STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN"

Transkripsi

1

2 STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. P DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO DI SUSUN OLEH : ELSA NELA SARI NIM. P PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012

3 STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. P DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (ISPA) DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DI SUSUN OLEH : ELSA NELA SARI NIM. P PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012

4 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ISPA adalah penyakit infeksi saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh masuknya kuman mikroorganisme (bakteri dan virus) ke dalam organ saluran pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. Nasofaringitis akut (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) merupakan keadaan infeksi anak yang paling lazim, tetapi gejalanya tergantung pada frekuensi relatif dari komplikasi yang ditimbulkan. Pada anak-anak sindrom ini lebih luas daripada orang dewasa, sering melibatkan sinus paranasal dan telinga tengah serta nasofaring. Anak rata-rata menderita lima sampai delapan infeksi dalam setahun, dan angka tertinggi terjadi selama umur 2 tahun pertama. Anak-anak lebih rentan terhadap ISPA apabila asupan nutrisi buruk dan komplikasi purulen bertambah pada malnutrisi. Perubahan pertama adalah edema dan vasodilatasi pada submukosa, terjadi perubahan struktural dan fungsional silia. Keadaan ini mengganggu pembersihan mukus, apabila hal ini tidak segera ditangani maka akan menyebabkan gangguan pemenuhan oksigenasi (Nelson, 2002 : 1456). Penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kejadian penyakit ISPA terutama pada balita. Proporsi kematian yang ada di indonesia tahun 1998 disebabkan oleh infeksi saluran

5 pernafasan akut mencakup 20% -30 % dari seluruh kematian balita (Yusup dan Sulistyorini, 2005). Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) masih menjadi penyebab kematian balita nomor satu di Indonesia. Direktur Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, menyebutkan setiap 4 menit terjadi satu kematian balita akibat ISPA. Bahkan sejak tahun 2000 angka kematian balita akibat ISPA adalah 5 per 1000 balita. Oleh karena itu ISPA merupakan salah satu penyakit menular yang perlu mendapat perhatian (Rahmawati, 2008). Kebutuhan dasar manusia menurut Maslow dibagi menjadi lima tingkatan, diantaranya adalah kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis merupakan prioritas tertinggi dalam hierarki Maslow. Salah satu kebutuhan dasar manusia (fisiologis) yang harus dipenuhi adalah kebutuhan oksigenasi (Potter dan Perry, 2005 : 613). Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme, yang berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas. Penyampaian Oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis ( Rufaidah, 2005). Gangguan oksigenasi dapat berupa perubahan pola napas, hipoksia, dan obstruksi pernapasan. Hal ini bila terjadi pada anak yang mengalami ISPA, maka perlu ditangani dengan baik dan tepat, jika ISPA tidak sembuh, dalam satu minggu dan daya tahan tubuh anak sedang menurun, maka ISPA

6 yang sebelumnya hanya menginfeksi saluran napas atas ini bisa merembet ke saluran napas bawah, sehingga bisa mengakibatkan penyakit bronkitis, radang paru-paru, ataupun asmatik bronkitis yang akan mengakibatkan gangguan pada organ-organ pernafasan. Gangguan tersebut misalnya hipoksia, hipoksia merupakan kondisi ketika kadar oksigen dalam tubuh (sel) tidak adekut, dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Maka dari itu pemenuhan kebutuhan oksigenasi hendaknya mendapatkan prioritas utama dalam penanganannya (Mubaraq dan Chayatin, 2008 : ). Berdasarkan kasus latar belakang di atas penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada anak karena jika tidak diatasi akan menimbulkan gejala yang semakin berat bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernafasan yang dapat mengakibatkan kematian. Penulis menggunakan proses asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada An. P dengan ISPA di RSUD Sukoharjo.

7 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada An. P dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien ISPA. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. P pemenuhan kebutuhan oksigenasi. c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada An. P pemenuhan kebutuhan oksigenasi. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada An. P pemenuhan kebutuhan oksigenasi. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada An. P pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien ISPA. f. Penulis mampu menganaliasa kondisi pada An. P pemenuhan kebutuhan oksigenasi. C. MANFAAT 1. Bagi Institusi Keperawatan a. Dapat memberikan informasi tentang asuhan keperawatan anak pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi, khususnya pada pasien ISPA sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan lebih optimal serta meningkatkan ketrampilan dalam memberikan penatalaksanaan yang lebih baik pada pasien ISPA. b. Perawat mampu bersikap profesional dalam memberikan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien ISPA.

8 2. Institusi Pendidikan Sebagai informasi kepada mahasiswa tentang asuhan keperawatan anak pada pasien ISPA, sehingga dapat memberikan gambaran tentang penatalaksanaan pemenuhan oksigenasi pada pasien ISPA. 3. Bagi Penulis a. Mengetahui informasi serta mampu menerapkan asuhan keperawatan tentang pemenuhan kebutuhan oksigensi pada pasien ISPA, sehingga dapat mengembangkan wawasan penulis. b. Mendorong penulis untuk mengembangkan diri, berpandangan luas, serta bersikap profesional dalam memberikan asuhan keperawatan anak khususnya pada pasien ISPA.

9 BAB II LAPORAN KASUS A. IDENTITAS KLIEN Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 April 2012 jam WIB, pada kasus ini diperoleh dengan cara auto anamnesa dan allo anamnesa, pengamatan dan observasi langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis, catatan perawat. Dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas klien, bahwa inisial klien An. P, umur klien 5 tahun, klien beragama islam, alamat Sukoharjo, klien duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK), nomor register , dirawat di bangsal Flamboyan di kamar F 8.2 RSUD Sukoharjo. Dokter mendiagnosa bahwa An.P menderita penyakit ISPA. Klien masuk Rumah Sakit pada tanggal 2 April 2012 melalui UGD. Penanggung jawab klien adalah Tn. M, umur 40 tahun, pendidikan SD, pekerjaan wiraswasta, hubungan dengan klien adalah paman klien. B. PENGKAJIAN 1. Riwayat Kesehatan Klien Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa riwayat kesehatan klien, keluhan utama yang dirasakan oleh klien adalah batuk, pilek terus menerus. Keluarga klien mengatakan pada tanggal 29 April 2012 (5 hari sebelum masuk Rumah Sakit) klien mengalami demam disertai batuk pilek, batuk tidak mengeluarkan dahak. Oleh keluarga klien dibawa ke 6

10 7 UGD RSUD Sukoharjo kemudian dokter memutuskan klien untuk dirawat di ruang Flamboyan, pada saat pengkajian di bangsal keluarga klien mengatakan klien sudah tidak demam, klien mengeluh batuk terus menerus, dahak tidak keluar, batuk sewaktu-waktu. Klien juga mengeluh hidungnya tersumbat dan sulit untuk bernapas. Klien tampak lemas, pergerakannya terbatas klien tampak berbaring. Tanda-tanda vital nadi 96 kali per menit, suhu 37 0 C respirasi 32 kali per menit irama napas tidak teratur, cepat dangkal. Riwayat kesehatan lalu, kehamilan : gravida pertama partus pertama belum pernah aborsi, klien lahir pada tanggal 11 Oktober 2006, gestasi saat lahir 9 bulan, saat mengandung ibu klien tidak mengkonsumsi obat. Kelahiran, tipe kelahiran secara sectio caesaria indikasi panggul sempit. Post natal, berat baru lahir 2800 gram, panjang lahir 48 cm, tanggal kembali dari persalinan 16 Oktober 2006 dan pada klien tidak terdapat kelainan bawaan. Keluarga mengatakan imunisasi klien lengkap. Keluarga mengatakan klien tidak mempunyai kebiasaan khusus dalam tingkah laku (seperti : menggigit kuku, menghisap ibu jari). Pertumbuhan dan perkembangan, berat baru lahir gram, saat usia 6 bulan 7 kg, Berat badan saat ini 16 kg, gigi sudah lengkap terdapat caries gigi. 2. Pemeriksaan Fisik Berdasarkan pengkajian didapatkan pemeriksaan fisik dan penilaian keadaan umum adalah baik, kesadaran composmentis atau sadar penuh,

11 8 pemeriksaan fisik, tinggi badan 108 cm, berat badan 16 kg, Mata klien simetris kanan kiri, konjunctiva anemis, pupil isokor, sklera tidak ikterik, tidak terdapat gangguan penglihatan. Hidung simetris, terdapat luka bekas digaruk (lecet), terdapat sekret berlebih, tidak ada epistaksis, tidak terpasang oksigen. Mukosa bibir kering, gigi sudah lengkap, terdapat caries gigi. Pemeriksaan dada : inspeksi paru pengembangan dada kanankiri simetris, palpasi vocal fremitus kanan kiri sama, saat diperkusi bunyi paru sonor, dan saat diauskultasi terdengar suara nafas tambahan ronkhi (grok-grok). Pemeriksaan jantung inspeksi pulsasi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba di SIC V, bunyi pekak saat diperkusi, pada saat diauskultasi bunyi jantung I & II murni tidak ada bising. Tandatanda vital pada tanggal 3 April 2012 suhu 37 o C, respirasi 32 kali per menit irama nafas tidak teratur, denyut nadi 96 kali per menit. Keluarga mengatakan klien pada saat bayi diberikan ASI ekslusif sampai umur 1,5 tahun, klien tidak diberikan susu formula ataupun makanan sereal. Untuk keadaan nutrisinya keluarga klien mengatakan sebelum sakit makan 3 kali sehari dengan porsi yang sedang menu terdiri dari nasi, lauk (tahu, tempe, ikan, ayam) sayur, minum air putih 4 sampai 5 gelas perhari, klien juga sering mengkonsumsi minuman sachet seperti marimas. Sedangkan selama sakit keluarga klien mengatakan klien makan 3 kali sehari dengan menu bubur yang terbuat dari beras, lauk (tahu, tempe, daging) sayur, nafsu makan berkurang makan habis setengah dari porsi yang di sediakan oleh Rumah Sakit minum 2-3 gelas per hari. Hasil

12 9 Z- Score didapatkan WAZ = -1,2 (normal), HAZ = - 0,65 (normal), WHZ = -1,06 ( normal). 3. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang laboratorium pada tanggal 2 April 2012 yaitu hemoglobin 11,2 g/dl (N P:12-16 g/dl, Lk: g/dl). Hematokrit 30,4 % (N P: % Lk : %). Mchc 36,8 g/dl (N P: g/dl), mch 27,6 pg (N: pg). 4. Terapi obat Terapi obat pada tanggal 03 dan 04 April 2012 klien mendapatkan Cefotaxim 350 mg/8 jam, Dexametason 2 mg/8 jam, Puyer batuk 3x1 bungkus, Nebulizer Ventolin 2,5 mg ditambah Natrium klorida 2 cc/ 8 jam, infus Ringer laktat 15 tetes per menit. Tanggal 05 April 2012 mendapatkan infus Ringer laktat 15 tetes per menit, Puyer batuk 3x1 bungkus. Dari data hasil pengkajian dan observasi di atas, penulis melakukan analisa data kemudian merumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan prioritas, menyusun intervensi keperawatan, melakukan implementasi, dan evaluasi tindakan. C. PERUMUSAN MASALAH Prioritas diagnosa keperawatan adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan. Data yang menunjang dengan diagnosa tersebut adalah data subyektif : Klien mengeluh batuk pilek,

13 10 hidungnya tersumbat dan sulit untuk bernapas. Data obyektif, klien terlihat batuk pilek terus menerus, terdapat sekret di hidung, terdapat suara nafas tambahan ronkhi (grok-grok), irama napas tidak teratur (cepat dangkal) dan frekuensi pernapasan 32 kali per menit. D. TUJUAN DAN KRITERIA HASIL Tujuan yang dibuat penulis berdasarkan kriteria SMART ( Spesifik, Measurable, Achievable, Reasonable, Time) adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam di harapkan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas dapat teratasi dengan kriteria hasil, klien menunjukkan pembersihan jalan napas efektif, mudah untuk bernapas, irama dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal (20-30 kali per menit). E. INTERVENSI KEPERAWATAN Intervensi atau rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan berdasarkan ONEK (Observasi, Nursing intervensi, Edukasi, Kolaborasi) yaitu kaji keefektifan pengobatan yang diresepkan, rasional : untuk mengevaluasi pengobatan sebelumnya dan merencanakan tindakan selanjutnya, auskultasi bagian dada anterior dan posterior, rasional, : untuk mengetahui adanya bunyi tambahan, pantau status oksigenasi klien, rasional : untuk mengetahui status oksigenasi klien, pantau tanda - tanda vital, rasional : tanda-tanda vital merupakan indikator penting untuk mengetahui perkembangan klien. Berikan posisi semi fowler rasional :memaksimalkan

14 11 pengembangan paru, Anjurkan keluarga untuk memberikan klien minum air putih hangat, rasional : untuk mengencerkan dahak, informasikan kepada keluarga klien bahwa merokok merupakan kegiatan yang dilarang di ruang perawatan, rasional : agar meminimalkan polusi di ruang perawatan. Instruksikan kepada klien dan keluarga tentang rencana perawatan di rumah rasional : membantu memberikan gambaran keluarga tentang perawatan di rumah pasca perawatan di Rumah Sakit, ajarkan kepada keluarga fisioterapi dada rasional : untuk memfasilitasi drainase sekret, ajarkan batuk efektif kolaborasi dengan dokter pemberian terapi obat dan Nebulizer rasional : sebagai bronkodilator, dan mengencerkan dahak. F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Implementasi keperawatan atau tindakan keperawatan dilakukan selama 3 hari. Tanggal 3 April pada jam WIB memantau status oksigensi klien, respon subyektif : mengatakan hidungnya tersumbat, respon obyektif : frekuensi 32 kali per menit, irama napas tidak teratur cepat dan dangkal. Pada jam WIB mengauskultasi dada anterior dan posterior, respon subyektif : keluarga mengatakan klien masih batuk, respon obyektif : terdapat suara napas tambahan ronkhi (grok-grok). Pada jam WIB memberikan posisi semi fowler, respon subyektif : klien mengatakan lebih nyaman, respon obyektif klien tampak rileks. Pada jam WIB menganjurkan keluarga untuk memberikan klien air putih hangat, respon subyektif : keluarga menyetujui respon obyektif : klien terlihat minum air

15 12 putih hangat dibantu keluarga. Pada jam WIB menginformasikan kepada keluarga bahwa merokok dilarang di ruang perawatan, respon obyektif tidak ada anggota keluarga yang merokok di ruang perawatan. Mengajarkan keluarga fisioterapi dada jam WIB, respon subyektif keluarga mengatakan mengerti, respon obyektif fisioterapi dada telah di lakukan (clapping dan vibrating) dahak tidak keluar. Pada jam WIB Kolaborasi dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi, respon subyektif : keluarga menyetujui, respon obyektif : klien tampak menangis, injeksi Cefotaxim 350 mg dan Dexametason 2 mg masuk secara intra vena. Pada jam WIB Kolaborasi pemberian terapi Nebulizer, respon subyektif : keluarga menyetujui, respon obyektif : klien tampak menangis Nebulizer Ventolin 2,5 mg di tambah Natrium clorida 2cc masuk. Tindakan keperawatan pada tanggal 4 April 2012, Pada jam WIB memantau status oksigenasi klien, respon subyektif : klien mengatakan hidung tersumbat, respon obyektif : frekuensi pernafasan 28 kali per menit, irama napas tidak teratur cepat dangkal. Pada jam WIB mengajarkan kepada keluarga fisioterapi dada respon subyektif : keluarga klien mengatakan mengerti cara yang sudah diajarkan, respon obyektif : fisioterapi dada telah dilakukan (clapping dan vibrating) dahak keluar dengan konsistensi kental, warna kekuningan. Pada jam WIB menganjurkan keluarga untuk memberikan klien minum air putih hangat, respon subyektif : keluarga menyetujui respon obyektif : klien terlihat minum air putih hangat dibantu keluarga. Pada jam WIB menginformasikan kepada keluarga

16 13 bahwa merokok dilarang di ruang perawatan, respon subyektif : keluarga mengerti tentang informasi yang diberikan, respon obyektif : tidak ada anggota keluarga yang merokok di ruang perawatan. Pada jam WIB memberikan posisi semi fowler, respon : subyektif klien mengatakan lebih nyaman, respon obyektif : klien tampak rileks. Pada jam WIB kolaborasi pemberian terapi sesuai indikasi, respon subyektif : keluarga menyetujui tindakan injeksi, respon obyektif : klien tampak menangis, injeksi Cefotaxime 350 mg dan Dexametason 2 mg sudah masuk secara intravena. Pada jam WIB kolaborasi pemberian terapi nebulizer, respon subyektif klien mengatakan dapat bernafas dengan mudah, respon obyektif klien tampak rileks, Nebulizer ventolin 2,5 mg ditambah 2 cc Natrium Klorida masuk, frekuensi pernapasan 28 kali per menit. Tindakan keperawatanpada tanggal 5 April 2012 yaitu pada jam WIB mengauskultasi dada posterior dan anterior, respon subyektif : keluarga mengatakan batuk klien berkurang, respon obyektif : frekuensi pernafasan 20 kali per menit, irama napas teratur, tidak ada suara napas tambahan. Memberikan posisi semi fowler jam WIB, respon subyektif : klien mengatakan lebih nyaman dengan posisi tersebut, respon obyektif : klien tampak rileks. G. EVALUASI KEPERAWATAN Evaluasi pada tanggal 03 April 2012, subyektif keluarga klien mengatakan klien batuk terus menerus, dahak tidak bisa keluar, klien masih

17 14 pilek, Klien juga mengeluh hidungnya tersumbat. Obyektif, klien masih terlihat masih batuk pilek, terdapat sekret di hidung, frekuensi pernapasan 32 kali per menit, irama napas tidak teratur, terdapat suara napas tambahan ronkhi (grok-grok), masalah belum teratasi. Planning intervensi dilanjutkan, berikan posisi semi fowler, ajarkan keluarga fisioterapi dada, pantau status pernapasan, anjurkan keluarga untuk memberikan klien minum air putih hangat, kolaborasi pemberian terapi sesuai indikasi. Evaluasi pada tanggal 04 April, subyektif keluarga klien mengatakan klien masih batuk pilek dahak sudah keluar. Obyektif klien terlihat masih batuk dan pilek, terdapat sekret di hidung, frekuensi pernapasan 28 kali per menit, irama napas tidak teratur, dahak sudah keluar dengan konsistensi kental warna kekuningan, masalah belum teratasi. Planing lanjutkan intervensi, berikan posisi semi fowler, auskultasi dada posterior dan anterior, ajarkan keluarga untuk fisioterapi dada, anjurkan keluarga memberikan klien minum air putih hangat, kolaborasi pemberian terapi obat sesuai indikasi. Evaluasi pada tanggal 05 April 2012, subyektif keluarga klien mengatakan batuk sudah berkurang, klien mengatakan hidungnya sudah tidak tersumbat. Obyektif klien terlihat rileks, frekuensi pernapasan 20 kali per menit, irama napas teratur, tidak ada suara napas tambahan. Masalah teratasi, dan pasien sudah diperbolehkan pulang intervensi dihentikan.

18 BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas tentang studi kasus yang dilakukan pada tanggal 3-5 April 2012 di ruang Flamboyan, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Penulis hanya akan membahas diagnosa keperawatan utama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas, yang berkaitan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Alasan penulis hanya membahas tentang diagnosa tersebut karena kebutuhan oksigenasi merupakan prioritas tertinggi dalam kebutuhan dasar manusia, maka dari itu penanganannya harus diutamakan. Infeksi saluran nafas atas adalah infeksi yang disebabkan mikroorganisme di struktur saluran napas atas yang tidak berfungsi untuk pertukaran gas, termasuk rongga hidung, faring dan laring. Penyakit yang termasuk dalam ISPA antara lain pilek, faringitis atau radang tenggorok, laringitis, dan influenza tanpa komplikasi (Corwin, 2009 : 538). Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa riwayat kesehatan klien, keluhan utama yang dirasakan oleh klien adalah batuk, pilek terus menerus. Keluarga klien mengatakan pada tanggal 29 April 2012 (5 hari sebelum masuk rumah sakit) klien mengalami demam disertai batuk pilek,

19 batuk tidak mengeluarkan dahak, nafsu makan berkurang. Pada saat dikaji klien mengeluh hidungnya tersumbat dan lemas. Dari pemeriksaan fisik diatas, dapat dilihat bahwa tanda gejala pada klien sesuai dengan referensi yang menyebutkan bahwa gambaran secara umum yang sering dijumpai pasien ISPA adalah rinitis, nyeri tenggorokan, batuk-batuk denga n dahak kuning atau putih kental, nyeri retrosternal dan konjunctivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari, disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah-muntah dan insomnia. Pada tahap ISPA, sindroma influensa gambaran yang paling adalah gangguan fisik cukup berat, dengan gejala batuk, lemah badan, malaise, anoreksia, panas badan, nyeri tenggorok, meriang (Alsagaff dan Mukty, 2006 : 113). Penyakit ISPA pada anak-anak umumnya sama seperti orang dewasa, menyebabkan inflamasi dan pembengkakan pada saluran pernapasan. Tanda gejala yang terjadi pada anak-anak akan lebih nyata karena saluran napas lebih sempit daripada orang dewasa sehingga anakanak lebih rentan untuk terjadi sumbatan jalan napas. Pemeriksaan fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan pengukuran lainnya. Pemeriksaan serta pemeriksaan semua bagian tubuh. Pemeriksaan fisik menggunakan teknik inspeksi, palapasi, perkusi, dan auskultasi (Potter dan Perry, 2005 : 159). Dari hasil pengkajian fisik pada klien didapatkan Pemeriksaan dada : inspeksi paru pengembangan dada kanan-kiri simetris, palpasi vocal

20 fremitus kanan kiri sama, saat diperkusi bunyi paru sonor dan saat diauskultasi terdengar suara nafas tambahan ronkhi (grok-grok). Pada pemerikasaan hidung, simetris, terdapat luka bekas digaruk (lecet), terdapat sekret berlebih, tidak ada epistaksis. Tanda-tanda vital nadi 96 kali per menit, suhu 37 0 C respirasi 32 kali per menit irama napas tidak teratur, cepat dangkal. Pemerikasaan darah didapatkan hemoglobin 11,2 g/dl, Hematokrit g30,4 %, Mchc 36,8 g/dl, mch 27,6 pg. Pasien ISPA akan timbul penyempitan atau tersumbatnya saluran pernafasan, hal ini karena semua jenis infeksi mengaktifkan respon imun dan inflamasi sehingga terjadi pembengkakan dan edema jaringan yang terinfeksi. Reaksi inflamasi menyebabkan peningkatan produksi mukus yang berperan menimbulkan ISPA, yaitu kongesti atau hidung tersumbat, sputum berlebihan, dan rabas hidung atau pilek (Corwin, 2008 : 538). Pada infeksi saluran pernapasan akut terjadi peradangan selaput lender sekitar tenggorokan dan terdapat bintik-bintik yang melekat berwarna kuning atau putih. Hal tersebut mengakibatkan menyempitnya atau tersumbatnya saluran pernapasan (Handayaningsih, 2009 : 145). Sekret yang terakumulasi akan mengakibatkan sumbatan pada saluran nafas, sehingga oksigen yang dapat masuk ke saluran pernapasan akan berkurang. Tubuh mengkompensasinya dengan cara meningkatkan usaha napas, hal ini ditandai dengan perubahan frekuensi dan irama napas. Hal ini sesuai dengan tanda dan gejala yang terjadi pada klien. Klien mengeluh hidung tersumbat, terdapat sekret di hidung yang

21 mengakibatkan klien mengalami kesulitan untuk bernapas. Pada klien juga terdapat perubahan frekuensi 32 kali per menit, irama napas tidak teratur cepat dangkal. Tahap selanjutnya adalah pengkajian. Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan. Dalam mengkaji, harus memperhatikan data dasar pasien. Informasi yang didapat dari klien (sumber data primer), data yang didapat dari orang lain (data sekunder), catatan kesehatan klien, informasi atau laporan laboratorium, tes diagnostik, keluarga dan orang yang terdekat atau anggota tim kesehatan merupakan pengkajian data dasar (Hidayat A, 2002 : 12). Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan penulis, dapat ditegakkan diagnosa keperawatan utama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan. Hal ini ditandai dengan terdapat suara napas tambahan (ronkhi), batuk tidak efektif, perubahan pada frekuensi dan ritme pernapasan. Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan dalam membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk menjaga bersihan jalan napas. Batasan karakteristik dari ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah batuk yang tidak efektif, penurunan bunyi napas, suara napas tambahan (rales, crakles, ronkhi, wheezing), sputum dalam jumlah berlebih, sianosis, kesulitan bicara, mata terbuka lebar,

22 perubahan frekuensi napas, perubahan irama napas, sianosis gelisah. Sesuai dengan tanda dan gejala yang terjadi pada klien yang memenuhi batasan karakteristik ketidakefektifan bersihan jalan napas, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas (Nanda, 2009 : 356). Hal ini didukung dengan buku menyebutkan bahwa, bersihan jalan napas tidak efektif adalah suatu keadaan ketika individu mengalami suatu ancaman nyata atau potensial pada status pernapasan karena ketidakmampuannya untuk batuk secara efektif. Diagnosis ini ditegakkan jika terdapat tanda mayor berupa ketidakmampuan untuk batuk atau kurangnya batuk atau ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret dari jalan napas, tanda minor yang mungkin ditemukan untuk menegakkan diagnosis ini adalah bunyi napas abnormal, stridor dan perubahan frekuensi irama dan kedalaman napas (Anas Tamsuri, 2004 : 63). Menurut tujuan keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan suatu tindakan yang dapat diukur berdasarkan kemampuan dan kewenangan perawat. Penulis dalam menentukan tujuan dan kriteria hasil kasus di atas didasarkan pada metode SMART. S : Spesifik, tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda. M : Measureble, tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien, dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan dibau. A : Achievable, tujuan harus dapat dicapai, R : Reasonable, tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan

23 secara ilmiah, T : Time,mempunyai batasan waktu yang jelas (Nursalam, 2002 : 81) Adapun tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan oleh penulis adalah setelah 2 x 24 jam diharapkan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasi, dengan kriteria hasil, klien menunjukkan pembersihan jalan napas efektif, mudah untuk bernapas, irama dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal (20-30 kali per menit). Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2006). Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dicetuskan maka penulis menyusun intervensi yang telah disesuaikan dengan intervensi NIC, pantau status oksigenasi klien, rasional : untuk mengetahui status oksigenasi klien, Auskultasi bagian dada anterior dan posterior, rasional : untuk mengetahui adanya bunyi tambahan, berikan posisi semi fowler rasional : memaksimalkan pengembangan paru, anjurkan keluarga untuk memberikan klien minum air putih hangat, rasional : untuk menurunkan viskositas sekresi, ajarkan batuk efektif rasional : untuk membantu mengeluarkan sekret, informasikan kepada keluarga klien bahwa merokok merupakan kegiatan yang dapat mengganggu kesehatan klien, rasional : agar meminimalkan polusi di ruang perawatan. instruksikan kepada klien dan keluarga tentang rencana perawatan di rumah rasional : membantu keluarga perencanaan tentang perawatan di rumah pasca perawatan di

24 rumah sakit, Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi obat dan Nebulizer rasional : sebagai bronkodilator, dan mengencerkan dahak (Wilkinson, 2006 : 16 20). Berdasarkan intervensi yang telah direncanakan, adapun implementansi yang telah dilakukan pada tanggal 3 5 April 2012 adalah memantau status pernafasan klien bertujuan untuk mengetahui perkembangan kesehatan klien, sedangkan Mengauskultasi dada anterior dan posterior, yang tujuannya untuk mengetahui adanya suara napas tambahan. Memberikan posisi semi fowler bertujuan untuk memaksimalkan ekspansi paru. Memberikan posisi semi fowler dapat dilakukan pada pasien ISPA, karena hal ini bertujuan untuk memungkinkan ekspansi paru lebih baik dan mencegah aspirasi sekresi. Posisi semi fowler adalah posisi dimana paru-paru lebih tinggi sehingga memungkinkan pada saat inspirasi oksigen yang masuk ke paru lebih banyak, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dengan keadaan tersebut memaksimalkan pengembangan dada atau paru (Wong, 2008). Implementasi yang selanjutnya adalah menganjurkan keluarga untuk memberikan klien minum air putih hangat. Hal ini sesuai dengan buku menganjurkan asupan cairan yang adekuat, merupakan salah satu penatalaksanaan pada pasien yang berguna untuk menurunkan viskositas sekresi atau mengencerkan sekret (Wong, 2008).

25 Menginformasikan kepada keluarga klien bahwa merokok merupakan kegiatan yang dapat mengganggu kesehatan klien dalam ruang perawatan. Tindakan keperawatan tersebut bertujuan untuk memberikan pengetahuan pada keluarga karena dapat mempengaruhi sistem pernapasan klien dan dapat meminimalkan polusi di ruang perawatan. Menginstruksikan kepada klien dan keluarga tentang rencana perawatan dirumah, hal ini bertujuan untuk membantu perencanaan perawatan dirumah. Hal ini didukung oleh jurnal penelitian tingkat pendidikan yang kurang, merupakan salah satu penyebab rendahnya kesadaran kesehatan lingkungan, semakin baik tingkat pendidikan formal, maka semakin baik pengetahuan tentang kesehatan, sehingga akan mematangkan pemahaman tentang pengetahuan kesehatan lingkungan dan kesadaran menjaga kesehatan lingkungan termasuk penerapan prinsip-prinsip hidup sehat (Hadiyanto, 2003). Tingkat pendidikan ibu berhubungan dengan peningkatan kasus ISPA. Pada kasus diatas keluarga klien dan ibu mempunyai informasi yang kurang tentang pengetahuan ISPA, sehingga dalam penanganan kesehatan klien memerlukan tindakan mandiri dari perawat yaitu edukasi (Kristensen IA, 2004). Implementasi selanjutnya adalah mengajarkan keluarga untuk fisioterapi dada, hal ini sesuai dengan buku, menyatakan bahwa melakukan clapping dan vibrating bertujuan untuk memfasilitasi drainase

26 sekresi. Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi Nebulizer Ventolin, implementasi tersebut bertujuan untuk melegakan jalan napas atau sebagai bronkodilator (Wong, 2008). Berdasarkan intervensi yang telah direncanakan terdapat intervensi yang tidak dapat dilakukan oleh penulis. Adapun intervensi yang tidak dapat dilakukan oleh penulis adalah ajarkan batuk efektif hal ini adalah salah satu kekurangan penulis. Penulis dalam membina hubungan saling percaya dengan klien kurang efektif sehingga, ketika akan dilakukan implementasi tersebut klien menangis. Dalam tahap evaluasi penulis menggunakan metode SOAP. S: Subyektif data, O: Obyektif data, A: Analisis atau Assesment dan P: planning Setelah melalukan implementasi diatas selama 3 hari dari tanggal 3 5 April didapatkan evaluasi pada tanggal 4 April 2012 masalah belum teratasi subyektif : keluarga klien mengatakan klien masih batuk pilek dahak sudah keluar. Obyektif : klien terlihat masih batuk dan pilek, terdapat sekret di hidung, frekuensi pernapasan 28 kali per menit, irama napas tidak teratur, dahak sudah keluar dengan konsistensi kental warna kekuningan, masalah belum teratasi, intervensi di lanjutkan. Masalah belum teratasi di karenakan penyakit klien sendiri yang sudah masuk pada tahap sindroma influensa sehingga menyebabkan penumpukan sekret yang berat dan mengakibatkan sumbatan jalan napas. Hal ini di tambah dengan keadaan klien yang rewel sehingga intervensi ajarkan batuk efektif yang berfungsi untuk pengeluaran sekret tidak dapat di lakukan.

27 Evaluasi pada tanggal 5 April 2012 masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasi, yang ditandai dengan, subyektif : klien keluarga klien mengatakan batuk sudah berkurang, klien mengatakan hidungnya sudah tidak tersumbat. Obyektif, frekuensi pernapasan 20 kali per menit, irama napas teratur, tidak ada suara napas tambahan dan pasien sudah diperbolehkan pulang oleh dokter (Nursalam, 2002 : 129). Hal ini sesuai dengan kriteria hasil yang telah dirumuskan yaitu klien menunjukkan pembersihan jalan napas efektif, mudah untuk bernapas, irama dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal (20-30 kali per menit). B. SIMPULAN 1. Pembahasan Dari uraian bab pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: a. Hasil pengkajian yang telah dilakukan penulis pada tanggal 3 April 2012 keluhan utama yang dirasakan An. P adalah batuk pilek terus menerus, frekuensi pernapasan 32 kali per menit, irama napas tidak teratur cepat dan dangkal, terdapat suara napas tambahan ronki. b. Diagnosa atau masalah keperawatan utama pada An. P adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan.

28 c. Tujuan yang diharapkan penulis setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan bersihan jalan napas menjadi efektif dengan kriteria hasil pembersihan jalan napas efektif, mudah untuk bernapas, irama dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal (20-30 kali per menit) rencana tindakan keperawatan, antara lain pantau status oksigenasi klien, auskultasi bagian dada anterior dan posterior, berikan posisi semi fowler, anjurkan keluarga untuk memberikan minum air putih hangat, ajarkan keluarga untuk fisioterapi dada, kolaborasi dengan dokter pemberian terapi obat dan nebulizer. d. Tindakan keperawatan pada tanggal 3-5 April 2012 berdasarkan berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat, antara lain memantau status oksigenasi klien, mengauskultasi dada anterior dan posterior, memberikan posisi semi fowler, menganjurkan keluarga untuk memberikan air minum putih hangat, mengajarkan keluarga untuk fisioterapi dada, kolaborasi dengan dokter pemberian obat dan nebulizer. e. Pada tahap akhir, penulis mengevaluasi kepada pasien setelah tindakan keperawatan yang dilakukan selama tiga hari. Hasil eveluasi pada tanggal 5 April 2012 yaitu masalah pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas dengan ISPA teratasi.

29 2. Saran Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberi saran sebagai berikut : a. Bagi Rumah Sakit Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien lebih optimal dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. b. Bagi Institusi Pendidikan Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya dalam melalui praktek klinik dan pembuatan laporan. c. Bagi Penulis selanjutnya Diharapkan penulisdapat menggunakan atau memanfaatkan waktu lebih efektif, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien secara optimal.

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA AN

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA AN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA AN.R DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (ISPA) DI BANGSAL BAKUNG DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA Disusun Oleh : ANDI

Lebih terperinci

KRISTINA NOVITA SARI. S NIM. P

KRISTINA NOVITA SARI. S NIM. P STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA AN. A DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) DI RUANG BAKUNG RS PANTI WALUYO SURAKARTA DI SUSUN OLEH: KRISTINA NOVITA SARI.

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas pasien Pengkajian dilakukan pada hari/ tanggal Selasa, 23 Juli 2012 pukul: 10.00 WIB dan Tempat : Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. Pengkaji

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. D DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) DI RUANG MELATI RSUD KARANGANYAR DISUSUN OLEH : RIZKA NUGRAHENI NIM P.09097 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9

Lebih terperinci

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan 5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC, 1 BAB 1 A. Latar Belakang PENDAHULUAN Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC, PPOK, ISPA, dan lain-lain. WHO melaporkan bahwa 0,5% dari penduduk dunia terserang Penyakit

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA An. A DENGAN BRONKITIS DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA An. A DENGAN BRONKITIS DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA An. A DENGAN BRONKITIS DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO DISUSUN OLEH : PERTI SUTANTI NIM. P.09092 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Anak Preschool dengan ISPA A. Definisi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang 27 BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang ditemukan pada pasien An.T adapun permasalahan tersebut sebagai berikut: A. Diagnosa 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post Sectio Caesaria dengan indikasi Preeklamsia di Ruang Baitu Nisa RS Sultan Agung pada tanggal

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal 17-20 Mei 2011, pukul 14.30 WIB, di ruang mawar RSUD Tugurejo Semarang. 1. Biodata a. Identitas pasien Pasien bernama Ny.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pemberian asuhan

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pemberian asuhan BAB III TINJAUAN KASUS Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pemberian asuhan keperawatan pada Ny. F dengan diagnosa medis post sectio caesaria indikasi ketuban pecah dini di ruang Bougenville

Lebih terperinci

KELOMPOK III. Siti Rafidah K Sri Rezkiana andi L Nadia Intan tiara D Arsini Widya Setianingsih

KELOMPOK III. Siti Rafidah K Sri Rezkiana andi L Nadia Intan tiara D Arsini Widya Setianingsih PERTUSIS KELOMPOK III Amalia Putri Azizah Ayu Nila Sari Asri Nurul Falah Euis Oktaviani P Fitrah Rahmah Mariyatul Qibtiyah Rizqa A. M Selly M.P Susan Eka Putri Siti Rafidah K Sri Rezkiana andi L Nadia

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS PADA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS PADA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS PADA An.F DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO DISUSUN OLEH : FICKA TAQWANINGTYAS NIM. P.10096

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul 22.07 WIB Ny Y datang ke RSUD Sukoharjo dengan membawa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN PERTAMA (11 JUNI 2014) obyektif serta data penunjang (Muslihatun, 2009).

BAB IV PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN PERTAMA (11 JUNI 2014) obyektif serta data penunjang (Muslihatun, 2009). BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis membahas asuhan kebidanan pada bayi S dengan ikterik di RSUD Sunan Kalijaga Demak menggunakan manajemen asuhan kebidanan varney, yang terdiri dari tujuh langkah yaitu

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM : STUDI KASUS PADA Tn. A 72 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RUANG SEDAP MALAM RSUD GAMBIRAN KOTA

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. BIODATA 1. Identitas Pasien. Nama Umur Jenis kelamin Suku/Bangsa Agama : An. F : 3 tahun : Perempuan : Jawa / Indonesia : Islam Status pernikahan : - Pekerjaan : - Alamat : Kedung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Infeksi pada saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan infeksi

Lebih terperinci

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN An. H DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG LUKMAN RUMAH SAKIT MUHAMMADYAH SEMARANG

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN An. H DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG LUKMAN RUMAH SAKIT MUHAMMADYAH SEMARANG BAB III ASUHAN KEPERAWATAN An. H DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG LUKMAN RUMAH SAKIT MUHAMMADYAH SEMARANG A. PENGKAJIAN Tanggal 20 juni 2011, jam 10. 00 WIB 1. a) Biodata pasien Nama Usia Jenis kelamin

Lebih terperinci

LAPORAN JAGA 24 Maret 2013

LAPORAN JAGA 24 Maret 2013 LAPORAN JAGA 24 Maret 2013 Kepaniteraan Klinik Pediatri Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta 2013

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. ISPA dapat diklasifikasikan menjadi infeksi saluran

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. K DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG BAKUNG RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. K DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG BAKUNG RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. K DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG BAKUNG RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA DISUSUN OLEH : VERA WILIS SEDAYU NIM. P.09110 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post BAB V PENUTUP Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post ovarektomi dextra atas indikasi kista ovarium yang merupakan hasil pengamatan langsung pada klien yang dirawat di ruang Bougenvile

Lebih terperinci

Dika Fernanda Satya Wira W Ayu Wulandari Aisyah Rahmawati Hanny Dwi Andini Isti Hidayah Tri Amalia Nungki Kusumawati

Dika Fernanda Satya Wira W Ayu Wulandari Aisyah Rahmawati Hanny Dwi Andini Isti Hidayah Tri Amalia Nungki Kusumawati Dika Fernanda Satya Wira W Ayu Wulandari Aisyah Rahmawati Hanny Dwi Andini Isti Hidayah Tri Amalia Nungki Kusumawati Siti Sarifah Sonia Mahdalena Ranny Dwi H Novita Sari CANTIK Wardah Afipah Mitha Nur

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. H DENGAN ASMA PADA KELUARGA Tn. H DI DESA WONOREJO KIDUL KECAMATAN GONDANGREJO KARANGANYAR

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. H DENGAN ASMA PADA KELUARGA Tn. H DI DESA WONOREJO KIDUL KECAMATAN GONDANGREJO KARANGANYAR STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. H DENGAN ASMA PADA KELUARGA Tn. H DI DESA WONOREJO KIDUL KECAMATAN GONDANGREJO KARANGANYAR DISUSUN OLEH : NITA ANDRIYANI NIM. P.10040 PROGRAM STUDI DIII

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN : HIPERTERMI PADA AN.R DENGAN DEMAM TIPOID DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN : HIPERTERMI PADA AN.R DENGAN DEMAM TIPOID DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN : HIPERTERMI PADA AN.R DENGAN DEMAM TIPOID DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO DISUSUN OLEH : HARTANTI PUJI LESTARI NIM. P.09023 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan beban kerja pernafasan, yang menimbulkan sesak nafas, sehingga pasien mengalami penurunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 15.00 WIB,

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. N DENGAN ASMA BRONKIAL DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. N DENGAN ASMA BRONKIAL DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. N DENGAN ASMA BRONKIAL DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO DISUSUN OLEH : INDAH YULIANA NIM. P.10029 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. M DENGAN BRONKITIS KRONIS DI RUANG BOUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. M DENGAN BRONKITIS KRONIS DI RUANG BOUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. M DENGAN BRONKITIS KRONIS DI RUANG BOUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA DISUSUN OLEH : ROSNITA YULIANA MANURUNG NIM. P.09044 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Tanggal : 22 Maret 2016 Pukul : 10.30 WIB Data subjektif pasien Ny. T umur 50 tahun bekerja

Lebih terperinci

STUDI KASUS. ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. N DENGAN ASMA DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

STUDI KASUS. ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. N DENGAN ASMA DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. N DENGAN ASMA DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA DI SUSUN OLEH : ROSI ADITYANA NIM. P.09043 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN

LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama Umur Negeri asal Suku Agama Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : A : 6 tahun : Jambi : Minang : Islam : Laki-laki : Pelajar : Sungai Penuh, Jambi Seorang pasien anak laki-laki,

Lebih terperinci

2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat)

2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat) . KOMPLIKASI Ensefalopai hepaic terjadi pada kegagalan hai berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopai hepaik. Kerusakan jaringan paremkin hai

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal 17-07-2012 jam 10.00 WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG 1. Identitas Pasien Nama Nn. S, umur 25 tahun,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. disebabkan oleh virus, dan merupakan suatu peradangan yang menyebabkan. lumen pada bronkiolus (Suriadi & Rita, 2006).

BAB II TINJAUAN TEORI. disebabkan oleh virus, dan merupakan suatu peradangan yang menyebabkan. lumen pada bronkiolus (Suriadi & Rita, 2006). BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Bronchiolitis Bronchiolitis adalah suatu peradangan pada bronchiolus yang disebabkan oleh virus, dan merupakan suatu peradangan yang menyebabkan adanya edema atau pembengkakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post partum spontan di Ruang Baitu Nisa RS Sultan Agung Semarang pada tanggal 14 sampai dengan

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PNC. kelami

PENGKAJIAN PNC. kelami PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III TIJAUAN KASUS. Pada bab ini penulis akan membicarakan tentang tinjauan kasus dari pelaksanaan

BAB III TIJAUAN KASUS. Pada bab ini penulis akan membicarakan tentang tinjauan kasus dari pelaksanaan BAB III TIJAUAN KASUS Pada bab ini penulis akan membicarakan tentang tinjauan kasus dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada An. A dengan Gastroenteritis dehidrasi sedang di ruang luqman Rumah Sakit Roemani

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA AN. N DENGAN HEPATOTOKSIK DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA AN. N DENGAN HEPATOTOKSIK DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA AN. N DENGAN HEPATOTOKSIK DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO DI SUSUN OLEH : ARNY SUSANTI P.09007 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi. I. Rencana Tindakan Keperawatan 1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi. a. Tekanan darah siastole

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan penyakit umum pada masyarakat yang di tandai dengan adanya peradangan pada saluran bronchial.

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA By U USIA 3 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA)

ASUHAN KEBIDANAN PADA By U USIA 3 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) ASUHAN KEBIDANAN PADA By U USIA 3 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) Mimatun Nasihah* Eka Ayu Apriliana** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA An.A DENGAN BRONKEOLITIS DI BANGSAL FLAMBOYAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO DI SUSUN OLEH : ADITYA NUR PRATAMA NIM. P.10071

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk mengurangi sesak nafas pada pasien asma di ruang IGD Rumah Sakit Roemani Semarang tanggal

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) A. Definisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru kronik dengan karakteristik

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Biodata Pasien Pengkajian dilakukan pada hari Senin, tanggal 11 Mei 2009 jam 07.30 WIB dengan cara alloanamnesa, autoanamnesa, observasi pasien dan catatan medis

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. W DENGAN TUBERKULOSISS PARU (TB PARU) DI RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA DI SUSUN OLEH : NURI TRI SUSANTI NIM.P.10115

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian pada Ny. S dilakukan pada tanggal 11 Mei 2007 sedangkan pasien masuk RSU Dr. Kariadi tanggal 8 Mei 2007 1. Biodata Biodata pasien Ny. S, 25 tahun, jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Telaah Pustaka 2.1.1. ISPA a. Definisi ISPA adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun Oleh: ARI PRABOWO J KARYA TULIS ILMIAH

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun Oleh: ARI PRABOWO J KARYA TULIS ILMIAH KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN : BRONKIOLITIS DI RUANG MINA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA Disusun Oleh: ARI PRABOWO J.200.090.055 KARYA TULIS

Lebih terperinci

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA ` Di Susun Oleh: Nursyifa Hikmawati (05-511-1111-028) D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2014 ASUHAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S PADA An. A DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS(ISPA) DI DESA TUBAN GONDANGREJO KARANGANYAR

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S PADA An. A DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS(ISPA) DI DESA TUBAN GONDANGREJO KARANGANYAR i STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S PADA An. A DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS(ISPA) DI DESA TUBAN GONDANGREJO KARANGANYAR DISUSUN OLEH WAHYU YUNI LESTARI NIM. P09.054 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat sakit serupa sebelumnya, batuk lama, dan asma disangkal Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat TB paru dan Asma

Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat sakit serupa sebelumnya, batuk lama, dan asma disangkal Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat TB paru dan Asma Identitas Pasien Nama: An. J Usia: 5 tahun Alamat: Cikulak, Kab Cirebon Jenis Kelamin: Perempuan Nama Ayah: Tn. T Nama Ibu: Ny. F No RM: 768718 Tanggal Masuk: 12-Mei-2015 Tanggal Periksa: 15-Mei-2015 Anamnesis

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) Topik : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Sasaran : 1. Umum : Keluarga pasien ISPA 2. Khusus: Pasien ISPA Hari/Tanggal : Jumat, 24 Januari 2014 Waktu : Pukul 9.30 10.00

Lebih terperinci

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH Jadwal kunjungan di rumah Manajemen ibu post partum Post partum group Jadwal Kunjungan Rumah Paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas, dilakukan untuk menilai keadaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini penulis akan melaporkan asuhan keperawatan pada klien Ny. S. dengan mioma uteri di ruang B-3 Gynekologi RSP Kariadi Semarang. Adapun data yang di peroleh dari wawancara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang perlu diwaspadai karena penyakit ini merupakan penyebab kematian dengan nomor urut lima di Indonesia.

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA Pengkajian dilakukan pada hari selasa tanggal 10 Juni 2014 pukul 14.00 WIB.

Lebih terperinci

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI Oleh : Furkon Nurhakim INTERVENSI PASCA OPERASI PASE PASCA ANESTHESI Periode segera setelah anesthesi à gawat MEMPERTAHANKAN VENTILASI PULMONARI Periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KASUS

BAB III ANALISA KASUS BAB III ANALISA KASUS 3.1 Pengkajian Umum No. Rekam Medis : 10659991 Ruang/Kamar : Flamboyan 3 Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2011 Diagnosa Medis : Febris Typhoid a. Identitas Pasien Nama : Nn. Sarifah Jenis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap Tanggal : 17 Maret 2015 pukul : 12.30 WIB Pada pemeriksaan didapatkan hasil data

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Efusi Pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan di rongga pleura selain cairan dapat juga terjadi penumpukan pus atau darah (Soeparman, 1996 : 789).

Lebih terperinci

ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u

ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u m a h S a k i t I s l a m J a k a r t a, P o n d o k

Lebih terperinci

BAB III RESUME KASUS

BAB III RESUME KASUS BAB III RESUME KASUS A. Pengkajian 1. Data identitas Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada tanggal 25 januari 2009 sampai dengan06 febuari 2009 pada keluarga Tn. M yang tinggal di kelurahan Tlogosari

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA An.G DENGAN BRONKITIS DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA An.G DENGAN BRONKITIS DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA An.G DENGAN BRONKITIS DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO DISUSUN OLEH : HASTIN NUR AINI NIM. P.09024 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERKULOSIS PARU (TB PARU) DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERKULOSIS PARU (TB PARU) DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERKULOSIS PARU (TB PARU) DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR DI SUSUN OLEH : TRI SETYANINGSIH NIM. P.09051 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi LAPORAN PENDAHULUAN I. Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April Tanggal lahir : 21 Agustus : 8 bulan 7 hari

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April Tanggal lahir : 21 Agustus : 8 bulan 7 hari BAB III TINJAUAN KASUS Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April 2010 A. PENGKAJIAN 1. Identitas Pasien a. Biodata Pasien Nama : An. A Tanggal lahir : 21 Agustus 2009 Umur Jenis kelamin Suku Bangsa Agama

Lebih terperinci

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) 1. Pengertian ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spectrum

Lebih terperinci

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan Bronkitis pada Anak 1. Pengertian Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan

Lebih terperinci

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN BAB III ASUHAN KEPERAWATAN Pada bab ini penulis melakukan pengkajian pada tanggal 3 Juni 2009 jam 09.00 WIB dan memperoleh data-data dari catatan keperawatan dan catatan medis, serta wawancara dengan keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia dijuluki oleh William Osler pada abad ke-19 sebagai The

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia dijuluki oleh William Osler pada abad ke-19 sebagai The BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai macam masalah penyakit pernafasan yang sering ditemui adalah ISPA, tuberculosis, kanker paru, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, dan pnemonia.

Lebih terperinci

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL O 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produk mucus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif. Mempertahankan jalan

Lebih terperinci

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK)

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) Nama Mahasiswa : Tanggal Pemeriksaan : No. 1. 2. 3. 4. Aspek yang dinilai Membina sambung rasa, bersikap baik dan sopan, serta menunjukkan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 30 Maret 2011 dengan hasil. Jenis kelamin : Perempuan

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 30 Maret 2011 dengan hasil. Jenis kelamin : Perempuan BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 30 Maret 2011 dengan hasil sebagai berikut : 1. Identitas klien Nama : Ny. S Umur : 49 Tahun Jenis kelamin : Perempuan

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. 16 Februari dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang

BAB III TINJAUAN KASUS. 16 Februari dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post SC di Ruang Fatimah RS Roemani dari tanggal 14 sampai dengan 16 Februari 2008. dengan menggunakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 0 Desa Lenek Kec. Aikmel EVALUASI LAYANAN KLINIS PUSKESMAS LENEK 06 GASTROENTERITIS AKUT. Konsistensi

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran I PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama :Tn. G Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 25 tahun Status Perkawinan : Belum menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN

BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Bronkitis adalah suatu penyakit yand ditandai oleh adanya inflamasi bronkus (Ngastiyah, 2003). Bronkitis adalah suatu infeksi akut saluran besar paru (yaitu trachea dan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS Tanggal pengkajian, 11 Maret 2010, jam 16.00. A. Biodata Pada saat dilakukan pengkajian pada Ny. R dari tanggal 11 Maret 2010 di ruang Fatimah, didapatkan data yaitu : umur 21 tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan cara memelihara kesehatan.upaya kesehatan masyarakat meliputi : peningkatan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI Data Diri DokterMuda NamaPasien Alamsyah JenisKelamin Laki-laki 59 tahun No. CM 1-07-96-69 Soal 1 ReferensiLiteratur Pasien datang dengan keluhan nyeri dada sebelah kanan. Nyeri dada dirasakan sekitar

Lebih terperinci

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut: A. lisa Data B. Analisa Data berikut: Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai No. Data Fokus Problem Etiologi DS: a. badan terasa panas b. mengeluh pusing c. demam selama

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. L : DECOMPENSASI CORDIS DI RUANG MAWAR 1 RSUD KARANGANYAR

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. L : DECOMPENSASI CORDIS DI RUANG MAWAR 1 RSUD KARANGANYAR STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. L : DECOMPENSASI CORDIS DI RUANG MAWAR 1 RSUD KARANGANYAR DI SUSUN OLEH : RAUFI AH ANADH MAHENDAR NIM P.09040 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus

BAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Agus priyanto,2008). Apendisitis merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR

LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR Diajukan guna melengkapi tugas Komuda Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi pada tonsil atau yang biasanya dikenal masyarakat amandel merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak- anak usia 5 sampai 11 tahun. Data rekam medis RSUD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasien kritis adalah pasien dengan penyakit atau kondisi yang mengancam jiwa pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive Care

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parekim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh kainnya, termasuk meningitis, ginjal,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN A. PENGERTIAN Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) ialah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat yang

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. MS DENGAN SYOK SEPTIK DI IGD RSUD WANGAYA TANGGAL 8 DESEMBER 2015

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. MS DENGAN SYOK SEPTIK DI IGD RSUD WANGAYA TANGGAL 8 DESEMBER 2015 ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. MS DENGAN SYOK SEPTIK DI IGD RSUD WANGAYA TANGGAL 8 DESEMBER 2015 Identitas Pasien Nama : Tn.MS Umur : 80 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Tidak bekerja Agama : Hindu

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERCULOSIS PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERCULOSIS PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERCULOSIS PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR DI SUSUN OLEH : PURWANTI NIM. P.10118 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci