METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat"

Transkripsi

1 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah retrospektif. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan yaitu (1) Kabupaten Lampung Barat akan melakukan revisi tata ruang wilayah pada tahun 2009, (2) Kabupaten Lampung Barat merupakan kabupaten di Provinsi Lampung yang berbasis pertanian, perikanan dan kelautan dengan persentase luas kawasan budidaya pertanian sebesar 23,22% dari luas wilayah. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September sampai Nopember Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada analisis kebutuhan luas lahan pertanian pangan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi penduduk Kabupaten Lampung Barat ini adalah data sekunder, sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian Jenis Data Data kependudukan Kabupaten Lampung Barat a. Jumlah Penduduk b. Komposisi Penduduk menurut umur dan Jenis Kelamin c. Laju pertumbuhan penduduk d. Kepadatan penduduk e. Proyeksi Jumlah Penduduk Data ketersediaan pangan / produksi pangan Kabupaten Lampung Barat Data konsumsi pangan Kabupaten Lampung Barat Data Produktivitas Lahan dan Indeks Pertanaman (IP) Kabupaten Lampung Barat Data potensi lahan budidaya pertanian pangan Kabupaten Lampung Barat Sumber Data BPS Kabupaten Lampung Barat Neraca Bahan Makanan dan Lampung Barat Dalam Angka (LBDA) Survey Konsumsi pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Lampung Barat Bakosurtanal, Data Tematik Lampung Barat Tahun Publikasi

2 31 Pengolahan dan Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell, kemudian dianalisis secara deskriptif. Pengolahan yang dilakukan tersebut adalah: Kebutuhan Produksi Pangan Pokok Perhitungan kebutuhan pangan pokok didasarkan pada tahapan sebagai berikut: a. Menghitung AKE Regional (AKE berdasarkan unit konsumen) Menurut Hardinsyah dan Martianto (1989), perhitungan Angka Kecukupan Energi Ratarata Penduduk suatu wilayah memerlukan informasi: komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin (%), jumlah wanita hamil (%), dan jumlah wanita menyusui (%) untuk menghitung kecukupan energi menurut umur. Bila informasi jumlah penduduk yang diperoleh telah dikelompokkan menurut pengelompokan demografi, maka perlu diubah menjadi pengelompokan umur kecukupan gizi. Informasi yang biasanya tidak tersedia adalah jumlah bayi usia 0,51 tahun, jumlah wanita hamil, dan jumlah wanita menyusui. Jumlah bayi umur 0,51 tahun diperkirakan sama dengan setengah jumlah bayi 01 tahun, wanita hamil sama dengan 10% lebih banyak dari bayi usia 01 tahun, dan wanita menyusui sama dengan jumlah bayi umur 00,5 tahun. Hingga umur tertentu pengelompokan umur penduduk berdasarkan demografi, berbeda dengan pengelompokan umur untuk menghitung Angka Kecukupan Energi ratarata penduduk. Salah satu penyelesaian masalah ini adalah dengan menggunakan metode Sprague Multipliers. Prinsip dari metode ini adalah memecah jumlah penduduk menurut kelompok umur lima tahunan menjadi jumlah penduduk umur tunggal dengan menggunakan Faktor Pengali Sprague (FPS) (Tabel 2).

3 Tabel 2 Faktor Pengali Sprague (FPS) untuk memecah kelompok umur demografi menjadi umur tunggal 32 Umur tunggal (nj) n0 n1 n2 n3 n4 Kelompok umur interval lima tahunan (Ni) N1 N2 N3 N4 N5 First End Panel (FEP) n0 n1 n2 n3 n4 First Next to End Panel (FNEP) n0 n1 n2 n3 n4 Mid Panel (MP) n0 n1 n2 n3 n4 Last Next to End Panel (LNEP) n0 n1 n2 n3 n4 Last End Panel (LEP) Keterangan : Ni = Jumlah penduduk pada kelompok umur lima tahunan nj = Perkiraan jumlah penduduk umur satu tahunan Kelompok umur demografi yang perlu dipecah menjadi umur tunggal untuk menghitung AKG penduduk sebagai berikut: Kelompok umur 0 4 tahun menjadi 0 dan 4 tahun, tanpa dibedakan jenis kelamin. Sisanya umur (1 3) tahun. Kelompok umur (5 9) tahun menjadi umur 5 dan 6 tahun, tanpa dibedakan jenis kelamin. Sisanya umur (7 9) tahun.

4 33 Kelompok umur (10 14) tahun menjadi umur 13 dan 14 tahun yang dibedakan menurut jenis kelamin. Sisanya umur (10 12) tahun. Kelompok umur (15 19) tahun menjadi umur 15 tahun yang dibedakan menurut jenis kelamin. Sisanya umur (16 19) tahun. Setelah didapatkan jumlah penduduk dalam umur tunggal 0, 4, 5, dan 6 tahun tanpa dibedakan jenis kelamin dan umur 13, 14 dan 15 tahun dengan dibedakan menurut jenis kelamin, maka dilakukan pengelompokan berdasarkan umur kecukupan gizi dengan cara perhitungan sebagaimana disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Pengelompokkan umur kecukupan gizi Jenis Kelamin Pria Wanita Tambahan Kelompok Umur Hamil Menyusui Cara Perhitungan (0.5) x umur 1 th umur demografi (04 th) umur 1 th umur 4 th umur 4 th + umur 5 th + umur 6 th umur demografi (59 th) umur 5 th umur 6 th umur demografi (1014 th) umur 13 th umur 14 th umur 13 th + umur 14 th + umur 15 th umur demografi (1519 th) umur 15 th umur demografi (2024 th) + (2529 th) umur demografi (3034 th) + (3539 th) + (4044 th) + (4549 th) + (5059 th) + (5559 th) umur demografi (6064 th) + (6569 th) + 70 th umur demografi (1014 th) umur 13 th umur 14 th umur 13 th + umur 14 th + umur 15 th umur demografi (1519 th) umur 15 th umur demografi (2024 th) + (2529 th) umur demografi (3034 th) + (3539 th) + (4044 th) + (4549 th) + (5059 th) + (5559 th) umur demografi (6064 th) + (6569 th) + 70 th 10% lebih banyak dari bayi usia 01 tahun sama dengan jumlah bayi umur 00,5 tahun Setelah empat kelompok umur di atas dipecah, kemudian disusun dan dihitung jumlah (persentase) penduduk menurut umur kecukupan gizi. Secara umum perhitungan jumlah penduduk menggunakan metode Sprague Multipliers dirumuskan sebagai berikut:

5 34 Nj ( FPSi )( Ni) Keterangan: Nj = jumlah penduduk umur satu tahunan (umur tunggal) pada umur j, di mana j = umur tunggal FPSi = Faktor Pengali Sprague pada kelompok umur lima tahunan yang kei (lihat Tabel 2) Ni = jumlah penduduk kelompok umur lima tahunan pada kelompok umur kei Faktor Pengali Sprague (FPS) dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu First End Panel (FEP), First Next to End Panel (FNEP), Mid Panel (MP), Last Next to End Panel (LNEP) dan Last End Panel (LEP) (Tabel 2). FPS mana yang akan digunakan tergantung pada kelompok umur mana yang akan dipecah. Bila kelompok umur lima tahunan pertama (N1) yang akan dipecah, maka digunakan FPS FEP, bila kelompok umur lima tahunan kedua (N2) yang akan dipecah maka digunakan FPS FNEP, bila kelompok lima tahunan ketiga (N3) dan keempat (N4) yang akan dipecah maka digunakan FPS MP. Selanjutnya tingkat kecukupan energi regional dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: AKE reg = (j,n) (UKE x JPUK) 100 x 2350 Keterangan: AKE reg = Tingkat kecukupan energi regional Kabupaten Lampung Barat tahun 2007 (kkal/kapita/hari). UKE = Faktor Unit Kecukupan Energi (AKG/2350). JPUG = Persentase jumlah penduduk berdasarkan usia kecukupan gizi (%). j = kelompok usia kecukupan gizi kej. n = kelompok usia kecukupan gizi ken.

6 35 b. Menghitung Kebutuhan Pangan Kebutuhan pangan penduduk Kabupaten Lampung Barat yang akan dihitung adalah kebutuhan pangan pokok. Pangan pokok merupakan pangan sumber karbohidrat yang memberikan sumbangan konsumsi energi terbesar bagi penduduk Kabupaten Lampung Barat berasal dari kelompok pangan padipadian dan umbiumbian berdasarkan hasil survei konsumsi pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung tahun Dalam menghitung kebutuhan pangan dilakukan dengan tahapan analisis sebagai berikut: 1) Penetapan kebutuhan pangan dilakukan dengan mengunakan angka kecukupan energi penduduk Kabupaten Lampung Barat (AKE regional) yang dihitung berdasarkan komposisi penduduk (jenis kelamin dan umur) berdasarkan hasil perhitungan pada tahap 1a. Komposisi pangan untuk memenuhi angka kecukupan energi tersebut dihitung berdasarkan komposisi pangan nasional yaitu: 50% padipadian, 6% umbiumbian, 12% pangan hewani, 10% minyak dan lemak, 3% buah/biji berminyak, 5% kacangkacangan, 5% gula, 6% sayur dan buah, serta 3% lainlain dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Komposisi pangan (ai) = Komposisi pangan nasional (ai) x AKE reg 2) Penetapan jenis komoditas pangan pokok sumber karbohidrat kelompok pangan padipadian dan umbiumbian, dilakukan analisis proporsi konsumsi energi komoditas pangan pada setiap kelompok pangan dilakukan berdasarkan survei konsumsi pangan tahun 2007 oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung. Perhitungan proporsi konsumsi energi tersebut dengan rumus: % proporsi konsumsi energi = Konsumsi energi jenis bahan makanan Total konsumsi energi kelompok pangan x 100 3) Dihitung kebutuhan konsumsi pangan pokok dalam satuan gram/kapita/hari terhadap jenis bahan makanan terpilih dalam kelompok pangan padipadian dan umbiumbian sebagai pangan pokok

7 sumber karbohidrat (berdasarkan proporsi konsumsi energi terbesar) dengan menggunakan rumus: 36 Fcn gram (i,a) = AKE x 100 Ke x %BDD Keterangan: Fcn gram = Kebutuhan konsumsi pangan pokok perkapita (gram/kapita/hari) AKE = Angka kebutuhan konsumsi energi pangan pkokk Ke (kkal/kapita/hari) = Kandungan energi pangan pokok dalam 100 gram (kkal) %BDD = Persen berat dapat dikonsumsi setiap 100 grampangan i pokok (%) = Asumsi ideal berdasarkan kecukupan energi regional tahun 2007 a = Asumsi aktual berdasarkan konsumsi energi tahun ) Konversi kebutuhan konsumsi pangan pokok ke dalam satuan ton pertahun pada tahun 2007 dengan asumsi satu tahun adalah 365 hari dihitung menggunakan rumus: Fcn ton (i,a) = Keterangan : Fcn ton Fcn gram x Ht x Pddk = Kebutuhan konsumsi pangan pokok pertahun (ton/tahun) Fcn gram = Kebutuhan konsumsi pangan pokok perkapita Ht Pddk (gram/kapita/hari) = Jumlah hari dalam setahun (365 hari) = Jumlah penduduk ( jiwa) = Angka konversi gram menjadi ton = 1/ i a = Asumsi ideal (berdasarkan kecukupan energi regional tahun 2007) = Asumsi aktual (berdasarkan konsumsi energi tahun 2007)

8 37 5) Menghitung kebutuhan ketersediaan pangan pokok untuk dikonsumsi penduduk Kabupaten Lampung Barat. Perhitungan tersebut dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Fdn (i,a) = Fcn ton (i,a) x 110% Keterangan: Fdn = Kebutuhan ketersediaan pangan pokok (ton) Fcn ton = Kebutuhan konsumsi pangan pokok (ton) 110 = Persen konversi kebutuhan konsumsi menjadi kebutuhan penyediaan pangan (%). Setelah diketahui kebutuhan ketersediaan pangan pokok untuk dikonsumsi, maka kebutuhan produksi pangan pokok dihitung dengan memperhatikan kebutuhan penggunaan lain yaitu tercecer, pakan ternak, kebutuhan benih (berdasarkan pola perhitungan Neraca Bahan Makanan), dan persen rendemen dalam perubahan kondisi komoditas pangan (berdasarkan Departemen Pertanian tahun 2008). Jumlah kebutuhan produksi pangan pokok belum memperhitungkan kebutuhan industri pangan dan non pangan yang menggunakan bahan baku pangan pokok (seperti kebutuhan untuk hotel dan restouran) serta kebutuhan impor, ekspor dan perubahan stok. Perhitungan kebutuhan produksi pangan pokok dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: O n (i,a) = Keterangan: On Fdn Fdn (i,a) x (100 x % f + %s + %w) %R = Kebutuhan produksi pangan pokok (ton) = Kebutuhan penyediaan konsumsi pangan pokok pertahun (ton) R = Total persen rendemen (%) %f = Persen penggunaan pakan (%) %s = Persen penggunaan bibit (%) %w = Persen tercecer (%) i = Asumsi ideal berdasarkan kecukupan energi regional tahun 2007 a = Asumsi aktual berdasarkan konsumsi energi tahun 2007

9 38 Kebutuhan Luas Lahan Pertanian Pangan Kebutuhan luas lahan budidaya pertanian tanaman pangan (L) tergantung pada kebutuhan produksi (On), indeks pertanaman (I), produktivitas lahan (Y) dan gagal panen (Gp). Sehingga untuk menghitung kebutuhan luas lahan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Ln (i,a) = On (i,a) I x Y x (100 + Gp)% Keterangan: Ln On Y = Kebutuhan luas lahan Pertanian Pangan (ha) = Kebutuhan produksi (ton) = Produktivitas komoditas pangan per musim tanam (ton/ha/musim) I = Indeks Pertanaman (%) Gp = Ratarata persentase gagal panen tahun (%) i = Asumsi ideal berdasarkan kecukupan energi regional tahun 2007 a = Asumsi aktual berdasarkan konsumsi energi tahun 2007 Analisis Pemenuhan Kebutuhan Luas Lahan Pertanian dari Potensi Lahan Budidaya Pertanian Pemenuhan kebutuhan luas lahan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi penduduk dilakukan dengan membandingkan antara kebutuhan luas lahan (K) terhadap potensi (Kpt) lahan yang sesuai untuk budidaya pertanian tanaman pangan berdasarkan kesesuaian lahan yang dihitung oleh Bakosurtanal tahun 2004 dengan kriteria sebagai berikut: a. Memenuhi, apabila rasio luas potensi lahan terhadap kebutuhan luas lahan pertanian pangan adalah 100%. b. Kurang memenuhi, apabila rasio luas potensi lahan terhadap kebutuhan luas lahan pertanian pangan < 100%. Kedua kriteria ini akan ditunjukkan melalui tabulasi rasio kebutuhan luas lahan pertanian pangan terhadap potensi lahan budidaya pertanian pangan yang sesuai dan tersedia di Kabupaten Lampung Barat berdasarkan kesesuaian lahan untuk pertanian pangan pokok. Selanjutnya dilakukan skenario penyediaan

10 39 kebutuhan luas lahan pangan pokok dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi penduduk Kabupaten Lampung Barat hingga tahun Skenario penyediaan lahan pangan pokok tahun dilakukan dalam 4 skenario pada pertumbuhan penduduk tetap (ratarata pertumbuhan penduduk tahun ) dengan asumsi pada masingmasing skenario adalah sebagai berikut: 1. Apabila produktivitas dan indeks pertanaman naik, serta konsumsi perkapita sesuai kecukupan ideal (skenario I). 2. Apabila produktivitas dan indeks pertanaman naik, sedangkan konsumsi perkapita tetap (aktual konsumsi tahun 2007) (skenario II). 3. Apabila produktivitas dan indeks pertanaman tetap, serta konsumsi perkapita sesuai kecukupan ideal (skenario III). 4. Apabila produktivitas dan indeks pertanaman tetap, serta konsumsi perkapita tetap (aktual konsumsi tahun 2007) (skenario IV). Keterbatasan dan Asumsi dalam Penelitian Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu: 1. Kebutuhan luas lahan pertanian pangan dihitung berdasarkan kebutuhan pangan pokok sumber karbohidrat yang memberikan sumbangan konsumsi energi terbesar dalam kelompok pangan padipadian dan umbiumbian untuk dapat memproduksi pangan pokok dalam pemenuhan kebutuhan pangan sumber karbohidrat penduduk Lampung Barat. 2. Kebutuhan produksi pangan pokok dihitung tanpa memperhatikan kebutuhan untuk penggunaan industri, impor, ekspor dan adanya perubahan stok. Asumsiasumsi dalam Penelitian Penelitian ini menggunakan asumsi asumsi sebagai berikut: 1. Bahwa kebutuhan konsumsi pangan sumber karbohidrat (beras dan ubi kayu) penduduk Lampung Barat keseluruhan dipenuhi dari produksi dalam daerah (swasembada absolut).

11 40 2. Bahwa produktivitas lahan merupakan gambaran yang mewakili akumulasi penerapan teknologi, input usaha tani dan sumberdaya manusia yang digunakan dalam usaha tani. Produktivitas lahan padi sawah dikatakan naik jika kenaikannya mencapai angka tertinggi produktivitas gabah kering panen dalam kurun waktu yaitu 4,50 ton/ha/musim. Pada umbiumbian produktivitas lahan dikatakan naik jika kenaikannya bertambah sebesar 0,33 ton/ha/tahun sehingga tahun 2012 produktivitas lahan bertambah sebesar ratarata pertumbuhan produktivitas lahan dalam kurun waktu yaitu 1,65 ton/ha/musim. 3. Bahwa indeks pertanaman padi sawah dikatakan naik jika luas lahan dengan indeks pertanaman 2 bertambah sebesar 3% pertahun dari luas tahun Hal ini didasarkan pada peningkatan indeks pertanaman padi sawah yang mungkin dapat dicapai pada tahun 2012 adalah sebesar ratarata pertumbuhan indeks pertanaman Kabupaten Lampung Barat tahun yaitu 15% dari luas lahan tahun 2007 (sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura tahun , secara lengkap terlihat pada Tabel 6 dan 7). 4. Bahwa konsumsi ideal merupakan konsumsi pangan yang memenuhi angka kecukupan energi regional masingmasing kelompok pangan berdasarkan persentase komposisi energi yang berlaku secara nasional. Konsumsi aktual merupakan konsumsi pangan yang berdasarkan hasil survei konsumsi pangan tahun 2007 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung. 5. Bahwa laju pertumbuhan penduduk dikatakan tetap jika mengikuti laju pertumbuhan penduduk ratarata tahun 2001 hingga 2007 sebesar 1,683% pertahun (sumber: BPS, Lampung Barat dalam Angka , secara lengkap terlihat pada Tabel 5). 6. Bahwa tingkat gagal panen padi sawah mengikuti ratarata persentase gagal panen tahun sebesar 3,45% dan gagal panen pada ubi kayu ratarata sebesar 0,84% dari luas tanam yang ada (sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura tahun , secara lengkap terlihat pada Tabel 6 dan 7).

12 41 Definisi Operasional Potensi lahan (KPt): adalah luasan lahan yang ada di Kabupaten Lampung Barat dengan kesesuaian lahan sesuai untuk digunakan sebagai lahan pengembangan pertanian tanaman pangan terutama pangan pokok (ha). Lahan pertanian pangan: adalah lahan pertanian yang sudah dimanfaatkan dengan kelas kesesuaian lahan yang sesuai untuk usahatani tanaman pangan lahan sawah dan lahan kering. Produktivitas (Y): adalah produksi pangan yang mampu dihasilkan per satu hektar luas lahan dalam satu kali musim tanam (ton/ha/musim). Indeks Pertanaman (I): adalah persentase rasio luas tanam terhadap luas lahan baku komoditas pangan pokok (padi dan ubi kayu) (%). Kebutuhan luas lahan (L): adalah luasan lahan (baku) pertanian pangan yang dibutuhkan untuk memproduksi kebutuhan produksi pangan pokok (beras dan ubi kayu) dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok penduduk pada waktu tertentu (ha). Komposisi penduduk (Pddk): adalah jumlah penduduk Kabupaten Lampung Barat menurut jenis kelamin dalam kelompok usia (jiwa). Pangan pokok: adalah komoditas pangan sumber karbohidrat yang memberikan kontribusi konsumsi energi terbesar penduduk Kabupaten Lampung Barat yang berasal dari kelompok pangan padipadian dan umbiumbian. Kebutuhan konsumsi pangan (Fcn): adalah banyaknya pangan pokok yang dibutuhkan untuk konsumsi penduduk Lampung Barat pada waktu tertentu (ton/tahun). Kebutuhan konsumsi pangan ideal merupakan kebutuhan konsumsi pangan penduduk berdasarkan angka kecukupan energi regional penduduk Kabupaten Lampung Barat tahun Kebutuhan konsumsi pangan aktual merupakan kebutuhan konsumsi pangan yang mengikuti pola konsumsi pangan penduduk berdasarkan angka konsumsi energi penduduk Kabupaten Lampung Barat hasil survei konsumsi pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun Kebutuhan ketersediaan pangan (Fdn): adalah banyaknya pangan pokok yang harus tersedia untuk konsumsi penduduk Lampung Barat pada waktu tertentu (ton/tahun). Kebutuhan ketersediaan pangan ideal merupakan

13 42 banyaknya penyediaan pangan yang dibutuhkan penduduk 10% lebih besar dari kebutuhan konsumsi pangan ideal penduduk Kabupaten Lampung Barat. Kebutuhan ketersediaan pangan aktual merupakan banyaknya penyediaan pangan yang dibutuhkan penduduk Kabupaten Lampung Barat 10% lebih banyak dari kebutuhan konsumsi pangan aktualnya. Kebutuhan produksi pangan (On): adalah banyaknya pangan pokok yang harus diproduksi dalam pemenuhan kebutuhan pangan penduduk Kabupaten Lampung Barat dengan mempertimbangkan penggunaan pangan untuk pakan, bibit dan tercecer (ton/tahun). Kebutuhan produksi pangan pokok ideal merupakan banyaknya pangan yang harus diproduksi berdasarkan kebutuhan ketersediaan pangan ideal penduduk Kabupaten Lampung Barat tahun Kebutuhan produksi pangan pokok aktual merupakan banyaknya pangan yang harus diproduksi berdasarkan kebutuhan ketersediaan pangan aktual penduduk Kabupaten Lampung Barat tahun Persentase gagal panen (Gp): adalah proporsi selisih luas tanam dengan luas panen terhadap luas tanam pada tahun yang sama (%). Ratarata persentase gagal panen merupakan ratarata persentase gagal panen di Kabupaten Lampung Barat tahun

METODE PENELITIAN. Jumlah sampel dalam kecamatan (KK) Nama Desa. KK tidak

METODE PENELITIAN. Jumlah sampel dalam kecamatan (KK) Nama Desa. KK tidak 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Descriptive Study. Penelitian ini bersifat prospektif untuk memproyeksikan kondisi yang akan datang. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder) 31 METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah restrospektif. Lokasi penelitian adalah Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan (Lampiran 1). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT 1)

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT 1) ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT 1) (Food Agricultural Land Size Requirement Analysis in Fulfilling Food Requirement of Population

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN BASAH PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN BASAH PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN BASAH PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT (Food Agriculture Wet Land Size Requirement Analysis in Fulfilling Food Requirement

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan dengan penentuan lokasi secara purposive. Penelitian ini berlansung selama 2 bulan, dimulai

Lebih terperinci

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan prospective study dengan menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua tahun 2008 sampai tahun

Lebih terperinci

KEBUTUHAN LUAS LAHAN SAWAH DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PADI BAGI PENDUDUK KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2023 ABSTRAK

KEBUTUHAN LUAS LAHAN SAWAH DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PADI BAGI PENDUDUK KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2023 ABSTRAK KEBUTUHAN LUAS LAHAN SAWAH DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PADI BAGI PENDUDUK KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2023 Iwan Septiandi 1), Tedi Hartoyo 2), Djoni 3) 1 Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian,Universitas Siliwangi

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN Pengantar Survei Konsumsi Pangan Tujuan Survei Konsumsi Pangan Metode berdasarkan Jenis Data yang diperoleh Metode berdasarkan Sasaran Pengamatan Neraca Bahan Makanan Pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah maupun yang tidak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain prospective study berdasarkan data hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) Provinsi Riau tahun 2008-2010. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Desain Penelitian 23 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Kotabaru Propinsi Kalimantan Selatan. Pemilihan lokasi penelitian secara purposive yang didasarkan atas pertimbangan

Lebih terperinci

Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku

Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku Ismatul Hidayah dan Demas Wamaer Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Jl. Chr Splanit Rumah Tiga Ambon E-mail: ismatul_h@yahoo.co.id

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Diploma III (Tiga)

Lebih terperinci

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) P R O S I D I N G 58 Fahriyah 1*, Rosihan Asmara 1 1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya *E-mail ria_bgl@yahoo.com

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data 20 METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data Penelitian ini menggunakan data Susenas Modul Konsumsi tahun 2005 yang dikumpulkan dengan desain cross sectional. Data Susenas Modul Konsumsi terdiri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional selama ini mempunyai tugas utama untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, menyediakan kesempatan kerja, serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada 47 Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada Abstrak Berdasarkan data resmi BPS, produksi beras tahun 2005 sebesar 31.669.630 ton dan permintaan sebesar 31.653.336 ton, sehingga tahun 2005 terdapat

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN ENERGI, PROTEIN DAN LEMAK DI KABUPATEN TUBAN : PENDEKATAN NERACA BAHAN MAKANAN PENDAHULUAN

KETERSEDIAAN ENERGI, PROTEIN DAN LEMAK DI KABUPATEN TUBAN : PENDEKATAN NERACA BAHAN MAKANAN PENDAHULUAN P R O S I D I N G 69 KETERSEDIAAN ENERGI, PROTEIN DAN LEMAK DI KABUPATEN TUBAN : PENDEKATAN NERACA BAHAN MAKANAN Condro Puspo Nugroho 1*, Fahriyah 1, Rosihan Asmara 2 1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh manusia guna memenuhi asupan gizi dan sebagai faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Salah satu

Lebih terperinci

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Komoditi TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Produksi Penyediaan Kebutuhan Konsumsi per kapita Faktor Konversi +/- (ton) (ton) (ton) (ton) (kg/kap/th) (100-angka susut)

Lebih terperinci

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO AGRISE Volume XV No. 1 Bulan Januari 2015 ISSN: 1412-1425 ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO (ANALYSIS OF FOOD BALANCE SHEET (FBS) AND DESIRABLE DIETARY

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun DIVERSIFIKASI KONSUMSI MASYARAKAT BERDASARKAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN PADA LOKASI MKRPL DI KEC. KRAMATWATU KAB. SERANG Yati Astuti 1) dan Fitri Normasari 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu butir yang tercantum dalam pembangunan milenium (Millenium Development Goals) adalah menurunkan proporsi penduduk miskin dan kelaparan menjadi setengahnya antara tahun

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN TINGKAT RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Utara)

ANALISIS KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN TINGKAT RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Utara) ANALISIS KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN TINGKAT RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Utara) Tri Bastuti Purwantini, Handewi P.S. Rachman dan Yuni Marisa Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola Konsumsi adalah susunan tingkat kebutuhan seseorang atau rumahtangga untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam menyusun pola konsumsi

Lebih terperinci

Pengumpulan, Pengolahan dan Estimasi Data Neraca Bahan Makanan, 2010

Pengumpulan, Pengolahan dan Estimasi Data Neraca Bahan Makanan, 2010 BADAN PUSAT STATISTIK Pengumpulan, Pengolahan dan Estimasi Data Neraca Bahan Makanan, 2010 ABSTRAKSI Latar belakang ; Dukungan informasi tentang situasi ketersediaan pangan sebagai bahan pertimbangan dalam

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI disampaikan pada : Temu Ilmiah Internasional Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian November 2014 OUTLINE 1. Pendahuluan 2. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia

Lebih terperinci

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN A. KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI YANG DIANJURKAN Tabel 1. Komposisi Konsumsi Pangan Berdasarkan Pola Pangan Harapan Pola Pangan Harapan Nasional % AKG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting

Lebih terperinci

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS BAB III PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS Uning Budiharti, Putu Wigena I.G, Hendriadi A, Yulistiana E.Ui, Sri Nuryanti, dan Puji Astuti Abstrak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 24 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study.penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan data sekunder yang bersumber dari data riset

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam

Lebih terperinci

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI A. Pendahuluan Berdasarkan Undang-undang Pangan Nomor: 18 Tahun 2012, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan pangan yang cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok masyarakat Indonesia adalah beras. Beras

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak bagi sistem perekonomian nasional. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif dan memberikan kontribusi nyata terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian yang mempunyai peranan yang strategis dan penting adalah sektor tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan pokok

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Wilayah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Wilayah HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah Kondisi Geografis Letak geografis dan luas wilayah. Kabupaten Sinjai merupakan salah satu dari 23 Kabupaten/Kota dalam wilayah Provinsi Sulawesi selatan yang berjarak

Lebih terperinci

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu Kajian dilakukan terhadap usahatani beberapa petani sawah irigasi di desa Citarik kecamatan Tirta Mulya Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi terutama didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015)

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015) No. 62 /11 /94 /Th. VII, 2 November Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun (Berdasarkan Angka Ramalan II ) A. PADI Produksi padi Provinsi Papua tahun diperkirakan mencapai 204.891 ton gabah kering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN BERDASARKAN DAYA DUKUNG LAHAN WILAYAH KABUPATEN GARUT TAHUN UMIYATI

ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN BERDASARKAN DAYA DUKUNG LAHAN WILAYAH KABUPATEN GARUT TAHUN UMIYATI ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN BERDASARKAN DAYA DUKUNG LAHAN WILAYAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2009-2014 UMIYATI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS (GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM) Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau

Lebih terperinci

ANALISIS KEMANDIRIAN PANGAN ASAL TERNAK DALAM RANGKA MEMANTAPKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

ANALISIS KEMANDIRIAN PANGAN ASAL TERNAK DALAM RANGKA MEMANTAPKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT ANALISIS KEMANDIRIAN PANGAN ASAL TERNAK DALAM RANGKA MEMANTAPKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT (Self Sufficiency Analysis Animal Food of to Strengthen Food Security in West Lampung District)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Wilayah Keadaan geografis Keadaan geografis Provinsi Papua terletak antara 2 0 25-9 0 Lintang Selatan dan 130 0-141 0 Bujur Timur. Di sebelah utara Provinsi Papua dibatasi

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama dalam pembangunan karena pangan merupakan kebutuhan yang paling hakiki dan mendasar bagi sumberdaya manusia suatu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya PENDAHULUAN Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah diubah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan

Lebih terperinci

PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH

PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH RINGKASAN Suprapti Supardi dan Aulia Qonita Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menurut Dillon (2009), pertanian adalah sektor yang dapat memulihkan dan mengatasi krisis ekonomi di Indonesia. Peran terbesar sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi negara berkembang seperti Indonesia landasan pembangunan ekonomi negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman pangan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

NERACA BAHAN MAKANAN BAB I PENDAHULUAN

NERACA BAHAN MAKANAN BAB I PENDAHULUAN NERACA BAHAN MAKANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Neraca Bahan Makanan (NBM) merupakan salah satu alat informasi untuk memahami situasi penyediaan pangan di suatu daerah. Gambaran situasi pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

Pangan Nasional Tahun

Pangan Nasional Tahun Ketahanan Pangan Nasional Tahun 23Pembangunan 2000-2004 Pendahuluan Ketahanan pangan merupakan salah satu isu paling strategis dalam pembangunan suatu negara, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 39 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Tanggamus Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 Januari 1997 dan pada tanggal 21 Maret 1997 resmi menjadi salah

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi Beras

Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi Beras ARTIKEL Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi oleh Rumah Tangga Tahun 2007 Oleh: Slamet Sutomo RINGKASAN Ditinjau dari sisi produksi dan konsumsi secara total, produksi beras di Indonesia pada tahun 2007

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa

Lebih terperinci

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di Indonesia. Oleh karena itu, semua elemen bangsa harus menjadikan kondisi tersebut sebagai titik

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN DI KABUPATEN MALANG (PROVISION OF FOOD ANALYSIS IN MALANG REGENCY)

ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN DI KABUPATEN MALANG (PROVISION OF FOOD ANALYSIS IN MALANG REGENCY) AGRISE Volume XIII No. 3 Bulan Agustus 2013 ISSN: 1412-1425 ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN DI KABUPATEN MALANG (PROVISION OF FOOD ANALYSIS IN MALANG REGENCY) Anfendita Azmi Rachmatika 1, Nuhfil Hanani 1, Abdul

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi manusia. Pangan yang bermutu, bergizi, dan berimbang merupakan suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sumber pendapatan yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui perannya dalam pembentukan Produk

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Kebijakan publik adalah keputusan pemerintah yang berpengaruh terhadap

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Kebijakan publik adalah keputusan pemerintah yang berpengaruh terhadap BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Gardner (1987) menyatakan penanganan masalah perberasan memerlukan kebijakan publik yang merupakan bagian dari kebijakan pembangunan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 045/11/11/Th.V. 01 November 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2011,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan karena kedudukannya

Lebih terperinci

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015)

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015) PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA ) No. 15 /03/94 /Th. VIII, 1 Maret 2016 A. PADI Produksi Padi Provinsi Papua tahun diperkirakan mencapai 181.682 ton gabah kering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014 STUDI PERBANDINGAN POLA ALOKASI LAHAN, PENGELUARAN BERAS DAN POLA KONSUMSI PANGAN ANTARA PETANI UBI KAYU DI DESA PELAKSANA DAN NON PELAKSANA PROGRAM MP3L DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Land Allocation Pattern,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang diandalkan, karena sektor

Lebih terperinci

SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA

SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG DAN SISTEM GERAKAN SERENTAK TANAM PADI DUA KALI SETAHUN KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA JURUSAN / SISTEM

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 125/07/21/Th. III, 1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU MARET 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang sangat strategis terutama dalam penyediaan pangan, penyediaan bahan baku industri, peningkatan ekspor dan devisa negara,

Lebih terperinci