahan, sayur-sayuran,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima tahun ke depan (2010-2014), Kementerian Pertanian akan lebih fokus pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber pendapatan petani,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sambutan Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad Dimyati pada acara ulang tahun

I. PENDAHULUAN. 1 Sambutan Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad Dimyati pada acara ulang tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Buah merupakan salah satu komoditas pangan penting yang perlu dikonsumsi manusia dalam rangka memenuhi pola makan yang seimbang. Keteraturan mengonsumsi buah dapat menjaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menyumbang devisa negara yang

Lebih terperinci

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara.

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat diperlukan bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat Indonesia. Potensi pertanian di Indonesia tersebar secara merata di seluruh

Lebih terperinci

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian menerbitkan Buku Statistik Konsumsi Pangan 2012. Buku ini berisi

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Buletin Konsumsi Pangan. Organization).

KATA PENGANTAR. Buletin Konsumsi Pangan. Organization). KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 menerbitkan Buletin Konsumsi Pangan yang terbit setiap triwulan.

Lebih terperinci