BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan
|
|
- Ida Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan merupakan hasil dari perhitungan perencanaan struktur gedung Fakultas Teknik Informatika ITS Surabaya dengan metode SRPMM. Dari perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut : Pada perhitungan Struktur Gedung Fakultas Teknik Informatika, terdapat kesalahan pada perhitungan Sloof. Secara pemodelan struktur juga mengalami kesalahan. Sehingga perhitungan sloof dilakukan dengan perhitungan secara manual, karena sloof bukan merupakan struktur utama gedung yang dihitung dengan menggunakan bantuan program SAP 2000 versi Gaya gaya dalam yang terjadi pada sloof seperti M,D dan N akan ditambahkan dengan gaya aksial dan momen yang terjadi pada kolom (output SAP) untuk digunakan dalam perhitungan Pondasi. a. Struktur Sekunder 1. Pelat Tebal pelat - Pelat lantai 2, 3, dan 4 12 cm - Pelat atap 10 cm Tulangan pelat lantai dan atap - Tulangan utama tumpuan arah X lapangan arah X tumpuan arah Y lapangan arah Y Tulangan susut tumpuan arah X tumpuan arah Y Tangga 405
2 406 Dimensi tangga - Injakan tangga 30 cm - Tanjakan tangga 17 cm - Tebal pelat tangga dan bordes 12 cm Tulangan pelat tangga - Tulangan utama arah X Tulangan susut arah Y Tulangan pelat bordest - Tulangan utama arah X Tulangan susut arah Y Tulangan balok bordest - Tulangan tumpuan 5D22 - Tulangan lapangan 2D22 - Tulangan Puntir 4D16 3. Atap - Profil gording Light Lip Channels 150 x 65 x 20 x 3,2 dengan jumlah 8 buah - Penggantung gording 16 mm - Ikatan Angin 10 mm - Profil kuda-kuda Double Siku L 75 x 75 x 7 - Profil kolom pendek WF 250 x 125 x 5 x 8 b. Struktur Pimer 1. Balok - Dimensi 50 x 80 untuk balok induk melintang - Dimensi 40 x 60 untuk balok induk memanjang - Dimensi 30 x 50 untuk balok anak melintang - Dimensi 30 x 40 untuk balok anak memanjang 2. Kolom - Dimensi kolom (KL) 60 x 60
3 407 Kode Balok BI.1 (500x800) BI.2 (500x800) BI.3 (400x600) BA.1 (300x500) BA.2 (300x400) BA.3 (300x400) Wilayah Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan atas bawah geser torsi Tumpuan 9D22 3D D19 Lapangan 3D22 5D D19 Tumpuan 12D22 5D D19 Lapangan 3D22 7D D19 Tumpuan 7D22 3D D19 Lapangan 2D22 3D D19 Tumpuan 5D19 2D D16 Lapangan 2D22 3D D19 Tumpuan 3D19 2D D16 Lapangan 2D19 2D D19 Tumpuan 5D19 2D Lapangan 2D19 3D KL (600x600) Tumpuan 16D Lapangan - c. Struktur Bawah - Dimensi poer P-1, adalah 2,75 m x 2,75 m x 0,85 m, Dengan dimensi tiang pancang Ø 50 cm Tulangan Poer Arah X : D Tulangan Poer Arah Y : D Dimensi poer P-2, adalah 2,75 m x 1,5m x 0,85 m, Dengan dimensi tiang pancang Ø 50 cm Tulangan Poer Arah X : D Tulangan Poer Arah Y : D22-140
4 408 A P A' 2.75 P2 A A' 1.50 d. Displacement Untuk displacement gedung A&B dalam perhitungan di dapat sebesar 31 mm. Sedangkan displcement untuk Gedung C&E sebesar 53 mm. Dan displacement untuk Gedung D sebesar 29 mm. 7.2 SARAN Untuk bangunan yang berada pada wilayah gempa 1,2,3 dan 4 direncanakan menggunakan metode SRPMM sesuai dengan SNI dan SNI
5 409 REVISI Perhitungan Sloof Pada perhitungan Sloof digunakan perhitungan manual, karena sloof bukan merupakan struktur utama gedung yang dihitung dengan menggunakan bantuan program SAP 2000 versi Gaya gaya dalam yang terjadi pada sloof seperti M,D dan N akan ditambahkan dengan gaya aksial dan momen yang terjadi pada kolom (output SAP) untuk digunakan dalam perhitungan Pondasi. Kolom 60/60 M P Ma Mb Ha A B Hb Va 9,6 m Vb Berikut perhitungan sloof secara manual Data data perencanaan : Dimensi sloof : 50 / 80 Bentang sloof : 9,6 m Mutu beton (fc ) : 30 Mpa Mutu baja (fy) : 400 Mpa
6 410 Mutu baja geser (fy) : 240 Mpa Diameter tulangan utama (D) : 22 mm Tulangan geser ( Ø ) : 12 mm Selimut beton : 50 mm [SNI psl ] Sloof yang ditinjau
7 411 Pemodelan Mekanika Sloof Ma A L q B Mb Ma A q 9,6 m B Mb Ha Ma Perhitungan beban : Beban mati (qd) Berat sendiri sloof : 0,5 x 0,8 x kg/m Beban hidup (ql) Beban hidup perkuliahan : 250 x kg/m Va A q Q 9,6 m B Vb Mb Hb q(ult) 1,2.qd + 1,6.ql (1,2 x 960) + (1,6 x 1750) kg/m Q(ult) q(ult) x l x 9, ,2 kg Menghitung momen ujung jepit Mu a ,36 kg.m
8 412 Mu b ,36 kg.m Mu (lapangan) ,68 kg.m Menghitung gaya vertikal pada joint A dan B Va Vb ½ Q ½ x , ,6 kg ( ) Menghitung gaya horizontal pada joint A dan B Ha Hb 0 (gaya yang bekerja sejajar pada bidang) ,36 kg.m ,36 kg.m A ,6 kg ,2 kg B ,6 kg 9,6 m ,36 kg.m ,36 kg.m A ,68 kg.m PERHITUNGAN TORSI SLOOF Luasan penampang dibatasi sisi luar : Acp b x h 500 x mm 2 - B
9 413 Keliling penampang dibatasi sisi luar : Pcp 2 x (b + h) 2 x ( ) mm Luasan penampang dibatasi as tulangan sengkang : Aoh (b balok 2. t decking geser ) x (h balok 2. t decking geser ) ( ) x ( )) mm 2 Keliling penampang dibatasi as tulangan sengkang : Ph 2 x((b balok 2. t decking geser ) + (h balok 2. t decking geser )) (( ) + ( )) mm Momen Puntir Ultimate 2 fc' Acp Tu 3 Pcp Gambar luasan Aoh dan keliling Ph. 2 0, ,85 N.mm
10 414 Momen Puntir Nominal Tn ,1 N.mm Cek Pengaruh Tulangan Puntir Tu min fc' Acp 12 Pcp 2 0, Syarat ,21 N.mm : Tu min Tu tulangan puntir diabaikan Tu min Tu tulangan puntir ditinjau Kontrol : ,21 N.mm ,85 N.mm Maka : Direncanakan tulangan puntir Cek Dimensi Penampang : Vu ,4 kg N Vc ,58 N 2 Vu Tux Ph 2 b x d 1,7 x Aoh 2 Vc b x d 2 x [SNI psl ).(1).a)] fc' x ,85 x ,58 2 x 30 0,75 2 1,7 x x ,56 3,42
11 415 Syarat : Pers. kiri Pers. kanan penampang tidak OK Pers. kiri Pers. kanan penampang OK Maka : Dimensi penampang OK Tulangan puntir untuk geser : 2 x Ao x At x fyv Tn x cot θ s [SNI psl ).(6)] At s At s Tn 2 x Ao x fyvx cot θ Tn 2 x 0,85 x Aoh x fyvx cot θ ,1 2 x 0,85 x x 240 x cot 1,03 mm 2 /mm Ao 0,85 x Aoh 45 Tulangan puntir untuk lentur : A l At fyv x Phx x cot 2 θ s fyt 1,03 x x 240 x cot ,94 mm 2 5x fc xacp A l min At fyv ( ) ( xphx ) 12xfyt s fyt 5x 30x ( ) (1,03x2.152x ) 12x ,24 mm 2
12 416 Luasan tulangan puntir untuk lentur didistribusikan merata ke 4 sisi balok : A l > A l min, maka dipakai A l Al 1.329, ,485 mm 2 Maka : Luasan tambahan puntir longitudinal untuk tulangan lentur Al 332,485 mm 2 4 Luasan tambahan puntir transversal untuk tulangan geser At s 1,03 mm 2 /mm PERHITUNGAN LENTUR SLOOF Tinggi efektif balok : d h decking sengkang ½ tul lentur /2 727 mm d decking + sengkang + ½ tul lentur /2 73 mm ρ dalam keadaan seimbang (ρ,bal) (SNI pasal ) ρ,bal 0,85 fc' β1 600 fy 600 fy
13 417 0, , ,0325 ρ maksimum (ρ,maks) (SNI psl ) ρ,maks 0,75. ρ,bal 0,75. 0,0325 0,0244 ρ minimum (ρ,min) (SNI psl ) 1, 4 ρ,min fy 1, ,0035 ρ minimum (ρ,min) fy m 0,85.fc' 400 0, ,69 a. Daerah Tumpuan Kiri dan Kanan Mu ,36 kg.m N.mm Mn Xb N.mm
14 ,2 mm Xmax 0,75 x Xb 0,75 x 436,2 327,15 mm Xrencana 130 mm Asc Mnc Mns tekan) 3.522,2 mm Nmm Mn Mnc Nmm < 0 (tidak perlu tulangan Lentur tulangan tunggal Rn 1,44 N/mm 2 ρ perlu 0,0037
15 419 min < perlu < max, maka dalam perhitungan selanjutnya digunakan. perlu As ρ perlu x b x d 0,0037 x 500 x ,95 mm 2 Luasan tulangan perlu lentur tarik + luasan tambahan puntir longitudinal sisi atas balok (top) As perlu As + 4 Al 1.344, , ,435 mm 2 Luasan tulangan : Luasan tulangan lentur D 22 ¼. π. d 2 ¼. π ,13 mm 2 Luasan tulangan puntir 19 ¼. π. d 2 ¼. π ,53 mm 2 Jumlah tulangan pasang : Jumlah tulangan pasang lentur tarik (top) As luasan D perlu lentur 1.677, ,13 4,4 5 buah 5 D 22 Jumlah tulangan pasang lentur tekan (bottom) 2 buah 2 D 22
16 420 Jumlah tulangan pasang puntir longitudinal (web) Asperlupuntir luasan 664,97 283,53 puntir 2,3 4 buah 4 19 Luasan tulangan pasang : Luasan tulangan pasang lentur tarik (top) As pasang n pasang x luasan D lentur 5 x 380, ,65 mm 2 > 1.677,435 mm 2 Luasan tulangan pasang lentur tekan (bottom) As pasang n pasang x luasan D lentur 2 x 380,13 760,26 mm 2 Luasan tulangan pasang puntir longitudinal (web) As pasang puntir n pasang x luasan puntir 4 x 283, ,12 mm 2 > 664,97 mm 2 Spasi tulangan puntir longitudinal : 300 mm S puntir [SNI psl ).(3)] Cek Jarak Spasi Tulangan :
17 421 Cek jarak spasi tulangan dari jarak spasi tulangan sejajar pada TUMPUAN penampang sloof Spasi tulangan tarik b S max x tdecking 2 x geser jml tul x Dlentur jml tul 1 2 x 50 2 x 12 5x ,5 mm Syarat : S max S sejajar max susun 1 lapis S max S sejajar max susun 2 lapis Kontrol : 66,5 mm > 25 mm Maka : Tulangan lentur tarik susun 1 lapis Cek Syarat SRPMM untuk kekuatan lentur pada sloof Kuat momen lentur positif balok pada muka kolom tidak boleh lebih kecil sepertiga kuat momen lentur negatif balok pada muka kolom.
18 422 1 M lentur tumpuan ( ) x M lentur tumpuan ( ) 3 [SNI psl ).(1)] Maka pada hal ini pengecekan dilakukan dengan meninjau tulangan pasang. As pasang 1.900,65 mm 2 As pasang 760,26 mm 2 1 M lentur tumpuan ( ) x M lentur tumpuan ( ) 3 760,26 mm x 1.900,65mm 3 760,26 mm 2 633,55 mm 2 (memenuhi) Cek Kemampuan Penampang Tulangan Pasang Cek kemampuan penampang tulangan dari jarak spasi tulangan antar lapis pada penampang sloof. TUMPUAN x 1 t decking + geser (½ x D lentur ) (½ x 22) 73 mm
19 423 y n Dlentu x luasan Dlentur x X1 n Dlentur x luasan Dlentur 5 x 380,13x 73 5 x 380,13 73 mm Tinggi efektif penampang : d h balok y mm d h balok d mm Tinggi blok gaya tekan beton : A s pasang f y a 0,85 f ' c b 1.900,65x400 0, ,63 mm Gaya tekan beton : Cc 0,85 x fc x b x a 0,85 x 30 x 500 x 59, ,5 N Cek Momen Nominal Pasang : Mn a Cc ' d 2 59, , ,8 Nmm Syarat : Mn pasang Mn perlu perencanaan OK Mn pasang Mn perlu perencanaan tidak OK
20 424 Kontrol : ,8 N.mm N.mm Maka : Penulangan lentur memenuhi b. Daerah Lapangan Mu ,68 kg.m N.mm Mn N.mm Xb 436,2 mm Xmax 0,75 x Xb 0,75 x 436,2 327,15 mm Xrencana 130 mm Asc 3.522,2 mm 2 Mnc Mns Nmm Mn Mnc
21 Nmm Nmm Nmm<0 (tidak perlu tulangan tekan) Lentur tulangan tunggal Rn ρ perlu 0,717 N/mm 2 0,0018 min perlu max, maka perlu dinaikkan 30% sehingga 0,0018 x 1,3 0,0023. Jadi untuk perhitungan selanjutnya digunakan. As ρ min x b x d 0,0023 x 500 x ,05 mm 2 Luasan tulangan perlu lentur tarik + luasan tambahan puntir longitudinal sisi atas balok (top) min As perlu As + 4 Al 836, , ,535 mm 2 Luasan tulangan : Luasan tulangan lentur D 22 ¼. π. d 2
22 426 ¼. π ,13 mm 2 Luasan tulangan puntir 19 ¼. π. d 2 ¼. π ,53 mm 2 Jumlah tulangan pasang : Jumlah tulangan pasang lentur tarik (top) As luasan D perlu 1168, ,13 lentur 3,07 5 buah 5 D 22 Jumlah tulangan pasang lentur tekan (bottom) 2 buah 2 D 22 Jumlah tulangan pasang puntir longitudinal (web) Asperlupuntir luasan 664,97 283,53 puntir 2,3 4 buah 4 19 Luasan tulangan pasang : Luasan tulangan pasang lentur tarik (top) As pasang n pasang x luasan D lentur 5 x 380, ,65 mm 2 > 1.859,19 mm 2
23 427 Luasan tulangan pasang lentur tekan (bottom) As pasang n pasang x luasan D lentur 2 x 380,13 760,26 mm 2 Luasan tulangan pasang puntir longitudinal (web) As pasang puntir n pasang x luasan puntir 4 x 283, ,12 mm 2 > 664,97 mm 2 Spasi tulangan puntir longitudinal : S puntir 300 mm [SNI psl ).(3)] Cek Jarak Spasi Tulangan : x s Gambar Cek jarak spasi tulangan dari jarak spasi tulangan sejajar pada penampang balok
24 428 Spasi tulangan tarik S max Syarat b ,5 mm 2 x tdecking 2 x geser jml tul x Dlentur jml tul 1 2 x 50 2 x 12 5x : S max S sejajar max susun 1 lapis S max S sejajar max susun 2 lapis Kontrol : 66,5 mm > 25 mm Maka : Tulangan lentur tarik susun 1 lapis Cek Syarat SRPMM untuk kekuatan lentur pada balok Kuat momen lentur positif balok pada muka kolom tidak boleh lebih kecil sepertiga kuat momen lentur negatif balok pada muka kolom. 1 M lentur tumpuan ( ) x M lentur tumpuan ( ) 3 [SNI psl ).(1)] Maka pada hal ini pengecekan dilakukan dengan meninjau tulangan pasang. As pasang 1.900,65 mm 2 As pasang 760,26 mm 2 1 M lentur tumpuan ( ) x M lentur tumpuan ( ) 3
25 ,26 mm x 1.900,65mm 3 760,26 mm 2 633,55 mm 2 (memenuhi) Cek Kemampuan Penampang Tulangan Pasang x s Gambar Cek kemampuan penampang tulangan dari jarak spasi tulangan antar lapis pada penampang sloof. x 1 t decking + geser (½ x D lentur ) (½ x 22) 73 mm y n Dlentu x luasan Dlentur x X1 n Dlentur x luasan Dlentur 5 x 380,13x mm 5 x 380,13 Tinggi efektif penampang : d h balok y
26 mm d h balok d mm Tinggi blok gaya tekan beton : A s pasang f y a 0,85 f ' c b 1.900,65x400 0, ,63 mm Gaya tekan beton : Cc 0,85 x fc x b x a 0,85 x 30 x 500 x 59, ,5 N Maka Cek Momen Nominal Pasang : a Cc ' d 2 Mn 59, , ,8 Nmm Syarat: Mn pasang Mn perlu perencanaan OK Mn pasang Mn perlu perencanaan tidak OK Kontrol: ,8 N.mm N.mm : Penulangan lentur memenuhi
27 431 PERHITUNGAN GESER SLOOF Dari perhitungan tulangan lentur diatas didapat : Mn-kiri (Mnl) ,8 N.mm (momen pasang) Mn-kanan(Mnr) ,8 N.mm (momen pasang) V (muka kolom) N Gaya geser pada ujung perletakkan diperoleh dari : Mnl Mnr Wu x λn Vu1 λn 2 MnL MnR Vu Ln , , ,57 N Syarat kuat tekan beton : fc' 3 25 Mpa [SNI psl ).(1)] Mpa 5,48 8,33 Mpa Kuat geser beton : 1 Vc x fc' x b x d 6 [SNI psl ).(1)] 1 x 30 x 500 x ,58 N 6
28 432 Kuat geser tulangan geser : Vs min 1 x b x d 3 1 x 500 x ,67 N Vs max 1 x 3 fc' x b x d 1 x 3 30 x 500 x ,17 N 2Vs max 2 x 3 fc' x b x d 2 x 3 30 x 500 x ,3 N Pembagian Wilayah Geser Balok Wilayah balok dibagi menjadi 3 wilayah yaitu; 1. Wilayah 1 sejarak dua kali tinggi balok dari muka kolom (SNI ps ), 2. Wilayah 2 dimulai dari akhir wilayah 1 sampai ke ¼ bentang balok. 3. Wilayah 3 dimulai dari akhir wilayah 2 sampai ke ½ bentang balok.
29 433 Penulangan Geser Balok Wilayah 1 Vu ,57 N Cek Kondisi : Syarat : Kondisi 1 Vu 0,5 x x Vc Kondisi 2 0,5 x x Vc Vu x Vc Kondisi 3 x Vc Vu (Vc + Vs min ) Kondisi 4 (Vc + Vs min ) Vu (Vc + Vs max ) Kondisi 5 (Vc + Vs min ) Vu (Vc + 2Vs max ) Kontrol : Kondisi 3 x Vc Vu (Vc + Vs min ) 0,75( ,58) ,57 0,75( , ,67) , , ,44 Maka : Penulangan geser pada kondisi 3 Tulangan geser : Vu Vn [SNI psl )] Vu Vc + Vs Vs Vu - Vc Vs ,57 N Luasan tulangan geser : Av Vs x s fy x d
30 434 A s v Vs ,57 fyd Spasi maksimum adalah : 1,63 mm 2 / mm Smax 2 d 600mm ,5 mm atau 600 mm 2 Digunakan sengkang 3 kaki : 12 mm A v 3 x As 3 x 0,25 x π x (12) 2 339,29 mm 2 Luasan tulangan geser + luasan tambahan puntir transversal : Atot s Av At 2 s s 1, x 1,03 3,69 mm 2 / mm Maka didapatkan nilai : Av S perlu Atot / s 339,29 92 mm 3,69 Cek Spasi Tulangan Geser : S rencana : 90 mm Syarat : [SNI psl ).(2)] S pakai S pakai S perlu d/4 pada daerah tumpuan
31 435 S pakai 8 D lentur S pakai 24 geser S pakai 300 mm Kontrol : 90 mm 92 mm (memenuhi) 90 mm 180 mm (memenuhi) 90 mm 176 mm (memenuhi) 90 mm 288 mm (memenuhi) 90 mm 300 mm (memenuhi) Maka : Dipasang mm (dengan sengkang 3 kaki) Sengkang pertama dipasang 90 mm dari muka kolom. [SNI psl ).(2)] Wilayah 2 1 Vu1 x Ln 2h Vu2 2 1 Ln ,57 x x ,95 N
32 436 Cek Kondisi : Syarat : Kondisi 1 Vu 0,5 x x Vc Kondisi 2 0,5 x x Vc Vu x Vc Kondisi 3 x Vc Vu (Vc + Vs min ) Kondisi 4 (Vc + Vs min ) Vu (Vc + Vs max ) Kondisi 5 (Vc + Vs min ) Vu (Vc + 2Vs max ) Kontrol : Kondisi 2 0,5 x x Vc Vu x Vc 0,5 x 0,75x , ,95 0,75 x , , , ,44 Maka : Penulangan geser pada kondisi 2 Tulangan geser : Vu Vn [SNI psl )] Vu Vc + Vs Vs Vu - Vc Vs ,95 N Luasan tulangan geser : Av Vs x s fy x d A s v Vs ,95 1,05 mm 2 / mm fyd Dan spasi maksimum adalah :
33 437 Smax 2 d 600mm ,5 mm atau 600 mm 2 Digunakan sengkang 3 kaki : 12 mm A v 3 x As 3 x 0,25 x π x (12) 2 339,29 mm 2 Luasan tulangan geser + luasan tambahan puntir transversal : Atot s Av At 2 s s 1,05 + (2 x 1,03) 3,11 mm 2 / mm Maka didapatkan nilai : S perlu Av Atot / s 339, mm 3,11 Cek Spasi Tulangan Geser : S rencana : 100 mm Syarat : [SNI psl ).(2)] S pakai S pakai S pakai S pakai S pakai S perlu d/4 pada daerah tumpuan 8 D lentur 24 geser 300 mm
34 438 Kontrol : 100 mm 109 mm (memenuhi) 100 mm 180 mm (memenuhi) 100 mm 176 mm (memenuhi) 100 mm 288 mm (memenuhi) 100 mm 300 mm (memenuhi) Maka : Dipasang mm (dengan sengkang 3 kaki) Wilayah 3 1 Vu1 x Lx Vu3 1 4 Ln ,57 x x x ,44 N Cek Kondisi : Syarat : Kondisi 1 Vu 0,5 x x Vc Kondisi 2 0,5 x x Vc Vu x Vc Kondisi 3 x Vc Vu (Vc + Vs min ) Kondisi 4 (Vc + Vs min ) Vu (Vc + Vs max ) Kondisi 5 (Vc + Vs min ) Vu (Vc + 2Vs max )
35 439 Kontrol : Kondisi 2 0,5 x x Vc Vu x Vc 0,5x0,75 x , ,44 0,75 x , , , ,44 Maka : Penulangan geser pada kondisi 2 Luasan tulangan geser : bw x s Av min 3fy A v min s 3 bw xfy 500 0,694 mm 2 / mm 3240 Dan spasi maksimum adalah : Smax 2 d 600mm ,5 mm atau 600 mm 2 Digunakan sengkang 3 kaki : 12 mm A v 3 x As 3 x 0,25 x π x (12) 2 339,29 mm 2 Luasan tulangan geser + luasan tambahan puntir transversal : Atot s Av At 2 s s 0,694 + (2 x 1,03)
36 440 2,754 mm 2 / mm Maka didapatkan nilai : Av S perlu Atot / s Cek Spasi Tulangan Geser : S rencana : 100 mm Syarat : 339,29 123,4 mm 2,75 [SNI psl ).(2)] S pakai S pakai S pakai S pakai S pakai S perlu d/2 pada daerah lapangan 8 D lentur 24 geser 300 mm Kontrol : 100 mm 123,4 mm (memenuhi) 100 mm 364 mm (memenuhi) 100 mm 176 mm (memenuhi) 100 mm 288 mm (memenuhi) 100 mm 300 mm (memenuhi) Maka : Dipasang mm (dengan sengkang 3 kaki)
37 441 Panjang Penyaluran Tulangan Gaya tarik dan tekan pada tulangan di setiap penampang komponen struktur beton bertulang harus disalurkan pada masing-masing sisi penampang melalui penyaluran tulangan. Adapun perhitungan penyaluran tulangan berdasarkan SNI psl.14. Penyaluran Tulangan Dalam Kondisi Tarik Penyaluran tulangan dalam kondisi tarik dihitung berdasarkan SNI psl Panjang penyaluran tidak boleh kurang dari 300 mm [SNI psl )] d d b panjang penyaluran tulangan kondisi tarik diameter tulangan faktor lokasi penulangan 1 [SNI psl )] faktor pelapis 1,5 [SNI psl )] faktor digunakannya agregat ringan 1 [SNI psl )] λ d d b 3 x fy x α x β x λ 300 mm 5 x fc' [SNI psl )] d 3 x fy x α x β x λ x db 300 mm 5 x fc' 3 x 400x 1 x 1,5 x 1 x 22 5 x mm
38 442 d reduksi 1.445,99 mm 300 mm As As perlu pasang x d [SNI psl )] 4.388,25 x 1.445, , ,04 mm 1400 mm Maka panjang penyaluran tulangan dalam kondisi tarik 1400 mm Penyaluran Tulangan Berkait Dalam Kondisi Tarik Penyaluran tulangan berkait dalam kondisi tarik dihitung berdasarkan SNI psl Panjang penyaluran tidak boleh kurang dari 150 mm [SNI psl )] Berdasarkan SNI pasal panjang penyaluran dasar untuk suatu batang tulangan tarik pada penampang tepi atau yang berakhir dengan kaitan adalah : hb 100x db 8 x db fc' 100x x 22 mm 401,67 mm 176 mm hb reduksi F modifikasi x hb 150 mm
39 443 As As perlu pasang x hb 150 mm SNI psl ).(2)] 1.677,435 x 401, mm 1.900,65 354,5 mm 150 mm 400 mm Maka panjang penyaluran tulangan berkait dalam kondisi tarik 400 mm Penyaluran Tulangan Dalam Kondisi Tekan Penyaluran tulangan dalam kondisi tekan dihitung berdasarkan SNI psl Panjang penyaluran tidak boleh kurang dari 200 mm [SNI psl )] db db 4 x x fy fc' 0,04 x d b x fy [SNI psl )] 22 x x 30 0,04 x 22 x ,7 mm 352 mm db reduksi F modifikasi x db 200 mm As' As' perlu pasang x db 200 mm [SNI psl ).(2)]
40 ,26 x 401,7 200 mm 760,26 401,7 mm 200 mm Maka dipasang sepanjang 410 mm Maka panjang penyaluran tulangan dalam kondisi tekan 410 mm Kontrol Retak SNI ps.12.6 z fs 3 d c A d c 30MN/m untuk struktur didalam ruangan 25MN/m untuk penampang yang dipengaruhi cuaca luar decking + 0,5 tulangan 50 + (0,5 x 22) 61 mm A mm Z 0, ,5 N/mm 23,4 MN/mm 30MN/m (OK) Sebagai alternatif terhadap perhitungan nilai z, dapat dilakukan perhitungan lebar retak yang diberikan oleh: ω 11 x 10-6 x β x fs 3 A d c
41 ,850, ,22 mm Nilai lebar retak yang diperoleh tidak boleh melebihi 0,4 mm untuk penampang didalam ruangan dan 0,3 mm untuk penampang yang dipengaruhi cuaca luar, dimana β 0.85 untuk fc 30 Mpa Gambar Penulangan Sloof Panjang kait ditentukan sejarak 6d 6x 12mm 72mm 80mm (PBBI 1971, Bab 8.2) 5 D22 4 D19 3 Ø D22 TUMPUAN
42 446 3 D22 4 D19 3 Ø D22 LAPANGAN Sketsa Penampang sloof As B joint Sketsa Pembengkokan tulangan pada tulangan geser
43 D22 3 Ø D19 3 D22 3 Ø D22 5 D22 wilayah 1 wilayah 2 wilayah TUMPUAN LAPANGAN 600 1/2 Ln 4500 Sketsa penulangan lentur dan geser pada sloof
PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010
PRESENTASI TUGAS AKHIR oleh : PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 LATAR BELAKANG SMA Negeri 17 Surabaya merupakan salah
Lebih terperinciD = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi
DAFTAR NOTASI A cp = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm 2 Ag = Luas bruto penampang (mm 2 ) An = Luas bersih penampang (mm 2 ) Atp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) Al = Luas
Lebih terperinciPERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG SANTIKA HOTEL BEKASI DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)
PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG SANTIKA HOTEL BEKASI DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM) DANANG KURNIAWAN 3111.030.039 WIDITA ARAWINDA 3111.030.129 Dosen Pembimbing: Dr. M. Muntaha,
Lebih terperinciDAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir
DAFTAR ISTILAH A0 = Luas bruto yang dibatasi oleh lintasan aliran geser (mm 2 ) A0h = Luas daerah yang dibatasi oleh garis pusat tulangan sengkang torsi terluar (mm 2 ) Ac = Luas inti komponen struktur
Lebih terperincixxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y
DAFTAR NOTASI A cp = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² Ag = Luas bruto penampang (mm²) An = Luas bersih penampang (mm²) Atp = Luas penampang tiang pancang (mm²) Al = Luas total
Lebih terperinciPerencanaan Struktur Tangga
4.1 PERENCANAAN STRUKTUR TANGGA Skema Perencanaaan Struktur Tangga Perencanaan Struktur Tangga 5Pembebanan Tangga START Dimensi Tangga Rencanakan fc, fy, Ø tulangan Penentuan Tebal Pelat Tangga dan Bordes
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. xxvii. A cp
A cp Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C C m Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas bruto penampang (mm²) = Luas bersih penampang (mm²) = Luas penampang
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom
A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan
BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom
A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)
DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas bruto penampang
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom
DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cd = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas bruto
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).
DAFTAR NOTASI A cp Ag An Atp Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton (mm²). Luas bruto penampang (mm²). Luas bersih penampang (mm²). Luas penampang tiang pancang (mm²). Al Luas total tulangan
Lebih terperinciBAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR
BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR 3.. Denah Bangunan Dalam tugas akhir ini penulis merancang suatu struktur bangunan dengan denah seperti berikut : Gambar 3.. Denah bangunan 33 34 Dilihat dari bentuk
Lebih terperinciBAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR
BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR 5.1 Output Penulangan Kolom Dari Program Etabs ( gedung A ) Setelah syarat syarat dalam pemodelan struktur sudah memenuhi syarat yang di tentukan dalam peraturan SNI, maka
Lebih terperinciBAB V PENULANGAN STRUKTUR
BAB V PENULANGAN STRUKTUR 5.1. PENULANGAN PELAT 5.1.. Penulangan Pelat Lantai 1-9 Untuk mendesain penulangan pelat, terlebih dahulu perlu diketahui data pembebanan yang bekerja pada pelat. Data Pembebanan
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT Retno Palupi, I Gusti Putu Raka, Heppy Kristijanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03
BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peraturan-Peraturan yang Dugunakan 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03 2847 2002), 2. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Bangunan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan
BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Dalam perancangan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku sehingga diperoleh suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur
Lebih terperincid b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek
DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan
3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun
Lebih terperinciBab 6 DESAIN PENULANGAN
Bab 6 DESAIN PENULANGAN Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan 6.1 Teori Dasar Perhitungan Kapasitas Lentur
Lebih terperinciMODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON
TUGAS AKHIR RC09 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON OLEH: RAKA STEVEN CHRISTIAN JUNIOR 3107100015 DOSEN PEMBIMBING: Ir. ISDARMANU, M.Sc
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.
LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 6 Penulangan Bab 6 Penulangan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN Oleh : 1. AGUNG HADI SUPRAPTO 3111 030 114 2.RINTIH PRASTIANING ATAS KASIH 3111
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Pada perencanaan proyek akhir kami terdapat berbagai kesalahan, dan kami cantumkan beberapa kesalahan pada proyek akhir ini beserta penjelasannya, sebagai berikut.
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA
TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3
PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3 Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : FELIX BRAM SAMORA
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL.. i. LEMBAR PENGESAHAN ii. KATA PENGANAR.. iii ABSTRAKSI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang... 1
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. i LEMBAR PENGESAHAN ii KATA PENGANAR.. iii ABSTRAKSI... DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR NOTASI. v vi xii xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...... 1 1.2. Maksud dan
Lebih terperinci2.5.3 Dasar Teori Perhitungan Tulangan Torsi Balok... II Perhitungan Panjang Penyaluran... II Analisis dan Desain Kolom...
DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Abstrak Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... vi Daftar Notasi... vii Daftar Lampiran... x Kata Pengantar... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2
Lebih terperinciPERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) 1-6 1 PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK Whisnu Dwi Wiranata, I Gusti Putu
Lebih terperinci1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19) dan Geser (Ø =8 mm) balok dengan pembebanan sbb : A B C 6 m 6 m
Ujian REMIDI Semester Ganjil 013/014 Mata Kuliah : Struktur Beton Bertulang Hari/Tgl/ Tahun : Jumat, 7 Pebruari 014 Waktu : 10 menit Sifat Ujian : Tutup Buku KODE : A 1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19)
Lebih terperinciBAB V ANALISIS PEMBEBANAN
BAB V ANALISIS PEMBEBANAN Analisis pembebanan pada penelitian ini berupa beban mati, beban hidup, beban angin dan beban gempa. 3,5 m 3,5 m 3,5 m 3,5 m 3,5 m 3,5 m 4,5 m 3,25 m 4,4 m 4,45 m 4 m Gambar 5.1.
Lebih terperinciBAB I. Perencanaan Atap
BAB I Perencanaan Atap 1. Rencana Gording Data perencanaan atap : Penutup atap Kemiringan Rangka Tipe profil gording : Genteng metal : 40 o : Rangka Batang : Kanal C Mutu baja untuk Profil Siku L : BJ
Lebih terperincin ,06 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis
Menghitung As perlu Dari perhitungan didapat nilai ρ = ρ min As = ρ b d perlu As = 0,0033x1700 x1625 perlu Asperlu = 9116, 25mm 2 Menghitung jumlah tulangan yang diperlukan Coba D25 sehingga As perlu 9116,
Lebih terperincifc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa
Peraturan dan Standar Perencanaan 1. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung SNI - PPTGIUG 2000 2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Gedung SKSNI 02-2847-2002 3. Tata Cara Perencanaan Struktur
Lebih terperinciBAB V PERBANDINGAN DEFORMASI DAN PENULANGAN DESAIN. Pada bab V ini akan membahas tentang perbandingan deformasi dan
BAB V PERBANDINGAN DEFORMASI DAN PENULANGAN DESAIN 5.1 Perbandingan Deformasi Pada bab V ini akan membahas tentang perbandingan deformasi dan perhitungan tulangan yang akan digunakan dalam perencaan struktur
Lebih terperinciPERENCANAAN ULANG STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERUSAHAAN DAERAH PASAR SURYA SURABAYA DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH
PERENCANAAN ULANG STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERUSAHAAN DAERAH PASAR SURYA SURABAYA DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH MAHASISWA 1 : SURESTA PRADANA NRP.3108.030.020 MAHASISWA 2 : YUANGGA HARKIT
Lebih terperinciBAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR
BAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR 4.1. Estimasi Dimensi Estimasi dimensi komponen struktur merupakan tahap awal untuk melakukan analisis struktur dan merancang suatu bangunan gedung. Estimasi yang
Lebih terperinciGambar Gambar Perencanaan Tangga Tampak Samping. Ukuran antrede = 2 optrede + 1antrede = 65 A = 65-2(17,5)
66 3.3 Perhitungan Tangga 3.3.1 Perencanaan Ukuran Lantai Dasar ± 0,00 Lantai 1 ± 4,20 30 4200 17,5 3300 2150 Gambar 3.3.1 Gambar Perencanaan Tangga Tampak Samping Maka tinggi bordes = = 2,10 Ukuran optrede
Lebih terperinciTUGAS AKHIR RC
TUGAS AKHIR RC09-1380 MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG OFFICE BLOCK PEMERINTAHAN KOTA BATU MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON AMANDA KHOIRUNNISA 3109 100 082 DOSEN PEMBIMBING IR. HEPPY KRISTIJANTO,
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pembebanan Beban yang ditinjau dan dihitung dalam perancangan gedung ini adalah beban hidup, beban mati dan beban gempa. 3.1.1. Kuat Perlu Beban yang digunakan sesuai dalam
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Umum Pada gedung bertingkat perlakuan stmktur akibat beban menyebabkan terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas pekerjaan dilapangan, perencana
Lebih terperinciSTUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )
TUGAS AKHIR STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7 Oleh : RACHMAWATY ASRI (3109 106 044) Dosen Pembimbing: Budi Suswanto, ST. MT. Ph.D
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR STADION MIMIKA MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH DENGAN STRUKTUR ATAP SPACE FRAME
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA PERENCANAAN STRUKTUR STADION MIMIKA MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH DENGAN STRUKTUR
Lebih terperinci3.6.4 Perhitungan Sambungan Balok dan Kolom
64 3.6.4 Perhitungan Sambungan Balok dan Kolom A. Sambungan pada balok anak melintang ke balok anak memanjang Diketahui: Balok anak memanjang menggunakan profil WF 00.150.6.9, BJ 37 Balok anak melintang
Lebih terperinciBAB V PENULANGAN BAB V PENULANGAN. 5.1 Tulangan Pada Pelat. Desain penulangan pelat dihitung berdasarkan beban yang dipikul oleh
BAB V PENULANGAN 5.1 Tulangan Pada Pelat Desain penulangan pelat dihitung berdasarkan beban yang dipikul oleh pelat itu sendiri. Setelah mendapat nilai luasan tulangan yang dibutuhkan maka jumlah tulangan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI III-1 PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BPS PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN BETON PRACETAK
BAB III METODOLOGI 3.. PERSIAPAN Tahapan persiapan merupakan rangkaian kegiatan awal sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Pada tahap persiapan ini, disusun hal-hal yang harus dilakukan dengan
Lebih terperinciPROSENTASE DEVIASI BIAYA PADA PERENCANAAN KONSTRUKSI BALOK BETON KONVENSIONAL TERHADAP BALOK BETON PRATEGANG PADA PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 5 SURABAYA
PROSENTASE DEVIASI BIAYA PADA PERENCANAAN KONSTRUKSI BALOK BETON KONVENSIONAL TERHADAP BALOK BETON PRATEGANG PADA PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 5 SURABAYA Shufiyah Rakhmawati, Koespiadi Program Studi Teknik Sipil,
Lebih terperinciBAB V ANALISIS PEMBEBANAN STRUKTUR. A. Spesifikasi Data Teknis Banguan
58 BAB V ANALISIS PEMBEBANAN STRUKTUR A. Spesifikasi Data Teknis Banguan 1. Denah Bangunan Gambar 5.1 Denah Struktur Bangunan lantai 1.. Lokasi Bangunan Gedung Apartemen Malioboro City Yogyakarta terletak
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT KEGIATAN MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT KEGIATAN MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM) Oleh : TRIA CIPTADI 3111 030 013 M. CHARIESH FAWAID 3111 030 032 Dosen
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil disusun oleh : MUHAMMAD NIM : D
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS Oleh: AGUS JUNAEDI 3108 040 022 Dosen Pembimbing Ir. SUNGKONO, CES Ir. IBNU PUDJI
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan
BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun beban
Lebih terperinciBAB V PERANCANGAN STRUKTUR. Perhitungan tulangan lentur diambil dari momen 3-3 B15 pada lantai 5. Momen tumpuan positif = 0,5. 266,624 = 133,312 KNm
6 BAB V PERANCANGAN STRUKTUR 5.. Perhitungan Balok Struktur 5... Penulangan lentur Perhitungan tulangan lentur diambil dari momen - B5 pada lantai 5. Momen tumpuan negatif = -66,64 KNm Momen tumpuan positif
Lebih terperinciPERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI JEPARA
PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI JEPARA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : ALFANIDA AYU WIDARTI
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis dan perancangan pada struktur gedung kampus
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis dan perancangan pada struktur gedung kampus STMIK AMIKOM Yogyakarta, yang disesuaikan dengan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG
TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
II - 1 BAB II STUDI PUSTAKA.1. Tinjauan umum Konstruksi suatu struktur bangunan terdiri dari komponen utama yaitu bangunan atas dan bangunan bawah. Bangunan atas terdiri dari Balok, Kolom, Plat Lantai
Lebih terperinciBAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL
BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL 5.1 Desain Penulangan Elemen Struktur Pada bab V ini akan membahas tentang perhitungan tulangan yang akan digunakan dalam perencaan struktur yang telah didesain.
Lebih terperinciMODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA
MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA Oleh : AULIA MAHARANI PRATIWI 3107100133 Dosen Konsultasi : Ir. KURDIAN SUPRAPTO, MS TAVIO, ST, MS, Ph D I. PENDAHULUAN
Lebih terperinciPERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK
PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Penulis Dosen Pembimbing
Lebih terperinciANALISA DIMENSI DAN STRUKTUR ATAP MENGGUNAKAN METODE DAKTILITAS TERBATAS
Analisa Dimensi dan Struktur Atap Menggunakan Metode Daktilitas Terbatas 1 - ANALISA DIMENSI DAN STRUKTUR ATAP MENGGUNAKAN METODE DAKTILITAS TERBATAS M. Ikhsan Setiawan ABSTRAK Sttruktur gedung Akademi
Lebih terperinciGambar 5.1 Struktur Portal Balok dan Kolom
BAB V ANALISIS PEMBEBANAN Analisis pembebanan pada penelitian ini terdapat beban hidup, beban mati, beban angin dan beban gempa. Gambar 5.1 Struktur Portal Balok dan Kolom 45 46 A. Beban Struktur 1. Pelat
Lebih terperinciPerhitungan Penulangan Kolom Suatu kolom portal beton bertulang, yang juga berfungsi menahan beban lateral, dengan dimensi seperti gambar :
3 5 0 Perhitungan Penulangan Kolom 3 5 0 Suatu kolom portal beton bertulang, yang juga berfungsi menahan beban lateral, dengan dimensi seperti gambar : A A Direncanakan : Mutu beton fc 35 Mpa Mutu baja
Lebih terperinciBAB V DESAIN TULANGAN ELEMEN GEDUNG. Berdasarkan hasil analisis struktur dual system didapat nilai gaya geser setiap
BAB V DESAIN TULANGAN ELEMEN GEDUNG 5.1 Umum Berdasarkan hasil analisis struktur dual system didapat nilai gaya geser setiap tingkat dari analisis gempa dinamik dan analisis gempa statik ekuivalen, Vstatik
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN LANTAI Oleh: Fredy Fidya Saputra I.8505014 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM D III JURUSAN TEKNIK SIPIL SURAKARTA 009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar
Lebih terperinciMODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING
MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME SYSTEM) LATAR BELAKANG Perkembangan industri konstruksi
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR PROYEK PEMBANGUNAN BANK DANAMON JL PEMUDA-JEPARA
TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR PROYEK PEMBANGUNAN BANK DANAMON JL PEMUDA-JEPARA Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Lebih terperinciPERANCANGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG BANK MODERN SOLO
PERANCANGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG BANK MODERN SOLO Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : Heroni Wibowo Prasetyo NPM :
Lebih terperinciMODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON
SEMINAR TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON Oleh : ANTON PRASTOWO 3107 100 066 Dosen Pembimbing : Ir. HEPPY KRISTIJANTO,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Struktur Perhitungan struktur meliputi perencanaan atap, pelat, balok, kolom dan pondasi. Perhitungan gaya dalam menggunakan bantuan program SAP 2000 versi 14.
Lebih terperinciStruktur Balok-Rusuk (Joist) 9 BAB 3. ANALISIS DAN DESAIN Uraian Umum Tinjauan Terhadap Lentur 17
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAKSI PRAKATA DAFTAR -ISI i i i iii iv v vii DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL ix DAFTAR GAMBAR xii BAB 1. TENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL LARAS ASRI SALATIGA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh :
PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL LARAS ASRI SALATIGA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : HARDI WIBOWO No. Mahasiswa : 11515 / TS NPM : 03 02 11515 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS
TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG
TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. beban angin. Menurut PPI 1983, pengertian dari beban adalah: lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar dasar Pembebanan Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia (PPI) untuk gedung 1983, struktur gedung harus direncanakan terhadap beban mati, beban hidup, beban gempa dan
Lebih terperinciLampiran 1 Permodelan Struktur Atas (3D)
LAMPIRAN 31 Lampiran 1 Permodelan Struktur Atas (3D) 32 Lampiran 2 Denah Kolom, Balok, Dinding Geser, dan Plat struktur atas 1. Denah Lantai Dasar 2. Denah lantai P2A, P3A,P4A,P5A,P6A (Lantai Parkir) 33
Lebih terperinciPERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KEPANJEN MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS UNTUK DIBANGUN DI ACEH
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA FAKTULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN JURUSAN TEKNIK SIPIL PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUMAH SAKIT OLEH : YOGA GUNAWANTO 3105 109 615 DOSEN PEMBIMBING
Lebih terperincixxiv r min Rmax Rnv Rnt
DAFTAR NOTASI A adalah luas penampang, mm 2 Ab adalah Luas penampang bruto Acp adalah luas yang dibatasi oleh keliling luar penampnag beton, mm 2 Ae adalah luas efektif penampang, mm 2 Ag adalah luas bruto
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Struktur Akibat Gaya Gempa Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung tersebut atau bagian dari gedung tersebut yang menirukan pengaruh
Lebih terperinciPerhitungan Struktur Bab IV
Permodelan Struktur Bored pile Perhitungan bore pile dibuat dengan bantuan software SAP2000, dimensi yang diinput sesuai dengan rencana dimensi bore pile yaitu diameter 100 cm dan panjang 20 m. Beban yang
Lebih terperinciDAFfAR NOTASI. = Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi ( batang. = Luas dari tulangan geser dalam suatu jarak s. atau luas dari tulangan
NOTASI 1 DAFfAR NOTASI a = Tinggi blok tegangan beton persegi ekivalen Ab = Luas penampang satu batang tulangan. mm 2 Ag Ah AI = Luas penampang bruto dari beton = Luas dari tulangan geser yang pararel
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERENCANAAN
BAB III METODOLOGI PERENCANAAN III.. Gambaran umum Metodologi perencanaan desain struktur atas pada proyek gedung perkantoran yang kami lakukan adalah dengan mempelajari data-data yang ada seperti gambar
Lebih terperinci(SNI , pasal ) Rasio tulangan minimum dibatasi sebesar : 3.3 Perhitungan Penulangan Berdasar Hasil Analisa
Rasio tulangan minimum dibatasi sebesar : (NI 2847-2002, pasal 9.12.2.2) 3.3 Perhitungan Penulangan Berdasar Hasil Analisa Dengan : (NI 2847-2002, pasal 12.5.1) Dari data analisa perencanaan yang ada,
Lebih terperinciModifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak
TUGAS AKHIR RC-09 1380 Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak Penyusun : Made Peri Suriawan 3109.100.094 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Djoko Irawan MS, 2.
Lebih terperinciPERHITUNGAN GEDUNG 10 LANTAI DENGAN PERENCANAAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DI JALAN SEPAKAT II KOTA PONTIANAK
PERHITUNGAN GEDUNG 10 LANTAI DENGAN PERENCANAAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DI JALAN SEPAKAT II KOTA PONTIANAK Budianto 1), Andry Alim Lingga 2), Gatot Setya Budi 2) Abstrak Sebagai perencana
Lebih terperinciPERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)
PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL) Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S 1 Teknik Sipil diajukan
Lebih terperinciAndini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Agustus 16 STUDI KOMPARASI PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG BERDASARKAN SNI 3 847 DAN SNI 847 : 13 DENGAN SNI 3 176 1 (Studi Kasus : Apartemen 11 Lantai
Lebih terperinciJl. Banyumas Wonosobo
Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong
Lebih terperinciPERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)
1 PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai S-1 Teknik Sipil diajukan
Lebih terperinciMODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG B RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA GUNUNGSARI SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON
TUGAS AKHIR RC09 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG B RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA GUNUNGSARI SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON Oleh : YOGA C. V. TETHOOL 3107100057 Dosen Pembimbing : ENDAH
Lebih terperinciYogyakarta, Juni Penyusun
KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah, dengan segala kerendahan hati serta puji syukur, kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala kasih sayang-nya sehingga
Lebih terperinciPERENCANAAN ULANG GEDUNG POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN BETON PRACETAK
PERENCANAAN ULANG GEDUNG POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN BETON PRACETAK OLEH : WHISNU DWI WIRANATA 3110100125 DOSEN PEMBIMBING : Prof. Dr. Ir. I Gusti Putu Raka, DEA. Ir.
Lebih terperinciEKO PRASETYO DARIYO NRP : Dosen Pembimbing : Ir. Djoko Irawan, MS
TUGAS AKHIR PS-180 MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME SYSTEM) EKO PRASETYO DARIYO NRP
Lebih terperinciMODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN
JURUSAN DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL FTSP ITS SURABAYA MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO Oleh : M. ZAINUDDIN 3111 040 511 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciReza Murby Hermawan Dosen Pembimbing Endah Wahyuni, ST. MSc.PhD
MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN PUNCAK PERMAI DENGAN MENGGUNAKAN BALOK BETON PRATEKAN PADA LANTAI 15 SEBAGAI RUANG PERTEMUAN Reza Murby Hermawan 3108100041 Dosen Pembimbing Endah Wahyuni, ST. MSc.PhD
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kuat Tekan Beton SNI 03-1974-1990 memberikan pengertian kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kuat Tekan Beton Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi
Lebih terperinciLANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Tinjauan Umum Menurut Supriyadi dan Muntohar (2007) dalam Perencanaan Jembatan Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan mengumpulkan data dan informasi
Lebih terperinci