( ) r( t) 0 : tingkat pertumbuhan populasi x

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV SIMULASI MODEL

KINETIKA REAKSI HOMOGEN SISTEM BATCH

BAB II LANDASAN TEORI

4. VALIDITAS DAN RELIABILITAS DALAM MEMBUAT EVALUASI

Persamaan Gelombang Nonlinier pada Dasar Perairan Miring

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

Bab. Limit. Anda telah mempelajari nilai fungsi f di a pada Bab 5. Sebagai contoh, diketahui f(x( ) = x 2

BAB 2 URAIAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BIASA

UJI LINEARITAS DATA TIME SERIES DENGAN RESET TEST

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

Integral dan Persamaan Diferensial

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

III. METODE PENELITIAN

CONDITIONAL HETEROSCEDASTIC (ARCH) DENGAN METODE RASIO LIKELIHOOD SKRIPSI

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 LANDASAN TEORI

B a b 1 I s y a r a t

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY)

Bab 5 BEBERAPA HUBUNGAN DASAR DALAM FISIKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

Analisis Model dan Contoh Numerik

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

Model GSTAR Termodifikasi untuk Produktivitas Jagung di Boyolali

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE NUMERIK STEPEST DESCENT TERINDUKSI NEWTON

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari

MODUL 7 APLIKASI TRANFORMASI LAPLACE

Unjuk Kerja Call Admission Control Berbasis SIR pada Sistem Seluler CDMA

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya

BAB II LANDASAN TEORI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

Darpublic Nopember 2013

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

ANALISIS SURVIVAL LAJU INDEKS KINERJA DOSEN STKIP PGRI TULUNGAGUNG DENGAN MODEL REGRESI COX

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

ANALISA FUNGSI KARAKTERISTIK SEBAGAI PENCIRI DISTRIBUSI PELUANG

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

TRANSMISI VERTIKAL HARGA BERAS DI PROPINSI LAMPUNG (Vertical Transmission For Rice Price In Lampung Province)

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan)

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

Water Resources System

Aljabar Linear Elementer

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

III PEMBAHASAN. 2 2x. K dy dx dy dx, (3.2) h2 2 ( x) P g y dydx g y dydx

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

- Persoalan nilai perbatasan (PNP/PNB)

KENDALI OPTIMAL PADA PENGADAAN BAHAN MENTAH DENGAN KEBIJAKAN PENGADAAN TEPAT WAKTU, PERGUDANGAN, DAN PENUNDAAN. Oleh: Darsih Idayani

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

Bab IV Pengembangan Model

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

Fungsi Bernilai Vektor

Transkripsi:

III PEMODELAN Model Perumbuan Koninu Terbaasnya sumber-sumber penyoong (ruang, air, maanan, dll) menyebaban populasi dibaasi ole suau daya duung lingungan Perumbuan populasi lamba laun aan menurun dan airnya aan bereni jia daya duung lingungan ercapai Model dari perumbuan populasi ersebu dapa diulisan sebagai beriu: d = r d K (3) dengan, d : laju perubaan populasi d eradap wau : jumla populasi suau spesies pada wau r > adala onsana inga perumbuan inrinsi K > adala daya duung lingungan (carrying capaciy) Model ini perama ali diusulan ole Veruls (838) yaiu seorang maemaiawan dari Belgia Veruls menyebu model ini dengan persamaan logisi yang menggambaran laju perubaan populasi suau spesies unggal dengan wau yang oninu (Hallam and Levin, 986) Persamaan Logisi Ta Oonom Sala sau benu variasi dari persamaan logisi () yaiu persamaan logisi a oonom, yang arinya secara esplisi variabel muncul dalam persamaan Modelnya adala sebagai beriu: d = r, d K dengan, d : laju perubaan populasi pada wau d > (32) ( ) : jumla populasi suau spesies pada wau > r( ) : inga perumbuan populasi pada wau K : daya duung lingungan yang merupaan fungsi oninu posiif (carrying capaciy) Model ini dinamaan persamaan logisi a oonom arena inga perumbuan K dan inrinsi ( r ), carrying capaciy jumla populasi ( ) merupaan suau fungsi yang erganung pada wau Hal ini erjadi disebaban arena adanya pengaru aunan yang mempengarui laju perubaan populasi ersebu Sala saunya yaiu adanya pengaru musim Model Perumbuan Disre Fenomena-fenomena perubaan populasi yang erjadi secara oninu dapa dimodelan e dalam suau persamaan diferensial yang dapa mempredisian laju perubaan populasi ersebu di masa yang aan daang Seperi pada model () Teapi, banya juga fenomena perubaan populasi yang erjadi secara disre Fenomena ini biasanya dimodelan e dalam suau persamaan beda Hal ini digambaran ole persamaan beriu: ( ) = I ( ( ) ), = τ, =,2, (33) ( τ ) ( τ) ( ( τ) ) = I, =,2, dengan, ( ) : perubaan populasi eradap wau I : operaor yang erbaas τ : wau e- IV ANALISIS MODEL Model (3) menggambaran laju perubaan populasi suau spesies unggal dengan wau yang oninu Ada beberapa omponen yang mempengarui laju perubaan populasi ersebu yaiu jumla populasi, inga perumbuan inrinsi ( r ) yang dipengarui ole inga elairan dan inga emaian, dan daya duung 4

lingungan ( K ) yang dipengarui ole sumber-sumber penyoong yang ersedia Jia sumber maanan yang ersedia berlimpa maa populasi aan meninga Jia al ini berlangsung erus, maa populasi yang erlalu besar aan menyebaban erjadinya persaingan anar spesies unu mendapaan maanan yang sama Seingga lama elamaan maanan yang ersedia aan menurun dan menyebaban jumla populasi menurun Hal ini bisa mengaibaan jumla emaian aan meninga Dan jia inga produiviasnya menurun, maa lamba laun perumbuan populasi aan lamba baan bereni Jia jumla populasi lebi besar dari daya duung lingungan K, maa inga perumbuan populasi aan menurun dan populasi menuju e ara daya duung lingungan K Dan jia jumla populasi lebi ecil dari K, maa inga perumbuan populasi aan meninga dan populasi menuju e ara daya duung lingungan K Model (32) merupaan benu variasi dari persamaan logisi (3) Pada model (3), inga perumbuan inrinsi dan daya duung lingungan merupaan onsana posiif Sedangan pada model (32), r dan K merupaan suau fungsi dari wau Seingga, model (32) ini dinamaan persamaan logisi a oonom, arena r dan K erganung pada wau Adanya perbedaan musim yang erjadi pada suau wilaya aau empa bisa menjadi sala sau sebab adanya perbedaan inga perumbuan dan daya duung lingungan menuru wau erenu Misalnya saja pada musim emarau suau spesies erenu mengalami eurangan maanan dan air disebaban eeringan Hal ini bisa menyebaban anga emaian spesies ersebu menjadi inggi arena eerganungan spesies ersebu pada sumber maanan dan air Tenu saja ondisi ini aan berbeda eia berada pada musim-musim yang lain Dimana anga emaian dan anga elairan bisa berubauba sesuai dengan musim erenu Dan juga perbedaan musim ini bisa menyebaban daya duung lingungannya berbeda-beda juga Seingga menyebaban populasi ersebu mengalami fluuasi Banya populasi binaang yang mengalami fluuasi secara musiman dengan penurunan populasi pada musim dingin, ii renda pada musim semi, enaian pada musim panas dan ii yang inggi pada musim gugur Misalnya saja populasi burung puyu di California, Loporyc californicus yang mengalami penurunan pada musim dingin dan musim semi dan enaian yang iba-iba pada bulan Juni eia ana-ananya muncul (Sladen and Bang, 969) Model (3) dan (32) menggambaran laju perubaan populasi suau spesies anpa adanya pemanenan Arinya, ida ada pengaru dari luar (seperi perburuan, pemancingan, dll) yang mempengarui laju perubaan populasi ersebu Model (33) menggambaran fenomena perubaan populasi yang erjadi secara disre Ada beberapa spesies ewan yang biasanya mengalami proses elairan dan masa awin seiap sau aun seali, seingga uuran populasi ewan ersebu diiung seiap sau aun seali Ole arena iu, model ini merupaan model yang sesuai unu mempredisian fenomena perubaan populasi yang diiung secara aunan 4 Pencarian Solusi A Mencari Solusi Persamaan (3) Solusi dari sisem (3) adala sebagai beriu: r Ke = r K e [Uraian lebi lengap dapa dilia di lampiran ] B Mencari Solusi Persamaan (32) Persamaan (32) merupaan persamaan logisi a oonom yang berari fungsi r dan K erganung pada wau Model (32) merupaan sala sau model yang suli diselesaian secara esplisi Ole arena iu, unu mendapaan solusi dari sisem (32) diperluan adanya suau meode yaiu dengan menggunaan meode periraan Solusi yang aan diperole dari persamaan ini yaiu dalam benu disre Model (32) merupaan ipe-bernoulli dan persamaan ini dapa diselesaian jia r dan K adala oninu sepoong-sepoong (piecewise coninuous) pada R =, yang [ ) seiap bagiannya merupaan fungsi onsan (Hallam and Levin, 986) Berdasaran definisi oninu sepoong-sepoong (Rice and Srange, 994), maa ia dapa membagi inerval, e dalam sejumla ingga [ ) subinerval erbua c < < d, seingga fungsi r dan fungsi K oninu pada iap subinerval dan fungsi r dan K mempunyai limi ingga 5

eia mendeai iap-iap ii ujung dari inerval ersebu, seingga lim r dan lim r ada c lim K c d dan lim K ( ) d ada Unu mencari solusi sisem (32), fungsi r dan fungsi K dideai dengan fungsi bilangan bula erbesar, yang merupaan fungsi oninu sepoong-sepoong Seingga pada fungsi r dan K ia gani menjadi, dengan > yang menunjuan uuran langa Persamaan (32) menjadi r d = r d K τ n, ( n ) ), n Ζ, n, (4) merupaan bilangan bula erbesar yang urang dari aau sama dengan Arinya, = n n < n n < ( n ) berada pada inerval n, ( n ) ) Jadi, dengan n Ζ Jia ia uraian, maa diperole beberapa subinerval: ; < ; 2 < = n = 2 ;2 < 3 3 ;3 < 4 M Lemma Fungsi r dan K yang didefinisian seperi diaas adala fungsi yang oninu sepoong-sepoong Bui: Unu membuian bawa dengan menggunaan fungsi bilangan bula erbesar pada fungsi r dan K, aan ia dapaan fungsi r dan K yang oninu sepoongsepoong, maa perama ali yang arus ia buian adala r dan K oninu pada iap subinerval erbua diaas ) Unu inerval < r = r( ) = r( ) lim r = r = r lim r r( ) r( = = lim r r = lim r r( ) = 2) Unu inerval < 2 r = r = r 2 ( ) lim r r r = = lim r = r = r lim r r = ) ( ) lim r r( ) = 2 dan seerusnya unu inerval-inerval beriunya Begiu pula pada fungsi K, ia buian bawa fungsi K oninu pada iap subinerval ) Unu inerval < K = K( ) = K( ) lim K = K = K lim K K( ) K( ) = = 2) Unu inerval < 2 K = K( ) = K( ) lim K K K = = lim K K( ) K( ), = = 2 dan seerusnya unu inerval-inerval beriunya Jadi, erbui bawa fungsi r dan fungsi K oninu pada iap-iap subinerval 6

Selanjunya, ia buian bawa lim r lim r ada c lim K c dan d dan lim K ( ) d ) Unu inerval < lim r = r lim r r = lim K = K lim K K( ) = 2) Unu inerval < 2 2 ada lim r r r = = ( ) lim r = r = r lim K K = lim K K( ), = 2 dan seerusnya unu inerval inerval beriunya dapa ia buian bawa nilai limi iri dan limi anannya ada Karena = n, maa dari persamaan (4) diperole d r( n) ( ) = rn d K ( n) Unu menyederanaan penulisan, maa ia ulis: d r( n) 2 = r( n) ( ), n, ( n ) ) d K n (42) = K n dengan, r( n) = r( n) dan K ( n) Seingga solusi dari persamaan (322) adala sebagai beriu: e ( n ) = n r( n) r( n) e K n n (43) [Uraian lebi lengap dapa dilia di lampiran 2] C Mencari Solusi Persamaan (33) Begiu pula unu persamaan (33), ia pili fungsi adala fungsi bilangan bula erbesar, seingga τ pada fungsi ia τ gani menjadi = m, =,2, τ merupaan bilangan bula erbesar yang τ urang dari aau sama dengan Arinya, τ τ = m m < m Jadi, m τ < m τ berada pada inerval ( ) ) m, m,dengan Ζ m Jia ia uraian, maa diperole ; τ < 2 τ 2;2 3 τ < = m = 3;3 τ < 4 M Dari persamaan (33) = I, = τ, =,2, ( ) ( τ ) ( τ) = ( ( τ) ) I seingga diperole, τ τ τ = I, =,2, (44) τ Karena = m, maa (( m ) ) = ( m) I ( ( m) ) Dinoasian ( m ) ( m ) =, seingga solusi dari sisem (33) adala sebagai beriu: ( m ) = ( m) I ( ( m )) (45) 42 Penenuan ii eap Tii eap pada persamaan (3) dapa diperole dengan menenuan persamaan d =, seingga dari persamaan (3) d diperole: r = K 7

r = aau = K = aau = K (46) Berdasaran persamaan (46) maa diperole 2 ii eap unu persamaan (3) yaiu = aau = K 43 Analisis Kesabilan 43 Analisis esabilan ii eap pada sisem (3) ) Dengan menggunaan gambar Unu menenuan esabilan dari ii eap diaas, ia gambar persamaan (3) e dalam suau bidang veor dan ara aliran dari gambar aan ia perole jia ia memisalan & > dan & < * Jia & > r > K r > aau > K > aau < K * Jia & < r < K r < aau < K < aau > K & K Grafi Bidang fase dari persamaan logisi Ara aliran e anan jia & > dan ara aliran e iri jia & < Jadi, ii eap = merupaan ii eap ida sabil, arena aranya menjaui ii ersebu Dan ii eap = K merupaan ii eap sabil arena aranya menuju ii ersebu Tii eap sabil digambaran dengan bulaan penu dan ii eap ida sabil digambaran dengan bulaan ida penu 2) Dengan cara pelinearan Kesabilan ii eap pada sisem (3) dapa juga dienuan dengan cara pelinearan Dari persamaan (3), f ( ) = r, dengan ii eap K = dan 2r = K Maa, f ( ) = r K = f = r Unu ii eap Unu ii eap = K f K = r Ole arena iu, = merupaan ii eap ida sabil, arena f ( ) > Dan = K merupaan ii eap sabil, arena f < Berdasaran dari 2 cara diaas, dapa disimpulan bawa ii eap = merupaan ii eap ida sabil Tii eap = mempunyai ari bawa pada ii ersebu ida ada individu yang bereprodusi (laju perubaannya nol), seingga populasi aan umbu dan aan menjaui ii ersebu Tii eap = K merupaan ii eap sabil, arinya jumla populasi aan selalu mendeai ii ersebu yaiu mendeai daya duung lingungan 432 Analisis esabilan solusi pada sisem (3) Solusi yang ela diperole pada model (3) merupaan solusi yang sabil Hal ini bisa diunjuan sebagai beriu: r Ke K lim = lim = lim r K ( e ) K r r e e K = = K K K (menuju solusi Karena eseimbangan yang sabil) eia, maa solusi adala sabil 433 Analisis esabilan solusi dari sisem (32) dan (33) Kesabilan dari solusi disre yang ela diperole pada sisem (32) dan (33) merupaan sabil asimoi Hal ini dapa diunjuan ole eorema beriu: Teorema Misalan syara beriu erpenui: 8

r n, n Ζ, R = sup r n <, n Ζ ( n), sup K( n) < < K* inf K, n Ζ n Ζ I ( ( m )) = c( m ) dengan c > Maa unu > memenui peridasamaan ln c / dan suau solusi ( ) > ( n) R dari (44) yang sesuai unu memenui peridasamaan rn ( j ) j n n e ep ri ep rn n ( ) i= j= Kn ( j) l l= (47) Bui: Lia di lampiran 3 Teorema 2 Misalan semua asumsi dari Teorema erpenui dan misalan erdapa suau bilangan L > seingga m lim r( n j) = L, m Ζ, seragam m m j= pada n Ζ (48) Maa solusi dari sisem (44) menuju e ( n) ( n) n ( n) eia, dimana diberian sebagai beriu r( n j) j e ( n) = ep r( n ) j = K( n j) l l= seingga n n eia n Bui: Lia di lampiran 3 44 Cono Kasus 44 Cono Kasus pada Model (3) Unu =, = K, < K, > K ) Misalan r =, = dan K = d = ( ) d = 2) Misalan r =, = dan K = d = ( ) d = Arinya bawa, jia populasi awalnya, maa populasi aan eap onsan (laju perubaan populasi sama dengan nol) Begiu pula jia populasi awalnya = K, maa populasi aan eap onsan 3) Unu asus < K misalan = 5, r =, K = d 5 = ( 5) d = 25 = 5 25 = 525 Dengan menggunaan program Scilab: --> funcion do=f(,) --> do=r**(-/k); --> endfuncion --> =:; --> r=; --> K=; --> =ode (5,,,f); --> basc;plo2d(,) Diperole grafi sebagai beriu: Grafi 2 Dinamia populasi eradap dengan = 5 Berdasaran grafi diaas dapa ia lia bawa eia < K, jumla populasi ( ) aan erus meninga menuju daya duung lingungannya Teapi, nilai ida aan melebii daya duung lingungannya 4) Unu asus populasi awal lebi besar dari daya duung lingungan ( > K ), misalan = d = ( ) d = = = 89 Dari cono 4 ini dapa ia lia bawa jia > K, maa laju perubaannya menjadi negaif seingga semain lama populasi aan 9

menurun dan aan menuju daya duung lingungannya Hal ini dapa ia lia pada grafi beriu: Tabel Nilai ( ) dengan = 5 = = sampai dengan unu Dengan menggunaan program scilab: --> funcion do=f(,) --> do=r**(-/k); --> endfuncion --> =:5; --> r=; --> K=; --> =ode (,,,f); --> basc;plo2d(,) Diperole grafi sebagai beriu: r( ) K ( ) d d 5 5 2 5 99 599 2 4 52 7828 59728 3 6 53 24428 52656 4 8 54 4663 5362787 5 55 36987 5499774 6 2 56 9987 56976 7 4 57 97 573732 8 6 58 8769 5845 9 8 59 77 594757 2 5 4952 552523 3) Misalan r = 2, K = 5, = Tabel 2 Nilai ( ) dengan = = = sampai dengan unu Grafi 3 Dinamia populasi eradap dengan = 442 Cono Kasus pada Model (32) ) Misalan r = 2, K = 5, = d = ( ) ( ) 2 d 5 = ( 2( ) )( ) 5 = Ini arinya bawa jia populasi awalnya, maa populasi aan eap onsan (laju perubaan populasi sama dengan nol) Jia populasi awalnya aan eap onsan = K, maa populasi 2) Misalan r = 2, K = 5, = 5 r( ) K ( ) d d 5 2 5-992 88 2 4 52-967948 6455 3 6 53-779836 532642 4 8 54-2378987 583743 5 55-339594 549784 6 2 56 2247 56224 7 4 57 263 5735 8 6 58 958 5849 9 8 59 5882 594697 2 5 5969 55294 4) Solusi yang ela diperole pada model (32) adala sebagai beriu: e ( ( n ) ) = n r( n) r( n) e K n n A Misalan [,] = = (dengan subinerval), maa 2

; < ; < 2 2;2 < 3 3;3 < 4 4;4 < 5 = n = 5;5 < 6 6;6 < 7 7;7 < 8 8;8 < 9 9;9 < ; < a) Misalan r = 2 r n = r n = 2 n ( = ) = r = r = = r = 2 r = 2 = 2 r 2 = 4 r 2 = 4 = r = r( ) = 2 2 = 2 r 2 = 5 r( 2) = 4 2 2 M b) Misalan K= 5 Kn= n 5 ( = ) = K = 5 K = 5 = K = 5 K = 5 = 2 K 2 = 52 K 2 = 52 = K = 55 K( ) = 5 2 2 = 2 K 2 = 525 K( 2) = 52 2 2 M c) Misalan rn= rn= 2 nkn, = Kn= n 5 dan = 5 Tabel 3 Nilai ( n ) dengan = 5 unu n = sampai dengan n = n r( n ) K ( n ) ( n ) 5 5 2 5 587 2 4 52 577925 3 6 53 57788 4 8 54 529995 5 55 542622 6 2 56 5547533 7 4 57 566236 8 6 58 577242 9 8 59 587882 2 5 5983567 Dari daa diaas dapa ia lia bawa, dengan berambanya nilai n, maa nilai ( n ) semain meninga Teapi, nilai ( n ) unu masing-masing nilai n ida melebii nilai K ( n ) unu masing-masing nilai n Arinya bawa, populasi ida aan melebii masing-masing daya duung lingungannya (n) 52 5 58 56 54 52 5 498 5 5 Grafi 4 Hubungan n ( ) = 5 (n) n dan ( n ) unu d) Misalan r n = 2 n, K n = n 5, = Tabel 4 Nilai ( n ) dengan unu n = sampai dengan n = = n r( n ) K ( n ) ( n ) 5 2 5 84766 2 4 52 695735 3 6 53 59894 4 8 54 5397375 5 55 5724472 6 2 56 593355 7 4 57 5757384 8 6 58 57939 2

9 8 59 58825 2 5 5984 Dari abel 4 diaas dapa ia lia bawa pada saa n = sampai 7 nilai n n = mengalami penurunan dan seela n = 7, nilai n mengalami enaian Hal ini berari bawa, populasi mengalami fluuasi dan eia populasi awalnya melebii daya duung lingungannya, maa populasi aan menurun mendeai daya duung lingungannya eapi ida aan melebii daya duung lingungannya (n) 2 8 6 4 2 5 5 Grafi 5 Hubungan n ( ) = (n) n dan ( n ) dengan B Misalan = 5 5 n, n 5 Maa, a) Misalan 5 ) ; < 5 ; 5 < 2; < 5 3;5 < 2 4;2 < 25 = n 5;25 < 3 6;3 < 35 7;35 < 4 8;4 < 45 9;45 < 5 ;5 < 55 r = 2 r n = 2 n ( = 5) = r = r = = r = 2 r = 2 = 2 r 2 = 4 r 2 = 4 = r = 2 2 r( 5) = = 2 r 2 = 5 2 2 r( 25) = 5 b) Misalan K = 5 Kn= n 5 = K = 5 K = 5 = K = 5 K = 5 = 2 K 2 = 52 K 2 = 52 = 5 K 5 = 55 K 5 = 55 = 25 K 25 = 525 K 25 = 525 c) Misalan r n = 2 n, K n = n 5, = 5 = = 5 r 5n n K 5n = 5n 5 Tabel 5 Nilai ( n ) dengan dan = 5 unu n = sampai dengan n = 2 = 5 n r( 5n ) K ( 5n ) (( n ) ) 5 5 55 52439 2 2 5 577 3 3 55 53924 4 4 52 56488 5 5 525 5365 6 6 53 553959 7 7 535 52693 8 8 54 527368 9 9 545 533739 55 54247 555 54647 2 2 56 552539 3 3 565 5584829 4 4 57 5642742 5 5 575 5699278 6 6 58 5754693 7 7 585 58922 22

8 8 59 586353 9 9 595 596339 2 2 5 59699 Dari daa diaas dapa ia lia bawa, dengan berambanya nilai n, maa nilai n semain meninga Teapi, nilai ( ) n unu masing-masing nilai n ida melebii nilai K ( n ) unu masing-masing nilai n Arinya bawa, populasi ida aan melebii masing-masing daya duung lingungannya (n) 52 5 58 56 54 52 5 (n) 9 9 545 5357683 55 5279264 555 54259 2 2 56 547386 3 3 565 5856679 4 4 57 5777684 5 5 575 576373 6 6 58 57834 7 7 585 58253 8 8 59 58686 9 9 595 598279 2 2 5 596996 Dari abel diaas dapa ia lia bawa pada saa n = sampai 5 nilai n n = mengalami penurunan dan seela n = 5, nilai n mengalami enaian Hal ini berari bawa, populasi mengalami fluuasi dan eia populasi awalnya melebii daya duung lingungannya, maa populasi aan menurun mendeai daya duung lingungannya eapi ida aan melebii daya duung lingungannya 498 5 5 2 25 Grafi 6 Hubungan n ( ) = 5 n dan ( n ) unu (n) 2 8 6 (n) d) Misalan r n = 2 n, K n = n 5, = = = 5 r 5n n K 5n = 5n 5 Tabel 6 Nilai ( n ) dengan = dan = 5 unu n = sampai dengan n = 2 4 2 5 5 2 25 Grafi 7 Hubungan n ( ) = n dan ( n ) unu n r( 5n ) K ( 5n ) (( n ) ) 5 55 95358598 2 2 5 8789884 3 3 55 79494689 4 4 52 78958 5 5 525 65637497 6 6 53 6835 7 7 535 573754 8 8 54 548393 443 Cono Kasus pada Model (33) Misalan τ [,] = = (dengan subinerval), maa ; τ < ; τ < 2 2; 2 τ < 3 m = 3;3 τ < 4 M ; τ < 23

a Misalan populasi awal ( ) = 5 dengan inga perumbuan % per aun I ( ( m )) = ( m ), maa jumla populasi yang aan daang dapa dipredisian sebagai beriu: ( m ) ( m) = ( m ) ( ) = ( m) ( 3) = 555 ( 4) = 523 ( 5) = 5255 ( 6) = 5375 ( 7) = 5366 ( 8) = 5442 ( 9) = 54683 ( ) = 55229 m = = 5 = 55 2 = = 55 = 55 b Misalan I m = 4 m, = 5 ( ( ) ) ( ) = = = = = = ( 3) = 562432 ( 4) = 58493 ( 5) = 6833 ( 6) = 63266 ( 7) = 65797 ( 8) = 68429 ( 9) = 766 ( ) = 743 4 4 5 52 2 4 4 52 548 Dari dua daa diaas dapa ia lia bawa populasi aan beramba dari wau e wau V SIMPULAN Pada persamaan logisi (3), ada 2 ii eap yang diperole Teapi anya sau ii eap yang sabil yaiu pada saa jumla populasi sama dengan daya duung lingungannya Hal ini berari bawa populasi aan selalu menuju daya duung lingungannya Sedangan pada persamaan logisi a oonom, ida diperole ii eap Berdasaran cono asus yang ela diperole pada model (3), eia populasi awalnya sama dengan nol dan populasi awalnya sama dengan daya duung lingungannya, maa populasi aan eap onsan Keia populasi awalnya urang dari daya duung lingungannya, maa populasi aan meninga menuju daya duung lingungan Dan eia populasi awalnya lebi dari daya duung lingungannya, maa populasi aan semain menurun dan menuju daya duung lingungan Begiu pula pada model (32), eia populasi awal nol dan populasi awal sama dengan daya duung lingungan awal maa populasi eap onsan Keia populasi awal urang dari daya duung lingungan awal, maa populasi aan meninga Teapi ida aan melebii masing-masing daya duung lingungan Dan eia populasi awal lebi dari daya duung lingungan awal, maa populasi aan menurun dan pada wau erenu populasi aan meninga Berdasaran analisis esabilan solusi pada model (32) dan (33), maa disimpulan bawa solusi yang ela diperole merupaan solusi yang sabil asimoi Hal ini berari bawa eia wau menuju a ingga, maa populasi aan menuju nol 24