MARKET BRIEF: Ubi Kayu, Ubi Jalar & Talas Atase Perdagangan Tokyo. [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo]
|
|
- Liani Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 213 2 MARKET BRIEF: Ubi Kayu, Ubi Jalar & Talas Atase Perdagangan Tokyo [HS 714 Manioc, arrowroot, salep, Jerusalem artichokes, sweet potatoes and similar roots and tubers with high starch or inulin content, fresh, chilled, frozen or dried, whether or not sliced or in the form of pellets; sago pith] [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo]
2 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] Daftar Isi Kata Pengantar 2 Peta Jepang 3 I. Pendahuluan Pemilihan Produk Profil Jepang 7 II. Potensi Pasar Jepang Ekspor Impor Produk HS 714 Jepang - Dunia Potensi Pasar Produk HS 714 di Jepang Kebijakan Impor Produk HS 714 di Jepang Saluran Distribusi Produk HS 714 di Jepang Hambatan Lainnya 19 III. Peluang dan Strategi Peluang Strategi 22 IV. Informasi Penting 27 Referensi 31 1
3 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] Kata Pengantar Dengan ucapan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, laporan yang berjudul "Market Brief HS 714 Ubi Kayu, Ubi Jalar, dan Talas" telah selesai disusun. Laporan ini memberikan gambaran potensi pasar produk ubi kayu, ubi jalar (satsuma imo), dan talas (sato imo) di Jepang dengan mengacu pada "Outline Market Brief" yang telah ditetapkan. Adapun latar belakang dibuatnya laporan ini adalah adanya dinamika perkembangan pasar dimana tingkat persaingan dengan negara-negara pemasok menjadi semakin kompetitif. Oleh karena itu, agar Indonesia dapat meningkatkan daya saing terutama dalam hal ekspor produk pertanian ke Jepang, maka diperlukan informasi terkini terkait kondisi riil produk HS 714 yang potensial bagi peningkatan ekspor non migas Indonesia. Semoga laporan market brief produk HS 714 ini dapat bermanfaat bagi pelaku usaha, eksportir pemula, pemangku kepentingan serta pihak terkait terutama dalam menentukan strategi pemasaran dan pengambilan kebijakan terkait peningkatan ekspor khususnya produk pertanian ke pasar Jepang. Tokyo, Pebruari 213 2
4 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] PETA JEPANG 3
5 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemilihan Produk Produk HS 714, seperti ubi jalar (dalam bahasa Jepang: satsuma imo, atau kansho) dan talas, khususnya talas Jepang (dalam bahasa Jepang: sato imo) sangat banyak dikonsumsi oleh masyarakat Jepang. Diperkirakan masyarakat Jepang mengkonsumsi lebih dari 1 juta ton ubi jalar per tahunnya. Definisi HS 714 dalam Buku Tarif Kepabeanan Indonesia 212 adalah "Ubi kayu, arrowroot, salep, Jerusalem artichokes, ubi jalar serta akar-akaran dan bonggol-bonggolan semacam itu yang mengandung banyak pati atau inulin, segar, dingin, beku atau dikeringkan, dalam bentuk irisan maupun tidak atau dalam bentuk pelet; empulur sagu." Produk turunan HS 714 berdasarkan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia 212 dapat dilihat dalam Tabel 1.1. Tabel 1.1 Komoditi Turunan HS 714 HS Code Deskripsi Description Ubi Kayu (cassava) Manioc (cassava) Ubi Jalar Sweet Potatoes Ubi Rambat (Dioscorea spp.) Yams (Dioscorea spp.) Talas (Colocasia spp.) Taro (Colocasia spp.) Yautia (Xanthosoma spp.) Yautia (Xanthosoma spp.) Lain-lain Other Ubi rambat (genus: Dioscorea) tidak dibahas dalam laporan ini karena Indonesia belum banyak memproduksi produk ini, bahkan sebaliknya menjadi negara tujuan ekspor Jepang. Sementara itu, Yautia (genus: Xanthosoma) adalah sejenis talas yang memiliki sub-famili yang sama dengan talas genus Colocasia yaitu sub-famili Aroideae. Talas spesies Xanthosoma sagitifolium yang dikenal 4
6 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] dengan sebutan talas Belitung atau Kimpul, banyak diproduksi di Indonesia. Sampai dengan tahun 212, Jepang tidak tercatat mengimpor produk Yautia (HS 714.5) ini. Ada kemungkinan bahwa impor produk Yautia ini dimasukkan dalam statistik HS 714.9, namun karena data yang ada tidak dapat digunakan untuk menganalisa Yautia secara khusus, sementara itu Indonesia hanya pernah tercatat mengekspor produk HS ke Jepang pada tahun 26 dan produk yang diekspor tersebut adalah produk talas Jepang (genus Colocasia), maka laporan ini tidak akan membahas lebih lanjut tentang Yautia. Produk yang menjadi cakupan laporan ini adalah ubi kayu, ubi jalar, dan talas. (1) Ubi kayu (Cassava, spesies: Manihot Esculenta. Gambar 1.1). Indonesia merupakan negara produsen ubi kayu terbesar ketiga di dunia setelah Nigeria dan Brasil. Menurut data dari Kementerian Pertanian, Indonesia sudah mampu memproduksi ubi kayu sebanyak lebih Gambar 1.1 Ubi kayu dari 2 juta ton per tahun sejak tahun 28. Ubi kayu yang dikenal juga dengan sebutan ketela pohon atau singkong ini, hanya bertahan beberapa hari setelah dipanen, sehingga untuk diekspor perlu lebih dahulu diproses, misalnya menjadi pelet, atau pati. Jepang tidak memproduksi ubi kayu, sehingga kebutuhan akan ubi kayu ini bergantung sepenuhnya pada impor. Ubi kayu, selain sebagai bahan pangan untuk manusia, juga digunakan untuk makanan hewan, sebagai komponen perekat, bahan campuran untuk kertas dan tekstil, dan juga di bidang farmasi. Ubi kayu digunakan juga sebagai bahan untuk produksi ethanol. New Energy and 5
7 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] Industrial Technology Development Organization (NEDO), lembaga pemerintah Jepang, sudah mulai melakukan penelitian dan kerja sama dengan Thailand untuk memproduksi ethanol dari ampas ubi kayu yang merupakan sampah dari proses pembuatan pati. (2) Ubi jalar (satsuma imo, spesies: Ipomoea Batatas. Gambar 1.2). Indonesia merupakan negara produsen ubi jalar terbesar keempat di dunia setelah China, Uganda, dan Nigeria. Menurut data dari Kementerian Pertanian, Indonesia memproduksi ubi jalar sebanyak Gambar 1.2 Ubi jalar lebih dari 2 juta ton per tahun sejak tahun 29. Jepang juga adalah produsen ubi jalar, dengan jumlah produksi sekitar 86 ribu ton per tahun. Di Jepang, ubi jalar inilah yang dipakai untuk masakan yaki imo (ubi bakar). Selain itu, ubi jalar juga digunakan untuk bahan pembuatan pati/starch, bahan pembuat minuman keras Imo Shōchū, dan makanan hewan. (3) Talas (Taro, genus: Colocasia. Gambar 1.3). Indonesia merupakan negara produsen talas. Talas merupakan makanan pokok pengganti beras di Mentawai (Propinsi Sumatra Barat) dan Sorong (Propinsi Papua Barat). Talas yang dikenal di Indonesia adalah talas dengan spesies Colocasia esculenta dan Gambar 1.3 Talas spesies Colocasia gigantia. Jumlah produksi talas di Indonesia belum tercatat 6
8 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] secara tingkat nasional, namun pada tahun 28, Bogor yang merupakan sentra produksi talas sudah mampu memproduksi lebih dari 57 ribu ton per tahun. Jepang juga merupakan negara produsen talas dengan kemampuan lebih dari 15 ribu ton per tahun. Talas Jepang (sato imo) merupakan salah satu variasi dari 125 variasi dari spesies Colocasia esculenta yang ada di dunia. Bibit talas Jepang (sato imo) ini sudah masuk ke Indonesia. Pada tahun 26, Indonesia pernah mengekspor talas Jepang sebanyak 25 ton ke Jepang. Namun Trade Statistics of Japan tidak mencatat adanya impor talas Jepang dari Indonesia dari tahun 27 sampai dengan tahun 212 yang lalu. Analisa mengenai produk ubi kayu, ubi jalar (satsuma imo), dan talas Jepang (sato imo) di pasar Jepang akan disampaikan pada Bab II. 1.2 Profil Jepang Jepang adalah negara kepulauan yang juga memiliki julukan sebagai negara Matahari Terbit dan negeri Sakura. Jepang yang beribukota di Tokyo merupakan negara industri dengan GDP terbesar ke-3 setelah Amerika Serikat dan China. Sistem pemerintahan Jepang adalah monarki konstitusional dengan sistem parlementer, dengan kaisar (tennō heika) sebagai kepala negara, dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan yang dipilih oleh parlemen. Parlemen di Jepang terdiri dari dua majelis: Majelis Rendah Jepang (House of Representatives) dan Majelis Tinggi Jepang (House of Councillors). Menurut Geospatial Information Authority of Japan, luas negara Jepang yang berpenduduk 126 juta (menurut sensus tahun 212) ini adalah sebesar km. Jepang memiliki 6.8 pulau, dengan 4 pulau terbesar yaitu 7
9 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] Hokkaidō, Honshū, Shikoku, dan Kyūshū. Jepang secara geografis terletak di kawasan Asia timur yang terpisah dari benua Asia, dan berada di sebelah barat Samudera Pasifik. Adapun batas-batas negara Jepang adalah sebagai berikut: utara adalah Laut Okhotsk, timur adalah Samudera Pasifik, selatan adalah Laut Cina timur dan Laut Filipina, dan barat adalah Laut Jepang dan Selat Korea. Secara keseluruhan, Jepang mempunyai iklim muson laut sedang. Jepang memiliki mata uang Yen ( ). Kegiatan ekonomi utama Jepang adalah industri, pertanian, perikanan, pertambangan, perhubungan, dan perdagangan. Rasio swasembada pangan di Jepang adalah 4%, sehingga Jepang sangat tergantung pada impor bahan makanan dari luar negeri. Kota-kota perdagangan utama di Jepang adalah Tokyo, Osaka, dan Nagoya. Tokyo adalah kota perdagangan terbesar di dunia, dengan GDP lebih dari US$ 1 triliun. 8
10 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] BAB II POTENSI PASAR JEPANG 2.1 Ekspor Impor Produk HS 714 Jepang - Dunia Jepang merupakan negara produsen dan pengekspor produk HS 714 ke berbagai negara di dunia. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.1, negara tujuan utama ekspor produk HS 714 adalah Chinese Taipei (59,48%), Amerika Serikat (27,48%), Singapura (6,51%), Hongkong (5,96%), dan China (,14%). Indonesia juga merupakan tujuan ekspor Jepang dan berada di peringkat ke-9 dunia dan peringkat ke-4 ASEAN dengan pangsa pasar sebesar (,4%). Pada Tabel 2.1 ini terlihat bahwa ekspor HS 714 Jepang mengalami penurunan 19,23% pada tahun 211 dibanding dengan tahun 21. Tabel 2.1 Ekspor HS 714 Jepang ke Dunia Periode (dalam ribu US$) Rank Importir Pangsa (%) WORLD Chinese Taipei Amerika Serikat Singapura Hongkong China ASEAN Thailand Malaysia Indonesia Vietnam , ,48 27,49 6,51 5,96,14,13,9,4 PERUB (%) ,23-26,66 16,46-39,91-2, ,11 Sumber: ITC 9
11 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] Tabel 2.2 Impor HS 714 Jepang dari Dunia Periode (dalam juta US$) Rank Negara asal impor WORLD Pangsa (%) ,395 71,636 67,783 9,47 12,147 1 PERUB (%) ,42 1 China 65,284 59,141 58,352 82,15 14,898 87,3 27,69 2 Thailand 4,969 9,321 5,283 4,44 9,157 7,62 1,8 3 Vietnam 1,476 2,616 3,616 2,714 3,972 3,3 46,35 4 Indonesia,422,428,37,74 1,999 1,66 183,94 5 Brasil,5,52,36,3 ASEAN 12 Myanmar,5 14 Filipina,99,69,37 Sumber: ITC Dibanding dengan nilai ekspor HS 714 Jepang ke dunia, nilai impor Jepang dari dunia jauh lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena jumlah produksi dalam negeri Jepang tidak dapat mencukupi jumlah yang dikonsumsi di dalam negeri Jepang. Dari Tabel 2.2, dapat dilihat bahwa total impor HS 714 Jepang pada tahun 211 adalah sebesar US$ 12,147 juta. Lima negara utama pengekspor HS 714 ke Jepang adalah China (87,3%), Thailand (7,62%), Vietnam (3,3%), Indonesia (1,66%), dan Brasil (,3%). Tabel 2.3 menunjukkan impor HS ubi kayu Jepang dari dunia. Total impor ubi kayu pada tahun 211 adalah sebesar US$ 8,933 juta, dan seluruhnya berasal dari Thailand. Jumlah impor pada tahun 211 meningkat sampai 11,83% dibanding tahun sebelumnya. Ekspor ubi kayu Indonesia ke Jepang terhenti di tahun 28, walaupun Indonesia tercatat sebagai negara pengekspor ke Jepang peringkat kedua pada tahun 28 itu. 1
12 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] Tabel 2.4 menunjukkan impor HS ubi jalar (satsuma imo) Jepang dari dunia. Total impor ubi jalar pada tahun 211 adalah sebesar US$ 14,338 juta. Jumlah impor pada tahun 211 meningkat 48,66% dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 211, hanya 4 negara yang menjadi pengekspor ubi jalar ke Jepang, yaitu China (66,42%), Vietnam (19,38%), Indonesia (13,94%), dan Brasil (,25%). Jumlah ekspor ubi jalar Indonesia ke Jepang pada tahun 211 meningkat 183,95% dibanding tahun sebelumnya. Tabel 2.3 Impor HS Ubi Kayu Jepang dari Dunia Periode (dalam ribu US$) Rank Negara asal impor WORLD Pangsa (%) PERUB (%) ,83 1 Thailand ,3 2 Indonesia Filipina Vietnam 4 3 Sumber: ITC Tabel 2.4 Impor HS Ubi Jalar (Satsuma Imo) Jepang dari Dunia Periode (dalam ribu US$) Rank Negara asal impor WORLD Pangsa (%) PERUB (%) ,66 1 China ,42 37,9 2 Vietnam ,38 4,28 3 Indonesia ,94 183,95 4 Brasil Chinese Taipei Sumber: ITC 11
13 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] Tabel 2.5 Impor HS Lain-Lain Jepang dari Dunia Periode (dalam ribu US$) Rank Negara asal impor WORLD Pangsa (%) PERUB (%) ,19 1 China ,45 26,84 2 Vietnam ,23 63,56 3 Thailand ,23 32,35 4 Chinese Taipei ,2 177,78 5 Korea Selatan ,2 Sumber: ITC Berdasarkan data dari International Trade Center maupun Trade Statistics of Japan, produk HS 714 lainnya termasuk talas Jepang (sato imo) yang masuk ke Jepang antara tahun 27 sampai dengan tahun 211 dimasukkan dalam HS 714.9, sehingga sulit untuk mendapatkan data talas secara khusus. Tabel 2.5 menunjukkan impor HS lain-lain Jepang dari dunia. Jumlah impor tahun 211 meningkat 27,19% dibanding tahun sebelumnya. China memegang hampir seluruh pangsa pasar untuk HS ini. Indonesia tidak termasuk sebagai negara pengekspor HS Tabel 2.6 memperlihatkan data impor produk talas secara khusus pada tahun 212. Total impor talas sebesar 6.154,51 juta JPY atau sekitar US$ 77 juta. Dari Tabel 2.6 ini dapat terlihat bahwa pada tahun 212, negara pengekspor talas ke Jepang hanya China, Chinese Taipei, dan Tonga. Indonesia tercatat pernah sekali mengekspor talas ke Jepang, yaitu pada tahun 26 sebanyak 25 ton (1 container 4 feet) dengan nilai invoice sekitar US$
14 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] Tabel 2.6 Impor HS Talas Jepang dari Dunia Tahun 212 Rank Negara asal impor Nilai Impor WORLD China Chinese Taipei Tonga (dalam juta Yen) 6.154, ,254 8,181 1,75 Kuantitas (dalam ton) 47.69, ,973 32,364 4,3 Sumber: Trade Statistics of Japan Gambar 1.2 menunjukkan lima negara pengekspor terbesar ke Jepang dari kawasan ASEAN untuk produk HS 714 secara keseluruhan. Dari Tabel 2.2, dapat terlihat bahwa Indonesia berada di urutan ke-3 di antara negara anggota ASEAN lainnya. Sebagaimana terlihat pada Tabel 2.3, Thailand berada di urutan pertama karena dapat memegang seluruh pangsa pasar impor untuk ubi kayu, yaitu sebesar US$ 8,933 juta. Gambar 2.1 Lima negara pengekspor terbesar ke Jepang dari kawasan ASEAN untuk produk HS 714 (dalam juta US$) 13
15 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] Sumber: ITC (diolah) 2.2 Potensi Pasar Ekspor HS 714 ke Jepang Perbedaan nilai ekspor dan impor produk HS 714 Jepang dengan dunia selama 5 tahun (lihat Tabel 2.1 dan Tabel 2.2) mengindikasikan potensi pasar ekspor produk HS 714 ke Jepang. Dari Tabel 2.2, dapat terlihat bahwa total impor produk HS 714 secara umum mengalami peningkatan, yang memberikan indikasi potensi pasar yang baik untuk produk HS 714 ini. Tabel 2.7 memperlihatkan lebih rinci potensi ekspor Indonesia untuk produk HS 714. Dengan kapasitas ekspor ubi kayu Indonesia ke dunia sebesar US$ 29,53 juta, dan nilai impor Jepang dari dunia sebesar US$ 8,933 juta, maka terlihat bahwa Indonesia masih memiliki potensi sebesar US$ 8,933 juta untuk mengekspor ubi kayu ke Jepang. Ubi jalar, yang merupakan andalan ekspor Indonesia ke Jepang untuk produk HS 714 ini juga masih memiliki potensi sebesar US$ 4,342 juta. Sementara itu, walau belum ada data yang dapat digunakan untuk menghitung potensi ekspor dari Indonesia ke Jepang, namun bila melihat keberadaan market impor Jepang untuk talas Jepang (sato imo) yang sebesar sekitar US$ 77 juta dengan total kuantitas lebih dari 47 ribu ton pada tahun 212 (lihat Tabel 2.6), maka dapat dikatakan bahwa talas Jepang (sato imo) merupakan market yang potensial yang perlu digarap. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa potensi Indonesia mereguk pasar/share yang lebih besar untuk produk HS 714 di Jepang masih sangat terbuka. 14
16 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] Tabel 2.7 Potensi Ekspor HS 714 Indonesia ke Jepang tahun 211 HS code Produk Impor Jpn dr Ina Ekspor Ina ke Dunia Impor Jpn dr Dunia Potensi Perdagangan Ina Ubi kayu 29,53 8,933 8, Ubi jalar 1,999 6,341 14,338 4, Lain-lain (termasuk talas) 1,355 96,876 1,355 Sumber: ITC (Satuan: juta US$) 2.3 Kebijakan Impor HS 714 di Jepang Untuk impor produk HS 714, regulasi yang berlaku di Jepang adalah Plant Protection Act, Food Sanitation Act dan Custom Law. Berdasarkan Plant Protection Act, produk yang masuk ke Jepang harus disertai dengan Phytosanitary Certificate dengan format yang sesuai dengan ketetapan International Plant Protection Convention dari negara asal yang menyatakan bahwa produk tersebut tidak mengandung bakteri penyakit dan hama. Bila pemeriksaan oleh karantina Jepang menemukan adanya bakteri penyakit atau hama pada produk, maka pengimpor bertanggung-jawab untuk memusnahkan produk tersebut. Selain itu, tidak boleh ada tanah yang melekat pada produk impor HS 714. Khusus untuk produk talas, pada Phytosanitary Certificate juga harus disertakan pernyataan bahwa tanah lahan produksi juga sudah diinspeksi dan tidak bermasalah, terutama tidak ditemukan adanya hama banana burrowing dematode pada lahan produksi. Berdasarkan Food Sanitation Law, produk impor tidak boleh melebihi batas standar residu komponen kimia yang ditetapkan oleh Ministry of Health, 15
17 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] Labour and Welfare di Jepang. Untuk produk HS 714, ada lebih dari 1 komponen kimia yang diatur batas standar residunya. List komponen kimia ini dapat dilihat pada database milik The Japan Food Chemical Research Foundation. Batas standar residu komponen kimia untuk masing-masing produk turunan HS 714 umumnya sama, namun ada juga yang berbeda. Sebagai contoh, batas maksimum residu untuk bahan kimia bromide. Untuk ubi kayu, nilainya adalah 4 ppm, sementara untuk ubi jalar 6 ppm, dan talas 5 ppm. Karena itu perlu untuk mengecek standar residu sesuai dengan produk turunannya. Selain sanitasi, kebijakan impor lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah tarif bea masuk untuk impor HS 714 ini. Tabel 2.8 menunjukkan tarif bea masuk yang berlaku untuk produk HS 714 dari Indonesia. Produk HS 714 telah dimasukkan dalam perjanjian ekonomi bilateral Indonesia dan Jepang (Indonesia - Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), sehingga dalam beberapa tahun ke depan, hampir seluruh turunan HS 714 ini menjadi bebas tarif bea masuk. Pengekspor perlu menyertakan certificate of origin dengan format IJEPA yang dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Selain kebijakan impor yang berlaku, untuk penjualan di dalam negeri Jepang berlaku JAS Law yang mengatur standarisasi label yang mewajibkan penulisan negara asal impor dari produk HS 714 yang dijual. 16
18 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] Tabel 2.8 Tarif bea masuk produk HS 714 Jepang dari Indonesia HS Number Description Tariff Note Manioc (cassava): - - Frozen: For feeding purposes (The imports under this item are to be used as materials for fodder and feeds under the supervision of the Customs) free Other IJEPA B1 - - Other: 5,5% 214: 4,4%, 215: 3,3%, 216: 2,2% Pellets of flour or meal: 217:1,1%, 218: free For feeding purposes (The imports under this item are to be used as materials for fodder and feeds under the supervision of the Customs) free Other Other: For feeding purposes (The imports under this item are to be used as materials for fodder and feeds under the supervision of the Customs) 15% IJEPA X free Other 2,3% IJEPA B7 214:1,1%, 215: free - Sweet potatoes: Frozen 7,5% IJEPA B15 214: 6,8%, 215: 6%, 216: 5,3%, 217:4,5%, 218: 3,8%, 219: 3%, 22: 2,3%, 221: 1,5%, 222:,8%, 223: free Other 8% IJEPA B15 214: 7,2%, 215: 6,4%, 216: 5,6%, 217:4,8%, 218: 4%, 219: 3,2%, 22: 2,4%, 221: 1,6%, 222:,8%, 223: free - Yams (Dioscorea spp.): Frozen IJEPA B1 214: 4,4%, 215: 3,3%, 5,5% 216: 2,2%, 217:1,1%, 218: free Other 2,3% IJEPA B7 214:1,1%, 215: free - Taro (Colocasia spp.): Frozen 2,5% IJEPA B7 214:1,3%, 215: free Other 2,3% IJEPA B7 214:1,1%, 215: free - Yautia (Xanthosoma spp.): Frozen IJEPA B1 214: 4,4%, 215: 3,3%, 5,5% 216: 2,2%, 217:1,1%, 218: free Other 2,3% IJEPA B7 214:1,1%, 215: free - Other: Frozen IJEPA B1 5,5% 214: 4,4%, 215: 3,3%, 216: 2,2% 217:1,1%, 218: free Other 2,3% IJEPA B7 214:1,1%, 215: free Sumber: World Tariff (diolah) 17
19 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] 2.4 Saluran Distribusi Produk HS 714 di Jepang Gambar 2.2 mendeskripsikan alur distribusi produk HS 714 dari petani, lalu diekspor dan sampai ke tangan konsumen. Produk HS 714 ini banyak yang diekspor dalam bentuk frozen food atau bentuk lainnya, sehingga perlu melalui perusahaan yang mengadakan pembekuan produk atau pengolahan lainnya. Produk HS 714 selain sebagai bahan makanan bagi manusia, juga digunakan untuk makanan ternak, bahan dasar industri, baik industri makanan maupun lainnya, sehingga produk HS 714 memiliki berbagai saluran distribusi sebelum sampai ke tangan konsumen. Farmer Food Processing Company Local Broker Exporter Importer Primary Wholesaler Regional Depot Secondary Wholesaler Farmer Industry Retailers, Mass Merchandisers, Restaurants Consumers Gambar 2.2 Saluran distribusi produk HS 714 dari luar negeri 18
20 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] 2.5 Hambatan Lainnya Beberapa hal yang dapat menghambat peningkatan ekspor HS 714 ke Jepang adalah sebagai berikut. (a) Tarif bea masuk. Walaupun hampir seluruh turunan HS 714 akan menjadi bebas tarif bea masuk, namun dibanding dengan negara pesaing yaitu Thailand, ada beberapa turunan HS 714 ini yang pada saat ini nilai tarif bea masuknya masih lebih tinggi. Misalnya, produk HS (ubi kayu, lainnya), Indonesia masih dikenakan tarif bea masuk 2,9% dan baru dibebaskan pada tahun 215, sementara Thailand sudah bebas tarif bea masuk. (b) Kontrol kualitas. Untuk produk HS ubi kayu, pada tahun 27, produk "cassava chips", dan pada tahun 28 produk "frozen boiled cassava" dari Indonesia terdeteksi memiliki kandungan hydrogen cyanide melebihi batas 1 ppm. Ubi kayu memang mudah rusak dan akan mengeluarkan asam sianida yang bersifat racun bagi manusia, sehingga perlu sekali kontrol kualitas yang baik sebelum masuk ke tahap pengolahan. (c) Pandangan negatif terhadap produk luar negeri. Sebagai bahan pangan yang dikonsumsi langsung oleh manusia, ada kecenderungan masyarakat Jepang untuk memilih produk dalam negeri, karena seringkali muncul berita tentang makanan yang bermasalah, terutama dari China. Hal ini sedikit banyak juga mempengaruhi pandangan masyarakat Jepang terhadap produk impor HS 714 dari Indonesia. 19
21 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] (d) Keterbatasan bibit. Keterbatasan bibit merupakan masalah yang menyebabkan kurang berkembangnya penanaman talas Jepang di Indonesia. Pengadaan bibit talas Jepang (sato imo) ini mungkin memerlukan keterlibatan langsung Kementerian Pertanian untuk mengusahakannya. (e) Kendala bahasa/komunikasi. Ada kendala bahasa/komunikasi antara produsen/pengusaha produk HS 714 di Indonesia dengan importir Jepang karena keterbatasan pihak Jepang dalam penggunaan bahasa Inggris, dan hal ini dapat menghambat proses transaksi. (f) Pemasaran dan promosi. Masih sangat sedikit promosi produk HS 714 ini kepada masyarakat Jepang. Pengusaha produk HS 714 perlu ikut dalam pameran-pameran dagang di Jepang. 2
22 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] BAB III PELUANG DAN STRATEGI 3.1 Peluang a. Bentuk Kerjasama Dengan hubungan bilateral yang terbina baik antara Indonesia dan Jepang, Indonesia memiliki keuntungan untuk mengundang lebih banyak investor dari Jepang untuk mengembangkan produksi HS 714 ubi kayu, ubi jalar (satsuma imo) dan talas Jepang (sato imo) di Indonesia. b. Peningkatan Nilai Ekspor Sebagaimana data yang terlihat pada Tabel 2.2, nilai ekspor Indonesia untuk produk ubi jalar selama 3 tahun belakangan ini meningkat tajam.sebagai contoh, pada tahun 27, mantan presiden perusahaan Toyota, Mr. Katsuaki WATANABE mengatakan bahwa Toyota group melalui perusahaan Toyota Bio Indonesia akan terus meningkatkan produksi ubi jalar di Indonesia untuk diekspor ke Jepang, terutama daerah Kagoshima. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan di Jepang pun melihat potensi Indonesia untuk produk ubi jalar ini. c. Hubungan bilateral Jepang dengan negara pesaing Sejak tahun 212, hubungan bilateral Jepang dengan China tidaklah baik. Kondisi ini sedikit banyak menimbulkan keengganan dari perusahaan-perusahaan Jepang untuk bertransaksi dengan China. China adalah negara utama pengekspor ubi jalar (satsuma imo) dan talas Jepang (sato imo) ke 21
23 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] Jepang. Kondisi ini merupakan momentum yang baik bagi Indonesia untuk lebih mereguk pasar/share yang lebih besar dengan meningkatkan ekspor ubi jalar (satsuma imo), dan juga kembali mengekspor talas Jepang (sato imo). d. Tarif bea masuk Melalui perjanjian kerjasama ekonomi dengan Jepang dalam kerangka IJEPA, hampir seluruh produk turunan HS 714 akan menjadi bebas tarif bea masuk. Sebagai contoh, untuk produk HS 714 yang menjadi andalan ekspor Indonesia ke Jepang saat ini, yaitu HS (ubi jalar, frozen). Produk dari Indonesia saat ini dikenakan tarif bea masuk sebesar 7,5 % dan akan bebas tarif bea masuk pada tahun 223 (lihat Tabel 2.8). Untuk produk turunan ini, produk dari negara pesaing terbesar, yaitu China dikenakan tarif bea masuk sebesar 12%. Kemudian, untuk produk HS (talas, frozen), produk dari China dikenakan tarif bea masuk sebesar 1%, sedangkan bila Indonesia kembali mengekspor talas Jepang ke Jepang, hanya dikenakan tarif bea masuk sebesar 2,3% dan akan bebas tarif bea masuk pada tahun 215. Lebih rendahnya nilai tarif bea masuk tentunya memberikan peluang yang lebih baik untuk Indonesia. 3.2 Strategi Dengan melihat fenomena secara umum dan mempertimbangkan peluang-peluang yang tertera di atas, hal-hal berikut direkomendasikan bagi dunia usaha Indonesia untuk dapat meningkatkan atau kembali mendapatkan pangsa pasar untuk HS 714 khususnya ubi kayu, ubi jalar, dan talas di Jepang. 22
24 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] a. Berpartisipasi dalam pelatihan. Petani produk HS 714 kiranya dapat proaktif mengikuti pelatihan-pelatihan yang ada untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk. Petani Indonesia juga perlu mengusahakan lahan organik sehingga dapat juga mereguk market pangan organik di Jepang untuk produk HS 714 ini. b. Berpartisipasi dalam pameran dagang di Jepang. Pameran yang terkait produk HS 714 dilaksanakan setiap tahunnya di Jepang. Para pengusaha produk HS 714 di Indonesia kiranya dapat proaktif untuk berpartisipasi mengikuti pameran sehingga keberadaan produk HS 714 dari Indonesia dapat semakin dikenal di Jepang. Walaupun ekspor produk ubi kayu terhenti sejak tahun 29 dan ekspor talas Jepang tidak berlanjut lagi sejak tahun 27, pameran dagang dapat menjadi kesempatan yang baik untuk memulai kembali ekspor ke Jepang. Pameran dagang juga dapat menjadi ajang yang baik untuk uji-coba rasa dari produk Indonesia dengan selera orang Jepang. c. Proaktif dengan Perwakilan Dagang di Jepang. Para pengusaha produk HS 714 di Indonesia diharapkan dapat secara proaktif menghubungi perwakilan dagang luar negeri Indonesia di Jepang (Tokyo dan Osaka) untuk meminta informasi pameran dan perkembangan terkait produk HS 714 ini, maupun untuk bantuan prasarana kerjasama dengan pihak Jepang. d. Memperhatikan kebutuhan pasar. Produk HS 714 selain sebagai bahan pangan manusia, juga digunakan sebagai bahan makanan ternak, bahan dasar industri, seperti kertas, bahkan untuk pembuatan ethanol. Kualitas yang diharapkan tentunya akan berbeda. Pengusaha di Indonesia perlu memperhatikan kebutuhan pasar yang ada sehingga dapat mendayagunakan 23
25 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] produk HS 714 dari berbagai macam kualitas yang tersedia di Indonesia. e. Mengusahakan sertifikasi HACCP. Perusahaan-perusahaan besar di Jepang umumnya mensyaratkan pengolah produk HS 714 memiliki sertifikat HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) yang berhubungan dengan keamanan pangan. Perusahaan pengolah produk HS 714 perlu mengusahakan sertifikasi HACCP ini supaya produk Indonesia dapat masuk ke supermarket yang besar di Jepang. f. Membina terus hubungan yang baik dengan pembeli dari Jepang. Bila berhasil bertransaksi dengan importir Jepang, pengusaha produk HS 714 di Indonesia harus berusaha untuk terus menjaga kualitas produk sehingga tetap terjalin hubungan saling percaya yang baik dengan importir Jepang tersebut. Untuk itu pengusaha di Indonesia perlu juga berhati-hati dengan perubahan regulasi impor. Pengusaha di Indonesia perlu terus mengupdate regulasi impor untuk produk HS 714 di Jepang ini. Melalui hubungan yang baik dengan pembeli dari Jepang, pengusaha Indonesia dapat meminta bantuan pembeli dari Jepang untuk memberikan informasi seandainya ada perubahan regulasi dan sebagainya. g. Membuka diri terhadap investor Jepang. Petani, pengolah dan pengusaha produk HS 714 di Indonesia perlu berani untuk membuka diri kepada investor Jepang. Tentunya tetap perlu berhati-hati dan tidak sembarangan menekan kontrak perjanjian. Investor Jepang yang baik akan membantu peningkatan kualitas dan kuantitas produksi produk HS 714 di Indonesia. Keberadaan investor Jepang juga akan membantu pemasaran produk HS 714 ini ke negeri Jepang itu sendiri. 24
26 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] h. Membina kerjasama dengan peneliti produk HS 714. Perlu terus diupayakan penelitian yang dapat menghasilkan bibit yang tahan hama dan penyakit, sehingga kualitas dan kuantitas produk dapat meningkat. Selain penelitian untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, juga perlu diupayakan penelitian pendayagunaan yang baru untuk produk HS 714 ini. Sebagai contoh, penelitian penggunaan ampas ubi kayu untuk pembuatan ethanol sebagaimana terlihat dalam Gambar 3.1. Keberhasilan penelitian ini akan menjadikan ampas ubi kayu sebagai produk yang memiliki harga jual. Pendayagunaan ubi kayu yang sudah rusak dan mengandung asam sianida dapat menjadi sebuah tema penelitian yang hasilnya akan menjadikan ubi kayu yang sudah rusak pun tetap dapat menjadi produk yang memiliki harga jual. Produk Tapioka Perkebunan Ubi Kayu Ubi Kayu Cassava Pulp Produk makanan, industri a m p a s Bahan: Ampas Cassava Pati Proses Penghancuran Ampas Flow Produksi Ethanol Proses Ekstraksi Cassava Pulp Proses Pencairan Ampas Proses Fermentasi Ethanol Proses Pengendapan Ethanol Pemurnian Ethanol Gambar 3.1 Proses pengolahan Bio-ethanol dari ampas ubi kayu Sumber: NEDO 25
27 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] i. Mengembangkan business model di dalam negeri yang saling menguntungkan. Untuk produk talas Jepang, saat ini ketersediaan bibit talas Jepang masih sangat terbatas dan dikuasai hanya oleh beberapa pengusaha. Pengusaha/petani yang ingin ikut memproduksi talas Jepang perlu membeli bibit dari pengusaha-pengusaha tersebut dengan harga yang relatif tidak murah. Perlu keberanian pengusaha-pengusaha yang sudah memiliki bibit talas Jepang ini untuk merangkul petani/pengusaha lain dengan business model yang bisa saling menguntungkan sehingga produksi talas Jepang di Indonesia dapat berkembang dan dapat melayani permintaan pasar Jepang dalam jumlah besar. 26
28 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] BAB IV INFORMASI PENTING 1. Perwakilan Jepang di Indonesia Kedutaan Besar Jepang di Jakarta Duta Besar: Mr. Yoshinori Katori Jl. M.H. Thamrin Kav.24, Jakarta Pusat 135, Indonesia Phone: (21) Fax: (21) Website: Kantor Konsuler Jepang di Makassar Kepala Kantor Konsuler: Mr. Shingo Higashimoto Jl. Jenderal Sudirman No.31, Makassar, Indonesia Phone: (411) 871-3, Fax: (411) Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya Konsul Jenderal: Mr. Noboru Nomura Jl. Sumatera No. 93, Surabaya, Indonesia Phone : (31) 53-8 Fax : (31) 53-37, Website : Konsulat Jenderal Jepang di Denpasar Konsul Jenderal: Mr. Minoru Shirota Jl. Raya Puputan No.17, Renon, Denpasar, Bali, Indonesia Phone : (361) Fax : (361) Website : Konsulat Jenderal Jepang di Medan Konsul Jenderal: Mr. Yūji Hamada Wisma BII, 5th floor Jl. Pangeran Diponegoro No. 18, Medan, Sumatera Utara, Indonesia Phone : (61) Fax : (61) Website : 27
29 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] 2. Kamar Dagang Jepang The Tokyo Chamber of Commerce & Industry Head Office: 3-2-2, Marunouchi, Chiyoda-ku, Tokyo 1-5, Japan Phone: Fax: Website: 3. Asosiasi Terkait Produk HS 714 di Jepang Japan Root and Tuber Crops Development Association Vip Akasaka 33, , Akasaka, Minato-ku, Tokyo 17-52, Japan Phone: Fax: Website: Japan Specialty Agriculture Products Association Sankaido Bld. 3 rd Floor , Akasaka, Minato-ku, Tokyo-17-52, Japan Phone: Fax: Webiste: 4. Daftar Pameran Terkait Produk HS 714 di Jepang Agri Food Expo Website: Phone: FOODEX Website: www3.jma.or.jp/foodex Phone: Gourmet & Dining Style Show Website: Phone:
30 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] International Hotel & Restaurant Show Website: Phone: International Food Expo UTAGE in Osaka Website: Phone: Supermarket Trade Show Website: Phone: The World Food and Beverage Great Expo Website: Phone: Perwakilan Indonesia di Jepang KBRI Tokyo Duta Besar: Bpk. Muhammad Lutfi Atase Perdagangan: Ibu Julia Gustaria Silalahi 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo , Japan Phone: Fax: Website: kbritokyo.jp KJRI Osaka Konsul Jenderal: Bpk. Ibnu Hadi Resona Senba Building 6 th Floor , Minami Senba, Chuo-ku, Osaka , Japan Phone: Fax: kjri-osaka@indonesia-osaka.org Website: 29
31 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] ITPC Osaka Kepala: Ibu Rosiana Christina Frederick Wakil Kepala: Bpk. Eko Priyantoro ITM 4-J-8, Asia and Pacific Trade Center 2-1-1, Nanko Kita, Suminoe-ku, Osaka , Japan Phone: Fax: Website: 3
32 [Market Brief Atdag Tokyo 2/213] REFERENSI Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Buku Tarif Kepabeanan Indonesia Tahun 212. International Trade Center. Japan Customs, January 213, Japanese Society of Root and Tuber Crops. JETRO, Handbook for Agricultural and Fishery Products Import Regulations 29, published on February 21 by Japan External Trade Organization. The Japan Food Chemical Research Foundation. Trade Statistics of Japan, Ministry of Finance, January 213, Wargiono, J., and D.M. Barrett (eds.). Budidaya Ubikayu, P.T. Gramedia Publishers, Jakarta, Indonesia, World Tariff. 31
MARKET BRIEF: HS 0902 TEH Atase Perdagangan Tokyo
2013 7 MARKET BRIEF: HS 0902 TEH Atase Perdagangan Tokyo [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo] Daftar Isi Kata Pengantar 2 Peta Jepang 3 I. Pendahuluan 4 1.1 Pemilihan Produk 4 1.2
Lebih terperinciMARKET BRIEF: HS 2701 COAL Atase Perdagangan Tokyo
213 4 MARKET BRIEF: HS 271 COAL Atase Perdagangan Tokyo [HS 271 Coal; briquettes, ovoids and similar solid fuels manufactured from coal] [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo] [Market
Lebih terperinciMARKET BRIEF: STEARIC ACID Atase Perdagangan Tokyo. [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo]
2016 6 MARKET BRIEF: STEARIC ACID Atase Perdagangan Tokyo [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo] Daftar Isi Kata Pengantar 2 I. Pendahuluan 3 1.1 Pemilihan Produk 3 1.2 Profil Jepang
Lebih terperinciMARKET BRIEF: HS 0603 FLOWERS Atase Perdagangan Tokyo
214 7 MARKET BRIEF: HS 63 FLOWERS Atase Perdagangan Tokyo [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo] [Market Brief Atdag Tokyo 7/214] Daftar Isi Kata Pengantar 2 I. Pendahuluan 3 1.1 Pemilihan
Lebih terperinciMARKET BRIEF: PRODUK ROTAN Atase Perdagangan Tokyo. [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo]
2016 3 MARKET BRIEF: PRODUK ROTAN Atase Perdagangan Tokyo [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo] Daftar Isi Kata Pengantar 2 I. Pendahuluan 3 1.1 Pemilihan Produk 3 1.2 Profil Jepang
Lebih terperinciMARKET BRIEF: KOPI Atase Perdagangan Tokyo. [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo]
2014 10 MARKET BRIEF: KOPI Atase Perdagangan Tokyo [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo] Daftar Isi Kata Pengantar 2 I. Pendahuluan 3 1.1 Pemilihan Produk 3 1.2 Profil Jepang 6 II.
Lebih terperinciMARKET BRIEF: GUM ROSIN Atase Perdagangan Tokyo. [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo]
2016 5 MARKET BRIEF: GUM ROSIN Atase Perdagangan Tokyo [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo] Daftar Isi Kata Pengantar 2 I. Pendahuluan 3 1.1 Pemilihan Produk 3 1.2 Profil Jepang 5
Lebih terperinciMARKET BRIEF: PRODUK KAKAO Atase Perdagangan Tokyo
2015 2 MARKET BRIEF: PRODUK KAKAO Atase Perdagangan Tokyo [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo] Daftar Isi Kata Pengantar 2 I. Pendahuluan 3 1.1 Pemilihan Produk 3 1.2 Profil Jepang
Lebih terperinciMARKET BRIEF: FURNITURE Atase Perdagangan Tokyo. [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo]
214 8 MARKET BRIEF: FURNITURE Atase Perdagangan Tokyo [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo] Daftar Isi Kata Pengantar 2 I. Pendahuluan 3 1.1 Pemilihan Produk 3 1.2 Profil Jepang 11
Lebih terperinciMARKET BRIEF: UDANG Atase Perdagangan Tokyo. [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo]
214 9 MARKET BRIEF: UDANG Atase Perdagangan Tokyo [KBRI TOKYO, 529, Higashi Gotanda, Shinagawaku, Tokyo] [Market Brief Atdag Tokyo 9/214] Daftar Isi Kata Pengantar 2 I. Pendahuluan 3 1.1 Pemilihan Produk
Lebih terperinciMARKET BRIEF: STATIONERY NON-PAPER Atase Perdagangan Tokyo. [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo]
213 11 MARKET BRIEF: STATIONERY NON-PAPER Atase Perdagangan Tokyo [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo] [Market Brief Atdag Tokyo 11/213] Daftar Isi Kata Pengantar 2 Peta Jepang 3 I.
Lebih terperinciMARKET BRIEF: SEKTOR JASA Atase Perdagangan Tokyo. [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo]
2014 12 MARKET BRIEF: SEKTOR JASA Atase Perdagangan Tokyo [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo] Daftar Isi Kata Pengantar 2 I. Pendahuluan 3 1.1 Pemilihan Sektor 3 1.2 Profil Jepang
Lebih terperinciMARKET BRIEF: HS 3301 ESSENTIAL OIL Atase Perdagangan Tokyo. [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo]
2013 10 MARKET BRIEF: HS 3301 ESSENTIAL OIL Atase Perdagangan Tokyo [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo] Daftar Isi Kata Pengantar 2 Peta Jepang 3 I. Pendahuluan 4 1.1 Pemilihan Produk
Lebih terperinciMarket Brief. Cengkeh di Jerman
Market Brief Cengkeh di Jerman ITPC Hamburg 2015 ITPC HAMBURG - CENGKEH DI JERMAN 2015 Daftar Isi Kata Pengantar... III 1 Pendahuluan... 1 1.1 Pemilihan Produk... 1 1.2 Profil Geografi Jerman... 1 2 Potensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda
Lebih terperinciMARKET BRIEF: E-COMMERCE DI JEPANG Atase Perdagangan Tokyo. [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo]
2016 4 MARKET BRIEF: E-COMMERCE DI JEPANG Atase Perdagangan Tokyo [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo] Daftar Isi Kata Pengantar 2 I. Pendahuluan 3 1.1 Pemilihan Produk 3 1.2 Profil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus
Lebih terperinciMarket Brief. Beras di Jerman
Market Brief Beras di Jerman ITPC Hamburg 2015 Daftar Isi Kata Pengantar... III 1 Pendahuluan... 1 1.1 Pemilihan Produk... 1 1.2 Profil Geografi Jerman... 1 2 Potensi Beras di Pasar Jerman... 2 2.1 Analisa
Lebih terperinciLAPORAN MARKET BRIEF UDANG DAN KEPITING di KOREA SELATAN
LAPORAN MARKET BRIEF UDANG DAN KEPITING di KOREA SELATAN ITPC BUSAN MARET 2014 Daftar Isi Hal 1. Pendahuluan...... 3 1.1 Gambaran Umum Sektor Perikanan Korea Selatan...... 3 1.2 Jumlah Konsumsi Seafood
Lebih terperinciMarket Brief. Pasar Produk Organik di Jerman ### ITPC Hamburg ITPC HAMBURG - PELUANG PASAR PRODUK ORGANIK DI JERMAN 2015 I
Market Brief Pasar Produk Organik di Jerman ### ITPC Hamburg ITPC HAMBURG - PELUANG PASAR PRODUK ORGANIK DI JERMAN 2015 I Daftar Isi Kata Pengantar... III 1 Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara
Lebih terperinciMARKET BRIEF: SEPATU Atase Perdagangan Tokyo. [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo]
2013 8 MARKET BRIEF: SEPATU Atase Perdagangan Tokyo [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo] Daftar Isi Kata Pengantar 2 Peta Jepang 3 I. Pendahuluan 4 1.1 Pemilihan Produk 4 1.2 Profil
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI MEI A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR Tiongkok / RR China
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI MEI 2015 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR Tiongkok / RR China 1. Total nilai perdagangan RR Tiongkok / RR China dengan Dunia
Lebih terperinciSistem konektivitas pelabuhan perikanan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan
Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Sistem konektivitas pelabuhan perikanan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan Iin Solihin 1, Sugeng Hari Wisudo 1, Joko Susanto 2 1 Departemen
Lebih terperinciMarket Brief. Peluang Produk Sepeda di Jerman. ITPC Hamburg
Market Brief Peluang Produk Sepeda di Jerman ITPC Hamburg 2015 I DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... II I. PENDAHULUAN... 1 A. Pemilihan Produk... 1 B. Profil Geografi Jerman... 1 II. POTENSI PASAR NEGARA JERMAN...
Lebih terperinciMARKET BRIEF: PRODUK OBAT, OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK, DAN SUPLEMEN Atase Perdagangan Tokyo
2016 2 MARKET BRIEF: PRODUK OBAT, OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK, DAN SUPLEMEN Atase Perdagangan Tokyo [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo] Daftar Isi Kata Pengantar 3 I. Pendahuluan 4
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Maret 2014, neraca perdagangan Thailand dengan
Lebih terperinciMarket Brief. Peluang Pasar Produk ikan. dan Makanan Laut di Jerman
Market Brief Peluang Pasar Produk ikan dan Makanan Laut di Jerman ITPC Hamburg ITPC HAMBURG - PELUANG PASAR PRODUK IKAN DAN MAKANAN LAUT DI JERMAN 2015 I Daftar Isi Kata Pengantar... III I. Pendahuluan...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah
17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.15/MEN/2011 TENTANG PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBeras Organik MARKET BRIEF
Beras Organik MARKET BRIEF ITPC Osaka, 2015 EXECUTIVE SUMMARY Beras organik merupakan beras yang tidak menggunakan bahan kimia yang menyebabkan terakumulasinya senyawa arsenik didalam beras. Tak hanya
Lebih terperinci2015 LAPORAN INDUSTRI PELUANG & TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA
2015 LAPORAN INDUSTRI PELUANG & TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA LAPORAN INDUSTRI PELUANG & TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA 2015 Copyright @2015 PT. INDO ANALISIS Hak Cipta dilindungi Undang-undang DAFTAR ISI I.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.15/MEN/2011 TENTANG PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT OKTOBER 2016
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT OKTOBER No. 67/12/61/Th. XIX, 1 Desember A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR OKTOBER MENCAPAI US$84,85 JUTA Nilai ekspor Kalimantan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2016
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI No. 42/08/61/Th. XIX, 1 Agustus A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI MENCAPAI US$43,76 JUTA Nilai ekspor Kalimantan Barat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI 2016
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI No. 50/09/61/Th. XIX, 1 September A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI MENCAPAI US$29,00 JUTA Nilai ekspor Kalimantan Barat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan
Lebih terperinciberas atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya.
PENDAHULUAN Kebutuhan pangan secara nasional setiap tahun terus bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk sementara lahan untuk budidaya untuk tanaman bijibijian seperti padi dan jagung luasannya
Lebih terperinciMARKET BRIEF: COPPER & PRODUK COPPER Atase Perdagangan Tokyo. [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo]
2016 1 MARKET BRIEF: COPPER & PRODUK COPPER Atase Perdagangan Tokyo [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo] Daftar Isi Kata Pengantar 2 I. Pendahuluan 3 1.1 Pemilihan Produk 3 1.2 Profil
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2017
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT FEBRUARI No. 18/04/61/Th. XX, 3 April A. PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN BARAT EKSPOR FEBRUARI MENCAPAI US$79,38 JUTA Nilai ekspor
Lebih terperinciITPC Osaka, 2014 WIG. HS Code : 6704
ITPC Osaka, 2014 WIG HS Code : 6704 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... 3 Peta Jepang... 4 I. Pendahuluan... 5 1. Pemilihan Negara... 5 2. Pemilihan Produk... 5 3. Profil Jepang... 6 II. Potensi Pasar Jepang...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini pembangunan pertanian tidak lagi berorientasi semata - mata
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini pembangunan pertanian tidak lagi berorientasi semata - mata pada peningkatan produksi tetapi kepada peningkatan produktivitas dan nilai tambah. Untuk itu
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2015
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI No. 43/08/61/Th. XVIII, 3 Agustus A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MENCAPAI US$53,35 JUTA Nilai ekspor Kalimantan Barat pada
Lebih terperinciMARKET BRIEF PRODUK WOODEN FRAME DI PASAR INGGRIS
MARKET BRIEF PRODUK WOODEN FRAME DI PASAR INGGRIS Atase Perdagangan KBRI London, 2015 Market Brief Atase Perdagangan London 1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JANUARI 2017
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JANUARI 2017 No. 14/03/61/Th. XX, 1 Maret 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN BARAT EKSPOR JANUARI 2017 MENCAPAI US$87,48
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA KOREA SELATAN SELATAN PERIODE : JANUARI OKTOBER 2015
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA KOREA SELATAN SELATAN PERIODE : JANUARI OKTOBER 2015 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Korea Selatan Selatan 1. Total perdagangan Korea Selatan Selatan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MEI 2013
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 35/07/61/Th. XVI, 1 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI MENCAPAI US$105,49 JUTA Nilai ekspor Kalimantan Barat pada
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT APRIL 2017
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT APRIL No. 31/06/61/Th. XX, 2 Juni A. PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN BARAT EKSPOR APRIL MENCAPAI US$99,57 JUTA Nilai ekspor Kalimantan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MEI 2016
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MEI No. 53/07/61/Th. XIX, 1 Juli A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI MENCAPAI US$36,70 JUTA Nilai ekspor Kalimantan Barat pada
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA
V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA 5.1. Perdagangan Internasional Hasil Perikanan Selama lebih dari beberapa dekade ini, sektor perikanan dunia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan. Berdasarkan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 24/M-DAG/PER/6/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 24/M-DAG/PER/6/2008 TENTANG KETENTUAN EKSPOR PISANG DAN NANAS KE JEPANG DALAM RANGKA IJ-EPA (INDONESIA JAPAN-ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT) DENGAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT AGUSTUS 2016
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT AGUSTUS No. 55/10/61/Th. XIX, 3 Oktober A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR AGUSTUS MENCAPAI US$65,60 JUTA Nilai ekspor Kalimantan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JERMAN PERIODE : JANUARI - JULI 2013
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JERMAN PERIODE : JANUARI - JULI 2013 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Jerman 1. Neraca perdagangan Jerman pada periode Januari-Juli 2013 tercatat surplus
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET 2016
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET No. 32/50/61/Th. XIX, 3 Mei A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET MENCAPAI US$38,86 JUTA Nilai ekspor Kalimantan Barat pada
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER 2015
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER No. 60/11/61/Th. XVIII, 2 November A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$45,13 JUTA Nilai ekspor Kalimantan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI 2015
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI No. 52/09/61/Th. XVIII, 1 September A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI MENCAPAI US$45,65 JUTA Nilai ekspor Kalimantan Barat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT NOVEMBER 2016
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT NOVEMBER No. 02/01/61/Th. XX, 3 Januari 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN BARAT EKSPOR NOVEMBER MENCAPAI US$72,12 JUTA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2011 TENTANG HASIL PERIKANAN DAN SARANA PRODUKSI BUDIDAYA IKAN DARI NEGARA JEPANG YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman
PENDAHULUAN Latar Belakang Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan bernama gambir (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI APRIL 2015
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI APRIL 2015 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Jepang 1. Neraca perdagangan Jepang dengan Dunia periode Januari-April 2015 tercatat
Lebih terperinciMARKET BRIEF: PRODUK KERTAS Atase Perdagangan Tokyo. [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo]
2015 7 MARKET BRIEF: PRODUK KERTAS Atase Perdagangan Tokyo [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo] Daftar Isi Kata Pengantar 2 I. Pendahuluan 3 1.1 Pemilihan Produk 3 1.2 Profil Jepang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis buah-buahan Indonesia saat ini dan masa mendatang akan banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses globalisasi, proses yang ditandai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor
Lebih terperincimemenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa
BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan pangan secara nasional setiap tahun terus bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk, sementara lahan untuk budi daya tanaman biji-bijian seperti padi dan jagung luasannya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT APRIL 2010
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT APRIL No. 26/06/61/Th. XIII, 1 Juni Ekspor Kalimantan Barat pada bulan April mengalami penurunan sebesar 5,36 persen dibanding
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET 2015
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET No. 26/05/61/Th. XVIII, 4 Mei A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET MENCAPAI US$48,87 JUTA Nilai ekspor Kalimantan Barat
Lebih terperinciPembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013
Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013 Indonesia memiliki potensi sapi potong yang cukup besar. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) hasil Sensus Pertanian
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT OKTOBER 2015
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT OKTOBER No. 68/12/61/Th. XVIII, 1 Desember A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR OKTOBER MENCAPAI US$44,55 JUTA Nilai ekspor Kalimantan
Lebih terperinci4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia
Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN , , , , ,4 10,13
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan yang mencapai 5,8 juta km 2 dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ini membuat Indonesia memiliki
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER 2016
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER No. 59/11/61/Th. XIX, 1 November A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$77,48 JUTA Nilai ekspor Kalimantan
Lebih terperinciLAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA
2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA BAB I: PELUANG DAN TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA 1 1.1. PELUANG INDUSTRI BATUBARA 2 1.1.1. Potensi Pasar 2 Grafik 1.1. Prediksi Kebutuhan Batubara untuk
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET 2017
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET No. 22/05/61/Th. XX, 2 Mei A. PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN BARAT EKSPOR MARET MENCAPAI US$97,79 JUTA Nilai ekspor Kalimantan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI - JUNI 2013
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI - JUNI 2013 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Juni 2013, neraca perdagangan Thailand dengan
Lebih terperinciMARKET BRIEF: MEDICAL EQUIPMENTS Atase Perdagangan Tokyo. [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo]
213 9 MARKET BRIEF: MEDICAL EQUIPMENTS Atase Perdagangan Tokyo [KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo] Daftar Isi Kata Pengantar 2 Peta Jepang 3 I. Pendahuluan 4 1.1 Pemilihan Produk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan
Lebih terperinciLAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013
LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - TAIWAN PERIODE : JANUARI - APRIL 2013
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - TAIWAN PERIODE : JANUARI - APRIL 2013 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Taiwan 1. Selama periode Januari-April 2013, neraca perdagangan Taiwan dengan Dunia
Lebih terperinciEkonomi Pertanian di Indonesia
Ekonomi Pertanian di Indonesia 1. Ciri-Ciri Pertanian di Indonesia 2.Klasifikasi Pertanian Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri pertanian di Indonesia serta klasifikasi atau
Lebih terperinciV. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA
59 V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 5.1. Perkembangan Rumput Laut Dunia Rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya laut yang dapat diandalkan, mudah dibudidayakan dan mempunyai prospek
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Juli 2014, neraca perdagangan Thailand dengan Dunia
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan mengenai daya saing ekspor komoditas kopi di Indonesia dan faktor-faktor pendorong dan penghambatnya, maka dapat
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 178/PMK.04/2013 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 178/PMK.04/2013 TENTANG PENGENAAN TARIF BEA MASUK DALAM SKEMA ASEAN TRADE IN GOODS AGREEMENT (ATIGA) DENGAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN LATAR BELAKANG
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Saat ini, dunia memasuki era globalisasi yang berdampak terhadap sistem perdagangan internasional yang bebas dan lebih terbuka. Keadaan ini memberi peluang sekaligus tantangan
Lebih terperinciKinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar
SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER 2014
111 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 59/11/61/Th. XVII, 3 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$56,42 JUTA Nilai ekspor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JANUARI 2015
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JANUARI 2015 No. 15/2/61/Th. XVIII, 16 Februari 2015 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI 2015 MENCAPAI US$39,66 JUTA Nilai
Lebih terperinciAGRITECH : Vol. XVI No. 1 Juni 2014 : ISSN :
AGRITECH : Vol. XVI No. 1 Juni 2014 : 60 66 ISSN : 1411-1063 STRUKTUR PASAR DAN KEDUDUKAN INDONESIA PADA PERDAGANGAN TUNA OLAHAN DI PASAR DUNIA, JEPANG DAN USA Sri Hidayati Akademi Pertanian HKTI Banyumas
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2015
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT FEBRUARI No. 22/04/61/Th. XVIII, 1 April A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI MENCAPAI US$34,77 JUTA Nilai ekspor Kalimantan
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Perkembangan Ekspor dan Impor Provinsi Papua Barat 2017 No. 52/10/91 Th. XI, 16 Oktober 2017 BERITA RESMI STATISTIK Perkembangan Ekspor dan Impor Provinsi Papua Barat 2017 Ekspor Papua Barat 2017 mencapai
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT DESEMBER 2009
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT DESEMBER No. 06/02/61/Th. XIII, 1 Februari 2010 Ekspor Kalimantan Barat pada bulan ember mengalami penurunan sebesar 24,57 persen
Lebih terperinci2015 LAPORAN INDUSTRI PELUANG & TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA
2015 LAPORAN INDUSTRI PELUANG & TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA LAPORAN INDUSTRI PELUANG & TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA 2015 Copyright @2015 PT. INDO ANALISIS Hak Cipta dilindungi Undang-undang DAFTAR ISI I.
Lebih terperinciT R A D E. Grafik 7.1/Figure 7.1. Volume Impor 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, ,247 3,507 3,067 2,627 1,747
Trade T R A D E Grafik 7.1/Figure 7.1 Volume Ekspor dan Impor Menurut Pelabuhan di Jawa Barat Volume of Imports by Port in Jawa Barat (Ton/Tons) 2006 20100 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 000 4,247
Lebih terperinciTabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam
Lebih terperinci