Laporan Hasil Monitoring Siklus Pemilihan BKM/LKM Tahun 2012
|
|
- Verawati Darmadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Laporan Hasil Monitoring Siklus Pemilihan BKM/LKM Tahun 2012 I. PENDAHULUAN 1. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan tahun 2012 ini telah menjangkau seluruh provinsi di wilayah Indonesia, meliputi 268 kota/kabupaten dengan cakupan lokasi sasaran hampir 11 ribu kelurahan/desa. Dari 33 provinsi yang ada dibagi atas Wilayah-1 (14 provinsi) dan Wilayah-2 (19 provinsi). Lokasi sasaran di wilayah-2 mencakup kelurahan/desa, diantaranya terdapat kelurahan/desa yang melaksanakan kegiatan Siklus Tahun IV. Sesuai master schedule 2012, lokasi Tahun IV menjalankan kegiatan Pemilihan Umum (ulang) BKM/LKM pada kurun waktu 29 Juli s/d 1 September Namun hingga tanggal 5 September 2012 tercatat pada SIM PM bahwa kegiatan pemilu tersebut baru selesai di 33 kelurahan/desa Wilayah-2. Pada kerangka pengendalian pelaksanaan PNPM yang dirancang KMP, penting dilakukan monitoring dan supervisi terhadap proses dan capaian hasil pelaksanaan siklus masyarakat. Pada kondisi ini dipandang perlu dilakukan monitoring terhadap pelaksanaan kegiatan pemilu (ulang) BKM/LKM di lokasi wilayah Tujuan monitoring ini adalah : diperoleh gambaran tentang kesiapan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan siklus pemilu (ulang) BKM/LKM. Dari monitoring terhadap kegatan siklus kini diharapkan keluaran : i). Identifikasi pemahaman dan rencana masyarakat, ii). kondisi pendampingan/pengendalian Faskel / Korkot, dan iii). rekomendasi tindak lanjut. 3. Monitoring dilaksanakan oleh KMP Wilayah-2 dalam Bulan September 2012 di 5 provinsi dengan lokasi sasaran 21 kelurahan yang tersebar sebagai berikut : Provinsi Jawa Tengah (OC-5) : 4 kelurahan Provinsi Jawa Timur (OSP-6) : 5 kelurahan Provinsi NTT (OC-7) : 5 kelurahan Provinsi Sulawesi Selatan (OSP-8) : 3 kelurahan Provinsi Papua : 4 kelurahan II. HASIL PENGUMPULAN DATA II.1. Tingkat Masyarakat 1. Penyiapan Landasan/Dasar Penyelenggaraan Pemilu BKM Anggaran Dasar BKM sebagai landasan penyelengaraan pemilu BKM/LKM pernah disusun dan berlaku sejak (untuk) pemilu BKM yang lalu (sebelumnya). Pada pemilu saat ini, sebagian besar kelurahan tidak membuat agenda pembahasan AD yang ada. Sebagian LKM tidak memahami (menyadari) perlunya peninjauan dan pembahasan Laporan Hasil Monitoring Siklus Pemilihan BKM/LKM 1
2 terhadap AD tersebut, dan sebagian LKM beranggapan bahwa AD yang sudah ada tidak perlu direvisi (ada perubahan). Di sisi lain, terdapat BKM/LKM yang melakukan pembahasan terhadap AD memandang cukup oleh Pokja Anggaran Dasar; tidak perlu dibawa dalam rembug pemilihan LKM untuk mendapatkan pengesahan dan penandatanganan oleh pimpinan rembug dan utusan warga. Tata tertib pemilihan LKM tidak disiapkan dan diberlakukan dalam penyelenggaraan pemilu; baik tingkat basis maupun kelurahan. Akibatnya, tatacara pelaksanaan di tingkat basis berbeda diantara RT yang ada, bergantung pada pemahaman masing-masing RT (panitia). Diantara LKM dan panitiapun terjadi pemahaman dan rencana tata cara yang berbeda. 2. Pembentukan Panitia / Kelompok Kerja Sekitar separuh lebih kelurahan sasaran monitoring membentuk panitia pemilu BKM/LKM yang dilengkapi dengan 3 pokja, yaitu : Pokja Pemilihan, Pokja Pemantau, dan Pokja Anggaran Dasar. Namun demikian para person pokja tersebut tidak memahami tugastugasnya; terutama Pokja Pemantau dan Pokja AD. Hampir separuh kelurahan tidak membentuk pokja. Temuan yang ada dengan kondisi beragam sebagai berikut : Hanya membentuk Pokja Pemilihan saja, Panitia hanya terdiri 2 orang; warga masyarakat dan pegawai kelurahan, Tidak dibentuk panitia/pokja khusus karena pelaksanaan dilakukan oleh LKM, Tidak dibentuk Pokja karena akan dilibatkan RT & RW untuk membantu pelaksanaan pemungutan suara, memfasilitasi kegiatan. 3. Kriteria Pimpinan LKM/BKM Dapat dikatakan warga di semua lokasi monitoring memahami bahwa pimpinan BKM/LKM yang dipilih mulai dari tingkat basis sebagai utusan warga harus memiliki kriteria berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan, yaitu antara lain : adil, jujur, dapat dipercaya, bertanggung-jawab, berpihak kepada warga tidak mampu, dan sebagainya. Pemahaman ini nampak kuat tercermin dari para relawan dan anggota BKM yang perenah menjalani pelatihan. Warga masyarakat lain juga memahami hal yang sama; pemahaman diperoleh dari berbagai pertemuan warga dan media sosialisasi. 4. Prosedur / Tatacara Pemilihan Secara umum dapat dikatakan bahwa tatacara pemilihan; baik di tingkat basis maupun tingkat kelurahan, terkait dengan azas perwakilan, pencalonan, langsung, bebas, rahasia, dan demokratis dapat diterapkan kecuali azas penunjukan utusan di tingkat basis. Walaupun terdapat potensi adanya penyimpangan terhadap penerapan azas-azas tersebut di atas namun sifatnya hanya sporadis di beberapa RT (basis). Laporan Hasil Monitoring Siklus Pemilihan BKM/LKM 2
3 Khusus terkait dengan penunjukan terhadap warga sebagai utusan tingkat basis; azas ini tidak diterapkan pada sekitar separuh kelurahan lokasi monitoring. Penyebabnya adalah : Panitia memahami bahwa mekanisme pemilihan di tingkat basis diserahkan (dibebaskan) pada masing-masing RT (basis), Panitia menyatakan boleh melalui mufakat/musyawarah untuk menunjuk utusan. Di beberapa RT (basis) terjadi musyawarah penunjukan utusan tingkat basis. 5. Indikator Partisipasi dalam Pemilu Tingkat Basis Untuk kegiatan siklus ini ditetapkan indikator keberhasilan, yaitu minimal 30% penduduk dewasa mengikuti pemilihan LKM di tingkat RT (komunitas basis). Di seluruh kelurahan lokasi monitoring tidak mengetahui adanya indikator terkait partisipasi penduduk dewasa dalam kegiatan ini. LKM dan panitia memang berpendapat perlu adanya batas minimal jumlah warga yang berpartisipasi dalam pemilihan tingkat basis; antara lain : Minimal 25 orang per RT (basis); pertimbangan kelaziman yang dianggap pantas. Minimal 50% + 1 orang dari undangan yang disebar per RT; sesuai AD dan tata tertib pemilu sebelumnya. Namun tidak ada ketetapan banyaknya undangan yang disebar di masing-masing RT (basis). Warga yang diundang dalam pemilu tingkat basis adalah kepala keluarga sehingga setiap KK diwakili satu orang. Pada umumnya, panitia dan LKM tidak memiliki data jumlah penduduk dewasa setiap RT (basis) karena sejak awal tidak memperhitungkan jumlah minimal partisipasi penduduk dewasa. 6. Penetapan Anggota BKM Adanya wacana untuk mengurangi jumlah anggota LKM yang akan dipilih di tingkat kelurahan. Hal ini muncul karena adanya kecenderungan adanya (+/-50%) anggota yang tidak aktif menjalankan tugas. Namun wacana ini tidak didorong untuk dibahas dan diatur dalam AD dan tatatertib pemilu. Secara umum, daftar anggota BKM/LKM terpilih langsung ditetapkan setelah proses pemilihan selesai. Terjadi pelaksanan pemilu tingkat kelurahan (hanya) untuk mengisi (mengganti) anggota LKM yang tidak aktif; sedangkan anggota LKM yang aktif pada periode sebelumnya secara langsung masuk dalam keanggotaan LKM selanjutnya tanpa melalui proses pemilihan. II.2. Pendampingan 1. Fasilitator Kelurahan Pada umumnya para Faskel memahami substansi dan prosedur pemilu LKM/BKM; namun demikian terdapat Faskel yang tidak memahami hal tersebut karena belum menerima pelatihan dasar walau sudah 3 bulan dimobilisasi. Laporan Hasil Monitoring Siklus Pemilihan BKM/LKM 3
4 Fasilitator menunjukkan diri selalu menginisiasi pelaksanan kegiatan; seakan menjadi pelaku utama dalam pelaksanaan kegiatan siklus ini. Masyarakat beranggapan bahwa fungsi mereka adalah membantu para pendamping (Faskel). Tidak ada rencana melakukan bimbingan (coaching) untuk penyegaran/penguatan pemahaman masyarakat dalam hal siklus pemilu LKM/BKM. Terdapat penyelenggaraan coaching dengan materi beberapa siklus (FGD RK, PS, Pemilu LKM) dalam waktu yang singkat; kesannya dipaksakan. 2. Koordinator Kota Pada umumnya Tim Korkot memiliki pemahaman yang memadai terkait pelaksanaan siklus masyarakat; baik substansial maupun prosedural. Agenda untuk refreshing dan upgrading pemahaman Tim Faskel terkait dengan pelaksanan tugas mereka dipandang minim. Tim Korkot beranggapan bahwa pelaksanaan kegatan siklus oleh masyarakat berjalan normal sesuai semestinya dengan dampingan Faskel, sehingga upaya (agenda) untuk melakukan pengendalian terhadap pelaksaan tugas Faskel dan proses kegatan di masyarakat dipandang minim. III. ANALISA 1. Masyarakat berorientasi bahwa pelaksanaan pemilu LKM (hanya) untuk memperoleh sejumlah anggota LKM yang akan melaksanakan tugas2 program/proyek. Masih kurang dipahami bahwa kegiatan ini (juga) berorientasi pada pentingnya partisipasi masyarakat; bahkan secara individual- dalam proses penemuan pemimpin yang baik dan pelembagaan sistem pemilu di masyarakat. Pentingnya landasan/dasar, rumusan tata tertib, dan beberapa azas pemilihan agak terabaikan oleh masyarakat. Kondisi ini menjadikan proses pemilu tingkat basis (terutama) kurang terkendali; masing-masing RT melakukan kegiatan dengan asumsi dan persepsi yang berbeda-beda. 2. Para relawan terlatih; baik yang sekarang menjadi anggota LKM maupun tidak - masih menunjukkan perannya sebagai 'narasumber' dari tataran masyarakat dalam program ini. Pemahaman mereka dalam hal substansial maupun prosedural dalam pelaksanaan siklus menjadi rujukan dan 'penjaga' internalisasi sistem dan nilai-nilai yang diinisiasi program ini. 3. Ditinjau dari ketaatan terhadap prosedur pemilihan; dinilai masyarakat cukup siap dalam melaksanakan tahapan kegiatan pemilu BKM; baik tingkat basis dan kelurahan. Namun terkait dengan penyiapan Anggaran Dasar, tata tertib pemilihan, dan penerapan beberapa azas dipandang belum cukup untuk upaya pelembagaan sistem pemilu LKM. Hal ini yang bisa menyebabkan pengorganisasian kegiatan pemilu ini berlangsung tidak efektif. Kedepan, sulit diharapkan terwujudnya internalisasi sistem pemilu BKM ini di masyarakat. Laporan Hasil Monitoring Siklus Pemilihan BKM/LKM 4
5 4. Masih banyak ditemukan kelemahan pada sisi pemahaman terhadap substansi/konsep, serta tahapan pelaksanaan kegiatan siklus pembangunan BKM/LKM di tingkat pelaku siklus di masyarakat. Kondisi yang demikian disebabkan oleh lemahnya kualitas pelaksanaan pengembangan kapasitas yang dilakukan oleh Tim Korkot. Fasilitator semakin jauh dari bakuan kegiatan seperti pedoman teknis dan penerapan teknik fasilitasi, serta teknik pengorganisasian masyarakat yang baik dan benar. 5. Pola kerja fasilitator semakin kuat hanya sebagai pelaku program, dengan target menyelesaikan kegiatan-kegiatan utama, sehingga banyak ditemukan mereka abai pada kewajiban untuk melakukan pengembangan kapasitas masyarakat khususnya pelaku siklus agar mempunyai pemahaman dan ketrampilan untuk melaksanakan siklus dengan baik. Substansi siklus lemah difahami oleh pelaku masyarakat karena pengembangan kapasitas yang dilakukan fasilitator tidak optimal. Hal ini terlihat dari pemahaman pelaku masyarakat dengan maraknya terjadi praktik penunjukan dalam pemilihan utusan warga. Fasilitator masih mendominasi peran dalam kegiatan ini, sehingga banyak peran yang seharusnya menjadi porsi masyarakat diambil alih dengan dalih agar penyelesaian kegiatan lebih cepat. Dampaknya adalah masyarakat menjadi minim peningkatan kapasitasnya karena tidak difasilitasi dengan baik. 6. Dorongan untuk memberdayakan masyarakat melalui pelaksanaan siklus menjadi hal yang dianggap tidak penting, karena dikalahkan oleh pola hanya mentarget penyelesaian kegiatan kepada para tokoh dan pelaku (RT, RW) saja. Pengorganisasisan masyarakat menjadi barang yang kurang terperhatikan sehingga pelaksanaan siklus menjadi rapuh dan rawan penyimpangan substansi dan prosedur. 7. Fasilitator sudah semakin sedikit yang mempunyai relasi yang luas dimasyarakat dengan membangun penguatan relawan masyarakat intensif, dekat dengan actor-aktor social di kelurahan, sehingga pilar pelaksanaan kegiatan tidak hanya bertumpu pada segelintir pelaku masyarakat saja. Hal ini terlihat dari Panitia pemilihan LKM (Pokja pemilihan, Pokja pemantau, Pokja AD) yang terbentuk tidak lengkap, kurang memahami peran fungsinya serta belum efektif peran fungsinya. Pelaksanaan pemilihan basis juga mayoritas bertumpu pada RT/RW padahal mereka belum tentu efektif sebagai pengerak masyarakat, belum tentu faham dan terampil melaksanakan siklus. Dengan pola fasilitasi tim fasilitator yang demikian maka semakin menguat lahirnya pandangan masyarakat terhadap peranan fasilitator hanya sebagai pelaksana program di masyarakat. Urusan siklus masyarakat adalah tugas fasilitator, bukan peran yang harus dimainkan oleh masyarakat. Hal ini terlihat pada kelemahan dalam mengelola kegiatan siklus dengan tidak adanya hasil dari pokja pemantau, dengan tidak dibahas intensifnya AD-LKM/perubahan dan Tatib Pemilihan oleh Pokja, demikian pula pengesahan AD oleh peserta Rembug yang tidak sepenuhnya dipahami. Laporan Hasil Monitoring Siklus Pemilihan BKM/LKM 5
6 9. Sistem pengendalian pengembangan kapasitas belum terbangun dengan baik sehingga substansi program belum tersampaikan dengan baik ditingkat konsultan dan masyarakat. Ditandai dengan ketidaktahuan fasilitator terhadap acuan pelaksanaan siklus. Demikian pula minimnya materi pengembangan yang diberikan kepada masyarakat. Hasilnya adalah pelaku masyarakat pemahaman dan keterampilannya kurang dalam menjalankan siklus sehingga beberapa substansi rawan terlewatkan. Pemilihan tingkat basis masih potensial untuk tidak dilakukan dengan baik dan benar, pemilihan melibatkan penduduk dewasa secara optimal, dst. 10. Dengan berbagai kondisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesiapan masyarakat dalam melaksanakan siklus dinyatakan mempunyai tingkat kesiapan yang kurang sehingga diperlukan penguatan ulang dari proses siklus; terutama dalam aspek pelembagaan sistem pemilu dan penerapan azas. Demikian pula tentang kesiapan pendamping untuk memfasilitasi kegiatan kesiapanya juga belum baik sehingga diperlukan penyiapan dan penguatan pengembangan kapasitas ulang yang lebih baik dan terencana. IV. REKOMENDASI 1. Tindakan fasilitasi perbaikan. Terhadap tahapan dan prosedur kegiatan siklus yang belum lengkap (dijalankan) dan menyimpang dari ketentuan diperlukan fasilitasi oleh Tim Faskel untuk segera melaksanakan dan memperbaiki; bila diperlu diulang. Dalam hal anggaran dasar dan tata tertib pemilu penting untuk segera dilakukan peninjauan dan penyiapan untuk memastikan agar pelaksanaan kegiatan tersebut memiliki landsasan dan acuan yang jelas. Terhadap pelaksanaan pemungutan suara yang tidak sesuai dengan azas pemilihan umum; antara lain : pencalonan, penunjukkan langsung, dan lainnya - agar segera dilakukan perbaikan atau mengulang kegiatan yang sudah dilaksanakan. Tindakan ini dimaksudkan untuk koreksi terhadap kesalahan, meningkatkan pemahaman, dan mendorong masyarakat untuk menjalankan semua prosedur dan azas dengan baik. 2. Penerapan strategi pengembangan kapasitas terkait siklus masyarakat. Diperlukan suatu mekanisme untuk mengendalikan pelaksanaan pengembangan kapasitas kepada fasilitator melalui coaching, KBIK untuk dijaga kualitasnya sehingga dapat mentransfer pengetahuan dan keterampilan tenang pelaksanaan kegiatan siklus BKM dengan utuh dan benar. Penggunaan petunjuk teknis siklus, simulasi, kelengkapan fasilitasi (kartu suara), dan lain-lain membutuhkan pengendalian yang kuat dari Tim Korkot. Pemahaman yang memadai untuk dipastikan dipunyai oleh fasilitator yang telah mengikuti kegiatan pengembangan kualitas tersebut. Pengendalian berikut adalah tentang memastikan kualitas pelaksanaan kegiatan pengembangan kapasitas untuk masyarakat khususnya pelaku-pelaku siklus agar mereka mempunyai kecukupan pemahaman dan ketrampilan untuk melaksanakan siklus di Laporan Hasil Monitoring Siklus Pemilihan BKM/LKM 6
7 masyarakat. Pengembangan kapasitas melalui jalur interpersonal pada pelaku-pelaku kunci juga memerlukan strategi khusus sehingga pelaksanaan siklus dapat menerapkan substansi dan tujuan kegiatan yang telah ditetapkan oleh program. Kemampuan fasilitator untuk mengorganisir masyarakat dengan baik, mempunyai hubungan yang kuat dengan para aktor-aktor sosial, serta menerapkan teknik fasilitasi dengan efektif dan agar dapat meraih hasil yang optimal. Pengorganisasian yang kuat antara lain ditandai dengan berjalannya pokja pemantau, pokja AD, Pokja pemilihan karena intensitas pendampingan yang dilakukan oleh tim fasilitator. 3. Pengembangan sistem pengendalian kualitas siklus masyarakat. Diperlukan segera mengembangkan sistem pengendalian siklus masyarakat (internal Korkot) sehingga ada kendali terhadap progress dan kualitas siklus masyarakat. Kualitas pelaksanaan kegiatan siklus memerlukan piranti yang dirancang secara kreatif dan dioperasikan oleh pelaku ditingkat korkot sehingga dijamin pelaksanaan siklus dan hasilhasilnya memenuhi tahapan dan tujuan siklus. Peran Fasilitator social, Senior Faskel dan Askot social perlu diperjelas dalam sistem pengendalian siklus ini karena merupakan bagian dari tugas dan tanggungjawabnya. Sebuah kelurahan bisa dikendalikan pemilihan tingkat kelurahannya sebelum pelaksananan tingkat basisnya memenuhi kualitas seperti yang digariskan. --- Laporan Hasil Monitoring Siklus Pemilihan BKM/LKM 7
8 Data Hasil Monitoring Siklus Pemilu BKM/LKM September 2012 NO. VARIABEL DATA / TEMUAN 1. Pembentukan Kelompok Kerja : Pokja Pemilihan, Pokja Pemantau, Pokja Anggaran Dasar. 2. Kriteria utusan warga berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan. 3. Kampanye untuk mempengaruhi proses pemilu. 4. Perwakilan dalam pemilihan utusan 5. Pencalonan dalam pemilihan utusan 6 Penunjukan dalam pemilihan utusan warga tingkat basis. 7. Pemilihan secara langsung, bebas, rahasia dan demokratis dengan menuliskan nama Hanya membentuk Pokja Pemilihan saja, Panitia hanya terdiri 2 orang; warga masyarakat dan pegawai kelurahan, Tidak dibentuk Pokja karena pelaksanaan dilakukan oleh LKM, Tidak dibentuk Pokja karena akan dilibatkan RT & RW untuk membantu pelaksanaan pemungutan suara, memfasilitasi kegiatan. Dibentuk Panitia, terdiri dari 3 Pokja : Pemilihan, Pemantau, dan Anggaran Dasar. Person pokja belum mengetahui tugas masingmasing, khususnya Pokja Pemantau dan Pokja AD. Secara umum masyarakat (LKM, relawan, RT, dan lain-lain) memahami bahwa warga yang dipilih sebagai utusan dalam pemilu LKM harus memiliki kriteria berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan (jujur, peduli, dapat dipercaya, bertanggungjawab, dsb.) Secara umum masyarakat (LKM, relawan, RT, dan lain-lain) memahami bahwa dalam pemilihan utusan tidak boleh (tidak perlu) ada kampanye oleh seseorang atau kelompok tertentu. Masyarakat (LKM, relawan, RT/RW, dll.) umumnya memahami dan menetapkan bahwa bila seseorang tidak dapat hadir dalam pemilu (pemungutan suara), tidak boleh mewakilkan (memberikan haknya) kepada orang lain. Terdapat beberapa RT yang memperbolehkan adanya perwakilan dalam pemungutan suara oleh warga. Masyarakat (LKM, relawan, RT/RW, dll.) di sebaghian besar kelurahan memahami dan menetapkan bahwa dalam pemilihan utusan tidak boleh (tidak perlu) ada calon. Di beberapa RT, panitia menetapkan calon untuk dipilih oleh oleh warga dalam pemilihan utusan. Panitia memahami bahwa mekanisme pemilihan di tingkat basis diserahkan (dibebaskan) pada masing-masing RT (basis), Panitia menyatakan boleh melalui mufakat/musyawarah untuk menunjuk utusan, Di beberapa RT (basis) terjadi musyawarah penunjukan utusan tingkat basis. Panitia dan warga (relawan) memahami bahwa pemilihan utusan tingkat basis tidak boleh dengan penunjukkan tetapi harus melalui pemungutan suara. Pemilihan hanya mengundang sebagian warga saja. Undangan hanya ditujukan pada kepala keluarga, yang lainnya haknya belum diberikan secara optimal, Pemilihan hanya dengan musyawarah sehingga pendapat pribadi Laporan Hasil Monitoring Siklus Pemilihan BKM/LKM 8
9 NO. VARIABEL DATA / TEMUAN 8. Penetapan utusan warga dilakukan setelah pemilihan 9. Pembahasan anggaran dasar BKM/LKM (perubahan) dan Tata Tertib Pemilihan oleh Pokja 10. Pengesahan Anggaran Dasar dan Tata Tertib Pemilihan dalam Rembug 11. Rumusan akhir Anggaran Dasar LKM yang disepakati dan ditetapkan dalam Rembug Pemilihan LKM ditandatangani pimpinan rembug dan utusan warga 12. Peserta yang ikut memilih dan dipilih (di tingkat kelurahan) adalah utusan warga hasil pemilihan basis 13. Kriteria pemilihan LKM yang disepakati adalah berdasarkan kepada nilainilai universal kemanusiaan 14. Kampanye yang dilakukan seseorang/kelompok dalam pemilihan LKM 15. Sistem perwakilan dalam pemilihan LKM pemilih tidak dijamin rahasia, Kebebasan juga bermasalah ketika pengurus RT menetapkan utusan secara sepihak dan meminta persetujuan warga kemudian. Di sebagaian besar RT dilakukan pemilihan utusan secara langsung, bebas, rahasia, dan demokratis dengan tiap orang yang hadir menuliskan nama utusan. Utusan warga tingkat basis ditetapkan setelah perhitungan suara selesai; disaksikan oleh para pemilih. Pada beberapa RT/RW, bila suara yang terkumpul kurang dari kuota maka dilakukan pengumpulan suara tambahan melalui penjemputan suara pemilih ke rumah-rumah warga; perhitungan hasil akhir dan penetapan utusan tanpa disaksikan warga, Panitia belum merencanakan pembahasan AD; Tidak ada tata tertib tertulis untuk pemilihan LKM/BKM. Pembahasan Anggaran Dasar & Tata Tertib cukup oleh Pokja saja Belum ada yang perlu diubah, maka tidak diperlukan pembahasan dan pengesahan oleh/dalam Rembug masyarakat. Penetapan AD & Tatib cukup dilakukan oleh Pokja & BKM, jadi tidak ada pengesahan dalam rembug. Anggaran Dasar LKM tidak dibahas karena dirasakan belum perlu ada perubahan, sehingga tidak ada agenda pengesahan dan penandatanganan dalam rembug warga. Anggaran Dasar yang sudah dibahas selanjutnya ditandatangani dalam rembug warga oleh pimpinan rembug dan utusan warga. Peserta yang punya hak memilih dan dipilih dalam pemilihan tingkat kelurahan adalah utusan warga hasil pemilihan tingkat basis. Pada RT/basis yang tidak melakukan pemilihan (melalui pemungutan suara) maka menjadi bermasalah pada penentuan utusan di tingkat kelurahan. Masyarakat seluruh kelurahan memahami bahwa utusan yang dipilih untuk menjadi anggota LKM dalam pemilu tingkat kelurahan harus memiliki kriteria berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan (jujur, peduli, dapat dipercaya, bertanggungjawab, dsb.) Secara umum masyarakat memahami bahwa dalam pemilihan anggota BKM/LKM tidak boleh (tidak perlu) ada kampanye oleh seseorang atau kelompok tertentu. Masyarakat umumnya memahami dan menetapkan bahwa bila ada utusan warga tidak dapat hadir dalam pemilu tingkat kelurahan, tidak boleh mewakilkan (memberikan haknya) kepada orang lain. Ada kelurahan yang memperbolehkan adanya perwakilan/ pergantian Laporan Hasil Monitoring Siklus Pemilihan BKM/LKM 9
10 NO. VARIABEL DATA / TEMUAN 16. Pencalonan (dicalonkan dulu sebelum dipilih) dalam pemilihan LKM 17. Penunjukan dalam pemilihan LKM. 18. Pemilihan anggota LKM (akan) dilakukan secara langsung dan tertutup 19. Indikator pemilih tingkat basis minimal 30% dari penduduk dewasa kelurahan bila ada utusan warga yang tidak bisa hadir dalam pemilu tingkat kelurahan. Secara umum masyarakat memahami bahwa dalam pemilihan anggota BKM/LKM tidak perlu ada calon (pencalonan); karena semua utusan warga adalah calon yang memiliki hak yang sama.. Secara umum masyarakat memahami bahwa dalam pemilihan anggota BKM/LKM tidak boleh ada penunjukkan terhadap seseorang untuk menjadi anggota BKM. Terdapat kelurahan yang melakukan penetapan terhadap anggota BKM yang aktif sebagai anggota BKM periode berikutnya. Masyarakat seluruh kelurahan memahami dan menetapkan bahwa dalam pemilihan anggota BKM/LKM harus dilakukan secara langsung dang tertutup (dengan cara menuliskan nama utusan warga yang hadir). Panitia / BKM tidak mengetahui indikator pemilih dewasa di tingkat basis minimal 30%, Jumlah yang dianggap minimal adalah 25 orang per basis. Jumlah yang dianggap minimal adalah 50%+1 orang yang diundang pada pemilihan utusan tingkat basis. --- Laporan Hasil Monitoring Siklus Pemilihan BKM/LKM 10
11 Daftar Nama Lokasi Sasaran Monitoring Siklus Pemilu BKM/LKM September 2012 OC/OSP Provinsi Kota / Kabupaten Kelurahan OC-5 Jawa Tengah Kab. Brebes 1. Tengki 2. Pada Sugih Kab. Semarang 1. Kawengen 2. Beji OSP-6 Jawa Timur Kab. Nganjuk 1. Pandan Toyo 2. Werungoto 3. Kudu Magetan 1. Grabahan 2. Sumberejo OC-7 Nusa Tenggara Timur Kab. Sumba Timur 1. Matawai 2. Kambajawa 3. Hambala Kota Kupang 1. Air Nona 2. Sikumana OSP-8 Sulawesi Selatan Kab. Wajo 1. Atake 2. Salomenraleng 3. Mattirotappareng OC-9 Papua Kota Jayapura 1. Numbay 2. Ardipura 3. Yoka 4. Koya Koso ---eof Laporan Hasil Monitoring Siklus Pemilihan BKM/LKM 11
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM Mandiri Perkotaan LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS MASYARAKAT PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM Mandiri Perkotaan LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS MASYARAKAT PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014 Konsultan Manajemen Pusat Wilayah-2 April 2014 A. Pendahuluan
Lebih terperinciPNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010
PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009-2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 1. KEGIATAN REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review) Partisipatif merupakan
Lebih terperinciMembangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI PERKOTAAN 3 Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP Membangun BKM Membangun BKM Membangun BKM
Lebih terperinciI. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum
PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK KEGIATAN SIKLUS MASYARAKAT PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Periode : Bulan Juli - September 2010 I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM
Lebih terperinciMASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011
MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011 KEGIATAN & SUB-KEGIATAN MILESTONE 1.1. PENDAMPINGAN TINGKAT PEMDA KOTA/ KAB 1.1.1. SERANGKAIAN LOBBY-LOBBY, SILATURAHMI SOSIAL DAN SOSIALISASI AWAL TINGKAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komponen pengembangan kapasitas (Capacity Building) merupakan salah satu pilar program PNPM Mandiri Perkotaan, karena program ini yang meyakini bahwa pembelajaran merupakan
Lebih terperinciREKOMENDASI HASIL UJI PETIK KMP PERIODE 28 November 8 Desember 2007
REKOMENDASI HASIL UJI PETIK KMP PERIODE 28 November 8 Desember 2007 Gambaran Umum Secara umum proses kegiatan di lokasi baru mengalami keterlambatan rata-rata 1,5 bulan dari master schedule, sementara
Lebih terperinciPNPM MANDIRI PERKOTAAN
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT PERIODE TRIWULAN IV TAHUN 2014 Konsultan Manajemen Pusat Wilayah-2 A. Pendahuluan Lokasi sasaran PNPM
Lebih terperinciLAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)
PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2011 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) Oktober 2011 1 P a g e 1.1 LATAR BELAKANG PELAKSANAA N UJI PETIK RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) RWT adalah
Lebih terperinciPROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN
PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 1 I. MENGAPA POB DIPERLUKAN? a. Untuk Meningkatkan kemampuan personil konsultan
Lebih terperinciPanduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)
BUKU 5 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan
Lebih terperinciPemilu BKM. Buletin Warta Desa
Pemilu BKM 3 Minta salah seorang warga menjelaskan tentang hasil FGD Kelembagaan dan FGD Kepemimpinan yang telah dilakukan pada siklus PS, terutama berkaitan dengan: (1) kriteria-kriteria lembaga komunitas
Lebih terperinciLAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)
PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) Februari 2011 1 P a g e LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) RWT adalah singkatan
Lebih terperinciLAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMBANGUNAN BKM (BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT) LOKASI BARU 2010
PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2011 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMBANGUNAN BKM (BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT) LOKASI BARU 2010 1 P a g e Periode tahun 2011 1.1 LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI
Lebih terperinciLAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF
PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Oktober 2010 P a g e 1 I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review)
Lebih terperinciLAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)
PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) Januari 2011 1 P a g e 1.1 LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) RWT adalah
Lebih terperinciLAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)
PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) Maret 2011 1 P a g e 1. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) RWT adalah Rembug/Rapat
Lebih terperinciLAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)
PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) April 2011 1 P a g e 1.1 LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) RWT adalah singkatan
Lebih terperinciDAFTAR ISI DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Visi dan Misi Program PNPM Mandiri... 42
DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG... 1 1.2 PERUMUSAN MASALAH... 7 1.3 TUJUAN PENELITIAN... 7 1.4 MANFAAT PENELITIAN... 7 1.5 KERANGKA PEMIKIRAN... 8 1.5.1 Komunikasi Pembangunan... 8 1.5.2
Lebih terperinciPanduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)
BUKU 2 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan Panduan
Lebih terperinciGambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM
A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi
Lebih terperinciPNPM MANDIRI PERKOTAAN
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK PERIODE TRIWULAN I (SIKLUS MASYARAKAT & PEMBUKUAN BKM) TAHUN 2015 Konsultan Manajemen Pusat Wilayah-2 LAPORAN UJI PETIK
Lebih terperinciRapat Koordinasi Program Direktur & Team Leader PNPM Perkotaan Bogor, Juli 2012
Rapat Koordinasi Program Direktur & Team Leader PNPM Perkotaan Bogor, 16-19 Juli 2012 1. WARGA MISKIN (PS-2) PEMANFAAT PROGRAM Secara nasional dari tahun 2007-2011, KK Miskin penerima manfaat kegiatan
Lebih terperinciPROGRAM PENANGANAN KAWASAN KUMUH PERKOTAAN (P2KKP) LAPORAN MONITORING KMP PERIODE TRIWULAN III (BASELINE )
PROGRAM PENANGANAN KAWASAN KUMUH PERKOTAAN (P2KKP) LAPORAN MONITORING KMP PERIODE TRIWULAN III (BASELINE 100-0-100) KONSULTAN MANAJEMEN PUSAT WILAYAH-2 TAHUN PELAKSANAAN UJI PETIK KEGIATAN BASELINE, PLPBK
Lebih terperinciLAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 KEGIATAN REMBUG KESIAPAN MASYARAKAT (RKM) Bulan Agustus 2009
LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 KEGIATAN REMBUG KESIAPAN MASYARAKAT (RKM) Bulan Agustus 2009 KEGIATAN RKM RKM merupakan tahapan awal dari keseluruhan intervensi pembelajaran
Lebih terperinciDisampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, Agustus 2013
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, 28-30 Agustus 2013 Pada Tahun 2013, Pemerintah telah menetapkan berbagai
Lebih terperinciOleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013
Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN LATAR BELAKANG Pada Tahun
Lebih terperinciFormat F-01 BERITA ACARA PEMBENTUKAN PANITIA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT
Format F-01 BERITA ACARA PEMBENTUKAN PANITIA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT Desa/Kelurahan BKM/LKM Kecamatan Kota/Kabupaten Berdasarkan hasil kesepakatan antara BKM/LKM, Aparat Desa/Kelurahan,
Lebih terperinciSiklus PNPM Mandiri - Perkotaan
BUKU 1 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan 3 Membangun BKM 2 Pemetaan Swadaya KSM 4 BLM PJM Pronangkis 0 Rembug Kesiapan Masyarakat 1 Refleksi Kemiskinan 7 Review: PJM,
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN COACHING FASILITATOR : PEMBANGUNAN BKM P2KP II TAHAP 1
KERANGKA ACUAN COACHING FASILITATOR : PEMBANGUNAN BKM P2KP II TAHAP 1 I.Latar Belakang Salah satu tahapan pelaksanaan P2KP adalah Pembangunan BKM, yang dipandang menjadi bagian yang merupakan tahapan yang
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PELATIHAN DASAR P2KP BAGI KONSULTAN PELAKSANA DAERAH DAN FASILITATOR REPLIKASI PROGRAM P2KP
KERANGKA ACUAN PELATIHAN DASAR P2KP BAGI KONSULTAN PELAKSANA DAERAH DAN FASILITATOR REPLIKASI PROGRAM P2KP I. LATAR BELAKANG Usaha mendorong kemandirian dan kemitraan masyarakat bersama Pemerintah Daerah
Lebih terperinciKerangka Acuan Kegiatan (KAK) PELATIHAN DASAR BAGI KONSULTAN REPLIKASI PROGRAM REPLIKASI P2KP KHUSUS BALI Di Kab. Jembrana & Kab.
Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) PELATIHAN DASAR BAGI KONSULTAN REPLIKASI PROGRAM REPLIKASI P2KP KHUSUS BALI Di Kab. Jembrana & Kab. Karangasem I. LATAR BELAKANG Usaha mendorong kemandirian dan kemitraan
Lebih terperinci2 Diagram Alir Kegiatan PEMBENTUKAN BKM
Diagram Alir Kegiatan EMBENTUKAN BKM BLM-I 07 elatihan U-U enyusunan JM 073 embentukan U-U 07 elatihan Dasar BKM 07 070 Hasil emetaan Swadaya Evaluasi Kesiapan embentukan BKM BA-0 BA-0 encatatan Akte taris
Lebih terperinciLAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009
LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM merupakan dukungan dana stimulan
Lebih terperinciProgram Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
i ii PEDOMAN SELEKSI DAN PENETAPAN LOKASI PPMK Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN Diterbitkan Oleh: Direktorat Jenderal
Lebih terperinciPROGRAM PENANGANAN KAWASAN KUMUH PERKOTAAN (P2KKP) LAPORAN MONITORING KMP PERIODE TRIWULAN IV (BASELINE )
PROGRAM PENANGANAN KAWASAN KUMUH PERKOTAAN (P2KKP) LAPORAN MONITORING KMP PERIODE TRIWULAN IV (BASELINE 100-0-100) KONSULTAN MANAJEMEN PUSAT WILAYAH-2 TAHUN 2015 i LAPORAN PELAKSANAAN UJI PETIK KEGIATAN
Lebih terperinciP E D O M A N T E K N I S PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)
P E D O M A N T E K N I S PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS
Lebih terperinciPembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif
1 Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif (a) Perencanaan Partisipatif disebut sebagai model perencanaan yang menerapkan konsep partisipasi, yaitu pola perencanaan yang melibatkan semua pihak (pelaku)
Lebih terperinciKEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM
KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).
Lebih terperinciModul 1 Topik: Orientasi Belajar
Modul 1 Topik: Orientasi Belajar 1 Peserta Saling mengenal, saling memahami dan menghargai perbedaan 2 Peserta mampu menciptakan keakraban 3 Peserta memahami tujuan, Apa yang akan diperoleh dan bagaimana
Lebih terperinciNo KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN
Langkah-langkah pelaksanaan pada dasarnya terdiri dari serangkaian kegiatan di berbagai tataran; pusat, daerah dan masyarakat, yang dapat bersifat urutan (sekuensial), bersamaan (paralel) atau menerus,
Lebih terperinciSELESAI Pelatihan pra-tugas KMW Rekruitmen Fasilitator Identifikasi lokasi kelurahan sasaran
KMW-4 P2KP UPP-2 ( PNPM KELURAHAN BARU ) KMW-4 : PROPINSI 1. PERSIAPAN OLEH KMW s/d 11. PEMANFAATAN BLM TAHAP-2 kel. Quick Status SEBARAN PROGRES PER TIM-FASILITATOR ( 8 TIM, Kel. ) P2KP Status data: 1-28
Lebih terperinciP2KP REALISASI KEGIATAN KMW-02 P2KP UPP-2 ( PNPM KELURAHAN BARU ) Quick Status. Status data: / 04-Mar-08
: KMW-2 P2KP UPP-2 ( PNPM KELURAHAN BARU ) KMW-2 : PROPINSI 1. PERSIAPAN OLEH KMW s/d 11. PEMANFAATAN BLM TAHAP-2 kel. SEBARAN PROGRES PER TIM-FASILITATOR ( 1 TIM, Kel. ) 9 () Quick Status P2KP Status
Lebih terperinciKerangka Acuan Kerja
Kerangka Acuan Kerja Pemandu Pelatihan Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota Program Pamsimas II TRAINING DEVELOPMENT AND PROJECT MANAGEMENT SERVICES TO CENTRAL PROJECT MANAGEMENT UNIT [CPMU] 1. Latar Belakang
Lebih terperinciPELAKSANAAN PPMK. A. Konsep Dasar dan Tujuan PPMK
A. Konsep Dasar dan Tujuan PPMK PELAKSANAAN PPMK Program Peningkatan Penghidupan Masyarakat Berbasis Komunitas (PPMK) merupakan program lanjutan dalam PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong proses transformasi
Lebih terperinciLAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT)
PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) Desember 2010 1 P a g e I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK PEMANFAATAN BLM (BANTUAN
Lebih terperinciThn Thn Thn Thn JUMLAH 91
I. PENDAHULUAN Pada bulan September 2013 direncanakan akan dilakukan penutupan data SIM PPM sampai dengan akhir tahun 2010. Penutupan data tersebut bertujuan data di bawah tahun 2010 tidak ada lagi data
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SUKABUMI
BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 27 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 29 Desember 2009 Nomor : 27 Tahun 2009 Tentang : PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN DAN BUKU ADMINISTRASI RUKUN WARGA
Lebih terperinciLAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF
PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2012 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Juni 2012 P a g e 1 I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review)
Lebih terperinci4.1. TINGKAT NASIONAL Project Management Unit (PMU)
PNPM Mandiri Perkotaan merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dari PNPM Mandiri Nasional oleh sebab itu pengelolaan program ini juga merupakan bagian dari pengelolaan program nasional PNPM Mandiri
Lebih terperinciChanneling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP
Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP I. PENDAHULUAN Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah suatu lembaga milik
Lebih terperinciII. PROGRESS PPM WILAYAH I 1. Pengaduan Informatif dan Masalah
I. PENDAHULUAN Berdasarkan progress capaian pengaduan pada periode Maret 2012 jumlah pengaduan yang masuk sebanyak 801 pengaduan dan secara akumulatif sampai dengan bulan Maret 2012 jumlah pengaduan yang
Lebih terperinciAKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015
AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 Latar Belakang Audit Sempit: Pemenuhan kewajiban Loan/Grant Agreement.
Lebih terperinciPanduan Fasilitasi PJM Pronangkis
BUKU 6 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi PJM Pronangkis Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi PJM
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :
Lebih terperinciLAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT)
PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) Februari 2011 1 P a g e I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK PEMANFAATAN BLM (BANTUAN
Lebih terperinciINFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA
INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA Pemetaan Swadaya adalah suatu pendekatan parisipatif yang dilakukan masyarakat untuk menilai serta merumuskan sendiri berbagai persoalan yang dihadapi
Lebih terperinciLAPORAN UJI PETIK PEMBUKUAN BKM PERIODE TRIWULAN KE-2 BULAN : APRIL-JUNI 2015 P2KP - WILAYAH 2
LAPORAN UJI PETIK PEMBUKUAN BKM PERIODE TRIWULAN KE-2 BULAN : APRIL-JUNI 2015 P2KP - WILAYAH 2 A. PENDAHULUAN Periode pelaporan uji petik ini merupakan kelanjutan dari pelaporan uji petik periode sebelumnya
Lebih terperinciHasil evaluasi Pelaksanaan ujicoba SIM ONLINE P2KP 24 Januari 2005
Hasil evaluasi Pelaksanaan ujicoba SIM ONLINE P2KP 24 Januari 2005 Oleh : TA MONEV KMP Bagoes Joetarto Page 1 of 6 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN UJI COBA SIM ON LNE P2KP 24 JANUARI 2005 Oleh : TA MONEV KMP
Lebih terperinciPNPM MANDIRI PERKOTAAN
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN Sleman, 7 JANUARI 2014 2 PHASE PELAKSANAAN PNPM TAHAP KEMANDIRIAN
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENGUKURAN KINERJA PEMBUKUAN SEKRETARIAT - UPK
PETUNJUK TEKNIS PENGUKURAN KINERJA PEMBUKUAN SEKRETARIAT - UPK PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN Diterbitkan Oleh: Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan
Lebih terperinciKONSULTAN MANAJEMEN PUSAT PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK Periode : Triwulan-IV 2012, 1 Oktober - 31 Desember 2012
KONSULTAN MANAJEMEN PUSAT PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK Periode : Triwulan-IV 2012, 1 Oktober - 31 Desember 2012 I. PENGANTAR Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan tahun 2012 mencakup 10.923 kelurahan
Lebih terperinciBAB I. Keluaran yang diharapkan dari pengelolaan pelatihan masyarakat adalah sebagai berikut:
PROSEDUR OPERASIONAL BAKU PENGELOLAAN PELATIHAN MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PNPM Mandiri Perkotaan telah menetapkan tujuan Membantu masyarakat miskin perkotaan di kelurahan/desa peserta
Lebih terperinciPertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?
Lampiran Wawancara Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apa ukuran kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di Ukuran dan tujuan kebijakan yang dilakukan dalam program P2KP
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto...
DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto... Halaman Persembahan... Halaman Kata Pengantar... Daftar Isi...
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-2 JUNI 2013
EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-2 JUNI 2013 PENGANTAR Hasil evaluasi kinerja SIM triwulan 2 Tahun 2013 secara umum mengalami progres yang signifikan dari hasil evaluasi triwulan sebelumnya. Pergeseran
Lebih terperinciP E D O MAN T E K N I S PROGRAM SELARAS PNPM MANDIRI PERKOTAAN
P E D O MAN T E K N I S PROGRAM SELARAS PNPM MANDIRI PERKOTAAN BERSAMA MEMBANGUN KEMANDIRIAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN 2 1.4. 3 Gampong adalah wilayah
Lebih terperinciKurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan
1. Pengantar Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan Proses pemberdayaan masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan untuk menumbuhkembangkan kesadaran kritis masyarakat terhadap nilai-nilai
Lebih terperinciACUAN DISTRIBUSI MEDIA BANTU SOSIALISASI SECARA PARTISIPATIF
ACUAN DISTRIBUSI MEDIA BANTU SOSIALISASI SECARA PARTISIPATIF I. DASAR PEMIKIRAN Pada umumnya, kegiatan dilaksanakan dengan tujuan agar mengetahui memahami konsep mekanisme suatu program baru. Dalam program
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN ASSISTAN KOORDINATOR KOTA PELAKSANAAN PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN P2KP II TAHAP 1 DAN 2
KERANGKA ACUAN ASSISTAN KOORDINATOR KOTA PELAKSANAAN PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN P2KP II TAHAP 1 DAN 2 A. LATAR BELAKANG Pelaksanaan proyek P2KP II tahap 1, yang dimulai pada bulan Oktober
Lebih terperinciPENGELOLAAN PENGADUAN MASYARAKAT (PPM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN
PENGELOLAAN PENGADUAN MASYARAKAT () PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 1 PENANGANAN PENGADUAN UNTUK TATA PEMERINTAHAN YANG LEBIH BAIK TINGKAT KOMUNITI RELAWAN, KSM, BKM, MASYARAKAT
Lebih terperinciPROGRESS PPM WILAYAH I 1. Berdasarkan Lingkup Aduan
I. PENDAHULUAN Pengelolaan pengaduan masyarakat di PNPM Mandiri Perkotaan wilayah I sampai dengan bulan Juni 2013 telah mencapai 33.417 pengaduan. Pengaduan yang telah selesai mencapai 33.415 pengaduan
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-4 OKTOBER-DESEMBER 2014
EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-4 OKTOBER-DESEMBER 2014 PENGANTAR Hasil evaluasi kinerja SIM untuk periode Oktober - Desember 2014 (triwulan-4) menunjukkan Skor rata-rata nasional pada angka 92.11%
Lebih terperinciMatrix Pertanyaan Penelitian, Issue, Informan, Metode, Instrumen, dan Data Sekunder Studi Kerelawanan
Matrix Pertanyaan Penelitian, Issue, Informan, Metode, Instrumen, dan Data Sekunder Studi Kerelawanan Pertanyaan Penelitian Siapakah yang menjadi relawan dan apa saja jenis kemampuan, kapasitas, dan komitmen
Lebih terperinciMengenali Kampung Sendiri Melalui Pemetaan Swadaya
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-Perkotaan 2 Pemetaan Swadaya PERKOTAAN Mengenali Kampung
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 17 A PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 17 A TAHUN 2012 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 17 A PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 17 A TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME DAN TATA CARA PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBersama Program KOTAKU Kita Tuntaskan Kumuh.
Bersama Program KOTAKU Kita Tuntaskan Kumuh. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) merupakan Program lanjutan dari Program PNPM Mandiri Perkotaan. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)telah disosialisasikan di
Lebih terperinciLAPORAN PERJALANAN DINAS - PENGENDALIAN LANGSUNG
KONSULTAN MANAJEMEN PUSAT LAPORAN PERJALANAN DINAS - PENGENDALIAN LANGSUNG Periode Triwulan-I 2013 : 1 Januari - 31 Maret 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan kunjungan lapangan Personel Konsultan Manajemen Pusat
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENGISIAN ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PERIODE DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG
PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PERIODE 2018-2024 DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD memiliki
Lebih terperinciPERTEMUAN DI RUMAH BU KETUT
PROGRAM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM D I R E K TO R AT J E N D E R A L C I P TA K A RYA NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI P E R K O T A A N 1 Siklus Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan Refleksi
Lebih terperinciIII. PROGRESS PPM WILAYAH I 1. Pengaduan Informatif dan Masalah
I. Anlist.asp II. PENDAHULUAN Pengelolaan pengaduan masyarakat di wilayah I di bulan Januari 2013 dilaporkan hanya oleh 7 Propinsi. Pada bulan Januari 2013 ini seluruh tenaga ahli telah didemobilisasi
Lebih terperinciPanduan Operasional Baku Pendistribusian Material Printing
A. Latar Belakang : Panduan Operasional Baku Pendistribusian Material Printing (Media Pelatihan dan Media Sosialisasi) Dalam berbagai kegiatan pelatihan dan sosialisasi baik ditingkat Konsultan, Pemda,
Lebih terperinciProgram Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN
Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Upaya Peningkatan Partisipasi Perempuan UPP 1 dan awal UPP 2 ( 1999 2003), belum ada upaya yang jelas dalam konsepnya
Lebih terperinciPROGRAM DAN PENGANGGARAN PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN DI PERKOTAAN (P2KP) TAHUN 2015
PROGRAM DAN PENGANGGARAN PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN DI PERKOTAAN (P2KP) TAHUN 2015 Oleh : Kasubdit Perencanaan Teknis Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman Ditjen Cipta Karya Disampaikan
Lebih terperinciProgram Penanggulangan Kemiskinan
BOOKLET PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA MANDIRI PERKOTAAN Review Partisipatif Program Penanggulangan Kemiskinan * Review Program
Lebih terperinciPROGRESS PPM WILAYAH I 1. Berdasarkan informatif dan masalah
I. PENDAHULUAN Pengaduan sampai dengan status Oktober 2013 telah mencapai 38.094 aduan dengan jumlah pengaduan yang masih berstatus proses sebanyak 97 aduan. Pengaduan yang berstatus proses terbanyak terdapat
Lebih terperinciKerangka Acuan Kegiatan PENILAIAN KINERJA BKM (PK-BKM) Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)
Kerangka Acuan Kegiatan PENILAIAN KINERJA BKM (PK-BKM) Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) A. LATAR BELAKANG Program KOTAKU sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah
Lebih terperinciLAPORAN TAHUNAN PPM PNPM MANDIRI PERKOTAAN WILAYAH I (Satu) Periode Januari Desember 2011
LAPORAN TAHUNAN PPM PNPM MANDIRI PERKOTAAN WILAYAH I (Satu) Periode Januari Desember 2011 I. PENDAHULUAN Selama kurun waktu Periode Januari Desember 2011 pengaduan yang telah masuk sebanyak 7.875 pengaduan
Lebih terperinciLampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012
Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab-014.329801/2012 Tanggal : 7 Mei 2012 PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN
Lebih terperinciPerkembangan Kelembagaan BKM
Potret Kemandirian BKM Tahun 2014 Tantangan Penaganan Kawasan Kumuh 2015 A. 12 Aspek Lemah Kemandirian BKM Hasil Penilaian IDF 2013 Pada Bulan September 2014 lalu melalui Surat KMP no 16/NMC/PNPM -Perkotaan/IX/2014,
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT / LEMBAGA KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM/LKM)
PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT / LEMBAGA KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM/LKM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN Diterbitkan Oleh: Direktorat Jenderal
Lebih terperinciDEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan C05 Pemetaan Swadaya PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Alur dan GBPP OJT PS 1 Kegiatan 1 Curah Pendapat Harapan dan
Lebih terperinciPERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG
1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG TATA KERJA DAN POLA HUBUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, DAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN
Lebih terperinciYogyakarta, 13 Desember 2013
Yogyakarta, 13 Desember 2013 Banyaknya Fasilitator kelurahan yang masuk-keluar (turn over); terutama Faskel Infrastruktur - karena faktor-2 : gaji yang relatif lebih rendah (dibanding program sejenis lain),
Lebih terperinciLAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT)
PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) Oktober 2010 1 P a g e I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK PEMANFAATAN BLM (BANTUAN
Lebih terperinci1. Pendaluhuan. Bulan Juni-2013 Monitoring Siklus Masyarakat 1
1. Pendaluhuan Kegiatan monitoring berbasis data SIM menjadi satu tema penting dalam agenda EGM Monev 2013, tema ini sangat relevan mengingat lingkup lokasi sasaran program PNPM Perkotaan yang sangat besar
Lebih terperinciBAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH
31 BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 4.1 Kondisi Kemiskinan Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan tidak sematamata didefinisikan
Lebih terperinciKonsep Dasar. Mau. Paham. Mampu
Konsep Dasar Paham Mau Pelatihan yang berorientasi pada penumbuhan pemahaman, motivasi, dan kemampuan dari Fasilitator untuk penanganan program secara partisipatif, transparan, akuntabel, mandiri dan berkelanjutan.
Lebih terperinciPERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG
PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI, KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA, PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN
Lebih terperinciLampiran : Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pekalongan Nomor : 274/ Tahun 2010 Tanggal : 20 September 2010
SALINAN Lampiran : Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pekalongan Nomor : 274/ Tahun 2010 Tanggal : 20 September 2010 PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN BADAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL
Lebih terperinci