BAB V SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL

dokumen-dokumen yang mirip
Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk :

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Persamaan Diferensial Orde II

FUNGSI DUA VARIABEL (TURUNAN PARSIAL) Kus Prihantoso Krisnawan. January 2, Yogyakarta. Pertemuan 7. Krisnawan. Fungsi. Diferensial Partial

Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika. Persamaan Diferensial Orde II

PERSAMAAN DIFERENSIAL I PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

Metode Koefisien Tak Tentu untuk Penyelesaian PD Linier Homogen Tak Homogen orde-2 Matematika Teknik I_SIGIT KUSMARYANTO

BAB PDB Linier Order Satu

PERSAMAAN DIFFERENSIAL LINIER

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2 - II

Matriks biasanya dituliskan menggunakan kurung dan terdiri dari baris dan kolom: A =

Pertemuan 13 persamaan linier NON HOMOGEN

BAB I PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER ORDE I

PD Orde 2 Lecture 3. Rudy Dikairono

BAB III PD LINIER HOMOGEN

Pertemuan Ke 2 SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) By SUTOYO,ST.,MT

BAB 4 : SISTEM PERSAMAAN LINIER

8 Lintasan, Kurva Mulus, dan Titik Singular

Kuliah PD. Gaya yang bekerj a pada suatu massa sama dengan laju perubahan momentum terhadap waktu.

BAB IV PERSAMAAN TAKHOMOGEN

Persamaan Diferensial

Department of Mathematics FMIPAUNS

Nurdinintya Athari PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2

Persamaan Diferensial Biasa

Operasi Eliminasi Gauss. Eliminasi Gauss adalah suatu cara mengoperasikan nilai-nilai di dalam

Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel (SPLTV) LOGO

I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review)

Persamaan Di erensial Orde-2

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang

SISTEM PERSAMAAN LINEAR

dimana a 1, a 2,, a n dan b adalah konstantakonstanta

DERET FOURIER. n = bilangan asli (1,2,3,4,5,.) L = pertemuan titik. Bilangan-bilangan untuk,,,, disebut koefisien fourier dari f(x) dalam (-L,L)

Persamaan Diferensial

MATERI 2 MATEMATIKA TEKNIK 1 PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU

BAB II SISTEM PERSAMAAN LINEAR. Sistem persamaan linear ditemukan hampir di semua cabang ilmu

Persamaan Diferensial Biasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi kebergantungan

Soal Ujian 2 Persamaan Differensial Parsial

BAB III PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER

PERTEMUAN 11 RUANG VEKTOR 1

Sistem Persamaan linier

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5. PERSAMAAN LINIER. 1. Berikut adalah contoh SPL yang terdiri dari 4 persamaan linier dan 3 variabel.

BAB II KAJIAN TEORI. syarat batas, deret fourier, metode separasi variabel, deret taylor dan metode beda

Sistem Persamaan Linier dan Matriks

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL)]

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

BAB VI PENYELESAIAN DERET UNTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A

Ruang Vektor. Kartika Firdausy UAD blog.uad.ac.id/kartikaf. Ruang Vektor. Syarat agar V disebut sebagai ruang vektor. Aljabar Linear dan Matriks 1

MATERI 2 MATEMATIKA TEKNIK 1 PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA

PENYELESAIAN MODEL RANGKAIAN LISTRIK RL DAN RC SERI Oleh: 1 Ir. SIGIT KUSMARYANTO, M.Eng.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

, ω, L dan C adalah riil, tunjukkanlah

Persamaan Diferensial Parsial CNH3C3

FUNGSI, SISTEM PERSAMAAN LINIER DAN MENGGAMBAR GRAFIK

Secara umum persamaan linear untuk n peubah x 1, x 2,, x n dapatdinyatakandalambentuk: dimanaa 1, a 2,, a n danbadalahkonstantakonstanta

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB II KAJIAN TEORI. homogen yang dikenal sebagai persamaan forced Korteweg de Vries (fkdv). Persamaan fkdv yang dikaji dalam makalah ini adalah

PERSAMAAN DIFERENSIAL (PD)

Kalkulus Variasi. Persamaan Euler, Masalah Kalkulus Variasi Berkendala, Syarat Batas. Toni Bakhtiar. Departemen Matematika IPB.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

Kuliah 3: TURUNAN. Indah Yanti

Mata Kuliah :: Matematika Rekayasa Lanjut Kode MK : TKS 8105 Pengampu : Achfas Zacoeb

MATEMATIKA TEKNIK 2 S1-TEKNIK ELEKTRO. Mohamad Sidiq

Bab 15. Interaksi antar dua spesies (Model Kerjasama)

Dalam bentuk SPL masalah ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

4. Dibawah ini persamaan diferensial ordo dua berderajat satu adalah

Penyelesaian Persamaan Differensial dan Persamaan Linear - non Linear dengan Metode Kesamaan.

BAB V PERSAMAAN LINEAR TINGKAT TINGGI (HIGHER ORDER LINEAR EQUATIONS) Persamaan linear tingkat tinggi menarik untuk dibahas dengan 2 alasan :

Kalkulus Multivariabel I

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS MINGGU IX

Bab 7 Persamaan Differensial Non-homogen

BAB 2 LANDASAN TEORI

KALKULUS MULTIVARIABEL II

GERAK HARMONIK. Pembahasan Persamaan Gerak. untuk Osilator Harmonik Sederhana

Mata Pelajaran Wajib. Disusun Oleh: Ngapiningsih

BAB X SISTEM PERSAMAAN LINIER

Persamaan Diferensial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Turunan fungsi f adalah fungsi lain f (dibaca f aksen ) yang nilainya pada ( ) ( ) ( )

Sudaryatno Sudirham. Integral dan Persamaan Diferensial

Solusi Analitis Persamaan-persamaan Diferensial Orde-1 dengan Metode Analitis Persamaan Diferensial dengan konfigurasi VARIABEL TERPISAH

BAB 3 : INVERS MATRIKS

MATERI PERKULIAHAN. Gambar 1. Potensial tangga

02-Pemecahan Persamaan Linier (1)

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - I

Analisa Matematik untuk Menentukan Kondisi Kestabilan Keseimbangan Pasar Berganda dengan Dua Produk Melalui Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear

REKAYASA GEMPA GETARAN BEBAS SDOF. Oleh Resmi Bestari Muin

PENERAPAN KONSEP SPL DAN MATRIKS DALAM MENENTUKAN TEGANGAN DAN ARUS LISTRIK PADA TIAP-TIAP RESISTOR

BAB III : SISTEM PERSAMAAN LINIER

TE Sistem Linier. Sistem Waktu Kontinu

Bab 7 Persamaan Differensial Orde-2 Non Homogen

Solusi Problem Dirichlet pada Daerah Persegi dengan Metode Pemisahan Variabel

FORMULA PENGGANTI METODE KOEFISIEN TAK TENTU ABSTRACT

PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER NON HOMOGEN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

Transkripsi:

BAB V SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL Kompetensi Mahasiswa dapat 1. Membangun sistem persamaan diferensial dari beberapa persamaan yang bergantung pada satu variabel bebas yang sama. 2. Menentukan selesaian sistem PD dengan cara eliminasi. 3. Menentukan selesaian sistem PD dengan cara determinan. Materi 1. Model Sistem Persamaan Differensial 2. Metode Eliminasi 3. Metode Matriks 5-1

BAB V SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL 5.1 Model Sistem Persamaan Differensial Sistem persamaan differensial sering digunakan untuk menyusun model yang merupakan beberapa kombinasi sistem sederhana. Sebagai contoh, sistem persamaan differensial dapat digunakan untuk menyusun model jaringan listrik dalam suatu rangkain tertutup seperti berikut; L=1H C=0,25F I 1 I 1 I 2 I 2 Saklar R 1 =4Ω E=12V R 2 =6Ω Besar arus I 1 dan I 2 yang mengalir pada rangkaian terttutup tersebut diberikan oleh sistem persamaan differensial: I 1 + 4I 1 4I 2 = 12 (rangkaian sebelah kiri) -4I 1 + 10I 2 + 4I 2 = 0 (rangkaian sebelah kanan), yang merupakan suatu sistem persamaan differensial yang terdiri dari dua buah persamaan differensial yang berkaitan satu dengan lainnya. Untuk menyelesaian sistem persamaan differensial tersebut pada Bab ini akan kita pelajari beberapa metode yang dapat digunakan. 5-2

Misal x dan y fungsi-fungsi dari variabel bebas t. Suatu sistem yang terdiri dari persamaan-persamaan yang melibatkan x, y dan turunan-turunannya, serta fungsifungsi dari t yang diketahui, disebut sistem persamaan diferensial. Selesaian dari sistem persamaan diferensial adalah fungsi-fungsi yang memenuhi sistem PD itu. Dalam menyelesaikan suatu sistem PD dikenal metode eliminasi dan metode matriks. 5.2 Metode Eliminasi Dalam menentukan selesaian sistem PD dengan menggunakan metode eliminasi, fungsi-fungsi yang tidak diketahui beserta derivatif-derivatifnya dieliminasi secara terus menerus sampai diperoleh sebuah PD berorde lebih tinggi yang hanya melibatkan satu fungsi yang tidak diketahui. Contoh 1: Sistem PD orde satu: (i). (ii). x'=a 1 x+b 1 y+f 1 (t) y'=a 2 x+b 2 y+f 2 (t), dengan f 1 dan f 2 fungsi-fungsi yang diketahui, a 1,a 2,b 1,b 2 konstan, x dan y fungsifungsi dari t yang tidak diketahui. Jika b 1 =a 2 =0 maka sistem terdiri dari dua PD linier orde satu yang terpisah, sehingga dapat diselesaikan satu per satu. Jadi dapat dianggap bahwa salah satunya tidak nol. Misal b 1 0. Jika (i) diturunkan diperoleh: x'' = a 1 x'+b 1 y'+f 1 ' 5-3

= a 1 x'+b 1 (a 2 x+b 2 y+f 2 )+f 1 ' = a 1 x'+b 1 a 2 x+b 2 (x'-a 1 x-f 1 )+b 1 f 2 +f 1 ', atau x''-(a 1 +b 2 )x'+(a 1 b 2 -b 1 a 2 )x = r(t), dengan r(t) = b 1 f 2 -b 2 f 1 +f 1 ' yang merupakan PD tak homogen orde dua. Soal: 1. Selesaikan sistem PD (i). x'=-2x+y (ii). y'=-4x+3y+10 cost. Penyelesaian: penurunan dari (i) menghasilkan x'' = -2x'+y' = -2x'-4x+3y+10 cost = -2x'-4x+3(x'+2x)+10 cos t, atau x''-x'-2x = 10 cost, yang merupakan PD orde dua takhomogen. Dengan cara seperti pada bagian terdahulu akan diperoleh selesaian x(t) = c 1 e -t +c 2 e 2t -3cost-sint, dan y(t) = x'+2x 2. Selesaikan sistem PD: 5-4

(i). x'=4x-2y (ii). y'=x+y. (Jawaban: x = c 1 e 3t +c 2 e 2t dan y = 1/2c 1 e 3t +c 2 e 2t ). 5.3 Metode matriks Kita dapat juga menyelesaikan suatu sistem PD dengan menggunakan metode matriks. Misal, soal 2 di atas dapat diselesaikan dengan metode matriks: Jika diambil y 1 =x dan y 2 =y maka sistem PD pada soal 2 dapat ditulis dalam bentuk (1). y'=ay, dengan A = 4 1 2, 1 y1 y = y2. Jika A matriks 1x1 (sebuah bilangan), maka selesaiannya berupa fungsi eksponensial, sehingga dapat diambil y=ze λt. Dengan substitusi y dan y'=λze λt ke dalam (1) akan menghasilkan λze λt =Αze λt atau λz=αz atau (2) (A- λι)z = 0 atau (3) (4-λ)z 1-2z 2 = 0 5-5

z 1 + (1-λ)z 2 = 0. Dari sini λ dapat dicari. Persamaan (2) mempunyai selesaian trivial z = 0, untuk semua λ. Tetapi kita menginginkan z 0. Karena sistem PD homogen, maka agar ada z 0 disyaratkan A-λI =0 atau (4- λ)(1 λ)+2=0, sehingga diperoleh λ 1 =3 dan λ 2 =2. Dari persamaan (3), jika λ=3 diperoleh z 1 =2, z 2 =1. jika λ=2 Diperoleh z 1 =1, z 2 =1. Jadi selesaian dari (1) adalah 5-6

2 e 1 1 e 1 3t 2t dan, y 1 =2a 1 e 3t +a 2 e 2t y 2 =a 1 e 3t +a 2 e 2t. Latihan Selesaikan sistem persamaan differensial : 1. x = y y = -x 2. x = -3x+2y y = x-2y 3. x = 5x+10y y = -x-y 4. x = x-2y-z y = y z = -y+2z 5. x = y-t y = -x+cost 6. x = -3x+2y-t 2 5-7

y = x-2y+e t 5-8

RINGKASAN BAB V SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL 5.1 Model Sistem Persamaan Differensial Sistem persamaan differensial sering digunakan untuk menyusun model yang merupakan beberapa kombinasi sistem sederhana. Contoh: Besar arus I 1 dan I 2 yang mengalir pada rangkaian tertutup: L=1H C=0,25F I 1 I 1 I 2 I 2 Saklar R 1 =4Ω E=12V R 2 =6Ω diberikan oleh sistem persamaan differensial: I 1 + 4I 1 4I 2 = 12 (rangkaian sebelah kiri) -4I 1 + 10I 2 + 4I 2 = 0 (rangkaian sebelah kanan), 5.2 Metode Eliminasi Sistem PD orde satu: (i). (ii). x'=a 1 x+b 1 y+f 1 (t) y'=a 2 x+b 2 y+f 2 (t), 5-9

dengan f 1 dan f 2 fungsi-fungsi yang diketahui, a 1,a 2,b 1,b 2 konstan, x dan y fungsifungsi dari t yang tidak diketahui, dan b 1 dan a 2 tidak bersama-sama nol. Dengan eliminasi, sistem persamaan tersebut dapat dibawa ke bentuk PD tak homogen orde dua: x''-(a 1 +b 2 )x'+(a 1 b 2 -b 1 a 2 )x = r(t), dengan r(t) = b 1 f 2 -b 2 f 1 +f 1 ' 5.4 Metode matriks Kita dapat juga menyelesaikan suatu sistem PD dengan menggunakan metode matriks. Sistem PD: (i). x'=4x-2y (ii). y'=x+y. dapat ditulis dalam bentuk y'=ay, dengan A = 4 1 2, 1 y y = y 1 2 x =. y Jika A matriks 1x1 (sebuah bilangan), maka selesaiannya berupa fungsi eksponensial, sehingga dapat diambil y=ze λt. Dengan substitusi y dan y'=λze λt ke dalam (1) akan menghasilkan λze λt =Αze λt atau 5-10

λz=αz atau (A- λι)z = 0 atau (4-λ)z 1-2z 2 = 0 z 1 + (1-λ)z 2 = 0. Dari sini λ dapat dicari. Karena sistem PD homogen, maka agar ada z 0 disyaratkan A-λI =0 atau (4- λ)(1 λ)+2=0, sehingga diperoleh λ 1 =3 dan λ 2 =2. Jika λ=3, diperoleh z 1 =2, z 2 =1. Jika λ=2, diperoleh z 1 =1, z 2 =1. Jadi selesaiannya adalah 2 e 1 1 e 1 3t 2t dan atau y 1 =2a 1 e 3t +a 2 e 2t y 2 =a 1 e 3t +a 2 e 2t., 5-11