UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

dokumen-dokumen yang mirip
UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: DAERAH IDEAL UTAMA DAN DAERAH EUCLID

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta

STRUKTUR ALJABAR: RING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

II. LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dikaji konsep operasi biner dan ring yang akan digunakan

BAB III PERLUASAN INTEGRAL

BAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

Buku 1: RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester)

PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017

BAB I Ring dan Ring Bagian

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

Volume 9 Nomor 1 Maret 2015

BAB II KAJIAN TEORI. definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang

Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar

Mata Pelajaran Wajib. Disusun Oleh: Ngapiningsih

SUKU BANYAK. A. Teorema Sisa 1) F(x) = (x b) H(x) + S, maka S = F(b) 2) F(x) = (ax b) H(x) + S, maka S = F( a

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

POLINOM (SUKU BANYAK) Menggunakan aturan suku banyak dalam penyelesaian masalah.

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat Ring Polinom

BAB II TEORI DASAR. untuk setiap e G. 4. G mengandung balikan. Untuk setiap a G, terdapat b G sehingga a b =

AKAR-AKAR POLINOMIAL SEPARABLE SEBAGAI PEMBENTUK PERLUASAN NORMAL PADA RING MODULO

Antonius C. Prihandoko

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan

SIFAT ARMENDARIZ P A D A BEBERAPA RING GRUP

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR. Menggunakan aturan suku banyak dalam penyelesaian masalah

BAB 5 TEOREMA SISA. Menggunakan aturan sukubanyak dalam penyelesaian masalah. Kompetensi Dasar

KLASIFIKASI NEAR-RING Classifications of Near Ring

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian.

BAB IV PERTIDAKSAMAAN. 1. Pertidaksamaan Kuadrat 2. Pertidaksamaan Bentuk Pecahan 3. Pertidaksamaan Bentuk Akar 4. Pertidaksamaan Nilai Mutlak

Pengantar Teori Bilangan

Halaman Pengesahan. Lapangan Terurut dan Generalisasi Teorema Fundamental Aljabar

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

I. Aljabar Himpunan Handout Analisis Riil I (PAM 351)

MODUL MATEMATIKA XI IPA SUKU BANYAK SMA SANTA ANGELA TAHUN PELAJARAN SEMSTER GENAP

STRUKTUR ALJABAR II. Materi : 1. Ring 2. Sub Ring, Ideal, Ring Faktor 3. Daerah Integral, dan Field.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dikaji beberapa karakteristik ring dan ring faktor serta suatu

Bab 2 Daerah Euclid. 2.1 Struktur Daerah Euclid

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH

1 SISTEM BILANGAN REAL

Volume 9 Nomor 1 Maret 2015

LAPORAN PENELITIAN EFISIENSI ALGORITME ARITMETIK ( ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK PADA KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar

BAB 3 RING ARMENDARIZ. bahwa jika ab = 0, maka ba = 0 (diketahui ab = 0, maka (ba) 2 = baba = b.0.a = 0

BAB MATRIKS. Tujuan Pembelajaran. Pengantar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

TEOREMA VIETA DAN JUMLAH NEWTON. 1. Pengenalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH. Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP. Abstact. Keywords : extension fields, elemen algebra

PENGANTAR TOPOLOGI. Dosen Pengampu: Siti Julaeha, M.Si EDISI PERTAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015

TEOREMA SISA 1. Nilai Sukubanyak Tugas 1

MA5032 ANALISIS REAL

BAB II KERANGKA TEORITIS. komposisi biner atau lebih dan bersifat tertutup. A = {x / x bilangan asli} dengan operasi +

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika

1 SISTEM BILANGAN REAL

1 SISTEM BILANGAN REAL

Nilai mutlak pada definisi tersebut di interpretasikan untuk mengukur jarak dua

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses

SISTEM BILANGAN REAL

BAGIAN KEDUA. Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan

Lembar Kerja Mahasiswa 1: Teori Bilangan

LECTURE NOTES MATEMATIKA DISKRIT. Disusun Oleh : Dra. D. L. CRISPINA PARDEDE, DEA.

FUNGSI. range. Dasar Dasar Matematika I 1

untuk setiap x sehingga f g

MADRASAH ALIYAH AL-MU AWANAH BEKASI SELATAN 2012

Relasi, Fungsi, dan Transformasi

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone,

STRUKTUR ALJABAR. Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif.

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 16. LIMIT dan TURUNAN. Motivasi. Limit Fungsi. Fungsi Turunan. Matematika SMK, Bab 16: Limit dan Turunan 1/35

STRUKTUR ALJABAR: GRUP

PENGANTAR GRUP. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

PERSAMAAN KUADRAT. Persamaan. Sistem Persamaan Linear

Transkripsi:

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB / POKOK BAHASAN V RING SUKU BANYAK Direncanakan Untuk Perkuliahan Minggu ke-11 dan 12 PENGANTAR STRUKTUR ALJABAR II (Semester III/3 SKS/MMM-2201) Oleh: Prof. Dr. Sri Wahyuni, M.S. Dr.rer.nat. Indah Emilia Wijayanti, M.Si. Dra. Diah Junia Eksi Palupi, M.S. Didanai dengan dana DIPA-UGM (BOPTN) Tahun Anggaran 2013 November 2013

BAB V RING SUKU BANYAK Suku banyak, atau yang biasa disebut dengan polinomial, telah kita kenal di jenjang pendidikan sekolah menengah. Kita mungkin mempunyai pemahaman bahwa suku banyak adalah suatu bentuk jumlahan a 0 + a 1 x + + a n x n, dengan x merupakan suatu simbol dan a i merupakan suatu koefisien bernilai bilangan real; atau mungkin mempunyai pemahaman bahwa suku banyak sebagai suatu fungsi f(x) = a 0 + a 1 x + + a n x n. Dari dua macam pemahaman tersebut pastinya akan memunculkan beberapa pertanyaan. Bagaimanakah pengertian yang sebenarnya tentang suku banyak dari kaca mata orang matematika khususnya aljabar? Apakah simbol x tersebut? Mengapa dua suku banyak a 0 + a 1 x + + a n x n dan b 0 + b 1 x + +b m x m dikatakan sama jika dan hanya jika n = m dan a i = b i, i = 1, 2,, n? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terjawab dalam pembahasan bab ini. 5.1. Suku Banyak atas Ring Suku banyak yang biasa orang awam pahami adalah suku banyak dengan koefisien bilangan real, atau disebut suku banyak atas bilangan real. Telah kita ketahui bahwa himpunan bilangan real terhadap operasi penjumlahan dan perkalian membentuk struktur ring (lapangan). Oleh karena itu, dapat dilakukan abstraksi pada struktur himpunan semua kemungkinan koefisien suku banyak tersebut, yaitu diabstraksikan menjadi sebarang ring. Dengan demikian pembahasan tentang suku banyak pada bab ini akan lebih luas, yaitu suku banyak atas sebarang ring. Dari kaca mata aljabar, suku banyak atas ring R didefinisikan sebagai suatu barisan tak hingga (a 0, a 1, a 2, ) di R yang mempunyai aturan tertentu. Secara langsung definisi suku banyak ini tampak berbeda dengan suku banyak yang telah orang awam ketahui, karena tidak melibatkan simbol x dalam definisi suku banyak tersebut. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan, sebab makna dari suku banyak yang didefinisikan sebagai barisan dan suku banyak yang didefinisikan dengan meli- 51

batkan simbol x sebenarnya sama. Penjelasan lebih lanjut tentang hal tersebut akan dibahas pada subbab selanjutnya. Definisi 5.1.1. Diberikan sebarang ring R. Misalkan R[x] adalah himpunan semua barisan tak hingga (a 0, a 1, a 2, ), dengan a i R, i = 0, 1, 2,, dan terdapat suatu bilangan bulat n 0 (bergantung pada barisan (a 0, a 1, a 2, )) sedemikian sehingga untuk setiap k n, a k = 0. Elemen-elemen dari R[x] disebut suku banyak (polynomials) atas ring R. Contoh 5.1.2. Diberikan ring R. Barisan (5, 3, 0, 0, ) merupakan suku banyak atas ring R. Barisan (5, 5, 5, ) dan (5, 0, 5, 0, 5, ) masing-masing bukan suku banyak atas ring R. Perhatikan bahwa barisan (a 0, a 1, a 2, ) pada Definisi 5.1.1 dapat juga dipandang sebagai suatu pemetaan f : Z 0 R, dengan Z 0 = {0, 1, 2, } dan f(t) 0 untuk sebanyak berhingga bilangan bulat non negatif t. Sebagai contoh, suku banyak (a 0, a 1, a 2, a 3, ) = (5, 3, 0, 0, ) atas ring R dapat dipandang sebagai pemetaan f : Z 0 R dengan f(0) = a 0 = 5, f(1) = a 1 = 3, dan f(k) = a k = 0 untuk setiap k 2. Oleh karena itu, himpunan semua suku banyak atas ring R dapat kita tuliskan sebagai berikut: R[x] = {(a 0, a 1, a 2, ) a i R dan ( n Z 0 )( k Z 0, k n)a k = 0} = {(a 0, a 1,, a n 1, 0, 0, ) a i R, n Z 0 } = {f : Z 0 R f pemetaan dan f(t) 0 sebanyak berhingga bilangan bulat non negatif t}. 5.2. Ring Suku Banyak atas Ring Diberikan sebarang ring R dan dibentuk himpunan semua suku banyak R[x]. Didefinisikan operasi penjumlahan dan perkalian pada R[x] sebagai berikut. Untuk 52

setiap (a 0, a 1, a 2, ), (b 0, b 1, b 2, ) R[x], (a 0, a 1, a 2, ) + (b 0, b 1, b 2, ) = (a 0 + b 0, a 1 + b 1, a 2 + b 2, ) dan (a 0, a 1, a 2, ) (b 0, b 1, b 2, ) = (c 0, c 1, c 2, ) k dengan c k = a i b k i, k = 0, 1, 2,. Operasi perkalian antara dua suku i=0 banyak yang didefinisikan seperti di atas disebut perkalian konvolusi. Dapat ditunjukkan R[x] terhadap operasi penjumlahan dan perkalian tersebut merupakan ring (sebagai latihan), yaitu harus ditunjukkan: 1. (R[x], +) merupakan grup Abelian ( dengan elemen nol (0, 0, 0, ) ) 2. (a). operasi tertutup di R[x] (b). operasi bersifat asosiatif (c). berlaku sifat distribusi kiri dan kanan. Selanjutnya ring (R[x], +, ) disebut ring suku banyak atas ring R. Dapat ditunjukkan juga bahwa jika R komutatif, maka R[x] juga komutatif (sebagai latihan); jika R mempunyai elemen satuan, maka R[x] juga mempunyai elemen satuan (sebagai latihan). Selanjutnya diperhatikan pemetaan α :R R[x] a (a, 0, 0, ). Pemetaan α merupakan monomorfisma dari R ke R[x]. Dengan demikian R dapat disisipkan (embedded) di ring R[x] dan berakibat R dapat dianggap sebagai subring dari R[x]. Oleh karena itu, elemen a dan (a, 0, 0, ) dapat dianggap sebagai elemen yang sama di R[x]. Untuk kemudahan penulisan suatu suku banyak, didefinisikan notasi yang lebih ringkas dan familiar sebagai berikut: (a, 0, 0, 0, ) dinotasikan a = ax 0 (0, a, 0, 0, ) dinotasikan ax = ax 1 (0, 0, a, 0, ) dinotasikan ax 2. 53

Berdasarkan definisi operasi penjumlahan suku banyak, untuk sebarang suku banyak (a 0, a 1,, a n, 0, 0, ) R[x] dapat ditulis (a 0, a 1,, a n, 0, 0, ) = (a 0, 0, 0, ) + (0, a 1, 0, ) + + (0,, 0, a n, 0, ) = a 0 + a 1 x + a 2 x 2 + + a n x n. Jika R mempunyai elemen satuan 1 R, maka (0, 1 R, 0, 0, ) = 1 R x dan selanjutnya 1 R x cukup dituliskan x. Dengan demikian diperoleh himpunan semua suku banyak atas ring R yang telah familiar kita gunakan, yaitu R[x] = {a 0 + a 1 x + a 2 x 2 + + a n x n n Z 0, a i R, i = 1, 2,, n}. Simbol x disebut indeterminate atas R dan elemen-elemen a 0, a 1,, a n disebut koefisien dari a 0 + a 1 x + a 2 x 2 + + a n x n. Mengingat suku banyak a 0 + a 1 x + a 2 x 2 + + a n x n merupakan suatu pemetaan f : Z 0 R, suku banyak a 0 + a 1 x + a 2 x 2 + + a n x n tersebut dapat dinotasikan dengan f(x). Akan tetapi perlu ditekankan bahwa notasi f(x) tersebut bukanlah notasi fungsi dari R ke R, melainkan notasi suatu suku banyak f : Z 0 R dengan indeterminate x. Pada bagian awal bab ini telah disinggung pertanyaan tentang kesamaan dua polinomial. Dua polinomial f(x) = a 0 + a 1 x + + a n x n, g(x) = b 0 + b 1 x + + b m x m F [x] dikatakan sama jika dan hanya jika n = m dan a i = b i untuk setiap i = 0, 1, 2,. Hal ini disebabkan karena fungsi f : Z 0 F dan g : Z 0 F merupakan fungsi yang sama jika dan hanya jika f(i) = a i = b i = g(i), untuk setiap i Z 0. Dengan demikian pertanyaan-pertanyaan pada awal bab ini telah terjawab. Definisi 5.2.1. Diberikan sebarang ring komutatif R dengan elemen satuan dan f(x) = a 0 + a 1 x + + a n x n R[x]. Untuk setiap r R, didefinisikan f(r) = a 0 + a 1 r + + a n r n. Elemen r R disebut akar dari f(x) jika f(r) = 0. 54

Pada Definisi 5.2.1 secara langsung tampak bahwa f(r) merupakan suatu elemen di R yang diperoleh dengan cara mensubstitusikan r ke x di suku banyak f(x). Dengan demikian kita dapat secara bebas menggunakan definisi tersebut seolah-olah mensubtitusikan r ke x. Akan tetapi kita perlu berhati-hati ketika R tidak komutatif. Misalkan diberikan f(x) = a x, g(x) = b x R[x] dengan R tidak komutatif. Misal h(x) = f(x)g(x) = (a x)(b x) = ab (a + b)x + x 2. Untuk sebarang c R, diperoleh h(c) = ab (a + b)c + c 2 = ab ac bc + c 2 dan f(c)g(c) = (a c)(b c) = ab ac cb c 2. Dari sini kita tidak bisa menyimpulkan bahwa h(c) = f(c)g(c) ketika R tidak komutatif. Definisi 5.2.2. Diberikan sebarang ring R dan f(x) = a 0 + a 1 x + + a n x n, a n 0, suku banyak di R[x]. Bilangan n disebut derajat (degree) dari f(x), dinotasikan deg(f(x)), dan a n disebut leading coefficient dari f(x). Misalkan R mempunyai elemen satuan 1 R. Suku banyak f(x) disebut suku banyak monik (monic polynomial) jika f(x) mempunyai leading coefficient a n = 1 R. Berdasarkan Definisi 5.2.2 di atas, mudah dipahami bahwa untuk setiap suku banyak di R[x] yang merupakan elemen di R\{0} mempunyai derajat 0. Khusus untuk suku banyak 0 R[x], didefinisikan deg(0) =. Elemen-elemen di R disebut skalar atau suku banyak konstan. Contoh 5.2.3. Diberikan ring R dan dua suku banyak f(x) = 2x 3 + x 2 + 10x + 1 dan g(x) = x 2 + 5x + 1. Derajat dari f(x) adalah 3 dan derajat dari g(x) adalah 2. Suku banyak g(x) merupakan suku banyak monik. Lemma 5.2.4. Diberikan sebarang ring komutatif R. Untuk sebarang suku banyak f(x), g(x) R[x] berlaku (i). deg (f(x) + g(x)) max {deg(f(x)), deg(g(x))}, (ii). deg(f(x) g(x)) deg(f(x)) + deg(g(x)), dan (iii). kesamaan pada (ii) dipenuhi jika leading coefficient dari f(x) atau g(x) bukan pembagi nol. 55

Bukti. (i). Jika deg(f(x)) deg(g(x)), maka deg(f(x)+g(x)) = max{deg(f(x)), deg(g(x))}. Jika deg(f(x)) = deg(g(x)), maka kemungkinan yang terjadi adalah f(x) + g(x) = 0 atau deg(f(x) + g(x)) < max{deg(f(x)), deg(g(x))}). (ii). Jika f(x) = a 0 + a 1 x + + a n x n dan g(x) = b 0 + b 1 x + + b m x m, maka f(x)g(x) = a 0 b 0 + (a 0 b 1 + a 1 b 0 )x + + a n b m x n+m. Jika f(x)g(x) 0, maka paling tidak ada satu koefisien dari f(x)g(x) yang tak nol. Misalkan a n b m 0, diperoleh deg(f(x)g(x)) = n + m = deg(f(x)) + deg(g(x)). Misalkan a n b m = 0 (kasus ini hanya dapat ditemui ketika R mempunyai pembagi nol), diperoleh deg(f(x)g(x)) < deg(f(x)) + deg(g(x)). (iii). (sebagai latihan) Selanjutnya akan dibahas sifat-sifat dari ring suku banyak atas ring R. Sifatsifat yang akan dibahas juga meliputi sifat dalam kejadian khusus ketika ring R merupakan daerah integral ataupun lapangan. Teorema 5.2.5. Diberikan sebarang ring R. (i). Jika R adalah ring komutatif dengan elemen satuan 1 R, maka R[x] juga merupakan ring komutatif dengan elemen satuan 1 R. (ii). Jika R adalah daerah integral, maka R[x] juga merupakan daerah integral. Bukti. (i). Harus dibuktikan perkalian sebarang dua suku banyak bersifat komutatif dan ring R[x] mempunyai elemen satuan yaitu 1 R. 56

(ii). Cukup ditunjukkan R[x] tidak memuat pembagi nol. Diambil sebarang f(x), g(x) R[x] dengan f(x) 0 dan g(x) 0. Mengingat R adalah daerah integral dan berdasarkan Lemma 5.2.4 diperoleh deg(f(x)g(x)) = deg(f(x)) + deg(g(x)) 0 >. Akibatnya, f(x)g(x) 0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa R[x] merupakan daerah integral. Akibat 5.2.6. Diberikan sebarang daerah integral R. Setiap elemen unit di R[x] juga merupakan elemen unit di R. Bukti. Diambil sebarang elemen unit f(x) di R[x], berarti terdapat g(x) R[x] sedemikian sehingga f(x)g(x) = 1 R. Berdasarkan Lemma 5.2.4 diperoleh deg(f(x)) + deg(g(x)) = deg(f(x)g(x)) = deg(1 R ) = 0. Oleh karena itu, f(x) dan g(x) masing-masing merupakan suku banyak dengan derajat 0, yaitu f(x), g(x) R. Jadi, elemen unit di R[x] juga merupakan elemen unit di R. Teorema 5.2.7. Jika F adalah lapangan, maka F [x] merupakan daerah integral. Bukti. Telah kita ketahui bahwa F [x] merupakan ring komutatif dengan elemen satuan. Tinggal ditunjukkan bahwa setiap elemen tak nol di F [x] bukan merupakan pembagi nol. (sebagai latihan) 5.3. Algoritma Pembagian di Ring Suku Banyak Pada subbab ini akan dibahas tentang algoritma pembagian untuk ring suku banyak atas ring. Diberikan sebarang ring komutatif R dengan elemen satuan. Misal f(x) = a 0 + a 1 x + + a n x n R[x] 57

dan g(x) = b 0 + b 1 x + + b m 1 x m 1 + b m x m adalah suatu suku banyak di R[x] dengan leading coefficient b m merupakan unit di R dan m 1. Jika n m, maka dapat dibentuk q 1 (x) = b 1 m a n x n m R[x] dan f 1 (x) = f(x) g(x)q 1 (x) = a 0 + a 1 x + + a n x n ( (b 0 + + b m 1 x m 1 + b m x m )b 1 m a n x n m) = a 0 + a 1 x + + a n x n (b 0 b 1 m a n x n m + + b m 1 b 1 m a n x n 1 + a n x n ) = a 0 + a 1 x + + a n m 1 x n m 1 + (a n m b 0 b 1 m a n )x n m + + (a n 1 b m 1 b 1 m a n )x n 1 + (a n a n )x n = a 0 + a 1 x + + a n m 1 x n m 1 + (a n m b 0 b 1 m a n )x n m + + (a n 1 b m 1 b 1 m a n )x n 1 dengan deg(f 1 (x)) n 1. Jika deg(f 1 (x)) m, maka ulangi proses tersebut, yaitu peran f(x) digantikan oleh f 1 (x), sehingga diperoleh suku banyak q 2 (x) dan f 3 (x) di R[x]. Proses dilanjutkan sampai diperoleh suatu suku banyak f s (x) pertama dengan deg(f s (x)) < m. Proses tersebut pasti terdiri dari berhingga (s) langkah, sebab derajat dari f(x) berhingga. Dibentuk q(x) = q 1 (x) + q 2 (x) + + q s (x) dan r(x) = f(x) g(x)q(x). Dengan demikian diperoleh persamaan suku banyak f(x) = g(x)q(x) + r(x) dengan deg(r(x)) < deg(g(x)). Proses seperti di atas dikenal sebagai algoritma pembagian untuk suku banyak. Teorema 5.3.1. (Algoritma Pembagian) Diberikan sebarang ring komutatif R dengan elemen satuan. Jika f(x) R[x] dan g(x) adalah suatu suku banyak di R[x] dengan leading coefficient dari g(x) merupakan unit di R, maka terdapat dengan tunggal suku banyak q(x) dan r(x) di R[x] dengan deg(r(x)) < deg(g(x)) sedemikian sehingga f(x) = g(x)q(x) + r(x). Bukti. Proses di atas merupakan bukti eksistensi suku banyak q(x) dan r(x) di R[x] dengan deg(r(x)) < deg(g(x)) sedemikian sehingga f(x) = g(x)q(x) + r(x). Dengan demikian tinggal ditunjukkan ketunggalan dari suku banyak q(x) dan r(x) tersebut. Misal terdapat dua bentuk dekomposisi f(x) = g(x)q(x) + r(x) dan f(x) = g(x)p(x) + t(x) 58

dengan deg(r(x)) < deg(g(x)) dan deg(t(x)) < deg(g(x)). Dari dua bentuk dekomposisi tersebut, diperoleh bahwa g(x)(q(x) p(x)) = t(x) r(x). Karena leading coefficient dari g(x) merupakan unit (yang berakibat bukan pembagi nol), berdasarkan Lemma 5.2.4 (iii) diperoleh deg(g(x)) + deg(q(x) p(x)) = deg(t(x) r(x)) < deg(g(x)). Dari sini diperoleh deg(g(x))+deg(q(x) p(x)) < deg(g(x)). Akibatnya, deg(q(x) p(x)) =, yaitu q(x) p(x) = 0, yang berarti q(x) = p(x). Karena q(x) = p(x), berakibat t(x) = f(x) g(x)q(x) = f(x) g(x)p(x) = r(x). Jadi, terbukti ketunggalan suku banyak q(x) dan r(x). Contoh 5.3.2. Diberikan ring suku banyak Z 6 [x]. Misalkan f(x) = 2x 3 + 3x 2 + 1 dan g(x) = 5x 2 + 2 masing-masing adalah suku banyak di Z 6 [x]. Akan dicari suku banyak q(x), r(x) Z 6 [x] dengan deg(r(x)) < deg(g(x)) sedemikian sehingga f(x) = g(x)q(x) + r(x). Untuk mendapatkan suku banyak q(x) dan r(x) tersebut dapat menggunakan proses yang telah dijelaskan sebelumnya, atau dapat lebih mudah menggunakan metode yang dikenal dengan nama poro gapit sebagai berikut: 5x 2 + 2 ) ( 2x 3 + 3x 2 + 1 4x + 3 = q(x) 2x 3 + 2x 3x 2 + 4x + 1 3x 2 4x + 1 = r(x). Dengan demikian diperoleh suku banyak q(x) = 4x + 3 dan r(x) = 4x + 1 di Z 6 [x] dengan deg(r(x)) < deg(g(x)) sedemikian sehingga f(x) = g(x)q(x)+r(x), yaitu 2x 3 + 3x 2 + 1 = (5x 2 + 2)(4x + 3) + (4x + 1). Akibat 5.3.3. Diberikan sebarang ring komutatif R dengan elemen satuan. Untuk setiap a R dan f(x) R[x] terdapat q(x) R[x] sedemikian sehingga f(x) = (x a)q(x) + f(a). 59

Bukti. Diambil sebarang a R dan f(x) R[x]. Misal x a = g(x) R[x]. Berdasarkan algoritma pembagian, terdapat dengan tunggal q(x), r(x) R[x] sedemikian sehingga f(x) = g(x)q(x) + r(x), dengan deg(r(x)) 0. Oleh karena itu, r(x) merupakan suku banyak konstan, katakan r(x) = d. Selanjutnya dengan mensubstitusikan a untuk x, diperoleh f(a) = (a a)q(a) + d = d. Jadi, didapat f(x) = (x a)q(x) + d = (x a)q(x) + f(a). Akibat 5.3.4. Diberikan ring komutatif R dengan elemen satuan, f(x) R[x], dan a R. Suku banyak x a membagi habis f(x) jika dan hanya jika a merupakan akar dari suku banyak f(x). Bukti. Diambil sebarang f(x) R[x] dan a R. ( ). Diketahui suku banyak x a membagi habis f(x), berarti terdapat q(x) R[x] sedemikian sehingga f(x) = (x a)q(x). Oleh karena itu, f(a) = (a a)q(a) = 0 sehingga diperoleh bahwa a merupakan akar dari f(x). ( ). Diketahui a merupakan akar dari suku banyak f(x), berarti f(a) = 0. Berdasarkan Akibat 5.3.3, terdapat q(x) R[x] sedemikian sehingga f(x) = (x a)q(x) + f(a) = (x a)q(x) + 0 = (x a)q(x). Oleh karena itu, terbukti bahwa x a membagi habis f(x). Teorema 5.3.5. Diberikan sebarang daerah integral R. Jika f(x) R[x]\{0} dengan deg(f(x)) = n, maka suku banyak f(x) mempunyai paling banyak n akar di R. Bukti. Diketahui f(x) R[x]\{0} dengan deg(f(x)) = n. Jika n = 0, maka f(x) merupakan suku banyak konstan, katakan f(x) = c 0. Dari sini jelas bahwa f(x) tidak mempunyai akar di R, sebab untuk setiap a R, f(a) 0. Selanjutnya akan ditunjukkan teorema benar untuk n > 0 menggunakan metode induksi matematika. Diasumsikan Teorema benar untuk semua suku banyak di R[x] dengan derajat kurang dari n. Akan ditunjukkan teorema benar untuk suku banyak 60

f(x) dengan deg(f(x)) = n. Jika f(x) tidak mempunyai akar di R, maka teorema benar. Misalkan r R merupakan akar dari f(x). Berdasarkan Akibat 5.3.4, terdapat suku banyak q(x) R[x] sedemikian sehingga f(x) = (x r)q(x), dengan deg(q(x)) = n 1. Misalkan ada akar yang lain dari f(x), katakan s R, berarti 0 = f(s) = (s r)q(s). Karena s r dan R merupakan daerah integral, diperoleh q(s) = 0. Oleh karena itu, setiap akar yang lain dari f(x) juga merupakan akar dari q(x). Karena f(x) = (x r)q(x), setiap akar dari q(x) merupakan akar dari f(x). Dari fakta deg(q(x)) = n 1 dan dari asumsi bahwa teorema benar untuk suku banyak di R[x] dengan derajat kurang dari n, diperoleh kesimpulan bahwa q(x) mempunyai paling banyak n 1 akar di R. Akibatnya, f(x) = (x r)q(x) mempunyai paling banyak n akar di R. 5.4. Latihan Kerjakan latihan-latihan soal berikut! 1. Diberikan ring suku banyak Z 8 [x]. a). Buktikan bahwa 2x + 1 dan 4x + 3 masing-masing merupakan unit di Z 8 [x]! b). Buktikan bahwa 4x 2 + 2x + 4 merupakan pembagi nol di Z 8 [x]! 2. a). Misalkan f(x) = x 4 + 3x 3 + 2x 2 + 2 dan g(x) = x 2 + 2x + 1 masingmasing merupakan suku banyak di Q[x]. Tentukan suku banyak q(x) dan r(x) di Q[x] dengan deg(r(x)) < deg(g(x)) sedemikian sehingga f(x) = g(x)q(x) + r(x)! b). Misalkan f(x) = x 4 + 3x 3 + 2x 2 + 2 dan g(x) = x 2 + 2x + 1 masingmasing merupakan suku banyak di Z 5 [x]. Tentukan suku banyak q(x) dan r(x) di Z 5 [x] dengan deg(r(x)) < deg(g(x)) sedemikian sehingga f(x) = g(x)q(x) + r(x)! 3. Jika I adalah suatu ideal dari ring R, maka buktikan I[x] merupakan ideal dari R[x]! 4. Diberikan ring komutatif R dengan elemen satuan 1 R. 61

a). Tentukan/deskripsikan x, yaitu ideal dari R[x] yang dibangun oleh x! b). Misalkan f(x) = a 0 + a 1 x + a 2 x 2 adalah suatu suku banyak di R[x]. Tentukan/deskripsikan f(x), yaitu ideal dari R[x] yang dibangun oleh f(x)! c). Misalkan g(x) = a 0 + a 1 x + + a n x n adalah suatu suku banyak di R[x] dengan derajat n > 0. Tentukan/deskripsikan g(x), yaitu ideal dari R[x] yang dibangun oleh g(x)! 5. Diberikan lapangan F dan suku banyak f(x) di F [x] dengan derajat n > 0. Buktikan setiap elemen dari ring faktor F [x] f(x) berbentuk p(x) + f(x), dengan p(x) adalah suatu suku banyak dengan derajat paling besar n 1! 6. Diberikan ring R dengan elemen satuan 1 R. Buktikan bahwa R[x] x = R! 7. Diberikan ring R dan dibentuk F (R, R) = {f : R R f fungsi}. Himpunan F (R, R) merupakan ring terhadap operasi penjumlahan dan perkalian fungsi, yaitu untuk setiap r R, (f + g)(r) = f(r) + g(r) dan (fg)(r) = f(r)g(r). Didefinisikan fungsi ψ :R[x] F (R, R) f(x) ψ(f(x)) dengan ψ(f(x))(r) = f(r), untuk setiap r R. Buktikan: a). Jika R adalah suatu daerah integral tak berhingga, maka ψ bersifat injektif. b). Jika R adalah suatu daerah integral berhingga, maka ψ tidak bersifat injektif. / / 62