Riefka Aulia,Analisis Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat terhadap Kualitas Fisik...

Transkripsi

1 Riefka Aulia,Analisis Pengetauan dan Masyarakat teradap Kualitas Fisik... 1 Analisis Pengetauan dan Masyarakat teradap Kualitas Fisik (Kekeruan, Bau, Rasa) dan Bakteriologis (coliform) Air Sumur Gali Analysis of Knowledge and Society s Beavior of Pysical Quality (Turbidity, Odor, Taste) and Bacteriological (coliform) Dug Well Water Riefka Aulia, S.KM., Koiron, S.KM., M.Sc., Raayu Sri Pujiati, S.KM., M.Kes Keseatan Lingkungan dan Keseatan Keselamatan Kerja, Fakultas Keseatan Masyarakat, Universitas Jember (UNEJ) Jln. Kalimantan 37, Jember DPU@unej.ac.id Abstrak Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan air tana yang relatif dekat dari permukaan tana seingga muda terkontaminasi dan mengalami penurunan mutu air. Kontaminasi tersebut disebabkan ole kontruksi sumur yang kurang memenui syarat dan aktivitas manusia saat menggunakan sumur. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ubungan pengetauan dan perilaku masyarakat teradap kualitas fisik (kekeruan, bau, rasa) dan kualitas bakteriologis (coliform) air sumur gali. Jenis penelitian ini adala analitik dan dari segi waktu termasuk penelitian cross sectional. sampel sebanyak 35 sampel diambil berdasarkan teknik cluster sampling. Data dikumpulkan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan laboratorium. Setela data didapat, data diola menggunakan uji asosiasi asimetri lambda statistik L B dan Ci Square dengan α = 0,05. Hasil menunjukkan bawa tidak ada ubungan yang signifikan antara pengetauan dan kualitas air (kekeruan, bau, rasa, dan coliform) yang berturut-turut nilai kekeruan (p = 0,466), bau (p = 0,823), rasa (p = 0,365), coliform (p = 0,791). Serta tidak ada ubungan yang signifikan antara perilaku dan kualitas air sumur dengan nilai p masing-masing untuk kekeruan (p = 0,181), bau (p = 0,504), rasa (p = 0,653), coliform (p = 0,855). Meski asil antara kedua variabel tidak ada ubungan signifikan, amat penting pemilik sumur untuk memperbaiki kondisi fisik sumur dan meningkatkan perilaku idup seat agar kualitas air sumur memenui syarat untuk air bersi. Kata Kunci: kualitas air sumur, pengetauan, perilaku. Abstract Te dug wells provide water from te ground water layer is relatively close to te soil surface, wic is easily contaminated tus decreasing water quality. Contamination most often appens is tat te construction of wells and less qualified uman activities wile using te well. Terefore tis study aims to analyze te relationsip between knowledge and beavior of te pysical quality (turbidity, odor, taste) and bacteriological (coliform) dug well water. Tis researc is analytic and in terms of time, including cross-sectional study. Total sample of 35 samples taken by cluster sampling tecnique. Data were collected troug interviews, observations, laboratory tests. Once te data is obtained, te data is processed using lambda asymmetry association statistic L B test and Ci Square wit α = Te results sowed tat no significant relationsip between knowledge and water quality (turbidity, odor, taste, and coliform) successive turbidity values (p = 0.466), odor (p = 0.823), taste (p = 0.365), coliform (p = 0.791). And no significant relationsip between beavior and te quality of te water wit teir respective p values for turbidity (p = 0.181), odor (p = 0.504), taste (p = 0.653), coliform (p = 0.855). Altoug te results between te two variables no significant association, te owner of te well is very important to improve te pysical condition of te wells and improved ygiene practices in order to secure te quality of water wells for clean water. Keywords: beavior, knowledge, well water quality. Pendauluan Lingkungan merupakan sala satu variabel yang kerap mendapat peratian kusus dalam menilai kondisi keseatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan keseatan, dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status derajat keseatan masyarakat. Sala satu indikator baiknya status keseatan masyarakat dalam lingkup ruma tangga adala ketersediaan air bersi baik dari segi kualitas dan kuantitas [3]. Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia arus berasal dari sumber yang bersi dan aman [2]. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bawa di perkotaan, pada umumnya ruma tangga menggunakan sumur bor/pompa (30,3%) sedangkan di pedesaan lebi banyak menggunakan sumur gali (29,6%). Berdasarkan data Puskemas Arjasa taun 2011 penyakit diare dan gastroenteritis menempati urutan ketiga terbesar dengan jumla penderita, sementara Desa Arjasa terdapat 73 penderita. Hal ini mengindikasikan terjadinya water borne disease. Dalam air bersi semakin Artikel Ilmia Hasil Penelitian Maasiswa 2013

2 Riefka Aulia,Analisis Pengetauan dan Masyarakat teradap Kualitas Fisik... 2 tinggi tingkat kekeruan, semakin tinggi risiko bawa orangorang dapat mengembangkan penyakit gastrointestinal, sebab kontaminasi seperti virus / bakteri dapat menjadi melekat pada padatan tersuspensi. Sala satu faktor yang dapat mempengarui kualitas air adala perilaku pemanfaatan air tersebut, dalam penelitian ini yang ditinjau lebi lanjut adala aktivitas masyarakat menggunakan air sumur. Peningkatan kuantitas air adala syarat kedua setela kualitas, semakin tinggi tingkat status sosial ekonomi seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuan air dari orang tersebut [9]. Tujuan penelitian ini adala menganalisis pengetauan masyarakat mengenai kualitas fisik, biologis, dan sanitasi air sumur pribadi; menganalisis perilaku masyarakat mengenai sanitasi sumur pribadi; mengkaji ubungan pengetauan masyarakat mengenai kualitas fisik, biologis, dan sanitasi sumur dengan kualitas fisik dan biologis air sumur pribadi; mengkaji ubungan perilaku sanitasi sumur pribadi masyarakat dengan kualitas fisik dan biologis air sumur pribadi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adala H 0 : ada ubungan antara pengetauan dan perilaku responden dengan kualitas air sumur (kekeruan, bau, rasa dan coliform). H 1 : Ada ubungan antara pengetauan dan perilaku responden dengan kualitas air sumur (kekeruan, bau, rasa dan coliform). Metode Penelitian Jenis penelitian ini adala analitik dengan desain cross-sectional. Penelitian ini menggunakan teknik cluster sampling, keseluruan sampel berjumla 35 sumur. Kedua variabel yang diduga saling berubungan dianalisis dengan statistik uji asosiasi asimetri lambda statistik L B dan Ci Square dengan α = 0,05. Pengambilan data dalam penelitian ini adala menggunakan teknik wawancara, observasi dan pemeriksaan laboratorium. Analisis statistik tersebut mengubungkan pengetauan masyarakat teradap kualitas air sumur (kekeruan, bau, rasa dan coliform) serta mengubungkan perilaku masyarakat teradap kualitas air sumur (kekeruan, bau, rasa dan coliform). Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bawa ubungan pengetauan masyarakat teradap kualitas air sumur (kekeruan) dapat dilakukan melalui uji Ci Square dan dengan α sebesar 0,05. Hasil uji Ci Square menunjukkan p > α, yaitu 0,466, seingga H 0 diterima dan asil uji Asosiasi Asimetri Lambda Statistik L B menunjukkan 0 yang disebabkan ole perolean uji Ci Square bawa tidak ada ubungan yang signifikan pengetauan masyarakat teradap kekeruan air sumur pribadi. Tabel 1. Distribusi frekuensi ubungan pengetauan masyarakat teradap kekeruan air sumur. Pengetauan Kekeruan Air Sumur Sedang ,0 7 20,0 Tinggi 2 5, , ,0 Total 2 5, , ,0 Hubungan pengetauan masyarakat teradap kualitas air sumur (bau) dapat dilakukan melalui uji Ci Square dan dengan α sebesar 0,05. Hasil uji Ci Square menunjukkan p > α, yaitu 0,823, seingga H 0 diterima dan asil uji Asosiasi disebabkan ole perolean uji Ci Square yang menunjukkan tidak ada ubungan yang signifikan pengetauan masyarakat teradap bau air sumur. Tabel 2. Distribusi frekuensi ubungan pengetauan masyarakat teradap bau air sumur. Pengetauan Bau Air Sumur Sedang 1 2,9 6 17,1 7 20,0 Tinggi 5 14, , ,0 Total 6 17, , ,0 Hubungan pengetauan masyarakat teradap kualitas air sumur (rasa) dapat dilakukan melalui uji Ci Square dan dengan α sebesar 0,05. Hasil uji Ci Square menunjukkan p > α, yaitu 0,365, seingga H 0 diterima dan asil uji Asosiasi disebabkan ole perolean uji Ci Square yang menunjukkan tidak ada ubungan yang signifikan pengetauan masyarakat teradap rasa air sumur. Tabel 3. Distribusi frekuensi ubungan pengetauan masyarakat teradap rasa air sumur. Pengetauan Rasa Air Sumur Sedang ,0 7 20,0 Tinggi 3 8, , ,0 Total 3 8, , ,0 Artikel Ilmia Hasil Penelitian Maasiswa 2013

3 Riefka Aulia,Analisis Pengetauan dan Masyarakat teradap Kualitas Fisik... 3 Hubungan pengetauan masyarakat teradap kualitas air sumur (coliform) dapat dilakukan melalui uji Ci Square dan dengan α sebesar 0,05. Hasil uji Ci Square menunjukkan p > α, yaitu 0,791, seingga H 0 diterima dan asil uji Asosiasi disebabkan ole perolean uji Ci Square yang menunjukkan tidak ada ubungan yang signifikan pengetauan masyarakat teradap kandungan coliform air sumur. Tabel 4. Distribusi frekuensi ubungan pengetauan masyarakat teradap kandungan coliform air sumur. Pengetauan Kandungan Coliform Sedang 6 17,1 1 2,9 7 20,0 Tinggi 25 71,4 3 8, ,0 Total 31 88,5 4 11, ,0 Adapun ubungan perilaku masyarakat teradap kualitas air sumur (kekeruan) dapat dilakukan melalui uji Ci Square dan dilanjutkan uji Asosiasi Asimetri Lambda Statistik L B dengan α sebesar 0,05. Hasil uji Ci Square menunjukkan p > α, yaitu 0,181, seingga H 0 diterima dan asil uji Asosiasi Asimetri Lambda Statistik L B menunjukkan 0 yang dapat disebabkan ole perolean uji Ci Square yang menunjukkan tidak ada ubungan yang signifikan perilaku masyarakat teradap kekeruan air sumur. Tabel 5. Distribusi frekuensi ubungan perilaku masyarakat teradap kekeruan air sumur. Kekeruan Air Sumur Kurang 2 5, , , , ,7 Total 2 5, , ,0 Sementara itu, ubungan perilaku masyarakat teradap kualitas air sumur (bau) dapat dilakukan melalui uji Ci Square dan dilanjutkan uji Asosiasi Asimetri Lambda Statistik L B dengan α sebesar 0,05. Hasil uji Ci Square menunjukkan p > α, yaitu 0,504, seingga H 0 diterima dan asil uji Asosiasi Asimetri Lambda Statistik L B menunjukkan 0 yang dapat disebabkan ole perolean uji Ci Square yang menunjukkan tidak ada ubungan yang signifikan perilaku masyarakat teradap bau air sumur. Tabel 6. Distribusi frekuensi ubungan perilaku masyarakat teradap bau air sumur. Bau Air Sumur Kurang 4 11, , ,3 2 5, , ,7 Total 6 17, , ,0 Sedangkan ubungan perilaku masyarakat teradap kualitas air sumur (rasa) dapat dilakukan melalui uji Ci Square dan dilanjutkan uji Asosiasi Asimetri Lambda Statistik L B dengan α sebesar 0,05. Hasil uji Ci Square menunjukkan p > α, yaitu 0,653, seingga H 0 diterima dan asil uji Asosiasi Asimetri Lambda Statistik L B menunjukkan 0 yang dapat disebabkan ole perolean uji Ci Square yang menunjukkan tidak ada ubungan yang signifikan perilaku masyarakat teradap rasa air sumur. Tabel 7. Distribusi frekuensi ubungan perilaku masyarakat teradap rasa air sumur. Rasa Air Sumur Kurang 2 5, , ,3 1 2, , ,7 Total 3 8, , ,0 Dan ubungan perilaku masyarakat teradap kualitas air sumur (coliform) dapat dilakukan melalui uji Ci Square dan dengan α sebesar 0,05. Hasil uji Ci Square menunjukkan p > α, yaitu 0,855, seingga H 0 diterima dan asil uji Asosiasi disebabkan ole perolean uji Ci Square yang menunjukkan tidak ada ubungan yang signifikan perilaku masyarakat teradap kandungan coliform air sumur. Tabel 8. Distribusi frekuensi ubungan perilaku masyarakat teradap kandungan coliform air sumur. Kandungan Coliform Artikel Ilmia Hasil Penelitian Maasiswa 2013

4 Riefka Aulia,Analisis Pengetauan dan Masyarakat teradap Kualitas Fisik... 4 Kurang 17 48,6 2 5, , ,0 2 5, ,7 Total 31 88,6 4 11, ,0 Pembaasan Hubungan antara pengetauan masyarakat teradap kekeruan (p = 0,466) tidak ada ubungan yang signifikan sebab segala sesuatu yang diketaui ole responden tentang sumurnya belum tentu mereka dalam kesearian menerapkan pengetauan yang dimiliki, seperti sumur yang saluran pembuangannya rusak lalu dibiarkan begitu saja, atau sumur yang letaknya berdekatan dengan selokan tapi mereka masi BAB di selokan. Kekeruan juga merupakan indikator yang berguna dari perubaan kualitas air tana. Air tana, terutama jika lebi renda atau makin berkurang memengarui langsung permukaan air tana, seingga akan mengalami pergerakan cepat untuk mengisi ulang atau setela peristiwa ujan. Hal ini akan menggantikan sedimen dan kekeruan dapat menjadi indikator perubaan tersebut [1]. Kualitas air sumur selanjutnya yang diubungkan dengan pengetauan masyarakat yaitu bau dan rasa. Bau dan rasa merupakan parameter kualitas fisik air bersi yang muda diukur. Akan tetapi pengukurannya menggunakan indera penciuman dan indera pengecap. Hubungan antara pengetauan masyarakat teradap bau (p = 0,823) dan rasa (p = 0,365) tidak ada ubungan yang signifikan. Sebab bau muncul adanya pertumbuan bakteri, atau sumur tidak terpakai dalam jangka waktu yang lama, banjir atau kekeringan dan setela perawatan [7]. Pada Tabel 2 terdapat 6 sampel lain atau sebanyak 17,2% sampel, baik pengetauan masyarakat sedang maupun tinggi, kondisi air sumur memiliki bau yang tidak baik. dicium dari jau maupun dekat, 6 sampel air bersi ini berbau busuk. Hal ini dapat mengindikasikan adanya baan-baan organik yang mengalami dekomposisi ole mikroorganisme air [6]. Hasil dalam tabulasi silang pada Tabel 3 menunjukkan bawa dari 35 responden, 25 pemilik sumur atau 71,4% pemilik sumur memiliki pengetauan kategori tinggi dan kondisi rasa air sumur yang baik. Lalu 3 responden lainnya atau sebanyak 8,6% memiliki kualitas rasa yang tidak baik. Rasa ketiga sampel air sumur ini sebagian besar berasa pait. Sebua perubaan rasa air sumur dapat disebabkan ole siklus kekeringan atau ole kontaminasi air saat banjir dan dapat disebabkan ole adanya kontaminasi baan kimia [5]. Hasil dalam tabulasi silang Tabel 4 menunjukkan bawa dari 35 pemilik sumur, 25 pemilik sumur atau 71,4% pemilik sumur yang memiliki pengetauan dengan kategori tinggi menunjukkan kondisi air sumurnya memiliki kandungan coliform yang tidak memenui syarat sumber air bersi non perpipaan atau melebii 50 JPT/100ml. Hal ini dapat saja disebabkan ole letak sumur yang berdekatan dengan sumber pencemar seperti selokan, kandang, bakan sawa. Berdasarkan asil observasi terdapat 19 sumur yang letaknya < 10 meter dengan sumber pencemar. Porositas dan permeabilitas tana akan berpengaru pada penyebaran bakteri koliform, mengingat air merupakan alat transportasi bakteri dalam tana. Makin besar porositas dan permeabilitas tana, makin besar kemampuan melewatkan air yang berarti jumla bakteri yang dapat bergerak mengikuti aliran tana semakin banyak [8]. Jenis tana yang berada di tempat penelitian ini merupakan jenis lempung, yaitu porositas lapisan lempung sangat besar tetapi permeabilitasnya kecil. Sementara itu ubungan antara perilaku masyarakat teradap kekeruan (p = 0,181); bau (p = 0,504); rasa (p = 0,653); dan coliform (p = 0,855) tidak ada ubungan yang signifikan. Hasil dalam tabulasi silang Tabel 8 menunjukkan bawa dari 35 pemilik sumur, 17 pemilik sumur atau 48,6% pemilik sumur memiliki perilaku kategori kurang dan kondisi air sumurnya memiliki kandungan coliform yang tidak baik atau melebii 50 JPT/100ml. Sementara dari keseluraan sampel yaitu sebanyak 31 sampel, kandungan coliform tidak memenui syarat. Hal ini dapat disimpulkan bawa sumur tidak memenui syarat sumber air bersi non perpipaan. Diperole asil kondisi fisik sumur yang tidak baik sejumla 57,1%, sebagian besar sumur responden tidak memiliki bibir sumur, jikapun ada, dinding sumurnya tidak kedap air. Tentu al ini dapat memperpara asil kandungan coliform yang tinggi. Sebab sampai kedalaman 3 meter tana masi mengandung bakteri [4]. Kebiasaan masyarakat membuat sumur tanpa bibir, bibir sumur tidak ditutup, mandi dan mencuci di pinggir sumur akan menyebabkan air bekas mandi dan cuci sebagian mengalir kembali ke dalam sumur dan menyebabkan pencemaran. Selain itu kebiasaan mengambil air sumur dan kebiasaan membuang kotoran manusia juga ikut mempengarui [8]. Adapun perilaku yang memperpara kandungan coliform dalam penelitian ini yaitu adanya sumber pencemar (kotoran binatang, sampa, genangan air) dalam jarak < 10 meter dari sumber air. Sementara perilaku responden dalam berbagai aktivitasnya dapat menurunkan mutu air, seperti BAB di selokan atau anak sungai. Di samping itu, perilaku responden yang berbanding terbalik dengan tingkat pengetauannya sesuai dengan asil kuesioner penelitian ini. Selain itu, keberadaan sumur gali yang dekat dengan sumber pencemar lain seperti kandang ternak atau kotoran ternak, sungai, jamban dan lubang pembuangan smpa juga dapat memperburuk kualitas mikrobiologi air sumur gali, karena misalnya saja pada kotoran ternak terutama ewan yang berdara panas serta yang juga sering ditemukanpada manusia sebagai organism patogen, terdapat mikroorganisme yang sala satunya adala coliform bacteria dalam jumla yang besar rata-rata sekitar 50 juta per gram [9]. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan asil analisis dari penelitian yang dilakukan pada pemilik sumur di Dusun Calok Desa Arjasa, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember tentang ubungan pengetauan dan perilaku masyarakat teradap Artikel Ilmia Hasil Penelitian Maasiswa 2013

5 Riefka Aulia,Analisis Pengetauan dan Masyarakat teradap Kualitas Fisik... 5 kualitas air sumur gali (kekeruan, bau, rasa, coliform) dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Tingginya tingkat pengetauan masyarakat mengenai kualitas fisik, biologis dan sanitasi air sumur pribadi yaitu sebanyak 80% atau 28 responden. b. Sebagian besar perilaku masyarakat teradap sanitasi air sumur pribadi kurang yaitu sebanyak 20 responden atau 57,1%. c. ada ubungan yang signifikan pengetauan masyarakat teradap kekeruan (p = 0,466), bau (p = 0,823), rasa (p = 0,365), coliform (p = 0,791). d. ada ubungan yang signifikan perilaku masyarakat teradap kekeruan (p = 0,181), bau (p = 0,504), rasa (p = 0,653), coliform (p = 0,855). Sedangkan saran yang dapat diberikan bagi kader/pustu/ puskesmas yaitu endaknya memberikan edukasi untuk meningkatkan pengetauan masyarakat perial kondisi fisik sumur yang memenui syarat serta memberitaukan langka-langka yang arus dilakukan apabila kualitas fisik (keru, bau dan rasa) air sumur gali mereka ada perubaan. Sementara bagi pemilik sumur yaitu menempat-kan sumber pencemar lebi dari 10 meter dari sumur gali, dan tidak BAB sembarangan, serta Pemberian kaporit dengan meminta bimbingan tenaga keseatan di pustu / puskesmas supaya takar kaporit tepat. Adapun bagi peneliti lain bawa penelitian ini masi perlu dilakukan penelitian mendalam terkait ubungannya dengan geologi / litologi, sumber pencemar, waktu, iklim, dan ara aliran air tana serta warna air agar dapat mengetaui kandungan materi dalam air. [5] Jonson, Andy Well Water Canges. [serial online] ttp:// tml[17 Februari 2013] [6] Kusnaedi Mengola Air Gambut dan Air Kotor untuk Air Minum. Jakarta: Penebar Swadaya. [7] Liukkonen, Barb Wy Well Water Smells Bad. [serial online] ttp:// rces/0037.tml [17 Februari 2013] [8] Marsono Faktor-faktor yang Berubungan dengan Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali di Permukiman, Studi di Desa Karanganom Kecamatan Klaten Utara Kabupaten Klaten (Tesis). [9] Soeparman dan Suparmin Pembuangan Tinja dan Limba Cair. Jakarta: Perpustakaan Nasional. [10] Sutrisno, Totok Teknologi Penyediaan Air Bersi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Ucapan Terima Kasi Penulis mengucapkan terimakasi kepada Bapak Koiron, S.KM., M.Sc dan Ibu Raayu Sri Pujiati, S.KM., M.Kes yang tela meluangkan waktu dengan penu kesabaran dan ketelatenan dalam memberikan pengaraan dan petunjuk serta koreksi dan saran yang membangun ingga jurnal ini terselesaikan dengan baik. Kepada Kepala Laboratorium Keseatan Lingkungan Kabupaten Jember, Bapak Erwan Widiyatmoko, ST yang tela membuka wawasan penulis untuk menganalisis jurnal ini lebi dalam lagi. Daftar Pustaka [1] Allen, Martin Turbidity and Microbial Risk in Drinking Water. [serial online] ttp:// pdf [17 Februari 2013] [2] Candra, Budiman Pengantar Keseatan Lingkungan. Jakarta: ECG. [3] Efendi, Ferry dan Makfudli Keperawatan Keseatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. [4] Entjang, Indan Ilmu Keseatan Masyarakat. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Artikel Ilmia Hasil Penelitian Maasiswa 2013