ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale Nazori Djazuli 1*, Mia Wahyuni, Daniel Moninja, Ari Purbayano 1 Deparemen Kelauan dan Perikanan, Jakara Fakulas Perikanan dan Ilmu Kelauan, Insiu Peranian Bogor Dierima Mei 009/ Diseujui 5 November 009 Absrac Developmen of surimi processing in he indusry regions which have huge poenial of raw maerial, can be done hrough aiming a he business feasibiliy exised eiher by modern surimi processing business as weel as semi modern. In general, heaim of his research is o analyze he feasibiliy business of surimi processing eiher by modern surimi processing business or semi modern. Sampling of surimi processing business for modern surimi processing was locaed in Pekalongan, Cenral Java Province and semi modern surimi processing was locaed in Pulau Moro, Riau Island Province. Daa collecion was done by quesionaire and inerview o sakeholders of surimi processing indusry. Mehod of analysis was carried ou by using crieria of financial feasibiliy i.e. Payback Period (PB), Ne Presen Value (NPV), Inernal Rae of Reurn (IRR), Profiable Index (PI), Ne B/C, and Break Even Poin (BEP). Resul of research showed ha surimi processing business eiher by modern surimi processing business or semi modern is feasible shown from (1) Value of NPV for PT. A is Rp.,647,400,670 and PT.B is Rp.9,866,797,485 for 10 years, () Value of IRR a surimi business in PT.A is 49.8% and PT.B is 56.11%, (3) PT. A needs years 1 monh and 6 days o reurn he invesmen ha has been invesed in surimi processing, meanwhile PT.B needs 1 year 10 monhs and 6 days, (4) Value of profiabiliy index PT.A is.43 and PT.B is.78, and (5) figure of Ne B/ C Raio PT.A is 1.89, and PT.B has figure of Ne B/C Raio 1.58. Keywords : financial feasibiliy, surimi produc PENDAHULUAN Indusri surimi merupakan indusri pengolahan yang memiliki peluang besar unuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya perminaan pasar akan surimi baik perminaan dalam negeri maupun luar negeri seperi Jepang dan Uni Eropa.Volume impor dunia surimi pada ahun 005 mencapai 809.314 on, dengan negara imporir erbesar adalah Uni Eropa yang mencapai 151.831 on, Jepang 314.674 on, Rusia 40.00 on, China 9.810 on dan USA 1.58 on (FAO 007). Tingginya perminaan dikarenakan surimi merupakan bahan baku yang dapa diolah lebih lanju menjadi berbagai macam produk seperi sosis, bakso, nugge, jelly fish dan produk lainnya. Oleh karena iu, diinjau dari sisi ingka perminaan pasar maka indusri surimi sanga layak unuk dikembangkan baik skala modern maupun semi modern. Kelayakan pembangunan dan pengembangan * Korespondensi : Nazori Djazuli, Deparemen Kelauan dan Perikanan, Jakara e-mail: nazoryfish@homail.com 10
suau indusri ermasuk indusri surimi idak hanya diinjau dari sau aspek, melainkan dari berbagai aspek seperi kelayakan aspek eknis, eknologi, keuangan, lingkungan dan aspek lainnya. Berdasarkan berbagai aspek kelayakan yang harus diperhaikan, salah sau aspek kelayakan yang ergolong pening unuk dianalisis adalah kelayakan finasial Pengolahan surimi modern adalah indusri surimi yang dalam kegiaan pengolahannya elah menggunakan peralaan mekanis yang secara oomais berkelanjuan aau idak erpuus dari awal hingga akhir sera idak memerlukan enaga manusia unuk memindahkan produk dari sau ahap ke ahap lainnya. Adapun pengolahan surimi semi modern adalah indusri surimi yang elah menggunakan peralaan mekanis eapi dalam kegiaan proses belum oomais berkelanjuan, namun erdapa bagian yang erpuus dan masih memerlukan enaga manusia unuk memperlancar kegiaan proses. Analisis kelayakan finansial indusri surimi merupakan suau analisis yang didasarkan pada harga-harga riil dari apa yang sebenarnya erjadi. Hal yang akan dianalisis adalah biaya dan manfaa dari kegiaan pengolahan surimi mulai dari invesasi indusri pengolahan surimi, pembelian bahan baku hingga pada penjualan produk surimi. Selain iu, analisis finansial juga akan memberikan gambaran penilaian kinerja perusahaan sera prospek usaha di masa akan daang. Analisis finansial akan memberikan informasi sejauh mana posisi perusahaan erhadap perubahan yang erjadi di lingkungan indusri. Analisis kelayakan usaha pengolahan surimi dilakukan unuk mendapakan gambaran besarnya invesasi dan biaya yang harus dikeluarkan dalam membangun usaha pengolahan sera besarnya manfaa yang dapa diperoleh oleh sakeholder dari usaha pengolahan surimi ersebu. Analisis kelayakan finansial usaha pengolahan surimi dilakukan erhadap usaha pengolahan surimi yang sudah ada saa ini, unuk mendapakan gambaran besarnya biaya yang elah dikeluarkan dan dibandingkan dengan besarnya manfaa yang elah diperoleh sera gambaran biaya manfaa di masa akan daang. Berdasarkan hasil analisis finansial ersebu diharapkan dapa dijadikan acuan bagi analisis kelayakan finansial usaha pengolahan surimi di Indonesia. METODE Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilaksanakan dalam dua ahap. Tahap perama dimulai pada minggu ke- hingga ke-3 bulan Agusus 006 dengan lokasi peneliian adalah usaha pengolahan surimi 103
di Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah. Tahap kedua dimulai pada minggu ke-4 bulan Okober 006 hingga minggu ke-1 bulan November 006 dengan lokasi peneliian adalah usaha pengolahan surimi di Pulau Moro, Provinsi Kepulauan Riau. Lingkup Peneliian Peneliian diawali dengan pengumpulan daa. Daa yang diperoleh selanjunya dianalisis dengan beberapa meode yaiu Payback Period (PP), Ne Presen Value (NPV), Inernal Rae of Reurn (IRR), Profiabiliy Index (PI) sera Ne B/C sera Break Even Poin (BEP). Pengumpulan Daa Jenis daa yang dikumpulkan adalah daa primer dan sekunder. Pengumpulan daa primer dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh sakeholder usaha pengolahan surimi yang diserai dengan wawancara. Komponen uama dari kuesioner yang diajukan yakni (1) idenifikasi perusahaan pengolah surimi, () idenifikasi bahan baku surimi yang erdiri dari asal sumber bahan baku dan jenis bahan baku sera besarnya jumlah bahan baku dalam kg per hari, (3) idenifikasi eknologi pengolahan surimi, (4) idenifikasi sumberdaya manusia yang digunakan melipui jumlah enaga kerja dan sisem pembagian kerja yang dierapkan, (5) idenifikasi peralaan dan muu produk surimi, (6) idenifikasi komponen biaya invesasi pengolahan surimi dianaranya biaya bangunan, mesin dan ala, ransporasi, sera sarana pendukung lainnya, (7) idenifikasi komponen biaya produksi dianaranya biaya bahan baku, upah enaga kerja, adminisrasi umum, eksploiasi dan perawaan sera biaya lainnya, (8) idenifikasi pemasaran surimi dan (9) idenifikasi komponen pendapaan harga jual dan jumlah produksi per hari. Daa sekunder diperoleh dari berbagai macam sumber informasi yang erkai dengan usaha pengolahan surimi. Meode Analisis Daa Meode yang digunakan unuk analisis kelayakan ini adalah Payback Period (PP), Ne Presen Value (NPV), Inernal Rae of Reurn (IRR), Profiabiliy Index (PI) sera Ne B/C sera Break Even Poin (BEP). 1. Payback Period (PP) Payback Periode (PB) adalah jumlah periode (ahun) yang diperlukan unuk mengembalikan biaya invesasi awal dengan ingka pengembalian erenu. Perhiungannya dilakukan berdasarkan aliran kas, baik ahunan maupun yang merupakan nilai sisa. Unuk 104
mendapakan periode pengembalian pada suau ingka pengembalian erenu digunakan model formula beriku: PBP = NPV NPV 1 NPV 1 Keerangan: NPV 1 = Nilai NPV kumulaif negaif NPV = Nilai NPV kumulaif posiif 1 = Tahun umur proyek yang memiliki NPV kumulaif negaif = Tahun umur proyek yang memiliki NPV kumulaif posiif Apabila nilai PB lebih besar dari pada umur proyek, maka proyek ersebu idak layak unuk dilaksanakan, dan sebaliknya proyek ersebu layak unuk dilaksanakan.. Ne Presen Value (NPV) Ne Presen Value adalah perbedaan anara nilai sekarang dari benefi (keunungan) dengan nilai sekarang biaya, yang besarnya dapa dihiung dengan rumus sebagai beriku (Kadariah e al. 1978; Djamin 1993) : NPV = ( B C n 1 (1 i) ) Ko Keerangan: B = Benefi bruo proyek pada ahun ke C = Biaya bruo proyek pada ahun ke- n = Umur ekonomis proyek i = Tingka bunga modal (%) = Periode per ahun K o = Invesasi awal (Iniial Invesmen) Apabila dalam perhiungan NPV diperoleh lebih besar dari nol aau posiif, maka proyek yang bersangkuan diharapkan menghasilkan ingka keunungan, sehingga layak unuk dieruskan. Jika nilai hasil bersih lebih kecil dari nol aau negaif, maka proyek akan memberikan hasil yang lebih kecil dari pada biaya yang dikeluarkan aau akan merugi (diolak). 3. Inernal Rae of Reurn (IRR) Inernal Rae of Reurn dari suau invesasi adalah suau nilai ingka bunga yang menunjukan bahwa nilai sekarang neo (NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos invesasi proyek. IRR dapa dihiung dengan rumus sebagai beriku: 105
n B (1 i ) 0 B C n 0 (1 i) 0 n = C (1 i ) 0 Keerangan : B = Toal penerimaan pada ahun ke C = Toal biaya pada ahun ke- I = IRR (%) N = Umur ekonomi proyek Jika nilai IRR lebih besar dari ingka suku bunga yang berlaku (IRR>1), maka suau perencanaan proyek dinyaakan layak unuk dilanjukan, dan sebaliknya jika IRR<1, maka proyek diolak. 4. Profiabiliy Index (PI) Pemakaian meode Profiabiliy Index (PI) dilakukan dengan cara menghiung melalui rumus sebagai beriku: 5. Ne B/C PV kas masuk PI PV kas keluar Ne B/C adalah angka perbandingan anara presen value oal bersih dari hasil keunungan bersih erhadap presen value dari biaya bersih. Ne B/C dapa dihiung dengan rumus (Kadarih e al.1978; Djamin 1993) sebagai beriku : Ne B/C = 1 B 1 (1 i) C (1 i) Ko Apabila Ne B/C>1, proyek dinyaakan layak; Ne B/C=1, proyek mencapai iik impas; jika Ne B/C<1, proyek dinyaakan idak layak unuk dilanjukan. 6. Break Even Poin (BEP) Penenuan iik impas dengan eknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan pada persamaan pendapaan sama dengan biaya diambah laba. Penenuan iik impas dengan pendekaan grafis dilakukan dengan cara mencari iik poong anara garis pendapaan 106
penjualan dengan garis biaya dalam suau grafik yang disebu grafik impas. Penenuan iik impas dengan eknik persamaan dapa dilakukan dengan dua cara yakni sebagai beriku: a. Laba adalah sama dengan pendapaan penjualan dikurangi dengan biaya aau dapa dinyaakan dalam persamaan beriku: Y = cx bx a Keerangan : Y : Laba a : Biaya eap b : Biaya variabel per sauan c : Harga jual per sauan x : Jumlah produk yang dijual b. Persamaan dinyaakan dalam benuk laporan rugi laba dengan meode variabel cosing, persamaan ersebu berbenuk sebagai beriku: Y = cx bx a Keerangan : Y : Laba bersih a : Biaya eap bx : Biaya variabel cx : Pendapaan penjualan HASIL DAN PEMBAHASAN Asumsi kelayakan finansial Analisis kelayakan finansial pengembangan indusri surimi melalui pemanfaaan by-cach puka udang, dipergunakan beberapa asumsi-asumsi yang berujuan agar pembahasan finansial dapa mendekai kejadian yang sebenarnya yang mungkin akan erjadi di lapangan. Beberapa asumsi yang digunakan adalah sebagai beriku: (1) Biaya invesasi Biaya invesasi unuk usaha pengolahan surimi erdiri aas biaya unuk modal invesasi eap dan modal kerja. Biaya invesasi eap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam benuk pengadaan bangunan, peralaan, mesin sera pengadaan lainnya yang sifanya eap. Modal kerja merupakan biaya yang dikeluarkan unuk operasional pabrik pada 3 (iga) bulan perama. Jumlah oal invesasi di PT A adalah sebesar Rp.15.814.564.800 yang erdiri dari Rp. 6.39.564.800 berupa modal invesasi eap dan sebesar Rp. 9.575.000.000 merupakan modal kerja. PT. B dalam membangun indusri surimi memiliki invesasi sebesar 107
Rp. 16.77.50.000 yang erdiri dari modal invesasi eap sebesar Rp. 4.397.50.000 dan modal kerja sebesar Rp. 1.375.000.000. () Tingka inflasi Angka inflasi yang digunakan adalah sebesar 6 %. Angka ini merupakan angka raaraa inflasi yang erjadi pada saa peneliian dilakukan yakni berkisar anara bulan Okober ahun 006 hingga Mare 007. (3) Harga jual produk surimi Harga jual produk surimi dieapkan berdasarkan kisaran harga surimi yang berlaku di pasar inernasional dan berdasarkan kualias surimi. Muu surimi erbagi menjadi iga jenis muu yakni grade AA dikenal sebagai surimi kelas aas, diikui surimi grade A dan B. Harga jual unuk surimi grade AA adalah berkisar anara Rp 17.700 Rp. 19.000, grade A anara Rp. 1.980 Rp. 14.50 dan grade B seharga Rp. 8.500 Rp. 9.500. (4) Harga inpu Harga inpu merupakan harga yang harus dibayarkan menjadi benuk pembiayaan yang melipui pembelian bahan baku sera biaya unuk mendapakan bahan baku ersebu ermasuk biaya unuk memasarkan produk surimi. Bahan baku pembuaan surimi adalah berupa ikan segar yang erdiri dari berbagai jenis ikan erenu. Harga inpu pada PT. A erdiri dari pembelian bahan baku berupa ikan uuh seharga Rp..679/kg, ikan poong seharga Rp. 4.431/kg dan pembelian biaya pendukung lainnya berupa garam, ripolifosfa dan gula seharga Rp..981/kg. PT. B melakukan pembelian bahan baku ikan seharga Rp..000/kg. Biaya pembelian bahan/inpu ersebu mengalami kenaikan seiap ahun sebesar 6% yang disesuaikan dengan besarnya ingka inflasi yang erjadi. (5) Rencana produksi Produksi yang digunakan adalah produksi yang sesuai dengan kenyaaan aau kemampuan/kapasias produksi dari pabrik. Adapun rencana produksi yang dieapkan adalah sama seiap ahunnya selama 10 ahun sesuai dengan kemampuan/kapasias pabrik, dengan asumsi bahwa selama periode ersebu, idak erjadi perisiwa yang idak dapa diprediksi sebelumnya seperi bencana alam. (6) Penyusuan dan umur ekonomis Perhiungan penyusuan nilai invesasi eap dilakukan dengan menggunakan meode garis lurus yakni persenase penyusuan yang dianggap sama dalam seiap ahunnya pada 108
umur ekonomis erenu. Penyusuan invesasi eap pada PT A sebesar Rp. 1.43.310.83/ ahun dan PT B sebesar Rp. 1.509.50.500/ahun dengan umur ekonomis selama 10 ahun. (7) Taksiran pajak penghasilan Pajak penghasilan (PPh) yang dikenakan pada PT A dan B adalah sebesar 30 %. Hal ini didasarkan pada Undang-Undang Pokok Perpajakan yang berlaku di Indonesia bahwa pajak penghasilan sebuah lembaga/badan/insansi dihiung sesuai dengan perolehan laba yakni arif (1) laba s/d Rp. 50 jua perama dikenakan pajak 10%, () laba s/d 50 jua kedua dikenakan pajak 15% dan (3) sisa laba di aas Rp. 100 jua dikenakan pajak 30%. (8) Biaya modal (cos of capial) Menghiung kelayakan invesasi aau besarnya biaya modal menggunakan discoun facor adalah sebesar 18% dengan asumsi ingka suku bunga deposio erbesar pada ahun 006. Hal ini didasarkan aas modal yang digunakan unuk oal invesasi adalah modal sendiri anpa adanya pinjaman dari bank. Oleh karena iu, ingka suku bunga deposio menjadi sebuah opporuniy cos bagi penanaman modal di indusri surimi. (9) Perhiungan cash flow Cash flow dilakukan perhiungan selama 10 ahun yaiu dari ahun 007 sampai dengan 016 yang didasarkan pada umur ekonomis usaha pengolahan surimi. Kelayakan finansial indusri surimi saa ini Penilaian kelayakan invesasi usaha surimi PT. A dan B yang selanjunya akan dipergunakan unuk memprediksi kelayakan invesasi usaha surimi di Indonesia adalah menggunakan krieria Ne Presen Value (NPV), Inernal Rae of Reurn (IRR), Payback Period (PP), Profiabiliy Index (PI), Ne Benefi Cos (B/C) Raio dan Break Even Poin (BEP). Perhiungan kelayakan invesasi diperoleh melalui daa hasil pengurangan biaya dan manfaa yang imbul karena adanya usaha surimi. (1) Ne Presen Value (NPV) NPV PT A sebesar Rp..647.400.670 dan PT B sebesar Rp. 9.866.797.485 selama 10 ahun. Nilai NPV ersebu, lebih besar dari nol mengindikasikan bahwa usaha surimi adalah layak dilaksanakan (Tabel 1). () Inernal Rae of Reurn (IRR) Nilai IRR pada usaha surimi di PT.A adalah sebesar 49,8% dan PT.B sebesar 56,11% (Tabel ). 109
(3) Payback Periode (PP) PT.A, membuuhkan waku selama ahun 1 bulan 6 hari unuk mengembalikan invesasi yang elah dianamkan pada usaha pengolahan surimi, sedangkan PT. B membuuhkan waku selama 1 ahun 10 bulan 6 hari. (4) Profiabiliy Index (PI) Nilai profiabiliy index PT. A adalah sebesar,43 dan PT. B sebesar,78 merupakan perbandingan anara nilai sekarang dari rencana penerimaan kas bersih di masa yang akan daang dengan nilai sekarang dari invesasi yang elah dilaksanakan. Nilai PI sanga era kaianya dengan nilai NPV yakni menggunakan variabel yang sama. (5) Ne Benefi Cos (B/C) Raio Ne Benefi Cos (B/C) Raio merupakan rasio dari pendapaan dibandingkan dengan biaya yang elah dihiung nilai sekarang. Analisis ini pada dasarnya idak jauh berbeda dengan analisis NPV. Angka Ne B/C Raio PT A. sebesar 1,89, dan PT. B memiliki angka Ne B/C Raio sebesar 1,58. Nilai Ne B/C Raio yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa usaha surimi layak unuk dilaksanakan. (6) Break Even Poin (BEP) PT. A harus mencapai penjualan minimal (BEP) sebesar Rp. 3.99.766.805 dalam seiap ahunnya unuk memperoleh keunungan seperi yang diinginkan, sedangkan PT. B harus mencapai penjualan minimal Rp. 5.337.485.89. Tabel 1. Ne Presen Value (NPV) pada PT. A dan B Selama 10 Tahun Tahun ke- 1 3 4 5 6 7 8 9 10 Ne Presen Value (NPV) Discoun Facor Presen Value of Cash Flow PT. A 7.17.487.96 7.565.138.590 7.933.648.55 8.34.68.501 8.738.35.961 9.177.6.868 9.64.461.831 10.135.610.890 10.658.348.894 1.793.907.658 PT. B 8.71.3.500 9.154.031.700 9.61.703.45 10.098.895.509 10.614.59.090 11.160.544.485 11.739.607.004 1.353.413.74 13.004.047.91 15.370.945.646 (18%) 0,84746 0,71818 0,60863 0,51579 0,43711 0,37043 0,31393 0,6604 0,546 0,19106 Nilai NPV PT. A PT. B 6.116..515. 7.390.951.71 5.433.164.744 6.574.83.036 4.88.663.61 5.850.588.091 4.93.565.086 5.08.897.955 3.819.60.81 4.639.590.47 3.399.534.74 4.134.17.67 3.07.010.150 3.685.356.519.696.459.310 3.86.479.383.40.989.465.931.841.551.444.461.146.936.841.536.647.400.670 9.866.797.485 110
Tabel. Inernal Rae of Reurn (IRR) pada PT. A dan B Selama 10 Tahun Tahun ke- Ne Presen Value (NPV) PT. A PT. B Discoun Facor PT.A PT.B (49,8%) (56,11%) Presen Value of Cash Flow PT. A PT. B 1 7.17.487.96 8.71.3.500 0.6699 0.6406 6.116..515. 7.390.951.71 7.565.138.590 9.154.031.700 0.4487 0.4103 5.433.164.744 6.574.83.036 3 7.933.648.55 9.61.703.45 0.3006 0.68 4.88.663.61 5.850.588.091 4 8.34.68.501 10.098.895.509 0.013 0.1684 4.93.565.086 5.08.897.955 5 8.738.35.961 10.614.59.090 0.1349 0.1079 3.819.60.81 4.639.590.47 6 9.177.6.868 11.160.544.485 0.0903 0.0691 3.399.534.74 4.134.17.67 7 9.64.461.831 11.739.607.004 0.0605 0.0443 3.07.010.150 3.685.356.519 8 10.135.610.890 1.353.413.74 0.0405 0.084.696.459.310 3.86.479.383 9 10.658.348.894 13.004.047.91 0.07 0.018.40.989.465.931.841.551 10 1.793.907.658 15.370.945.646 0.018 0.0116.444.461.146.936.841.536 Analisis Finansial Proyeksi aliran arus kas membahas perkiraan kas masuk dan keluar. Aliran kas masuk didapakan dari penerimaan operasi dan nilai sisa akiva pada akhir usaha. Arus penerimaan adalah arus kas yang masuk dari suau usaha, unuk usaha pengolahan surimi memiliki arus penerimaan dari hasil penjualan produk surimi dalam berbagai ipe yakni Grade AA, A dan B. Jumlah penerimaan dipengaruhi oleh dua fakor yakni produksi dan harga jual. Arus biaya dibagi aas biaya awal dan biaya operasional. Biaya awal diperhiungkan melipui biaya yang benar-benar dikeluarkan unuk usaha surimi yakni unuk biaya invesasi awal ermasuk didalamnya adalah modal kerja usaha pengolahan surimi selama 3 (iga) bulan perama. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan pada saa beroperasi yang erdiri dari biaya variabel dan eap. Biaya variabel adalah biaya yang dipengaruhi langsung oleh jumlah produksi, sedangkan biaya eap adalah biaya yang besarnya idak erkai langsung dengan jumlah produksi. Biaya variabel dalam usaha pengolahan surimi adalah biaya pembelian bahan baku baik iu ikan uuh maupun ikan poong sera biaya unuk pembelian bahan pendukung lainnya seperi gula, garam dan ripolifosfa. Adapun yang ermasuk biaya eap adalah biaya yang dikeluarkan unuk perawaan peralaan mesin dan bangunan, unuk upah enaga kerja sera biaya adminisrasi dan umum. Penilaian kelayakan invesasi usaha surimi di PT. A dan B yang selanjunya akan dipergunakan unuk memprediksi kelayakan invesasi usaha surimi di Indonesia adalah 111
menggunakan krieria Ne Presen Value (NPV), Inernal Rae of Reurn (IRR), Payback Period (PP), Profiabiliy Index (PI), Ne Benefi Cos (B/C) Raio dan Break Even Poin (BEP). Perhiungan kelayakan invesasi diperoleh melalui daa hasil pengurangan biaya dan manfaa yang imbul karena adanya usaha surimi. NPV merupakan selisih anara presen value dari invesasi dengan nilai sekarang dari penerimaan kas bersih di masa yang akan daang. Selain iu, nilai NPV menunjukkan besarnya pendapaan yang akan diperoleh invesor apabila menanamkan modalnya pada usaha surimi. Nilai NPV PT. A dan PT. B menunjukkan angka yang lebih besar dari nol mengindikasikan bahwa usaha surimi adalah layak dilaksanakan. IRR merupakan cara yang digunakan unuk mencari ingka bunga yang dapa menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa akan daang aau penerimaan kas dengan pengeluaran invesasi awal yang dikeluarkan. Hal ini berari, apabila uang yang diinvesasikan unuk usaha surimi, maka akan mendapakan keunungan sebesar nilai IRR dalam 1 (sau) ahun. Nilai IRR yang diperoleh selanjunya dibandingkan dengan besarnya nilai bunga apabila melakukan invesasi di Bank. Persenase nilai IRR menunjukkan besarnya perolehan keunungan oleh kedua perusahaan apabila dibandingkan dengan bunga invesasi di bank yakni berkisar 18%. Nilai IRR PT. A dan B indusri surimi mengindikasikan bahwa usaha surimi adalah layak. PP merupakan suau periode yang diperlukan unuk menuup kembali pengeluaran invesasi dengan menggunakan aliran kas. PT.A, membuuhkan waku selama ahun 1 bulan 6 hari unuk mengembalikan invesasi yang elah dianamkan pada usaha pengolahan surimi, sedangkan PT. B membuuhkan waku selama 1 ahun 10 bulan 6 hari. PI merupakan perbandingan anara nilai sekarang dari rencana penerimaan kas bersih di masa yang akan daang dengan nilai sekarang dari invesasi yang elah dilaksanakan. Usaha pengolahan surimi yang dilakukan oleh PT. A dan PT. B dapa dikaegorikan mengunungkan karena memiliki nilai PI yang lebih besar dari 1 (sau). Nilai PI sanga era kaianya dengan nilai NPV yakni menggunakan variabel yang sama. Adapun Ne Benefi Cos (B/C) Raio adalah rasio dari pendapaan dibandingkan dengan biaya yang elah dihiung nilai sekarang. Analisis ini pada dasarnya idak jauh berbeda dengan analisis NPV. Demikian pula halnya dengan Angka Ne B/C Raio yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa usaha surimi layak unuk dilaksanakan. 11
BEP pada dasarnya merupakan suau keadaan dimana seluruh penerimaan yang diperoleh dari usaha pengolahan surimi hanya mampu menuup seluruh pengeluaran aau dengan kaa lain bahwa BEP akan erjadi keadaan dimana oal penerimaan sama dengan oal pengeluaran. Unuk memperoleh keunungan seperi yang diinginkan, maka PT. A harus mencapai penjualan minimal sebesar Rp. 3.99.766.805 dalam seiap ahunnya. Sedangkan PT. B harus mencapai penjualan minimal Rp. 5.337.485.89. KESIMPULAN DAN SARAN Analisis kelayakan finansial erhadap usaha pengolahan surimi yang sudah ada saa ini yakni PT. A dengan skala usaha semi modern dan PT. B dengan skala usaha modern memberikan gambaran bahwa usaha pengolahan surimi merupakan usaha yang sanga layak unuk dikembangkan. Hal ini erliha dari krieria-krieria kelayakan finansial yakni Ne Presen Value (NPV) yang posiif menggambarkan bahwa besarnya pendapaan yang diperoleh apabila menanamkan invesasi pada usaha pengolahan surimi, Inernal Rae of Reurn (IRR) yang lebih inggi daripada suku bunga bank apabila dibandingkan berinvesasi di bank, Payback Period (PP) yang ergolong cepa sehingga ingka pengembalian invesasi dapa dengan cepa., Profiabiliy Index (PI) yang lebih besar dari sau menggambarkan bahwa nilai invesasi yang dianamkan mengunungkan apabila dibandingkan dengan nilai saa ini, demikian pula dengan Ne Benefi Cos (B/C) Raio. Krieria-krieria kelayakan ersebu harus dapa didukung oleh daya jual yang inggi yakni kemampuan minimal mencapai angka Break Even Poin (BEP). Pengelolaan bahan baku yang berasal dari HTS puka udang unuk pengolahan surimi agar dapa diimplemenasikan, maka disarankan kelayakan finansial dari perusahaan surimi yang sudah ada saa ini, selanjunya dijadikan acuan bagi analisis kelayakan usaha pengolahan surimi di beberapa daerah yang memiliki poensi bahan baku surimi yang cukup banyak dan usaha indusri surimi yang akan mengacu pada kelayakan usaha indusri surimi yang sudah ada, sebaiknya dengan memperimbangkan asumsi-asumsi kelayakan usaha sesuai dengan karakerisik daerah ersebu. DAFTAR PUSTAKA Allison, Kaye J. 005 Perencanaan Sraegis Bagi Organisasi Nirlaba. Terjemahan. Yayasan Obor Indonesia, Jakara. 113
Basalamah S, Haming M, Syam S. 1991. Penilaian Kelayakan Rencana Penanaman Modal, Sebuah Sudi Proyek Bermoif Laba. Yogyakara: Gajah Mada Universiy. David FR. 001. Sraegic Managemen: Concep & Cases. 8 h ediion. New Jersey: Preince Hall. (DJPT) Direkora Jenderal Perikanan Tangkap. 004. Saisik Perikanan Tangkap Indonesia 1998-00. Direkora Jenderal Perikanan Tangkap. Jakara: Deparemen Kelauan dan Perikanan. (DJPT) Direkora Jenderal Perikanan Tangkap. 004. Pencapaian Pembangunan Perikanan Tangkap Tahun 001 003. Direkora Jenderal Perikanan Tangkap. Jakara: Deparemen Kelauan dan Perikanan. (DJPKP) Direkora Jenderal Peningkaan Kapasias Kelembagaan dan Pemasaran. 00. Pengembangan Pemasaran Hasil Kelauan dan Perikanan. Jakara: Deparemen Kelauan dan Perikanan. Eriyano. 1999. Ilmu Sisem. Meningkakan Muu dan Efekivias Manajemen. Bogor: IPB Press. (GAPINDO) Gabungan Pengusaha Indonesia. 1999. Surimi di Asia Tenggara. Edisi XVIII Mei 1999. Jakara: Sapa Wigaha. Gaspersz V. 004. Perencanaan Saregik unuk Peningkaan Sekor Publik. Jakara: PT Gramedia Pusaka Uama,. Hamel G, Prahaland CK. 1995. Kompeensi Masa Depan. Terjemahan. PT Binarupa Aksara. Jakara. Hansen DR, Mowen MM. 1994. Managemen Accouning. 3 h Ediion. Ohio: Inernaional Thompson Publishing. Husnan S. 1998. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan. Edisi Keempa. Yogyakara: BPFE. Inan AH. 000. Sraegi pengembangan indusri pengolahan sabu kelapa [esis]. Program Pascasarjana. Bogor: Insiu Peranian Bogor. Inan AH, Sa id GE, Sapono IT. 004. Sraegi pengembangan indusri pengolahan sabu kelapa nasional. Jurnal Manajemen dan Agribisnis 1: 4-54. Mulyadi. 1993. Akunansi Manajemen, Konsep, Manfaa dan Rekayasa. Yogyakara:STIE YKPN Yogyakara. Siregar H, Hariano, Achsani NA. 006. Analisis usaha ani dan skala usaha anaman jarak. Jurnal Agrimedia 11: 37-48. Siregar M, Sumaryano. 003. Analisis daya saing usaha ani kedelai di DAS Branas. Jurnal Agro Ekonomi 1 (1): 50-71. Swasika DKS. 004. Beberapa eknik analisis dalam peneliian dan pengkajian eknologi peranian. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Peranian 7: 90-103. Syam A. 005. Analisis kelayakan finansial usaha ani kapas ransgenik di Sulawesi Selaan. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknolgi Peranian l 8: 69-81 114