ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 73 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 73 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi"

Transkripsi

1

2

3 Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kedelai PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015

4

5 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KEDELAI ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 73 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi Penyunting : Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc DR. Ir. Budi Waryanto, MSi Ir. Noviati, MSi Ir. Roch Widaningsih, MSi Naskah : Ir. Dyah Riniarsi T., MSi. Design dan Layout : Tarmat Victor S. B. H. Diterbitkan oleh: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian 2015 Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

6

7 Outlook Kedelai 2015 «KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-nya sehingga Publikasi Analisis Outlook Komoditas Kedelai Tahun 2015 dapat diselesaikan. Publikasi ini mengulas analisisdiskriptif perkembangan komoditas kedelai beserta analisis proyeksi penawaran dan permintaan komoditas tersebut untuk beberapa tahun ke depan. Kegiatan ini dapat terlaksana atas kerjasama beberapa instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, serta dukungan dan kerja sama tim teknis lingkup Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Kepada semua pihak yang telah membantu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penyusunan publikasi buku outlook komoditas kedelai ini, kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya. Kami menyadari kekurangan dalam menyusun publikasi ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak guna memperbaiki dan menyempurnakannya di waktu mendatang. Semoga publikasi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan memberikan manfaat bagi pembaca. Jakarta, Oktober 2015 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Dr. Ir. Suwandi, MSi NIP v

8 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertania

9 Outlook Kedelai 2015 «DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... xv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup...3 II. METODOLOGI Sumber Data dan Informasi Metode Analisis Analisis Deskriptif Kelayakan Model Model Analisis Penawaran dan Permintaan...7 III. KERAGAAN KEDELAI NASIONAL Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Luas Panen Produksi Produktivitas Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii

10 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «3.2. Provinsi Sentra Produksi Kedelai Konsumsi Perkapita/Nasional Harga Produsen dan Konsumen Perkembangan Ekspor dan Impor Kedelai di Indonesia IV. KERAGAAN KEDELAI DUNIA Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai Dunia Negara Sentra Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai Dunia Harga Produsen Dunia Ekspor dan Impor Kedelai Dunia V. ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN Penawaran Kedelai Permintaan Kedelai Neraca Kedelai VI. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertania

11 Outlook Kedelai 2015 «DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data... 6 Tabel 2. Pembagian blok persamaan model Suplai Demand Tanaman Pangan... 8 Tabel 3. Keterangan variabel dalam model Tabel 4. Luas panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, Tabel 5. Sasaran Komoditas Kedelai Tahun Tabel 6. Proyeksi Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai Indonesia, Tahun Tabel 7. Proyeksi Ketersediaan Konsumsi KedelaiTahun Tabel 8. Proyeksi Neraca Kedelai Tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix

12 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertania

13 Outlook Kedelai 2015 «DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Perkembangan Luas Panen Kedelai Indonesia, Gambar 2. Perkembangan Produksi Kedelai di Indonesia, Gambar 3. Perkembangan Produktivitas Kedelai di Indonesia, Gambar 4. Kontribusi Produksi Provinsi Sentra Kedelai di Indonesia, Gambar 5. Perkembangan Konsumsi Kedelai per Kapita per Tahun, Gambar 6. Perkembangan Harga Kedelai Tingkat Produsen dan Konsumen di Indonesia, Gambar 7. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kedelai di Indonesia, Gambar 8. Perkembangan Neraca Ekspor dan Impor Kedelai di Indonesia, Tahun Gambar 9. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Kedelai Dunia, Gambar 10. NegaraSentra Produksi Kedelai Dunia dan Kontribusinya, Gambar 11. Negaradengan Luas Panen Kedelai Terbesar Dunia dan Kontribusinya, Gambar 12. Negara dengan Produktivitas Kedelai Tertinggi Dunia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi

14 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Gambar 13. Rata-rata Harga Produsen Kedelai di 10 Negara Tertinggi, Tahun Gambar 14. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Kedelai Dunia, Gambar 15. Kontribusi Volume Ekspor Negara Pengekspor Kedelai Dunia dan Indonesia, Gambar 16. Kontribusi Nilai Ekspor Negara Pengekspor Kedelai Dunia dan Indonesia, Gambar 17. Kontribusi Volume Impor Negara Pengimpor Kedelai Dunia dan Indonesia, Gambar 18. Kontribusi Nilai Impor Negara Pengimpor Kedelai Dunia dan Indonesia, xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertania

15 Outlook Kedelai 2015 «DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai di Indonesia, Lampiran 2. Perkembangan Luas Panen Kedelai, di Jawa dan Luar Jawa, Lampiran 3. Perkembangan Produktivitas Kedelai, di Jawa dan Luar Jawa, Lampiran 4. Perkembangan Produksi Kedelai, di Jawa dan Luar Jawa, Lampiran 5. Provinsi Sentra Produksi Kedelai di Indonesia, Lampiran 6. Perkembangan Konsumsi (Susenas) dan Ketersediaan (NBM) per Kapita, Lampiran 7. Perkembangan Harga Produsen dan Harga Konsumen Kedelai di Indonesia, Lampiran 8. Perkembangan Volume Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Kedelai di Indonesia, Lampiran 9. Perkembangan Nilai Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Kedelai di Indonesia, Lampiran 10. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai Dunia, Tahun Lampiran 11. Perkembangan Produksi Kedelai 6 (Enam) Negara Terbesar di Dunia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii

16 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Lampiran 12. Perkembangan Luas Panen Kedelai 6 (Enam) Negara Terbesar di Dunina dan Indonesia, Lampiran 13. Perkembangan Produktivitas Kedelai 6 (Enam) Negara Terbesar di Dunia, Lampiran 14. Konsumsi Kedelai 10 (Sepuluh) Negara Terbesar di Dunia, Lampiran 15. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Dunia, Lampiran 16. Negara Pengekspor Kedelai Terbesar Dunia, Lampiran 17. Perkembangan Nilai Ekspor Kedelai 5 (Lima) Negara Besar di Dunia, Lampiran 18. Perkembangan Volume Impor Kedelai 10 (Sepuluh) Negara Besar di Dunia, Lampiran 19. Perkembangan Nilai Impor Kedelai 8 (Delapan) Negara Besar di Dunia, xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertania

17 Outlook Kedelai 2015 «RINGKASAN EKSEKUTIF Kedelai merupakan sumber protein nabati paling populer bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Konsumsi utamanya dalam bentuk tempe dan tahu yang merupakan lauk pauk vital bagi masyarakat Indonesia. Bentuk lain produk kedelai adalah kecap, tauco, dan susu kedelai. Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2014 yang dirilis BPS, konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia sebesar 6,95 kg dan tahu 7,07 kg. Ironisnya pemenuhan kebutuhan akan kedelai yang merupakan bahan baku utama tempe dan tahu, 67,28% atau sebanyak 1,96 juta ton harus diimpor dari luar. Hal ini terjadi karena produksi dalam negeri tidak mampu mencukupi permintaan produsen tempe dan tahu dalam negeri. Perkembangan luas panen kedelai Indonesia periode berfluktuasi namun cenderung meningkat dengan laju peningkatan sebesar 0,62% per tahun. Pada tahun 2015 diperkirakan luas panen kedelai meningkat 4,01%, menjadi 640,35 ribu hektar dari tahun sebelumnya sebesar 615,69 ribu hektar. Produksi kedelai di Indonesia pada periode berfluktuasi cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,37% per tahun. Berdasarkan data ARAM I BPS tahun 2015, produksi kedelai diperkirakan mencapai 998,87 ribu ton atau meningkat 4,59% dibandingkan tahun 2014 sebesar 955,00 ribu ton. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xv

18 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Fluktuasi data luas panen dan produksi dari tahun ke tahun selama periode 1980 hingga 2015, ternyata menunjukkan peningkatan produktivitas secara konsisten rata-rata 1,70% per tahun. Produktivitas kedelai Indonesia berdasarkan ARAM I tahun 2015 adalah sebesar 15,60 ku/ha atau naik 0,58% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil proyeksi, diperkirakan keseimbangan penawaran dan permintaan kedelai di Indonesia mengalami peningkatan defisit pada tahun rata-rata sebesar 9,86% per tahun. Kekurangan pasokan kedelai tahun 2016 sampai dengan 2019 masing-masing sebesar 1,61 juta ton, 1,83 juta ton, 1,93 juta ton, dan 1,93 juta ton. xvi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertania

19 Outlook Kedelai 2015 «I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kedelai merupakan sumber protein nabati paling populer bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Konsumsi utamanya dalam bentuk tempe dan tahu yang merupakan lauk pauk vital bagi masyarakat Indonesia. Bentuk lain produk kedelai adalah kecap, tauco, dan susu kedelai. Produk ini dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat kita. Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2014 yang dirilis BPS, konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia sebesar 6,95 kg dan tahu 7,068 kg. Ironisnya pemenuhan kebutuhan akan kedelai yang merupakan bahan baku utama tempe dan tahu, 67,28% atau sebanyak 1,96 juta ton harus diimpor dari luar. Hal ini terjadi karena produksi dalam negeri tidak mampu mencukupi permintaan produsen tempe dan tahu. Salah satu faktor penyebab rendahnya produksi kedelai putih, merupakan bahan baku tempe dan tahu, bukan asli tanaman tropis sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada Jepang dan Cina. Pemuliaan serta domestikasi belum berhasil sepenuhnya mengubah sifat fotosensitif kedelai putih. Di sisi lain, kedelai hitam yang tidak bersifat fotosensitif kurang mendapat perhatian dalam pemuliaan meskipun dari segi adaptasi lebih cocok bagi Indonesia. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1

20 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Kedelai dengan nama latin Glycine max (kedelai kuning); Glycinesoja (kedelai hitam) merupakan tumbuhan serbaguna. Akarnya memiliki bintil pengikat nitrogen bebas, kedelai merupakan tanaman dengan kadar protein tinggi sehingga tanamannya dapat digunakan sebagai pupuk hijau dan pakan ternak. Pemanfaatan utama kedelai adalah dari bijinya. Biji kedelai kaya protein dan lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin. Olahan biji dapat dibuat menjadi berbagai bentuk seperti tahu (tofu), bermacam-macam saus penyedap (salah satunya kecap, yang aslinya dibuat dari kedelai hitam), tempe, susu kedelai (baik bagi orang yang sensitif laktosa), tepung kedelai, minyak (dari sini dapat dibuat sabun, plastik, kosmetik, resin, tinta, krayon, pelarut, dan biodiesel), serta taosi atau tauco. Peningkatan produksi kedelai baik dari kuantitas maupun kualitas terus diupayakan oleh pemerintah. Upaya dilakukan dengan ekstensifikasi maupun intensifikasi. Pengembangan komoditas kedelai untuk menjadi unggulan sub sektor tanaman pangan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang terkait. Untuk melihat prospek pengembangan komoditas kedelai di Indonesia dan keragaannya di dunia global, berikut ini disajikan perkembangan komoditas kedelai serta hasil proyeksi penawaran dan permintaan kedelai di Indonesia untuk periode beberapa tahun ke depan. I.2. Tujuan Tujuan penyusunan outlook komoditas kedelai adalah - melakukan analisis peramalan komoditas kedelai dengan menggunakan metode statistik yang mencakup indikator luas 2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

21 Outlook Kedelai 2015 «panen, produksi, produktivitas, konsumsi, ekspor-impor, dan harga. - Sebagai penyedia bahan dan informasi bagi penyusunan kebijakan dan program pengembangan komoditas tanaman pangan khususnya komoditas kedelai dimasa yang akan datang Ruang Lingkup - Ruang lingkup outlook komoditas kedelai meliputi variabelvariabel dari komponen penawaran dan permintaan, yang meliputi: produksi, luas panen, produktivitas, harga konsumen, harga produsen, impor, konsumsi, ekspor dan impor, baik dalam lingkup nasional maupun global. - Keseimbangan penawaran dan permintaan diprediksi hingga tahun 2019, dengan terlebih dahulu memproyeksi variabelvariabel yang mempengaruhi maupun komponen-komponen yang menyusun penawaran dan permintaan. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3

22 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

23 Outlook Kedelai 2015 «II. METODOLOGI Metode yang digunakan dalam peramalan Indikator produksi kedelai adalah sebagai berikut: Analisis keragaan atau perkembangan Kedelai dilakukan berdasarkan ketersediaan data series yang mencakup indikator luas panen, produksi, konsumsi, ekspor-impor serta harga di tingkat produsen maupun di tingkat konsumen dengan analisis deskriptif sederhana Sumber Data dan Informasi Outlook Komoditas Kedelai tahun 2015 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh baik dari data primer maupun data sekunder yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Biro Pusat Statistik (BPS) dan Food and Agriculture Organization (FAO). Daftar tabel data dan sumber data yang digunakan untuk penulisan adalah sebagai berikut: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5

24 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Tabel 1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data No. Variabel Periode Sumber Data Keterangan 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas di Indonesia BPS 2. Sasaran 2014 Kementan (Ditjen Tan.Pangan) Harga Produsen Nasional Ekspor dan Impor Nasional Kementan Ose (biji kering) BPS 5. Konsumsi BPS 6. Ketersediaan Konsumsi Kementan (BKP) 7. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas, Harga, Ekspor, dan ImporDunia FAO 2.2. Metode Analisis Analisis Deskriptif Adalah metode yang digunakan untuk melakukan analisis keragaan atau perkembangan komoditas kedelai berdasarkan ketersediaan data series yang mencakup indikator luas panen, produktivitas, produksi, konsumsi, ketersediaan 6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

25 Outlook Kedelai 2015 «konsumsi, ekspor-impor,hargadi tingkat produsen maupun di tingkat konsumen, serta jumlah penduduk Kelayakan Model Ketepatan sebuah model regresi dapat dilihat dari Uji-F, Uji-t, dan koefisien determinasi (R 2 ). Koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya keragaman dari peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubah peubah tak bebas (X). Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan persamaan: 2 R = dimana : SSRegresi SS Total SS Regresi adalah jumlah kuadrat regresi SS Total adalah jumlah kuadrat total 2.3. Model Analisis Penawaran dan Permintaan Model merupakan simplifikasi dari dunia nyata, dimana setiap kegiatan dalam perekonomian pertanian yang akan dianalisis terangkum dalam model tersebut. Model ini disebut model ekonometrika suplai demand tanaman pangan, yang disusun dalam sistem persamaan simultan dan dinamis terbagi dalam dua blok, yaitu terdiri dari Blok Suplai dan Blok Demand. Model yang dibangun dapat dikembangkan untuk masing-masing sub sektor sesuai dengan variabel yang tersedia. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7

26 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Tabel 2. Pembagian blok persamaan model Suplai Demand Tanaman Pangan Nama Blok Persamaan Nomor Persamaan Blok Suplai 1. Luas Panen 2. Produktivitas 3. Impor 4. Produksi 5. Suplai Blok Demand 1. Konsumsi Perkapita (beras, jagung, kedelai, ubi kayu, kc tanah) 2. Konsumsi Nasional (beras, jagung, kedelai, ubi kayu, kc tanah) 3. Demand beras 4. Demand jagung 5. Demand kedelai 6. Demand ubi kayu 7. Demand kacang tanah 8. Neraca (beras, jagung, kedelai, ubi kayu, kc tanah) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

27 Outlook Kedelai 2015 «Blok Suplai Produksi Luas Panen Padi LPP = a0 + a1 LPP(t-1) + a2 HRB(t-1) + a3 LPUP + a4 HRJ(t-1) + a5 HRK(t-1) + µ1... (1) Parameter estimasi yang diharapkan : a1, a2 > 0; a3, a4,a5 > 0 Luas Panen Jagung LPJ = b0 + b1 LPJ(t-1) + b2 HRJ(t-1) + b3 LPUJ + b4 HRK(t- 1) + b5 HRUK(t-1) + b6 HRKC(t-1) + µ2... (2) Parameter estimasi yang diharapkan : b1, b2 > 0; b3, b4,b5, b6 > 0 Luas Panen Kedelai LPK = c0 + c1 LPK(t-1) + c2 HRK(t-1) + c3 LPUK + c4 HRJ(t- 1) + c5 HRUK(t-1) + c6 HRKC(t-1) + µ3... (3) Parameter estimasi yang diharapkan : c1, c2 > 0; c3, c4,c5, c6 > 0 Luas Panen Ubi Kayu LPUK = d0 + d1 LPUK(t-1) + d2 HRUK(t-1) + d3 LPUUK + d4 HRJ(t-1) + d5 HRK(t-1) + d6 HRKC(t-1) + µ4... (4) Parameter estimasi yang diharapkan : d1, d2 > 0; d3, d4,d5, d6 > 0 Luas Panen Kacang Tanah LPKC = e0 + e1 LPKC(t-1) + e2 HRKC(t-1) + e3 LPUKC + e4 HRJ(t-1) + e5 HRK(t-1) + e6 HRUK(t-1) + µ5... (5) Parameter estimasi yang diharapkan : e1, e2 > 0; e3, e4,e5, e6 > 0 Produktivitas Produktivitas Padi YP = f0 + f1 YP(t-1) + f2 HRUREA(t-1) + f3 TEK + f4 DSLPTT + f5 CH + f6 LIRIGASI + f7 RLPPJ +... (6) Parameter estimasi yang diharapkan : f1, f3, f4, f5, f6, f7 > 0 f2 < 0 Produktivitas Jagung YJ = g0 + g1 YJ(t-1) + g2 HRUREA(t-1) + g3 TEK + g4 DSLPTT + g5 CH + g6 LIRIGASI + g7 RLPJJ + µ7... (7) Parameter estimasi yang diharapkan : g1, g3, g4, g5, g6, g7> 0 g2 < 0 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9

28 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Produktivitas Kedelai YK = h0 + h1 YK(t-1) + h2 HRUREA(t-1) + h3 TEK + h4 DSLPTT + h5 CH + h6 LIRIGASI + h7 RLPKJ + µ8.... (8) Parameter estimasi yang diharapkan : h1, h3, h4, h5, h6,h7 > 0 h2 < 0 Produktivitas Ubi Kayu YUK = i0 + i1 YUK(t-1) + i2hrurea(t-1) + i3 TEK + i4 DSLPTT + i5 CH + i6 LIRIGASI + µ9... (9) Parameter estimasi yang diharapkan : i1, i3, i4, i5, i5 > 0 i2 < 0 Produktivitas Kacang Tanah YKC = j0 + j1 YKC(t-1) + j2 HRUREA(t-1) + j3 TEK + j4 DSLPTT + j5 CH + j6 LIRIGASI + µ10(10) Parameter estimasi yang diharapkan : i1, i3, i4, i5, i5 > 0 i2 < 0 Impor Impor Beras IB = ko + k1 PRODP + k2 KONSB + k3 HIB + k4 HRB + µ (11) Parameter estimasi yang diharapkan : k2, k4> 0 k1, k3 < 0 Impor Jagung IJ = lo + l1 PRODJ + l2 KONSJ + l3 HIJ + l4 HRJ + µ (12) Parameter estimasi yang diharapkan : l2, l4> 0 l1, l3 < 0 Impor Kedelai IK = mo + m1 PRODK + m2 KONSK + m3 HIK + m4 HRK + µ (13) Parameter estimasi yang diharapkan : m2, m4> 0 m1, m3 < 0 Impor Kacang Tanah IKC = no + n1 PRODKC + n2 KONSKC + n3 HIKC + n4 HRKC + µ (14) Parameter estimasi yang diharapkan : n2, n4> 0 n1, n3 < 0 Persamaan Identitas Produksi PRODP = LPP * YP (15) 10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

29 Outlook Kedelai 2015 «PRODJ = LPJ * YJ (16) PRODK= LPK * YK (17) PRODUK = LPUK * YUK (18) PRODKC= LPKC * YKC (19) SUPLAI SP = PRODP + (IB*100/62.7) (20) SJ = PRODJ + IJ (21) SK = PRODK + IK (22) SKC= PRODKC + IKC (23) SUK = PRODUK + IUK (24) Blok Demand K o n s u m s i Konsumsi Per Kapita Beras KONSB = o0 + o1 PDB + o2 IHK + o3 KONSB(t-1) + µ (25) Parameter estimasi yang diharapkan: l1, l3 > 0 ; l2 < 0 Konsumsi Per Kapita Jagung KONSJ = p0 + p1 PDB + p2 IHK + p3 KONSJ(t-1) + µ (26) Parameter estimasi yang diharapkan: p1, p3 > 0 ; p2 < 0 Konsumsi Per Kapita Kedelai KONSK = q0 + q1 PDB + q2 IHK + q3 KONSK(t-1) + µ (27) Parameter estimasi yang diharapkan: q1, q3 > 0 ; q2 < 0 Konsumsi per Kapita Ubi Kayu KONSUK = r0 + r1 PDB + r2 IHK + r3 KONSUK(t-1) + µ (28) Parameter estimasi yang diharapkan: r3> 0 ; r1,r2< 0 Konsumsi per kapita Kacang Tanah KONSKC = s0 + s1 PDB + s2 IHK + s3 KONSKC(t-1) + µ (29) Parameter estimasi yang diharapkan: r3> 0 ; r1,r2< 0 Konsumsi Nasional Beras KONNB = POP * KONSB (30) Konsumsi Nasional Jagung KONNJ = POP * KONSJ (31) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11

30 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Konsumsi Nasional Kedelai KONNK = POP * KONSK (32) Konsumsi Nasional Ubi Kayu KONNUK = POP * KONSUK (33) Konsumsi Nasional Kacang Tanah KONNKC = POP * KONSKC (34) DEMAND DEMAND BERAS DB = KONNB + EKSB + PAKG + PAKB + BB + TCG + TCB... (35) PAKG = (PRODP*0.0044) * (36) PAKB = (PRODP*0.627)*0.... (37) BB = (PRODP*0.0104)* (38) TCG = (PRODP*0.0540) * (39) TCB = (PRODP*0.627)* (40) DEMAND JAGUNG DJ = KONNJ + EKSJ + PAKJ + BJ + TCJ... (41) PAKJ = PRODJ* (42) BJ = PRODJ* (43) TCJ = PRODJ* (44) DEMAND KEDELAI DK = KONNK + EKSK + BK + TCK... (45) PAKK = PRODK* (46) BK = PRODK* (47) TCK = PRODK* (48) DEMAND UBI KAYU DUK = KONNUK + EKSUK + PAKUK + TCUK... (49) PAKUK = PRODUK* (50) TCUK = PRODUK* (51) 12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

31 Outlook Kedelai 2015 «DEMAND KACANG TANAH DKC = KONNKC + EKSKC + PAKKC + BKC + TCKC... (52) BKC = PRODKC* (53) TCKC = PRODKC* (54) NERACA NRCB =(SP*0.627) DB... (55) NRCJ =SJ DJ... (56) NRCK = SK DK... (57) NRCUK = SUK- DUK... (58) NRCKC = SKC DKC (59) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13

32 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Tabel 3. Keterangan variabel dalam model KETERANGAN VARIABEL DALAM MODEL VARIABEL KETERANGAN SATUAN PRODP PRODUKSI PADI TO N PRODJ PRODUKSI JAGUN G TO N PRODK PRODUKSI KEDELAI TO N PRODKC PRODUKSI KACANG TANAH TO N PRODUK PRODUKSI UBI KAYU TO N LPP LUAS PANEN PADI HA LPJ LUAS PANEN JAGUN G HA LPK LUAS PANEN KEDELAI HA LPKC LUAS PANEN KACANG TANAH HA LPUK LUAS PANEN UBI KAYU HA YP PRODUKTIVITAS PADI TO N/HA YJ PRODUKTIVITAS JAGUNG TO N/HA YK PRODUKTIVITAS KEDELAI TO N/HA YKC PRODUKTIVITAS KACANG TAN AH TO N/HA YUK PRODUKTIVITAS UBI KAYU TO N/HA LPP(t-1) LUAS PANEN PADI TAHUN SEBELUMN YA HA LPJ(t-1) LUAS PANEN JAGUN G TAHUN SEBELUMNYA HA LPK(t-1) LUAS PANEN KEDELAI TAHUN SEBELUMNYA HA LPKC(t-1) LUAS PANEN KACANG TAHUN SEBELUMN YA HA LPUK(t-1) LUAS PANEN UBI KAYU TAHUN SEBELUM NYA HA HRB(t-1) HARGA RIIL BERAS TAHUN SEBELUM NYA RUPIAH HRJ(t-1) HARGA RIIL JAGUNG TAHUN SEBELUMN YA RUPIAH HRK(t-1) HARGA RIIL KEDELAI TAHUN SEBELUMNYA RUPIAH HRKC(t-1) HARGA RIIL KACANG TANAH TAHUN SEBELUMNYA RUPIAH HRUK(t-1) HARGA RIIL UBI KAYU TAHUN SEBELUM NYA RUPIAH LPUP LUAS PUSO PADI HA LPUJ LUAS PUSO JAGUN G HA LPUK LUAS PUSO KEDELAI HA LPUKC LUAS PUSO KACANG TANAH HA LPUUK LUAS PUSO UBI KAYU HA HRUREA(t-1) HARGA RIIL UREA TAHUN SEBELUM NYA RUPIAH TEK TEKNOLOGI DSLPTT DUMM Y SLPTT CH CURAH HUJAN MILIMETER LIRIGASI LUAS IRIGASI HA RLPPJ RASIO LUAS PANEN PADI JAW A TERHADAP NASIO NAL RLPJJ RASIO LUAS PANEN JAGUNG JAW A TERHADAP NASIONAL RLPKJ RASIO LUAS PANEN KEDELAI JAWA TERHADAP NASIONAL KO NS KON SUMSI KON SB KONSUMSI BERAS KG/KAP/THN KON SJ KONSUMSI JAGUNG KG/KAP/THN KON SK KONSUMSI KEDELAI KG/KAP/THN KON SKC KONSUMSI KACANG TAN AH KG/KAP/THN IB IMPOR BERAS TO N IJ IMPOR JAGUNG TO N IK IMPOR KEDELAI TO N IKC IMPOR KACANG TANAH TO N HIB HARGA INTERNASIONAL BERAS US $ SP SUPLAY PADI TO N SJ SUPLAY JAGUNG TO N SK SUPLAY KEDELAI TO N SKC SUPLAY KACANG TAN AH TO N BLO K DEM AND KON SB KONSUMSI BERAS KG/KAP/THN POP POPULASI ORANG KON SK KONSUMSI KEDELAI KG/KAP/THN KON SKC KONSUMSI KACANG TAN AH KG/KAP/THN KON NB KONSUMSI NASIONAL BERAS KG/KAP/THN KON NJ KONSUMSI NASIONAL JAGUNG KG/KAP/THN KON NK KONSUMSI NASIONAL KEDELAI KG/KAP/THN 14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

33 Outlook Kedelai 2015 «III. KERAGAAN KEDELAI NASIONAL 3.1. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Luas Panen Keragaan luas panen kedelai Indonesia periode berfluktuasi namun cenderung meningkat dengan laju peningkatan rata-rata sebesar 0,62% per tahun. Pada periode yang sama, keragaan luas panen kedelai di Jawa dan luar Jawa serupa dengan keragaan nasional. Luar Jawa cenderung meningkat sebesar 4,29% per tahun, sebaliknya di Jawa mengalami penurunan rata-rata 0,28% per tahun. Secara agregat luas panen kedelai nasional lima tahun terakhir mengalami penurunan sebesar 0,36%, dipicu oleh penurunan luas panen di Jawa sebesar 3,02%. Meskipun luas panen di Luar Jawa pada periode tersebut meningkat 4,59%, tetapi peningkatan tersebut belum sebanding dengan penurunan yang terjadi di Jawa. Penurunan luas panen cukup nyata terjadi pada tahun 2012 dan 2013, masing-masing sebesar 8,78% dan 2,96%. Penurunan luas panen nasional di tahuntahun tersebut disebabkan oleh penurunan wilayah Jawa sebesar 5,48% dan 10,27%, serta Luar Jawa tahun 2012 sebesar 14,90%. Peningkatan luas panen di Jawa kembali terjadi tahun 2014 sebesar 10,56%, namun tahun 2015 diperkirakan turun kembali sebesar 1,86%. Kondisi berbeda di Luar Jawa, luas panen terus meningkat tiga tahun terakhir, masing-masing sebesar 12,08%, 13,80%, dan 13,40%. Pada tahun 2014 dan 2015, luas panen kedelai nasional meningkat cukup nyata sebesar 11,78% dan 4,01%. Realisasi luas panen kedelai tahun 2013 sebesar 550,79 ribu hektar, tahun 2014 menjadi 615,69 ribu Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15

34 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «hektar, dan tahun 2015 menjadi 640,35 ribu hektar (Gambar 1, Tabel 1, dan Lampiran 2). Gambar 1. Perkembangan Luas Panen Kedelai Indonesia, Selama empat dekade ( ), sampai dengan tahun 2015 dominasi luas panen kedelai di Jawa terhadap nasional mencapai 65,09% atau rata-rata seluas 559,54 ribu hektar. Kontribusi luas panen Luar Jawa sebesar 34,91% atau rata-rata seluas 300,13 ribu hektar. Namun kondisi lima tahun terakhir terjadi pergeseran kontribusi luas panen, kontribusi Jawa mengalami penurunan sedikit menjadi 62,73% dan Luar Jawa meningkat menjadi 37,27%. Hal ini dapat dimaklumi karena alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian di Pulau Jawa dinilai sudah tak terkendali, menyusul pesatnya perkembangan sektor industri dan pemukiman di Indonesia. Setiap tahun diperkirakan 16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

35 Outlook Kedelai 2015 «80 ribu hektare areal pertanian hilang, berubah fungsi ke sektor lain atau setara 220 hektar setiap harinya (BPS, 2013). Terkait dengan hal ini maka pemerintah perlu mengupayakan suatu program pengembangan komoditas kedelai yang tepat sehingga kontribusi luas panen di Luar Jawa yang saat ini hanya sekitar 34,91% dapat terus ditingkatkan, mengingat potensi lahan tanam kedelai di Luar Jawa masih sangat luas Produksi Produksi kedelai Indonesia pada periode berfluktuasi dan cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,37% per tahun. Pada periode ini, tren produksi kedelai di Jawa dan Luar Jawa juga seirama, namun Luar Jawa lebih tinggi dari pada Jawa. Peningkatan produksi di Jawa rata-rata sebesar 1,43% per tahun dan Luar Jawa sebesar 5,47% per tahun (Lampiran 3). Produksi kedelai nasional lima tahun terakhir meningkat ratarata 2,49% per tahun, Pulau Jawa menyumbang 2,95% per tahun dan Luar Jawa 8,30% per tahun. Secara nasional peningkatan produksi kedelai periode baru terealisasi tahun 2014 sebesar 22,44% dan 2015 sebesar 4,59%, sedangkan tiga tahun sebelumnya mengalami penurunan sebesar 6,15% (2011), 0,96% (2012), dan 7,49% (2013). Produksi kedelai di Jawa dan Luar Jawa juga diwarnai penurunan. Pulau Jawa tahun 2013 menurun 13,53% dan Luar Jawa tahun 2012 menurun sebesar 13,59%. Peningkatan produksi kedelai yang signifikan terjadi di tahun 2014, dimana produksi kedelai nasional menjadi sebesar 955,00 ribu ton, meningkat dari tahun 2013 sebesar 779,99 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17

36 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «ribu ton. Berdasarkan data ARAM I, produksi kedelai tahun 2015 diperkirakan mencapai 998,87 ribu ton. Disumbang oleh peningkatan produksi di Jawa sebesar 0,21% dan Luar Jawa 12,79%. Gambar 2. Perkembangan Produksi Kedelai di Indonesia, Keragaan kontribusi produksi kedelai tahun menunjukkan bahwa produksi kedelai di Jawa menyumbang 66,26% terhadap produksi nasional, sedangkan Luar Jawa sebesar 33,74%. Perkembangan lima tahun terakhir masih menunjukkan kondisi yang sama, kontribusi produksi Pulau Jawa sebesar 66,51% dan Luar Jawa 33,49% (Gambar 2,Tabel 3, dan Lampiran 3). 18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

37 Outlook Kedelai 2015 «Tabel 4. Luas panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, Wilayah Tahun Rata-rata Luas Panen Rata-rata Produksi Rata-rata Produktivitas 000 Ha Pertumb. (%) 000 Ton Pertumb. (%) Ku/Ha Pertumb. (%) ,54-0,28 622,20 1,75 11,35 2,00 Jawa ,81-0,53 668,10 1,43 12,31 1, ,99-3,02 589,07 0,34 15,55 3, ,13 4,29 316,81 6,22 10,28 1,76 Luar Jawa ,58 3,72 376,40 5,47 11,03 1, ,35 4,59 296,59 7,43 13,13 2, ,67 0,82 939,01 2,66 10,97 1,80 Indonesia ,39 0, ,49 2,37 11,85 1,70 Kontribusi terhadap Indonesia (%) : ,34-0,36 885,66 2,49 14,76 2,73 Jawa 65,09 66,26 Luar Jawa 34,91 33,74 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah oleh Pusdatin Produktivitas Perkembangan produktivitas kedelai nasional tahun 1980 sampai dengan tahun 2015 menunjukan pola fluktuatif dan cenderung meningkat rata-rata 1,70% per tahun. Selama periode tersebut gejolak penurunan produktivitas hampir tidak terlihat, seperti terlihat pada Gambar 3. Peningkatan produktivitas nasional disumbang oleh pertumbuhan di Jawa sebesar 1,91% per tahun dan Luar Jawa sebesar 1,58% per tahun. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19

38 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Gambar 3. Perkembangan Produktivitas Kedelai di Indonesia, Keragaan produktivitas kedelai nasional lima tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan produktivitas yaitu sebesar 2,73% per tahun, Jawa tumbuh rata-rata 3,72%per tahun dan Luar Jawa ratarata tumbuh 2,76% per tahun. Produktivitas kedelai Indonesia berdasarkan ARAM Itahun 2015 adalah sebesar 15,60 ku/ha atau naik 0,58% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 15,51 ku/ha (Lampiran 4). 20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

39 Outlook Kedelai 2015 «3.2. Provinsi Sentra Produksi Kedelai Sentra produksi kedelai Indonesia berada di 7 (tujuh) provinsi, memberikan kontribusi sebesar 87,40% terhadap produksi kedelai nasional selama lima tahun terakhir, dan 27 provinsi lainnya menyumbang 12,60%. Kontribusi terbesar diberikan oleh Provinsi Jawa Timur sebesar 39,74% (rata-rata produksi 351,92 ribu ton), diikuti Jawa Tengah 14,03% (rata-rata produksi 124,23 ribu ton), dan Nusa Tenggara Barat 10,65% (rata-rata produksi 94,33 ribu ton). Empat provinsi sentra lain berkontribusi di bawah 10%, yakni Jawa Barat 8,76% (rata-rata produksi 77,55 ribu ton), Aceh 5,96% (rata-rata produksi 52,78 ribu ton), Sulawesi Selatan 5,06% (rata-rata produksi 44,80 ribu ton), dan DI. Yogyakarta 3,21% (rata-rata produksi 28,41 ribu ton). Rincian kontribusi dan rata-rata besaran produksi di provinsi sentra disajikan di Gambar 4 dan Lampiran 5. Gambar 4. Kontribusi Produksi Provinsi Sentra Kedelai di Indonesia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21

40 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Berdasarkan data sasaran dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, produksi kedelai tahun 2015 adalah sebesar 1,5 juta ton. Sedangkan capaian produksi dari hasil ARAM I, diperkirakan sebesar 998,87 ribu ton. Dengan kata lain sasaran produksi kedelai tahun 2015 tidak akan tercapai, karena capaian produksi kedelai tahun 2015 sebesar 92,13% dari sasaran yang telah ditetapkan. Capaian produksi tersebut terealisasi dari capaian luas panen kedelai tahun yang sama seluas 640,35 ribu hektar, atau hanya tercapai 62,33% dari target luas sebesar 1,03 juta hektar. Sementara dari target produktivitas yang ditetapkan sebesar ku/ha, tercapai pada besaran lebih tinggi yaitu 15,60ku/ha. Sasaran komoditas kedelaiyang ditetapkan oleh Ditjen Tanaman Pangan, khususnya untuk produksi dan luas panen kedelai tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5. Sasaran Komoditas Kedelai Tahun 2015 No. Uraian Sasaran ARAM I ARAM I thd Sasaran (%) Beda (%) 1 Luas Panen (Ha) ,33-37,67 2 Produktivitas (Ku/Ha) 14,60 15,60 106,85 6,85 3 Produksi (Ton) ,59-33,41 Sumber: Ditjen Tanaman Pangan diolah Pusdatin Pembangunan pertanian sub sektor tanaman pangan pada era Kabinet Kerja ingin mewujudkan Indonesia Berkedaulatan Pangan Tiga Tahun Mendatang untuk komoditas padi, jagung, kedelai, daging sapi, dan tebu. Kedaulatan pangan berbeda makna dengan swasembada yang lebih cenderung kepada ketahanan pangan tetapi belum otomatis berdaulat terhadap pangan. Swasembada pangan sama saja dengan ketahanan pangan yakni apabila mampu memenuhi kebutuhan bahan pangan. Artinya, bahan pangan tersedia di pasar dan 22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

41 Outlook Kedelai 2015 «masyarakat konsumen. Dari mana bahan pangan itu diperoleh sehingga ada di pasar dan masyarakat konsumen tidak dipermasalahkan. Kedaulatan pangan cakupannya lebih luas dengan mempertimbangan status negara kita sebagai negara agraris. Kedaulatan pangan bermakna bahwa bahan pangan yang ada harus diproduksi sendiri dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen. Jadi kedaulatan pangan kriterianya diproduksi sendiri atau dihasilkan dari pertanian sendiri dan menguasai pasar-pasar sendiri tanpa harus diatur oleh bangsa lain atau luar negeri Konsumsi Perkapita/Nasional Konsumsi kedelai berupa dua jenis, yakni konsumsi langsung dan tidak langsung. Dalam hal ini yang dimaksud konsumsi tidak langsung adalah kedelai yang diolah lebih lanjut menjadi produk tertentu untuk konsumsi atau lainnya. Olahan biji kedelai dapat dibuat menjadi berbagai bentuk seperti tempe, tahu (tofu), bermacam-macam saus penyedap (salah satunya kecap, yang aslinya dibuat dari kedelai hitam), susukedelai (baik dikonsumsi bagi orang yang sensitif laktosa), tepung kedelai, minyak (dari sini dapat dibuat sabun, plastik, kosmetik, resin, tinta, krayon, pelarut, dan biodiesel), serta taosi atau tauco. Seperti kita ketahui produk olahan kedelai adalah penyumbang utama kebutuhan protein nabati. Sebagai pembanding disajikan pula keragaan ketersediaan kedelai untuk konsumsi dari Neraca Bahan Makanan (NBM). Ketersediaan yang dimaksud dalam NBM adalah selisih produksi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23

42 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «ditambah impor, dikurangi ekspor, tercecer, penggunaan pakan, bibit dan untuk industri (diolah untuk bukan makanan). Sebagian besar kedelai oleh masyarakat Indonesia dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, seperti tahu, tempe, tauco, oncom, kecap, dan susu kedelai. Sampai saat ini konsumsi dalam bentuk segar hanya sedikit, mempertimbangkan hal tersebut maka untuk memudahkan penghitungan dan penyajian data konsumsi, semua produk olahan kedelai dikonversi ke dalam bentuk segar. Selama periode konsumsi kedelai cukup fluktuatif dan cenderung menurun, dengan laju penurunan rata-rata 1,15% per tahun. Konsumsi kacang kedelai pada periode ini rata-rata sebesar 7,62 kg/kapita/tahun, konsumsi tertinggi sebesar 8,63 kg/kapita/tahun terjadi pada tahun Namun satu tahun kemudian mengalami penurunan cukup signifikan sebesar 11,16% sehingga konsumsi menjadi 7,67 kg/kapita/tahun. Penurunan konsumsi pada tahun tidak terlepas dari terjadinya resesi ekonomi global dan adanya kebutuhan pangan untuk energi alternatif, dampaknya adalah penurunan daya beli masyarakat dunia termasuk Indonesia (Ariani, M. 2010). Pada periode selanjutnya, konsumsi kedelai utamanya produk kedelai cenderung menurun hingga tahun 2014 menjadi sebesar 7,13 kg/kapita/tahun, karena adanya pergeseran konsumsi dari protein nabati ke protein hewani. Merujuk seiring dengan meningkatnya perekonomian global yang berhubungan peningkatan daya beli penduduk Indonesia (Gambar 5 dan Lampiran 6). Lain halnya keragaan ketersediaan kedelai periode , ternyata sangat fluktuatif dan menunjukkan tren peningkatan, gejolak 24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

43 Outlook Kedelai 2015 «fluktuasi sangat kentara terutama pada periode Angka ketersediaan mencapai titik kulminasi pada tahun 1999 yaitu 12,29 kg/kapita/tahun, sementara terendah terjadi pada tahun 2001 yaitu 5,76 kg/kap/tahun. Secara agregat rata-rata ketersediaan kedelai pada periode adalah 9,07 kg/kapita/tahun. Pada periode ini ketersediaan kedelai tumbuh sekitar 1,67% setiap tahunnya. Gambar 5. Perkembangan KonsumsiKedelai per Kapita per Tahun, Ketersediaan kedelai cenderung mengalami penurunan pada periode (Gambar 5). Pada periode ini angka ketersediaan menurun sebesar rata-rata 3,37% setiap tahunnya. Pada tahun berikutnya kembali meningkat hingga tahun 2011 menjadi sebesar 10,91 kg/kapita/tahun atau naik sebesar 11,78% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 9,76 kg/kapita/tahun. Penurunan ketersediaan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25

44 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «kembali terjadi pada tahun 2012, diperkirakan akan berlanjut sampai tahun Permintaan kedelai berdasarkan data ketersediaan per kapita sempat mengalami penurunan hampir 30% pada masa krisis tahun 1998, walaupun kemudian kembali meningkat drastis pada tahun berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa kedelai masih terimbas krisis dibandingkan komoditas pertanian lainnya, karena sekitar 44% (1,03 juta ton) kebutuhan kedelai pada saat itu berasal dari impor. Oleh karena itu swasembada kedelai sangat diperlukan mengingat masih adanya peluang untuk meningkatkan produksi kedelai domestik pada masa mendatang dalam rangka mengurangi ketergantungan pada pasokan impor Harga Produsen dan Konsumen Keragaan harga kedelai nasional, baik harga produsen maupun konsumen menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat (Gambar 6). Rata-rata pertumbuhan harga produsen dan konsumen pada periode berturut-turut adalah 10,83% dan 12,72% per tahun. Rata-rata pertumbuhan harga kedelai pada periode sebelum krisis ekonomi tahun 1997 cenderung lebih rendah dibandingkan dengan masa setelah krisis. Pada periode rata-rata pertumbuhan harga produsen dan konsumen berturut-turut adalah 8,56% dan 10,51% setiap tahunnya. Rata-rata pertumbuhan harga kedelai ini meningkat pada periode lima tahun terakhir ( )yaitu menjadi 6,55% untuk harga produsen dan 2,31% untuk harga konsumen (Gambar 6 dan Lampiran 7). 26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

45 Outlook Kedelai 2015 «Peningkatan harga kedelai, baik harga produsen maupun konsumen paling fantastis terjadi di tahun 1998, harga produsen naik 63,72% atau dari Rp ,- menjadi Rp ,- dan harga konsumen naik lebih tinggi yaitu sebesar 132,67% atau dari Rp ,- menjadi Rp ,-. Setelah melewati masa krisis harga kedelai kembali mengalami kenaikan tinggi pada tahun Harga produsen naik sebesar 35,40% dibandingkan tahun sebelumnya atau dari Rp ,- di tahun 2007 menjadi Rp ,- di tahun Sedangkan harga konsumen tahun 2008 naik sebesar 60,68% dibandingkan tahun sebelumnya atau dari Rp ,- menjadi Rp ,-. Meskipun demikian peningkatan harga konsumen kedelai sepertinya bertahan sampai tahun 2013 saja, karena dua tahun terakhir terus mengalami penurunan sebesar 8,41% dan 2,36%. Gambar 6. Perkembangan Harga Kedelai Tingkat Produsen dan Konsumen di Indonesia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27

46 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Jika dilihat dari disparitas harga yang terjadi antara harga produsen dan konsumen, terlihat periode setelah krisis ekonomi global selalu memberikan dampak terjadinya lonjakan disparitas harga kedelai. Krisis ekonomi pertama tahun terjadi peningkatan sebesar 498,05% dan krisis yang kedua tahun 2008 lebih tinggi yaitu sebesar 508,54%. Disparitas harga tertinggi terjadi pada tahun 2013 (data terakhir) yaitu sebesar Rp ,- per kilogram dimana harga kedelai tingkat produsen sebesar Rp ,-, sedangkan harga tingkat konsumen mencapai Rp ,- per kilogram. Dua tahun terakhirterjadi penurunan disparitas harga cukup signifikan, tahun 2014 sebesar 56,72% dan tahun 2015 sebesar 49,64%. Hal ini dimungkinkan terjadi karena semakin efektifnya rantai pemasaran dari produsen ke konsumen, dengan cara pemangkasan/memperpendek rantai Perkembangan Ekspor dan Impor Kedelai di Indonesia Sepanjang tahun tercatat volume ekspor kedelai fluktuatif dan tumbuh sangat fantastis, rata-rata sebesar 518,58% per tahun, serta cenderung meningkat. Selama periode tersebut tercatat angka pertumbuhan di atas 1000% terjadi tiga kali, yaitu tahun 1988 sebesar 5.600% (tahun 1987 sebesar 10 ton menjadi 570 ton), tahun 1997 sebesar 4591,30% (tahun 1996 sebesar 598 ton menjadi 28,05 ribu ton), dan 2011 sebesar 2.236,62% (tahun 2010 sebesar 385 ton menjadi ton). Volume ekspor Indonesia paling tinggi terjadi pada tahun 2014, sebesar 41,30 ribu ton. Disamping itu juga diwarnai beberapa kali penurunan volume ekspor, tertinggi terjadi tahun 1998 sebesar 96,59% (Gambar 7 dan Lampiran 8). 28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

47 Outlook Kedelai 2015 «Lima tahun terakhir volume ekspor tumbuh, rata-rata sebesar 537,91%. Sempat diwarnai penurunan pada tahun 2013 dan 2015, masing-masing sebesar 67,21% dan 28,24%. Volume ekspor pada tahun 2015 diperkirakan sebesar 29,64 ribu ton. Pada periode yang sama volume impor kedelai juga cukup fluktuatif dan menunjukkan tren meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan 18,62% per tahun. Peningkatan volume impor sangat signifikan terjadi pada tahun 1983 sebesar 347,72%, dan tahun 1999 sebesar 116%. Diantara tahun-tahun tersebut terjadi penurunan volume impor tetapi secara persentase tidak terlalu signifikan. Volume impor tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar 2,57 juta ton. Gambar 7. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kedelai di Indonesia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29

48 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Keragaan impor kedelai lima tahun terakhir juga cenderung meningkat landai, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 3,94% per tahun. Impor kedelai mengalami penurunan di tahun 2012 dan 2015, masing-masing sebesar 41,58% dan 15,04%. Volume impor tahun 2015 relatif tinggi, yaitu sebesar 1,67 juta ton. Secara agregat besaran volume ekspor kedelai sangat kecil dibandingkan impornya, dikarenakan lebih dari setengah kebutuhan kedelai dalam negeri atau 70% masih dipenuhi dari impor. Faktor utama penyebab tingginya impor kedelai adalah rendahnya produksi kedelai dalam negeri. Seperti telah diuraikan dalam bahasan sebelumnya, produksi kedelai masih rendah jika dibandingkan dengan besarnya kebutuhan dalam negeri. Tingginya impor kedelai mempunyai korelasi secara langsung dengan kurangnya pasokan kedelai dalam negeri. Konsumsi kedelai domestik terutama untuk pemenuhan bahan baku industri produk olahan seperti tahu dan tempe. Kedelai kuning sebagai bahan baku utama pembuatan tempe dan tahu merupakan varietas yang kurang optimal pertumbuhannya di Indonesia karena iklim yang kurang sesuai. Hal ini menjadi penyebab rendahnya produksi kedelai dalam negeri. Neraca ekspor dan impor kedelai Indonesia selama tiga dekade ( ) menunjukkan adanya fluktuasi defisit kebutuhan kedelai dalam negeri cukup tinggi, pada kisaran 1 sampai dengan 2 juta ton. Rata-rata peningkatan defisit kedelai pada periode ini 8,08% per tahun, kenyataan ini sangat mencemaskan apabila tidak ada terobosan-terobosan yang nyata untuk meningkatkan produksi kedelai domestik. Mengingat laju pertumbuhan produksi kedelai dalam negeri hanya 2,37% per tahun, diperkirakan tidak akan mampu mengimbangi 30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

49 Outlook Kedelai 2015 «kebutuhan kedelai domestik seiring bertambahnya jumlah penduduk (Lampiran 8). Gambar 8. Perkembangan Neraca Ekspor dan Impor Kedelai di Indonesia, Berdasarkan keragaan nilai ekspor dan impor kedelai, neraca perdagangan kedelai Indonesia pada periode mengalami pembengkakan defisit yang cenderung terus meningkat. Pada tahun 2014 tercatat defisit sebesar yaitu 7.484,60juta US$ (Lampiran 9). Berdasarkan kajian hasil analisis kinerja perdagangan komoditas pertanian, indeks spesialisasi perdagangan komoditas kedelai adalah sekitar -0,9. Nilai ini menunjukkan komoditas kedelai masih berupaya Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31

50 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «untuk memenuhi kebutuhan nasional, belum dalam taraf pematangan atau perluasan ekspor. 32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

51 Outlook Kedelai 2015 «IV. KERAGAAN KEDELAI DUNIA 4.1. PerkembanganLuas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai Dunia Keragaan luas panen dan produksi kedelai dunia periode berdasarkan data FAO cenderung terus meningkat dengan pola serupa. Rata-rata luas panen pada periode ini meningkat sebesar 3,11% per tahun dan produksi tumbuh sebesar 4,98% setiap tahun. Selama lima dekade ini peningkatan luas panen paling tinggi terjadi tahun 1973 dengan pertumbuhan sebesar 17,86%, sedangkan peningkatan produksi tertinggi juga pada tahun yang sama dengan pertumbuhan sebesar 25,42%. Sempat terjadi penurunan luas panen, tertinggi pada tahun 1983 sebesar 6,36% sedangkan penurunan produksi tertinggi di tahun yang sama sebesar 13,74%. Gambar 9. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Kedelai Dunia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33

52 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Perkembangan sepuluh tahun terakhir ( ) menunjukkan bahwa luas panen dan produksi kedelai cenderung terus meningkat. Pertumbuhan luas panen tertinggi tahun 2004 sebesar 9,52%, sedangkan pada produksi terjadi tahun 2010 sebesar 18,63%. Pada tahun 2013 luas panen kedelai dunia mencapai 111,27 juta hektar, atau meningkat 6,06% dari tahun 2012 sebesar 104,92 juta hektar. Pada tahun yang sama produksi kedelai dunia sebesar 276,40 juta ton, atau meningkat 14,62% dari tahun 2012 sebesar 241,14 juta ton (Gambar 9 dan Lampiran 10) Negara Sentra Luas Panen, Produksi, dan ProduktivitasKedelai Dunia Selama lima tahun terakhir, beberapa negara yang menjadi sentra produksi kedelai dunia, meliputi Amerika, Brazil, Argentina, China, India dan Paraguay memberikan kontribusi sebesar 92,53% terhadap rata-rata produksi kedelai dunia sebesar 253,50 juta ton. Besaran rata-rata produksi dan kontribusi dari masing-masing negara sentra adalah Amerika 87,55 juta ton atau berkontribusi sebesar 34,54%, Brazil 69,69 juta ton (27,49%), Argentina 44,39 juta ton (17,51%), China 14,02 juta ton (5,53%), India 12,31 juta ton (4,85%), dan Paraguay 6,61 juta ton (2,61%). Produksi kedelai Indonesia menempati posisi ke-13 dunia, atau memberikan kontribusi sebesar 0,34% dengan rata-rata produksi lima tahun terakhir sebesar 869,71 ribu ton (Gambar 10 dan Lampiran 11). 34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

53 Outlook Kedelai 2015 «China 5,53% India 4,85% Paraguay 2,61% Indonesia 0,34% Lainnya 7,12% USA 34,54% Argentina 17,51% Brazil 27,49% Gambar 10. Negara Sentra Produksi Kedelai Dunia dan Kontribusinya, Meskipun Amerika menjadi negara produsen kedelai nomor satu dunia, namun pertumbuhan produksi lima tahun terakhir menunjukkan fenomena adanya penurunan produksi sebesar 0,36% per tahun. Fenomena yang sama dialami oleh China dan Indonesia, selama lima tahun rata-rata mengalami pertumbuhan produksi menurun sebesar 4,35% dan 5,37% per tahun. Negara produsen kedelai lain yang menunjukkan pertumbuhan positif karena masih terus mengalami peningkatan produksi, yaitu Brazil sebesar 10,20% per tahun, Argentina 16,94% per tahun, India 6,31% per tahun, dan Paraguay 41,58% per tahun. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35

54 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Gambar 11. Negara dengan Luas Panen Kedelai Terbesar Dunia dan Kontribusinya, Luas panen kedelai terbesar dunia juga terdistribusi di 6 (enam) negara sentra produsen dengan urutan yang hampir sama. Ada sedikit perbedaan pada luas panen India lebih tinggi dari pada China, meskipun dari sisi produksi China lebih tinggi dari India. Kondisi ini menunjukkan bahwa produktivitas kedelai China lebih tinggi daripada India. Total kontribusi luas panen kedelai enam negara sentra mencapai 90,86%, Amerika memberikan kontribusi terbesaryaitu 29,35% atau 30,65 juta hektar, diikuti Brasil dengan kontribusi sebesar 23,34% (24,38 juta hektar), Argentina 17,36% (18,13 juta hektar), India 10,06% (10,50 juta hektar), China 7,46% (7,79 juta hektar), dan Paraguay 2,69% (2,81 juta hektar). Luas panen Indonesia berada pada posisi yang sama dengan produksi, yakni urutan 13 dunia dengan kontribusi sebesar 0,60% atau rata-rata luas panen lima tahun terakhir 36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

55 Outlook Kedelai 2015 «625 ribu hektar terhadap rata-rata luas panen kedelai dunia yang mencapai 104,44 juta hektar (Gambar 11 dan Lampiran 12). Keragaan produktivitas kedelai dunia menunjukkan fenomena yang menarik, kecuali Amerika, negara-negara produsen utama kedelai di dunia tidak menempati posisi yang sama jika ditinjau dari produktivitasnya. Lima negara dengan produktivitas kedelai tertinggi di dunia ditempati oleh negara Turki, Italia, Mesir, Amerika, dan Brazil. Turki menempati urutan pertama dengan rata-rata produktivitas 38,03 ku/ha diikuti oleh Italia dengan 33,22 ku/ha, Mesir 29,64 ku/ha, Amerika 28,56 ku/ha, dan Brazil28,55 ku/ha (Gambar 12 dan Lampiran 13). Selama lima tahun terakhir rata-rata produktivitas kedelai dunia sebesar 24,28 ku/ha. Produktivitas kedelai Indonesia masih jauh di bawah rata-rata dunia yaitu sebesar 13,96 ku/ha.setelah membandingkan angka produktivitas kedelai Indonesia dengan negaranegara sentra dan dunia, menunjukkan bahwa Indonesia masih mempunyai peluang besar untuk meningkatkan produktivitas, tentu saja dengan memanfaatkan seoptimal mungkin sumber daya yang ada dan selalu mengikuti perkembangan teknologi baru sehingga diharapkandapat meningkatkan produksi kedelai nasional. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37

56 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Gambar 12. Negara dengan Produktivitas Kedelai Tertinggi Dunia, Rata-rata pertumbuhan produktivitas kedelai dunia lima tahun terakhir sebesar 2,84% per tahun. Pada periode ini peningkatan ratarata pertumbuhan produktivitas kedelai terjadi di empat negara yang mempunyai produktivitas tinggi, yaitu Turki, Itali, Brazil, dan Canada, sedangkan dua negara lain (Mesir dan Amerika) mengalami penurunan. Peningkatan tertinggi di Turki sebesar 3,54% per tahun, diikuti oleh Canada sebesar 3,49% per tahun, Brazil 3,34% per tahun, dan Itali 1,52% per tahun.penurunan pertumbuhan di Mesir dan Amerika, masing-masing sebesar 1,77% per tahun dan 0,21% per tahun. Produktivitas Indonesia pada periode yang sama masih meningkat, namun di bawah rata-rata dunia yaitu sebesar 1,37% per tahun (Gambar 12 dan Lampiran 13). 38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

57 Outlook Kedelai 2015 «4.3. Harga Produsen Dunia Perkembangan rata-rata harga produsen kedelai tertinggi dunia periode di 10 negara, tertinggi di Suriname sebesar 2.328,54 USD/ton, diikuti Jepang dan Laos di urutan kedua dan ketiga, masing-masing sebesar 1.515,28 USD/ton dan 840,04 USD/ton. Indonesia di urutan kelima dengan rata-rata harga kedelai per tahun sebesar 729,12 USD/ton. Tingginya rata-rata harga kedelai Indonesia lima tahun terakhir diduga sangat dipengaruhi oleh tingginya permintaan dalam negeri. Di sisi lain produksi kedelai dalam negeri cenderung stagnan, kalaupun produksi meningkat peningkatannya tidak setinggi peningkatan kebutuhan. Hal ini menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan domestik, yang memberikan efek berantai pada peningkatan volume impor relatif tinggi dan berdampak pada melonjaknya harga kedelai dalam negeri. Gambar 13. Rata-rata Harga Produsen Kedelai di 10 Negara Tertinggi, Tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39

58 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Pada periode yang sama peningkatan harga kedelai paling tinggi terjadi di China, rata-rata meningkat sebesar 14,16% per tahun. Berikutnya Suriname mengalami peningkatan harga rata-rata 11,80% per tahun dan Peru meningkat sebesar 9,55% per tahun. Indonesia berada di urutan keempat, dengan peningkatan harga kedelai ratarata 6,05% per tahun (Gambar 13 dan Lampiran 14) Ekspor dan Impor Kedelai Dunia Keragaan kedelai duniadari sisi volume ekspor dan impor kedelai pada dua dekade ini ( ) menunjukkan keselarasan. Hal ini dapat dilihat dari seimbangnya angka pertumbuhan keduanya, pada periode tersebut volume ekspor rata-rata meningkat sebesar 6,52% per tahun dan volume impor 6,47% per tahun. Pada tahun 1991 volume ekspor dan impor kedelai dunia masing-masing sebesar 27,191 juta ton dan 26,468 juta ton, sedangkan tahun 2012 volume ekspor meningkat menjadi 96,90 juta ton dan tahun 2011 volume impor meningkat menjadi 90,814 juta ton (Gambar 14 dan Lampiran 15). 40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

59 Outlook Kedelai 2015 «Gambar 14. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Kedelai Dunia, Negara pengekspor kedelai dunia berdasarkan data FAO didominasi oleh lima negara dengan total kontribusi mencapai 96,33%. Rata-rata volume ekspor dunia periode sebesar 86,70 juta ton, terkonsentrasi di dua negara, yaitu Amerika sebesar 39,00 juta ton (berkontribusi 44,99% terhadap total ekspor dunia) dan Brazil sebesar 28,55 juta ton (berkontribusi 32,94%). Selanjutnya adalah Argentina, Paraguay, dan Kanada dengan rata-rata volume ekspor masing-masing 9,74 juta ton (berkontribusi 11,24%), 3,71 juta ton (4,28%), dan 2,51 juta ton (2,89%). Pada periode ini Indonesia berada di urutan 52 dunia dengan kontribusi sangat kecil, hanya 0,001% atau rata-rata volume ekspor 1,09 ribu ton (Gambar 15 dan Lampiran 16). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41

60 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Gambar 15. Kontribusi Volume Ekspor Negara Pengekspor Kedelai Dunia dan Indonesia (%), Tren volume ekspor kedelai dunia pada kurun waktu tersebut cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan rata-rata peningkatan sebesar 5,63%. Rata-rata pertumbuhan volume ekspor di lima negara pengekspor pada periode yang sama paling tinggi adalah Argentina sebesar 22,56% per tahun, diikuti Kanada 19,11%, dan Paraguay 11,99% per tahun. Pertumbuhan volume ekspor di Amerika dan Brazil cenderung kecil dibandingkan dengan dua negara sebelumnya, masing-masing sebesar 8,14% dan 7,57% per tahun. Dalam hal ini Indonesia cenderung terus mengalami peningkatan volume ekspor, rata-rata per tahun naik sebesar 74,15%. Tidak jauh berbeda dengan volume, keragaan nilai ekspor kedelai dunia juga didominasi oleh 5 (lima) negara yang sama, total kontribusi ke-5 negara ini mencapai 94,06%. Terkonsentrasi di Amerika dan Brazil berturut-turut menyumbang sebesar 43,19% dan 42 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

61 Outlook Kedelai 2015 «32,84% dari total nilai ekspor kedelai dunia atau rata-rata sebesar 27,09 milyar US$ dan 20,60 milyar US$ untuk periode Nilai ekspor kedelai Indonesia menduduki posisi ke-54 dunia dengan kontribusi sangat kecil, hanya 0,001% atau sebesar 870 ribu US$ (Gambar 16 dan Lampiran 17). Gambar 16. Kontribusi Nilai Ekspor Negara Pengekspor Kedelai Dunia dan Indonesia (%), Apabila ditinjau dari sisi pertumbuhan nilai ekspor selama periode , paling tinggi Argentina meningkat rata-rata 146,44% per tahun dan Paraguay meningkat 104,06% per tahun. Sedangkan Kanada, Amerika, dan Brazil meningkat masing-masing sebesar 57,91%, 42,98%, dan 42,67% per tahun. Nilai ekspor dunia pada kurun waktu tersebut mengalami peningkatan cukup tinggi, ratarata per tahun naik sebesar 47,04%. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43

62 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Secara agregat keragaan volume impor dunia tahun rata-rata mencapai 84,05 juta ton, terkonsentrasi hanya di China dengan dominasi kontribusi sebesar 51,88% atau 43,61 juta ton terhadap rata-rata volume impor dunia. Volume impor negara lain relatif kecil, melihat besaran kontribusinya di bawah 5%, termasuk Indonesia yang berkontribusi sebesar 2,04% atau rata-rata setiap tahun mengimpor kedelai sebesar 1,71 juta ton. Selama kurun waktu tersebut Indonesia masuk sebagai negara pengimpor terbesar ke-9. Gambar 17. Kontribusi Volume Impor Negara Pengimpor Kedelai Dunia dan Indonesia, Perkembangan volume impor dunia relatif stagnan pada periode tersebut, tidak mengalami gejolak pertumbuhan yang berarti, rata-rata per tahun meningkat 5,49%. Peningkatan volume impor cukup tinggi terjadi hanya di China, rata-rata per tahun meningkat sebesar 14,91%. Volume impor Indonesia rata-rata per tahun meningkat 4,20% (Gambar 17 dan Lampiran 18). 44 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

63 Outlook Kedelai 2015 «Secara agregat nilai impor kedelai dunia rata-rata per tahun sebesar 40,35 milyar US$, didominasi oleh China dengan memberikan kontribusi sebesar 52,99% atau nilai impor rata-rata per tahun 21,38 milyar US$. Nilai impor negara pengimpor lain terpaut jauh dari China, pada kisaran 1 milyar US$, termasuk nilai impor Indonesia sebesar 0,78 milyar US$ atau berkontribusi hanya 1,93% terhadap nilai impor dunia pada periode Gambar 18. Kontribusi Nilai Impor Negara Pengimpor Kedelai Dunia dan Indonesia, Keragaan global nilai impor kedelai dunia periode terus meningkat dari waktu ke waktu seiring peningkatan volume ekspor, rata-rata per tahun meningkat sebesar 21,77%. Pertumbuhan nilai impor tertinggi terjadi di China sebesar 32,07%, kedua adalah Indonesia sebesar 29,53%, dan ketiga Thailand sebesar 25,16% (Gambar 18 dan Lampiran 19). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45

64 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

65 Outlook Kedelai 2015 «V. ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN 5.1. Penawaran Kedelai Analisis penawaran kedelai, didekati menggunakan angka produksi kedelai. Angka produksi merupakan hasil perkalian besaran luas panen kedelai dengan produktivitas per hektar. Untuk menduga proyeksi produksi tersebut maka dilakukan proyeksi terhadap dua indikator luas panen dan produktivitas. Pada analisis ini dilakukan permodelan berdasarkan data produksi tahunan, sehingga data series yang dibutuhkan adalah data luas panen dan produktivitas kedelai per tahun. Berdasarkan hasil proyeksi yang dilakukan oleh Pusdatin menggunakan persamaan simultan, luas panen kedelai tahun 2016 diperkirakan mengalami penurunan sebesar 2,75% dibandingkan tahun sebelumnya. Proyeksi luas panen tiga tahun ke depan ( ) diperkirakan terus meningkat, masing-masing sebesar 0,53%, 0,53%, dan 0,52%. Selama periode rata-rata pertumbuhan luas panen kedelai sebesar 0,57%. Penurunan luas panen kedelai tahun 2016 diperkirakan merupakan dampak dari adanya peningkatan luas panen padi sebesar 1,42% dan jagung sebesar 1,84%. Potensi peningkatan luas panen diperkirakan dapat tercapai, seiring keinginan pemerintahan baru menambah luasan sawah, karena berdasarkan hasil olahan data yang didapat dari Puslitbangtanak (2001) dan BPS (2000), setidaknya ada sekitar 13,25 juta hektar lahan non rawa (mineral) dan sekitar 3,5 juta hektar lahan rawa atau pasang surut yang dapat dijadikan sawah baru (Ditjen PSP Kementerian Pertanian, 2013). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47

66 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Pola pertumbuhan pada luas panen diikuti pula pada produktivitas, cenderung menurun di tahun 2016 dan meningkat tiga tahun berikutnya. Proyeksi pada produktivitas kedelai untuk tahun 2016 diperkirakan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 0,08%, menjadi 15,59 Ku/Ha dari 15,60 Ku/Ha di tahun Meskipun demikian proyeksi tiga tahun ke depan cukup prospektif dengan adanya peningkatan sebesar 1,74% hingga 1,80%. Upaya untuk mencapai meningkatkan produktivitas merupakan harapan meningkatkan produksi kedelai di tahun-tahun mendatang. Terutama untuk wilayah sentra produksi di Jawa, mengingat ekstensifikasi lahan tidak memungkinkan diterapkan di Pulau Jawa. Sasaran produksi kedelai yang dicanangkan oleh Ditjen Tanaman Pangan adalah peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas, walaupun tetap tidak meninggalkan program-program peningkatan luas panen. Beberapa fokus program pemerintah untuk peningkatan produksi dan produktivitas komoditas ini tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian antara lain; memperbaiki produktivitas dan nilai tambah produk pertanian di beberapa sentra produksi yaitu dengan cara: 1) menciptakan sistem pertanian yang ramah lingkungan, 2) penggunaan pupuk kimiawi dan organik secara berimbang untuk memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah, 3) memperbaiki dan membangun infrastruktur lahan dan air serta perbenihan dan perbibitan dan 4) membuka akses pembiayaan pertanian dengan suku bunga rendah bagi petani. 48 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

67 Outlook Kedelai 2015 «Tabel 6. Proyeksi Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai Indonesia, Tahun Tahun Luas Panen Pertumbuhan Produktivitas Pertumbuhan Produksi Pertumbuhan ( Ha) (%) (Ku/Ha) (%) (Ton) (%) ,00 15, , *) ,00 4,01 15,60 0, ,00 4, **) ,49-2,75 15,59-0, ,13-2, **) ,80 0,53 15,87 1, ,48 2, **) ,11 0,53 16,15 1, ,84 2, **) ,42 0,52 16,43 1, ,19 2,13 Rata-rata Keterangan : *) Angka Ramalan I **) Angka Proyeksi Pusdatin 0,57 1,16 1,53 Prospek bagus ini secara otomatis berimbas pada peningkatan produksi kedelai pada tahun 2017 sampai 2019, meskipun tahun 2016 produksi mengalami penurunan. Pada tahun 2016 produksi diperkirakan masih di bawah angka satu juta ton, yaitu sebesar 969,52 ribu ton. Berdasarkan peningkatan luas panen dan produktivitas tahun , maka produksi kedelai tahun 2017 diperkirakan naik menjadi 991,12 ribu ton, tahun 2018 sebesar 1,01 juta ton, dan tahun 2019 sebesar 1,03 juta ton. Secara agregat luas panen, produktivitas, dan produksi kedelai di Indonesia akan mengalami pertumbuhan positif pada 5 (lima) tahun ke depan. Pada kurun waktu , luas panen akan meningkat rata-rata pertahun sebesar 0,57%, produktivitas naik 1,16%, dan produksi naik sebesar 1,53% (Tabel 5). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49

68 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «5.2. Permintaan Kedelai Proyeksi permintaan kedelai pada analisis ini dihitung berdasarkan data ketersediaan konsumsi nasional (NBM) bersumber dari BKP Kementan dan diproyeksikan sampai dengan empat tahun ke depan ( ). Total permintaan merupakan hasil perkalian ketersediaan per kapita untuk konsumsi per tahun dikalikan data jumlah penduduk tengah tahun yang diterbitkan BPS. Hasil proyeksi memperkirakan besarnya permintaan kedelai per kapita pada tahun akan terus meningkat hingga tahun 2018, menjadi sebesar 11,07 kg/kapita/tahun. Setahun kemudian sedikit turun sebesar 0,60% menjadi 11,00kg/kapita/tahun. Secara agregat pada periode ini ketersediaan konsumsi kedelai nasional rata-rata mengalami peningkatan sebesar 4,99% per tahun. Rincian hasil proyeksi disajikan pada Tabel 6 di bawah. Tabel 7.Proyeksi Ketersediaan Konsumsi KedelaiTahun Tahun Ketersediaan Konsumsi Pertumbuhan Jumlah Penduduk Pertumbuhan Ketersediaan Konsumsi Pertumbuhan ( Kg/kap/thn) (%) (Jiwa) (%) Nasional (Ton) (%) , , *) 9,10 5, , ,84 6, **) 9,98 9, , ,02 11, **) 10,75 7, , ,96 9, **) 11,07 2, , ,20 4, **) 11,00-0, , ,99 0,76 Rata-rata 4,99 1,35 6,41 Sumber : BKP Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Proyeksi Pusdatin 50 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

69 Outlook Kedelai 2015 «Proyeksi kebutuhan kedelai nasional tahun 2016 diperkirakan mencapai 2,58 juta ton. Tiga tahun berikutnya terus mengalami peningkatan walaupun sedikit, masing-masing menjadi 2,82juta ton di tahun 2017, tahun 2018 sebesar 2,95 juta ton, dan tahun 2019 menjadi 2,97 juta to. Rata-rata pertumbuhan kebutuhan kedelai nasional pada periode tersebut sebesar 6,41% per tahun (Tabel 4). 5.3 Neraca Kedelai Pada periode diperkirakan defisit pasokan kedelai Indonesia akan semakin membengkak, setelah menghitung angka kebutuhan dan mempertimbangkan kemampuan produksi kedelai dalam negeri. Pada tahun 2016 diperkirakan kekurangan pasokan kedelai akan mencapai 1,61 juta ton, naik 21,65% dari tahun Peningkatan defisit ini diperkirakan akan berkelanjutan sampai tahun 2019, meskipun pada periode yang sama prediksi produksi meningkat namun laju pertumbuhan produksi lebih rendah dari laju konsumsi nasional. Pada tahun 2019 defisit pasokan kedelai diperkirakan mendekati angka 2 juta ton, yakni sebesar 1,93 juta ton atau naik 0,05% dari tahun 2018 yang mengalami defisit sebesar 1,93 juta ton (Tabel 7). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 51

70 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Tabel 8. Proyeksi Neraca Kedelai Tahun Tahun Konsumsi Nasional Pertumbuhan Produksi Pertumbuhan Surplus/Defisit (Ton) (%) (Ton) (%) (Ton) , , , *) ,84 6, ,00 4, , **) ,02 11, ,13-2, , **) ,96 9, ,48 2, , **) ,20 4, ,84 2, , **) ,99 0, ,19 2, ,80 Rata-rata 6,41 1,53 Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Proyeksi Pusdatin Kekurangan pasokan kedelai yang cukup besar dari tahun ke tahun dipenuhi dari impor. Besaran volume impor selalu mengikuti tingginya defisit kedelai dalam negeri. Diharapkan beberapa tahun ke depan peningkatan produksi tercapai dan kedaulatan pangan terealisasi sehingga akan meminimalisir ketergantungan pada impor. Seiring bergulirnya program pemerintah untuk mencapai kedaulatan pangan, yang didalamnya terikut program-program/bantuan sarana prasarana peningkatan produksi pertanian. Pencanangan program kedaulatan pangan diharapkan memberikan ekses positif kepada petani sehingga petani bergairah kembali untuk bercocok tanam. 52 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

71 Outlook Kedelai 2015 «VI. KESIMPULAN 1. Perkembangan luas panen kedelai di Indonesia cukup fluktuatif dan cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 0,62% per tahun selama periode Luas panen kedelai tahun 2015 mencapai 640,35 ribu hektar atau meningkat 4,01% dibandingkan tahun Perkembangan produktivitas kedelai di Indonesia berfluktuasi dengan rata-rata pertumbuhan 1,70% per tahun selama periode Produktivitas kedelai tahun 2015 sebesar 15,60 ku/ha atau meningkat 0,58% dibandingkan tahun Perkembangan produksi kedelai di Indonesia rata-rata tumbuh 2,52% per tahun selama periode Produksi kedelai tahun 2015 sebesar 998,87 ribu ton, naik 18,12% dibandingkan tahun Produksi kedelai terkonsentrasi di Pulau Jawa, periode kontribusi terhadap produksi nasional mencapai 65,73% atau sebesar 582,11 ribu ton. 5. Rata-rata ketersediaan konsumsi per kapita kedelai masyarakat Indonesia tahun 2014 sebesar 8,65 kg/kapita/tahun. 6. Keseimbangan penawaran dan permintaan kedelai di Indonesia periode mengalami peningkatan defisit rata-rata sebesar 9,86% per tahun. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 53

72 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 54 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

73 Outlook Kedelai 2015 «DAFTAR PUSTAKA Anonim Alih Fungsi Lahan Pertanian di Indonesia 80 Ribu Hektar Per Tahun. Ariani, M Analisis Konsumsi Pangan Tingkat Masyarakat Mendukung Pencapaian Diversifikasi Pangan, Departemen Pertanian Profil Kedelai (Glicine max). Buku 1. Direktorat Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan Departemen Pertanian, Jakarta. Kementerian Pertanian Rencana Strategis Pembangunan Tanaman Pangan Tahun Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta suswono-70-kebutuhan-kedelai-di-indonesia-dari-impor Nainggolan, DR. Ir. Kaman Melawan Kelaparan dan Kemiskinan Abad ke-21. Kekal Pres. Bogor Sembiring RK Analisis Regresi. Edisi Kedua. Penerbit ITB. Bandung. Statsoft Time Series Analysis. [terhubung berkala]. statsoft.com/ textbook/stct.html [19 September 2009]. Statsoft Regression. [terhubung berkala]. statsoft.com/ textbook/stct.html [19 September 2009]. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 55

74 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 56 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

75 Outlook Kedelai 2015 «LAMPIRAN Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 57

76 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 58 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

77 Outlook Kedelai 2015 «LAMPIRAN I Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai di Indonesia, Luas Panen Produktivitas Produksi Tahun Pertumb. (000 Ha) Pertumb. (%) (Ku/Ha) (%) (000 Ton) Pertumb. (%) ,73 7,17 497, ,63-2,17 7,59 5,87 515,64 3, ,50 2,63 7,43-2,07 518,23 0, ,66 6,62 7,28-2,08 541,04 4, ,50 1,32 7,82 7,49 589,24 8, ,69-0,24 7,85 0,34 589,83 0, ,34-14,02 8,07 2,88 521,78-11, ,12-0,03 8,09 0,23 522,82 0, ,14 13,47 8,41 3,94 616,60 17, ,49 7,00 8,67 3,04 679,83 10, ,35-6,65 8,91 2,86 652,76-3, ,98 10,60 8,69-2,51 703,81 7, ,79-24,96 8,58-1,27 521,39-25, ,88 5,28 8,38-2,34 536,10 2, ,85 34,22 8,96 6,92 769,38 43, ,22 4,35 9,70 8,33 869,72 13, ,77 39,90 9,78 0, ,73 41, ,57-12,22 10,55 7, ,96-5, ,36 6,98 10,79 2, ,42 9, ,10 1,76 10,98 1, ,11 3, ,10 11,35 11,15 1, ,43 13, ,20 2,56 11,37 1, ,45 4, ,71 21,74 11,22-1, ,71 20, ,21-11,74 11,62 3, ,53-8, ,92-4,30 11,12-4, ,85-8, ,43 5,01 11,37 2, ,01 7, ,29-13,41 11,86 4, ,18-9, ,08-12,52 12,13 2, ,89-10, ,07-2,15 11,92-1, ,64-3, ,08 5,11 12,01 0, ,85 5, ,48-28,37 12,34 2, ,63-26, ,85-17,66 12,18-1,31 826,93-18, ,52-19,79 12,36 1,47 673,06-18, ,80-3,26 12,75 3,14 671,60-0, ,16 7,28 12,80 0,41 723,48 7, ,54 9,98 13,01 1,59 808,35 11, ,53-6,60 12,88-0,97 747,61-7, ,12-20,91 12,91 0,23 592,53-20, ,96 28,72 13,13 1,70 775,71 30, ,79 22,31 13,48 2,67 974,51 25, ,82-8,57 13,73 1,85 907,03-6, ,25-5,84 13,68-0,36 851,29-6, ,62-8,78 14,85 8,55 843,15-0, ,79-2,96 14,16-4,65 779,99-7, ,69 11,78 15,51 9,53 955,00 22, *) 640,35 4,01 15,60 0,58 998,87 4,59 Rata-rata Pertumbuhan (%) ,62 1,70 2, ,36 2,73 2,49 Sumber : Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Keterangan : *) Angka Ramalan I Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 59

78 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Lampiran 2. Perkembangan Luas Panen Kedelai, di Jawa dan Luar Jawa, Lampiran 2. Perkembangan Luas Panen Kedelai, di Jawa dan Luar Jawa, Tahun Luas Panen (000 Ha) Jawa Pertumb. (%) Luar Jawa Pertumb. (%) Indonesia Pertumb. (%) ,72 98,02 694, ,50-2,55 98,13 0,12 679,63-2, ,05 0,10 115,45 17,65 697,50 2, ,44 2,82 145,22 25,78 743,66 6, ,98 2,26 141,52-2,55 753,50 1, ,08-1,78 150,61 6,42 751,69-0, ,10-16,97 147,24-2,24 646,34-14, ,26 3,64 128,87-12,48 646,12-0, ,12 14,86 139,02 7,88 733,14 13, ,56 4,28 164,93 18,63 784,49 7, ,50-5,34 145,85-11,57 732,35-6, ,64 11,28 157,34 7,88 809,98 10, ,33-29,16 145,46-7,55 607,79-24, ,95 2,73 164,93 13,38 639,88 5, ,79 30,07 241,07 46,17 858,85 34, ,76-5,83 314,46 30,44 896,22 4, ,82 26,14 519,95 65, ,77 39, ,47-16,40 487,10-6, ,57-12, ,41 7,00 520,95 6, ,36 6, ,18 3,77 516,92-0, ,10 1, ,66 6,53 608,44 17, ,10 11, ,67-2,07 657,53 8, ,20 2, ,65 23,78 786,06 19, ,71 21, ,16-12,79 703,04-10, ,21-11, ,73-5,40 681,19-3, ,92-4, ,87 6,08 707,57 3, ,43 5, ,92-3,50 536,37-24, ,29-13, ,07-6,58 425,01-20, ,08-12, ,78-3,64 426,29 0, ,07-2, ,10 5,43 445,98 4, ,08 5, ,14-21,55 271,34-39,16 824,48-28, ,08-15,38 210,77-22,33 678,85-17, ,80-15,23 147,73-29,91 544,52-19, ,35-5,66 152,45 3,20 526,80-3, ,48 2,71 180,68 18,52 565,16 7, ,87 10,25 197,67 9,40 621,54 9, ,57-7,86 189,97-3,90 580,53-6, ,69-16,61 133,43-29,76 459,12-20, ,78 19,68 201,18 50,78 590,96 28, ,48 18,14 262,31 30,39 722,79 22, ,59-4,54 221,23-15,66 660,82-8, ,18-8,06 218,07-1,43 622,25-5, ,04-5,48 185,59-14,90 567,62-8, ,80-10,27 208,00 12,08 550,79-2, ,99 10,56 236,70 13,80 615,69 11, *) 371,94-1,86 268,41 13,40 640,35 4,01 Rata-rata Pertumbuhan (%) ,53 3,72 0, ,02 4,59-0,36 Sumber : Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Keterangan :*) Angka Ramalan I 60 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

79 Outlook Kedelai 2015 «Lampiran 3. Perkembangan Produksi Kedelai, di Jawa dan Luar Jawa, Tahun Produksi (000 Ton) Jawa Pertumb. (%) Luar Jawa Pertumb. (%) Indonesia Pertumb. (%) ,26 68,63 497, ,73 5,24 63,91-6,87 515,64 3, ,65-1,13 71,58 12,00 518,23 0, ,44-1,61 101,60 41,93 541,04 4, ,17 4,03 132,07 29,99 589,24 8, ,66 2,30 122,17-7,50 589,83 0, ,07-13,17 115,71-5,29 521,78-11, ,46 3,05 104,36-9,81 522,82 0, ,53 21,52 108,07 3,56 616,60 17, ,02 7,18 134,81 24,74 679,83 10, ,64-3,01 124,12-7,92 652,76-3, ,39 9,60 124,42 0,24 703,81 7, ,93-30,46 118,47-4,79 521,39-25, ,13-0,94 136,98 15,63 536,10 2, ,81 41,51 204,57 49,35 769,38 43, ,03 5,00 276,69 35,25 869,72 13, ,92 20,55 511,81 84, ,73 41, ,70-8,14 504,26-1, ,96-5, ,41 13,20 527,01 4, ,42 9, ,43 7,00 519,69-1, ,11 3, ,81 9,85 613,63 18, ,43 13, ,53-0,49 685,93 11, ,45 4, ,43 24,14 790,28 15, ,71 20, ,95-11,53 753,58-4, ,53-8, ,53-12,40 728,32-3, ,85-8, ,95 8,18 775,06 6, ,01 7, ,56 1,39 599,62-22, ,18-9, ,14-4,51 480,76-19, ,89-10, ,25-5,24 475,39-1, ,64-3, ,35 6,76 496,50 4, ,85 5, ,45-19,62 305,18-38, ,63-26, ,17-17,59 239,77-21,44 826,93-18, ,59-14,40 170,47-28,90 673,06-18, ,15-2,87 183,45 7,62 671,60-0, ,20 2,88 221,28 20,62 723,48 7, ,23 12,15 245,13 10,78 808,35 11, ,43-7,95 229,19-6,50 747,61-7, ,99-18,02 167,55-26,89 592,53-20, ,00 22,12 256,71 53,22 775,71 30, ,84 24,63 327,67 27,64 974,51 25, ,21-2,11 273,82-16,44 907,03-6, ,12-9,33 277,17 1,22 851,29-6, ,64 5,14 239,51-13,59 843,15-0, ,95-13,53 258,04 7,73 779,99-7, ,16 19,20 332,84 28,99 955,00 22, *) 623,46 0,21 375,41 12,79 998,87 4,59 Rata-rata Pertumbuhan (%) ,43 5,47 2, ,34 7,43 2,49 Sumber : Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Keterangan : *) Angka Ramalan I Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 61

80 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Lampiran 4. Perkembangan Produktivitas Kedelai, di Jawa dan Luar Jawa, Tahun Jawa Pertumb. (%) Luar Jawa Pertumb. (%) Indonesia Pertumbuh. (%) ,19 7,00 7, ,77 7,99 6,51-6,98 7,59 5, ,67-1,22 6,20-4,80 7,43-2, ,34-4,31 7,00 12,84 7,28-2, ,47 1,73 9,33 33,39 7,82 7, ,78 4,15 8,11-13,08 7,85 0, ,14 4,57 7,86-3,12 8,07 2, ,09-0,56 8,10 3,04 8,09 0, ,56 5,80 7,77-4,01 8,41 3, ,80 2,77 8,17 5,15 8,67 3, ,01 2,46 8,51 4,12 8,91 2, ,88-1,51 7,91-7,08 8,69-2, ,72-1,83 8,14 2,98 8,58-1, ,40-3,58 8,31 1,98 8,38-2, ,14 8,79 8,49 2,18 8,96 6, ,19 11,50 8,80 3,68 9,70 8, ,74-4,43 9,84 11,87 9,78 0, ,70 9,88 10,35 5,17 10,55 7, ,33 5,80 10,12-2,28 10,79 2, ,68 3,11 10,05-0,62 10,98 1, ,04 3,12 10,09 0,32 11,15 1, ,24 1,61 10,43 3,44 11,37 1, ,27 0,29 10,05-3,62 11,22-1, ,45 1,44 10,72 6,61 11,62 3, ,53-7,40 10,69-0,25 11,12-4, ,75 1,98 10,95 2,45 11,37 2, ,35 5,07 11,18 2,06 11,86 4, ,62 2,21 11,31 1,18 12,13 2, ,41-1,65 11,15-1,41 11,92-1, ,57 1,26 11,13-0,17 12,01 0, ,88 2,46 11,25 1,03 12,34 2, ,54-2,61 11,38 1,15 12,18-1, ,67 0,97 11,54 1,44 12,36 1, ,04 2,95 12,03 4,28 12,75 3, ,06 0,17 12,25 1,78 12,80 0, ,29 1,73 12,40 1,26 13,01 1, ,27-0,13 12,06-2,75 12,88-0, ,05-1,66 12,56 4,15 12,91 0, ,32 2,07 12,76 1,59 13,13 1, ,05 5,48 12,49-2,12 13,48 2, ,16 0,75 12,31-1,41 13,73 1, ,55-4,31 12,29-0,15 13,68-0, ,80 16,64 12,91 5,00 14,85 8, ,23-3,61 12,41-3,87 14,16-4, ,42 7,81 14,06 13,30 15,51 9, *) 16,76 2,07 13,99-0,50 15,60 0,58 Rata-rata Pertumbuhan (%) ,91 1,58 1, ,72 2,76 2,73 Sumber Produktivitas (Ku/Ha) : Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Keterangan : *) Angka Ramalan I 62 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

81 Outlook Kedelai 2015 «Lampiran 5. Provinsi Sentra Produksi Kedelai di Indonesia, No. Provinsi *) Rata2 Share (%) Kumulatif (%) (Ton) Rata-rata Pertumb. (%) 1 Jawa Timur ,74 39,74-1,04 2 Jawa Tengah ,03 53,76 6,44 3 Nusa Tenggara Barat ,65 64,41 7,67 4 Jawa Barat ,76 73,17 23,95 5 Aceh ,96 79,13 3,29 6 Sulawesi Selatan ,06 84,19 14,15 7 DI. Yogyakarta ,21 87,40-5,66 Lainnya ,60 100,00 7,72 Indonesia ,00 Sumber : Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Keterangan : *) Angka Ramalan I Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 63

82 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Lampiran 6. Perkembangan Konsumsi (Susenas) dan Ketersediaan (NBM) per Kapita, Tahun Ketersediaan (Kg/Kapita/Tahun) Pertumb.(%) Konsumsi (Kg/Kapita/Tahun) Pertumb.(%) , ,18-4, ,05-1, ,09 0, ,98-19, ,32-29, ,29 94, ,4-15, ,76-44, ,68 50,69 8, ,89-9,10 7,98-4, ,58-3,93 7,22-9, ,75 2,24 7,79 7, ,11-8,26 8,30 6, ,09-0,28 8,63 3, ,56 6,63 7,67-11, ,73 15,48 7,16-6, ,76 11,80 7,01-2, ,91 11,78 7,56 7, ,06-7,79 7,12-5, ,83-12,23 7,15 0, *) 8,65-2,04 7,13-0,27 Rata2 9,07 1,67 7,62-1,15 Sumber : BPS (Susenas)danKementan (NBM-BKP) Keterangan:*) Angka Sementara 64 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

83 Outlook Kedelai 2015 «Lampiran 7. Perkembangan Harga Produsen dan Harga Konsumen Kedelai di Indonesia, Harga Harga Pertumb. Tahun Produsen Konsumen Pertumb. Margin Pertumb. (RP/Kg) (%) (RP/Kg) (%) (Rp/Kg) (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) , , ,64 Rata-rata Pertumbuhan ,56 10,51-20, ,83 12,72 19, ,55 2,31-7,03 Sumber : BPS dan Kemendag Keterangan: *) Estimasi Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 65

84 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Lampiran 8. Perkembangan Volume Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Kedelai di Indonesia, Tahun Ekspor Pertumbuhan Impor Pertumbuhan Neraca Pertumbuhan (Ton) (%) (Ton) (%) (Ton) (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,75 Rata-rata pertumbuhan (%) ,58 18,62 8, ,91 3,94 3,95 Sumber: BPS diolah oleh Pusdatin 66 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

85 Outlook Kedelai 2015 «Lampiran 9. Perkembangan Nilai Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Kedelai di Indonesia, Tahun Ekspor Pertumbuhan Impor Pertumbuhan Neraca (US$) (%) (US$) (%) (000 US$) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Rata-rata pertumbuhan (%) ,89 23, ,03 73,60 Sumber: BPS diolah oleh Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 67

86 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Lampiran 10. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai Dunia, Tahun Tahun Luas Panen Pertumbuhan Produksi Pertumbuhan Produktivitas Pertumbuhan (000 Ha) (%) (000 Ton) (%) (Ku/Ha) (%) , , ,88 11,38 0, , ,01 11,56 1, , ,09 11,32-2, , ,03 12,28 8, , ,85 13,72 11, , ,18 13,49-1, , ,19 14,35 6, , ,32 14,52 1, , ,12 14,80 1, , ,40 15,19 2, , ,59 14,90-1, , ,42 15,85 6, , ,18 14,08-11, , ,05 16,57 17, , ,66 15,44-6, , ,67 17,56 13, , ,16 16,26-7, , ,56 17,49 7, , ,63 16,00-8, , ,24 17,54 9, , ,06 17,59 0, , ,74 16,20-7, , ,20 17,14 5, , ,46 19,06 11, , ,63 18,20-4, , ,99 19,05 4, , ,57 17,05-10, , ,68 18,29 7, , ,12 18,96 3, , ,73 18,79-0, , ,79 20,38 8, , ,59 19,35-5, , ,50 21,83 12, , ,96 20,31-6, , ,56 21,31 4, , ,87 21,57 1, , ,93 22,56 4, , ,47 21,90-2, , ,23 21,69-0, , ,51 23,21 7, , ,93 23,01-0, , ,94 22,79-0, , ,80 22,44-1, , ,40 23,18 3, , ,45 23,29 0, , ,01 24,37 4, , ,25 23,97-1, , ,40 22,49-6, , ,63 25,78 14, , ,17 25,23-2, , ,94 22,98-8, , ,62 24,84 8,07 Rata - Rata Pertumbuhan ,11 4,98 1, ,33 4,70 2, ,28 4,36 1, ,97 4,06 1,07 Sumber: FAO 68 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

87 Outlook Kedelai 2015 «Lampiran 11. Negara Sentra Produksi Kedelai Dunia dan Indonesia, (000 Ton) No. Negara Tahun Rerata Share Kumulatif Rata-rata (%) (%) Pertban (%) 1 USA ,54 34,54-0,36 2 Brazil ,49 62,03 10,20 3 Argentina ,51 79,54 16,94 4 China ,53 85,07-4,35 5 India ,85 89,92 6,31 6 Paraguay ,61 92,53 41, Indonesia ,34 92,88-5,38 Lainnya ,12 100,00 Dunia Sumber: FAO Lampiran 12. Perkembangan Luas Panen Kedelai di Negara Sentrai Dunia dan Indonesia, No. Negara (000 Ha) Tahun Share Kumulatif Rata-rata Rerata (%) (%) Pertban (%) 1 USA ,35 29,35-0,14 2 Brazil ,34 52,69 6,44 3 Argentina ,36 70,05 3,94 4 India ,06 80,11 5,93 5 China ,46 87,57-7,84 6 Paraguay ,69 90,26 4, Indonesia ,60 90,86-6,55 Lainnya ,14 100,00 8,97 Dunia ,89 Sumber: FAO Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 69

88 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Lampiran 13. Negara dengan Produktivitas Kedelai Tertinggi Dunia dan Indonesia, No. Negara (Ku/Ha) Tahun Rata-rata Rerata Pertban (%) 1 Turki 36,57 36,87 38,70 36,39 41,61 38,03 3,54 2 Itali 34,76 34,64 34,02 27,59 35,07 33,22 1,52 3 Mesir 31,25 28,45 31,20 28,57 28,75 29,64-1,77 4 USA 29,58 29,22 28,20 26,64 29,15 28,56-0,21 5 Brazil 26,37 29,48 31,21 26,37 29,32 28,55 3,34 6 Canada 25,35 29,42 27,53 30,29 28,57 28,23 3, Indonesia 13,48 13,73 13,59 14,85 14,16 13,96 1,37 Sumber: FAO Dunia 22,55 25,78 25,23 22,98 24,84 24,28 2,84 Lampiran 14. Perkembangan Harga Kedelai Terbesar Dunia di 10 (Sepuluh) Negara, No. (US $/ton) Tahun Rata-rata Rerata Pertban (%) 1 Suriname 2.116, , , , , ,54 11,80 2 Japan 1.539, , , , , ,28-3,64 3 Laos 772,40 830,40 958,80 773,60 865,00 840,04 3,87 4 Albania 834,40 737,90 674,40 743,80 693,50 736,80-4,16 5 Indonesia 640,50 638,10 738,60 827,50 800,90 729,12 6,05 6 China 500,80 582,70 738,60 803,40 841,50 693,40 14,16 7 Cambodia 750,60 572,80 595,10 716,10 710,70 669,06-0,05 8 Peru 608,70 554,80 631,20 694,50 856,10 669,06 9,55 9 Venezuela 606,20 604,70 689,90 641,00 657,30 639,82 2,32 10 Rwanda 661,90 639,10 588,50 633,90 644,80 633,64-0,48 Sumber:FAO Negara 70 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

89 Outlook Kedelai 2015 «Lampiran 15. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Dunia, Volume Ekspor Pertumbuhan Volume Impor Pertumbuhan Tahun (Ton) (%) (Ton) (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Rata-rata ,76 6, ,52 6, ,38 5, ,74 6,84 Sumber: FAO Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 71

90 Outlook Komoditas Kedelai 2015 «Lampiran 16. Negara Pengekspor Kedelai Terbesar Dunia, (000 Ton) No. Negara Share Kumulatif Rata-rata Rerata (%) (%) Pertban (%) 1 USA ,75 43,75 8,14 2 Brazil ,11 76,86 7,57 3 Argentina ,46 87,32 22,56 4 Paraguay ,20 91,52 11,99 5 Canada ,95 94,47 19, Indonesia ,001 94,47 74,15 Lainnya ,79 119,26 432,95 Dunia ,63 Sumber : FAO Lampiran 17. Perkembangan Nilai Ekspor Kedelai 5 (Lima) Negara Terbesar Dunia, No. Negara (000 US$) Tahun Share Kumulatif Rata-rata Rerata (%) (%) Pertban (%) 1 USA ,19 43,19 42,98 2 Brazil ,84 76,03 42,67 3 Argentina ,70 86,74 146,44 4 Paraguay ,27 91,01 104,06 5 Canada ,05 94,06 57, Indonesia ,001 94,06-11,92 Sumber : FAO Lainnya ,73 100,79 57,71 Dunia ,04 72 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

91 Outlook Kedelai 2015 «Lampiran 18. Perkembangan Volume Impor Kedelai 10 (Sepuluh) Negara Terbesar Dunia, (000 Ton) No. Negara Tahun Share Kumulatif Rata-rata Rerata (%) (%) Pertban (%) 1 China ,88 51,88 14,91 2 Belanda ,25 56,13-6,48 3 Meksiko ,20 60,33-1,63 4 Jepang ,18 64,51-8,90 5 Jerman ,02 68,53-3,41 6 Spanyol ,63 72,16 4,45 7 Taiwan ,78 74,94 0,62 8 Thailand ,05 76,99 7,27 9 Indonesia ,04 79,03 4,20 10 Itali ,75 80,77-4,00 Sumber : FAO Lainnya ,23 100,00-3,44 Dunia ,49 Lampiran 19. Perkembangan Nilai Impor Kedelai 8 (Delapan) Negara Terbesar Dunia, (Juta $) No. Tahun Share Kumulatif Rata-rata Rerata (%) (%) Pertban (%) 1 China ,99 52,99 32,07 2 Belanda ,67 57,66 4,97 3 Meksiko ,88 61,54 8,49 4 Jepang ,84 65,38 13,67 5 Jerman ,84 69,22 11,81 6 Spanyol ,51 72,73 22,73 7 Taiwan ,76 75,49 11,56 8 Thailand ,06 77,55 25,16 9 Indonesia ,93 79,48 29,53 10 Itali ,66 81,14 9,51 Sumber : FAO Negara Lainnya ,86 100,00 11,35 Dunia ,77 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 73

92

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 85 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 85 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kedelai PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KEDELAI ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku :

Lebih terperinci

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 82 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 82 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Jagung PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN JAGUNG ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku :

Lebih terperinci

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 102 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 102 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Jagung PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN JAGUNG ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku : 10,12

Lebih terperinci

PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN Outlook Komoditas Pertanian Padi PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PADI ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kacang Tanah PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KACANG TANAH ISSN : 1907 1507 Ukuran

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kacang Tanah PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KACANG TANAH ISSN : 1907 1507 Ukuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN:

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS ISSN 1907-1507 OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK KAPAS

Lebih terperinci

PREDIKSI PENAWARAN DAN PERMINTAAN KEDELAI DENGAN ANALISIS DERET WAKTU

PREDIKSI PENAWARAN DAN PERMINTAAN KEDELAI DENGAN ANALISIS DERET WAKTU PREDIKSI PENAWARAN DAN PERMINTAAN KEDELAI DENGAN ANALISIS DERET WAKTU Prediction of Soybeans s Supply and Demand Using Time Series Analysis Wieta B. Komalasari Statistisi pada Pusat Data dan Informasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dimana dalam pemenuhannya menjadi tanggung

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman sebagai

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI ISSN 1907-1507 Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian i ii ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 89 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, M.Si. Penyunting : Dr.

Lebih terperinci

KETERANGAN TW I

KETERANGAN TW I 1 2 2 KETERANGAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 - TW I Distribusi/Share Terhadap PDB (%) 3.69 3.46 3.55 3.48 3.25 3.41 4.03 Distribusi/Share Terhadap Kategori Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan.  [10 II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi tinjauan komoditas kedelai, khususnya peranan kedelai sebagai sumber protein nabati bagi masyarakat. Tidak hanya itu, kedelai juga ditinjau

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI TOMAT

OUTLOOK KOMODITI TOMAT ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung adalah salah satu komoditas yang penting di Indonesia setelah beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber pangan penduduk yang tersebar

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

OUTLOOK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK  Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN: 1907-1507 Ukuran Buku Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI KAYU ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis di Indonesia. Arti strategis tersebut salah satunya terlihat dari banyaknya kedelai yang diolah menjadi berbagai

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN Outlook Komoditas Perkebunan 2007 «OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN Pusat Data Dan Informasi Pertanian Departemen Pertanian 2007 Pusat Data dan Informasi Pertanian i » Outlook Komoditas Perkebunan

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian ISSN 1907-1507 OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016 OUTLOOK JERUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. olahan seperti: tahu, tempe, tauco, oncom, dan kecap, susu kedelai, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. olahan seperti: tahu, tempe, tauco, oncom, dan kecap, susu kedelai, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L)) merupakan komoditas strategis di Indonesia. Kedelai adalah salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 OUTLOOK TEH ISSN 1907-1507 2015 OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK TEH ii Pusat

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Outlook Komoditas Daging Sapi 2015 «OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Penawaran Kedelai Dunia Penawaran kedelai dunia mengalami perkembangan yang sangat pesat setiap tahunnya mengikuti deret pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya konsumsi

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA ISSN 1907-1507 OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK LADA ii

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG » Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Volume 1 No. 1, 2009 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik tetapi kontradiktif dalam sistem usaha tani di Indonesia. Luas pertanaman kedelai kurang dari lima persen dari seluruh

Lebih terperinci

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI JAHE

OUTLOOK KOMODITI JAHE ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI JAHE 2014 OUTLOOK KOMODITI JAHE Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2014

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI TEBU

OUTLOOK KOMODITI TEBU ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI TEBU 2014 OUTLOOK KOMODITI TEBU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, kebutuhan jagung di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering

Lebih terperinci

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN I. PENDAHULUAN 1. Salah satu target utama dalam Rencana Strategis

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian ISSN 1907-1507 OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI KAYU ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Kebijakan 1 Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Ada dua pendapat mengenai faktor penyebab kenaikan harga beras akhirakhir ini yaitu : (1) stok beras berkurang;

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS ISSN 1907-1507 OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK NENAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Letaknya yang secara geografis dilalui oleh garis khatulistiwa menjadikan Indonesia memiliki iklim tropis yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK KELAPA ISSN SAWIT 1907-15072016 OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 2 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI KAKAO

OUTLOOK KOMODITI KAKAO ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI KAKAO 2014 OUTLOOK KOMODITI KAKAO Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. commit to user

I. PENDAHULUAN. commit to user digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas,

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA 5.1. Sejarah Perkembangan Kedelai Indonesia Sejarah masuknya kacang kedelai ke Indonesia tidak diketahui dengan pasti namun kemungkinan besar dibawa

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT ISSN 1907-1507 2014 OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan penduduk yang pesat. Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tanaman Pangan merupakan komoditas penting dan strategis, karena pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia, hal

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA. Oleh :

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA. Oleh : LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Nizwar Syafa at Prajogo Utomo Hadi Dewa K. Sadra Erna Maria Lokollo Adreng Purwoto Jefferson Situmorang Frans

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian yang mempunyai peranan yang strategis dan penting adalah sektor tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan pokok

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN TELUR ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI CENGKEH

OUTLOOK KOMODITI CENGKEH ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI CENGKEH 2014 OUTLOOK KOMODITI CENGKEH Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini memberikan andil terhadap perbaikan gizi masyarakat, khususnya protein hewani yang sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 3 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL, KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik tapi kontradiktif dalam sistem usahatani di Indonesia. Luas pertanaman kedelai kurang dari lima persen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan merupakan bagian dari hak asasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG 67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 4 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia. Berdasarkan luas panen di Indonesia kedelai menempati urutan ketiga sebagai tanaman palawija setelah

Lebih terperinci

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) P R O S I D I N G 58 Fahriyah 1*, Rosihan Asmara 1 1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya *E-mail ria_bgl@yahoo.com

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 83 V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 5.1. Luas Areal Perkebunan Tebu dan Produktivitas Gula Hablur Indonesia Tebu merupakan tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tujuan penanaman tebu adalah untuk

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 2 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VII Nomor 1 Tahun 2015 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Buletin Konsumsi Pangan

KATA PENGANTAR. Buletin Konsumsi Pangan KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 menerbitkan Buletin Konsumsi Pangan yang terbit setiap triwulan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Serta Proyeksinya 5.1.1.1 Produksi Produksi rata - rata ubi kayu di sampai dengan tahun 2009 mencapai

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI PISANG

OUTLOOK KOMODITI PISANG ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI PISANG 2014 OUTLOOK KOMODITI PISANG Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi 1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)

Lebih terperinci