Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

IV. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab IV Pengembangan Model

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

III. METODOLOGI PENELITIAN

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

PERAMALAN TINGKAT KEBUTUHAN BERAS PADA TAHUN 2008 DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN SAMIRA SIREGAR

BAB III METODE PENELITIAN

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analisis Model dan Contoh Numerik

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

III. METODE PENELITIAN Agustus, September 2014 dan dilanjutkan di Laboratorium

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

Bab 2 Landasan Teori

III. METODE PENELITIAN

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET

BAB 2 TINJAUAN TEORI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5)

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

BAB 3 LANDASAN TEORI

PROYEKSI TINGKAT PRODUKSI KETERSEDIAAN JAGUNG PROPINSI SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR ENDANG SUSANTI PURBA

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

Transkripsi:

METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan, pada bulan Mei hingga Desember 2009. Koa Tangerang secara geografis erleak anara 6º6' Linang Uara sampai dengan 6º13 Linang Selaan dan 106º36' Bujur Timur sampai dengan 106º42' Bujur Timur. Baas-baas wilayah peneliian adalah: Sebelah uara, berbaasan dengan Kecamaan Teluknaga dan Kecamaan Sepaan Kabupaen Tangerang. Sebelah selaan, berbaasan dengan Kecamaan Curug Kabupaen Tangerang, dan Kecamaan Serpong dan Kecamaan Pondok Aren Koa Tangerang Selaan. Sebelah imur berbaasan dengan DKI Jakara. Sebelah Bara, berbaasan dengan Kecamaan Cikupa Kabupaen Tangerang. Secara rinci, posisi geografis wilayah Koa Tangerang disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Leak Geografis Koa Tangerang

Meode Peneliian Meode dalam peneliian ini melipui pengumpulan daa-daa dan informasi yang dibuuhkan, sera menganalisis daa sesuai dengan kebuuhan. Adapun ahapan peneliian yang akan dilakukan melipui : Pengumpulan Daa Pengumpulan daa diperlukan unuk menganalisis kebuuhan ruang erbuka hijau di koa Tangerang. Daa yang dikumpulkan berupa daa primer yang diperoleh langsung melalui pengamaan di lapangan sera wawancara dengan narasumber, eruama unuk menenukan preferensi masyaraka erhadap benuk dan fungsi RTH yang diinginkan. Sedangkan daa sekunder diperoleh dengan cara sudi pusaka dari lieraur dan dokumen yang ada. Daa yang digunakan dalam peneliian ini mencakup daa adminisrasi, daa fisik dan biofisik, daa sosial demografi, daa ekonomi dan daa lainnya yang digunakan unuk analisis lebih lanju. Adapun rincian daa ersebu adalah sebagai beriku: Pea Adminisrasi Koa Tangerang Cira Ikonos ahun 2007 yang diolah unuk memperoleh informasi penuupan lahan, diakses dari BPLH Koa Tangerang. Rencana Taa Ruang Wilayah Koa Tangerang ahun 2008-2028 (Draf semenara, yang di-up dae pada Sepember 2009) Perauran-perundangan yang erkai dengan RTH Luas wilayah, jumlah penduduk, jenis dan jumlah kendaraan, jenis dan jumlah ernak, jumlah dan disribusi air minum oleh PDAM, dan jumlah air anah Koa Tangerang yang digunakan unuk menghiung luas kebuuhan RTH. Luas wilayah diperoleh dari BPS, jumlah penduduk diperoleh dari BPS, jenis dan jumlah kendaraan dari Kanor Samsa Koa Tangerang, jenis dan jumlah ernak dari Dinas Peranian Koa Tangerang, sedangkan jumlah dan disribusi air minum diperoleh dari PDAM Kera Raharja dan PDAM Tira Beneng.

Analisis Daa Analisis Kebuuhan Ruang Terbuka Hijau Sebagai upaya menyelesaikan permasalahan dilakukan perhiungan dan analisis erhadap kebuuhan RTH, analisis penuupan lahan, analisis kesesuaian RTH, dan analisis erhadap preferensi masyaraka erhadap priorias pengembangan ruang erbuka hijau di Koa Tangerang. Kebuuhan RTH Berdasarkan Luas Wilayah. Luas kebuuhan RTH didasarkan pada Undang-Undang Taa Ruang nomor 26 Tahun 2007, yang mensyarakan luas RTH minimal 30% dari oal luas wilayah koa. Proporsi RTH berdasarkan kepemilikan adalah 20% RTH publik dan 10% RTH priva. Kebuuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk. Unuk menenukan luas RTH dilakukan dengan mengalikan anara jumlah penduduk dengan sandar luas RTH per penduduk. Kebuuhan RTH koa per penduduk dieapkan berdasarkan pada Perauran Meneri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 enang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaaan RTH di Kawasan Perkoaan, yaiu 20m 2 /penduduk. Kebuuhan RTH Berdasarkan Kebuuhan Oksigen Koa Tangerang. Luas kebuuhan RTH dihiung berdasarkan kebuuhan oksigen dapa dilakukan dengan meode Gerarkis (Fakulas Kehuanan IPB 1987), yang dimodifikasi dalam Wisesa (1988). Perhiungan ersebu menggunakan daa sosial budaya seperi jumlah penduduk, jumlah ernak dan jumlah kendaraan bermoor. Rumus dari meode Gerarkis adalah sebagai beriku: L = P + K + T ( 54) ( 0,9375) Dimana: L adalah luas RTH koa pada ahun ke (m 2 ) P adalah jumlah kebuuhan oksigen bagi penduduk pada ahun ke K adalah jumlah kebuuhan oksigen bagi kendaraan bermoor pada ahun ke T adalah jumlah kebuuhan bagi ernak pada ahun ke 54 adalah eapan yang menunjukkan bahwa 1 m 2 luas lahan menghasilkan 54 gram bera kering anaman per hari m 2

0,9375 merupakan konsana yang menunjukkan bahwa 1 gram bera kering anaman adalah seara produksi oksigen 0,9375 gram Asumsi yang digunakan dalam perhiungan ini: Kebuuhan oksigen per hari iap penduduk adalah sama, yaiu 600 lier/hari Pengguna oksigen adalah manusia, kendaraan bermoor dan ernak, sedangkan hewan dan pengguna lain diabaikan dalam perhiungan. Jumlah kendaraan yang keluar dan masuk dalam wilayah Koa Tangerang dianggap sama seiap hari Jumlah kendaraan yang beredar di Koa Tangerang sebanding dengan jumlah kepemilikan kendaraan penduduk yang ercaa di Kanor Samsa Koa Tangerang. Kesejaheraan penduduk meningka seiap ahun sehingga mampu membeli kendaraan bermoor Guna memprediksikan jumlah penduduk pada ahun mendaang (2013 dan 2018) dapa digunakan rumus bunga berganda: Dimana: P +x P r x P = P ( 1+ r) + x Jumlah penduduk pada ahun +x Jumlah penduduk pada ahun Raa-raa persenase perambahan jumlah penduduk selisih ahun Rumus bunga berganda dapa digunakan unuk memprediksikan jumlah hewan ernak dan kendaraan bermoor berdasarkan jenisnya dengan menggunakan daa perkembangan jumlah pada ahun sebelumnya. Kebuuhan RTH Berdasarkan Kebuuhan Air Bagi Penduduk Koa Tangerang. Kebuuhan air dalam koa berganung pada fakor; kebuuhan air bersih per ahun, jumlah yang dapa disediakan oleh PAM, poensi air saa ini, kemampuan ruang erbuka hijau menyimpan air. Fakor ersebu dapa diulis dalam persamaan : x

Po. K La = ( 1+ R C) z PAM Pa Dimana: La adalah luas RTH yang diperlukan unuk mencukupi kebuuhan air (Ha) Po adalah jumlah penduduk pada ahun ke 0 K adalah konsumsi air per kapia (lier/hari) R adalah laju peningkaan pemakaian air (biasanya seiring dengan laju perumbuhan penduduk koa seempa) C adalah fakor koreksi; erganung upaya pemerinah unuk menurunkan laju perumbuhan penduduk (%) PAM adalah kapasias suplai air oleh PAM (dalam m 3 /ahun) adalah ahun ke Pa adalah poensi air anah saa ini (m 3 /ahun) z adalah kemampuan RTH dalam menyimpan air (m 3 /ha/ahun) Asumsi: Poensi air anah ersebar meraa di seluruh kawasan Sumber air berasal dari koa Tangerang dan idak ada suplai dari daerah lain Sandar kebuuhan konsumsi air bersih 300 lier/orang/hari hanya bersumber dari PDAM 1 dan air anah dengan kapasias suplai air bersih eap Jenis vegeasi yang digunakan memiliki kemampuan yang sama dalam meresapkan air Laju perambahan penduduk 10 ahun yang akan daang relaif eap Analisis Penuupan Lahan Analisis penuupan lahan dilakukan unuk memperoleh informasi penuupan lahan eksising. Informasi daerah yang bervegeasi diperlukan unuk mengeahui kecukupan vegeasi dalam memenuhi sandar kebuuhan ruang erbuka hijau yang dihasilkan. Bahan yang digunakan adalah cira Ikonos wilayah Tangerang ahun 2007. Langkah yang dilakukan adalah sebagai beriku : 1 Deparemen Pekerjaan Umum, 1998.

1) Pemoongan cira, aau cropping dilakukan unuk membaasi daerah peneliian. Pemoongan cira menggunakan pea digial Koa Tangerang, mencakup seluruh wilayah adminisraif Koa Tangerang. 2) Cira kemudian didigiasi sesuai dengan jenis penuupan lahannya. Adapun jenis penuupan lahan dikelaskan menjadi; 1) ruang erbangun, 2) lahan bervegeasi pohon, 3) lahan bervegeasi semak, rumpu, perdu dan anaman peranian semusin, dan 4) lahan kosong (anpa vegeasi). 3) Pengecekan lapang. Pengecekan ini dilakukan unuk memperoleh informasi dan kondisi Koa Tangerang erkini secara nyaa. Perubahan penggunaan lahan yang erjadi dicaa koordinanya, unuk kemudian dilakukan koreksi pada pea penuupan lahan yang akan dihasilkan. Analisis Kesesuaian Ruang Terbuka Hijau Analisis kesesuaian ruang erbuka hijau digunakan unuk mengeahui kecukupan kondisi eksising RTH dan Rencana Taa Ruang Wilayah (RTRW) Koa Tangerang erhadap kebuuhan RTH berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk, kebuuhan oksigen dan kebuuhan air anah bagi penduduk Koa Tangerang. Preferensi Masyaraka Terhadap Priorias Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Di Koa Tangerang Peneliian ini menggunakan meode Analysis Hierarchy Process (Saay, 1993), unuk mengeahui preferensi masyaraka erhadap priorias pengembangan RTH berdasarkan benuk dan manfaanya. Penilaian preferensi masyaraka dilakukan melalui kuisioner yang diisi oleh responden dengan penilaian skala perbandingan berpasangan. Responden berjumlah 31 orang erdiri dari empa para-pihak (sakeholder), yaiu kalangan akademisi, pemerinahan, swasa dan okoh masyaraka. Langkah-langkah Analysis Hierarchy Process (AHP) yang dilakukan dalam peneliian ini adalah sebagai beriku: 1) Penyusunan hierarki. Persoalan yang ada didekomposisikan menjadi unsur-unsur, yaiu krieria dan alernaifnya. Unsur-unsur ersebu kemudian disusun menjadi srukur

hierarki. Hal yang ingin dikeahui adalah benuk dan fungsi ruang erbuka hijau yang sesuai dengan preferensi masyaraka. Benuk dan pemanfaaan ruang erbuka hijau yang menjadi preferensi eringgi akan menjadi priorias dalam pengembangan RTH di Koa Tangerang. Krieria unuk mengambil kepuusan adalah berdasarkan fungsi ruang erbuka hijau (ekologis, sosial, ekonomi dan eseika). Fungsi-fungsi ersebu selanjunya dinyaakan dalam iga benuk fisik RTH yang erkai dengan kesesuaian fungsionalnya dan merupakan benuk umum yang banyak dijumpai di Koa Tangerang, yaiu kawasan, simpul dan jalur (Gambar 4). a). Kawasan berbenuk non-linier, zonal aau areal, dengan luas minimal sau hekar, seperi aman koa, huan koa, kawasan konservasi, lapangan bola, alun-alun koa, dan sebagainya. b). Simpul berbenuk non-linier, zonal aau areal dengan luas kurang dari sau hekar, seperi pekarangan, aman RT, Taman RW, raffic islands, pocke park, dan sebagainya c). Jalur berbenuk koridor, linier, memanjang. Termasuk dalam RTH ini adalah jalur hijau jalan raya, jalur hijau linas kerea, jalur hijau sempadan sungai, jalur pengaman lisrik egangan inggi. Adapun srukur hierarki persoalan ini digambarkan sebagai beriku: Priorias Pengembangan RTH Ekologis Sosial Ekonomi Eseika Kawasan Simpul Jalur Gambar 3. Hierarki unuk memilih priorias pengembangan RTH

Lapangan PT. Kumaex Taman Koa Cisadane RTH benuk mengelompok: kawasan Jl. Veeran Jl. Daan Mogo RTH benuk mengelompok: simpul Tanah inggi Jl Pengayoman Cipondoh Indah Cisadane Pinu Air Sepuluh Perinis Kemerdekaan RTH benuk jalur: jalur hijau linas kerea, jalur hijau jalan raya, jalur hijau lisrik egangan ingi, jalur hijau epi sungai Gambar 4. Conoh Benuk-Benuk Umum RTH Koa Tangerang

2) Penilaian Krieria dan Alernaif Penilaian krieria dan alernaif dilakukan dengan penilaian skala perbandingan berpasangan. Skala yang digunakan adalah 1-9 dengan nilai dan definisi pendapa kualiaif dari Saay, seperi yang dikemukakan Marimin (2004) beriku: Tabel 2. Skala Perbandingan Berpasangan Nilai Keerangan 1 Krieria/Alernaif A sama pening dengan krieria/alernaif B 3 A sediki lebih pening dari B 5 A jelas lebih pening dari B 7 A sanga jelas lebih pening dari B 9 Mulak lebih pening dari B 2,4,6,8 Apabila ragu-ragu anara dua nilai yang berdekaan 3) Penenuan Krieria. Unuk seiap krieria dan alernaif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relaif kemudian diolah unuk menenukan peringka relaif dari seluruh alernaif. Krieria-krieria kualiaif yang ada dapa dibandingkan sesuai dengan judgemen yang elah dienukan unuk menghasilkan bobo dan priorias. Bobo aau priorias dihiung dengan manipulasi mariks aau melalui penyelesaian persamaan maemaik 4) Konsisensi Logis Semua elemen kemudian dikelompokkan secara logis dan diperingkakan secara konsisen sesuai dengan suau krieria yang logis. Analisis ini dilakukan dengan banuan sofware Exper Choice 2000. Penyusunan Arahan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau unuk Koa Tangerang Sesuai dengan ujuan peneliian, maka sebagai hasil akhir peneliian dibua rumusan arahan pengembangan ruang erbuka hijau unuk Koa Tangerang. Arahan pengembangan RTH yang dilakukan didasarkan pada hasil analisis penuupan lahan, RUTR Koa Tangerang, dan proyeksi kebuuhan RTH pada ahun 2018, dengan memperimbangkan preferensi masyaraka erhadap benuk dan fungsi RTH yang diharapkan. Arahan pengembangan berupa arahan sebaran luas, benuk dan fungsi RTH pada iap kecamaan.

Arahan pengembangan RTH dilakukan unuk memenuhi kebuuhan RTH maksimum yang masih mungkin dicapai berdasarkan kondisi penuupan lahan eksising, RUTR dal luas wilayah pada masing-masing kecamaan. Sebaran kebuuhan RTH berdasarkan luas wilayah digunakan unuk meliha kebuuhan RTH koa secara oal pada wilayah Koa Tangerang yang berupa ruang erbuka yang didominasi oleh hijauan (vegeasi) dalam benuk apapun. Sebaran RTH menuru kebuuhan penduduk diujukan unuk meningkakan kenyamanan penduduk yang berbenuk aman umum, jalur hijau, huan koa, dan/aau kawasan perlindungan seempa (selanjunya disebu RTH kenyamanan). Kebuuhan RTH berdasarkan kebuuhan oksigen digunakan unuk meliha kebuuhan RTH yang berupa egakan-egakan pohon yang diasumsikan dapa menghasilkan oksigen. Sedangkan kebuuhan RTH berdasarkan kebuuhan air digunakan unuk meliha kebuuhan RTH berupa lahan-lahan resapan air. Ruang erbuka hijau yang elah eraa eap diperahankan. Kekurangan luasan RTH selanjunya dipenuhi dengan menjadikan RTH eksising menjadi RTH eraa. Proses akuisisi ini diorienasikan pada lahan-lahan yang direncanakan pemerinah dalam RTRW 2008-2028 dan lahan-lahan yang masih berupa RTH. Benuk RTH disesuaikan dengan keersediaan lahan yang ada, namun sebisa mungkin mengakomodasikan preferensi masyaraka. Bila keersediaan lahan di suau kecamaan idak mencukupi, maka pemenuhan kebuuhan diperoleh dari subsidi dari kecamaan lain. Pada prinsipnya seluruh RTH diujukan unuk menyangga ekologi Koa Tangerang, namun beberapa dianaranya perlu diekankan pada fungsi erenu. Fungsi eseika anara lain diekankan pada RTH aman dan jalur hijau epi jalan. Fungsi ekologi diekankan pada huan koa, kawasan resapan air, kawasan sempadan siu dan jalur hijau sempadan sungai. Sedangkan kawasan peranian menekankan pada fungsi ekonomi. Adapun rangkaian ahapan peneliian hingga diperoleh rumusan arahan pengembangan RTH disajikan dalam Gambar 5.

Perkembangan Koa Tangerang Kondisi umum Ruang Terbuka Hijau RTRW Koa Tangerang Sandar Kebuuhan RTH RTH Eksising Kondisi Fisik, Biofisik, Sosial- Budaya, Ekonomi Luas wilayah Jumlah Penduduk Kebuuhan Oksigen & Air Bersih Analisis Penuupan Lahan Analisis Kebuuhan RTH RUTRK Kawasan Hijau Luas dan sebaran RTH Analisis Kecukupan dan Kesesuaian RTH Perauran Meneri PU No 05/PRT/M/2008 Preferensi masyaraka Arahan Pengembangan RTH Koa Tangerang Gambar 5. Diagram Alur Peneliian