3. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 METODE. Metode dan Desain Penelitian

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. BAHAN DAN METODE

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODOLOGI. A. Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data.

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB IV HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN PANJANG - BERAT, KEBIASAAN MAKAN DAN KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystaecoleucus padangensis) DI DANAU TOBA, SUMATERA UTARA

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Transkripsi:

15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Danau Sngkarak, Provns Sumatera Barat (Gambar 2). Untuk keperluan peneltan n dtentukan 3 (tga) stasun pengamblan contoh kan (Gambar 2) yatu: stasun I d daerah Muara Pnga terletak d bagan barat daya Danau Sngkarak, stasun II d daerah muara Sunga Pannggahan juga peraran yang berada d sebelah barat daya Danau Sngkarak (d barat laut Stasun I), dan stasun III d daerah muara Sunga Sumpur yatu daerah yang mewakl kan blh yang hdup d bagan utara Danau Sngkarak. Foto konds umum stasun lokas pengamblan contoh kan blh dan tumbuhan ar yang dtemukan dsajkan pada Lampran 2. Gambar 2. Lokas peneltan

16 Kegatan peneltan berlangsung dar bulan Maret - Me 2009 yang melput penentuan stasun pengamatan, pengamblan contoh kan, dan karakterstk lngkungan peraran (fska, kma dan bolog) d setap lokas pengamblan contoh, serta analss contoh. Analss terhadap kan contoh dlakukan d Laboratorum Bala Benh Ikan (BBI) Sunga Janah, Kabupaten Solok; Laboratorum Bomakro-2, Departemen Manajemen Sumberdaya Peraran, Fakultas Perkanan dan Ilmu Kelautan, Insttut Pertanan Bogor. 3.2. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang dgunakan untuk peneltan kebasaan makanan kan blh sepert tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Alat dan bahan serta kegunaannya dalam peneltan Jens Kegunaan Alat 1. Jala lempar dan jarng nsang atau Menangkap kan blh jarng langl (gllnet) dengan ukuran mata jarng 0,5 0,75 nch. 2. Penggars (keteltan 0,1 cm) Mengukur panjang total kan dan panjang usus kan 3. Tmbangan dgtal Precsa XT 220 A (keteltan 0,01 gr) Menmbang berat kan, berat lambung kan, berat s lambung. 4. Stoples plastk besar Menympan kan contoh 5. Alat bedah 1 set Membedah kan 6. Botol flm Wadah untuk mengawetkan organ pencernaan 7. Gelas ukur (10 ml) Mengukur volume pengenceran s organ pencernaan 8. Cawan petr dan ppet tetes Wadah pengenceran organsme 9. Mkroskop bnokuler, Sadwck Rafter Countng Cell (SRCC), dan penutup 10. Buku dentfkas kan dan plankton makanan Pencacahan organsme makanan kan Panduan dentfkas kan dan organsme makanan 11. Tssue Pembersh 12. Plankton net No. 25 Mengambl sampel plankton 13. Kamera Dokumentas

17 Tabel 3. (lanjutan) Jens Kegunaan Bahan 1. Ikan blh (Mystacoleucus Objek peneltan padangenss) 2. Plankton Objek penunjang peneltan 3. Larutan formaln konsentras 10% dan 4% Mengawetkan kan dan alat pencernaan kan 4. Lugol Mengawetkan plankton 5. Aquades Pengenceran s lambung dan usus, pembersh 3.3. Pengumpulan Data Peneltan n menggunakan data prmer dan data sekunder. Data prmer adalah data kan contoh, hasl pengukuran panjang dan berat kan, hasl dentfkas pakan alam, analsa kebasaan makanan kan, kelmpahan plankton, dan kualtas ar Danau Sngkarak (Tabel 3). Selanjutnya data sekunder terdr atas keadaan umum dan karakterstk Danau Sngkarak, peta lokas, dan pustaka yang djadkan sebaga acuan dalam peneltan n. 3.3.1. Pengamblan kan contoh d lapangan Stasun pengamblan contoh kan dtentukan berdasarkan hasl surve pendahuluan dengan memperhatkan keberadaan kan blh dan daerah penangkapannya d Danau Sngkarak, perbedaan konds habtat dan karakterstk morfolog peraran, berada d sektar sunga yang menjad nlet danau, aksesbltas, dan konds cuaca ke lokas yang drencanakan sebelumnya. Menurut Purnomo et al. (2003) dan nformas dar masyarakat d sektar Danau Sngkarak, bahwa kan blh banyak d tangkap d sektar muara Sunga Pnga, Pannggahan dan Sumpur. Daerah penangkapan lannya adalah d beberapa lokas peraran ltoral danau dan bagan tengah, namun produks hasl tangkapan relatf rendah. Hal n mengngat bahwa kan blh banyak beruaya dar danau ke ketga sunga tersebut. Pengamblan kan contoh pada masng-masng stasun dlakukan satu kal untuk setap stasun pengamatan (satu kal permnggu selama dua bulan peneltan d

18 lapang), yatu pada pag har (06.00-09.00 WIB). Penangkapan kan menggunakan alat tangkap berupa jala lempar dan jarng langl. Foto alat tangkap kan blh dapat dlhat pada Lampran 3. Ikan contoh dambl secara acak d setap stasun sektar 10 ekor dar hasl tangkapan kemudan dawetkan dengan menggunakan formaln 10%, sedangkan usus kan contoh menggunakan formaln 4%. Jumlah keseluruhan kan contoh dar tga stasun pengamatan adalah 300 ekor. 105 ekor kan contoh secara proporsonal sektar 30-40% mewakl ukuran yang ada d setap stasun dgunakan dalam analss makanan. 3.3.2. Pengamatan dan pengukuran parameter kualtas ar Beberapa parameter karakterstk lngkungan peraran yang damat dan atau dukur d setap stasun pengamblan kan contoh dsajkan dalam Tabel 4. Tabel 4. Parameter karakterstk lngkungan peraran yang damat/ dukur, metode dan alat pengukurannya No Parameter Satuan Metode Alat Fska 1. Suhu ºC Instu Termometer 2. Kecerahan % Instu Sech dsk 3. Kedalaman cm Instu Meteran 4. Substrat - Pengamatan langsung - secara vsual 5 Arus sunga cm/detk Instu Stopwatch dan bola pngpong Kma 1. ph - Instu ph meter 2. Oksgen terlarut (DO) mg/l Ttrmetr dengan metode Wnkler Bolog 1. Plankton nd/m 3 Pengamblan sampel dan pencacahan 2. Jens dan penutupan tumbuhan ar m 2 Pengamatan langsung secara vsual dan pengukuran area penutupan Alat ttras Planktonet, mkroskop, SRCC Meteran

19 Pengamatan/ pengukuran kualtas ar dlakukan satu kal d beberapa ttk substasun (kr, kanan, dan tengah muara sunga).pengukuran suhu, kecerahan, ph, dan oksgen terlarut (Dssolved oxygen, DO) dlakukan secara langsung d lapangan (n stu). Jens dan kelmpahan plankton dketahu setelah pencacahan dan dentfkas d laboratorum dengan menggunakan buku Prescott (1961), Belcher dan Swale (1978) dan Nedham and Nedham (1963). 3.3.3. Pengamatan plankton Pengamblan contoh plankton d lapangan dlakukan dengan mengambl ar dengan volume lebh kurang 10 lter dsetap stasun pengamatan, kemudan ar dsarng dengan menggunakan plankton net yang mempunya ukuran 50 µm. Mengngat stasun pengamatan mempunya kedalam ar < 10 m, maka penyarngan dlakukan secara horzontal d lapsan permukaan. Plankton konsentrat hasl penyarngan d tempat dalam botol koleks (botol flm), selanjutnya dpreservas menggunakan Lugol dan dbawa ke laboratorum. D laboratorum, plankton damat d bawah mkroskop dengan perbesaran 10x10 dan pencacahannya menggunakan metode sensus. Estmas persentase volume dengan metode sensus dapat dgunakan untuk menduga volume yang sesungguhnya. Hal n dlakukan karena volume sebenarnya tdak dapat dukur langsung. Data estmas volume nantnya akan dgunakan sebaga dasar untuk menghtung ndeks bagan terbesar (Index of Preponderance) suatu jens makanan yang dmanfaatkan oleh kan. Penggunaan metode n adalah pada saat mengamat organsme d bawah mkroskop dalam satu kal sensus. Dengan teknk tersebut, maka total persentase volume masng-masng organsme yang teramat adalah 100%. 3.3.4. Pengamatan kan contoh d laboratorum 3.3.4.1. Pengukuran panjang total dan berat kan blh Pengukuran panjang total kan dlakukan dar ujung kepala terdepan sampa ujung srp ekor terbelakang dengan menggunakan penggars (keteltan 0,1 cm). Berat kan dtmbang menggunakan tmbangan dgtal dengan tngkat keteltan 0,01 gr.

20 3.3.4.2. Analss s lambung (lambung palsu) kan blh Ikan blh contoh yang telah dawetkan d dalam larutan formaln 10% dbedah dengan menggunakan guntng bedah, dmula dar anus menuju bagan depan yakn bagan atas perut hngga ke bagan operculum, kemudan menurun ke arah dada hngga ke dasar perut. Otot d buka sehngga organ dalam lannya akan terlhat dan jens kelamn berdasarkan cr seksual prmer dapat dtentukan dengan melhat morfolog gonadnya. Selanjutnya saluran pencernaan yang bermula dar bagan esofagus hngga bagan anus, dpsahkan dar organ lannya. Saluran pencernaan kan dukur panjangnya dengan menggunakan penggars, kemudan dtmbang beratnya. Kemudan dmasukkan ke dalam botol sampel untuk dawetkan dengan menggunakan larutan formaln 4%. Hal n dlakukan untuk menelt jens komposs makanan yang terdapat pada sstem pencernaan. Saluran pencernaan dkerngkan dar larutan pengawet (formaln), s lambung dan usus dkeluarkan dan dpsahkan dar dagng usus melalu pengerkan dan dtmbang berat makanan, kemudan dencerkan dengan aquades sebanyak 1-5 ml. Analss makanan melput jens dan jumlah makanan, dlakukan dengan mengambl 1 ml dar s usus yang telah dencerkan, kemudan dletakkan d atas gelas obyek (SRCC). Selanjutnya damat, dcacah, dan dukur volume jens-jens organsme makanan yang ada. Pengamatan dlakukan d bawah mkroskop dengan perbesaran 10x10, menggunakan metode sensus dengan tga kal pengulangan. 3.4. Analss Data 3.4.1. Makanan 3.4.1.1. Indeks kepenuhan lambung (Index of Stomach Content) Konsums pakan kan dapat mendeskrpskan aktvtas makanan kan dengan mengatahu keadaan s lambung. Indeks kepenuhan lambung (ISC) bertujuan untuk mengetahu persentase konsums pakan kan contoh yang devaluas dengan menggunakan rumus menurut Sphatura & Gophen (1982) n Sulstono (1998), yatu: ISC SCW BW % x 100

21 ISC = Persentase konsums pakan relatf (%) SCW = Berat s lambung (gr) BW = Berat ndvdu kan (gr) 3.4.1.2. Indeks bagan terbesar (Index of Preponderance) Perhtungan Index of Preponderance (IP) merupakan gabungan dar metode frekuens kejadan dengan metode volumetrk. Penggunaan metode frekuens kejadan mempunya tujuan untuk mengetahu adanya organsme secara fsk dan tdak terpengaruh oleh ukuran atau jumlahnya (tdak mengandung unsur kuanttatf). Sementara tu, metode volumetrk merupakan metode yang bak untuk penlaan kuanttatf (Effende 1979). Dengan demkan, Index of Preponderance (Indeks Bagan Terbesar) bertujuan untuk mengetahu jens-jens makanan apa saja yang dmakan oleh kan serta dapat pula mengetahu makanan utama, pelengkap, dan makanan tambahan atau makanan penggant kan. Indeks n dapat dterapkan pada kan apabla macam makanan tersebut kejadannya hampr konstan dengan volume yang hampr konstan pula. Menurut Natarajan & Jhngran (1961) n Effende (1979), Index of Preponderance dperoleh dengan formula sebaga berkut: V IP n 1 x O V x O x 100 IP = Index of Preponderance V = Persentase volume satu macam makanan O = Persentase frekuens kejadan satu macam makanan Untuk menganalss kebasaan makanan pada kan, maka urutan makanan dbedakan dalam tga kategor berdasarkan persentase Index of Preponderance (IP) yatu: IP > 40% : Makanan utama 4% < IP < 40% : Makanan pelengkap IP < 4% : Makanan tambahan

22 3.4.1.3. Indeks plhan jens makanan (Index of Electvty) Indeks plhan jens makanan (Index of Electvty) merupakan metode berdasarkan pada faktor ketersedaan sumberdaya makanan. Perhtungan ndeks pemlhan makanan dlakukan dengan membandngkan sumberdaya makanan yang ada pada lambung kan dengan sumberdaya yang ada dalam peraran. Perhtungan ndeks n menggunakan metode yang dkembangkan oleh Ivlev (1961) n Krebs (1989), dengan rumus : r E r n n E = Index of Electvty ; nla E berksar antara -1 hngga +1 n = Persentase organsme ke- yang dmakan = Persentase organsme ke- d dalam peraran 3.4.1.4. Relung makanan a. Luas relung makanan Luas relung makanan bertujuan untuk mengetahu selektvtas kan berdasarkan jens kelamn atau kelompok ukuran suatu speses kan. Perhtungan luas relung makanan dlakukan dengan menggunakan metode Levn s (Krebs 1989), yatu: B j 1 n m 2 P c j1 j B j = Luas relung kelompok ukuran kan ke- terhadap sumberdaya makanan ke-j P j = Propors dar kelompok ukuran kan ke- yang berhubungan dengan sumberdaya makanan ke-j n = Jumlah kelompok ukuran kan ( = 1, 2, 3, n) m = Jumlah sumberdaya makanan kan (j = 1, 2, 3,..m) Selanjutnya dlakukan standarsas nla luas relung makanan, agar nlanya berksar antara 0 1. Standarsas tersebut menggunakan rumus yang dkemukakan Hulbert (1978) n Krebs (1989), yatu:

23 B A B 1 n 1 Keterangan : B A = Standarsas luas relung Levn s (0-1) B = Luas relung Levn s n = Jumlah seluruh sumberdaya yang dmanfaatkan b. Tumpang tndh relung makanan Nla tumpang tndh relung makanan menunjukkan adanya kesamaan jens makanan yang dmanfaatkan oleh kan, bak berdasarkan jens kelamn maupun kelompok ukuran kan atau kelompok jens lannya. Perhtungan tumpang tndh relung makanan menggunakan Smplfed Morsta Index (Horn 1666 n Krebs 1989), yatu: C H n m l 2 P P 1 j 1k 1 j k n m 2 n l 2 P P 1 j 1 j 1k 1 k Ch = Indeks Morosta yang dsederhanakan P j, P k = Propors jens organsme makanan ke- yang dgunakan oleh 2 kelompok ukuran kan ke-j dan kelompok ukuran kan ke-k n = Jumlah organsme makanan m,l = Jumlah kelompok ukuran kan Indeks n dgunakan untuk menghtung kesamaan makanan antara kan jantan dan betna serta antar kelompok ukuran kan. 3.4.2. Kelmpahan plankton Pencacahan organsme plankton dlakukan dengan menggunakan metode sensus. Jumlah ndvdu plankton per lter ar dhtung dengan menggunakan rumus yang dusulkan oleh Effende (1979) sebaga berkut: n x V x A t cg N u x V cg x A a

24 N = Jumlah total ftoplankton (nd/m 3 ) n = Jumlah rataan ndvdu yang teramat (nd) u = Ulangan V t = Volume ar tersarng (ml) V cg = Volume ar dbawah coverglass (ml) A a = Luas satu lapang pandang (mm 2 ) A a = Luas coverglass (mm 2 ) 3.4.3. Indeks keanekaragaman (H ) Keanekaragaman jens menunjukkan jumlah jens organsme yang terdapat dalam suatu area. Untuk menentukan keanekaragaman plankton yang ada dalam suatu komuntas dgunakan Indeks Shanon-Wener dengan rumus sebaga berkut (Wlhm & Dorrs 1968 n Hawkes 1979) : s H' p 1 Keterangan : H = Indeks dverstas (bts per ndvdu) log 2 p p n N s n = N = Jumlah ndvdu dalam satu speses = Jumlah total ndvdu speses yang dtemukan = Jumlah speses Wlhm dan Dorrs (1968) n Hawkes (1979) menggolongkan tngkat dverstas berdasarkan kepadatan plankton kedalam 3 krtera yatu : H < 3,32 : Dverstas rendah 3,32 H < 9,97 : Dverstas sedang H 9,97 : Dverstas tngg 3.4.4. Indeks keseragaman (E) Keseragaman adalah komposs ndvdu tap speses yang terdapat dalam suatu komuntas (Krebs 1989). Ksaran nla ndeks keseragaman antara 0 sampa 1. Hal n dapat dlhat dengan membandngkan ndeks keanekaragaman dengan nla maksmumnya, sepert rumus berkut :

25 H' E H maks H maks : Nla ndeks keseragaman maksmum (Log 2 s) s : Jumlah speses E : Indeks keseragaman H : Indeks keanekaragaman Dengan krtera : E ~ 0 : terdapat domnans speses E ~ 1 : jumlah ndvdu tap speses sama 3.4.5. Indeks domnans (C) Indeks domnans merupakan seberapa banyak suatu organsme yang mendomnans secara ekstrm organsme lan dalam suatu ekosstem. Untuk menentukan ndeks domnans dapat dgunakan rumus sebaga berkut (Smpson s 1949 n Odum 1993) : C 2 n N Keterangan : C = Nla ndeks domnans n = Jumlah ndvdu dalam satu speses N = Jumlah total ndvdu speses yang dtemukan 3.4.6. Hubungan panjang - berat Hubungan panjang - berat menggunakan rumus Hle (1963) n Effende (1979) yatu sebaga berkut: b W al Nla a dan b dduga dar bentuk lnear persamaan d atas yatu : Log W = Log a + b Log L W = Berat tubuh kan (gr) L = Panjang tubuh kan (mm) a dan b = Konstanta

26 Dar persamaan tersebut dapat dketahu pola pertumbuhan panjang dan berat kan tersebut. Nla b yang dperoleh dgunakan untuk menentukan pola pertumbuhan yang danalss dengan: (1) b = 3, pertumbuhan sometrk, yatu pola pertumbuhan panjang sama dengan pola pertumbuhan berat atau (2) b 3, pertumbuhan allometrk, pola pertumbuhan panjang tdak sama dengan pola pertumbuhan berat. Jka b > 3 : allometrk postf, artnya pertambahan berat lebh domnan darpada pertambahan panjangnya. Jka b < 3 : allometrk negatf, artnya pertambahan panjang lebh domnan darpada pertambahan berat. Kesmpulan dar nla b yang dperoleh dtentukan dengan menggunakan uj t pada selang kepercayaan 95% (α = 0,05) (Steel & Torre 1989). (a) Hpotess: Ho : b = 3 ( pola pertumbuhan sometrk) H1 : b 3 ( pola pertumbuhan allometrk) (b) t htung = b-3 / Sb Sb : Smpangan baku (c) Wlayah krts : t < -1,96 dan t < 1,96 (d) Keputusan dperoleh dengan membandngkan nla t htung dengan t tabel (1) apabla t htung > t tabel, maka keputusan tolak hpotess nol (Ho) (2) apabla t htung < t tabel, maka keputusan gagal tolak hpotess nol Keeratan hubungan antara panjang dan berat kan dtunjukkan dengan nla korelas (r) yang dperoleh. Apabla nla r mendeteks +1 atau -1, maka hubungan kedua peubah tu kuat dan terdapat korelas yang kuat, akan tetap bla nla r mendekat nol (0), maka hubungan keduanya sangat lemah atau bahkan tdak ada (Walpole 1995). 3.4.7. Faktor konds Faktor konds (K) berdasarkan pada panjang dan berat kan contoh. Ikan memlk pertumbuhan yang bersfat sometrk apabla nla b = 3, maka faktor konds menggunakan rumus dengan persamaan (Effende 1979):

27 K W 10 5 L 3 K = Faktor konds W = Berat rata-rata kan (gr) L = Panjang total rata-rata kan (mm) Ikan yang mempunya pertumbuhan yang bersfat allometrk apabla b 3, maka persamaan yang dgunakan adalah: W K al b Keterangan : K = Faktor konds W = Berat rata-rata kan (gr) L = Panjang total rata-rata kan (mm) a & b = Konstanta dar regres 3.4.8. Pertumbuhan 3.4.8.1. Identfkas kelompok ukuran Kelompok ukuran kan blh ddentfkas atau dpsahkan menggunakan metode Battacharya (Sparre dan Venemma 1999). Metode Battacharya merupakan metode pemsahan kelompok umur secara grafs. Metode n pada dasarnya terdr atas pemsahan sejumlah dstrbus normal, masng-masng mewakl suatu kohort kan, dar dstrbus keseluruhan, dmula dar bagan sebelah kr dar dstrbus total. Begtu dstrbus normal yang pertama telah dtentukan, bagan n dsngkrkan dar dstrbus total dan prosedur yang sama dulang selama hal n mash mungkn dlakukan untuk memsahkan dstrbus-dstrbus normal dar dstrbus total (Sparre dan Venema 1999). Keseluruhan proses dapat dbag ke dalam lma langkah sebaga berkut : Langkah 1 : Menentukan suatu kemrngan yang tdak terkontamnas (bersh dar suatu dstrbus normal pada ss kr dar dstrbus total). Langkah 2 : Menentukan dstrbus normal dar kohort yang pertama dengan menggunakan suatu transformas ke dalam suatu gars lurus.

28 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 : Menentukan jumlah kan per grup panjang yang menjad bagan dar kohort pertama dan kemudan kurangkan mereka dar dstrbus total. : Mengulang proses n untuk dstrbus normal berkutnya dar kr, sampa tdak lag dapat dtemukan dstrbus normal yang bersh. : Mengatkan nla rata-rata panjang dar kohort-kohort yang dtentukan dalam langkah 1 sampa langkah 4 terhadap perbedaan umur antara kohort-kohort tersebut. 3.4.8.2. Plot Ford-Walford (L, K) dan t 0 Plot Ford-Walford merupakan salah satu metode palng sederhana dalam menduga parameter pertumbuhan L dan K dar persamaan von Bertalanffy dengan nterval waktu pengamblan contoh yang sama (Kng 1995). Berkut n adalah persamaan pertumbuhan von Bertalanffy. L t = L (1-e [-K(t- t0)] ) Keterangan : L t L K t 0 : Panjang kan pada saat umur t (satuan waktu) : Panjang maksmum secara teorts (panjang asmtotk) : Koefsen pertumbuhan (per satuan waktu) : umur teorts pada saat panjang sama dengan nol Penurunan plot Ford-Walford ddasarkan pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy dengan t 0 sama dengan nol, maka persamaannya menjad sebaga berkut. L t = L (1-e [-K(t- t0)] )... (1) L t = L - L e [-Kt] L - Lt = L e [-Kt]... (2) Setelah L t+1 dsubttuskan ke dalam persamaan (1) maka dperoleh perbedaan persamaan baru tersebut dengan persamaan (1) sepert berkut. L t+1 - L t = L (1-e [-K(t+1)] ) - L (1-e [-Kt] ) = - L e [-K(t+1)] + L e [-Kt] = L e [-Kt] (1-e [-K] )... (3)

29 Persamaan (2) dsubttuskan ke dalam persamaan (3) sehngga dperoleh persamaan sebaga berkut. L t+1 - L t = (L - Lt) (1-e [-K] ) = L (1-e [-K] ) - L t + L t e [-K] L t+1 = L (1-e [-K] ) + L t e [-K]... (4) Persamaan (4) merupakan bentuk persamaan lnear dan jka L t (sumbu x) dplotkan terhadap L t+1 (sumbu y) maka gars lurus yang terbentuk akan memlk kemrngan (slope) (b) = e [-K] dan ntersep (a) = L (1-e [-K] ). L t dan L t+1 merupakan panjang kan pada saat t dan panjang kan yang dpsahkan oleh nterval waktu yang konstan (Pauly 1984). Umur teorts kan pada saat panjang sama dengan nol dapat dduga secara terpsah menggunakan persamaan emprs Pauly (Pauly 1983 n Lelono 2007) sebaga berkut. Log (-t 0 ) = 0,3922 0,2752 (Log L ) 1,038 (Log K) 3.4.9. Seksualtas dan tngkat kematangan gonad (TKG) Untuk menentukan jens kelamn kan dbedah dan damat keadaan gonadnya. Selanjutnya damat pula tanda-tanda luar (tanda seks prmer) yang mungkn dapat dpaka untuk membedakan kan blh jantan dengan kan betna yatu ukuran tubuh, warna, atau tanda lannya. Penentuan TKG mengacu kepada modfkas cara Casse n Effende 1979 n Syandr 1996. Dengan cara n tngkat perkembangan ovar dan tests kan blh dgolongkan menjad lma tngkat sepert pada Tabel 5. Tabel 5. Krtera penlaan perkembangan ovar dan tests kan blh TKG Ovar Tests I Ovar kecl memanjang sepert benang, warna jernh dan permukaan lcn II Ukuran ovar lebh besar, warna lebh gelap kekunngan. Telur belum terlhat dengan mata telanjang Tests kecl memanjang, warna jernh Ukuran tests lebh besar, warna puth sepert susu, bentuk lebh jelas dar pada tngkat satu.

30 Tabel 5. (lanjutan) TKG Ovar Tests III IV V Ovar berwarna kunng, butr-butr telur mula kelhatan dengan mata telanjang. Ovar makn besar, butr-butr telur berwarna kunng, mudah dpsahkan, mengs 1/2-2/3 rongga perut. Stadum pasca pemjahan, ovar berkerut, dndng tebal, terdapat telur ssa, terutama dekat lubang pelepasan. Permukaan tests bagan ventral tampak berlekuk, warna semakn puth dan ukuran semakn besar. Sepert pada tngkat III, berukuran lebh besar, tests semakn pejal. Tests bagan belakang kemps dan d bagan dekat saluran pelepasan mash bers spermatozoa.