STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. K DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG BAKUNG RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. K DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG BAKUNG RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA"

Transkripsi

1 STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. K DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG BAKUNG RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA DISUSUN OLEH : VERA WILIS SEDAYU NIM. P PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012

2 STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. K DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG BAKUNG RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : VERA WILIS SEDAYU NIM. P PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012 i

3 SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Vera Wilis Sedayu NIM : P Program Studi : Diploma III Keperawatan Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. K DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG BAKUNG RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku. Surakarta, April 2012 VERA WILIS SEDAYU NIM. P

4 LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh: Nama : Vera Wilis Sedayu NIM : P Program Studi : Diploma III Keperawatan Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. K DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG BAKUNG RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan : Surakarta Hari / Tanggal : Sabtu / 28 April 2012 Pembimbing : Nurma Rahmawati., S.Kep., Ns. NIK (.)

5 HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh: Nama : Vera Wilis Sedayu NIM : P Program Studi : Diploma III Keperawatan Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DENGAN BRONKOPNEUMONIA PADA AN. K DI RUANG BAKUNG RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan : Surakarta Hari / Tanggal : Sabtu / 28 April 2012 DEWAN PENGUJI Penguji I : Nurma Rahmawati,S.Kep.Ns (.) NIK Penguji II : Setiyawan, S.Kep.,Ns (.) NIK Penguji III : Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns (.) NIK Mengetahui, Ketua Program Studi DIII keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta Setiyawan, S.Kep., Ns. NIK

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN OKSIGENASI PADA AN. K DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG BAKUNG RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta. 2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta. 3. Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukanmasukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

7 4. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji II yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 5. Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji III yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 6. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin. Surakarta, April 2012 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... i ii iii iv v DAFTAR ISI... vii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penulisan... 3 C. Manfaat penulisan... 4 BAB II LAPORAN KASUS A. Identitas Klien... 5 B. Pengkajian... 6 C. Perumusan Masalah Keperawatan... 7 D. Perencanaan... 8 E. Implementasi... 8 F. Evaluasi... 11

9 BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan B. Simpulan dan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data Log Book Lembar Konsultasi Karya Ilmiah Format Pendelegasian Pasien Asuhan Keperawatan

11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawat dalam menjalankan perannya berorientasi terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Salah satu kebutuhan dasar tersebut adalah oksigen. Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas. Adanya kekurangan oksigen ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Klien dalam situasi demikian mengharapkan kompetensi perawat dalam mengenal keadaan hipoksemia dengan segera untuk mengatasi masalah (Rufaidah, 2005). Oksigenasi merupakan salah satu intervensi kolaboratif yang dilakukan oleh perawat sebagai bagian dari tim kesehatan dalam upaya menyelesaikan masalah pasien terutama yang berkaitan dengan gangguan sistem pernapasan. Dalam bab ini penulis membahas tentang salah satu penyakit pada anak yang membutuhkan oksigenasi yaitu Bronkopneumonia. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yaitu penyakit menahun terdahulu yang ditandai dengan gejala panas tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan produktif (Hidayat,

12 2009). Bronkopneumonia terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia lobularis. ( Wong, 2003 ). Bronkopneumonia merupakan penyumbang kematian balita di dunia sekitar 1,6-2,2 juta balita dengan proporsi 19%. Populasi penelitian adalah seluruh balita yang di rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun sebanyak 293 anak dengan Bronkopneumonia, jumlah sampel adalah seluruh populasi. Dengan kelompok umur 2-11 bulan Bronkopneumonia berat 28,0%, jumlah kunjungan berulang satu kali 94,1%, gizi buruk 4,2%, imunisasi tidak lengkap 82,9%, Pemeriksaan diagnosis, pada foto thorak pada pasien dengan bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus. Laboratorium, gambaran darah tepi menunjukkan leukositosis dapat mencapai sampai /mm 3 dengan pergeseran ke kiri. Analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolic dengan atau tanpa retensi karbondioksida. Pneumonia dapat menyebabkan anak berada dalam keadaan dispnea dan sianosis karena adanya radang paru dan banyaknya lendir didalam bronkus atau paru. Agar pasien dapat bernapas secara lancar lendir tersebut harus dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan oksigen perlu dibantu dengan memberikan oksigen 2 Liter per menit (Ngastiyah, 2005). Pada An.K yang dirawat Di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta dengan diagnosa bronkopneumonia dengan tanda gejala sesak napas, terdapat stridor, gelisah, disertai batuk kering, suhu tubuh meningkat 38 derajat celcius, pernapasan 40

13 kali per,menit. Pada pemeriksaan foto thorak didapat hasil pada kedua bronkus terdapat penumpukan sekret. Pada hasil laboratorium An. K didapatkan Hemoglobin 9,3 g / dl, Dari data-data tersebut dapat diambil masalah keperawatan yaitu bersihan jalan napas tidak efektif. Sehingga penulis tertarik melakukan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada An. K dengan bronkopneumonia di Ruang Bakung Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melaporkan kasus bersihan jalan napas pada An.K dengan bronkopneumonia di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada An. K dengan bersihan jalan napas tidak efektif pada bronkopneumonia b. Penulis mampu merumuskan diagosa keperawatan pada An. K dengan bersihan jalan napas tidak efektif pada bronkopneumonia c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada An. K dengan bersihan jalan napas tidak efektif pada bronkopneumonia d. Penulis mampu melakukan implementasi pada An. K dengan bersihan jalan napas tidak efektif pada bronkopneumonia e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada An. K dengan bersihan jalan napas tidak efektif pada bronkopneumonia

14 f. Penulis mampu menganalisa kondisi pada An. K dengan bersihan jalan napas tidak efektif pada bronkopneumonia. C. Manfaat Penulisan 1. Bagi profesi Keperawatan Sebagai tambahan informasi tentang tindakan aktif oleh profesi keperawatan dengan cara memberikan asuhan keperawatan terutama pada anak, sehingga dapat mencegah dan mengurangi angka kesakitan. 2. Bagi penulis Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat dari perkuliahan khususnya di bidang keperawatan anak dengan bronkopneumonia. 3. Bagi masyarakat Sebagai pengetahuan untuk memahami tentang bronkopneumonia pada anak dan mengaplikasikannya dalam kehidupan masyarakat.

15 BAB II LAPORAN KASUS Dalam bab ini menjelaskan tentang ringkasan asuhan keperawatan yang dilakukan pada An.K dengan diagnosa medis Bronkopneumonia, dilaksanakan pada tanggal 5 sampai 7 April Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi. A. Identitas Klien Dari pengkajian pada tanggal 5 April 2012 jam WIB, pada kasus ini diperoleh dengan cara aloanamnese dan autoanamnese, mengadakan pengamatan atau observasi langsung, pemerikaan fisik, menelaah catatan medis dan catatan perawat. Dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas klien bahwa klien bernama An.K umur 15 bulan, beragama Kristen, dengan alamat Jl. Sibela barat no. 10 Mojosongo Surakarta yang dirawat diruang Bakung Rumah Sakit Panti Waluya Surakarta. An.K dirawat sejak hari rabu tanggal 4 april 2012 dan didiagnosa dokter bahwa An. K menderita penyakit bronkopneumonia. Yang bertanggung jawab kepada klien adalah Tn. P berumur 32 tahun, pekerjaan swasta, pendidikan terakhir S1, beragama Kristen, dengan alamat Jl. Sibela Barat no. 10 Mojosongo Surakarta dan Ny.M, berumur 24 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan masih kuliah, beragama Kristen, dengan alamat Jl. Sibela Barat no. 10 Mojosongo Surakarta.

16 B. Pengkajian Ketika dilakukan pengkajian, ibu klien mengatakan An. K sesak napas. Riwayat penyakit sekarang yang diungkapkan ibu klien adalah 1 hari yang lalu An. K mengalami sesak napas ringan dan setelah beberapa jam sesak semakin parah hingga timbul suara ngrok-ngrok pada pernapasan An. K dan disertai batuk. Akhirnya pada tanggal 4 April 2012 Keluarga An. K memutuskan untuk membawa An. K ke praktek dr. E, saat di tempat praktek dr. E An. K dilakukan pemeriksaan foto thorak dan didapatkan hasil pada kedua paru-paru An. K terdapat penumpukan sekret. Dokter mendiagnosa An.K terkena Bronkopneumonia dan dokter merujuk An. K untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut di Rumah Sakit Panti Waluya. Saat di Rumah Sakit Panti Waluya An. K langsung diberikan terapi oksigen 2 liter per menit. Saat pengkajian ibu An.K mengatakan anaknya masih sesak napas, didapat foto rongten dengan hasil pada kedua bronkus terdapat penumpukan sekret. Ibu An. K mengatakan bahwa pada usia 5 bulan An. K pernah dirawat di RSUD MOEWARDI selama 1 minggu dengan keluhan sesak napas tetapi dokter belum dapat menentukan jenis penyakit An. K. Ibu An. K mengatakan anaknya belum mendapatkan imunisasi campak karena berat badan An. K belum mencapai 7 kilogram pada usia 9 bulan sampai 15 bulan. Pada pola kesehatan fungsional Gordon didapatkan data tidak ada masalah. Dalam pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan data bahwa keadaan umum klien buruk, tingkat kesadaran klien Apatis dengan nilai GCS E 3 V 4 M 5 didapatkan pula data pengukuran respirasi 40 kali per menit, nadi 112 kali per

17 menit, dan suhu 38 derajat celcius, hidung terpasang oksigen 2 liter per menit. Pada pemeriksaan dada (paru-paru): inspeksi simetris kanan dan kiri, palpasi pengembangan dada kanan dan kiri tidak sama, perkusi pekak, auskultasi terdapat suara tambahan stridor. Pada pemeriksaan ekstermitas tidak terdapat sianosis, akral hangat, tidak terdapat dermatoglipik dan terpasang infus D5 ¼ NS mikro 15 tetes per menit. Pada pemeriksaan sistem pernapasan diperoleh data An.K sesak napas, terdapat stridor, gelisah, batuk kering, suhu 38 derajat celcius, pernapasan 40 kali per menit, HB: 9,3 g / dl, terpasang oksigen 2 liter per menit dan pemeriksaan foto thorak pada tanggal 4 April 2012 didapat hasil pada kedua bronkus terdapat penumpukan sekret. Pada depan aksila An. K terdapat benjolan berisi pus panjang kurang lebih 0,7 cm dan kedalaman 0,4 cm. Terapi yang diberikan oleh dokter adalah infus mikro D5 ¼ NS 15 tetes per menit, bactesyn 200 mg per 8 jam, mikosin 90 mg per 24 jam, kalmethason 0,3 cc per 8 jam, nebulizer (ventolin 1, 25 mg dan pulmocort 1 ml per 8 jam), sanmol 0,6 ml bila panas. C. Perumusan Masalah Keperawatan Dari data tersebut kemudian penulis merumuskan diagnosa keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mukus dalam jumlah yang berlebih, ditandai dengan data subyektif ibu klien mengatakan An.K sesak napas dan batuk, data obyektif adalah An.K terlihat sesak, terpasang oksigen 2 liter per menit, respirasi 40 kali per menit, terdapat suara stridor, pada pemeriksaan laboratoriun didapat Hb: 9,3 g / dl dan pada

18 pemeriksaan rongten thorak didapat hasil kedua bronkus terdapat penumpukan sekret. D. Perencanaan Setelah penulis melakukan analisa data maka intervensi atau rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : Pada diagnosa keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebih. Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 kali 24 jam diharapkan jalan napas paten dengan kriteria hasil menurut Nic dan Noc: klien tidak sesak napas, irama napas teratur, frekuensi pernapasan normal kali per menit, tidak ada sianosis, dan tidak ada sekret. Intervensi atau rencana tindakan yang akan dilakukan adalah observasi keadaan umum dan sistem pernapasan klien untuk mengetahui penyebab dan penanganan, berikan posisi nyaman semi fowler untuk menurunkan kerja otot pernapasan dengan pengaruh gravitasi, intruksikan kepada keluarga tentang bagaimana mengisap jalan napas sesuai dengan kebutuhan untuk mengefektifkan pernapasan, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen dan nebulizer untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan menurunkan kerja otot pernapasan. E. Implementasi Setelah penulis melakukan analisa data serta merencanakan tindakan keperawatan maka implementasi yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut :

19 Tindakan keperawatan hari pertama yang dilakukan pada hari kamis, 5 April 2012 jam yaitu mengobservasi keadaan umum dan sistem pernapasan klien didapatkan respon subyektif ibu An.K mengatakan An.K sesak napas dan respon obyektif suhu 38 derajat celcius, respirasi 40 kali per menit, nadi 112 kali per menit, An. K tampak sesak napas, terpasang oksigen 2 liter per menit. Jam memberikan posisi nyaman semi fowler dan didapatkan respon subyektif Ibu An. K memperbolehkan saat An. K akan diberikan posisi semi fowler dan data obyektif An. K tidak rewel dengan posisi yang telah diberikan. Jam melakukan pengisapan sekret secara manual dengan waslap dan menganjurkan keluarga untuk melakukan pengisapan sesuai yang telah diajarkan dan sesuai kebutuhan dan didapatkan respon subyektif Ibu An. K memperhatikan cara pengisapan yang dilakukan perawat dan bersedia untuk mengulangi pengisapan sesuai yang diajarkan dan sesuai kebutuhan data obyektif didapatkan sekret kurang lebih 5 cc. Jam melakukan nebulizer yang diberi ventolin 1, 25 mg dan pulmicort 1 ml dan didapatkan respon subyektif ibu An. K mengatakan anaknya sesak napas dan sekret keluar saat selesai di nebulizer. Respon objektif sekret keluar melalui mulut dan hidung kurang lebih 2 cc. Tindakan keperawatan hari kedua yang dilakukan pada hari jumat, 6 April 2012 jam yaitu mengobservasi keadaan umum dan sistem pernapasan klien didapatkan respon subyektif ibu An. K mengatakan An. K masih sesak napas dan respon obyektif suhu 38,6 derajat celcius, respirasi 36 kali per menit, nadi 112 kali per menit, An. K tampak sesak napas, An. K

20 tampak gelisah dan terpasang oksigen 2 liter per menit. Jam memberikan posisi nyaman semi fowler dan didapatkan respon subyektif Ibu An. K memperbolehkan saat An. K akan diberikan posisi semi fowler dan respon obyektif An.K tidak rewel saat diposisikan semi fowler. Jam melakukan pengisapan sekret secara manual dengan waslap dan menganjurkan keluarga untuk melakukan pengisapan sesuai yang telah diajarkan dan sesuai kebutuhan dan didapatkan respon subyektif Ibu An. K memperhatikan cara pengisapan yang dilakukan perawat dan mengatakan sudah mencoba cara yang diajarkan perawat, data obyektif didapat sekret kurang lebih 3 cc. Jam melakukan nebulizer yang berisi ventolin 1, 25 mg dan pulmicort 1 ml dan didapatkan respon subyektif ibu An. K mengatakan anaknya sesak napas dan sekret keluar saat selesai di nebulizer, respon objektif sekret keluar kurang lebih 3 cc. Tindakan keperawatan hari ketiga yang dilakukan pada hari sabtu, 7 April 2012 jam yaitu mengobservasi keadaan umum dan sistem pernapasan klien didapatkan respon subyektif ibu An. K mengatakan An. K masih tetap sesak napas dan respon obyektif suhu 37,6 derajat celcius, respirasi 38 kali per menit, nadi 104 kali per menit, An. K tampak sesak napas, An. K tampak gelisah terpasang oksigen 2 liter per menit. Jam memberikan posisi nyaman semi fowler dan didapatkan respon subyektif Ibu An. K memperbolehkan saat An. K akan diberikan posisi semi fowler dan respon obyektif An. K tidak rewel saat diposisikan semi fowler. Jam melakukan pengisapan sekret secara manual dengan waslap dan menganjurkan

21 keluarga untuk melakukan pengisapan sesuai yang telah diajarkan dan sesuai kebutuhan dan didapatkan data obyektif didapat sekret 6 cc. Jam melakukan nebulizer yang berisi ventolin 1, 25 mg dan pulmicort 1 ml dan didapatkan respon subyektif ibu An. K mengatakan anaknya sesak napas dan sekret keluar saat selesai di nebulizer respon objektif sekret keluar kurang lebih 4 cc. F. Evaluasi Setelah penulis melakukan analisa data, merencanakan tindakan keperawatan dan melakukan tindakan keperawatan maka evaluasi yang didapat dari implementasi keperawatan adalah sebagai berikut : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi hari pertama yang dilakukan pada hari kamis, 5 April 2012 jam wib dengan menggunakan metode SOAP yang hasilnya adalah ibu An. K mengatakan An. K sesak napas, dari hasil observasi An. K tampak sesak, terpasang oksigen 2 liter per menit, suhu 38 derajat celcius, respirasi 40 kali per menit, nadi 112 kali per menit, terdapat sekret keluar saat pengisapan secara manual dan nebulizer kurang lebih 7cc dari semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan didapatkan hasil masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi sehingga intervensi dilanjutkan untuk observasi keadaan umum dan sistem pernapasan klien, berikan posisi nyaman semi fowler, anjurkan pada keluarga untuk melakukan pengisapan jalan napas dengan waslap sesuai dengan kebutuhan, lanjutkan terapi sesuai advis dokter :

22 kalmethason 0,3 cc per 8 jam dan nebulizer berisi ventolin 1, 25 mg dan pulmicort 1 ml per 8 jam. Setelah dilakukan tindakan keperawatan hari kedua, hasil evaluasi yang dilakukan pada hari jumat, 6 April 2012 jam WIB dengan menggunakan metode SOAP yang hasilnya adalah ibu An.K mengatakan An.K masih sesak napas, dari hasil observasi An.K tampak sesak, terpasang oksigen 2 liter per menit, suhu 38,6 derajat celcius, respirasi 36 kali per menit, nadi 112 kali permenit, terdapat sekret keluar saat pengisapan secara manual dan nebulizer kurang lebih 6 cc dari semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan didapatkan hasil masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi sehingga intervensi dilanjutkan untuk observasi keadaan umum dan sistem pernapasan klien, berikan posisi nyaman semi fowler, anjurkan pada keluarga untuk melakukan pengisapan jalan napas dengan waslap sesuai dengan kebutuhan, lanjutkan terapi sesuai advis dokter : kalmethasin 0,3 cc per 8 jam dan nebulizer berisi ventolin 1, 25 mg dan pulmicort 1 ml per 8 jam. Setelah dilakukan tindakan keperawatan hari ketiga, hasil evaluasi yang dilakukan pada hari sabtu, 7 April 2012 jam WIB dengan menggunakan metode SOAP yang hasilnya adalah ibu An. K mengatakan An. K masih tetap sesak napas, dari hasil observasi An. K tampak sesak, terpasang oksigen 2 liter per menit, suhu 37,5 derajat celcius, respirasi 38 kali per menit, nadi 104 kali per menit, terdapat sekret keluar saat pengisapan secara manual dan nebulizer kurang lebih 10 cc dari semua tindakan keperawatan yang telah

23 dilakukan didapatkan hasil masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi sehingga intervensi dilanjutkan untuk observasi ku dan sistem pernapasan klien, berikan posisi nyaman semi fowler, anjurkan pada keluarga untuk melakukan pengisapan jalan napas dengan waslap sesuai dengan kebutuhan, lanjutkan terapi sesuai advis dokter : kalmethason 0,3 cc per 8 jam, nebulizer berisi ventolin 1, 25 mg dan pulmicort 1 ml per 8 jam dan berikan gamimune (kekebalan tubuh) jam WIB apabila panas tidak turun.

24 BAB III PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Pemenuhan Oksigenasi Pada An. K Dengan Bronkopneumonia di Ruang Bakung Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta Prinsip dari pembahasan ini dengan memfokuskan kebutuhan dasar manusia di dalam asuhan keperawatan. A. Pembahasan Menurut Paskalis,dkk dalam jurnal managemen terpadu balita sakit (2009), Pneumonia merupakan salah satu dari lima penyebab kematian pada anak balita, dan 75 % berada dinegara berkembang termasuk Indonesia. Survai mortalitas di Indonesia tahun 2005 memperkirakan bahwa penyebab kematian terbesar pada balita adalah pneumonia 23,6%. Menurut Retno, dkk dalam jurnal devisi respirologi bagian ilmu kesehatan anak (2006), Pneumonia pada anak merupakan infeksi yang serius dan banyak diderita anak-anak di seluruh dunia yang secara fundamental berbeda dengan pneumonia pada dewasa. Di Amerika dan Eropa yang merupakan negara maju angka kejadian pneumonia masih tinggi, diperkirakan setiap tahunnya kasus per 1000 anak pada umur kurang dari 5 tahun, kasus per 1000 pada umur 5-9 tahun, 6-12 kasus per 1000 pada umur 9 tahun dan remaja.di Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya, jumlah kasus pneumonia meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 dirawat sebanyak 190 pasien. Tahun 2004 dirawat sebanyak 231 pasien, dengan jumlah terbanyak

25 pada anak usia kurang dari 1 tahun (69%). Pada tahun 2005, anak umur kurang dari 5 tahun yang dirawat sebanyak 547 kasus dengan jumlah terbanyak pada umur 1-12 bulan sebanyak 337 orang. Pneumonia merupakan keradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi (Hidayat, 2008). Pembagian pneumonia secara anatomis adalah pneumonia lobaris, pneumonia lobularis atau bronkopneumonia, dan pneumonia interstitialis. Menurut Muscari (2005), Pneumonia diklasifikasikan menurut agen etiologinya dan juga menurut lokasi dan luas paru yang terkena yaitu, pneumonia lobaris menyerang segmen luas pada satu lobus atau lebih, bronkopneumonia dimulai pada ujung bronkiolus dan mengenai lobulus yang terdekat, pneumonia intersisial menyerang dinding alveolus dan jaringan peribronkial serta lobular. Menurut Wong (2003), bronkopneumonia atau disebut juga pneumonia lobularis terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya. Menurut Hidayat, (2009), Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala panas tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah, serta batuk kering dan produktif. Menurut Price (2005), Dispnea terjadi akibat ketidakseimbangan antara kerja pernapasan dengan kapasitas ventilasi. Pada kasus An. K dengan bronkopneumonia di RS Panti Waluyo Surakarta didapatkan suhu 38 derajat celcius, respirasi 40 kali per menit, An. K tampak gelisah, dispnea, terpasang

26 oksigen 2 liter per menit, muntah 2 kali dalam sehari, serta terdapat batuk kering. Dari teori yang disampaikan oleh Hidayat (2009) didapatkan kesesuaian dengan kenyataan yang penulis dapatkan di Rumah Sakit. Menurut Arief (2009), faktor lain yang mempengaruhi timbulnya bronkopneumonia antara lain adalah penyakit manahun, trauma paru, berat badan yang turun karena kurang kalori protein. Pada anak-anak usia lebih dari 1 tahun dengan gizi baik, biasanya bronkopneumonia timbul karena komplikasi infeksi saluran napas akut. Tanda dan gejala yang muncul adalah biasanya gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang didahului oleh infeksi saluran napas bagian atas, pertukaran udara di paru- paru tidak lancar dimana pernapasan agak cepat dan dangkal (bahkan sampai pernapasan cuping hidung), dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat sehingga kadang- kadang terjadi kejang, anak merasa nyeri didaerah dada sewaktu batuk kering dan bernapas (rasa nyeri tersebut akibat gesekan pleura meradang), batuk disertai sputum yang kental, dan napsu makan yang menurun. Berdasarkan hal tersebut sesuai dengan kasus An. K, dimana An. K mengatakan 1 hari yang lalu An. K mengalami sesak napas ringan dan setelah beberapa jam sesak semakin parah hingga timbul suara ngrok- ngrok pada pernapasan An. K disertai batuk. Ibu An. K juga mengatakan bahwa sebelumnya An. K pernah mengalami penyakit sesak napas pada usia 5 bulan yaitu flek paru. Pada saat pengkajian didapatkan respirasi 40 kali per menit, suhu 38 derajat celcius dan pada An. K didapatkan pula penurunan napsu makan dan didapatkan data berat badan 6,5 dan apabila dikategorikan ke

27 dalam status Z- SCORE hasil yang didapatkan WAZ 3,36 dan digolongkan pada gizi buruk, HAZ -2,6 dan digolongkan pada tinggi badan pendek, WHZ -2,37 dan digolongkan kurus. Menurut Sampurno (2007), Imunisasi campak pada anak juga berperan dalam terjadinya penyakit pernapasan karena imunisasi campak dapat memberikan kekebalan seumur hidup. Imunisasi campak diberikan pada anak usia 9 bulan (Rahayu, 2009). Pada An. K saat pengkajian ibu An. K mengatakan bahwa sampai saat ini An. K belum mendapatkan imunisasi campak dengan keterangan berat anak pada usia 9 bulan sampai sekarang belum mencapai 7 kilogram.menurut beberapa referensi dan kenyataan yang ada kemudian penulis mengambil kesimpulan bahwa didapatkan kesesuaian antara teori dan kenyataan yang mendukung terjadinya bronkopneumonia pada An. K. Menurut Ngastiyah (2005), pasien pneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang kurang, Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori maka dilakukan pemasangan infus. Pada An. K terlihat bahwa An. K mengalami penurunan napsu makan serta mengalami peningkatan suhu tubuh hingga 38 derajat celcius, sehingga di lakukan pemasangan infus mikro D5 ¼ NS 15 tetes per menit dengan tujuan mencegah terjadinya dehidrasi akibat penurunan napsu makan dan suhu yang tinggi. Dari teori tersebut penulis kemudian membandingkan dengan kenyataan pasien dan didapatkan kesesuaian antara teori dan kenyataan.

28 Menurut Ngastiyah (2005), Pemeriksaan diagnosis pada bronkopneumonia, pada foto thorak terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus. Sedangkan menurut Nursalam (2008), pada pemeriksaan foto dada didapatkan hasil terdapat bercak-bercak infiltrat yang tersebar atau yang meliputi satu atau sebagian besar lobus. Menurut Riyadi (2009) penyebab terjadinya bercak-bercak infiltrate pada bronkus diakibatkan bakteri yang masuk keparu melalui saluran napas masuk bronkus dan alveoli menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan interstitial. Secara hematogen maupun langsung (lewat penyebaran sel) mikroorganisme yang terdapat diparu dapat menyebar ke bronkus, setelah terjadi fase peradangan lumen bronkus berserbukan sel radang akut, terisi eksudat (nanah), dan sel epitel rusak, bronkus dan sekitarnya penuh dengan netrofil (bagiam lekosit yang banyak pada awal fase peradangan dan bersifat fagositosis) dan sedikit eksudat fibrinosa. Eksudat pada infeksi ini mula-mula encer dan keruh selanjutnya berubah menjadi purulen dan menyebabkan sumbatan pada bronkus sehingga menimbulkan suara stridor. Hal tersebut sesuai dengan kasus pada An. K pada pemeriksaan foto thorak tanggal 4 April 2012 didapatkan hasil terdapat penumpukan sekret pada kedua lobus atau bronkus. Pneumonia dapat menyebabkan anak berada dalam keadaan dispnea dan sianosis karena adanya radang paru dan banyaknya lendir didalam bronkus atau paru. Agar pasien dapat bernapas secara lancar lendir yang berada di lobus tersebut harus dikeluarkan serta

29 untuk memenuhi kebutuhan oksigen perlu dibantu dengan memberikan oksigen 2 Liter per menit. Oksigenasi merupakan salah satu intervensi kolaboratif yang dilakukan oleh perawat sebagai bagian dari tim kesehatan dalam upaya menyelesaikan masalah pasien terutama yang berkaitan dengan gangguan sistem pernafasan.menurut Rufaidah (2005) dalam jurnal ikhsanuddin, oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas. Adanya kekurangan oksigen ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Menurut Potter dan Perry (2005), hipoksia adalah kondisi dimana oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan. Pada kasus An, dari hasil oemeriksaan laboratorium tanggal 5 April 2012 didapatkan hasil hemoglobin An. K 9,3 g / dl dimana dengan kadar hemoglobin yang menurun menunjukkan bahwa kebutuhan oksigen pada anak terganggu ditandai dengan An. K mengalami dispnea sehingga pada An. K mendapatkan terapi oksigen 2 liter per menit melalui nasal kanul untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada An. K. Menurut potter dan perry (2005) Dispnea merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi dengan sesak napas. Dari tinjauan teori tersebut penulis membandingkan dengan kenyataan yang dapat disimpulkan bahwa teori tersebut sesuai dengan kenyataan.

30 Menurut Ngastiyah (2005), komplikasi yang terjadi terutama disebabkan oleh lendir yang tidak dapat dikeluarkan sehingga terjadi atelektasis atau bronkiektasis. Untuk menghindari terjadinya lendir yang menetap maka sikap baring pasien terutama bayi harus diubah posisinya setiap 2 jam dan pengisapan lendir harus sering dilakukan. Pada kasus yang dialami oleh An. K, penulis melakukan pengisapan sekret dengan waslap sesuai dengan landasan teori. Menurut Ngastiyah (2005), Setiap mengubah posisi pasien lakukan sambil menepuk-nepuk punggung pasien kemudian jika terlihat lendir keluar maka segera diusap. Apabila lendir banyak dapat dilakukan fisioterapi dengan drainase postural. Menurut Lubis (2005), Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi, baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Kontra indikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status asmaitikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang. Sehingga tujuan dari fisioterapi dada pada penyakit paru adalah mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernapasan dan membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk mencegah penumpukan sekret. Menurut Muscari (2005), fisioterapi dada berguna untuk

31 mengeluarkan mucus atau sebagai ekspektorasi. Berdasarkan teori tersebut penulis tidak melakukan fisioterapi dada dikarenakan kondisi An. K dengan tingkat kesadaran apatis dan gelisah sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan fisioterapi dada. Dari data tersebut penulis menemukan kecocokan atau kesesuaian antara teori dan kenyataan. Pada kasus bronkopneumonia An. K penulis merumuskan diagnosa prioritas berdasarkan masalah utama yang dialami pasien. Berdasarkan hasil pengkajian pada An. K, penulis merumuskan diagnose bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mucus dalam jumlah yang berlebih. Menurut Nanda (2009), diagnosa bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mukus dalam jumlah yang berlebih merupakan ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi saluran pernapasan guna mempertahankan jalan napas yang bersih. Menurut Nic dan Noc (2006), batasan karakteristik antara lain dispnea, adanya bunyi napas tambahan, perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan, sianosis, kesulitan untuk bersuara, penurunan bunyi napas, ortopnea, kegelisahan, adanya sputum, dan mata terbelalak saat melihat. Pada perbandingan diagnosa antara teori dengan kenyataan diambil kesimpulan tidak ada perbedaan antara teori dan kenyataan. Menurut Petter dan Perry (2005), intervensi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dari hasil perkiraan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Penulis mencantumkan diagnosa ketidakefektifan bersihan

32 jalan nafas berhubungan dengan mucus dalam jumlah berlebih, dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam jalan nafas paten dengan kriteria hasil menurut Nic dan Noc adalah sesak nafas berkurang, irama napas teratur, tidak ada sianosis, tidak ada sekret, frekwensi pernafasan dalam rentang normal yaitu 20 sampai 30 kali per menit. Penulis membuat intervensi keperawatan yang akan dilakukan dengan rasional menurut Doenges (2000), yaitu : Intervensi yang pertama adalah observasi keadaan umum dan sistem pernapasan klien, penulis merencanakan tersebut dengan rasional untuk mengetahui penyebab dan penanganan penyakitnya. Intervensi yang kedua berikan posisi nyaman semi fowler. Menurut Wilkinson (2005) dalam jurnal Supadi, dkk menjelaskan dengan semi fowler akan mengurangi kerusakan membran alveolus akibat tertimbunnya cairan. Hal ini dipengaruhi oleh gaya gravitasi sehingga oksigen menjadi optimal dan sesak napas akan berkurang.intervensi yang ketiga adalah instruksikan kepada keluarga tentang bagaimana mengisap jalan napas sesuai dengan kebutuhan untuk mengefektifkan pernapasan. Intervensi yang keempat adalah kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen 2 liter per menit, nebulizer berisikan ventolin 1, 25 mg dan pulmicort 1 ml per 8 jam, antibiotikbactesyn 200 mg per 8 jam dan mikasin 90 mg per 24 jam, dan kortikostreroid kalmethason 0,3 cc per 8 jam. Menurut Mubarak (2008), pemberian oksigen dengan tujuan memberikan penambahan oksigen kedalam sistem baik kimia maupun fisika. Menurut Muscari (2005), pemberian bronkodilator berguna untuk meningkatkan relaksasi otot halus paru dan

33 memperbaiki fungsi pernapasan. Menurut Arief (2009), pemberian antibiotik ditujukan untuk mengurangi resiko infeksi bakteri sekunder. Sedangkan menurut Muscari (2005), antibiotic digunakan pada kasus infeksi pernapasan seperti pneumonia dan epiglotitis. Menurut Muscari (2005), pemberian kortikosteroid berfungsi untuk mengurangi reaktivitas jalan napas dan inflamasi. Menurut Alsagaff (2006), pemberian kortikosteroid berguna sebagai anti radang dan efektif untuk pengobatan pada obstruksi jalan napas yang reversible. Sedangkan menurut Helmy (2007), Pemberian kortikosteroid berguna untuk mengurangi jumlah sel inflamasi pada saluran napas. Dari intervensi tersebut penulis membandingkannya antara teori dan kenyataan dan didapatkan hasil yang sama antara teori dan kenyataan. Implementasi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2005).Selama mengelola kasus kelolaan penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah direncanakan penulis Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari, hasil evaluasi yang didapatkan penulis pada hari sabtu, 7 April 2012 jam wib dengan menggunakan metode SOAP yang hasilnya adalah ibu An.K mengatakan An.K masih tetap sesak napas, dari hasil observasi An.K tampak sesak napas, terpasang oksigen 2 liter per menit, suhu 37,5 derajat celcius, respirasi 38 kali per menit, nadi 104 kali per menit, terdapat sekret keluar saat

34 pengisapan secara manual dan nebulizer kurang lebih 10 cc dari semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan didapatkan hasil masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi hal ini dikarenakan kondisi pasien yang buruk dan tingkat kesadaran yang apatis sehingga sulit diatasi dalam waktu 3 kali 24 jam. Dari data tersebut intervensi tetap dilanjutkan untuk observasi keadaan umum dan sistem pernapasan klien, berikan posisi nyaman semi fowler, anjurkan pada keluarga untuk melakukan pengisapan jalan napas dengan waslap sesuai dengan kebutuhan, lanjutkan terapi sesuai advis dokter : kalmethason 0,3 cc per 8 jam, nebulizer berisi ventolin 1, 25 mg dan pulmicort 1 ml per 8 jam dan berikan gamimune (kekebalan tubuh) jam apabila panas tidak turun. B. Simpulan dan Saran 1. Simpulan Berdasarkan masalah yang penulis dapatkan dalam studi kasus dan pembahasan pada asuhan keperawatan pada An.K dengan Bronkopneumonia di ruang Bakung RS Panti Waluya Surakarta, maka penulis mengambil kesimpulan meliputi: a. Penulis mampu melakukan pengkajian data dasar pada An.K dengan bronkopneumonia, pengumpulan data dapat diperoleh melalui data subyektif yaitu ibu klien mengkatakan An. K sesak napas, batuk dan muntah 2 kali dalam sehari. Data obyektif yang diperoleh penulis yaitu pada pemeriksaan tanda- tanda vital didapatkan hasil pernapasan 40 kali per menit, nadi 112 kali per menit, suhu 38 derajat celcius, An. K

35 tampak gelisah, napas cepat dan dangkal, dispnea, batuk kering dan pada pemeriksaan antopomentri didapatkan berat badan An. K 6,5 kilogram. Pada pemeriksaan foto thorak An. K pada tanggal 4 April 2012 didapatkan hasil kedua bronkus terdapat penumpukan sekret. b. Penulis mampu memproritaskan diagnosa Menurut Nanda (2009), bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mukus dalam jumlah yang berlebih. c. Penulis mampu menyusun rencana tindakan yaitu observasi keadaan umum dan sistem pernapasan klien, berikan posisi nyaman semi fowler, instruksikan kepada keluarga tentang bagaimana mengisap jalan napas sesuai dengan kebutuhan untuk mengefektifkan pernapasan, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen, nebulizer. d. Penulis mampu melakukan implementasi sesuai dengan rencana yang telah direncanakan. e. Penulis mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan yang penulis lakukan selama 3 hari pada An.K, didapatkan masalah keperawatan bersihan jalan napas pada An.K belum teratasi sehingga perlu dilanjutkan intervensi. f. Penulis mampu menganalisa kondisi pada An. K dengan bersihan jalan napas tidak efektif pada bronkopneumonia ditemukan penumpukan sekret pada kedua lobus, suhu meningkat, kesadaran apatis, GCS E3 V4 M5, gelisah dan ditemukan sesak atau dispnea.

36 2. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan beberapa saran antara lain: a. Bagi pasien Keluarga agar segera membawa anak pada tempat pelayanan terdekat apabila anak mengalami kesulitan bernapas, sesak napas, batuk, dan juga terdapat suara tambahan dalam pernapasan. b. Bagi rumah sakit Diharapkan bagi Tim kesehatan untuk memberikan pelayanan yang berkhualitas dalam menanggani kasus pada Anak terutama dengan sistem gangguan pernapasan. c. Bagi institusi pendidikan Agar dapat dijadikan referensi dalam mengetahui penyakit dari bronkopneumonia pada anak dan tanda gejala dari penyakit tersebut.

37

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. D DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) DI RUANG MELATI RSUD KARANGANYAR DISUSUN OLEH : RIZKA NUGRAHENI NIM P.09097 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC, 1 BAB 1 A. Latar Belakang PENDAHULUAN Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC, PPOK, ISPA, dan lain-lain. WHO melaporkan bahwa 0,5% dari penduduk dunia terserang Penyakit

Lebih terperinci

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan 5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Infeksi pada saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan infeksi

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA An. A DENGAN BRONKITIS DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA An. A DENGAN BRONKITIS DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA An. A DENGAN BRONKITIS DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO DISUSUN OLEH : PERTI SUTANTI NIM. P.09092 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH

Lebih terperinci

Dika Fernanda Satya Wira W Ayu Wulandari Aisyah Rahmawati Hanny Dwi Andini Isti Hidayah Tri Amalia Nungki Kusumawati

Dika Fernanda Satya Wira W Ayu Wulandari Aisyah Rahmawati Hanny Dwi Andini Isti Hidayah Tri Amalia Nungki Kusumawati Dika Fernanda Satya Wira W Ayu Wulandari Aisyah Rahmawati Hanny Dwi Andini Isti Hidayah Tri Amalia Nungki Kusumawati Siti Sarifah Sonia Mahdalena Ranny Dwi H Novita Sari CANTIK Wardah Afipah Mitha Nur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasien kritis adalah pasien dengan penyakit atau kondisi yang mengancam jiwa pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive Care

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan beban kerja pernafasan, yang menimbulkan sesak nafas, sehingga pasien mengalami penurunan

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas pasien Pengkajian dilakukan pada hari/ tanggal Selasa, 23 Juli 2012 pukul: 10.00 WIB dan Tempat : Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. Pengkaji

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. W DENGAN TUBERKULOSISS PARU (TB PARU) DI RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA DI SUSUN OLEH : NURI TRI SUSANTI NIM.P.10115

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai "masa keemasan" (golden period),

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai masa keemasan (golden period), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Latihan batuk efektif merupakan aktifitas perawat untuk membersihkan sekresi pada jalan nafas. Tujuan dari batuk efektif adalah untuk meningkatkan mobilisasi sekresi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. ISPA dapat diklasifikasikan menjadi infeksi saluran

Lebih terperinci

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL O 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produk mucus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif. Mempertahankan jalan

Lebih terperinci

STUDI KASUS. ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. N DENGAN ASMA DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

STUDI KASUS. ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. N DENGAN ASMA DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. N DENGAN ASMA DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA DI SUSUN OLEH : ROSI ADITYANA NIM. P.09043 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Efusi Pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan di rongga pleura selain cairan dapat juga terjadi penumpukan pus atau darah (Soeparman, 1996 : 789).

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. H DENGAN ASMA PADA KELUARGA Tn. H DI DESA WONOREJO KIDUL KECAMATAN GONDANGREJO KARANGANYAR

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. H DENGAN ASMA PADA KELUARGA Tn. H DI DESA WONOREJO KIDUL KECAMATAN GONDANGREJO KARANGANYAR STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. H DENGAN ASMA PADA KELUARGA Tn. H DI DESA WONOREJO KIDUL KECAMATAN GONDANGREJO KARANGANYAR DISUSUN OLEH : NITA ANDRIYANI NIM. P.10040 PROGRAM STUDI DIII

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang 27 BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang ditemukan pada pasien An.T adapun permasalahan tersebut sebagai berikut: A. Diagnosa 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA FURKON NURHAKIM DEFINISI Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia dijuluki oleh William Osler pada abad ke-19 sebagai The

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia dijuluki oleh William Osler pada abad ke-19 sebagai The BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai macam masalah penyakit pernafasan yang sering ditemui adalah ISPA, tuberculosis, kanker paru, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, dan pnemonia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. disebabkan oleh virus, dan merupakan suatu peradangan yang menyebabkan. lumen pada bronkiolus (Suriadi & Rita, 2006).

BAB II TINJAUAN TEORI. disebabkan oleh virus, dan merupakan suatu peradangan yang menyebabkan. lumen pada bronkiolus (Suriadi & Rita, 2006). BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Bronchiolitis Bronchiolitis adalah suatu peradangan pada bronchiolus yang disebabkan oleh virus, dan merupakan suatu peradangan yang menyebabkan adanya edema atau pembengkakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bronchopneumonia merupakan penyakit saluran nafas bagian bawah yang biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai dengan gejala awal

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. P DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO DI SUSUN OLEH : ELSA NELA SARI NIM. P.09017 PROGRAM

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM : STUDI KASUS PADA Tn. A 72 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RUANG SEDAP MALAM RSUD GAMBIRAN KOTA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul 22.07 WIB Ny Y datang ke RSUD Sukoharjo dengan membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan cara memelihara kesehatan.upaya kesehatan masyarakat meliputi : peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan penyakit umum pada masyarakat yang di tandai dengan adanya peradangan pada saluran bronchial.

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) A. Definisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru kronik dengan karakteristik

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk mengurangi sesak nafas pada pasien asma di ruang IGD Rumah Sakit Roemani Semarang tanggal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memulihkan fungsi fisik secara optimal(journal The American Physical

BAB 1 PENDAHULUAN. memulihkan fungsi fisik secara optimal(journal The American Physical BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisioterapi merupakan sebuah profesi yang dinamis dengan dasar teori dan aplikasi klinik yang luas untuk memelihara, mengembangkan, dan memulihkan fungsi fisik secara

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA AN

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA AN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA AN.R DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (ISPA) DI BANGSAL BAKUNG DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA Disusun Oleh : ANDI

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. M DENGAN BRONKITIS KRONIS DI RUANG BOUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. M DENGAN BRONKITIS KRONIS DI RUANG BOUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. M DENGAN BRONKITIS KRONIS DI RUANG BOUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA DISUSUN OLEH : ROSNITA YULIANA MANURUNG NIM. P.09044 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang perlu diwaspadai karena penyakit ini merupakan penyebab kematian dengan nomor urut lima di Indonesia.

Lebih terperinci

NUR INDAH LESTARI NIM.P.11103

NUR INDAH LESTARI NIM.P.11103 PEMBERIAN TERAPI MUSIK TERHADAP PERUBAHAN INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Nn. S DENGAN POST LUMPEKTOMI FIBROADENOMA MAMMAE (FAM) SINISTRA DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT DAERAH SUKOHARJO Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batuk, mengi dan sesak nafas (Somatri, 2009). Sampai saat ini asma masih

BAB I PENDAHULUAN. batuk, mengi dan sesak nafas (Somatri, 2009). Sampai saat ini asma masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Asma telah di kenal sejak ribuan tahun lalu, para ahli mendefinisikan bahwa asma merupakan suatu penyakit obstruksi saluran nafas yang memberikan gejalagejala batuk,

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Anak Preschool dengan ISPA A. Definisi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. A DENGAN BRONCOPNEUMONIA DI RUANG BOUGENVILLE RUMAH SAKIT PANTI WALUYO

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. A DENGAN BRONCOPNEUMONIA DI RUANG BOUGENVILLE RUMAH SAKIT PANTI WALUYO STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. A DENGAN BRONCOPNEUMONIA DI RUANG BOUGENVILLE RUMAH SAKIT PANTI WALUYO DI SUSUN OLEH : MEYKA ANDYTA SARY NIM. P.10107 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang. Tak ada satupun orang yang menginginkan dirinya mengalami sakit, apalagi ketika orang tersebut

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KESEHATAN JUS SELEDRI KOMBINASI WORTEL DAN MADU TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HIPERTENSI

PENDIDIKAN KESEHATAN JUS SELEDRI KOMBINASI WORTEL DAN MADU TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HIPERTENSI PENDIDIKAN KESEHATAN JUS SELEDRI KOMBINASI WORTEL DAN MADU TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HIPERTENSI Ny. S PADA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN HIPERTENSI DI DESA BANJAR REJO KECAMATAN GONDANGREJO

Lebih terperinci

KRISTINA NOVITA SARI. S NIM. P

KRISTINA NOVITA SARI. S NIM. P STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA AN. A DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) DI RUANG BAKUNG RS PANTI WALUYO SURAKARTA DI SUSUN OLEH: KRISTINA NOVITA SARI.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). Asma merupakan penyakit inflamasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERKULOSIS PARU (TB PARU) DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERKULOSIS PARU (TB PARU) DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERKULOSIS PARU (TB PARU) DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR DI SUSUN OLEH : TRI SETYANINGSIH NIM. P.09051 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ICU atau Intensive Care Unit merupakan pelayanan keperawatan khusus yang dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan kritis, cidera dengan penyulit yang mengancam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis dapat bersifat acute maupun chronic ( Manurung, 2008). Bronchitis adalah suatu peradangan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA A. PENGKAJIAN 1. IDENTITAS No. Rekam Medis : 55-13-XX Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD Sebelum melakukan percobaan, praktikan menonton video tentang suction orofaringeal dan perawatan WSD. Station 1:

Lebih terperinci

KELOMPOK III. Siti Rafidah K Sri Rezkiana andi L Nadia Intan tiara D Arsini Widya Setianingsih

KELOMPOK III. Siti Rafidah K Sri Rezkiana andi L Nadia Intan tiara D Arsini Widya Setianingsih PERTUSIS KELOMPOK III Amalia Putri Azizah Ayu Nila Sari Asri Nurul Falah Euis Oktaviani P Fitrah Rahmah Mariyatul Qibtiyah Rizqa A. M Selly M.P Susan Eka Putri Siti Rafidah K Sri Rezkiana andi L Nadia

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA Konsep Medik : 1. Pengertian Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada paru-paru yang umumnya disebabkan oleh agent infeksi. 2. Tanda dan Gejala 1. Secara khas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.Latar Belakang. Anak merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.Latar Belakang. Anak merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Anak merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan di suatu negara. Masa perkembangan tercepat dalam kehidupan anak terjadi pada masa balita. Masa balita

Lebih terperinci

Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat sakit serupa sebelumnya, batuk lama, dan asma disangkal Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat TB paru dan Asma

Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat sakit serupa sebelumnya, batuk lama, dan asma disangkal Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat TB paru dan Asma Identitas Pasien Nama: An. J Usia: 5 tahun Alamat: Cikulak, Kab Cirebon Jenis Kelamin: Perempuan Nama Ayah: Tn. T Nama Ibu: Ny. F No RM: 768718 Tanggal Masuk: 12-Mei-2015 Tanggal Periksa: 15-Mei-2015 Anamnesis

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA By U USIA 3 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA)

ASUHAN KEBIDANAN PADA By U USIA 3 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) ASUHAN KEBIDANAN PADA By U USIA 3 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) Mimatun Nasihah* Eka Ayu Apriliana** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. N DENGAN ASMA BRONKIAL DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. N DENGAN ASMA BRONKIAL DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. N DENGAN ASMA BRONKIAL DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO DISUSUN OLEH : INDAH YULIANA NIM. P.10029 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S PADA An. A DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS(ISPA) DI DESA TUBAN GONDANGREJO KARANGANYAR

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S PADA An. A DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS(ISPA) DI DESA TUBAN GONDANGREJO KARANGANYAR i STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S PADA An. A DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS(ISPA) DI DESA TUBAN GONDANGREJO KARANGANYAR DISUSUN OLEH WAHYU YUNI LESTARI NIM. P09.054 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN

BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Bronkitis adalah suatu penyakit yand ditandai oleh adanya inflamasi bronkus (Ngastiyah, 2003). Bronkitis adalah suatu infeksi akut saluran besar paru (yaitu trachea dan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) Topik : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Sasaran : 1. Umum : Keluarga pasien ISPA 2. Khusus: Pasien ISPA Hari/Tanggal : Jumat, 24 Januari 2014 Waktu : Pukul 9.30 10.00

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN A. PENGERTIAN Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) ialah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure (CHF) menjadi yang terbesar. Bahkan dimasa yang akan datang penyakit ini diprediksi akan terus bertambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Negara-negara Eropa. Di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Negara-negara Eropa. Di Amerika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paru-paru adalah salah satu organ pernapasan yang berfungsi sebagai tempat bertukarnya oksigen dari udara yang menggantikan karbondioksida di dalam darah. Organ ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Proses inflamasi kronik ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponsif

Lebih terperinci

KONTRAK BELAJAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES NGUDI WALUYO. Kriteria Waktu Setelah. Strategi Pembelajaran. 1.

KONTRAK BELAJAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES NGUDI WALUYO. Kriteria Waktu Setelah. Strategi Pembelajaran. 1. KONTRAK BELAJAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES NGUDI WALUYO Nama Mahasiswa NIM Nama Pembimbing Topik Sub Topik Ruang : DANDI HERMAWANSA : 07011b007 : Puji Purwaningsih, S.Kep. Ns : Asuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERCULOSIS PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERCULOSIS PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERCULOSIS PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR DI SUSUN OLEH : PURWANTI NIM. P.10118 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

Sistem Pernafasan Manusia

Sistem Pernafasan Manusia Sistem Pernafasan Manusia Udara masuk kedalam sepasang rongga hidung melalui lubang hidung. Rongga hidung dilengkapi oleh rongga-rongga kecil (silia) dan selaput lendir. Dalam rongga hidung, udara dilembabkan,

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA An.G DENGAN BRONKITIS DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA An.G DENGAN BRONKITIS DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA An.G DENGAN BRONKITIS DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO DISUSUN OLEH : HASTIN NUR AINI NIM. P.09024 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global Initiatif for Asthma

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibutuhkan manusia dan tempat pengeluaran karbon dioksida sebagai hasil sekresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibutuhkan manusia dan tempat pengeluaran karbon dioksida sebagai hasil sekresi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paru-paru merupakan salah satu organ vital pada manusia yang berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat pertukaran oksigen yang dibutuhkan

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. A DENGAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. A DENGAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. A DENGAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR DISUSUN OLEH : WAHID WAHYU WIDODO NIM. P.09112 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18 1. Perhatikan gambar berikut! Image not found http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/bio9-18-01.png Bagian yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang semakin pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat. Persaingan yang muncul dalam usaha memenuhi

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF PADA Ny S DENGAN ASMA (LAPORAN KASUS DI RUANG CEMPAKA RSUD JOMBANG)

ASUHAN KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF PADA Ny S DENGAN ASMA (LAPORAN KASUS DI RUANG CEMPAKA RSUD JOMBANG) 54 ASUHAN KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF PADA Ny S DENGAN ASMA (LAPORAN KASUS DI RUANG CEMPAKA RSUD JOMBANG) ANSHOR ADI SAPUTRA, INAYATUR ROSYIDAH, AGENG CATUR W. STIKES Insan Cendekia

Lebih terperinci

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI Oleh : Furkon Nurhakim INTERVENSI PASCA OPERASI PASE PASCA ANESTHESI Periode segera setelah anesthesi à gawat MEMPERTAHANKAN VENTILASI PULMONARI Periode

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Tanggal : 22 Maret 2016 Pukul : 10.30 WIB Data subjektif pasien Ny. T umur 50 tahun bekerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah kelainan struktur dan fungsi pada jantung yang muncul pada saat kelahiran. (1) Di berbagai negara maju sebagian besar pasien PJB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut. 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut. A. Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

haluaran urin, diet berlebih haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan beserta natrium ditandai dengan - Pemeriksaan lab :

haluaran urin, diet berlebih haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan beserta natrium ditandai dengan - Pemeriksaan lab : E. Analisa data NO DATA MASALAH PENYEBAB DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. DO : Kelebihan volume Penurunan Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan - Terlihat edema derajat I pada kedua kaki cairan haluaran

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan pemberian latihan ROM aktif pada pasien stroke non hemoragik untuk meningkatkan kekuatan otot pada Tn. M berusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Saat ini asma semakin berkembang menjadi penyakit pembunuh bagi masyarakat di dunia, selain penyakit jantung. Serangan yang terjadi akibat asma menjadi momok

Lebih terperinci

A. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen

A. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen A. Pengertian Oksigen Oksigen adalah suatu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel secara normal yang diperoleh dengan cara menghirup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001) BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema, dan asma. Penyakit Paru Obstruksi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA EFUSI PLEURA

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA EFUSI PLEURA LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA EFUSI PLEURA a. KONSEP DASAR 2. PENGERTIAN 1. Efusi pleura adalah kemampuan cairan dalam cavum atau rongga pleura diantara pleura paritalis dan pleura viseralis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pneumonia 2.1.1. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup manusia dan derajat kesehatan masyarakat dalam aspek pencegahan,

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup manusia dan derajat kesehatan masyarakat dalam aspek pencegahan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional Indonesia bertujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia dalam mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. T DENGAN KANKER PARU DI RUANG BUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. T DENGAN KANKER PARU DI RUANG BUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. T DENGAN KANKER PARU DI RUANG BUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA DISUSUN OLEH: TEGUH TRIYONO P.09049 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel

BAB I PENDAHULUAN. terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru, dimana asinus terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular adalah sistem organ pertama yang berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN : HIPERTERMI PADA AN.R DENGAN DEMAM TIPOID DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN : HIPERTERMI PADA AN.R DENGAN DEMAM TIPOID DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN : HIPERTERMI PADA AN.R DENGAN DEMAM TIPOID DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO DISUSUN OLEH : HARTANTI PUJI LESTARI NIM. P.09023 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus

BAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Agus priyanto,2008). Apendisitis merupakan

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. L : DECOMPENSASI CORDIS DI RUANG MAWAR 1 RSUD KARANGANYAR

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. L : DECOMPENSASI CORDIS DI RUANG MAWAR 1 RSUD KARANGANYAR STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. L : DECOMPENSASI CORDIS DI RUANG MAWAR 1 RSUD KARANGANYAR DI SUSUN OLEH : RAUFI AH ANADH MAHENDAR NIM P.09040 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci