UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: DAERAH IDEAL UTAMA DAN DAERAH EUCLID

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: DAERAH IDEAL UTAMA DAN DAERAH EUCLID"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta Bahan Ajar: BAB / POKOK BAHASAN VI DAERAH IDEAL UTAMA DAN DAERAH EUCLID Direncanakan Untuk Perkuliahan Minggu ke-13 dan 14 PENGANTAR STRUKTUR ALJABAR II (Semester III/3 SKS/MMM-2201) Oleh: Prof. Dr. Sri Wahyuni, M.S. Dr.rer.nat. Indah Emilia Wijayanti, M.Si. Dra. Diah Junia Eksi Palupi, M.S. Didanai dengan dana DIPA-UGM (BOPTN) Tahun Anggaran 2013 November 2013

2 BAB VI DAERAH IDEAL UTAMA DAN DAERAH EUCLID Pada bab sebelumnya telah diperkenalkan beberapa jenis ring khusus, yakni daerah integral dan lapangan. Pada bab ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang jenis ring khusus lainnya, yakni daerah ideal utama dan daerah Euclid. Daerah ideal utama merupakan kejadian khusus dari daerah integral, yaitu daerah integral yang setiap idealnya dibangun oleh satu elemen. Daerah Euclid juga merupakan kejadian khusus dari daerah integral, yaitu daerah integral yang dilengkapi suatu fungsi valuasi Euclid. Munculnya definisi fungsi valuasi Euclid tersebut dimotivasi dari sifat fungsi nilai mutlak pada daerah integral Z Ideal Utama Sebelum masuk ke pokok bahasan tentang Daerah Ideal Utama, terlebih dahulu akan ditampilkan sifat-sifat ideal dalam daerah integral bilngan bulat (Z, +, ). Dalam ring Z sudah diketahui bahwa untuk sebarang bilangan bulat n, himpunan nz merupakan ideal yang dibangun singleton {n}; secara singkat dikatakan ideal nz dibangun oleh satu elemen n. Berikut ini akan ditunjukkan bahwa setiap ideal dalam daerah integral (Z, +, ) dapat dibangun oleh suatu elemen a Z. Untuk membuktikannya, dibedakan untuk I = {0} dan I {0}. Untuk I = {0} jelas dapat diambil a = 0, sebab 0.Z = {0n n Z} = {0}. Sedangkan untuk I {0}, maka kita dapat memilih a 0 Z sedemikian hingga a = min{ n n Z, n 0}. Dengan menggunakan perhitungan sederhana dapat dibuktikan bahwa I {0}=aZ. Dengan fenomena tersebut didefinisikan pengertian Ideal Utama pada sebarang ring R. 63

3 Definisi Misalkan (R, +, ) suatu ring. Ideal I disebut ideal utama jika I dapat dibangun oleh suatu elemen dalam R, yaitu ada a R sedemikian sehingga I = a. Tidak semua ideal dalam suatu ring merupakan ideal utama, sebagai contoh ideal I = 2, x pada ring suku banyak Z[x] bukan merupakan ideal utama karena tidak ada p(x) Z[x] sedemikian sehingga I = 2, x = p(x). Buktikan pernyataan tersebut sebagai latihan. Perhatikan kembali bahwa setiap ideal di ring bilangan bulat Z berbentuk nz = n, untuk suatu n Z. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pada ring bilangan bulat Z setiap idealnya merupakan ideal utama, sedangkan pada ring Z[x] tidak setiap idealnya merupakan ideal utama. Fenomena inilah yang akan mendasari munculnya definisi Daerah Ideal Utama pada subbab berikutnya. Namun sebelum masuk ke subbab berikutnya, akan diperkenalkan terlebih dahulu beberapa dafinisi beserta sifatnya. Definisi Diberikan sebarang ring komutatif dan a, b R dengan a 0 R. Elemen a dikatakan membagi b, dinotasikan dengan a b, jika b = ca untuk suatu c R. Contoh Pada ring komutatif Z, 3 6 sebab terdapat 2 Z sedemikian sehingga 6 = Pada ring komutatif Z 10, 3 5 sebab terdapat 5 Z 10 sedemikian sehingga 5 = Dari Definisi di atas, dapat diturunkan sifat-sifat dasar sebagai berikut. Untuk setiap a, b, c R, (i). a a, 1 a, dan a 0, (ii). a merupakan elemen unit jika dan hanya jika a 1, (iii). jika a b dan b c, maka a c. (Buktikan sebagai latihan!) 64

4 Definisi Diberikan sebarang ring komutatif R dengan elemen satuan 1 R, dan a, b R\{0 R }. 1. Elemen a dan b disebut berasosiasi, dinotasikan dengan a b, jika a = ub untuk suatu unit u R. 2. Elemen tak unit a disebut elemen tak tereduksi jika berlaku ( r, s R)a = rs r = unit atau s = unit 3. Elemen tak unit a disebut elemen prima jika berlaku ( r, s R)a rs a r atau a s Contoh Berikut ini diberikan contoh-contoh terkait Definisi Pada ring Z, setiap elemen a Z berasosiasi dengan a. 2. Misal p(x) = x adalah suku banyak di R[x]. Suku banyak p(x) merupakan elemen tak tereduksi di R[x]. Andaikan p(x) elemen tereduksi di R[x], yaitu terdapat a, b, c, d R sedemikian sehingga x = (ax + b)(cx + d) = acx 2 + (ad + bc)x + bd. Dari sini diperoleh ac = 1 = bd dan ad + bc = 0, sehingga 1 = (ac)(bd) = (ad)(bc) = (ad)( ad). Oleh karena itu, diperoleh 1 = (ad) 2 yang tidak mungkin terjadi di R (kontradiksi). Jadi pengandaian salah, yang benar p(x) elemen tak tereduksi. 3. Misal p(x) = x adalah suku banyak di C[x]. Suku banyak p(x) merupakan elemen tereduksi di R[x], sebab terdapat x+i, x i C[x] sedemikian sehingga x = (x + i)(x i), dengan x + i dan x i elemen tak unit di C[x]. 4. Pada ring Z, mudah kita pahami bahwa elemen 2 merupakan elemen prima. 65

5 5. Elemen 2 di ring Z 10 merupakan elemen prima. Sebagai buktinya, diambil sebarang a, b Z 10 dengan 2 ab. Karena 2 ab, diperoleh ab = k2 untuk suatu k Z 10. Hal ini berakibat ab 2k = 10r, untuk suatu r Z. Diperoleh ab = 2k + 10r = 2(k + 5r), sehingga 2 ab. Mengingat 2 adalah elemen prima di Z, diperoleh 2 a atau 2 b. Akibatnya, 2 a atau 2 b. Jadi, terbukti 2 merupakan elemen prima di ring Z 10. Dari definisi tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan yang disajikan dalam teorema berikut Teorema Misalkan R adalah daerah integral, dan a, b R {0 R }. 1. Elemen a berasosiasi dengan b jika dan hanya jika a b dan b a. 2. Elemen a membagi b jika dan hanya jika b a 3. Elemen a merupakan elemen prima di R jika dan hanya jika a merupakan ideal prima di R. 4. Jika a adalah elemen prima di R maka a merupakan tak tereduksi. Bukti. Diketahui R adalah daerah integral dan a, b R {0 R } 1. ( ). Diketahui a b, artinya terdapat elemen unit u R sedemikian sehingga a = ub. Dengan demikian berakibat b a Dari a = ub, diperoleh b = u 1 a sehingga a b. ( ). Diketahui a b dan b a, artinya terdapat q 1, q 2 R sedemikian sehingga a = q 1 b dan b = q 2 a. Dari sini diperoleh b = q 2 q 1 b dan menggunakan sifat kanselasi diperoleh 1 R = q 2 q 1. Dengan demikian elemen q 1 dan q 2 masingmasing merupakan elemen unit di R. Terbukti elemen a dan b berasosiasi. 2. ( ). Diketahui a b, artinya terdapat q R sedemikian sehingga b = qa. Diambil sebarang x b = {rb r R}, berarti x = sb untuk suatu s R. Dari sini diperoleh x = s(qa) = (sq)a = ta, untuk suatu t R. Jadi, diperoleh x a dan terbukti b a. 66

6 ( ). Diketahui b a, berarti b = ta untuk suatu t R. Jadi, terbukti a b. 3. (sebagai latihan) 4. Diambil sebarang b, c R sedemikian sehingga a = bc. Mudah dipahami bahwa a bc. Mengingat a adalah elemen prima, berakibat a b atau a c. Jika a b, maka b = ar untuk suatu r R. Oleh karena itu, diperoleh a = bc = arc, sehingga a(1 R rc) = 0 R. Mengingat R adalah daerah integral, berakibat 1 R rc = 0. Dari sini diperoleh rc = 1 R yang berarti c merupakan elemen unit. Dengan langkah yang analog, jika a c, maka dapat ditunjukkan b merupakan elemen unit. Jadi, terbukti bahwa p merupakan elemen tak tereduksi. Kita sudah mengetahui makna dari pembagi persekutuan terbesar dan kelipatan persekutan terkecil dari bilangan-bilangan dalam daerah integral Z. Berikut ini akan didefinisikan pengertian umum tentang pembagi persekutuan terbesar dan kelipatan persekutan terkecil dalam sebarang daerah integral R. Definisi Misalkan R daerah integral, dan A R {0}. 1. Elemen d disebut Pembagi Persekutuan Terbesar (PPB) A jika (a) ( a A) d a (b) ( e A) (( a A) e a e d) 2. Elemen l disebut Pembagi Persekutuan Terkecil (PPK) A jika (a) ( a A) a l (b) ( f A) (( a A) a f l f) Dapat ditunjukan bahwa sebarang dua PPB (jika ada) dari suatu himpunan saling berasosiasi. Dengan demikian dapat disimpulkan PPB suatu himpunan tunggal relatif terhadap relasi asosiasi. Dapat ditunjukkan bahwa PPB suatu himpunan 67

7 dalam suatu daerah integral tidak selalu ada, dalam daerah daerah ideal utama yang akan dibahas pada subbab berikut akan dapat ditunjukkan bahwa PPB suatu himpunan bagian selalu ada Daerah Ideal Utama Seperti sudah dikemukakan di depan bahwa pada subbab ini akan dibahas suatu daerah integral khusus yang dimotivasi oleh sifat khusus yang dimiliki oleh daerah integral bilangan bulat (Z, +, ). Definisi Daerah integral R disebut Daerah Ideal Utama (DIU) jika setiap idealnya merupakan ideal utama, yakni setiap idealnya dapat dibangun oleh satu elemen. Contoh Dari definisi tersebut, jelas dapat disimpulkan bahwa (Z, +, ) merupakan daerah ideal utama. Ring (Z[x], +, ) bukan daerah ideal utama walaupun masih merupakan daerah integral, sebab ideal 2, x bukan ideal utama. Contoh Jika F lapangan maka ring suku banyak yang terbentuk yakni F [x] merupakan daerah ideal utama. (Buktikan sebagai latihan!) Berikut sifat penting dari DIU dalam kaitannya dengan eksistensi dari PPB, dan sifat dari PPK. Teorema Jika R merupakan daerah ideal utama dan A adalah himpunan bagian tak kosong dalam R {0}, maka berlaku 1. Elemen d R merupakan PPB dari A jika dan hanya jika d merupakan pembangun dari ideal yang dibangun oleh A yakni ( d = A ). 2. Jika A berhingga dan A = {a 1, a 2, a 3,, a n }, mka suatau elemen l merupakan PPK dari A jika dan hanya jika membangun dari ideal a 1 a 2 a n. 68

8 Bukti. 1. ( ) Misalkan d pembangun dari A maka jelas bahwa d a untuk setiap a A, sebab A A = d. Selanjutnya mengingat d A, maka diperoleh d = Σr i a i untuk suatu r 1, r 2, r 3,, r n R dan a 1, a 2, a 3,, a n A. Sehingga jika e a untuk setiap a A akan diperoleh e d yang berarti d merupakan PPB dari A. ( ) (sebagai latihan) 2. (sebagai latihan) Dari teorema di atas akan dapat dibuktikan bahwa pada DIU, elemen prima identik dengan elemen tak tereduksi sebagaimana dinyatakan dalam akibat berikut. Teorema Jika R merupakan DIU dan a non unit dan a R {0}, maka berlaku a prima jika dan hanya jika a tak tereduksi. Bukti. ( ). Telah terbukti di Teorema ( ). Misalkan a tak tereduksi, dan misalkan a bc. Akan dibuktikan a b atau a c. Misalkan d adalah PPB dari {a, b}, maka a = de dan b = df untuk suatu e dan f di R. Mengingat a = de dan a tak tereduksi maka d atau e unit. Jika e unit maka a b sebab a berasosiasi dengan d, dan d b. Jika d unit, maka d = ar + bs untuk suatu r dan s di R. Dengan demikian diperoleh 1 = ar + bs untuk suatu r dan s di R. Dengan demikian diperoleh c = arc + bsc. Mengingat a arc, maka diperoleh a bsc, dengan demikian disimpulan a c. Dari sifat di atas untuk DIU akan dapat dtunjukkan ideal prima di DIU identik dengan ideal maksimal. Teorema Jika R merupakan DIU dan I merupakan ideal tak nol di R, maka berlaku I prima jika dan hanya jika I maksimal. 69

9 Bukti. ( ). Telah terbukti di Teorema ( ). Misalkan I prima, maka mengingat R DIU maka I dibangun oleh suatu elemen prima p di R, yakni I = p. Mengingat p prima dalam DIU maka p tak terduksi. Misalkan J adalah suatu ideal di R dengan I J dengan J = a, maka p ar untuk suatau r R. Mengingat p prima maka a atau r unit di R. Jika r unit maka haruslah I = p = a = J. Sementara itu jika a unit maka J = R. Terbukti J maksimal Daerah Euclid Dalam subbab ini akan dibahas daerah integral khusus yang merupakan abstraksi dari daerah integral bilangan bulat (Z, +, ) dalam kaitannya dengan sifatsifat nilai mutlak bilangan bulat yang didefinisikan sebagai suatu fungsi dari (Z, +, ) ke Z 0 sebagai berikut: n, n 0 n = n, n < 0. Seperti sudah dketahui bahwa fungsi nilai mutlak bersifat 1. untuk setiap n 1, n 2 Z dengan n 2 0, terdapat q, r Z sedemikian sehingga n 1 = qn 2 + r dengan r < n 2 atau r = untuk setiap n 1, n 2 Z\{0}, n 1 n 1 n 2. Dari sifat fungsi nilai mutlak tersebut didefinisikankanlah fungsi Euclid pada sebarang daerah integral sebagai berikut. Definisi Misalkan R adalah suatu daerah integral. Suatu fungsi ν : R\{0 R } Z 0 disebut fungsi valuasi Euclid jika 1. untuk setiap r 1, r 2 R dengan r 2 0 R, terdapat q, r R sedemikian sehingga r 1 = qr 2 + r dengan ν(r) < ν(r 2 ) atau r = untuk setiap r 1, r 2 R\{0 R }, ν(r 1 ) ν(r 1 r 2 ). 70

10 Contoh Dari sifat-sifat fungsi nilai mutlak dapat disimpulkan bahwa fungsi nilai mutlak pada daerah integral bilangan bulat Z merupakan fungsi valuasi Euclid. Contoh Jika F merupakan lapangan maka fungsi ν : F \{0 F } Z 0, dengan ν(α) = 1 untuk setiap α F \{0 F }, merupakan fungsi valuasi Euclid. Contoh Jika F merupakan lapangan maka fungsi ν : F [x]\{0 F } Z 0 ν(p(x)) = deg(p(x)) merupakan fungsi valuasi Euclid. Pada daerah integral tidak sealu dapat dibuat fungsi valuasi Euclid. Dari kenyatakan ini didefinisikanlah Daerah Euclid berikut ini. Definisi Suatu daerah integral R disebut Daerah Euclid jika terdapat fungsi valuai Euclid pada R. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa daerah intergral bilangan bulat Z, sebarang laoangan F, serta ring suku banyak atas lapangan F merupakan contoh-contoh daerah Euclid. Teorema berikut menunjukkan hubungan antara daerah Euclid dan daerah ideal utama. Teorema Jika R merupakan daerah Euclid maka R merupakan daerah ideal utama. Bukti. Misalkan R merupakan daerah Euclid dengan fungsi valuasi Euclid ν : R\{0 R } Z 0. Misalkan I sebarang ideal dalam R, akan ditunjukkan bahwa I dapat dibangun oleh satu elemen. Untuk membuktukan hal tersebut, dibedakan atas 2 (dua) kasus, yaitu kasus I = {0 R } dan I {0 R }. Untuk kasus I = {0 R }, jelas I = 0 R. Tinggal ditunjukkan untuk kasus I {0 R }. Untuk kasus ini jelas kita dapat memilih a I dengan a 0 R. Bentuk himpunan ν(i) = {ν(a) a I\{0 R }}. 71

11 Selanjutnya pilih b I dengan ν(b) terkecil diantara elemen-elemen di ν(i). Akan dibuktikan bahwa I = b. Ambil sebarang x I, dengan mengingat ν merupakan fungsi valusi Euclid, maka disimpulkan ada q dan r di R sedemikian hingga x = qb + r dengan ν(r) < ν(r 2 ) atau r = 0.. Akan ditunjukkan bahwa r = 0. Andaikan r 0, maka haruslah ν(r) < ν(b), dengan r = qb x. mengingat b I dengan I ideal maka qb I. Selanjutnya mengingat x I dan I ideal, maka r = qb x juga di I, hal ini bertentangan dengan fakta bahwa b merupakan elemen dengan ν(b) terkecil. Jadi pengandaian salah, yang benar r = 0, sehingga x = qb. Dengan kata lain diperoleh I dibangun oleh b. Jika R merupakan daerah Euclid dengan fungsi valuasi ν. Dalam teorema berikut ditunjukkan karakteristik suatu unit dalam R. Teorema Jika R merupakan daerah Euclid dengan fungsi valuasi ν, maka 1. ν(1) ν(r) untuk setiap setiap r R\{0 R }. 2. u unit di R jika dan hanya jika ν(u) = ν(1) Bukti. 1. Sebagai latihan. 2. ( ). Misalkan r elemen tak nol di R. Jelaslah bahwa ν(1) ν(1r) = ν(r). Di sisi lain jika u unit maka ν(u) ν(uu 1 ) = ν(1). Akibatnya diperoleh untuk setiap unit di R. ν(u) = ν(1) 72

12 ( ). Misalnya u adalah elemen tak nol di R dengan ν(u) = ν(1). Mengingat ν adalah suatu fungsi valuasi Euclid, maka ada q dan r di R sedemikian sehingga 1 = qu + r, dengan ν(r) < ν(u) atau r = 0. Akan ditunjukkan bahwa r = 0. Mengingat ν(u) = ν(1) minimal meliputi nilai-nilai ν(r) dengan r R. Dengan demikian tidak mungkin terjadi ν(r) < ν(u), sehingga haruslah r = 0. Dengan demikian diperoleh 1 = qu, sehingga u merupakan unit. Berikut akan ditampilkan salah satu cara untuk mendapatkan PPB dari dua elemen menggunakan algoritma pembagian. Misalkan akan ditentukan PPB dari himpunan yang terdiri dari dua elemen A = {a 1, a 2 } R\{0 R } dengan R merupakan daerah Euclid. Mengingat R daerah Euclid, maka akan ada q 1 dan a 3 di R sedemikian hingga a 1 = a 2 q 1 + a 3. dengan ν(a 3 ) < ν(a 2 ) atau a 3 = 0. Jika a 3 = 0, maka diperoleh PPB dari A = {a 1, a 2 } adalah a 2. Jika a 3 0 maka dengan mengingat R daerah Euclid akan diperoleh: Mengingat R daerah Euclid, maka akan ada q 2 dan a 4 di R sedemikian hingga a 2 = a 3 q 2 + a 4. dengan ν(a 4 ) < ν(a 3 ) atau a 4 = 0. Jika a 4 = 0, maka diperoleh PPB dari A = {a 2, a 3 } adalah a 3. Jika a 4 0 maka dengan mengingat R daerah Euclid akan diperoleh: Mengingat R daerah Euclid, maka akan ada q 3 dan a 5 di R sedemikian hingga a 3 = a 4 q 3 + a 5. 73

13 dengan ν(a 5 ) < ν(a 4 ) atau a 5 = 0. Jika a 5 = 0, maka diperoleh PPB dari A = {a 3, a 4 } adalah a 4. Jika a 5 0 maka dengan mengingat R daerah Euclid akan diperoleh:. Mengingat ν(a 2 ) > ν(a 2 ) > ν(a 3 ) >, proses ini pastilah akan berakhir pada suatu langkah sehingga pada suatu langkah ke n akan diperoleh a n 1 = a n q n Selanjutnya akan dapat ditunjukkan bahwa: Teorema Elemen a n adalah PPB dari A = {a 1, a 2 }. Bukti. Sebelum membuktikan a n adalah PPB dari A = {a 1, a 2 }, terlebih dahulu akan dibuktikan bahwa untuk 1 i (n 1) berlaku ideal yang dibangun oleh {a i, a i+1 } sama dengan ideal yang dibangun oleh {a i+1, a i+2 }, yakni a i, a i+1 = a i+1, a i+2. Mengingat a i = a i+1 q i + a i+2, maka akan diperolah xa i + ya i+1 = x(a i+1 q i + a i+2 + ya i+1 ) = (xq i + y)a i+1 + xa i+1 sehingga diperoleh a i, a i+1 a i+1, a i+2. Secara similar juga akan diperoleh ra i+1 + sa i+2 = ra i+1 + s(a i a i+1 q i ) = sa i + (r q i )a i+1 sehingga akan diperoleh a i+1, a i+2 a i, a i+1. 74

14 Terbukti a i+1, a i+2 = a i, a i+1. Dari sifat diatas kita peroleh a 1, a 2 = a 2, a 3 = = a n 1, a n. Selanjutnya mengingat a n a n 1, maka diperoleh a n merupakan PPB dari {a n 1, a n }, sehingga terbukti bahwa a n merupakan PPB dari A. Sebagai ilustrasi, berikut akan disajikan contoh pada daerah Euclid Z dengan fungsi valuasi nilai mutlak. Contoh Hitung PPB dari himpunan bilangan bulat A = {1254, 1110} dan nyatakan PPB tersebut sebagai bentuk r s 1110, untuk suatu r, s Z = = = = = = dengan demikia diperoleh PPB dari A = {1254, 1110} adalah 6. Dengan melakukan perhitungan mundur akan direoleh 6 = = 42 ( )2 = = 5 ( ) = = ( ) = = 54 ( ) = nampak dapat diambil r = 54 dan s = 61 yang memenuhi 6 = r s

15 6.4. Latihan Kerjakan soal-soal latihan berikut ini. 1. Diberikan sebarang lapangan F dan a F \{0 F }. Buktikan bahwa untuk sebarang b F, ax + b merupakan elemen tak tereduksi di F [x]! 2. Apakah suku banyak x 2 +1 merupakan elemen tak tereduksi di Z 2 [x]? Berikan penjelasannya! 3. Pada ring Z 12, buktikan bahwa 3 merupakan elemen prima, tetapi bukan elemen tak tereduksi! 4. Diberikan sebarang daerah ideal utama R dan p, q R. Jika p dan q masingmasing merupakan elemen prima sedemikian sehingga p q, maka buktikan bahwa p berasosiasi dengan q! 5. Diberikan sebarang daerah ideal utama R dan a, b, c R\{0 R }. Misalkan PPB dari {a, b} adalah d. Buktikan bahwa terdapat x, y R sedemikian sehingga ax + by = c jika dan hanya jika d c! 6. Jika R daerah Euclid dengan fungsi valuasi ν, dan a dan b elemen-elemen di R tunjukkan bahwa a berasosiai dengan b jika dan hanya jika ν(a) = ν(b). 7. Jika R daerah Euclid dengan fungsi valuasi ν, dan a dan b elemen-elemen di R tunjukkan bahwa ν(a) < ν(ab) jika dan hanya jika b bukan unit di R. 8. Tentukan PPB dari {2135, 123} di daerah integral Z menggunakan algoritma pembagian! 9. Tentukan PPB dari {x 5 + 2x 2 + 3, 3x 2 + 2x + 1} di daerah integral Z 5 [x] menggunakan algoritma pembagian suku banyak! 76

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN III MODUL BEBAS, PENGENOL, DAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB / POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN I MODUL ATAS RING Direncanakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB / POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

Buku 1: RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester)

Buku 1: RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester) UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MIPA, JURUSAN MATEMATIKA, PS S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematiika, Yogyakarta - 55281 Buku 1: RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester)

Lebih terperinci

Pengantar Teori Bilangan

Pengantar Teori Bilangan Pengantar Teori Bilangan Kuliah 2 2/2/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 1 Materi Kuliah 2 Teori Pembagian dalam Bilangan Bulat Algoritma Pembagian Pembagi Persekutuan Terbesar 2/2/2014 2 Algoritma Pembagian

Lebih terperinci

BAB I INDUKSI MATEMATIKA

BAB I INDUKSI MATEMATIKA BAB I INDUKSI MATEMATIKA 1.1 Induksi Matematika Induksi matematika adalah suatu metode yang digunakan untuk memeriksa validasi suatu pernyataan yang diberikan dalam suku-suku bilangan asli. Dalam pembahasan

Lebih terperinci

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan Pertemuan 13 PENGERTIAN RING A. Pendahuluan Target yang diharapkan dalam pertemuan ke 13 ini (pertemuan pertama tentang teori ring) adalah mahasiswa dapat : a. membedakan suatu struktur aljabar merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses penelitian untuk penyelesaian persamaan Diophantine dengan relasi kongruensi modulo m mengenai aljabar dan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dikaji konsep operasi biner dan ring yang akan digunakan

II. LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dikaji konsep operasi biner dan ring yang akan digunakan II. LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dikaji konsep operasi biner dan ring yang akan digunakan dalam pembahasan penelitian ini. Untuk lebih mudah memahami, akan diberikan beberapa contoh. Berikut ini

Lebih terperinci

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d 1 Pada grup telah dipelajari himpunan dengan satu operasi. Sekarang akan dipelajari himpunan dengan dua operasi. Ilustrasi 1.1 Perhatikan himpunan 0,1,2,3,4. (a) Apakah grup terhadap operasi penjumlahan?

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN II HOMOMORPHISMA MODUL Direncanakan

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR: RING

STRUKTUR ALJABAR: RING STRUKTUR ALJABAR: RING BAHAN AJAR Oleh: Rippi Maya Program Studi Magister Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) SILIWANGI - Bandung 2016 1 Pada grup telah dipelajari

Lebih terperinci

Lembar Kerja Mahasiswa 1: Teori Bilangan

Lembar Kerja Mahasiswa 1: Teori Bilangan Lembar Kerja Mahasiswa 1: Teori Bilangan N a m a : NIM/Kelas : Waktu Kuliah : Kompetensi Dasar dan Indikator: 1. Memahami pengertian faktor dan kelipatan bilangan bulat. a) Menuliskan denisi faktor suatu

Lebih terperinci

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan. 2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum Bab I. Sekilas Tentang Konsep Dasar Grup antonius cp 2 1. Tertutup, yakni jika diambil sebarang dua elemen dalam G maka hasil operasinya juga akan merupakan elemen G dan hasil tersebut adalah tunggal.

Lebih terperinci

TEORI KETERBAGIAN.

TEORI KETERBAGIAN. TEORI KETERBAGIAN 1 ALGORITMA PEMBAGIAN Teorema 2.1: (Algoritma Pembagian) Diberikan bilangan bulat a dan b, dengan b > 0, maka ada bilangan bulat tunggal q dan r yang memenuhi a = qb + r, 0 r < b. Bilangan

Lebih terperinci

ALJABAR ABSTRAK ( TEORI GRUP DAN TEORI RING ) Dr. Adi Setiawan, M. Sc

ALJABAR ABSTRAK ( TEORI GRUP DAN TEORI RING ) Dr. Adi Setiawan, M. Sc ALJABAR ABSTRAK ( TEORI GRUP DAN TEORI RING ) Dr. Adi Setiawan, M. Sc PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2011 0 KATA PENGANTAR Aljabar abstrak

Lebih terperinci

1 SISTEM BILANGAN REAL

1 SISTEM BILANGAN REAL Bilangan real sudah dikenal dengan baik sejak masih di sekolah menengah, bahkan sejak dari sekolah dasar. Namun untuk memulai mempelajari materi pada BAB ini anggaplah diri kita belum tahu apa-apa tentang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, 3 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, ideal, daerah integral, ring quadratic.

Lebih terperinci

1 SISTEM BILANGAN REAL

1 SISTEM BILANGAN REAL 1 SISTEM BILANGAN REAL Bilangan real sudah dikenal dengan baik sejak masih di sekolah menengah, bahkan sejak dari sekolah dasar. Namun untuk memulai mempelajari materi pada BAB ini anggaplah diri kita

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, daerah integral, ring bilangan bulat

Lebih terperinci

Keterbagian Pada Bilangan Bulat

Keterbagian Pada Bilangan Bulat Latest Update: March 8, 2017 Pengantar Teori Bilangan (Bagian 1): Keterbagian Pada Bilangan Bulat Muhamad Zaki Riyanto Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Lebih terperinci

Setelah mengikuti materi Bab ini mahasiswa diharapkan mampu: 2. Mendefinisikan factor persekutuan, kelipatan persekutuan, FPB, dan KPK.

Setelah mengikuti materi Bab ini mahasiswa diharapkan mampu: 2. Mendefinisikan factor persekutuan, kelipatan persekutuan, FPB, dan KPK. BAB II KETERBAGIAN PENDAHULUAN A. Deskripsi Singkat Mata Kuliah Mata kuliah ini dimaksudkan untuk memberikan kemampuan pada mahasiswa untuk belajar bukti matematika. Materi dalam mata kuliah ini sangat

Lebih terperinci

n suku Jadi himpunan bilangan asli dapat disajikan secara eksplisit N = { 1, 2, 3, }. Himpunan bilangan bulat Z didenisikan sebagai

n suku Jadi himpunan bilangan asli dapat disajikan secara eksplisit N = { 1, 2, 3, }. Himpunan bilangan bulat Z didenisikan sebagai Contents 1 TEORI KETERBAGIAN 2 1.1 Algoritma Pembagian............................. 3 1.2 Pembagi persekutuan terbesar......................... 6 1.3 Algoritma Euclides............................... 11

Lebih terperinci

1 TEORI KETERBAGIAN. Jadi himpunan bilangan asli dapat disajikan secara eksplisit N = { 1, 2, 3, }. Himpunan bilangan bulat Z didenisikan sebagai

1 TEORI KETERBAGIAN. Jadi himpunan bilangan asli dapat disajikan secara eksplisit N = { 1, 2, 3, }. Himpunan bilangan bulat Z didenisikan sebagai 1 TEORI KETERBAGIAN Bilangan 0 dan 1 adalah dua bilangan dasar yang digunakan dalam sistem bilangan real. Dengan dua operasi + dan maka bilangan-bilangan lainnya didenisikan. Himpunan bilangan asli (natural

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ALJABAR MODERN: TEORI GRUP & TEORI RING

DASAR-DASAR ALJABAR MODERN: TEORI GRUP & TEORI RING DASAR-DASAR ALJABAR MODERN: TEORI GRUP & TEORI RING Dr. Adi Setiawan, M.Sc G R A F I K A Penerbit Tisara Grafika SALATIGA 2014 Katalog Dalam Terbitan 512.24 ADI Adi Setiawan d Dasar-dasar aljabar modern:

Lebih terperinci

Diktat Kuliah. Oleh:

Diktat Kuliah. Oleh: Diktat Kuliah TEORI GRUP Oleh: Dr. Adi Setiawan UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015 Kata Pengantar Aljabar abstrak atau struktur aljabar merupakan suatu mata kuliah yang menjadi kurikulum nasional

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN REAL

SISTEM BILANGAN REAL DAFTAR ISI 1 SISTEM BILANGAN REAL 1 1.1 Sifat Aljabar Bilangan Real..................... 1 1.2 Sifat Urutan Bilangan Real..................... 6 1.3 Nilai Mutlak dan Jarak Pada Bilangan Real............

Lebih terperinci

PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017

PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017 PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017 Indah Emilia Wijayanti Departemen Matematika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

1 SISTEM BILANGAN REAL

1 SISTEM BILANGAN REAL Bilangan real sudah dikenal dengan baik sejak masih di sekolah menengah, bahkan sejak dari sekolah dasar. Namun untuk memulai mempelajari materi pada BAB ini anggaplah diri kita belum tahu apa-apa tentang

Lebih terperinci

Antonius C. Prihandoko

Antonius C. Prihandoko Antonius C. Prihandoko Didanai oleh Proyek DIA-BERMUTU 2009 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember Prakata Puji syukur ke hadirat

Lebih terperinci

BAB 6 RING (GELANGGANG) BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

BAB 6 RING (GELANGGANG) BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI BAB 6 RING (GELANGGANG) Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat suatu Ring, Integral Domain dan Field Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

Daerah Ideal Utama Adalah Almost Euclidean

Daerah Ideal Utama Adalah Almost Euclidean Daerah Ideal Utama Adalah Almost Euclidean Oleh Ratwa Suriadikirta Irawati A B S T R A C T Daerah Euclid (DE) merupakan daerah ideal utama (DIU), daerah ideal utama merupakan daerah faktorisasi tunggal

Lebih terperinci

Volume 9 Nomor 1 Maret 2015

Volume 9 Nomor 1 Maret 2015 Volume 9 Nomor 1 Maret 015 Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan Maret 015 Volume 9 Nomor 1 Hal. 1 10 KARAKTERISASI DAERAH DEDEKIND Elvinus R. Persulessy 1, Novita Dahoklory 1, Jurusan Matematika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bilangan yang mendukung proses penelitian. Dalam penyelesaian bilangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. bilangan yang mendukung proses penelitian. Dalam penyelesaian bilangan II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori dalam aljabar dan teori bilangan yang mendukung proses penelitian. Dalam penyelesaian bilangan carmichael akan dibutuhkan definisi

Lebih terperinci

Relasi, Fungsi, dan Transformasi

Relasi, Fungsi, dan Transformasi Modul 1 Relasi, Fungsi, dan Transformasi Drs. Ame Rasmedi S. Dr. Darhim, M.Si. M PENDAHULUAN odul ini merupakan modul pertama pada mata kuliah Geometri Transformasi. Modul ini akan membahas pengertian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH... 1 B. PEMBATASAN MASALAH... 2 C.

Lebih terperinci

Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)

Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) Perlu diingat kembali bahwa suatu bilangan bulat a tidak nol adalah faktor dari suatu bilangan bulat b, ditulis a b, jika ada bilangan bulat c sedemikian sehingga b =

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup BAB 3 DASAR DASAR GRUP Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup Tujuan Instruksional Khusus : Setelah diberikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Sejak tiga abad yang lalu, pakar-pakar matematika telah menghabiskan banyak waktu untuk mengeksplorasi dunia bilangan prima. Banyak sifat unik dari bilangan prima yang menakjubkan.

Lebih terperinci

Pemfaktoran prima (2)

Pemfaktoran prima (2) FPB dan KPK Konsep Habis Dibagi Definisi: Jika a suatu bilangan asli dan b suatu bilangan bulat, maka a membagi habis b (dinyatakan dengan a b) jika dan hanya jika ada sebuah bilangan bulat c demikian

Lebih terperinci

BAB I Ring dan Ring Bagian

BAB I Ring dan Ring Bagian BAB I Ring dan Ring Bagian Sistem bilangan yang telah dikenal seperti bilangan bulat, bilangan rasional dan bilangan kompleks mempunyai dua operasi yang didefinisikan padanya yaitu penjumlahan dan pergandaan.

Lebih terperinci

Bab 2 Daerah Euclid. 2.1 Struktur Daerah Euclid

Bab 2 Daerah Euclid. 2.1 Struktur Daerah Euclid Bab 2 Daerah Euclid Pada bab ini akan dijelaskan mengenai daerah Euclid beserta struktur lain yang terkait nya. Beberapa struktur aljabar tersebut selanjutnya akan digunakan untuk melihat struktur gelanggang

Lebih terperinci

SOAL DAN PENYELESAIAN RING

SOAL DAN PENYELESAIAN RING SOAL DAN PENYELESAIAN RING 1. Misalkan P himpunan bilangan bulat kelipatan 3. Tunjukan bahwa dengan operasi penjumlahan dan perkalian pada himpunan bilangan bulat, P membentuk ring komutatif. Jawaban:

Lebih terperinci

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta

Lebih terperinci

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351)

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351) II. SISTEM BILANGAN RIIL Handout Analisis Riil I (PAM 351) Sifat Aljabar (Aksioma Lapangan) dari Bilangan Riil Bagian ini akan membicarakan struktur aljabar bilangan riil dengan terlebih dahulu memberikan

Lebih terperinci

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep GRUP Bab ini merupakan awal dari bagian pertama materi utama perkuliahan Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi penjumlahan dua bilangan kuadrat sempurna. Seperti, teori keterbagian bilangan bulat, bilangan prima, kongruensi

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN. 0212088701 PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO 2015 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB V BILANGAN BULAT

BAB V BILANGAN BULAT BAB V BILANGAN BULAT PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibicarakan sistem bilangan bulat, yang akan dimulai dengan memperluas sistem bilangan cacah dengan menggunakan sifat-sifat baru tanpa menghilangkan

Lebih terperinci

FAKTORISASI SUKU ALJABAR

FAKTORISASI SUKU ALJABAR 1 FAKTORISASI SUKU ALJABAR Pernahkah kalian berbelanja di supermarket? Sebelum berbelanja, kalian pasti memperkirakan barang apa saja yang akan dibeli dan berapa jumlah uang yang harus dibayar. Kalian

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof.

Lebih terperinci

Pengantar Teori Bilangan. Kuliah 10

Pengantar Teori Bilangan. Kuliah 10 Pengantar Teori Bilangan Kuliah 10 Materi Kuliah Chinese Remainder Theorem (Teorema Sisa Cina) 2/5/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 2 Pengantar Chinese Remainder Theorem (Teorema sisa Cina) adalah hasil

Lebih terperinci

BAB II KETERBAGIAN. 1. Mahasiswa bisa memahami pengertian keterbagian. 2. Mahasiswa bisa mengidentifikasi bilangan prima

BAB II KETERBAGIAN. 1. Mahasiswa bisa memahami pengertian keterbagian. 2. Mahasiswa bisa mengidentifikasi bilangan prima BAB II KETERBAGIAN 2.1 Pendahuluan Pada pertemuan minggu ke-3, dan 4 ini dibahas konsep keterbagian, algoritma pembagian dan bilangan prima pada bilangan bulat. Relasi keterbagian pada himpunan semua bilangan

Lebih terperinci

IDEAL DAN SIFAT-SIFATNYA

IDEAL DAN SIFAT-SIFATNYA IDEAL DAN SIFAT-SIFATNYA Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Stuktur Aljabar II Oleh: Kelompok VI/kelas A 1 Diah Ajeng Titisari (08144100009) Frendy Try Andyasmoko (08144100041) Herna Purwanti (08144100083)

Lebih terperinci

Sistem Bilangan Real

Sistem Bilangan Real TUGAS I ANALISIS REAL I Sistem Bilangan Real Tugas 1 Analisis Real I Disusun oleh : Nariswari Setya D. Kartini Marvina Puspito M0108022 M0108050 M0108056 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Teori Himpunan Drs. Sukirman, M.Pd. M PENDAHULUAN odul ini memuat pembahasan teori himpunan dan himpunan bilangan bulat. Teori himpunan memuat notasi himpunan, relasi dan operasi dua himpunan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini dipaparkan dasar-dasar yang akan digunakan pada bagian pembahasan dari skripsi ini. Tinjauan yang dilakukan dengan memaparkan definisi mengenai himpunan fuzzy, struktur

Lebih terperinci

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang?

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang? Pada bab ini dipelajari aritmatika modular yaitu aritmatika tentang kelas-kelas ekuivalensi, dimana permasalahan dalam teori bilangan disederhanakan dengan cara mengganti setiap bilangan bulat dengan sisanya

Lebih terperinci

BAB III PERLUASAN INTEGRAL

BAB III PERLUASAN INTEGRAL BAB III PERLUASAN INTEGRAL Pembahasan pada bab ini termuat pada ruang lingkup perluasan uniter atas suatu ring komutatif. Jika adalah suatu ring, maka yang dimaksud adalah suatu ring yang komutatif dan

Lebih terperinci

PENGANTAR GRUP. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

PENGANTAR GRUP. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang PENGANTAR GRUP Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang email:ymcholily@gmail.com March 18, 2013 1 Daftar Isi 1 Tujuan 3 2 Pengantar Grup 3 3 Sifat-sifat Grup

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi suatu Ring merupakan Sub Ring dan Ideal

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi suatu Ring merupakan Sub Ring dan Ideal BAB 7 SUBRING DAN IDEAL Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi suatu Ring merupakan Sub Ring dan Ideal Tujuan Instruksional Khusus : Setelah diberikan

Lebih terperinci

Definisi Jumlah Vektor Jumlah dua buah vektor u dan v diperoleh dari aturan jajaran genjang atau aturan segitiga;

Definisi Jumlah Vektor Jumlah dua buah vektor u dan v diperoleh dari aturan jajaran genjang atau aturan segitiga; BAB I VEKTOR A. DEFINISI VEKTOR 1). Pada mulanya vektor adalah objek telaah dalam ilmu fisika. Dalam ilmu fisika vektor didefinisikan sebagai sebuah besaran yang mempunyai besar dan arah seperti gaya,

Lebih terperinci

BAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. BAB III Standard Kompetensi 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat 3.1 Menyebutkan definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata topologi berasal dari bahasa yunani yaitu topos yang artinya tempat

BAB I PENDAHULUAN. Kata topologi berasal dari bahasa yunani yaitu topos yang artinya tempat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kata topologi berasal dari bahasa yunani yaitu topos yang artinya tempat dan logos yang artinya ilmu merupakan cabang matematika yang bersangkutan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Sebelum kita membahas mengenai uji primalitas, terlebih dahulu kita bicarakan beberapa definisi yang diperlukan serta beberapa teorema dan sifat-sifat yang penting dalam teori bilangan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI SISTEM BILANGAN

KONSTRUKSI SISTEM BILANGAN KONSTRUKSI SISTEM BILANGAN KEVIN MANDIRA LIMANTA 1. Konstruksi Aljabar 1.1. Bilangan Natural. Himpunan bilangan paling primitif adalah bilangan natural N, yang dicacah dengan aturan sebagai berikut: (1)

Lebih terperinci

Kajian Sifat Sifat Graf Pembagi-Nol dari Ring Komutatif dengan Elemen Satuan

Kajian Sifat Sifat Graf Pembagi-Nol dari Ring Komutatif dengan Elemen Satuan Kajian Sifat Sifat Graf Pembagi-Nol dari Ring Komutatif dengan Elemen Satuan Soleha 1, Dian W. Setyowati 2, Satrio A. W. 3 1 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, seha_07@matematika.its.ac.id 2 Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi dengan aksioma dan suatu operasi biner. Teori grup dan ring merupakan konsep yang memegang

Lebih terperinci

KALKULUS 1 UNTUK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA OLEH: DADANG JUANDI, DKK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KALKULUS 1 UNTUK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA OLEH: DADANG JUANDI, DKK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KALKULUS UNTUK MAHASISWA 9 CALON GURU MATEMATIKA OLEH: DADANG JUANDI, DKK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN. Sistem Bilangan Real Dalam Uraian

Lebih terperinci

MA5032 ANALISIS REAL

MA5032 ANALISIS REAL (Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. August 16, 2011 Pada bab ini anda diasumsikan telah mengenal dengan cukup baik bilangan asli, bilangan bulat, dan bilangan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. bilangan coprima, bilangan kuadrat sempurna (perfect square), kuadrat bebas

LANDASAN TEORI. bilangan coprima, bilangan kuadrat sempurna (perfect square), kuadrat bebas II. LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan prima, bilangan coprima, bilangan kuadrat sempurna (perfect square), kuadrat bebas (square free), keterbagian,

Lebih terperinci

MODUL HASIL BAGI DARI SUATU MODUL DEDEKIND

MODUL HASIL BAGI DARI SUATU MODUL DEDEKIND MODUL HASIL BAGI DARI SUATU MODUL DEDEKIND Erlina Tri Susianti 1) Santi Irawati 2) Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Malang. email: erltrisa@yahoo.co.id, santira99@gmail.com Abstrak: Gelanggang

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR 1 (TEORI GRUP)

STRUKTUR ALJABAR 1 (TEORI GRUP) Diktat Kuliah STRUKTUR ALJABAR 1 (TEORI GRUP) Oleh : HENDRIJANTO, M.Pd FAKULTAS PENDIDIKAN MIPA IKIP PGRI MADIUN M A D I U N 2011 BAB I Pendahuluan Dasar-dasar teori berikut ini sangat penting dalam pembahasan

Lebih terperinci

Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar

Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar PRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar Mashuri, Kristina Wijayanti, Rahayu Budhiati Veronica, Isnarto Jurusan Matenmatika FMIPA

Lebih terperinci

SOAL. Pada himpunan bilangan real, selidiki apakah merupakan grup terhadap operasi yang didefinisikan sebagai berikut: PEMBAHASAN

SOAL. Pada himpunan bilangan real, selidiki apakah merupakan grup terhadap operasi yang didefinisikan sebagai berikut: PEMBAHASAN Halo! Kali ini aku mau membahas soal ujian tengah semester (UTS) mata kuliah Pengantar Struktur Aljabar I di Prodi Matematika FMIPA UGM pada tahun akademik 2014/2015. Dosen pengampunya adalah Bu Sri Wahyuni.

Lebih terperinci

Diktat Kuliah STRUKTUR ALJABAR 1 (TEORI GRUP) Oleh : FEBRUL DEFILA, S.Pd

Diktat Kuliah STRUKTUR ALJABAR 1 (TEORI GRUP) Oleh : FEBRUL DEFILA, S.Pd Diktat Kuliah STRUKTUR ALJABAR 1 (TEORI GRUP) Oleh : FEBRUL DEFILA, S.Pd PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT 2012 BAB I Pendahuluan Dasar-dasar

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR: GRUP

STRUKTUR ALJABAR: GRUP STRUKTUR ALJABAR: GRUP BAHAN AJAR Oleh: Rippi Maya Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) SILIWANGI Bandung 2016 1 A. Pendahuluan Ilustrasi 1.1: Perhatikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Rantauprapat,11 April Penyusun

KATA PENGANTAR. Rantauprapat,11 April Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-nya lah dan hidayah-nya jualah penulisan makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Makalah ini

Lebih terperinci

1. GRUP. Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan

1. GRUP. Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan 1. GRUP Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan pasangan elemen ( ab, ) pada G, yang memenuhi dua kondisi berikut: 1. Setiap pasangan elemen

Lebih terperinci

Himpunan dan Sistem Bilangan Real

Himpunan dan Sistem Bilangan Real Modul 1 Himpunan dan Sistem Bilangan Real Drs. Sardjono, S.U. PENDAHULUAN M odul himpunan ini berisi pembahasan tentang himpunan dan himpunan bagian, operasi-operasi dasar himpunan dan sistem bilangan

Lebih terperinci

3 OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR

3 OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR Pada arena balap mobil, sebuah mobil balap mampu melaju dengan kecepatan (x + 10) km/jam selama 0,5 jam. Berapakah kecepatannya jika jarak yang ditempuh mobil tersebut 00

Lebih terperinci

Nama Mata Kuliah : Teori Bilangan Kode Mata Kuliah/SKS : MAT- / 2 SKS

Nama Mata Kuliah : Teori Bilangan Kode Mata Kuliah/SKS : MAT- / 2 SKS Nama Mata Kuliah : Teori Bilangan Kode Mata Kuliah/SKS : MAT- / 2 SKS Program Studi : Pendidikan Matematika Semester : IV (Empat) Oleh : Nego Linuhung, M.Pd Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dan Kelipatan

Lebih terperinci

BILANGAN CACAH. b. Langkah 1: Jumlahkan angka satuan (4 + 1 = 5). tulis 5. Langkah 2: Jumlahkan angka puluhan (3 + 5 = 8), tulis 8.

BILANGAN CACAH. b. Langkah 1: Jumlahkan angka satuan (4 + 1 = 5). tulis 5. Langkah 2: Jumlahkan angka puluhan (3 + 5 = 8), tulis 8. BILANGAN CACAH a. Pengertian Bilangan Cacah Bilangan cacah terdiri dari semua bilangan asli (bilangan bulat positif) dan unsur (elemen) nol yang diberi lambang 0, yaitu 0, 1, 2, 3, Bilangan cacah disajikan

Lebih terperinci

Pembagi Persekutuan Terbesar dan Teorema Bezout

Pembagi Persekutuan Terbesar dan Teorema Bezout Latest Update: March 10, 2017 Pengantar Teori Bilangan (Bagian 3): Pembagi Persekutuan Terbesar dan Teorema Bezout M. Zaki Riyanto Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga

Lebih terperinci

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Himpunan dan Fungsi Dr Rizky Rosjanuardi P PENDAHULUAN ada modul ini dibahas konsep himpunan dan fungsi Pada Kegiatan Belajar 1 dibahas konsep-konsep dasar dan sifat dari himpunan, sedangkan pada

Lebih terperinci

MODUL PERSIAPAN OLIMPIADE. Oleh: MUSTHOFA

MODUL PERSIAPAN OLIMPIADE. Oleh: MUSTHOFA MODUL PERSIAPAN OLIMPIADE Oleh: MUSTHOFA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2007 1 TEORI BILANGAN Dalam teori bilangan, semesta pembicaraan

Lebih terperinci

1 SISTEM BILANGAN REAL

1 SISTEM BILANGAN REAL Pertemuan Standar kompetensi: mahasiswa memahami cara membangun sistem bilangan real, aturan dan sifat-sifat dasarnya. Kompetensi dasar Memahami aksioma atau sifat aljabar bilangan real Memahami fakta-fakta

Lebih terperinci

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura Hak cipta dilindungi Undang-Undang Cetakan I, Agustus 24 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura ISBN: 978-62-97552--2 Deskripsi halaman sampul : Gambar yang

Lebih terperinci

PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL ALJABAR

PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL ALJABAR PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL ALJABAR DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMP

Lebih terperinci

TUGAS GEOMETRI TRANSFORMASI GRUP

TUGAS GEOMETRI TRANSFORMASI GRUP TUGAS GEOMETRI TRANSFORMASI GRUP KELOMPOK 8 1. I WAYAN AGUS PUTRAWAN (2008.V.1.0093) 2. I KADEK DWIJAYAPUTRA (2008.V.1.0094) 3. I KETUT DIARTA (2008.V.1.0123) 4. AGUS EKA SURYA KENCANA (2008.V.1.0043)

Lebih terperinci

DAERAH INTEGRAL, DIU, DFT

DAERAH INTEGRAL, DIU, DFT DAERAH INTEGRAL, DIU, DFT Semua Ritlg R pada Bab 5 ini diasumsikan komutatif, dan mempunyai suatu elemen Unitas 1, kecuali jika disebutkan lain. DAERAH INTEGRAL Sekarang, mula-mula sekali kita definisikan

Lebih terperinci

SIFAT ARMENDARIZ P A D A BEBERAPA RING GRUP

SIFAT ARMENDARIZ P A D A BEBERAPA RING GRUP SIFAT ARMENDARIZ P A D A BEBERAPA RING GRUP oleh : Mulvi Ludiana (1) Cece Kustiawan (2) Sumanang Muhtar Gozali (2) ABSTRAK Dari suatu ring dan grup, dapat dikonstruksi suatu ring baru yang disebut ring

Lebih terperinci

TEORI BILANGAN (3 SKS)

TEORI BILANGAN (3 SKS) BAHAN AJAR: TEORI BILANGAN (3 SKS) O l e h Drs. La Misu, M.Pd. (Dipakai dalam Lingkungan Sendiri) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

Lebih terperinci

Pengantar Teori Bilangan. Kuliah 4

Pengantar Teori Bilangan. Kuliah 4 Pengantar Teori Bilangan Kuliah 4 Materi Kuliah Bilangan Prima dan Distribusinya Teorema Fundamental Aritmatika Saringan Eratosthenes 22/2/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 2 Bilangan Prima dan Komposit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian pertama akan dibahas mengenai teori grup. 2.1 Grup Dalam struktur aljabar, himpunan

Lebih terperinci