BAB III INDUKSI MATEMATIKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III INDUKSI MATEMATIKA

KUANTOR (Minggu ke-7)

BAB III KUANTOR kuantor, 1. Kuantor Universal 3. Kuantor Eksistensial

KUANTOR KHUSUS (Minggu ke-8)

BAB II TAUTOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN

Mahasiswa memahami kuantifikasi dan simbolisme logika. 2) Mahasiswa dapat menyebutkan hubungan antara kuantor eksistensial dan kuantor

PENGANTAR ANALISIS REAL

Fungsi Peubah Banyak. Modul 1 PENDAHULUAN

Unit 6 PENALARAN MATEMATIKA. Clara Ika Sari Budhayanti. Pendahuluan. Selamat belajar, semoga Anda sukses.

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

BAB VIII HIMPUNAN BILANGAN RASIONAL

MA3231 Analisis Real

Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA. Wahyudi. Pendahuluan

SOAL-SOAL dan PEMBAHASAN UN MATEMATIKA SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB VIII HIMPUNAN BILANGAN RASIONAL

BAB V HIMPUNAN Pendahuluan

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, November Penulis

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Deret Tak Terhingga. Ayundyah. Barisan Tak Hingga. Deret Tak Terhingga

BARISAN BILANGAN REAL

Definisi 1 Deret Tak Hingga adalah suatu ekspresi yang dapat dinyatakan dalam bentuk:

2 BARISAN BILANGAN REAL

I. PERNYATAAN DAN NEGASINYA

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1

CATATAN KULIAH ANALISIS REAL LANJUT

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world

Relasi, Fungsi, dan Transformasi

CBT Psikotes CBT UN SMA IPA SBMPTN. FPM Matematika. Tes Buta Warna

KUANTOR SMTS 1101 / 3SKS LOGIKA MATEMATIKA. Disusun Oleh : Dra. Noeryanti, M.Si 31 MODUL LOGIKA MATEMATIKA

Modul ke: Logika Matematika. Proposisi & Kuantor. Fakultas FASILKOM BAGUS PRIAMBODO. Program Studi SISTEM INFORMASI.

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

4 DIFERENSIAL. 4.1 Pengertian derivatif

16. BARISAN FUNGSI Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik

1 INDUKSI MATEMATIKA

OSN Guru Matematika SMA (Olimpiade Sains Nasional)

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

MA3231. Pengantar Analisis Real. Hendra Gunawan, Ph.D. Semester II, Tahun

Mahasiswa memahami kuantifikasi dan simbolisme logika. 2) Mahasiswa dapat menyebutkan hubungan antara kuantor eksistensial dan kuantor

CONTOH SOAL CONTOH SOAL CONTOH SOAL TENTUKAN JUMLAH DERET GEOMETRI TAK HINGGA BERIKUT

KALKULUS PREDIKAT KALIMAT BERKUANTOR

LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA

PERNYATAAN MAJEMUK & NILAI KEBENARAN

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BUKU DIKTAT PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA DAN HIMPUNAN

-LIMIT- -KONTINUITAS- -BARISAN- Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ

PERNYATAAN (PROPOSISI)

MA2111 PENGANTAR MATEMATIKA Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

BAB 5 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar

URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN

MA3231 Analisis Real

RPKPS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UGM

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

Dari contoh di atas fungsi yang tak diketahui dinyatakan dengan y dan dianggap

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BUKU DIKTAT PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA DAN HIMPUNAN. Budi Surodjo

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab

Soal dan Pembahasan UN Matematika Program IPA 2008

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan

RUMUS-RUMUS TAUTOLOGI. (Minggu ke-5 dan 6)

KALIMAT DEKLARATIF (Minggu ke-1 dan 2)

Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan

LOGIKA MATEMATIKA. LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) MATEMATIKA PAKET C TINGKAT V DERAJAT MAHIR 1 SETARA KELAS X

PTI 206 Logika. Semester I 2007/2008. Ratna Wardani

1 SISTEM BILANGAN REAL

BAB III SUB BARISAN DAN TEOREMA BOLZANO-WEIERSTRASS

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan

Uji Komptensi. 2. Tentukan jumlah semua bilangan-bilangan bulat di antara 100 dan 200 yang habis dibagi 5

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi kebergantungan

Penulis Penelaah Materi Penyunting Bahasa Layout

DINAS PENDIDIKAN KOTA BEKASI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 LEMBAR SOAL

22. MATEMATIKA SMA/MA (PROGRAM IPA)

BENTUK-BENTUK ALJABAR

PENALARAN DALAM MATEMATIKA

LIMIT DAN KEKONTINUAN

Bab 2 Fungsi Analitik

Mata Kuliah : Peng. Logika Matematika dan Himpunan Hari/tanggal : Rabu, 31 Oktober 2012 Waktu : 120 menit Sifat : Buku Tertutup Dosen : Budi S.

44. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

LEMBAR AKTIVITAS SISWA PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK

BAB I LOGIKA MATEMATIKA

Pengantar : Induksi Matematika

TELAAH BAHAN BELAJAR MANDIRI Oleh Sufyani P. Hasil Telaah

Logika & Himpunan 2013 LOGIKA MATEMATIKA. Oleh NUR INSANI, M.SC. Disadur dari BUDIHARTI, S.Si.

Indikator : Menentukan penarikan kesimpulan dari beberapa premis. Modus Ponens Modus Tollens Silogisme

NEGASI KALIMAT DAN KALIMAT MAJEMUK (Minggu ke-3)

C34 MATEMATIKA. Pak Anang. Rabu, 18 April 2012 ( ) Pembahasan soal oleh

Persamaan Diferensial: Pengertian, Asal Mula dan Penyelesaian

BAB I LOGIKA KALIMAT

2 BARISAN BILANGAN REAL

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp.

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp.

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp.

1 SISTEM BILANGAN REAL

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

LOGIKA MATEMATIKA (Pendalaman Materi SMA)

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb.

INTISARI KALKULUS 2. Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Open Source. Not For Commercial Use

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp.

Transkripsi:

BAB III INDUKSI MATEMATIKA

BAB III INDUKSI MATEMATIKA 3.1 Pendahuluan Dalam bidang matematika tidak jarang ditemui pola-pola induktif yang melibatkan himpunan indeks berupa himpunan bilangan asli atau bulat seperti barisan atau deret. Bentuk umum dari pola keteraturan tersebut membutuhkan perumusan yang sahih. Untuk itu, sebagai salah satu alat bukti, pada bab ini dibahas tentang pengertian induksi matematika dan contoh-contoh penggunaannya. Topik ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk merumuskan bentuk umum dari suatu pola yang diamati, seperti barisan dan deret, yang terapannya banyak dijumpai di bidang premi asuransi, bunga berbunga, integral tertentu, dan iterasi. Setelah mempelajari topik bahasan pada pertemuan minggu ke-6 yang meliputi 1. Proses Induktif (Aksiomatika bilangan asli) 2. Induksi Matematika 3. Contoh aplikasi pembuktian dengan Induksi matematika ini secara tuntas diharapkan memiliki learning Outcomes berupa: 1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian induksi matematika 2. Mahasiswa mampu menggunakan induksi matematika dalam bidang matematika 3.2 Induksi Matematika Salah satu alat bukti penting yang banyak dipakai di bidang matematika, khususnya yang terkait dengan himpunan bilangan asli adalah induksi matematika yang sesungguhnya merupakan salah satu aksioma yang dipenuhi oleh sistem bilangan asli. Bentuk umum induksi matematika sebagai berikut: Misalkan N adalah himpunan semua bilangan asli. Teorema 3.1 Jika G subhimpunan N yang memenuhi 1. Pangkal: 1 G, dan 33 2. Induksi hipotesa: n G berakibat n + 1 G, maka G = N. Selanjutnya jika G = {n N P (n)}, dengan P (n) mempunyai arti n mempunyai sifat P atau n memenuhi ketentuan P, maka berlaku ( n N )(n G P (n)). Hal ini berakibat Teorema 3.1 ekuivalen dengan Teorema 3.2 Jika G subhimpunan N yang memenuhi 1. Pangkal: P (1), dan 2. Induksi Hipotesa: P (n), berakibat P (n + 1), maka ( n N ).P (n). Contoh 3.2.1 Dengan menggunakan induksi matematika buktikan, bahwa : 1. Jumlah n suku pertama deret geometri dengan rasio r 1 dan u1 = a adalah 1 a rr 1 n 2. Jumlah n suku pertama deret aritmetika dengan beda b dan u1 = a adalah n (2a 2 + b(n 1)) Penyelesaian: 1. Jumlah n suku pertama deret geometri dengan rasio r 1 dan suku ke-1 a adalah Sn = a + ar + ar2 + + arn 1. 1 Dibentuk G = {n N Sn = a rr 1 }. n 1. Pangkal: Untuk n = 1, Sn = S1 = a = a sehingga 1 G. 34 rn 1 r1 1 =a, r 1 r 1 2. Induksi hipotesa: Misalkan n G. Akibatnya a + ar + ar2 + + arn 1 = Sn = a rn 1, r 1 sehingga Sn+1 = a + ar + ar2 + + arn 1 + ar(n+1) 1 rn 1 = a + ar(n+1) 1 r 1 a = (rn 1 + r(n+1) 1 (r 1)) r 1 rn+1 1 = a r 1 Jadi n+1 G, sehingga berlaku G = N. Dengan kata lain untuk setiap 1 bilangan asli n berlaku Sn = a rr 1 n

2. Jumlah n suku pertama deret hitung dengan beda b dan suku pertama a adalah Sn = a + (a + b) + (a + 2b) + + (a + (n 1)b. Didefinisikan P (n) : n mempunyai sifat P, yaitu Sn = n2 (2a + b(n 1)) 1. Pangkal: Untuk n = 1, 1 n Sn = S1 = a = (2a + b(1 1)) = (2a + b(n 1), 2 2 sehingga 1 memenuhi sifat P. 2. Induksi hipotesa: Misalkan n memenuhi sifat P. Akibatnya a + (a + b) + (a + 2b) + + (a + (n 1)b = Sn = n (2a + b(n 1)), 2 sehingga Sn+1 = a + (a + b) + (a + 2b) + + (a + (n 1)b + (a + b((n + 1) 1)) n (2a + b(n 1)) + (a + b((n + 1) 1)) = 2 n 1 = (2a + b(n 1)) + (2a + 2b(n)) 2 2 n+1 n+1 = (2a + bn) = (2a + b((n + 1) 1) 2 2 Jadi n + 1 memenuhi sifat P, sehingga untuk setiap bilangan asli n berlaku Sn = n2 (2a + b(n 1)) 35 Contoh 3.2.2 Diketahui n dan b adalah dua bilangan bulat positif dan b > 1. Tunjukkan, bahwa akan berlaku sifat P, yaitu dapat ditemukan bilangan bulat s 0 dan ni yang memenuhi 0 ni < b, untuk i = 0, 1,, s, ns 0, dan n = ns bs + ns 1 bs 1 + + n1 b + n0. Penyelesaian: Diketahui bilangan bulat b > 0. 1. Pangkal: 1 = 1, dengan s = 0 dan ns = 1, sehingga 1 memenuhi sifat P. 2. Induksi hipotesa: Misalkan n mempunyai sifat P, berarti dapat ditemukan s 0, ns 0, 0 ni < b untuk i = 0, 1,, s sedemikian hingga n = ns bs + ns 1 bs 1 + + n1 b + n0. Kemungkinan: 1. Untuk setiap i, ni = b 1. Akibatnya n + 1 = ns bs + ns 1 bs 1 + + n1 b + n0 + 1 = bs+1, sehingga n + 1 memenuhi sifat P. 2. Ada indeks i, 0 i s yang memenuhi ni < b 1. Anggap saja indeks pertama yang memenuhi adalah k. Akibatnya 0 nk + 1 < b dan n + 1 = ns bs + ns 1 bs 1 + + n1 b + n0 + 1 = ns bs + + nk+1 bk+1 + (nk + 1)bk Contoh 3.2.3 Buktikan bahwa 1 + 3 + + (2n 1) = n2, untuk setiap bilangan bulat positif n. Bukti: 1. Pangkal: Untuk n = 1 1 = 2.1 1 = 2n 1, sehingga 1 memenuhi sifat. 36 2. Induksi hipotesa: Misalkan n memenuhi 1 + 3 + + (2n 1) = n2. Maka 1 + 3 + + (2n 1) + (2(n + 1) 1) = n2 + 2(n + 1) 1 = n2 + 2n + 1 = (n + 1)2 Latihan 3.1 1. Dengan menggunakan induksi matematika buktikan bahwa untuk n = 1, 2, persamaan dan pertidaksamaan berikut ini berlaku: 1.1 1.2 + 2.3 + n(n + 1) = n(n+1)(n+2) 3 1.2 1.(1!) + 2(2!) + n(n!) = (n + 1)! 1 1.3 12 + 22 + n2 = n(n+1)(2n+1) 6 n+1 2 1.4 12 22 + 32 + ( 1) 1.5 1 1.3 + 1 3.5 + 1 5.7

n = 1 + (2n 1)(2n+1) = ( 1)n (n+1) 2 n 2n+1 1.6 2n + 1 2n 1.7 2n n2 1.8 (1 + x)n 1 + nx, untuk setiap x 1. 1.9 7n 1 = 6k, untuk suatu bilangan asli k. 1.10 6.7n 2.3n = 4k, untuk suatu bilangan asli k. 1.11 (1 + x)n 1 + nx, untuk setiap x 1. 1.12 Jika ai bulat positif, untuk i = 1, 2,, maka 1 (a1 a2 a2n ) 2n a1 a2 a2n 2n. 2. Buktikan dengan induksi matematika, bahwa n buah garis lurus pada sebuah bidang datar pasti membagi bidang tersebut menjadi n2 +n+2 2 daerah, dengan asumsi tidak ada dua garis lurus yang sejajar dan tidak ada tiga garis yang beririsan di satu titik. 3. Tunjukkan bahwa jika sin( x2 ) 0, maka x) sin((n + 1)x) (n + 1) cos( 2n+1 2 1 sin x + 2 sin 2x + + n sin nx =. x 2 x 2 sin( 2 ) 4 sin ( 2 ) 37 Tes Formatif III-1 PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA DAN HIMPUNAN Topik Bahasan Hari/tanggal Waktu Sifat : INDUKSI MATEMATIKA : : 60 menit : Buku Tertutup Dosen : Budi S. 1. Buktikan dengan prinsip Induksi matematika, bahwa pada himpunan semua bilangan bulat positif Z + berlaku 4 + 8 + 12 +... + 4n = 2n(n + 1). 2. Tulislah rumus deret geometri dengan suku tak hingga yang memiliki rasio r < 1 dan suku pertama a. Buktikan dengan induksi matematika, bahwa rumus anda benar! 38 Tes Formatif III-2 PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA DAN HIMPUNAN Topik Bahasan Hari/tanggal Waktu Sifat : INDUKSI MATEMATIKA : : 60 menit : Buku Tertutup Dosen : Budi S. Tes Formatif Berkelompok Jika k bilangan asli. Tunjukkan, bahwa jika terdapat barisan bilangan bulat ao, a 1, a 2,... yang memenuhi an =

an 1 + nk n untuk semua n 1 maka k 2 habis dibagi 3. 39 Kunci Jawaban Tes Formatif III-1 1. No. 1: 4 + 8 + 12 +... + 4n = 2n(n + 1). Untuk n = 1: 4.1 = 2.1(1 + 1) Misalkan benar untuk n: 4 + 8 + 12 +... + 4n = 2n(n + 1). Jadi untuk n + 1: 4 + 8 + 12 +... + 4n + 4(n + 1) = 2n(n + 1) + 4(n + 1) = 2(n + 1)(n + 1). Benar untuk n + 1. 2. No 2: Perhatikan kembali Contoh3.2.1 Komentar Dan Pengayaan 1. Tes Formatif III-1 hanya menguji tingkat dasar, pengulangan Contoh3.2.1 2. Tingkat pengusaan sudah mencapai kompetensi jika minimal dapat mengerjakan 70% dari soal Latihan 3. Pengayaan: Tes Formatif III-2 mempunyai tingkat kesulitan tinggi, untuk mengukur kerjasama. Silahkan buka http:www.imo-official.org 40 BAB IV KUANTOR 4.3 Pendahuluan Bab ini merupakan materi untuk Minggu ke-7 dan satu kali tatap muka pada Minggu ke-8. Pada bab ini akan dibahas tentang Pengertian kuantor (eksistensial dan universal), hubungan kuantor universal dan eksistensial. Dalam perkembangan berikutnya diperlukan bebarapa jenis kuantor lain. Untuk itu selanjutnya pada bab ini juga dibahas tentang. Kuantor terbatas, kuantor jamak, dan implimentasinya dalam berbagai bidang baik di bidang matematika, maupun kehidupan sehari-hari. Setelah mempelajari pokok bahasan ini para mahasiswa diharapkan memperoleh learning outcomes sebagai berikut: 1. Mahasiswa mampu menjelaskan kuantor universal dan eksistensial 2. Mahasiswa mampu membuat ingkaran kalimat berkuantor 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian kuantor eksistensial dan universal 4. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis kuantor khusus 5. Mahasiswa mampu menggunakan kuantor khusus dalam bidang matematika 4.4 Kuantor Dalam suatu pernyataan sangat mungkin kalimat yang digunakan merujuk pada keberadaan sejumlah unsur dalam semesta pembicaraan yang memenuhi keadaan tertentu, yaitu unsur tertentu, sebagian unsur, atau semua (setiap) unsur dari semesta pembicaraan. Dengan menggabungkan konsep negasi kalimat pada kuantifikasi, muncullah istilah tidak ada, paling sedikit, paling banyak, tidak kurang dari, dan tidak semua. Untuk itu diperlukan simbol atau istilah tertentu yang mewakili sebagian atau seluruh anggota dari semesta pembicaraan. Sebagai contoh: 1. Ada anak yang suka makan wortel mentah 2. Tidak ada bilangan real yang nilai kuadratnya negatif 3. Setiap hari dia berjualan dari jam 15.00 sampai dengan 22.00 41 4. Di R2 setiap dua garis yang saling tegak lurus tidak mungkin sejajar 5. Tidak semua anak pandai berenang 6. Sebagian rakyat berada di bawah garis kemiskinan 7. Terdapat bilangan bulat yang hasil penjumlahannya dengan masing-masing bilangan real x sama dengan bilangan x itu sendiri. Bentuk kuantifikasi di atas dapat juga digunakan untuk mengubah kalimat terbuka menjadi kalimat

deklaratif, selain dengan jalan mengganti variabel dengan konstanta). Alat tersebut dinamakan kuantor. Ada dua jenis kuantor, yaitu: 1. Kuantor Universal: Untuk semua x berlaku atau Untuk setiap x berlaku. Sebagai contoh misalkan semesta pembicaraannya himpunan semua bilangan asli. 1. x > 1 merupakan kalimat terbuka 2. Untuk semua x berlakulah x > 1 merupakan kalimat deklaratif bernilai salah, sebab dapat ditemukan bilangan asli x = 1 yang memenuhi x> 1. 2. Kuantor Eksistensial: Terdapat x sedemikian hingga atau Ada x sedemikian hingga Dengan semestanya himpunan semua bilangan asli 1. x > 1 merupakan kalimat terbuka 2. Terdapat x sedemikian hingga x > 1 merupakan kalimat deklaratif bernilai benar, sebab untuk x = 2 berlakulah x > 1. Di dalam contoh di atas kalimat x > 1 dapat dibaca dengan x mempunyai sifat lebih besar daripada 1. Jika kondisi tersebut dinyatakan x mempunyai sifat P dan ditulis dengan simbol P (x), maka kalimat Untuk semua x berlakulah x > 1 dapat ditulis dengan: ( x)p (x). Secara umum bentuk ( x)p (x) dapat dibaca dengan 1. Semua x bersifat P 42 2. Setiap x mempunyai sifat P. 3. Untuk semua x berlaku sifat P. Kalimat Terdapat suatu x yang memenuhi (sifat) x > 1 dapat ditulis dengan: ( x)p (x). Secara umum bentuk ( x)p (x) dapat dibaca dengan 1. Terdapat x yang mempunyai sifat P 2. Beberapa x mempunyai sifat P. 3. Paling sedikit ada satu x yang mempunyai sifat P. Selanjutnya perlu diperhatikan, bahwa dalam penulisan simbol kuantor mengikat lebih kuat dibandingkan kata penghubung lainnya. Sebagai contoh kalimat ( x)p (x) (α β) yang dimaksud adalah (( x)p (x)) (α β). Di dalam prakteknya, di bidang ilmu eksakta untuk mengungkapkan sifat-sifat (hukum-hukum) yang berlaku umum tidak jarang kuantor universal tidak ditulis, walaupun eksistensinya memang diakui. Sebagai contoh rumus xn 1 = (x 1)(xn 1 + xn 2 + + 1). Bentuk sesungguhnya dari rumus tersebut seharusnya ( x).xn 1 = (x 1)(xn 1 + xn 2 + + 1). Dalam pemakaiannya seringkali di dalam suatu kalimat kuantor yang digunakan tidak tunggal dan mungkin juga antara kuantor universal dan eksistensial digunakan bersamaan, baik di awal kalimat maupun di tengah kalimat. Sebagai contoh kalimat-kalimat berikut ini dengan semesta himpunan semua bilangan real 1. ( x)( y)( y < x < y = x2 < y 2 ). 2. ( x)( y)(x y = 0 = y + x). 3. ( x)( y)(x + y = y + x = y). 43 4. ( x)((x 0) = ( y)(xy = yx = 1)). Simbolisma-simbolisma di atas dibaca: 1. Untuk semua x dan untuk semua y berlaku jika y lebih kecil daripada x dan x lebih kecil daripada y, maka x2 lebih kecil daripada y 2. Dapat juga diucapkan dengan kalimat: Setiap pasangan bilangan real x dan y, jika y < x < x, berlakulah x kuadrat lebih kecil darpada y kuadrat. 2. Untuk setiap x terdapatlah y yang memenuhi x dikurang y sama dengan 0 dan 0 sama dengan y ditambah x. Dengan bahasa keseharian dapat diucapkan : Setiap bilangan memiliki kebalikan terhadap operasi pengurangan, yaitu dirinya sendiri. Kalimat ini bernilai benar. 3. Terdapat x yang memenuhi untuk semua y berlaku x ditambah y sama dengan y ditambah x yang sama dengan y. Dengan bahasa keseharian dapat diucapkan : Ada bilangan yang memenuhi sifat jika ditambahkan kepada setiap bilangan hasilnya akan sama dengan bilangan yang kedua. 4. Untuk setiap x berlaku, jika x tidak sama dengan 0, maka terdapat y yang memenuhi x dikali y sama dengan y dikali x, sama dengan 1. Dapat diucapkan: Setiap bilangan yang tidak nol pasti mempunyai bilangan yang berlawanan (terhadap perkalian. Kalimat ini bernilai benar, sebagai contoh bilangan 5 lawannya 15. 4.5 Urutan, Sifat-sifat dan Hubungan Antar Kuantor Urutan dan letak kuantor di dalam suatu pernyataan harus diperhatikan secara seksama. Penempatan kuantor yang tidak tepat akan berakibat makna pernyataan akan berbeda dengan fakta yang ingin disampaikan. Hal ini juga berdampak pada nilai kebenaran dari pernyataan tersebut. Selanjutnya, misalkan P adalah suatu predikat tertentu. Tata tulis dua kuantor secara berurutan

mempunyai bentuk umum: 44 1. ( x)( y).p (x, y), juga ditulis dengan: ( x, y).p (x, y). Dibaca : Untuk semua x dan y berlaku x dan y bersifat P. 2. ( x)( y).p (x, y). Dibaca : Untuk semua x terdapat y yang memenuhi x dan y bersifat P. 3. ( x)( y).p (x, y). Dibaca : Terdapat x yang memenuhi untuk semua y berlaku x dan y mempunyai sifat P. 4. ( x)( y).p (x, y), juga ditulis dengan: ( x, y).p (x, y). Dibaca : Terdapat x dan y yang memenuhi sifat P. Teorema berikut ini menunjukkan, bahwa kuantor-kuantor yang sejenis bisa ditukar letaknya. Teorema 4.3 ( x)( y).q(x, y) ( y)( x).q(x, y). Teorema 4.4 ( x)( y).q(x, y) ( y)( x).q(x, y). Kalimat ( x)( y).p (x, y) mempunyai arti yang berbeda dengan ( x)( y).p (x, y). Sebagai contoh perhatikan kalimat: 1. ( x)( y)(x y = 0 = y + x), dan 2. ( x)( y)(x y = 0 = y + x), dengan semesta pembicaraan himpunan semua bilangan nyata. Kalimat ke-1 bernilai benar. Untuk setiap x, pasti ada y yaitu y = x yang memenuhi x y = x x = 0 = y + x. Sedangkan kalimat ke-2 bernilai salah, sebab jika ada x yang memenuhi kondisi tersebut, maka x 1 = 0 dan x 2 = 0. Akibatnya 1 = 0, sehingga terjadi kontradiksi. Teorema 4.5 ( x)( y).q(x, y) = ( y)( x).q(x, y). Sifat ini berlaku untuk semua semesta pembicaraan dan semua predikat q. Contoh 4.5.1 Kalimat : ( x)( y)(x+y = y+x = y) akan berkibat: ( y)( x)(x+ y = y + x = y), sebab anteseden benar, sehingga eksistensi x yang memenuhi x + y = y + x = y, untuk semua y dijamin di dalam semestanya. Jadi untuk sebarang y, berlaku x + y = y + x = y. 45 Selanjutnya bentuk ingkaran dari kalimat Semua x mempunyai sifat p, adalah Tidak benar semua x mempunyai sifat p, atau Tidak semua x mempunyai sifat p. Kalimat ingkaran tersebut sama dengan kalimat Ada x yang tidak mempunyai sifat p. Dengan kata lain pernyataan yang merupakan ingkaran, bahwa setiap anggota semestanya mempunyai sifat p, adalah sama dengan mengatakan terdapat anggota yang tidak mempunyai sifat p, sehingga berlaku Teorema 4.6 ( x).p(x) ( x).p(x). Contoh 4.5.2 Jika semestanya himpunan semua bilangan nyata, tentukan ingkaran dari kalimatkalimat berikut ini: 1. ( x)(x2 + 2x + 1 1) 2. ( x)( a x a = x2 a2 ) Penyelesaian: 1. ( x)x2 + 2x + 1 1 Sama dengan: ( x)(x2 + 2x + 1 1) Atau: ( x)(x2 + 2x + 1 < 1) 2. ( x) a x a = x2 a2 Sama dengan: ( x) a x a x2 a2 Dengan kata lain: ( x)( a x a x2 a2 ) Mempunyai makna yang sama dengan: ( x)( a x a x2 > a2 ) Ingkaran bahwa terdapat anggota semestanya yang mempunyai sifat p sama dengan menyatakan, bahwa tidak ada anggota semestanya yang mempunyai sifat p. Hal ini sama dengan mengatakan semua anggota semestanya tidak mempunyai sifat p. Teorema 4.7 ( x).p(x) ( x).p(x). 46 Contoh 4.5.3 Tentukan ingkaran dari kalimat-kalimat berikut ini: 1. Ada mahasiswa yang IPK-nya lebih besar daripada 3,85. 2. Dengan semesta himpunan bilangan nyata: ( x)(x2 2x + 1 < 1) Penyelesaian: 1. Tidak ada mahasiswa yang IPK-nya lebih besar daripada 3,85. Sama dengan: Semua

mahasiswa IPK-nya tidak lebih besar daripada 3,85 Atau: Semua mahasiswa IPK-nya kurang dari atau sama dengan 3,85. 2. ( x)x2 2x + 1 < 1 Sama dengan: ( x)(x2 2x + 1 < 1) Dengan kata lain: ( x)(x2 2x + 1 1) Berdasarkan sifat-sifat ingkaran kalimat di atas dapat diturunkan bentuk-bentuk ingkaran kalimat yang lain, yang di dalamnya juga memuat kuantor. Teorema 4.8 Ingkaran kuantor jamak: 1. ( x)( y).p(x, y) ( x)( y).p(x, y) 2. ( x)( y).p(x, y) ( x)( y).p(x, y) 3. ( x)( y).p(x, y) ( x)( y).p(x, y) 4. ( x)( y).p(x, y) ( x)( y).p(x, y) Contoh 4.5.4 Dengan semesta pembicaraan himpunan semua bilangan nyata, tentukan ingkaran dari kalimat-kalimat berikut ini: 1. ( x)( y)(x + y = 0). 2. ( l)( ϵ)(ϵ > 0 = P (l, ϵ)) 3. ( x)( y)(x > y ( u)(u > 0 x = y + u)). Penyelesaian: 47 1. Ingkaran dari: ( x)( y)(x + y = 0) adalah : ( x)( y)(x + y = 0) ( x)( y)(x + y = 0) ( x)( y)x + y = 0 ( x)( y)(x + y 0) 2. Ingkaran dari: ( l)( ϵ)(ϵ > 0 = P (l, ϵ)) adalah : ( l)( ϵ)(ϵ > 0 = P (l, ϵ)) ( l)( ϵ)(ϵ > 0 = P (l, ϵ)) ( l)( ϵ)ϵ > 0 = P (l, ϵ) ( l)( ϵ)(ϵ > 0 P (l, ϵ)) 3. Ingkaran dari: ( x)( y)(x > y ( u)(u > 0 x = y + u)) adalah : ( x)( y)(x > y ( u)(u > 0 x = y + u)). ( x)( y)(x > y ( u)(u > 0 x = y + u)). ( x)( y)x > y ( u)(u > 0 x = y + u). ( x)( y)(x > y ( u)(u > 0 x = y + u)) (( u)(u > 0 x = y + u) x > y). ( x)( y)(x > y ( u)(u > 0 x = y + u)) (( u)(u > 0 x = y + u) x > y). ( x)( y)(x > y ( u)(u > 0 x = y + u)) (( u)(u > 0 x = y + u) x > y). ( x)( y)(x > y ( u)u > 0 x = y + u ( u)(u > 0 x = y + u) x >y). ( x)(( y)(x > y ( u)(u >0 x y +u) (( u)(u > 0 x = y +u) x > y)). Berikut ini diberikan contoh-contoh menentukan nilai logika kalimat yang menggunakan kuantor. Contoh 4.5.5 Semesta pembicaraan adalah himpunan semua bilangan real. Tentukan nilai logika dari kalimat berikut ini. 1. ( x).x2 x > 1 2. ( x).x2 x > 1 3. ( x). x2 = x 4. ( x). x2 = x 5. ( x)(x > 0 = ( y)( y1 < x)) 6. ( x)( y)( xy = 0) 7. ( x)( y)(x y = ( z)(x < z < y y < z < x)) 48 Penyelesaian: 1. Bernilai salah, sebab untuk x = 1 berlaku x2 x = 1 1 = 0 1. 2. Bernilai benar, sebab untuk x = 2 berlaku x2 x = 4 2 > 1. 3. Bernilai salah, sebab untuk x = 3 berlaku x2 = ( 3)2 = 9 = 3 x. 4. Bernilai benar. Contohnya x = 3. 5. Bernilai benar, sebab jika x > 0, maka 0 < maka 1 x < 1 x + 1. Jika dipilih y = 1 x + 1, 1 1 < 1 = x. y x 6. Bernilai salah, sebab untuk x = 1, berapapun y berlaku 1 y 0.

7. Bernilai benar. Contoh 4.5.6 Semesta pembicaraan adalah himpunan bilangan 0, 1, 2, 3 dan 4. Tentukan nilai logika dari kalimat berikut ini. 1. ( x).x 1 2. ( x).x2 x > x 1 3. ( x).x2 16 4. ( x). x2 = x Penyelesaian: 1. Bernilai benar, sebab paling kecil 0 dan 0 > 1. Jadi pasti 0 1. 2. Bernilai benar, sebab contohnya x = 1 berlaku x2 x = 1 1 = x 1. 3. Bernilai benar, sebab paling besar adalah 4 dan 42 = 16 4. Bernilai salah, sebab semua anggota semestanya positif, sehingga Latihan 4.2 49 x = x. 1. Diberikan semesta pembicaraan himpunan semua manusia. Didefinisikan simbol-simbol sebagai berikut: M (x) : P (x) : A(x) : x merupakan mahasiswa x orang yang pandai x suka berolah raga. Tulislah penyataan-pernyataan ini dengan menggunakan kauantor dan simbolsimbol di atas 1.1 Ada manusia yang suka berolah raga tetapi tidak pandai 1.2 Semua mahasiswa pandai 1.3 Ada mahasiswa yang pandai dan suka berolah raga. 1.4 Semua manusia yang tidak pandai tetapi suka berolah raga pasti bukan mahasiswa. 1.5 Ada manusia yang suka berolah raga tetapi bukan mahasiswa 1.6 Semua orang pandai pasti tidak menyukai olah raga 2. Diberikan semesta pembicaraannya himpunan semua bilangan nyata. Bacalah kalimat-kalimat di bawah ini, kemudian renungkan artinya dan ucapkanlah dengan menggunakan bahasa sehari-hari (dengan makna yang sama dengan bentuk simbolnya). Selanjutnya tentukan nilai kebenaraannya. 2.1 ( x)(x2 1 = 0) 2.2 ( y)( x)(x y) 2.3 ( y)( x)(yx = xy = 0) 2.4 ( x)(( ϵ)(ϵ > 0 = x < 0) = x = 0) 2.5 ( x)( y)(x 0 = (x < y x > y)) 2.6 ( x)( y)(x > y > 0 x2 < y 2 ) 2.7 ( x)( y)(xy = y 2 ). 3. Tentukanlah ingkaran bentuk simbolisma dari kalimat-kalimat Soal 1.1-1.6, kemudian terjemahkan dalam bahasa seharihari. 4. Tentukanlah ingkaran bentuk simbolisma dari kalimat-kalimat Soal 2.1-2.7, kemudian terjemahkan dalam bahasa sehari-hari dan tentukan nilai kebenarannya. 50 4.6 Kuantor Jenis Lain Dan Kuantifikasi Terbatas Di bidang matematika terdapat suatu kuantor jenis lain yang mempunyai simbol khusus, yaitu yang mewakili pernyataan Terdapatlah satu dan hanya satu di dalam semestanya. Untuk itu perhatikan kalimat : Terdapatlah satu dan hanya satu x yang mempunyai sifat P. Simbol dari pernyataan tersebut adalah: ( x)(p (x) ( y)(p (y) = y = x)) yaitu ada x yang memenuhi sifat P dan untuk setiap y yang memenuhi sifat P, maka y sama dengan x. Kuantor ini diberi simbol dengan (!x), sehingga kalimat selengkapnya dapat ditulis dengan (!x)p (x) dan dibaca Terdapat dengan tunggal x yang mempunyai sifat P. Contoh 4.6.1 Di dalam himpunan semua bilangan nyata kalimat berikut ini bernilai benar (!x)( y)(x + y = y + x = x) satu-satunya bilangan nyata x yang memenuhi adalah 0. Kuantor jenis lain dapat dijumpai dalam pernyataan berikut ini: Terdapat tepat dua bilangan nyata yang memenuhi x2 x 6 = 0. Secara simbolis kalimat tersebut dapat ditulis ( u, v)(u v u2 u 6 = 0 v 2 v 6 = 0 ( w)(w2 w 6 = 0 = (w = u w = v))), dengan terjemahan Terdapat u dan v yang berbeda yang memenuhi x2 x 6 = 0 dan untuk setiap w yang memenuhi x2 x 6 = 0, maka w sama dengan u atau v. Selanjutnya untuk keperluan tertentu tidak jarang kuantor (eksistensial maupun universal) yang tertulis di awal kalimat mengalami pembatasan ruang lingkup dalam semesta pembicaraannya yang disebabkan oleh sifat yang

dipenuhinya di dalam pernyataan. Secara simbolis penulisan kuantor kemudian mengalami penyesuaian. 51 Contoh 4.6.2 Diberikan kalimat-kalimat berikut ini : 1. Terdapat x yang positif dan bersifat P. 2. Terdapat u yang merupakan elemen A dan bersifat P. 3. Semua x yang positif mempunyai sifat P. 4. Semua u anggota A mempunyai sifat P. Bentuk simbolis dari kalimat-kalimat tersebut adalah: 1. ( x)(x > 0 P (x)). Kalimat tersebut dapat juga ditulis: ( x > 0).P (x) dan dibaca : Terdapat suatu x positif yang bersifat P. 2. ( x)(x A P (x)). Kalimat tersebut dapat juga ditulis: ( x A).P (x) dan dibaca : Terdapat suatu x elemen A yang bersifat P. 3. ( x)(x > 0 = P (x)). Kalimat tersebut dapat juga ditulis: ( x > 0).P (x) dan dibaca : Semua x positif mempunyai sifat P. Simbolisasi dari kalimat tersebut bukan: ( x)(x > 0 P (x)), karena terjemahan dari ( x)(x > 0 P (x)) adalah Setiap x pasti positif dan mempunyai sifat P. Kalimat ini tidak sesuai dengan kalimat aslinya. 4. ( x)(x A = P (x)). Kalimat tersebut dapat juga ditulis: ( x R).P (x) dan dibaca : Semua x elemen A mempunyai sifat P. Bentuk ingkaran dari kalimat-kalimat dalam contoh di atas adalah : 1. ( x > 0).P (x) yaitu ( x)(x > 0 P (x)) ( x)x > 0 P (x) ( x)(x > 0 P (x) ( x)(x > 0 = P (x) ( x > 0).P (x) 52 dan dibaca : Semua x positif tidak mempunyai sifat P. 2. ( x A).P (x) yaitu ( x)(x A P (x)) ( x)x A P (x) ( x)(x A P (x) ( x)(x A = P (x) ( x A).P (x), dan dibaca : Semua x elemen R tidak mempunyai sifat P. 3. ( x > 0).P (x) yaitu ( x)(x > 0 = P (x)) ( x)x > 0 P (x) ( x)(x > 0 P (x) ( x)(x > 0 P (x) ( x > 0).P (x) dan dibaca : Terdapat x positif yang tidak mempunyai sifat P. 4. ( x A).P (x)) yaitu ( x)(x A = P (x)) ( x)x A P (x) ( x)(x A P (x) ( x)(x A P (x) ( x A).P (x), dan dibaca : Terdapat x elemen R yang tidak mempunyai sifat P. Contoh 4.6.3 Tentukanlah negasi (ingkaran) dari kalimat-kalimat berikut ini, jika semestanya adalah himpunan orang-orang. 1. Bagi wisudawan yang memiliki IPK lebih dari 3,75 meraih derajat cumlaude 2. Ada bayi yang berat badan lahirnya kurang dari 2 kg yang tidak dimasukkan ke dalam inkubator. 53 3. Setiap mahasiswa semester satu harus mengambil kalkulus I. Penyelesaian: 1. Kalimatnya sama artinya denga kalimat, setiap wisudawan yang memiliki IPK lebih dari 3,75 meraih derajat cumlaude, sehingga ingkarannya adalah Ada wisudawan yang memiliki IPK lebih dari 3,75 tapi tidak meraih derajat cumlaude. 2. Setiap bayi yang berat badan lahirnya kurang dari 2 kg pasti dimasukkan ke dalam inkubator. 3. Ada mahasiswa semester satu yang tidak harus mengambil kalkulus I. Kalimat ini sama artinya dengan kalimat : Ada mahasiswa semester satu yang diperbolehkan tidak mengambil kalkulus I. Contoh 4.6.4 Tulislah dengan simbolisma logika kalimat-kalimat berikut ini. 1. Sekurang-kurangnya ada satu x yang mempunyai sifat P. 2. Paling banyak ada satu x yang mempunyai sifat P. 3. Hanya ada satu x yang mempunyai sifat P. 4. Paling banyak ada satu bilangan positif yang bersifat P. 5. Sekurang-kurangnya ada dua x bersifat P. 6. Paling banyak ada dua elemen D yang bersifat P. Penyelesaian: 1. ( x).p (x). 2. ( x)( y)(p (x) P (y) = x = y). Ekuivalen dengan ( x)( y)(x y = P (x) P (y)). ( x)( y)(x y = (P (x) = P (y))). ( x, y)(x y P (x) P (y)). Perlu diperhatikan, bahwa kalimat ini mengandung arti di dalam semestanya tidak ada kepastian ada x yang bersifat P. Namun jika ada x yang memenuhi sifat P, maka elemen sedemikian tunggal adanya. 3. ( x)(p (x) ( y)(p (y) = x = y). Kalimat ini berbeda dengan kalimat 2, sebab adanya elemen x yang bersifat P dijamin ada dan tunggal. 54 4. ( x)( y)(x > 0 y > 0 P (x) P (y) = x = y). 5. ( x)( y)(x y P (x) P (y)). 6. ( x)( y)( z)((p (x) P (y) P (z)) = (x = y x = z y = z)). Contoh 4.6.5 Diberikan semesta pembicaraan himpunan semua bilangan bulat. Tulislah dengan simbolisma logika kalimat-kalimat berikut ini. 1. Untuk setiap bilangan positif ϵ terdapat bilangan positif δ yang bersifat δ < ϵ. 2. Ada bilangan L yang memenuhi untuk setiap bilangan positif ϵ terdapat bilangan positif δ yang bersifat δ < ϵ. 3. Untuk setiap bilangan positif ϵ terdapat bilangan positif δ sedemikian hingga untuk setiap x anggota Df yang memenuhi 0 < x a < δ berlaku f (x) L < ϵ. 4. Ada bilangan L sedemikian hingga untuk setiap bilangan positif ϵ terdapat bilangan positif δ sedemikian hingga untuk setiap x anggota Df

yang memenuhi 0 < x a < δ berlaku f (x) L < ϵ. Penyelesaian: 1. ( ϵ > 0)( δ > 0). δ < ϵ. 2. ( L)( ϵ > 0)( δ > 0). δ < ϵ. 3. ( ϵ > 0)( δ > 0)( x Df )(0 < x a < δ = f (x) L < ϵ). 4. ( L)( ϵ > 0)( δ > 0)( x Df )(0 < x a < δ = f (x) L < ϵ). Pernyataan ini merupakan definisi dari fungsi f mempunyai limit di x = a. Teorema 4.9 Ingkaran kuantor jamak dengan pembatasan himpunan: 1. ( x A)( y B).p(x, y) ( x A)( y B).p(x, y) 2. ( x A)( y B).p(x, y) ( x A)( y B).p(x, y) 3. ( x A)( y B).p(x, y) ( x A)( y B).p(x, y) 4. ( x A)( y B).p(x, y) ( x A)( y B).p(x, y) 55 Selanjutnya pada kalimat Untuk x yang bersifat P terdapat y yang bersifat Q, sehingga x dan y memenuhi r dapat dinyatakan dengan ( P (x))( Q(y)).r(x, y) Contoh 4.6.6 Pernyataan Untuk setiap ϵ yang bersifat ϵ > 0 terdapat δ yang memenuhi δ > sehingga jika 0 < x x0 < δ, maka f (x) L < ϵ dapat ditulis ( ϵ > 0)( δ > 0).[0 < x x0 < δ f (x) L < ϵ] Teorema 4.10 Ingkaran kuantor jamak dengan pembatasan berbentuk pernyataan: 1. ( P (x))( Q(y)).r(x, y) ( P (x))( Q(y)).r(x, y) 2. ( P (x))( Q(y)).r(x, y) ( P (x))( Q(y)).r(x, y) 3. ( P (x))( Q(y)).r(x, y) ( P (x))( Q(y)).r(x, y) 4. ( P (x))( Q(y)).r(x, y) ( P (x))( Q(y)).r(x, y) Contoh 4.6.7 Tentukan ingkaran pernyataan di Contoh 4.6.5. Penyelesaian: 1. ( ϵ > 0)( δ > 0). δ < ϵ. ( ϵ > 0)( δ > 0). δ ϵ 2. ( L)( ϵ > 0)( δ > 0). δ < ϵ ( L)( ϵ > 0)( δ > 0). δ ϵ 3. ( ϵ > 0)( δ > 0)( x Df )(0 < x a < δ = f (x) L < ϵ). ( ϵ > 0)( δ > 0)( x Df )(0 < x a < δ f (x) L ϵ) 4. ( L)( ϵ > 0)( δ > 0)( x Df )(0 < x a < δ = f (x) L < ϵ). ( L)( ϵ > 0)( δ > 0)( x Df )(0 < x a < δ f (x) L ϵ) Latihan 4.3 1. Tentukan negasi dari simbolisma-simbolisma logika kalimat-kalimat di dalam Contoh 4.6.4, kemudian terjemahkan dengan bahasa sehari-hari. 56 2. Tentukan negasi dari simbolisma-simbolisma logika kalimat-kalimat di dalam Contoh 4.6.5, kemudian terjemahkan dengan bahasa sehari-hari. 3. Diberikan semesta pembicaraan himpunan semua bilangan real. Tentukanlah nilai kebenaran dari uangkapan-ungkapan berikut ini: 3.1 ( x)(( ϵ > 0) x < ϵ = x = 0). 3.2 ( ϵ > 0)( N0 N )( N10 < ϵ). 3.3 ( M > 0)( x)(e x < M ). Tulislah dalam bentuk simbolisma logika 4. Tulislah definisi lim f = L untuk x c 5. Tulislah definisi lim f = L untuk x c 6. Tulislah definisi lim f = L untuk x c+ 7. Tulislah definisi fungsi f tidak mempunyai limit di x = c. 8. Tulislah definisi fungsi f mempunyai derifatif di x = c. 9. Tulislah definisi fungsi f kontinu di x = c. 10. Tulislah definisi fungsi f tidak kontinu x = c. 11. Paling banyak ada dua x dimana f tidak kontinu di x. 12. Fungsi f kontinu pada interval I. 13. Fungsi f mempunyai derivatif di setiap x I kecuali mungkin di c. 14. Tulislah definisi barisan {xi }i 1 konvergen, kemudian tentukan ingkarannya. 15. Tentukan nilai kebenaran dan beri alasan kalimat [( ε > 0)( δ > 0)( x xo < 0 f (x) fxo < ε)] f (xo ) ada 57 Tes Formatif V PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA DAN HIMPUNAN Topik Bahasan Hari/tanggal Waktu Sifat : KUANTOR : : 100 menit : Buku Tertutup Dosen : Budi S. 1. Tulislah kalimat berikut dalam simbolisma matemtika: 1.1. Terdapat tepat 3 bilangan asli yang bersifat P. 1.2. Fungsi f mempunyai limit di x = c. 1.3. Jika untuk setiap ϵ > 0 berlaku 0 x < ϵ, maka x = 0. 1.4. Untuk setiap bilangan real x dan y yang berbeda, terdapat bilangan bulat n dan k, sehingga n m

terletak di antara x dan y. 2. Tentukan bentuk ingkaran dari soal nomor 1, kemudian terjemahkan dalam kalimat sehari-hari. 3. Tentukan nilai kebenaran soal nomor 1(dan beri alasan): 3.1. Soal nomor 1.3 di atas. 3.2. ( x [0, 1))( y IR )(x2 + y 2 = 2xy). Kunci Jawaban Tes Formatif V 1. No. 1.2. ( L)( ϵ > 0)( δ > 0)( x Df )(0 < x c < δ f (x) L < ϵ) 2. No. 2 dan 3. Ingkaran 1.3 dalam kalimat sehari-hari adalah Untuk setiap untuk setiap ϵ > 0 berlaku 0 x < ϵ, tetapi x 0. Kalimat ini bernilai salah. 58 Komentar Dan Pengayaan 1. Materi topik ini dilengkapi dengan soal latihan yang cukup untuk memenuhi kommpetensi mahasiswa di bidang kuantor. Untuk kemampuan cukup mahasiswa harus bisa mengerjakan minimal 80% soal contoh dan latihan. 2. Sebagai pelengkap mahasiswa dapat penelusuran internet dengan kata kunci Mathematical Logic atau Agebraic Logic. Salah satu di antaranya Leibniz s Logic di situs http://www.philosophie.uni-osnabruek.de 59