Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Hukum Newton pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Palu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON. Oleh: Nurul Hidayati

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI. Oleh:

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

PENGARUH PEMBELAJARAN QUANTUM BERBANTUAN PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA SISWA KELAS V

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

Analisis Model dan Contoh Numerik

Indah Nursuprianah, Darsono

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

BAB III METODE PENELITIAN

Unnes Science Education Journal

Kadek Bayu Wibawa*, I Ketut Sumerta**, I Made Dharmawan***

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

e-journal. Volume 06 Nomor 03 Tahun 2017, Edisi Yudisium Periode Agustus 2017, Hal 7-11

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DISKRIT BERBASIS AKTIVITAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

III. METODE PENELITIAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

III. METODOLOGI PENELITIAN

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014

PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PEMBELAJARAN 5 STATISTIK NON PARAMETRIK

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan

IV. METODE PENELITIAN

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TERPROGRAM DALAM PEMBENTUKAN MINAT BELAJAR SISWA

PENERAPAN PERHITUNGAN FISHER-SNEDECOR UNTUK UJI F

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

Jawaban Soal Latihan

Volume 1, Nomor 1, Juni 2007 ISSN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

KINEMATIKA GERAK LURUS

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR LOKASI DAN PROMOSI TERHADAP PENJUALAN PRODUK

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN TEORI

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

IV. METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

Transkripsi:

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Hukum Newon pada Siswa X SMA Negeri 4 Palu Nursia, Darsikin, dan Syamsu Shiajung@yahoo.co.id Pend. Fisika, FKIP, Universias Tadulako Jl. Soekarno Haa KM. 9 Palu Peneliian ini berujuan unuk mengeahui ada idaknya pengaruh model pembelajaran berbasis masalah erhadap kemampuan pemecahan masalah hukum newon yang diliha dari hasil ujian di kelas eksperimen dan kelas konrol. Peneliian ini menggunakan eksperimen kuasi dengan desain peneliian non equivalen pre-pos design. Populasi peneliian adalah seluruh siswa kelas X MIA SMA Negeri 4 palu. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. X MIA II sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIA I sebagai kelas konrol. Insrumen digunakan berupa es esai. Analisis daa menggunakan uji signifikansi ( dua pihak pada araf nyaa,5 dan dk= 6 dengan uji prasyara normalias dan homogenias. Hasil uji saisik diperoleh hiung = 3,38 dan abel = 2, dengan krieria erima H o jika -2,< < 2, dan olak H dalam hal lainnya. Nilai hiung berada diluar penerimaan H o sehingga H dierima, sehingga dapa disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran berbasis masalah erhadap kemampuan pemecahan masalah hukum newon pada siswa kelas X SMA Negeri 4 Palu. Kaa Kunci: Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Kemampuan Pemecahan Masalah, Hukum Newon I. PENDAHULUAN Fisika merupakan salah sau displin ilmu yang sanga berkembang pesa, baik dari segi maeri maupun kegunaannya. Sebagai bagian dari Ilmu Pengeahuan Alam, fisika banyak membahas sepuar gejala dan perilaku alam yang dapa diamai oleh manusia, sera pengaplikasiannya dalam kehidupan. Melalui fisika, siswa diajak unuk mampu memahami berbagai gejala dan permasalahan, berpikir, menganalisa sera mampu memecahkan masalah. Memecahkan masalah adalah salah sau bagian pening dalam proses pembelajaran. Pemecahan masalah (problem solving adalah upaya siswa unuk menemukan jawaban masalah yang dihadapi berdasarkan pengeahuan, pemahaman, dan keerampilan yang elah dimiliki sebelumnya []. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan individu dalam menggunakan proses berpikirnya unuk memecahkan permasalahan melalui pengumpulan fakafaka, analisis informasi, menyusun berbagai alernaif pemecahan, dan memilih pemecahan yang paling efekif [2]. Kemampuan dalam memecahkan masalah dapa diperkua melalui laihan yang sering dilakukan dalam kelas, dengan pemberian masalah-masalah oleh guru kepada siswa, yang dapa mengajak siswa unuk mampu menganalisa dan berpikir. unuk iu pemilihan model pembelajaran yang efekif diperlukan dalam hal ini, guna memfasiliasi siswa menjadi pembelajar mandiri dan diharapkan dapa membanu siswa memecahkan masalah. Kenyaaannya pembelajaran fisika di kelas masih menghadapi berbagai masalah. Salah saunya adalah siswa kurang bermina pada pelajaran fisika karena dianggap suli. Pelajaran fisika yang berisi konsep, aplikasi dan perhiungan sera analisis membua siswa merasa pelajaran ini idak mudah dipahami. Hal inilah yang memicu siswa unuk cenderung malas dan kurang bermina baik dalam menerima pelajaran maupun mengerjakan ugas. Dan enu saja akan mempengaruhi kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 4 Palu dan wawancara dengan guru fisika, dikeahui bahwa kebanyakan siswa menganggap pelajaran fisika adalah pelajaran yang suli, siswa cenderung malas beranya dan menyelesaikan suau masalah dengan meniru penyelesaian masalah yang diperagakan guru keika membahas soal-soal. Hal ini juga dapa diliha melalui peneliian yang dilakukan oleh penelii sebelumnya. 8

Dimana dalam peneliiannya, diperoleh skor raa-raa kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen adalah,57 dan kelas konrol adalah 9,86 dengan skor ideal kemampuan pemecahan masalah adalah 4. Adanya perbedaan skor raa-raa dan skor ideal, mengindikasikan kurangnya kemampuan pemecahan masalah fisika siswa di SMA Negeri 4 Palu [3]. Berdasarkan permasalah ersebu, diperlukan adanya suau inovasi baru dalam pembelajaran yang dapa mengajak siswa unuk mampu mengembangkan kemampuan berpikir, menganalisa, dan memecahkan masalah, sera menghilangkan anggapan siswa bahwa fisika adalah pelajaran yang suli. Salah saunya adalah dengan memberikan permasalahan fisika yang era kaiannya dengan kehidupan sehari-hari. Siswa akan cenderung berfikir sesuai pengalaman yang mereka alami. Hal ini juga diunjang oleh peran guru dalam memberikan rangsangan pengeahuan, memancing siswa unuk berfikir dan menjadikan siswa pelajar akif. Model pembelajaran yang berorienasi kearah ersebu adalah model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang lebih menekankan pada pemecahan masalah aau masalah sebagai iik olak. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suau model pembelajaran yang didasarkan pada permasalahan yang membuuhkan penyelidikan auenik, yakni penyelidikan yang membuuhkan penyelesaian nyaa dari permasalahan yang nyaa [4]. Pembelajaran berbasis masalah dalam proses pembelajaran menunu siswa menjadi pelaku uama. Selain iu, guru hanya sebagai fasiliaor yang membanu siswa unuk dapa merekonsruksi pemikiran dan pengeahuannya, sehingga dalam pelaksanaan baik pelaksanaan belajar di dalam kelas maupun di luar kelas siswa mampu menjalankan aau menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya [5]. Pembelajaran berbasis masalah juga sejalan dengan kurikulum 23. Dimana kurikulum 23 merupakan kurikulum yang menganu pandangan dasar bahwa pengeahuan idak dapa dipindahkan begiu saja dari guru ke pesera didik. Siswa adalah subyek yang memiliki kemampuan unuk akif mencari, mengolah, mengkonsruksi, dan menggunakan pengeahuan. Hal ini menyebabkan pembelajaran harus berkenaan dengan pemberian kesempaan kepada siswa unuk 9 mengkonsruksi pengeahuan dalam proses kogniifnya. Agar benar-benar memahami dan dapa menerapkan pengeahuan, siswa perlu didorong unuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuau unuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya [6]. II. METODE PENELITIAN Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini yaiu eksperimen semu (quasi experimen, karena idak semua variabel yang muncul dan kondisi eksperimen dapa dikonrol secara kea. Salah sau ciri dari peneliian ini adalah keidakmampuan meleakkan subjek secara random pada kelompok eksperimenal aau kelompok conrol. Desain peneliian yang digunakan adalah nonequivalen pre-pos design. Peneliian dilakukan pada siswa kelas X SMA Negeri 4 Palu. Pemilihan sampel digunakan eknik purposive sampling yaiu penenuan sampel dengan perimbangan erenu, sehingga diperoleh kelas X MIA II sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIA I sebagai kelas konrol. Daa yang dikumpulkan berupa hasil es pemecahan masalah hukum Newon, dengan insrumen yang digunakan berupa es uraian dengan jumlah 4 buir soal. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada peneliian ini digunakan dua kelas yaiu kelas eksperimen dan kelas konrol. Dengan kelas eksperimen diajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, sedangkan kelas konrol diajar menggunakan model pembelajaran konvensional berupa model pembelajaran inquiri. Hasil es kemampuan pemecahan masalah hukum newon berdasarkan es awal dan es akhir pada kelas ekperimen dan kelas konrol dapa diliha pada Tabel TABEL I DESKRIPSI SKOR TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH HUKUM NEWTON PADA KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL Pre Pos Uraian Eksperi men Konrol Eksperi men Konrol Sampel (N 3 32 3 32 Skor Maksimum Skor Minimum 7 6 27 24 6 6 6 3

Reraa Skor,36, 2,33 8,28 8% Skor Ideal 32 32 32 32 Sandar Deviasi % Keercapaia n dari skor ideal 3, 3,5 3,5 3,6 36 % 34% 67% 57% 7% 6% 5% 4% 36% 34% 67% 57% Eksperimen 35 3 32 32 3% 2% % Konrol 25 2 5 5,36 Pre 2,33 8,28 Pos Skor Ideal Eksperimen Konrol Gambar : Grafik Perolehan Raa-raa Skor Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Gambar perolehan skor raaraa siswa secara kuanias erdapa perbedaan. Pada pos perbedaan yang diunjukkan cukup signfikan dimana kelas eksperimen dengan perolehan skor eringgi yaiu 2,33 sedangkan pada kelas konrol dengan perolehan skor yaiu 8,28 dari skor ideal 32. Adapun grafik persenase skor raa-raa es awal (pre dan es akhir (pos dari kedua kelas dapa diliha pada Gambar 2. % Pre Pos Gambar 2: Grafik persenase raa-raa skor es awal dan es akhir kemampuan pemecahan masalah Berdasarkan Gambar 2, persenase skor raaraa es keercapaian kemampuan pemecahan masalah hukum newon pada es awal dan es akhir yang diukur dari skor ideal yakni skor raa-raa dibagi dengan skor ideal yang dikalikan dengan % diperoleh pada es awal (pre kelas ekperimen 36% dan kelas konrol 35%, sedangkan unuk es akhir (pos pada kelas ekperimen 67% dan kelas konrol 57%. Secara kuanias erdapa perbedaan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika anara kelas eksperimen dan kelas konrol. Uji normalias dilakukan unuk mengeahui apakah daa yang diperoleh berasal dari daa yang berdisribusi normal aau idak. Uji normalias erhadap dua kelas ersebu dilakukan dengan uji chi kuadra dengan araf signifikansi Hasil uji normalias pada pre dan pos dapa diliha pada Tabel 2 TABEL 2 : NORMALITAS DISTRIBUSI TES AWAL (PRETEST DAN TES AKHIR (POSTEST KELAS EKPERIMEN DAN KELAS KONTROL. N o Ekperime n II Nilai Hiung Nilai Prees Poses ( Tabel 3,4 4,57 7,8 Kepuusan Terdisribus i normal 2 Konrol I 3,67 2,64 7,8 Terdisribus i normal 2 Berdasarkan hasil oupu pada uji normalias seperi pada Tabel 2 unuk pre pada kelas eksperimen diperoleh χ 2 hi = 3,4 sedangkan

kelas konrol diperoleh χ 2 hi = 3,67 kedua nilai signifikansi ini lebih keci dari χ 2 abel = 7,8. Karena χ 2 hi < χ 2 abel maka daa berdisribusi normal. Pos pada kelas eksperimen diperoleh χ 2 hi = 4,57 sedangkan kelas konrol diperoleh χ 2 hi = 2,64 kedua nilai signifikansi ini lebih kecil dari χ 2 abel = 7,8. Karena χ 2 hi < χ 2 abel maka daa berdisribusi normal. Uji homogenias varians digunakan unuk meliha daa kemampuan pemecahan masalah hukum newon bagi kelompok murid eksperimen dan kelompok konrol dari populasi dan varians yang homogen aau idak homogen. Jika F hiung < F abel maka daa berasal dari populasi yang homogen. TABEL 3 : HOMOGENITAS DUA VARIANS TES AWAL (PRETEST DAN TES AKHIR (POSTEST KELAS EKPERIMEN DAN KELAS KONTROL. N o 2 Eksperi men II Konrol I Nilai Varians Pre 9, 2 9,9 6 Pos 9,9 7, 4 Varians Hiung Pre,, Pos, 3, 3 Nilai F Tabel (,88,88 Kepuu san Kedua daa homog en (prees dan pos Berdasarkan hasil oupu pada uji homogenias seperi pada Tabel 3 dengan araf signifikansi ( unuk pre diperoleh F hiung sebesar, dan F abel sebesar,88 sedangkan unuk pos diperoleh F hiung sebesar,3 dan F abel sebesar,88. Dari daa ersebu erliha bahwa F hiung baik pada pre maupun pada pos lebih kecil dari F abel, sehingga berdasarkan krieria pengambilan kepuusan dapa disimpulkan bahwa idak erdapa perbedaan varians anara kelas eksperimen dan kelas konrol (varians kelas eksperimen dan kelas konrol sama dengan kaa lain daanya bersifa homogen. Berdasarkan hasil uji normalias dan uji homogenias yang elah dilakukan, diperoleh daa yang berdisribusi normal dan homogen sehingga dapa dilakukan uji kesamaan raaraa dengan menggunakan uji signifikansi (dua pihak. Uji ini digunakan unuk memasikan apakah hipoesis yang diajukan dapa dierima aau diolak. Hasil perolehan pengujian saisik uji signifikansi daa hasil kemampuan siswa dalam pemecahan masalah hukum newon anara kelas eksperimen dan kelas konrol diunjukkan pada Tabel 4 2 TABEL 4 : UJI DUA PIHAK TES AWAL (PRETEST DAN TES AKHIR (POSTEST KELAS EKPERIMEN DAN KELAS KONTROL ab N o 2 Eksper imen II Konro l I Nilai Raa- Raa Pre es, 44, 9 Pos 2, 8, 37 Pre,3 Hiung Pos es 3,3 8 el ( 2, Kepuusan Pree s H o Dier ima Pos H Dier ima Berdasarkan Tabel 4 erliha bahwa, pada es awal (pre nilai hiung sebesar,3 dan nilai abel pada araf signifikansi (α =,5 sebesar 2, hasil pengujian ini menunjukkan hiung berada pada daerah penerimaan H o, yakni hiung < abel dengan demikian H o dierima dan H diolak arinya idak erdapa perbedaan kemampuan pemecahan masalah hukum newon anara kelas ekpserimen dan kelas konrol. Unuk pengujian hipoesis berdasarkan es akhir (pos diperoleh nilai sebesar 3,38 dan nilai abel pada araf signifikansi (α =,5 sebesar 2, hasil pengujian ini menunjukkan hiung berada pada daerah penerimaan H, yakni hiung abel dengan demikian H dierima dan H diolak arinya erdapa perbedaan yang signifikan anara kemampuan pemecahan masalah hukum newon kelas eksperimen dan kelas konrol. Berdasarkan uji hipoesis diaas dapa dikeahui, bahwa kedua kelas memiliki perbedaan, dengan kelas eksperimen memiliki nilai raa-raa pos yang lebih inggi dibanding kelas konrol. Sehingga mengindikasikan bahwa model pembelajaran berbasis masalah memiliki pengaruh erhadap kemampuan pemecahan masalah hukum newon. B. Pembahasan Peneliian ini berujuan unuk mengeahui ada idaknya pengaruh model pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning erhadap kemampuan pemecahan masalah fisika pada maeri hukum newon. Pada peneliian ini digunakan dua sampel yaiu kelas eksperimen dan kelas konrol. Pada awal peneliian kedua kelas ini diberikan es awal aau pre. Kemudian daa pre dianalisis unuk mengeahui bahwa kedua daa ersebu berasal dari varians yang sama (homogen aau

memiliki kemampuan yang kurang lebih sama. Selanjunya kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, sedangkan kelas konrol menggunakan model pembelajaran inquiri. Tahapan pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan: ( orienasi siswa erhadap masalah, (2 mengorganisasi siswa unuk belajar, (3 membimbing penyelidikan individual dan kelompok, (4 mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5 menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada ahap awal penelii menyampaikan ujuan pembelajaran dan memberi peranyaan awal yang merangsang pengeahuan awal siswa. Salah sau conohnya, penelii menanyakan maeri hukum Newon I: Pernakah kalian mengendarai sebuah kendaraan, kemudian iba-iba kendaraan ersebu berheni. Apa yang erjadi pada ubuh kalian?. Secara anusias siswa menjawab peranyaan yang diberikan sesuai dengan pengalaman mereka. Sebagian siswa menjawab bahwa ubuh mereka erdorong kedepan keika kendaraan yang mereka umpangi berheni mendadak. Unuk lebih jelasnya, penelii memina dua orang siswa mendemosnrasikan langsung di depan kelas. Dua orang siswa ersebu dimina berlari kemudian dengan iba-iba berheni. Melalui demonsrasi ersebu siswa lainnya dapa meliha bagaimana ubuh eman mereka saa berheni. Kemudian penelii beranya kepada siswa, kenapa bisa demikian? Sebagian siswa ada yang bingung dan beberapa dianaranya menyaakan bahwa ini ada hubungannya dengan hukum newon. Keika dianyai lebih lanju mengenai hukum newon ersebu, siswa juga masih bingung enang hal ersebu. Penelii belum memberikan jawaban melainkan memina siswa unuk menemukan jawabannya melalui prakikum yang akan mereka lakukan menyangku hukum I Newon. Siswa kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok, iap kelompok erdiri 5 aau 6 orang siswa. Kemudian penelii memberikan lembar kerja siswa pada masing-masing kelompok. Pada ahap ini siswa didorong unuk melakukan kerjasama dengan melakukan prakikum sesuai langkah kerja pada LKS. Namun sebelum iu, siswa diarahkan unuk membaca masalah yang ersedia di LKS. Masalah yang diberikan merupakan masalah auenik yang sering mereka alami. Berdasarkan masalah ersebu, siswa diarahkan unuk melakukan prakikum sesuai peunjuk LKS. Seperi pada kegiaan prakikum hukum I Newon, siswa menggunakan media sederhana berupa kaleng 22 dan selembar keras. kaleng yang digunakan ada dua buah, yaiu kaleng kosong dan kaleng yang masih berisi minuman. Siswa melakukan perlakuan perama dengan menggunakan kaleng kosong. Sesuai peunjuk prakikum, perama-ama kaleng diarik secara perlahan kemudian diarik dengan cepa. Lalu siswa mengamai apa yang erjadi. Siswa meliha bahwa kaleng kosong ersebu erjauh keika diarik dengan cepa, berbeda jika diarik dengan pelan. Kemudian perlakukan kedua dengan menggunakan kaleng yang berisi minuman, siswa menarik kaleng berisi ersebu menggunakan keras dengan perlahan, kemudian diarik dengan cepa. Siswa meliha adanya perbedaan. Pada kaleng kedua keika diarik dengan cepa, kaleng ersebu bergerak api ak jauh seperi kaleng perama. Siswa kemudian menuliskan hasil pengamaan mereka pada LKS. Di dalam lembar LKS, siswa melakukan analisis masalah. Pada awalnya siswa menulis masalah yang dialami dalam wacana ersebu. Lalu siswa menuliskan faka-faka yang ada, barang-barang apa saja yang erliha di wacana dengan benda yang mereka miliki. kemudian siswa melakukan langkah-langkah pemecahan masalah. Pada langkah-langkah pemecahan masalah, siswa menuliskan kegiaan yang mereka lakukan dalam memecahkan masalah melalui kegiaan prakikum yang mereka lakukan. Berdasarkan hal ersebu, siswa menghubungkan masalah yang dialami dalam wacana dengan prakikum yang mereka lakukan. Siswa juga diarahkan unuk membaca buku referensi, agar proses pemecahan masalah dapa berlangsung dengan baik. Berdasarkan prakikum yang dilakukan oleh siswa, mereka mengeahui bahwa masalah yang dialami Andi dalam wacana merupakan salah sau conoh hukum I Newon enang kelembaman. Kaleng yang erjauh keika keras diarik menunjukkan bahwa kaleng ersebu cenderung memperahankan posisinya sesuai dengan hukum I Newon. Siswa meliha kelembaman yang erjadi pada dua benda dengan massa yang berbeda, melalui dua kaleng berbeda massa ini siswa menjadi ahu bahwa kelembaman benda berganung pada massanya. Semakin besar massa benda ersebu maka kelembamannya akan semakin b besar, hal ini dapa diliha pada kaleng yang masih berisi minuman cenderung eap memperahankan posisinya dengan bergerak anpa erjauh seperi kaleng yang kosong.

Selanjunya penelii membimbing siswa unuk menyajikan hasil kerja mereka. Siswa dapa saling berukar pendapa anara kelompok dan menyampaikan pendapa mereka secara erbuka pada eman sekelas. Kemudian penelii membanu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan masalah. Mengevaluasi konsepkonsep yang salah dengan menjelaskan maeri secara keseluruhan. Diakhir pembelajaran siswa kemudian melaksanakan pos. Analisis daa hasil pos dilakukan dengan ujuan unuk mengeahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah erhadap kemampuan pemecahan masalah pada maeri hukum newon. Selanjunya dengan menggunakan raa-raa skor pos dimana pada masingmasing kelas elah diberi perlakuan sehingga diperoleh nilai hiung = 3,38 dan nilai abel = 2,. Dengan demikian diperoleh H dierima sedangkan H diolak. Arinya ada perbedaan yang signifikan anara kemampuan pemecahan masalah hukum newon siswa yang mendapa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan siswa yang mendapakan pembelajaran dengan model pembelajaran inquiri. Diperolehnya hasil ersebu karena dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, siswa dilaih dengan memberikan masalah yang berkaian sepuar kehidupan sehari-hari dan belajar sesuai pengalaman mereka. Siswa juga berperan akif dalam proses pembelajaran dan secara kreaif berusaha menemukan solusi dari permasalahan yang diajukan, saling berineraksi dengan eman maupun guru, saling berukar pikiran, sehingga wawasan dan daya pikir mereka berkembang dan menyadari banyak hal aau kejadian yang dapa mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari yang berkaian dengan konsep fisika yang mereka pelajari. Melalui pembelajaran berbasis masalah siswa dapa erlaih belajar mandiri dan memecahkan masalah. Siswa cenderung belajar sesuai pengalaman mereka sehari-hari. Hasil ini sejalan dengan kelebihan model pembelajaran berbasis masalah yang ada pada lieraur dimana siswa dapa menginga, menerapkan dan melanjukan proses belajar secara mandiri dan siswa dapa mengimplemenasikan pengeahuan unuk memecahkan masalah. Pernyaaan ersebu juga didukung oleh hasil peneliian sebelumnya diamana kemampuan memecahkan masalah fisika pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih inggi dibanding menggunakan pembelajaran konvensional. Menurunya perbedaan ini disebabkan karena, pemberian maeri menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih menekankan pada permasalahan-permasalahan yang berkaian era dalam kehidupan, sehingga siswa erarik dalam mengikui pembelajaran [7]. IV. KESIMPULAN Berdasarkan analisis daa, maka dapa disimpulkan bahwa erdapa pengaruh model pembelajaran berbasis masalah erhadap kemampuan pemecahan masalah hukum Newon pada siswa kelas X SMA Negeri 4 Palu. DAFTAR PUSTAKA [] Sanyasa, I W. 24. Model problem solving dan reasoning sebagai alernaif pembelajaran inovaif. Makalah. Disajikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (Konaspi V, anggal 5-9 Okober 24, di Surabaya. Inpress. [2] Dwi. I M., Arif. M, & Seno. K. 23. Pengaruh Sraegi Problem Based Lerning Berbasis ICT Terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia [online] 9 (23 8-7. Tersedia pada hp:// journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpfi. [2 Februari 24]. [3] Hariawan. 24. Pengaruh Model Pembelajaran Creaive Problem Solving Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Fisika Pada Siswa XI SMA Negeri 4 Palu. Skripsi FKIP Universias Tadulako Palu. Unpublished. [4] Triano. 29. Mendesain Model Pembelajaran Inovaif-Progresif. Jakara : Kencana Pernada Group. [5] Resiano, Sidiq. 2. Penerapan Pendekaan Konsrukivisik Dengan Problem Based Learning Dalam Peningkaan Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak di SMK NU Kedungpring Lamongan. Skripsi Pada Universias Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Unpublished. [6] Kemdikbud. 24. Ilmu Pengeahuan Alam. Pusa Kurikulun dan Perbukuan, Balibang, Kemdikbud: Jakara. [7] Nurhayai. (29. Peranan model pembelajaran berbasis masalah erhadap kemampuan memecahkan masalah fisika pada siswa SMA Negeri Anggeraja Kabupaen Enrekang. JSPF [online]. 9. 43-5. Tersedia pada hp://digilib.unm.ac.id. [ 2 Februari 24]. 23