INDIKATOR SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDIKATOR SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2009"

Transkripsi

1 INDIKATOR SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2009 Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Kutai Kartanegara Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2009 i H a l a m a n i

2 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, dengan perkenan dan Ridho-Nya, Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) 2009 Kabupaten Kutai Kartanegara akhirnya dapat diselesaikan. Buku ini merupakan hasil kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Kutai Kartanegara dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kutai Kartanegara. Secara garis besar publikasi ini menyajikan data pokok sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara yang meliputi data kependudukan, kesehatan, pendidikan, penduduk bekerja, perumahan, pengeluaran rumah tangga dan sosial budaya secara up to date. Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan publikasi ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi keperluan perencanaan dan pembuatan kebijakan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Kritik dan saran dari para pembaca dan pengguna data sangat kami harapkan. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Tenggarong, Desember 2009 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara K e p a l a, Ir. H.RUSDIANSYAH,MM ii H a l a m a n i i

3 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... KATA SAMBUTAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv v BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Jenis Data Yang Dikumpulkan Sistematika Penyajian... 3 BAB II METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI... 4 BAB III. ULASAN SINGKAT Kependudukan Pendidikan Kesehatan Penduduk bekerja Perumahan Pengeluaran Rumahtangga Jaminan Sosial dan ITK DAFTAR PUSTAKA iii H a l a m a n i i i

4 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Jumlah dan Distribusi Penduduk Berdasarkan Wilayah Pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Jumlah Penduduk, Sex Ratio, Komposisi Umur dan Angka Ketergantungan di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Penduduk Usia Sekolah, Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan Angka Melek Huruf di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Lama Balita Menyusui dan Persentase Penolong Kelahiran Terakhir Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Penduduk yang Bekerja Menurut Distribusi Sektoral dan Status Pekerjaan Di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Beberapa Indikator Fasilitas Perumahan Di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan (Rp) Kabup aten Kutai Kartanegara Tahun iv H a l a m a n i v

5 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Rasio Jenis Kelamin Penduduk Berdasarkan Wilayah Pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Laju Pertumbuhan Penduduk Di Kabupaten Kutai Kartanegara Selama Kurun Waktu Pencapaian Angka Melek Huruf dan Rata-Rata Lama Sekolah Di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki Di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Gambar 3.5 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun v H a l a m a n v

6 DAFTAR TABEL Hal KEPENDUDUKAN 1 Tabel 1. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Wilayah Pembangunan, Tabel 2. Penduduk Menurut Wilayah Pembangunan dan Kelompok Umur, Tabel 3A. Penduduk Menurut Wilayah Pembangunan, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, Tabel 3B. Persentase Penduduk Menurut Wilayah Pembangunan, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, Tabel 4. Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Status Perkawinan, Tabel 5. Penduduk Laki-laki Usia 10 Tahun Keatas Menurut Status Perkawinan, Tabel 6. Penduduk Perempuan Usia 10 Tahun Keatas Menurut Status Perkawinan, Tabel 7. Penduduk Perempuan Usia Tahun Menurut Status Perkawinan, Tabel 8. Penduduk Perempuan Usia Tahun Menurut Kelompok Umur, Tabel 9. Penduduk Perempuan Usia Tahun yang Pernah Kawin Menurut Kelompok Umur, KESEHATAN 12 Tabel 10. Penduduk Menurut Ada Tidaknya Keluhan Kesehatan, Tabel 11. Penduduk Menurut Keluhan Kesehatan Asma/Napas Sesak/Cepat, Tabel 12. Penduduk Menurut Keluhan Kesehatan Batuk, Tabel 13. Penduduk Menurut Keluhan Kesehatan Diare, Tabel 14. Penduduk Menurut Keluhan Kesehatan Panas, Tabel 15. Penduduk Menurut Keluhan Kesehatan Pilek, Tabel 16. Penduduk Menurut Keluhan Kesehatan Sakit Gigi, Tabel 17. Penduduk Menurut Keluhan Kesehatan Sakit Kepala, Tabel 18. Penduduk Menurut Keluhan Kesehatan Lainnya, Tabel 19. Penduduk yang Merasa Terganggu Kesehatannya dan Menggangu Aktivitas Menurut Wilayah Pembangunan dan Jumlah Hari Sakit, Tabel 20A. Penduduk Laki-laki yang Merasa Terganggu Kesehatannya dan Menggangu Aktivitas Menurut Jumlah Hari Sakit, Tabel 20B. Penduduk Perempuan yang Merasa Terganggu Kesehatannya dan Menggangu Aktivitas Menurut Jumlah Hari Sakit, Tabel 21. Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Usaha Mengobati Sendiri Menurut Wilayah Pembangunandan Jenis Kelamin, i

7 BALITA 26 Tabel 22A. Balita Laki-laki menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Wilayah Pembangunan, Tabel 22B. Balita Perempuan menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Wilayah Pembangunan, Tabel 22C. Balita menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Wilayah Pembangunan, Tabel 23A. Balita Laki-laki menurut Penolong Kelahiran Terakhir dan Wilayah Pembangunan, Tabel 23B. Balita Perempuan menurut Penolong Kelahiran Terakhir dan Wilayah Pembangunan, Tabel 23C. Balita menurut Penolong Kelahiran Terakhir dan Wilayah Pembangunan, Tabel 24A. Balita Laki-laki yang Diberi ASI menurut Lamanya Pemberian ASI (bulan) dan Wilayah Pembangunan, Tabel 24B. Balita Perempuan yang Diberi ASI menurut Lamanya Pemberian ASI (bulan) dan Wilayah Pembangunan, Tabel 24C. Balita yang Diberi ASI menurut Lamanya Pemberian ASI (bulan) dan Wilayah Pembangunan, PENDIDIKAN 36 Tabel 25A. Penduduk 5 Tahun Keatas dan Partisipasi Sekolah, Tabel 25B. Persentase Penduduk 5 Tahun Keatas dan Partisipasi Sekolah, Tabel 26A. Penduduk 7-12 Tahun dan Partisipasi Sekolah, Tabel 26B. Persentase Penduduk 7-12 Tahun dan Partisipasi Sekolah, Tabel 27A. Penduduk Tahun dan Partisipasi Sekolah, Tabel 27B. Persentase Penduduk Tahun dan Partisipasi Sekolah, Tabel 28A. Penduduk Tahun dan Partisipasi Sekolah, Tabel 28B. Persentase Penduduk Tahun dan Partisipasi Sekolah, Tabel 29A. Penduduk Tahun dan Partisipasi Sekolah, Tabel 29B. Persentase Penduduk Tahun dan Partisipasi Sekolah, Tabel 30A. Penduduk 10 Tahun Keatas dan Partisipasi Sekolah, Tabel 30B. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas dan Partisipasi Sekolah, Tabel 31A. Penduduk Laki-laki 10 Tahun ke Atas menurut Jenjang Pendidikan yang Pernah/Sedang Diduduki dan Wilayah Pembangunan, Tabel 31B. Penduduk Perempuan 10 Tahun ke Atas menurut Jenjang Pendidikan yang Pernah/Sedang Diduduki dan Wilayah Pembangunan, Tabel 31C. Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Jenjang Pendidikan yang Pernah/Sedang Diduduki dan Wilayah Pembangunan, Tabel 32A. Penduduk Laki-laki 10 Tahun ke Atas menurut Jenjang Pendidikan yang Ditamatkan dan Wilayah Pembangunan, Tabel 32B. Penduduk Perempuan 10 Tahun ke Atas menurut Jenjang Pendidikan yang Ditamatkan dan Wilayah Pembangunan, Tabel 32C. Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Jenjang Pendidikan yang Ditamatkan dan Wilayah Pembangunan, ii

8 Tabel 33. Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Kemampuan Membaca, Tabel 34. Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Kemampuan Membaca dan Kelompok Umur, Tabel 35. Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tabel 36. Penduduk 5 Tahun ke Atas menurut Kelompok Umur Sekolah, Tabel 37B. Penduduk Perempuan 5 Tahun ke Atas menurut Kelompok Umur Sekolah, Tabel 37A. Penduduk Laki-laki 5 Tahun ke Atas menurut Kelompok Umur Sekolah, Tabel 38A. Penduduk 5 Tahun ke Atas yang Masih Sekolah menurut Kelompok Umur Sekolah, Tabel 38B. Penduduk 5 Tahun ke Atas yang Masih Sekolah menurut Kelompok Umur Sekolah, Tabel 38C. Penduduk 5 Tahun ke Atas yang Masih Sekolah menurut Kelompok Umur Sekolah, Tabel 39A. Penduduk Laki-laki 5 Tahun ke Atas yang Masih Sekolah menurut Kelompok Umur Sekolah dan Jenjang Pendidikan, Tabel 39B. Penduduk Laki-laki 5 Tahun ke Atas yang Masih Sekolah menurut Kelompok Umur Sekolah dan Jenjang Pendidikan, Tabel 39C. Penduduk Laki-laki 5 Tahun ke Atas yang Masih Sekolah menurut Kelompok Umur Sekolah dan Jenjang Pendidikan, Tabel 39D. Penduduk Laki-laki 5 Tahun ke Atas yang Masih Sekolah menurut Kelompok Umur Sekolah dan Jenjang Pendidikan, Tabel 39E. Penduduk Perempuan 5 Tahun ke Atas yang Masih Sekolah menurut Kelompok Umur Sekolah dan Jenjang Pendidikan, Tabel 39F. Penduduk Perempuan 5 Tahun ke Atas yang Masih Sekolah menurut Kelompok Umur Sekolah dan Jenjang Pendidikan, Tabel 39G. Penduduk Perempuan 5 Tahun ke Atas yang Masih Sekolah menurut Kelompok Umur Sekolah dan Jenjang Pendidikan, Tabel 39H. Penduduk Perempuan 5 Tahun ke Atas yang Masih Sekolah menurut Kelompok Umur Sekolah dan Jenjang Pendidikan, KETENAGAKERJAAN 72 Tabel 40A. Penduduk Laki-laki 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama Seminggu yang Lalu, Tabel 40B. Penduduk Perempuan 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama Seminggu yang Lalu, Tabel 40C. Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama Seminggu yang Lalu, Tabel 41. Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Mencari Pekerjaan menurut Jenis Kelamin Tabel 42. Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Termasuk Angkatan Kerja menurut Jenis Kelamin Tabel 43A. Penduduk Laki-laki 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha, Tabel 43B. Penduduk Perempuan 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha, Tabel 43. Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha, Tabel 44A. Penduduk Laki-laki 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan, Tabel 44B. Penduduk Perempuan 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan, Tabel 44C. Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan, Tabel 45A. Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha dan Status Pekerjaan, Tabel 45B. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha dan Status Pekerjaan, iii

9 FERTILITAS 86 Tabel 46. Penduduk Wanita Usia 10 Tahun Keatas yang Pernah Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama, Tabel 47. Penduduk Wanita Usia Tahun yang Pernah Kawin Menurut Penggunaan Alat KB, Tabel 48. Penduduk Wanita Usia Tahun yang Pernah Kawin dan Sedang Menggunakan Alat KB Menurut Alat KB yang Digunakan, Tabel 49. Penduduk Wanita Usia Tahun yang Pernah Kawin dan Sedang Menggunakan Alat KB Menurut Alat KB yang Digunakan, Tabel 50A. Penduduk Wanita Usia 10 Tahun Keatas Yang Pernah Kawin Menurut Jumlah Anak lahir Hidup, Tabel 50B. Persentase Penduduk Wanita Usia 10 Tahun Keatas Yang Pernah Kawin Menurut Jumlah Anak lahir Hidup, Tabel 51A. Penduduk Wanita Usia 10 Tahun Keatas Yang Pernah Kawin Menurut Jumlah Anak Masih Hidup, Tabel 51B. Persentase Penduduk Wanita Usia 10 Tahun Keatas Yang Pernah Kawin Menurut Jumlah Anak Masih Hidup, PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN Tabel 52. Rumahtangga Menurut Status Kepemilikan Rumah Dan Wilayah Pembangunan, Tabel 53. Rumahtangga Menurut Jenis Atap Rumah Terluas Dan Wilayah Pembangunan, Tabel 54. Rumahtangga Menurut Jenis Dinding Rumah Terluas Dan Wilayah Pembangunan, Tabel 55. Rumahtangga Menurut Jenis Lantai Rumah Terluas Dan Wilayah Pembangunan, Tabel 56. Rumahtangga Menurut Luas Lantai Rumah (m 2 ) Dan Wilayah Pembangunan, Tabel 57A. Rumahtangga Menurut Sumber Air Minum Dan Wilayah Pembangunan, Tabel 57B. Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Air Minum Dan Wilayah Pembangunan, Tabel 58. Rumahtangga Menurut Jarak Sumber Air Minum ke Tempat Penampungan Kotoran Dan Wilayah Pembangunan, Tabel 59. Rumahtangga Menurut Penggunaan Fasilitas Air Minum Dan Wilayah Pembangunan, Tabel 60. Rumahtangga Menurut Cara Memperoleh Air Minum Dan Wilayah Pembangunan, Tabel 61. Rumahtangga Menurut Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Dan Wilayah Pembangunan, Tabel 62. Rumahtangga Menurut Jenis Kloset Dan Wilayah Pembangunan, Tabel 63. Rumahtangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja Dan Wilayah Pembangunan, Tabel 64. Rumahtangga Menurut Sumber Penerangan Dan Wilayah Pembangunan, Tabel 65. Rumahtangga Menurut Bahan Bakar Utama untuk Memasak Dan Wilayah Pembangunan, iv

10 KONSUMSI 111 Tabel 66. Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan untuk Kelompok Makanan menurut Golongan Pengeluaran, Tabel 67. Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan untuk Kelompok Bukan Makanan menurut Golongan Pengeluaran, Tabel 68. Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan menurut Golongan Pengeluaran, JAMINAN SOSIAL 115 Tabel 69. Rumahtangga menurut Ketersediaan Jaminan pembiayaan kesehatan dan Wilayah Pembangunan, Tabel 70. Rumahtangga yang Memperoleh Pelayanan Berobat Gratis Dan Wilayah Pembangunan, Tabel 62. Rumahtangga Penerima Pengobatan Gratis Menurut Jenis Kartu Dan Wilayah Pembangunan, Tabel 72. Rumahtangga yang Pernah Membeli Beras Raskin Dan Wilayah Pembangunan, Tabel 73. Rumahtangga yang Pernah Membeli Beras Raskin dan Jumlah Beras yang Dibeli (kg) Dan Wilayah Pembangunan, Tabel 74. Rumahtangga yang Anggota Rumahtangganya Pernah Menerima Kredit Dan Wilayah Pembangunan, INFORMASI TEKNOLOGI DAN INFORMASI 122 Tabel 75. Rumahtangga yang Mempunyai Telepon Dan Wilayah Pembangunan, Tabel 75. Rumahtangga yang Anggota Rumahtangganya Memiliki Handphone Dan Wilayah Pembangunan, Tabel 77. Rumahtangga yang Mempunyai Komputer Dan Wilayah Pembangunan, v

11 Bab 1 Pendahuluan Survei Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) merupakan salah satu survei yang dilaksanakan BPS Kabupaten Kutai Kartanegara bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Kutai Kartanegara. Suseda dirancang diantaranya untuk memenuhi kebutuhan data yang menggambarkan karakteristik sosial ekonomi Kabupaten Kutai Kartanegara. Data sosial ekonomi yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan rakyat sangat diperlukan. Data tersebut digunakan untuk mengetahui apakah pembangunan yang dilaksanakan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat utamanya yang berkaitan dengan aspek pemenuhan kebutuhan hidup manusia. H a l a m a n 1

12 1.1. Latar Belakang Di era otonomi daerah, ketersediaan data sosial ekonomi secara rutin dan berkesinambungan menjadi sangat penting. Untuk mendukung ketersediaan data sosial ekonomi dimaksud BPS Kabupaten Kutai Kartanegara melaksanakan Survei Sosial Ekonomi Daerah (SUSEDA). Data yang dihasilkan dari kegiatan Suseda dapat memberi gambaran mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara. Kendala ketersediaan data dalam membuat perencanaan pembangunan maupun untuk mengevaluasi hasil program yang telah dilaksanakan dapat dielaborasi Tujuan Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah diharapkan dapat menyediakan data pokok sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara secara menyeluruh dan berkesinambungan. Data Sosial Ekonomi Daerah 2009 dapat digunakan untuk masukan penyusunan kebijakan maupun mengevaluasi keberhasilan pembangunan. Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah mengikuti dan memenuhi kebutuhan data spesifik daerah, sebagai salah satu upaya memperkaya kuantitas dan kualitas data yang disajikan. Terbitan hasil Suseda diharapkan dapat memberikan solusi bagi kebutuhan data yang semakin beragam Jenis Data yang dikumpulkan Di samping data pokok kesejahteraan masyarakat, ditampilkan juga beberapa informasi lain sebagai upaya pemenuhan kebutuhan data bagi perencanaan pembangunan. Beberapa jenis data yang disajikan secara runtun dan berkelanjutan diantaranya adalah : Keterangan umum anggota rumahtangga yaitu jenis kelamin, umur, dan status Perkawinan. Keterangan umum kesehatan. Keterangan pendidikan anggota rumahtangga. Keterangan anggota rumahtangga berumur 10 tahun ke atas tentang H a l a m a n 2

13 kegiatan ekonominya. Keterangan fertilitas bagi anggota rumahtangga wanita yang pernah kawin dan keterangan Keluarga Berencana (KB) dari anggota rumahtangga yang berstatus kawin. Keterangan yang menyangkut karakteristik bangunan tempat tinggal, fasilitas perumahan dan lingkungan. Keterangan tentang pengeluaran rumahtangga dan konsumsi rumahtangga. Keterangan sosial ekonomi lainnya, merupakan informasi yang bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan data yang semakin beragam dan up to date Sistematika Penyajian Penyajian data/tabel dalam publikasi ini dikelompokkan ke dalam beberapa bagian. Bagian pertama memaparkan masalah kependudukan, termasuk jumlah penduduk dan persentasenya, diantaranya mengenai penduduk menurut jenis kelamin, umur, status perkawinan. Bagian kedua, menyajikan tentang kondisi kesehatan penduduk yang mencakup keluhan kesehatan utama, lama hari sakit, dan kondisi balita. Bagian ketiga ditampilkan kondisi pendidikan penduduk yang mencakup partisipasi sekolah, status pendidikan, tingkat pendidikan, dan melek huruf. Penduduk yang bekerja ditampilkan pada bagian keempat, yang mencakup lapangan pekerjaan penduduk dan status pekerjaan. Selanjutnya gambaran mengenai fertilitas dan keluarga berencana disajikan pada bagian kelima, disusul dengan data indikator makro mengenai perumahan pada bagian keenam, dan ditutup dengan data pengeluaran rumahtangga dan data sosial budaya pada bagian terakhir. H a l a m a n 3

14 Bab 2 Metodologi, Konsep dan Definisi Dimaksudkan agar secara statistik, data yang disajikan dapat dipahami dan diartikan secara sama dan interpretasi terhadap indikator yang dihasilkan tidak terjadi perbedaan. Konsep dan definisi akan sangat membantu dalam memahami batasan-batasan yang ada untuk setiap data yang ada. H a l a m a n 4

15 2.1. Metode Pengumpulan Data 2.2. Ruang Lingkup 2.3. Kerangka Sampel Pengumpulan data disetiap rumahtangga terpilih dilakukan melalui wawancara langsung dengan responden. Pertanyaan-pertanyaan individu dalam kuesioner diusahakan bersumber dari individu yang bersangkutan, sedangkan keterangan tentang rumahtangga dapat dikumpulkan melalui wawancara dengan kepala rumahtangga, suami/istri kepala rumahtangga, atau anggota rumahtangga lain yang mengetahui tentang karakteristik yang ditanyakan. Suseda 2009 dilakukan di 18 kecamatan di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dengan ukuran sampel sekitar rumahtangga. Rumahtangga yang tinggal dalam blok sensus khusus (kompleks militer dll) dan rumahtangga khusus (pesantren, asrama, dll) yang tinggal di blok sensus biasa tidak dipilih dalam sampel. Kerangka sampel untuk pemilihan sampel blok sensus Suseda 2009 terdiri dari kerangka sampel untuk pemilihan blok sensus, kerangka sampel untuk sub blok sensus (khus us blok sensus yang mempunyai jumlah rumahtangga lebih besar dari 150 rumahtangga), dan kerangka sampel untuk pemilihan rumahtangga dalam blok sensus terpilih/sub blok sensus terpilih. Kerangka sampel untuk pemilihan blok sensus di daerah perkotaan adalah daftar blok sensus yang terdapat di daerah perkotaan disetiap kecamatan. Sedangkan kerangka sampel untuk pemilihan blok sensus di daerah perdesaan adalah daftar blok sensus yang terdapat di daerah perdesaan di setiap kecamatan. Kerangka sampel untuk pemilihan sub blok sensus adalah daftar sub blok sensus dalam blok sensus terpilih yang mempunyai jumlah rumahtangga lebih besar dari 150 rumahtangga Rancangan Sampel Untuk daerah perkotaan maupun daerah perdesaan, blok sensus yang muatan rumahtangganya kurang dari 150 RMT tidak dibentuk sub blok sensus dan rancangan sampelnya adalah rancangan sampel bertahap dua. Sedangkan blok sensus yang muatan rumahtangganya lebih besar dari 150 RMT dibentuk sub blok sensus dan rancangan sampelnya bertahap tiga. Pemilihan sampel untuk daerah perkotaan dan daerah perdesaan dilakukan secara terpisah. Setiap tahap dalam rancangan pemilihan sampel adalah sebagai berikut: H a l a m a n 5

16 - Untuk blok sensus yang tidak dibentuk sub blok sensus Tahap pertama, dari kerangka sampel blok sensus dipilih sejumlah blok sensus secara linier sistemik sampling dengan size banyaknya rumahtangga hasil listing di setiap blok sensus hasil Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B). Tahap kedua, dari sejumlah rumahtangga hasil listing di setiap blok sensus terpilih dipilih 16 rumahtangga juga secara linier sistematik sampling. - Untuk blok sensus yang dibentuk sub blok sensus Tahap pertama, dari kerangka sampel blok sensus dipilih sejumlah blok sensus secara probability proportional to size, dengan size banyaknya rumahtangga hasil listing di setiap blok sensus hasil P4B. Tahap kedua, dari setiap blok sensus terpilih dipilih sejumlah sub blok sensus, selanjutnya dipilih satu sub blok sensus secara pps dengan size banyaknya rumahtangga hasil listing P4B di setiap sub blok sensus. Dan tahap ketiga, dari sejumlah rumahtangga hasil listing di setiap sub blok sensus terpilih dipilih 16 rumahtangga juga secara linier sistematik sampling Pengolahan Data 2.6. Referensi Waktu Survei Pengolahan data, mulai dari data entri sampai dengan tahap tabulasi dilakukan dengan menggunakan komputer. Sebelum tahap ini dimulai, terlebih dahulu dilakukan cek awal atas kelengkapan isian daftar pertanyaan, penyuntingan terhadap isian kuesioner termasuk hubungan keterkaitan atau konsistensi antara satu jawaban dengan jawaban yang lainnya. Dalam Suseda 2009, referensi waktu survei yang digunakan untuk pengumpulan data adalah suatu periode yang berakhir sehari sebelum tanggal pencacahan rumahtangga. - Keterangan kegiatan anggota rumahtangga berumur 10 tahun ke atas, dan pengeluaran konsumsi makanan dengan referensi waktu survei seminggu yang lalu. - Keterangan kesehatan dengan referensi waktu survei sebulan yang lalu. - Pengeluaran untuk barang-barang bukan makanan dengan referensi waktu survei setahun yang lalu. Beberapa konsep yang dipakai dalam kegiatan penyusunan data ini meliputi: H a l a m a n 6

17 2.7. Blok Sensus Blok sensus adalah bagian dari suatu wilayah desa/kelurahan yang merupakan daerah kerja seorang petugas pencacah. Blok sensus membagi habis desa/kelurahan dan harus mempunyai batas-batas (alam/buatan) yang jelas. Batas satuan lingkungan setempat (SLS) seperti rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), dusun atau lingkungan diutamakan sebagai batas blok sensus bila batas SLS tersebut jelas. Satu blok sensus harus terletak pada satu hamparan tidak boleh terpisah oleh blok sensus lain Rumah tangga dan Anggota Rumahtangga Rumahtangga dalam hal ini dibedakan menjadi dua, yaitu rumahtangga biasa dan rumahtangga khusus. 1) Rumahtangga biasa adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan biasanya makan bersama dari satu dapur. Yang dimaksud dengan makan dari satu dapur adalah jika pengurusan kebutuhan sehari-harinya dikelola bersama menjadi satu. Selain rumahtangga biasa yang terdiri dari bapak, ibu dan anak, yang juga dianggap rumahtangga biasa antara lain: Seseorang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus dan mengurus makanannya secara sendiri. Keluarga yang tinggal terpisah di dua bangunan sensus tapi makannya dari satu dapur asal kedua bangunan sensus tersebut masih dalam satu segmen. Suatu rumahtangga yang menerima pondokan dengan makan (indekos) yang pemondoknya berjumlah kurang dari 10 orang. Pengurus asrama, panti asuhan, lembaga pemasyarakatan dan sejenisnya yang tinggal sendiri maupun bersama anak, istri serta anggota rumahtangga lainnya, makan dari satu dapur yang terpisah dari lembaga yang diurusnya. Beberapa orang yang bersama-sama mendiami satu kamar dalam satu bangunan sensus walaupun mengurus makannya sendiri-sendiri dianggap satu rumahtangga biasa. 2) Rumahtangga khusus, yaitu orang-orang yang tinggal di asrama, tangsi, panti asuhan, lembaga pemasyarakatan, rumah tahanan, dan sekelompok orang yang mondok dengan makan (indekos) dan berjumlah 10 orang atau lebih tidak dicakup dalam Suseda. H a l a m a n 7

18 Anggota rumahtangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumahtangga, baik yang berada di rumah pada waktu pencacahan maupun sementara tidak ada. Anggota rumahtangga yang telah bepergian 6 bulan atau lebih, dan anggota rumahtangga yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan pindah/akan meninggalkan rumah 6 bulan atau lebih, tidak dianggap sebagai anggota rumahtangga. Orang yang telah tinggal di suatu rumahtangga 6 bulan atau lebih atau yang telah tinggal di suatu rumahtangga kurang dari 6 bulan, tetapi berniat menetap di rumahtangga tersebut dianggap sebagai anggota rumahtangga. Kepala rumahtangga adalah seseorang dari sekelompok anggota rumahtangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumahtangga tersebut atau orang yang dianggap/ditunjuk sebagai kepala di dalam rumahtangga tersebut Indikator Petunjuk yang memberikan indikasi tentang sesuatu keadaan dan merupakan refleksi dari keadaan tersebut disebut juga sebagai Indikator. Dengan kata lain, indikator merupakan variabel penolong dalam mengukur perubahan. Variabel-variabel ini terutama digunakan apabila perubahan yang akan dinilai tidak dapat diukur secara langsung. Indikator yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain: sahih (valid), indikator harus dapat mengukur sesuatu yang sebenarnya akan diukur oleh indikator tersebut; objektif, untuk hal yang sama, indikator harus memberikan hasil yang sama pula, walaupun dipakai oleh orang yang berbeda dan pada waktu yang berbeda; sensitif, perubahan yang kecil mampu dideteksi oleh indikator; spesifik, indikator hanya mengukur perubahan situasi yang dimaksud. Namun demikian perlu disadari bahwa tidak ada ukuran baku yang benarbenar dapat mengukur tingkat kesejahteraan seseorang atau masyarakat. Indikator bisa bersifat tunggal (indikator tunggal) yang isinya terdiri dari satu indikator, seperti Angka Kematian Bayi (AKB) dan bersifat jamak (indikator komposit) yang merupakan gabungan dari beberapa indikator, seperti Indeks Mutu Hidup (IMH) yang merupakan gabungan dari 3 indikator yaitu angka melek huruf (AMH), angka kematian bayi (AKB) dan angka H a l a m a n 8

19 harapan hidup dari anak usia 1 tahun (e1). Menurut jenisnya, indikator dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok indikator, yaitu: Indikator Input, yang berkaitan dengan penunjang pelaksanaan program dan turut menentukan keberhasilan program, seperti: rasio murid-guru, rasio murid-kelas, rasio dokter, rasio puskesmas. Indikator Proses, yang menggambarkan bagaimana proses pembangunan berjalan, seperti: Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), rata-rata jumlah jam kerja, rata-rata jumlah kunjungan ke puskesmas, persentase anak balita yang ditolong dukun. Indikator Output/Outcome, yang menggambarkan bagaimana hasil (output) dari suatu program kegiatan telah berjalan, seperti: persentase penduduk dengan pendidikan SMTA ke atas, AKB, angka harapan hidup, TPAK, dan lain-lain Kesehatan Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut, penyakit kronis, kecelakaan atau hal lain. Jenis keluhan kesehatan yang disurvei adalah panas/demam, batuk pilek, asma, diare/buang-buang air, sakit kepala, sakit gigi, dan lainnya. Terganggu kesehatan adalah tidak dapat melakukan kegiatan secara normal sebagaimana biasanya karena sakit atau keluhan dimaksud. Imunisasi atau vaksinasi adalah memasukkan kuman atau racun penyakit tertentu yang sudah dilemahkan (vaksin) ke dalam tubuh dengan cara suntik atau diminum (diteteskan dalam mulut), dengan maksud agar terjadi kekebalan terhadap penyakit tersebut. Angka Kesakitan adalah persentase penduduk yang pernah mengalami keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu. Penolong Kelahiran Pertama adalah orang yang membantu proses kelahiran dimulai dari munculnya tanda-tanda persalinan sampai lahirnya bayi. Penolong Kelahiran Terakhir adalah orang yang membantu proses kelahiran sampai akhir, umumnya karena penolong kelahiran pertama merasa tidak sanggup H a l a m a n 9

20 untuk membantu proses kelahiran tersebut Pendidikan Sekolah adalah sekolah formal mulai dari pendidikan dasar, menengah dan tinggi, termasuk pendidikan yang disamakan. Tidak/belum pernah sekolah adalah mereka yang tidak atau belum pernah sekolah. Termasuk mereka yang tamat/belum tamat Taman Kanak-kanak yang tidak melanjutkan ke SD. Masih bersekolah adalah mereka yang terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan di pendidikan dasar, menengah atau tinggi. Tidak sekolah lagi adalah mereka yang pernah mengikuti pendidikan dasar, menengah atau tinggi, tetapi pada saat pencacahan tidak lagi terdaftar dan tidak lagi aktif. Jenjang pendidikan tertinggi yang pernah/sedang diduduki adalah jenjang pendidikan yang pernah diduduki oleh seseorang yang sudah tidak sekolah lagi atau sedang diduduki oleh seseorang yang masih sekolah. Untuk bisa melihat dengan jelas dan terarah beragam permasalahan pendidikan selama ini dan bagaimana mengimplementasikan program-program pendidikan secara baik dan terukur diperlukan ukuran atau indikator yang handal. Beberapa indikator yang sering digunakan di bidang pendidikan: Angka Partisipasi Kasar (APK) Indikator ini mengukur proporsi anak sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Angka ini memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak yang menerima pendidikan pada jenjang tertentu. APK biasanya diterapkan untuk jenjang pendidikan SD (usia 7-12 tahun), SLTP (usia tahun) dan SLTA (usia tahun) Angka Partisipasi Kasar Sekolah Dasar (APK SD) Angka partisipasi kasar SD diperoleh dengan membagi jumlah murid SD pada suatu waktu dengan penduduk usia 7-12 tahun pada waktu yang sama. Indikator ini digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat partisipasi ( kasar) penduduk pada jenjang pendidikan SD. H a l a m a n 1 0

21 APK SD Jumlah Murid SD x100 Jumlah Penduduk Usia 7-12 Tahun Angka Partisipasi Kasar SLTP (APK SLTP) Angka Partisipasi Kasar SLTA (APK SLTA) Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Murni Sekolah Dasar (APM SD) Angka Partisipasi Kasar SLTP diperoleh dengan membagi jumlah murid SLTP pada suatu waktu dengan penduduk usia tahun pada waktu yang sama. Indikator menunjukkan kemampuan pendidikan SLTP dalam menyerap penduduk usia tahun. APK SLTP Jumlah Murid SLTP x100 Jumlah Penduduk Usia Tahun Angka Partisipasi Kasar SLTA diperoleh dengan membagi jumlah murid SLTA pada suatu waktu dengan penduduk usia tahun pada waktu yang sama. Indikator ini digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat partisipasi (kasar) penduduk pada jenjang pendidikan SLTA. APK SLTA Jumlah Murid SLTA x100 Jumlah Penduduk Usia Tahun Indikator ini mengukur proporsi anak yang bersekolah pada kelompok umur tertentu pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umur tersebut. APM selalu lebih rendah dibandingkan dengan APK karena pembilangnya lebih kecil sementara penyebutnya sama. Nilai APM yang mendekati 100 persen menunjukkan hampir semua penduduk bersekolah dan tepat waktu sesuai dengan usia sekolah pada jenjang pendidikannya. APM biasanya diterapkan untuk jenjang pendidikan SD (usia 7-12 tahun), SLTP (usia tahun) dan SLTA (usia tahun). Angka Partisipasi Murni SD diperoleh dengan membagi jumlah murid SD usia 7-12 tahun pada suatu waktu dengan penduduk usia 7-12 tahun pada waktu yang sama. Indikator ini digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat partisipasi (murni) penduduk pada jenjang pendidikan SD. APM SD Jumlah Murid SD Usia 7-12 Tahun x100 Jumlah Penduduk Usia 7-12 Tahun Angka Partisipasi Murni SLTP (APM SLTP) Angka Partisipasi Murni SLTP diperoleh dengan membagi jumlah murid SLTP usia tahun pada suatu waktu dengan penduduk usia tahun pada waktu yang sama. APM SLTP Jumlah Murid SLTP Usia Tahun Jumlah Penduduk Usia Tahun x100 H a l a m a n 1 1

22 Angka Partisipasi Murni SLTA (APM SLTA) Angka Melek Huruf (AMH) Pendidikan Yang Ditamatkan Persentase Penduduk Berpendidikan SLTP Keatas Ratarata Lama Sekolah (RLS) Angka Partisipasi Murni SLTA diperoleh dengan membagi jumlah murid SLTA usia tahun pada suatu waktu dengan penduduk usia tahun pada waktu yang sama. Indikator ini digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat partisipasi (murni) penduduk pada jenjang pendidikan SLTA. APM SLTA Jumlah Murid SLTA Usia Tahun x100 Jumlah Penduduk Usia Tahun Angka melek huruf adalah persentase penduduk yang memiliki kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan/atau lainnya. Indikator ini menggambarkan mutu sumber daya manusia yang diukur dalam aspek pendidikan. Semakin tinggi nilai indikator ini semakin tinggi mutu sumber daya manusia suatu masyarakat. Untuk mempertajam analisis, batasan usia bisa diubah seusai kebutuhan. Jumlah Pddk Usia 15 Tahun yg melek huruf AMH x100 Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Indikator ini menunjukkan keterkaitan sistem pendidikan dalam mendidik sub kelompok penduduk dewasa. Indikator ini merupakan persentase penduduk usia 16 tahun keatas yang minimal berpendidikan SLTP. Angka yang diperoleh digunakan untuk mengetahui tingkat kualitas pendidikan penduduk dengan menggunakan pendidikan dasar menengah sebagai batasan minimal. JumlahPddk Usia16 Tahunyg tamatsltp % Pddk tamatsltp x100 JumlahPenduduk Usia16 Tahun Rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan dua variabel secara simultan; yaitu tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Langkah pertama adalah memberi bobot pada variabel yang digunakan seperti dibawah ini : Jenjang pendidikan Bobot 1. Tidak punya 0 2. SD/MI/sederajat 6 3. SMP/MTs/sederajat 9 4. SMA/MA/sederajat SM Kejuruan DI/DII DIII/Sarmud DIV/S S2/S3 19 H a l a m a n 1 2

23 Secara sederhana prosedur penghitungan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : RLS 10 fi x i 1 10 Dimana RLS : Rata-rata lama sekolah fi : frekuensi penduduk pada jenjang pendidikan -i Si : bobot masing-masing jenjang pendidikan -i LSi : 0 (bila tidak/belum pernah sekolah) LSi : Si (bila tamat) LSi : Si + kelas yang diduduki 1 (bila masih bersekolah dan pernah tamat) i 1 fi LSi Angkatan Kerja Angkatan kerja adalah mereka yang berumur 15 tahun keatas dan selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, baik bekerja maupun sementara tidak bekerja karena suatu sebab seperti yang sedang menunggu panen, pegawai yang sedang cuti dan pekerja bebas profesional (dukun, dalang) yang sedang menunggu pekerjaan berikutnya. Disamping itu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan/mengharapkan dapat pekerjaan juga termasuk dalam kelompok angkatan kerja. Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 15 tahun keatas dan selama seminggu yang lalu hanya bersekolah, mengurus rumahtangga, melakukan kegiatan lainnya dan tidak melakukan suatu kegiatan yang dapat dimasukkan dalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari pekerjaan. Kegiatan yang terbanyak dilakukan adalah kegiatan yang menggunakan waktu terbanyak dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Waktu terbanyak diperhitungkan dengan membandingkan waktu yang digunakan untuk bekerja, sekolah, mengurus rumahtangga dan lainnya (olah raga, kursus, piknik, dan kegiatan sosial). Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam dalam seminggu yang lalu. Bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut dan tidak boleh terputus (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam usaha/kegiatan ekonomi). Penghasilan atau keuntungan mencakup upah/gaji termasuk semua tunjangan dan bonus uang atau barang termasuk bagi pengusaha. H a l a m a n 1 3

24 Punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan/usaha tetapi selama seminggu yang lalu tidak bekerja karena sesuatu sebab seperti sakit, cuti, menunggu panen atau mogok kerja. Mencari Pekerjaan adalah Kegiatan dari mereka yang berusaha mendapatkan pekarjaan. Klasifikasi Lapangan Usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/usaha/perusahaan/kantor tempat seseorang bekerja, atau yang dihasilkan oleh perusahaan/kantor tempat responden bekerja. Status Pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam pekerjaan Fertilitas Anak kandung lahir hidup adalah anak yang pada waktu dilahirkan menunjukkan tanda-tanda kehidupan walaupun mungkin hanya beberapa saat saja seperti jantung berdenyut, bernapas, dan menangis. Anak yang pada waktu lahir tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan disebut lahir mati Perumahan Luas lantai adalah luas lantai yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari. Bagian-bagian yang digunakan bukan untuk keperluan sehari-hari tidak dimasukkan dalam perhitungan luas lantai seperti lumbung padi, kandang ternak, jemuran, dan warung (sebatas atap). Dinding adalah sisi luar/batas dari suatu bangunan atau penyekat dengan rumahtangga atau bangunan lain. Atap adalah penutup bagian atas suatu bangunan sehingga orang yang mendiami di bawahnya terlindung dari teriknya matahari, hujan, dan sebagainya. Untuk bangunan bertingkat, atap yang dimaksud adalah bagian teratas dari bangunan tersebut. Sumber air Minum Bersih adalah Sumber Air Minum yang digunakan rumahtangga dari Air Kemasan, Air Leding, Air Pompa, Sumur Terlindung dan Mata air terlindung Konsumsi pengeluaran Rumahtangga Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumahtangga sebulan untuk konsumsi semua anggota rumahtangga dibagi dengan banyaknya anggota rumahtangga. H a l a m a n 1 4

25 Pengeluaran atau konsumsi rumahtangga dibedakan menjadi dua yaitu konsumsi makanan dan bukan makanan tanpa memperhatikan asal barang dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan rumahtangga saja, tidak termasuk konsumsi pengeluaran untuk keperluan usaha rumahtangga atau yang diberikan kepada pihak lain. Pengeluaran untuk konsumsi makanan ditanyakan selama seminggu yang lalu, sedangkan pengeluaran untuk bukan makanan setahun yang lalu. Baik konsumsi makanan maupun bukan makanan selanjutnya dikonversikan ke dalam pengeluaran rata-rata sebulan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 1. PERTANIAN - Pertanian dan Perburuan - Kehutanan - Perikanan 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - Pertambangan Batu Bara dan Penggalian Gambut - Pertambangan Minyak dan Gas Alam - Pertambangan Bijih Uranium dan Thorium - Pertambangan Bijih Logam - Penggalian Batu-batuan, Tanah Liat, dan Pasir 3. INDUSTRI - Industri Makanan dan Minuman - Industri Pengolahan Tembakau - Industri Tekstil - Industri Pakaian Jadi - Industri Kulit dan Barang Dari Kulit - Industri Kayu dan Barang-Barang dari Kayu, dan Barang-Barang - Industri Kertas dan Barang dari Kertas - Industri Penerbitan, Percetakan, dan Reproduksi Media Rekaman - Industri Baru Bara, Pengilangan Minyak Bumi dan Pengolahan Gas Bumi, Barang-Barang dari Hasil Pengilangan Minya Bumi dan Bahan Bakar - Industri Kimia dan Barang-Barang dari Bahan Kimia - Industri Karet dan barang dari Karet - Industri Barang Galian Bukan Logam - Industri Logam Dasar - Industri Barang dari Logam, Kecuali Mesin dan Peralatan - Industri Mesin dan Perlengkapannya - Industri Mesin dan Peralatan Kantor, Akuntansi, dan Pengolahan Data - Industri Mesin Listrik Lainnya dan Perlengkapannya H a l a m a n 1 5

26 - Industri Radio, Televisi, dan Peralatan Komunikasi, serta Perlengkapannya - Industri Peralatan Kedokteran, Alat-Alat Ukur, Peralatan Navigasi, Peralatan Optik, Jam dan Lonceng - Industri Alat Angkutan, Selain Kendaraan Bermotor Roda empat Atau Lebih - Industri Furnitur dan Industri Pengolahan Lainnya - Daur Ulang 4. LISTRIK, GAS DAN AIR - Ketenagalistrikan - Gas - Uap dan Air Panas - Pengadaan dan Penyaluran Air Bersih 5. KONSTRUKSI - Penyiapan Lahan - Konstruksi Gedung dan Bangunan Sipil - Instalasi Gedung dan Bangunan Sipil - Penyelesaian Konstruksi Gedung - Penyewaan Alat Konstruksi atau Peralatan Pembongkar/Penghancur Bangunan dengan Operatornya 6. PERDAGANGAN - Penjualan, Pemeliharaan dan reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Penjualan Eceran Bahan Bakar Kendaraan - Perdagangan Besar Dalam negeri, Kecuali Perdagangan mobil dan Sepeda Motor Selain Ekspor dan Impor - Perdagangan Eceran, Kecuali Mobil dan Sepeda Motor Reparasi Barang-Barang Keperluan Pribadi dan Rumahtangga - Perdagangan Ekspor, Kecuali Perdagangan Mobil dan Sepeda Motor - Perdagangan Impor, Kecuali Perdagangan Mobil dan Sepeda Motor - Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7. TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI - Angkutan Darat dan angkutan Dengan Saluran Pipa - Angkutan Air - Angkutan Udara - Jasa Penunjang dan Pelengkap Kegiatan angkutan, dan jasa Perjalanan Wisata - Pos dan Telekomunikasi H a l a m a n 1 6

27 8. KEUANGAN - Keperantaraan Keuangan Kecuali Asuransi dana Pensiun - Asuransi dan Dana Pensiun - Jasa Penunjang Keperantaraan Keuangan - Real Estate - Jasa Persewaan Mesin dan Peralatannya (Tanpa Operator), Barang-Barang Keperluan Rumahtangga dan Pribadi 9. JASA - Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib - Jasa Pendidikan - Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - Jasa Kebersihan - Kegiatan Organisasi - Jasa Rekreasi, Kebudayaan, dan Olah Raga - Jasa Kegiatan Lainnya - Jasa Perorangan Yang Melayani Rumahtangga - Badan Internasional dan badan Ekstra Internasional Lainnya 10. LAINNYA - Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya H a l a m a n 1 7

28 Bab 3 Ulasan Singkat Penyajian ulasan secara ringkas dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum kondisi sosial ekonomi sehingga dapat teridentifikasi dengan cepat capaian program pembangunan di masing-masing indikator kesejahteraan rakyat. data/tabel dalam publikasi ini dikelompokkan ke dalam beberapa bagian. Bagian pertama memaparkan masalah kependudukan, bagian kedua, menyajikan tentang kondisi kesehatan penduduk, bagian ketiga ditampilkan kondisi pendidikan penduduk. Penduduk yang bekerja ditampilkan pada bagian keempat, serta gambaran mengenai fertilitas dan keluarga berencana disajikan pada bagian kelima, disusul dengan data indikator makro mengenai perumahan pada bagian keenam, dan ditutup dengan data pengeluaran rumahtangga dan data sosial budaya pada bagian terakhir. H a l a m a n 1 8

29 3.1. Kependudukan Menurut hasil Suseda 2009 jumlah penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara sebesar orang terdiri dari penduduk laki-laki sebesar orang (5 2,57 persen) dan penduduk perempuan sebesar orang (4 7,43 persen). Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan (sex ratio) sebesar 110,8. Artinya setiap perempuan berbanding dengan laki-laki. Peningkatan jumlah penduduk ini disebabkan adanya pertumbuhan alami dan faktor migrasi netto yang positif yang berarti migran masuk (in migration) ke Kabupaten Kutai Kartanegara lebih besar dibandingkan migran yang keluar (out migration). Seberapa besar jumlah migran masuk ke Kabupaten Kutai Kartanegara untuk saat ini baru bisa diperoleh dari kegiatan Sensus Penduduk yang dilaksanakan setiap 10 tahun sekali atau dari Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilaksanakan di pertengahan tahun antara dua Sensus Penduduk. Jumlah penduduk yang terus meningkat harus diantisipasi dengan baik dan dilakukan secara komprehensif. Pemerintah daerah melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah dan intansi terkait lainnya perlu melakukan upaya penanganan jumlah penduduk secara terpadu dan berkelanjutan agar laju pertumbuhan penduduk tetap terkendali. Upaya ini perlu dibarengi dengan usaha peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Mengingat kondisi geografis, Wilayah Pembangunan Kabupaten Kartanegara dibagi menjadi tiga, yaitu: Wilayah Pembangunan Pesisir (Kecamatan: Semboja, Muara Jawa, Sanga Sanga, Anggana, Muara Badak, dan Marang Kayu), Wilayah Pembangunan Tengah (Kecamatan: Loa Janan, Loa Kulu, Tenggarong, Sebulu, Tenggarong Seberang, dan Muara Kaman), dan Wilayah Pembangunan Hulu (Kecamatan: Muara Muntai, Muara Wis, Kota Bangun, Kenohan, Kembang Janggut, dan Tabang). H a l a m a n 1 9

30 Ketiga wilayah pembangunan tersebut memiliki jumlah penduduk masing-masing sebagai berikut: Wilayah Pembangunan Pesisir ( orang), Wilayah Pembangunan Tengah ( orang), dan Wilayah Pembangunan Hulu ( orang), dengan rincian pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Jumlah dan Distribusi Penduduk Berdasarkan Wilayah Pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2009 Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Jumlah RJK N % N % N % % % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (8) Wilayah Pembangunan Wilayah Pembangunan Pesisir Wilayah Pembangunan Tengah Wilayah Pembangunan Hulu Persebaran , , ,00 113,59 32, , , ,00 108,96 50, , , ,00 111,31 17,54 Juml ah , , ,00 110,84 100,00 Sumber : Suseda 2009 Gambar 3.1. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Berdasarkan Wilayah Pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Sumber : Suseda 2009 Wilayah Pembangunan Pesisir; 113,59 Wilayah Pembangunan Tengah; 108,96 Wilayah Pembangunan Hulu; 111,31 RJK Kutai Kartanegara; 110,84 H a l a m a n 2 0

31 Muara dari semangat pembangunan yang dilaksanakan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Penduduk dapat bekerja melakukan aktivitas ekonomi, dapat berusaha, dapat memperoleh penghasilan sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan hidup di lingkungan yang aman. Akses informasi, berpola hidup sehat dan biaya sekolah idealnya dapat dinikmati dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Data tentang kependudukan menjadi hal yang sangat penting mengingat obyek pembangunan itu sendiri adalah penduduk. Kebijakan kependudukan yang menitikberatkan pada upaya pengendalian jumlah penduduk masih perlu dilanjutkan. Fokus utama tetap mengacu pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kebijakan yang tepat akan berdampak positif dalam mengurangi berbagai kemacetan sosial dan beban masyarakat. Dalam melakukan perencanaan program pembangunan dan mengimplementasikan program-program tersebut secara nyata diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Berkualitas baik dari sisi intelektualnya maupun sisi moral, emosi dan spiritualnya. Kecerdasannya betul-betul bisa ikut andil dalam merancang berbagai kebijakan yang membawa kemajuan daerahnya dan berdampak positif pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Kualitas moral dan spiritual yang tinggi bisa membawa orang disekitarnya menjadi orang yang peduli terhadap orang lain, menjadi orang yang membawa manfaat bagi yang lainnya. Sebaliknya moral dan spiritual yang rendah bisa berakibat menjadi manusia yang sibuk memikirkan dirinya dan golongannya/kelompoknya. Berdasarkan hasil Suseda 2009, jumlah penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang pernah kawin (saat ini berstatus kawin, cerai hidup, dan cerai mati) mencapai sebanyak orang ( 69,46 persen), sebesar 12,07 persen di antara mereka melakukan perceraian, H a l a m a n 2 1

32 baik cerai hidup maupun cerai mati. Persentase cerai hidup sebesar 2,21 persen sedangkan cerai mati mencapai sebesar 6,05 persen. Faktor yang menyebabkan perceraian diduga bisa karena akibat kesulitan ekonomi sehingga sering terjadi pertengkaran keluarga maupun faktor lain seperti belum siapnya fisik maupun mental karena perkawinan dilaksanakan saat usia muda. Perkawinan usia muda berakibat pada panjangnya umur reproduksi sehingga peluang memperoleh anak semakin besar. Dampaknya adalah meningkatnya angka kelahiran. Selama 5 (lima) tahun terakhir berdasarkan angka proyeksi, laju pertumbuhan penduduk (LPP) di Kabupaten Kutai Kartanegara dari tahun ke tahun relatif menurun. Pada periode , LPP Kabupaten Kutai Kartanegara mencapai 3,80 persen menurun menjadi 2,42 persen pada periode berikutnya (tahun ). Pada periode tahun menjadi hanya sekitar 2,36 persen dan di periode tahun LPP-nya mengalami penurunan menjadi 2,31 persen. Namun LPP periode sedikit meningkat disbanding periode sebelumnya menjadi 3,16 persen. Gambar 3.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Di Kabupaten Kutai Kartanegara Selama Kurun Waktu Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 4,00 3,80 3,50 3,00 3,16 2,50 2,42 2,36 2,31 2,00 1,50 1,00 0, Periode Sumber: BPS, Proyeksi penduduk, dan Suseda 2009 H a l a m a n 2 2

33 Secara rata-rata (dalam rentang wakt u lima tahun) pertumbuhan penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara (LPP) dari tahun adalah 2,05 per tahun. Pada tahun 2004 penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara sebanyak orang dan lima tahun kemudian menjadi orang tahun Trend pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kutai Kartanegara cukup baik dan perlu terus dipertahankan oleh berbagai pihak utamanya kinerja dinas instansi terkait mengingat ancaman pertumbuhan penduduk dan tingkat fertilitas yang tinggi akan berdampak pada penyediaan infrastruktur yang besar dan memadai serta penyediaan lapangan pekerjaan dan ketersediaan pangan. Apabila hal tersebut tidak terpenuhi bisa berdampak pada kerawanan sosial. Tabel 3.2. Jumlah Penduduk, Sex Ratio, Komposisi Umur dan Angka Ketergantungan di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Informasi Demografi (1) (2) (3) (4) (5) Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Sex Ratio 110,47 110,56 110,67 110,84 Komposisi Umur Angka Ketergantungan 54,97 54,36 53,74 53,55 Sumber: BPS, Proyeksi penduduk, dan Suseda 2009 H a l a m a n 2 3

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Cirebon 2012 Kerjasama : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Cirebon Dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Cirebon

Lebih terperinci

KERJASAMA : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BANDUNG DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG

KERJASAMA : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BANDUNG DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG KERJASAMA : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BANDUNG DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG ISBN : 979.486.906.6 No. Publikasi : 3273.0608 Katalog BPS : 4716.3273 Ukuran Buku : 28,0 x 21,5

Lebih terperinci

Katalog BPS: TAHUN 2010 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG DENGAN BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG

Katalog BPS: TAHUN 2010 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG DENGAN BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG Katalog BPS: 4716.3204 SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2010 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG DENGAN BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011

SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 ISBN : 979 486 6199 Nomor Publikasi : 3204.1136 Nomor Katalog : 4716.3204 Ukuran Buku Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : 172 + ix Naskah Gambar kulit

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi. Masyarakat Kabupaten Bandung Tahun 2008 (Publikasi Hasil SUSEDA 2008) Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung

Data Sosial Ekonomi. Masyarakat Kabupaten Bandung Tahun 2008 (Publikasi Hasil SUSEDA 2008) Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Data Sosial Ekonomi Masyarakat Kabupaten Bandung Tahun 2008 (Publikasi Hasil SUSEDA 2008) Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung dengan Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Data Sosial

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ/2011 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ/2011 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ/2011 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN DAN PELAPORAN USAHA BAGI WAJIB PAJAK PADA

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN 2012 Ukuran buku : 21 cm x 29,7 cm Jumlah halaman : 60 + ix halaman Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser Penyunting : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

pareparekota.bps.go.id

pareparekota.bps.go.id INDIKATOR SOSIAL KOTA PAREPARE TAHUN 2015 ISSN : 2460-2450 Nomor Publikasi : 73720.1503 Katalog BPS : 4102004.7372 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : 87 Naskah : Seksi Statistik Sosial BPS Kota

Lebih terperinci

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 Kerjasama Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2008 PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997 KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997 KODE KETERANGAN 000 KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 011 PERTANIAN TANAMAN PANGAN, TANAMAN PERKEBUNAN, DAN HORTIKULTURA 012 PETERNAKAN 013 KOMBINASI PERTANIAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-321/PJ/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

Penduduk: Usia: Status Perkawinan: Anak Lahir Hidup:

Penduduk: Usia: Status Perkawinan: Anak Lahir Hidup: Penduduk: Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap.

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

Tabel Kesesuaian Lapangan Usaha KBLI 2009 KBLI 2005

Tabel Kesesuaian Lapangan Usaha KBLI 2009 KBLI 2005 Katalog BPS:1302018 Tabel Kesesuaian Lapangan Usaha CETAKAN II BADAN PUSAT STATISTIK Tabel Kesesuaian Lapangan Usaha CETAKAN II TABEL KESESUAIAN LAPANGAN USAHA CETAKAN II ISBN : 978-979-064-365-9 No. Publikasi

Lebih terperinci

Katalog :

Katalog : Katalog : 4102004.7372 KATA PENGANTAR Penyusunan buku Indikator Sosial Kota Parepare 2013 ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tingkat kesejahteraan yang telah dicapai di Kota Parepare, dan sebagai

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

Katalog BPS : Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631)

Katalog BPS : Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631) Katalog BPS : 4101014.1204 Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631) 371082 PERKEMBANGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN TAHUN 2010-2011 PERKEMBANGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan merupakan Kabupaten urutan ke-13 dari 14 Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 BPS PROVINSI BENGKULU No. 10/02/17/XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,30 PERSEN, MENINGKAT DIBANDINGKAN TAHUN 2015 Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

SEKAPUR SIRIH. Tenggarong, Agustus 2010 Kepala BPS Kutai Kartanegara. Ir. Gunadi Irianto NIP

SEKAPUR SIRIH. Tenggarong, Agustus 2010 Kepala BPS Kutai Kartanegara. Ir. Gunadi Irianto NIP SEKAPUR SIRIH Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun

Lebih terperinci

BAB III PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT LAPANGAN USAHA

BAB III PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT LAPANGAN USAHA BAB III PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT LAPANGAN USAHA Perkembangan perekonomian suatu wilayah, umumnya digambarkan melalui indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pendekatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor merupakan salah satu kegiatan tahunan yang diselenggarakan BPS untuk memenuhi kebutuhan data sosial ekonomi. Data yang dihasilkan Susenas Kor

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia pada hakekatnya merupakan mahluk Tuhan yang sangat kompleks, dimana secara hirarki penciptaan manusia dilatarbelakangi adanya asal usul manusia sebagai mahluk yang

Lebih terperinci

No. Katalog :

No. Katalog : No. Katalog : 23303003.3375 No. Katalog: 2303003.3375 PROFIL KETENAGAKERJAAN KOTA PEKALONGAN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN PROFIL KETENAGAKERJAAN KOTA PEKALONGAN 2014 ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016

STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016 STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016 Data dan Informasi (1) Data a. Data adalah fakta berupa angka, karakter, simbol, gambar, tanda-tanda, isyarat, tulisan,

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Katalog BPS : 4103.3375 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Kerjasama BAPPEDA KOTA PEKALONGAN Dengan BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN

Lebih terperinci

Katalog BPS: Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: Katalog BPS: 2204009 Katalog BPS: 2204009 PROFIL MIGRAN HASIL SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL 2011 2012 ISBN : 978-979-064-620-9 Katalog BPS : 2204009 No. Publikasi : 04140.1301 Ukuran Buku : 17,6 cm

Lebih terperinci

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG KatalogBPS:4102004.18 Kerjasama BadanPerencanaanPembangunanDaerahLampung dan BadanPusatStatitistikProvinsiLampung BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI LAMPUNG 2012

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN WANITA 2014 ISSN : No. Publikasi : 5314.1420 Katalog BPS : 2104003.5314 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 31 halaman Naskah : BPS Kabupaten Rote Ndao Penyunting :

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM SURVEI PENYUSUNAN INDIKATOR KHUSUS SPIK Badan Pusat Statistik-Direktorat Neraca Produksi

PEDOMAN UMUM SURVEI PENYUSUNAN INDIKATOR KHUSUS SPIK Badan Pusat Statistik-Direktorat Neraca Produksi PEDOMAN UMUM SURVEI PENYUSUNAN INDIKATOR KHUSUS SPIK 2014 Badan Pusat Statistik-Direktorat Neraca Produksi DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan dan Sasaran... 2 1.3. Ruang

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI JAWA BARAT 2012

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI JAWA BARAT 2012 Katalog BPS : 4102004.32 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI JAWA BARAT 2012 Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat Indikator Kesejahteraan Rakyat Jawa Barat 2012 Nomor Publikasi : 32520.1201 Katalog

Lebih terperinci

STATISTIK KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI 2014 ISSN : 2355-2964 Katalog BPS : 2301104.51 Nomor Publikasi : 51521.1502 Ukuran Buku : 14,8 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xi + 75 halaman Naskah : BPS Provinsi

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG KATALOG BPS : 4013.6474 2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bontang Badan Pusat Statistik Kota Bontang INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi oleh pemerintah pusat dan daerah dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat saat ini adalah masih tingginya angka kemiskinan dan

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR Katalog BPS : 4103.7371 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR KATA PENGANTAR BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Makassar 2015 disusun sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 Nomor ISBN : 979-599-884-6 Nomor Publikasi : 52085.11.08 Ukuran Buku : 18.2 x 25.7cm Jumlah Halaman : 50 Halaman Naskah : Dinas Komunikais

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

madiunkota.bps.go.id

madiunkota.bps.go.id Statistik Kesejahteraan Rakyat Kota Madiun Tahun 2015 Nomor Publikasi : 35770.1610 Katalog BPS : 3101001.3577 Naskah oleh : Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit oleh : Seksi Statistik Sosial Diterbitkan

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

Katalog BPS No

Katalog BPS No Katalog BPS No. 2302003.1218 KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2012 Katalog BPS : 2302003.1218 No. Publikasi : 12182.12.007 Ukuran Buku : 13.50 X 19.50 Jumlah Halaman : v + 23 Naskah / Gambar Kulit : Seksi

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 No. Publikasi : 5371.1012 Katalog BPS : 4103.5371 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman : 122 Halaman

Lebih terperinci

Lapangan usaha/bidang pekerjaan utama dari tempat bekerja selama seminggu yang lalu (b4cr7) File: sakernas02

Lapangan usaha/bidang pekerjaan utama dari tempat bekerja selama seminggu yang lalu (b4cr7) File: sakernas02 Lapangan usaha/bidang pekerjaan utama dari tempat bekerja selama seminggu yang lalu (b4cr7) File: sakernas02 Gambaran Tipe: Kontinyu Format: numeric Width: 8 Desimal: 0 Range: 0-990 Observasi Valid: 0

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-28/PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-28/PJ/2012 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-28/PJ/2012 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN DAN/ATAU TEMPAT PELAPORAN USAHA BAGI WAJIB

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INIJIKATDR l~e~ejaht&raan RAKYAT ~~QI!i Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN 2015

Lebih terperinci

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014 Kabupaten Pinrang 1 Kabupaten Pinrang 2 Kata Pengantar I ndikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) Kabupaten Pinrang tahun 2013 memuat berbagai indikator antara lain: indikator Kependudukan, Keluarga Berencana,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

Lapangan usaha/pekerjaan sebelum berhenti bekerja/pindah pekerjaan terakhir (b4p26) File: sakernas05nov

Lapangan usaha/pekerjaan sebelum berhenti bekerja/pindah pekerjaan terakhir (b4p26) File: sakernas05nov Lapangan usaha/pekerjaan sebelum berhenti bekerja/pindah pekerjaan terakhir (b4p26) File: sakernas05nov Gambaran Tipe: Kontinyu Format: numeric Width: 8 Desimal: 0 Range: 0-990 Observasi Valid: 0 Tidak

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG TRIWULAN III TAHUN 2011

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG TRIWULAN III TAHUN 2011 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 66/10/21/Th.VI, 1 Nopember 2011 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG TRIWULAN III TAHUN 2011 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur

Lebih terperinci

Pertumbuhan Indeks Produksi Industri Besar dan Sedang Menurut 2 Digit Kode ISIC, (2000=100)

Pertumbuhan Indeks Produksi Industri Besar dan Sedang Menurut 2 Digit Kode ISIC, (2000=100) Uraian 2 0 1 0 2 0 1 1 2010 ***) 15 Makanan dan Minuman 0,58 3,83 4,70 0,18 6,41-3,87 7,92 3,99 3,34 8,34 Pengolahan Tembakau -1,11 1,56-2,51 2,03 4,70 2,82 8,57-1,92 0,72 9,22 17 Tekstil -4,17 2,25 0,34

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini akan menganalisis dampak dari injeksi pengeluaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada sektor komunikasi terhadap perekonomian secara agregat melalui sektor-sektor

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

STATISTIK GENDER 2011

STATISTIK GENDER 2011 STATISTIK GENDER 211 STATISTIK GENDER 211 ISBN: 978-979 - 64-46 - 9 No. Publikasi: 421.111 Katalog BPS: 21412 Ukuran Buku: 19 cm x 11 cm Naskah: Sub Direktorat Statistik Rumah tangga Gambar Kulit: Sub

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015 No. ISBN ISBN Number : 4102004.3403 No. Publikasi Publication Number : 3403.16.066 Naskah Manuscript

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia adalah makhluk Tuhan yang terdiri dari ruh dan jasad yang dilengkapi dengan potensi dan kelebihan dibandingkan makhluk lainnya,

Lebih terperinci

HASIL PENDAFTARAN (LISTING) USAHA/PERUSAHAAN SENSUS EKONOMI 2016

HASIL PENDAFTARAN (LISTING) USAHA/PERUSAHAAN SENSUS EKONOMI 2016 HASIL PENDAFTARAN (LISTING) USAHA/PERUSAHAAN SENSUS EKONOMI 2016 1. Hasil pendaftaran Sensus Ekonomi 2016 (SE2016) tercatat sebanyak 108.467 usaha/perusahaan non pertanian yang dikelompokkan dalam 15 kategori

Lebih terperinci

Lapangan usaha/pekerjaan tambahan utama (b4p14) File: sakernas00

Lapangan usaha/pekerjaan tambahan utama (b4p14) File: sakernas00 Lapangan usaha/pekerjaan tambahan utama (b4p14) File: sakernas00 Gambaran Tipe: Kontinyu Format: numeric Width: 8 Desimal: 0 Range: 11-950 Observasi Valid: 0 Tidak Valid: 0 DEFINISI Lapangan usaha/pekerjaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH. Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG. Katalog BPS nomor :

STATISTIK DAERAH. Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG. Katalog BPS nomor : Katalog BPS nomor : 9213.3273.240 RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG KECAMATAN SUKAJADI MAJU STATISTIK DAERAH Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 28 /PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 28 /PJ/2012 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 28 /PJ/2012 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN DAN/ATAU TEMPAT PELAPORAN USAHA BAGI WAJIB PAJAK PADA

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Informasi statistik merupakan salah satu bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan perencanaan

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN I-2014

INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN I-2014 No.30/05/33/Th.VIII, 5 Mei 2014 INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN I-2014 A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, BPS Kabupaten Teluk Bintuni telah dapat menyelesaikan publikasi Distrik Weriagar Dalam Angka Tahun 203. Distrik Weriagar

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA 2011 ISSN. 2086 1036 No Publikasi : 04220.1202 Katalog BPS : 4104001 Ukuran Buku : 28 Cm x 21 Cm Jumlah Halaman : xviii + 148 Halaman Naskah : Subdirektorat Statistik Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci

I. KETERANGAN TEMPAT. 1 Provinsi. 2 Kabupaten/Kota *) 3 Kecamatan. 4 Desa/Kelurahan *) 5 Klasifikasi desa/kelurahan 1. Perkotaan 2.

I. KETERANGAN TEMPAT. 1 Provinsi. 2 Kabupaten/Kota *) 3 Kecamatan. 4 Desa/Kelurahan *) 5 Klasifikasi desa/kelurahan 1. Perkotaan 2. RAHASIA VSENP09.K Dibuat set untuk BPS Provinsi SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL 2009 KETERANGAN POKOK RUMAH TANGGA DAN ANGGOTA RUMAH TANGGA [ SUSENAS PANEL MARET 2009 ] BADAN PUSAT STATISTIK I. KETERANGAN

Lebih terperinci

Lapangan usaha/pekerjaan tambahan utama (b4p16) File: sakernas05nov

Lapangan usaha/pekerjaan tambahan utama (b4p16) File: sakernas05nov Lapangan usaha/pekerjaan tambahan utama (b4p16) File: sakernas05nov Gambaran Tipe: Kontinyu Format: numeric Width: 8 Desimal: 0 Range: 0-950 Observasi Valid: 0 Tidak Valid: 0 DEFINISI Lapangan usaha/pekerjaan

Lebih terperinci

Profile Perempuan Indonesia

Profile Perempuan Indonesia Profile Perempuan Indonesia PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebangkitan nasional sebagai awal perjuangan perempuan yang terorganisir, ditandai dengan diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia tingkat

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG 2 0 1 3 ISSN: 2085-6016 Katalog BPS : 4101002.3601 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : 86 + xiii Halaman Naskah: Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit:

Lebih terperinci

Profil LANSIA Jawa tengah 2014

Profil LANSIA Jawa tengah 2014 Katalog BPS : 4201003.33 Profil LANSIA Jawa tengah 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH PROFIL LANSIA JAWA TENGAH 2014 ISSN : 2407-3342 Nomor Publikasi : 33520.1511 Katalog BPS : 4104001.33

Lebih terperinci

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 STATISTIK PENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 i STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1401 Katalog BPS : 2101023.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm : ix + 57 halaman

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DISPARPERINDAGKOP & UMKM Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2016 Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data PARIWISATA A. Pariwisata

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009 25 KATA PENGANTAR Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut

Lebih terperinci

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 ISSN 2087-7633 KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

Lebih terperinci

Katalog : pareparekota.bps.go.id

Katalog : pareparekota.bps.go.id Katalog : 1101002.7372011 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BACUKIKI BARAT TAHUN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BACUKIKI BARAT TAHUN 2014 ISSN : Katalog BPS : 1101002.7372011 Ukuran Buku : 21 cm x 14,8 cm Jumlah

Lebih terperinci

Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015

Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015 Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015 Nomor Katalog : 3101011.6471 Nomor Publikasi : Ukuran Buku Jumlah Halaman : 165 mm x 216 mm : 79 Halaman Penyunting : BPS Kota Balikpapan

Lebih terperinci

TRACER STUDY (PELACAKAN ALUMNI ) TAHUN LULUSAN /WISUDA PERIDE: Maret 2015, Juni 2015, September 2015 dan Desember 2015

TRACER STUDY (PELACAKAN ALUMNI ) TAHUN LULUSAN /WISUDA PERIDE: Maret 2015, Juni 2015, September 2015 dan Desember 2015 1 TRACER STUDY (PELACAKAN ALUMNI ) TAHUN 2017 LULUSAN /WISUDA PERIDE: Maret 2015, Juni 2015, September 2015 dan Desember 2015 KODE PRODI No. Fakultas Kode 1 2 3 1 Fak. Ekonoimi dan Bisnis FEB 2 Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

Data dan Informasi dalam Perencanaan

Data dan Informasi dalam Perencanaan Data dan Informasi dalam Perencanaan http://en.wikipedia.org/wiki/data Data adalah sekumpulan fakta Data adalah suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya, hasil pengukuran atau pengamatan suatu

Lebih terperinci