ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 102 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 102 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc"

Transkripsi

1

2

3 Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Jagung PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016

4 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN JAGUNG ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 102 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc Penyunting : Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc Dr. Ir. Budi Waryanto, M.Si Drh. Akbar, MP Ir. Roch Widaningsih, MSi Naskah : Ir. Mohammad Chafid, MSi Design dan Layout : Tarmat Victor S. B. H. Diterbitkan oleh: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian 2016 Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-nya sehingga Publikasi Analisis Outlook Komoditas Jagung Tahun 2016 dapat diselesaikan. Publikasi ini mengulasanalisisdiskriptifperkembangan komoditas Jagung beserta analisis proyeksi penawaran dan permintaan komoditas tersebut untuk beberapa tahun ke depan. Kegiatan ini dapat terlaksana atas kerjasama beberapa instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, serta dukungan dan kerja sama tim teknis lingkup Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Kepada semua pihak yang telah membantu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penyusunan publikasi buku outlook komoditas Jagung ini, kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya. Kami menyadari kekurangan dalam menyusun publikasi ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak guna memperbaiki dan menyempurnakannya di waktu mendatang.semoga publikasi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan memberikan manfaat bagi pembaca. Jakarta, Oktober 2016 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Dr. Ir. Suwandi, MSi NIP Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v

6 (Halaman ini sengaja di kosongkan) vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

7 DAFTAR ISI Halaman: KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL...ix DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii EXECUTIVE SUMMARY... xv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup... 3 II. METODOLOGI ANALISIS Sumber Data dan Informasi Metode Analisis Analisis Deskriptif Analisis Penawaran Analisis Permintaan Kelayakan Model III. KERAGAAN NASIONAL Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Nasional Provinsi Sentra Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii

8 3.3. Konsumsi Per Kapita dan Nasional Harga Produsen dan Konsumen Jagung Ekspor dan Impor Jagung...33 IV. KERAGAAN GLOBAL Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Dunia Negara Sentra Luas Panen dan Produksi Jagung Dunia Perkembangan Ekspor dan Impor Jagung Dunia...44 V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG Produksi Jagung Konsumsi Jagung...55 a. Proyeksi Konsumsi per Kapita Rumah Tangga...55 b. Proyeksi Konsumsi Nasional Jagung Permintaan dan Penawaran Jagung...58 VI. KESIMPULAN 63 viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

9 DAFTAR TABEL Halaman: Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data... 5 Tabel 2.2. Pembagian blok persamaan model Suplai Demand Tanaman Pangan... 7 Tabel 2.2. Keterangan Variabel variabel Dalam Model Tabel 3.1. Rata-rata dan Pertumbuhan Luas Panen, Produktivitas serta Produksi Jagung di Indonesia, Tabel 5.1. Hasil Uji Anova Model Luas Panen Jagung Tabel 5.2. Model Luas Panen Jagung Tabel 5.3. Anova Model Produktivitas Jagung Tabel 5.4. Model Produktivitas Jagung Tabel 5.5. Target Produksi Jagung Menurut Ditjen Tanaman Pangan Tahun Tabel 5.6. Proyeksi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung, Tahun Menurut Model Pusdatin Tabel 5.7. Model Time Series Konsumsi Jagung Tabel 5.8. Tabel 5.9. Proyeksi Jagung untuk Konsumsi Rumah Tangga Proyeksi Permintaan Jagung untuk Konsumsi Rumah Tangga Tabel Proyeksi Neraca Jagung dengan Produksi Jagung Kadar Air 25% Tabel Proyeksi Neraca Jagung dengan Produksi Jagung Kadar Air 15% Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix

10 DAFTAR GAMBAR Halaman: Gambar 1. Tanaman Jagung... 2 Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Jagung Indonesia, Gambar 3.2. Perkembangan Pola Panen Jagung, Gambar 3.3. Perkembangan Produktivitas Jagung di Indonesia, Gambar 3.4. Perkembangan Produksi Jagung di Indonesia, Gambar 3.5. Kontribusi Rata-rata Sentra Luas Panen Jagung di Indonesia, Tahun Gambar 3.6. Kontribusi Rata-rata Sentra Produksi Jagung di Indonesia, Tahun Gambar 3.7. Konsumsi Rumah Tangga Jagung Menurut Susenas Gambar 3.8. Perkembangan Konsumsi Jagung di Indonesia, menurut Susenas dan Neraca Bahan Makanan (NBM)...29 Gambar 3.9. Perkembangan Harga Produsen dan Harga Konsumen Jagung di Indonesia, Gambar Perkembangan Volume Ekspor-Impor Jagung di Indonesia, Gambar Volume Impor Jagung Bulan Januari September 2015 dan x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

11 Gambar 4.1. Perkembangan Luas Panen Jagung Dunia, Gambar 4.2. Perkembangan Produktivitas Jagung Dunia, Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Jagung Dunia, Gambar 4.4. Kontribusi Luas Panen Negara-negara Produsen Jagung terhadap Luas Panen Dunia ( ) Gambar 4.5. Rata-rata Luas Panen Negara-negara Produsen Jagung Dunia, Gambar 4.6. Rata-rata Produksi Negara Produsen Jagung Dunia, Gambar 4.7. Kontribusi Produksi Negara Produsen Jagung terhadap Produksi Dunia tahun Gambar 4.8. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Jagung Dunia Gambar 4.9. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Jagung Dunia Gambar Negara-negara Eksportir Jagung Terbesar di Dunia, Gambar Negara-negara Importir Jagung Terbesar Dunia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Halaman: Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Indonesia Tahun Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Luas Panen Jagung di Jawa dan Luar Jawa, Tahun Produktivitas Jagung di Jawa dan Luar Jawa, Tahun Produksi Jagung di Jawa dan Luar Jawa, Tahun Lampiran 5. Perkembangan Luas Panen Jagung di 10 Provinsi Sentra, Lampiran 6. Perkembangan Produksi Jagung di 10 Provinsi Sentra, Lampiran 7. Perkembangan Produktivitas Jagung di 10 Provinsi Sentra, Lampiran 8. Lampiran 9. Konsumsi Jagung Perkapita, Rumah Tangga dan Permintaan Industri di Indonesia Tahun Ketersediaan Konsumsi Jagung di Indonesia, Tahun Lampiran 10. Perkembangan Harga Produsen dan Harga Konsumen Jagung di Indonesia, Tahun Lampiran 11. Perkembangan Ekspor-Impor Jagung di Indonesia, Tahun Lampiran 12. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Dunia, Tahun xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

13 Lampiran 13. Rata-rata Luas Panen Jagung di 10 Negara Terbesar, Lampiran 14. Rata-rata Produksi Jagung di 10 Negara Terbesar, Lampiran 15. Perkembangan Ekspor-Impor Jagung Dunia, Tahun Lampiran 16. Eksportir Jagung Terbesar di Dunia, Lampiran 17. Importir Jagung Terbesar di Dunia, Lampiran 18. Model Luas Panen jagung Lampiran 19. Model Produktivitas Jagung Lampiran 20. Model Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita Lampiran 21. Model Populasi Itik untuk Estimasi Jumlah Pakan Lampiran 22. Model Populasi Ayam Ras Petelur untuk Estimasi Jumlah Pakan Lampiran 23. Model Populasi Ayam Buras untuk Estimasi Jumlah Pakan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii

14 RINGKASAN EKSEKUTIF Berdasarkan Angka Ramalan II (Rakor ARAM II Ditjen Tan. Pangan dan BPS), produksi jagung tahun 2016 sebesar 23,19 juta ton, atau naik sebesar 3,58 juta ton dibandingkan tahun Peningkatan produksi jagung tahun 2016 sebesar 18,23% terjadi karena peningkatan produktivitas sebesar 2,07%, sementara luas panen naik cukup signifikan 15,85% atau naik sebesar 600 ribu hektar. Produktivitas jagung mengalami peningkatan sebesar 1,07 ku/ha, yaitu 51,78 ku/ha pada tahun 2015, naik menjadi 52,85 ku/ha tahun Peramalan produksi jagung dilakukan menggunakan program SAS, metode yang digunalan adalah persamaan simultan. Data dasar yang digunakan untuk permalan adalah data series tahun 2005 sampai Proyeksi produksi jagung pada tahun 2017 diramalkan akan meningkat menjadi 24,84 juta ton dari 23,19 juta ton pada tahun 2016 atau meningkat sebesar 7,13%. Peningkatan tersebut terjadi karena peningkatan produktivitas sebesar 5,20% atau meningkat sebesar 2,75 ku/ha, demikian juga luas panen diramalkan akan mengalami peningkatan sebesar 1,83% atau meningkat sekitar 80,35 ribu hektar. Kebijakan pengendalian impor jagung yang dibuat Kementerian Pertanian (Permentan no 57 tahun 2015), telah berhasil mengurangi volume impor jagung. Hasil kebijakan ini adalah impor jagung Januari- September 2016 sebesar 1,02 juta ton, untuk untuk periode yang sama tahun 2015 sebesar 2,74 juta ton, atau menurun 62,8% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 sehingga menghemat devisa sekitar 397,92 Ribu US$. Selanjutnya untuk peramalan produksi jagung tahun 2017 diperkirakan kembali akan meningkat menjadi 24,84 juta ton dari 23,19 juta ton pada tahun 2016 atau meningkat sebesar 7,13%. Peningkatan xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

15 produksi jagung tahun 2017 ini dikarenakan peningkatan luas panen sebesar 1,83% atau meningkat sekitar 80 ribu hektar dan peningkatan produktivitas sebesar 5,20% atau meningkat sebesar 2,75 ku/ha. Produksi jagung tahun 2018, 2019, dan 2020 juga diramalkan meningkat, masing-masing menjadi 26,21 juta ton, 27,61 juta ton dan 29,05 juta ton. Berdasarkan hasil permodelan besarnya permintaan jagung yang tersedia untuk konsumsi rumah tangga pada tahun 2016 diproyeksikan sebesar 1,64 kg/kapita/tahun atau menurun sebesar 8,20% dibandingkan tahun Pada tahun 2017 dan 2018 proyeksi permintaan jagung untuk konsumsi rumah tangga masing-masing sebesar 1,58 kg/kapita/tahun dan 1,51 kg/kapita/tahun, sehingga total kebutuhan jagung untuk konsumsi langsung pada tahun 2016, 2017 dan 2018 masing-masing diramalkan sebesar 425 ribu ton, 412 ribu ton dan 400 ribu ton. Meskipun permintaan jagung untuk konsumsi langsung turun, namun permintaan jagung untuk bahan baku pakan ternak diperkirakan akan meningkat sekitar 3,58% per tahun. Pada tahun 2017 dengan proyeksi produksi jagung sebesar 24,84 juta ton, dari jumlah itu yang hilang tercecer diperkirakan 1,24 juta ton atau sekitar 5%, pengunaan jagung untuk bibit 98,60 ribu ton, penggunaan untuk pakan peternak mandiri 3,85 juta ton dan penggunaan untuk bahan baku jagung untuk pabrik pakan 8,99 juta ton dan untuk konsumsi langsung rumah tangga diperkirakan sebesar 412 ribu ton dan jagung untuk bahan baku industri makanan sebesar 19,8% atau sebesar 4,92 juta ton, maka pada tahun 2017 masih akan terjadi surplus jagung nasional sebesar 5,32 juta ton. Pada tahun 2018 sampai 2020, diramalkan surplus jagung akan semakin meningkat karena laju kebutuhan jagung untuk pakan lebih rendah dari laju peningkatan produksi. Pada tahun 2018 produksi jagung diperkirakan masih surplus sebesar 5,90 juta ton, tahun 2019 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xv

16 surplus produksi jagung kembali naik menjadi 6,50 juta ton, dan tahun 2020 surplusd kembali naik menjadi 7,10. Jika kadar air produksi jagung pipilan disetarakan dengan jagung untuk bahan baku industri pakan yaitu sebesar 15%, maka tahun 2016 sampai 2020 masih terjadi surplus, dengan kisaran surplus sebesar 2,25 juta ton sampai 4,25 juta ton. xvi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

17 (HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xvii

18

19 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hampir seluruh masyarakat mengenal jagung. Jagung adalah salah satu tanaman pangan terpenting di dunia setelah padi dan gandum. Berbagai negara di dunia menjadikan jagung sebagai sumber karbohidrat utama seperti di Amerika Tengah dan Selatan. Amerika Serikat juga menjadikan jagung sebagai sumber pangan alternatif. Di Indonesia sendiri, beberapa daerah seperti Madura dan Nusa Tenggara pernah mengkonsumsi jagung sebagai sumber pangan utama. Komoditas jagung saat ini menjadi komoditas nasional yang cukup strategis. Jagung dominan digunakan sebagai bahan baku pakan ternak. Tinggi rendahnya harga pakan ternak, akan sangat berpengaruh terhadap harga harga hasil ternak seperti daging dan telur. Kenaikan harga jagung, akan berdampak pada kenaikan harga pakan ternak, dan berakibat pada pada meningkatnya harga telur dan daging. Saat ini untuk kebutuhan jagung sebagai bahan baku pakan ternak dipenuhi dari produksi nasional dan impor jagung. Kebutuhan jagung nasional belum sepenuhnya dipenuhi dari produksi jagung nasional. Karena pola panen jagung mencapai puncaknya hanya pada Bulan Februari, Maret dan April, sedangkan pada bulan bulan lainnya cenderung konstan. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif, dan paruh kedua merupakan tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi, meskipun pada umumnya tinggi tanaman 1 meter sampai 3 meter. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1

20 Selain merupakan bahan pangan pengganti beras yang dikonsumsi secara langsung oleh masyarakat, jagung juga merupakan bahan baku pakan ternak yang memiliki komposisi yang cukup dominan, seperti yang diungkapkan oleh Abbas (1996) bahwa komponen jagung mencapai proporsi yang cukup tinggi dalam industri pakan ternak yaitu sebesar 51,4%. Selain itu jagung digunakan sebagai hijaun pakan ternak, baik diambil minyaknya dari bulir, dibuat tepung yang dikenal dengan tepung jagung atau maizena dan bahan baku industri dari tepung bulir maupun tepung tongkolnya. Tepung jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. Gambar 1. Tanaman Jagung 2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

21 1.2. Tujuan Tujuan penyajian oulook jagung ini adalah untuk melihat sampai sejauh mana prospek komoditas jagung di Indonesia, berikut dalam tulisan ini disajikan mengenai perkembangan jagung baik di dalam negeri, maupun global serta hasil proyeksi penawaran dan permintaan jagung di Indonesia untuk periode 5 (lima) tahun ke depan Ruang Lingkup Ruang lingkup dari penyajian outlook ini adalah informasi luas panen, produktivitas dan produksi jagung secara nasional, serta provinsi sentra produksi jagung. Disamping itu disajikan aspek perdagangan dan konsumsi. Aspek perdagangan meliputi harga produsen, harga konsumen, ekspor dan impor jagung. Aspek konsumsi meliputi konsumsi per kapita rumah tangga dan konsumsi nasional. Ruang lingkup outlook ini juga menyajikan data global luas panen, produksi dan ekspor impor jagung. Pada bagian akhir disajikan neraca suplai demand untuk tahun berjalan dan peramalan 5 tahun ke depan. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3

22 (HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN) 4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

23 II. METODOLOGI ANALISIS 2.1. Sumber Data dan Informasi Outlook Komoditas Tanaman Pangan tahun 2015 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh baik dari data primer maupun data sekunder yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Departemen Pertanian seperti Biro Pusat Statistik (BPS). Untuk keragaan global data diperoleh dari download website Food and Agriculture Organization (FAO). Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data No Variabel Periode Sumber Data 1 Luas Panen Jagung di Indonesia BPS 2 Produksi Jagung di Indonesia BPS 3 Produktivitas Jagung di Indonesia BPS 4 Konsumsi Jagung per kapita rumah Susenas -BPS tangga 5 Penggunaan jagung untuk industri NBM BKP Kementan 6 Ketersediaan konsumsi jagung di NBM BKP Kementan Indonesia 7 Harga produsen dan konsumen BPS jagung di Indonesia 8 Volume dan Nilai ekspor jagung di BPS Indonesia 9 Volume dan Nilai impor jagung di BPS Indonesia 10 Luas panen jagung dunia FAO 11 Produksi jagung dunia FAO 12 Produktivitas jagung dunia FAO 13 Volume ekspor dan volume impor jagung dunia FAO Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5

24 2.2. Metode Analisis Analisis Deskriptif Analisis deskriptif pada outlook ini biasa digunakan untuk menyajikan keragaan data baik keragaan nasional maupun global. Analisis deskriptif yang banyak digunakan adalah ratarata, data tertinggi, data terendah, proporsi terhadap total, dan angka pertumbuhan Analisis Penawaran Model merupakan simplifikasi dari dunia nyata, dimana setiap kegiatan dalam perekonomian pertanian yang akan dianalisis terangkum dalam model tersebut. Model ini disebut model ekonometrika suplai demand tanaman pangan, yang disusun dalam sistem persamaan simultan dan dinamis terbagi dalam dua blok, yaitu terdiri dari Blok Suplai dan Blok Demand. Model yang dibangun dapat dikembangkan untuk masing-masing sub sektor sesuai dengan variabel yang tersedia. Variabel utama dalam analisis penawaran adalah produksi. Produksi merupakan perkalian luas panen dan produktivitas. Sehingga model yang dibangun untuk analisis penawaran adalah model luas panen dan model produktivitas. 6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

25 Tabel 2.2. Pembagian blok persamaan model Suplai Demand Tanaman Pangan Nama Blok Persamaan Nomor Persamaan Blok Suplai 1. Luas Panen 2. Produktivitas 3. Impor 4. Produksi 5. Suplai Blok Demand 1. Konsumsi Perkapita (beras, jagung, kedelai, ubi kayu, kc tanah) 2. Konsumsi Nasional (beras, jagung, kedelai, ubi kayu, kc tanah) 3. Demand beras 4. Demand jagung 5. Demand kedelai 6. Demand ubi kayu 7. Demand kacang tanah 8. Neraca (beras, jagung, kedelai, ubi kayu, kc tanah) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7

26 Blok Suplai Penawaran Produksi Luas Panen Padi LPP = a 0 + a 1 LPP(t-1) + a 2 HRB(t-1) + a 3 HRJ(t-1) + a 4 HRK(t-1) + µ 1... (1) Parameter estimasi yang diharapkan : a 1, a 2 > 0; a 3, a 4 < 0 Luas Panen Jagung LPJ = b 0 + b 1 LPJ(t-1) + b 2 HRJ(t-1) + b 3 HRK(t-1) + b4 HRUK(t-1) + b5 HRKC(t-1) + µ2... (2) Parameter estimasi yang diharapkan : b 1, b 2 > 0; b 3, b 4, b 5 < 0 Luas Panen Kedelai LPK = c 0 + c 1 LPK(t-1) + c 2 HRK(t-1) + c 3 HRJ(t-1) + c 4 HRUK(t-1) + c5 HRKC(t-1) + µ3... (3) Parameter estimasi yang diharapkan : c 1, c 2 > 0; c 3, c 4, c 5 < 0 Luas Panen Kacang Tanah LPKC = e 0 + e 1 LPKC(t-1) + e 2 HRKC(t-1) + e 3 HRJ(t-1) + e 4 HRK(t-1) + e 5 HRUK(t-1) + µ 5... (5) Parameter estimasi yang diharapkan : e 1, e 2 > 0; e 3, e 4, e 5 > 0 Produktivitas Produktivitas Padi YP = f 0 + f 1 YP(t-1) + f 2 HRUREA(t-1) + f 3 TEK + f 4 DSLPTT + f 5 LIRIGASI + f 6 RLPPJ + µ 6... (6) Parameter estimasi yang diharapkan : f 1, f 3, f 4, f 5, f 6 > 0 f 2 < 0 Produktivitas Jagung YJ = g 0 + g 1 YJ(t-1) + g 2 HRUREA(t-1) + g 3 TEK + g 4 DSLPTT + g 5 LIRIGASI + g 6 RLPJJ + µ 7... (7) Parameter estimasi yang diharapkan : g 1, g 3, g 4, g 5, g 6 > 0 g 2 < 0 8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

27 Produktivitas Kedelai YK = h 0 + h 1 YK(t-1) + h 2 HRUREA(t-1) + h 3 TEK + h 4 DSLPTT + h 5 LIRIGASI + h 6 RLPKJ + µ 8...(8) Parameter estimasi yang diharapkan : h 1, h 3, h 4, h 5, h 6 > 0 h 2 < 0 Produktivitas Ubi Kayu YUK = i 0 + i 1 YUK(t-1) + i 2 HRUREA(t-1) + i 3 TEK + i 4 DSLPTT + i 5 LIRIGASI + µ9...(9) Parameter estimasi yang diharapkan : i 1, i 3, i 4, i 5 > 0 i 2 < 0 Produktivitas Kacang Tanah YKC = j0 + j1 YKC(t-1) + j2 HRUREA(t-1) + j3 TEK + j4 DSLPTT + j5 LIRIGASI + µ10...(10) Parameter estimasi yang diharapkan : j 1, j 3, j 4, j 5, j 5 > 0 j 2 < 0 Impor Impor Beras IB = ko + k1 PRODP + k2 KONSB + k3 HIB + k4 HRB + µ11...(11) Parameter estimasi yang diharapkan : k 2, k 4 > 0 k 1, k 3 < 0 Impor Jagung IJ = l o + l 1 PRODJ + l 2 KONSJ + l 3 HIJ + l 4 HRJ + µ (12) Parameter estimasi yang diharapkan : l 2, l 4 > 0 l 1, l 3 < 0 Impor Kedelai IK = m o + m 1 PRODK + m 2 KONSK + m 3 HIK + m 4 HRK + µ (13) Parameter estimasi yang diharapkan : m 2, m 4 > 0 m 1, m 3 < 0 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9

28 Impor Kacang Tanah IKC = no + n1 PRODKC + n2 KONSKC + n3 HIKC + n4 HRKC + µ14..(14) Parameter estimasi yang diharapkan : n 2, n 4 > 0 n 1, n 3 < 0 Persamaan Identitas Produksi PRODP = LPP * YP...(15) PRODJ = LPJ * YJ...(16) PRODK= LPK * YK...(17) PRODUK = LPUK * YUK...(18) PRODKC=LPKC*YKC...(19) SUPLAI SP = PRODP + (IB*100/62.7)...(20) SJ = PRODJ + IJ...(21) SK = PRODK + IK...(22) SKC= PRODKC + IKC... (23) SUK = PRODUK + IUK...(24) Analisis Permintaan Variabel utama analisis permintaan adalah konsumsi perkapita. Hasil kali konsumsi per kapita dengan jumlah penduduk adalah konsumsi nasional. Konsumsi nasional merupakan jumlah yang harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan nasional. 10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

29 Blok Demand K o n s u m s i Konsumsi Per Kapita Beras KONSB = o 0 + o 1 PDB + o 2 IHK + o 3 KONSB (t-1) + µ (25) Parameter estimasi yang diharapkan: o 1, o 3 > 0 ; o 2 < 0 Konsumsi Per Kapita Jagung KONSJ = p0 + p1 PDB + p2 IHK + p3 KONSJ(t-1) + µ16... (26) Parameter estimasi yang diharapkan: p1, p3 > 0 ; p2 < 0 Konsumsi Per Kapita Kedelai KONSK = q0 + q1 PDB + q2 IHK + q3 KONSK(t-1) + µ17... (27) Parameter estimasi yang diharapkan: q1, q3 > 0 ; q2 < 0 Konsumsi per Kapita Ubi Kayu KONSUK = r0 + r1 PDB + r2 IHK + r3 KONSUK(t-1) + µ18... (28) Parameter estimasi yang diharapkan: r 3 > 0 ; r 1,r 2 < 0 Konsumsi per kapita Kacang Tanah KONSKC = s 0 + s 1 PDB + s 2 IHK + s 3 KONSKC (t-1) + µ (29) Parameter estimasi yang diharapkan: r 3 > 0 ; r 1,r 2 < 0 Konsumsi Nasional Beras KONNB = POP * KONSB... (30) Konsumsi Nasional Jagung KONNJ = POP * KONSJ... (31) Konsumsi Nasional Kedelai KONNK = POP * KONSK... (32) Konsumsi Nasional Ubi Kayu KONNUK = POP * KONSUK... (33) Konsumsi Nasional Kacang Tanah KONNKC = POP * KONSKC... (34) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11

30 DEMAND DEMAND BERAS DB = KONNB + PAKG + PAKB + BB + TCG + TCB...(35) PAKG = (PRODP*0.0044) * (36) PAKB = (PRODP*0.627)* (37) BB = (PRODP*0.0104)* (38) TCG = (PRODP*0.0540) * (39) TCB = (PRODP*0.627)* (40) DEMAND JAGUNG DJ = KONNJ + PAKJ + BJ + TCJ...(41) PAKJ = PRODJ* (42) TCJ = PRODJ* (44) DEMAND KEDELAI DK = KONNK + BK + TCK...(45) PAKK = PRODK* (46) BK = PRODK* (47) TCK = PRODK* (48) DEMAND KACANG TANAH DKC = KONNKC + EKSKC + PAKKC + BKC + TCKC...(52) BKC = PRODKC* (53) TCKC = PRODKC* (54) NERACA NRCB =(SP*0.627) DB...(55) NRCJ =SJ DJ...(56) NRCK = SK DK...(57) NRCUK = SUK- DUK...(58) NRCKC = SKC DKC...(59) 12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

31 Tabel 2.2. Keterangan Variabel variabel Dalam Model Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13

32 Kelayakan Model Kelayakan model untuk persamaan regresi simultan menggunakan Tabel Anova (analysis of variance). Dari tabel anova dicek nilai Probability dari F hitung. Jika probability F hitung kurang dari 0,10 berati model layak untuk tingkat kepercayaan 90%, jika nilai probability F hitung kurang dari 0,05 model layak dengan tingkat kepercayaan 95%. Disamping itu yang menjadi ukuran adalah nilai R square, nilai R square makin mendekati 100% model makin baik. Untuk model time series yang menjadi ukuran adalah nilai MAPE, jika ada 2 atau lebih pilihan model, maka yang diambil adalah yang memiliki MAPE kecil. 14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

33 III. KERAGAAN NASIONAL 3.1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Nasional Komponen luas panen merupakan salah satu komponen penting dalam penghitungan produksi. Pertumbuhan luas panen jagung untuk periode atau pada lima tahun terakhir meningkat dengan rata-rata penurunan sebesar 2,78% per tahun. Hal ini menunjukkan adanya upaya pemerintah untuk perluasan jagung, terutama dengan memanfaatkan lahan yang sementara tidak diusahakan, lahan kebun dan lahan hutan. Selama periode tersebut terjadi peningkatan dan penurunan luas panen jagung. Penurunan luas panen terjadi pada tahun 2013 sebesar 3,44%, dan pada tahun 2015 luas panen kembali turun 1,29% dibandingkan tahun sebelumnya. Luas panen jagung pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 2,40% dibandingkan tahun 2011, dan pada tahun 2014 meningkat sebesar 0,41%. Berdasarkan angka tetap tahun 2015, luas panen jagung kembali mengalami penurunan sebesar yaitu 1,29% atau luas panen turun dari 3,84 juta hektar pada tahun 2014, menjadi 3,79 juta hektar. Penurunan luas panen tahun 2015 ini terutama terjadi di Luar Pulau Jawa sebesar 2,54%, sementara di Pulau Jawa hanya sebesar 0,10%. Pada tahun 2016 luas panen jagung meningkat secara signifikan sebesar 15,85%, karena adanya upaya pemerintah untuk menaikan produksi jagung melalui program UPSUS. Program ini terutama dilakukan perluasan areal tanam, baik di lahan sawah, lahan kering, di lahan perkebunan, atau di lahan-lahan pinggir hutan. Rendahnya pertumbuhan luas panen jagung pada tahun diduga karena jagung harus bersaing dengan tanaman tadah hujan lainnya seperti tanaman pangan padi, kedelai, kacang tanah, maupun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15

34 tanaman non pangan seperti tembakau. Disamping itu luas baku sawah diduga mengalami penyusutan karena konversi lahan untuk kepentingan lain seperti infrastruktur, perumahan, dan lain-lain. Faktor lain yang diduga menurunkan luas panen jagung adalah perubahan iklim global, misalnya terjadi musim kemarau basah, maka petani cenderung akan menanam padi kembali, karena air cukup tersedia untuk menanam padi. Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Jagung Indonesia, Selama periode pertumbuhan luas panen jagung di Pulau Jawa lebih rendah dari Luar Pulau Jawa, masing-masing sebesar 2,21% dan 3,31%. Demikian juga pada rentang periode waktunya 5 tahun terakhir yaitu antara tahun laju peningkatan luas panen jagung di Jawa lebih tinggi dari pada di Luar Jawa, peningkatan luas panen di Jawa 1,49% sedangkan Luar Jawa 4,19%. Rendahnya pertumbuhan luas panen jagung di Jawa karena lahan untuk tanaman jagung harus bersaing dengan komoditas lain yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi atau sebagai bahan pangan utama seperti padi sawah, komoditas perkebunan, hortikultura atau komoditas tanaman 16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

35 semusim lainnya. Sebaliknya, tingginya pertumbuhan luas panen di Luar Jawa ini antara lain karena daya saing produksi jagung yang relatif lebih baik pada lahan sawah tadah hujan dan lahan kering dibandingkan dengan daya saing komoditas lain (Deptan, 2005). Daya saing komoditas jagung, lebih baik dengan dari pada komoditas ubi kayu, ubi jalar, maupun kedelai. Hal ini juga didorong oleh kebutuhan jagung untuk pakan ternak, karena harga jagung impor yang semakin mahal. Di sisi lain kebutuhan jagung untuk pakan ternak semakin besar. Tabel 3.1. Rata-rata dan Pertumbuhan Luas Panen, Produktivitas serta Produksi Jagung di Indonesia, Wilayah Jawa Luar Jawa Indonesia Sumber : BPS, diolah oleh Pusdatin Keterangan : *) Tahun 2016 Angka Rakor ARAM II Pertumbuhan , ,03 41,88 4, , ,53 53,42 2, , ,43 36,69 4, , ,54 47,16 3, , ,04 39,45 3, , ,89 50,32 3,01 Kontribusi Terhadap Indonesia periode (%) Jawa 50,35 53,43 Luar Jawa 49,65 46,57 Sumber TAHUN Luas Panen Luas Panen Pertumbuhan (%) Ton Produksi Pertumbuhan : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (%) Ku/Ha Produktivitas (%) Pada lima tahun terakhir besarnya luas panen jagung antara di wilayah Jawa dan luar Jawa hampir seimbang. Berdasarkan Angka Tetap tahun 2016 luas panen jagung nasional adalah 4,39 juta ha, di mana 2,09 juta ha atau 47,61% berada di wilayah Jawa dan 2,30 juta ha atau sekitar 52,39% berada di wilayah Luar Jawa. Pada tahun 2016 ini ada peningkatan luas panen seluas 600 ribu hektar atau sebesar 15,85% dibandingkan tahun Peningkatan luas panen di Luar Jawa cukup besar yaitu sekitar 463,49 ribu hektar atau naik sebesar 25,26% dan di Pulau Jawa naik hanya sekitar 136,73 ribu hektar atau naik sebesar Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17

36 7,0%. Peningkatan luas panen jagung di Luar Jawa karena adanya perubahan pola tanam, dimana sebagian petani yang semula menanam komoditas ubi kayu/ubi jalar, beralih ke komoditas jagung, dengan alasan memiliki nilai ekonomi yang lebih baik. Berdasarkan Tabel 3.1, selama periode peningkatan luas panen jagung rata-rata di Indonesia adalah sebesar 2,78% per tahun. Selama periode tersebut, peningkatan luas panen jagung di Jawa lebih tinggi dari pada di Luar Jawa. Peningkatan luas panen jagung di Pulau Jawa mencapai 1,49%, sedangkan peningkatan luas panen jagung di Luar Jawa sebesar 4,19%. Hal ini menunjukkan bahwa peluang untuk meningkatkan produksi jagung melalui perluasan areal di Luar Jawa masih lebih besar. Pola panen jagung selama 3 tahun terakhir ( ) menunjukkan kondisi yang hampir seragam, yaitu puncak panen jagung terjadi pada Subround I yaitu bulan Februari, Maret dan April. Pada Bulan Januari belum banyak panen jagung, Bulan Februari mulai ada peningkatan panen, Bulan Maret merupakan bulan puncak panen jagung, Bulan April luas panen cenderung mulai turun kembali, tetapi masih di ata bulan bulan lainnya. Pola panen tahun 2014 dan 2015 menunjukkan puncak panen terjadi di Bulan Februari dan Bulan Maret, Bulan April luas panen sudah agak menurun dibandingkan Bulan Maret. Namun pada tahun 2016, puncak panen jagung terjadi pada bulan Maret, Bulan Februari sudah menunjukkan kenaikan luas panen, Bulan April luas panen juga masih tinggi, hampir sama dengan Bulan Februari. Pada Bulan Juni, Juli, dan Agustus luas panen kembali sedikit meningkat dibandingkan Bulan Mei, namun Bulan September sampai Desember luas panen jagung terus mengalami penurunan. Untuk lebih jelasnya pola panen jagung dapat dilihat pada Gambar Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

37 Gambar 3.2. Perkembangan Pola Panen Jagung, Berdasarkan Gambar 3.3, produktivitas jagung terus mengalami peningkatan. Rata-rata pertumbuhan produktivitas jagung selama kurun waktu adalah sebesar 3,72% per tahun, suatu pertumbuhan yang cukup signifikan. Pada kurun waktu tersebut, produktivitas jagung nasional meningkat dari 14,60 Ku/Ha di tahun 1980 menjadi 52,85 Ku/Ha pada tahun Selama kurun waktu lima tahun terakhir atau tahun , pertumbuhan produktivitas jagung lebih rendah yaitu sebesar 3,01%. Hal ini menunjukkan laju peningkatan produktivitas semakin turun pada lima tahun terakhir, dikarenakan penggunaan jagung hibrida sudah cukup luas diaplikasikan. Produktivitas jagung ini diharapkan akan terus meningkat, karena beberapa tahun terakhir ini diluncurkan berbagai varietas jagung hibrida seperti Bisi 816, P27, DK 7722, NK 6325, Pertiwi-3, SHS-4 dan lain-lain. Kelompok jagung hibrida ini memiliki produktivitas per hektar lebih tinggi dari pada jagung komposit ataupun jagung lokal. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19

38 Gambar 3.3. Perkembangan Produktivitas Jagung Indonesia, Secara umum tingkat produktivitas jagung di Pulau Jawa cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan di Luar Jawa maupun secara nasional terutama pada kondisi lima tahun terakhir (Tabel 1). Produktivitas jagung di Jawa periode rata-rata sebesar 53,42 Ku/ha, sementara rata-rata produktivitas di Luar Pulau Jawa 47,16 Ku/ha, sedangkan produktivitas jagung nasional adalah sebesar 50,32 Ku/ha. Hal ini menunjukkan kondisi tanah di Pulau Jawa yang lebih subur dari pada Luar Jawa dan kemungkinan lebih banyak petani jagung menggunakan benih hibrida. Peningkatan produktivitas jagung antara lain sebagai dampak dari penerapan paket teknologi dalam penggunaan varietas jagung hibrida secara nasional dan adanya program SLPTT (Sekolah Lapang Pertanian Tanaman Terpadu), PAT (Perluasan Areal Tanam), dan peningkatan IP (Indeks Pertanaman). 20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

39 Pada tahun 2016 produktivitas jagung nasional sebesar 52,82 ku/ha atau meningkat sebesar 1,07 ku/ha, dibandingkan tahun 2015, atau meningkat sebesar 2,94%. Peningkatan produktivitas ini sebagian besar karena kontribusi peningkatan produktivitas di Jawa sebesar 1,60 ku/ha (atau meningkat 2,94%), sedangkan kontribusi peningkatan produktivitas di Luar Jawa lebih kecil yaitu sebesar 0,98 ku/ha (atau meningkat sebesar 2%). Peningkatan produktivitas karena adanya program peningkatan produksi jagung seperti Upsus Jagung dan peningkatan produktivitas jagung hibrida. Pada tahun 2016 berdasarkan angka tetap, produktivitas jagung di Jawa sebesar 55,97 Ku/ha, sedangkan produktivitas jagung di Luar Jawa sebesar 50,01 Ku/ha. Untuk lebih jelasnya terlihat pada Lampiran I. Produksi adalah hasil perkalian antara luas panen dan produktivitas, sehingga pola perkembangan produksi dipengaruhi oleh perkembangan luas panen dan produktivitas. Perkembangan produksi jagung di Indonesia pada periode tahun cenderung berfluktuasi namun secara umum meningkat, mirip dengan pola luas panen, namun peningkatan produksi menunjukkan pola peningkatan yang lebih signifikan. Produksi jagung selama kurun waktu tertinggi dicapai pada tahun 2016 ini yaitu sebesar 23,19 juta ton. Jika dilihat perkembangan produksi jagung pada 5 (lima) tahun terakhir, produksi jagung mengalami pertumbuhan positif dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,89% per tahun. Pada tahun 2012 produksi jagung sebesar 19,39 juta ton, kemudian lima tahun berikutnya (2016) produksi jagung meningkat menjadi 23,19 juta ton. Selama periode tahun 2012 sampai 2016, terjadi 1 kali penurunan produksi jagung, yaitu tahun 2013 produksi jagung turun sebesar 4,51% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 18,51 juta ton. Penurunan produksi jagung tahun 2013 disebabkan oleh penurunan produktivitas dan penurunan luas panen. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21

40 Penurunan produksi jagung juga bisa disebabkan bergesernya pola tanam, atau beralih ke komoditas lain. Produksi jagung tahun 2016 sebesar 23,19 juta ton atau naik sebesar 18,23% dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini merupakan peningkatan tertinggi selama 8 tahun terakhir. Peningkatan produksi jagung tahun 2016 lebih banyak karena peningkatan luas panen, sementara peningkatan produktivitas sebesar 1,07 ku/ha (2,07%). sebaliknya terjadi peningkatan luas panen yang sangat signifikan sebesar 600 ribu hektar (15,85%). Selama periode , pertumbuhan produksi jagung di Luar Jawa lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di Jawa. Pertumbuhan produksi jagung di Jawa hanya 4,53% per tahun, sementara di Luar Jawa sebesar 7,54% per tahun. Tingginya pertumbuhan produksi jagung di Luar Jawa terutama dikarenakan pertumbuhan luas panen. Pertumbuhan luas panen di Jawa 1,49% per tahun sedangkan pertumbuhan luas panen di Luar Jawa sebesar 4,19% per tahun. Gambar 3.4. Perkembangan Produksi Jagung di Indonesia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

41 Pola perkembangan produksi jagung di Jawa tampak lebih berfluktuasi dibandingkan dengan pola perkembangan produksi jagung di Luar Jawa. Hal ini terjadi karena persaingan penggunaan lahan di Jawa khususnya antara padi dan palawija dapat menjadi alasan utama terjadinya fluktuasi tingkat produksi jagung di Jawa, sedangkan produksi jagung di Luar Jawa cenderung meningkat secara perlahan Provinsi Sentra Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Pada periode , daerah penghasil utama atau sentra luas panen jagung di Indonesia terdistribusi di sepuluh provinsi dengan total kontribusi sebesar 87,52% terhadap total luas panen Indonesia (Gambar 3.5). Kontribusi terbesar luas panen jagung nasional berasal dari Provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 30,73%, disusul kemudian oleh Jawa Tengah sebesar 13,97%, sedangkan Provinsi Jawa Barat menempati urutan ke-7 dan hanya menyumbang 3,85% dari luas panen nasional. Total kontribusi 3 (tiga) provinsi sentra di Jawa ini mencapai 48,54%, tujuh provinsi sentra lainnya merupakan provinsi di Luar Pulau Jawa. Lampung menjadi provinsi urutan ke-3 dengan total kontribusi sebesar 8,49% atau rata-rata luas panen selama periode sebesar 336,11 ribu ha, urutan ke-empat dan selanjutnya diikuti masingmasing secara berurutan Sulawesi Selatan (kontribusi 7,79%), Nusa Tenggara Timur (kontribusi 6,61%), Sumatera Utara (kontribusi 5,79%), Jawa Barat (kontribusi 3,85%), Gorontalo (3,72%), Nusa Tenggara Barat (3,54%) dan Sulawesi Utara (3,03%) (Gambar 3.5 dan Lampiran 5). Provinsi lainnya di luar provinsi sentra, kontribusinya terhadap produksi jagung nasional adalah 12,48%. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23

42 Gambar 3.5. Kontribusi Rata-rata Sentra Luas Panen Jagung di Indonesia, Tahun Dilihat dari sisi pertumbuhan luas panen jagung selama periode 5 tahun terakhir ( ) beberapa provinsi sentra mengalami peningkatan pertumbuhan, namun ada juga yang menunjukkan pertumbuhan negatif. Pertumbuhan negatif terjadi di Provinsi Jawa Timur, dimana selama luas panen rata-rata turun sebesar 0,50%/tahun, begitu juga di Lampung luas panen jagung rata-rata turun sebesar 6,47%/tahun, serta Sulawesi Selatan turun 2,73%/tahun. Penurunan luas panen jagung di Provinsi Lampung dan Sulawesi Selatan karena sebagian petani beralih komoditas dari jagung ke komoditas ubi kayu, meskipun demikian pada tahun 2016 kedua provinsi tersebut mengalami peningkatan luas panen. Hal ini dikarenakan sebagian petani menganggap bahwa dalam bertanam ubi kayu biaya untuk usaha tani jauh lebih murah dari pada bertanam jagung. Bertanam ubi kayu tidak memerlukan perawatan khusus. Angka ARAM II tahun 2016 juga menunjukkan penurunan luas panen ubi kayu. Luas panen ubi kayu di Lampung tahun 2015 sebesar 279,34 ribu ha, tahun 2016 turun menjadi 251,08 ribu ha, penurunan luas panen ubi kayu mengakibatkan 24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

43 peningkatan luas panen jagung. Sementara pertumbuhan luas panen jagung tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 3,86% per tahun. Sentra produksi jagung di Indonesia selama terdistribusi di sepuluh provinsi dengan total kontribusi sebesar 94,23% terhadap total produksi Indonesia (Gambar 3.6). Kontribusi terbesar produksi jagung nasional berasal dari Provinsi Jawa Timur yaitu 32,06%, disusul kemudian oleh Jawa Tengah sebesar 16,78%, sedangkan Provinsi Jawa Barat menempati urutan ke-6 dan hanya menyumbang 6,02% dari produksi nasional. Total kontribusi 3 (tiga) provinsi sentra di Jawa ini mencapai 54,86%, tujuh provinsi sentra lainnya merupakan provinsi di Luar Pulau Jawa dengan kontribusi sebesar 39,37%. Lampung menjadi provinsi urutan ke-3 dengan total kontribusi sebesar 8,97% atau ratarata produksi selama periode sebesar 1,69 juta ton. Provinsi lainnya di luar provinsi sentra, kontribusinya terhadap produksi jagung nasional adalah 5,77%. Gambar 3.6. Kontribusi Rata-rata Sentra Produksi Jagung di Indonesia, Tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25

44 Berdasarkan series data tahun produksi jagung yang mengalami penurunan di provinsi sentra yaitu Provinsi Lampung sebesar -4,97%/tahun, Provinsi Jawa Timur -0,68%/tahun dan Provinsi Jawa Barat sebesar -2,06%/tahun. Sementara 8 provinsi sentra lainnya mengalami peningkatan produksi selama , dengan kisaran pertumbuhan produksi antara 0,25% sampai 14,92% per tahun. Provinsi dengan peningkatan produksi tertinggi tahun untuk kelompok provinsi sentra adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan peningkatan produksi rata-rata sebesar 14,92%/tahun, diikuti oleh Sumatera Barat meningkat 6,87%/tahun dan Provinsi Sumatera Utara naik sebesar 5,62%/tahun Konsumsi Per Kapita dan Nasional Konsumsi suatu komoditas pertanian secara umum terdiri dari konsumsi langsung dan konsumsi tidak langsung (diolah lebih lanjut menjadi produk konsumsi atau produk lainnya). Permintaan (konsumsi) langsung jagung secara garis besar merupakan perkalian antara konsumsi per kapita dengan jumlah penduduk. Data konsumsi perkapita diperoleh dari data hasil SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS). Permintaan tidak langsung didekati dari permintaan antara (Tabel Input Ouput BPS) atau konsumsi bukan makanan (industry) dari data Neraca Bahan Makanan (NBM) yang diterbitkan setiap tahun, dengan asumsi harga dan pertumbuhan konsumsi industri cenderung tetap, sehingga proyeksi permintaan industri merupakan hasil perkalian antara persentase penggunaan untuk industri dengan produksi tahun terakhir. Disamping itu disajikan juga perkembangan ketersediaan konsumsi jagung di Indonesia dari pendekatan Neraca Bahan Makanan. Ketersediaan yang dimaksud pada NBM adalah selisih produksi ditambah 26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

45 impor sebagai komponen suplai, dikurangi besarnya ekspor, tercecer, penggunaan pakan, bibit dan penggunaan untuk industri. Konsumsi jagung rumah tangga per kapita dalam kurun waktu cenderung menurun, dengan laju penurunan -0,36% per tahun. Pada tahun 2011 konsumsi jagung rumah tangga menurun cukup signifikan sebesar 22,6% dibandingkan tahun 2010 dari 1,763 kg/kapita/tahun menjadi 1,365 kg/kapita/tahun, pada tahun 2012 konsumsi jagung kembali mengalami peningkatan (22,9%) menjadi 1,677 kg/kapita/tahun. Tahun 2013 konsumsi jagung per kapita kembali menurun sebesar 12,43%, tahun 2014 konsumsi jagung kembali turun sebesar 7,10% atau konsumsi perkapita menjadi sebesar 1,467 kg/kapita/tahun, dan pada tahun 2015 kemsumsi jagung kembali meningkat menjadi 1,790 kg/kap/tahun atau naik 21,99%. Konsumsi jagung yang dimaksud disini konsumsi jagung basah berkulit dan jagung pipilan kering. Konsumsi nasional rumah tangga pada tahun 2015 adalah sebesar 457,24 ribu ton, total konsumsi ini meningkat sebesar 23,58% dari tahun sebelumnya yang mencapai 369,99 ribu ton. Peningkatan ini karena adanya peningkatan konsumsi jagung basah berkulit sebagai substitusi bahan pangan pokok, disamping itu juga karena peningkatan penggunaan jagung pipilan kering untuk konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga nasional jagung lima tahun terakhir menunjukkan kecenderungan fluktuatif, tetapi rata-rata meningkat 1,02% per tahun. Selama kurun waktu tersebut terjadi penurunan cukup signifikan pada tahun 2011, 2013, dan 2014 masing-masing sebesar - 23,47%, -10,44%, dan -5,85%. Pada tahun 2012 konsumsi rumah tangga jagung nasional kembali meningkat 21,26%, dan tahun 2015 kembali meningkat 23,58%. Penurunan konsumsi ini terjadi karena semakin sedikit orang mengkonsumsi jagung sebagai subtitusi bahan pangan pokok, meskipun tahun 2015 sudah menunjukkan kenaikan, sedangkan permintaan jagung untuk industri terutama industri pakan cenderung Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27

46 (Ton) Outlook Jagung 2016 «semakin meningkat. Program penganekaragaman pangan pengganti beras sampai saat belum berhasil, sehingga perlu upaya yang lebih keras agar konsumsi beras menurun dan konsumsi sumber karbohidrat lainnya termasuk jagung meningkat (Gambar 3.7). 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, ,000 0 Gambar 3.7. Konsumsi Rumah Tangga Jagung Menurut Susenas. Bila diamati grafik penggunaan jagung untuk konsumsi rumah tangga dan penggunaan jagung untuk pakan menunjukkan pola grafik yang relatif konstan dengan garis yang cenderung terus berhimpitan sejak tahun 2001 sampai 2007, bahkan terbilang cukup stagnan atau tidak ada kenaikan penggunaan yang signifikan. Namun pada mulai tahun 2008 sampai 2015 terlihat bahwa konsumsi jagung untuk rumah tangga cenderung konstan, sebaliknya untuk pakan ternak menunjukkan peningkatan meskipun kecil (Gambar 3.8). Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan jagung pipilan kering, sebagai bahan baku pakan untuk usaha peternakan rumah tangga, semakin besar jumlahnya. Bahkan ada dugaan bahwa jumlah ini jauh lebih besar dari pada yang dihitung 28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

47 ( ton ) Outlook Jagung 2016 «selama ini pada neraca bahan makanan (Hasil Survei Penggunaan Jagung- Pusdatin, 2014). 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000, Rumahtangga Industri Non Makanan Pakan Langsung Gambar 3.8. Perkembangan Konsumsi Jagung di Indonesia, menurut Susenas dan Neraca Bahan Makanan (NBM) Pada periode total konsumsi rumah tangga berkisar antara ribu ton, sedangkan penggunaan jagung untuk pakan juga berkisar pada angka yang mendekati kisaran penggunaan di tingkat rumah tangga, namun setelah tahun 2009 kenaikkan jumlah jagung untuk pakan melampaui 1 juta ton lebih. Hal ini berbeda dengan total penggunaan jagung untuk diolah bukan makanan/industri, dimana pada kurun waktu cenderung meningkat perlahan dari 3,67 juta ton pada tahun 2011 menjadi 3,88 juta ton pada tahun Tingginya penggunaan jagung untuk diolah bukan makanan/industri terjadi karenakebutuhan jagung untuk pakan ternak semakin meningkat, seiring Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29

48 dengan semakin tingginya populasi ternak karena permintaan daging ungags yang semakin tinggi. Laju pertumbuhan konsumsi jagung untuk industri lebih tinggi dibandingkan permintaan rumah tangga, pada kurun waktu pertumbuhan total konsumsi rumah tangga rata-rata meningkat sebesar -1,02% per tahun, sementara total konsumsi jagung untuk industri ratarata meningkat lebih tinggi yaitu sebesar 3,33% per tahun. Hal ini menunjukkan penggunaan jagung pipilan kering lebih banyak digunakan dalam industri pakan ternak dibandingkan dengan untuk konsumsi rumah tangga,seperti terlihat pada Lampiran 8. Pada kurun waktu peningkatan pertumbuhan konsumsi jagung untuk industri non makanan (pakan) sangat fantastis yaitu rata-rata 17,36% per tahun. Penurunan konsumsi jagung untuk industri terjadi pada saat krisis yaitu tahun , pada tahun 1997 konsumsi jagung untuk industri turun sebesar 5,75%, tahun 1998 turun kembali sebesar 16,86%, tahun 1999 juga turun sebesar 9,49%. Untuk jangka waktu yang lebih pendek, pada kurun waktu konsumsi jagung untuk pakan pertumbuhannya lebih kecil, yaitu 3,33%/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan industry pakan ternak sudah mulai jenuh. Permintaan jagung untuk industri non makanan pada tahun 2011 sebesar 3,67 juta ton. Pada tahun 2012 dan tahun 2013 konsumsi industry non makanan mengalami peningkatan berturut-turut menjadi sebesar 4,32 juta ton, dan 4,79 juta ton. Pada tahun 2014 konsumsi industry makanan kembali meningkat menjadi 4,88 juta ton. Peningkatan permintaan jagung dalam negeri untuk industry semakin kecil diduga berkaitan dengan kualitas jagung yang dihasilkan oleh petani. Jika kadar aflatoxin jagung melebihi batas ambang yang ditetapkan, maka industri pakan akan menolaknya. Sebagai gantinya industi pakan mengimpor jagung, untuk bahan baku pakan. 30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

49 Pertumbuhan ketersediaan konsumsi jagung per kapita menurut Neraca Bahan Makanan (NBM) pada tahun rata-rata sebesar 5,75%, sedangkan pada periode atau selama lima tahun terakhir pertumbuhan ketersediaan jagung lebih tinggi rendah yaitu sebesar 1,85% per tahun. Pada tahun 2010 sampai 2014 pertumbuhan ketersedian jagung terlihat lebih datar dengan kisaran pertumbuhan -4,64% sampai 11,15% per tahun (Lampiran 7). Terdapat perbedaan yang cukup lebar antara konsumsi rumah tangga per kapita hasil SUSENAS dan ketersediaan per kapita, hal ini diduga karena ada penggunaan untuk olahan makanan pada NBM terlalu rendah. Jadi ada dugaan penggunaan jagung untuk pakan lebih besar dari angka NBM, mengingat banyak industri pakan ternak skala kecil/rumah tangga yang belum tercakup dalam penggunaan pakan oleh industri. Pengolahan jagung untuk pakan (self mix) yang dilakukan oleh rumah tangga usaha peternakan, diduga jumlahnya cukup besar. Disamping itu banyak jagung yang dikonsumsi di luar rumah tangga sebagai makanan jadi seperti untuk snack, jagung bakar, jagung untuk sayuran, atau makanan lain berbahan baku jagung Harga Produsen dan Konsumen Jagung Secara umum perkembangan harga rata-rata jagung pipilan baik di tingkat produsen maupun konsumen menunjukkan kecenderungan meningkat. Perkembangan harga jagung pada lima tahun terakhir periode tahun memperlihatkan harga jagung di tingkat produsen maupun konsumen meningkat cukup signifikan, sehingga margin yang dihasilkan cukup besar, yaitu sekitar Rp 1.164,- sampai Rp 2.686,- per kilogram. Jika pada tahun 2011 perbedaan harga konsumen dan produsen sebesar Rp 1.778/kg, maka tahun 2012 margin sedikit turun menjadi Rp 1.164/kg, pada tahun 2013 margin sedikit mengalami peningkatan kembali menjadi Rp 2.246/kg, pada tahun 2014 margin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31

50 ( Rp/Kg ) Outlook Jagung 2016 «keuntungan kembali meningkat menjadi Rp 2.524/kg, dan akhirnya pada tahun 2015 margin kembali meningkat menjadi Rp 2.686/kg. Harga jual tingkat konsumen yang cukup tinggi ini sebagai dampak meningkatnya biaya transportasi secara signifikan akibat kenaikan bahan bakar, atau sarana jalan yang makin tidak seimbang dengan pertumbuhan jumlah kendaraan sehingga mengganggu sistem distribusi. Sementara harga jual tingkat produsen yang lebih rendah mengindikasikan tidak cukupnya insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi dan produktivitas atau elastisitas transmisi harga dari konsumen ke produsen kecil sehingga petani yang harus menanggung perbedaan harga di tingkat konsumen dan produsen tersebut. Keragaan harga jagung secara rinci disajikan pada Lampiran 10. 8, , , , , , , , Harga Produsen Harga Konsumen Gambar 3.9. Perkembangan Harga Produsen dan Harga Konsumen Jagung di Indonesia, Pertumbuhan harga jagung tingkat produsen selama periode rata-rata sebesar 6,21%/tahun, lebih rendah dari pada pertumbuhan harga konsumen yaitu sebesar 9,05%/tahun. Pertumbuhan 32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

51 harga jagung yang tinggi baik di tingkat konsumen maupun produsen karena semakin besarnya kebutuhan jagung untuk pakan sementara suplai jagung terbatas. Terbatasnya suplai jagung karena produksi jagung nasional yang diserap oleh pabrik pakan kurang mencukupi dan kualitas jagung yang kurang seragam. Harga rata-rata jagung pipilan kering di tingkat produsen pada tahun 2015 sebesar Rp 3.778/kg atau naik sebesar Rp 108,-/kg dibandingkan tahun 2014, atau naik sebesar 2,963%. Harga yang rendah bagi produsen jagung, biasanya terjadi karena pada saat menjual kadar air masih cukup tinggi (sekitar 25% 35%), sehingga harga rendah, begitu juga dengan kadar aflatoxin yang tinggi akan menurunkan harga jagung. Berbeda dengan harga produsen yang peningkatan cukup rendah, sebaliknya harga jagung di tingkat konsumen tahun 2015 mengalami peningkatan 4,36%, yaitu dari harga Rp 6.194,-/kg pada tahun 2014 menjadi Rp 6.464,- /kg pada tahun 2015, atau naik sebesar Rp. 270,- /kg, seperti terlihat pada Gambar Ekspor dan Impor Jagung Impor jagung diperlukan jika produksi nasional kurang mencukupi untuk kebutuhan pabrik pakan. Pada tahun volume impor jagung selalu di atas 1 juta ton, sementara pada tahun volume impor di bawah 1 juta ton, kecuali tahun 2006 volume impor mencapai 1,77 juta ton, sementara volume impor jagung periode selalu di atas 3 juta ton, kecuali tahun 2012 hanya sebesar 1,81 juta ton. Tingginya impor jagung pada diperkirakan karena produksi jagung nasional belum mencukupi, sedangkan ada peningkatan kebutuhan jagung untuk bahan baku industri khususnya industri pakan, menyebabkan permintaan jagung impor cukup besar. Pada tahun 2014 volume impor jagung stabil sekitar 3,17 juta ton, dan volume impor tahun 2015 naik menjadi 3,50 juta ton, volume impor tahun 2016 sampai Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33

52 *) ( ton ) Outlook Jagung 2016 «dengan Bulan Mei sebesar 880 ribu ton. Rendahnya volume impor tahun 2016, karena adanya pembatasan/pelarangan impor jagung, dengan tujuan produksi jagung dalam negeri dapat terserap oleh industri pakan. Selama hampir empat dekade volume ekspor jagung Indonesia cenderung konstan, selama periode tersebut volume ekspor jagung tidak lebih dari 300 ribu ton. Selama periode rata rata volume ekspor adalah 70,48 ribu ton, sebaliknya volume impor jauh lebih tinggi yaitu sebesar 2,97 juta ton. Hal ini mengakibatkan neraca yang selalu negatif, dimana ekspor jauh lebih kecil dibandingkan impor. Pada tahun 2015 volume ekspor cukup tinggi, yaitu sebesar 250,83 ribu ton. Neraca impor jagung dari tahun 2011 sampai 2015 rata-rata defisit 2,90 juta ton. Hal ini menunjukkan ketergantungan akan jagung impor semakin meningkat terutama pada beberapa tahun terakhir, sehingga perlu usaha terus menerus untuk meningkatkan produksi jagung nasional, sehingga Indonesia bisa swasembada jagung. 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 0 Ekspor (Ton) Impor (Ton) Gambar Perkembangan Volume Ekspor-Impor Jagung di Indonesia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

53 Ton Outlook Jagung 2016 «Neraca ekspor-impor jagung baik dilihat dari sisi volume maupun nilainya menunjukkan perkembangan yang cenderung negatif, artinya lebih tinggi impor dari pada ekspornya. Kecenderungan ini disebabkan permintaan jagung yang tinggi seperti industri pakan ternak dan belum sepenuhnya dipenuhi oleh produksi jagung dalam negeri. Pada kondisi lima tahun terakhir rata-rata neraca ekspor-impor yang negatif, artinya selama periode itu rata-rata terjadi defisit sebesar 2,91 juta ton atau senilai US$ 791 juta. Pada tahun 2016 sampai dengan Bulan Mei besarnya volume impor jagung 880 ribu ton sedangan volume ekspor sebesar 11 ribu ton, jadi terjadi defisit perdagangan sebesar 870 ribu ton, atau defisit sebesar 191 juta US$ (Lampiran 11). 3,000,000 2,500,000 2,000,000 Volume Impor Jagung (Ton) 1,500,000 1,000, ,000 - Jan - Sep 2015 Jan - Sep 2016 Volume Impor (Ton) 2,735,473 1,016,043 Gambar Volume Impor Jagung Bulan Januari September 2015 dan 2016 Kementerian Pertanian (Kementan) menerbitkan kebijakan pengendalian impor jagung. Kebijakan ini dimaksudkan untuk mendorong gairah petani jagung sehingga produknya terserap ke pasar dan industri pakan ternak, memprioritaskan produk domestik untuk bahan baku industri pakan, menjaga stabilitas harga jagung dan pakan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35

54 baik di tingkat petani maupun konsumen. Kebijakan tersebut dituangkan dalam Perrmentan 57 tahun 2015 tentang Pemasukan dan Pengeluaran Bahan Pakan Asal tumbuhan ke dan dari Wilayah Indonesia. Hasil kebijakan ini adalah impor jagung Januari-September 2016 sebesar 1,02 juta ton, untuk untuk periode yang sama tahun 2015 sebesar 2,74 juta ton, atau menurun 62,8% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 sehingga menghemat devisa sekitar 397,92 Ribu US$. Pada tahun 2016 program bantuan benih jagung unggul dan sarana lainnya seluas 1,5 juta hektar serta integrasi jagung di perkebunan 750 ribu hektar dan sebagian besar sudah direalisasikan diyakini akan menggenjot produksi 2016, sehingga capaian produksi tahun 2016 (ARAM II) sebesar 23,19 juta ton. 36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

55 IV. KERAGAAN GLOBAL 4.1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Dunia Menurut data FAO, luas panen jagung dunia tahun 2012 sebesar 179,06 juta ha, pada tahun 2013 naik sebesar 3,89% menjadi 186,02 juta ha. Pada tahun 2014 luas panen jagung dunia mengalami penurunan sebesar 1,45% atau luas panen menjadi 183,32 juta hektar. Pertumbuhan luas panen jagung dunia periode ini relatif lambat dengan rata-rata pertumbuhan 1,17% per tahun (Lampiran 10). Pada periode lima tahun terakhir ( ) pertumbuhan luas panen jagung dunia lebih tinggi, yaitu sebesar 2,95%. Hal ini diduga terjadi karena peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan kebutuhan jagung baik untuk bahan baku pakan ternak maupun dikonsumsi manusia sebagai bahan pangan pokok, sehingga sebagian negara di dunia berusaha memperluas tanaman jagung. Pada beberapa tahun terakhir bahkan karena kebutuhan energi alternatif yang menggantikan sumber energi yang berasal dari fosil, jagung merupakan salah satu bahan baku energi alternatif karena bisa diubah menjadi etanol. Bila dimati kondisi lima tahun terakhir, peningkatan luas panen jagung yang cukup signifikan pada tahun 2010 dan 2011 masing-masing sebesar 4,47% dan 4,48%, hal ini dipicu oleh naiknya harga minyak dunia yang melambung tinggi, sehingga mencari sumber bahan bakar alternatif sebagai pengganti minyak bumi seperti bioetanol yang dibuat dari jagung atau tebu. Pada tahun 2014 harga minyak dunia turun, sehingga produksi jagung juga turun, disamping karena perubahan iklim global. Berbeda dengan perkembangan luas panen yang cenderung terus meningkat pada 5 tahun terakhir, perkembangan produktivitas jagung dunia, menunjukkan perkembangan yang fluktuatif. Pertumbuhan produktivitas jagung selama rata-rata meningkat 2,01% per Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37

56 (Ha) Outlook Jagung 2016 «tahun. Produktivitas jagung dunia tahun 2013 sebesar 5,47 ton/ha atau naik signifikan dari tahun 2012 sebesar 11,90%. Sebaliknya pada tahun 2014 lalu produktivitas jagung dunia meningkat hanya sebesar 3,52% dibandingkan tahun 2013, atau produktivitas jagung dunia tahun 2014 sebesar 5,66 ton/ha. Peningkatan produktivitas ini diduga karena berhasilnya pengembangan jagung dengan produktivitas tinggi, seperti jagung hibrida. Perkembangan luas panen terlihat pada Gambar 4.1. Perkembangan produktivitas jagung dunia pada periode tahun juga menunjukkan kecenderungan meningkat rata-rata sebesar 1,78% per tahun atau lebih tinggi dari pada peningkatan luas panen (1,17% per tahun). Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2014 yang mencapai 5,66 ton/ha (Gambar 4.2). 200,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000,000 Gambar 4.1. Perkembangan Luas Panen Jagung Dunia, Laju pertumbuhan produktivitas jagung dunia pada lima tahun terakhir ( ) masih mengalami peningkatan meskipun dengan pertumbuhan lebih kecil dibandingkan dengan laju pertumbuhan luas panennya yaitu sebesar 2,01% per tahun, sementara pertumbuhan luas panen jagung pada periode yang sama meningkat sebesar 2,95% per tahun (Lampiran 12). 38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

57 (Ton/Ha) Outlook Jagung 2016 « Gambar 4.2. Perkembangan Produktivitas Jagung Dunia, Perkembangan produksi jagung dunia selama periode tahun meskipun berfluktuasi menunjukkan kecenderungan meningkat. Peningkatannya lebih banyak ditentukan oleh pertumbuhan luas panen sebesar 2,95% per tahun dan pertumbuhan produktivitas 2,01% per tahun. Hasil perkalian luas panen dan produktivitas menghasilkan produksi, sehingga pertumbuhan produksi jagung dunia pada periode tersebut mencapai 4,99% per tahun. Menurut FAO, produksi jagung dunia pada tahun 2012 mencapai 875 juta ton, atau turun 1,31% dibandingkan tahun 2011, tetapi tahun 2013 produksi jagung dunia naik sekitar 142 juta ton atau naik 16,25% dibandingkan tahun Pada tahun 2014 produksi jagung dunia kembali meningkat 20 juta ton, atau naik sebesar 2,02% atau menjadi 1,038 milyar ton. Secara rinci perkembangan produksi jagung dunia disajikan pada Gambar 4.3. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39

58 (ton) Outlook Jagung 2016 «1,100,000,000 1,000,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000,000 Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Jagung Dunia, Negara Sentra Luas Panen dan Produksi Jagung Dunia Pada periode lima tahun terakhir ( ), luas panen jagung dunia tertinggi di China dengan rata-rata luas mencapai 34,67 juta hektar atau mencapai 19,62% dari rata-rata total luas panen jagung dunia. Amerika Serikat berada di tempat ke-2, tergeser dari China, dengan luas rata-rata selama lima tahun terakhir sebesar 34,29 juta ha atau menyumbang 19,40% total luas panen jagung dunia. Posisi ketiga dan keempat ditempati oleh Brazil dan India dengan luas panen ratarata masing-masing sebesar 14,16 juta hektar dan 8,81 juta hektar. Sementara Indonesia berada di urutan ke-9 setelah Mexico, Nigeria, Argentina, dan Ukraina dengan kontribusi luas sebesar 2,22% atau luas panen rata-rata lima tahun terakhir mencapai 3,92 juta hektar per tahun. Gambar 4.4. Kontribusi luas panen negara-negara sentra terlihat pada 40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

59 China USA Brazil India Mexico Nigeria Argentina Ukraine Indonesia Tanzania Lainnya ( 000 Ha ) Outlook Jagung 2016 «China 19,6% USA 19,4% Lainnya 32,2% Brazil 8,0% India 5,0% Tanzania 2,1% Indonesia 2,2% Ukraine 2,3% Argentina 2,3% Nigeria 3,1% Mexico 3,9% Gambar 4.4. Kontribusi Luas Panen Negara-negara Produsen Jagung terhadap Luas Panen Dunia ( ) Gambar 4.5. Rata-rata Luas Panen Negara-negara Produsen Jagung Dunia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41

60 Berdasarkan rata-rata produksi jagung yang dihasilkan suatu negara pada tahun , maka terdapat 10 negara produsen jagung terbesar di dunia dengan total share sebesar 78,76% terhadap total produksi jagung dunia. Kesepuluh negara tersebut secara berurutan adalah Amerika Serikat, China, Brazil, Argentina, Ukraina, India, Mexico, Indonesia, Perancis dan Afrika Selatan. Amerika Serikat menjadi negara paling dominan dimana negara tersebut menguasai 34,66% produksi jagung dunia dengan rata-rata produksi mencapai 323,74 juta ton, diikuti China pada urutan ke-2 dengan produksi rata-rata 202,12 juta ton, mampu menguasai 21,64% produksi jagung dunia, posisi ketiga ditempati Brazil dengan produksi rata-rata 68,45 juta ton selama lima tahun terakhir. Tiga negara tersebut merupakan produsen jagung terbesar dunia dengan kontribusi kumulatif sebesar 63,63%, karena negara produsen jagung lainnya memproduksi jagung rata-rata dibawah 30 juta ton per tahun. Hal yang cukup menarik adalah untuk luas panen jagung, China di urutan pertama, sementara produksi jagung China diurutan kedua setelah USA dengan perbedaan angka produksi yang terpaut jauh, sekitar 121,62 juta ton, hal ini menunjukkan produktivitas jagung di USA jauh lebih tinggi dari pada di China. Indonesia termasuk sepuluh negara produsen jagung terbesar di dunia pada urutan ke-8 setelah Argentina, Ukraina, India dan Mexico, dengan tingkat produksi rata-rata tahun menurut data FAO, sebesar 18,57 juta ton per tahun atau berkontribusi sebesar 1,99% terhadap produksi jagung dunia (Gambar 4.6. dan Gambar 4.7.). Produksi jagung tahun 2014, merupakan angka release terbaru dari FAO. 42 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

61 USA China Brazil Argentina Ukraine India Mexico Indonesia Perancis Afrika Selatan Lainnya ( 000 ton ) Outlook Jagung 2016 « Gambar 4.6. Rata-rata Produksi Negara Produsen Jagung Dunia, USA 34,7% Lainnya 21,2% China 21,6% Brazil 7,3% Afrika Selatan 1,3% Perancis 1,7% Indonesia 2,0% Mexico 2,3% India 2,4% Ukraine 2,5% Argentina 2,9% Gambar 4.7. Kontribusi Produksi Negara Produsen Jagung terhadap Produksi Dunia tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43

62 (Ton ) Outlook Jagung 2016 «4.3. Perkembangan Ekspor dan Impor Jagung Dunia Keragaan tentang perdagangan dunia, ekspor dan impor jagung didekati data FAO yang didownload pada tanggal 16 September Perkembangan volume ekspor dan impor jagung dunia pada periode tahun berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat cukup signifikan yaitu rata-rata sebesar 1,72% per tahun untuk volume impor dan 1,79% untuk volume ekspor. Peningkatan perdagangan jagung dunia mulai meningkat tajam di akhir tahun 2007-an kemudian berfluktuasi hingga tahun 2013-an. Perkembangan nilai impor dan ekspor lebih tinggi dari perkembangan volume, selama periode yang sama nilai impor naik rata-rata 5,42% per tahun, sedangkan nilai ekspor naik rata-rata 5,47% per tahun, seperti terlihat pada Gambar 4.8. dan Volume Import (ton) Volume Export (ton) Gambar 4.8. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Jagung Dunia 44 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

63 (000 US $ ) Outlook Jagung 2016 « Nilai Impor (1000 $) Nilai Ekspor (1000 $) Gambar 4.9. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Jagung Dunia Perkembangan volume impor jagung selama 5 tahun terakhir yaitu pada kurun waktu meningkat rata-rata 3,19% per tahun, sedangkan volume ekspor terjadi pertumbuhan lebih tinggi sebesar 4,09% per tahun. Hal ini menunjukkan dalam perdagangan ketersediaan untuk diekspor barang lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk diimpor. Pada kurun negara eksportir jagung terbesar di dunia adalah Amerika Serikat dengan volume ekspor rata-rata 40,06 juta ton per tahun dan menguasai pangsa 35,54% perdagangan jagung dunia. Sementara Argentina dengan volume ekspor jagung rata-rata sebesar 15,96 juta ton/tahun telah memberikan kontribusi sebesar 14,16% terhadap ekspor jagung di dunia (Lampiran 16). Brazil dengan rata-rata ekspor sebesar 14,90 juta ton/tahun, dan kontribusi sebesar 13,22%, menjadi negara eksportir terbesar ketiga dunia. Negara-negara eksportir jagung terbesar dunia selanjutnya adalah Ukraina, Perancis, Hungaria, India, Rumania, Paraguay, dan Afrika Selatan. Kesepuluh negara Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45

64 eksportir jagung tersebut memberikan kontribusi lebih dari 89,41% perdagangan jagung dunia (Gambar 4.10). Sementara itu, posisi Indonesia berada di urutan ke-48 negara eksportir jagung dunia dengan rata-rata volume ekspor sebesar 32 ribu ton per tahun atau berkontribusi sebesar 0,03% pangsa ekspor jagung dunia. Indonesia mengimpor jagung untuk kebutuhan bahan baku pakan ternak, sebagian besar berasal dari negara Argentina, Brazil, dan India. Argentina 14,2% USA 35,5% Brazil 13,2% Lainnya 10,6% Ukraine 8,9% Afrika Selatan 1,6% Perancis 5,7% Paraguay 1,8% Rumania 2,1% India 3,2% Hungaria 3,2% Gambar Negara-negara Eksportir Jagung Terbesar di Dunia, Jepang adalah negara pengimpor jagung terbesar di dunia. Bersumber data dari FAO yang diunduh tanggal 16 September 2016, selama 5 tahun terakhir ( ), besarnya volume impor jagung yang diserap oleh Jepang rata-rata sebesar 15,41juta ton/tahun. Negara pengimpor jagung terbesar lainnya pada periode tersebut adalah Meksiko, Korea Selatan, China, Mesir, Spanyol, Taiwan, Iran, Belanda, dan Kolombia (Gambar 4.11). Kesepuluh negara tersebut 46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

65 mengimpor 59,01% dari total impor jagung dunia. China meskipun penghasil jagung terbesar ke-2 di dunia setelah Amerika serikat, tetapi juga termasuk 10 negara pengimpor jagung terbesar di dunia. Gambar Negara-negara Importir Jagung Terbesar Dunia, Indonesia selain sebagai negara eksportir jagung juga merupakan negara pengimpor jagung di dunia pada urutan ke-16 dengan rata-rata volume impor pada periode sekitar 1,99juta ton/tahun atau 1,80% dari total volume impor jagung dunia. Menurut FAO impor jagung Indonesia meningkat pada tahun 2010 menjadi 1,53 juta ton, jauh lebih tinggi dari impor tahun sebelumnya yang hanya 338 ribu ton. Pada tahun 2011 kembali meningkat lebih dari 100%, yaitu sebesar 3,21 juta ton, tahun 2012 kembali turun menjadi 1,69 juta ton, dan tahun 2013 kembali naik menjadi 3,19 juta ton. Tingginya volume impor akibat permintaaan jagung yang tinggi terutama untuk bahan baku industri pakan ternak. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47

66 (HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN) 48 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

67 V. ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG 5.1. Produksi Jagung Produksi dihitung dari luas panen dikalikan dengan produktivitas jagung per hektar. Untuk menduga proyeksi penawaran maka dilakukan proyeksi luas panen dan proyeksi produktivitas. Pada analisis ini dilakukan pemodelan persamaan simultan, dengan menggunakan program SAS. Hasil analisis fungsi respon luas panen jagung menunjukkan bahwa luas panen jagung dipengaruhi oleh luas panen jagung tahun sebelumnya, harga riil jagung, harga riil kedelai dan harga riil kacang tanah tahun sebelumnya. Harga riil komoditas pesaing dimasukkan dalam model karena harga ini mempengaruhi keputusan petani untuk menanam jagung atau menanaman komoditas palawija pesaing lainnya (Tabel 5.1). Model untuk melakukan peramalan luas panen jagung dengan Anova adalah sebagai berikut : Tabel 5.1. Hasil Uji Anova Model Luas Panen Jagung The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label LPJ LPJ Luas panen jagung Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 4 6E11 1.5E Error E E10 Corrected Total E11 Root MSE R-Square Dependent Mean Adj R-Sq Coeff Var Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49

68 Dari hasil Uji Anova menghasilkan nilai F hitung = 6,07, nilai probability F = 0,0197 atau kurang dari 0,05 artinya model layak pada tingkat kepercayaan sebesar 95%. Nilai R square sebesar 0,78 artinya model luas panen dapat dijelaskan oleh variabel - variabel bebasnya sebesar 78%. Dari hasil Uji Anova ini, disimpulkan bahwa model ini masih cukup layak untuk memprediksi luas panen jagung pada tahun-tahun mendatang. Model untuk memprediksi luas panen jagung adalah adalah seperti terlihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Model Luas Panen Jagung Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > t Label Intercept Intercept LLPJ Luas panen jagung tahun sebelumnya LHRJ Harga riil jagung tahun sebelumnya LHRK Harga riil kedelai tahun sebelumnya LHRKC Harga riil kacang tanah tahun sebelumnya Durbin-Watson Number of Observations 12 First-Order Autocorrelation Koefisien variabel bebas luas panen jagung sebelumnya bertanda positif artinya jika luas panen jagung sebelumnya meningkat maka pada tahun berikutnya juga meningkat, atau ada kecenderungan terjadi peningkatan luas panen jagung dari tahun ke tahun. Koefisien harga riil jagung juga menunjukkan nilai positif artinya semakin tinggi harga riil jagung maka luas panen jagung akan semakin meningkat. Koefisien untuk harga riil kedelai dan harga riil kacang tanah menunjukkan nilai negatif, artinya jika harga riil kedelai atau kacang tanah meningkat maka luas panen jagung akan menurun, karena sebagian petani akan beralih menanam kedelai atau kacang tanah. 50 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

69 Untuk menyusun produktivitas jagung variabel bebas yang digunakan dalam model adalah produktivitas tahun sebelumnya, harga riil urea tahun sebelumnya, peubah dummy program GPTT, luas lahan sawah irigasi dan rasio luas panen jagung di Jawa terhadap luas panen nasional. Hasil uji Anova untuk model produktivitas jagung terlihat pada Tabel 5.3. Tabel 5.3. Anova Model Produktivitas Jagung The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label YJ YJ Produktivitas jagung Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model <.0001 Error Corrected Total Root MSE R-Square Dependent Mean Adj R-Sq Coeff Var Model menghasilkan nilai F value = 64,27 dan nilai Pr>F kurang dari 0,05, sehingga bisa disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% model layak digunakan untuk memprediksi produktivitas jagung nasional. Nilai R-Square untuk model ini adalah sebesar 0,98 artinya model untuk memprediksi produktivitas jagung dapat dijelaskan oleh variable-variabel penjelasnya sebesar 98%. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 51

70 Tabel 5.4. Model Produktivitas Jagung Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > t Label Intercept Intercept LYJ Produktivitas jagung tahun sebelumnya LHRUREA Harga riil urea tahun sebelumnya DSLPTT Dummy program SLPTT LIRIGASI 1-3.7E E Luas irigasi RLPJJ Rasio luas panen jagung jawa tehadap nasional Hasil analisis fungsi respon produktivitas jagung menunjukkan bahwa produktivitas jagung dipengaruhi oleh produktivitas jagung sebelumnya dan bertanda positif artinya semakin tinggi produktivitas tahun sebelumnya maka produktivitas hasil peramalan juga semakin besar. Variabel bebas lain yang mempengaruhi produktivitas harga riil urea, koefisien menunjukkan nilai positif artinya meskipun harga urea petani tetap untuk membeli urea, karena meningkatkan pupuk produktivitas produktivitas naik. Peubah bebas yang ketiga adalah dummy SLPTT/GPTT, koefisien bertanda positif artinya jika petani mengikuti program SLPTT/GPTT (nilai dummy =1) maka produktivitas jagung meningkat. Koefisien Luas lahan irigasi nilainya sangat kecil artinya hanya sedikit berpengaruh. Koefisien peubah bebas rasio luas panen Jawa terhadap luas panen nasional menunjukkan nilai negatif artinya semakin besar proporsi luas panen jagung di Jawa maka produktivitas jagung nasional semakin menurun karena pertumbuhan produktivitas jagung lebih tinggi di luar Jawa. Selain untuk peningkatan produksi jagung dalam negeri, pengembangan jagung juga diarahkan kepada pencapaian swasembada dan ekspor jagung, dimana target swasembada jagung diharapakan 52 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

71 dicapai tahun Beberapa upaya untuk mencapai target tersebut adalah : 1) Peningkatan indeks pertanaman (IP), perluasan areal tanam baru, mekanisasi, varietas unggul dan sarana; 2) Penyediaan pemodalan,penyuluhan dan pendampingan; 3) Penanaman jagung di lahan tumpang sari dengan tanaman kelapa sawit yang masih muda (tanaman belum menghasilkan). Tabel 5.5. Target Produksi Jagung Menurut Ditjen Tanaman Pangan Tahun sasaran Produksi Jagung Tahun Pertumbuhan (Ton) , , , ,98 Sumber : Ditjen Tanaman Pangan (Road Map Jagung ) Berdasarkan hasil analisis model persamaan simultan menggunakan program SAS (Pusdatin) pada tahun 2017 produksi jagung diramalkan akan meningkat menjadi 24,84 juta ton, naik dari 23,19 juta ton pada tahun 2016 (Rakor ARAM II) atau meningkat sebesar 7,13%. Peningkatan ini terjadi karena peningkatan produktivitas sebesar 5,20% atau meningkat dari 52,85 ku/ha pada tahun 2016 menjadi 55,60 ku/ha pada tahun 2017, sementara luas panen jagung tahun 2017 diramalkan akan mengalami peningkatan dari 4,39 juta ha tahun 2016 menjadi 4,47 juta ha tahun Hasil peramalan produksi jagung tahun 2017 lebih rendah dibandingkan sasaran produksi jagung tahun 2017 yang ditetapkan oleh Dirjen Tanaman Pangan, yaitu sebesar 25,20 juta ton. Analisis lebih lanjut untuk peramalan pada tahun 2018 produksi jagung akan meningkat menjadi 26,21 juta ton dari tahun 2017 sebesar Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 53

72 24,84 juta ton atau meningkat sebesar 5,50%. Peningkatan ini diramalkan terjadi karena peningkatan luas panen sebesar 2,28% atau meningkat sekitar 102 ribu hektar dibandingkan tahun 2017 dan karena peningkatan produktivitas sebesar 3,15% atau meningkat sebesar 1,75 ku/ha. Peningkatan produktivitas dimungkinkan karena terus dikembangkannya varietas jagung hibrida yang yang memiliki produksi per hektar lebih tinggi dari pada varietas komposit atau lokal. Disamping itu terus diupayakan peningkatan penyebaran varietas hibrida ke seluruh provinsi, sehingga produktivitas nasional akan meningkat. Pada tahun 2019 produksi jagung diperkirakan akan kembali meningkat sebesar 5,35% atau mencapai 27,61 juta ton. Persentase kenaikan produksi tahun 2019, lebih rendah dibandingkan persentase kenaikan tahun 2018 terhadap Tahun 2020 produksi jagung diramalkan akan kembali meningkat 5,21%, atau produksi sebesar 29,05 juta ton, seperti terlihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6. Proyeksi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung, Tahun Menurut Model Pusdatin. Tahun Luas Panen (Ha) (%) Produktivitas (Ku/Ha) buhan Pertumbuhan Pertumbuhan , ,83 55,60 5, , ,28 57,35 3, , ,23 59,10 3, , ,18 60,85 2, ,21 Rata-rata Pertumbuhan (%) 2,13 3,59 5,80 Sumber : Badan Pusat Satistik, Diolah Oleh Pusdatin Keterangan : Tahun 2016 : Angka Ramalan II Rakor Ditjen Tan. Pangan dan BPS Tahun : Proyeksi Pusdatin (%) Produksi (Ton) Pertum- (%) Proyeksi luas panen, produktivitas dan produksi hingga periode menunjukkan hasil masih dibawah dari target yang ditetapkan Ditjen Tanaman Pangan (Tabel 6). Pada tahun 2016 produksi 54 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

73 jagung menurut ARAM II sebesar 23,18 juta ton, nilai ini masih lebih rendah dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 24 juta ton. Begitu juga hasil peramalan tahun 2017 dan 2018 produksi di bawah target yang ditetapkan masing-masing sebesar 25,2 juta ton dan 26,5 juta ton. Pada tahun 2019 hasil peramalan 27,61 juta ton, sementara target 27,8 juta ton. Pada tahun 2020 hasil peramalan 29,05 juta ton, lebih tinggi dari target Ditjen Tan. Pangan sebesar 28,63 juta ton Konsumsi Jagung a. Proyeksi Konsumsi per Kapita Rumah Tangga Pada analisis ini konsumsi jagung yang dimaksud adalah besarnya konsumsi per kapita jagung rumah tangga (Susenas, BPS). Disamping itu ada juga permintaan jagung adalah penggunaan jagung untuk bibit/benih, industri pakan ternak baik untuk pabrik pakan maupun peternak mandiri, dan penggunaan untuk bahan baku industri makanan. Besarnya konsumsi rumah tangga untuk jagung berdasarkan angka tetap tahun 2013 adalah sebesar 1,58 kg/kapita/tahun, sedangkan tahun 2014 turun menjadi 1,47 kg/kapita/tahun, tahun 2015 angka konsumsi per kapita kembali naik menjadi 1,79 kg/kapita/tahun. Konsumsi jagung rumah tangga adalah konsumsi total jagung termasuk jagung pipilan, tepung jagung, minyak jagung dan jagung basah yang telah disetarakan dengan bentuk pipilan kering. Untuk menyusun model permintaan jagung menggunakan model time series, yaitu Model trend. Model ini sebenarnya berlandasan model time series yang telah dipilih untuk mendapatkan model terbaik. Hasil analisis untuk model permintaan jagung adalah seperti pada Tabel 5.7. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 55

74 Tabel 5.7. Model Time Series Konsumsi Jagung Trend Analysis for Konsumsi Data Konsumsi Length 20 NMissing 0 Fitted Trend Equation Yt = 3,9679 * (0,95889**t) Accuracy Measures MAPE 14,0870 MAD 0,3788 MSD 0,2810 Forecasts Period Forecast , , , , ,38920 Berdasarkan hasil permodelan dengan menggunakan model time series besarnya permintaan jagung untuk konsumsi pada tahun 2016 diproyeksikan sebesar 1,64 kg/kapita/tahun atau turun sebesar 8,20% dibandingkan tahun 2015, tahun 2017 permintaan jagung diramalkan akan kembali turun menjadi 1,58 kg/kapita/tahun atau turun 4,11%, kemudian tahun 2018 kembali turun menjadi 1,51 kg/kapita/tahun. Pada tahun proyeksi konsumsi perkapita jagung rata-rata sebesar 1,56 kg/kapita/tahun. Permintaan akan jagung untuk konsumsi langsung diperkirakan cenderung menurun, karena kenaikan produksi jagung terserap untuk bahan baku industri pakan, dan penggunaan untuk industri makanan berbahan baku jagung. Rata rata pertumbuhan konsumsi jagung selama tahun diperkirakan adalah sebesar -4,93% atau rata-rata turun sebesar 4,93% per tahun. Nilai tersebut berbanding terbalik dengan pertumbuhan produksi rata-rata pada kurun waktu yang sama yang mencapai angka sebesar 5,80% per tahun. Dengan demikian peningkatan produksi jagung akan banyak terserap untuk pakan dan 56 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

75 bahan baku industri termasuk industri pakan ternak dan industri makanan berbahan baku jagung. Poyeksi konsumsi jagung per kapita terlihat pada Tabel 5.8. Tabel 5.8. Proyeksi Jagung untuk Konsumsi Rumah Tangga Tahun Proyeksi Konsumsi Rumah Tangga (kg/kap/tahun) Pertumbuhan (%) 2016 *) *) *) *) *) Rata-rata Keterangan : Tahun 2015 : Sumber Susenas BPS *)Tahun : Berdasarkan Angka Proyeksi Pusdatin b. Proyeksi Konsumsi Nasional Jagung Dalam menghitung proyeksi permintaan langsung membutuhkan informasi jumlah penduduk Indonesia kurun waktu yang sama yang bersumber dari hasil proyeksi BPS. Untuk melakukan proyeksi konsumsi langsung data yang digunakan berdasarkan angka konsumsi per kapita pada Susenas tahun Hasil proyeksi permintaan untuk komoditas jagung disajikan pada Tabel 5.9. Dalam periode proyeksi ( ) permintaan jagung rumah tangga diproyeksikan akan turun rata-rata sebesar 3,80% per tahun. Secara absolut, permintaan total jagung untuk konsumsi langsung diproyeksikan akan turun dari 457,3 ribu ton pada tahun 2015, menjadi 425,1 ribu ton tahun 2016, kemudian pada tahun 2017 diramalkan akan kembali turun menjadi 412,7 ribu ton karena Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 57

76 penurunan konsumsi per kapita, lebih besar dibandingkan peningkatan jumlah penduduk. Pada tahun 2018 sampai 2020 sesuai dengan hasil model time series permintaan jagung berturut-turut diramalkan turun masing masing sebesar 400,4 ribu ton, 388,2 ribu ton dan 376,6 ribu ton. Tabel 5.9. Proyeksi Konsumsi Jagung Rumah Tangga Tahun Proyeksi Permintaan Rumah Tangga (kg/kap/tahun) Pertumbuhan (%) , *) 425, *) 412, *) 400, *) 388, *) 376, Rata-rata 410, Keterangan : Tahun 2015 : Berdasarkan Angka Susenas dikalikan jumlah penduduk(bps) *) Tahun : Berdasarkan Angka Proyeksi Pusdatin 5.3. Permintaan dan Penawaran Jagung Proyeksi surplus/defisit merupakan selisih antara produksi jagung dan konsumsi jagung. Sedangkan impor dan ekspor tidak dimasukkan dalam penawaran ini karena hendak diuji kemampuan produksi dalam negeri untuk mencukupi kebutuhan jagung nasional. Suplai/penawaran merupakan produksi jagung dalam bentuk pipilan kering dikurangi dengan susut karena tercecer. Permintaan jagung/demand yang dimaksud disini adalah jumlah dari pengunaan jagung untuk pakan, bibit, industri dan konsumsi. Bibit adalah jumlah jagung pipilan kering 58 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

77 yang digunakan kembali sebagai bibit. Untuk menghitung kebutuhan bibit adalah perkalian antara penggunaan bibit jagung per hektar (20 kg/ha) dan sasaran tanam jagung dengan sumber data dari Ditjen Tanaman Pangan. Penggunaan jagung untuk pakan akan dirinci menjadi jagung untuk bahan baku industri pakan (pabrik pakan) terutama untuk ayam ras pedaging, dan jagung untuk bahan baku pakan untuk peternak mandiri terutama untuk yam buras, itik, dan ayam ras petelur. Jagung untuk industri yang dimaksud adalah jagung untuk bahan baku industri makanan dan makanan. Konsumsi langsung adalah jumlah jagung yang dikonsumsi rumah tangga secara langsung, dan sebagai sumber data adalah Susenas. Selama periode , diproyeksikan akan terjadi surplus dalam neraca produksi jagung (Tabel 5.10). Pada tahun 2016 produksi jagung sebesar 23,19 juta ton (ARAM II), jagung yang hilang karena tercecer sekitar 1,15 juta ton, selanjutnya penggunaan jagung untuk bibit sekitar 96,0 ribu ton, penggunaan jagung untuk bahan baku industri pakan ternak sebesar 8,63 juta ton, penggunaan jagung untuk bahan baku peternak mandiri 3,77 juta ton, untuk bahan baku industri makanan 4,59 juta ton, dan untuk konsumsi langsung sebesar 425,10 ribu ton, sehingga masih ada surplus pada tahun 2016 sekitar 4,52 juta ton. Berdasarkan hasil analisis proyeksi, pada tahun 2017 diperkirakan terjadi surplus yang semakin besar yaitu 5,32 juta ton. Peningkatan surplus ini karena peningkatan produksi jagung diperkirakan lebih tinggi dari peningkatan permintaan terutama untuk pakan baik pakan untuk industri maupun untuk peternak mandiri. Peningkatan produksi jagung rata-rata sekitar 5,80% per tahun, sementara peningkatan permintaan jagung untuk pakan sekitar 3,58% per tahun. Pada tahun 2018, 2019 dan 2020 juga diramalkan surplus jagung semakin meningkat, yaitu masingmasing surplus 5,90 juta ton, 6,49 juta ton, dan 7,10 juta ton. Dengan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 59

78 adanya surplus jagung yang cukup besar, maka impor jagung secara perlahan terus diturunkan, bahkan sampai akhirnya tidak perlu lagi impor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Tabel Proyeksi Neraca Jagung dengan Produksi Jagung Kadar Air 25% Suplai / Pakan Bahan Baku Tercecer Bibit (Luas Konsumsi Surplus / Tahun Ketersediaan Bahan Baku Industri (5%) Tanam x 20 Bahan baku Langsung Defisit (Produksi) *) Peternak Makanan kg/ha) Industri (Susenas) Mandiri (19.8%) Pakan **) ***) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (Ton) *) *) *) *) Keterangan : Demand/Kebutuhan *) Produksi tahun 2016 (Rakor ARAM II Ditjen TP dan BPS), tahun Proyeksi Pusdatin. **) Proyeksi Ditjen Tanaman Pangan (Roadmap Jagung ). ***) Proyeksi Pusdatin Kebutuhan pakan peternak lokal dihitung berdasarkan kebutuhan pakan ternak yang diberi jagung yaitu ayam ras 52,79 gr/ekor/hr, ayam buras 34,20 gr/ekor/hr, dan itik 20,90 gr/ekor/hr (Survei Pusdatin 2014) dengan jumlah populasi berdasarkan model time series ( ) Angka produksi jagung adalah perkalian antara luas panen dan produktivitas. Angka produktivitas diperleh dari survei ubinan. Kadar air jagung pada survei ubinan diperkirakan berkisar antara 20 25%. Produksi jagung pipilan kering diperkirakan memiliki kadar air sekitar 25%, di sisi lain pabrik pakan mensyaratakan kadar air sekitar 15%, jadi untuk menghitung neraca produksi jagung dikonversi ke bentuk pipilan kering dengan kadar air 15%. Untuk mengkonversi jagung dari kadar air 25% ke kadar air 15%, jagung akan kehilangan bobot sekitar 13%. Hasil simulasi neraca produksi jagung dengan produksi kadar air 15%, pada tahun 2016 produksi jagung menyusut menjadi sebesar 20,17 juta ton, setelah dikurangi jagung yang tercecer sebesar 5%, maka 60 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

79 produksi bersih sebesar 20,90 juta ton. Produksi jagung tersebut masih berkadar air 25%, setelah dikeringkan lebih lanjut sampai kadar air 15%, maka produksi akan susut menjadi sekitar 19,16 juta ton. Permintaan jagung tahun 2016 untuk bibit sekitar 96,0 ribu ton, untuk bahan baku industri pakan 8,63 juta ton, untuk bahan baku pakan peternak mandiri 3,77 juta ton, untuk konsumsi langsung 425,10 ribu ton, dan untuk bahan baku industri makanan sebesar 3,99 juta ton. Setelah produksi dikurangi kebutuhan, maka tahun 2016 masih ada surplus sebesar 2,25 juta ton (Tabel 5.11) Dengan adanya upaya khusus untuk terus meningkatkan produksi jagung melalui kegiatan UPSUS, maka diperkirakan tahun 2017 surplus jagung semakin besar yaitu sebesar 2,89 juta ton. Surplus tersebut akan terus meningkat seiring dengan peningkatan produksi jagung tahun 2018, 2019 dan 2020, diperkirakan akan terjadi surplus masing-masing sebesar 3,34 juta ton, 3,97 juta ton, dan 4,26 juta ton. Tabel Proyeksi Neraca Jagung dengan Produksi Jagung Kadar Air 15%. Demand/Kebutuhan Pakan Suplai / Bahan Baku Tercecer Bibit (Luas Bahan Baku Konsumsi Surplus / Tahun Ketersediaan Bahan baku Industri (5%) Tanam x 20 Peternak Langsung Defisit (Produksi) *) Industri Makanan kg/ha) Mandiri (Susenas) Pakan **) (19.8%) ***) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (Ton) *) *) *) *) Keterangan : *) Produksi tahun 2016 (Rakor ARAM II Ditjen TP dan BPS), tahun Proyeksi Pusdatin. **) Proyeksi Ditjen Tanaman Pangan (Roadmap Jagung ). ***) Proyeksi Pusdatin Kebutuhan pakan peternak lokal dihitung berdasarkan kebutuhan pakan ternak yang diberi jagung yaitu ayam ras 52,79 gr/ekor/hr, ayam buras 34,20 gr/ekor/hr, dan itik 20,90 gr/ekor/hr (Survei Pusdatin 2014) dengan jumlah populasi berdasarkan model time series ( ) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 61

80 (HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN) 62 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

81 VI. Kesimpulan Persamaan model regresi simultan menggunakan program SAS dan dapat digunakan untuk melakukan peramalan luas panen, produktivitas dan produksi jagung dengan hasil model yang layak secara statistik. Penggunaan model time series dapat dimanfaatkan untuk peramalan permintaan/konsumsi jagung. Hasil peramalan dengan model simultan, produksi jagung tahun 2017 meningkat 7,13% dibandingkan tahun 2016 atau produksi sebesar 24,84 juta ton. Tahun 2018 produksi diramalkan meningkat 5,50% atau sebesar 26,21 juta ton. Tahun 2019 dan 2020 juga meningkat masing-masing 5,35% dan 5,21% atau menjadi sebesar 27,61 juta ton dan 29,05 juta ton. Konsumsi jagung untuk rumah tangga tahun 2016 diramalkan sebesar 425 ribu ton. Konsumsi jagung tahun 2017 dan 2018 diramalkan masih akan turun menjadi 412 ribu ton dan 400 ribu ton. Tahun 2019 dan tahun 2020 diramalkan akn kembali meningkat menjadi 388 ribu ton dan 376 ribu ton. Neraca jagung dengan asumsi produksi jagung bentuk pipilan kering berkadar air 25%, pada tahun 2016 sampai 2020 masih surplus berkisar antara 4,52 juta ton sampai 7,10 juta ton. Ada kecenderungan surplus semakin besar karena pertumbuhan produksi lebih tinggi dari pertumbuhan permintaan. Jika asumsi produksi jagung bentuk pipilan kering dihitung dengan kadar air 15%, maka tahun 2016 dan 2017 diramalkan masih ada surplus jagung masing-masing sebesar 2,25 juta ton dan 2,90 juta ton, demikian juga tahun diramalkan akan terjadi surplus jagung dengan kisaran 3,34 4,26 juta ton jagung pipilan kering. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 63

82 (HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN) 64 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

83 LAMPIRAN Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 65

84 (HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN) 66 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

85 Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Indonesia Tahun Tahun Luas Panen Pertumb. Produksi Pertumb. Produktivitas Pertumb. (000 Ha) (%) (000 Ton) (%) (Ku/Ha) (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) 4, , Rata-rata Pertumbuhan , , , , Sumber : BPS *) Hasil Pembahasan Rakor ARAM Kementan dan BPS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 67

86 Lampiran 2. Luas Panen Jagung di Jawa dan Luar Jawa, Tahun Luas Panen (000 Ha) Tahun Jawa Pertumbuhan (%) Luar Jawa Pertumbuhan (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) 2, , Rata-rata Pertumbuhan , , , , Sumber : BPS *) Hasil Pembahasan Rakor ARAM Kementan dan BPS 68 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

87 Lampiran 3. Produktivitas Jagung di Jawa dan Luar Jawa, Tahun Produktivitas (Ku/Ha) Tahun Jawa Pertumbuhan (%) Luar Jawa Pertumbuhan (%) *) Rata-rata Pertumbuhan Sumber : BPS Keterangan : *) Hasil Rakor ARAM II, Kementan dan BPS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 69

88 Lampiran 4. Produksi Jagung di Jawa dan Luar Jawa, Tahun Produksi (000 Ton) Tahun Jawa Pertumbuhan (%) Luar Jawa Pertumbuhan (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) 11, , Rata-rata Pertumbuhan , , , , Sumber : BPS *) Hasil Pembahasan Rakor ARAM Kementan dan BPS 70 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

89 Lampiran 5. Perkembangan Luas Panen Jagung di 10 Provinsi Sentra, No *) 1 Jawa Timur 1,232,523 1,199,544 1,202,300 1,213,654 1,233,090 1,216, Jawa Tengah 553, , , , , , Lampung 360, , , , , , Sulawesi Selatan 325, , , , , , Nusa Tenggara Timu 245, , , , , , Sumatera Utara 243, , , , , , Jawa Barat 148, , , , , , Gorontalo 135, , , , , , Nusa Tenggara Bara 117, , , , , , Sulawesi Utara 120, , ,475 80, , , Provinsi Lainnya 476, , , , , , Indonesia 3,957,595 3,821,504 3,837,019 3,787,367 4,387,584 3,958, Sumber Provinsi : BPS dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Keterangan : *) Hasil Rapat Koordinasi ARAM II BPS dan Kementerian Pertanian Rata-rata Luas Panen (Ha) Share (%) Kumulatif Pertumb Share (%) uhan (%) Lampiran 6. Perkembangan Produksi Jagung di 10 Provinsi Sentra, No *) 1 Jawa Timur 6,295,301 5,760,959 5,737,382 6,131,163 6,266,878 6,038, Jawa Tengah 3,041,630 2,930,911 3,051,516 3,212,391 3,560,187 3,159, Lampung 1,760,275 1,760,278 1,719,386 1,502,800 1,708,097 1,690, Sulawesi Selatan 1,515,329 1,250,202 1,490,991 1,528,414 1,950,384 1,547, Sumatera Utara 1,347,124 1,183,011 1,159,795 1,519,407 1,558,141 1,353, Jawa Barat 1,028,653 1,101,998 1,047, ,933 1,534,612 1,134, Nusa Tenggara Barat 642, , , ,973 1,249, , Gorontalo 644, , , , , , Nusa Tenggara Timur 629, , , , , , Sumatera Barat 495, , , , , , Sumber Lokasi Provinsi Lainnya 1,986,399 1,966,568 2,044,175 1,867,212 3,109,159 1,085, Indonesia 19,387,022 18,511,853 19,008,426 19,612,435 23,187,616 18,832, : BPS dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Produksi (Ton) Keterangan : *) Hasil Rapat Koordinasi ARAM II BPS dan Kementerian Pertanian Rata-rata Produksi (Ton) Komulatif Pertumb Share (%) uhan (%) Lampiran 7. Perkembangan Produktivitas Jagung di 10 Provinsi Sentra, No *) Share (%) 1 Jawa Barat Sumatera Barat Nusa Tenggara Barat Sumatera Utara Jawa Tengah Sumatera Selatan Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan Jambi Lampung Indonesia Sumber Lokasi : BPS dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Keterangan : *) Hasil Rapat Koordinasi ARAM II BPS dan Kementerian Pertanian Produktivitas (Ku/ha) Rata-rata Produktivitas (Ku/Ha) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 71

90 Lampiran 8. Konsumsi Jagung Perkapita, Rumah Tangga dan Permintaan Industri di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi Perkapita *) (kg/th) Pertumbuhan (%) Konsumsi Rumahtangga (Ton) Pertumbuhan (%) Permintaan Industri Non Makanan **) (Ton) Pertumbuhan (%) ,335, , ,974, ,030, *) ,668, , ,603, ,158, ,539, ,078, *) ,450, ,353, ,327, ,186, ,211, ,794, *) ,104, ,258, , ,401, , ,169, *) , ,835, , ,498, , ,571, *) , ,137, , ,215, , ,225, *) , ,095, , ,368, , ,385, *) , ,534, , ,311, , ,713, , ,713, , ,415, , ,432, , ,670, , ,319, , ,786, , ,882, , Rata-rata Pertumbuhan , ,290, , ,414, Sumber : BPS *) Data SUSENAS : konsumsi total jagung termasuk jagung pipilan, tepung jagung dan jagung basah, yang telah disetarakan dengan pipilan kering **) Data Neraca Bahan Makanan 72 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

91 Lampiran 9. Ketersediaan Konsumsi Jagung di Indonesia, Tahun Ketersediaan Tahun Bahan Makanan Pertumbuhan (%) (000 ton) Ketersediaan Konsumsi per Kapita (Kg/kapita/tahun) Pertumbuhan (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) 14, *) Angka Sementara Sumber : Neraca Bahan M akanan (BPS dan Badan Ketahanan Pangan Kementan) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 73

92 Lampiran 10. Tahun Perkembangan Harga Produsen dan Harga Konsumen Jagung di Indonesia, Tahun Harga Produsen Pertumbuhan (%) Harga Konsumen Pertumbuhan (%) Margin (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Rata-rata Pertumbuhan Sumber : BPS 74 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

93 Lampiran 11. Perkembangan Ekspor-Impor Jagung di Indonesia, Tahun Tahun Ekspor Pertumb Impor Pertumb Neraca Ekspor Pertumb Impor Pertumb Neraca (Ton) (%) (Ton) (%) (Ton) (000US$) (%) (000US$) (%) (000US$) , , ,882 2, , , , , , , , , , , , ,310 2, , , , , ,602 31, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,000 4, , , , , ,753 27, , , , ,126 16, , , , ,434 3, , , , , ,025 17, , , , , ,358 6, , , , ,109, ,075,162 4, , , , , ,265 10, , , , , ,112 5, , , , ,098, ,079,397 10, , , , , ,052 65, , , , , ,413 11, , , , ,264, ,236,509 4, , , , ,035, ,323 10, , , , ,154, ,137,757 3, , , , ,345, ,311,761 5, , , , ,088, ,056,249 9, , , , , ,588 9, , , , ,775, ,747,247 4, , , , , ,494 18, , , , , ,664 28, , , , , ,515 18, , , , ,527, ,485,562 11, , , , ,207, ,195,185 9, ,028, ,019, , ,805, ,765,575 20, , , , ,194, ,183,000 11, , , , ,175, ,137,473 13, , , , ,500, ,249,272 62, , , *) 10, , ,094 3, , , , ,867 1, ,380 12, , , , ,976, ,906,101 23, , ,311 Sumber : BPS, Pusdatin *) Data sampai dengan Bulan Mei Volume Rata-rata Nilai Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 75

94 Lampiran 12. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Dunia, Tahun Tahun Luas Panen (Ha) Pertumbuhan (%) Produktivitas (Ton/Ha) Pertumbuhan (%) Produksi (ton) Pertumbuhan (%) ,776, ,623, ,895, ,772, ,390, ,932, ,848, ,082, ,763, ,449, ,512, ,527, ,803, ,176, ,972, ,115, ,010, ,050, ,782, ,874, ,037, ,372, ,761, ,465, ,771, ,586, ,356, ,770, ,986, ,012, ,801, ,296, ,606, ,270, ,121, ,513, ,816, ,803, ,221, ,177, ,004, ,479, ,528, ,533, ,609, ,872, ,700, ,164, ,453, ,971, ,035, ,682, ,740, ,846, ,390, ,115, ,689, ,611, ,743, ,202, ,046, ,273, ,376, ,127, ,056, ,490, ,020, ,017,750, ,319, ,038,281, Rata-rata ,970, ,493, ,763, ,984, Sumber : FAO, 14 September 2016 Keterangan : *) Angka Peramalan Pusdatin - Kementan 76 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

95 Lampiran 13. Rata-rata Luas Panen Jagung di 10 Negara Terbesar, No. Negara (%) 1 China 32,517,868 33,559,854 34,965,645 36,339,411 35,981,005 34,672, USA 32,960,380 33,989,172 35,359,439 35,478,012 33,644,310 34,286, Brazil 12,678,875 13,218,892 14,198,496 15,279,652 15,431,709 14,161, India 8,553,200 8,780,000 8,710,000 9,430,000 8,600,000 8,814, Mexico 7,148,045 6,069,092 6,923,900 7,095,630 7,060,275 6,859, Nigeria 4,149,310 5,456,540 5,751,300 5,762,700 5,849,800 5,393, Argentina 2,904,035 3,747,838 3,747,838 4,863,801 5,000,000 4,052, Ukraine 2,647,600 3,543,700 4,371,900 4,826,900 4,626,900 4,003, Indonesia 4,131,676 3,864,692 3,957,595 3,821,504 3,837,019 3,922, Tanzania 3,050,710 3,287,850 4,118,117 4,120,269 4,200,000 3,755, Lainnya 53,304,370 55,859,027 56,952,106 59,002,694 59,088,719 56,841, Dunia 164,046, ,376, ,056, ,020, ,319, ,763, FAOSTAT Date : 2016/Sep/16 Sumber : FAO, Diolah oleh Pusdatin Tahun Rata-rata (Ha) Share (%) Kumulatif Share (%) Rata-rata Pertumbuhan Lampiran 14. Rata-rata Produksi Jagung di 10 Negara Terbesar, No. Negara (%) 1 USA 316,164, ,934, ,820, ,699, ,091, ,742, China 177,540, ,904, ,719, ,621, ,812, ,119, Brazil 55,364,271 55,660,235 71,072,810 80,273,172 79,877,714 68,449, Argentina 22,663,095 23,799,830 23,799,830 32,119,211 33,000,000 27,076, Ukraine 11,953,000 22,837,900 20,961,300 30,949,550 28,496,810 23,039, India 21,725,800 21,760,000 22,260,000 23,290,000 23,670,000 22,541, Mexico 23,301,879 17,635,417 22,069,254 22,663,953 23,273,257 21,788, Indonesia 18,327,636 17,643,250 19,387,022 18,511,853 19,008,426 18,575, Perancis 13,974,600 15,913,300 15,614,100 15,031,000 18,541,780 15,814, Afrika Selatan 12,815,000 10,360,000 11,830,000 12,486,000 14,982,000 12,494, Lainnya 177,442, ,678, ,956, ,104, ,527, ,342, Dunia 851,273, ,127, ,490,653 1,017,750,854 1,038,281, ,984, FAOSTAT Date : 2016/Sep/16 Sumber : FAO, Diolah Pusdatin Tahun Rata-rata (Ton) Share (%) Kumulatif Share (%) Rata-rata Pertumbuhan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 77

96 Lampiran 15. Perkembangan Ekspor-Impor Jagung Dunia, Tahun Tahun Volume Impor Pertumbuhan Nilai Impor Pertumbuhan Volume Ekspor Pertumbuhan Nilai Ekspor Pertumbuhan (ton) (%) (1000 $) (%) (ton) (%) (1000 $) (%) ,841, ,326, ,303, ,008, ,794, ,270, ,734, ,082, ,763, ,476, ,630, ,883, ,506, ,784, ,121, ,828, ,714, ,034, ,709, ,247, ,706, ,073, ,942, ,795, ,871, ,981, ,682, ,757, ,697, ,561, ,702, ,765, ,841, ,404, ,507, ,487, ,115, ,141, ,437, ,190, ,513, ,346, ,038, ,800, ,831, ,037, ,160, ,752, ,174, ,278, ,841, ,895, ,743, ,062, ,820, ,713, ,172, ,839, ,151, ,645, ,904, ,525, ,244, ,880, ,861, ,321, ,780, ,768, ,266, ,664, ,083, ,165, ,675, ,449, ,090, ,127, ,334, ,981, ,770, ,751, ,103, ,228, ,354, ,781, ,977, ,148, ,815, ,871, ,622, ,165, ,470, ,883, ,759, ,673, ,709, ,139, ,695, ,654, ,683, ,690, ,107, ,641, ,510, ,220, ,987, ,646, ,459, ,258, ,583, ,774, ,025, ,785, ,135, ,026, ,099, ,920, ,182, ,971, ,322, ,871, ,735, ,218, ,731, ,869, ,327, ,340, ,944, ,786, ,821, ,819, ,450, ,546, ,128, ,075, ,222, ,946, Rata-rata ,161, ,469, ,781, ,562, ,839, ,685, ,734, ,404, FAOSTAT Date : 2016/Sep/16 Sumber : FAO 78 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

97 Lampiran 16. Eksportir Jagung Terbesar di Dunia, No. Negara 1 USA 47,813,400 50,906,268 45,888,272 31,529,900 24,178,452 40,063, Argentina 8,535,937 17,546,457 15,805,601 17,855,374 20,069,440 15,962, Brazil 7,781,900 10,815,275 9,486,914 19,801,939 26,624,890 14,902, Ukraine 7,178,625 2,888,339 7,806,319 15,630,889 16,729,468 10,046, Perancis 6,733,147 6,609,262 6,246,519 6,294,289 6,278,304 6,432, Hungaria 4,176,160 3,910,699 3,643,766 4,362,074 2,154,853 3,649, India 2,600,821 2,293,396 3,952,102 4,271,696 4,749,727 3,573, Rumania 1,686,406 2,054,489 2,310,666 2,273,741 3,233,351 2,311, Paraguay 1,868,903 1,417,653 1,576,458 2,476,996 2,826,571 2,033, Afrika Selatan 1,659,660 1,239,178 2,563,159 1,022,824 2,604,890 1,817, Lainnya 10,225,056 9,008,613 10,651,714 14,895,584 14,764,141 11,909, Indonesia 62,575 41,954 12,717 34,899 7,932 32, Dunia 100,322, ,731, ,944, ,450, ,222,019 ########## 5.55 FAOSTAT Date : 2016/Sep/16 Sumber : FAO 2009 Tahun Rata-rata (Ton) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumbuhan (%) Lampiran 17. Importir Jagung Terbesar di Dunia, No. (%) 1 Jepang 16,294,334 16,192,571 15,284,561 14,895,021 14,400,910 15,413, (3.02) 2 Meksiko 7,260,619 7,848,998 9,476,171 9,515,074 7,153,033 8,250, Korea Selatan 7,334,319 8,540,967 7,758,658 8,220,184 8,722,683 8,115, China 4,705,263 6,612,374 5,930,095 9,587,451 7,340,767 6,835, Mesir 5,416,326 6,170,460 7,047,864 6,061,595 5,771,770 6,093, Spanyol 4,049,125 3,955,005 4,824,485 6,094,528 5,523,687 4,889, Taiwan 4,592,454 5,007,612 4,148,434 4,362,092 4,062,945 4,434, (2.46) 8 Iran 3,735,005 5,790,014 3,644,664 4,676,229 4,005,482 4,370, Belanda 3,146,329 2,911,583 3,482,563 4,030,812 4,263,147 3,566, Colombia 3,245,040 3,613,900 3,224,048 3,450,663 3,635,280 3,433, Lainnya 40,065,175 39,564,969 40,298,694 45,234,769 52,058,170 43,444, Indonesia 338,798 1,527,516 3,207,657 1,692,995 3,191,045 1,991, Dunia 100,182, ,735, ,327, ,821, ,128, ,839, FAOSTAT Date : 2016/Sep/16 Sumber : FAO Tahun Rata-rata Negara Share (%) (Ton) Kumulatif Share (%) Rata-rata Pertumbuhan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 79

98 Lampiran 18. Model Luas Panen jagung The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label LPJ LPJ Luas panen jagung Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 4 6E11 1.5E Error E E10 Corrected Total E11 Root MSE R-Square Dependent Mean Adj R-Sq Coeff Var Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > t Label Intercept Intercept LLPJ Luas panen jagung tahun sebelumnya LHRJ Harga riil jagung tahun sebelumnya LHRK Harga riil kedelai tahun sebelumnya LHRKC Harga riil kacang tanah tahun sebelumnya Durbin-Watson Number of Observations 12 First-Order Autocorrelation Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

99 Lampiran 19. Model Produktivitas Jagung The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label YJ YJ Produktivitas jagung Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model <.0001 Error Corrected Total Root MSE R-Square Dependent Mean Adj R-Sq Coeff Var Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > t Label Intercept Intercept LYJ Produktivitas jagung tahun sebelumnya LHRUREA Harga riil urea tahun sebelumnya DSLPTT Dummy program SLPTT LIRIGASI 1-3.7E E Luas irigasi RLPJJ Rasio luas panen jagung jawa tehadap nasional Durbin-Watson Number of Observations 12 First-Order Autocorrelation Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 81

100 Konsumsi Outlook Jagung 2016 «Lampiran 20. Model Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita Trend Analysis for Konsumsi Data Konsumsi Length 20 NMissing 0 Fitted Trend Equation Yt = 3,9679 * (0,95889**t) Accuracy Measures MAPE 14,0870 MAD 0,3788 MSD 0,2810 Forecasts Period Forecast 21 1, , , , , ,5 4,0 3,5 3,0 2,5 Trend Analysis Plot for Konsumsi Growth Curve Model Yt = 3,9679 * (0,95889**t) Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 14,0870 MAD 0,3788 MSD 0,2810 2,0 1,5 1, Index Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

101 Itik Outlook Jagung 2016 «Lampiran 21. Model Populasi Itik untuk Estimasi Jumlah Pakan Double Exponential Smoothing for Itik Data Itik Length 21 Smoothing Constants Alpha (level) Gamma (trend) Accuracy Measures MAPE E+00 MAD E+06 MSD E+13 Forecasts Period Forecast Lower Upper Double Exponential Smoothing Plot for Itik Smoothing Plot for Itik Double Exponential Method Variable Actual Fits Forecasts 95.0% PI Smoothing Constants Alpha (level) Gamma (trend) Accuracy Measures MAPE E+00 MAD E+06 MSD E Index Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 83

102 Petelur Outlook Jagung 2016 «Lampiran 22. Model Populasi Ayam Ras Petelur untuk Estimasi Jumlah Pakan Double Exponential Smoothing for Petelur Data Petelur Length 21 Smoothing Constants Alpha (level) Gamma (trend) Accuracy Measures MAPE E+01 MAD E+07 MSD E+14 Forecasts Period Forecast Lower Upper Double Exponential Smoothing Plot for Petelur Smoothing Plot for Petelur Double Exponential Method Variable Actual Fits Forecasts 95.0% PI Smoothing Constants Alpha (level) Gamma (trend) Accuracy Measures MAPE E+01 MAD E+07 MSD E Index Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

103 Buras Outlook Jagung 2016 «Lampiran 23. Model Populasi Ayam Buras untuk Estimasi Jumlah Pakan Double Exponential Smoothing for Buras Data Buras Length 21 Smoothing Constants Alpha (level) Gamma (trend) Accuracy Measures MAPE E+00 MAD E+06 MSD E+14 Forecasts Period Forecast Lower Upper Double Exponential Smoothing Plot for Buras Smoothing Plot for Buras Double Exponential Method Variable Actual Fits Forecasts 95.0% PI Smoothing Constants Alpha (level) Gamma (trend) Accuracy Measures MAPE E+00 MAD E+06 MSD E Index Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 85

104

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 82 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 82 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Jagung PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN JAGUNG ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku :

Lebih terperinci

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 85 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 85 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kedelai PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KEDELAI ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku :

Lebih terperinci

PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN Outlook Komoditas Pertanian Padi PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PADI ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah

Lebih terperinci

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 73 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 73 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kedelai PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KEDELAI ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kacang Tanah PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KACANG TANAH ISSN : 1907 1507 Ukuran

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kacang Tanah PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KACANG TANAH ISSN : 1907 1507 Ukuran

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS ISSN 1907-1507 OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK KAPAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung adalah salah satu komoditas yang penting di Indonesia setelah beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber pangan penduduk yang tersebar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 OUTLOOK TEH ISSN 1907-1507 2015 OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK TEH ii Pusat

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI KAYU ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI TOMAT

OUTLOOK KOMODITI TOMAT ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2014

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi negara berkembang seperti Indonesia landasan pembangunan ekonomi negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman pangan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian ISSN 1907-1507 OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016 OUTLOOK JERUK

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI ISSN 1907-1507 Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian i ii ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 89 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, M.Si. Penyunting : Dr.

Lebih terperinci

KETERANGAN TW I

KETERANGAN TW I 1 2 2 KETERANGAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 - TW I Distribusi/Share Terhadap PDB (%) 3.69 3.46 3.55 3.48 3.25 3.41 4.03 Distribusi/Share Terhadap Kategori Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN Outlook Komoditas Perkebunan 2007 «OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN Pusat Data Dan Informasi Pertanian Departemen Pertanian 2007 Pusat Data dan Informasi Pertanian i » Outlook Komoditas Perkebunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki peran penting yaitu sebagai makanan manusia dan ternak. Indonesia merupakan salah satu penghasil

Lebih terperinci

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Kebijakan 1 Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Ada dua pendapat mengenai faktor penyebab kenaikan harga beras akhirakhir ini yaitu : (1) stok beras berkurang;

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA ISSN 1907-1507 OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK LADA ii

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI JAHE

OUTLOOK KOMODITI JAHE ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI JAHE 2014 OUTLOOK KOMODITI JAHE Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2014

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI KAYU ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 045/11/11/Th.V. 01 November 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2011,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015)

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015) No. 62 /11 /94 /Th. VII, 2 November Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun (Berdasarkan Angka Ramalan II ) A. PADI Produksi padi Provinsi Papua tahun diperkirakan mencapai 204.891 ton gabah kering

Lebih terperinci

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PRODUKSI TANAMAN PADI DAN PALAWIJA NTT (ANGKA TETAP 2009 DAN ANGKA RAMALAN II 2010) No. 03/07/53/Th.XIII, 1 Juli 2010 PUSO NTT 2010 MENGHAMBAT PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN

Lebih terperinci

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK KELAPA ISSN SAWIT 1907-15072016 OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II 2015)

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II 2015) No. 64/11/72/Th.XVIII, 02 November 2015 PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II 2015) A. PADI Angka Ramalan II (ARAM II) produksi padi Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2015 diperkirakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA 2010 DAN ANGKA RAMALAN I 2011)

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA 2010 DAN ANGKA RAMALAN I 2011) PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA No. 05/03/72/Th. XIII, 1 Maret 2011 (ANGKA SEMENTARA 2010 DAN ANGKA RAMALAN I 2011) A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi padi Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2010

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) No. 45/07/35/Th XII,1 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada 47 Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada Abstrak Berdasarkan data resmi BPS, produksi beras tahun 2005 sebesar 31.669.630 ton dan permintaan sebesar 31.653.336 ton, sehingga tahun 2005 terdapat

Lebih terperinci

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung Zubachtirodin, M.S. Pabbage, dan Subandi Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Jagung mempunyai peran strategis perekonomian nasional, mengingat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG » Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Volume 1 No. 1, 2009 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 046/11/12/Th.VI. 01 November 2012 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2012) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2012,

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber pendapatan petani,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sektor ini memiliki share sebesar 14,9 % pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 48/11/Th. XVII, 03 November 2014 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) Sampai dengan Subround II (Januari-Agustus) tahun 2014, telah

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian ISSN 1907-1507 OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015

Lebih terperinci

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS BAB III PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS Uning Budiharti, Putu Wigena I.G, Hendriadi A, Yulistiana E.Ui, Sri Nuryanti, dan Puji Astuti Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, kebutuhan jagung di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI PISANG

OUTLOOK KOMODITI PISANG ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI PISANG 2014 OUTLOOK KOMODITI PISANG Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan

Lebih terperinci

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015)

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015) PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA ) No. 15 /03/94 /Th. VIII, 1 Maret 2016 A. PADI Produksi Padi Provinsi Papua tahun diperkirakan mencapai 181.682 ton gabah kering

Lebih terperinci

1. Angka. 2. Angka Kering. beras atau. meningkat. meningkat dari 1,4. diperkirakan akan. Produksi ubi kayu 2010.

1. Angka. 2. Angka Kering. beras atau. meningkat. meningkat dari 1,4. diperkirakan akan. Produksi ubi kayu 2010. . BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR T No.8/11/53/Th. XV, 1 November PRODUKSI TANAMAN PADI DAN PALAWIJA NTT (ANGKA TETAP 211 & ANGKAA RAMALAN II ) 1. Angka Tetap (ATAP) produksi padi Provinsi NTT Tahun 211

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Letaknya yang secara geografis dilalui oleh garis khatulistiwa menjadikan Indonesia memiliki iklim tropis yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman sebagai

Lebih terperinci

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI JALAR ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 28/07/11/Th.V. 01 Juli 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA TETAP 2010 DAN RAMALAN II TAHUN 2011) Dari pembahasan Angka Tetap (ATAP) tahun 2010,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor pertanian sebagai tumpuan sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk. Keberadaan pertanian

Lebih terperinci

ANGKA TETAP TAHUN 2013 DAN ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA TETAP TAHUN 2013 DAN ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 4/7/71/Th. VIII, 1 Juli 214 ANGKA TETAP TAHUN 213 DAN ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 214 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Tetap (ATAP) produksi padi tahun 213 diperhitungkan sebesar 638.373 ton

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Outlook Komoditas Daging Sapi 2015 «OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II 2015) jambi No. 63/11/15 /Th. IX, 2 November PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II ) A. PADI Produksi padi tahun (Angka Ramalan II) diperkirakan sebesar 561.542 ton GKG, atau turun sebesar 103.178 ton

Lebih terperinci

KINERJA PERTUMBUHAN PDB PERTANIAN 2003 : BERADA PADA FASE PERCEPATAN PERTUMBUHAN 1)

KINERJA PERTUMBUHAN PDB PERTANIAN 2003 : BERADA PADA FASE PERCEPATAN PERTUMBUHAN 1) KINERJA PERTUMBUHAN PDB PERTANIAN 2003 : BERADA PADA FASE PERCEPATAN PERTUMBUHAN 1) Nizwar Syafa at, Sudi Mardianto, dan Pantjar Simatupang Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Jalan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA. Oleh :

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA. Oleh : LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Nizwar Syafa at Prajogo Utomo Hadi Dewa K. Sadra Erna Maria Lokollo Adreng Purwoto Jefferson Situmorang Frans

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis di Indonesia. Arti strategis tersebut salah satunya terlihat dari banyaknya kedelai yang diolah menjadi berbagai

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS ISSN 1907-1507 OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK NENAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan karena kedudukannya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah retrospektif. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan yaitu (1) Kabupaten Lampung Barat akan melakukan

Lebih terperinci

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 72/11/71/Th. IX, 2 November 2015 ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Ramalan 2 (Aram 2) produksi padi tahun 2015 diperhitungkan sebesar 673.712 ton Gabah Kering

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) No. 75/11/35/Th.XII, 3 November 2014 A. PADI Produksi Padi Provinsi Jawa Timur berdasarkan Angka Ramalan II (ARAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan, pertama, sektor pertanian merupakan

Lebih terperinci

Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi Beras

Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi Beras ARTIKEL Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi oleh Rumah Tangga Tahun 2007 Oleh: Slamet Sutomo RINGKASAN Ditinjau dari sisi produksi dan konsumsi secara total, produksi beras di Indonesia pada tahun 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 51/08/51/Th. XI, 1 Agustus 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JULI 2017, NTP BALI TURUN 0,33 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan Juli 2017 tercatat mengalami penurunan sebesar 0,33

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014) No. 32/07/36/Th. VIII, 1 Juli 2014 PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014) PRODUKSI PADI 2013 MENINGKAT SIGNIFIKAN DIBANDING TAHUN 2012, TAHUN 2014 DIPREDIKSI AKAN

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI KAKAO

OUTLOOK KOMODITI KAKAO ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI KAKAO 2014 OUTLOOK KOMODITI KAKAO Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20% (Adisarwanto, 2000). Indonesia dengan luas areal bervariasi (Rukmana, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20% (Adisarwanto, 2000). Indonesia dengan luas areal bervariasi (Rukmana, 2012). 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di samping itu, jagung pun digunakan sebagai bahan makanan ternak (pakan)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menyumbang devisa negara yang

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008) BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 40/11/34/Th. X, 03 November 2008 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008) Berdasarkan ATAP 2007 dan Angka Ramalan III (ARAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA KABUPATEN ASAHAN (ANGKA TETAP TAHUN 2013)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA KABUPATEN ASAHAN (ANGKA TETAP TAHUN 2013) BPS KABUPATEN ASAHAN No. 02/10/1208/Thn. XVII, 20 Oktober PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA KABUPATEN ASAHAN (ANGKA TETAP TAHUN ) ANGKA TETAP PRODUKSI PADI TAHUN SEBESAR 103.881 TON GABAH KERING GILING (GKG),

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014) BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 37/07/73/Th. V, 1 Juli 2014 14 PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014) A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013,

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015) No. 78/11/33, Th. IX, 2 NOVEMBER 2015 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015) Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II, produksi padi Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 diperkirakan sebesar

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2014 dan ANGKA RAMALAN I 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2014 dan ANGKA RAMALAN I 2015) BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 40/07/32/Th. XVII, 1 Juli PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2014 dan ANGKA RAMALAN I ) PRODUKSI PADI TAHUN 2014 (ANGKA TETAP) TURUN 3,63 PERSEN, SEDANGKAN

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT ISSN 1907-1507 2014 OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 31/07/12/Th.VI. 02 Juli 2012 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA TETAP 2011 DAN RAMALAN I TAHUN 2012) Dari pembahasan Angka Tetap (ATAP) tahun 2011,

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci