STATISTIKA II (BAGIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STATISTIKA II (BAGIAN"

Transkripsi

1 STATISTIKA II (BAGIAN - ) Oleh : WIJAYA zeamays_hibrida@yahoo.com FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 008 Wijaya : Statistika II (Bagian-) 0

2 VI. PENGUJIAN HIPOTESIS Hipotesis merupakan dugaan mengenai suatu hal; atau hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah. Jika dugaan itu dikhususkan mengenai populasi (parameternya), maka hipotesis itu disebut Hipotesis Statistik. Hipotesis Statistik adalah pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. Setiap hipotesis bisa benar atau salah, sehingga perlu diuji dengan suatu penelitian untuk diterima atau ditolak. Penerimaan suatu hipotesis statistik merupakan akibat tidak cukupnya bukti untuk menolaknya, dan tidak berimplikasi bahwa hipotesis itu pasti benar. Langkah atau prosedur untuk menentukan apakah menerima atau menolak hipotesis disebut Pengujian Hipotesis. Dalam pengujian hipotesis terdapat kekeliruan (galat), yaitu : Keadaan Sebenarnya Kesimpulan H 0 Benar H 0 Salah Terima Hipotesis Benar Galat Jenis II ( β ) Tolak Hipotesis Galat Jenis I ( α ) Benar Nilai α disebut Taraf Nyata, jika α diperkecil maka β semakin besar. Nilai α biasanya 0,05 (5%) atau 0,01 (1%). Jika α = 0,05 artinya 5 dari tiap 100 kesimpulan kita akan menolak hipotesis yang seharusnya diterima. Harga (1 β) disebut Kuasa (Kekuatan) Uji. Hipotesis Nol (H 0 ) adalah hipotesis yang dirumuskan dengan harapan akan ditolak. Lawan H 0 adalah H 1 atau Hipotesis Alternatif. Wijaya : Statistika II (Bagian-) 1

3 Teladan 6.1 : Di suatu kota proporsi penduduk dewasa lulusan Perguruan Tinggi (PT) diduga sebesar p = 0,3. Untuk menguji hipotesis ini diambil contoh acak 15 orang dewasa. Bila diantara 15 orang terdapat sampai 7 orang lulusan PT, kita akan menerima hipotesis nol bahwa p = 0,3, selainnya akan disimpulkan p 0,3. a. Hitung α bila diasumsikan p = 0,3. b. Hitung β bagi H 1 bila p = 0, dan p = 0,4 a. p = 0,3 nilai α = 1 p ( x 7) = 1 [ p (x 7) p ( x 1) ] 7 1 α = 1 [ b(x; 15, 0,3) b(x; 15, 0,3) ] 0 0 = 1 (0,9500 0,0353) = 0,0853 b. p = 0, nilai β = 1 p ( x 7) = 1 [ p (x 7) p ( x 1) ] 7 1 β = 1 [ b(x; 15, 0,) b(x; 15, 0,) ] 0 0 = 1 (0,9958 0,1671) = 0,887 p = 0,4 nilai β = 1 p ( x 7) = 1 [ p (x 7) p ( x 1) ] 7 1 β = 1 [ b(x; 15, 0,4) b(x; 15, 0,4) ] 0 0 = 1 (0,7869 0,005) = 0,7817 Teladan 6. : Sebuah contoh acak 400 orang ditanyai apakah mereka setuju dengan kenaikan pajak penjualan bensin 4% untuk menambah dana perbaikan jalan. Bila lebih dari 0 tetapi kurang dari 60 orang setuju, maka disimpulkan bahwa 60% orang setuju. a. Hitung α jika 60% setuju kenaikan pajak tersebut. b. Hitung β jika sesungguhnya hanya 48% yang setuju kenaikan tersebut. Wijaya : Statistika II (Bagian-)

4 Data diskrit, n cukup besar dan p dekat ke 0,5 jadi digunakan pendekatan normal ke binom. a. n = 400 p = 0,6 q = 0,4 μ = np = 40 dan σ = npq = 9,8 z 1 = (0,5 40) / (9,8) = 1,99 atau p (z 1 ) = 0,033 z = (59,5 40) / (9,8) = 1,99 atau p (z ) = 0,9767 p (0 < x < 60) = p (z 1 < z < z ) = 0,9767 0,033 = 0,9534 nilai α = 1 0,9534 = 0,0466 b. n = 400 p = 0,48 q = 0,5 μ = np = 19 dan σ = npq = 9,99 p (0 < x < 60) = p (,85 < z < 6,76 ) = 1 0,9978 = 0,00 Nilai β = 0,00 Teladan 6. 3 : Sebuah mesin minuman ringan diatur sehingga volume minuman yang dikeluarkannya menghampiri normal dengan rata rata 00 ml dan simpangan bakunya 15 ml. Setiap periode tertentu mesin itu diperiksa dengan cara mengambil 9 contoh acak kemudian dihitung isi rata ratanya. Bila rata ratanya jatuh diantara 191 < x < 09, mesin dianggap baik, bila tidak demikian disimpulkan bahwa μ 00 ml. a. Hitung α jika μ = 00 ml. b. Hitung β jika μ = 15 ml. Data kontinyu; sebaran penarikan contoh ; σ diketahui (sebaran z). a. n = 9 μ = 00 dan σ = 15 σ x = σ / n = 15 / 9 = 5 α = 1 p (191 < x < 09) = 1 p ( 1,8 < z < 1,8 ) α = 1 ( 0,9641 0,0359) = 0,0718 nilai á = 1 0,9534 = 0,0466 b. β = p (191 < x < 09) = p ( 4,8 < z < 1, ) = 0, = 0,1151 Wijaya : Statistika II (Bagian-) 3

5 Pada Teladan 6.3, untuk 191 < x < 09 jika nilai μ ditentukan, maka peluang β dan nilai (1 β) dapat dihitung. Misalnya nilai μ sebagai berikut : μ β 0,0808 0,743 0,5790 0,8366 0,98 0,8366 0,5790 0,743 0,0808 (1 β) 0,919 0,753 0,410 0,1634 0,0718 0,1634 0,410 0,753 0, , 8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0, 0,1 0 0, (1 β) β Kurva β disebut Kurva Ciri Operasi atau Kurva Ciri Kerja, sedangkan Kurva (1 β) disebut Fungsi Kuasa. Teknik dalam Pengujian Hipotesis : Uji Dua Pihak : H 0 : θ = θ 0 H 1 : θ θ 0 Uji Satu Pihak (Pihak Kiri) : α H 0 : θ = θ 0 H 1 : θ < θ 0 Uji Satu Pihak (Pihak Kanan) : α H 0 : θ = θ 0 H 1 : θ > θ 0 Wijaya : Statistika II (Bagian-) 4

6 Penggunaan jenis distribusi (rumus) dalam Pengujian Hipotesis sama dengan Pendugaan Parameter sebaran penarikan contoh. 6.1 Pengujian Rata rata (a) Jika σ diketahui atau n 30 : x μ z = σ / n (b) Jika σ tidak diketahui dan n < 30 : x μ t = s / n Teladan 6.4 : Sebuah perusahaan alat olah raga mengembangkan jenis batang pancing sintetik dengan rata rata kekuatan 8 kg dan simpangan baku 0,5 kg. Suatu contoh acak 50 batang pancing diuji ternyata kekuatannya rata rata 7,8 kg. Ujilah pada taraf nyata 0,01 pernyataan perusahaan tersebut dapat diterima. H 0 : μ = 8 lawan H 1 : μ 8 Jadi merupakan uji dua pihak. Uji Statistik : z 3. Taraf Nyata α = 1% atau z α/ = z 0,005 =, Wilayah Kritik : z <,575 atau z >,575 x = 7,8 n = 50 σ = 0,5 σ/ n = 0,5 / 50 = 0,07 z = (x μ ) / (σ/ n) z = (7,8 8) / (0,07) =,83,575,575 Wijaya : Statistika II (Bagian-) 5

7 6. Kesimpulan : Karena z < z 0,005, maka Tolak H 0 artinya rata- rata kekuatan batang pancing tersebut tidak sama dengan 8 kg, tetapi kurang dari 8 kg. Teladan 6.5 : Seorang peneliti senior menyatakan bahwa rata rata pendapatan per bulan keluarga di kota A sebesar Rp ,. Suatu contoh acak berukuran 5 diambil dan diperoleh rata rata pendapatannya Rp , dengan simpangan baku Rp ,. Ujilah pada taraf nyata 0,05 apakah benar pernyataan peneliti senior tersebut bahwa rata rata pendapatan keluarga di kota A sebesar Rp , H 0 : μ = lawan H 1 : μ Jadi merupakan uji dua pihak.. Uji Statistik : t 3. Taraf Nyata α = 0,05 atau t α/ (n 1) = t 0,05 (4) =, Wilayah Kritik : t <,064 atau t >,064 x = n = 5 s = s/ n = / 5 = t = (x μ ) / (s/ n) t = ( ) / (0.000) = 5,064, Kesimpulan : Karena t < t 0,05(4), maka Tolak H 0 artinya rata- rata pendapatan keluarga tersebut kurang dari Rp ,-. Cara lain : (Pengujian dalam bentuk selang kepercayaan) Selang Kepercayaannya : x t α/. s/ n < μ < x + t α/. s/ n (,064)(0.000) < μ < (,064)(0.000) < μ < Karena selang kepercayaan 95% bagi rata rata μ tidak mencakup nilai Rp Wijaya : Statistika II (Bagian-) 6

8 , maka kita tolak pernyataan peneliti senior tersebut. 6. Pengujian Selisih Rata rata (a) Jika σ 1 dan σ diketahui atau n 30 : x 1 x z = (σ 1 / n 1 ) + (σ / n ) (b) Jika σ 1 dan σ tidak diketahui dan n < 30 : 1. σ 1 = σ, maka : x 1 x t = s g (1/ n 1 ) + (1/ n ) (n 1 1) s 1 + (n 1) s s g = n 1 + n. σ 1 σ, maka : x 1 x t = (s 1 / n 1 ) + (s / n ) Nilai t dibandingkan dengan t sebagai t tabel, dimana : (w 1 t 1 + w t ) t = ( w 1 + w ) w 1 = (s 1 / n 1 ) ; w = (s 1 / n 1 ) ; t 1 = t α/(n1 1) ; t = t α/(n 1) Wijaya : Statistika II (Bagian-) 7

9 Teladan 6.6 : Sebuah perusahaan memproduksi macam lampu pijar A dan B. Misal umur lampu pijar tersebut menyebar normal dengan simpangan baku masing masing 80 dan 90 jam. Contoh acak masing masing berukuran 50 diuji dan didapat rata rata umurnya sebesar 18 jam dan 108 jam. Ujilah pada taraf nyata 5%, apakah rata rata umur lampu pijar A lebih lama dari B. H 0 : μ A = μ B lawan H 1 : μ A > μ B ( uji pihak kanan).. Uji Statistik : z 3. Taraf Nyata α = 0,05 atau z α = z 0,05 = 1, Wilayah Kritik : z > 1,645 n 1 = n = 50 σ 1 = 80 σ = 90 x 1 = 18 x = 108 x 1 x = 74 σ x1 x = (σ 1 / n 1 ) + (σ / n ) = (80 / 50) + (90 / 50) = 17,31 z = (x 1 x ) / ( (σ 1 / n 1 ) + (σ /n ) z = (74) / (17,31) = 4,4 z 0,05 = 1, Kesimpulan : Karena z > z 0,05, maka Tolak H 0 artinya rata- rata umur lampu pijar A lebih lama dari lampu pijar B. Teladan 6.7 : Dua jenis tambang ingin dibandingkan kekuatannya, untuk itu 50 potong tambang dari setiap jenis diuji dalam kondisi yang sama. Jenis A mempunyai kekuatan rata rata 78,3 kg dengan simpangan baku 5,6 kg, sedangkan B rata ratanya 87, kg dengan simpangan baku 6,3 kg. Uji pada taraf nyata 5% apakah rata rata kekuatan tambang A lebih kecil dari B. Wijaya : Statistika II (Bagian-) 8

10 H 0 : μ A = μ B lawan H 1 : μ A < μ B ( uji pihak kiri).. Uji Statistik : z 3. Taraf Nyata α = 0,05 atau z α = z 0,05 = 1, Wilayah Kritik : z < 1,645 n 1 = n = 50 x 1 = 78,3 s 1 = 5,6 x = 87, s = 6,3 x 1 x = 8,9 s x1 x = (s 1 / n 1 ) + (s / n ) = (5,6) / 50 + (6,3) / 50 = 1,19 z 0,05 = 1,645 z = (x 1 x )/ ( (s 1 / n 1 ) + (s / n ) z = ( 8,9) / (1,19) = 7,48 6. Kesimpulan : Karena z < z 0,05, maka Tolak H 0 artinya rata- rata kekuatan tambang A lebih kecil dari tambang B. Teladan 6.8 : Pelajaran matematika diberikan kepada 1 siswa kelas A dengan metode pengajaran biasa, dan 10 siswa kelas B dengan metode pengajaran menggunakan bahan terprogram. Hasil ujian kelas A rata ratanya 85 dengan simpangan baku 4, kelas B rata ratanya 81 dengan simpangan baku 5. Ujilah pada taraf nyata 10% apakah rata rata populasi bagi nilai ujian kedua metode tersebut sama. H 0 : μ A = μ B lawan H 1 : μ A μ B ( uji dua pihak).. Uji Statistik : t 3. Taraf Nyata α = 0,10 atau t α/(n1+n-) = t 0,05(0) = 1,75 4. Wilayah Kritik : t < 1,75 atau t > 1,75 Wijaya : Statistika II (Bagian-) 9

11 n 1 = 1 x 1 = 85 s 1 = 4 n = 10 x = 81 s = 5 (x 1 x ) = 4 dan s g = [(n 1 1) s 1 + (n 1) s ]/ (n 1 + n ) s g = [11(16) + 9(5)]/ (10+1 ) = 4,478 t = (x 1 x )/ (s g (1/n 1 + 1/n ) t = (4) / (1,9) =,08 6. Kesimpulan : Karena t > t 0,05(0), maka Tolak H 0 artinya rata- rata nilai matematika kedua metode tidak sama. Teladan 6.9 : Masa putar film yang diproduksi oleh perusahaan film adalah : Masa Putar (menit) Perusahaan I Perusahaan II Ujilah pada taraf nyata 5% apakah rata rata masa putar film kedua perusahaan tersebut sama, bila diasumsikan kedua ragam populasi tersebut tidak sama. H 0 : μ A = μ B lawan H 1 : μ A μ B ( uji dua pihak).. Uji Statistik : t 3. Taraf Nyata α = 0,05 4. Wilayah Kritik : t < t α/(v) atau t > t α/(v) Cara I : n 1 = 7 x 1 = 110,7 s 1 = 1035,9 n = 5 x = 98,4 s = 76,3 derajat bebas untuk t α/ atau t 0,05 adalah : (s 1 / n 1 + s / n ) v = [(s 1 /n 1 ) / (n 1 1)] + [(s /n ) / (n 1)] Wijaya : Statistika II (Bagian-) 10

12 [ (1035,9 / 7) + (76,3 / 5) ] v = = 7,19 = 7 [ (1035,9 / 7) / (4)] + [(76,3 / 5) / (6) ] jadi t 0,05 (7) =,365 dan ( x x 1 )= 1,3 [(s 1 / n 1 ) + (s / n )] = [(1035,9)/(7) + (76,3)/(5)] = 1,78 t = (x 1 x )/ [(s 1 / n 1 ) + (s / n )] = (1,3) / (1,78) = 0, Kesimpulan : Karena t < t 0,05(7), maka Terima H 0 artinya rata-rata masa putar film kedua perusahaan tidak berbeda nyata. Cara lain menentukan t α/(v) = t bagi σ 1 σ (tidak diketahui) t α/(v) = t = (w 1 t 1 + w t ) / ( w 1 + w ) w 1 = (s 1 / n 1 ) = (1035,9) / (7) = 147,99 w = (s / n ) = (76,3) / (5) = 15,6 t 1 = t α/(n1 1) = t 0,05 (7 1) =,447 t = t α/(n 1) =t 0,05 (5 1) =,776 t α/(v) = t = (w 1 t 1 + w t ) / (w 1 + w ) =,478 Karena t = 0,964 < t =,478 maka Terima Ho, artinya rata rata masa putar film kedua perusahaan tersebut sama. 6.3 Pengujian Rata rata Pengamatan Berpasangan d t = s d / n db t = (n 1) Teladan 6.10 : Pelatihan manajemen agribisnis kepada 100 petani andalan agar mampu mengembangkan usahataninya. Setelah beberapa waktu, 6 orang diantara 100 petani andalan tersebut diselidiki keuntungan yang mereka peroleh sebelum dan Wijaya : Statistika II (Bagian-) 11

13 sesudah pelatihan, datanya adalah sebagai berikut : Petani Sebelum Dilatih Juta rupiah Sesudah Dilatih Juta rupiah Ujilah pada taraf nyata 5% apakah pelatihan agribisnis dapat meningkatkan keuntungan petani. H 0 : μ A = μ B lawan H 1 : μ A > μ B ( uji pihak kanan).. Uji Statistik : t 3. Taraf Nyata α = 0,05 atau t α/(n 1) = t 0,05(5) =,0 4. Wilayah Kritik : t <,0 atau t >,0 Sebelum Dilatih Sesudah Dilatih Beda (d) n = 6 d = 57 d = 635 d = 9,5 s d = 4,3 s d / n = 1,76 t = d / s d / n t = (9,5) / (1,76) = 5,4 6. Kesimpulan : Karena t > t 0,05(5), maka Tolak H 0 artinya rata- rata pendapatan petani setelah dilatih lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum dilatih. Ukuran Contoh untuk Pengujian Rata rata (μ ) Misal ingin menguji bahwa H 0 : μ = μ 0 lawan H 1 : μ = μ 0 + δ, δ bisa (+) bisa ( ). Bila peluang galat I dan II adalah α dan β, dan contoh diambil dari populasi yang menghampiri normal dengan ragam (σ ) yang diketahui, maka ukuran contoh yang diperlukan adalah : n = (z α + z β ) σ / (δ ) Wijaya : Statistika II (Bagian-) 1

14 Teladan 6.11 : Misal ingin H 0 : μ = 68 lawan H 1 : μ = 69 bagi populasi normal dengan σ = 5. Bila α dan β keduanya 0,05 maka ukuran contoh yang diperlukan adalah : n = (z α + z β ) σ / (δ ) = ( 1,645 1,645) (5) / (1) = 71 Ukuran Contoh untuk Pengujian Selisih Rata rata H 0 : μ 1 μ = d 0 lawan H 1 : μ 1 μ = d 0 + δ n = (z α + z β ) (σ 1 + σ ) / (δ ) Teladan 6.1 : Dua contoh bebas akan diambil dari populasi normal dengan σ 1 = 80 dan σ = 100. Untuk menguji H 0 : μ 1 μ = 50 lawan H 1 : μ 1 μ = 55. Bila α = 0,05 dan β = 0,01 maka ukuran contoh masing masing yang diperlukan adalah : n = (z α + z β ) (σ 1 + σ ) / (δ ) = ( 1,645,33) ( ) / (5) = Pengujian Proporsi a. n 100 : b. n < 100 : x/n p z = pq / n x/n p t = pq / n Teladan 6.13 : Pengelola restoran menyatakan bahwa minimal 30% pengunjung restoran setiap hari minggu menyukai makanan laut. Contoh acak 500 orang yang makan siang di hari minggu terdapat 160 orang yang suka makanan laut. Ujilah pada taraf nyata 5% apakah pernyataan pengelola restoran tersebut dapat diterima. H 0 : p = 0,3 lawan H 1 : p 0,3 (uji dua pihak).. Uji Statistik : z 3. Taraf Nyata α = 0,05 atau z α/ = z 0,05 = 1,96 4. Wilayah Kritik : z < 1,96 atau z > 1,96 Wijaya : Statistika II (Bagian-) 13

15 p = 0,3 q = 0,7 x/n = 160/500 = 0,3 z = (x/n p) / (pq/n) z = (0,3 0,3) / (0,1/500) = 1,00 6. Kesimpulan : Karena z < z 0,05, maka Terima H 0 artinya proporsi yang suka makanan laut memang benar 30 %. 6.5 Pengujian Selisih Proporsi x 1 /n 1 x /n z = pq (1/ n 1 + 1/ n ) x 1 + x p = n 1 + n q = 1 p Teladan 6.14 : Suatu studi dilakukan untuk menguji apakah ada perbedaan proporsi yang nyata dari penduduk suatu kota dan penduduk di sekitar kota tersebut yang menyetujui pembangkit listrik tenaga nuklir. Bila 100 diantara 000 penduduk kota dan 400 diantara 5000 penduduk di sekitar kota yang diwawancarai menyetujui pembangunan apakah dapat dikatakan bahwa proporsi penduduk kota yang setuju lebih besar dari penduduk sekitar kota (gunakan taraf nyata 5%). H 0 : p 1 = p lawan H 1 : p 1 > p (uji pihak kanan).. Uji Statistik : z 3. Taraf Nyata α = 0,05 atau z α = z 0,05 = 1, Wilayah Kritik : z > 1,645 n 1 = 000 n = 5000 x 1 = 100 x = 400 x 1 / n 1 = 0,60 x / n = 0,48 p = 3600/7000 = 0,51 q = 0,49 pq = 0,5 Wijaya : Statistika II (Bagian-) 14

16 z = (x 1 /n 1 x /n ) / pq (1/n 1 + 1/n ) z = (0,60 0,48)/ 0,5 (1/ /000) z = (0,1) / (0,013) = 9,3 6. Kesimpulan : Karena z > z 0,05, maka Tolak H 0 artinya proporsi penduduk yang setuju di kota lebih besar dari penduduk sekitar kota. Masalah dalam pengujian selisih proporsi akan ditemui apabila sampel yang diambil ukurannya semakin kecil, misalnya jika : 1. n 1 = 00 n = 500 x 1 = 10 x = 40 x 1 /n 1 = 0,60 x /n = 0,48 p = 360/700 = 0,51 q = 0,49 pq = 0,5 z = (0,60 0,48) / 0,5 (1/ /00) = (0,1)/(0,04) =,86 (z =,86 ) > (z 0,05 = 1,645). n 1 = 0 n = 50 x 1 = 1 x = 4 x 1 /n 1 = 0,60 x /n = 0,48 p = 36/70 = 0,51 q = 0,49 pq = 0,5 z = (0,60 0,48) / 0,5 (1/50 + 1/0) = (0,1)/(0,13) = 0,9 (z = 0,9) < (z 0,05 = 1,645) 3. atau karena n < 100, maka digunakan sebaran t student, hasilnya : n 1 = 0 n = 50 x 1 = 1 x = 4 x 1 /n 1 = 0,60 x /n = 0,48 p = 36/70 = 0,51 q = 0,49 pq = 0,5 t = (0,60 0,48) / 0,5 (1/50 + 1/0) = (0,1)/(0,13) = 0,9 (t = 0,9) < (t 0,05 (68) = 1,645) Jadi apabila ukuran sampel semakin kecil (N < 100) maka H 0 cenderung diterima. Teladan 6.15 : Seorang ahli genetika tertarik pada populasi laki laki dan perempuan dalam populasi yang mengidap kelainan darah tertentu. Dari contoh 100 laki laki terdapat 4 yang mengidap kelainan darah dan 100 perempuan terdapat 13 yang mengidap kelainan. Ujilah pada taraf nyata 1% apakah proporsi yang mengidap kelainan darah pada laki laki sama dengan perempuan. Wijaya : Statistika II (Bagian-) 15

17 H 0 : p 1 = p lawan H 1 : p 1 p (uji dua pihak).. Uji Statistik : z 3. Taraf Nyata α = 0,01 atau z α/ = z 0,005 =, Wilayah Kritik : z <,575 atau z >,575 n 1 = 100 n = 100 x 1 = 4 x = 13 x 1 /n 1 = 0,4 x /n = 0,13 p = 37/00 = 0,185 q = 0,815 pq = 0,15 z = (x 1 /n 1 x /n ) / pq (1/n 1 + 1/n ) z = (0,4 0,13) / 0,15 (1/ /100) z = (0,11) / (0,039) =,8 6. Kesimpulan : Karena z > z 0,005, maka Tolak H 0 artinya proporsi kelainan darah pada laki-laki tidak sama dengan perempuan. 6.6 Pengujian Ragam (a) Satu Ragam : H 0 : σ = σ 0 H 1 : σ σ 0 atau σ > σ 0 atau σ < σ 0 (n 1) s χ = σ 0 (b) Kesamaan Dua Ragam : H 0 : σ 1 = σ H 1 : σ 1 σ atau σ 1 > σ atau σ 1 < σ s 1 F = v 1 = n 1 1 dan v = n 1 s Wijaya : Statistika II (Bagian-) 16

18 Teladan 6.16 : Pengelola perusahaan aki mobil mengatakan bahwa umur aki yang diproduksinya mempunyai simpangan baku 0,9 tahun. Bila suatu contoh acak 10 aki menghasilkan simpangan baku 1, tahun. Ujilah pada taraf nyata 0,05 apakah : a. Pernyataan perusahaan dapat diterima bahwa σ = 0,9 b. Menurut saudara σ > 0,9 Jawab (a) : H 0 : σ = 0,81 lawan H 1 : σ 0,81 (uji dua pihak).. Uji Statistik : χ 3. Taraf Nyata α = 0,05 4. Wilayah Kritik : χ < χ (1 α/)(n 1) atau χ > χ α/(n 1) Untuk α = 5% didapat χ α/(n 1) = χ = 19,03 dan 0,05 (9) χ (1 α/) (n 1) = χ =,7 0,975 (9) χ = (n 1) s / σ 0 χ = (10 1)(1,44) / (0,9) χ = 16,0 χ (1 α/)(9) =,7 χ α/(9) = 19,03 6. Kesimpulan : Karena χ 0,975(9) < χ < χ 0,05(9), maka Terima H 0 artinya benar bahwa umur aki mempunyai σ = 0,9. Jawab (b) : H 0 : σ = 0,81 lawan H 1 : σ > 0,81 (uji pihak kanan).. Uji Statistik : χ 3. Taraf Nyata α = 0,05 4. Wilayah Kritik : χ > χ α/(n 1) Wijaya : Statistika II (Bagian-) 17

19 Untuk α = 5% didapat χ α/(n 1) = χ 0,05(9) = 16,919 χ = (n 1) s / σ 0 = (10 1)(1,44) / (0,9) = 16,0 6. Kesimpulan : Karena χ < χ 0,05(9), maka Terima H 0 artinya benar bahwa umur aki mempunyai σ = 0,9. Teladan 6.17 : Pelajaran matematika diberikan kepada 1 siswa kelas A dengan metode pengajaran biasa, dan 10 siswa kelas B dengan metode pengajaran menggunakan bahan terprogram. Hasil ujian kelas A rata ratanya 85 dengan simpangan baku 4, kelas B rata ratanya 81 dengan simpangan baku 5. Asumsi kedua populasi mempunyai ragam yang sama tetapi tidak diketahui apakah dapat diterima? Ujilah pada taraf nyata 0,10. H 0 : σ 1 = σ lawan H 1 : σ 1 σ (uji dua pihak).. Uji Statistik : F 3. Taraf Nyata α = 0,10 4. Wilayah Kritik : F < 1/F α/ (v, v1) atau F > F α/ (v1, v) n 1 = 1 x 1 = 85 s 1 = 4 n = 10 x = 81 s = 5 Untuk α = 10% didapat 1/F α/(v, v1) = 1/F 0,05 (9, 11) = 0,34 dan F α/(v1, ϖ) = F 0,05(11, 9) = 3,11 F = s 1 / s = (16) / (5) = 0,64 6. Kesimpulan : Karena 1/F α/(v, v1) < F < F α/(v1, v) maka Terima H 0 artinya kedua populasi mempunyai ragam yang sama. Wijaya : Statistika II (Bagian-) 18

20 Teladan 6.18 : Masa putar film yang diproduksi oleh perusahaan film adalah : Masa Putar (menit) Perusahaan I Perusahaan II Ujilah pada taraf nyata 10% apakah kedua populasi mempunyai ragam yang sama. H 0 : σ 1 = σ lawan H 1 : σ 1 σ (uji dua pihak).. Uji Statistik : F 3. Taraf Nyata α = 0,10 4. Wilayah Kritik : F < 1/F α/ (v, v1) atau F > F α/ (v1, v) n 1 = 5 x 1 = 98,4 s 1 = 76,3 n = 7 x = 110,7 s = 1035,9 Untuk α = 10% didapat 1/F α/ (v, v1) = 1/F 0,05 (6, 4) = 0, dan F α/ (v1, v) = F 0,05 (4, 6) = 4,53 F = s 1 / s = (76,73) / (1035,9) = 0, Kesimpulan : Karena 1/F α/ (v, v1) < F < F α/ (v1, v) maka Tolak H 0 artinya kedua populasi mempunyai ragam yang tidak sama. 6.7 Pengujian Kesamaan Beberapa Rata rata H 0 : μ 1 = μ = = μ n H 1 : Paling sedikit ada satu tanda = tidak berlaku Uji Statistik yang digunakan adalah : s 1 F = v 1 = n 1 1 dan v = n 1 s Wijaya : Statistika II (Bagian-) 19

21 Teladan 6.19 : Untuk data penurunan bobot badan (kg) pada 4 metode diet, ujilah pada taraf nyata 0,05 apakah rata rata penurunan bobot badan keempat metode diet itu sama. Metode Diet Nomor A B C D 1 1, 1,4 0,7 1,0,0 1,5 1,6 0,9 3,1 1,0 1,6 1,4 4 1,0 1,9 1,4 1,6 5 1,7, 1,7 1,1 Jumlah 8,0 8,0 7,0 6,0 9,0 Rta rata 1,6 1,6 1,4 1, H 0 : μ 1 = μ = = μ n H 1 : Paling sedikit ada satu tanda = tidak berlaku. Uji Statistik : F 3. Taraf Nyata α = 0,05 4. Wilayah Kritik : F > F α (v1, v) a. Faktor Koreksi (FK) = (9) : 0 = 4,05 b. Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) = (8, ,0 ) / 5 FK = 0,55 c. Jumlah Kuadrat Total (JKT) = (1, + + 1,1 ) FK = 3,35 d. Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JKT JKP = 3,35 0,55 =,80 e. Derajat Bebas (db) Total = n 1 = 0 1 = 19 f. Derajat Bebas (db) Perlakuan = k 1 = 4 1 = 3 g. Derajat Bebas (db) Galat = db Total db Perlakuan = 19 3 = 16 h. Kuadrat Tengah (KT) Perlakuan = JK Perlakuan : db Perlakuan i. Kuadrat Tengah (KT) Galat = JK Galat : db Galat Wijaya : Statistika II (Bagian-) 0

22 j. F = (s 1 ) / (s ) = (0,183) / (0,175) = 1,05 Daftar Sidik Ragam : No. Sumber Variasi db JK KT F F 0,05 1 Metode Diet 3 0,55 0,183 1,05 3,4 Galat 16,80 0,175 Total 19 3,35 6. Kesimpulan : Karena F < F 0,05, maka Terima H 0 artinya penurunan bobot badan pada keempat metode diet itu sama besar. 6.8 Pengujian Kesamaan Beberapa Proporsi (Data Multinom) H 0 : p 1 = p = = p n H 1 : Paling sedikit ada satu tanda = tidak berlaku (o i e i ) χ = db χ = (b 1)(k 1) e i dimana b = banyaknya baris dan k = banyaknya kolom. Untuk tabel kontingensi x, berarti db χ = (b 1)(k 1) = 1 perlu dilakukan koreksi Yate bagi kekontinyuan (karena data asal bersifat diskrit) yaitu : [ (o i e i ) 0,5 ] χ = e i Bila frekuensi harapan (e i ) antara 5 dan 10, maka koreksi Yates harus dipakai. Bila frekuensi harapan (e i ) besar, maka χ χ terkoreksi. Bila frekuensi harapan (e i ) kurang dari 5, maka dipakai Uji Pasti Fisher Irwin, oleh karena itu sebaiknya digunakan ukuran contoh yang besar. Teladan 6.0 : Data berikut menunjukkan banyaknya produk yang cacat pada 3 macam waktu kerja. Ujilah pada taraf nyata 0,05 apakah produk yang cacat mempunyai Wijaya : Statistika II (Bagian-) 1

23 proporsi sama untuk ketiga waktu kerja tersebut. Pagi Siang Malam Jumlah Cacat Baik Jumlah H 0 : p 1 = p = = p n H 1 : Paling sedikit ada satu tanda = tidak berlaku. Uji Statistik : χ 3. Taraf Nyata α = 0,05 4. Wilayah Kritik : χ > χ α(b 1) (k 1) Untuk α = 0,05 didapat χ α(b 1) (k 1) = χ = 19,03 0,05 () Pagi Siang Malam O i E i O i E i O i E i Cacat 45 57, , ,3 170 Baik , , ,7 665 Jumlah (o i e i ) χ = e i (45 57 ) ( ) ( ,7) χ = = 6,88 (57) (893) (883,7) 6. Kesimpulan : Karena χ < χ 0,05(), maka Terima H 0 artinya proporsi produk cacat yang dihasilkan pada ketiga macam waktu kerja adalah sama. Wijaya : Statistika II (Bagian-)

24 Teladan 6.1 : Tiga penyalur mixed nut mengiklankan bahwa produknya mengandung sebanyak banyaknya 60% kacang. Bila sebuah kaleng berisi 500 mixed nut diambil secara acak dari masing masing penyalur ternyata mengandung berturut turut 345 ; 319 dan 359 kacang. Simpulkan pada taraf nyata 0,01 apakah proporsi kacang mixed nut dari ketiga penyalur tersebut sama. Penyalur I Penyalur II Penyalur III Jumlah Berkacang Tidak Jumlah H 0 : p 1 = p = = p n H 1 : Paling sedikit ada satu tanda = tidak berlaku. Uji Statistik : χ 3. Taraf Nyata α = 0,01 4. Wilayah Kritik : χ > χ α(b 1) (k 1) Untuk α = 0,01 didapat χ α(b 1) (k 1) = χ 0,01() = 9,1 Penyalur I Penyalur II Penyalur III O i E i O i E i O i E i Berkacang Tidak Jumlah ( ) ( ) ( ) χ = = 10,19 (339) (339) (161) 6. Kesimpulan : Karena χ < χ 0,01(), maka Tolak H 0 artinya proporsi kacang pada mixed nut dari ketiga penyalur berbeda. Wijaya : Statistika II (Bagian-) 3

25 Teladan 6. : Hasil penelitian untuk mengetahui proporsi ibu rumah tangga yang suka acara Sinetron TV diperoleh 9 diantara 150 ibu rumah tangga di daerah A, 48 diantara 00 di daerah B dan 35 diantara 150 di daerah C suka acara tersebut. Simpulkan pada taraf nyata 0,05 apakah tidak ada perbedaan proporsi ibu rumah tangga terhadap acara tersebut. A B C Jumlah Suka Tidak Suka Jumlah H 0 : p 1 = p = = p n H 1 : Paling sedikit ada satu tanda = tidak berlaku. Uji Statistik : χ 3. Taraf Nyata α = 0,05 4. Wilayah Kritik : χ > χ α(b 1) (k 1) Untuk α = 0,05 didapat χ α(b 1) (k 1) = χ 0,05() = 5,991 A B C O i E i O i E i O i E i Suka 9 33, , ,6 11 Tidak Suka , , ,4 388 Jumlah (9 33,69) (48 44,8 ) ( ,4) χ = = 1,181 (33,6) (44,8) (161,4) 6. Kesimpulan : Karena χ < χ 0,05(), maka Terima H 0 artinya proporsi ibu rumah tangga yang suka acara Sinetron tidak berbeda. Wijaya : Statistika II (Bagian-) 4

26 6.9 Pengujian Kesamaan Beberapa Ragam H 0 : σ 1 = σ = = σ k H 1 : Paling sedikit satu tanda = tidak berlaku. Uji dari Bartlett : Teladan 6.3 : χ = Ln 10 [ {Log s (n i 1) } { (n i 1) Log s i } ] (n i 1) s i (n i 1) s i s = = (n i 1) N k Untuk data penurunan bobot badan (kg) pada 4 metode diet. Ujilah pada taraf nyata 0,05 apakah ragam penurunan bobot badan keempat metode diet itu sama. H 0 : σ 1 = σ. Uji Statistik : χ 3. Taraf Nyata α = 0,05 4. Wilayah Kritik : χ > χ α(n 1) = = σ k H 1 : Paling sedikit satu tanda = tidak berlaku. Untuk α = 0,05 didapat χ α(n 1) = χ 0,05(3) = 7,81 n i 1 s i Log s i (n i 1) Log s i A 1,,0,1 1,0 1,7 4 0,35 0,63,5 B 1,4 1,5 1,0 1,9, 4 0,15 0,67,67 C 0,7 1,6 1,6 1,4 1,7 4 0,165 0,78 3,13 D 1,0 0,9 1,4 1,6 1,1 4 0,085 1,07 4,8 s = 4 (0,35 + 0,15 + 0, ,085) / (16) = 0,175 χ =,3 [ ( 0,76)(16) ( 1,6) ] = 1,01 6. Kesimpulan : Karena χ < χ 0,05(3), maka Terima H 0 artinya ragam penurunan bobot badan keempat metode diet itu sama. Wijaya : Statistika II (Bagian-) 5

27 6.10 Uji Kebaikan Suai (Uji Kecocokan) Uji ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kesesuaian (kecocokan) model sebaran yang diasumsikan. Misal sebuah dadu dilempar 10 kali, bila dadu itu setimbang maka secara teoritik masing masing sisi akan muncul sebanyak 0 kali. Dengan membandingkan frekuensi yang teramati dengan frekuensi harapan, kita harus memutuskan apakah ketaksuaian itu disebabkan oleh fluktuasi penarikan contoh atau karena dadunya tidak setimbang sehingga sebaran hasil percobaan tidak seragam. Uji Kebaikan Suai didasarkan pada besaran : χ k ( o i e i ) = i e i db χ = (k g 1) dimana k adalah banyaknya kategori atau kelas interval dan g adalah banyaknya parameter yang ditaksir. Kriteria pengujian adalah Tolak H 0 jika χ > χ α(k g 1). Bila frekuensi teramati (o i ) dekat dengan frekuensi harapan (e i ), maka nilai χ akan kecil, menunjukkan adanya kesuaian yang baik. Kesuaian yang baik membawa pada penerimaan H 0. Bila ada frekuensi frekuensi harapan (e i ) kurang dari 5, maka frekuensi harapan tersebut harus digabungkan, berarti db χ akan berkurang. Teladan 4.4 : Misal data berikut menunjukkan frekuensi teramati dan frekuensi harapan dari pelemparan dadu sebanyak 10 kali. Ujilah pada taraf nyata 5% apakah dadu tersebut setimbang. Sisi Dadu Teramati Harapan Wijaya : Statistika II (Bagian-) 6

28 . Uji Statistik : χ Wijaya : Statistika II (Bagian-) 7 H 0 : p 1 = p = = p n H 1 : Paling sedikit ada satu tanda = tidak berlaku. Uji Statistik : χ 3. Taraf Nyata α = 0,05 4. Wilayah Kritik : χ > χ α(k g 1) Untuk α = 0,05 dan db χ = (k g 1) = (6 0 1) = 5 didapat χ α(k g 1) = χ 0,05 (5) = 11,07 (0 0) ( 0) (4 0) χ = = 1,7 (0) (0) (0) 6. Kesimpulan : Karena nilai χ < χ 0,05 (5) maka disimpulkan untuk menerima H 0 (dadu setimbang). Teladan 6.5 : Eksperimen genetika menunjukkan bahwa semacam karakteristik diturunkan menurut perbandingan 1:3:3:9, untuk kategori A, B, C dan D. Dari 160 pengamatan terdapat 5 kategori A, 3 B, 3 C dan 100 D. Dengan taraf nyata 5%, apakah data tersebut menguatkan teori genetika? Kategori A B C D Jml Teramati Harapan H 0 : p 1 = p = = p n H 1 : Paling sedikit ada satu tanda = tidak berlaku

29 3. Taraf Nyata α = 0,05 4. Wilayah Kritik : χ > χ α (k g 1) Untuk α = 0,05 dan db χ = (k g 1) = (4 0 1) = 3 didapat χ α(k g 1) = χ 0,05 (3) = 7,81 (5 10) (3 30) (100 90) χ = = 5,18 (10) (30) (90) 6. Kesimpulan : Karena nilai χ < χ 0,05 (3) maka Terima H 0 artinya tidak ada alasan untuk tidak mempercayai teori genetika tersebut. Teladan 6.6 : Tabel berikut menunjukkan distribusi frekuensi gaji (x Rp , per minggu) dari 40 karyawan Pabrik Rotan, dengan rata rata (x) = 3,4 dan simpangan baku (s) = 0,7. Untuk menghitung frekuensi harapan (e i ) digunakan batas atas masing masing kelas ke rumus z (data kontinyu, n > 30), misalnya : z 1 = (1,45 3,41) / (0,7) =,80 jadi p(z 1 ) = 0,006 z = (1,95 3,41) / (0,7) =,09 jadi p(z ) = 0,0183 P (1,45 < x < 1,95) = P (z 1 < z < z ) = 0,0157 atau e i = 0,0157 x 40 = 0,6 Dengan cara yang sama akan didapat : Batas Kelas z 1 z P E i o i (o i e i ) / e i 1,45 1,95,80,09 0,0157 0,6 1,95,45,09 1,37 0,0670,7 10, ,900,45,95 1,37 0,66 0,1693 6,7 4,95 3,45 0,66 0,06 0,693 10,7 15 1,78 3,45 3,95 0,06 0,77 0,555 10,1 10 0,001 3,95 4,55 0,77 1,49 0,155 6,0 8, 5 8 0,005 4,45 4,95 1,49,0 0,0548, ,634 Wijaya : Statistika II (Bagian-) 8

30 χ =,634. db χ = (k g 1) = (4 1) = 1, k = 4 (asalnya 7 kelas setelah digabung jadi 4 kelas) dan g = (banyaknya parameter yang ditaksir ada yaitu rata rata dan simpangan baku). Untuk α = 0,05 nilai χ α(k g 1) = χ 0,05 (4) = 7,879. Karena nilai χ < χ 0,05 (4) maka Terima H 0 artinya sebaran normal memberikan kesuaian yang baik bagi pendapatan Uji Kebebasan Dua Peubah Untuk Tabel Kontingensi b x k ( b baris dan k kolom ) : (o i e i ) χ = db χ = (b 1)(k 1) e i Untuk tabel kontingensi x, berarti db χ = (b 1)(k 1) = 1 perlu dilakukan koreksi Yate bagi kekontinyuan (karena data asal bersifat diskrit) yaitu : [ ( o i e i ) 0,5 ] χ = e i atau dengan menggunakan rumus lain, yaitu : Baris Kolom Jumlah 1 a b a + b c d c + d Jumlah a + c b + d n n [ ( ad bc ) 0,5 n ] χ = (a+b)(a+c)(b+d)(c+d) Wijaya : Statistika II (Bagian-) 9

31 Teladan 6.7 : Data berikut menunjukkan tingkat pendidikan kepala keluarga dan banyaknya anak dari 1000 keluarga. Ujilah pada taraf nyata 5%, apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan kepala keluarga dengan banyaknya anak tersebut. Banyaknya Anak Pendidikan 1 3 > 3 Jumlah O i E i O i E i Sekolah dasar 18 00, ,1 336 Sekolah menengah 13 09, ,1 351 Akademi , , (18 00,9) (110 15,8) χ = + + = 7,854 (00,9) (15,8) db χ = (b 1)(k 1) = (3 1)( 1) = jadi χ 0,05 () = 5,991. Karena nilai χ > χ 0,05() maka Tolak H 0 artinya besarnya keluarga bergantung pada tingkat pendidikan kepala keluarga (atau terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan kepala keluarga dengan banyaknya anak). Teladan 6.8 : Contoh acak 30 orang dewasa diklasifikasikan menurut jenis kelamin dan lamanya nonton TV setiap minggu. Ujilah pada taraf nyata 1%, apakah terdapat hubungan antara lamanya nonton TV dengan jenis kelamin. Jenis Kelamin Lama Nonton TV Laki laki Perempuan Jumlah O i E i O i E i 5 jam 5 6,53 9 7,47 14 < 5 jam 9 7,47 7 8, Wijaya : Statistika II (Bagian-) 30

32 Dengan Rumus I : [(5 6,53) 0,5] [(7 8,53) 0,5] χ = + + = 0,571 (6,53) (8,53) Dengan Rumus II : 30 [ {(5x7 9x9) ½. 30] χ = = 0,575 ( 14 x 16 x 14 x 16 ) db χ = 1 jadi χ 0,01(1) = 6,635. Karena nilai χ < χ 0,01(1) maka Terima H 0, artinya lamanya nonton TV tidak bergantung pada jenis kelamin (bebas). Wijaya : Statistika II (Bagian-) 31

33 DAFTAR PUSTAKA Anto Dajan Pengantar Metode Statistika Jilid II. LP3ES. Jakarta. Jalaluddin Rakhmat Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung. J. Supranto Statistik : Teori dan Aplikasi, Jilid II. Erlangga. Jakarta. Kwanchai A. Gomez dan Arturo A. Gomez Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Robert, G. D. Steel dan James H. Torrie Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Ronald E. Walpole Pengantar Statistika. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sudjana Metoda Statistika. Tarsito. Bandung. Sugiyono Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung Vincent Gaspersz Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan, Jilid I. Tarsito. Bandung. Vincent Gaspersz Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan, Jilid II. Tarsito. Bandung. Wijaya : Statistika II (Bagian-) 3

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA email : zeamays_hibrida@yahoo.com FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 009 V. PENGUJIAN HIPOTESIS Hhipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu

Lebih terperinci

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2010 PENGUJIAN HIPOTESIS V. PENGUJIAN HIPOTESIS Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah. Setiap

Lebih terperinci

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 PENGUJIAN HIPOTESIS V. PENGUJIAN HIPOTESIS Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah. Setiap

Lebih terperinci

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA email : zeamays_hibrida@yahoo.com FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 IV. PENDUGAAN PARAMETER Populasi Sampling Sampel N n Rata-rata : μ Simp.

Lebih terperinci

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2010 PENDUGAAN PARMETER IV. PENDUGAAN PARAMETER Populasi N Sampling Sampel n Rata-rata : μ Simp. Baku : σ Ragam

Lebih terperinci

Terima hipotesis Tidak membuat kesalahan Kesalahan tipe II Tolak hipotesis Kesalahan tipe I Tidak membuat kesalahan

Terima hipotesis Tidak membuat kesalahan Kesalahan tipe II Tolak hipotesis Kesalahan tipe I Tidak membuat kesalahan PENGUJIAN HIPOTESIS Hipotesis Statistik adalah pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. Dengan mengambil suatu sampel acak dari populasi tersebut dan menggunakan informasi yang dimiliki

Lebih terperinci

OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011

OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 ANALISIS KORELASI OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 ANALISIS KORELASI II. ANALISIS KORELASI 1. Koefisien Korelasi Pearson Koefisien Korelasi Moment Product Korelasi

Lebih terperinci

OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2010

OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2010 ANALISIS KORELASI OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2010 ANALISIS KORELASI II. ANALISIS KORELASI 1. Koefisien Korelasi Pearson Koefisien Korelasi Moment Product Korelasi

Lebih terperinci

SOAL TUGAS STATISTIKA PENDIDIKAN. 2010, Prof. Ir. Sigit Nugroho, M.Sc., Ph.D.

SOAL TUGAS STATISTIKA PENDIDIKAN. 2010, Prof. Ir. Sigit Nugroho, M.Sc., Ph.D. SOAL TUGAS STATISTIKA PENDIDIKAN Dosen : Prof. Ir. Sigit Nugroho, M.Sc., Ph.D. 1. Berikut ini disajikan data banyaknya siswa yang lewat di depan kelas yang diambil secara sistematis dengan interval waktu

Lebih terperinci

OLEH : WIJAYA. FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009

OLEH : WIJAYA.   FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 PERANCANGAN PERCOBAAN OLEH : WIJAYA email : zeamays_hibrida@yahoo.com FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 I. ANALISIS REGRESI 1. 2. Regresi Linear : Regresi Linear Sederhana

Lebih terperinci

Pengujian Hipotesis. Oleh : Dewi Rachmatin

Pengujian Hipotesis. Oleh : Dewi Rachmatin Pengujian Hipotesis Oleh : Dewi Rachmatin Hipotesis Suatu anggapan yang mungkin benar atau tidak mengenai suatu populasi atau lebih Akan digunakan istilah diterima atau ditolak pada bagian ini Penolakan

Lebih terperinci

Hipotesis. Penerimaan hipotesis menunjukkan bahwa tidak cukup petunjuk untuk mempercayai sebaliknya

Hipotesis. Penerimaan hipotesis menunjukkan bahwa tidak cukup petunjuk untuk mempercayai sebaliknya Hipotesis Suatu anggapan yang mungkin benar atau tidak mengenai suatu populasi atau lebih Digunakan istilah diterima atau ditolak untuk suatu hipotesis Penolakan suatu hipotesis berarti menyimpulkan bahwa

Lebih terperinci

BIOSTATISTIK HIPOTESIS UNTUK PROPORSI MARIA ALMEIDA ( ) NURTASMIA ( ) SOBRI ( )

BIOSTATISTIK HIPOTESIS UNTUK PROPORSI MARIA ALMEIDA ( ) NURTASMIA ( ) SOBRI ( ) BIOSTATISTIK UJI HIPOTESIS UNTUK PROPORSI MARIA ALMEIDA (20611003) NURTASMIA (20611022) SOBRI (20611027) : Tahapan-tahapan dalam uji hipotesis 1.Membuat hipotesis nol (H o ) dan hipotesis alternatif (H

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON S T A T I S T I K A Oleh : WIJAYA email : zeamays_hibrida@yahoo.com FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2010 Wijaya : Statistika 0 I. PENDAHULUAN Statistika adalah

Lebih terperinci

SEBARAN PENARIKAN CONTOH

SEBARAN PENARIKAN CONTOH STATISTIK A (MAM 4137) SEBARAN PENARIKAN CONTOH By Syarifah Hikmah Julinda Outline Sebaran Penarikan Contoh Sebaran Penarikan Contoh Bagi Nilai Tengah Sebaran t Sebaran Penarikan contoh bagi beda dua mean

Lebih terperinci

SEBARAN PENARIKAN SAMPEL LOGO

SEBARAN PENARIKAN SAMPEL LOGO SEBARAN PENARIKAN SAMPEL LOGO KOMPETENSI menentukan sebaran penarikan sampel bagi suatu statistik A menentukan sebaran penarikan sampel bagi nilai tengah menentukan sebaran penarikan sampel bagi selisih

Lebih terperinci

Pendugaan Parameter. Ayundyah Kesumawati. April 13, Prodi Statistika FMIPA-UII. Ayundyah (UII) Pendugaan Parameter April 13, / 30

Pendugaan Parameter. Ayundyah Kesumawati. April 13, Prodi Statistika FMIPA-UII. Ayundyah (UII) Pendugaan Parameter April 13, / 30 Pendugaan Parameter Ayundyah Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII April 13, 2015 Ayundyah (UII) Pendugaan Parameter April 13, 2015 1 / 30 Pendugaan 1 Proses yang menggunakan sampel statistik untuk menduga

Lebih terperinci

STK 511 Analisis statistika. Materi 6 Pengujian Hipotesis

STK 511 Analisis statistika. Materi 6 Pengujian Hipotesis STK 5 Analisis statistika Materi 6 Pengujian Hipotesis Pendahuluan Dalam mempelajari Karakteristik Populasi kita sering telah memiliki pernyataan/anggapan tertentu. pemberian DHA pada anak-anak akan menambah

Lebih terperinci

Pengertian Pengujian Hipotesis

Pengertian Pengujian Hipotesis PENGUJIAN HIPOTESIS Pengertian Pengujian Hipotesis HUPO BAHASA YUNANI THESIS Pernyataan yang mungkin benar atau mungkin salah terhadap suatu populasi Lemah, kurang, di bawah Teori, proposisi, atau pernyataan

Lebih terperinci

STATISTIK PERTEMUAN XI

STATISTIK PERTEMUAN XI STATISTIK PERTEMUAN XI Topik Bahasan: Analisis Ragam (ANOVA) Universitas Gunadarma 1. Pendahuluan Metode hipotesis dengan menggunakan distribusi z dan distribusi t efektif untuk uji hipotesis tentang perbedaan

Lebih terperinci

LOGO PENGUJIAN HIPOTESIS HAZMIRA YOZZA IZZATI RAHMI HG JURUSAN MATEMATIKA UNAND

LOGO PENGUJIAN HIPOTESIS HAZMIRA YOZZA IZZATI RAHMI HG JURUSAN MATEMATIKA UNAND LOGO PENGUJIAN HIPOTESIS HAZMIRA YOZZA IZZATI RAHMI HG JURUSAN MATEMATIKA UNAND Kompetensi Khusus menjelaskan mengenai pengujian hipotesis dan hal-hal yang terkait menguraikan langkah-langkah pengujian

Lebih terperinci

STK 211 Metode Statistika PENGUJIAN HIPOTESIS

STK 211 Metode Statistika PENGUJIAN HIPOTESIS STK Metode Statistika PENGUJIAN HIPOTESIS Pendahuluan Dalam mempelajari karakteristik populasi sering telah memiliki hipotesis tertentu. pemberian DHA pada anak-anak akan menambah kecerdasannya atau pemberian

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERCOBAAN

PERANCANGAN PERCOBAAN PERANCANGAN PERCOBAAN OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 PERCOBAAN FAKTORIAL PERCOBAAN UNTUK MENGETAHUI PENGARUH BEBERAPA FAKTOR TERHADAP VARIABEL RESPON TUJUAN

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. Daerah penolakan. luas KED

PENGUJIAN HIPOTESIS. Daerah penolakan. luas KED PENGUJIAN HIPOTESIS A. Langkah langkah pengujian hipotesis Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu. Jika hipotesis tersebut tentang nilai nilai parameter maka hipotesis itu disebut hipotesis

Lebih terperinci

Hipotesis : asumsi atau anggapan bisa benar atau bisa salah seringkali dipakai sebagai dasar dalam memutuskan

Hipotesis : asumsi atau anggapan bisa benar atau bisa salah seringkali dipakai sebagai dasar dalam memutuskan PENGUJIAN HIPOTESIS Hipotesis : Merupakan suatu asumsi atau anggapan yang bisa benar atau bisa salah mengenai sesuatu hal, dan dibuat untuk menjelaskan sesuatu hal tersebut sehingga memerlukan pengecekan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERCOBAAN

PERANCANGAN PERCOBAAN PERANCANGAN PERCOBAAN OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 MATERI : 1. PENDAHULUAN 2. RANCANGAN ACAK LENGKAP ( RAL ) 3. RANCANGAN ACAK KELOMPOK ( RAK ) 4. RANCANGAN

Lebih terperinci

PENGERTIAN PENGUJIAN HIPOTESIS

PENGERTIAN PENGUJIAN HIPOTESIS PENGUJIAN HIPOTESIS PENGERTIAN PENGUJIAN HIPOTESIS HUPO From: BAHASA YUNANI THESIS Pernyataan yang mungkin benar atau mungkin salah terhadap suatu populasi Lemah, kurang, di bawah Teori, proposisi, atau

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih PENGUJIAN HIPOTESIS. Pendahuluan Hipotesis Statistik : populasi. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih Pengujian hipotesis berhubungan dengan penerimaan atau penolakan suatu hipotesis. Kebenaran

Lebih terperinci

BAB 8 DISTRIBUSI PELUANG DISKRIT

BAB 8 DISTRIBUSI PELUANG DISKRIT BAB 8 DISTRIBUSI PELUANG DISKRIT A. Peluang Peluang atau yang sering disebut sebagai probabilitas dapat dipandang sebagai cara untuk mengungkapkan ukuran ketidakpastian/ ketidakyakinan/ kemungkinan suatu

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. Atau. Pengujian hipotesis uji dua pihak:

PENGUJIAN HIPOTESIS. Atau. Pengujian hipotesis uji dua pihak: PENGUJIAN HIPOTESIS A. Langkah-langkah pengujian hipotesis Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu. Jika hipotesis tersebut tentang nilai-nilai parameter maka hipotesis itu disebut hipotesis

Lebih terperinci

PERCOBAAN SATU FAKTOR: RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL) Arum Handini Primandari, M.Sc.

PERCOBAAN SATU FAKTOR: RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL) Arum Handini Primandari, M.Sc. PERCOBAAN SATU FAKTOR: RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL) Arum Handini Primandari, M.Sc. PENGUJIAN HIPOTESIS Langkah-langkah pengujian hipotesis: 1) Merumuskan hipotesis 2) Memilih taraf nyata α 3) Menentukan

Lebih terperinci

UJI HIPOTESIS SATU-SAMPEL

UJI HIPOTESIS SATU-SAMPEL UJI HIPOTESIS SATU-SAMPEL Pengantar 1. Tulisan ini terkait dengan artikel berjudul KETIKA ILMU HUKUM SEIRING STATISTIKA pada laman www.edscyclopedia.com. Pada website tersebut, mengenai uji hipotesis secara

Lebih terperinci

MODUL II DISTRIBUSI PELUANG DISKRIT DAN KONTINU

MODUL II DISTRIBUSI PELUANG DISKRIT DAN KONTINU DISTRIBUSI PELUANG DISKRIT DAN KONTINU A. TUJUAN PRAKTIKUM Melalui praktikum Modul II ini diharapkan praktikan dapat: 1. Mengenal jenis dan karakteristik dari beberapa distribusi peluang. 2. Menguji dan

Lebih terperinci

BAB 11 HIPOTESIS. Hipotesis Page 1

BAB 11 HIPOTESIS. Hipotesis Page 1 BAB 11 HIPOTESIS A. Pengertian Hipotesis Statistik Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proposisi atau anggapan yang mungkin benar, dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan/pemecahan persoalan

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESA #1

PENGUJIAN HIPOTESA #1 PENGUJIAN HIPOTESA #1 Materi #3 TIN309 DESAIN EKSPERIMEN Pengujian Hipotesa Hipotesa: asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan sesuatu masalah. Pengujian Hipotesa: langkah-langkah

Lebih terperinci

Metode Statistika. Statistika Inferensia: Pendugaan Parameter (Selang Kepercayaan)

Metode Statistika. Statistika Inferensia: Pendugaan Parameter (Selang Kepercayaan) Metode Statistika Statistika Inferensia: Pendugaan Parameter (Selang Kepercayaan) Pengantar Seringkali kita tertarik dengan karakteristik umum dari suatu populasi parameter Misalnya saja berapa rata-rata

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menguji kesamaan dari beberapa nilai tengah secara sekaligus diperlukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menguji kesamaan dari beberapa nilai tengah secara sekaligus diperlukan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Ragam Klasifikasi Satu Arah Untuk menguji kesamaan dari beberapa nilai tengah secara sekaligus diperlukan sebuah teknik yang disebut analisis ragam. Analisis ragam adalah

Lebih terperinci

Materi 1 : Review Statistika Inferensia Pengujian Hipotesis PERANCANGAN PERCOBAAN

Materi 1 : Review Statistika Inferensia Pengujian Hipotesis PERANCANGAN PERCOBAAN Materi : Review Statistika Inferensia Pengujian Hipotesis PERANCANGAN PERCOBAAN Pendahuluan Suatu pernyataan / anggapan yang mempunyai nilai mungkin benar / salah atau suatu pernyataan /anggapan yang mengandung

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. Konsep: Dua macam kekeliruan. Pengujian hipotesis.

PENGUJIAN HIPOTESIS. Konsep: Dua macam kekeliruan. Pengujian hipotesis. Konsep: PENGUJIAN HIPOTESIS Agus Susworo Dwi Marhaendro Hipotesis: asumsi atau dugaan sementara mengenai sesuatu hal. Dituntut untuk dilakukan pengecekan kebenarannya. Jika asumsi atau dugaan dikhususkan

Lebih terperinci

BAB 9 DISTRIBUSI PELUANG KONTINU

BAB 9 DISTRIBUSI PELUANG KONTINU BAB 9 DISTRIBUSI PELUANG KONTINU A. Pengertian Distribusi Peluang Kontinu Distribusi peluang kontinu adalah peubah acak yang dapat memperoleh semua nilai pada skala kontinu. Ruang sampel kontinu adalah

Lebih terperinci

statistika untuk penelitian

statistika untuk penelitian statistika untuk penelitian Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Delayota Experiment Team (D Expert) 2013 Freeaninationwallpaper.blogspot.com Apa itu Statistika? Statistika adalah ilmu yang mempelajari cara pengumpulan,

Lebih terperinci

Penyusunan Hipotesa : 1. : µ 1 = µ 2 : µ 1 µ 2 2. : µ 1 µ 2 : µ 1 > µ 2 3. : µ 1 µ 2 : µ 1 < µ 2 Apabila data yang diambil dari hasil eksperimen, maka

Penyusunan Hipotesa : 1. : µ 1 = µ 2 : µ 1 µ 2 2. : µ 1 µ 2 : µ 1 > µ 2 3. : µ 1 µ 2 : µ 1 < µ 2 Apabila data yang diambil dari hasil eksperimen, maka MODUL DISTRIBUSI t 1. PENDAHULUAN Pengujian hipotesis dengan distribusi t adalah pengujian hipotesis yang menggunakan distribusi t sebagai uji statistik. Tabel pengujiannya disebut tabel t-student. Distribusi

Lebih terperinci

MODUL TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR

MODUL TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR MODUL 9 TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR. Pendahuluan Untuk menginginkan mengumpulkan populasi kita lakukan dengan statistik berdasarkan data yang diambil secara sampling yang

Lebih terperinci

UJI CHI KUADRAT Pengujian Hipotesis Deskriptif untuk 1 Sampel

UJI CHI KUADRAT Pengujian Hipotesis Deskriptif untuk 1 Sampel STATISTIKA NON-PARAMETRIK UJI CHI KUADRAT Pengujian Hipotesis Deskriptif untuk 1 Sampel Oleh : Suci Barlian Sari (H12115025) Melly Amelia (H12115009) UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

SEBARAN PENARIKAN CONTOH

SEBARAN PENARIKAN CONTOH STATISTIK (MAM 4137) SEBARAN PENARIKAN CONTOH Ledhyane Ika Harlyan 2 Outline Sebaran Penarikan Contoh Sebaran Penarikan Contoh Bagi Nilai Tengah Sebaran t Sebaran Penarikan contoh bagi beda dua mean Parameter

Lebih terperinci

Pokok Bahasan: Chi Square Test

Pokok Bahasan: Chi Square Test Pokok Bahasan: Chi Square Test Start Pokok Bahasan A. Pengertian Distribusi Chi Kuadrat B. Uji Kecocokan (Goodness of Fit Test) (Kontigensi Table Test) 1 Instruksional Umum Memberi penjelasan tentang distribusi

Lebih terperinci

BAB 12 REGRESI. turun. X = subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu. Regresi Page 1

BAB 12 REGRESI. turun. X = subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu. Regresi Page 1 BAB 1 REGRESI A. Pendahuluan Dalam pengambilan keputusan, seringkali dijumpai beberapa permasalahan dimana terdapat dua atau lebih variabel tunggal yang hubungannya tidak dapat dipisahkan dan perlu diselidiki

Lebih terperinci

Pengujian Hipotesis. 1. Pendahuluan. Topik Bahasan:

Pengujian Hipotesis. 1. Pendahuluan. Topik Bahasan: Topik Bahasan: Pengujian Hipotesis. Pendahuluan Hipotesis pernyataan yang merupakan pendugaan berkaitan dengan nilai suatu parameter populasi (satu atau lebih populasi) Kebenaran suatu hipotesis diuji

Lebih terperinci

UJI INDEPENDEN ANTARA DUA FAKTOR

UJI INDEPENDEN ANTARA DUA FAKTOR UJI INDEPENDEN ANTARA DUA FAKTOR Banyak data hasil pengamatan yang dapat digolongkan kedalam beberapa factor, karakteristik atau atribut dengan tiap factor atau atribut teridiri dari beberapa klasifikasi,

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS DESKRIPTIF (Satu sampel) Wahyu Hidayat, M.Pd

PENGUJIAN HIPOTESIS DESKRIPTIF (Satu sampel) Wahyu Hidayat, M.Pd PENGUJIAN HIPOTESIS DESKRIPTIF (Satu sampel) Wahyu Hidayat, M.Pd Definisi Pengujian hipotesis deskriptif pada dasarnya merupakan proses pengujian generalisasi hasil penelitian yang didasarkan pada satu

Lebih terperinci

STATISTIKA. Statistika pengkuantifikasian (pengkuantitatifan) hasil-hasil pengamatan terhadap kejadian, keberadaan, sifat/karakterisitik, tempat, dll.

STATISTIKA. Statistika pengkuantifikasian (pengkuantitatifan) hasil-hasil pengamatan terhadap kejadian, keberadaan, sifat/karakterisitik, tempat, dll. STATISTIKA Statistika pengkuantifikasian (pengkuantitatifan) hasil-hasil pengamatan terhadap kejadian, keberadaan, sifat/karakterisitik, tempat, dll. Statistika deskriptif: pencatatan dan peringkasan hasil

Lebih terperinci

2) Ukuran Data Tidak Sama k n i T 2.. JKT = X 2 ij - i=1 j=1 N k JKK = T 2 i. T 2.. i=1 n i N JKG = JKT - JKK Sumber Jumlah db Kuadrat Tengah F. Hitun

2) Ukuran Data Tidak Sama k n i T 2.. JKT = X 2 ij - i=1 j=1 N k JKK = T 2 i. T 2.. i=1 n i N JKG = JKT - JKK Sumber Jumlah db Kuadrat Tengah F. Hitun MODUL DISTRIBUSI F (ANOVA) I. PENDAHULUAN Ditemukan oleh seorang ahli statistik yang bernama R.A. Fisher pada tahun 1920. Distribusi F/ANOVA adalah prosedur statistika untuk mengkaji (mendeterminasi) apakah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Waktu penelitian selama 2 bulan, yang dimulai Februari sampai

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS 2

PENGUJIAN HIPOTESIS 2 PENGUJIAN HIPOTESIS. Menguji Kesamaan Dua Rata-rata a. Uji Dua Pihak Misalkan ada dua populasi berdistribusi normal dengan masing-masing rata-rata dan simpangan baku secara berturut-turut μ dan μ dan σ

Lebih terperinci

UJI CHI KUADRAT (χ²)

UJI CHI KUADRAT (χ²) UJI CHI KUADRAT (χ²) 1. Pendahuluan Uji Chi Kuadrat adalah pengujian hipotesis mengenai perbandingan antara frekuensi observasi/yg benar-benar terjadi/aktual dengan frekuensi harapan/ekspektasi 1.1 Pengertian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai dengan Mei 2012 di areal

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai dengan Mei 2012 di areal III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai dengan Mei 2012 di areal pembibitan PT. Anugerah Subur Sejahtera, Desa Ulak Bandung Kecamatan Muara Sahung Kabupaten

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SAMPLING besar

DISTRIBUSI SAMPLING besar DISTRIBUSI SAMPLING besar Distribusi Sampling Sampling = pendataan sebagian anggota populasi = penarikan contoh / pengambilan sampel Sampel yang baik Sampel yang representatif, yaitu diperoleh dengan memperhatikan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI TEORITIS. P(M) = p = probabilitas untuk mendapat bola merah (sukses) 30

DISTRIBUSI TEORITIS. P(M) = p = probabilitas untuk mendapat bola merah (sukses) 30 DISTRIBUSI TEORITIS Distribusi teoritis merupakan alat bagi kita untuk menentukan apa yang dapat kita harapkan, apabila asumsi-asumsi yang kita buat benar. Distribusi teoritis memungkinkan para pembuat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research ), maksudnya adalah penelitian yang langsung dilakukan di medan terjadinya gejala-gejala. 1

Lebih terperinci

STATISTIKA. Muhamad Nursalman Pendilkom/Ilkom UPI

STATISTIKA. Muhamad Nursalman Pendilkom/Ilkom UPI STATISTIKA Muhamad Nursalman Pendilkom/Ilkom UPI 1 Daftar Isi Bab 1 Peluang Bab Peubah Acak Bab 3 Distribusi Peluang Diskret Bab 4 Distribusi Peluang Kontinu Bab 5 Fungsi Peubah Acak Bab 6 Teori Penaksiran

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERCOBAAN

PERANCANGAN PERCOBAAN PERANCANGAN PERCOBAAN OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 SPLIT PLOT Tepat digunakan pada percobaan faktorial jika pengaruh salah satu faktor sudah bisa diprediksi

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERCOBAAN

PERANCANGAN PERCOBAAN PERANCANGAN PERCOBAAN OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 SPLIT PLOT Tepat digunakan pada percobaan faktorial jika pengaruh salah satu faktor sudah bisa diprediksi

Lebih terperinci

Percobaan Satu Faktor: Rancangan Acak Lengkap (RAL) Oleh: Arum Handini Primandari, M.Sc.

Percobaan Satu Faktor: Rancangan Acak Lengkap (RAL) Oleh: Arum Handini Primandari, M.Sc. Percobaan Satu Faktor: Rancangan Acak Lengkap (RAL) Oleh: Arum Handini Primandari, M.Sc. Rancangan Acak Lengkap (RAL) RAL merupakan rancangan paling sederhana di antara rancangan-rancangan percobaan baku.

Lebih terperinci

Lampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri

Lampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri Lampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri A 2 lup biakan bakteri padat Inkubasi+shaker (suhu kamar, 18-24 jam) a b b b 0.1 ml 0.1 ml 0.1ml 1:10-1

Lebih terperinci

DESAIN BUJURSANGKAR 6

DESAIN BUJURSANGKAR 6 6 DESAIN BUJURSANGKAR Outline 2 D e s a i n Bujursangkar Desain Bujursangkar Harga JK DBSL Desain Bujursangkar Latin dan variasinya ANAVA DBSL m x m Desain Bujursangkar Graeco-Latin Desain Bujursangkar

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SAMPLING. Berdistribusi normal dengan rataan. Dan variasi

DISTRIBUSI SAMPLING. Berdistribusi normal dengan rataan. Dan variasi DISTRIBUSI SAMPLING Definisi : distribusi sampling adalah distribusi peluang untuk nilai statistik yang diperoleh dari sampel acak untuk menggambarkan populasi. 1. Distribusi rata rata Misal sampel acak

Lebih terperinci

Statistika Bisnis. Chi Square. Yusuf Elmande., S.Si., M.Kom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Humas.

Statistika Bisnis. Chi Square. Yusuf Elmande., S.Si., M.Kom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Humas. Statistika Bisnis Modul ke: Chi Square Fakultas Ilmu Komunikasi Yusuf Elmande., S.Si., M.Kom Program Studi Humas www.mercubuana.ac.id Uji Goodness of Fit Seberapa tepat frekuensi yang teramati (observed

Lebih terperinci

Ummu Kalsum UNIVERSITAS GUNADARMA

Ummu Kalsum UNIVERSITAS GUNADARMA Ummu Kalsum UNIVERSITAS GUNADARMA 2016 Inferensia Statistika : Mencakup semua metode yang digunakan untuk penarikan kesimpulan atau generalisasi mengenai populasi dengan melakukan pengambilan sampel (sampling)

Lebih terperinci

Pertemuan keenam ANALISIS REGRESI

Pertemuan keenam ANALISIS REGRESI Pertemuan keenam ANALISIS REGRESI Secara umum ada dua macam hubungan antara dua variable atau lebih, yaitu bentuk hubungan dan keeratan hubungan. Untuk mengetahui bentuk hubungan digunakan analisis regresi.

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KLASIFIKASI 2 ARAH. b. Mengetahui perbedaan keragaman disebabkan perbedaan antarkolom. Kolom 1 2. j. c. Nilai rata I... R..

ANALISIS RAGAM KLASIFIKASI 2 ARAH. b. Mengetahui perbedaan keragaman disebabkan perbedaan antarkolom. Kolom 1 2. j. c. Nilai rata I... R.. ANALISIS RAGAM KLASIFIKASI 2 ARAH 1) Analisis Ragam Klasifikasi Dua Arah Analisis ragam klasifikasi dua arah adalah analisis ragam klasifikasi pengamatan yang berdasarkan dua kriteria Dalam analisis ini

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Pelaksanaan Eksperimen Pelaksanaan eksperimen adalah proses pembuatan paving block yang dilakukan langsung di CV. Riau Jaya Paving. Paving

Lebih terperinci

ESTIMASI. Arna Fariza PENDAHULUAN

ESTIMASI. Arna Fariza PENDAHULUAN ESTIMASI Arna Fariza PENDAHULUAN MATERI LALU Karena adanya berbagai alasan seperti banyaknya individu dalam populasi amatan, maka penelitian keseluruhan terhadap populasi tersebut tidaklah ekonomis, baik

Lebih terperinci

BUKU REFERENSI MATERI KULIAH DISTRIBUSI SAMPLING STATISTIK

BUKU REFERENSI MATERI KULIAH DISTRIBUSI SAMPLING STATISTIK BUKU REFERENSI Ronald E. Walpole, Pengantar Statistika, Edisi Terjemahan, Penerbit Gramedia, Jakarta, 1992. Sudjana, Metoda Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung, 1993. Anto Dayan, Pengantar Metode Statistik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN R X O 1 R O 2

BAB III METODE PENELITIAN R X O 1 R O 2 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang merupakan metode eksperimen berdesain posttest-only control design, karena tujuan

Lebih terperinci

Outline. Uji rata-rata sesudah ANAVA Kontras Ortogonal Pengujian Rata-rata Sesudah Eksperimen Uji Rentang Newman-Keuls Uji Scheffé

Outline. Uji rata-rata sesudah ANAVA Kontras Ortogonal Pengujian Rata-rata Sesudah Eksperimen Uji Rentang Newman-Keuls Uji Scheffé 3 AFTER ANAVA Outline A f t e r A N A V A Uji rata-rata sesudah ANAVA Kontras Ortogonal Pengujian Rata-rata Sesudah Eksperimen Uji Rentang Newman-Keuls Uji Scheffé Uji Rata-rata Sesudah Anava 3 Jika pengujian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Uji Hipotesis

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Uji Hipotesis BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian hipotesis, metode klasifikasi berstruktur pohon, metode-metode statistika yang menjadi dasar pada metode QUEST, dan algoritme QUEST..1

Lebih terperinci

(ESTIMASI/ PENAKSIRAN)

(ESTIMASI/ PENAKSIRAN) ESTIMASI PENDAHULUAN Karena adanya berbagai alasan seperti banyaknya individu dalam populasi amatan, maka penelitian keseluruhan terhadap populasi tersebut tidaklah ekonomis, baik tenaga, waktu, maupun

Lebih terperinci

Ayundyah Kesumawati. April 20, 2015

Ayundyah Kesumawati. April 20, 2015 Pengujian Kesumawati Nol dan Prodi Statistika FMIPA-UII April 20, 2015 Pengujian Statistik : pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi Pengujian hipotesis berhubungan dengan penerimaan atau

Lebih terperinci

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT MAKALAH MODEL-MODEL LEBIH RUMIT DISUSUN OLEH : SRI SISKA WIRDANIYATI 65 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 04 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Lebih terperinci

MODUL XI SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KEPERCAYAAN

MODUL XI SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KEPERCAYAAN MODUL XI SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KEPERCAYAAN Taksiran suatu parameter populasi dapat diberikan berupa taksiran titik atau berupa taksiran selang. Taksiran titik suatu parameter populasi θ merupakan nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep-konsep dasar pada QUEST dan CHAID, algoritma QUEST, algoritma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep-konsep dasar pada QUEST dan CHAID, algoritma QUEST, algoritma BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas pengertian metode klasifikasi berstruktur pohon, konsep-konsep dasar pada QUEST dan CHAID, algoritma QUEST, algoritma CHAID, keakuratan dan kesalahan dalam

Lebih terperinci

5. Fungsi dari Peubah Acak

5. Fungsi dari Peubah Acak 5. Fungsi dari Peubah Acak EL2002-Probabilitas dan Statistik Dosen: Andriyan B. Suksmono Sebaran cuplikan (n-1)s 2 / σ 2 TEOREMA 5.16 Jika S 2 adalah variansi dari cuplikan acak berukuran n yang diambil

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Koi Pada Penelitian Pendahuluan.

Lampiran 1. Perhitungan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Koi Pada Penelitian Pendahuluan. Lampiran 1. Perhitungan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Koi Pada Penelitian Pendahuluan. Perlakuan N0 Nt SR% A (0,1 ml/l) 10 2 20 B (0,3 ml/l) C (0,5 ml/l) D (0,7 ml/l) E (0,9 ml/l) F (1,1 ml/l) G (1,3 ml/l)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Januari 2015.

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Januari 2015. 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2014 sampai dengan

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. Langkah-langkah pengujian hipótesis statistik adalah sebagai berikut :

PENGUJIAN HIPOTESIS. Langkah-langkah pengujian hipótesis statistik adalah sebagai berikut : PENGUJIAN HIPOTESIS A. Pengertian Pengujian Hipotesis Hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu hupo dan thesis. Hupo berarti lemah, kurang, atau di bawah dan thesis berarti teori, proposisi, atau pernyataan

Lebih terperinci

6 Departemen Statistika FMIPA IPB

6 Departemen Statistika FMIPA IPB Suplemen Responsi Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 6 Departemen Statistika FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referensi Waktu Uji Kebaikan Suai Khi- Kuadrat untuk Sebaran Kontinu dan Uji

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Analisis Regresi Kata regresi (regression) diperkenalkan pertama kali oleh Francis Dalton pada tahun 1886. Menurut Dalton, analisis regresi berkenaan dengan studi

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih PENGUJIAN HIPOTESIS 1. Pendahuluan Hipotesis Statistik : populasi. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih Pengujian hipotesis berhubungan dengan penerimaan atau penolakan suatu hipotesis. Kebenaran

Lebih terperinci

Bab 5 Distribusi Sampling

Bab 5 Distribusi Sampling Bab 5 Distribusi Sampling Pendahuluan Untuk mempelajari populasi kita memerlukan sampel yang diambil dari populasi yang bersangkutan. Meskipun kita dapat mengambil lebih dari sebuah sampel berukuran n

Lebih terperinci

Perancangan Percobaan

Perancangan Percobaan Perancangan Percobaan Ade Setiawan 009 Review RAL: Satuan percobaan homogen Keragaman Respons disebabkan pengaruh perlakuan RAK: Satuan percobaan heterogen Keragaman Respons disebabkan pengaruh Perlakuan

Lebih terperinci

Distribusi Peluang. Kuliah 6

Distribusi Peluang. Kuliah 6 Distribusi Peluang Kuliah 6 1. Diskrit 1. Bernoulli 2. Binomial 3. Poisson Distribution 2. Kontinu 1. Normal (Gaussian) 2. t 3. F 4. Chi Kuadrat Distribusi Peluang 1.1. Distribusi Bernoulli Distribusi

Lebih terperinci

TEORI PENDUGAAN (TEORI ESTIMASI)

TEORI PENDUGAAN (TEORI ESTIMASI) TEORI PENDUGAAN (TEORI ESTIMASI) Tujuan Pembelajaran Mempelajari bagaimana cara melakukan pendugaan parameter populasi berasarkan statistik yang dihitung dari sampel A. Pendahuluan Pendahuluan : Tujuan

Lebih terperinci

Pengujian Hipotesis. Vitamin C dalam pakan bisa mempercepat

Pengujian Hipotesis. Vitamin C dalam pakan bisa mempercepat Pengujian Hipotesis Vitamin C dalam pakan bisa mempercepat pertumbuhan ayam?? 1 MATERI BAHASAN : Hypothesis Null Hypothesis Alternatif Pengujian 2 arah or 1 arah Nilai P 2 Hypothesis Hipotesis: Dugaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur, Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur, Jurusan III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur, Jurusan Kehutanan dan rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Waktu penelitian

Lebih terperinci

BAHAN AJAR STATISTIKA DASAR Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 4. BEBERAPA DISTRIBUSI PELUANG DISKRET

BAHAN AJAR STATISTIKA DASAR Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 4. BEBERAPA DISTRIBUSI PELUANG DISKRET Pertemuan 7. BAHAN AJAR STATISTIKA DASAR Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 4. BEBERAPA DISTRIBUSI PELUANG DISKRET 4. Pendahuluan 4.2 Distribusi seragam diskret 4.3 Distribusi binomial dan multinomial

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Satriyan kecamatan Tersono kabupaten Batang. Langkah-langkah yang dilakukan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Satriyan kecamatan Tersono kabupaten Batang. Langkah-langkah yang dilakukan 64 BAB IV AALISIS HASIL PEELITIA Pembahasan tentang analisis data ini mengarah pada penyelesaian permasalahan yang telah diajukan pada Bab I yakni: Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap

Lebih terperinci

3/17/2015 PENGANTAR STATISTIKA PROF. DR. KRISHNA PURNAWAN CANDRA, M.S. JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

3/17/2015 PENGANTAR STATISTIKA PROF. DR. KRISHNA PURNAWAN CANDRA, M.S. JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MULAWARMAN PENGANTAR STATISTIKA PROF. DR. KRISHNA PURNAWAN CANDRA, M.S. JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MULAWARMAN KULIAH KE-6: BEBERAPA SEBARAN PELUANG DISKRET PUSTAKA: Walpole RE

Lebih terperinci

BAB 6 PENAKSIRAN PARAMETER

BAB 6 PENAKSIRAN PARAMETER BAB 6 PENAKSIRAN PARAMETER Bab 6 PENAKSIRAN PARAMETER Standar Kompetensi : Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa dapat memahami hubungan nilai sampel dan populasi dan menentukan distribusi sampling yang

Lebih terperinci

UJI ANOVA. Imam Gunawan DISTRIBUSI F

UJI ANOVA. Imam Gunawan DISTRIBUSI F UJI ANOVA Imam Gunawan DISTRIBUSI F Ditribusi F memiliki ciri-ciri, yaitu: 1. Nilai F adalah nonnegatif.. Distribusi F merupakan distribusi kontinu. Nilainya mulai dari 0 dan tidak memiliki batas atas.

Lebih terperinci

Distribusi Probabilitas Kontinyu Teoritis

Distribusi Probabilitas Kontinyu Teoritis Distribusi Probabilitas Kontinyu Teoritis Suprayogi Dist. Prob. Teoritis Kontinyu () Distribusi seragam kontinyu (continuous uniform distribution) Distribusi segitiga (triangular distribution) Distribusi

Lebih terperinci