II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

LANDASAN TEORI. bilangan coprima, bilangan kuadrat sempurna (perfect square), kuadrat bebas

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. bilangan yang mendukung proses penelitian. Dalam penyelesaian bilangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

II. LANDASAN TEORI. Secara umum, apabila α bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada

B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner)

Materi Pembinaan Olimpiade SMA I MAGELANG TEORI BILANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. terkait dengan pokok bahasan. Berikut ini diberikan pengertian-pengertian dasar

Lembar Kerja Mahasiswa 1: Teori Bilangan

R. Rosnawati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 6 RING (GELANGGANG) BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

Teori Bilangan (Number Theory)

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini dibahas landasan teori yang akan digunakan untuk menentukan ciri-ciri dari polinomial permutasi atas finite field.

BAB II KERANGKA TEORITIS. komposisi biner atau lebih dan bersifat tertutup. A = {x / x bilangan asli} dengan operasi +

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

2. Pengurangan pada Bilangan Bulat

REPRESENTASI BILANGAN BULAT SEBAGAI JUMLAH DARI DUA BILANGAN KUADRAT DALAM RING BILANGAN BULAT MODULO. (Skripsi) Oleh NEVI SETYANINGSIH

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang

TEORI BILANGAN. Bilangan Bulat Bilangan bulat adalah bilangan yang tidak mempunyai pecahan desimal, misalnya 8, 21, 8765, -34, 0.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pembagi Persekutuan Terbesar dan Teorema Bezout

KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING Z[ ] DAN APLIKASINYA UNTUK PENYELESAIAN PERSAMAAN DIOPHANTINE NON LINEAR. (Skripsi) Oleh KARINA SYLFIA DEWI

1 TEORI KETERBAGIAN. Jadi himpunan bilangan asli dapat disajikan secara eksplisit N = { 1, 2, 3, }. Himpunan bilangan bulat Z didenisikan sebagai

Manusia itu seperti pensil Pensil setiap hari diraut sehingga yang tersisa tinggal catatan yang dituliskannya. Manusia setiap hari diraut oleh rautan

Nama Mata Kuliah : Teori Bilangan Kode Mata Kuliah/SKS : MAT- / 2 SKS

n suku Jadi himpunan bilangan asli dapat disajikan secara eksplisit N = { 1, 2, 3, }. Himpunan bilangan bulat Z didenisikan sebagai

Pengantar Teori Bilangan

Nama Mata Kuliah : Teori Bilangan Kode Mata Kuliah/SKS : MAT- / 2 SKS

Matematika Diskrit. Reza Pulungan. March 31, Jurusan Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang?

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

Pengantar Teori Bilangan

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung. ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di

BAHAN AJAR TEORI BILANGAN. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

BAB V BILANGAN BULAT

MODUL 1. Teori Bilangan MATERI PENYEGARAN KALKULUS

PENGUJIAN BILANGAN CARMICHAEL. (Skripsi) Oleh SELMA CHYNTIA SULAIMAN

BILANGAN CACAH. b. Langkah 1: Jumlahkan angka satuan (4 + 1 = 5). tulis 5. Langkah 2: Jumlahkan angka puluhan (3 + 5 = 8), tulis 8.

BAB 3 ALJABAR MAX-PLUS. beberapa sifat khusus yang selanjutnya akan dibuktikan bahwa sifat-sifat tersebut

BAB II KETERBAGIAN. 1. Mahasiswa bisa memahami pengertian keterbagian. 2. Mahasiswa bisa mengidentifikasi bilangan prima

MAKALAH KRIPTOGRAFI CHINESE REMAINDER

KONGRUENSI PADA SUBHIMPUNAN BILANGAN BULAT

PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017

STRUKTUR ALJABAR. Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif.

II. LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dikaji konsep operasi biner dan ring yang akan digunakan

1 SISTEM BILANGAN REAL

Diktat Kuliah. Oleh:

STRUKTUR ALJABAR: RING

Setelah mengikuti materi Bab ini mahasiswa diharapkan mampu: 2. Mendefinisikan factor persekutuan, kelipatan persekutuan, FPB, dan KPK.

03/08/2015. Sistem Bilangan Riil. Simbol-Simbol dalam Matematikaa

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d

BAB II KAJIAN TEORI. definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika

Tentukan semua bilangan bulat x sedemikian sehingga x 1 (mod 10). Jawab. x 1 (mod 10) jika dan hanya jika x 1 = 10 k untuk setiap k bilangan bulat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang dinotasikan. (i), untuk setiap ( bersifat assosiatif);

BAB II DASAR TEORI. membahas tentang penerapan skema tanda tangan Schnorr pada pembuatan tanda

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga

Disajikan pada Pelatihan TOT untuk guru-guru SMA di Kabupaten Bantul

BAB I INDUKSI MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

BAB II TEORI DASAR. untuk setiap e G. 4. G mengandung balikan. Untuk setiap a G, terdapat b G sehingga a b =

BAB VI BILANGAN REAL

DIKTAT KULIAH (2 sks) MX 127 Teori Bilangan

Pemfaktoran prima (2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perhatikan skema sistem bilangan berikut. Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan pecahan adalah bilangan yang berbentuk a b

KLASIFIKASI NEAR-RING Classifications of Near Ring

TEORI BILANGAN Setelah mempelajari modul ini diharapakan kamu bisa :

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

Identitas, bilangan identitas : adalah bilangan 0 pada penjumlahan dan 1 pada perkalian.

SOAL DAN PENYELESAIAN RING

Grup Permutasi dan Grup Siklis. Winita Sulandari

1. GRUP. Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

1 SISTEM BILANGAN REAL

ALJABAR ABSTRAK ( TEORI GRUP DAN TEORI RING ) Dr. Adi Setiawan, M. Sc

1 SISTEM BILANGAN REAL

PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING

Himpunan dari Bilangan-Bilangan

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

Sumber: Kamus Visual, 2004

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA

BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN

SISTEM BILANGAN REAL

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, daerah integral, ring bilangan bulat dari. 2.1 Bilangan 2.1.1 Bilangan Kuadrat Sempurna Definisi 2.1.1.1. Bilangan kuadrat sempurna adalah suatu bilangan yang jika diakar (dipangkatkan setengah) hasilnya berupa bilangan asli (Burton, 1976). Contoh. Berikut ini merupakan bilangan kuadrat sempurna 1, 4, 9, 16, 25, 36, Banyak faktor dari bilangan kuadrat sempurna adalah ganjil. Karena ada satu pasang faktornya yang berpasangan dengan dirinya sendiri. Sehingga jumlah faktornya sebanyak bilangan ganjil. Faktor dari bilangan yang bukan merupakan kuadrat sempurna, misalnya bilangan 8. Faktor-faktornya yaitu 1, 8, 2 dan 4. Faktor-faktornya saling berpasangan, 1 dan 8, dan 2 dan 4.Sedangkan pada bilangan kuadrat sempurna, misalnya 9, faktor-faktornya adalah 1, 9 dan 3. Yang berpasangan adalah 1 dan 9, sedangkan 3 berpasangan dengan dirinya sendiri. Beberapa bilangan kuadrat sempurna yang pertama adalah 1, 4, 9, 16, 25, 36, 49, 64,,

5 2.1.2 Bilangan Kuadrat Bebas (Square Free Integer) Definisi 2.1.2.1 Square free adalah bilangan bulat yang tidak dapat dibagi oleh bilangan kuadrat sempurna kecuali 1 (Burton, 1976). Contoh. 1. 10 adalah square free, karena 10 tidak habis dibagi dengan 4 dan 9 2. 18 bukan square free karena bisa dibagi Barisan square free: 1, 2, 3, 5, 6, 7, 10, 11, 13, 14, 15, 17, 19, 21, 22, 23, 26, 29, 30, 31, 34, 35, 38, 39, dan seterusnya. Teorema 2.1.2.1. Bilangan bulat positif n dikatakan square free jika hanya jika faktor prima dari n tidak muncul lebih dari satu kali (Burton, 1976). Contoh. 1. 2. 2.1.3 Keterbagian Bilangan Bulat Definisi 2.1.3.1. Sebuah bilangan bulat dikatakan terbagi atau habis dibagi oleh bilangan bulat jika terdapat bilangan bulat c sehingga b = ac, ditulis. Notasi digunakan untuk menyatakan b tidak habis terbagi oleh a. Jadi 12 terbagi oleh 4 sebab, tetapi 10 tidak terbagi oleh 3 sebab tidak ada bilangan bulat c sehingga 10 = 3c, atau setiap bilangan bulat c berlaku. Dalam kasus ini ditulis dan (Sukirman, 1997). Istilah lain untuk adalah a faktor dari pembagi b atau b kelipatan dari a. Bila a pembagi b maka juga pembagi b, sehingga pembagi suatu bilangan selalu terjadi berpasangan. Jadi dalam menentukan semua faktor dari suatu

6 bilangan bulat cukup ditentukan faktor-faktor positifnya saja, kemudian digabungkan dengan faktor negatifnya. Fakta sederhana yang diturunkan langsung dari Definisi 2.1.3.1 adalah sebagai berikut: untuk Fakta dapat dijelaskan bahwa bilangan 0 selalu habis dibagi oleh bilangan apa pun yang tidak nol. Fakta mengatakan bahwa 1 merupakan faktor atau pembagi dari bilangan apapun termasuk bilangan 0. Fakta menyatakan bahwa bilangan tidak nol selalu habis membagi dirinya sendiri dengan hasil baginya adalah 1. Berdasarkan pengertian keterbagian bilangan terdapat pada Definisi 2.1.3.1, maka berikut ini akan diberikan Teorema tentang keterbagian bilangan. Teorema 2.1.3.1. Untuk setiap berlaku pernyataan berikut 1. jika dan hanya jika. 2. Jika dan maka. 3. Jika dan maka. 4. dan jika dan hanya jika. 5. Jika dan maka. 6. Jika dan, maka untuk sebarang bilangan bulat x dan y (Sukirman, 1997). Bukti 1. Jika,maka jelas bahwa, sesuai penjelasan sebelumnya. Sebaliknya, diketahui berarti ada sehinga 1 = ka. Persamaan ini hanya dipenuhi oleh dua kemungkinan berikut: k = 1, a = 1 atau

7. Jadi berlaku jika, sehingga terbukti. 2. Diketahui dan jadi terdapat sehingga dan Dengan mengalikan kedua persamaan tersebut diperoleh : yaitu. 3. Diketahui dan,maka terdapat sehingga (2.1) dan (2.2) Substitusi persamaan (2.1) ke persamaan (2.2), diperoleh. Jadi. 4. Diketahui (2.3) dan (2.4), Untuk suatu Persamaan (2.3) dikalikan dengan persamaan (2.4), diperoleh. Oleha karena itu, yakni atau, jadi terbukti. 5. Diberikan b = ac untuk suatu Diambil nilai mutlaknya. Karena maka. Sehingga diperoleh.

8 6. Diketahui dan, maka terdapat sedemikian sehingga dan. Untuk sebarang berlaku yang berarti Pernyataan terakhir Teorema 2.1.3.1 berlaku juga untuk berhingga banyak bilangan yang dibagi oleh a, yaitu yaitu: untuk setiap bilangan bulat Selanjutnya, akan dibahas pengertian faktor persekutuan terbesar. Definisi 2.1.3.2. Misalkan a dan b dua bilangan bulat dengan minimal salah satunya tidak nol. Faktor persekutuan terbesar (FPB) atau greatest common divisor (gcd) dari a dan b adalah bilangan bulat d yang memenuhi 1. dan ; 2. Jika dan maka. Dari Definisi 2.1.3.2, kondisi 1 menyatakan bahwa d adalah faktor persekutuan dan kondisi 2 menyatakan bahwa d adalah faktor persekutuan terkecil di antara semua factor persekutuan yang ada. Selanjutnya, jika d faktor persekutuan terbesar dari a dan b akan ditulis d = gcd(a,b) (Sukirman, 1997). 2.1.4 Modulo Modulo merupakan salah satu struktur yang digunakan pada gcd. Definisi 2.1.4.1. Misalkan a adalah bilangan bulat dan m adalah bilangan bulat > 0. Operasi a mod m (dibaca a modulo m ) memberikan sisa jika a dibagi dengan m.

9 Notasi: a mod m = r sedemikian sehingga a = mq + r, dengan 0 r < m. Bilangan m disebut modulus atau modulo, dan hasil aritmetika modulo m terletak di dalam himpunan {0, 1, 2,, m 1} (Grillet, 2007). Contoh. Beberapa hasil operasi dengan operator modulo: 23 mod 5 = 3 (23 = 5 4 + 3) 27 mod 3 = 0 (27 = 3 9 + 0) Definisi 2.1.4.2 Misalkan a dan b adalah bilangan bulat dan bilangan bulat dengan kongruen dengan mod, dituliskan dengan a b (mod m) jika m habis membagi a b. Jika a tidak kongruen dengan b dalam modulus m, maka dapat ditulis a b (mod m) (Grillet, 2007). Contoh. 17 2 (mod 3) (3 habis membagi 17 2 = 15) 12 2 (mod 7) (7 tidak habis membagi 12-2 =10) Kekongruenan a b (mod m) dapat pula dituliskan dalam hubungan a = b + km yang dalam hal ini k adalah bilangan bulat. Contoh 17 2 (mod 3) dapat ditulis sebagai 17 = 2 + 5 3 7 15 (mod 11) dapat ditulis sebagai 7 = 15 + ( 2)11 Contoh Beberapa hasil operasi dengan relasi kongruensi berikut: 23 mod 5 = 3 dapat ditulis sebagai 23 3 (mod 5) 27 mod 3 = 0 dapat ditulis sebagai 27 0 (mod 3)

10 Berdasarkan pengertian kongruen yang terdapat pada Definisi 2.4.1.1, maka berikut ini akan diberikan teorema tentang kongruen. Teorema 2.1.4.1. Misalkan m adalah bilangan bulat positif. 1. Jika a b (mod m) dan c adalah sebarang bilangan bulat maka (i) (a + c) (b + c) (mod m) (ii) ac bc (mod m) (iii) a p b p (mod m) untuk suatu bilangan bulat tak negatif p. 2. Jika a b (mod m) dan c d (mod m), maka (i) (a + c) (b + d) (mod m) (ii) ac bd (mod m) (Grillet, 2007). Bukti: 1. (i) a b (mod m) berarti untuk suatu Untuk sebarang, diperoleh (ii) a b (mod m) berarti:, untuk suatu, dengan l = ck

11 (iii) a b (mod m) berarti dengan { } ( ) ( ) ( ) {( ) ( ) ( ) } 2. (i) a b (mod m), untuk suatu c d (mod m), untuk suatu (ii) a b (mod m) c d (mod m), untuk suatu, untuk suatu 2.1.5 Bilangan Prima Definisi 2.1.5.1. Sebuah bilangan bulat disebut bilangan prima, jika dan hanya jika habis dibagi dengan 1 dan bilangan itu sendiri atau (Burton,1976).

12 2.2 Ring Definisi 2.2.1.1 Misalkan himpunan sembarang tak kosong dan + serta adalah sebarang dua operasi pada. Himpunan <, +, > disebut ring jika: 1. <, + > grup abelian 2. Terhadap operasi berlaku: a. tertutup b. asosiatif ( 3. Terhadap operasi + dan dipenuhi: a. distributif kanan b. distributif kiri (Fraleight, 2000 ). Contoh : 1. Himpunan adalah ring. 2. Misal R adalah himpunan fungsi yang bernilai real dalam selang interval [0, 1]. Penjumlahan dan perkalian dari dua fungsi didefinisikan sebagai berikut pendefinisian ini R merupakan ring., dan. Dengan 2.3 Daerah Integral dan Lapangan Definisi 2.3.1. Ring komutatif dengan elemen satuan yang tak memuat pembagi nol disebut daerah integral (Fraleight, 2000 ). Definisi 2.3.2. Ring Divisi adalah ring dengan setiap elemen tak nolnya adalah unit. Definisi 2.3.3. Lapangan adalah ring divisi yang komutatif.

13 2.4 Unit Definisi 2.4.1. Misalkan adalah Daerah Integral dan 1 adalah elemen satuan di, merupakan unit jika dan hanya jika u membagi 1 sedemikian sehingga untuk suatu. Dengan kata lain, mempunyai invers terhadap operasi perkalian pada ( Dummit, 2004 ). Contoh. Elemen unit di adalah 1 dari -1. karena ( 1 = 1. 1 ) dan karena ( 1 = ( -1 ) ( -1 ) ) 1 = u. 2.5 Bilangan Irreducible Definisi 2.5.1. Misalkan dan bukan unit di daerah integral. Elemen dikatakan irreducible jika di, maka unit atau unit di (Dummit, 2004). Contoh. Misalkan suatu daerah integral, irreducible dan saling berasosiasi. Karena Sehingga, elemen irreducible (Dummit, 2004). 2.6 Lapangan Quadratic Q[ ] Misalkan terdapat lapangan [ ] { }

14 Berikut ini akan ditunjukkan bahwa himpunan [ ] dengan operasi penjumlahan dan perkalian membentuk ring. Teorema 2.6.1. Jika diberikan himpunan [ ] sebagai berikut [ ] { } Pada [ ] didefinisikan dua operasi sebagai berikut (i) Operasi penjumlahan, yaitu ( ) ( ) (ii) Perkalian ( ) ( ) Maka, [ ] membentuk ring Bukti 1. Harus dibuktikan bahwa [ ] grup Abel atau grup komutatif (i) Diberikan sebarang ( ) ( ) [ ], maka diperoleh ( ) ( ) Karena dan, maka [ ] Jadi, operasi tertutup pada [ ].

15 (ii) Diberikan sebarang ( ) ( ) ( ) [ ], maka diperoleh [( ) ( )] ( ) [ ] ( ) ( ) ( ) [ ] ( ) [ ( ) ( )] Jadi operasi bersifat asosiatif pada [ ]. (iii) Diberikan sebarang [ ], maka terdapat ( ) [ ] sehingga ( ) ( ) ( ) ( ) Dari persamaan ( ) ( ) dan dan Jadi ( ) merupakan elemen netral pada [ ].

16 (iv) Untuk setiap [ ], terdapat ( ) [ ] sehingga ( ) ( ) ( ) ( ) Dari persamaan ( ) ( ) dan dan Jadi ( ) merupakan invers pada setiap [ ]. (v) Diberikan sebarang ( ) ( ) [ ], maka diperoleh ( ) ( ) ( ) ( ) Jadi operasi komutatif. Dari (i) (v) disimpulkan [ ] grup komutatif. 2. Terhadap operasi perkalian. (i) Diberikan sebarang ( ) ( ) [ ], maka ( ) ( ) Karena [ ] dan [ ], maka [ ].

17 Jadi, operasi tertutup pada [ ]. (ii) Diberikan sebarang ( ) ( ) ( ) [ ], maka diperoleh [( ) ( )] ( ) [ ] ( ) [ ] [ ] [ ] [( )( )] 3. Terhadap operasi dan. (i) Diberikan sebarang ( ) ( ) ( ) [ ], maka diperoleh [( ) ( )] ( ) [ ] ( ) [ ]

18 [ ] ( ) ( ) ( ) (ii) Diberikan sebarang ( ) ( ) ( ) [ ], maka diperoleh ( ) [( ) ( ) ] ( ) [ ] [ ] [ ] ( ) ( ) ( ) ( ) Selanjutnya ring [ ] merupakan daerah integral, yang dituliskan dalam teorema berikut : Teorema 4.1.2 Ring [ ] merupakan daerah integral Bukti : Untuk membuktikan ring [ ] daerah integral cukup dibuktikan

19 (i) Ring [ ] komutatif Diberikan sebarang ( ) ( ) [ ], maka diperoleh ( ) ( ) [ ] ( ) ( ) (ii) Ring Ring [ ] tidak memuat pebagi nol [ ] tidak memuat pembagi nol, sebab jika diambil sebarang ( ) ( ), maka ( ) ( )