PENENTUAN MODULUS YOUNG KAWAT BESI DENGAN PERCOBAAN REGANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN MODULUS YOUNG KAWAT BESI DENGAN PERCOBAAN REGANGAN"

Transkripsi

1 Berkala Fka Indonea Volume Nomor Jul 009 PENENTUAN MODULUS YOUNG KAWAT BESI DENGAN PERCOBAAN REGANGAN Dw Martn,), Raden Oktova,3) ) SMA N Wate, Kab. Kulon Progo, Jl. Terbahar, Yogyakarta ) E-mal : dwmart70@yahoo.co.d ) Program Magter Penddkan Fka, Program Pacaarjana Unverta Ahmad Dahlan Yogyakarta Kampu II, Jl. Pramuka 4 Lt 3, Telp. (074) ext 30, Yogyakarta 556 3) E-mal: r.oktova@uad.ac.d INTISARI Salah atu ubbab dalam pokok bahaan elatta yang dpelajar d kla XI SMA adalah modulu Young, dan pokok bahaan n dharapkan akan lebh mudah dpaham oleh wa jka dlakukan percobaan atau demontra. Untuk tu, telah dbuat uatu alat percobaan untuk menentukan modulu Young kawat logam, dalam hal n dambl ampel kawat yang terbuat dar be. Untuk menngkatkan keteltan, dgunakan anal regre lner berbobot dengan dua metode: yang pertama, regre lner perubahan panjang kawat, L terhadap maa beban, m pada panjang mula-mula, L 0 tetap; yang kedua, regre lner L terhadap L 0 pada maa, m tetap. Untuk perhtungan regre dgunakan program REGLIN yang dtul dalam bahaa Compaq Vual Fortran 6.5 dan djalankan dengan tem opera Wndow XP. Keluaran program regre n adalah koefen-koefen fung lner, yatu a 0 dan a beerta ralatnya. Dalam perhtungan akhr modulu Young dgunakan nla kemrngan gar hal regre lner berbobot, a erta m, L 0, dan dameter kawat, d. Dengan program yang ama juga dlakukan uj chquare (χ ) untuk menguj korelanya, dan terbukt ada korela lner L dan m pada L 0 tetap, erta L dan L 0 pada m tetap. Dlakukan pula uj χ untuk mengetahu korela antara nla modulu Young yang dperoleh dan kadar be, dan terbukt tdak ada korela. Agar dperoleh hal yang telt untuk menentukan percepatan gravta bum, dlakukan percobaan bandul matemat dengan anal regre lner berbobot kuadrat perode terhadap panjang tal, dan dperoleh g = (9,76 ± 0,07) m/. Percobaan modulu Young dlakukan dengan lma ampel kawat be dengan dameter yang berbeda. Untuk metode pertama, yatu dengan regre L terhadap m pada L 0 tetap, dperoleh nla modulu Young kawat be (,44 ± 0,0)0 N/m. Untuk metode kedua, yatu dengan regre L terhadap L 0 pada m tetap dperoleh nla modulu Young kawat be (,55 ± 0,0) 0 N/m. Dapat dmpulkan bahwa alat percobaan untuk menentukan modulu Young yang drancang terbukt dapat dgunakan untuk menentukan modulu Young dengan hal yang mendekat nla acuan, yatu, 0 N/m. Kata kunc : modulu Young, kawat be, regre lner berbobot. I. PENDAHULUAN Percobaan adalah alah atu cara yang tepat untuk memudahkan wa memaham uatu teor. Metode percobaan bertujuan agar wa mampu mencar dan menemukan endr berbaga jawaban ata peroalanperoalan yang dhadapnya melalu percobaan yang dlakukan endr, ehngga wa terbaa untuk berpkr lmah (Roetyah, 008). Jen modulu elatta bermacam-macam, yatu modulu puntr, modulu volume dan modulu panjang. Seua labu SMA, modulu elatta yang dpelajar adalah modulu panjang atau modulu tark, yang debut juga modulu Young, ehngga peneltan n dbata pada percobaan untuk menentukan modulu Young. Dalam percobaan fka SMA untuk menentukan modulu Young uatu kawat logam, dcatat data maa beban, panjang awal kawat, pertambahan panjang kawat, dan dameter kawat, kemudan modulu Young dhtung langung dar rumu yang eua. Pada peneltan n drancang dan lakukan percobaan erupa, namun kal n dgunakan anal regre lner berbobot dengan dua metode yang berbeda, dengan harapan dapat dlakukan uj valdta terhadap peramaan lner teoret, dan dapat dperoleh nla modulu Young yang lebh eua nla acuan, yatu, 0 N/m (Benenon dkk., 00).

2 PENENTUAN MODULUS YOUNG KAWAT BESI II. DASAR TEORI a. Elatta Setap benda akan mengalam perubahan ketka ebuah gaya dberkan padanya. Salah atu bentuk perubahan terebut adalah perubahan panjang. Sfat benda dmana benda terebut akan kembal ke bentuk emula ketka gaya yang bekerja pada benda tu dhlangkan debut fat elatta benda. Elatta adalah kemampuan benda untuk kembal ke bentuk awalnya egera etelah gaya yang bekerja pada benda terebut dhlangkan (Gancoll, 998:99). Sfat elatk panjang uatu benda dketahu dar bear kontanta elatta panjang bahan yang baa debut modulu Young. b. Tegangan dan Regangan Tegangan tark menyatakan kekuatan dar gaya yang menyebabkan penarkan ebuah kawat yang baanya dnyatakan dalam bentuk gaya per atuan lua (Sear dan Zemanky, 004:335) gaya F σ = =, () lua A dengan F adalah gaya yang dberkan pada kawat. Dengan penampang kawat berbentuk lngkaran, maka lua penampang kawat dapat dnyatakan dalam dameter, A= πd. () 4 Berbaga percobaan pada pertambahan panjang kawat L kecl menunjukkan bahwa pertambahan panjang kawat ebandng dengan berat atau gaya yang dberkan pada kawat terebut, F = k L, (3) dengan k adalah kontanta. Peramaan (3) debut hukum Hooke. Peramaan terebut ternyata berlaku untuk emua mater padat, tetap hanya ampa bata tertentu, karena jka gaya yang bekerja terlalu bear, logam meregang terlalu bear dan akhrnya patah. Gambar menunjukkan grafk yang kha pertambahan panjang terhadap gaya yang dberkan pada logam ampa uatu ttk yang debut bata proporonal. Bata proporonal merupakan bata perubahan kemrngan pada grafk F terhadap L, dan debut juga bata lner. Pada daerah elatk, grafknya berupa gar luru. Setelah melewat bata lner n grafk menympang dar gar luru. Bear pertambahan panjang L tdak hanya bergantung pada gaya yang dberkan padanya, tetap juga pada bentuk benda dan ukurannya. Gambar. Grafk gaya yang dberkan terhadap pertambahan panjang (Gancol, 998:30). Percobaan menggunakan kawat baja halu dan be menunjukkan bahwa molekul-molekul pada kawat begeer atu ama lan egera etelah beban melampau bata elatk, dan bahan berubah menjad plat (Nelkom dan Parker, 987:35). Ketka pertambahan panjang mah berada pada bata elatk, yatu ketka hukum Hooke mah berlaku, atom yang mengalam edkt pergeeran akan kembal ke po emula jka gaya yang dberkan dhlangkan. Regangan tark (ε) adalah perubahan relatf panjang ebuah kawat yang mengalam tegangan tark L ε =. (4) L o Hubungan antara tegangan dan regangan merupakan bentuk keebandngan atu ama lan, σ = Eε, (5) dengan σ adalah tegangan, kontanta keebandngan E adalah modulu Young, dan ε adalah regangan. Dar peramaan (), (4) dan (5) dperoleh

3 Dw Martn dan Raden Oktova F L = E. (6) A L 0 Jka pada kawat vertkal dberkan beban bermaa m, maka gaya berupa gaya berat F = mg, ehngga 4gL L= Eπd. 0 m c. Htere Elatta Jka perbandngan tegangan dan regangan aat penambahan beban berbeda dengan perbandngan tegangan dan regangan aat pengurangan beban, maka terjad htere pada bahan terebut (Young, 008:369). Dalam hal n jka beban yang dberkan dhlangkan, kawat tdak kembal ke panjang emula tetap lebh panjang dar emula. Adanya htere juga tampak dar bertambahnya nla koefen modulu Young, dan hal n terjad karena pertambahan panjang yang emakn kecl. d. Penentuan Modulu Young Pada peneltan n ddean alat yang dgunakan untuk menentukan nla modulu Young kawat be. Cara kerja alat adalah dengan mengamat pertambahan panjang kawat ketka kawat dtark dengan ebuah gaya. Gaya dberkan dengan cara member beban pada ujung kawat. Terdapat dua metode yang dgunakan untuk memperoleh data L, pertama dengan mengamat L dengan panjang kawat mula-mula dan dameter tetap tetap maa beban dvara, dan kedua dengan mengamat L dengan maa beban dan dameter tetap tetap panjang mula-mula kawat dvara. d.. Anal regre pada panjang kawat mula-mula dan dameter tetap Hal pengukuran L dengan panjang mula-mula tetap dan maa dvara dtamplkan dalam bentuk tabel dan grafk pertambahan panjang terhadap gaya oleh beban. Hal pengukuran dolah dengan regre lner berbobot (Bevngton dan Robnon, 003: 98-4), ehngga dperoleh nla a 0 dan a. Secara umum peramaannya dtulkan dalam bentuk lner y = a x + a 0, (8) dan dalam hal n a 0 = a 0m dan a = a m. Dar peramaan (7) ebetulnya nla E dapat dcar dar nla-nla d, g, L 0, m dan L, yang telah dperoleh dar percobaan. Namun demkan perhtungan ecara langung mengandung beberapa kelemahan, yatu tdak dapat dcek atau duj apakah rumu teort dalam model berlaku umum, dan tdak dapat ddetek erta dhlangkan adanya ralat temat pertambahan maa yang dapat mempengaruh keteltan perhtungan E. Inlah alaan utama mengapa dperlukan anal regre lner. Jka m dvara maka peramaan (7) merupakan peramaan lner epert peramaan (8) dengan x = m dan y = L, dengan a 0m dan a m merupakan koefeen-koefen yang dapat dcar dengan regre lner berbobot x y x y a =, (9) x y x x y a 0 =, (0) x x dengan =. Ralat a. dapat dhtung dar a. =, () dan ralat a 0 dapat dhtung dar x a =, () 0 ehngga dar peramaan (6) dapat dtul 4g. Lo a.m =. (3) E. π d Jka dlakukan regre lner L terhadap m dan dperoleh a.m, maka E dapat dcar dar peramaan (7) 3

4 PENENTUAN MODULUS YOUNG KAWAT BESI 4gL0 E = (4a) a. mπd dan ralatnya dapat dhtung dar perambatan ralat E = E a. m E E E ( ) + ( ) + ( ) + ( ). a. m g l0 d g L0 d Dalam regre lner berbobot, dapat duj bak-tdaknya kecocokan (goodne of ft) fung lner dengan menghtung parameterχ yang ddefnkan ebaga ()) N ( y y reg χ =, (5) = dengan y reg () adalah hal y dar perhtungan regre. y = a a x (6) reg (), 0 + dan merupakan ralat untuk mang- mang y. Secara deal, regre dkatakan bak jka peluang mendapatkan nla χ dar hmpunan data acak lebh bear dar atau ama dengan χ terhtung mempunya nla 0,5 (50%) (Bavngton dan Robnon, 003), dan dalam praktek dapat dterma jka terletak dalam bata antara 0% ampa 90% (Rabnowcz, 970:5-55 dan ), 0% < P( χ χ ht ) < 90%. (7) (4b) d.. Anal regre terhadap maa beban dan dameter tetap Metode lan untuk memperoleh L dalam menentukan modulu Young yatu dengan memvara L 0 dengan maa beban tetap, ehngga dar peramaan (6) dapat dtulkan 4gm L= L. 0 (8) Eπd Peramaan (8) merupakan peramaan lner epert peramaan (8) dengan y= L dan x= L 0, dan dalam hal n a 0 = a 0L dan a = a L, dengan 4gm a L =. (9) E π d Jka dlakukan regre lner L terhadap L 0 dan nla a L dperoleh, maka E dapat dhtung dar peramaan 4gm E=, (0a) a. Lπd dan ralatnya dapat dhtung dar perambatan ralat S E E E E ( ) + ( ) + ( ) + ( ). E = a g m d a (0b). L g m d e. Penentuan Percepatan Gravta Bum Untuk menentukan percepatan gravta bum dapat dlakukan percobaan ayunan matemat. Jka panjang tal dnyatakan dengan L dan perode ayunan T, maka pada mpangan yang kecl dperoleh L T = π. () g Dar peramaan () dapat dperoleh bentuk peramaan lner 4 π T = L, () g dengan x = L dan y = T, epert peramaan (8), dan dalam hal n a 0 = a 0.g dan a = a.g, dengan = 4π, ehngga percepatan gravta g dapat dhtung dar a. g g 4

5 Dw Martn dan Raden Oktova dengan ralat 4π g =, (3) a. g 4π a a. g g =. g. (4) III. METODE PENELITIAN a. Intrumen Peneltan Percobaan dlakukan d Laboratorum Fka SMA Neger Wate, Kab. Kulon Progo, Provn Daerah Itmewa Yogyakarta, dengan menggunakan alat yang deannya epert Gambar. Alat dan bahan yang dgunakan dalam peneltan n terdr ata kawat be dengan lma macam ukuran dameter yatu (,8± 0,0) mm, (, ± 0,0 ) mm, (0,8 ± 0,0) mm, (0,73 ± 0,0) mm, dan (0,5 ± 0,0) mm, erta jangka orong dgtal Wpro hardened dengan bata keekamaan ampa 0,0 mm untuk mengukur pertambahan panjang kawat. Selan tu ebuah waterpa dgtal er DWL-80G Dg-Pa, dengan kepekaan perubahan udut kemrngan ampa 0, o, dgunakan untuk mengamat po horzontal ujung bawah kawat dengan ujung jangka orong, erta ebuah mtar dengan kala terkecl mm dan beban. Tabel. Vara maa beban yang dpaka elama percobaan No Beban Maa (gram) M- (499,5 ± 0,) M- (749,4 ± 0,) 3 M-3 (999, ± 0,) 4 M-4 (48,9 ± 0,) 5 M-5 (498 ± 0,) 6 M-6 (747,9 ± 0,) 7 M-7 (997,6 ± 0,) 8 M-8 (47,4 ± 0,) 9 M-9 (497, ± 0,) Untuk menentukan percepatan gravta bum, alat dan bahan yang dgunakan adalah bandul bermaa 00 gram yang dgantungkan pada benang dengan panjang dapat dvara dar 70 cm ampa dengan 00 cm. Bandul dmpangkan ejauh kurang lebh 0 cm dan dlepakan, dan elanjutnya dcatat waktu untuk 0 kal ayunan menggunakan topwatch. Percobaan d ulang 4 kal untuk etap panjang tal. Gambar. Alat percobaan untuk menentukan modulu Young. 5

6 PENENTUAN MODULUS YOUNG KAWAT BESI b. Teknk Anal Data Seluruh anal regre lner berbobot dalam peneltan n dlakukan dengan bantuan program REGLIN yang dtul dengan bahaa Compaq Vual Fortran 6.5 dengan tem opera Wndow XP. Untuk menentukan nla percepatan gravta bum dlakukan regre lner berbobot kuadrat perode ayunan bandul terhadap panjang tal, dan dperoleh a g dan a 0g, kemudan nla g dcar menggunakan peramaan (3). Untuk menentukan nla modulu Young dgunakan dua metode, yang pertama dengan mengamat perubahan panjang kawat pada panjang kawat mula-mula tetap, dengan maa dubah, kemudan dlakukan regre lner perubahan panjang terhadap maa. Metode kedua dlakukan dengan mengamat perubahan panjang kawat pada maa beban tetap, dengan panjang mula-mula dubah, kemudan dlakukan regre lner perubahan panjang terhadap panjang mula-mula. Untuk mengetahu kebakan regre lner dlakukan uj χ dengan menghtung parameter χ menggunakan peramaan (5) dan dhtung peluang χ dar hmpunan data acak akan lebh bear atau ama dengan menggunakan program REGLIN. χ terhtung, ( ) P χ χ ht dengan b.. Anal regre pada panjang mula-mula dan dameter tetap Metode pertama untuk menentukan nla modulu Young adalah dengan melakukan regre lner L terhadap m pada L 0 tetap. Pada metode n pertambahan panjang L dukur untuk etap penambahan maa beban ebanyak emblan macam nla maa. Kawat dengan dameter,8 mm dber beban tetap ebear 000 gram, kawat dengan dameter, dber beban tetap ebear 500 gram, edangkan untuk kawat berdameter 0,8 mm, 0,73 mm dan 0,5 mm tanpa beban tetap. Nla E dhtung dengan peramaan (4.a) berdaarkan a m dan ralat dhtung menggunakan peramaan (4b). Langkah-langkah percobaan yatu, panjang mula mula dan dameter kawat logam dukur, mang-mang dcatat ebaga L 0 dan d. Dameter dukur ebanyak dua puluh kal pada tempat yang berbeda, kemudan drata-rata. Ujung kawat dber beban yang bervara ebanyak emblan macam maa. Waterpa dgtal dgunakan untuk mengamat po horontal kedua ujung papan. Ujung yang atu dhubungkan dengan kawat logam, dan ujung yang lan tertumpu d ata jangka orong. Sebelum dber beban, jangka orong dnolkan terlebh dahulu. Mula-mula waterpa pada po udut 0 o, ketka terjad pertambahan panjang pada kawat logam, po kemrngan waterpa akan berubah udutnya. Untuk mengembalkan ke po 0 o lag dlakukan dengan menggeer jangka orong ke bawah. Angka yang terbaca pada janga orong dcatat ebaga L. Selanjutnya beban dtambah, ehngga po udut akan berubah. Untuk mengembalkan ke po horzontal, jangka orong dgeer turun lag. Saat waterpa menunjuk 0 o, po angka pada jangka orong damat ebaga L, dan demkan eterunya ampa beban ke-9. Percobaan dulang ebanyak tga kal dengan langkah yang ama. b.. Anal regre pada maa beban dan dameter tetap Metode ke dua untuk menentukan nla E adalah dengan melakukan regre lner L terhadap L 0 pada maa tetap. L dukur ketka beban yang dberkan tetap, panjang mula-mula dvara. Regre lner dlakukan pada pertambahan panjang kawat, L terhadap panjang mula-mula kawat logam, L 0 dengan menggunakan bantuan program REGLIN maka akan dhalkan nla a 0.L dan a.l. Nla E dhtung dengan peramaan (0.a) dan ralatnya dhtung dengan peramaan (0.b). Langkah percobaan yang dlakukan, pertama menyuun alat percobaan epert pada dean percobaan. Dameter kawat logam dukur dan dcatat ebaga d. Panjang kawat mula-mula, L 0 dvara. Pada etap L 0, ujung bawah kawat logam dber beban dengan maa tetap. Maa yang dpaka adalah maa M- 6, M-5, dan M-4. Waterpa dgunakan untuk mengamat po horzontal kedua ujung papan. Ujung yang atu dhubungkan dengan kawat logam, dan ujung yang lan tertumpu d ata jangka orong. Sebelum dber beban, jangka orong d nolkan terlebh dahulu. Mula-mula waterpa pada po udut 0 o, ketka terjad pertambahan panjang pada kawat logam, po kemrngan waterpa akan berubah. Untuk mengembalkan ke po 0 o lag dengan cara menggeer jangkaorong ke bawah. Angka yang terbaca pada janga orong dcatat ebaga L, kemudan dulang lag dengan L 0 yang berbeda. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Penentuan Percepatan Gravta Bum Langkah awal percobaan penentuan modulu Young kawat logam adalah menentukan percepatan gravta d wlayah Kabupaten Kulon Progo. Percobaan penentuan gravta dlakukan menggunakan bandul matemat dengan panjang tal yang dapat dvara dar 70 cm ampa dengan 00 cm, dan maa beban 00 gram. Untuk ayunan dplh tal yang cukup halu, untuk memnmalkan geekan udara. Dengan bantuan 6

7 Dw Martn dan Raden Oktova program REGLIN untuk menganal regre lner kuadrat perode ayunan (T ) terhadap panjang tal (L), dperoleh nla a 0g dan a g. Grafk hubungan kuadrat perode ayunan (T ) terhadap panjang tal (L) dajkan dalam Gambar 3, dan dperoleh nla a.g = (4,05 ± 0,03) /m, a 0.g = (-0,8 ± 0,4) /m, dan g = (9,76 ± 0,07)m/. Nla percepatan gravta ayng dperoleh eua dengan hal percobaan percepatan gravta d kota Yogyakarta ebear 9,78 m/ (Oktova, 987:80). Gambar 3. Grafk kuadrat perode ayunan terhadap panjang tal beerta gar hal anal regre lner pada penentuan percepatan gravta bum. b. Penentuan Modulu Young dengan L 0 dan d Tetap Dar percobaan pendahuluan dketahu ketka percobaan dulang 0 kal ternyata terjad htere pada bahan. Hal n tampak dar penurunan L pada etap kal percobaan dan juga dar grafk L terhadap m epert dajkan pada Gambar 4, yang dtunjukkan terjad penurunan kemrngan gar. Berdaarkan hal percobaan pendahuluan terebut, untuk etap nla L 0 dan etap nla m, percobaan dulang 3 kal aja untuk mencegah htere yang berlebhan, dan regre lner berbobot L terhadap m menghalkan nla a 0m dan a m. Gambar 4. Grafk perubahan panjang, L terhadap maa, m pada percobaan pendahuluan, yang menunjukkan terjadnya htere. Grafk L terhadap m hal percobaan menunjukkan kecenderungan yang ama epert grafk elatta pada Gambar, dan anal regre lner berbobot dlakukan hanya pada bagan lner aja. Bagan lner dambl berdaar grafk L terhadap m pada emua data percobaan. Penentuan bagan lner n angat berpengaruh 7

8 PENENTUAN MODULUS YOUNG KAWAT BESI pada nla E yang dperoleh. Nla modulu Young dhtung dar nla a m yang dperoleh dar hal regre terebut dengan menggunakan peramaan (4.a). Hal penentuan modulu Young dengan dameter dan L 0 tetap dajkan dalam Tabel. Terlhat dar nla-nla χ dan P(χ χ ht) bahwa ttk-ttk data yang danal menunjukkan kecenderungan lner epert yang dharapkan. Tabel. Hal penentuan modulu Young dengan dameter dan L 0 tetap. d (mm) 0,5±0,0 0,73±0,0 0,8±0,0,±0,0,8±0,0 L 0 (mm) a m (0-4 mm/gr) a 0m (mm/gr) E (0 N/m ) χ P(χ χ ht) (%) 900 4,69 ±,7 -,33 ± 0,5, ± 0,0,3 77, ,7 ±,75 -, ± 0,,0 ± 0,0 3,95 6, ,97 ± 0,36 -,5 ± 0,03,9 ± 0,0,68 44, ,70 ± 0,9 -,6 ± 0,0,05 ± 0,0 3,87 4, ,58 ± 0,53 -,04 ± 0,07,93 ± 0,0 4,8 43, ,76 ±,7-0,88 ± 0,6,7 ± 0,09,68 44, ,09 ±,04-0,5 ± 0,5,6 ± 0,08 3,79 8, ,53 ± 0,99-0,4 ± 0,,59 ± 0,09 3,04 38, ,09 ±,08-0, ± 0,3,46 ± 0,09 3,53 3, ,36 ± 0,9-0,7 ± 0,04,6 ± 0,0 3,04 38, ,6 ± 0,64 -,7 ± 0,07,3 ± 0,06,3 5, ,98 ±,80 -,48 ± 0,,6 ± 0,0,9 5,47 400, ± 0,94 -,7 ± 0,,5 ± 0,07,40 49, ,3 ± 0,67 -,7 ± 0,07,8 ± 0,08,3 50, ,0 ± 0,53-0,88 ± 0,07,5 ± 0,09,89 40, ,65 ±,0-0,0 ± 0,,86 ± 0,0, 77, ,46 ± 0,35-0,0 ± 0,04,8± 0,09,03 79, ,0 ± 0,7-0,04 ± 0,0,9 ± 0,06 3,99 6,8 00 5,46 ± 0,5-0,08 ± 0,0,87 ± 0,09 3,9 7, ,73 ± 0,3-0,5 ± 0,0,80 ± 0,06,67 64, ,85 ± 0, 0, ± 0,03,48 ± 0,07,64 30, , ± 0,3 0,4 ± 0,0,44 ± 0,05 3,84 7, ,86 ± 0,99 0, ± 0,0,38 ± 0,6 4,44, ,33 ± 0, 0,5 ± 0,03,36 ± 0,09,8 73,43 000,88 ± 0,8 0,9 ± 0,0,3 ± 0,09,86 4,4 E (0 N/m) (,0±0,05) (,60±0,04) (,6±0,03) (,86±0,03) (,4±0,03) Secara teoret, nla a 0m ama dengan nol, ementara pada Tabel emua hal menunjukkan adanya ralat tematk berupa zero offet, dan nla a 0 negatf berart penambahan maa pada awal percobaan dgunakan untuk melurukan kawat terlebh dahulu, kecual pada kawat dengan dameter,8 mm, a 0m bernla potf karena pada percobaan telah dber beban awal untuk melurukan kawat. Nla a m yang dperoleh mempunya kecenderungan emakn berkurang untuk L 0 yang emakn pendek, yang berart terjad penurunan kemrngan gar. Grafk L terhadap m untuk mang-mang dameter kawat dajkan dalam Gambar 5. Dar grafk tampak ada kecenderungan penurunan kemrngan pada L 0 yang emakn kecl, yang berart telah terjad htere pada bahan. Htere terjad karena percobaan dlakukan berulang-ulang dan dmula dar L 0 terbear. Berdaarkan nla a m yang dperoleh dar hal regre L terhadap m, untuk berbaga L 0 tetap dan berbaga ukuran dameter dperoleh nla E yang berkar dar (,6 ± 0,03)0 N/m ampa dengan (,0 ± 0,05)0 N/m. Kolom palng kanan adalah rata-rata berbobot, E dar nla-nla E pada kolom ke-5 untuk mang-mang dameter kawat, dan epnta terlhat kemungknan adanya vara nla E terhadap dameter kawat. Untuk mengecek apakah terdapat korela antara E dan dameter kawat, dlakukan uj χ, dan hal regre menunjukkan bahwa tdak terdapat hubungan lner, epert dtunjukkan dengan nla peluang P(χ χ ht) prakt ama dengan 0%. Jka dambl rata-rata berbobot dar eluruh nla E pada berbaga dameter kawat, dperoleh (,44 ± 0,0)0 N/m, mendekat nla acuan untuk be, 0 N/m (Benenon, 000:39). 8

9 Dw Martn dan Raden Oktova (a) (b) Gambar 5. Grafk L terhadap m pada dameter kawat (a),8 mm, (b), mm, (c) 0,80 mm. (c) 9

10 PENENTUAN MODULUS YOUNG KAWAT BESI (d) Gambar 5 (lanjutan). Grafk L terhadap m pada dameter kawat (d) 0,73 mm, dan (e) 0,5 mm. (e) c. Penentuan Modulu Young dengan m dan d Tetap Metode anal kedua untuk menentukan modulu Young adalah dengan menggunakan anal regre lner L terhadap L 0, pada m dan d tetap. Untuk mang-mang beban dperoleh lma paang data (L 0, L), dan dar lma macam L 0 mang-mang dber tga macam vara maa yang dambl dar bagan lner garfk L terhadap m, yatu M4, M5 dan M6. Hal perhtungan E dengan metode kedua dajkan dalam Tabel 3. Kembal terlhat dar nla-nla χ dan P(χ χ ht) bahwa ttk-ttk data yang danal menunjukkan kecenderungan lner epert yang dharapkan. Tampak pula bahwa nla a 0.L tdak ama dengan nol dan bernla negatf, yang berart gaya pada awal penambahan maa dgunakan untuk melurukan kawat terlebh dahulu, kecual pada kawat dengan dameter,8 mm, karena telah dber beban awal untuk melurukan kawat. Akan tetap hal n tdak mempengaruh hal perhtungan nla E. Nla a yang dperoleh mempunya kecenderungan emakn kecl untuk m yang makn kecl ama dengan metode pertama, emakn 0

11 Dw Martn dan Raden Oktova kecl untuk L 0 yang emakn kecl. Grafk L terhadap L 0 pada mang-mang dameter dajkan dalam Gambar 6. Tabel 3. Hal penentuan modulu Young dengan maa dan dameter tetap. d (mm) 0,5±0,0 0,73±0,0 0,8±0,0,±0,0,8±0,0 Maa (g) a L (0-4 mm/g) a 0L (mm/g) E (0 N/m ) χ P(χ χ ht) M-6 40,0 ±,70-0,86 ± 0,5,08 ± 0,0,88 59,7% M-5 34,77 ±,47 -,3 ± 0,,04 ± 0,0,6 45,43% M-4 30,9 ±,7 -,7 ± 0,7,9 ± 0,0 3,36 33,99% M-6,57 ±,5-0,33 ± 0,9,77 ± 0,09,0 57,07% M-5,6 ±,4-0,59 ± 0,9,6 ± 0,09,4 54,38% M-4 6,97 ±0, -0,55 ± 0,03,7 ± 0,05 3,39 33,56% M-6 4,70 ±,56 -,40 ± 0,4,34 ± 0,0 3,66 30,5% M-5,08 ±0,84 -,37 ± 0,0,8 ± 0,07,7 5,79% M-4 0,44 ±0,45 -,8 ± 0,05,6 ± 0,04 3,8 35,9% M-6 8,0 ± 0,86-0,09 ± 0,3,85 ± 0,0 3,55 3,47% M-5 6,87 ± 0,3-0,05 ± 0,0,85± 0,04 3,47 3,54% M-4 5,77 ± 0,9-0,03 ± 0,03,83 ± 0,07 3,78 8,70% M-6 5,07 ± 0,6 0,8 ± 0,0,3 ± 0,04 3,76 8,88% M-5 3,9 ± 0, 0,4 ± 0,0,45 ± 0,05 3,06 38,7% M-4 3,46 ± 0,6 0, ± 0,04,36 ± 0,0,38 49,74% E (0 N/m),0±0,05,7±0,04,±0,03,84±0,03,36±0,03 Berdaar nla a L dar regre lner L terhadap L 0 dperoleh nla E untuk mang-mang dameter yang bervara dar (, ± 0,0)0 N/m ampa dengan (,0± 0,04) 0 N/m, dan rata-rata berbobot menghalkan (,55 ± 0,0)0 N/m, mendekat nla yang dperoleh dengan metode pertama. Dar hal regre lner E terhadap dameter juga kembal menunjukkan bahwa tdak terdapat hubungan ecara lner modulu Young dengan dameter kawat, dengan nla peluang P(χ χ ht) prakt ama dengan 0%. (a) Gambar 6. (a) Grafk L terhadap L 0 pada dameter kawat,8 mm.

12 PENENTUAN MODULUS YOUNG KAWAT BESI (b) (c) (d) Gambar 6 (lanjutan). Grafk L terhadap L 0 pada dameter kawat (b), mm, (c) 0,80 mm, dan (d) 0,73mm.

13 Dw Martn dan Raden Oktova (e) Gambar 6 (lanjutan). (e) Grafk L terhadap L 0 pada dameter kawat 0,5 mm. Dar grafk dalam Gambar 6 tampak bahwa ada kecenderungan penurunan kemrngan pada maa yang lebh kecl. Sekla ada beberapa grafk yang kelhatannya ejajar, tap ebetulnya tdak, ada penurunan kemrngan gar tetap cukup kecl, hal n terlhat karena tdak ada nla a pada Tabel 3 yang ama. Berdaarkan hal peneltan n, untuk dterapkan ebaga percobaan d SMA darankan untuk dgunakan metode yang pertama, yatu mengamat perubahan panjang ketka beban dvara pada L 0 tetap, karena metode terebut lebh eua dengan mater elatta d SMA, khuunya tentang hukum Hooke. KESIMPULAN DAN SARAN Dean alat yang dhalkan pada peneltan n dapat dgunakan untuk menentukan nla modulu Young kawat logam. Hal percobaan dengan bahan kawat be dar dua metode berbeda menghalkan nla modulu Young ebear (,44 ±0,0)0 N/m untuk metode pertama, dan (,55 ±0,0)0 N/m untuk metode kedua, mendekat acuan ebear, 0 N/m. Untuk percobaan d SMA darankan dgunakan metode pertama, yatu mengamat pertambahan panjang kawat ketka dber beban bervara pada panjang awal kawat tetap, karena proedur percobaan lebh eua dengan teor hukum Hooke yang dpelajar d SMA. Selan tu darankan penggunaan kawat dengan dameter kecl. DAFTAR PUSTAKA Bevngton, P. R., dan Robnon, D. K., 003, Data Reducton and Error Analy for The Phycal Scence, Thrd Edton, New York : McGraw-Hll. Benenon, W., Harr, J. W., Stocker, H., Lutz, H., 00, Handbook of Phyc, New York : Sprnger. Depdkna, 003, Kurkulum 004 Standar Kompeten Fka, Jakarta. Depdkna, 006, Kurkulum 006 Kurkulum Tngkat Satuan Penddkan, Jakarta. Freeman, W. L., dan Ronald, F. F., 007, A Smple Experment for Determnng the Elatc Contant of a fne Wre, Journal of Phyc Teacher 45. Gancol, D. C., 998, Phyc, Alh bahaa Hanum, Yuhlza, Jakarta : Erlangga. Nelkom, M., dan Parker, P., 987, Advanced Level Phyc, Sxth Edton, London : Heneman Educatonal Book. Oktova, R., 987, Metode Reonan Magnetk dengan Regre Polnom untuk Menentukan Cp/Cv Udara, Skrp, Yogyakarta : FMIPA UGM. hal. 80. Rabnowcz, E., 970, An Introducton to Expermentaton, Readng : Addon Weley. 3

14 PENENTUAN MODULUS YOUNG KAWAT BESI Roetyah, 008, Strateg Belajar Mengajar, Jakarta : Rneka Cpta. Sear, F. W., Zemanky, M. W., 004, Fka Unverta, Jakarta: Erlangga. Young, H. D., Freedman, R. A, 008, Sear and Zemanky Unverty Phyc: wth Modern Phyc Ed ke-, San Francco: Pearon Addon-Weley, 583. Yohkawa, D. K., Burtone, C. J., Goldberg, A. J., Morton, J., 98, Flexure Modulu of Orthodontc Stanle Steel Wre, Journal of Dental Reearch 60(),

Pengantar. Ilustrasi 29/08/2012. LT Sarvia/ REGRESI LINEAR BERGANDA ( MULTIPLE LINEAR REGRESSION )

Pengantar. Ilustrasi 29/08/2012. LT Sarvia/ REGRESI LINEAR BERGANDA ( MULTIPLE LINEAR REGRESSION ) 9/08/0 ( MULTIPLE LINEA EGEION ) Elty arva, T., MT. Fakulta Teknk Juruan Teknk Indutr Unverta Krten Maranatha Bandung Pengantar Pada e ebelumnya kta hanya menggunakan atu buah X, dengan model Y = a + bx

Lebih terperinci

Marzuki Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Almuslim ABSTRAK

Marzuki Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Almuslim ABSTRAK PERBANDINGAN PRETAI IWA ANTARA PEMBELAJARAN PROBLEM OLVING DENGAN METODE KONVENONAL PADA DALIL PHYTAGORA TERHADAP IWA KELA VIII MP NEGERI PEUANGAN ELATAN KABUPATEN BIREUEN Marzuk Program tud Penddkan Matematka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Peneltan n bertujuan untuk mengetahu Pembelajaran Kooperatf Tpe Student Team Achevement Dvon (STAD) dengan Meda Komk Lebh Efektf darpada Pembelajaran dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Dalam uatu peneltan tentu ada tujuan yang ngn dcapa eua dengan latar belakang dan rumuan maalah yang telah durakan d ata. Tujuan peneltan adalah:. Untuk mengetahu

Lebih terperinci

* PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN BERTINGKAT PADA STEAM DRUM PT INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK-GRATI

* PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN BERTINGKAT PADA STEAM DRUM PT INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK-GRATI * PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN BERTINGKAT PADA STEAM DRUM PT INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK-GRATI Oleh : eko wahyudanto (409.05.004) Pembmbng : Ir.Mochamad.Ilya HS NIP. 949099 97903 00 Latar Belakang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS RESPON DINAMIK TANAH DAN RESPON SPEKTRA DESAIN

BAB V ANALISIS RESPON DINAMIK TANAH DAN RESPON SPEKTRA DESAIN BAB V ANALISIS RESPON DINAMIK TANAH DAN RESPON SPEKTRA DESAIN Anal repon te pefk dlakukan untuk mengevalua repon tanah lokal terhadap gerakan batuan daar d bawahnya. Kond tanah lokal mempengaruh karaktertk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS

BAB IV HASIL ANALISIS BAB IV HASIL ANALISIS. Standarda Varabel Dalam anal yang dtamplan pada daftar tabel, dar e-39 wadu yang meml fator-fator melput luaan DAS, apata awal wadu, 3 volume tahunan rerata pengendapan edmen, dan

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) IV. PEMBAHASAN

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) IV. PEMBAHASAN 8 IV PEMBAHASAN 4 Aum Berkut n aum yang dgunakan dalam memodelkan permanan a Harga paar P ( merupakan fung turun P ( kontnu b Fung baya peruahaan- C ( fung baya peruahaan- C ( merupakan fung nak C ( C

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

Penurunan Syarat Orde Metode Runge-Kutta dengan Deret Butcher

Penurunan Syarat Orde Metode Runge-Kutta dengan Deret Butcher Vol., No., -9, Januar 06 Penurunan Syarat Orde Metode Runge-Kutta dengan Deret Butcer Mutar Abtrak Tulan n membaa aplka deret Butcer dalam penurunan yarat orde metode Runge- Kutta. Penurunan deret Butcer

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

ABSTRAK. Lentera :Vol.12, No.3, Nopember

ABSTRAK. Lentera :Vol.12, No.3, Nopember PERBEDAAN PRETAI BELAJAR PENYEDERHANAAN BENTUK AKAR YANG DIAJARKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANYA JAWAB DAN METODE KOOPERATIF MODEL GROUP INVETIGAI PADA IWA KELA X MA NEGERI 7 KOTA LHOKEUMAWE Marzuk Doen

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Branch and Bound dan Gomory Cut dalam Menentukan Solusi Integer Linear Programming

Penggunaan Metode Branch and Bound dan Gomory Cut dalam Menentukan Solusi Integer Linear Programming JURNAL SAINTIFIK VOL. NO., JANUARI 0 Penggunaan Metode Branch and Bound dan Gomory Cut dalam Menentukan Solu Integer Lnear Programmng Wahyudn Nur, Nurul Mukhlah Abdal Program Stud Matematka FMIPA Unverta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

EL2005 Elektronika PR#01

EL2005 Elektronika PR#01 EL2005 Elektronka PR#0 SOAL B C E G a. Buktkan bahwa n = ( ). b. Turunkan peramaan untuk A v = /. c. Htung nla n dan A v = / jka dberkan = 00 kω, = 00 Ω, = kω, dan = 00. d. Ulang oal (c) jka dberkan =

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

Kajian Pemilihan Struktur Dua Rantai Pasok yang Bersaing Untuk Strategi Perbaikan Kualitas

Kajian Pemilihan Struktur Dua Rantai Pasok yang Bersaing Untuk Strategi Perbaikan Kualitas JURNAL TEKNIK POITS Vol. 1, No. 1, (01 1-5 1 Kaan Pemlhan Struktur Dua Ranta Paok yang Berang Untuk Strateg Perbakan Kualta Ika Norma Kharmawat, Lakm Prta W, Suhud Wahyud Juruan atematka Fakulta atematka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM FISIS

PEMODELAN SISTEM FISIS 4 PEMODEAN SSTEM SS 4. Pendahuluan Satu tuga yang pentng dalam anal dan perancangan tem kendal adalah pemodelan dar tem. Sebelum kta melakukan perancangan ebuah tem kendal, terlebh dahulu haru dlakukan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

Siti Aminah 1) Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRAK

Siti Aminah 1) Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRAK ANALISIS PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN KEMBUNG (Ratrellger pp) DI PERAIRAN KABUPATEN TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN UTILIZATION ANALYSIS OF THE MACKEREL (RASTRELLIGER SPP) RESOURCES IN TANAH LAUT

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

Penguat. output matching network. Input matching network. Rangkaian penyesuai impedansi penguat gelombang mikro

Penguat. output matching network. Input matching network. Rangkaian penyesuai impedansi penguat gelombang mikro Hgh Gan Amplfer Degn Untuk pera penguatan bear, aru dran ( untuk FET) harulah cukup bear, ektar 90% dar nla aturanya ( 0,9 I d ) Rangkaan penyeua mpedan untuk nput dan utput haru matchng cnjugate dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya A : Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Gregora Aryant Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Oleh : Gregora Aryant Program Stud Penddkan Matematka nverstas Wdya Mandala Madun aryant_gregora@yahoocom Abstrak

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Tujuan dalm peneltan n adalah mengetahu keefektfan strateg pembelajaran practce-rehearsal pars dengan alat peraga smetr lpat dan smetr putar dalam menngkatkan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan harus dsesuakan dengan masalah dan tujuan peneltan, hal n dlakukan untuk kepentngan perolehan dan analss data. Mengena pengertan metode peneltan,

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Tujuan peneltan n adalah untuk mengetahu perbandngan hal belajar antara metode ceramah dengan metode mnd mappng pada mater pokok tem pernapaan manua d MT. PI

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 8 III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah suatu cara yang dpergunakan untuk pemecahan masalah dengan teknk dan alat tertentu sehngga dperoleh hasl yang sesua dengan tujuan peneltan.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

Sistem Pengaturan Waktu Riil

Sistem Pengaturan Waktu Riil Stem engaturan Waktu Rl Algortma engatur Dgtal Ir. Jo ramudjanto, M.Eng. Juruan Teknk Elektro FTI ITS Telp. 594730 Fax.59337 Emal: jo@ee.t.ac.d Stem engaturan Waktu Rl - 0 Objektf: Metode Dan enalaan arameter

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 6 BAB IV HAIL PENELITIAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Untuk mengetahu keefektfan penerapan model pembelajaran cooperatve learnng tpe TAD (tudent Teams-Achevement Dvsons) terhadap hasl belajar matematka

Lebih terperinci

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF Bab E, Umpan Balk Negat Hal 217 BB 5E UMPN BK NEGTF Dengan pemberan umpan balk negat kualta penguat akan lebh bak hal n dtunjukkan dar : 1. pengutannya lebh tabl, karena tdak lag dpengaruh leh kmpnen-kmpnen

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

TEORI KESALAHAN (GALAT)

TEORI KESALAHAN (GALAT) TEORI KESALAHAN GALAT Penyelesaan numerk dar suatu persamaan matematk hanya memberkan nla perkraan yang mendekat nla eksak yang benar dar penyelesaan analts. Berart dalam penyelesaan numerk tersebut terdapat

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM 1) Membuat dstrbus frekuens. 2) Mengetahu apa yang dmaksud dengan Medan, Modus dan Mean. 3) Mengetahu cara mencar Nla rata-rata (Mean). TEORI PENUNJANG

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode 34 BAB III METODE PENELITIAN A Metode yang Dgunakan Metode peneltan merupakan suatu pendekatan yang dgunakan untuk mencar jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dbahas Metode peneltan juga dapat

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko, dkk. Komparas Hasl Belajar Sswa... 99 KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci