BAB IV SIMULASI MODEL

dokumen-dokumen yang mirip
( ) r( t) 0 : tingkat pertumbuhan populasi x

4. VALIDITAS DAN RELIABILITAS DALAM MEMBUAT EVALUASI

KINETIKA REAKSI HOMOGEN SISTEM BATCH

BAB II LANDASAN TEORI

UJI LINEARITAS DATA TIME SERIES DENGAN RESET TEST

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

MODUL 7 APLIKASI TRANFORMASI LAPLACE

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

Analisis Model dan Contoh Numerik

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

ANALISIS SURVIVAL LAJU INDEKS KINERJA DOSEN STKIP PGRI TULUNGAGUNG DENGAN MODEL REGRESI COX

STRATEGI KELUAR DARI JEBAKAN KEMISKINAN (POVERTY TRAP) DI INDONESIA

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ)

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TRANSMISI VERTIKAL HARGA BERAS DI PROPINSI LAMPUNG (Vertical Transmission For Rice Price In Lampung Province)

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

PERBANDINGAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH (CDS) DAN PALMER DALAM MEMINIMASI TOTAL WAKTU PENYELESAIAN Studi Kasus : Astra Konveksi Pontianak

PERBANDINGAN METODE TIME SERIES REGRESSION DAN ARIMAX PADA PEMODELAN DATA PENJUALAN PAKAIAN DI BOYOLALI ABSTRAK

B a b 1 I s y a r a t

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

Prediksi Curah Hujan Kota Samarinda pada Tahun 2014 dengan Metode Filter Kalman. Rainfall Prediction Samarinda in 2014 with Kalman Filter Method

ANALISA PERENCANAAN TRAFO SISIPAN T. 416 PADA TRAFO HL. 017 DI JARINGAN TEGANGAN RENDAH DESA GUYANGAN KECAMATAN BAGOR KABUPATEN JOMBANG

LDMOSFET dengan beberapa keunggulannya. Struktur dasar dan prinsip kerja. LDMOSFET akan didiskusikan. Selain itu, didiskusikan pula model-model

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

IV. METODE PENELITIAN

KINEMATIKA GERAK LURUS

ADAPTIVE SMOOTHING NEURAL NETWORK UNTUK PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Estimasi Fungsi Tahan Hidup Virus Hepatitis di Kabupaten Jember (Estimating of Survival Function of Hepatitis Virus in Jember)

INVESTIGASI FORENSIKA PADA LOG WEB SERVER UNTUK MENEMUKAN BUKTI DIGITAL TERKAIT DENGAN SERANGAN MENGGUNAKAN METODE HIDDEN MARKOV MODELS

Unjuk Kerja Call Admission Control Berbasis SIR pada Sistem Seluler CDMA

Metode Regresi Linier

IV. METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA-ITS ( ) Abstrak

PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar

BAB 2 LANDASAN TEORI

Model GSTAR Termodifikasi untuk Produktivitas Jagung di Boyolali

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

Persamaan Gelombang Nonlinier pada Dasar Perairan Miring

Integral dan Persamaan Diferensial

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

III. METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas dasar-dasar teori yang akan digunakan

Jawaban Soal Latihan

BAB VI SUHU DAN KALOR

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

PENURUNAN PAJAK EKSPOR DAN DAMPAKNYA TERHADAP EKSPOR MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA KE INDIA (PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL)

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN

ADAPTIVE BACKGROUND DENGAN METODE GAUSSIAN MIXTURE MODELS UNTUK REAL-TIME TRACKING

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB MOMENTUM DAN IMPULS

IR. STEVANUS ARIANTO 1

PRESENTASI TUGAS AKHIR

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

IV METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

Transkripsi:

21 BAB IV SIMULASI MODEL Pada bagian ini aan diunjuan simulasi model melalui pendeaan numeri dengan menggunaan ala banu peranga luna Mahemaica. Oleh arena iu dienuan nilai-nilai parameer seperi yang disajian pada Tabel 4.1 sebagai beriu: Tabel 4.1 Besaran Parameer Model j α β A δ i 1/3 2/3 1.3 0.1 s 0.30 0.70 1.2 0.1 Pada simulasi ini aan dibua iga asus pada ecenderungan menabung unu perumbuhan modal dan oupu per apia yaiu asus 1 saa ecenderungan menabung 20 persen, asus 2 saa ecenderungan menabung 50 persen, asus 3 saa ecenderungan menabung 80 persen. 4.1 Perumbuhan Modal Per apia Laju perubahan modal per apia pada seor barang modal dapa disimulasian dengan menggunaan persamaan (3.25), laju perubahan modal per apia pada seor barang onsumsi dapa disimulasian dengan menggunaan persamaan (3.15). Sedangan laju perubahan modal per apia oal dapa simulasian dengan persamaan (3.5). Kasus 1: Kecenderungan menabung λ = 0.20 Dengan ecenderungan unu menabung adalah 0.20, ini menunjuan bahwa ecenderungan mengonsumsi adalah 80 persen. Laju perubahan modal pada masing-masing seor diberian pada Gambar 1. Sedangan laju perubahan modal oalnya dapa diliha pada Gambar 2.

22 0.30 0.28 0.26 0.24 0.22 0.20 0.18 0.16 i s Gambar 1 Modal per apia masing-masing seor dengan λ = 0.20. Dari Gambar 1 erliha bahwa perubahan modal per apia pada semua seor mengalami penurunan secara esponensial dari wau e wau. Ini erliha dengan modal per apia yang besar pada wau awal, lama elamaan modal perapia ersebu berurang seiring berjalannya wau, penurunan ajam erjadi pada seiar 5, namun pada saa > 5 penurunan sudah ida signiian bahan aan menjadi onsan. Hal ini disebaban arena ecenderungan menabung yang ecil sedangan ecenderungan mengonsumsi lebih besar yani 80 persen. 0.4 0.2 n s s 0.0 n i i -0.2 Gambar 2 Modal per apia oal dengan λ = 0.20.

23 Dari Gambar 2 erliha bahwa perubahan modal per apia oal mengalami penurunan secara esponensial dari wau e wau. Ini erliha dengan modal per apia oal yang besar pada wau awal, lama elamaan modal perapia oal ersebu berurang seiring berjalannya wau, penurunan ajam erjadi pada seiar 5, namun pada saa > 5 penurunan sudah ida signiian bahan aan menjadi onsan. Hal ini disebaban arena ecenderungan menabung yang ecil yaiu 20 persen sedangan ecenderungan mengonsumsi lebih besar yani 80 persen. Kasus 2: Kecenderungan menabung λ = 0.50 Jia ecenderungan menabung berubah nai menjadi 0.50 yang berari ecenderungan mengonsumsi urun menjadi 50 persen, ernyaa grai laju perubahan modal pada masing-masing seor juga mengalami perubahan sebagaimana diberian Gambar 3. Sedangan laju perubahan modal oalnya dapa diliha pada Gambar 4. 1.5 1.4 1.3 1.2 i s 1.1 0.9 Gambar 3 Modal per apia masing-masing seor dengan λ = 0.50. Dari Gambar 3 erliha bahwa perubahan modal per apia pada semua seor mengalami enaian secara esponensial dari wau e wau. Kenaian ajam modal per apia pada masing-masing seor erjadi pada seiar 5, namun pada saa > 5 enaian sudah ida signiian bahan aan menjadi onsan. Hal

24 ini disebaban arena adanya enaian ecenderungan menabung menjadi 50 persen. 1.2 n s s 0.8 0.6 0.4 0.2 n i i Gambar 4 Modal per apia oal dengan λ = 0.50. Dari Gambar 4 erliha bahwa perubahan modal per apia oal mengalami enaian secara esponensial dari wau e wau. Kenaian ajam modal per apia erjadi pada seiar 5, namun saa > 5 enaianya sudah ida signiian bahan cenderung onsan. Kenaian ini aiba adanya penambahan pada ecenderungan menabung menjadi 50 persen. Kasus 3: Kecenderungan menabung λ = 0.80 Jia ecenderungan menabung berubah nai menjadi 0.80 yang berari ecenderungan mengonsumsi urun menjadi 20 persen ernyaa grai laju perubahan modal per apia pada masing-masing seor juga mengalami perubahan sebagaimana diberian Gambar 5. Sedangan laju perubahan modal oalnya dapa diliha pada Gambar 6.

25 8 i 6 s 4 2 Gambar 5 Modal per apia masing-masing seor dengan λ = 0.80. Dari Gambar 5 erliha bahwa perubahan modal per apia pada semua seor mengalami enaian secara esponensial dari wau e wau. Kenaian ajam modal per apia pada masing-masing seor erjadi pada pada seiap wau bahan sampai = 20. Hal ini disebaban arena adanya enaian ecenderungan menabung menjadi 80 persen. 7 6 5 4 n s s 3 2 n i i 1 Gambar 6 Modal per apia oal dengan λ = 0.80.

26 Dari Gambar 6 erliha bahwa laju perubahan modal per apia oal mengalami enaian secara esponensial dari wau e wau. Kenaian ajam modal per apia oal erjadi pada pada seiap wau bahan sampai = 20. Hal ini disebaban arena adanya perubahan ecenderungan menabung menjadi 80 persen. Berdasaran dari eiga asus di aas dapa disimpulan bahwa jia ecenderungan unu menabung semain inggi aan mempengaruhi laju perubahan modal per apia menjadi semain inggi. Sehingga unu mendapaan modal yang lebih besar sebainya dengan meningaan ecenderungan menabung. 4.2 Oupu Produsi Per apia. Grai banyanya oupu produsi per apia dari masing-masing seor dapa disimulasian dengan persamaan (3.2). Di sini diperenalan bahwa oupu produsi oal dihiung dengan = n i i + np s s, dinoasian n i i = ei dan np s s s = e. Dengan besaran parameer masih sama seperi pada Tabel 4.1. Kasus 1: Kecenderungan menabung λ = 0.20 Dengan ecenderungan unu menabung adalah 0.20, ini menunjuan bahwa ecenderungan mengonsumsi adalah 80 persen. Unu meliha grainya dapa diliha pada Gambar 7.

27 0.90 0.85 0.80 0.75 0.70 i s 1.5 0.5 e s 0.0 e i Gambar 7 Oupu produsi per apia dengan λ = 0.20. Berdasaran pada Gambar 7 erliha bahwa oupu produsi per apia mengalami penurunan secara esponensial dari wau e wau. Penurunan ajam erjadi pada 5, namun pada saa > 5 penurunan sudah ida signiian bahan aan menjadi onsan. Hal ini disebaban arena ecenderungan menabung yang ecil yaiu 20 persen sedangan ecenderungan mengonsumsi lebih besar yani 80 persen.

28 Kasus 2: Kecenderungan menabung λ = 0.50 Jia ecenderungan menabung berubah nai menjadi 0.50 yang berari ecenderungan mengonsumsi urun menjadi 50 persen ernyaa grai oupu per apia juga mengalami perubahan sebagaimana Gambar 8. 1.5 i 1.4 1.3 s 1.2 1.1 1.4 1.2 e s 0.8 0.6 0.4 0.2 e i Gambar 8 Oupu produsi per apia dengan λ = 0.50. Berdasaran pada Gambar 8 erliha bahwa oupu produsi per apia mengalami enaian secara esponensial dari wau e wau. Kenaian ajam oupu produsi per apia pada masing-masing seor erjadi pada seiar 5, namun pada seiar > 5 enaian sudah ida signiian bahan aan menjadi onsan. Kenaian ini aiba adanya penambahan pada ecenderungan menabung menjadi 50 persen.

29 Kasus 3: Kecenderungan menabung λ = 0.80 Jia ecenderungan menabung berubah nai menjadi 0.80 yang berari ecenderungan mengonsumsi urun menjadi 20 persen ernyaa grai laju perubahan oupu produsi per apia juga mengalami perubahan sebagaimana Gambar 9. 2.5 i 2.0 s 1.5 2.5 2.0 1.5 e s 0.5 e i Gambar 9 Oupu produsi per apia dengan λ = 0.80. Berdasaran Gambar 9 erliha bahwa oupu produsi per apia oal mengalami enaian secara esponensial dari wau e wau. Kenaian ajam oupu produsi per apia erjadi pada seiap wau bahan sampai = 20. Hal ini

30 disebaban arena adanya perubahan ecenderungan menabung menjadi 80 persen. Berdasaran dari eiga asus di aas dapa disimpulan bahwa jia parameer-parameer pada Tabel 4.1 ada perubahan pada ecenderungan unu menabung aan mempengaruhi oupu produsi per apia. Sehingga unu mendapaan oupu produsi yang lebih besar sebainya dengan meningaan ecenderungan menabung. Kondisi Euilibrium Salah sau deinisi euilibrium adalah suau eadaan yang mempunyai ciri ida adanya ecenderungan unu berubah (Chiang & Wainwrigh 2006). Unu menenuan ondisi euilibrium pada variabel-variabel lain maa erlebih dahulu dienuan ondisi euilibrium dari i. Nilai ii euilibrium i diperoleh dengan mengunaan persamaan (3.27) maa diperoleh ondisi euilibrium adalah sebagai beriu: Tabel 4.2 Tii euilibrium masing-masing variabel saa λ = 0.20 Variabel Tii Euilibrium Variabel Tii Euilibrium i 0.208263 i 0.770574 s 0.178511 s 0.715617 0.179203 0.734733 Tabel 4.3 Tii euilibrium masing-masing variabel saa λ = 0.50 Variabel Tii Euilibrium Variabel Tii Euilibrium i 1.48223 i 1.48223 s 1.27048 s 1.28935 1.28889 1.41778

31 Tabel 4.4 Tii euilibrium masing-masing variabel saa λ = 0.80 Variabel Tii Euilibrium Variabel Tii Euilibrium i 8.00000 i 2.60000 s 6.85714 s 2.13808 7.17241 2.51034 Dari Tabel 4.2, Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 nampa bahwa saa ecenderungan menabung 20 persen, arinya bahwa ecenderungan menabung lebih rendah dari pada ecenderungan mengonsumsi yani 80 persen diperoleh modal per apia oal 0.179203 dan oupu produsi oal 0.734733. Lalu dengan adanya enaian ecenderungan menabung menjadi 50 persen diperoleh modal per apia menjadi 1.28889 dan oupu produsi oal 1.41778. Selanjunya ecenderungan menabung menjadi 80 persen diperoleh modal per apia 8.00000 dan oupu produsi oal 2.51034. Oleh arenanya dapa disimpulan bahwa dengan adanya enaian ecenderungan menabung aan berpengaruh pada enaian modal per apia sehingga diperoleh oupu yang inggi.