PNPM MANDIRI PERKOTAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PNPM MANDIRI PERKOTAAN"

Transkripsi

1 PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK PERIODE TRIWULAN I (SIKLUS MASYARAKAT & PEMBUKUAN BKM) TAHUN 2015 Konsultan Manajemen Pusat Wilayah-2

2 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2015 A. Pendahuluan Lokasi sasaran PNPM Mandiri Perkotaan Wil-2 dengan komposisi menurut kategori tahun siklus (2015) adalah: 1,632 kel sebagai tahun-2, 2,863 kel tahun-3, dan 2,128 kel tahun-4. Sehingga total kelurahan adalah Uji petik (spotcheck) adalah serangkaian kegiatan supervisi yang dilaksanakan dalam rangka pengendalian kualitas terhadap pelaksanaan Program PNPM Perkotaan, meliputi siklus pengembangan masyarakat atau kegiatan Program lainnya. Kegiatan uji petik dilakukan dengan datang langsung ke lapangan, untuk mendapatkan informasi yang akurat dari sumber primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data/informasi dilakukan melalui i). wawancara dan diskusi dengan anggota BKM, relawan, KSM, warga masyarakat, aparat kelurahan, dan sebagainya, ii). pemeriksaan dokumen/arsip yang merupakan bukti pelaksanaan kegiatan, dan iii). observasi dan pemeriksaan kondisi lapang terhadap hasil-hasil kegiatan Program. Berdasarkan temuantemuan yang ditemukan dari pelaksanaan kegiatan dilapangan selanjutnya dilakukan proses pengolahan, hasilnya dirumuskan sebagai bahan umpan balik untuk perbaikan dan bahan penyusunan laporan bulanan dan triwulanan. Proporsi pelaksanaan uji petik disetiap tingkat pusat, provinsi dan kota/kabupaten telah diatur dalam TOR Konsultan KMP dan OSP, sejumlah pembiayaan dari program dan masuk dalam kontrak Manajemen KMP/OSP dialokasikan khusus untuk mendukung kegiatan uji petik. Dalam TOR Konsultan menjelaskan bahwa cakupan kelurahan yang harus diuji petik oleh KMP adalah minimal 1% dari seluruh lokasi Program atau sekitar 66 setiap triwulan, sedangkan untuk OSP bervariasi antara 3%-10% dari lokasi dampingan, sedangkan untuk OSP-5 dan OSP-6 sebesar 3% dari lokasi dampingannya. Untuk OSP-7 dan OSP-9 ditetapkan sebesar 10%, serta OSP 10 dan OSP 8 sebanyak minimal 5%. Jadi total wilayah 2 jumlah kelurahan yang harus dikunjungi totalnya mencapai 279 kel/desa. Kewajiban melaksanakan uji petik siklus di tingkat Korkot adalah minimal sejumlah 50% dari lokasi dampingan atau sekitar kel/desa per-triwulan. Untuk merekam dinamika pelaksanaan supervisi siklus masyarakat dan hasil-hasilnya maka sejak periode Triwulan I Tahun 2014 secara resmi dipergunakan sebuah aplikasi uji petik dan dapat diakses oleh user (pelaku) melalui web p2kp.org melalui link berikut: Dinamika pelaksanaan uji petik/supervisi siklus masyarakat tersebut diumpan balik kepada OSP setiap dua minggu dan analisisnya dipaparkan dalam laporan bulanan dan triwulan uji petik KMP. Laporan triwulan disusun untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang: sebaran lokasi, serta analisis hasil supervisi dari sisi capaian kuantitas dan kualitasnya. 2 H a l a m a n

3 B. Realisasi Kegiatan Uji Petik Siklus Masyarakat Triwulan I tahun 2015 Pelaksanaan kegiatan uji petik siklus ditugaskan kepada pelaku masing-masing tingkatan (KMP, OSP, Korkot) sesuai dengan proporsinya, namun pada periode Triwulan I 2015 untuk tingkat KMP capaian pelaksanaan masih nol. Capaian yang demikian disebabkan masih ada persoalan dukungan pembiayaan. Ditingkat OSP Provinsi dan Korkot secara umum juga mengalami hal yang sama terkait persoalan dukungan pembiayaan, namun uji petik masih bisa dilakukan tanpa menggunakan pembiayaan khusus uji petik. Berikut ini hasil pelaksanaan supervisi siklus masyarakat, data ini merupakan akumulasi supervisi yang dilakukan oleh pelaku tingkat OSP, dan Korkot. Dari data SIM Uji petik menu rekap siklus masyarakat dapat ditunjukkan bahwa kegiatan uji petik siklus yang pada periode Triwulan I 2015 seluruhnya menjangkau kel/desa yang tersebar di sejumlah 110 kota/kabupaten. Capaian dan sebaran siklus yang diuji petik ditingkat OSP dan Korkot dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 1. Progres Uji Petik Siklus Triwulan I Tahun 2015 no Provinsi Total kota Total Kel Kunjungan Jml Kota Jml Kel RK Siklus Program PS BKM KSM PJM BLM TP RWT Persen 1 NAD JATENG DIY JATIM BALI NTB NTT KALTENG KALSEL KALTIM KALTARA SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SULBAR MALUKU MALUT PAPUA BARAT PAPUA Sumber: Menu Rekap Siklus Masyarakat dari aplikasi uji petik. 3 H a l a m a n

4 Dari progres tersebut menunjukkan bahwa supervisi siklus masyarakat yang paling tinggi capaiannya adalah pemanfaatan BLM dengan capaian sebesar 663 kelurahan RWT (rembug warga tahunan) sebanyak 514 kelurahan, disusul KSM sebanyak 132 kelurahan, dan PJM sebanyak 90 kelurahan. KMP telah menetapkan untuk Triwulan I tahun 2015 berfokus pada siklus BLM, PJM, dan RWT, capaian yang jumlahnya cukup signifikan adalah siklus BLM dan RWT. Dari pencapaian jumlah kel/desa yang dikunjungi untuk masing-masing siklus oleh pelaku Konsultan (OSP-Korkot) menunjukan bahwa pencapaian kegiatan uji petik siklus belum optimal untuk memenuhi target sebagaimana yang telah ditetapkan dalam TOR. Ditingkat KMP, OSP dan Korkot, pada bulan Januari, sampai pertengahan akhir Maret masih terkendala dukungan pembiayaan dari manajemen. Data aplikasi menunjukkan pelaksanaan uji petik ditingkat Korkot masih menyisakan 49 kota lebih yang belum menunjukkan ada progres kegiatan. Capaian yang demikian tentu memerlukan perhatian serius dari semua pihak, karena terkait pelaksanaan tugas utama masing masing tingkat konsultan untuk menjamin kualitas pelaksanaan siklus masyarakat. Kalau tidak dilakukan maka jaminan kualitas terhadap hasil pelaksanaan siklus masyarakat dampingan melahirkan persoalan tentang akurasi dan kualitas pelaksanaan kegiatan. C. Capaian Substansi Siklus Hasil Supervisi Pelaksanaan sebuah siklus mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan oleh program: Petunjuk Teknis Pelaksanaan Siklus. Didalamnya menjelaskan substansi siklus yang menyangkut tujuan pelaksanaan, tata cara pelaksanaan, alur pelaksanaan (persiapan, pelaksana, dan pelaporan), serta output dari pelaksanaan. Pelaksanaannya menggunakan instrumen yang sudah ditetapkan oleh KMP yaitu sama untuk tingkat KMP-OSP-Korkot utamanya pada bagian kuantitatifnya. Sesuai surat KMP yang telah disampaiakn kepada OSP maka untuk Triwulan I tahun 2015 berfokus pada siklus BLM, dan RWT. Pengukuran pelaksanaan siklus masyarakat dilakukan dengan menggunakan instrumen yang mencakup keseluruhan substansi penting dari tahap persiapan, pelaksanaan, hingga ke output yang seharusnya terjadi dari hasil pelaksanaan kegiatan siklus. Hasil skoring penilaian selanjutnya diformulasi dengan bobot per butir kegiatan yang telah ditetapkan sehingga hasil keseluruhan dari pengukuran dapat memberikan gambaran tentang kualitas pelaksanaan dari sebuah siklus. Kategori kualitas dan rentang nilai yang digunakan adalah sbb : a. Kurang, apabila skor akhir hasil supervisi antara 0 s/d 55 b. Cukup, apabila skor akhir hasil supervisi antara 56 s/d 70 c. Baik, apabila skor akhir hasil supervisi antara 71 s/d H a l a m a n

5 Pada pelaksanaan kegiatan uji petik siklus ini, menggunakan metode irisan lokasi, yaitu kelurahan tertentu akan ditetapkan sebagai lokasi yang diuji petik oleh pelaku. Lokasi irisan ini berangkat dari 1% lokasi KMP yang menimpa lokasi 3 s/d10% OSP dan menimpa juga lokasi 50% Korkot, hal ini berarti lokasi uji petik KMP harus pada lokasi uji petik OSP dan Tim Korkot dalam satu triwulan. Pendekatan ini dimaksudkan untuk uji akurasi dari hasil uji petik yang tentunya akan mempengaruhi tingkat kepercayaan data/hasil terhadap keseluruhan hasil uji petik siklus secara nasional. Pada laporan uji petik triwulan I ini; data perbandingan capaian hasil instrumen KMP, OSP dan Korkot belum bisa disajikan karena data hasil uji petik dilokasi irisan belum memadai. 1. Hasil Uji Petik Siklus Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Pelaksanaan kegiatan penanggulangan kemiskinan dengan memanfaatkan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dilakukan oleh masyarakat kelurahan secara menerus untuk setiap tahun, secara umum hampir semua lokasi program telah dialokasikan sejumlah dana yang dipergunakan untuk kegiatan TRIDAYA yang meliputi bidang Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan (SEL). Masyarakat melakukan serangkaian kegiatan yang mengacu pada petunjuk Teknis pemanfaatan dana BLM. Capaian terkait proses dan hasilnya uji petik oleh pelaku ditingkat OSP, dan Korkot dipaparkan pada tabel dibawah ini : Butir 5 H a l a m a n Tabel-3 Hasil Pencapaian Per-Butir Pertanyaan Instrumen (603 kelurahan) Pertanyaan Instrumen 1 Apakah dilakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat sebelum pencairan dan pemanfaatan BLM? 2 Apakah dilakukan pembekalan terhadap LKM dan UP-UP tentang pendampingan kegiatan BLM? 3 Apakah dilakukan pembekalan kepada KSM/panitia yang akan melaksanakan kegiatan pemanfaatan BLM? 4 Apakah dilakukan publikasi tantang pelaksanaan kegiatan yang dibiayai BLM pada 5 titik strategis? 5 Apakah LKM melakukan pengambilan keputusan pembiayaan kegiatan KSM (RPD) melalui rapat yang kuorum? Terpenuhi (kel/desa) Persen % % % % % 6 Apakah BLM yang diterima KSM sesuai dgn proposal yg disetujui % 7 Apakah penyerahan dana BLM dari LKM disaksikan seluruh anggota KSM/Panitia? % 8 Apakah tidak ada pemotongan dana BLM yang diterima KSM/Panitia dari LKM % 9 Apakah antara proposal dan LPJ kegiatan mempunyai kesesuaian? % 10 Apakah kegiatan yang dibiayai sesuai antara proposal - renta â PJM Pronangkis? % 11 Apakah penerima manfaat BLM adalah warga miskin yang masuk dalam daftar PS % 2? 12 Apakah syarat pencairan BLM: BKM telah terbentuk secara sah dengan minimum 30% pemilih dewasa ditingkat basis terpenuhi? % 13 Apakah syarat pencairan BLM: BKM telah melaksanakan RWT terpenuhi? % 14 Apakah syarat pemanfaatan BLM: hasil audit tahun sebelumnya minimal wajar % dengan pengecualian (qualified Opinion) terpenuhi? 15 Apakah dokumen lengkap pencairan BLM tersedia? % Dari 603 kel/desa yang dikunjungi oleh seluruh pelaku ditingkat (OSP, Korkot) hasilnya terekam pada menu rekap uji petik per kategori. Hasil rekap menunjukan bahwa sebanyak 498 kel/desa (83%) pencapaian substansinya berkualitas baik, sebanyak 24 kel/desa (4%) berkualitas sedang, dan sebanyak 81 kel/desa (13%) termasuk berkualitas kurang.

6 Data terhadap kelengkapan hasil uji per-butir pertanyaaan pada instrumen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dapat dilihat dalam tabel berikut : a. Persiapan Kegiatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Capaian pada: butir 1, dilakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat sebelum pencairan dan pemanfaatan BLM?, sejumlah 84% kelurahan telah tercapai, sehingga sisanya sebesar 16% kelurahan saja yang belum tercapai. Untuk butir 2, dilakukan pembekalan terhadap LKM dan UP-UP tentang pendampingan kegiatan BLM? Sebesar 80% kelurahan telah tercapai dan sisanya sebesar 20 % kelurahan yang belum tercapai. Capaian butir 3, dilakukan pembekalan kepada KSM/panitia yang akan melaksanakan kegiatan pemanfaatan BLM?, sejumlah 77% kelurahan tercapai, sisanya 23% kelurahan saja yang belum tercapai. Capaian pada butir 4: dilakukan publikasi tantang pelaksanaan kegiatan yang dibiayai BLM pada 5 titik strategis? sejumlah 46% kelurahan telah tercapai, sehingga sisanya sebesar 64% kelurahan yang belum tercapai. Pekerjaan persiapan kegiatan siklus merupakan stimulan dari pelaksanaan agenda siklus yang sesungguhnya, karena fungsi strategisnya yang demikian maka mempersiapkan personil terkait termasuk panitia dalam lembaga pelaksana kegiatan perlu keseriusan tinggi. Perhatian pada aspek pemahaman, kemauan dan kemampuan pelaku masyarakat agar kompeten untuk melaksanakan tahapan siklus, wajib dipastikan oleh pendamping sehingga hasil yang ditunjukkan butir: 1, 2, 3 dan 4 yang menyisakan 16, 20, 33, dan 64 kelurahan tidak tercapai. apabila hal yang pokok masih belum optimal tercapai, maka dampaknya juga cukup signifikan mempengaruhi kualitas siklus BLM dikelurahan tersebut. Kelurahan yang perlakuanya belum optimal rentan akan terjadi implementasi kegiatan yang menyimpang, peyalahgunaan dana BLM, salah sasaran, dst. Publikasi dan sosialisasi apabila belum menjadi agenda milik masyarakat, dan diamanatkan dalam AD BKM, lalu ditegaskan melalui program kerja tahunan, dll masih rawan untuk tidak dilaksanakan. Tantangan besarnya adalah bagaimana kegiatan seperti ini tidak terus menjadi bagian dari kegiatan program yang didukung pembiayaan, tapi didorong menjadi agenda masyarakat yang pelaksanaannya melalui pembahasan yang intensif dikomunitas.tentu melembagakan kegiatan publikasi dan sosialisasi terkait materi apapun masih memerlukan kerja keras di tingkat implementasinya. b. Pelaksanaan Pelaksanaan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Dari 11 butir instrumen pelaksanaan BLM, pada butir 8: tidak ada pemotongan dana BLM yang diterima KSM/Panitia dari LKM perlu mendapatkan perhatian secara 6 H a l a m a n

7 khususuntuk dikendalikan. Dengan capaian sejumlah 81% kelurahan dinyatakan sesuai, sedangkan sisanya 19% kelurahan tidak tercapai. Hal ini berarti telah terjadi dugaan pemotongan dana BLM yang diterima KSM/Panitia disejumlah 118 kelurahan. Perilaku negatif berupa pengutipan dana, pemotongan dana, dll yang muncul dalam salah satu pelaksanaan program tidak boleh ditoleransi dan diberikan ruang sedikitpun. Karena sejak awal substansi yang kita tegakkan adalah pencarian orang baik pada lembaganya, memperjelas mekanisme pengambilan keputusan, dokumen yang jelas dan terinci dll. Namun salah satu faktor terjadinya pemotongan dana adalah kurangnya transparansi LKM melalui UP-UP nya terhadap masyarakat khususnya kepada anggota Panitia/KSM. Hal ini bisa jadi ketidaktahuan akan mekanisme yang seharusnya dilakukan, karena pelaku juga sudah banyak berganti, dll sedangkan pendamping belum optimal membekali dengan substansi yang harus diperhatikan oleh pelaku. Keberhasilan melakukan perubahan sosial juga bisa dijadikan ukuran apabila kejadian yang demikian memang dibiarkan tanpa penanganan serius oleh kelembagaan yang ada. Capaian pada butir 7: penyerahan dana BLM dari LKM disaksikan seluruh anggota KSM/Panitia?, Sejumlah 72% kelurahan tercapai, sedangkan sisanya 28% kelurahan tidak tercapai. Mekanisme yang sudah dipersiapkan oleh program agar pembelajaran transparansi dilakukan oleh BKM dalam memfasilitasi masyarakat miskin sehingga BKM semakin mendapatkan kepercayaan yang kokoh dari masyarakatnya. Pemahaman pelaku yang menganggap kegiatan ini tidak penting untuk dilakukan menyebabkan praktik tidak optimal menegakkan transparansi kepada masyarakat sehingga sejumlah 28% kelurahan tidak sesuai. Perhatian oleh pelaku pendamping masyarakat untuk melembagakan mekanisme membangun transparansi yang baik menjadi dipertanyakan kembali, dan hal demikian harus segera ditindak lanjuti. Capaian paling tinggi terjadi pada butir 6; BLM yang diterima KSM sesuai dgn proposal yg disetujui, sebesar 85% kelurahan tercapai. Sisanya sebesar 15% kelurahan tidak tercapai. Ketidaksesuaian antara BLM yang diterima dengan proposalnya memang dieprlukan perbaikan kondisi dengan perhatian oleh pelaku agar memfasilitasi penyusunan proposal dengan benar, dan hal yang perlu dicermati dan ditindaklanjuti sehingga didapatkan faktor penyebab yang sebenarnya, apakah karena faktor teknis administrasi saja atau ada potensi peyalahgunaan dana, dll. Pada umumnya proposal yang diputuskan berbeda dengan nilai dan rincian proposal yang diajukan masyarakat tidak ditindaklanjuti perbaikan proposalnya sesuai nilai keputusan LKM. Kondisi ketidaksesuaian memerlukan perhatian dari LKM dan pendimpingnya sehingga fasilitasi penanggulangan kemiskinan yang dilakukan tidak menyisakan permasalahan baru. 7 H a l a m a n

8 Dari 11 butir instrumen yang digunakan, capaian yang paling rendah kelurahan terjadi pada butir 9 yaitu: Apakah antara proposal dan LPJ kegiatan mempunyai kesesuaian?. Capaian sejumlah 80% kelurahan, dengan demikian sejumlah 20% kelurahan yang ditemukan menunjukkan gejala ketidaksesuaian. Penyusunan proposal dan LPJ adalah salah satu indikator peningkatan kapasitas yang terjadi di masyarakat, sehingga Fenomena ini tentu akan menjadi catatan khusus bagi pelaku terkait untuk melakukan evaluasi serius dan memfasilitasi penguatan pemahaman dan strategi pelaksanaan kegiatan agar butir ini bisa terlaksana dengan baik di masyarakat. c. Pelaporan/Administrasi Capaian butir 15, Apakah dokumen lengkap pencairan BLM tersedia?, hasilnya sebesar 80% Kelurahan telah tercapai. Hal ini menunjukkan bahwa administrasi dokumen pencairan BLM sudah cukup baik, tetapi menyisakan 20% kelurahan yang tidak ditemukan dokumennya, hal ini tentu harus menjadi perhatian dari para pendamping agar tertib administrasi juga dijadikan salah satu output dari pemberdayaan yang dilakukan. Kelembagaan BKM sudah waktunya diberikan pembelajaran yang berkualitas termasuk dalam hal administrasi keungan dan kegaiatan. Harapan ke depan para personil pelaku dimasyarakat faham tupoksinya dan sudah mengurangi ketergantungan terhadap peran fasilitator dalam segala aspek. Salah satu bukti keberdayaan masyarakat adalah kemampuan mendampingi pengadministrasian kegiatan dan keuangan sehingga menjadi lembaga yang akuntable dan transparan. 1.1 Rekomendasi a. Siklus BLM Capaian hasil siklus BLM yang tersebut memerlukan tindak lanjut dari segenap pelaku program terkait, sebagai berikut: 1. OSP memastikan Korkot terkait melakukan penguatan pengembangan kapasitas (CB) siklus BLM pada kelurahan yang tidak melakukan pembekalan kepada KSM/panitia. TF segera memfasilitasi ulang kegiatan tersebut kepada masyarakat, sehingga pemanfaatn dala BLM bisa sesuai dengan petunjuk teknis pemanfaatan dana BLM. Kualitas output pembekalan juga harus dipastikan sehingga didapatkan peningkatan kapasitas KSM dan Panitia agar mereka mampu berperan optimal. Salah satu fungsi fasilitator adalah memastikan pelaku masyarakat meningkat kapasitasnya, kemudian mereka mau dan mampu melaksanakan kegiatan pemanfaatan dana BLM dengan baik. Sudah harus diakhiri model fasilitasi dengan jalan pintas seperti mengambil alih beban yang harusnya menjadi tanggungjawab KSM dan Panitia (misal menyusun proposal, membuat RAB, membuat LPJ, gambar, dll), karena hal ini sama dengan merebut ruang belajar masyarakat dalam melaksanakan kegiatan nangkis, dan semakin menjauhkan mereka dari keberdayaan. 8 H a l a m a n

9 2. OSP memastikan Korkot terkait menindaklanjuti temuan tentang: BLM yang diterima KSM belum sesuai dgn proposal yg disetujui. TF segera melakukan identifikasi terhadap temuan tersebut, diperjelas penyebabnya apakah faktor administrasi atau mengarah pada penyimpangan penggunaan dana BLM. OSP memastikan tindak lanjutnya benar terjadi masing-masing kelurahan dan buktinya di konsolidasi ditingkat Korkot untuk diperiksa pada saat melakukan uji petik periode berikutnya. 3. OSP memastikan Korkot terkait menindaklanjuti temuan tentang: terjadinya praktik pemotongan dana BLM yang diterima KSM/Panitia dari LKM. TF segera melakukan identifikasi dan menjelaskan dengan laporan tertulis untuk bahan analisis oleh OSP. Demikian juga dengan memasukkanya dalam aplikasi PPM yang ada apabila nyata terjadi tindakan pemotongan dana. Bila terjadi praktik penyimpangan dana BLM maka penanganan serius dengan tindakan tegas harus segera dilakukan, agar tidak menjadi semakin besar dan merusak kepercayaan yang sedang tumbuh dimasyarakat. 4. OSP memastikan Tim Korkot terkait melakukan perbaikan administrasi/ pelaporan pelaksanaan siklus Pemanfaatan BLM, Memastikan TF melakukan pembelajaran yang baik termasuk dalam penataan administrasi di tingkat BKM/LKM. Kapasitas menyusun administrasi kegiatan dan keuangan adalah wujud keberhasilan dalam melakukan pemberdayaan di masyarakat. Hal ini tentu menjadi tantangan agar tidak terulang pada pelaksanaan siklus beberapa bulan kedepan. 2. Hasil Siklus Rembug Warga Tahunan (RWT) Rembug Warga Tahunan (RWT) dilakukan oleh masyarakat kelurahan secara rutin setiap tahun, tepatnya diakhir tahun sebagai musyawarah tertinggi di LKM sebagai forum melakukan evaluasi program, pengesahan dan penyampaian tentang perkembangan kelembagaan, perencanaan nangkis, dan keuangan. Masyarakat melakukan serangkaian kegiatan yang agendanya sudah ditentukan, diperlukan persiapan yang khusus dari pelaku agar rembug bisa berjalan sesuai tujuannya. Dari 486 kel/desa yang dikunjungi oleh seluruh level pelaku (OSP, Korkot) yang bisa diolah dan didapatkan kategorinya menunjukan bahwa sebanyak 325 kel/desa (67%) pencapaian substansinya berkualitas baik, sebanyak 100 kel/desa (20%) berkualitas sedang, dan sebanyak 61 kel/desa (13%) termasuk berkualitas kurang. Capaian detail per-butir pertanyaan pada kegiatan rembug masyarakat dapat dilihat dalam tabel berikut : 9 H a l a m a n

10 Tabel-3 Hasil Pencapaian Per-Item Pertanyaan Instrumen Item Pertanyaan Instrumen Terpenuhi (kel/desa) Persen 1 dilakukan pembentukkan Panitia Pelaksana RWT? % 2 dilakukan pembekalan terhadap panitia pelaksana RWT? 3 pembekalan mengacu/ menggunakan kepada petunjuk teknis RWT? 4 BKM/LKM telah menyampaikan laporan tahunan dalam RWT? 5 dilakukan pembahasan/ penetapan (perubahan) Anggaran Dasar BKM/LKM dalam RWT 6 BKM/LKM menyampaikan Rencana Kerja setahun kedepan dalam RWT 7 RWT dilakukan penetapan PJM Pronangkis dan atau Rencana Tahunan (Renta) PJM 8 RWT Menetapkan hasil-hasil kegiatan Tinjauan Partisipatif (keuangan, kelembagaan, dan program) 9 RWT disampaikan laporan hasil audit keuangan BKM/LKM (auditor independen) periode tahun lalu 10 peserta RWT adalah nama yang menjadi utusan warga hasil pemilu basis (RT/ RW/ Lingkungan). 11 dokumen laporan hasil pelaksanaan kegiatan RWT tersedia % % % % % % % % % % a. Persiapan Kegiatan RWT Dari 486 kelurahan yang hasil uji petik/supervisinya terekam dalam aplikasi didapatkan capaian sebagai berikut: butir 1, dilakukan pembentukkan Panitia Pelaksana RWT hasilnya sejumlah 95% kelurahan yang sudah sesuai, capaian ini berarti sisanya sebesar 5% kelurahan tanpa melakukan pembentukan panitia pada saat pelaksanaan RWT. Untuk butir 2, dilakukan pembekalan oleh Faskel kepada Panitia Pelaksana RWT hasilnya didapatkan sejumlah 89% kelurahan telah sesuai, ini berarti hanya 11% kelurahan sisanya melakukan kegiatan RWT tanpa melakukan pembekalan terhadap panitia pelaksana. Untuk capaian butir 3, pembekalan mengacu/ menggunakan petunjuk teknis, hasilnya sejumlah 87% kelurahan yang sudah sesuai, sisanya sebesar 13% kelurahan mengaku belum menggunakan petunjuk teknis sebagai acuan pelaksanaan kegiatan Pekerjaan persiapan siklus merupakan inti dari pelaksanaan siklus yang penting untuk diperhatikan oleh pelaku program, karena fungsi strategisnya sebagai pembuka pintu gerbang pelaksanaan kegiatan. Persiapanadalah ajang untuk mempersiapkan personil dan lembaga pelaksana, pada aspek pemahaman, 10 H a l a m a n

11 kemauan dan kemampuan agar siap dan kompeten untuk melaksanakan tahapan siklus. Capaian pada butir: 1,2, dan 3 menunjukkan bahwa hal yang pokok masih belum mampu tercapai secara optimal disemua lokasi kegiatan siklus. Dengan rentang 5-13% kelurahan yang tidak tercapai dampaknya akan signifikan mempengaruhi kualitas siklus RWT dikelurahan tersebut. Kelurahan cukup rentan terjadi implementasi kegiatan dengan kualitas yang kurang bagus bahkan menyimpang, dst. Meskipun prosentase 5-13% menunjukkan sebagian besar lokasi siklus sudah dapat melaksanakan RWT dengan cukup baik. Aspek pengetahuan, sikap dan ketrampilan dari pelaku konsultan dalam memfasilitasi pengorganisasian masyarakat masih membutuhkan penguatan khususnya pemahaman substansi yang ada dipetunjuk teknis. Kualitas pengembangan kapasitas siklus harus dijamin dan dikendalikan dengan baik oleh pelaku pada masing-masing tingkatan karena memegang sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukan masyarakat dapat dipastikan menjadi output dari kegiatan siklus yang dilakukan. b. Pelaksanaan Rembug Warga Dari 11 butir instrumen yang digunakan sejumlah 7 butir merupakan butir tentang pelaksanaan kegiatan siklus RWT, capaian yang paling rendah 46% kelurahan terjadi pada butir 5 yaitu: dilakukan pembahasan/ penetapan (perubahan) Anggaran Dasar BKM/LKM. Kelurahan yang tidak melakukan pembahasan/ penetapan AD LKM cukup besar yaitu 54% kelurahan. Hal ini tentu harus menjadi catatan khusus bagi pelaku terkait untuk melakukan penguatan strategi agar kegiatan ini bisa menjadi lebih baik capaiannya dan landasan hukum di LKM juga semakin kokoh. Kebutuhan pengaturan beberapa kegiatan LKM belum mampu ditangkap pelaku untuk diberikan payung hukum berupa pasal pasal dalam AD LKM. Kelemahan yang kita sadari adalah ragam aturan program berupa Juknis, POB, dll isinya tentu memerlukan penyaringan dan hasilnya diakomodasi dalam aturan masyarakat belum berjalan dengan baik. Capaian paling tinggi dalam pelaksanaan siklus RWT terjadi pada butir 7 RWT dilakukan penetapan PJM Pronangkis dan atau Rencana Tahunan (Renta) PJM, sebesar 81% kelurahan. Hal ini juga bermakna bahwa pada kelurahan sisanya sebesar 19% tidak melakukan penetapan PJM Pronangkis dan atau Rencana Tahunan (Renta) PJM dalam pelaksanaan RWT-nya. Hal ini sekaligus peringatan bagi para pelaku agar tidak lagi abai pada salah satu substansi RWT ini agar pada waktu mendatang dijadikan output wajib dari kagiatan RWT, apalagi mengingat RWT adalah kegiatan rutin tahunan. 11 H a l a m a n

12 Capaian pada Butir 10: peserta RWT adalah nama yang menjadi utusan warga hasil pemilu basis (RT/ RW/ Lingkungan) sebesar 65% saja, hal ini sekaligus menegaskan masih ada 35% kelurahan yang kelembagaannya masih rawan dan memerlukan penguatan segera. Ketika utusan rembug masyarakat dengan mudah diganti-ganti oleh orang lain yang ditunjuk RT/RW atau pemimpin basis lainnya tanpa melalui pemilihan basis seperti yang ditetapkan di AD LKM, maka hal ini jelas melanggar aturan tersebut. Kondisi ini menegaskan bahwa pemilu LKM dengan pemilu tingkat basis yang dilakukan secara tertutup dengan kartu suara adalah penting, dan kualitas pelaksanaan bisa dirunut dari tidak tercapainya butir 10 RWT ini. c. Pelaporan/Administrasi Capaian butir 11, laporan hasil pelaksanaan kegiatan RWT sebesar 73% Kelurahan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan, dan kemampuan panitia dalam melaksanakan tahapan menyusun pelaporan sudah belum merata karena mrenyisakan 27% kelurahan belum ditemukan dokumen laporan seperti yang dimaksudkan dalam petunjuk teknis. Fenomena ini tentu tidak boleh diabaikan dan masih membutuhkan perhatian pelaku terkait agar performanya pada masa mendatang bisa lebih baik lagi. Rekomendasi Capaian hasil siklus RWT tersebut memerlukan tindak lanjut dari segenap pelaku program terkait, sebagai berikut: 1. Capaian terhadap persiapan siklus RWT sudah baik, namun kekurangannya juga masih perlu perhatian serius yaitu: 12% siklus dilaksanakan tanpa pembentukkan panitia, 11% siklus dilakukan tanpa pembekalan, dan 13% pembekalan dilakukan tidak menggunakan Juknis siklus. Capain ini meningkat prosentasenya dibandingkan dengan capain siklus RWT tahun Belum meratanya efektifitas pengendalian kualitas dibeberapa korkot memberikan kontribusi akan terjadinya hal tersebut. Tingkat pemahaman dan ketrampilan pelaku konsultan TF dan panitia RWT menjadi faktor yang mempengaruhi langsung terhadap capaian ini, maka perbaikanya diperlukan adanya perbaikan sistem pengendalian kualitas khususnya pengembangan kapasitas terkait siklus masyarakat. Pembekalan tidak hanya dikendalikan sudah atau belum saja, namun unit input seperti pelatihan juga harus mengendalikan kualitas fasilitasinya. Korkot harus menjamin pemahaman dan ketrampilan pelaku masyarakat dapat meningkat sehingga pelaksanaan kegiatan siklus RWT bisa dilaksanakan sesuai petunjuk teknis dan mampu mencapai tujuannya. 12 H a l a m a n

13 2. RWT merupakan kegiatan siklus yang juga merupakan forum tertinggi di LKM untuk mengevaluasi dan menetapkan kebijakan tahunan, sehingga outputnya harus dipastikan yaitu terwujud kelembagaan LKM yang transparan, akuntable dan mempunyai dukungan basis yang kokoh. Dalam pelaksanaan siklus capaian paling rendah hanya 46% kelurahan: dilakukan pembahasan/ penetapan (perubahan) Anggaran Dasar BKM/LKM. Output penting ini terlewatkan oleh 54% Kelurahan sehingga tidak melakukan pembahasan/ penetapan AD LKM dalam RWTnya. Hal demikian harus menjadi catatan khusus pelaku agar melakukan penguatan terhadap strategi pelaksanaan kegiatan agar lebih baik capaiannya pada waktu mendatang. Penguatan kelembagaan LKM dengan memperkuat AD LKM masih memerlukan perbaikan yang serius dengan memberikan pemahaman tentang betapa pentingnya LKM menyerap aturan program menjadi aturan masyarakat. Mekanisme RWT dengan membahas AD LKM diperuntukkan untuk mengakomodasi hal tersebut, namun disayangkan hal demikian belum terjadi. Gejala yang samadidapatkan sejak tahun 2013 tapi tidak menunjukkan perbaikan, sehingga semakin meningkat, tentu ini sebuah tantangan terhadap kualitas yang memberikan pemahaman dan ketrampilan kepada masyarakat. 13 H a l a m a n

14 LAPORAN UJI PETIK PEMBUKUAN BKM TRIWULAN KE-1 TAHUN 2015 UNIT MANAJEMEN KEUANGAN KMP WILAYAH 2 A. PENDAHULUAN Uji petik adalah bentuk kegiatan pengendalian yang dilakukan dengan kunjungan langsung kelapangan atau ke obyek yang menjadi sumber data/informasi primer, Kegiatan uji petik pembukuan dilakukan dengan membadingkan data SIM yang merupakan hasil penilaian kinerja pembukuan yang dilakukan setiap bulan oleh fasilitator ekonomi dengan hasil kunjungan yang dilakukan oleh TA MK/Askot MK pada periode bulan yang sama, harapannya diperoleh gambaran akurasi dan validitas data serta terjadinya capacity building jika ada pemahaman substansi yang berbeda. Kegiatan uji petik dilakukan secara berjenjang, karena itu uji petik di desain dengan standarisasi pada sisi instrumen, waktu pelaksanaan, lokasi sampling, metode penggalian informasi, sumber informasi (pelaku yang dikonfirmasi), maupun dokumen pembuktiannya sehingga objektifitas dan validitas dari hasil uji petik dapat dipertahankan lebih "stabil". Kegiatan pengendalian dalam bentuk uji petik langsung ke lapangan selama ini sudah berjalan diseluruh tingkatan manajemen dengan metode dan pengelolaan uji petik yang cukup baik, namun demikian seiring dengan pengalaman pengendaliaan serta tuntutan para pihak yang terus berkembang maka metodologi uji petik juga mengalami penyempurnaan agar pengelolaan kegiatannya dapat lebih dioptimalkan dan hasil-hasilnya dapat lebih didayagunakan untuk upaya-upaya perbaikan pelaksanaan program secara menerus. Telah dijelaskan dalam TOR Uji Petik, bahwa KMP (unit Manajemen Keuangan) berkewajiban melakukan uji petik tematik Pembukuan bersamaan dengan pelaksanaan uji petik siklus masyarakat minimal di 1% lokasi sasaran program setiap triwulan, sementara untuk proporsi kewajiban uji petik OSP (TA dan SUB TA Manajemen Keuangan) bervariasi 3%-10% jumlah kelurahan per-triwulan, dan Korkot/Askot ekonomi Ekonomi dengan proporsi 50% per-bulan berbagi dengan Askot Infrastruktur, sederhananya Askot MK minimal melakukan uji petik pembukuan di 25% lokasi dampingan tingkat Kota/Kabupaten. Pelaporan hasil uji petik tematik/khusus ekonomi dilakukan dengan upload/input melalui SIM uji petik ( baik yang dilakukan oleh KMP, OSP maupun Korkot (Askot Manajemen Keuangan) terhadap hal tersebut telah dikeluarkan surat KMP Nomor : 32/NMC/PNPM-Perkotaan/II/2015. Laporan ini merupakan gambaran kegiatan uji petik pembukuan secara nasional baik yang dilakukan oleh KMP, OSP maupun Korkot (Askot MK) selama periode bulan Januari Maret 2015 (Triwulan ke-1). 14 H a l a m a n

15 B. REALISASI KEGIATAN UJI PETIK Realaisasi kegiatan uji petik pembukuan dilaksanakan periode 1 Januari 2015 s/d 31 Maret 2015 dengan melakukan kunjungan ke Sekretariat BKM dan UPK untuk melihat dan melakukan supervisi terhadap pengelolaan keuangan secara keseluruhan adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan uji petik tematik pembukuan yang dilakukan oleh KMP (Unit Manajemen Keuangan) ke Kelurahan/Desa sasaran tidak terjadi/tidak dilakukan karena beberapa kendala teknis dan non teknis, namun masa transisi keberlanjutan program menjadi yang paling dominan. 2. Kegiatan Uji Petik tematik pembukuan yang dilakukan oleh OSP (TA dan Sub TA Manajemen Keuangan) secara nasional terjadi di 1,4% Kelurahan dampingan untuk pembukuan Sekretariat dan 1,3% untuk pembukuan UPK, namun demikian terdapat 6 Provinsi yang tidak melakukan/melaporkan kegiatan uji petik yaitu : a. Provinsi Bali b. Provinsi Kalimantan Selatan c. Provinsi Kalimantan Utara d. Provinsi Sulawesi Tengah e. Provinsi Maluku f. Provinsi Papua 3. Kegiatan uji petik khusus ekonomi (pembukuan) yang dilakukan oleh Askot Manajemen Keuangan secara nasional dilakukan pada 14,2% kelurahan dampingan untuk pembukuan Sekretariat dan 14% kelurahan untuk pembukuan UPK. Terdapat 4 Provinsi yang Askot MK tidak sekalipun melakukan/melaporkan uji petik yaitu di Provinsi : a. Provinsi Aceh b. Provinsi Kalimantan Tengah c. Provinsi Papua d. Provinsi Papua Barat Jumlah kunjungan ke lokasi dampingan (sampel) antar provinsi tidak sama baik yang dilakukan OSP mapun Askot MK, tentunya terdapat perbedaan kendala dalam pemenuhan kegiatan uji petik tematik/khusus. Berikut adalah 5 Provinsi tertinggi dalam melaksanakan uji petik dalam periode ini : Tingkat OSP Tingkat Korkot/Askot MK No Provinsi % Sampel No Provinsi % Sampel 1. Sulawesi Barat 11,76% 1. Sulawesi Barat 94,12% 2. DI Yogyakarta 7,78% 2. Jawa Tengah 28,91% 3. Sulawesi Tenggara 6,20% 3. Maluku Utara 26,85% 4. Sulawesi Utara 5,54% 4. NTT 23,85% 5. Gorontalo 5,48% 5. Sulawesi Utara 20,85% Perbandingan masing-masong provinsi, kegiatan uji petik yang dilakukan oleh KMP, OSP dan Askot MK seperti dalam tabel berikut : 15 H a l a m a n

16 Tabel 1 Jumlah Kelurahan Uji Petik Nasional Pembukuan Sekretariat Periode : Januari Maret 2015 Tabel 2 Jumlah Kelurahan Uji Petik Nasional Pembukuan UPK Periode : Januari Maret H a l a m a n

17 Secara umum realisasi pelaksanaan uji petik triwulan ke-1 Tahun 2015 belum maksimal dilakukan oleh OSP dan Askot MK namun demikian secara pengendalian kegiatan uji petik khusus/tematik pembukuan periode saat ini lebih baik dari periode sebelumnya, salah satu indikatornya adalah telah dilakukan perencanaan terpadu dibawah koordinasi tim Monev KMP dan pelaporan telah menggunakan SIM uji petik. C. ANALISA HASIL UJI PETIK Analisa hasil uji petik menjadi bagian terpenting dalan memperoleh gambaran secara utuh tentang hasil kegiatan uji petik pembukuan yang telah dilakukan oleh KMP, OSP maupun Askot Manajemen Keuangan. Harapannya melalui kegiatan uji petik khusus ini tingkat akurasi data kinerja pembukuan semakin akurat dari bulan ke bulan serta adanya peningkatan pemahaman substansi pendamping dan masyarakat secara nerjenjang.. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa sampel uji petik pembukuan Sekretariat yang dilakukan oleh OSP (TA dan Sub TA MK) sejumlah 1,4% (94 Kelurahan) dan sejumlah 14,2% (944 Kelurahan) yang dilakukan oleh skot MK. Sedangkan sampel uji petik pembukuan UPK yang dilakukan oleh OSP (TA dan Sub TA MK) sejumlah 1,3% (89 Kelurahan) dan sejumlah 14% (925 Kelurahan) dilakukan oleh Askot MK, Dari sejumlah sampel tersebut diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Akurasi Hasil Uji Petik Salah satu hasil yang yang dapat dianalisa adalah akurasi uji petik terhadap pengukuran kinerja pembukuan yang dilakukan oleh fasilitator ekonomi dan melaporkannya melalui SIM MK dengan hasil uji petik yang dilakukan oleh askot MK maupun TA MK (sebagai supervisor Faskel ekonomi), hasilnya adalah seperti dalam grafik berikut : 17 H a l a m a n

18 Dari grafik diatas dapat dijelaskan bahwa pada kegiatan uji petik khusus (pembukuan) triwulan ke-1 Tahun 2015, tingkat akurasi pengukuran kinerja pembukuan sekretariat (75,2%) lebih tinggi dibanding UPK tanpa PAR (67,7%). Mengetahui tingkat akurasi uji petik yang dilakukan oleh TA MK maupun Askot MK menjadi penting, karena selain daat mengukur validitas data yang dilaporkan oleh faskel ekonomi melalui SIM MK juga dapat menggambarkan adanya pemahaman yang masih ada perbedaan terhadap substansi dan mekanisme pengukuran kinerja pembukuan diantara pendamping sesuai jenjang penugasan terhadap serta dapat mengetahui penerapan prosedur pengukuran kinerja yang dilakukan. Jika melihat KPI pelaporan data melalui SIM seharusnya adalah 90% Akurat, dengan melihat hasil uji petik yang dilakukan oleh TA MK dan Askot MK masih dibawah target tersebut. Untuk Sekreariat masih kurang 24,8% dan UPK 32,7%. 2. Aspek terendah dalam pengukuran kinerja pembukuan Hal yang menjadi penyebab hasil pengukuran kinerja Sangat Baik, Memadai atau Tidak Memadai adalah tergantung pemenuhan item dalam setiap aspek pengukuran kinerja. Jika seluruh item dapat terpenuhi maka kinerja akan menjadi Sangat Baik begitu juga sebaliknya. a) Pembukuan Sekretariat Dari sampel uji petik pembukuan sekretariat yang dilakukan oleh OSP (1,4%) dan sejumlah 14,2% oleh Askot MK diperoleh hasil pemenuhan item aspek pengukuran kinerja pembukuan sebagai berikut : 18 H a l a m a n

19 Dari 11 item pengukuran kinerja Sekretariat yang harus dipenuhi, 3 aspek terendah dalam pemenuhannya adalah : 1) Laporan bulanan dipasang di lima titik stategis selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya, pemenuhannya sebesar 75,2% 2) Seluruh transaksi penerimaan dan pengeluaran dicatat dan diarsipkan sesuai tanggal transaksi, pemenuhannya sebesar 88,4% 3) Laporan disajikan sebelum tanggal 5 bulan berikutnya, pemenuhannya sebesar 89,7% b). Pembukuan UPK tanpa PAR Dari sampel uji petik pembukuan UPK yang dilakukan oleh OSP (TA dan Sub TA MK) sejumlah 1,3% (89 Kelurahan) dan sejumlah 14% (925 Kelurahan), diperoleh hasil pemenuhan item aspek pengukuran kinerja pembukuan sebagai berikut : 19 H a l a m a n

20 Dari 9 item pengukuran kinerja UPK tanpa PAR yang harus dipenuhi, 3 aspek terendah dalam pemenuhannya adalah : 1) Laporan bulanan dipasang di lima titik stategis selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya, pemenuhannya sebesar 64,8%; 2) Dana operasional tunai tidak lebih dari Rp , pemenuhannya sebesar 75,8%; 3) Seluruh transaksi penerimaan dan pengeluaran dicatat dan diarsipkan sesuai tanggal transaksi, pemenuhannya sebesar 76,9% Data detil hasil analisis data uji petik dapat di lihat pada lampiran laporan ini D. KESIMPULAN Mencermati uraian sebelumnya, maka beberapa kesimpulan yang dapat dinyatakan adalah : 1. Kegiatan uji petik siklus/tematik pembukuan yang dilakukan oleh KMP tidak terjadi karena beberapa kendala, namun masa transisi keberlanjutan program menjadi yang paling dominan. 2. Masih terdapat 6 Provinsi tidak melakukan/melaporkan kegiatan uji petik tematik pembukuan sekretariat dan 4 Provinsi pembukuan UPK periode Januari 2015 Maret Prosentase uji petik yang dilakukan oleh TA MK OSP kurang dari 3% dan pelaksanaan kegiatan tidak merata diseluruh Provinsi. 4. Prosentase uji petik yang dilakukan oleh Askot MK baru terpenuhi 14% dari 25% yang ditargetkan sesuai ketentuan yang ada. 5. Akurasi uji petik pembukuan sekretariat sebesar 75,2% dan pembukuan UPK tanpa PAR sebesar 67,7%. 6. Terdapat 3 aspek terendah dalam pengukuran kinerja pembukuan sekretariat, yaitu : a). Laporan bulanan dipasang di lima titik stategis selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya, pemenuhannya sebesar 75,2%, b). Seluruh transaksi 20 H a l a m a n

21 penerimaan dan pengeluaran dicatat dan diarsipkan sesuai tanggal transaksi, pemenuhannya sebesar 88,4%, c). Laporan disajikan sebelum tanggal 5 bulan berikutnya, pemenuhannya sebesar 89,7% 7. Terdapat 3 aspek terendah dalam pengukuran kinerja pembukuan UPK adalah a). Laporan bulanan dipasang di lima titik stategis selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya, pemenuhannya sebesar 64,8%, b). Dana operasional tunai tidak lebih dari Rp , pemenuhannya sebesar 75,8%, c). Seluruh transaksi penerimaan dan pengeluaran dicatat dan diarsipkan sesuai tanggal transaksi, pemenuhannya sebesar 76,9% 8. Kegiatan uji petik tematik/khusus belum menjadi kebutuhan pendamping dalam kerangka pengendalian hasil kegiatan, hal tersebut terbukti beberpa provinsi dan kabupaten tidak melakukannya dengan alasan tidak ada pendanaan. Dalam EGM telah disepakati ada dan tidak ada EGM kegiatan berkunjung (monitoring/supervisi) ke wilayah dampingan menjadi kewajiban yang harus dilakukan sebagai upaya pemastian prosedur dilakukan oleh pendamping level bawahnya dan prosedur dipahami utuh oleh masyarakat. 9. Pelaporan hasil uji petik tematik/khusus pembukuan melalui SIM Uji petik perlu disosialisasikan lbih baik lagi ke OSP, hal tersebut wajar karena baru triwulan ke- 1 tahun ini menggunakan pelaporan melalui aplikasi SIM Uji Petik. 10. Kegiatan uji petik tematik/khusus belum mendapat dukungan yang baik dari Manajemeen OSP, terlihat sebagian besar kegiatan uji petik khusus dilakukan secara swadaya walaupun di kontrak OSP alokasi dana tersedia. E. RENCANA TINDAK LANJUT Beberapa rencana tindak lanjut yang patut dikuatkan untuk pendampingan dan pengendalian uji petik adalah : 1. KMP melakukan penguatan mekanisme monitoring dan supervisi sesuai POB uji petik berbasis pada pengukuran kinerja pembukuan sesuai dengan pedoman teknis pengukuran kinerja pembukuan serta melakukan teleconference sebagai proses proaktif pada Provinsi dan Kota/Kabupaten yang tidak melaksanakan/melaporkan uji petik; 2. Meminta kepada TA MK OSP dan Askot MK melalui surat KMP untuk melakukan penguatan kapasitas tentang pengukuran kinera pembukuan khususnya terhadap pemenuhan item terendah agar dapat meningkatkan kinerja pembukuan dengan pemahaman yang sama. 3. Meminta TL OSP agar membuat perencanaan yang matang tentang kegiatan uji petik terpadu dengan pemilihan lokasi, metode yang telah ditentukan dalam TOR Uji Petik. Hal ini perlu dilakukan agar tujuan uji petik dapat efektif. 21 H a l a m a n

22

LAPORAN UJI PETIK PEMBUKUAN BKM PERIODE TRIWULAN KE-2 BULAN : APRIL-JUNI 2015 P2KP - WILAYAH 2

LAPORAN UJI PETIK PEMBUKUAN BKM PERIODE TRIWULAN KE-2 BULAN : APRIL-JUNI 2015 P2KP - WILAYAH 2 LAPORAN UJI PETIK PEMBUKUAN BKM PERIODE TRIWULAN KE-2 BULAN : APRIL-JUNI 2015 P2KP - WILAYAH 2 A. PENDAHULUAN Periode pelaporan uji petik ini merupakan kelanjutan dari pelaporan uji petik periode sebelumnya

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERKOTAAN

PNPM MANDIRI PERKOTAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT PERIODE TRIWULAN IV TAHUN 2014 Konsultan Manajemen Pusat Wilayah-2 A. Pendahuluan Lokasi sasaran PNPM

Lebih terperinci

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM Mandiri Perkotaan LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS MASYARAKAT PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM Mandiri Perkotaan LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS MASYARAKAT PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014 PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM Mandiri Perkotaan LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS MASYARAKAT PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014 Konsultan Manajemen Pusat Wilayah-2 April 2014 A. Pendahuluan

Lebih terperinci

PROGRAM PENANGANAN KAWASAN KUMUH PERKOTAAN (P2KKP) LAPORAN MONITORING KMP PERIODE TRIWULAN III (BASELINE )

PROGRAM PENANGANAN KAWASAN KUMUH PERKOTAAN (P2KKP) LAPORAN MONITORING KMP PERIODE TRIWULAN III (BASELINE ) PROGRAM PENANGANAN KAWASAN KUMUH PERKOTAAN (P2KKP) LAPORAN MONITORING KMP PERIODE TRIWULAN III (BASELINE 100-0-100) KONSULTAN MANAJEMEN PUSAT WILAYAH-2 TAHUN PELAKSANAAN UJI PETIK KEGIATAN BASELINE, PLPBK

Lebih terperinci

PROGRAM PENANGANAN KAWASAN KUMUH PERKOTAAN (P2KKP) LAPORAN MONITORING KMP PERIODE TRIWULAN IV (BASELINE )

PROGRAM PENANGANAN KAWASAN KUMUH PERKOTAAN (P2KKP) LAPORAN MONITORING KMP PERIODE TRIWULAN IV (BASELINE ) PROGRAM PENANGANAN KAWASAN KUMUH PERKOTAAN (P2KKP) LAPORAN MONITORING KMP PERIODE TRIWULAN IV (BASELINE 100-0-100) KONSULTAN MANAJEMEN PUSAT WILAYAH-2 TAHUN 2015 i LAPORAN PELAKSANAAN UJI PETIK KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komponen pengembangan kapasitas (Capacity Building) merupakan salah satu pilar program PNPM Mandiri Perkotaan, karena program ini yang meyakini bahwa pembelajaran merupakan

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009-2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 1. KEGIATAN REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review) Partisipatif merupakan

Lebih terperinci

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK KEGIATAN SIKLUS MASYARAKAT PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Periode : Bulan Juli - September 2010 I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) Februari 2011 1 P a g e LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) RWT adalah singkatan

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) Januari 2011 1 P a g e 1.1 LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) RWT adalah

Lebih terperinci

REKOMENDASI HASIL UJI PETIK KMP PERIODE 28 November 8 Desember 2007

REKOMENDASI HASIL UJI PETIK KMP PERIODE 28 November 8 Desember 2007 REKOMENDASI HASIL UJI PETIK KMP PERIODE 28 November 8 Desember 2007 Gambaran Umum Secara umum proses kegiatan di lokasi baru mengalami keterlambatan rata-rata 1,5 bulan dari master schedule, sementara

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) Maret 2011 1 P a g e 1. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) RWT adalah Rembug/Rapat

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) April 2011 1 P a g e 1.1 LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) RWT adalah singkatan

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2011 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) Oktober 2011 1 P a g e 1.1 LATAR BELAKANG PELAKSANAA N UJI PETIK RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) RWT adalah

Lebih terperinci

MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011

MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011 MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011 KEGIATAN & SUB-KEGIATAN MILESTONE 1.1. PENDAMPINGAN TINGKAT PEMDA KOTA/ KAB 1.1.1. SERANGKAIAN LOBBY-LOBBY, SILATURAHMI SOSIAL DAN SOSIALISASI AWAL TINGKAT

Lebih terperinci

1. Pendaluhuan. Bulan Juni-2013 Monitoring Siklus Masyarakat 1

1. Pendaluhuan. Bulan Juni-2013 Monitoring Siklus Masyarakat 1 1. Pendaluhuan Kegiatan monitoring berbasis data SIM menjadi satu tema penting dalam agenda EGM Monev 2013, tema ini sangat relevan mengingat lingkup lokasi sasaran program PNPM Perkotaan yang sangat besar

Lebih terperinci

Progres PPM PNPM Mandiri Perkotaan Periode Maret Wilayah II. (OC 5 s/d OC 9)

Progres PPM PNPM Mandiri Perkotaan Periode Maret Wilayah II. (OC 5 s/d OC 9) Wilayah II KMP Jateng DIY Jatim Bali NTB NTT Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Sulbar Maluku Malut Papua Barat Papua Pendahuluan Progres PPM PNPM Mandiri Perkotaan Periode Maret

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 1 I. MENGAPA POB DIPERLUKAN? a. Untuk Meningkatkan kemampuan personil konsultan

Lebih terperinci

DAFTAR KABUPATEN/ KOTA LOKASI UJI PETIK

DAFTAR KABUPATEN/ KOTA LOKASI UJI PETIK DAFTAR KABUPATEN/ KOTA LOKASI UJI PETIK Periode Juni-Juli 2010 No PROPINSI Kab/ Kota 1 NTB 1 Kabupaten Lombok Timur 2 KALTENG 2 Kabupaten Palangkaraya 3 NAD 3 Kota LANGSA 4 Kota SABANG 4 D I Y 5 Kabupaten

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Oktober 2010 P a g e 1 I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review)

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM merupakan dukungan dana stimulan

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) Desember 2010 1 P a g e I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK PEMANFAATAN BLM (BANTUAN

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) Februari 2011 1 P a g e I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK PEMANFAATAN BLM (BANTUAN

Lebih terperinci

Progres PPM PNPM Mandiri Perkotaan Periode Desember Wilayah II. (OC 5 s/d OC 9)

Progres PPM PNPM Mandiri Perkotaan Periode Desember Wilayah II. (OC 5 s/d OC 9) Wilayah II KMP Jateng DIY Jatim Bali NTB NTT Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Sulbar Maluku Malut Papua Barat Papua Pendahuluan Progres PPM PNPM Mandiri Perkotaan Periode Desember

Lebih terperinci

Laporan Hasil Monitoring Siklus Pemilihan BKM/LKM Tahun 2012

Laporan Hasil Monitoring Siklus Pemilihan BKM/LKM Tahun 2012 Laporan Hasil Monitoring Siklus Pemilihan BKM/LKM Tahun 2012 I. PENDAHULUAN 1. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan tahun 2012 ini telah menjangkau seluruh provinsi di wilayah Indonesia, meliputi 268 kota/kabupaten

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) Oktober 2010 1 P a g e I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK PEMANFAATAN BLM (BANTUAN

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-4 OKTOBER-DESEMBER 2013

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-4 OKTOBER-DESEMBER 2013 EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-4 OKTOBER-DESEMBER 2013 Pengendalian kualitas data sangat penting bagi pengguna data, karena dapat menjadi rambu-rambu dalam hal; betapa pentingnya data, lebih-lebih

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGUKURAN KINERJA PEMBUKUAN SEKRETARIAT - UPK

PETUNJUK TEKNIS PENGUKURAN KINERJA PEMBUKUAN SEKRETARIAT - UPK PETUNJUK TEKNIS PENGUKURAN KINERJA PEMBUKUAN SEKRETARIAT - UPK PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN Diterbitkan Oleh: Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-2 APRIL-JUNI 2014

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-2 APRIL-JUNI 2014 EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-2 APRIL-JUNI 2014 PENGANTAR Pada status bulan Juni 2014 rentang pengendalian SIM KMP telah terjadi penambahan satu provinsi baru yakni Kalimantan Utara akibat dari

Lebih terperinci

Laporan Bulan September 2011 USK Kredit Mikro BAB-1 PENDAHULUAN

Laporan Bulan September 2011 USK Kredit Mikro BAB-1 PENDAHULUAN BAB-1 PENDAHULUAN Kegiatan pengendalian yang dilakukan KMP PNPM Mandiri Perkotaan pada bulan September 2011 berkaitan dengan optimalisasi pelaksanaan kegiatan pinjaman bergulir yang ada di lapangan, baik

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-1 MARET 2013

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-1 MARET 2013 EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-1 MARET 2013 PERHITUNGAN EVALUASI KINERJA SIM Sama hal nya dengan hasil evaluasi kinerja SIM Triwulan 4 Tahun 2012 yang telah ditayangkan di web p2kp.org, perhitungan

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-2 JUNI 2013

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-2 JUNI 2013 EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-2 JUNI 2013 PENGANTAR Hasil evaluasi kinerja SIM triwulan 2 Tahun 2013 secara umum mengalami progres yang signifikan dari hasil evaluasi triwulan sebelumnya. Pergeseran

Lebih terperinci

PROGRAM DAN PENGANGGARAN PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN DI PERKOTAAN (P2KP) TAHUN 2015

PROGRAM DAN PENGANGGARAN PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN DI PERKOTAAN (P2KP) TAHUN 2015 PROGRAM DAN PENGANGGARAN PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN DI PERKOTAAN (P2KP) TAHUN 2015 Oleh : Kasubdit Perencanaan Teknis Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman Ditjen Cipta Karya Disampaikan

Lebih terperinci

Progres PPM PNPM Mandiri Perkotaan Periode Agustus 2010 Wilayah I (OC 5 s/d OC 9)

Progres PPM PNPM Mandiri Perkotaan Periode Agustus 2010 Wilayah I (OC 5 s/d OC 9) Pendahuluan Progres PPM PNPM Mandiri Perkotaan Periode Agustus 2010 Wilayah I (OC 5 s/d OC 9) Progres data pengaduan bulan Agustus 2010 diperoleh dari SIM aplikasi PPM meliputi OC 5 s/d OC 9 menggunakan

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2012 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Juni 2012 P a g e 1 I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review)

Lebih terperinci

Konsep Dasar. Mau. Paham. Mampu

Konsep Dasar. Mau. Paham. Mampu Konsep Dasar Paham Mau Pelatihan yang berorientasi pada penumbuhan pemahaman, motivasi, dan kemampuan dari Fasilitator untuk penanganan program secara partisipatif, transparan, akuntabel, mandiri dan berkelanjutan.

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 Latar Belakang Audit Sempit: Pemenuhan kewajiban Loan/Grant Agreement.

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-4 OKTOBER-DESEMBER 2014

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-4 OKTOBER-DESEMBER 2014 EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-4 OKTOBER-DESEMBER 2014 PENGANTAR Hasil evaluasi kinerja SIM untuk periode Oktober - Desember 2014 (triwulan-4) menunjukkan Skor rata-rata nasional pada angka 92.11%

Lebih terperinci

P E D O MAN T E K N I S PROGRAM SELARAS PNPM MANDIRI PERKOTAAN

P E D O MAN T E K N I S PROGRAM SELARAS PNPM MANDIRI PERKOTAAN P E D O MAN T E K N I S PROGRAM SELARAS PNPM MANDIRI PERKOTAAN BERSAMA MEMBANGUN KEMANDIRIAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN 2 1.4. 3 Gampong adalah wilayah

Lebih terperinci

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).

Lebih terperinci

Progres PPM PNPM Mandiri Perkotaan Periode Juli 2014 Wilayah II (OSP 5, OSP 6, OSP 7, OSP 8, OSP 9, OSP 10)

Progres PPM PNPM Mandiri Perkotaan Periode Juli 2014 Wilayah II (OSP 5, OSP 6, OSP 7, OSP 8, OSP 9, OSP 10) Progres PPM PNPM Mandiri Perkotaan Periode Juli 2014 Wilayah II (OSP 5, OSP 6, OSP 7, OSP 8, OSP 9, OSP 10) Pendahuluan Progres ini merupakan rekapitulasi dokumen hasil PPM di wilayah PNPM Mandiri Perkotaan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-3 JULI-SEPTEMBER 2014

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-3 JULI-SEPTEMBER 2014 EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-3 JULI-SEPTEMBER 2014 PENGANTAR Sumber data SIM yang digunakan pada evaluasi SIM triwulan 3 tahun 2014 meliputi: Kelengkapan data SIM PM-BLM tahun 2013 mulai periode

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-3 JULI-SEPTEMBER 2013

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-3 JULI-SEPTEMBER 2013 EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-3 JULI-SEPTEMBER 2013 PENGANTAR Evaluasi kinerja SIM triwulan 3 Tahun 2013 (periode Juli-September 2013) formulasi yang digunakan tetap sama seperti pada evaluasi

Lebih terperinci

BAB I. Keluaran yang diharapkan dari pengelolaan pelatihan masyarakat adalah sebagai berikut:

BAB I. Keluaran yang diharapkan dari pengelolaan pelatihan masyarakat adalah sebagai berikut: PROSEDUR OPERASIONAL BAKU PENGELOLAAN PELATIHAN MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PNPM Mandiri Perkotaan telah menetapkan tujuan Membantu masyarakat miskin perkotaan di kelurahan/desa peserta

Lebih terperinci

KONSULTAN MANAJEMEN PUSAT PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK Periode : Triwulan-IV 2012, 1 Oktober - 31 Desember 2012

KONSULTAN MANAJEMEN PUSAT PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK Periode : Triwulan-IV 2012, 1 Oktober - 31 Desember 2012 KONSULTAN MANAJEMEN PUSAT PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK Periode : Triwulan-IV 2012, 1 Oktober - 31 Desember 2012 I. PENGANTAR Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan tahun 2012 mencakup 10.923 kelurahan

Lebih terperinci

LAPORAN PERJALANAN DINAS - PENGENDALIAN LANGSUNG

LAPORAN PERJALANAN DINAS - PENGENDALIAN LANGSUNG KONSULTAN MANAJEMEN PUSAT LAPORAN PERJALANAN DINAS - PENGENDALIAN LANGSUNG Periode Triwulan-I 2013 : 1 Januari - 31 Maret 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan kunjungan lapangan Personel Konsultan Manajemen Pusat

Lebih terperinci

PROGRESS PPM WILAYAH I 1. Berdasarkan Lingkup Aduan

PROGRESS PPM WILAYAH I 1. Berdasarkan Lingkup Aduan I. PENDAHULUAN Sampai dengan periode Juli 2013 pengelolaan pengaduan masyarakat di PNPM Mandiri Perkotaan wilayah I sampai dengan bulan Juli 2013 telah mencapai 34.600 pengaduan. Pengaduan yang telah selesai

Lebih terperinci

Oleh : Kepala PMU P2KP Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Oleh : Kepala PMU P2KP Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Oleh : Kepala PMU P2KP Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 1. KETENTUAN UMUM 2 1. LOKASI SASARAN Lokasi sasaran

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN LATAR BELAKANG Pada Tahun

Lebih terperinci

PENCAIRAN DAN PEMANFAATAN DANA PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT DIPA TA. 2015

PENCAIRAN DAN PEMANFAATAN DANA PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT DIPA TA. 2015 PENCAIRAN DAN PEMANFAATAN DANA PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT DIPA TA. 2015 Latar Belakang Pengembangan Kapasitas dalam P2KKP merupakan salah satu pilar penting, karena merupakan sistem yang akan menghantarkan

Lebih terperinci

Rapat Koordinasi Program Direktur & Team Leader PNPM Perkotaan Bogor, Juli 2012

Rapat Koordinasi Program Direktur & Team Leader PNPM Perkotaan Bogor, Juli 2012 Rapat Koordinasi Program Direktur & Team Leader PNPM Perkotaan Bogor, 16-19 Juli 2012 1. WARGA MISKIN (PS-2) PEMANFAAT PROGRAM Secara nasional dari tahun 2007-2011, KK Miskin penerima manfaat kegiatan

Lebih terperinci

Tabel.1. Pengaduan Informatif Pada Siklus BLM

Tabel.1. Pengaduan Informatif Pada Siklus BLM A. Pelaksanaan PPM di PNPM Mandiri Perkotaan ICDD Phase I Pengelolaan Pengaduan Masyarakat pada phase I oleh KMP ICDD Wilayah I di mulai pada periode Agustus 2010. Jumlah pengaduan yang diserah-kelolakan

Lebih terperinci

Perkembangan Kelembagaan BKM

Perkembangan Kelembagaan BKM Potret Kemandirian BKM Tahun 2014 Tantangan Penaganan Kawasan Kumuh 2015 A. 12 Aspek Lemah Kemandirian BKM Hasil Penilaian IDF 2013 Pada Bulan September 2014 lalu melalui Surat KMP no 16/NMC/PNPM -Perkotaan/IX/2014,

Lebih terperinci

JUSTIFIKASI TEKNIS PENAMBAHAN TENAGA ASISTEN MANAJEMEN DATA DI KMW DAN KOORDINATOR KOTA UPP2-2

JUSTIFIKASI TEKNIS PENAMBAHAN TENAGA ASISTEN MANAJEMEN DATA DI KMW DAN KOORDINATOR KOTA UPP2-2 JUSTIFIKASI TEKNIS PENAMBAHAN TENAGA ASISTEN MANAJEMEN DATA DI KMW DAN KOORDINATOR KOTA UPP2-2 A. LATAR BELAKANG Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) I tahap I telah dilaksanakan sejak

Lebih terperinci

Oleh : Kepala PMU P2KP. Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4IP Tahun 2013 Denpasar, Agustus 2013

Oleh : Kepala PMU P2KP. Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4IP Tahun 2013 Denpasar, Agustus 2013 Oleh : Kepala PMU P2KP Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4IP Tahun 2013 Denpasar, 28-30 Agustus 2013 DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 1. KETENTUAN UMUM 2 1. LOKASI SASARAN Lokasi

Lebih terperinci

PENCAIRAN DAN PEMANFAATAN DANA PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT DIPA TA. 2015

PENCAIRAN DAN PEMANFAATAN DANA PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT DIPA TA. 2015 PENCAIRAN DAN PEMANFAATAN DANA PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT DIPA TA. 2015 Latar Belakang Pengembangan Kapasitas dalam P2KKP merupakan salah satu pilar penting, karena merupakan sistem yang akan menghantarkan

Lebih terperinci

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif 1 Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif (a) Perencanaan Partisipatif disebut sebagai model perencanaan yang menerapkan konsep partisipasi, yaitu pola perencanaan yang melibatkan semua pihak (pelaku)

Lebih terperinci

PROGRESS PPM WILAYAH I 1. Berdasarkan Lingkup Aduan

PROGRESS PPM WILAYAH I 1. Berdasarkan Lingkup Aduan I. PENDAHULUAN Pengelolaan pengaduan masyarakat di PNPM Mandiri Perkotaan wilayah I sampai dengan bulan Juni 2013 telah mencapai 33.417 pengaduan. Pengaduan yang telah selesai mencapai 33.415 pengaduan

Lebih terperinci

Thn Thn Thn Thn JUMLAH 91

Thn Thn Thn Thn JUMLAH 91 I. PENDAHULUAN Pada bulan September 2013 direncanakan akan dilakukan penutupan data SIM PPM sampai dengan akhir tahun 2010. Penutupan data tersebut bertujuan data di bawah tahun 2010 tidak ada lagi data

Lebih terperinci

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI PERKOTAAN 3 Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP Membangun BKM Membangun BKM Membangun BKM

Lebih terperinci

Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan

Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan 1. Pengantar Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan Proses pemberdayaan masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan untuk menumbuhkembangkan kesadaran kritis masyarakat terhadap nilai-nilai

Lebih terperinci

Modul 1 Topik: Orientasi Belajar

Modul 1 Topik: Orientasi Belajar Modul 1 Topik: Orientasi Belajar 1 Peserta Saling mengenal, saling memahami dan menghargai perbedaan 2 Peserta mampu menciptakan keakraban 3 Peserta memahami tujuan, Apa yang akan diperoleh dan bagaimana

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-3 JULI-SEPTEMBER 2015

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-3 JULI-SEPTEMBER 2015 EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-3 JULI-SEPTEMBER 2015 PENGANTAR Berdasarkan data SIM PNPM-MP status 30 September 2015, maka hasil akhir kinerja SIM pada triwulan 3 tahun 2015 ini secara nasional

Lebih terperinci

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN BERITA ACARA PENYELESAIAN PEKERJAAN ( BAP2 ) Nomor :.

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN BERITA ACARA PENYELESAIAN PEKERJAAN ( BAP2 ) Nomor :. PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN BERITA ACARA PENYELESAIAN PEKERJAAN ( BAP2 ) Nomor. Pada hari ini. tanggal.. bulan. tahun 20, kami yang bertanda tangan di bawah ini

Lebih terperinci

Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN

Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Belajar melakukan perbaikan sikap dan perilaku Belajar merubah cara pandang terhadap persoalan kemiskinan dan pemecahan

Lebih terperinci

Format F-01 BERITA ACARA PEMBENTUKAN PANITIA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT

Format F-01 BERITA ACARA PEMBENTUKAN PANITIA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT Format F-01 BERITA ACARA PEMBENTUKAN PANITIA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT Desa/Kelurahan BKM/LKM Kecamatan Kota/Kabupaten Berdasarkan hasil kesepakatan antara BKM/LKM, Aparat Desa/Kelurahan,

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMBANGUNAN BKM (BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT) LOKASI BARU 2010

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMBANGUNAN BKM (BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT) LOKASI BARU 2010 PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2011 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMBANGUNAN BKM (BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT) LOKASI BARU 2010 1 P a g e Periode tahun 2011 1.1 LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI

Lebih terperinci

TARGET DAN KINERJA USK KMP PNPM MANDIRI PERKOTAAN SAMPAI DENGAN APRIL Satker P2KP Pusat

TARGET DAN KINERJA USK KMP PNPM MANDIRI PERKOTAAN SAMPAI DENGAN APRIL Satker P2KP Pusat TARGET DAN KINERJA USK KMP PNPM MANDIRI PERKOTAAN SAMPAI DENGAN APRIL 2015 Satker P2KP Pusat 1 USK : MONITORING DAN EVALUASI (MONEV) 1 Tersusunya dokumen strategi Pengendalian dan Pedoman Pelaksanaan serta

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-1 JANUARI-MARET 2015

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-1 JANUARI-MARET 2015 EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-1 JANUARI-MARET 2015 PENGANTAR Evaluasi kinerja SIM untuk periode Januari - Maret 2015 (triwulan-1) merupakan hasil dari koreksi terakhir dari bahan-bahan evkin

Lebih terperinci

PENILAIAN KINERJA PROPINSI TINGKAT KAB./KOTA. Triwulan 2 - Tahun 2012

PENILAIAN KINERJA PROPINSI TINGKAT KAB./KOTA. Triwulan 2 - Tahun 2012 PENILAIAN KINERJA PROPINSI TINGKAT KAB./KOTA Triwulan 2 - Tahun 2012 ASPEK DAN BIDANG EVALUASI KINERJA TINGKAT PROVINSI ASPEK FASILITASI ASPEK CAPAIAN INDIKATOR HASIL terdiri dari bidang2 : 1. SIM 2. PPM

Lebih terperinci

KAJIAN KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR KELURAHAN

KAJIAN KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR KELURAHAN KAJIAN KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR KELURAHAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN Menjawab Pertanyaan Kajian (Analisa Kajian Data Sekunder) PT. PRISMAITA CIPTA KREASI Metode

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 KEGIATAN REMBUG KESIAPAN MASYARAKAT (RKM) Bulan Agustus 2009

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 KEGIATAN REMBUG KESIAPAN MASYARAKAT (RKM) Bulan Agustus 2009 LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 KEGIATAN REMBUG KESIAPAN MASYARAKAT (RKM) Bulan Agustus 2009 KEGIATAN RKM RKM merupakan tahapan awal dari keseluruhan intervensi pembelajaran

Lebih terperinci

No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN

No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN Langkah-langkah pelaksanaan pada dasarnya terdiri dari serangkaian kegiatan di berbagai tataran; pusat, daerah dan masyarakat, yang dapat bersifat urutan (sekuensial), bersamaan (paralel) atau menerus,

Lebih terperinci

SELESAI Pelatihan pra-tugas KMW Rekruitmen Fasilitator Identifikasi lokasi kelurahan sasaran

SELESAI Pelatihan pra-tugas KMW Rekruitmen Fasilitator Identifikasi lokasi kelurahan sasaran KMW-4 P2KP UPP-2 ( PNPM KELURAHAN BARU ) KMW-4 : PROPINSI 1. PERSIAPAN OLEH KMW s/d 11. PEMANFAATAN BLM TAHAP-2 kel. Quick Status SEBARAN PROGRES PER TIM-FASILITATOR ( 8 TIM, Kel. ) P2KP Status data: 1-28

Lebih terperinci

P2KP REALISASI KEGIATAN KMW-02 P2KP UPP-2 ( PNPM KELURAHAN BARU ) Quick Status. Status data: / 04-Mar-08

P2KP REALISASI KEGIATAN KMW-02 P2KP UPP-2 ( PNPM KELURAHAN BARU ) Quick Status. Status data: / 04-Mar-08 : KMW-2 P2KP UPP-2 ( PNPM KELURAHAN BARU ) KMW-2 : PROPINSI 1. PERSIAPAN OLEH KMW s/d 11. PEMANFAATAN BLM TAHAP-2 kel. SEBARAN PROGRES PER TIM-FASILITATOR ( 1 TIM, Kel. ) 9 () Quick Status P2KP Status

Lebih terperinci

Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, Agustus 2013

Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, Agustus 2013 DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, 28-30 Agustus 2013 Pada Tahun 2013, Pemerintah telah menetapkan berbagai

Lebih terperinci

Program Penanggulangan Kemiskinan

Program Penanggulangan Kemiskinan BOOKLET PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA MANDIRI PERKOTAAN Review Partisipatif Program Penanggulangan Kemiskinan * Review Program

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PPMK. A. Konsep Dasar dan Tujuan PPMK

PELAKSANAAN PPMK. A. Konsep Dasar dan Tujuan PPMK A. Konsep Dasar dan Tujuan PPMK PELAKSANAAN PPMK Program Peningkatan Penghidupan Masyarakat Berbasis Komunitas (PPMK) merupakan program lanjutan dalam PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong proses transformasi

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN COACHING FASILITATOR : PEMBANGUNAN BKM P2KP II TAHAP 1

KERANGKA ACUAN COACHING FASILITATOR : PEMBANGUNAN BKM P2KP II TAHAP 1 KERANGKA ACUAN COACHING FASILITATOR : PEMBANGUNAN BKM P2KP II TAHAP 1 I.Latar Belakang Salah satu tahapan pelaksanaan P2KP adalah Pembangunan BKM, yang dipandang menjadi bagian yang merupakan tahapan yang

Lebih terperinci

Lampiran Tanggapan Temuan BPKP

Lampiran Tanggapan Temuan BPKP KMW 13 (KALIMANTAN TIMUR) DAFTAR TEMUAN AUDIT TAHUN ANGGARAN 2006 PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN II (P2KP II) IDA CREDIT NO. 4063-IND DAN LOAN IBRD NO. 4779-IND 1. KOTA BONTANG No. KONDISI

Lebih terperinci

MATERI PENGUATAN KSM SOSIAL

MATERI PENGUATAN KSM SOSIAL PP MATERI PENGUATAN KSM SOSIAL Topik Tujuan Kegiatan belajar Waktu Acuan Penguatan Pendampingan KSM dalam Kegiatan Sosial 1. Peserta memahami tentang pentingnya penguatan modal sosial di dalam KSM 2. PANCASUTRA,tanggung

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. Fungsi BKM pada program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran perlu ditingkatkan, sehingga dalam pemberdayaan

Lebih terperinci

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Upaya Peningkatan Partisipasi Perempuan UPP 1 dan awal UPP 2 ( 1999 2003), belum ada upaya yang jelas dalam konsepnya

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP Oleh : Ayi Sugandhi Maret 2009 datanglah kepada masyarakat hiduplah bersama mereka belajarlah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 16 JANUARI 2014 Tema Prioritas Penurunan tingkat kemiskinan absolut dari 14,1% pada 2009 menjadi 8 10% pada akhir 2014, yang diikuti dengan: perbaikan distribusi perlindungan sosial, pemberdayaan

Lebih terperinci

BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR

BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN 1. Pengertian 1 2. Pengelola Bergulir 2 3. Penerima Manfaat Bergulir 2 4. Ketentuan

Lebih terperinci

Progres PPM PNPM Mandiri Perkotaan (di Wilayah Ex P2KP 2, Ex KMW Provinsi, Ex P2KP 3, OC 6, OC 7 dan OC 8) Periode Nopember 2009

Progres PPM PNPM Mandiri Perkotaan (di Wilayah Ex P2KP 2, Ex KMW Provinsi, Ex P2KP 3, OC 6, OC 7 dan OC 8) Periode Nopember 2009 Progres PPM PNPM Mandiri Perkotaan (di Wilayah Ex PKP, Ex KMW Provinsi, Ex PKP, OC, OC dan OC 8) Periode Nopember 009 Pendahuluan Berdasarkan surat KMP PNPM Mandiri Perkotaan No. 09/KMP/PNPM/IV/009 tanggal

Lebih terperinci

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir? Lampiran Wawancara Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apa ukuran kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di Ukuran dan tujuan kebijakan yang dilakukan dalam program P2KP

Lebih terperinci

QS PENGENDALIAN PENCAIRAN DANA BLM PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT TA 2015 Update 3 Maret 2016

QS PENGENDALIAN PENCAIRAN DANA BLM PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT TA 2015 Update 3 Maret 2016 QS PENGENDALIAN PENCAIRAN DANA BLM PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT TA 2015 Update 3 Maret 2016 PEMANFAATAN DANA PELATIHAN No Provinsi Kota / Kabupaten Jumlah kelurahan / Desa Alokasi Dana yang seharusnya

Lebih terperinci

PROGRESS PPM WILAYAH I 1. Pengaduan Informatif dan Masalah

PROGRESS PPM WILAYAH I 1. Pengaduan Informatif dan Masalah I. PENDAHULUAN Pengelolaan Pengaduan pada periode Maret tahun 2013 telah mencapai 2.005 pengaduan. Sedangkan pengaduan informatif berjumlah 1972 pengaduan dan pengaduan masalah berjumlah 23 pengaduan.

Lebih terperinci

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA Pemetaan Swadaya adalah suatu pendekatan parisipatif yang dilakukan masyarakat untuk menilai serta merumuskan sendiri berbagai persoalan yang dihadapi

Lebih terperinci

REMBUG WARGA TAHUNAN (RWT) TAHUN 2015 BKM BLIMBING KELURAHAN BLIMBING

REMBUG WARGA TAHUNAN (RWT) TAHUN 2015 BKM BLIMBING KELURAHAN BLIMBING REMBUG WARGA TAHUNAN (RWT) TAHUN 2015 BKM BLIMBING KELURAHAN BLIMBING LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGURUS PK BKM : 1. Slamet Djunaedi 2. Drs. Sutrik 3. Kristianto 4. Nur Halimah 5. Budi Hari.S 6. H. Tohir

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 28 TAHUN 2015jgylyrylyutur / SK / 2010 TENTANG MEKANISME PENYALURAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

Lampiran Tanggapan Temuan BPKP

Lampiran Tanggapan Temuan BPKP TEMUAN AUDIT TAHUN ANGGARAN 2006 PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN II (P2KP II) IDA CREDIT NO. 4063-IND DAN LOAN IBRD NO. 4779-IND KMW 7 ( BENGKULU) 1. KABUPATEN BENGKULU UTARA 1. Penyelesaian

Lebih terperinci

QS PENGENDALIAN PENCAIRAN DANA BLM PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT TA 2015 Update 21 Januari 2016

QS PENGENDALIAN PENCAIRAN DANA BLM PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT TA 2015 Update 21 Januari 2016 QS PENGENDALIAN PENCAIRAN DANA BLM PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT TA 2015 Update 21 Januari 2016 PEMANFAATAN DANA PELATIHAN No Provinsi Kota / Kabupaten Jumlah kelurahan / Desa Alokasi Dana yang seharusnya

Lebih terperinci

PE T U N J U K T EKNIS

PE T U N J U K T EKNIS PE T U N J U K T EKNIS PENDAMPINGAN, PENCAIRAN & PEMANFAATAN DANA BLM BERSAMA MEMBANGUN KEMANDIRIAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN, PENCAIRAN

Lebih terperinci

Panduan Fasilitasi Review Partisipatif BKM/LKM, Re-orientasi Pemetaan Swadaya, Re-orientasi PJM Pronangkis, Penyusunan Program Kerja BKM/LKM

Panduan Fasilitasi Review Partisipatif BKM/LKM, Re-orientasi Pemetaan Swadaya, Re-orientasi PJM Pronangkis, Penyusunan Program Kerja BKM/LKM BUKU 7 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi Review Partisipatif BKM/LKM, Re-orientasi Pemetaan Swadaya, Re-orientasi PJM Pronangkis, Penyusunan Program Kerja BKM/LKM Perkotaan DEPARTEMEN

Lebih terperinci

II. PROGRESS PPM WILAYAH I 1. Pengaduan Informatif dan Masalah

II. PROGRESS PPM WILAYAH I 1. Pengaduan Informatif dan Masalah I. PENDAHULUAN Status pengaduan pada periode Juni 2012 sebanyak 815 pengaduan, dengan total pengaduan sampai dengan periode Juni sebanyak 19.677 pengaduan. Pengaduan yang masuk pada periode Juni telah

Lebih terperinci

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan i ii PEDOMAN SELEKSI DAN PENETAPAN LOKASI PPMK Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN Diterbitkan Oleh: Direktorat Jenderal

Lebih terperinci