MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan masalah pada siswa di sekolah dasar. Penelii mencoba menerapkan pembelajaran dengan pemberian ugas lembaran kerja secara individual dan kelompok sebagai solusinya. Peneliian ini merupakan peneliian eksperimen dengan jumlah sampel kelas yang dipilih secara acak. Sampel dibagi dengan dua perlakuan yaiu pemberian ugas secara kelompok sera pembelajaran radisional. Daa peneliian diperoleh melalui es erulis objekif dan lembaran kerja unuk mengeahui kemampuan pemecahan masalah siswa. Hasil peneliian menunjukkan bahwa sebelum perlakuan diberikan, pengeahuan awal kedua kelas idak berbeda secara signifikan. Seelah perlakuan diberikan, ernyaa hasil belajar yang diperoleh kedua kelas erjadi peningkaan secara signifikan. Hasil belajar yang diperoleh oleh kedua kelas berbeda secara signifikan ( =0, 6). Dengan demikian ugas lembaran kerja secara kelompok dapa meningkakan kemampuan pemecahan masalah siswa, Kaa kunci : Pembelajaran Pemberian Tugas Lembaran Kerja Secara Kelompok, Kemampuan Memecahkan Masalah PENDAHULUAN Perkembangan jaman yang semakin pesa menunu kia unuk dapa melakukan kegiaan yang bermanfaa dalam kehidupan seharihari. Kemampuan dan keerampilan unuk dapa berindak dan menyelesaikan suau permasalahan harus dilaih semenjak dini (masa kanak-kanak) eruama dalam lingkungan keluarga. Kemampuan menyelesaikan masalah sendiri, mengerjakan ugasnya sendiri, dan memiliki rasa anggungjawab merupakan suau hal yang pening dimiliki dianamkan pada anak sejak dini. Pada saa ini, idak dapa dipungkiri banyak anak yang masih lalai dalam menyelesaikan pekerjaannya aau sama sekali idak mengerjakan pekerjaan ersebu, begiu juga dengan ugas yang diberikan guru. Menuru Sudjima (dalam Sukasno, 00,), belajar pemecahan masalah pada hakekanya belajar berpikir aau belajar bernalar. Yang dimaksud dengan belajar berpikir aau belajar bernalar ersebu adalah berpikir aau bernalar dalam mengaplikasikan pengeahuanpengeahuan yang elah diperoleh sebelumnya unuk digunakan dalam memecahkan permasalahan yang belum pernah dijumpai sebelumnya. Holmes (dalam Wardhani, dkk., 010 : 7) menyaakan bahwa laar belakang aau alasan seseorang perlu belajar memecahkan masalah adalah adanya faka dalam abad dua puluh sau ini bahwa orang yang mampu memecahkan masalah maemaik akan hidup dengan produkif. Menuru
Holmes, orang yang erampil memecahkan masalah akan mampu berpacu dengan kebuuhan hidupnya, menjadi pekerja yang lebih produkif, dan memahami isu-isu kompleks yang berkaian dengan masyaraka global. Lechner (dalam Wardhani, dkk., 010 : 15) pada ininya menyaakan bahwa pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengeahuan yang elah diperoleh sebelumnya ke dalam siuasi baru yang belum dikenal. Sedangkan Rober Harris (dalam Wardhani, dkk., 010:15) menyaakan bahwa memecahkan masalah adalah he managemen of a problem in a way ha successfully mees he goal esablished for reaing i. Aau dapa diarikan bahwa memecahkan masalah adalah pengelolaan masalah dengan suau cara sehingga berhasil menemukan ujuan yang dikehendaki. Kemampuan memecahkan masalah ersebu seyogianya dikembangkan melalui proses pembelajaran yang dirancang dan dikembangkan secara sisemais agar ujuan ini dapa ercapai sebagai hasil yang diinginkan pada diri siswa. Melalui sebuah pembelajaran yang dirancang dengan baik diharapkan anak dapa berkembang.hal ini menjadi sebuah ugas guru sebagai kunci uama dalam memajukan pendidikan. Sudjana, N. (00: 1) mengemukakan bahwa guru menempai kedudukan senral, sebab peranannya sanga menenukan. Guru harus mampu menerjemahkan dan menjabarkan nilai-nilai yang erdapa dalam kurikulum, kemudian menransformasikan nilai-nilai ersebu kepada siswa melalui proses pengajaran di sekolah. Menuru Hamalik, (00: 3) bagaimanapun baiknya kurikulum, adminisrasi, dan fasilias perlengkapan, kalau idak diimbangi dengan peningkaan kualias guru-gurunya idak akan membawa hasil pembelajaran yang diharapkan. Di beberapa daerah di Indonesia masih diemukan guru yang mengajar dengan cara yang kurang menarik dan cenderung membosankan, sera kurang memberikan kesempaan kepada siswa unuk erliba dan berparisipasi akif dan mengembangkan keerampilan dan pengeahuan. Kegiaan pembelajaran masih erpusa pada guru, sehingga proses belajar menjadi kaku, kurang mendukung pengembangan pengeahuan, sikap dan keerampilan siswa eruama dalam hal pemecahan masalah. Hal ini dapa berpengaruh pada presasi belajar siswa, sebab pemecahan masalah menunu siswa unuk erliba dan akif dalam mencari solusi dengan memberdayakan semua keerampilan dan pengeahuan yang dimilikinya. Unuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa dibuuhkan sebuah pembelajaran yang inovaif.pembelajaran yang memberikan keerlibaan dan peran akif siswa dalam pembelajaran.sebuah pembelajaran yang menekankan agar siswa sendiri yang akan membangun pengeahuannya. Sehingga guru harus mampu merancang kegiaan pembelajaran bagi siswa unuk meningkakan aau mengubah pengeahuan awalnya yang berkaian dengan akivias hidup sehari-hari, di mana siswa diunun unuk mengkonsruksi pengeahuannya sendiri. Unuk hal iu diharapkan bahwa guru idak hanya semaa-maa menransferkan pengeahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengeahuan di dalam benaknya sendiri (Nur dan Wikandari. 00:). Masih menuru Nur dan Wikandari (000: ), guru dapa membanu siswa dalam mengkonsruksi pengeahuannya, dengan cara-cara mengajar yang membua informasi
yang diberikan oleh guru menjadi sanga bermakna dan sanga relevan bagi siswa, dan dengan memberikan kesempaan kepada siswa unuk menemukan dan meneapkan ide-ide mereka sendiri unuk belajar. Selanjunya Nur dan Wikandari (000), mengaakan bahwa guru dapa memberi siswa angga yang dapa membanu siswa mencapai ingka pemahaman yang lebih inggi, namun harus diupayakan agar siswa sendiri yang memanja angga ersebu. Salah sau kegiaan pembelajaran yang memberikan keleluasaan kepada siswa unuk membangun pengeahuannya sendiri adalah dengan pemberian ugas. Salah sau alernaif ini dapa melibakan dan membawa siswa unuk akif. Menuru Roesiyah(001) dengan kegiaan melaksanakan ugas siswa akan akif belajar, dan merasa erangsang unuk meningkakan belajar yang lebih, memupuk inisiaif dan berani beranggungjawab sendiri, sera diharapkan siswa memiliki hasil belajar yang lebih manap, karena siswa melaksanakan laihan-laihan selama melakukan ugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuau dapa lebih erinegrasi. Dengan demikian siswa diberi kesempaan unuk berpikir kreaif, bijaksana, sera mencipakan kejujuran. Sebagaimana dikemukakan oleh Sudirman(Roswia,1990) 'pemberian ugas merupakan aplikasi prinsip pengajaran modern aau disebu juga azas "akivias", dimana guru harus merangsang siswa agar melakukan berbagai kegiaan aau akivias yang berhubungan dengan apa yang dipelajarinya. Jadi dalam kegiaan belajar mengajar guru diharapkan unuk mencipakan siuasi dan kondisi yang dapa merangsang siswa unuk berpikir dengan cara memberinya masalah sehari-hari yang berkaian dengan maeri pelajaran yang diajarkan. Menuru Winkel (1996) ujuan memberikan ugas kepada anak anara lain supaya siswa berlaih mengolah kembali maeri pelajaran, menyusun pikirannya secara runun, belajar membagi wakunya dengan baik, dan belajar eknik-eknik sudi yang efisien dan efekif. Meode penugasan merupakan suau cara pemberian kesempaan kepada siswa unuk melaksanakan ugas berdasarkan peunjuk yang elah dipersiapkan guru. Tugas yang diberikan harus cukup dipahami oleh siswa sehingga mereka melaksanakan dengan penuh anggung jawab, begiu juga ugas yang diberikan cukup jelas bagi siswa sehingga mereka idak beranya-anya lagi apa yang harus dikerjakan dan apa yang menjadi ugasnya (Roesiyah, 001). Dalam melaksanakan ugas ini siswa dapa memperoleh pengalaman secara langsung dan nyaa. Tugas dapa diberikan dalam berbagai benuk, misalnya berupa sejumlah peranyaan mengenai maa pelajaran, ugas erulis aau lisan, ugas mengumpulkan sesuau, membua sesuau, mengadakan observasi erhadap sesuau dan juga bisa berupa eksperimen (Roesiyah, 001). Memberi ugas dengan membawa anak ke lokasi yang menjadi sumber belajar berari kia memberikan kesempaan kepada siswa unuk mengadakan observasi dan menemukan sendiri apa yang menjadi permasalahan sera mampu membua laporan baik erulis aaupun lisan. Tugas dapa diberikan secara kelompok aau perorangan. Melalui meode ini dapa mengembangkan berbagai keerampilan dan
pembiasaan unuk mandiri dan bersikap jujur (Aqib, 00). Tugas yang diberikan dapa secara paralel aau komplemener, ugas paralel berari semua ugas sama sedangkan komplemener ugas saling melengkapi pemecahan masalah (Dimyai dan Mudjiono, 00). METODE PENELITIAN Peneliian ini merupakan peneliian eksperimen dengan eknik analisis daa yang diolah secara kuaniaif. Peneliian ekperimen menuru Arikuno (1993 : 7), yaiu merupakan peneliian yang dimaksudkan unuk mengeahui ada idaknya akiba dari sesuau yang dikenakan pada subjek selidik dan mencoba menelii ada idaknya hubungan sebab akiba. Dengan demikian, ujuan dari meode peneliian ini adalah unuk mengeahui kemampuan pemecahan masalah akiba dari suau pengajaran IPS dengan menggunakan dua pendekaan pembelajaran yang berbeda, yaiu pendekaan pembelajaran dengan pemberian ugas lembar kerja dan radisional. Populasi yang erliba dalam peneliian adalah seluruh siswa kelas VSD sekecamaan Majalengka. Adapun sampel dalam peneliian ini adalah siswa kelas V SDN Cijai. Penenuan sampel unuk kelas eksperimen dan kelas konrol dilakukan secara acak kelas. Dalam peneliian ini, sampel peneliian kelas eksperimen adalah kelas VC dan kelas konrol VB, yang masing-masing erdiri dari 30 orang siswa. HASIL PENELITIAN Seelah dilakukan pengolahan daa dengan menggunakan program kompuer SPSS, maka dapa diperoleh hasil prees pada kelas eksperimen dan kelas konrol, seelah dianalisis kedua kelompok ersebu, diperoleh nilai eringgi, nilai erendah, nilai raaraa, dan sandar deviasi selengkapnya disajikan pada Tabel beriku ini: Tabel 1 Nilai Teringgi, NilaiTerendah, Nilai Raa-raa, dan Sandar Deviasi Prees Kemampuan Pemecahan Masalah Pada peneliian ini ada Nilai dua Kelas Eksperimen Kelas Konrol kelompok siswa yang dipilih secara Maks acak menuru kelas unuk dielii, yaiu min maks sd min maks sd kelompok percobaan I (kelompok 6,0 1,4 3,8,3 0,6157 1,4 3,9,50 0,6664 eksperimen) dan kelompok II (kelompok konrol). Kelompok percobaan I memperoleh perlakuan berupa pembelajaran IPS dengan Dari abel di aas secara deskripif pembelajaran pemberian ugas lembar kemampuan awal pemecahan masalah kerja secara kelompok, sedangkan siswa pada kedua kelas relaif sama. kelompok konrol menggunakan Pada kelas eksperimen raa-raa hasil es pembelajaran secara radisional. sebesar,3 sedangkan pada kelas Sebelum perlakuan, kedua kelompok konrol,50. diberi es pengeahuan penunjang dan Seelah dilakukan uji normalias dan homogenias erhadap nilai prees prees, kemudian seelah kedua kelas eksperimen dan konrol, ernyaa kelompok diberikan perlakuan maka kedua kelas berdisribusi normal dan masing-masing kelompok diadakan homogen, selanjunya dilakukan pengujian poses. perbedaan raa-raa nilai hasil prees dengan menggunakan uji- pada araf
Kel. Eksperimen e s e s e signifikansi α = 0.05 (uji dua pihak, ½ α = 0.05) dengan krieria pengujian: H 0 dierima jika - abel < hiung < + abel, sedangkan pada keadaan lain H 0 diolak. Tabel Uji Perbedaan Raa-Raa Prees Kelas Eksperimen dan Kelas Konrol Kel. Konrol k s k s k hiung abel,33 0,616 0,379,500 0,666 0,444 1,073 1,67 Nilai Maks Berdasarkan Tabel di aas diperoleh hiung = 1,073 berada pada inerval -1.67 s/d +1.67 ( abel < hiung <+ abel ), maka dapa disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa kedua kelas (kelas eksperimen dan konrol) relaif sama aau idak erdapa perbedaan. Unuk hasil poses kemampuan pemecahan masalah secara deskripif disajikan pada abel di bawah ini: Tabel 3 Nilai Teringgi, NilaiTerendah, Nilai Raa-raa, dan Sandar Deviasi Poses Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Tabel di aas diperoleh hiung = 8,157 idak berada pada inerval -1.67 s/d +1.67, maka dapa disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa kedua kelas (kelas eksperimen dan konrol) berbeda secara signifikan. KESIMPULAN Terdapa perbedaan kemampuan pemecahan masalah yang signifikan Kesimpulan anara siswa yang memperoleh Tidak pembelajaran ada pemberian ugas perbedaan lembaran kerja secara kelompokdengan siswa yang memperoleh pembelajaran radisional. Dengan demikian pembelajaran pemberian ugas lembaran kerja secara kelompok dapa meningkakan kemampuan memecahkan masalah siswa seklah dasar. DAFTAR PUSTAKA Aqib, Z. (00). Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya:Insan Cendekia. Dimyai dan Mudjiono. (00). Belajar dan Pembelajaran. Jakara: Rineka Cipa. Roswia,W. (1990). Perbedaan Hasil Kelas Eksperimen Kelas Konrol Belajar Siswa dengan Pola min maks sd min maks sd Merangkum dan Soal Pada 6,0 3,6 5, 4,7 0,4856, 4,7 3,4 0,5585 Pokok Bahasan Meabolisme Kelas IIA. Skripsi UNRI. Kel. Eksperimen e s e s e Berdasarkan daa pada abel di aas erliha bahwa hasil poses kemampuan pemecahan masalah pada kelas berbeda. Raa-raa poses kelas eksperimen sebesar 4,7 sedangkan pada konrol sebesar 3,40. Tabel 4 Uji Perbedaan Raa-Raa Prees Kelas Eksperimen dan Kelas Konrol Kel. Konrol k s k s k hiung abel 4,7 0,616 0,379 3,40 0,666 0,444 8,157 1,67 Roesiyah. (001). Sraegi Belajar Mengajar. Jakara: Rineka Cipa. Ruseffendi, ET (1991). Penganar Kepada Membanu Guru Mengembangkan Kompeensinya dalam Pengajaran Maemaika unuk Meningkakan CBSA. Bandung : Tarsio. Kesim- Sudjana, H.D., (000), Sraegi pulan Pembelajaran, Bandung, Ada Falah Producion. perbedaan
Sudjana, N. (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung; Sinar Baru. Sudjana, N. (199). Meoda Saisika. Bandung; Tarsio. Sudjana, N. (1995). Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung; Sinar Baru. Wardhani, dkk. 010. Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Maemaika di SD. Jakara: Kemdiknas. Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakara:Grasindo.