BAB 3 RING ARMENDARIZ. bahwa jika ab = 0, maka ba = 0 (diketahui ab = 0, maka (ba) 2 = baba = b.0.a = 0

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 RING ARMENDARIZ. bahwa jika ab = 0, maka ba = 0 (diketahui ab = 0, maka (ba) 2 = baba = b.0.a = 0"

Transkripsi

1 BAB 3 RING ARMENDARIZ 3.1 Ring Terreduksi Suatu ring R disebut ring terreduksi jika tidak mempunyai elemen nilpoten tak nol. Secara ekuivalen, suatu ring dikatakan terreduksi jika tidak mempunyai elemen dengan kuadrat nol, yaitu jika x 2 = 0 maka x = 0. Dari sifat tersebut, diperoleh bahwa jika ab = 0, maka ba = 0 (diketahui ab = 0, maka (ba) 2 = baba = b.0.a = 0 berakibat ba = 0). Contoh ring terreduksi adalah ring bilangan bulat Z dan ring kuosien Z /n Z dimana n adalah bilangan bulat square free. Secara umum, setiap domain merupakan ring terreduksi. Pada tahun 1973 Efraim P. Armendariz membuktikan suatu lema yang berhubungan dengan ring terreduksi, yaitu sebagai berikut. Lema Misalkan R adalah ring terreduksi dan f (x), g(x) R[x], dengan f (x) = a 0+ a 1x a nx n, g(x) = b 0+ b 1x b mx m. Maka f (x)g(x) = 0 jika dan hanya jika a ib j= 0 untuk setiap 0 i n, 0 j m.

2 29

3 30 Bukti. Diketahui f(x)g(x) = 0, maka 0 = f (x)g (x) = a 0b 0+ (a 0b 1+ a 1b 0)x a nb mx n +m 0 = a 0b 0 0 = a 0b 1+ a 1b = a nb m. Karena R terreduksi, maka a 0b 0= 0 jika dan hanya jika b 0a 0= 0. Jadi, dengan mengalikan 0 = a 0b 1+ a 1b 0dengan b 0dari kiri diperoleh 0 = b 0a 0b 1+ b 0a 1b 0 0 = 0.b 1+ b 0a 1b 0 0 = 0 + b 0a 1b 0 0 = b 0a 1b 0. Mengalikan 0 = b 0a 1b 0dengan a 1dari kiri diperoleh 0 = a 1b 0a 1b 0 0 = (a 1b 0) 2 Karena R terreduksi, maka (a 1b 0) 2 = 0 mengakibatkan a 1b 0= 0. Dengan cara yang sama, diperoleh a ib 0= 0 untuk setiap 1 i n. Jadi,

4 persamaan direduksi menjadi 0 = a 0b 1 0 = a 1b 1+ a 0b 2 0 = a n 1b a 0b n.

5 31 Kembali menggunakan fakta bahwa a 0b 1= 0 mengakibatkan b 1a 0= 0. Dari 0 = a 1b 1+ a 0b 2diperoleh a 1b 1= 0 dan dengan cara yang sama diperoleh a ib 1= 0 untuk setiap 1 i n. Pengulangan proses akan menghasilkan a ib j= 0 untuk setiap 1 i n, 1 i m. Jadi, pernyataan terbukti. Diketahui a ib j= 0 untuk setiap 1 i n, 1 i m. Maka f (x)g(x) = (a 0+ a 1x a nx n )(b 0+ b 1x b mx m ) = a 0b (a 0b k+ a 1b k a kb 0)x k a nb mx n +m = ( )x k x n +m = x k x n +m Diperoleh f (x)g (x) = 0. Jadi, pernyataan terbukti. Berdasarkan lema di atas, M. B. Rege dan Sima Chhawchharia membuat definisi ring Armendariz sebagai berikut. Definisi Suatu ring R dikatakan mempunyai sifat Armendariz (atau suatu ring Armendariz) jika polinomial f(x) = a 0+ a 1x a nx n, g(x) = b 0+ b 1x b mx m R[x] dan f (x)g(x) = 0, diperoleh a ib j= 0 untuk setiap i, j. Ring yang dimaksud adalah ring asosiatif dengan elemen kesatuan. Jadi, setiap ring terreduksi merupakan ring Armendariz. Akibatnya, ring bilangan bulat Z dan ring kuosien Z /n Zdengan n bilangan bulat square free pun menjadi contoh ring Armendariz.

6 Konstruksi Untuk mengonstruksi contoh ring Armedariz dan ring non-armendariz, Rege dan Sima menggunakan prinsip idealisasi dari M. Nagata sebagai berikut. 1. Misalkan R ring komutatif dan M adalah R-modul. Dinotasikan dengan R(+)M, R-modul R M memberikan struktur ring dimana perkalian di- definisikan dengan (a, m)(b, n) = (ab, an + bm). Akan dibuktikan R(+)M adalah suatu ring. Operasi terdefinisi dengan baik. Misalkan (a 1, m 1), (a 2, m 2), (b 1, n 1), (b 2, n 2) R(+)M dimana (a 1, m 1) = (a 2, m 2), (b 1, n 1) = (b 2, n 2) yang berarti a 1= a 2, m 1= m 2, b 1= b 2, n 1= n 2. (a 1, m 1) + (b 1, n 1) = (a 1+ b 1, m 1+ n 1) = (a 2+ b 2, m 2+ n 2) = (a 2, m 2) + (b 2, n 2) (a 1, m 1)(b 1, n 1) = (a 1b 1, a 1n 1+ b 1m 1) = (a 2b 2, a 2n 2+ b 2m 2) = (a 2, m 2)(b 2, n 2).

7 33 (R(+)M, +) adalah grup komutatif. Penjumlahan bersifat asosiatif. Misalkan (a 1, m 1), (a 2, m 2), (a 3, m 3) R(+)M, maka (a 1, m 1) + {(a 2, m 2) + (a 3, m 3)} = (a 1, m 1) + (a 2+ a 3, m 2+ m 3) = (a 1+ {a 2+ a 3}, m 1+ {m 2+ m 3}) = (a 1+ a 2+ a 3, m 1+ m 2+ m 3) = ({a 1+ a 2} + a 3, {m 1+ m 2} + m 3) = (a 1+ a 2, m 1+ m 2) + (a 3, m 3) = {(a 1, m 1) + (a 2, m 2)} + (a 3, m 3). Keberadaan elemen nol. Karena untuk setiap (a, m) R(+)M berlaku (a, m) + (0 R, 0 M) = (a + 0 R, m + 0 M) = (a, m) = (0 R+ a, 0 M+ m) = (0 R, 0 M) + (a, m), dimana 0 R R adalah elemen nol di R dan 0 Madalah elemen nol di M, maka (0 R, 0 M) adalah elemen nol di R(+)M. Keberadaan elemen negatif. Karena untuk setiap (a, m) R(+)M berlaku (a, m) + ( a, m) = (a + ( a), m + ( m)) = (0 R, 0 M)

8 = ( a + a, m + m) = ( a, m) + (a, m), dimana a R adalah elemen negatif dari a di R dan m elemen negatif dari m di M, maka ( a, m) adalah elemen negatif dari (a, m)

9 34 di R(+)M. (R(+)M, ) adalah semigrup, yaitu perkalian bersifat asosiatif. Misalkan (a 1, m 1), (a 2, m 2), (a 3, m 3) R(+)M, maka (a 1, m 1){(a 2, m 2)(a 3, m 3)} = (a 1, m 1)(a 2a 3, a 2m 3+ a 3m 2) = (a 1{a 2a 3}, a 1{a 2m 3+ a 3m 2} + {a 2a 3}m 1) = (a 1a 2a 3, a 1a 2m 3+ a 1a 3m 2+ a 2a 3m 1) = (a 1a 2a 3, a 1a 2m 3+ a 3a 1m 2+ a 3a 2m 1) = ({a 1a 2}a 3, {a 1a 2}m 3+ a 3{a 1m 2+ a 2m 1}) = (a 1a 2, a 1m 2+ a 2m 1) + (a 3, m 3) = {(a 1, m 1)(a 2, m 2)}(a 3, m 3). Distributif perkalian terhadap penjumlahan. Misalkan (a 1, m 1), (a 2, m 2), (a 3, m 3) R(+)M, maka (a 1, m 1){(a 2, m 2) + (a 3, m 3)} = (a 1, m 1)(a 2+ a 3, m 2+ m 3) = (a 1{a 2+ a 3}, a 1{m 2+ m 3} + {a 2+ a 3}m 1) = (a 1a 2+ a 1a 3, a 1m 2+ a 1m 3+ a 2m 1+ a 3m 1) = (a 1a 2+ a 1a 3, {a 1m 2+ a 2m 1} + {a 1m 3+ a 3m 1}) = (a 1a 2, a 1m 2+ a 2m 1) + (a 1a 3, a 1m 3+ a 3m 1) = {(a 1, m 1)(a 2, m 2)} + {(a 1, m 1)(a 3, m 3)}. Dengan cara yang serupa, diperoleh {(a 1, m 1) + (a 2, m 2)}(a 3, m 3) = {(a 1, m 1)(a 3, m 3)} + {(a 2, m 2)(a 3, m 3)}.

10 Berdasarkan empat poin di atas, maka telah dibuktikan bahwa R(+)M adalah suatu ring. Jika M bukan nol, ring tidak terreduksi karena M dapat diidenti- fikasi dengan ideal 0 M dimana kuadratnya adalah nol.

11 35 2. Misalkan R ring dan A ideal dari R. Ring kuosien R = R/A mempunyai struktur alami pada R-bimodul kiri dan kanan. Dinotasikan a = a + A R untuk setiap a R. Definisikan operasi perkalian pada R (R/A) sebagai berikut. (r, a)(r, a )= (rr, ra + ar ). Notasi yang digunakan adalah R(+)R/A dengan sifat yang mirip dengan R(+)M. Akan dibuktikan R(+)R/A adalah suatu ring. Operasi terdefinisi dengan baik. Misalkan (r 1, a 1), (r 2, a 2), (s 1, b 1), (s 2, b 2) R(+)R/A dimana (r 1, a 1) = (r 2, a 2), (s 1, b 1) = (s 2, b 2) yang berarti r 1= r 2, s 1= s 2dan a 1= a 2, b 1= b 2sehingga a 1 a 2 A dan b 1 b 2 A. Selanjutnya, diperoleh (a 1 a 2) + (b 1 b 2) = a 1+ b 1 (a 2+ b 2) A. Itu artinya a 1+ b 1= a 2+ b 2sehingga (r 1, a 1) + (s 1, b 1) = (r 1+ s 1, a 1+ b 1) = (r 2+ s 2, a 2+ b 2) = (r 2, a 2) + (s 2, b 2) Selanjutnya, r 1(b 1 b 2) + (a 1 a 2)s 1= r 1b 1 r 1b 2+ a 1s 1 a 2s 1 = r 1b 1 r 2b 2+ a 1s 1 a 2s 2

12 = (r 1b 1+ a 1s 1) (r 2b 2+ a 2s 2) A.

13 36 Artinya, r 1b 1+ a 1s 1= r 2b 2+ a 2s 2sehingga (r 1, a 1)(s 1, b 1) = (r 1s 1, r 1b 1+ a 1s 1) = (r 2s 2, r 2b 2+ a 2s 2) = (r 2, a 2)(s 2, b 2) (R(+)M, +) adalah grup komutatif. Penjumlahan bersifat asosiatif. Misalkan (r 1, a 1), (r 2, a 2), (r 3, a 3) R(+)R/A, maka (r 1, a 1) + {(r 2, a 2) + (r 3, a 3)} = (r 1, a 1) + (r 2+ r 3, a 2+ a 3) = (r 1+ {r 2+ r 3}), (a 1+ {a 2+ a 3}) = (r 1+ r 2+ r 3), (a 1+ a 2+ a 3) = ({r 1+ r 2} + r 3), ({a 1+ a 2} + a 3) = (r 1+ r 2, {a 1+ a 2}) + (a 3, a 3) = {(a 1, a 1) + (a 2, a 2)} + (a 3, a 3) Keberadaan elemen nol. Karena untuk setiap (r, a) R(+)R/A berlaku (r, a) + (0, 0)= (r + 0, a + 0) = (0 + r, 0+ a) = (0, 0)+ (r, a) dimana 0 R adalah elemen nol di R dan 0adalah elemen nol di R/A,

14 maka (0, 0)adalah elemen nol di R(+)R/A.

15 37 Keberadaan elemen negatif. Karena untuk setiap (r, ) R(+)R/A berlaku (r, a) + ( r, a) = (r + ( r), a + ( a)) = (0, 0) = ( r + r, a + a) = ( r, a) + (r, a) dimana r R adalah elemen negatif dari r di R dan a elemen negatif dari a di R/A, maka ( r, a) adalah elemen negatif dari (r, a ) di R(+)R/A. (R(+)M, ) adalah semigrup, yaitu perkalian bersifat asosiatif. Misalkan (r 1, a 1), (r 2, a 2), (r 3, a 3), R(+)R/A, maka (r 1, a 1){(r 2, a 2)(r 3, a 3)} = (r 1, a 1)(r 2r 3, r 2a 3+ r 3a 2) = (r 1{r 2r 3}, r 1(r 2a 3+ r 3a 2) + {r 2r 3}a 1) = (r 1r 2r 3, r 1r 2a 3+ r 1r 3a 2+ r 2r 3a 1) = (r 1r 2r 3, r 1r 2a 3+ r 3r 1a 2+ r 3r 2a 1) = ({r 1r 2}r 3, {r 1r 2}a 3+ r 3{r 1a 2+ r 2a 1) = (r 1r 2, {r 1a 2+ r 2a 1})(r 3, a 3) = {(r 1, a 1)(r 2, a 2)}(r 3, a 3). Distributif perkalian terhadap penjumlahan. Misalkan (a 1, m 1), (a 2, m 2), (a 3, m 3) R(+)M, maka

16 (r 1, a 1){(r 2, a 2) + (r 3, a 3)} = (r 1, a 1)(r 2+ r 3, a 2+ a 3) = (r 1{r 2+ r 3}, r 1{a 2+ a 3} + {r 2+ r 3}a 1) = (r 1r 2+ r 1r 3, r 1a 2+ r 1a 3+ r 2a 1+ r 3a 1) = (r 1r 2+ r 1r 3, {r 1a 2+ r 2a 1} + {r 1a 3+ r 3a 1})

17 38 Dengan cara yang serupa, diperoleh = (r 1r 2, r 1a 2+ r 2a 1) + (r 1r 3, r 1a 3+ r 3a 1) = {(r 1, a 1)(r 2, a 2)} + {(r 1, a 1)(r 3, a 3)}. {(r 1, a 1) + (r 2, a 2)}(r 3, a 3) = {(r 1, a 1)(r 3, a 3)} + {(r 2, a 2)(r 3, a 3)}. Berdasarkan empat poin di atas, maka telah dibuktikan bahwa R(+)R/A adalah suatu ring. Berikut adalah contoh ring tak terreduksi yang merupakan Armedariz. Proposisi Untuk setiap bilangan bulat n, Z /n Zadalah suatu ring Armen- dariz, dimana bukan merupakan ring tereduksi ketika n adalah bilangan bulat yang bukan square free. Bukti. Misalkan n = p m, dimana p adalah bilangan prima. f(x), g(x) berturutturut menotasikan koset dari f (x), g(x)(mod p m Z[x]). Misalkan f(x)g(x) = 0, artinya p m f(x)g(x). Karena p adalah bilangan prima, maka f (x) = p r f (x) dan g(x) = p s g (x) untuk suatu f dan g yang memenuhi kondisi bahwa faktor persekutuan terbesar dari koefisien-koefisien f (juga g ) tidak dapat dibagi p. Jelas bahwa r + s m. Itu berarti bahwa a ib j = 0 untuk setiap i, j, yang menunjukkan bahwa Z /pm Z adalah adalah ring Armendariz. Misalkan n adalah suatu bilangan asli. Maka n = p e 11 p e 22...p e i i dimana p k adalah suatu bilangan prima. Berdasarkan teorema sisa China, diperoleh

18 Z /n Z = Z /pe 11 Z Z/p e 22 Z... Z /pe i iz. Diketahui Z /pe kk Z Armendariz untuk setiap k. Akibatnya, Z /pe 11 Z Z /pe 22 Z... Z /pe ii Z Armendariz, yaitu jika f (x), g(x) { Z /pe 11 Z Z /pe 22 Z... ei Z /p i}[x], memenuhi f(x)g(x) = 0, maka a rpb sp= 0 untuk setiap 1 p i,

19 39 0 r n, 0 s m. Selanjutnya akan dibuktikan Z /n ZArmendariz. Konstruksi φ : Z /pe 11 Z Z/p e 22 Z... Z /pe i iz Z /n Z (a 1, a 2,..., a i) a = nk=1 a k Ambil f (x) = n m p=0 (a p1,..., a p1)x p, g(x) = q=0 (b q1,..., b qi)x q { Z /pe 11 Z... Z /pe i i Z } [x]. Misalkan φ(f(x))φ(g(x)) = φ(f (x)g(x)) = 0 n p m q 0 = φ p=0(a p1, a p2,..., a p1)x q=0(b q1, b q2,..., b qi)x n p m q 0 = φ p=0(a p1, a p2,..., a p1)x q=0(b q1, b q2,..., b qi)x 0 = φ( nq=0+m qp=0(a p1, a p2,..., a p1)(b q1, b q2,..., b qi)x q ) 0 = a 0b 0+ (a 0b 1+ a 1b 0)x a nb mx n +m 0 = a 0b 0 0 = a 0b 1+ a 1b = a nb m Telah diketahui bahwa a rpb sp= 0, untuk setiap 1 p i, 0 r n, 0 s m. Maka a 0b 0= 0,

20 a 0b 1+ a 1b 0= 0, a 0b 1= (a a 0i)(b b 1i)

21 40 = a 01b a 01b 1i+ a 0ib a 0ib 1i = = 0... a nb m= 0 Diperoleh a pb q= 0, untuk setiap 0 p n, 0 q m. Jadi, Z /n ZArmendariz. Teorema berikut merupakan generalisasi dari Proposisi Teorema Jika R adalah domain ideal utama (PID) komutatif dan A adalah ideal dari R, maka R/A adalah Armendariz. Bukti. Ambil f(x), g(x) R/A[x]. Karena R PID, maka terdapat d A sehingga A = (d) = dr. Misalkan d = p m, dimana p adalah prima. Asumsikan f(x)g(x) = 0,artinya f (x)g(x) A = dr = p m atau p m f(x)g(x). Karena p prima, maka f (x) = p r f (x) dan g(x) = p s g (x) untuk suatu f dan g yang memenuhi kondisi faktor persekutuan terbesar dari koefisien-koefisien f (juga g ) tidak dapat dibagi p. Jelas bahwa r + s m yang berarti a ib j= 0 untuk setiap i, j yang menunjukkan bahwa R/A adalah ring Armendariz. Misalkan d A. Karena R adalah PID, maka R adalah UFD sehingga d = p e 11 p e 22...p e kk dimana p kadalah elemen prima. Berdasarkan teorema sisa Cina, diperoleh R/A = R/dR = R/p e 11 R R/p e 22 R... R/p e ii R.

22 Diketahui R/p e kkr Armendariz untuk setiap k. Maka R/p e 11 R R/p e 22 R... R/p e i i R Armendariz, yaitu jika f(x), g(x) {R/p e 11 R R/p e 22 R... R/p e i i R}[x], memenuhi f(x)g(x) = 0, maka a rpb sp= 0, untuk setiap 1 p i, 0 r n, 0 s m. Selanjutnya akan dibuktikan R/A = R/dR Armendariz.

23 41 Konstruksi φ : R/p e 11 R R/p e 22 R... R/p e i ir R/dR (a 1, a 2,..., a i) a = nk=1 a k Ambil f (x) = n p=0 (a p1,..., a p1)x p, g(x) = m q=0 (b q1,..., b qi)x q {R/p e 11 R... R/p e i ir}[x]. Misalkan φ(f(x))φ(g(x)) = φ(f (x)g(x)) = 0 n p m q 0 = φ p=0(a p1, a p2,..., a p1)x q=0(b q1, b q2,..., b qi)x 0 = φ( n+m q=0 p=0(a p1, a p2,..., a p1)(b q1, b q2,..., b qi)x 0 = n+m q=0 p=0 a pb q px q q 0 = a 0b 0+ (a 0b 1+ a 1b 0)x a nb mx n +m q q) 0 = a 0b 0 0 = a 0b 1+ a 1b = a nb m Telah diketahui bahwa a rpb sp= 0, untuk setiap 1 p i, 0 r n, 0 s m. Maka a 0b 0= 0, a 0b 1+ a 1b 0= 0,

24 a 0b 1= (a a 0i)(b b 1i) = a 01b a 01b 1i+ a 0ib a 0ib 1i

25 42 = = 0... a nb m= 0 Diperoleh a pb q= 0, untuk setiap 0 p n, 0 q m. Jadi, R/dR Armendariz. Teorema-teorema selanjutnya memanfaatkan prinsip idealisasi untuk konstruksi ring Armendariz. Teorema Misalkan R domain dan A ideal dari R. Misalkan R/A Armen- dariz. Maka R(+)R/A adalah Armendariz. Bukti. Ambil f (x), g(x) {R(+)R/A}[x], dimana m -54f (x) = i=0(a i, u i)x j = ( n n g(x) = n j=0(b j, v j)x j=0 b j, j=0 v j) = (g 0(x), g 1(x)). Jika f (x)g(x) = 0, maka (f 0(x), f 1(x))(g 0(x), g 1(x)) = (f 0(x)g 0(x), f 0(x)g 1(x) + f 1(x)g 0(x)) = (0, 0)= 0. Artinya, P e rhatikan 3.1. m

26 n f 0 ( x ) g (3.1) (3.2) f 0(x)g 0(x) ( = 0 x ) 0 = 0 f 0(x)g 1( x) + f 1(x)g 0( x)) = 0 i=0 a i j=0 b j= a 0b 0+ (a 0b 1+ a 1b 0)x a mb nx n +m = 0

27 43 a 0b 0= 0 Karena R domain, maka R[x] pun domain. Jadi, ketika f 0(x)g 0(x) = 0, haruslah f (x) = 0 atau g(x) = 0. Kasus I Misalkan f 0(x) = 0. Maka persamaan 3.2 menjadi f 1(x)g 0(x) = 0 atas R/A. Karena R/A Armendariz, maka u ib j= 0 untuk setiap i, j. Karena f 0(x) = 0, maka a i= 0 untuk setiap i. Jadi, (a i, u i)(b j, v j) = (a ib j, a iv j+ u ib j) = (0, 0)= 0 untuk setiap i, j. Kasus II Misalkan g 0(x) = 0. Maka persamaan 3.2 menjadi f 0(x)g 1(x) = 0 atas R/A. Karena R/A Armendariz, maka a iv j= 0 untuk setiap i, j. Karena g 0(x) = 0, maka b j= 0 untuk setiap j. Jadi, (a i, u i)(b j, v j) = (a ib j, a iv j+ u ib j) = (0, 0)= 0 untuk setiap i, j. Jadi, R(+)R/A Armendariz. Sebagai kasus khusus dari teorema di atas, diperoleh akibat berikut. Akibat Z (+) Z /n Zadalah ring Armendariz untuk setiap bilangan bulat n.

28 Bukti. Karena Z adalah suatu domain dan Z /n Zadalah ring Armendariz berda- sarkan Proposisi 3.2.1, maka Z (+) /n Z Zadalah ring Armendariz berdasarkan Teo- rema Dari Teorema 3.2.3, diperoleh bahwa jika R adalah domain maka R(+)R (dengan memilih {0} sebagai ideal dari R) adalah Armendariz. Hasil ini dapat

29 44 diperluas untuk ring terreduksi, dengan sifat yang akan digunakan adalah sebagai berikut. 1. Jika R terreduksi dan a, b R, maka ab = 0 jika dan hanya jika ba = Ring terreduksi adalah adalah ring Armendariz. 3. Jika R terreduksi, maka R[x] juga terreduksi. Proposisi Misalkan R adalah ring terreduksi. Maka ring R(+)R adalah Ar- mendariz. Bukti. Ambil f (x), g(x) {R(+)R}[x], dimana f (x) = m (a i, u i)x i = m a i, m u i= (f 0(x), f 1(x)), i=0 i=0 i=0 n n n g(x) = (b j, v j)x j = b j, v j= (g 0(x), g 1(x)) j=0 j=0 j=0 dan memenuhi f(x)g(x) = 0. f(x)g(x) = 0 (f 0(x), f 1(x))(g 0(x), g 1(x)) = 0 (f 0(x)g 0(x), f 0(x)g 1(x) + f 1(x)g 0(x)) = 0. f 0(x)g 1(x) + f 1(x)g 0(x) = 0. Maka diperoleh f 0(x)g 0(x) = 0

30 (3.3) (3.4) Karena R terreduksi, maka dari 3.3 diperoleh g 0(x)f 0(x) = 0. (3.5)

31 45 Selanjutnya, persamaan 3.4 dikalikan dengan g 0(x) dari kiri sehingga diperoleh g 0(x)f 0(x)g 1(x) + g 0(x)f 1(x)g 0(x) = 0. Dengan menggunakan 3.5, diperoleh g 0(x)f 1(x)g 0(x) = 0. Mengalikan dengan f 1(x) dari kiri diperoleh f 1(x)g 0(x)f 1(x)g 0(x) = (f 1(x)g 0(x)) 2 = 0. Karena R[x] terreduksi, maka f 1(x)g 0(x) = 0. (3.6) Substitusi persamaan 3.6 ke persamaan 3.4, diperoleh f 0(x)g 1(x) = 0. (3.7) Karena R terreduksi, maka dari persamaan 3.3, 3.6 dan 3.7 diperoleh a ib j= 0, a iv j= 0, u ib j= 0 untuk setiap i, j. Berarti (a i, u i)(b j, v j) = (a ib j, a iv j+u ib j) = 0 untuk setiap i, j. Jadi, R(+)R adalah ring Armendariz. Proposisi berikut merupakan generalisasi dari Proposisi Proposisi Misalkan R ring tereduksi dan A ideal dari R sedemikian sehingga R/A terreduksi. Maka R(+)R/A adalah Armendariz. Bukti. Ambil f (x), g(x) {R(+)R/A}[x], dimana f (x) = m i = ( m i=0(a i, u i)x m

32 g(x) = n i=0 a i, i=0 u i) = (f 0(x), f 1(x)), j = ( n j=0(b j, v j)x j=0 b j, j=0 v j) = (g 0(x), g 1(x)) n

33 46 dan memenuhi f(x)g(x) = 0. f(x)g(x) = 0 (f 0(x), f 1(x))(g 0(x), g 1(x)) = 0 (f 0(x)g 0(x), f 0(x)g 1(x) + f 1(x)g 0(x)) = 0. Maka diperoleh f 0(x)g 0(x) = 0 (3.8) f 0(x)g 1(x) + f 1(x)g 0(x) = 0. (3.9) Karena R terreduksi, maka dari 3.8 diperoleh g 0(x)f 0(x) = 0. (3.10) Selanjutnya, persamaan 3.9 dikalikan dengan g 0(x) dari kiri sehingga diperoleh g 0(x)f 0(x)g 1(x) + g 0(x)f 1(x)g 0(x) = 0. Dengan menggunakan 3.10, diperoleh g 0(x)f 1(x)g 0(x) = 0. Mengalikan dengan f 1(x) dari kiri diperoleh f 1(x)g 0(x)f 1(x)g 0(x) = (f 1(x)g 0(x)) 2 = 0. Karena R/A[x] terreduksi, maka f 1(x)g 0(x) = 0. Substitusi persamaan 3.11 ke persamaan 3.9, diperoleh

34 )g 1(x) = 0. (3.11) (3.12)

35 47 Karena R/A terreduksi, yang berarti R/A Armendariz, maka dari persamaan 3.8, 3.11 dan 3.12 diperoleh a ib j= 0, a iv j= 0, u ib j= 0 untuk setiap i, j. Berarti (a i, u i)(b j, v j) = (a ib j, a iv j+ u ib j) = (0, 0)= 0 untuk setiap i, j. Jadi, R(+)R/A adalah ring Armendariz. Kim dan Lee memberikan contoh ring Armendariz. Misalkan R terreduksi dan S subring dari matriks segitiga atas T 3(R), yaitu S = a b c 0 a d a, b, c, d R 0 0 a Misalkan f (x) = p 0+ p 1x p nx n, g (x) = q 0+ q 1x q mx m S[x], dimana a ib ic i e jf jg j p i= 0 a id i, q j= 0 e jh j 0 0 ai 0 0 ej yang memenuhi f(x)g(x) = 0. f(x)g(x) = (p 0+ p 1x p nx n )(q 0+ q 1x q mx m ) = p 0q 0+ (p 0q 1+ p 1q 0)x p nq mx n +m Untuk setiap p i, q jdiperoleh a ia i12a i13 b jb j12b j13 p iq j= 0 a ia i23 0 b jb j23

36 0 0 ai 0 0 bj

37 48 a ib ja ib j12+ a i12b ja ib j13+ a i12b j23+ a i13b j = 0 a ib j a ib j23+ a i23b j 0 0 a ib j. Untuk memudahkan penulisan, bentuk matriks di atas akan dituliskan dalam bentuk p i= (a i, b i, c i, d i), q j= (e j, f j, g j, h j), dimana masing-masing secara berturutturut mewakili entri diagonal utama, entri baris pertama kolom kedua, entri baris pertama kolom ketiga, serta entri baris kedua kolom ketiga. Jadi, untuk setiap i, j diperoleh p iq j= (a i, b i, c i, d i)(e j, f j, g j, h j) = (a ie j, a if j+ b ie j, a ig j+ b ih j+ c ie j, a ih j+ d ie j) sehingga f(x)g(x) = p 0q 0+ (p 0q 1+ p 1q 0)x p nq mx n +m 0 = (a 0, b 0, c 0, d 0)(e 0, f 0, g 0, h 0) + [(a 0, b 0, c 0, d 0)(e 0, f 0, g 0, h 0) +(a 0, b 0, c 0, d 0)(e 0, f 0, g 0, h 0)]x (a n, b n, c n, d n)(e m, f m, g m, h m)x n +m 0 = (a 0e 0, a 0f 0+ b 0e 0, a 0g 0+ b 0h 0+ c 0e 0, a 0h 0+ d 0e 0) +[(a 0e 1, a 0f 1+ b 0e 1, a 0g 1+ b 0h 1+ c 0e 1, a 0h 1+ d 0e 1) +(a 1e 0, a 1f 0+ b 1e 0, a 1g 0+ b 1h 0+ c 1e 0, a 1h 0+ d 1e 0)]x (a ne m, a nf m+ b ne m, a ng m+ b nh m+ c ne m, a nh m+ d ne m)x n +m 0 = (a 0e 0, a 0f 0+ b 0e 0, a 0g 0+ b 0h 0+ c 0e 0, a 0h 0+ d 0e 0)

38 +[(a 0e 1+ a 1e 0, a 0f 1+ b 0e 1+ a 1f 0+ b 1e 0, a 0g 1+ b 0h 1+ c 0e 1+ a 1g 0+ b 1h 0+ c 1e 0, a 0h 1+ d 0e 1+ a 1h 0+ d 1e 0)]x (a ne m, a nf m+ b ne m, a ng m+ b nh m+ c ne m, a nh m+ d ne m)x n +m

39 49 = (a 0e 0, a 0f 0+ b 0e 0, a 0g 0+ b 0h 0+ c 0e 0, a 0h 0+ d 0e 0) +[(a 0e 1+ a 1e 0, a 0f 1+ a 1f 0+ b 0e 1+ b 1e 0, a 0g 1+ a 1g 0+ b 0h 1+ b 1h 0+ c 0e 1+ c 1e 0, a 0h 1+ a 1h 0+ d 0e 1+ d 1e 0)]x (a ne m, a nf m+ b ne m, a ng m+ b nh m+ c ne m, a nh m+ d ne m)x n +m. Dari hasil di atas, diperoleh empat persamaan sebagai berikut = a 0e 0+ [a 0e 1+ a 1e 0] x a ne mx n +m = [a 0f 0+ b 0e 0]+[a 0f 1+ a 1f 0+ b 0e 1+ b 1e 0] x+...+[a nf m+ b ne m] x n +m = [a 0g 0+ b 0h 0+ c 0e 0] + [a 0g 1+ a 1g 0+ b 0h 1+ b 1h 0+ c 0e 1+ c 1e 0] x [a ng m+ b nh m+ c ne m] x n +m 4. 0 = [a 0h 0+ d 0e 0] + [a 0h 1+ a 1h 0+ d 0e 1+ d 1e 0] x [a nh m+ d ne m]. Dari 1, diperoleh 0 = a 0e 0+ [a 0e 1+ a 1e 0] x a ne mx n +m. Artinya, a 0e 0= 0, a 0e 1+ a 1e 0= 0,..., a ne m= 0. Karena R terreduksi, maka e 0a 0= 0. Selanjutnya, mengalikan a 0e 1+ a 1e 0= 0 dengan e 0dari sebelah kiri diperoleh e 0a 0e 1+ e 1a 1e 0= 0 0.e 1+ e 0a 1e 0= 0 e 0a 1e 0= 0 Selanjutnya, dengan mengalikan persamaan terakhir dengan a 1diperoleh a 1e 0a 1e 0= (a 1e 0) 2 = 0. Karena R terreduksi, maka diperoleh a 1e 0= 0. Dengan cara yang sama, diperoleh a ie 0= 0, untuk setiap i.

40 Persamaan pun terreduksi menjadi a 0e 1= 0, a 0e 2+ a 1e 1= 0,..., a 0e m a n 1e 1= 0. Kembali menggunakan fakta bahwa a 0e 1= 0 mengakibatkan

41 50 e 1a 0= 0. Mengalikan a 0e 2+ a 1e 1= 0 dengan e 1dari sebelah kiri diperoleh e 1a 0e 2+ e 1a 1e 1= 0 0.e 2+ e 1a 1e 1= 0 e 1a 1e 1= 0. Selanjutnya, dengan mengalikan persamaan terakhir dengan a 1diperoleh a 1e 1a 1e 1= (a 1e 1) 2 = 0. Karena R terreduksi, maka diperoleh a 1e 1= 0. Dengan cara yang sama diperoleh a ie 1= 0 untuk setiap i. Dengan pengulangan proses, diperoleh a ie j= 0 untuk setiap i, j. Dari persamaan 2, diperoleh 0 = [a 0f 0+ b 0e 0]+[a 0f 1+ a 1f 0+ b 0e 1+ b 1e 0] x [a nf m+ b ne m] x n +m. Artinya, a 0f 0+ b 0e 0= 0, a 0f 1+ a 1f 0+ b 0e 1+ b 1e 0= 0,..., a nf m+ b ne m= 0. Mengalikan a 0f 0+ b 0e 0= 0 dengan e 0, diperoleh e 0a 0f 0+ e 0b 0e 0= 0 0.f 0+ e 0b 0e 0= 0 e 0b 0e 0= 0. Selanjutnya, dengan mengalikan persamaan terakhir dengan b 0diperoleh b 0e 0b 0e 0= (b 0e 0) 2 = 0. Karena R terreduksi, maka diperoleh b 0e 0= 0. Dengan cara yang sama, diperoleh b ie 0= 0 untuk setiap i. Persamaan pun terreduksi menjadi a 0f 0= 0, a 0f 1+ a 1f 0+ b 0e 1= 0,..., a nf m= 0. Dengan menggunakan hasil a ie j= 0, mengalikan persamaan a 0f 1+ a 1f 0+ b 0e 1= 0 dengan e 1menghasilkan e 1b 0e 1= 0 sehingga b 0e 1= 0. Dengan

42 cara yang sama, diperoleh b ie 1= 0 untuk setiap i. Dengan pengulangan proses, diperoleh b ie j= 0 untuk setiap i, j. Persamaan kembali terreduksi menjadi a 0f 0= 0, a 0f 1+ a 1f 0= 0,..., a nf m= 0. Karena R terreduksi, maka a 0f 0= 0 mengakibatkan f 0a 0. Mengalikan a 0f 1+ a 1f 0= 0 dengan f 0menghasilkan f 0a 1f 0= 0 sehingga diperoleh

43 51 a 1f 0= 0. Dengan cara yang sama, diperoleh a if 0= 0 untuk setiap i. Dengan pengulangan proses, diperoleh a if j= 0 untuk setiap i, j. Dari persamaan 4, diperoleh 0 = [a 0h 0+ d 0e 0]+[a 0h 1+ a 1h 0+ d 0e 1+ d 1e 0] x [a nh m+ d ne m]. Artinya, a 0h 0+ d 0e 0= 0, a 0h 1+ a 1h 0+ d 0e 1+ d 1e 0= 0,..., a nh m+ d ne m= 0. Dengan langkah yang serupa dengan persamaan 2, diperoleh a ih j= 0, d ie j= 0 untuk setiap i, j. Dari persamaan 3, diperoleh 0 = [a 0g 0+ b 0h 0+ c 0e 0] + [a 0g 1+ a 1g 0+ b 0h 1+ b 1h 0+ c 0e 1+ c 1e 0] x [a ng m+ b nh m+ c ne m] x n +m Artinya,a 0g 0+ b 0h 0+ c 0e 0= 0, a 0g 1+ a 1g 0+ b 0h 1+ b 1h 0+ c 0e 1+ c 1e 0= 0, a ng m+ b nh m+ c ne m= 0. Dengan menggunakan hasil a ie j= 0 dan b ie j= 0, mengalikan persamaan a 0g 0+ b 0h 0+ c 0e 0= 0 dengan e 0menghasilkan e 0c 0e 0= 0 sehingga c 0e 0= 0. Dengan cara yang sama, diperoleh c ie 0= 0 untuk setiap i. Dengan pengulangan proses, diperoleh c ie j= 0 untuk setiap i, j. Persamaan pun terreduksi. Dengan cara yang serupa, akan diperoleh a ig j= 0, b ih j= 0 untuk setiap i, j. Jadi, S adalah ring Armendariz. Berikut merupakan penjelasan rinci dari dua contoh ring Armendariz. 1. Himpunan bilangan bulat Z Ambil f (x) = a 0+ a 1x a nx n, g(x) = b 0+ b 1x b mx m Z [ x]. Karena Z domain, diperoleh Z [ x] domain sehingga untuk f (x)g(x) = 0

44 haruslah f(x) = 0 atau g(x) = 0. Jadi, pada Z diperoleh f(x)g(x) = 0 jika f (x) = 0 atau g(x) = 0 dan jelas diperoleh a ib j= 0 untuk setiap i, j. 2. Himpunan ring kuosien Z4 Misalkan f(x) = a 0+a 1x a nx n, g (x) = b 0+ b 1x +...+a mx m Z4[x]

45 52 dan memenuhi f(x)g(x) =. 0 = f (x)g(x) = a 0b 0+ a 0b 1+ a 1b 0x a nb mx n +m. Artinya, a 0b 0= 0, (3.13) a 0b 1+ a 1b 0= 0 (3.14) a 0b 2+ a 1b 1+ a 2b 0= 0 (3.15)... a nb m= 0. (3.16) Persamaan 3.13 hanya bisa dipenuhi oleh a 0= 2dan b 0= 2(untuk a 0, b 0= 0 ).Selanjutnya, substitusi nilai tersebut ke persamaan 3.14 sehingga 0 = a 0b 1+ a 1b 0 = 2b 1+ a 1 2 Persamaan (b 1+ a 1) haruslah bernilai genap, dimana dapat dipenuhi oleh a 1= 2k a1+ 1, b 1= 2k b1+ 1 (keduanya ganjil) atau a 1= 2k a1, b 1= 2k b1

46 (keduanya genap). Untuk kasus keduanya ganjil, substitusikan nilai a 1= 2k a1+ 1, b 1= 2k b1+ 1

47 53 ke persamaan 3.15 sehingga 0 = a 0b 2+ a 1b 1+ a 2b 0 = 2b 2+ (2k a1+ 1)(2k b1+ 1) + a 2 2 (3.17) Sisi kanan persamaan selalu bernilai ganjil, sehingga tidak akan pernah diperoleh nilai 0. Artinya, untuk penyelesaian a 1, b 1bernilai ganjil tidak memenuhi, haruslah a 1, b 1bernilai genap. Untuk proses selanjutnya, akan selalu terdapat dua pasangan pilihan untuk a i, b i, yaitu keduanya ganjil atau keduanya genap. Jika dipilih a i, b iganjil, maka akan terdapat kontradiksi ketika ada perkalian a ib i, seperti pada persamaan 3.17 sehingga haruslah a i, b igenap, untuk setiap i, j. Jadi, diperoleh a ib j= 2k ai2k bj = 4k aik bj untuk setiap i, j. 3.3 Ring Non-Armendariz Pada bagian ini akan disajikan beberapa contoh ring yang bukan Armendariz Perhatikan polinomial f(x) = E 12x + E 11= x +,

48 ) g(x) = E 11x E 21= x atas ring M 2( R. Maka f(x)g(x) = x + x = x 2 x + x = tetapi E 11E 11= = = E 11= Dari uraian di atas, diperoleh bahwa ring matriks berderajat dua atas bilangan real bukan merupakan ring Armendariz. Hasil di atas dapat diperluas untuk ring ma- triks berderajat lebih dari dua, sehingga bukan merupakan ring Armendariz. Lebih jauh, ring matriks atas sebarang ring bukan merupakan ring Armendariz. Jadi, su- atu ring matriks berderajat 2 atas sebarang ring dengan elemen kesatuan bukanlah ring Armendariz. Perhatikan polinomial f(x) = ( 4, 0)+ ( 4, 1)x atas ring { Z / 8Z (+)Z/ 8Z }. Kuadrat dari polinomial ini adalah nol, tetapi hasil kali ( 4, 0)+ ( 4, 1)= ( 4 4, ) = (16, 4) = ( 0, 4)

49 tidak nol. Ring di atas menunjukkan bahwa ring komutatif belum tentu Armendariz. Selain itu juga menunjukkan bahwa ring kuosien dari suatu ring Armendariz belum / / } tentu Armendariz. Ring pada contoh di atas adalah ring kuosien dari { Z 8Z (+)Z 8Z dimana merupakan Armendariz berdasarkan Akibat

50 Ring Grup dan Pada bagian ini disajikan dua buah konstruksi dari ring grup dan hubungannya de- ngan ring Armendariz Ring Grup ZZ3 dan ZZ5 Konstruksi suatu ring grup RG dengan R = Z dan G = Zn/{0} dengan operasi perkalian, dimana n adalah bilangan prima selain dua. Maka ZZn = {a 1 1+ a a n 1n 1 a i Z untuk setiap i}. Akan diperiksa apakah ZZn adalah ring Armendariz atau bukan, tetapi hanya untuk n = 3 dan n = 5. Untuk n = 3, diketahui ZZ3 = {a 1 1+ a 2 2 a 1, a 2 Z }. Akan diperiksa apakah ZZ3 adalah ring terreduksi atau bukan. Ambil a = a 1 1+ a 2 2 ZZ3. Akan diperiksa apakah a 2 = 0 mengakibatkan a = 0. 0 = a 2 = a a 1a 2 2+ a 2a 1 2+ a = a a 1a 2 2+ a 1a 2 2+ a = (a a 2 2) 1+ 2a 1a 2 2

51 yang akan terpenuhi jika a a 2 2 = 0 dan 2a 1a 2= 0. Dari a a 2 2 = 0, diperoleh a 1= 0, a 2= 0 yang berarti a = a 1 1+ a 2 2= = 0. Jadi, ZZ3 adalah ring

52 56 terreduksi. Berdasarkan penjelasan pada 3.1, maka ZZ3 adalah ring Armendariz. Selanjutnya, untuk n = 5 diketahui ZZ5 = {a 1 1+ a 2 2+ a 3 3+ a 4 4 a 1, a 2, a 3, a 4 Z }. Akan diperiksa apakah ZZ5 adalah ring terreduksi atau bukan. Ambil a = a 1 1+ a 2 2+ a 3 3+ a 4 4 ZZ5. Akan diperiksa apakah a 2 = 0 mengakibatkan a = 0. 0 = a 2 = a a 1a 2 2+ a 1a 3 3+ a 1a a 2a 1 2+ a 2a 2 2+ a 2a 3 1+ a 2a 4 3 a 3a 1 3+ a 3a 2 1+ a 3a 3 4+ a 3a 4 2+ a 4a 1 4+ a 4a 2 3+ a 4a 3 2+ a 4a 4 1 = a a 1a 2 2+ a 1a 3 3+ a 1a a 1a 2 2+ a a 2a 3 1+ a 2a 4 3 a 1a 3 3+ a 2a 3 1+ a a 3a 4 2+ a 1a 4 4+ a 2a 4 3+ a 3a 4 2+ a (2a 1a 4+ a a 2 3) 4 yang akan terpenuhi jika a a 2a 3+ a 2 4 = 0 (3.18) 2a 1a 2+ 2a 3a 4= 0 (3.19) 2a 1a 3+ 2a 2a 4= 0 (3.20) 2a 1a 4+ a a 2 3 = 0. (3.21)

53 57 Dengan proses eliminasi persamaan 3.19 dan 3.20, diperoleh 0 = (2a 1a 2+ 2a 3a 4) (2a 1a 3+ 2a 2a 4) = 2a 1(a 2 a 3) 2a 4(a 2 a 3) = 2(a 1 a 4)(a 2 a 3). Maka nilai yang memenuhi adalah a 2= a 3atau a 1= a 4. Pilih a 2= a 3dan substitusikan ke persamaan 3.19 a 1a 2+ a 3a 4= 0 a 1a 2+ a 2a 4= 0 (a 1+ a 4)a 2= 0. Diperoleh a 1= a 4atau a 2= 0. Pilih a 1= a 4dan substitusikan ke persamaan 3.18 a a 2a 3+ a 2 4 = 0 a a 2a 2+ ( a 1) 2 = 0 a a a 2 1 = 0 2a a 2 2 = 0 a a 2 2 = 0 yang dipenuhi oleh a 1= 0, a 2= 0. Karena a 1= a 4dan a 2= a 3, maka diperoleh a 4= a 1= 0 dan a 3= a 2= 0 yang berarti a = a 1 1+ a 2 2+ a 3 3+ a 4 4 =

54 = 0. Jadi, ZZ5 adalah ring terreduksi. Kembali menggunakan penjelasan pada 3.1, maka ZZ5 adalah ring Armendariz.

55 Ring Grup Z S 3 Konstruksi suatu ring grup RG dengan R = Z dan G = S 3= {(1), (12), (13), (23), (123), (132)} dengan operasi komposisi. Maka Z S 3= {a 1(1)+a 2(12)+a 3(13)+a 4(23)+a 5(123)+a 6(132) a i Z untuk setiap i}. Akan diperiksa apakah Z S 3adalah ring Armendariz atau bukan. Pertama akan dilihat apakah Z S 3adalah ring terreduksi atau bukan. Ambil a = a 1(1) + a 2(12) + a 3(13) + a 4(23) + a 5(123) + a 6(132) Z S 3. Akan diperiksa apakah a 2 = 0 menyebabkan a = 0. 0 = a 2 = (a 1(1) + a 2(12) + a 3(13) + a 4(23) + a 5(123) + a 6(132)) 2 = (a 1(1) + a 2(12) + a 3(13) + a 4(23) + a 5(123) + a 6(132)) (a 1(1) + a 2(12) + a 3(13) + a 4(23) + a 5(123) + a 6(132)) = a 2 1 (1) + a 1a 2(12) + a 1a 3(13) + a 1a 4(23) + a 1a 5(123) + a 1a 6(132)+ a 2a 1(12) + a 2 2(1) + a 2a 3(132) + a 2a 4(123) + a 2a 5(23) + a 2a 6(13)+ a 3a 1(13) + a 3a 2(123) + a 2 3(1) + a 3a 4(132) + a 3a 5(12) + a 3a 6(23)+ a 4a 1(23) + a 4a 2(132) + a 4a 3(123) + a 2 4 (1) + a 4a 5(13) + a 4a 6(12)+ a 5a 1(123) + a 5a 2(13) + a 5a 3(23) + a 5a 4(12) + a 2 5(132) + a 5a 6(1)+ a 6a 1(12) + a 6a 2(1) + a 6a 3(132) + a 6a 4(123) + a 6a 5(23) + a 2 6(13)+ = (a a a a a 5a 6)(1) +(2a 1a 2+ a 3a 5+ a 4a 6+ a 5a 4+ a 6a 3)(12)

56 +(2a 1a 3+ a 2a 6+ a 4a 5+ a 5a 2+ a 6a 4)(13) +(2a 1a 4+ a 2a 5+ a 3a 6+ a 5a 3+ a 6a 2)(23) +(2a 1a 5+ a 2a 4+ a 3a 2+ a 4a 3+ a 2 6)(123) +(2a 1a 6+ a 2a 3+ a 3a 4+ a 4a 2+ a 2 5)(132).

57 59 Artinya, 0 = a a a a a 5a 6 (3.22) 0 = 2a 1a 2+ a 3a 5+ a 4a 6+ a 5a 4+ a 6a 3 (3.23) 0 = 2a 1a 3+ a 2a 6+ a 4a 5+ a 5a 2+ a 6a 4 (3.24) 0 = 2a 1a 4+ a 2a 5+ a 3a 6+ a 5a 3+ a 6a 2 (3.25) 0 = 2a 1a 5+ a 2a 4+ a 3a 2+ a 4a 3+ a 2 6 (3.26) 0 = 2a 1a 6+ a 2a 3+ a 3a 4+ a 4a 2+ a 2 5. (3.27) Ubah persamaan 3.23, 3.24 dan 3.26 menjadi 0 = 2a 1a 2+ (a 3+ a 4)(a 5+ a 6) (3.28) 0 = 2a 1a 3+ (a 2+ a 4)(a 5+ a 6) (3.29) 0 = 2a 1a 4+ (a 2+ a 3)(a 5+ a 6). (3.30) Selanjutnya, kurangi persamaan 3.26 oleh persamaan 3.27, sehingga diperoleh 0 = 2a 1(a 5 a 6) + (a a 2 6) 0 = 2a 1(a 5 a 6) + (a a 2 6) 2a 5a 6 2a 5a 6= 2a 1(a 5 a 6) + (a a 2 6) Substitusi persamaan 3.31 ke persamaan 3.22 sehingga diperoleh

58 = a a a a a 1(a 5 a 6) + (a a 2 6). (3.31) (3.32)

59 60 Selanjunya kurangi persamaan 3.28 dari = 2a 1(a 2 a 3) (a 2 a 3)(a 5+ a 6) 0 = (a 2 a 3)(2a 1 a 5 a 6) dengan solusi a 2 a 3= 0 atau 2a 1 a 5 a 6= 0. Pilih 2a 1 a 5 a 6= 0, yang berarti 2a 1= a 5+ a 6. (3.33) Substitusi persamaan 3.33 ke persamaan = a a a a (a 5+ a 6)(a 5 a 6) + (a a 2 6) 0 = a a a a a 2 5 a a a = a a a a a 2 5. (3.34) Kurangi persamaan 3.34 oleh 3.22 sehingga diperoleh 2a 2 5 = 0 yang berarti a 5= 0. Substitusikan nilai a 5= 0 ke a 6= 2a 1(0 a 6) + (0 2 + a 2 6) 2a 1a 6= a = 2a 1a 6+ a = a 2 6 2a 1a 6 0 = (2a 1 a 6)a 6. Diperoleh 2a 1= a 6atau a 6= 0. Pilih 2a 1= a 6dan substitusikan ke persamaan

60 = a 6a 2+ a a 4a 6+ 0.a 4+ a 6a 3 0 = a 2a 6+ a 4a 6+ a 3a 6 0 = (a 2+ a 4+ a 3)a 6.

61 61 Pilih a 6= 0, yang berarti a 1= 0. Kemudian substitusi ke persamaan = a a a a 6 0 = a a a 2 4 yang hanya bisa dipenuhi oleh a 2= a 3= a 4= 0. Diperoleh a 1= a 2= a 3= a 4= a 5= a 6= 0, yang berarti a = a 1(1) + a 2(12) + a 3(13) + a 4(23) + a 5(123) + a 6(132) = 0(1) + 0(12) + 0(13) + 0(23) + 0(123) + 0(132) = 0. Jadi, Z S 3adalah ring terreduksi. Kembali menggunakan penjelasan pada 3.1, maka Z S 3adalah ring Armendariz.

SIFAT ARMENDARIZ P A D A BEBERAPA RING GRUP

SIFAT ARMENDARIZ P A D A BEBERAPA RING GRUP SIFAT ARMENDARIZ P A D A BEBERAPA RING GRUP oleh : Mulvi Ludiana (1) Cece Kustiawan (2) Sumanang Muhtar Gozali (2) ABSTRAK Dari suatu ring dan grup, dapat dikonstruksi suatu ring baru yang disebut ring

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Contoh sederhana dari ring adalah himpunan bilangan bulat Z.

BAB 1 PENDAHULUAN. Contoh sederhana dari ring adalah himpunan bilangan bulat Z. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu struktur aljabar adalah himpunan takkosong yang dilengkapi satu atau lebih operasi biner pada himpunan tersebut. Salah satu contoh struktur aljabar adalah ring,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dikaji konsep operasi biner dan ring yang akan digunakan

II. LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dikaji konsep operasi biner dan ring yang akan digunakan II. LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dikaji konsep operasi biner dan ring yang akan digunakan dalam pembahasan penelitian ini. Untuk lebih mudah memahami, akan diberikan beberapa contoh. Berikut ini

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dikaji beberapa karakteristik ring dan ring faktor serta suatu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dikaji beberapa karakteristik ring dan ring faktor serta suatu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dikaji beberapa karakteristik ring dan ring faktor serta suatu struktur ring yang mempunyai sifat Armendariz. Teorema 4.1 Jika R adalah daerah ideal utama yang

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR: RING

STRUKTUR ALJABAR: RING STRUKTUR ALJABAR: RING BAHAN AJAR Oleh: Rippi Maya Program Studi Magister Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) SILIWANGI - Bandung 2016 1 Pada grup telah dipelajari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, 3 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, ideal, daerah integral, ring quadratic.

Lebih terperinci

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d 1 Pada grup telah dipelajari himpunan dengan satu operasi. Sekarang akan dipelajari himpunan dengan dua operasi. Ilustrasi 1.1 Perhatikan himpunan 0,1,2,3,4. (a) Apakah grup terhadap operasi penjumlahan?

Lebih terperinci

PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017

PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017 PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017 Indah Emilia Wijayanti Departemen Matematika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB / POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar

Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar PRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar Mashuri, Kristina Wijayanti, Rahayu Budhiati Veronica, Isnarto Jurusan Matenmatika FMIPA

Lebih terperinci

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan. 2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian pertama akan dibahas mengenai teori grup. 2.1 Grup Dalam struktur aljabar, himpunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai matriks (meliputi definisi matriks, operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas aljabar max-plus, dan penyelesaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Fungsi Definisi A.1 Diberikan A dan B adalah dua himpunan yang tidak kosong. Suatu cara atau aturan yang memasangkan atau mengaitkan setiap elemen dari himpunan A dengan tepat

Lebih terperinci

Volume 9 Nomor 1 Maret 2015

Volume 9 Nomor 1 Maret 2015 Volume 9 Nomor 1 Maret 015 Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan Maret 015 Volume 9 Nomor 1 Hal. 1 10 KARAKTERISASI DAERAH DEDEKIND Elvinus R. Persulessy 1, Novita Dahoklory 1, Jurusan Matematika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang

BAB II KAJIAN TEORI. definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang BAB II KAJIAN TEORI Pada Bab II ini berisi kajian teori. Di bab ini akan dijelaskan beberapa definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang mendasari teori kode BCH. A. Grup

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. untuk setiap e G. 4. G mengandung balikan. Untuk setiap a G, terdapat b G sehingga a b =

BAB II TEORI DASAR. untuk setiap e G. 4. G mengandung balikan. Untuk setiap a G, terdapat b G sehingga a b = BAB II TEORI DASAR 2.1. Group Misalkan operasi biner didefinisikan untuk elemen-elemen dari himpunan G. Maka G adalah grup dengan operasi * jika kondisi di bawah ini terpenuhi : 1. G tertutup terhadap.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, daerah integral, ring bilangan bulat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN I MODUL ATAS RING Direncanakan

Lebih terperinci

SOAL DAN PENYELESAIAN RING

SOAL DAN PENYELESAIAN RING SOAL DAN PENYELESAIAN RING 1. Misalkan P himpunan bilangan bulat kelipatan 3. Tunjukan bahwa dengan operasi penjumlahan dan perkalian pada himpunan bilangan bulat, P membentuk ring komutatif. Jawaban:

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Nama Siswa Kelas : : LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Notasi dan Ordo Matriks Lengkapilah isian berikut! Suatu matriks biasanya dinotasikan dengan huruf kapital, misalnya: A. PENGERTIAN MATRIKS 1) Tabel

Lebih terperinci

Antonius C. Prihandoko

Antonius C. Prihandoko Antonius C. Prihandoko Didanai oleh Proyek DIA-BERMUTU 2009 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember Prakata Puji syukur ke hadirat

Lebih terperinci

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan Pertemuan 13 PENGERTIAN RING A. Pendahuluan Target yang diharapkan dalam pertemuan ke 13 ini (pertemuan pertama tentang teori ring) adalah mahasiswa dapat : a. membedakan suatu struktur aljabar merupakan

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR. Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif.

STRUKTUR ALJABAR. Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif. STRUKTUR ALJABAR SEMIGRUP Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif. Contoh 1 (Z, +) merupakan sebuah semigrup. Contoh 2 Misalkan

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN REAL

SISTEM BILANGAN REAL DAFTAR ISI 1 SISTEM BILANGAN REAL 1 1.1 Sifat Aljabar Bilangan Real..................... 1 1.2 Sifat Urutan Bilangan Real..................... 6 1.3 Nilai Mutlak dan Jarak Pada Bilangan Real............

Lebih terperinci

Bab 3 Gelanggang Polinom Miring

Bab 3 Gelanggang Polinom Miring Bab 3 Gelanggang Polinom Miring Dalam bab ini akan dibahas mengenai Gelanggang Poliom Miring mulai dengan bentuk yang sederhana (satu variabel) sampai ke bentuk yang lebih kompleks (banyak variabel) berikut

Lebih terperinci

6 Sistem Persamaan Linear

6 Sistem Persamaan Linear 6 Sistem Persamaan Linear Pada bab, kita diminta untuk mencari suatu nilai x yang memenuhi persamaan f(x) = 0. Pada bab ini, masalah tersebut diperumum dengan mencari x = (x, x,..., x n ) yang secara sekaligus

Lebih terperinci

BAB MATRIKS. Tujuan Pembelajaran. Pengantar

BAB MATRIKS. Tujuan Pembelajaran. Pengantar BAB II MATRIKS Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi bab ini, Anda diharapkan dapat: 1. menggunakan sifat-sifat dan operasi matriks untuk menunjukkan bahwa suatu matriks persegi merupakan invers

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi suatu Ring merupakan Sub Ring dan Ideal

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi suatu Ring merupakan Sub Ring dan Ideal BAB 7 SUBRING DAN IDEAL Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi suatu Ring merupakan Sub Ring dan Ideal Tujuan Instruksional Khusus : Setelah diberikan

Lebih terperinci

MATRIKS A = ; B = ; C = ; D = ( 5 )

MATRIKS A = ; B = ; C = ; D = ( 5 ) MATRIKS A. DEFINISI MATRIKS Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat dari suatu unsur-unsur pada beberapa sistem aljabar. Unsur-unsur tersebut bisa berupa bilangan dan juga suatu peubah.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB / POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

Mata Pelajaran Wajib. Disusun Oleh: Ngapiningsih

Mata Pelajaran Wajib. Disusun Oleh: Ngapiningsih Mata Pelajaran Wajib Disusun Oleh: Ngapiningsih Disklaimer Daftar isi Disklaimer Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna membantu Bapak/Ibu Guru melaksanakan pembelajaran. Materi powerpoint

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi dengan aksioma dan suatu operasi biner. Teori grup dan ring merupakan konsep yang memegang

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT PENGEMBANGAN RING ARMENDARIZ DAN RING MCCOY

SIFAT-SIFAT PENGEMBANGAN RING ARMENDARIZ DAN RING MCCOY Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 3 Hal. 1 8 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND SIFAT-SIFAT PENGEMBANGAN RING ARMENDARIZ DAN RING MCCOY SRI WAHYUNI, YANITA, ADMI NAZRA Program Studi Magister

Lebih terperinci

Matematika Teknik INVERS MATRIKS

Matematika Teknik INVERS MATRIKS INVERS MATRIKS Dalam menentukan solusi suatu SPL selama ini kita dihadapkan kepada bentuk matriks diperbesar dari SPL. Cara lain yang akan dikenalkan disini adalah dengan melakukan OBE pada matriks koefisien

Lebih terperinci

BAB III PERLUASAN INTEGRAL

BAB III PERLUASAN INTEGRAL BAB III PERLUASAN INTEGRAL Pembahasan pada bab ini termuat pada ruang lingkup perluasan uniter atas suatu ring komutatif. Jika adalah suatu ring, maka yang dimaksud adalah suatu ring yang komutatif dan

Lebih terperinci

BAB I MATRIKS DEFINISI : NOTASI MATRIKS :

BAB I MATRIKS DEFINISI : NOTASI MATRIKS : BAB I MATRIKS DEFINISI : Matriks adalah himpunan skalar (bilangan riil atau kompleks) yang disusun/dijajarkan berbentuk persegi panjang (menurut baris dan kolom). Skalar-skalar itu disebut elemen matriks.

Lebih terperinci

1 SISTEM BILANGAN REAL

1 SISTEM BILANGAN REAL Bilangan real sudah dikenal dengan baik sejak masih di sekolah menengah, bahkan sejak dari sekolah dasar. Namun untuk memulai mempelajari materi pada BAB ini anggaplah diri kita belum tahu apa-apa tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika yang dikembangkan untuk menunjang pemahaman mengenai struktur bilangan. Struktur atau sistem aljabar

Lebih terperinci

MATRIKS. Definisi: Matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang berbentuk segiempat siku-siku yang terdiri dari baris dan kolom.

MATRIKS. Definisi: Matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang berbentuk segiempat siku-siku yang terdiri dari baris dan kolom. Page- MATRIKS Definisi: Matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang berbentuk segiempat siku-siku yang terdiri dari baris dan kolom. Notasi: Matriks dinyatakan dengan huruf besar, dan elemen elemennya

Lebih terperinci

Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk :

Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk : Persamaan Linear Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk : a x + a y = b Persamaan jenis ini disebut sebuah persamaan linear dalam peubah x dan y. Definisi

Lebih terperinci

B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner)

B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner) 1 B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN Bilangan Kompleks Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner) Bilangan Rasional Bilangan Irrasional Bilangan Pecahan Bilangan Bulat Bilangan Bulat

Lebih terperinci

II. M A T R I K S ... A... Contoh II.1 : Macam-macam ukuran matriks 2 A. 1 3 Matrik A berukuran 3 x 1. Matriks B berukuran 1 x 3

II. M A T R I K S ... A... Contoh II.1 : Macam-macam ukuran matriks 2 A. 1 3 Matrik A berukuran 3 x 1. Matriks B berukuran 1 x 3 11 II. M A T R I K S Untuk mencari pemecahan sistem persamaan linier dapat digunakan beberapa cara. Salah satu yang paling mudah adalah dengan menggunakan matriks. Dalam matematika istilah matriks digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk mencapai tujuan penulisan penelitian diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam subbab ini akan diberikan beberapa teori berupa definisi,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

Nama Peserta : No Peserta : Asal Sekolah : Asal Daerah :

Nama Peserta : No Peserta : Asal Sekolah : Asal Daerah : 1. Terdapat sebuah fungsi H yang memetakan dari himpunan bilangan asli ke bilangan asli lainnya dengan ketentuan sebagai berikut. Misalkan akan dicari nilai fungsi H jika x=38. 38 terdiri dari 3 puluhan

Lebih terperinci

1 SISTEM BILANGAN REAL

1 SISTEM BILANGAN REAL Bilangan real sudah dikenal dengan baik sejak masih di sekolah menengah, bahkan sejak dari sekolah dasar. Namun untuk memulai mempelajari materi pada BAB ini anggaplah diri kita belum tahu apa-apa tentang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bilangan Bulat Bilangan Bulat merupakan bilangan yang terdiri dari bilangan cacah dan negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga negatif dari bilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Himpunan R merupakan ring jika dilengkapi dengan operasi penjumlahan dan perkalian, di mana terhadap operasi penjumlahan merupakan grup komutatif, dan terhadap

Lebih terperinci

BAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. BAB III Standard Kompetensi 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat 3.1 Menyebutkan definisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses penelitian untuk penyelesaian persamaan Diophantine dengan relasi kongruensi modulo m mengenai aljabar dan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI NEAR-RING Classifications of Near Ring

KLASIFIKASI NEAR-RING Classifications of Near Ring Jurnal Barekeng Vol 8 No Hal 33 39 (14) KLASIFIKASI NEAR-RING Classifications of Near Ring ELVINUS RICHARD PERSULESSY Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Pattimura Jl Ir M Putuhena, Kampus Unpatti,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN III MODUL BEBAS, PENGENOL, DAN

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum Bab I. Sekilas Tentang Konsep Dasar Grup antonius cp 2 1. Tertutup, yakni jika diambil sebarang dua elemen dalam G maka hasil operasinya juga akan merupakan elemen G dan hasil tersebut adalah tunggal.

Lebih terperinci

SISTEM PERSAMAAN LINEAR

SISTEM PERSAMAAN LINEAR SISTEM PERSAMAAN LINEAR BAB 1 Dr. Abdul Wahid Surhim POKOK BAHASAN 1.1 Pengantar Sistem Persamaan Linear (SPL) 1.2 Eliminasi GAUSS-JORDAN 1.3 Matriks dan operasi matriks 1.4 Aritmatika Matriks, Matriks

Lebih terperinci

LECTURE NOTES MATEMATIKA DISKRIT. Disusun Oleh : Dra. D. L. CRISPINA PARDEDE, DEA.

LECTURE NOTES MATEMATIKA DISKRIT. Disusun Oleh : Dra. D. L. CRISPINA PARDEDE, DEA. LECTURE NOTES MATEMATIKA DISKRIT Disusun Oleh : Dra. D. L. CRISPINA PARDEDE, DEA. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA PONDOK CINA, MARET 2004 0 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I STRUKTUR ALJABAR...

Lebih terperinci

HUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP

HUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP HUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP TEDUH WULANDARI Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

& & # = atau )!"* ( & ( ( (&

& & # = atau )!* ( & ( ( (& MATRIKS ======PENGERTIAN====== Matriks merupakan Susunan bilangan-bilangan yang membentuk segi empat siku-siku. Susunan bilangan-bilangan tersebut dinamakan entri dalam matriks. Matriks dinotasikan dengan

Lebih terperinci

1 SISTEM BILANGAN REAL

1 SISTEM BILANGAN REAL 1 SISTEM BILANGAN REAL Bilangan real sudah dikenal dengan baik sejak masih di sekolah menengah, bahkan sejak dari sekolah dasar. Namun untuk memulai mempelajari materi pada BAB ini anggaplah diri kita

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. komposisi biner atau lebih dan bersifat tertutup. A = {x / x bilangan asli} dengan operasi +

BAB II KERANGKA TEORITIS. komposisi biner atau lebih dan bersifat tertutup. A = {x / x bilangan asli} dengan operasi + 5 BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Struktur Aljabar Struktur aljabar adalah salah satu mata kuliah dalam jurusan matematika yang mempelajari tentang himpunan (sets), proposisi, kuantor, relasi, fungsi, bilangan,

Lebih terperinci

IDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL PRIME IDEAL AND MAXIMAL IDEAL IN A POLYNOMIAL RING

IDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL PRIME IDEAL AND MAXIMAL IDEAL IN A POLYNOMIAL RING IDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL Qharnida Khariani, Amir Kamal Amir dan Nur Erawati Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin (UNHAS)

Lebih terperinci

1 SISTEM BILANGAN REAL

1 SISTEM BILANGAN REAL Pertemuan Standar kompetensi: mahasiswa memahami cara membangun sistem bilangan real, aturan dan sifat-sifat dasarnya. Kompetensi dasar Memahami aksioma atau sifat aljabar bilangan real Memahami fakta-fakta

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab BAB III PEMBAHASAN Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab C. Sub-bab A menjelaskan mengenai konsep dasar C[a, b] sebagai ruang vektor beserta contohnya. Sub-bab B

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aljabar abstrak merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika. Aljabar abstrak merupakan sistem matematika yang terdiri dari suatu himpunan yang dilengkapi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone,

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone, BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Sekarang ini teknologi untuk berkomunikasi sangatlah mudah. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone, internet, dan berbagai macam peralatan

Lebih terperinci

HASIL KALI TENSOR: KONSTRUKSI, EKSISTENSI DAN KAITANNYA DENGAN BARISAN EKSAK

HASIL KALI TENSOR: KONSTRUKSI, EKSISTENSI DAN KAITANNYA DENGAN BARISAN EKSAK HASIL KALI TENSO: KONSTUKSI, EKSISTENSI AN KAITANNYA ENGAN BAISAN EKSAK Samsul Arifin samsul_arifin@mail.ugm.ac.id Mahasiswa S Matematika FMIPA UGM alam tulisan ini akan dibahas mengenai konstruksi hasil

Lebih terperinci

Pelabelan matriks menggunakan huruf kapital. kolom ke-n. kolom ke-3

Pelabelan matriks menggunakan huruf kapital. kolom ke-n. kolom ke-3 MATRIKS a. Konsep Matriks Matriks adalah susunan bilangan yang diatur menurut aturan baris dan kolom dalam suatu jajaran berbentuk persegi atau persegipanjang dan diletakkan di dalam kurung biasa ( ) atau

Lebih terperinci

Diktat Kuliah. Oleh:

Diktat Kuliah. Oleh: Diktat Kuliah TEORI GRUP Oleh: Dr. Adi Setiawan UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015 Kata Pengantar Aljabar abstrak atau struktur aljabar merupakan suatu mata kuliah yang menjadi kurikulum nasional

Lebih terperinci

Ruang Vektor Real. Modul 1 PENDAHULUAN

Ruang Vektor Real. Modul 1 PENDAHULUAN Modul Ruang Vektor Real Drs. R.J. Pamuntjak, M.Sc. P PENDAHULUAN ada bagian pertama Modul 5 Aljabar Linear Elementer I sudah kita bahas sepuluh sifat untuk R dan R 3 mengenai penjumlahan dan perkalian

Lebih terperinci

OSN MATEMATIKA SMA Hari 1 Soal 1. Buktikan bahwa untuk sebarang bilangan asli a dan b, bilangan. n = F P B(a, b) + KP K(a, b) a b

OSN MATEMATIKA SMA Hari 1 Soal 1. Buktikan bahwa untuk sebarang bilangan asli a dan b, bilangan. n = F P B(a, b) + KP K(a, b) a b OSN MATEMATIKA SMA Hari 1 Soal 1. Buktikan bahwa untuk sebarang bilangan asli a dan b, bilangan adalah bilangan bulat genap tak negatif. n = F P B(a, b + KP K(a, b a b Solusi. Misalkan d = F P B(a, b,

Lebih terperinci

Bagian 2 Matriks dan Determinan

Bagian 2 Matriks dan Determinan Bagian Matriks dan Determinan Materi mengenai fungsi, limit, dan kontinuitas akan kita pelajari dalam Bagian Fungsi dan Limit. Pada bagian Fungsi akan mempelajari tentang jenis-jenis fungsi dalam matematika

Lebih terperinci

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR Bentuk umum persamaan linear dengan n peubah diberikan sebagai berikut : a1 x1 + a2 x2 +... + an xn = b ; a 1, a 2,..., a n R merupakan koefisien dari persamaaan dan x 1,

Lebih terperinci

ALJABAR WEYL, CONTOH GELANGGANG NOETHER DAN PRIM

ALJABAR WEYL, CONTOH GELANGGANG NOETHER DAN PRIM ALJABAR WEYL, CONTOH GELANGGANG NOETHER DAN PRIM TEDUH WULANDARI Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Imu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Jl. Raya Pajajaran, Kampus IPB Baranangsiang,

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Nama Siswa Kelas : : LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Notasi dan Ordo Matriks Lengkapilah isian berikut! Suatu matriks biasanya dinotasikan dengan huruf kapital, misalnya: A. PENGERTIAN MATRIKS 1) Tabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini dipaparkan dasar-dasar yang akan digunakan pada bagian pembahasan dari skripsi ini. Tinjauan yang dilakukan dengan memaparkan definisi mengenai himpunan fuzzy, struktur

Lebih terperinci

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351)

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351) II. SISTEM BILANGAN RIIL Handout Analisis Riil I (PAM 351) Sifat Aljabar (Aksioma Lapangan) dari Bilangan Riil Bagian ini akan membicarakan struktur aljabar bilangan riil dengan terlebih dahulu memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gelanggang, Lapangan, dan Ruang Vektor Suatu himpunan tak kosong R disebut gelanggang jika di dalam R didefinisikan dua operasi, masing-masing dinotasikan dengan + dan., sedemikian

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN REAL

SISTEM BILANGAN REAL DAFTAR ISI SISTEM BILANGAN REAL. Sifat Aljabar Bilangan Real......................2 Sifat Urutan Bilangan Real..................... 6.3 Nilai Mutlak dan Jarak Pada Bilangan Real.............4 Supremum

Lebih terperinci

Relasi, Fungsi, dan Transformasi

Relasi, Fungsi, dan Transformasi Modul 1 Relasi, Fungsi, dan Transformasi Drs. Ame Rasmedi S. Dr. Darhim, M.Si. M PENDAHULUAN odul ini merupakan modul pertama pada mata kuliah Geometri Transformasi. Modul ini akan membahas pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ring polinomial adalah himpunan semua fungsi dari himpunan semua bilangan bulat nonnegatif ke ring R dengan elemen identitas dan dilengkapi dengan operasi penjumlahan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pembuktian Teorema 2.3

Lampiran 1 Pembuktian Teorema 2.3 LAMPIRAN 16 Lampiran 1 Pembuktian Teorema 2.3 Sebelum membuktikan Teorema 2.3, terlebih dahulu diberikan beberapa definisi yang berhubungan dengan pembuktian Teorema 2.3. Definisi 1 (Matriks Eselon Baris)

Lebih terperinci

Aljabar Linier Lanjut. Kuliah 1

Aljabar Linier Lanjut. Kuliah 1 Aljabar Linier Lanjut Kuliah 1 Materi Kuliah (Review) Multiset Matriks Polinomial Relasi Ekivalensi Kardinal Aritmatika 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 2 Multiset Definisi Misalkan S himpunan

Lebih terperinci

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA K1 Kelas X matematika PEMINATAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami bentuk-bentuk persamaan

Lebih terperinci

DIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN INTISARI

DIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN INTISARI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 3 (2013), hal. 183-190 DIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN Fidiah Kinanti, Nilamsari Kusumastuti, Evi Noviani

Lebih terperinci

BAB V BILANGAN BULAT

BAB V BILANGAN BULAT BAB V BILANGAN BULAT PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibicarakan sistem bilangan bulat, yang akan dimulai dengan memperluas sistem bilangan cacah dengan menggunakan sifat-sifat baru tanpa menghilangkan

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat Ring Polinom

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat Ring Polinom BAB 9 RING POLINOM Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat Ring Polinom Tujuan Instruksional Khusus : Setelah diberikan

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Nama Siswa Kelas : : LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Notasi dan Ordo Matriks Lengkapilah isian berikut! Suatu matriks biasanya dinotasikan dengan huruf kapital, misalnya: A. PENGERTIAN MATRIKS 1) Tabel

Lebih terperinci

Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya

Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya Kode Makalah M-1 Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya K a r y a t i Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta E-mail: yatiuny@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING

PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING Handout MK Aljabar Abstract PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING Disusun oleh : Drs. Antonius Cahya Prihandoko, M.App.Sc, Ph.D e-mail: antoniuscp.ilkom@unej.ac.id Staf Pengajar Pada Program Studi Sistem

Lebih terperinci

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN Menurut Bartle dan Sherbet (1994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun oleh berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan,

Lebih terperinci

MATRIKS. 3. Matriks Persegi Matriks persegi adalah matriks yang mempunyai baris dan kolom yang sama.

MATRIKS. 3. Matriks Persegi Matriks persegi adalah matriks yang mempunyai baris dan kolom yang sama. MATRIKS Matriks adalah susunan berbeda dalam bentuk persegi panjang yang diatur pada baris dan kolom. NOTASI MATRIKS DAN ORDO MATRIKS Notasi matriks biasanya dituliskan dalam huruf kapital (huruf besar)

Lebih terperinci

KONSTRUKSI SISTEM BILANGAN

KONSTRUKSI SISTEM BILANGAN KONSTRUKSI SISTEM BILANGAN KEVIN MANDIRA LIMANTA 1. Konstruksi Aljabar 1.1. Bilangan Natural. Himpunan bilangan paling primitif adalah bilangan natural N, yang dicacah dengan aturan sebagai berikut: (1)

Lebih terperinci

IDEAL DAN SIFAT-SIFATNYA

IDEAL DAN SIFAT-SIFATNYA IDEAL DAN SIFAT-SIFATNYA Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Stuktur Aljabar II Oleh: Kelompok VI/kelas A 1 Diah Ajeng Titisari (08144100009) Frendy Try Andyasmoko (08144100041) Herna Purwanti (08144100083)

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ALJABAR MODERN: TEORI GRUP & TEORI RING

DASAR-DASAR ALJABAR MODERN: TEORI GRUP & TEORI RING DASAR-DASAR ALJABAR MODERN: TEORI GRUP & TEORI RING Dr. Adi Setiawan, M.Sc G R A F I K A Penerbit Tisara Grafika SALATIGA 2014 Katalog Dalam Terbitan 512.24 ADI Adi Setiawan d Dasar-dasar aljabar modern:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Sebagai acuan penulisan penelitian ini diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam sub bab ini akan diberikan beberapa landasan teori berupa pengertian,

Lebih terperinci

RANK MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF

RANK MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 1 (2013), hal. 63 70. RANK MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF Eka Wulan Ramadhani, Nilamsari Kusumastuti, Evi Noviani INTISARI Rank dari matriks

Lebih terperinci

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66 MATRIKS Departemen Matematika FMIPA-IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, 2012 1 / 66 Topik Bahasan 1 Matriks 2 Operasi Matriks 3 Determinan matriks 4 Matriks Invers 5 Operasi

Lebih terperinci

Course of Calculus MATRIKS. Oleh : Hanung N. Prasetyo. Information system Departement Telkom Politechnic Bandung

Course of Calculus MATRIKS. Oleh : Hanung N. Prasetyo. Information system Departement Telkom Politechnic Bandung Course of Calculus MATRIKS Oleh : Hanung N. Prasetyo Information system Departement Telkom Politechnic Bandung Matriks dan vektor merupakan pengembangan dari sistem persamaan Linier. Matriks dapat digunakan

Lebih terperinci