KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :

Transkripsi

1 STUDI KASUS PADA Tn. A 72 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RUANG SEDAP MALAM RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Pada Program Studi D-III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM : PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

2 2

3 3

4 STUDI KASUS PADA Tn. A 72 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RUANG SEDAP MALAM RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI NOLDI DANIAL NDUN NPM : FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN Dosen Pembimbing I : Ns. Muh. Mudzakir, M.Kep. Dosen Pembimbing II : Norma Risnasari, S.Kep.,Ns. UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI ABSTRAK Penyakit Paru Obstruktif Kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya obstruksi aliran udara yang disebabkan oleh bronkhitis kronis atau emfisema.gangguan aliran udara di dalam saluran napas disebabkan proses inflamasi paru yang menyebabkan terjadinya kombinasi penyakit saluran napas kecil (small airway disease) dan destruksi parenkim (emfisema).gejala dan tanda PPOK, di antaranya adalah: sesak napas, batuk kronik, produksi sputum, dengan riwayat pajanan gas/partikel berbahaya, disertai dengan pemeriksaan faal paru. (Muttaqin, 2008). Tujuan penulisan adalah untuk mempelajari dan mempraktekkan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus PPOK melalui pendekatan proses keperawatan secara komprehensif. Metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah diskriptif dengan pendekatan studi kasus pada salah satu pasien PPOK yang dirawat di Ruang Sedap Malam RSUD Gambiran Kota Kediri. Berdasarkan studi kasus pada Tn A ditemukan masalah keperawatan Ketidakefektifan bersihan jalan napas. Ada pun tindakan keperawatan yang di lakukan adalah : mengobservasi dan catat tanda-tanda vital, Mengkaji tingkat kedalaman, frekuensi pernapasan pasien, mengauskultasi suara napas pasien, menganjurkan kepada pasien untuk banyak minum air putih, berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi bronkodilator.setelah 3 hari tindakan masalah belum teratasi,intervensi di lanjutkan. Ketidakefektifan bersihan jalan napas dikarenakan adanya penumpukan sekret, sehingga menyebabkan penyumbatan jalan napas, yang berdampak pada kesulitan bernapas pasien. Diharapkan pasien dapat merubah kebiasaan merokok, menghindari polusi udara yang menjadi faktor penyebab. Kata kunci: Ketidakefektifan bersihan jalan napas.. 4

5 I. LATAR BELAKANG Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya obstruksi aliran udara yang disebabkan oleh bronkhitis kronis atau emfisema. Obstruksi tersebut umumnya progresif,bisa disertai hiperaktivitas bronkus dan sebagian bersifat reversibel. Tiga gejala utama PPOK meliputi sesak nafas, batuk menahun, dan batuk berdahak. Namun pada kasus yang ringan tidak menimbulkan gejala apapun. Beberapa ciri dari PPOK biasanya dialami oleh perokok berat,gejala muncul pada usia 40-an, gejala semakin lama semakin bertambah buruk, gejala memburuk pada musim hujan atau dingin dan tidak ada hubungannya dengan alergi (Mansjoer, 2009). LaporanWorld Health Organisation (WHO) dalam World Health Report pada tahun 2012 menyebutkan bahwa PPOK menempati urutan kedua, sebesar 5,8%. (Suara Pembaharuan Daily, 2012). Hasil survei dari SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) tahun 2010 di Indonesia, menunjukan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan 35%, pada tahun %, dan pada tahun 2012 sebanyak 42% (Depkes RI, 2012). Menurut survei yang pernah dilakukan pada penderita PPOK di Jawa Timur ditemukan angka kesakitan pada penderita PPOK tahun 2010 adalah 30%. Tahun 2011 sebasar 33%, dan tahun 2012 sebesar 35%. Dari data Ruang Sedap Malam RSUD Gambiran Kediri ditemukan data penderita PPOK yang menjalani rawat inap pada tahun 2011 sebanyak 91 orang, tahun 2012 sebanyak 272 orang, dan tahun 2013 sebanyak 101 orang(rekam Medis RSUD Gambiran Kediri). Terjadinya PPOK diawali karena sesorang menghisap rokok, menghirup polusi udara yang tercemar, dan partikel lain seperti debu, asap dari bahan-bahan yang bersifat asam kuat yang dapat masuk ke saluran pernafasan melalui ventilator, aspirasi,inhalasi. Virus yang masuk ke saluran pernapasan menempel di bronkus dan menyebabkan terjadinya inflamasi bronkus dan penebalan dinding bronkus. Dengan keadaan tersebut menghambat aliran oksigen ke dalam parial veolar kapiler di bagian paru yang terkena dan akhirnya menyebabkan terjadinya hipoksemia (Muttaqin, 2008). Sebagai reaksi inflamasi, pada pasien dengan PPOK akan mengalami 5

6 sesak napas, nyeri dada, batuk produktif dengan sekret purulen dan dapat juga mengalami hemoptoe. Selain menimbulkan sesak nafas dan batuk, masalah keperawatan yang sering dialami pasien adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret di bronkus. Hal ini menjadi perhatian perawat karena oksigenyang masuk ke dalam paru-paru menjadi terganggu, tanpa asupan oksigen yang optimal dapat mengakibatkan perfusi jaringan menjadi menurun sehingga bisa berakibat fatal bagi pasien (Somantri, 2008, Muttaqin, 2008). Dengan meninjau kasus tersebut jelaslah bahwa PPOK sangat memerlukan penanganan dan perawatan yang lebih intensif, cepat, dan tepat terutama asuhan keperawatan pada pembebasan jalan nafas dari sumbatan, pemberian oksigen, pemenuhan nutrisi dan hidrasi, mencegah komplikasi seperti hipoksia, asidosis respiratori, gagal jantung, bahkan sampai kematian, serta masalah-masalah lain yang meliputi bio-psiko dan spiritual. Upaya yang penting dalam penyembuhan dengan perawatan yang tepat merupakan tindakan utama dalam menghadapi pasien PPOK untuk mencegah komplikasi yang lebih fatal II. Artikel Skripsi dan diharapkan pasien dapat segera sembuh kembali. Intervensi keperawatan utama adalah mencegah terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas dengan cara mengajarkan latihan batuk efektif dan memberikan health education tentang proses penyakit, pengobatan dan pencegahan PPOK. Agar perawatan berjalan dengan lancar maka diperlukan kerja sama yang baik dengan tim kesehatan lainnya, serta dengan melibatkan pasien dan kelurga (Muttaqin, 2008). Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan studi kasus pada pasien Dengan Diagnosa Medis Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Di Ruang Sedap Malam RSUD Gambiran Kediri. METODE PENELITIAN IDENTITAS Nama : Tn. A Jenis Kelamin Umur Agama Suku : Laki-laki : 72 Tahun Status Marital : Menikah : Islam Penanggung Jawab: Istri Alamat : Jawa : Maesan-mojo Pendidikan : SMA Tgl MRS : Pkl 10:00 WIB Pekerjaan : Wiraswasta Tgl Pengkajian: Pkl 10:00 WIB 6

7 Alamat : Maesan-mojo No. Register : Dx Medis : PPOK Ruangan : Sedap Malam RIWAYAT KESEHATAN 1. Keluhan Utama a. Saat MRS Pasien mengatakan mengalami sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, sebelum MRS. b. Saat Pengkajian Pasien mengatakan mengalami sesak nafas, serta mengalami batuk berdahak, mengeluarkan dahak 2x, nyeri pada dada sebelah kanan, nyeri bertambah bila batuk. Pasien tampak memegang dadanya, pasien terbaring lemah. III. HASIL DAN KESIMPULAN Dalam tahap ini penulis mendapatkan fakta semua intervensi keperawatan yang ada dalam teori dapat diaplikasikan kedalam praktek. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret, yang ditandai dengan pasien mengatakan mengalami sesak napas, batuk berdahak dengan dahak kental warna putih kekuningan, pasien tampak terbaring lemas, terdengar suara napas wheezing. TTV: TD: 140/80 mmhg, Nadi: 86x/mnt, Suhu: 36,7 o C, RR: 28x/mnt. Artikel Skripsi Intervensi yang diberikan pada pasien adalah: Kaji frekuensi pernapasan, irama napas, kedalaman pernapasan, auskultasi suara napas, ajarkan pada pasien batuk efektif, anjurkan pasien untuk banyak minum air putih, lakukan fisioterapi dada, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi bronkodilator. Intervensi keperawatan pada pasien dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas misalnya mengi, krekels, ronchi. Kaji/pantau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi. Catat adanya derajat dispneu, ansietas, penggunaan otot bantu. Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur. Dorong/bantu latihan napas abdomen. Observasi karakteristik batuk, bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk. Tingkatkan masukan cairan sampai 3 liter/hari sesuai toleransi jantung. Memberikan air hangat. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi Tidak terdapat kesenjangan antara intervensi yang diberikan terhadap pasien dengan teori. Seluruh intervensi yang dilakukan oleh penulis telah sesuai dengan teori yang dikemukakan. 7

8 KESIMPULAN Berdasarkan hasil pemberian asuhan keperawatan pada Tn. A dan uraian dari bab ke bab sebelumnya, maka penulis dapat menulis beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengkajian Dari pengkajian pada Tn. A pada tanggal 12 Agustus 2015 didapatkan pasien mengatakan mengalami sesak napas sejak 3 hari yang lalu batuk berdahak, keluar dahak warna putih kekuningan sebanyak 2x, pada tanggal 07 Agustus 2015, pasien dibawa ke IGD RSUD Gambiran Kota Kediri pukul 10:00 WIB. Saat pengkajian pasien mengalami sesak napas, tampak terbaring 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang muncul saat pengkajian pada Tn. A dengan diagnosa medis PPOK adalah: Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret, Nyeri akut berhubungan dengan proes peradangan. 3. Intervensi Keperawatan Pada tahap perencanaan kasus PPOK terdapat beberapa kesenjangan yang terjadi sebagai akibat dari respon pasien sebagaimana yang terdapat pada IV. Artikel Skripsi pengkajian. Dengan adanya perubahan tersebut maka perencanaan yang disusun berubah dengan beberapa penambahan yang disesuaikan dengan diagnosa yang muncul. 4. Implementasi Pada pelaksanaan secara umum penulis dapat merealisasikan rencana yang telah disusun berdasarkan masalah yang muncul pada pasien. Hal ini terwujud berkat kerja sama, dukungan serta sikap yang kooperatif dari pasien, keluarga, perawat ruangan dan profesi kesehatan lain yang ada di ruangan. 5. Evaluasi Pada tahap evaluasi berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang ditegakan maka penulis menganalisa bahwa semua masalah yang dialami pasien belum teratasi karena keterbatasan waktu. DAFTAR PUSTAKA Bruner dan Suddart, (2005), Perkembangan PPOK Praktek Edisi Revisi V. Carpenito, Lynda juall. (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:EGC 8

9 Dinkes RI, (2012), Survei Kesehatan Rumah Tangga Tentang PPOK. Jakarta: Ladang Pustaka. Intimedia Hipokrates, (2004), Pengertian Penyakit Paru Obstruksi Kronik. Jakarta : Rineka Cipta. Artikel Skripsi Muttaqin, A. (2008), Buku Ajar Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika. Ngastiyah. (2003), Pengertian PPOK dan Komplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta. Mansjoer, Arif.dkk. (2009). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius. Smeltzer, S.C. (2008) Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah.Jakarta:Salemba Medika Mukty, A. danhood A, (2009), Perkembangan dan Gejala Penyakit Paru Obstruksi Kronik. Jakarta : Pustaka Pelopor. Syarifudin, (2006), Fisiologi Tubuh Manusia Edisi II. Jakarta : EGC 9