Dwijayanti, et al, Gambaran Absenteisme Makan Pagi dan Status Gizi pada Mahasiswa...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dwijayanti, et al, Gambaran Absenteisme Makan Pagi dan Status Gizi pada Mahasiswa..."

Transkripsi

1 Gambaran Absenteisme Makan Pagi dan Status pada Maasiswa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember Description of Breakfast Absenteisme and Nutritional Status of Student in te Faculty of Training and Education, Jember University Rani Inda Dwijayanti, Ninna Romawati, Farida Wayu Ningtyias Bagian Keseatan Masyarakat Fakultas Keseatan Masyarakat Universitas Jember Jalan Kalimantan IV Blok C No. Jember rani.dj@gmail.com Abstract Breakfast is eating and drinking in between early morning after wake up until a.m. in order to supply -% daily nutritional needs. People need breakfast for ealty, active and productive life. Skiping breakfast means to make our body starving, so tat can lead us to coose sweet meal for lunc and dinner, tus making insulin levels rise and increase te risk of obesity. Over nutritional status of prevalence in Indonesia to tose above years old as been increased, for male prevalence tan,% in, become,% in, for female prevalence tan,% in, become,% in. Tis researc was purpose to give te description of absenteisme breakfast to nutritional status of student in Faculty of Training and Education, Jember University. Te design of tis researc was descriptive. We used students for te sample. Te result of tis researc sowed tat tey skip breakfast - times per week. Respondents wo often skip breakfast (absenteisme breakfast) - times per week, were respondent wit malnutritional status problem tat were studets (,%). Keywords: Absenteisme, Breakfast, Nutritional Status, Student Abstrak Makan pagi adala kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam untuk memenui sebagian -% kebutuan gizi arian. Melewatkan makan pagi artinya mengkondisikan tubu menjadi kelaparan, seingga memicu tubu untuk memili makanan manis pada siang atau malam ari seingga kadar insulin naik dan meningkatkan risiko obesitas. Di Indonesia prevalensi status gizi lebi pada penduduk diatas usia taun terjadi peningkatan yang cukup tajam yaitu untuk laki-laki dari,% pada taun, meningkat menjadi,% pada taun. Sedangkan pada perempuan dari,% pada taun, meningkat menjadi,% pada taun. Tujuan dari penelitian ini adala mengkaji gambaran absenteisme makan pagi dan status gizi pada maasiswa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember. Jenis penelitian yang digunakan adala deskriptif. Sampel penelitian sebanyak maasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bawa responden dengan masala status gizi yang memiliki kebiasaan absenteisme makan pagi - kali per minggu adala responden dengan status gizi kurang yaitu sebanyak maasiswa (,%). Kata kunci: Absenteisme, Makan Pagi, Status, Maasiswa Artikel Ilmia Hasil Penelitian Maasiswa

2 Pendauluan Aktivitas rutin pada pagi ari membuat sebagian orang memili untuk tidak melakukan sarapan pagi, padaal banyak manfaat yang bisa diperole dari sarapan pagi. Sala satunya, sarapan pagi mampu mengurangi rasa lapar yang berlebi pada siang ari dan bakan sampai malam ari. Jika rasa lapar tidak berlebi maka makanpun juga tidak akan berlebian. Melewatkan sarapan artinya mengkondisikan tubu menjadi kelaparan, seingga memicu tubu untuk memili makanan manis pada siang atau malam ari seingga kadar insulin naik dan meningkatkan risiko obesitas []. Sarapan adala kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam untuk memenui sebagian kebutuan gizi arian (- % kebutuan gizi) dalam rangka mewujudkan idup seat, aktif, dan produktif. Bagi remaja dan orang dewasa sarapan yang cukup terbukti dapat mencega kegemukan. Selain itu, sarapan juga membekali tubu dengan zat gizi yang diperlukan untuk berpikir, bekerja, dan melakukan aktivitas fisik secara optimal setela bangun pagi []. Masala kekurangan dan kelebian gizi pada remaja merupakan masala penting, karena selain mempunyai risiko penyakit, juga dapat mempengarui produktifitas kerja. Di Indonesia prevalensi status gizi lebi pada penduduk diatas usia taun terjadi peningkatan yang cukup tajam yaitu untuk laki-laki dari,% pada taun, meningkat menjadi,% pada taun. Sedangkan pada perempuan dari,% pada taun, meningkat menjadi,% pada taun. Namun, untuk prevalensi status gizi kurang mengalami penurunan berdasarkan komposit TB dan IMT yaitu dari,% pada taun menjadi,% pada taun (normal-kurus) dan,% pada taun menjadi,% pada taun []. Adanya kasus berat badan lebi patut mendapat peratian karena terdapat penyakit yang timbul dan berubungan erat dengan al tersebut antara lain diabetes mellitus tipe II, ipertensi (dara tinggi), jantung koroner, stroke, penyakit kandung empedu, osteoartritis, gangguan tidur, kanker payudara, kanker raim, dan kanker kolon []. Adapun faktor yang mempengarui terjadinya berat badan lebi yaitu faktor genetik, jenis kelamin, faktor usia, pola makan, aktivitas fisik, gangguan ormon, faktor keseatan, obat-obatan, faktor psikologis, lingkungan, pengetauan, dan uang saku []. Maasiswa sebagai sebagai generasi penerus bangsa tidak luput dari aktivitas yang tinggi, apabila maasiswa tidak memperatikan keseatannya, maka maasiswa akan rentan teradap penyakit. Maasiswa dalam perkembangannya berada pada kategori remaja akir yaitu dalam rentang usia - taun []. Dalam al ini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember menjadi sasaran penelitian dikarenakan fakultas ini memiliki jumla maasiwa yang banyak, memiliki program studi yang lebi beragam dibandingkan dengan fakultas lainnya, serta seringnya dilakukan perkuliaan di waktu pagi ari []. Pada usia remaja ini merupakan saat terjadinya perubaan-perubaan cepat dalam proses pertumbuan fisik, kognitif, dan psikososial. Remaja yang sedang dalam proses pertumbuan juga memerlukan protein, vitamin, dan mineral yang cukup. Bagi remaja, makanan merupakan suatu kebutuan pokok untuk pertumbuan dan perkembangan tubunya. Kekurangan konsumsi makanan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, akan menyebabkan metabolisme tubu terganggu. Kecukupan gizi merupakan kesesuain baik dalam al kualitas maupun kuantitas zat-zat gizi dengan kebutuan faali tubu []. Sarapan pagi sangat penting, karena semua makanan yang berasal dari makan malam suda meninggalkan lambung, artinya lambung suda tidak berisi makanan lagi sampai pagi ari. Saat tidur, di dalam tubu kita tetap berlangsung oksidasi untuk mengasilkan tenaga yang diperlukan untuk menggerakkan jantung, paru-paru dan alat-alat tubu lainnya. Oksidasi ini akan mempengarui kadar gula dara, seingga tubu mengambil cadangan idrat arang dan jika abis maka cadangan lemakla yang diambil. Dalam keadaan seperti ini pasti tubu tidak dapat melakukan pekerjaan dengan baik. Ole karena itu, dianjurkan membiasakan diri untuk makan pagi, karena akan membantu memperpanjang masa kerja atau menaikkan produktifitas kerja yang dapat menciptakan keadaan yang memungkinkan untuk meningkatkan daya tangkap dalam menerima materi atau pelajaran [] Tujuan dari penelitian ini adala mengkaji gambaran absenteisme makan pagi dan status gizi pada maasiswa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adala jenis penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Keguruan dan Artikel Ilmia Hasil Penelitian Maasiswa

3 Ilmu Pendidikan Universitas Jember. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Agustus. Sampel dalam penelitian ini adala maasiswa. Variabel yang diteliti adala karakteristik responden, pengetauan gizi, absenteisme makan pagi, dan pola makan, dan status gizi. Teknik pengumpulan data untuk karakteristik responden, pengetauan gizi, absenteisme makan pagi, dan pola makan (frekuensi makan dan tingkat konsumsi) adala dengan wawancara dengan menggunakan form. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan asil tinggi badan yang diukur dengan menggunakan microtoice dan berat badan yang diukur dengan menggunakan batroom scale, serta penentuan indeks massa tubu, untuk pengkategorian status gizi. Analisis data pada penelitian ini menggunakan deskriptif tanpa melakukan uji. Hasil Penelitian Status gizi maasiswa dipengarui ole beberapa faktor yaitu karakteristik responden (umur, jenis kelamin, uang saku), pengetauan gizi, absenteisme makan pagi, dan pola makan (frekuensi makan dan tingkat konsumsi). Karakteristik Responden Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, dan uang saku. a. Umur Tabel. Distribusi Umur Maasiswa Umur Program Jumla taun taun Studi n % n % N % P. Ekonomi,, PGSD,, PAUD,, Jumla,, Hasil penelitian menunjukkan bawa semua responden tergolong kelompok remaja akir (- taun) yaitu sebanyak maasiswa (,%) berumur taun dan maasiswa (,%) berumur taun. b. Jenis Kelamin Tabel. Distribusi Jenis Kelamin Maasiswa Jenis Kelamin Program Jumla P L Studi n % n % N % P. Eko,, PGSD,, PAUD Jumla,, Hasil penelitian menunjukkan bawa responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak maasiswa (,%) dan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak maasiswa (,%). c. Uang Saku Tabel. Distribusi Uang Saku Maasiswa Uang Program Studi Saku per P. Eko PGSD PAUD Jumla Bulan (Rp).,,,,.,,.,,.,,,,.,,,.,,,,.,,,.,,,,.,,.,,,,.,,,,.,,,,.,,..,,,,..,,..,,..,, Jumla Hasil penelitian menynjukkan bawa sebagian besar responden mempunyai uang saku sebesar Rp., yaitu sebanyak maasiswa (,%). Pengetauan Tabel. Pengetauan Maasiswa Progra Pengetauan m Kurang Cukup Baik Jumla Studi P. Eko,,, Artikel Ilmia Hasil Penelitian Maasiswa

4 PGSD,,, PAUD,,, Jumla,,, Hasil penelitian menunjukkan bawa sebagian besar responden memiliki pengetauan gizi cukup yaitu sebanyak maasiswa (,%). a. Pola Konsumsi Makanan Pokok Tabel. Pola Konsumsi Makanan Pokok Maasiswa Makan Jumla an Sering Jarang Perna Pokok Nasi,, Roti,,, Mie,,, Jagung,,, Singko ng,,, Ketela,,, Kentan g,,, Hasil penelitian menunjukkan bawa jenis makanan pokok sumber karboidrat yang sering dikonsumsi responden adala nasi sebanyak maasiswa (,%). b. Pola Konsumsi Lauk Hewani Tabel. Pola Konsumsi Lauk Hewani Maasiswa Jumla Lauk Hewani Sering Jarang Perna Ikan lele,,, Ikan tengiri,,, Ikan tongkol,,, Telur,,, Daging ayam,,, Daging sapi,,, Hati ayam,,, Hasil penelitian menunjukkan bawa jenis lauk ewani yang sering dikonsumsi responden adala telur sebanyak maasiswa (,%). c. Pola Konsumsi Lauk Nabati Tabel. Pola Konsumsi Lauk Nabati Maasiswa Lauk Jumla Sering Jarang Nabati Perna N % n % n % N % Tau,,, Tempe,,, Hasil penelitian menunjukkan bawa jenis lauk nabati yang sering dikonsumsi responden adala tempe sebanyak maasiswa (,%). d. Pola Konsumsi Sayuran Tabel. Pola Konsumsi Sayuran Maasiswa Sayuran Sering Jarang Jumla Perna Bayam,,, Sawi,,, Daun singkong,,, Kangkung,,, Wortel,,, Kacang,,, panjang Taoge,,, Buncis,,, Kubis,,, Ketimun,,, Hasil penelitian menunjukkan bawa jenis sayuran yang sering dikonsumsi responden adala bayam sebanyak maasiswa (,%). e. Pola Kosnsumsi Bua-buaan Tabel. Pola Konsumsi Bua-buaan Maasiswa Buabuaan Perna Jumla Sering Jarang Jeruk,,, Pepaya,,, Artikel Ilmia Hasil Penelitian Maasiswa

5 Melon,,, Semangk a,,, Jambu biji,,, Pisang,,, Apel,,, Hasil penelitian menunjukkan bawa jenis bua-buaan yang tidak perna dikonsumsi adala jeruk sebanyak maasiswa (,%) f. Pola Konsumsi Susu dan Hasil Olaannya Tabel. Pola Konsumsi Susu dan Hasil Olaannya Maasiswa Susu dan Hasil Jumla Sering Jarang Olaann Perna ya Susu kental Manis,,, Keju,,, Hasil penelitian menunjukkan bawa jenis susu dan asil olaannya yang tidak perna dikonsumsi responden adala keju sebanyak maasiswa (,%). g. Pola Konsumsi Minyak Tabel. Pola Konsumsi Minyak Maasiwa Minyak Minyak goreng Santan Jumla Sering Jarang Perna,,,,,, Hasil penelitian menunjukan bawa jenis minyak yang sering dikonsumsi responden adala minyak goreng sebanyak maasiswa (,%). Tingkat Konsumsi a. Tingkat Konsumsi Energi Tabel. Tingkat Konsumsi Energi Maasiswa Status Kuran g Tingkat Konsumsi Energi Leb Seda Kuran Jumla Baik Defisit i ng g n % n %,,,, Norma l,,,, Lebi,, Jumla,,,, Hasil penelitian menunjukkan bawa sebagian besar responden mempunyai tingkat konsumsi energi pada kategori defisit yaitu sebanyak maasiswa (,%). b. Tingkat Konsumsi Protein Tabel. Tingkat Konsumsi Protein Maasiswa Status Tingkat Konsumsi Protein Leb Bai Seda Kuran Jumla Defisit i k ng g n % n %,,, Kurang, Normal,,,,, Lebi,,, Jumla,,,,, Hasil penelitian menunjukkan bawa sebagian besar responden mempunyai tingkat konsumsi protein pada kategori defisit yaitu sebanyak maasiswa (.%). c. Tingkat Kosumsi Lemak Tabel. Tingkat Kosumsi Lemak Maasiswa Statu s Kura ng Nor mal Lebi Juml a Tingkat Konsumsi Lemak Lebi Seda Kura Juml Baik Defisit ng ng a n % n %,,,,,,,,,,,,,.,,,,, Hasil penelitian menunjukkan bawa sebagian besar responden yang mempunyai tingkat konsumsi lemak pada kategori defisit yaitu sebanyak maasiswa (,%). d. Tingkat Konsumsi Karboidrat tabel. Tingkat Kosumsi Karboidrat Maasiswa Tingkat Konsumsi Karboidrat Statu Leb Bai Sedan Kura Defisi Jumla s i k g ng t n % n % Kura,,, ng Nor,,, Artikel Ilmia Hasil Penelitian Maasiswa

6 mal Lebi,, Juml,,, a Hasil penelitian menunjukkan bawa sebagian besar responden mempunyai tingkat konsumsi karboidrat pada kategori defisit yaitu sebanyak maasiswa (,%). Status Tabel. Status Maasiswa Status Progra Jumla Kurang Normal Lebi m Studi P. Ekoi,,, PGSD,,. PAUD,,, Jumla,,, Hasil penelitian menunjukkan bawa responden yang memiliki status gizi lebi yaitu sebanyak maasiswa (,%) dan responden yang memiliki status gizi kurang yaitu sebanyak maasiswa (,%). Kebiasaan Absenteisme Makan Pagi Tabel. Absenteisme Makan Pagi per Minggu Maasiswa Progra m Studi Absenteisme Makan Pagi Dalam Seminggu - kali - kali Perna kali Jumla n % P. Eko,,,, PGSD,,,, PAUD,,,, Jumla,,,, Hasil penelitian menunjukkan bawa sebagian besar responden melewatkan makan pagi - kali dalam seminggu sebanyak maasiswa (,%). Status dan Kebiasaan Absenteisme Makan Pagi Tabel. Status dan Kebiasaan Absenteisme Makan Pagi Maasiswa Stat Absenteisme Makan Pagi Dalam Seminggu - - us kali Jumla kali kali Perna n % Kur ang,,,, Nor mal,,,, Lebi,,,, Juml a,,,, Hasil penelitian menunjukkan bawa sebagian besar responden yang memiliki kebiasaan absenteisme makan pagi - kali per minggu adala maasiswa dengan status gizi normal yaitu sebanyak maasiswa (,%), selanjutnya maasiswa dengan status gizi kurang yang memiliki kebiasaan absenteisme makan pagi - kali per minggu sebanyak maasiswa (,%), dan maasiswa dengan status gizi lebi yang memiliki kebiasaan absenteisme makan pagi - kali per minggu sebanyak maasiswa (,%). Kebiasaan Absenteisme Makan Pagi dan Alasan Absenteisme Makan Pagi Tabel. Kebiasaan Absenteisme Makan Pagi dan Alasan Absenteisme Makan Pagi Maasiswa Alasan Absentei sme Makan Pagi Malas, sempat Diet praktis Perasaan tidak nyaman di perut Sejak kecil terbiasa tidak makan pagi Absenteisme Makan Pagi Dalam Seminggu - - kali Perna kali kali Jumla n %,,,,,,,,,,,,, Artikel Ilmia Hasil Penelitian Maasiswa

7 Uang saku tidak mencuku pi Ikutikutan teman,, Lainnya, memberi kan alasan, Jumla,,,, Hasil penelitian menunjukkan bawa sebagian besar responden memberikan alasan tidak sempat melakukan makan pagi yaitu sebanyak maasiswa (,%) pada absenteisme makan pagi - kali per minggu. Pembaasan Gambaran subjek penelitian meliputi karakteristik yang dimiliki ole responden yang terdiri dari umur, jenis kelamin, dan uang saku yang didapatkan per bulan. Berdasarkan asil penelitian, menunjukkan bawa seluru maasiswa berumur pada rentang - taun. Pada usia ini remaja membutukan konsumsi gizi seimbang untuk memenui kecukupan gizinya yang bermanfaat yaitu utuk membantu konsentrasi belajar, beraktivitas, bersosialisasi, untuk kesempurnaan fisik, tercapai kematangan fungsi seksual, dan tercapainya bentuk dewasa []. Berdasarkan asil penelitian karakteristik responden menunjukkan bawa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan. Kebutuan zat gizi remaja putri dan remaja putra berbeda. Pada keadaan normal, jumla lemak pada pria adala -% dari berat badan dan wanita adala % dari berat badannya. Jika timbunan lemak tubu lebi dari proporsi tersebut, dapat dikatakan bawa seseorang tenga berada dalam kondisi tidak seat []. Berdasarkan asil penelitian menunujukkan bawa sebagian besar responden menerima uang saku sebesar Rp., per bulan. Uang saku yang diterima digunakan maasiswa untuk memenui kebutuan mereka yang dialokasikan untuk pengeluaran konsumsi (konsumsi makanan dan bukan makanan). Konsumsi bukan makanan di kalangan maasiswa biasanya berpusat pada keperluan seputar perkuliaan seperti membeli buku, fotocopy, akses internet, dan juga meliputi transportasi seperti biaya kendaraan umum dan baan bakar kendaraan pribadi, komunikasi seperti biaya pulsa, dan entertainment seperti untuk membeli pakaian, andpone, laptop, dan aksesoris. Sementara itu konsumsi makanan di kalangan maasiswa ada pada seputar konsumsi makanan pokok dan jajanan seari-ari. Berdasarkan asil penelitian menunjukkan bawa sebagian besar maasiswa memiliki pengetauan gizi cukup. Masi kurangnya pengetauan dan informasi yang dimiliki responden dapat menyebabkan terjadinya kesalaan dalam pemenuan kebutuan gizi seingga terjadi kasus gizi lebi dan gizi buruk []. Berdasarkan asil penelitian menunjukkan bawa jenis makanan yang sering dikonsumsi responden adala nasi, telur, tempe, bayam, buabuaan yang jarang dikonsumsi responden adala jeruk dan yang sering dikonsumsi adala pisang. Sebagian besar responden tidak perna mengkonsumsi jenis susu dan asil olaannya yaitu keju, dan sebagian besar responden sering mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung minyak goreng. Berdasarkan asil penelitian menunjukkan bawa sebagian besar responden mempunyai tingkat konsumsi energi, protein, lemak, dan karboidrat pada kategori defisit. Komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki keunggulan dan kelemaan, untuk mencapai masukan zat gizi yang seimbang diperlukan makanan yang beranekaragam. Pemenuan gizi seimbang bukanla al muda bagi maasiswa, karena kesibukan dengan berbagai tugas dan kegiatan. Padaal kebutuan gizi yang terpenui dengan baik akan membuat orang lebi memiliki peratian dan kemampuan untuk belajar lebi muda. Hal ini menunjukkan bawa maasiswa arus memperatikan pola makan dari aspek jenis makanan yang dikonsumsi []. Hasil penelitian maasiswa menunjukkan bawa sebagian besar masiswa melakukan absenteisme makan pagi sebanyak - kali dalam seminggu. Padaal makan pagi merupakan suatu al yang penting untuk memulai ari. Setela tidur di malam ari, tentu saja tubu membutukan energi untuk dapat beraktivitas kembali []. Selain itu, tidak makan pagi dapat menyebabkan berkurangnya konsentrasi seingga mempengarui kinerja otak karena tidak mendapatkan asupan nutrisi, tubu menjadi lemas karena tidak ada sumber energi yang dibutukan untuk beraktivitas, menyebabkan berat badan naik karena metabolisme tubu bekerja lebi lambat, serta dapat menyebabkan suasana ati yang tidak baik. Melewatkan makan pagi memberikan efek yang besar pada beraktivitas searian []. Absenteisme makan pagi yang dilakukan ole maasiswa dikarenakan ole alasan tidak sempat, Artikel Ilmia Hasil Penelitian Maasiswa

8 malas, perasaan tidak nyaman di perut, sejak kecil terbiasa tidak makan pagi, diet, serta uang saku yang tidak mencukupi. Tanpa variasi, maka makan pagi bisa merupakan kegiatan yang membosankan. Mengingat bawa makan pagi akan selalu berpacu dengan waktu, maka perlu disiapkan makan pagi yang praktis tanpa mengabaikan nilai gizi. Unsur karboidrat endaknya disertai dengan unsur protein sebagai pelengkapnya. Apabila melakukan makan pagi dengan aneka ragam jenis makanan maka tidak perlu kawatir akan terjadinya kekurangan gizi mikro seperti vitamin dan mineral. Pada umumnya apabila kebutuan kalori dan protein terpenui, maka unsur gizi mikro juga mencukupi []. Hal inila yang menyebabkan tingkat konsumsi energi, protein, lemak, dan karboidrat ada pada golongan defisit. Saat tubu kurang pasokan energi, ormon stres akan dikeluarkan untuk mengakses simpanan lemak tubu. Kondisi ini mengakibatkan kurangnya konsentrasi dan muda mara. Makan pagi dapat mengisi cadangan energi. Jika tidak dilakukan, maka akan mengantuk dan lela akibat gula dalam dara menurun. Kurangnya tingkat konsumsi energi akan mengambat semua aktivitas jasmani, berpikir, dan aktivitas yang terjadi di dalam tubu []. Kekurangan karboidrat dapat menyebabkan suplai energi berkurang. Akibatnya, tubu mencari alternatif zat gizi yang dapat menggantikan karboidrat, yaitu lemak atau protein, apabila peristiwa tersebut berlangsung terus tanpa suplai karboidrat yang cukup, lemak tubu akan terpakai dan protein yang searusnya digunakan untuk pertumbuan jadi berkurang. Akibatnya, tubu semakin kurus dan menderita kurang energi protein (KEP) []. Berdasarkan dari asil penelitian ini menunjukkan bawa maasiswa yang memiliki kebiasaan absenteisme makan pagi - kali per minggu adala maasiswa dengan status gizi kurang. Hal ini dikarenakan kurangnya peratian responden teradap kebutuan gizi tubunya seingga apabila absenteisme makan pagi dilakukan secara terus menerus maka akan menyebabkan tubu mengalami masala gizi kurang selain itu juga dapat menimbulkan penyakit lainnya. Simpulan dan Saran Semua responden tergolong kelompok remaja akir yaitu usia - taun. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan, menerima uang saku per bulannya sebesar Rp.,, sebagian besar resonden memiliki pengetauan gizi cukup. Jenis makanan yang sering dikonsumsi responden adala nasi, telur, tempe, bayam, buabuaan yang jarang dikonsumsi responden adala jeruk dan yang sering dikonsumsi adala pisang. Sebagian besar responden tidak perna mengkonsumsi jenis susu dan asil olaannya yaitu keju, dan sebagian besar responden sering mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung minyak goreng. Sebagian besar responden mempunyai tingkat konsumsi energi, protein, lemak, dan karboidrat pada kategori defisit. Sebagian besar status gizi responden tergolong normal, namun masi terdapat status gizi kurang dan status gizi lebi. Sebagian besar responden melewatkan makan pagi - kali per minggu. Responden dengan masala status gizi yang memiliki kebiasaan absenteisme makan pagi - kali per minggu yaitu responden dengan status gizi kurang. Berdasarkan dari asil penelitian ini diarapkan maasiswa selalu menyempatkan makan pagi dengan gizi seimbang sesuai dengan umurnya dan memperatikan makanan yang dikonsumsi setiap arinya agar terpenui kebutuan zat gizi untuk tubunya seingga tubu menjadi seat dan berat badan ideal, dan bagi maasiswa yang berdiet untuk diet yang tepat dengan cara Renda Energi Seimbang dan Teratur (REST). Daftar Pustaka [] Tejasari. Sarapan Pagi Mencega Obesitas. [internet]; [ Februari ]. ttp:// index.pp/id/berita/nonakademik/-sarapan-pagi-mencegaobesitas.tml [] Indonesia. Pedoman Seimbang. Jakarta: Kementerian Keseatan Republik Indonesia;. [] Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Keseatan. Riset Keseatan Darsar (RISKESDAS). Jakarta;. [] Adya R. Serba Serbi Diet Seat. Jakarta: Bukune;. [] Faey TD, Insel PM, Rot WT. Fit and Well Sixt Edition Core Concepts and Labs in Pysical Fitness and Wellness. Boston USA: McGraw Hill;. [] Indonesia. Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Keseatan -. Jakarta: Departemen Keseatan RI;. [] BAAK Universitas Jember. Rekapitulasi Data Maasiswa Semester Genap /. Jember: BAAK Universitas Jember;. [] BestBook. A-Z Multivitamin untuk Anak dan Remaja. Yogyakarta: Penerbit Andi;. [] Suardjo. Berbagai Cara Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara;. Artikel Ilmia Hasil Penelitian Maasiswa

9 []Hasdiana, Siyoto S, Penstyowati Y., Pemantapan, Diet, dan Obesitas. Yogyakarta: Nua Medika;. [] Ayuditya D, Tjuatja I. Healt is Easy. Jakarta: Penebar PLUS+;. [] Sari RW. Dangerous Junk Food. Yogyakarta: Niaga Swadaya;. [] Gondowijoyo S. Back to Te Kitcen Anyone Can Vook Western. Yogyakarta: Andi;. [] Utami N. Cantik Tak Harus Maal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama;. [] Komsan A. Pangan dan untuk Keseatan. Jakarta: PT. RajaGrafindo;. [] Widjaja. Tepat untuk Pengembangan Otak dan Keseatan Balita. Jakarta: KawanPustaka;. [] Devi N. Nutrition and Food: Untuk Keluarga. Jakarta: Buku Kompas;. Artikel Ilmia Hasil Penelitian Maasiswa

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan anak. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU LANSIA DALAM MENGONSUMSI MAKANAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATU HORPAK KECAMATAN TANTOM ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2010 I. Karakteristik Responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berusia 10-18 tahun. Usia ini merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT 65 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT FILE : AllData Sheet 1 CoverInd

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER

LAMPIRAN 1 KUESIONER A. Identitas Sampel LAMPIRAN 1 KUESIONER KARAKTERISTIK SAMPEL Nama : Umur : BB : TB : Pendidikan terakhir : Lama Bekerja : Unit Kerja : Jabatan : No HP : B. Menstruasi 1. Usia awal menstruasi : 2. Lama

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 74 HUBUGA PERILAKU KOSUMSI MAKAA DEGA STATUS GIZI PS BAPPEDA KABUPATE LAGKAT TAHU 215 I. Data Responden 1. ama : 2. omor Responden : 3. Umur : 4. Jenis Kelamin : 5. Pendidikan : 6. Berat Badan : 7. Tinggi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian UNIVERSITAS INDONESIA Dengan Hormat, Saya adalah mahasiswa Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat, akan mengadakan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: KUESIONER PENELITIAN POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA (Studi kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua).

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Kode : KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DITINJAU DARI KARAKTERISTIK KELUARGA DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2011 Tanggal Wawancara : A. Identitas

Lebih terperinci

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015.

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015. 2 DM perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan (Hartati, 2008). Menurut keterangan Supriadi (2009), terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memulai aktifitas sehari-hari dengan sarapan pagi merupakan kebiasaan yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja, maupun dewasa. Sangat

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :... KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG 1. Nomor Responden :... 2. Nama responden :... 3. Umur Responden :... 4. Pendidikan :... Jawablah

Lebih terperinci

Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Tidak pernah. Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln

Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Tidak pernah. Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln Tidak pernah n % n % n % n % n % n % Makanan pokok Beras/nasi 88 73,9 19 16,0 6 5,0 6 5,0 0 0 0 0 Mie 3 2,5

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B MTs Al Hikmah Bandar

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B MTs Al Hikmah Bandar 26 III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adala siswa kelas VII B MTs Al Hikma Bandar Lampung semester genap taun pelajaran 2010/2011 pada pokok baasan Gerak Lurus. Dengan jumla

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON

KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON LAMPIRAN 65 KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON No Sampel : Enumerator : Tanggal Wawancara : Nama Responden : Alamat

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi Supported by : Pedoman Gizi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Penyakit Hiperurisemia 1. Pengertian Penyakit Hiperurisemia Penyakit hiperurisemian adalah jenis rematik yang sangat menyakitkan yang disebabkan oleh penumpukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman modern ini, manusia menjadikan makanan sehat sebagai pilihan yang kedua dalam menu sehari-hari. Dengan kecanggihan alat elektronik sekarang ini maka dengan mudahnya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Artinya, masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialami remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan

Lebih terperinci

Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan dibawah ini.

Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan dibawah ini. NO. RESP A. KUESTIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA Perkenalkan nama saya Intan Fermia P, mahasiswi Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,. Kakak sedang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada

Lebih terperinci

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA KELAS X JASA BOGA DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA KELAS X JASA BOGA DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA Pola makan dan status (Metriyani) 1 POLA MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA KELAS X JASA BOGA DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA THE DIETARY HABITS AND NUTRITIONAL STATUS OF GRADE X STUDENTS OF THE CULINARY SERVICES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan sebuah masalah keluarga yang sifatnya jangka panjang dan kebisaan makan yang sehat harus dimulai sejak dini. Masalah gizi pada anak di Indonesia akhir-akhir

Lebih terperinci

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510 LAMPIRAN 104 105 LAMPIRAN I HUBUNGAN PEMBERIAN MPASI LOKAL, FREKUENSI PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-24 BULAN DI PUSKESMAS WAIPARE, KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR Program Studi S1 Ilmu

Lebih terperinci

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi DIIT SERAT TINGGI Deskripsi Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat terdiri

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara anak dan dewasa yang terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi Kecukupan Tingkat Kecukupan Asupan Kebiasaan Protein Pengetahuan Pendidikan energi Perilaku Energi Energi makan BAB dan ibu di dan protein Gizi sekolah pagi II Pengetahuan gizi Ibu Protein ibu Sarapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes Introduction Gizi sec. Umum zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan memperbaiki jaringan tubuh. Gizi (nutrisi)

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN TAHUN 2012

Lebih terperinci

Tabel 1. Data Profil Responden (n = 146) Profil responden Jumlah Persentase (%)

Tabel 1. Data Profil Responden (n = 146) Profil responden Jumlah Persentase (%) 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Profil Responden Tabel 1 menunjukkan profil ibu dan anak. Profil ibu meliputi pendidikan terakhir ibu, penghasilan keluarga serta pekerjaan ibu. Adapun profil anak meliputi jenis

Lebih terperinci

PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS

PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS Oleh: Fitri Rahmawati, MP JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA FAKULTAS TEKNIK UNY email: fitri_rahmawati@uny.ac.id Diabetes Mellitus adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok anak sekolah merupakan salah satu segmen penting di masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman dan kesadaran gizi sejak dini. Anak sekolah merupakan sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN ALAM SEKITAR. Abstrak

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN ALAM SEKITAR. Abstrak UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN ALAM SEKITAR Siti Halima 1, Jon Sabari 2 1 Maasiswa Program Pascasarjana PIPS Universitas PGRI Yogyakarta (2015) 2 Dosen Pengampu

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENYEDIAAN MENU SEIMBANG UNTUK BALITA DI DESA RAMUNIA-I KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010 Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gemuk adalah anak yang sehat merupakan cara pandang yang telah dibangun sejak lama oleh

BAB I PENDAHULUAN. gemuk adalah anak yang sehat merupakan cara pandang yang telah dibangun sejak lama oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Asupan nutrisi yang tidak seimbang akan mengakibatkan anak kependekan, kekurusan, maupun kegemukan. Anggapan

Lebih terperinci

Peta Konsep. Hal yang harus kamu tahu mengenai Pertumbuhan Makhluk Hidup ini antara lain. Perubahan yang terjadi pada makhluk hidup

Peta Konsep. Hal yang harus kamu tahu mengenai Pertumbuhan Makhluk Hidup ini antara lain. Perubahan yang terjadi pada makhluk hidup Standar Kompetensi: Memahami ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup serta hal-hal yang mempengaruhi perubahan pada makhluk hidup. Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan perubahan yang terjadi pada makhluk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas sehingga membutuhkan nutrisi yang

Lebih terperinci

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya DBMP DBMP Pengertian : DBMP adalah daftar yang berisi 7 golongan bahan makanan. pada tiap golongan, dalam jumlah (dapat berbeda setiap makanan) yang dinyatakan bernilai energi dan zat gizi yang sama. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja masa yang sangat penting dalam membangun perkembangan mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan periode kehidupan anak dan dewasa,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN Instrument / Angket Penelitian HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI TERHADAP POLA KONSUMSI SISWA Petunjuk pengerjaan: Para siswa yang terhormat, dengan kerendahan hati dimohon keihklasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah terutama bagi remaja putri usia sekolah. Hal ini dilakukan karena pada remaja putri usia sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa maupun remaja baik di negara maju maupun berkembang. Prevalensi overweight

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).

BAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia Sekolah Dasar (6-12 tahun) mempunyai karakteristik banyak melakukan aktivitas jasmani. Oleh karena itu, pada masa ini anak membutuhkan energi tinggi untuk

Lebih terperinci

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd TERDAPAT 6 REKOMENDASI 1. Konsumsi menu Gizi Seimbang 2. Sesuaikan konsumsi zat gizi dengan AKG 3. Selalu Sarapan 4. Pelihara Otak

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi lebih dan masalah gizi kurang merupakan masalah yang dihadapi oleh Indonesia saat ini. Obesitas merupakan sinyal pertama dari munculnya kelompok penyakit-penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembangnya dan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. kembangnya dan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan harta yang tak ternilai harganya yang kelak akan menjadi pewaris dan penerus, begitu juga untuk menjadikan suatu bangsa menjadi lebih baik kedepannya.

Lebih terperinci

Imtiyaz, et al, Analisis Nomor P-IRT pada Label Pangan Produksi IRTP di Kecamatan...

Imtiyaz, et al, Analisis Nomor P-IRT pada Label Pangan Produksi IRTP di Kecamatan... Analisis Nomor P-IRT pada Label Pangan Produksi IRTP di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember (Analysis of P-IRT Number on Te Food Label IRTP Production in Kaliwates District Jember Regency) Andi Hilman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR Lampiran 1. Kuisioner penelitian Sheet: 1. Cover K U E S I O N E R POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR Program : (1=PNPM,

Lebih terperinci

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU IDENTITAS Nomor Responden : Alamat Responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu

BAB I PENDAHULUAN. Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu pondok pesantren. Sebagian besar dari jumlah santri merupakan usia remaja. Menurut Soetjiningsih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG 12 PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG Ai Martin Sopiah¹ ), Ai Nurhayati² ), Rita Patriasih² ) Abstrak: Siswa SMK berada dalam usia remaja pada masa ini rentan

Lebih terperinci

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram Dibawah ini merupakan data nilai satuan ukuran rumah tangga (URT) yang dipakai untuk menentukan besaran bahan makanan yang biasa digunakan sehari- hari dalam rumah tangga. (Sumber: Puslitbang Gizi Depkes

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangan nya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan THP FTP UB Menu France : daftar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan

Lebih terperinci

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG 12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah kalori yang dibakar dalam proses metabolisme (Hasdianah dkk, Obesitas juga dapat membahayakan kesehatan (Khasanah, 2012)

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah kalori yang dibakar dalam proses metabolisme (Hasdianah dkk, Obesitas juga dapat membahayakan kesehatan (Khasanah, 2012) 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan suatu perubahan bentuk tubuh yang tentu saja tidak diinginkan oleh semua orang terutama remaja putri. Obesitas terjadi apabila total asupan kalori

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa :

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa : BAB V PEMBAHASAN A. Sistem Penyelenggaraan Makan Siang Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan yang mempekerjakan 22.563 orang telah menyediakan kantin untuk tenaga kerja, hal ini

Lebih terperinci

DISLIPIDEM IA. Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid)

DISLIPIDEM IA. Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEM IA Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEMIA DIS = Salah ; Gangguan LIPID = Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEMIA : gangguan metabolisme lemak Metabolisme lemak

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Salah satu cara orang untuk bertahan hidup adalah dengan makan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Salah satu cara orang untuk bertahan hidup adalah dengan makan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu cara orang untuk bertahan hidup adalah makan. Makanan sangat penting sebagai penghasil energi, untuk digunakan dalam beraktifitas. Biasanya orang

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL

KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL 59 60 Kode : KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL Nama Jenis Kelamin Alamat Rumah Nomor Telepon/ HP Enumerator Tanggal

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V/A DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS KARTU PADA PEMBELAJARAN IPS DI SD PT. BINTARA TANI NUSANTARA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V/A DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS KARTU PADA PEMBELAJARAN IPS DI SD PT. BINTARA TANI NUSANTARA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V/A DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS KARTU PADA PEMBELAJARAN IPS DI SD PT. BINTARA TANI NUSANTARA Abdul Hamid 1, Pebriyenni 1, Niniwati 1 1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang

Lebih terperinci

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih Lampiran Kuesioner NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih PENGETAHUAN MENGENAI ANEMIA 1. Menurut kamu apakah itu anemia?

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

Petunjuk : isilah dan beri lingkaran pada poin jawaban yang disediakan! I. Identitas Responden 1. ID Responden: [ ] [ ] 2.

Petunjuk : isilah dan beri lingkaran pada poin jawaban yang disediakan! I. Identitas Responden 1. ID Responden: [ ] [ ] 2. L-2 KUESIONER PENELITIAN POLA MAKAN, AKTIFITAS FISIK DAN STATUS GIZI DIHUBUNGKAN DENGAN LEMAK TUBUH PADA PRAMUSAJI UNIT PELAYANAN GIZI GEDUNG A RSUPN Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA TAHUN 2009 Assalamu

Lebih terperinci

BAB II PENTINGNYA SARAPAN PAGI UNTUK ANAK-ANAK. 2008, Sarapan atau breakfast (dalam bahasa Inggris), break (istirahat)

BAB II PENTINGNYA SARAPAN PAGI UNTUK ANAK-ANAK. 2008, Sarapan atau breakfast (dalam bahasa Inggris), break (istirahat) BAB II PENTINGNYA SARAPAN PAGI UNTUK ANAK-ANAK 2.1 Pengertian Sarapan Pagi Menurut sumber dari laman (page) web http://www.fbuzz.com/2008/12/13/pentingnya-sarapan-atau-makan-pagi/. 13 des 2008, Sarapan

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF PERILAKU MAKAN MAHASISWA UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

STUDI DESKRIPTIF PERILAKU MAKAN MAHASISWA UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA STUDI DESKRIPTIF PERILAKU MAKAN MAHASISWA UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA Ingrid Perlisa Lomanjaya, Evelyn Ariestya Soegiono, Program Studi Manajemen Perhotelan Fakultas Ekonomi Jl. Siwalankerto 121

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Analisa Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proses Tugas Akhir ini diperoleh dari: 2.2 Data proyek Pencarian data berupa buku literatur serta internet yang

Lebih terperinci