ANALISIS INTEGRASI VERTIKAL PADA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA OLEH HENI SULISTYOWATI H

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS INTEGRASI VERTIKAL PADA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA OLEH HENI SULISTYOWATI H

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

IV. METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

IV. METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

IV. METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

III. METODOLOGI PENELITIAN

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

BAB III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

t I I I I I t I I t I I Benarkah Bantuan Luar Negeri Berdampak Negatif terhadap Pertumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA,

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

Bab IV Pengembangan Model

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

Bab 2 Landasan Teori

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

III. METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB 2 LANDASAN TEORI

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

BAB 3 LANDASAN TEORI

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Transkripsi:

ANALISIS INTEGRASI VERTIKAL PADA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA OLEH HENI SULISTYOWATI H14104084 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

RINGKASAN HENI SULISTYOWATI. Analisis Inegrasi Verikal pada Indusri Minyak Goreng Sawi di Indonesia dan Fakor-fakor yang Mempengaruhinya (dibimbing oleh ARIEF DARYANTO) Minyak goreng merupakan salah sau dari sembilan bahan pokok yang pening bagi konsumen dan merupakan salah sau komodias yang cukup sraegis. Diliha dari penggunaan bahan bakunya, indusri minyak goreng merupakan indusri yang memegang peranan pening sebagai pengguna oupu indusri hulunya. Indusri hulu yang dimaksud adalah indusri minyak kelapa sawi, minyak kelapa dan indusri lainnya, yang dari produknya dapa dihasilkan produk urunan sebagai bahan baku minyak goreng. Indonesia merupakan salah sau penghasil minyak kelapa sawi erbesar di dunia seelah Malaysia. Hal ini merupakan salah sau fakor yang dapa mengembangkan indusri minyak goreng nasional khususnya minyak goreng asal kelapa sawi. Menuru daa Badan Pusa Saisik (BPS) penggunaan inpu crude palm oil (CPO) pada indusri minyak goreng sawi raa-raa per ahun lebih dari 90 persen. Akiba dari besarnya kebuuhan indusri minyak goreng sawi akan CPO membua produsen minyak goreng sawi memandang bahwa melakukan inegrasi verikal dengan produsen CPO akan sanga mengunungkan dan menjamin keersediaan inpu indusri ersebu. Seperi yang dilakukan oleh PT Smar Tbk dan PT Iniboga Sejahera yang masing-masing merupakan anak perusahaan dari Grup Sinar Mas dan Grup Salim yang bekerjasama dengan induk perusahaan dalam hal bahan baku. Peneliian ini berujuan unuk menganalisis fakor-fakor apa yang mempengaruhi ingka inegrasi verikal dan bagaimana fakor-fakor ersebu mempengaruhi ingka inegrasi verikal pada indusri minyak goreng sawi di Indonesia. Seelah mengeahui akar permasalahan yakni fakor-fakor yang mempengaruhi ingka inegrasi verikal maka diharapkan akan semakin mudah dalam mengaasi dan bahkan mengurangi secara berahap ingka inegrasi verikal yang dapa merugikan kesejaheraan masyaraka. Unuk ujuan ersebu, beberapa variabel yang dielii adalah rasio konsenrasi empa perusahaan erbesar, perumbuhan perminaan, ukuran raa-raa perusahaan, biaya inpu, nilai oupu, harga bahan baku uama, jumlah ekspor bahan baku uama, dan efisiensix. Daa yang dipergunakan dalam peneliian ini seluruhnya merupakan daa sekunder yang diperoleh dari indusri besar dan sedang yang ada di BPS. Daa yang digunakan berupa daa kuaralan dari ahun 1991.4-2005.4. Rasio konsenrasi indusri dapa dianalisis dengan menggunakan rasio konsenrasi empa perusahaan erbesar, efisiensi-x dapa dianalisis dengan membagi nilai ambah dengan biaya inpu, sedangkan ingka perumbuhan perminaan didapakan dari rasio nilai oupu nominal ahun dengan nilai oupu nominal ahun -1, dan

ukuran raa-raa perusahaan dapa diukur dengan membagi jumlah oal nilai oupu yang diproduksi dengan jumlah perusahaan. Daa-daa ersebu diriilkan dengan menggunakan IHPB sebagai deflaor. Meode analisis yang digunakan dalam peneliian adalah Error Correcion Model (ECM). Penggunaan meode analisis ini didasarkan kemampuan meode ersebu unuk menganalisis hubungan anar variabel dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Analisis jangka panjang menggunakan persamaan koinegrasi, sedangkan analisis jangka pendek (dinamis) menggunakan ECM. Pengujian sasionerias daa yang digunakan erhadap seluruh variabel dalam model peneliian didasarkan pada Augmened Dickey Fuller (ADF) es. Perhiungannya menggunakan kompuer dengan banuan sofware Excel dan E- views 4.1 Hasil peneliian menunjukkan bahwa CR 4 memiliki hubungan posiif erhadap ingka inegrasi verikal baik pada jangka panjang maupun jangka pendek. Akan eapi, dalam jangka panjang pengaruh CR 4 ini idak berpengaruh signifikan erhadap ingka inegrasi verikal. Perumbuhan perminaan berpengaruh posiif dan signifikan erhadap ingka inegrasi verikal pada jangka panjang, sedangkan pada jangka pendek variabel ini idak berpengaruh signifikan sehingga harus dibuang dalam permodelan. Ukuran raa-raa perusahaan berpengaruh negaif dan signifikan erhadap ingka inegrasi verikal, baik pada jangka panjang maupun jangka pendek. Biaya inpu berpengaruh posiif dan signifikan erhadap ingka inegrasi verikal dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Nilai oupu berpengaruh negaif dan signifikan erhadap ingka inegrasi verikal dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Harga komodii bahan baku uama mempunyai pengaruh yang posiif eapi idak signifikan erhadap ingka inegrasi verikal dalam jangka panjang, sedangkan dalam jangka pendek variabel ini berpengaruh signifikan. Jumlah ekspor bahan baku uama indusri minyak goreng sawi mempunyai pengaruh yang negaif dan signifikan erhadap ingka inegrasi verikal dalam jangka panjang. Sedangkan dalam jangka pendek variabel ini mempunyai pengaruh yang posiif erhadap ingka inegrasi verikal. Efisiensix mempunyai pengaruh yang posiif dan signifikan erhadap ingka inegrasi verikal, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Berdasarkan hasil yang diperoleh, upaya yang dapa dilakukan pemerinah adalah dalam membua kebijakan pada indusri minyak goreng sawi sebaiknya memperhaikan hal-hal yang dapa meningkakan ingka inegrasi verikal, dan pemerinah dalam melaksanakan kebijakan sebaiknya harus konsisen dengan apa yang elah dibua dan sebaiknya memberikan ganjaran dan hukuman bagi para pelaku yang erliba. Diharapkan dari langkah-langkah ersebu prakek monopoli dan persaingan usaha idak seha dapa berkurang.

ANALISIS INTEGRASI VERTIKAL PADA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Oleh HENI SULISTYOWATI H14104084 Skripsi Sebagai salah sau syara unuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Deparemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyaakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Heni Sulisyowai Nomor Regisrasi Pokok : H14104084 Program Sudi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Inegrasi Verikal pada Indusri Minyak Goreng Sawi di Indonesia dan Fakor-fakor yang Mempengaruhinya dapa dierima sebagai syara unuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Deparemen Ilmu Ekonomi, Fakulas Ekonomi dan Manajemen, Insiu Peranian Bogor Menyeujui, Dosen Pembimbing, Dr. Ir. Arief Daryano, M.Ec. NIP. 131. 644. 945 Mengeahui, Keua Deparemen Ilmu Ekonomi, Rina Okaviani, Ph.D. NIP. 131.846.872 Tanggal Kelulusan:

PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Mei 2008 Heni Sulisyowai H14104084

RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Heni Sulisyowai lahir pada anggal 11 Okober 1986 di Jakara. Penulis anak erakhir dari lima bersaudara, dari pasangan Redjeb Budiraharjo dan Amirah. Jenjang pendidikan penulis dilalui anpa hambaan, penulis menamakan sekolah dasar pada SDN Pondok Pinang 10 Jakara, kemudian melanjukan ke SLTP Negeri 19 Jakara dan lulus pada ahun 2001. Pada ahun yang sama penulis dierima di SMU Negeri 46 Jakara dan lulus pada ahun 2004. Pada ahun 2004 penulis meninggalkan koa ercina unuk melanjukan sudinya ke jenjang yang lebih inggi. Insiu Peranian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar dapa memperoleh ilmu dan mengembangkan pola pikir. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan dierima sebagai mahasiswi yang dulu bernama Program Sudi Ilmu Ekonomi dan Sudi Pembangunan eapi sekarang berubah nama menjadi Program Sudi Ilmu Ekonomi pada Fakulas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswi, penulis akif dibeberapa organisasi seperi Hipoesa, HMI Komisaria FEM dan KOPMA.

ALHAMDULILLAH SYUKUR KEPADA ALLAH SWT DENGAN SEGENAP KEMAMPUAN DAN MENGHARAP RIDHA-NYA KUPERSEMBAHKAN KARYA KECIL INI SEBAGAI AWAL PERJUANGANKU UNTUK MAMA DAN BAPAK TERCINTA AKU TIDAK AKAN BISA BERPERANG MELAWAN KETERPURUKANKU TANPA DOA KALIAN...

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis mengucapkan kepada Allah SWT aas segala rahma dan hidayahnya sehingga penulis dapa menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah " Analisis Inegrasi Verikal pada Indusri Minyak Goreng Sawi di Indonesia dan Fakor-fakor yang Mempengaruhinya ". Inegrasi verikal merupakan opik yang menarik unuk dielii karena disamping inegrasi verikal merupakan sraegi yang dapa meningkakan efisiensi, namun dapa pula menimbulkan perilaku anipersaingan. Karena iu, penulis erarik unuk melakukan peneliian dengan opik ini, khususnya dalam indusri minyak goreng sawi. Disamping hal ersebu, skripsi ini juga merupakan salah sau syara unuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Deparemen Ilmu Ekonomi, Fakulas Ekonomi dan Manajemen, Insiu Peranian Bogor. Skripsi ini dapa diselesaikan berka semanga, bimbingan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Pada kesempaan ini, penulis ingin mengucapkan erima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Allah SWT aas rahma dan karunia-nya. 2. Bapak Dr. Ir. Arief Daryano, M.Ec. yang elah memberikan bimbingan baik secara eknis maupun eoriis dalam proses pembuaan skripsi ini sehingga dapa diselesaikan dengan baik. 3. Bapak Nunung Nuryanoro, Ph.D. selaku Dosen Penguji Uama aas kesediaan sera arahan, saran, kriik, dan perhaian yang diberikan kepada penulis unuk dapa menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. 4. Bapak Irfan Syauqi Beik, M.Sc. selaku Dosen Penguji Komisi Pendidikan aas kesediaan sera arahan, saran, kriik, dan perhaian yang diberikan kepada penulis unuk dapa menyelesaikan skripsi ini dengan sebaikbaiknya. 5. Para pesera Seminar Hasil Peneliian skripsi ini aas kriik dan saran yang membanu.

6. Bapak Ari Tonang, Bapak Bambang Soediono, Bapak Tom, Bapak Dede dan Bapak Triyono yang elah membanu penulis dalam memberikan daadaa yang dibuuhkan sehingga skripsi ini dapa erselesaikan dengan lancar. 7. Keluarga ercina, Mama, Bapak, mas Koes, mba Ike, mba Endah, Aa Didin, mba Iseh, da Rigo, dan mba Rini yang selalu memberikan semanga dan dukungan sera doa unuk penulis agar dapa menyelesaikan skripsi ini secepanya. 8. Adiya Wardiman yang selalu memberikan semanga, dukungan pengorbanan sera doa agar skripsi ini erselesaikan. 9. Sahaba dan eman-eman Ilmu Ekonomi 41 yang banyak membanu dalam proses pengerjaan skripsi ini, khususnya hanu, della, dila, sesi, cai, baba, dora, eja, nisa, mair, yanu, yeye, ika, dawi, mami, aa, deky, ka elly, ka rico, om, eh lea, ka rio, ka abang dan yang lainnya. 10. Semua pihak yang idak dapa disebukan sau persau, erima kasih aas banuannya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak erdapa kesalahan dan kekurangan. Oleh karena iu, penulis sanga mengharapkan saran dan kriik dari pembaca, baik dari segi maeri maupun dari segi eknis penyajian. Akhir kaa penulis berharap semoga karya ini dapa bermanfaa bagi penulis dan pihak lain yang membuuhkan Bogor, Mei 2008 Heni Sulisyowai H14104084

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN. I. PENDAHULUAN... 1.1. Laar Belakang... 1.2. Perumusan Masalah... 1.3. Tujuan Peneliian... 1.4. Kegunaan Peneliian... 1.5. Ruang Lingkup.. II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 2.1. Konsep Ekonomi Indusri... 2.2. Pengerian Indusri Pengolahan... 2.3. Pendekaan Inegrasi Verikal... 2.3.1. Definisi Inegrasi Verikal... 2.3.2. Jenis-jenis Inegrasi Verikal... 2.3.3. Konsep Dasar Inegrasi Verikal... 2.4. Moif Inegrasi Verikal... 2.5. Manfaa Inegrasi Verikal... 2.6. Biaya Inegrasi Verikal... 2.7. Peneliian Terdahulu... 2.7.1. Peneliian Mengenai Indusri Minyak Goreng Sawi... 2.7.2. Peneliian Mengenai Inegrasi Verikal... 2.8. Kerangka Pemikiran... 2.9. Hipoesis... III. METODE PENELITIAN... 3.1. Jenis dan Sumber Daa... i ii iii 1 1 7 9 10 10 12 12 13 13 13 14 17 18 22 26 28 28 31 34 37 40 40

3.2. Meode Analisis Daa... 3.2.1. Uji Sasionerias Daa... 3.2.2. Uji Koinegrasi... 3.2.3. Error Correcion Model (ECM)... 3.2.4. Diagnosic Tes... 3.2.4.1. Uji Normalias... 3.2.4.2. Uji Heeroskedasisias... 3.2.4.3. Uji Auokorelasi... IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT... 4.1 Profil Minyak Kelapa Sawi... 4.2. Kegunaan dan Keunggulan Minyak Kelapa Sawi... 4.3. Kebijakan Pemerinah dalam Indusri Minyak Goreng Indonesia.. 4.4. Dampak Pajak Ekspor (PE) CPO... 4.5. Indusri Minyak Goreng Sawi di Indonesia... V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 5.1. Kesasioneran Daa... 5.2. Uji Koinegrasi... 5.3. Error Correcion Model (ECM)... 5.4. Diagnosic Tes... 5.4.1. Uji Normalias... 5.4.2. Uji Heeroskedasisias... 5.4.3. Uji Auokorelasi... 5.5. Ringkasan Hasil Peneliian... 5.5.1. Jangka Panjang... 5.5.2. Jangka Pendek... VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 6.1. Kesimpulan... 6.2. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... 42 44 46 48 51 51 52 53 54 54 56 58 65 68 75 75 78 86 96 97 97 98 99 99 100 102 102 104 106 108

DAFTAR TABEL Nomor 1.1. Produk Domesik Bruo Indonesia menuru Lapangan Usaha Aas Dasar Harga yang Berlaku... 1.2. Konsumsi dan Produksi Minyak Goreng Indonesia... 1.3. Neraca Perdagangan Luar Negeri Minyak Goreng... 1.4. Perkembangan Ekspor dan Impor CPO Indonesia... 1.5. Penggunaan Inpu CPO pada Indusri Minyak Goreng Sawi.. 1.6. Produsen CPO dan Perusahaan MGS yang Berinegrasi Verikal... 3.1. Daa, Simbol dan Sumber Daa Peneliian... 4.1. Hasil Olahan CPO... 4.2. Produksi dan Biaya Produksi Minyak... 4.3. Perusahaan dengan Produk yang Dihasilkan... 4.4. Pangsa Pasar Tiga Besar Merek Minyak Goreng Sawi... 5.1. Hasil Uji Akar Uni (Uni Roo Tes) pada Level... 5.2. Hasil Uji Akar Uni (Uni Roo Tes) pada Firs Difference... 5.3. Hasil Esimasi Persamaan Jangka Panjang... 5.4. Uji Akar Uni Level erhadap Residual Persamaan Jangka Panjang Inegrasi Verikal... 5.5. Error Correcion Model unuk Inegrasi Verikal dengan Variabel yang Signifikan... 5.6. Hasil Uji Heeroskedasisias. 5.7. Hasil Uji Auokorelasi Error Correcion Model unuk Tingka Inegrasi Verikal... Halaman 2 4 5 5 6 8 40 56 57 69 72 76 77 79 85 86 98 97

DAFTAR GAMBAR Nomor 2.1. Kerangka Pemikiran Peneliian... 5.1. Hasil Uji Normalias Error Correcion Model Tingka Inegrasi Verikal... Halaman 36 97

DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1. Dampak Simulasi Kebijakan Peningkaan Tarif Ekspor erhadap Keragaan Makroekonomi (perubahan persenase) 2. Dampak Simulasi Kebijakan Peningkaan Tarif Ekspor erhadap Pendapaan Riil Rumah Tangga (perubahan persenase)... 3. Dampak Simulasi Kebijakan Peningkaan Tarif Ekspor erhadap Konsumsi Rumah Tangga (persen)... 4. Dampak Simulasi Kebijakan Peningkaan Tarif Ekspor erhadap Harga dan Oupu Sekoral (persen)... 5. Dampak Simulasi Kebijakan Peningkaan Tarif Ekspor erhadap Ekspor, GDP, Harga dan Oupu Domesik Negara Malaysia (perubahan persenase)... 6. Daa Riil Peneliian... 7. Hasil Uji Akar pada Tingka Level... 8. Hasil Uji Akar pada Tingka Firs Difference... 9. Hasil Uji Persamaan OLS unuk Esimasi Jangka Panjang... 10. Hasil Uji Akar Tingka Level erhadap Residual Persamaan Jangka Panjang Inegrasi Verikal... 11. Hasil Esimasi Error Correcion Model unuk Tingka Inegrasi Verikal dengan Lag (selang) 4 yang Signifikan... 12. Hasil Uji Normalias... 13. Hasil Uji Heeroskedasisias... 14. Uji Auokorelasi Error Correcion Model unuk Model Tingka Inegrasi Verikal... 15. Produsen dan Kapasias Produksi Minyak Goreng Sawi... Halaman 108 108 109 110 110 111 114 117 120 121 122 123 123 125 126

I. PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Negara yang sedang mengalami proses pembangunan ekonomi secara jangka panjang akan membawa perubahan yang mendasar dalam srukur ekonomi negara iu sendiri. Salah sau indikaor dari perubahan ersebu adalah bergesernya srukur ekonomi radisional yang meniik berakan pada sekor peranian ke arah srukur ekonomi modern yang lebih didominasi oleh sekor indusri sebagai roda penggerak ekonomi Indonesia, peranan sekor indusri semakin besar dan mengalami perumbuhan yang paling cepa jika dibandingkan dengan sekor lainnya. Sekor indusri, khususnya indusri pengolahan mampu berperan sebagai penyumbang erbesar dalam pembenukan Produk Domesik Bruo (PDB). Raa-raa konribusi indusri pengolahan dalam PDB erus mengalami kemajuan, eruama dari ahun 2003 ke ahun 2004 yang mengalami kemajuan paling pesa (liha Tabel 1.1). Minyak goreng merupakan salah sau dari sembilan bahan pokok yang pening bagi konsumen dan mampu menghasilkan devisa bagi negara dalam jumlah yang besar. Selain iu, dapa juga menjadi salah sau sumber penerimaan pajak yang poensial, penyedia lapangan kerja dan sumber pendapaan bagi peani (Amang e al,.1996). Indusri minyak goreng juga merupakan salah sau komponen dari sisem indusri pengolahan peranian yang sanga luas, mulai dari usaha peranian kelapa dan kelapa sawi sebagai bahan baku dari minyak goreng hingga indusri yang menggunakan minyak goreng sebagai salah sau dari fakor

produksinya maupun pedagang yang memasarkan minyak goreng unuk konsumsi rumah angga. Tabel 1.1. Produk Domesik Bruo Indonesia menuru Lapangan Usaha Aas Dasar Harga yang Berlaku (dalam miliar rupiah) No 1 2 3 4 Lapangan Usaha Peranian, Peernakan, Kehuanan dan Perikanan Perambangan dan Penggalian Indusri Pengolahan Lisrik, Gas dan Air Bersih 2001 2002 2003 2004 2005 2006* 526 655.6 594 634.1 651 307.6 663 106 731 119.2 430 493.9 349 903.2 330 643.4 319 975.6 370 579.2 543 611.2 354 626.9 1 455 615 1 677 607 429 513 1 830 092 2 163 916 936 361.9 10 854.7 14 714.2 19 540.8 22 066.7 24 993.2 30 398.5 5 Bangunan 89 298.9 99 366.1 112 571.3 143 052.3 173 440.6 249 127.8 6 7 8 Perdagangan, Hoel,dan Resoran Pengangkuan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan 311 345.7 383 729.1 412 045.2 450 609.4 523 463.6 496 336.2 154 375.3 195 940.5 236 534.7 284 584 361 937.4 230 921.6 270 739.6 307 716.2 348 647.3 388 858.6 456 275.8 271 543.1 9 Jasa Lainnya 304 515.9 328 384.6 396 138.6 469 240.8 551 281.8 338 385.8 PDB 3 473 303 3 932 735 2 926 274 4 622 189 5 530 039 3 338 196 Sumber : Bank Indonesia (2006) Ke: * = Angka semenara Minyak goreng dikonsumsi hampir oleh seluruh masyaraka, baik diingka rumah angga maupun indusri makanan. Fungsi minyak goreng di kedua ingka ersebu pada umumnya bukan sebagai bahan baku namun hanya sebagai bahan pembanu. Fungsi minyak goreng sanga pening dalam mencipakan aroma, rasa, warna, daya simpan dan beberapa hal juga dapa sebagai ala peningka gizi. Kebuuhan minyak goreng unuk memenuhi

kebuuhan rumah angga dari ahun ke ahun erus mengalami peningkaan yang pesa sejalan dengan peningkaan konsumsi perkapia. Kecenderungan meningkanya raa-raa konsumsi perkapia ersebu dipengaruhi oleh perumbuhan penduduk yang erus meningka ercaa pada ahun 2000 penduduk Indonesia berjumlah 203.02 jua jiwa dengan laju perumbuhan raa-raa 1.35 persen perahun dan menjadi 213.72 jua jiwa pada ahun 2004 (BPS, 2004). Selain karena alasan peningkaan perumbuhan penduduk juga dikarenakan oleh perubahan pola konsumsi penduduk, pendapaan dan sediki banyak dipengaruhi pula oleh perkembangan dalam budaya masak-memasak. Perkembangan konsumsi minyak goreng selama ini dipengaruhi oleh beberapa fakor. Di anaranya oleh daya beli masyaraka. Di dalam negeri beberapa ahun erakhir konsumsi minyak goreng khususnya minyak goreng sawi menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Jika pada ahun 2002 konsumsinya ercaa sebesar 1.35 jua on, pada 2005 elah mencapai 1.47 jua on. Namun, pada 2006 konsumsinya sediki menurun menjadi 1.45 jua on (liha Tabel 1.2). Hal ersebu erjadi dikarenakan keika pada akhir 2005 pemerinah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sehingga perminaan minyak goreng sawi pun menurun. Perminaan minyak goreng sawi yang menurun juga disebabkan karena pada saa iu keadaan harga minyak goreng sawi juga meningka, sehingga dengan melonjaknya harga minyak goreng sawi saa iu juga membuka peluang erjadinya penurunan konsumsi. Produksi minyak goreng juga mengalami perumbuhan, khususnya unuk minyak goreng sawi. Hal ini didorong oleh meningkanya perminaan pasar

dalam negeri dan ekspor. Walaupun begiu, realisasi produksi ini masih jauh dibandingkan dengan kapasiasnya. Produksi minyak goreng sawi pada 2002 ercaa 3.73 jua on. Produksi ini erus umbuh, sehingga pada 2006 mencapai 4.51 jua on, padahal kapasiasnya 9 jua on. Semenara iu, produksi minyak goreng kelapa idak mengalami peningkaan yang berari (liha Tabel 1.2). Hal ini dikarenakan masalah pasokan bahan baku kelapa dan nilai ekspornya yang sanga kecil. Tabel 1.2. Konsumsi dan Produksi Minyak Goreng Indonesia 2002-2006 Konsumsi Produksi (Jua Ton) (Jua Ton) Tahun Minyak Minyak Minyak Minyak Goreng Goreng Goreng Sawi Goreng Sawi Kelapa Kelapa 2002 1.35 0.62 3.73 0.72 2003 1.34 0.64 3.70 0.76 2004 1.45 0.66 3.96 0.73 2005 1.47 0.66 4.17 0.77 2006 1.45 0.67 4.51 0.82 Raa-raa 1.41 0.65 4.01 0.76 Sumber : Wara Ekonomi, 2007 Berdasarkan Tabel 1.3, dapa diliha pada periode 2002-2006 neraca perdagangan luar negeri minyak goreng Indonesia relaif meningka khususnya pada pasar ekspor minyak goreng. Pada periode ersebu peningkaan raa-raa volume ekspor minyak goreng mencapai 6.78 persen per ahun. Nilai raa-raa ekspor meningka 16.18 persen pada ahun 2002 sebesar dari 2.48 jua on (US $ 0.85 miliar) menjadi 3.21 jua on (US $ 1.54 miliar) pada ahun 2006. Jika diliha dari nilai dan volume impor, selama periode 2002-2006 erjadi peningkaan raa-

raa 36.85 persen dan 35.97 persen per ahun. Volume impor pada ahun 2002 sebesar 6.39 ribu on (US $ 3.25 jua) meningka menjadi 15.06 ribu on (US $ 9.79 jua) pada ahun 2006. Peningkaan ersebu akiba adanya kenaikan kapasias ekspor dari Crude Palm Oil (CPO) (liha Tabel 1.4) sebagai bahan baku yang lebih sering dipakai dalam proses produksi pabrik minyak goreng sehingga kekurangan ersebu diuup dengan membuka keran impor minyak goreng. Tabel 1.3. Neraca Perdagangan Luar Negeri Minyak Goreng, 2002-2006 Ekspor Impor Volume Nilai Volume Nilai Tahun Trend Trend Trend Trend (Jua (US $ (Ribu (US$ (%) (%) (%) (%) Ton) Miliar) Ton) Jua) 2002 2.48 0.85 6.39 3.25 2003 2.48 0 0.99 16.47 5.93 (7.19) 3.57 9.85 2004 2.59 4.43 1.1 11.11 6.72 13.32 5.5 54.06 2005 2.83 9.27 1.22 10.90 16.6 147.02 10.43 89.64 2006 3.21 13.43 1.54 26.23 15.06 (9.28) 9.79 (6.14) Raaraa 2.72 6.78 1.14 16.18 10.14 35.97 6.51 36.85 Sumber : Wara Ekonomi ( 2007), diolah Tabel 1.4. Perkembangan Ekspor dan Impor CPO Indonesia, 1999-2005 Tahun Ekspor CPO Impor CPO Volume (Ton) Trend (%) Volume (Ton) Trend (%) 1999 3 298 986 1 648 2000 4 110 027 24.58 3 767 128.58 2001 4 903 218 19.29 141 (96.26) 2002 6 333 708 29.18 9 499 6 636.88 2003 6 386 410 0.83 4 014 (57.74) 2004 8 661 647 35.63 4 320 7.62 2005 10 376 190 19.79 10 645 146.41 Raaraa 6 295 740.86 21.55 4 862 1 127.58 Sumber: Direkori Jenderal Bina Produksi Perkebunan (2005), diolah

Minyak goreng adalah salah sau komodias yang cukup sraegis. Diliha dari bahan bakunya, indusri minyak goreng merupakan indusri yang memegang peranan pening sebagai pengguna oupu indusri hulunya. Indusri hulu yang dimaksud yaiu indusri minyak kelapa sawi, indusri minyak kelapa dan indusri lainnya yang dari produknya dapa dihasilkan produk urunan sebagai bahan baku minyak goreng. Indonesia merupakan salah sau penghasil minyak kelapa sawi erbesar di dunia seelah Malaysia. Hal ini merupakan salah sau fakor yang dapa mengembangkan indusri minyak goreng nasional khususnya minyak goreng asal kelapa sawi. Menuru daa BPS, penggunaan inpu CPO pada indusri minyak goreng sawi raa-raa per ahun lebih dari 90 persen (liha Tabel 1.5). Akiba dari besarnya kebuuhan indusri minyak goreng sawi akan CPO membua produsen minyak goreng sawi memandang bahwa melakukan inegrasi verikal dengan produsen CPO akan sanga mengunungkan dan menjamin keersediaan inpu indusri ersebu. Tabel 1.5. Penggunaan Inpu CPO pada Indusri Minyak Goreng Sawi, 2001-2005 Inpu CPO Inpu Toal Tahun Persenase (%) (000Rp) (000Rp) 2001 3 304 235 109 3 464 297 064 95.38 2002 10 308 488 728 11 058 231 402 93.22 2003 28 668 737 743 30 343 993 252 94.48 2004 23 093 056 361 24 411 543 158 94.60 2005 28 508 377 694 29 946 567 897 95.20 Raa-raa 18 776 579 127 19 844 926 554.6 94.58 Sumber: BPS, 2001-2005, diolah

1.2. Perumusan Masalah Indusri minyak goreng memiliki keerkaian langsung kebelakang dengan kelapa sawi dan produk urunannya. Pada analisis keerkaian langsung maupun langsung dan idak langsung, indusri minyak goreng sawi memiliki keerkaian kebelakang (0,728 sauan dan 2,275 sauan) yang lebih besar daripada keerkaian kedepan (0,352 sauan dan 1,455 sauan) (Windyari, 2005). Hal ini dikarenakan indusri minyak goreng sawi mempunyai keerkaian yang kua dengan sekor kelapa sawi yang merupakan sekor penyedia inpu uama bagi indusri ersebu, sedangkan keerkaian kedepan yang rendah diakibakan oleh oupu yang dihasilkan indusri minyak goreng sawi lebih banyak dikonsumsi langsung oleh rumah angga daripada digunakan sebagai inpu anara oleh sekor-sekor lainnya. Hal ini membua produsen indusri minyak goreng sawi memandang bahwa melakukan inegrasi verikal dengan penyedia inpu CPO akan sanga mengunungkan dan menjamin keersediaan inpu indusri ersebu. Sraegi ini merupakan salah sau sraegi yang biasa digunakan oleh banyak perusahaan dalam menjalankan usahanya. Seperi yang dilakukan oleh PT Smar Tbk dan PT Iniboga Sejahera yang masing-masing merupakan anak perusahaan dari Sinar Mas Group dan Salim Group yang bekerjasama dengan induk perusahaan dalam hal bahan baku (liha Tabel 1.6).

Tabel 1.6. Produsen CPO dan Perusahaan MGS yang Berinegrasi Verikal No Produsen CPO Perusahaan MGS 1 Salim Group PT. Iniboga Sejahera PT. Sawi Malinda PT. Salim Alam Permai PT. Salim Oil Grains 2 Sinar Mas Group PT. Smar Tbk 3 Asra Group PT. Asra Agro Lesari Tbk 4 Pacific Indo Mas Group PT. Pacific Medan Indusri PT. Pacific Palmindo 5 Asianagro Group PT. Asianagro Agungjaya 6 Musim Mas Group PT. Mikie Oleo Nabai PT. Musim Mas PT. Mega Surya Mas PT. Inibenua Perkasa PT. Sumaera Oil Indusries 7 Wilmar Group PT. Mulimas Nabai Asahan PT. Sinar Alam Permai PT. Buki Kapur Reksa 8 BEST Group PT. Binang Era Sinar Tama PT. Berlian Eka Saki Tangguh 9 Tunas Baru lampung Group PT. Tunas Baru lampung Tbk 10 PTPN IV PT. Pamina Adolina Sumber: Deparemen Perindusrian, 2007 Suau indusri dalam hal menjalankan usahanya dapa dipengaruhi oleh perilaku inegrasi verikal, hal ini menunjukkan bahwa inegrasi verikal merupakan suau hal yang layak unuk dielii maka dalam peneliian ini penulis akan menjelaskan mengenai inegrasi verikal iu sendiri erlepas dari pengaruhnya erhadap kinerja suau indusri melainkan akan membahas variabel-

variabel yang dapa mempengaruhi inegrasi verikal. Dari berbagai hal yang elah diuraikan, maka permasalahan yang akan dielaah dalam peneliian ini adalah: 1. Bagaimana inegrasi verikal pada indusri minyak goreng sawi Indonesia? 2. Fakor-fakor apa yang mempengaruhi inegrasi verikal pada indusri minyak goreng sawi Indonesia? 3. Seberapa besar pengaruh fakor-fakor ersebu erhadap inegrasi verikal dalam jangka panjang dan jangka pendek? 1.3. Tujuan Peneliian Peneliian ini diharapkan dapa memberikan informasi dan menjawab sejumlah fakor-fakor pening sepuar keerkaian anara indusri minyak goreng sawi di Indonesia. Berdasarkan laar belakang dan indikasi permasalahan yang erjadi di Indonesia, maka peneliian ini berujuan unuk: 1. Menganalisis inegrasi verikal pada indusri minyak goreng sawi Indonesia 2. Menganalisis fakor-fakor yang mempengaruhi inegrasi verikal pada indusri minyak goreng sawi di Indonesia 3. Menganalisis seberapa besar pengaruh fakor-fakor ersebu erhadap inegrasi verikal dalam jangka panjang dan jangka pendek

1.4. Kegunaan Peneliian Hasil peneliian ini diharapkan akan memberikan manfaa bagi pemerinah sebagai pengambil kebijakan unuk menenukan kebijakan yang efisien dalam menyikapi permasalahan sraegi inegrasi verikal yang dilakukan oleh beberapa perusahaan. Pemerinah sebagai pengambil kebijakan juga diharapkan mampu mengambil sikap bijak dalam menghadapi permasalahan persaingan usaha yang idak seha. Dan pada akhirnya peneliian ini diharapkan dapa memberikan gambaran yang dapa membanu pemerinah dalam mengurangi persaingan usaha idak seha ersebu. Secara rinci, kegunaan peneliian ini adalah sebagai beriku: 1. Mendapakan gambaran lebih jelas mengenai inegrasi verikal di indusri minyak goreng sawi 2. Sebagai bahan referensi bagi pembaca dan informasi bagi penelii lainnya unuk peneliian lebih lanju 3. Sebagai bahan perimbangan bagi pemerinah dalam menenukan kebijakan di sekor indusri minyak goreng sawi maupun di sekor kelapa sawi khususnya dalam inegrasi verikal. 1.5 Ruang Lingkup Peneliian mengkaji mengenai analisis inegrasi verikal pada indusri minyak goreng sawi di Indonesia dan fakor-fakor yang mempengaruhinya dengan menggunakan pendekaan meode Error Correcion Model (ECM). Dalam pembahasan peneliian ini menekankan pada inegrasi verikal erjadi pada

indusri minyak goreng sawi erlepas dari pengaruhnya erhadap kinerja suau indusri. Dengan keerbaasan daa, waku dan biaya, maka peneliian ini menggunakan daa sekunder yang diperoleh dari Badan Pusa Saisik (BPS) dan Deparemen Perindusrian (Depperin). Keerbaasan lainnya yaiu daa yang digunakan hanya daa dari periode 1991.4-2005.4.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Konsep Ekonomi Indusri Ekonomi indusri merupakan suau keahlian khusus dalam ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi ini membanu menjelaskan mengapa pasar perlu diorganisir dan bagaimana pengorganisasiannya mempengaruhi cara kerja pasar indusri. Definisi ekonomi indusri adalah bahwa pada dasarnya eori-eori yang erdapa dalam ekonomi indusri menekankan pada ilmu ekonomi sudi empiris dan fakor-fakor yang mempengaruhi srukur pasar, perilaku dan kinerja sehingga ercapai ingka efisiensi bagi perusahaan, indusri sera perekonomian secara keseluruhan (Jaya, 2001). Pengerian lain mengenai indusri dapa dibedakan dalam lingkup mikro dan makro. Secara mikro, indusri adalah kumpulan perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang homogen aau barang-barang yang mempunyai sifa saling menggani yang sanga era. Secara makro, indusri diarikan sebagai kegiaan yang mencipakan nilai ambah, yakni semua produk barang maupun jasa. Jadi dapa disimpulkan bahwa pengerian indusri secara luas adalah suau uni usaha yang melakukan kegiaan ekonomi yang berujuan unuk menghasilkan barang dan jasa yang erleak dalam lokasi erenu sera memiliki caaan adminisrasi ersendiri mengenai produksi dan srukur biaya sera ada seseorang aau lebih yang beranggung jawab aas resiko usaha ersebu (Hasibuan, 1994).

2.2. Pengerian Indusri Pengolahan Usaha indusri pengolahan adalah usaha yang melakukan kegiaan mengubah barang dasar (bahan menah) menjadi barang jadi/seengah jadi dan aau barang yang lebih inggi nilainya sehingga lebih deka kepada pemakai akhir unuk ujuan komersial, yang ermasuk dalam sekor ini adalah perusahaan yang melakukan jasa indusri, rancang bangun, perekayasaan sera pekerjaan perakian (assembling) dari suau barang. Suau usaha yang melakukan sebagian proses indusri demi suau usaha indusri aas dasar konrak aau balas jasa juga dimasukkan sebagai indusri pengolahan (BPS, 2004). 2.3. Pendekaan Inegrasi Verikal 2.3.1. Definisi Inegrasi Verikal Inegrasi verikal adalah penggabungan perusahaan-perusahaan yang mempunyai keerkaian proses produksi. Secara umum kegiaan inegrasi verikal ini dapa digolongkan dalam merjer (penggabungan) yaiu sau aau lebih perusahaan yang idak sejenis dan juga idak ada kaian proses produksi dapa melakukan penggabungan eapi dalam hal inegrasi verikal ini harus ada keerkaian dalam kelanjuan proses produksi baik dari inpu maupun oupu (Hasibuan,1994). Inegrasi verikal ersebar luas. Hampir semua perusahaan melakukan sau seri operasi yang sesungguhnya secara prinsip dapa dipisah-pisahkan. Beberapa perusahaan melakukan inegrasi verikal, semenara perusahaan lainnya hanya sediki aau idak melakukannya sama sekali (Jaya, 2001).

2.3.2. Jenis-jenis Inegrasi Verikal Menuru Mulyaningsih dan Karseno dalam Nugrahandia (2007), erdapa iga pola dalam inegrasi verikal yaiu perama, bila perusahaan di hilir monopoli melakukan inegrasi verikal dengan perusahaan di hulu yang bersifa kompeiif. Hal ini akan mendorong perluasan penggunaan inpu oleh perusahaan monopoli sehingga akan menghasilkan oupu akhir dalam jumlah yang lebih banyak pada harga yang lebih rendah. Dalam jangka pendek konsumen akhir akan diunungkan dengan adanya inegrasi verikal ini. Turunnya harga produk akhir juga dikarenakan oleh urunnya komponen biaya sewa yang sebelumnya harus dibayarkan oleh perusahaan kepada perusahaan independen di hulunya. Kedua, bila indusri hulu monopoli melakukan inegrasi verikal dengan indusri hilirnya yang bersifa kompeiif maka juga akan menurunkan harga produk akhir. Inegrasi verikal akan menurunkan margin anara harga monopoli dengan biaya marjinalnya karena monopoli iu sendiri yang meneapkan biaya marjinal dan harga produknya. Keiga, pola inegrasi verikal dengan produsen inpu di hulu bersifa monopoli dan pembeli inpunya bersifa monopoli juga akan menurunkan harga produk akhir. Hal ini diakibakan oleh monopolisasi pasar oleh perusahaan dihilir karena dapa memperoleh inpunya melalui perusahaan monopoli yang erinegrasi dengannya. Inegrasi verikal dapa dilakukan melalui berbagai alernaif, yaiu :

1. Full Inegraion Full inegraion dicirikan dengan suau perusahaan yang erinegrasi memproduksi semua inpu bahan baku yang dibuuhkannya aau keika suau perusahaan menyalurkan semua oupu yang dihasilkan melalui anak perusahaan yang erinegrasi dengan perusahaan induk. 2. Tapered Inegraion Tapered inegraion merupakan perpaduan anara inegrasi verikal dengan perukaran pasar yaiu apabila perusahaan iu membeli inpu yang dibuuhkannya dari perusahaan lain selain inpu yang dihasilkannya sendiri aau menyalurkan hasil produksinya sendiri melalui perusahaan lain yang idak erinegrasi. Keunungan dari apered inegraion adalah : Perama, perusahaan dapa memperluas inpu aaupun oupu anpa memerlukan modal yang subsansial. Hal ini sanga membanu dalam perumbuhan perusahaan. Kedua, perusahaan dapa menggunakan informasi mengenai biaya dan keunungan dari jaringan inernal dalam bernegosiasi dengan perusahaan independen. Keiga, perusahaan juga dapa mengembangkan kapasias pasokan inpu unuk melindungi diri dari persaingan dengan pemasok inpu independen (Nugrahandia, 2007). Tapered inegraion juga mempunyai kekurangan yaiu konsep memproduksi sebagian dan membeli sisanya menyebabkan proses produksi akan suli mencapai ingka efisiensi yang inggi dan hal ini juga akan menyebabkan imbulnya masalah koordinasi anara pemasok inpu inernal dengan pemasok inpu independen (Nugrahandia, 2007).

3. Aliansi Sraegi dan Join Venure Dalam aliansi sraegi, dua aau lebih perusahaan bekerjasama unuk berbagi informasi aau sumber produksi. Aliansi sraegi dapa dilakukan secara verikal maupun horizonal. Dalam aliansi verikal biasanya melipui kerjasama anara pemasok inpu dengan pembelinya sedangkan aliansi horizonal melipui kerjasama anara perusahaan dalam indusri yang sama. Join venure adalah bagian dari aliansi sraegi dimana dua aau lebih perusahaan bekerjasama dan membua suau perusahaan gabungan baru. Perusahaan gabungan ini biasanya dioperasikan oleh pekerja dari perusahaan induk. Menuru Shepherd (1985), mengemukakan ukuran inegrasi verikal dipandang dari dua segi yaiu: perama, segi ahapan yaiu menghiung ahapahap produksi, semakin banyak jumlah ahapan yang dicakup semakin besar inegrasinya. Sau ahapan dapa mencakup banyak langkah individual sehingga sanga suli unuk mendefinisikan ahap-ahap produksi. Kedua, yaiu segi nilai ambah yang dihasilkan erhadap nilai akhir penjualan sebagai deraja dari ingka inegrasi. Dari segi nilai ambah dapa diperoleh rasio nilai ambah perusahaan pada pendapaan akhir penjualan sebagai indeks dari deraja inegrasi dengan asumsi semakin banyak ahapan produksinya semakin besar nilai ambahnya. Menuru Hasibuan (1994), mengemukakan bahwa jenis inegrasi verikal dapa dibagi menjadi dua, yakni inegrasi ke hulu (up sream) dan inegrasi ke hilir (down sream). Dengan demikian, ada perusahaan yang proses produksinya lebih awal, aau di bagian hulu, dan pada ahap memproduksi ke arah aau sampai dengan barang-barang akhir (hilir). Jadi, inegrasi dapa erjadi anara perusahaan-

perusahaan yang mempunyai proses produksi yang berkelanjuan, baik yang di hulu maupun yang di hilir. 2.3.3. Konsep Dasar Inegrasi Verikal Menuru Besanko dalam Nugrahandia (2007), mengemukakan bahwa dasar-dasar yang melaarbelakangi perusahaan unuk melakukan inegrasi verikal adalah: 1. Economies of Scale Proses produksi suau jenis oupu barang maupun jasa mencerminkan economies of scale dalam range erenu pada saa biaya raa-raa per oupu menurun dalam range ersebu dan biaya raa-raa eap menurun walaupun jumlah oupu yang diproduksi meningka. Biaya marjinal aau biaya uni erakhir yang diproduksi harus dibawah biaya raa-raa. Economies of scale mempunyai ari bahwa biaya raa-raa (AC) yang menurun seiring dengan peningkaan produksi. Salah sau kebaikan yang didapakan oleh perusahaan yang melakukan sraegi inegrasi verikal adalah dengan ercapainya economies of scale yang inggi karena dengan melakukan inegrasi verikal biaya produksi akan semakin rendah dan lebih efisien sehingga kemungkinan ercapainya economies of scale akan semakin inggi. Selain dengan cara melakukan sraegi inegrasi verikal, perusahaan juga dapa mencapai economies of scale dengan berbagai cara seperi: meningkakan invenarisasi, meningkakan produkifias variabel inpu, meningkakan biaya eap sera meningkakan kapasias produksi.

2. Economies of Scope Economies of scope erjadi apabila perusahaan dapa menghema biaya produksi per uni saa jenis barang aau jasa yang diproduksinya semakin banyak. Economies of scope ini dapa erjadi jika memproduksi berbagai jenis barang menggunakan eknologi yang sama sehingga biaya produksinya dapa diperkecil. Perusahaan yang melakukan inegrasi verikal yang inggi dapa mencapai economies of scope yang inggi. Karena dengan melakukan inegrasi verikal berari perusahaan ersebu dapa memproduksi dua aau lebih produk dengan biaya produksi yang lebih murah. 2.4. Moif Inegrasi Verikal Menuru Hasibuan (1994), erdapa empa moif perusahaan unuk melakukan merjer dalam hal ini inegrasi verikal, yaiu: 1. Moif Keunungan Moivasi ini dikaikan dengan ujuan uama perusahaan yang beroperasi secara komersial. Dalam hal inegrasi ada dua hal yang dapa dijelaskan sehubungan dengan moif keunungan. Perama, perusahaan yang menerapkan sraegi inegrasi verikal akan ada bagian-bagian perhiungan biaya yang hilang. Yang dimaksud biaya yang hilang ini adalah biaya yang dihasilkan jika suau perusahaan idak menggunakan sraegi ini yakni erdiri dari: biaya ransaksi, biaya iklan, pemanfaaan informasi bersama dan adminisrasi. Kedua, jika perusahaan menerapkan sraegi ini akan ada pemakaian pelayanan jasa yang sama. Arinya pelayanan jasa yang sebelumnya hanya erdapa pada salah sau

perusahaan yang belum berinegrasi verikal, dengan adanya inegrasi verikal maka pelayanan jasa ersebu dapa dipergunakan bersama anpa harus mengeluarkan biaya. Hal ini enunya dapa menghema biaya dan mencipakan suau keunungan. 2. Moif Mengurangi Risiko Terjadinya inegrasi verikal dengan sendirinya dapa dikaikan dengan pengurangan risiko dan bisnis. Dengan erjadinya inegrasi verikal, dengan proses yang dibagian hulu, maka risiko unuk kekurangan bahan baku enunya menurun. Akan eapi, ini pun dapa juga merupakan kerugian kalau perusahaan di hulu kurang dapa bekerja efisien, sehingga harganya lebih mahal dari harga pasaran. Sedangkan dari segi pengelolaan, jika sebelumnya dikelola erpisah, maka seelah menerapkan inegrasi verikal dapa menjadi manajemen unggal. Dengan pengelolaan yang diangani di bawah manajemen unggal, maka perkembangan pasaran juga akan dilakukan. Oleh karena perusahaan semakin efisien dapa meningkakan daya saing. Dalam hal ini sering dikaikan dengan pengerian synergy. Arinya, jika erjadi penggabungan dua perusahaan (inegrasi), maka hasilnya akan lebih daripada jumlah hasil masing-masing komponennya. Secara maemais, 3x3 hasilnya dapa lebih besar daripada sembilan. 3. Moif Perumbuhan Dalam moif perumbuhan, menjelaskan bahwa adanya keerkaian anara erjadinya inegrasi verikal dapa mencipakan sesuau yang lebih efisien dan kemudian melakukan perluasan pasar. Perumbuhan sering juga dikaikan sebagai salah sau kinerja yang pening yaiu dengan melakukan inegrasi verikal. Karena

perumbuhan yang dicapai sering lebih inggi seelah melakukan inegrasi verikal daripada sebelum inegrasi verikal. Hal ini dapa dijelaskan sebagaimana ilusrasi erjadinya synergy, adanya penurunan biaya dalam memperoleh pelayanan dan penggunaan sumber daya bersama. 4. Moif Penilaian Moif-moif lain yang menyebabkan erjadinya inegrasi verikal sanga dienukan oleh keadaan perusahaan iu sendiri. Perama, keadaan keuangan salah sau perusahaan yang melakukan inegrasi verikal. Jika salah sau perusahaan dalam keadaan krisis keuangan, kemudian pemiliknya memuuskan unuk menjual perusahaan ersebu, dan sudah pasi jika hal ersebu erjadi maka membuuhkan masa rehabiliasi dan konsolidasi agar perusahaan iu pulih kembali. Kedua, perusahaan yang mengalami regenerasi kepemimpinan (suksesi) yang kurang aau idak berhasil ada kemungkinan unuk bergabung aau dijual kepada perusahaan lain. Akan eapi, mungkin juga perusahaan ini erpecah-pecah pada generasi berikunya. Keiga, penilaian perusahaan oleh pihak lain lebih inggi daripada penilaian pemiliknya. Kemudian dipuuskan oleh pemiliknya unuk menjual perusahaan ersebu ke perusahaan lain aau melakukan inegrasi verikal. Pembelinya enu mempunyai prospek yang lebih baik enang kegiaan perusahaan ini. Sedangkan menuru Marin (1994), erdapa dua moif perusahaan unuk melakukan inegrasi verikal dalam memperkua posisi bersaing dengan perusahaan lain dalam indusri, yaiu:

1. Moif Efisiensi Suau perusahaan melakukan inegrasi verikal berharap unuk dapa berproduksi dengan lebih efisien agar memiliki ingka kompeensi yang inggi dibandingkan dengan perusahaan pesaingnya. Sumber efisiensi dapa diperoleh dari perusahaan yang berinegrasi verikal karena biaya ransaksi yang harus dianggung lebih rendah daripada perusahaan yang idak melakukan inegrasi verikal. Hal ini erdapa pada konrak negosiasi dianara perusahaan pada ingka verikal yang berbeda. 2. Moif Sraegi Dengan adanya inegrasi verikal suau perusahaan dapa mencipakan penambahan hambaan unuk masuk, yang berujuan unuk menuup masuknya perusahaan lain dengan meningkakan biaya modal absolu unuk masuk dan meningkakan biaya inpu pesaingnya. Perusahaan yang melakukan inegrasi verikal pada ingka ke bawah akan memiliki biaya produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang idak melakukan inegrasi sehingga akan lebih mengunungkan bagi perusahaan yang erinegrasi unuk menggunakan barang oupu anaranya sendiri dibandingkan dengan menjualnya di pasar. Disamping iu apabila perusahaan yang erinegrasi verikal cenderung unuk menuup pesaingnya maka pesaing yang akan masuk ke salah sau pasar verikal harus masuk ke kedua pasar secara bersamaan sehingga hal in akan meningkakan invesasi absolu yang akan diperlukan pesaing unuk masuk pasar.

2.5. Manfaa Inegrasi Verikal Perusahaan akan menjalankan sraegi inegrasi verikal apabila dengan dilakukannya inegrasi verikal dapa memberikan manfaa yang lebih besar jika dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan ersebu. Manfaa-manfaa yang diperoleh perusahaan seperi yang dikemukakan oleh Porer (1980) adalah : 1. Tercapainya penghemaan aas inegrasi verikal (Economics of Inegraion) Dalam volume hasil erenu, inegrasi verikal akan memberikan manfaa dalam benuk penghemaan aas biaya akifias produksi, penjualan, pengendalian aau aspek lainnya secara bersama-sama aau erpadu. Adapun penghemaan ersebu dapa erliha pada bidang: a. Operasi yang digabungkan. Dengan menggabungkan berbagai operasi yang secara eknologi berbeda, kadang-kadang membua perusahaan lebih efisien. Misalnya dalam manufakur, inegrasi ini dapa mengurangi jumlah langkah dalam proses produksi, menekan biaya banding, mengurangi biaya ranspor dan lebih dapa memanfaakan kapasias menganggur yang imbul akiba idak dapa dipecahnya proses pada sau ahapan yang ersendiri. b. Pengendalian dan koordinasi inernal. Biaya penjadwalan, koordinasi operasi dan respons erhadap keadaan darura dapa menjadi lebih kecil dengan adanya inegrasi verikal. Lokasi yang saling berdekaan, komunikasi yang relaif dapa dilakukan dalam sau kesauan dalam seiap ahap operasi mempermudah koordinasi. Demikian pula dalam

pengendalian, berbagai penghemaan dapa dilaksanakan ermasuk berkurangnya kebuuhan enaga kerja yang erliba dalam akifias pengendalian. c. Informasi Operasi yang erinegrasi dapa mengurangi kebuuhan dalam pengumpulan informasi pasar yang relaif sejenis, erlebih lagi penghemaan aas biaya informasi iu sendiri dan selanjunya perusahaan akhirnya dapa memperoleh informasi yang lebih cepa dan akura. d. Dapa menghindari masalah pasar Dengan adanya inegrasi, secara poensial perusahaan dapa menghema berbagai biaya penjualan, awar-menawar, negosiasi dan ransaksi pasar lainnya. e. Hubungan bisnis yang sabil. Berhubung idak adanya masalah dalam membina hubungan pembelian maupun penjualan, maka perusahaan yang erdiri dari berbagai uni hulu dan hilir dapa menikmai efisiensi yang idak mungkin diperoleh dari perusahaan yang beroperasi secara independen baik sebagai pemasok maupun konsumen. 2. Pemahaman eknologi Inegrasi verikal memungkinkan adanya pemahaman eknologi yang lebih baik dari akifias hulu sampai hilir yang ama pening bagi kesuksesan usaha. Keerganungan pada eknologi anpa inegrasi verikal juga akan mempengaruhi resiko bisnis.

3. Kepasian aas pemasokan dan perminaan Dengan adanya inegrasi verikal dapa dipasikan mengenai jumlah pasokan inpu maupun jumlah perminaan yang secara relaif idak dipengaruhi oleh kondisi yang mungkin dihadapi oleh perusahaan yang beroperasi secara independen sebagai pemasok aau pembeli, ermasuk juga erhadap flukuasi harga. Meski demikian perlu diperhaikan bahwa harga ransfer dalam ransaksi inernal bukan berari idak diperkenankan mencerminkan kondisi yang berflukuasi ersebu. Produk yang mengalir dari hulu ke hilir dalam perusahaan yang erinegrasi verikal haruslah dengan harga ransfer yang menjamin seiap uni yang erliba unuk mengelola secara epa. Dengan demikian kepasian pasokan dan perminaan idak dapa dipandang sebagai proeksi erhadap flukuasi pasar, melainkan hanyalah sebagai pengurangan keidakpasian yang dapa mempengaruhi perusahaan. 4. Penghapusan kekuaan awar menawar dan disorsi harga inpu Perusahaan yang melakukan inegrasi verikal dapa menghilangkan posisi awar menawar idak hanya dengan harga pasokan yang lebih rendah (dihasilkan oleh inegrasi verikal ke hulu) aaupun nilai realisasi yang lebih inggi (dihasilkan oleh inegrasi verikal ke hilir), eapi juga membua perusahaan dapa beroperasi secara lebih efisien oleh karena idak diperlukan lagi akifias yang idak bernilai ambah akiba erlalu kuanya posisi awar menawar pemasok dan aau pembeli. Demikian juga erhadap disorsi harga inpu dapa dihilangkan oleh inegrasi verikal karena biaya ransaksi inernal mencerminkan harga yang sebenarnya dari inpu ersebu. Kemudian perusahaan mempunyai pilihan unuk

menyesuaikan harga produk akhir agar dapa memaksimalkan laba oal dari masing-masing uni sebelum inegrasi. Selain iu, dengan mengeahui harga sebenarnya dari inpu, efisiensi dapa diingkakan dengan mengubah bauran berbagai inpu yang digunakan dalam proses produksi uni hilir yang akhirnya dapa meningkakan profi oal. Disamping iu, perusahaan dalam level up sream yang erinegrasi dapa memilih unuk menjual produk anaranya pada harga yang cukup inggi. Teapi banyak perusahaan lebih memilih unuk memakai semuanya unuk berjaga-jaga erhadap resiko kekurangan inpu pada masa yang akan daang. 5. Peningkaan kemampuan unuk melakukan diferensiasi Inegrasi verikal dapa meningkakan kemampuan perusahaan unuk mendiferensiasikan dirinya dengan menawarkan nilai ambah yang lebih besar di bawah pengendalian manajemen. Hal ini berakiba pada lebih kompeiifnya posisi uni yang lebih hilir dalam menyediakan produk yang diawarkan. 6. Peningkaan daya hamba masuk dan mobilias Inegrasi verikal juga akan meningkakan daya hamba aas mobilias erhadap perusahaan yang idak erinegrasi, dalam benuk rendahnya biaya dan lebih kecilnya resiko. Demikian pula erhadap hal daya hamba masuk, inegrasi verikal dapa mencipakan skala ekonomi aaupun kebuuhan modal yang begiu inggi sehingga menjadikan hambaan bagi perusahaan lain yang masuk. 7. Posisi bisnis yang berlaba inggi Inegrasi verikal dapa meningkakan imbalan invesasi oleh karena penyauan akifias produkif dalam sau aap. Hal ini menyebabkan ingka laba yang diperoleh meningka. Oleh sebab iu, sebenarnya dengan dilakukannya

inegrasi verikal akan memberikan banyak keunungan bagi perusahaan. Walaupun inegrasi verikal dapa memberikan manfaa yang banyak, namun idak semua perusahaan dapa melakukan inegrasi verikal ersebu karena perilaku ini dibaasi oleh pemerinah dengan Undang-undang persaingan usaha demi kesejaheraan rakya. 8. Berjaga-jaga erhadap penuupan Inegrasi verikal diperlukan dalam indakan berjaga-jaga erhadap eruupnya jalan akses kepada pemasok maupun konsumen. 2.6. Biaya Inegrasi Verikal Menuru Porer (1980), disamping inegrasi verikal mempunyai manfaa yang sanga berari unuk perusahaan yang menerapkannya, inegrasi verikal juga mempunyai biaya yang mungkin harus dianggung, yang pada umumnya menyangku masalah biaya memasuki indusri, fleksibilias, keseimbangan, kemampuan unuk mengelola perusahaan yang erinegrasi ersebu, dan pilihan penggunaan insenif inern organisasi erhadap insenif pasar. Adapun uraian aas biaya penerapan inegrasi verikal sebagai beriku: 1. Biaya unuk mengaasi hambaan mobilias. Inegrasi verikal mengharuskan perusahaan unuk mengaasi hambaan mobilias sehingga dapa bersaing pada bisnis hulu maupun hilir. Unuk maksud ersebu pada umumnya membuuhkan biaya yang sering disebu dengan biaya inegrasi verikal.

2. Peningkaan biaya eap. Adanya inegrasi verikal akan membua kenaikan yang cukup berari pada biaya eap perusahaan. Akibanya perusahaan menjadi lebih sensiif erhadap resiko bisnis. 3. Berkurangnya fleksibilias unuk bergani parner. Inegrasi verikal memberikan implikasi bahwa kesuksesan usaha suau uni lebih banyak erganung pada pemasok aau konsumen inernalnya, sehingga jika uni yang menjadi parnernya erdapa kelemahan, maka kelemahan ersebu akan mempengaruhi seluruh maa ranai uni perusahaan. 4. Lebih ingginya hambaan keluar secara keseluruhan. Dengan panjangnya maa ranai bisnis akiba adanya inegrasi verikal membua perusahaan secara keseluruhan menjadi lebih suli unuk keluar dari bisnis yang dijalaninya. 5. Kebuuhan invesasi modal. Inegrasi verikal membuuhkan invesasi modal yang cukup besar dan hal ini akan menimbulkan masalah biaya pengembalian. 6. Teruupnya akses kepada rise. Inegrasi verikal memberikan implikasi bahwa anggung jawab pengembangan maa ranai indusri diambil alih oleh perusahaan sendiri. Hal ini menyebabkan eruupnya akses erhadap rise dan/aau 'know-how' yang dikembangkan oleh pemasok maupun konsumen.