MODEL KOLABORASI PERAWAT SANITARIAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN PENDERITA DIARE BALITA DI KOMUNITAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL KOLABORASI PERAWAT SANITARIAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN PENDERITA DIARE BALITA DI KOMUNITAS"

Transkripsi

1 MODEL KOLABORASI PERAWAT SANITARIAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN PENDERITA DIARE BALITA DI KOMUNITAS Muryoto 1, AtikBadi a 2 1 Dosen Politeknik Keseatan Kemenkes Yogyakarta Jurusan Keseatan Lingkungan 2 Dosen Politeknik Keseatan Kemenkes Yogyakarta Jurusan Keperawatan ABSTRAK Latar Belakang : Penyakit diare masi merupakan masala keseatan masyarakat di Indonesia, di Kabupaten Sleman insiden rate diare 34,8 per seribu penduduk atau 2909 balita dengan cakupan pelayanan 70 di Puskesmas Gamping I sekitar 325 balita (Profil Dinas Keseatan Kabupaten Sleman, 2013). Kolaborasi perawat dan sanitarian dalam pelayanan keseatan di komunitas menggunakan pendekatan input-proses-output-efek-outcome. Input meliputi jumla penderita diare balita, perawat, sanitarian, program lintas tuntas diare. Proses meliputi penemuan penderita diregister di Puskesmas, pemeriksaan balita, botol susu, sumber air, terapi, desinfeksi, klorinasi dan konseling. Sedangkan output meliputi jumla balita diare yang dilayani dua kali selama empat belas ari. Efek berupa penurunan skor deidrasi out come berupa turunnya angka kesakitan diare. Tujuan :Penelitian ini bertujuan secara umum membuat model pelayanan keseatan kolaborasi perawat sanitarian penderita diare balita dikomunitas yang dapat mencega dan menurunkan derajat deidrasi. Secara kusus bertujuan menetapkan pengaru pelayanan keseatan kolaborasi perawat sanitarian teradap penurunan derajat deidrasi. Metode : Jenis penelitianquasi eksperiment dengan rancangan Pre test Post test wit Control Design.Penderita diare balita3 (tiga) bulan yang lalu dicatatan medis Puskesmas diambil secara sistimatis random sampling 15 (lima belas) balita untuk kelompok kontrol dan 15 (lima belas) balita untuk kelompok perlakuan. Uji analisa data menggunakan t test. Hasil :Ada pengaru kolaborasi teradap penurunan skor deidrasi anak balita diare, tidak ada pengaru kolaborasi teradap penurunan jumla kuman botol susu anak balita diare. Ada pengaru kolaborasi teradap penurunan MPN E Coli air bersi anak balita diare. Ada pengaru kolaborasi teradap penurunan MPN Coliform air bersi anak balita diare. Kesimpulan :Ada pengaru pelayanan keseatan kolaborasi perawat sanitarian teradap penurunan skor derajat deidrasi penderita diare balita. Kata Kunci : Model Kolaborasi, Perawat, Sanitarian, Pelayanan Keseatan, Penderita diare ABSTRACT Background: Diarrea remains a ealt problem in Indonesia. In Sleman Distric, te incident rate of diarrea is 34.8 / 0 population or 2909 cildren under five wit te ealt coverage of 70 in Public Healt Centre Gamping I approximately 325 cildren under five (Profile of Healt Department Sleman District, 2013). Te collaboration between nurses and sanitarians in ealt services in te community implement te input-process-output-effectoutcome approac. Te input includes te number of cildren suffering from diarrea, nurses, sanitarians and diarrea eradication program. Te process includes registering te sufferers in public ealt center, examination of cildren under five, milk bottles, water sources, terapy, disinfectant, clorination and counseling. Output includes te number of cildren under five wo are treated twice in te duration of 14 days. Effect is te decrease of deydration score and outcome is te decrease of te number of diarrea. Aim: Tis study generally aimed to create a model of ealt services wic include te collaboration of nurses and sanitarians for cildren under five suffering from diarrea in te community. Tis model was expected to be able to prevent and decrease te deydration degree. Specifically, tis study 32

2 Model Kolaborasi aimed to determine te effect of ealt services wit collaboration model of nurses and sanitarians on te decrease of deydration degree. Metod: Tis study was a quasi-experiment researc wit pre-test and post-test wit control design. Cildren under five wo suffered from diarrea and was registered in te public ealt center 3 monts ago were selected systematically troug random sampling. Tere were 15 cildren selected to be in te control group and anoter 15 cildren in te treatment group. Te data were analyzed by using t-test. Results: Te findings sowed tat tere was an effect of te collaboration model on te decrease of deydration score in cildren suffering diarrea and tere was no effect of collaboration model on te decrease of bacteria in cildren s milk bottles. It was also found tat tere was an effect of collaboration model on te decrease of MPN E Coli in te clean water drank by te cildren suffering diarrea. Tere was an effect of collaboration model on te decrease of MPN Coliform in te clean water drank by cildren suffering from diarrea. Conclusion: Tere is an effect of ealt services collaboration model between nurses and sanitarians on te decrease of deydration degree in cildren under five suffering from diarrea. Suggestion: On tis collaboration model of nurses and sanitarians, it is required tat te public ealt center to ave a specific guideline describing te profession etics accordance wit working areas and functions of eac profession. Keywords: Collaboration model, Nurses, Sanitarians, Healt services, Diarrea sufferers PENDAHULUAN Penyakit diare masi merupakan masala keseatan masyarakat di Indonesia, di Kabupaten Sleman insiden rate diare 34,8 per seribu penduduk atau 2909 balita dengan cakupan pelayanan 70 di Puskesmas Gamping I sekitar 325 balita (Profil Dinas Keseatan Kabupaten Sleman, 2013). Program langka tuntas penanggulangan diare di komunitas perlu dibuat pelayanan keseatan kolaborasi perawat sanitarian. Penyebab diare secara klinis disebabkan ole infeksi bakteri, virus, parasit, mal absorpsi, alergi, keracunan, imuno defisiensi. Dilapangan infeksi dan keracunan paling sering terjadi. Tingginya angka kesakitan diare dipengarui ole kurang cukupnya ASI dan MP ASI, pelayanan keseatan keluarga, keseatan lingkungan. Pencucian botol susu yang tidak memenui syarat perlu pelayanan sanitarian dengan pemeriksaan angka kuman permukaan botol sebelum dan sesuda desinfeksi uap air panas o C selama 5 menit. Sumber air bersi yang tidak memenui syarat perlu pemeriksaan MPN E- coli / Coliform sebelum dan sesuda klorinasi 0,2 ppm. Kurang cukupnya pelayanan keluarga perlu pemeriksaan skore derajat deidrasi sebelum dan sesuda terapi oralit, zinc, konseling pencegaan deidrasi ole perawat. Kolaborasi perawat dan sanitarian dalam pelayanan keseatan di komunitas menggunakan pendekatan input-prosesoutput-efek-outcame. Input meliputi jumla penderita diare balita, perawat, sanitarian, program lintas tuntas diare. Proses meliputi penemuan penderita diregister di Puskesmas, pemeriksaan balita, botol susu, sumber air, terapi, desinfeksi, klorinasi dan konseling. Sedangkan output meliputi jumla balita diare yang dilayani dua kali selama empat belas ari. Efek berupa penurunan skor deidrasi out come berupa turunnya angka kesakitan diare. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitiandengan rancangan Pre Test-Post Test Wit Control Desain. Ada pun rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : 1 O 1 X 1 O 1 1 O 2 O 2 Keterangan : O 1 = Skor derajat deidrasi sebelum perlakuan 1 O 1 = Skor Derajat deidrasi sesuda perlakuan O 2 = Skor derajat deidrasi sebelum perlakuan di kelompok kontrol 1 O 2 = Skor derajat deiidrasi sesuda 33

3 JRKN Vol. 02/No. 01/April/2018 perlakukan di kelompok kontrol X 1 = Kolaborasi perawat sanitarian = tanpa kolaborasi perawat sanitarian Penelitian dilaksanakan di wilaya kerja Puskesmas Gamping I SlemanYogyakarta. Populasi adala catatan medis balita diare 3 bulan yang lalu di Puskesmas Gamping I Sleman Yogyakarta. Sampel adala 30 (tiga pulu) balita diare yang diambil secara sistematik random sampling untuk masing masing 15 (lima belas) dikelompok kontrol dan perlakuan. Model Pelayanan Keseatan Kolaborasi Perawat Sanitarian dilakukan dengan kunjungan ruma penderita diare balita, perawat menilai derajat deidrasi, memberi oralit, zinc, antibiotik selektif, konseling. Sanitarian memeriksa angka kuman botol susu, MPN E-Coli/Coliform air bersi dan desinfeksi. Variabel bebas dalam penelitian ini adala : Peran perawat dan sanitarian. Peran perawat adala menilai derajat deidrasi, memberi naseat pemberian ASI dan makanan, memberi oralit, memberi zink sepulu ari, memberi naseat pencegaan, memberi antibiotik selektif. Nilai derajat deidrasi tertinggi adala asil observasi diare anak balita dengan keadaan umum tidak sadar, gelisa, malas minum, mata cekung, turgor lambat, masing masing diberi nilai 1, seingga skor derajat deidrasi tertinggi adala 5. Nilai derajat deidrasi terenda adala asil observasi diare anak balita keadaan umum sadar, tidak gelisa, mau minum, mata tidak cekung, turgor cepat kembali, masing masing dinilai nol. Seingga skor derajat deidrasi terenda adala nol diukur dengan kuesioner. Peran perawat selain menilai derajat deidrasi melaksanakan tugas lainnya dengan mengacu buku saku langka tuntas penanggulangan diare. Peran sanitarian meliputi : Pemeriksaan angka kuman, MPN E-Coli / Coliform dan desinfeksi botol dan air bersi, pemeriksaan angka kuman dilakukan dengan mengambil sampel metode bilas, mengirim sampel suu dingin, memeriksa dan mengamati jumla kuman dikalikan konsentrasi larutan pencuci seingga diketaui jumla kuman per sentimeter persegi permukaan botol susu. Desinfeksi botol susu dilakukan dengan taap pencucianm, pembilasan, perebusan, suu 0 C selama lima menit. Skala yang digunakan nominal. Pemeriksaan MPN E-Coli/Coliform dilakukan melalui pengambilan sampel dengan botol steril, pengiriman sampel suu dingin pemeriksaan dengan metode tabung media LB dan BGLB ragam 5:1:1, suu 37 0 C, selama 2 ari untuk Coliform dan suu 40 0 C selama 2 ari untuk E-Coli. Klorinasi dengan Calsium Hipo Clorid 60 dengan rumus Luaran Hasil adala diperolenya model pelayanan keseatan kolaborasi yang dapat mencega dan menurunkan skor derajat deidrasi. Pelayanan keseatan kolaborasi perawat sanitarian ini diterima sebagai model bila, penurunan derajat deidrasi pada kelompok perlakuan lebi baik daripada kelompok kontrol. Untuk menentukan pengaru layanan keseatan kolaborasi perawat sanitarian di uji dengan t-test pada p < 0,05. HASIL 1. Karakteristik Responden Tabel 1. Karakteristik respondenanak berdasarkan umur dan jenis kelamin pada kelompok perlakuan dan kontrol di Puskesmas Gamping 1Sleman Yogyakarta 34

4 No Karakteristik Responden Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol 1 Umur (bulan) 35 Model Kolaborasi Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase (f) () (f) () a (Infant) 8 53,3 3 20,0 b. >12-36 (Toddler) 6 40,0 7 46,7 c. >36-60 (Prescool) 1 6,7 5 33,3 2 Jenis Kelamin a. Laki-laki 9 60,0 9 60,0 b. Perempuan 6 40,0 6 40,0 Total 30,0 30,0 Sumber: Analisis data primer Dari Tabel 1 di atas dapat diliat bawa umur pada kelompok perlakuan sebagian besar berumur 1-12 bulan (Infant) sebanyak 8 anak (53,3 ) dan kelompok kontrol sebagian besar berusia >12 36 (Toddler) bulan sebanyak 7 anak (46,7 ). Jenis kelamin pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebagian besar laki-laki sebanyak 9 anak (60,0 ). 2. Analisa Univariat Kolaborasi perawat sanitarian tela terjadi kerjasama dengan sasaran keluarga balita diare di komunitas wilaya kerja Puskesma Gamping I Kabupaten Sleman Yogyakarta untuk memecakan masala deidrasi, kontaminasi botol susu, kontaminasi E-colli dan Colliform air bersi di ruma penderita diare. Proses kerja sama diawali dengan pengumpulan data balita diare asil sensus rawat jalan klinik umum Puskesmas Gamping I periode Agustus sampai dengan Oktober 2017 sejumla 30 balita terdiagnosa diare. Taap selanjutnya menyiapkan Enumerator 4 orang perawat dan 1 orang sanitarian. Penyiapan enumerator perawat agar dapat berperan dalam kolaborasi dilati tentang cara pengambilan sampel urin anak balita, cara penilaian skor deidrasi berdasarkan level warna urine yaitu Level 1 (Warna urine transparan disebabkan karena kebanyakan minum atau tidak deidrasi), Level 2 (Warna urine kuning pucat dinilai normal bila sedikit gelap, dinilai kurang sedikit cairan), Level 3 (Warna urin kuning cera dinilai mulai ada deidrasi, perlu minum air), Level 4 (Warna urin kuning tua menandakan terjadi deidrasi arus segera minum air), Level 5 (Warna urin kuning kecoklatan menandakan kurang cairan, segera minum air) dan Level 6 (Warna urin coklat air te menandakan deidrasi segera minum air). Selain mengambil sampel air dan menilai level atau skor deidrasi juga diberi acuan cara pemberian konseling untuk mencega deidrasi. Pada sanitarian dilati cara pengambilan sampel kuman botol susu metode bilas, pengangkutan sampel dan desinfeksi botol susu. Termasuk dilati pengambilan sampel air bersi untuk MPN E- Colli dan Colliform secara aseptis dan pengangkutan sampel ke Laboratorium untuk diperiksa MPN Colliform dan E Colli metode tabung ragam 5:1:1 pada media yang sesuai. Setela pemeriksaan juga dijelaskan cara desinfeksi botol dan air bersi. Semua materi pelatian Enumerator dikemas dalam satu leaflet untuk panduan bekerja sama dalam satu tim kolaborasi. Selain tersedia leaflet untuk panduan kerja tim juga dijelaskan etika profesi masingmasing sesuai dengan lingkup kerjanya perawat menentukan skor deidrasi dan memberikan konseling, sanitarian memeriksa kontaminan dan melakukan desinfeksi. Tiga pulu ruma anak balita diare dibagi menjadi dua kelompok secara random masing masing lima belas ruma untuk kelompok kontrol dan perlakuan. Pada kelompok kontrol tidak diberi intervensi konseling dan desinveksi tetapi juga mendapat pembagian

5 JRKN Vol. 02/No. 01/April/2018 leaflet yang sama. Leaflet tersebut berisi : Tujuan, sasaran, kegiatan konseling, desinveksi botol, desinveksi air bersi, indikator keberasilan serta identitas keluarga balita diare beserta asil pemeriksaan laboratorium. Pada mulanya penentuan skor deidrasi berdasarkan kondisi umum anak balita diare, dalam perjalanan waktu pelaksanaan penelitian dipandang lebi obyektif ditentukan berdasarkan level warna urin anak balita diare. 3. Distribusi frekuensi skor deidrasi anak balita diare sebelum dan sesuda intervensi pada kelompok kontrol Tabel 2. Distribusi Frekuensi Skor Deidrasi Anak Balita Diare Sebelum dan Sesuda Intervensi Pada Kelompok Kontrol No Sebelu m Sesuda , 4 0 Penurun an 1,93 0,47 23,00 Dari Tabel 2 di atas dapat diliat bawa pada kelompok kontrol setela dilakukan intervensi menunjukkan pengurangan skor deidrasi pada anak balita diare dari level 2,40 turun menjadi 1,93 atau 0,47 yaitu sebesar Distribusi frekuensi skor deidrasi anak balita diare sebelum dan sesuda intervensi pada kelompok perlakuan. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Skor Deidrasi Anak Balita Diare Sebelum dan Sesuda Intervensi Pada Kelompok Perlakuan N o Sebelum Sesuda Penuru nan ( + ) ,53 2,67 0,86 25,20 Dari Tabel 3 di atas dapat diliat bawa pada kelompok perlakuan setela dilakukan intervensi edukasi menggunakan leaflet menunjukkan pengurangan skor diidrasi pada anak balita diare dari level 3,53 turun menjadi 2,67 atau 0,86 yaitu sebesar 25,20. 36

6 5. Pengaru perlakuan teradap penurunan skor deidrasi anak balita diare Tabel 4. Pengaru Perlakuan Teradap Penurunan Skor Deidrasi Pada Anak Balita Diare N Kolaborasi Non Kolaborasi o ( + ) ,20 23,00 Dari Tabel 4 diatas menunjukkan pada kelompok kolaborasi rata rata penurunan skor deidrasi 25,20 sedang pada kelompok Non Kolaborasi rata rata penurunan 23, berdasarkan uji t-test menunjukkan p = 0,019 artinya p < 0,05 seingga di interprestasikan bawa ada pengaru kolaborasi teradap perbaikan skor deidrasi balita anak diare. 6. Distribusi frekuensi jumla kuman botol susu anak balita diare sebelum dan sesuda intervensi pada kelompok kontrol Tabel 5. Distribusi Frekuensi Jumla Kuman Botol Susu Anak Balita Diare Sebelum dan Sesuda Intervensi Pada Kelompok Kontrol 37 No Sebelum Sesuda Model Kolaborasi Penur unan ,2 368, 64,80 84, Dari Tabel 5 diatas menunjukkan bawa setela intervensi pada kelompok kontrol terjadi penurunan jumla kuman botol susu dari 433,20 CFU /cm 2 menjadi 64,80 CFU/cm 2, yang berarti dari tidak memenui syarat kebersian alat minum menurut Permenkes Catering yaitu CFU/ cm 2 menjadi memenui syarat keseatan. 7. Pengaru perlakuan teradap penurunan jumla kuman botol susu anak balita diare Tabel 6. Distribusi Frekuensi Jumla Kuman Botol Susu Anak Balita Diare Sebelum dan Sesuda Intervensi Pada Kelompok Perlakuan N o Sebelum Sesuda Penuru nan

7 JRKN Vol. 02/No. 01/April/ ,4 385, 66,20 85, Dari Tabel 6 diatas menunjukkan setela intervensi pada kelompok perlakuan terjadi penurunan jumla kuman botol susu dari 451,47 CFU /cm 2 menjadi 66,20 CFU/ cm 2, yang berarti dari tidak memenui syarat kebersian alat minum menurut Permenkes Catering yaitu CFU/cm 2 menjadi memenui syarat keseatan. 8. Pengaru perlakuan teradap penurunan jumla kuman botol susu anak balita diare Tabel 7. Pengaru Perlakuan teradap Penurunan Jumla Kuman Botol Susu Anak balita Diare No Kolaborasi Non Kolaborasi ,80 84,13 Dari Tabel 7 diatas menunjukkan bawa setela intervensi pada kelompok perlakuan terjadi penurunan jumla kuman botol susu dari 85,80 menjadi 84,13, berdasarkan Uji t-test menunjukkan p = 0, 223 lebi besar dari p < 0,05 artinya tidak ada pengaru kolaborasi teradap pencucian botol. Dapat di interprestasikan bawa keadiran kolaborasi dapat digantikan tanpa kolaborasi. Artinya tidak arus sanitarian menyulu bersama dengan perawat karena dianggap sama keberadaannya. 9. Distribusi Frekuensi MPN E Colli Air Bersi Anak Balita Diare Pada Kelompok Kontrol Tabel 8. Distribusi Frekuensi MPN E Colli Air Bersi Anak Balita DiarePada Kelompok Kontrol No Sebelum Sesuda Penuru nan , 104,87 0,53 98,

8 Dari Tabel 8 diatas menunjukkan setela intervensi pada kelompok kontrol terjadi penurunan MPN E Colli air bersi anak balita diare dari 104,87/ ml menjadi 0,53/ ml turun 98,80 dari tidak memenui syarat 5/ ml menjadi memenui syarat. 10. Distribusi frekuensi MPN E Colli air bersi anak balita diare pada kelompok perlakuan Tabel 9. Distribusi Frekuensi MPN E Colli Air Bersi Anak Balita Diare Pada Kelompok Perlakuan No Sebelum Sesuda Penur unan ,40 1,07 125,3 3 Dari Tabel 9 diatas menunjukkan bawa setela intervensi pada kelompok perlakuan terjadi penurunan MPN E Colli air bersi anak balita diare dari 126,40/ ml menjadi 1,07/ ml turun dari tidak memenui syarat 5/ ml menjadi Model Kolaborasi memenui syarat. 11. Pengaru perlakuan teradap penurunan MPN E Colli air bersi anak balita diare Tabel 10. Pengaru Perlakuan teradap Penurunan MPN E Colli Air Bersi Anak balita Diare No Kolaborasi Non Kolaborasi ,80 Dari Tabel 10 menunjukkan bawa setela intervensi pada kelompok perlakuan terjadi penurunan MPN E Colli dari 98 pada non kolaborasi menjadi, pada kelompok kolaborasi, berdasarkan Uji t-test menunjukkan p = 0, 00 lebi kecil dari p < 0,05 artinya ada pengaru kolaborasi teradap MPN E Colli air bersi. Dapat di interprestasikan bawa keadiran kolaborasi sanitarian dengan perawat dapat meningkatkan kinerja sanitarian dalam Clorinasi air bersi. 12. Distribusi frekuensi MPN Colliform air bersi anak balita diare pada kelompok kontrol Tabel 11. Distribusi Frekuensi MPN 39

9 JRKN Vol. 02/No. 01/April/2018 Colliform Air Bersi Anak Balita Diare Pada Kelompok Kontrol No Sebelum Sesuda Penur unan , 125,93 0,27 99,33 66 Dari Tabel 11 diatas menunjukkan bawa setela intervensi pada kelompok kontrol terjadi penurunan MPN Colliform air bersi pada anak balita diare dari 125,93 / ml menjadi 0,27/ ml turun 99,33 dari tidak memenui syarat 5/ ml menjadi memenui syarat Distribusi frekuensi MPN Colliform air bersi anak balita diare pada kelompok perlakuan Tabel 12. Distribusi Frekuensi MPN Colliform Air Bersi Anak Balita DiarePada Kelompok Perlakuan No Sebelum Sesuda Penuru nan , 149,47 0,53 94 Dari Tabel 12 diatas menunjukkan bawa setela intervensi pada kelompok perlakuan terjadi penurunan MPN Colliform air bersi anak balita diare dari 149,47 / ml menjadi 0,53 / ml turun dari tidak memenui syarat 5/ ml menjadi memenui syarat. 14. Pengaru perlakuan teradap penurunan MPN Colliform air bersi anak balita diare Tabel 13. Pengaru Perlakuan teradap Penurunan MPN Colliform Air Bersi Anak balita Diare No Kolaborasi Non Kolaborasi

10 ,33 Dari Tabel 13 menunjukkan bawa setela intervensi pada kelompok perlakuan terjadi penurunan MPN Colliform dari pada non kolaborasi menjadi 99,33, pada kelompok kolaborasi, berdasarkan uji t- test menunjukkan p = 0, 00 lebi kecil dari p < 0,05 artinya ada pengaru kolaborasi teradap MPN Colliform air bersi. Dapat di interprestasikan bawa keadiran kolaborasi antara perawat sanitarian dapat meningkatkan kinerja sanitarian dalam clorinasi air bersi. PEMBAHASAN a. Skor derajat deidrasi pada penderita diare balita sebelum dan sesuda pelayanan terapi, konseling pencegaan pada kelompok kolaborasi dan non kolaborasi. Pada kelompok kontrol dari lima belas anak balita diare skor deidrasi dari 2,40 turun 23 menjadi 1,93 artinya dari warna urin kuning gelap menjadi kuning pucat. Pada kelompok perlakuan skor deidrasi dari 3,53 turun 25,20 menjadi 2,67 artinya dari mulai ada deidrasi menjadi kurang cairan, uji t-test menunjukan p = 0,019 artinya kolaborasi antara sanitarian dengan perawat mempengarui pencegaan deidrasi.ole karena itu setiap kunjungan ruma anak balita diare perlu kolaborasi bersamaan antara sanitarian dan perawat, seingga keluarga anak balita diare akan terbiasa memperatikan warna urin anak balita dan kebutuan pencegaan dengan cara memberi air minum yang sesuai kebutuan. Selain itu juga membiasakan keluarga anak balita diare menerima kunjungan sanitarian atau perawat dalam memberikan naseat yang sama apabila sala satu profesi tidak bisa melakukan kunjungan kedua. Adanya E Coli di dalam makanan/ Model Kolaborasi minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enterpatogenik dan atau toksigenik yang berbaaya bagi keseatan. Sebagai agen penyebab diare, bakteri E Coli memproduksi verotoksin yang dapat melakukan perjalanan ke seluru tubu melalui pembulu dara dari usus besar ingga ke organ ginjal. Jika toksin suda sampai ke organ ginjal, kondisi penderita dapat bertamba fatal. Sel endotel pada glomerolus ginjal memiliki reseptor kusus yang mampu berikatan dengan toksin dari bakteri ini. Kerusakan pada pembulu dara akan terjadi akibat adanya ikatan antara toksin dan reseptor yang dinamakan globatrialosyl ceramid ini. Akibatnya timbul gejala anemia bakan bisa menyebabkan disfungsi ginjal (Priti M, 2006 dalam Suardiman, 2007). b. Angka kuman botol susu pada penderita diare balita sebelum dan sesuda disinfeksi uap air panas pada kelompok kolaborasi dan non kolaborasi. Pada kelompok kontrol dari lima belas anak balita diare jumla kuman botol susu dari 433,20 CFU/cm2 turun 84,13 menjadi 64,80 CFU/cm2. Pada kelompok perlakuan dari 451,47 CFU/cm2 turun 85,80 menjadi 66,20 CFU /cm2. Uji t-test menunjukkan p = 0,223 artinya kolaborasi maupun tanpa kolaborasi tidak ada bedanya. Hal ini menunjukkan bawa para ibu anak balita diare suda melakukan desinfeksi botol susu dalam pencuciannya, walaupun prosedurnya tidak seurut pada saat konseling diberikan seingga kesadaran kebersian botol susu suda mencukupi karena setela dicuci menunjukkan jumla kuman sesuai dengan standart yaitu kurang dari CFU/cm2. Ole karena itu pada kolaborasi ini cukup dilakukan konseling tanpa intervensi desinfeksi dari sanitarian. Kebersian botol susu sangat penting diawali dengan mencuci tangan menjadi kebiasaan penting yang dapat mencega penularan penyakit. Kuman penyakit seperti bakteri, virus, parasit dan jamur tak terliat ole kasatmata dan indera penciuman. Akibat dari ketidakbiasaan mencuci tangan sebelum makan dan sesuda buang air besar dan sebelum membersikan botol susu dapat mempermuda penularan suatu penyakit 41

11 JRKN Vol. 02/No. 01/April/2018 melalui air, makanan yang tercemar kuman, tangan yang kotor, peralatan perabot ruma tangga dan kuman dari berbagai tempat yang terbawa ole tangan. Dengan demikian penularan penyakit dapat diindari dengan kebiasaan mencuci tangan menggunakan air bersi dan menggunakan sabun seperti pada penyakit infeksi saluran pencernaan kususnya penyakit diare. Hal ini dapat menjelaskan bawa tingginya prevalensi penyakit diare di wilay Puskesmas Gamping I Sleman Yogyakarta disebabkan ole banyaknya ibu ruma tangga menggunakan botol susu sebagai tempat minum balita namun masi banyak yang belum terbiasa mencuci dan sterilisasi botol susu tersebut sebelum digunakan. Dengan demikian mencuci botol susu dengan air bersi dan sabun serta sterilisasi dengan air panas sebelum menyiapkan susu bagi anak balita akan dapat mencega terjadinya diare padabalita. Kontak antara agent dan ost bisa terjadi melalui air, yang sering terjadi adala melalui air minum yang tidak dimasak. Upaya mengindari kontak dapat berupa penyediaan dan pemakaian air bersi untuk kepentingan seari-ari (mandi, masak, minum dan sebagainya) yang tidak tercemar atau tela diola seingga terbebas dari kuman patogen. Perilaku idup bersi seperti mencuci tangan sebelum makan, mencuci tangan setela buang air besar dan kebiasaan minum air yang tela dimasak merupakan upaya pentingdalam mencega terjadinya penyakit diare. c. Mengukur MPN E-colli-Colliform, sumber air bersi penderita diare balita sebelum dan sesuda klorinasi 0,2 ppm pada kelompok kolaborasi dan non kolaborasi. Pada kelompok kontrol dari lima belas anak balita diare MPN E-colli air bersi dari 104,87/ ml, turun 98,8 menjadi 0,53/ml, pada kelompok perlakuan dari 126,48/ ml turun menjadi 1,07/ ml. Pada kelompok kontrol masi ditemukan sumber air bersi yang belum memenui syarat yaitu MPN E-Colli 6/ ml. Ini menunjukkan masi ada sumber air bersi yang tercemar ole tinja dan berpotensi menularkan diaea pada anak balita. Sedangkan sumber air bersi lainny terjadi pernurunan karena volume sumber aior bersi dimusim kemarau airnya agak berkurang dan mendapat sinar mataari yang mengasilkan panas membuat E-Colli tidak taan idup (mati pada suu 63 0 C dengan waktu kontak 3,9 menit) sedangkan suu mataari pada musim kemarau bisa mencapai 50 0 C. Pada kelompok perlakuan juga masi ditemukan empat sumber air bersi yang tercemar E- Colli. Hal ini perlu diwaspadai karena suda menapat klorinasi untuk itu perlu ada klorinasi ulang. Uji t-test menunjukkan p=0,00 artinya kolaborasi antara perawat sanitarian dapat meningkatkan tingkat penurunan pencemaran E-Colli. Ole karena itu pada kolaborasi selanjutnya tetap diperlukan intervensi clorinasi sumber air bersi pada anak balita diare. Pada kelompok kontrol dari 15 anak balita diare MPN Colliform air bersi dari 125,93/ ml, turun 99,33 menjadi 0,27 / ml, Artinya masi ada sumber air bersi yang mengandung Colliform tetapi sua memenui syarat. Pada kelompok perlakukan MPN Colliform dari 149,47/ ml turun menjadi 0,53 / ml. Hasil Uji t test menunjukkan p=0,00 artinya kolaborasi antara sanitarian dengan perawat dapat meningkatkan tingkat penurunan cemaran Colliform yang dilakukan ole sanitarian, seingga dalam kolaborasi sanitarian perlu melakukan desinfeksi sumber air bersi untuk mengatasi Colliform terutama sumber air bersi yang tercemar comberan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tomasia (2012) yang mengatakan ada ubungan antara E Coli pada air minum isi ulang dengan kejadian diare pada balita (p=0,02). E Coli dapat menyebabkan masala keseatan pada manusia seperti diare, muntaber dan masala pencemaran lainnya. Menurut Kumar (2012), terjadinya diare disebabkan ole beberapa faktor. Sala satunya adala terinfeksinya makanan/ minuman yang dikonsumsi manusia kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan. Masuknya E Coli idup ke dalam usus setela berasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme 42

12 tersebut berkembang biak kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut menimbulkan diare. Menurut Notoatmodjo (2003), sala satu syarat air minum yang seat yaitu air yang memenui syarat bakteriologis, dimana air untuk keperluan minum yang seat arus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Cara untuk mengetaui apaka air minum terkontaminasi ole bakteri patogen adala dengan memeriksa sampel air tersebut. Bila pemeriksaan cc air terdapat empat bakteri E Coli maka air tersebut suda memenui syarat keseatan. Menurut peraturan menteri keseatan RI (2010), syarat air minum adala syarat fisik, bakteriologis dan kimia. Syarat bakteriologis E Coli dalam air minum yaitu 0 CFU/ ml. Air minum isi ulang yang tercemar ole bakteriologis E Coli dalam jumla yang tela melampaui baku mutu merupakan faktor risiko terjadinya penyakit diare bagi yang mengkonsumsinya (Kemenkes, 2010). Keberadaan E Coli dalam air minum menunjukkan bawa air minum perna terkontaminasi feces manusia dapat mengandung patogen usus. Sifat E Coli adala tidak taan pada pemanasan dan akan mati pada suu 0 C, seingga sala satu cara paling muda mengilangkan E Coli dalam air ingga mendidi (Raayu, 2006). d. Menetapkan pengaru pelayanan keseatan kolaborasi perawat sanitarian teradap penurunan skor derajat deidrasi penderita diare balita. Hasil uji t-test menunjukkan p=0,00 artinya kolaborasi antara perawat sanitarian dapat meningkatkan tingkat penurunan pencemaran E-Colli. Ole karena itu pada kolaborasi selanjutnya tetap diperlukan intervensi clorinasi sumber air bersi pada anak balita diare. Hasil Uji t test menunjukkan p=0,00 artinya kolaborasi antara sanitarian dengan perawat dapat meningkatkan tingkat penurunan cemaran Colliform yang dilakukan ole sanitarian, seingga dalam kolaborasi sanitarian perlu melakukan desinfeksi sumber air bersi untuk mengatasi Colliform terutama sumber air bersi yang tercemar comberan. Penelitian ini sejalan dengan Siti (2014) Model Kolaborasi yang menyatakan bawa ada ubunganantarasarana air bersi dengan kejadian diare. Menurut Slamet (2009), air yang tidak memenui persyaratan keseatan merupakan media penularan penyakit karena air merupakan sala satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. e. Keterbatasan Penelitian Wilaya Puskesmas Gamping I sangat luas seingga mencari alamat ruma orangtua anak balita diare membutukan waktu lama. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Ada pengaru kolaborasi teradap penurunan skor deidrasi anak balita diare. Tidak ada pengaru kolaborasi teradap penurunan jumla kuman botol susu anak balita diare. Ada pengaru kolaborasi teradap penurunan MPN E Colli dan MPN Colliform air bersi anak balita diare. Ada pengaru pelayanan keseatan kolaborasi perawat sanitarian teradap penurunan skor derajat deidrasi penderita diare balita. Saran a. Dalam kolaborasi perawat sanitarian setiap mengadapi kunjungan rawat jalan anak balita diare untuk mencega deidrasi perlu keadiran perawat memberikan penilaian urin dan konseling pada saat kunjungan ruma penderita pertama kali. b. Dalam kolaborasi perawat sanitarian tentang pencucian botol susu cukup diberikan intervensi berupa peragaan cara pencucian botol susu. c. Dalam kolaborasi perawat sanitarian selama kunjungan ruma sanitarian perlu melakukan intervensi klorinasi teradap air bersi terutama pada waktu musim ujan karena suu air tidak terlalu panas volume sumber air melimpa, seingga berpotensi tercemar E-Colli. d. Dalam kolaborasi perawat sanitarian ditingkat internal program Puskesmas perlu dibuatkan panduan yang memuat etika profesi sesuai lingkup kerjanya, serta berfungsi sebagai pola interaksi masing masing profesi dalam meningkatkan pelayanan keseatan pada sasaran yang sama, serta peran dan tanggung jawab yang arus 43

13 JRKN Vol. 02/No. 01/April/2018 direspon teradap sasaran bersama. e. Dalam kolaborasi perawat sanitarian ditingkat pendidikan perlu direncanakan dilaksanakan di evaluasi ole tim kolaborasi. DAFTAR PUSTAKA Dinkes Kabupaten Sleman (2013), Profil Keseatan Kabupaten Sleman, Yogyakarta Jayadisastra (2013), Hubungan Pengetauan, kebiasaan dan keberadaan bakteriologis E Coli dalam air minum dengan kejadian diare pada konsumen air minum isi ulang yang berkunjung ke puskesmas Ciputat, Jakarta Kementerian Keseatan RI (2010), Profil Keseatan Indonesia, Jakarta Kementerian Keseatan RI (2011), Buku Saku Petugas Keseatan Lintas Diare, Jakarta Kementerian Keseatan RI (2011), Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare, Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyeatan Lingkungan, Jakarta Kementerian Keseatan RI (2015), Penyelenggaraan Pelayanan Keseatan Lingkungan di Puskesmas, Jakarta Kementerian Keseatan RI (2016), Modul Pelatian Enter Profesional Education pada pelayanan keseatan komunitas, Jakarta Kumar (2012), Prevalence And Caracterization of Diarreagenic Escericia Coli Isolated From Adults and Cildren in Mangalore, India. Journal of Laboratory Pysician/Jan-Jun 2012/Vol-4 Notoatmodjo (2003), Promosi Keseatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta, Rineka Cipta Planta Siregar, Caaya, Naria (2016), Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene Ibu Dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Keluaran Sibolga Hilir Sibolga Utara Sibolga, FKM USU, Medan 44 Siti, Rama Hubungan Hygiene Sanitasi, KepadatanLalatdanPengelolaanLimbaPadatDenganKejadian DiarePadaRumaSusunSukaramaiTa un FKM USU Medan Slamet, JuliSoemirat KeseatanLingkungan. Yogyakarta: Gaja Mada University Press Sulisnadewi, Nuraeni, Gayatri (2012), Pendidikan Keseatan Keluarga Efektif Meningkatkan Kemampuan Ibu Dalam Merawat Anak Diare, Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 15, Nomor 3, November 2012, al Taosu dan Aziza (2013), Hubungan Sanitasi Dasar Ruma Dengan Perilaku Ibu Ruma Tangga Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Bena Nusa Tenggara Timur, Jurnal Keseatan Lingkungan Vol 7, No. 1 Juli 2013:1 6

Imtiyaz, et al, Analisis Nomor P-IRT pada Label Pangan Produksi IRTP di Kecamatan...

Imtiyaz, et al, Analisis Nomor P-IRT pada Label Pangan Produksi IRTP di Kecamatan... Analisis Nomor P-IRT pada Label Pangan Produksi IRTP di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember (Analysis of P-IRT Number on Te Food Label IRTP Production in Kaliwates District Jember Regency) Andi Hilman

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Air dan kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kualitas air yang dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR

HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR Correlation between Basic Home Sanitation and Housewives Behavior with Diarrhea

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare Merry Tyas Anggraini 1, Dian Aviyanti 1, Djarum Mareta Saputri 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK Latar Belakang : Perilaku hidup

Lebih terperinci

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA Siti Fatimah1, Yuliana Prasetyaningsih2, Meditamaya Fitriani Intan Sari 3 1,2,3 Prodi D3 Analis Kesehatan STIKes Guna Bangsa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B MTs Al Hikmah Bandar

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B MTs Al Hikmah Bandar 26 III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adala siswa kelas VII B MTs Al Hikma Bandar Lampung semester genap taun pelajaran 2010/2011 pada pokok baasan Gerak Lurus. Dengan jumla

Lebih terperinci

Riefka Aulia,Analisis Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat terhadap Kualitas Fisik...

Riefka Aulia,Analisis Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat terhadap Kualitas Fisik... Riefka Aulia,Analisis Pengetauan dan Masyarakat teradap Kualitas Fisik... 1 Analisis Pengetauan dan Masyarakat teradap Kualitas Fisik (Kekeruan, Bau, Rasa) dan Bakteriologis (coliform) Air Sumur Gali Analysis

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEKAMBUHAN GASTRITIS DI RUANGAN IV & IV RSU DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA. Eli Kurniasih, S.Pd. S.Kep. Ners.

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEKAMBUHAN GASTRITIS DI RUANGAN IV & IV RSU DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA. Eli Kurniasih, S.Pd. S.Kep. Ners. HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEKAMBUHAN GASTRITIS DI RUANGAN IV & IV RSU DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA Eli Kurniasi, S.Pd. S.Kep. Ners. MKM Program Studi D-III Keperawatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmlaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliyar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap

Lebih terperinci

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah zat di alam yang dalam kondisi normal di atas permukaan bumi ini berbentuk cair, akan membeku pada suhu di bawah nol derajat celcius dan mendidih pada suhu

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG Volume, Nomor, Tahun 0, Halaman 535-54 Online di http://ejournals.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia yang terus terjadi di suatu tempat tertentu biasanya daerah pemukiman padat penduduk, termasuk penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberian ASI eksklusif sejak hari pertama tidak selalu mudah karena banyak wanita menghadapi masalah dalam melakukannya. Keadaan yang sering terjadi pada hari

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN TENTANG SIKAP TENAGA KESEHATAN DENGAN KEPATUHAN IBU PERIKSA HAMIL DI PUSKESMAS I GROGOL SUKOHARJO

HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN TENTANG SIKAP TENAGA KESEHATAN DENGAN KEPATUHAN IBU PERIKSA HAMIL DI PUSKESMAS I GROGOL SUKOHARJO HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN TENTANG SIKAP TENAGA KESEHATAN DENGAN KEPATUHAN IBU PERIKSA HAMIL DI PUSKESMAS I GROGOL SUKOHARJO Ferry Yulianti* Winarsi Nur Ambarwati** Abstract Perception is processing organization,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Jakarta adalah salah satu industri

BAB IV HASIL PENELITIAN. PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Jakarta adalah salah satu industri BAB IV HASIL PENELITIAN PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Jakarta adala sala satu industri pembuatan obat obatan terkemuka di Indonesia dibawa naungan BUMN. Dalam proses produksinya PT Kimia Farma (Persero)

Lebih terperinci

Abstrak. : kepatuhan ibu, imunisasi bayi. Kata kunci

Abstrak. : kepatuhan ibu, imunisasi bayi. Kata kunci HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA BANDENGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DUKUH KOTA PEKALONGAN Hilda Prajayanti Ana Setyowati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas periode pertumbuhan (Golden Age Periode) dimana pada usia ini sangat baik untuk pertumbuhan otak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas dan mortalitas pada anak usia kurang dari dua tahun di seluruh dunia terutama di negara-negara berkembang,

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh: ELVYN LELYANA ROSI MARANTIKA Dibimbing oleh : 1. Dian Devita Yohanie, M. Pd 2. Ika Santia, M. Pd

JURNAL. Oleh: ELVYN LELYANA ROSI MARANTIKA Dibimbing oleh : 1. Dian Devita Yohanie, M. Pd 2. Ika Santia, M. Pd JURNAL PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN RESPON SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KUMON PADA MATERI PEMBAGIAN BENTUK ALJABAR KELAS VIII SMP NEGERI 8 KOTA KEDIRI PADA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Diare

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan suatu masalah yang mendunia. Seperti sebagian besar penyakit anak-anak lainnya, penyakit diare tersebut jauh lebih banyak dan sering terjadi di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

Lebih terperinci

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP PENGGUNAAN TABLET ZINC PADA BALITA PENDERITA DIARE DI PUSKESMAS S.PARMAN BANJARMASIN Chairunnisa 1 ; Noor Aisyah 2 ; Soraya 3 Diare merupakan salah satu masalah

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan sebagai salah satu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013 HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013 Marinawati¹,Marta²* ¹STIKes Prima Prodi Kebidanan ²STIKes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi (Notoatmodjo S, 2004). Salah satu penyakit infeksi pada balita adalah diare.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN DIARE BALITA PADA KELOMPOK MASYARAKAT YANG SUDAH MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DENGAN KELOMPOK MASYARAKAT YANG BELUM MEMILIKI JAMBAN KELUARGA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : Januariska

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 Nurjanatun Naimah 1, Istichomah 2, Meyliya Qudriani 3 D III Kebidanan Politeknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Tuladenggi adalah salah satu Kelurahan dari lima Kelurahan yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Kaliyoso terdapat di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah barat

Lebih terperinci

Ambarwati, et al, Verifikasi Desa ODF (Open Defecation Free) Pasca Pemicuan (Studi di Kelurahan...

Ambarwati, et al, Verifikasi Desa ODF (Open Defecation Free) Pasca Pemicuan (Studi di Kelurahan... Verifikasi Desa ODF (Open Defecation Free) Pasca Pemicuan (Studi Di Keluraan Banjar Sengon Kecamatan Patrang dan Desa Wringin Telu Kecamatan Puger Kabupaten jember) (Te Verification of Open Defecation

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara, tiga

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE I. PENDAHULUAN Hingga saat ini penyakit Diare maerupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia, hal dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Visi pembangunan kesehatan yaitu hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat diantaranya memiliki kemampuan hidup sehat, memiliki kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu: faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan. Keempat faktor tersebut saling

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca

BAB VI PEMBAHASAN. Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca BAB VI PEMBAHASAN Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca suplementasi seng. Kejadian diare berulang dapat merupakan suatu infeksi menetap dimana proses penyembuhan tidak berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan kualitas yang baik. Kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan kualitas yang baik. Kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumber kehidupan mutlak adalah ketersediaan air dengan jumlah dan kualitas yang baik. Kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air. Manusia hidup diatas kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan kehilangan cairan tubuh dalam 24 jam dengan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari (Word Health Organization, 2009). Gejala ini manifestasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk kemajuan suatu bangsa selain pendidikan dan ekonomi sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia,

Lebih terperinci

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM MENCUCI TANGAN PAKAI SABUN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 13-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari

Lebih terperinci

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Survei morbiditas

Lebih terperinci

Studi Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Pada Rumah Makan di Kota Makassar

Studi Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Pada Rumah Makan di Kota Makassar ISSN : 2443 1141 P E N E L I T I A N Studi Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Pada Rumah Makan di Kota Makassar Haderiah 1 *, Sulasmi 2, Novi 3 Abstract Rumah makan adalah suatu tempat umum dimana

Lebih terperinci

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Febriyani Bobihu, 811408025 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebersihan makanan dan minuman sangatlah penting karena berkaitan dengan kondisi tubuh manusia. Apabila makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak terjaga kebersihannya

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan BAB 5 : PEMBAHASAN 5.1 Analisis Univariat 5.1.1 Kejadian Diare pada Balita Hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari separoh responden (59,1%) mengalami kejadian diare. Beberapa penelitian terdahulu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adala penelitian komparasi. Kata komparasi dalam baasa inggris comparation yaitu perbandingan. Makna dari

Lebih terperinci

Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom

Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom PERENCANAAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONTINUOUS REVIEW (s,s) DAN METODE CONTINUOUS REVIEW (s,q) UNTUK MEMINIMASI TOTAL BIAYA PERSEDIAAN PADA PT. XYZ Selvia Dayanti 1, Ari

Lebih terperinci

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi : KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KELUARGA PASIEN TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA RUANG KELAS III INSTALASI RAWAT INAP TERPADU A DAN RAWAT INAP TERPADU B RUMAH SAKIT UMUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyebab kematian nomer dua di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyebab kematian nomer dua di dunia. Pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan penyebab kematian nomer dua di dunia. Pada tahun 1990, terdapat 12 juta kematian anak yang diakibatkan oleh diare. Kejadian diare tersebut mengalami

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : YESI FEBRIYANI J 201110201138

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina,

BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) (2009) diare adalah suatu keadaan buang air besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dengan frekuensi lebih dari tiga

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAHUNA TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Meityn D. Kasaluhe*, Ricky C. Sondakh*, Nancy S.H. Malonda** *Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh serta kelangsungan hidup. Dengan demikian menyediakan air

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh serta kelangsungan hidup. Dengan demikian menyediakan air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan vital manusia yang harus terpenuhi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak akan berjalan dan tidak dapat menjamin kesehatan tubuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Untuk pemenuhan kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Untuk pemenuhan kebutuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Untuk pemenuhan kebutuhan ini, manusia/masyarakat memiliki berbagai alternatif antara lain membeli dari perusahaan penyedia

Lebih terperinci

BAB III STRATIFIED CLUSTER SAMPLING

BAB III STRATIFIED CLUSTER SAMPLING BAB III STRATIFIED CUSTER SAMPING 3.1 Pengertian Stratified Cluster Sampling Proses memprediksi asil quick count sangat dipengarui ole pemilian sampel yang dilakukan dengan metode sampling tertentu. Sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan saja,

Lebih terperinci

UJI MPN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR SUMUR BERDASARKAN PERBEDAAN KONSTRUKSI SUMUR DI WILAYAH NAGRAK KABUPATEN CIAMIS

UJI MPN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR SUMUR BERDASARKAN PERBEDAAN KONSTRUKSI SUMUR DI WILAYAH NAGRAK KABUPATEN CIAMIS UJI MPN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR SUMUR BERDASARKAN PERBEDAAN KONSTRUKSI SUMUR DI WILAYAH NAGRAK KABUPATEN CIAMIS Anna Yuliana Program Studi S1Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24 DAFTAR TABEL Tabel 5.1 Persentase Analisis Univariat Masing-masing Variabel Berdasarkan Kepmenkes No.715 Tahun 2008 Penelitian di Universitas X (n=100)... 38 Tabel 5.2.1 Hubungan Sanitasi Kantin Dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN Endang Wahyuningsih, Sri Handayani ABSTRAK Latar Belakang Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare hingga menjadi salah satu penyebab timbulnya kesakitan dan kematian yang terjadi hampir di seluruh dunia serta pada semua kelompok usia dapat diserang oleh diare,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007),

BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007), BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang membutuhkan pertolongan segera, karena apabila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera maka

Lebih terperinci

Lina Sri Rahayu, Achmad Ramadhan, dan Najamuddin Laganing

Lina Sri Rahayu, Achmad Ramadhan, dan Najamuddin Laganing Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2 ISSN 2354-614X Meningkatkan Kemampuan Mengidentifikasi Hewan Berdasarkan Makanannya Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SDN Bumi Harapan Kecamatan

Lebih terperinci

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: )

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: ) ANALISIS HUBUNGAN DAN SANITASI DENGAN KEBERADAAN COLIFORM FECAL PADA HANDLE PINTU TOILET DI TEMPAT TEMPAT UMUM DI KOTA SEMARANG Purwita Sari *), Nurjazuli **), Sulistiyani *) *) Mahasiswa Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

Matematika dan Statistika

Matematika dan Statistika ISSN 4-6669 Volume 2, Juni 22 MAJALAH ILMIAH Matematika dan Statistika DITERBITKAN OLEH: JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIVERSITAS JEMBER Majala Ilmia Matematika dan Statistika Volume 2, Juni 22 PROFIL PENDERITA

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE SCRIPT

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE SCRIPT Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 01 UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE SCRIPT Sutarma 1), Jon Sabari ) 1) Pascasarjana, Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

2. ( ) Tidak lulus SD 3. ( ) Lulus SD 4. ( ) Lulus SLTP 5. ( ) Lulus SLTA 6. ( ) Lulus D3/S1

2. ( ) Tidak lulus SD 3. ( ) Lulus SD 4. ( ) Lulus SLTP 5. ( ) Lulus SLTA 6. ( ) Lulus D3/S1 105 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU IBU TENTANG PENANGANAN AWAL DIARE DALAM MENCEGAH TERJADINYA DEHIDRASI PADA BALITA DI KELURAHAN TEGAL SARI MANDALA III KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2012 I. Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial terjadi di seluruh negara di dunia, salah satunya adalah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial terjadi di seluruh negara di dunia, salah satunya adalah Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial terjadi di seluruh negara di dunia, salah satunya adalah Indonesia. Survei prevalensi yang dilakukan WHO di 55 rumah sakit dari 14 negara yang mewakili

Lebih terperinci

Universitas Bung Hatta. Universitas Negeri Padang

Universitas Bung Hatta. Universitas Negeri Padang UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PADA SISWA KELAS VII.3 SMPN 1 GUNUNG TALANG TAHUN 2012-2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia, selain kebutuhan sandang dan papan. Sandang dan papan menjadi kebutuhan pokok manusia karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi yang masih perlu diwaspadai menyerang balita adalah diare atau gastroenteritis. Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang, terutama di Indonesia baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangsungan Hidup anak ditunjukkan dengan Angka Kematian bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita Indonesia adalah tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan zat yang memiliki peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia.tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas anak di dunia. Kematian bayi dengan diare di negara berkembang sekitar 18% yang artinya lebih

Lebih terperinci

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE PENELITIAN PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE Andreas A.N*, Titi Astuti**, Siti Fatonah** Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal, ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah gangguan buang air besar/bab ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lendir(suraatmaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makanan adalah bahan yang biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, dimakan oleh mahluk hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan tumpuan bagi masa depan bangsa. Mereka merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan buang air besar, rasa tidak nyaman pada perianus dan inkontinensia

BAB I PENDAHULUAN. keinginan buang air besar, rasa tidak nyaman pada perianus dan inkontinensia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare ialah peningkatan massa tinja, frekuensi buang air besar, atau fluiditas (tingkat keenceran) tinja. Hal ini berarti pembentukan feses yang melebihi 250 gr/hari

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V/A DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS KARTU PADA PEMBELAJARAN IPS DI SD PT. BINTARA TANI NUSANTARA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V/A DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS KARTU PADA PEMBELAJARAN IPS DI SD PT. BINTARA TANI NUSANTARA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V/A DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS KARTU PADA PEMBELAJARAN IPS DI SD PT. BINTARA TANI NUSANTARA Abdul Hamid 1, Pebriyenni 1, Niniwati 1 1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM ISI ULANG PADA TINGKAT PRODUSEN DI KABUPATEN BADUNG

KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM ISI ULANG PADA TINGKAT PRODUSEN DI KABUPATEN BADUNG ECOTROPHIC 9 VOLUME (2) : 52-56 9 NOMOR 2 TAHUN 2015 ISSN : 1907-5626 KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM ISI ULANG PADA TINGKAT PRODUSEN DI KABUPATEN BADUNG Made Partiana 1*), Made Sudiana Mahendra 2), Wayan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala Pendidikan merupakan sala satu kebutuan manusia yang penting untuk mengembangkan diri dalam keidupan bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan terbagi atas pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang terutama di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan untuk memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman diperlukan peraturan dalam memproses makanan dan pencegahan terjadinya food borne disease. Selain itu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tuladenggi Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tuladenggi Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo Tahun 2014. Waktu penelitian ini pada bulan Januari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah materi essensial didalam kehidupan. Tidak satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG Volume 1, Nomor 2, Tahun 212, Halaman 147-153 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG * ) Alumnus FKM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia hingga saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan makin meningkatnya angka kesakitan diare

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bagian ini berisi hasil dari pengumpulan data yang telah dilaksanakan selama dua minggu mulai tanggal 21 Mey sampai dengan 4 Juni 2013,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan masyarakat, dimana kualitas kondisi lingkungan yang buruk akan menimbulkan berbagai gangguan pada kesehatan

Lebih terperinci