Teori Kinetik Gas. Modul 1 Pembelajaran Kinetika Kimia. Disusun oleh: Drs. Jaslin Ikhsan, M.App.Sc., Ph.D.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Teori Kinetik Gas. Modul 1 Pembelajaran Kinetika Kimia. Disusun oleh: Drs. Jaslin Ikhsan, M.App.Sc., Ph.D."

Transkripsi

1 eori Kinetik Gas Modul Pebelajaran Kinetika Kiia Disusun oleh: Drs. Jaslin Ikhsan, M.pp.Sc., Ph.D. KEMEERI PEDIDIK D KEUDY REPULIK IDOESI FMIP UIERSIS EGERI YOGYKR JURUS PEDIDIK KIMI 0

2 . Dasar Konsep Kinetika kiia yang disebut juga kinetika reaksi erupakan studi tentang laju berlangsungnya suatu reaksi, yang tercerin dala suatu persaaan huku laju. Kinetika kiia juga epelajari pengaruh konsentrasi dan suhu terhadap laju reaksi. Pengetahuan tentang kinetika kiia ini penting untuk epelajari suatu ekanise yang terjadi dala suatu proses kiia. Meskipun ekanise reaksi dapat juga dipelajari dengan penelitian non-kinetika, isalnya dengan deteksi interediate reaksi dan pertukaran isotop, naun penjelasan dan buktibukti yang euaskan tentang pengetahuan ekanise reaksi diperoleh dari penelitian kinetika secara endala. Kinetika kiia telah dipelajari dan diteliti oleh beberapa iluwan seperti C. F. Wenzel (777), Louis Jacques hénard (88), naun hasil peneuan ereka tidak ada yang enjelaskan laju secara kuantitatif. aru pada tahun 850, Ludwig Ferdinand Wihely (8-864) seorang ahli kiia dari Jeran epelajari laju inersi sukrosa dan eneukan pertaa kalinya laju reaksi dengan pendekatan kuantitatif. Wilhely enginterpretasikan laju reaksi dengan enggunakan persaaan diferensial dan enyusun persaaan epiris untuk engungkapkan kebergantungan laju reaksi pada suhu. Oleh karena itu, tahun 850 ini dianggap sebagai kelahiran kinetika kiia. Meskipun deikian, peneuan Wilhely ini hapir luput dari perhatian, sapai suatu saat di ana Friedrich Wilhel Ostwald (85-9) eberikan perhatian penuh dan eneruskan penelitiannya. Reaksi kiia dapat terjadi pada fase gas, cairan dan padatan, serta antaruka. aun, terdapat perbedaan pengertian yang endasar antara kinetika fase gas dan fase cair. Dala fase gas olekul-olekul saling berjauhan. Gerakan-gerakan dan antaraksinya dipelajari elalui teori kinetik gas. erdasarkan teori ini, laju proses fase gas dihitung dengan ebuat odel sederhana gas-gas elalui pendekatan olekular. Dengan enggunakan tubukan olekul odel bola kaku, frekwensi tubukan dan sifat perpindahan (transport properties) dala gas tak bereaksi seperti iskositas, difusi, dan hantaran kalor telah dapat dihitung. erdasarkan odel tubukan reaktif dala

3 teori kinetik gas, laju reaksi elalui pendekatan olekular pada fase gas dapat ditentukan. Modul ini khusus tentang teori kinetika gas yang akan ebahas kecepatan gas, distribusi kecepatan dan distribusi energi kinetik translasi sebagai dasar pebahasan tubukan. Pebahasan ini diharapkan dapat eperkuat fondasi peahaan sifat fisik reaksi karena teori kinetik gas erupakan dasar pebentukan odel ilu pengetahuan yang hasil bahasannya secara kuantitatif dapat dibandingkan dengan hasil percobaan.. Model eori Kinetik Gas eori kinetik gas diulai dari penurunan Daniel ernoulli (78) terhadap huku oyle dengan enerapkan huku gerakan ewton pada olekul. Hasil ernoulli diabaikan lebih dari 00 tahun keudian. Pada tahun 845, John Waterston epresentasikan karyanya di Royal Society, Inggris, yang berisi pengebangan teori kinetik. aun sayangnya, karya Waterston ini ditolak karena dianggap tidak asuk akal. Eksperien Joule yang edeonstrasikan panas sebagai suatu energi enjadi dasar untuk engebangkan gagasan teori kinetik sungguh asuk akal. Sebagai akibatnya, pada periode tahun , Joule, Clausius, Mawell, dan oltzann engebangkan teori kinetik gas. eori kinetik gas enjelaskan tentang energi total gas berasal hanya dari subangan energi kinetik olekul-olekul penyusun gas tersebut. da tiga asusi endasari penjelasan ini, yaitu: Gas tersusun dari olekul-olekul berasa dan berdiaeter d yang bergerak terus-enerus secara acak. Ukuran olekul gas dapat diabaikan karena diaeternya dapat diasusikan sangat kecil jika dibandingkan dengan jarak rata-rata yang ditepuh di antara tubukan. Molekul-olekul gas tidak saling berantaraksi, dan bertubukan dengan lenting sepurna.

4 erdasarkan asusi yang endasari teori kinetik gas tersebut, olekulolekul gas bergerak secara terus enerus, dan tidak saling tarik enarik aupun tolak enolak. Molekul-olekul tersebut bergerak elalui lintasanlintasan lurus di antara tubukan-tubukan. Jarak lintasan yang telah ditepuh oleh gas di antara tubukan ini sangat besar, sehingga diaeter olekul gas dapat diabaikan dibandingkan dengan panjang lintasan tersebut. ubukan-tubukan olekul diasusikan elastis sepurna. Selaa tubukan, energi kinetik total, berbentuk energi translasi, tidak berubah atau tidak ada energi translasi yang hilang, diserap atau dilepaskan untuk diubah enjadi energi dala berupa energi elektronik, ibrasi, dan rotasi di dala asing-asing olekul. esarnya energi kinetik tersebut berbanding lurus dengan suhu dala K, Ek R Gabar. ubukan elastis olekul-olekul gas C. Penentuan Kecepatan Molekul Gas Penentuan kecepatan gas didasarkan pada asusi bahwa olekul gas yang bergerak acak secara terus-enerus akan enubuk dinding wadahnya dan enibulkan tekanan tertentu. Karena julah olekul yang enghanta dinding perukaan dala interal waktu tertentu sangat banyak, aka tekanan yang ditibulkannya pada dinding akan relatif tetap dengan gaya yang tetap pula. Wadah di ana gas berada dapat disederhanakan seperti Gabar berikut. 4

5 Gabar. ubukan olekul gas pada dinding wadah Seua olekul gas dengan assa yang bergerak searah subu X dengan kecepatan, dan dala selang waktu t, akan dapat enepuh jarak t dan enubuk dinding yang eiliki luas penapang. Dengan kata lain, dapat pula dikatakan bahwa seua olekul gas yang eiliki olu t akan enubuk dinding jika olekul tersebut bergerak ke arahnya, dan enghasilkan suatu tekanan tertentu. aun, karena olekul bergerak endekat ke dinding untuk enubuknya, dan keudian berubah arah enjauhi dinding, aka julah olekul yang enubuk dinding tersebut dikalikan dengan tetapan setengah, atau sebanyak: ½. t, dengan adalah julah olekul gas. Jika rapat julah atau julah olekul per satuan olu dituliskan dala /, aka rapat julah olekul yang enubuk dinding adalah ½ /. t. Moentu suatu olekul gas berassa yang enubuk dinding adalah yang berubah enjadi, sehingga perubahan oentu di setiap tubukan adalah. Jika banyaknya olekul yang enubuk dinding adalah ½ /. t, aka perubahan oentu total dala selang waktu t adalah saa dengan perubahan oentu di setiap tubukan dikalikan dengan julah total olekul yang enubuk ke dinding, atau saa dengan: Perubahan oentu ( ) (½ t) () 5

6 Laju perubahan oentu () Menurut huku ewton kedua tentang gerakan, dapat dikatakan bahwa laju perubahan oentu saa dengan gaya yang ditibulkan oleh tubukan olekul gas ke dinding. Gaya tubukan () Menurut Huku Pascal, gaya (F) yang ditibulkan akibat tubukan olekul gas ke dinding saa dengan tekanan (p) dikalikan dengan luas perukaan dinding (), sehingga besarnya tekanan, F p (4) Kecepatan olekul gas, tidak selalu saa untuk asing-asing olekul. Oleh karena itu, erupakan kecepatan rata-rata, dan dinotasikan dengan < >. Molekul gas bergerak acak ke segala arah dala wadah berdiensi tiga, dan bukan hanya dala arah subu X saja, elainkan juga dala arah subu Z dan Y. Dengan deikian, besarnya tekanan (persaaan.4) dituliskan sebagai: p (5) esarnya < > = / (< > + < y > + < z >) atau < > = / < rs >, dengan rs adalah root ean square speed of gas olecule atau kecepatan akar kwadrat rata-rata olekul. Dengan easukkan rs ke dala ruus tekanan (persaaan.5), aka hubungan anatara tekanan p dan olue olekul gas dinyatakan dengan persaaan yang sangat penting dala teori kinetik gas, sebagai berikut: rs p (6) Molekul gas ideal akan eenuhi persaaan keadaan gas p = nr. Oleh karena itu, tekanan persaaan.6 dapat dituliskan sebagai: p rs nr R (7) Dari persaaan.7 ini, root ean square speed of gas olecule atau kecepatan akar kwadrat rata-rata olekul dapat ditentukan, sebagai berikut. 6

7 rs R R atau rs (8). M otasi M dala persaaan adalah assa olar, M, dengan adalah tetapan ogadro, adalah assa gas, R erupakan tetapan gas dan adalah suhu dala Kelin. Perlu kiranya diperhatikan bahwa siste gas berolue yang engandung olekul dala julah besar engandung olekul yang bergerak dengan kecepatan asing-asing, dan kecepatan olekul gas tersebut berbanding terbalik dengan assa olar relatif M. Seakin besar M gas seakin kecil kecepatannya. Selain itu, di dala syste gas tersebut, kecepatan suatu olekul tidak selalu saa, bisa berubah setiap saat. Perubahan ini terjadi akibat tubukan antar olekul yang terdapat dala wadah syste gas. ubukan antar olekul tersebut dapat enyebabkan pertukaran energi kinetik. esarnya energi kinetik translasi ( K ) yang dipertukarkan tergantung juga pada rs gas. Seakin cepat gas bergerak aka seakin besar pula energi kinetik translasi. M K rs rs (9) erdasarkan persaaan 9 ini, aka untuk gas ideal yang eenuhi persaaan keadaan, dapat dituliskan bahwa: p rs ( ) ( ) K nr (0) rs Oleh karena itu, besarnya energi kinetik translasi dapat dituliskan sebagai: nr K k () Di ana k adalah tetapan oltzann yang besarnya saa dengan,8 0 J/K. Harga tetapan tersebut adalah hasil bagi tetapan gas R dengan tetapan ogadro (R/ ). D. Distribusi Mawell-oltzann Distribusi Mawell-oltzann ini erupakan suatu ruusan fungsi statistik untuk enentukan keungkinan diteukannya olekul dengan 7

8 kecepatan dan pada jarak tertentu. Seperti yang diketahui bahwa gas tersusun dari ato atau olekul. to atau olekul gas sebenarnya tidak berinteraksi dengan yang lainnya kecuali elalui tubukan. Kita ungkin ebayangkan bahwa gas erupakan gabungan bola-bola sangat kecil di udara, yang bertubukan antara satu dengan lainnya. Kalaupun ato atau olekul gas bergerak dengan kecepatan yang awalnya saa (padahal sebenarnya tidak saa), tubukan yang dialai oleh asing-asing gas akan enyebabkan perbedaan kecepatan gas. eberapa gas bergerak sangat cepat, dan yang lainnya bergerak labat. Dengan deikian, ada sebaran julah olekul ulai dari kecepatan nol hingga kecepatan yang sangat besar. Sebaran tersebut digabarkan dengan suatu fungsi distribusi kecepatan olekul f, yang disebut distribusi Mawell. erdasarkan fungsi ini, pengaruh asa olekul dan suhu terhadap distribusi dinyatakan dala persaaan. f ( ) 4 k e / k () Grafik alur fungsi f() terhadap kecepatan disajikan pada Gabar di bawah ini. Pada suhu tinggi atau asa olekul kecil, distribusi olekul dengan kecepatan tinggi lebih besar julahnya dibandingkan dengan pada suhu rendah atau asa olekul lebih besar. Seakin kecil asa olekul atau seakin tinggi suhu, puncak kura bergeser ke yang lebih tinggi, dan kura elebar sepanjang aksis kecepatan tersebut. Persaaan Mawell f() di atas selanjutnya diteliti secara cerat oleh oltzann. Penurunan persaaan Mawell diulai dari pendapat oltzann yang enyatakan bahwa fraksi olekul yang bergerak dengan kecepatan tertentu berbanding lurus dengan pangkat ( / k e ). erdasarkan pendapat ini, distribusi kecepatan gas dala arah satu diensi di subu X diruuskan dengan persaaan berikut. d e / k d () 8

9 Dengan d/ adalah fraksi olekul, dan suatu tetapan perbandingan. Gabar. Distribusi olekul dengan kecepatan dan ketergantungannya pada suhu dan asa. Peluang aksial diteukannya olekul dengan kecepatan tersebut adalah seratus persen atau satu. Sehingga, persaaan ini dituliskan enjadi e / k d etapan dapat ditentukan sebagai berikut. (4) e / k d Untuk enyelesaikan persaaan ini, aka perlu diperhatikan penyelesaian ateatik sebagaiana tertera dala abel berikut. abel. Penyelesain ateatik untuk integral terhadap fungsi Gauss Persaaan 0 n a. e d Y Y = 0 Y Y Y = 0 a a 9

10 Dengan a, aka harga / k e k d. k Oleh karena itu, nilai tetapan adalah e / k d k. Dengan easukkan harga ke dala persaaan tentang distribusi fungsi f() d di atas, aka: d f ( ) d k. e / k d (5) Persaaan ini dikenal dengan persaaan Mawell-oltzann, yang pertaa kali disapaikan oleh Mawell, dan selanjutanya dibuktikan secara teliti oleh oltzann. Pebahasan yang telah dilakukan diasusikan pada kecepatan gas yang bergerak di subu X. aun gas selalu bergerak acak dengan arah di tiga diensi X, Y, dan Z. Oleh karena itu, persaaan 5 di atas secara terpisah dapat dituliskan sesuai dengan arahnya: f ( ) d y z f ( ) d y f ( ) d z k k k. e. e. e y / k y / k / k Distribusi olekul yang eiliki kecepatan dala rentang kecepatan sapai (+d) direpresentasikan oleh suatu persaaan koordinat kartesian berikut. k f d f y z d dy dz e k / ( ) (,, ). d d Distribusi akhir diteukannya olekul yang bergerak dengan rentangan kecepatan sapai d erupakan julah peluang teletaknya olekul dala segala arah di tiga diensi dengan rentang kecepatan sapai + d atau d d d z y y d z 0

11 berbentuk bola. Untuk itu, perhitungan peluang harus dikalikan dengan olu bola yang berjejari dengan kulit d, sehingga olu bola adalah 4/ (Gabar 4). Gabar 4. Distribusi olekul yang eiliki kecepatan dala rentang kecepatan sapai +d dala segala arah diensi berbentuk bola. (6) Persaaan 6 ini adalah persaaan distribusi kecepatan Mawell yang sudah dituliskan dala persaaan di halaan 9. Mengingat hubungan antara assa dan assa olekul M, serta antara tetapan oltzann k dan tetapan gas R, aka persaaan distribusi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut. (7) E. plikasi Distribusi Mawell. Menghitung Distribusi Kecepatan Fungsi distribusi Mawell dipelajari untuk enentukan besarnya peluang diteukannya olekul yang epunyai kecepatan dala rentang sapai ( + d). Fungsi ini dapat digunakan enghitung kecepatan akar kwadrat rata-rata k k k e k f d e k f d e k d f / / / 4 ) (. 4 ) ( 4.. ) ( R M e R M f / 4 ) (

12 ( rs ), dan kecepatan rata-rata (ean speed). Penulisan produk fraksi dengan kecepatan adalah.f()d. Dengan deikian kecepatan akar kwadrat rata-rata ( rs ) dapat diealuasi dari integral.f()d yang keudian diakar. 0. f M 4 M / R ( ). d 4 e. d R 0 Integral.f()d ini eerlukan penyelesaian ateatik sebagai berikut. abel. Penyelesain ateatik untuk integral terhadap fungsi Gauss Persaaan n a. e d I I a I a 4 a I a I I I 5 8 a a M Dengan a, aka ealuasi untuk perhitungan rs dengan harga n = 4, R adalah sebagai berikut. (8) Ealuasi kecepatan rata-rata juga dapat dilakukan dengan cara serupa enggunakan fungsi distribusi Mawell dan cara integral terhadap.f()d sebagai berikut. 4 sehingga M 4 R M R R M rs R M 5 R 8 M R M

13 0 M. f ( ). d 4 R 8R M M R 4. R M 0 e M / R Selain kedua kecepatan yang dihitung dengan distribusi Mawell tersebut, dikenal pula satu kecepatan gas lainya yang dikenal sebagai kecepatan dengan kebolehjadian terbesar *, atau kecepatan yang paling ungkin (the ost probable speed). Kecepatan paling ungkin ini ditunjukkan oleh titik puncak distribusi, diana turunan pertaa fungsi Mawell bernilai = 0. Dengan bertabahnya suhu atau berkurangnya assa olekul gas, kecepatan ini berubah ke arah kecepatan yang lebih besar. Ini dikarenakan distribusi kecepatan olekul juga seakin besar. Harga kecepatan paling ungkin ini ditentukan oleh persaaan. d R * (9) M Kura distribusi kecepatan-kecepatan gas ini diikhtisarkan dala Gabar 5 berikut. Gabar 5. Ilustrasi kecepatan kecepatan olekul gas berdasarkan distribusi Mawell

14 Seperti telah diulas di depan bahwa seua kecepatan gas dipengaruhi oleh asa olekul gas M dan suhu. Seakin tinggi suhu dan/atau seakin besar asa olekul, aka kecepatan gas akan seakin kecil. esarnya asing-asing kecepatan gas tersebut diberikan oleh rasio berikut. rs *,5 * dan 4 *,8 * (0) Distribusi ini dapat pula digunakan untuk enerangkan kecepatan pergerakan gas hydrogen dan heliu di atosfir bui yang lebih besar dari pada nitrogen dan oksigen. arangkali kita tidak dapat erasakan keberadaan gas hydrogen dan heliu secara bebas di atosfir seperti gas nitrogen dan oksigen. Ini dapat diterangkan dengan rs yang engukur seberapa cepat suatu ato atau olekul berkelana di atosfir. rs hydrogen (4) / kali lebih besar dari pada nitrogen karena asa olekul nitrogen 4 kali asa hitrogen, sedangkan rs heliu (7) / kali lebih besar dari pada nitrogen karena asa nitrogen 7 kali asa ato heliu. Kecepatan suatu objek untuk dapat lepas dari graitasi bui dan eninggalkan bui adalah, k/det. Maka dari itu, roket yang akan eluncur ke Mars harus eiliki kecepatan elebihi, k/det untuk dapat eninggalkan bui. Deikian pula yang berlaku pada olekul gas. Jika olekul gas eiliki kecepatan rata-rata lebih dari, k/det, gas tersebut tidak akan pernah tinggal di bui. Gas hidrogen dan heliu eiliki kecepatan rata-rata yang sangat besar, sehigga hapir tidak diteukan di atosfir bui.. Menghitung Distribusi Energi Kinetik ranslasi Distribusi Mawell dapat juga digunakankan untuk enggabarkan distribusi olekul yang eiliki energi kinetik translasi tertentu. Jika suatu olekul eiliki kecepatan berkisar dari sapai +d, aka energi kinetik translasinya adalah dala rentang ½ sapai ½ (+d) = ½ ( + d+ d ) = (½ + d), yang dapat dituliskan secara singkat rentang energi tersebut dari sapai (+d), di ana = ½ [ = (/) / ] dan d = d 4

15 5 [d = d/( ) / ]. Jika harga ini disubstitusikan ke dala persaaan Mawell (persaaan 6) berikut. Maka didapatkan () Gabar 6. Fungsi distribusi energi kinetik translasi gas entuk kura distribusi energi ini berbeda dengan kura distribusi kecepatan (Gabar 4). F. ubukan ntar Molekul dan Frekwensi ubukan Model kinetika gas eberikan gabaran kuantitatif dari peristiwaperistiwa yang berlangsung dala gas, dan dapat juga dipergunakan untuk enghitung frekwensi tubukan dan jarak bebas rata-rata yang dialai oleh gas dala pergerakannya yang acak. Frekwensi tubukan erupakan julah tubukan yang dilakukan oleh olekul gas per satuan waktu. Jarak bebas rata-, 4 ) ( / d e k d f k d e k d f d e k d f d k k / / ) ( 4 ) (

16 rata erupakan perjalanan rata-rata olekul yang bebas tubukan (jarak rata-rata di antara tubukan). ubukan terjadi jika dua olekul saling endekat dala jarak d (diaeter tubukan). Molekul gas diasusikan sebagai bola keras, dan besar d (diaeter tubukan) untuk olekul yang identik saa dengan diaeter olekul. etapi untuk olekul odel bola keras dan yang tidak identik, harga d d d Gabar 7. Pipa wadah gas yang saling bertubukan Julah tubukan yang dihasilkan oleh suatu olekul adalah saa dengan olu wadah dikalikan dengan rapat julah olekul (). ilai saa dengan /, diana adalah julah olekul dan adalah olu gas. Wadah gas tersebut eiliki luas penapang (collision cross section) = d, dan panjang penapang t, sehingga olu wadah gas saa dengan t. Jika suatu olekul gas eiliki olu yang besarnya saa dengan t, aka olekul tersebut akan engalai tubukan dengan gas lainnya. Julah tubukan yang terjadi dala wadah tersebut saa dengan t.. Oleh karena itu, frekwensi tubukan z yang didefinisikan sebagai julah tubukan yang dihasilkan oleh suatu olekul per satuan waktu, diruuskan sebagai berikut. z () 6

17 Persaaan di atas diturunkan dari suatu asusi bahwa hanya satu olekul yang bergerak enubuk olekul yang lainnya. Di dala kenyatannya, asingasing olekul bergerak dengan kecepatan yang belu tentu saa, apalagi olekul tersebut eiliki asa yang tidak saa ( ) dengan diaeter yang berbeda pula (d d ). Oleh karena itu, dala ruus di atas seharusnya kecepatan rata-rata relatif ( rel ) yang besarnya: rel 8k, dengan adalah. asa tereduksi olekul, yang besarnya: () Jika asa olekul dan adalah saa, =, aka asa tereduksi olekul.. Kecepatan rata-rata relatif ( rel ) diruuskan dengan 8 k (4) rel. Oleh karena itu, frekwensi tubukan dua olekul gas identik dengan asa saa akan eiliki kecepatan relatif yang besarnya dinyatakan dengan ruus berikut. z (5) Persaaan (5) enjelaskan bahwa frekwensi tubukan eningkat bila suhu siste dinaikkan. Pengaruh suhu pada frekwensi tubukan ditunjukkan oleh persaaan (4), yang eperlihatkan bahwa peningkatan suhu siste enyebabkan peningkatan kecepatan rata-rata relatif ( rel ) dari olekul-olekul yang bertubukan. Hal ini yang enyebabkan frekwensi tubukan juga eningkat. Rapat julah olekul, yaitu / bagi proses yang terjadi terhadap gas yang identik dengan gas ideal, dapat pula diungkapkan dengan persaaan berikut. p nr, p p C, R Maka R, p p C 7

18 (6) Dengan enggunakan ungkapan tersebut, aka frekwensi tubukan gas yang identik dapat ditulis dala bentuk lain, p z. C (7) k Persaaan ini enunjukkan bahwa pada suhu tertentu, frekwensi tubukan berbanding lurus dengan tekanan p dan konsentrasi gas C. Jika tekanan siste atau konsentrasi gas diperbesar, aka kerapatan olekul gas akan eningkat. Sebagai akibatnya, frekwensi tubukan juga enjadi lebih besar. G. Rapat ubukan Dala syste di suatu wadah berolu terdapat gas yang julahnya. Frekwensi tubukan enyatakan julah tubukan per satuan waktu yang dialai oleh suatu olekul gas. Frekwensi tubukan total yang terjadi dala suatu syste gas yang engandung sejulah olekul gas (j,i) dihitung dengan rapat tubukan Z ji. Z ji engungkapkan julah total tubukan per satuan waktu per satuan olu. Rapat tubukan olekul-olekul identik (isalnya olekul dan ) dituliskan sebagai Z, sedangkan rapat tubukan olekul yang tidak identik (isalnya olekul dan ) dituliskan sebagai Z. esarnya rapat tubukan dihitung dengan engalikan frekwensi tubukan z dengan rapat julah olekul gas (j,i). Selain itu, faktor penghitungan ganda (double counting factor) juga harus diperhitungkan untuk setiap tubukan yang dialai oleh dua olekul identic. Sebagai contoh, jika dua olekul bertubukan, julah tubukan keduanya dihitung sekali, bukan dua kali. Secara ateatik, rapat tubukan dala syste gas yang identik harus eperhitungkan perkalian dengan angka ½ dari rapat julah olekul sebagai berikut. 8

19 Z Z z 4k. C (8) Rapat tubukan gas biasanya eiliki harga yang sangat besar. Sebagai contoh, olekul nitrogen yang berdiaeter d = 80 p pada suhu kaar dan tekanan atosfir epunyai rapat tubukan Z = s. Ini berarti, dala wadah, gas nitrogen engalai tubukan sebanyak kali di setiap detiknya. Rapat tubukan olekul-olekul tidak identik (isalnya J dan I) dituliskan sebagai Z JI dan dihitung dengan persaaan berikut. (9) (0) () C J adalah konsentrasi olekul J, J adalah julah olekul J, adalah tetapan ogadro, JI adalah asa tereduksi olekul J dan I, sedangkan d JI adalah diaeter tubukan olekul J dan I, di ana d JI = ½ (d J + d I ). Perhatikan bahwa faktor perkalian ganda ½ tidak uncul dala persaaan di atas karena olekul J yang bertubukan dengan olekul I dihitung asing-asing sebagai satu kali tubukan. Hal ini dapat dirunut dari kecepatan rata-rata relatif rel yang eperhitungkan asa tereduksi, sebagaiana ditunjukkan persaaan pada halaan 8. Z Z Z JI JI JI rel d d JI JI J I 8k JI 8k JI / / J ( I ). C C J I H. Jalan ebas Rata-rata Jalan bebas rata-rata erupakan jarak rata-rata yang ditepuh suatu olekul di antara tubukan. Suatu olekul bergerak dengan kecepatan yang berubah-ubah setiap detiknya karena tubukan olekul yang dialainya selaa waktu tertentu t. Jika suatu olekul bergerak dengan kecepatan rata-rata dan 9

20 enepuh jarak t, serta engalai tubukan sebanyak z t. Dengan deikian, jarak rata-rata yang ditepuh olekul di antara tubukan adalah t/(z t ) atau: () z Karena frekwensi tubukan berbanding lurus dengan tekanan seperti ditunjukkan oleh persaaan (7) aka peningkatan tekanan gas eperkecil jalan bebas rata-rata. Hubungan ini dieksplisitkan dengan ensubstitusikan ungkapan z (frekwensi tubukan z untuk olekul gas ideal yang identic) dala persaaan (7) atau persaaan () berikut ke dala persaaan. p z. C () k Maka, besarnya jalan bebas rata-rata adalah k (4) p C Persaaan ini enunjukkan bahwa pada olu tetap, yang berarti pada p tetap, jalan bebas rata-rata tidak bergantung pada suhu dan kecepatan gerak gas. Jarak di antara tubukan tersebut ditentukan oleh julah olekul yang ada dala olu tertentu, tidak pada kecepatannya. Paraeter tubukan yang terdiri dari diaeter tubukan, frekwensi tubukan, laju tubukan dan jalan bebas rata-rata dari beberapa olekul gas diberikan dala abel berikut. abel. Paraeter tubukan beberapa gas pada suhu kaar dan p= at Molekul Jalan bebas Frekwensi Laju rata-rata tubukan tubukan d/ Å /0 8 z/0 9 det Z (j,i) / 0 4 Diaeter tubukan det H,7,4 4, 7,6 He,8 9, 6,6 8,,74 6,56 7, 8,9 0

21 O,57 7,6 6, 7,6 r,6 6,99 5,7 7,0 CO 4,56 4,4 8,6 0,6 HI 5,56,96 7,5 0,6 I. ubukan terhadap Dinding dan Efusi ubukan gas terhadap satu sisi dinding wadah enjadi suatu fenoena yang enarik untuk dipelajari dengan seksaa. Dinding wadah gas dengan luas yang tegak lurus dengan subu X, akan ditubuk oleh gas yang bergerak searah subu X dengan kecepatan > 0 dan enujunya selaa selang waktu t. Lintasan atau jarak yang harus ditepuh gas untuk enubuk dinding tersebut adalah t. Dengan deikian, dapat dipastikan bahwa seua olekul yang eiliki olu t dan bergerak dengan kecepatan positif enuju dinding, akan enubuk dinding dala selang waktu t. Julah rata-rata tubukan total dala selang waktu t ini ditentukan oleh julah olekul yang eiliki kecepatan dala rentang sapai + d, sebanyak f( )d, yang tersebar di seluruh bagian wadahnya. Oleh karena itu, julah total olekul yang eiliki kecepatan dala rentang sapai + d dala wadah tersebut adalah f( )d t. integrasi. Julah tubukan total gas terhadap dinding dihitung dengan cara Julah tubukan Julah tubukan t k k t 0 e / k Julah tubukan per satuan luas per satuan waktu (Z w ) adalah. d Z w k 4 Untuk gas yang endekati ideal, aka: (5)

22 Z w p p (6) 4k (k ) Jika satu dinding yang ditubuk oleh gas tersebut berlubang kecil dengan luas o, sedangkan area di luar dinding tersebut adalah aku, aka laju keluarnya olekul gas saa dengan laju pebentukan olekul pada luas lubang tersebut. Julah olekul yang keluar lubang tersebut per satuan waktu dihitung dengan persaaan berikut. Z w p o o (7) ( k ) Julah olekul yang keluar lubang tersebut disebut efusi. Menurut Huku Efusi Graha (Graha Law of Effusion), laju efusi berbanding terbalik dengan akar kwadrat dari asa olar olekul M ½. Perbedaan laju efusi ini berguna untuk eisahkan spesies isotopic, isalnya antara 5 UF 6 dan 8 UF 6. Jika jarak rata-rata yang ditepuh gas di antara tubukan adalah, aka diaeter lubang dinding harus jauh lebih kecil dari. Kalau tidak, olekul akan bertubukan dengan olekul lainnya di dekat lubang, dan dapat engakibatkan terjadinya aliran gas beruntun keluar elalui lubang. Hal ini terjadi karena keluarnya olekul elalui lubang dala julah besar dapat engurangi kerapatan julah gas di dekat lubang, yang dapat engurangi tekanan di daerah dekat lubang dinding. Maka, olekul di dekat lubang dinding akan engalai sedikit tubukan dibandingkan dengan olekul yang berada jauh dari lubang. liran yang terjadi karena perbedaan tekanan ini disebut iscous flow atau connectie flow. Efusi bukanlah aliran karena perbedaan tekanan tersebut, naun erupakan suatu contoh aliran olekul bebas yang oleh Knudsen dianfaatkan untuk enentukan asa olar suatu olekul. Dala Metode Knudsen ini, epunyai nilai yang besar atau panjang, sehingga tubukan antar olekul dapat diabaikan. Salah satu syarat lain yang harus dipenuhi agar persaaan 7 dapat diberlakukan adalah bahwa dinding yang eiliki lubang tersebut harus tipis.

23 Kalau dindingnya tebal, keluarnya olekul gas diungkinkan bersinggungan dengan sisi-sisi lubang, dan olekul gas akan eantul balik ke dala wadah. erdasarkan persaaan 7 di atas, etode Knudsen eneukan bahwa jika tekanan uap padatan dengan lubang kecil adalah p, aka laju kehilangan asa olekul dari wadah karena terjadinya efusi berbanding lurus dengan p. Contoh soal:. pakah di dala suatu syste, seua gas bergerak dengan kecepatan yang saa?. pakah suatu gas bergerak dengan kecepatan yang selalu tetap?. Hitunglah kecepatan-kecepatan: (i) kecepatan paling ungkin, (ii) kecepatan akar kwadrat rata-rata, (iii) kecepatan rata-rata, dan (i) kecepatan relatif olekul gas hidrogen pada suhu 7 o C! 4. Hitung kecepatan akar kwadrat rata-rata oleku O yang eiliki energi kinetik kkal ol. Pada suhu berapakah kecepatan tersebut terjadi? 5. Urutkan olekul gas di bawah ini berdasarkan penurunan kecepatan rataratanya pada suatu suhu tertentu! C H 4 (etilena, horon tubuhan yang enyebabkan buah-buahan dapat asak) e (neon, digunakan untuk ebuat labu neon yang berwarna keeraherahan indah) C 7 H 6 O (benzaldehida, senyawa organic yang enyebabkan buah alon berbau spesifik) Xe (enon, gas ulia yang digunakan untuk engasilkan pijaran lapu yang eksotik). CO (karbon dioida, gas yang dikeluarkan dala syste pernafasan akhluk hidup dan juga koponen gas sintesis) O (nitrogen oksida, suatu koponen kabut fotokiia) H (hidrogen, digunakan dala produksi aonia).

24 6. agaianakah kebergantungan frekwensi tubukan dengan penapang lintang tubukan, kecepatan rata-rata relatif olekul, dan konsentrasi gas 7. Mengapa jalan bebas rata-rata sebanding dengan se per-frekwensi tubukan? 8. Hitunglah diaeter dan penapang lintang tubukan dari gas O dengan gas Cl bila diketahui diaeter asing-asing 0,6 n dan 0,4 n. 9. Hitunglah jalan bebas rata-rata pada suhu 7 C tekanan at dari gas klorin yang bertubukan dengan diaeter 0,4 n Jawab:.. c = R M / = c = / c =,9 0.s , 4J.K.ol 00K / -,06 0 kg.ol =,57 0.s - c = / 4 c =,77 0.s - c c =,5 0.s - / rel. (6)z = crel, berbanding lurus. (7)jalan bebas rata-rata (jarak) = kecepatan waktu ; karena t = /z 4. (8) = 5. (9) = p = / 8,57 0 d = O Cl,4 0, 6 0, 4 d d = 0,487 n. - - at 6, 0 0 ol 0 L - - 0, 0805 L at K ol 00 K = 5-4, 89 0 R = = /,4 4,0 0 4, = 4

25 J. Daftar Pustaka Ira I. Kartohadiprodjo, (999), Kiia Fisika, Jilid, (erjeahan: P.W. tkins), Erlangga, Jakarta. Leine, Ira., (978), Physical Cheistry, McGraw-Hill Kogakusha, okyo. Laidler, Keith J., (987), Cheical Kinetics, hird Edition, HarperCollinsPublishers, ew York. 5

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo Kecepatan ato gas dengan distribusi Mawell-Boltzann () Oleh: Purwadi Raharjo Dala proses odifikasi perukaan bahan, kita ungkin sering endengar teknologi pelapisan tipis (thin fil). Selain pelapisan tipis,

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS Bahan ja Fisika eoi Kinetik Gas Iqo uian, S.Si,.Pd EORI KIEIK GS Pendahuluan Gas eupakan zat dengan sifat sifatnya yang khas diana olekul atau patikelnya begeak bebas. Banyak gajala ala yang bekaitan dengan

Lebih terperinci

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus Fisika-TEP FTP UB /6/3 Dinaika 3 TIM FISIKA FTP UB PUSAT MASSA Titik pusat assa / centroid suatu benda ditentukan dengan ruus ~ x x ~ y y ~ z z Diana: x, y, z adalah koordinat titik pusat assa benda koposit.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

Impuls dan Momentum By. Aan S. Arcadie

Impuls dan Momentum By. Aan S. Arcadie Iuls dan Moentu y. Aan S. Arcadie A. Iuls (I ---- Ns) ada saat Anda enendang bola, gaya yang diberikan kaki aada bola teradi dala waktu yang sangat singkat. Gaya seerti ini disebut sebagai gaya iulsif.

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN 43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA

Lebih terperinci

dimana p = massa jenis zat (kg/m 3 ) m= massa zat (kg) V= Volume zat (m 3 ) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m 3

dimana p = massa jenis zat (kg/m 3 ) m= massa zat (kg) V= Volume zat (m 3 ) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m 3 Zat dan Wujudnya Massa Jenis Jika kau elihat kapas yang berassa 1 kg dan batu berassa 1 kg, apa ada di benaku? Massa Jenis adalah perbandingan antara assa benda dengan volue benda Massa jenis zat tidak

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMER ELJR PENUNJNG PLPG 06 MT PELJRN/PKET KEHLIN FISIK VIII MOMENTUM DN IMPULS Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIN PENDIDIKN DN KEUDYN DIREKTORT JENDERL GURU DN TENG KEPENDIDIKN 06 .8 Materi Pokok: Moentu

Lebih terperinci

= mv Momentum akhir setelah tumbukan pertama:

= mv Momentum akhir setelah tumbukan pertama: 1.79. Sebuah bola baja berassa = 50 g jatuh dari ketinggian h = 1,0 pada perukaan horisontal sebuah papan tebal. Tentukan oentu total yang diberikan bola pada papan setelah terpental beberapa kali, bila

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci

BAB 4 KAJI PARAMETRIK

BAB 4 KAJI PARAMETRIK Bab 4 Kaji Paraetrik BAB 4 Kaji paraetrik ini dilakukan untuk endapatkan suatu grafik yang dapat digunakan dala enentukan ukuran geoetri tabung bujursangkar yang dibutuhkan, sehingga didapatkan harga P

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam Dapatkan soal-soal lainnya di http://foru.pelatihan-osn.co SOAL OLIPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan

Lebih terperinci

Persamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis

Persamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis Bab 2 Persaaan Schrödinger dala Matriks dan Uraian Fungsi Basis 2.1 Matriks Hailtonian dan Fungsi Basis Tingkat-tingkat energi yang diizinkan untuk sebuah elektron dala pengaruh operator Hailtonian Ĥ dapat

Lebih terperinci

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude 9/0/0 Perhitungan Tahanan Kapal dengan etode Froude Froude enganggap bahwa tahanan suatu kapal atau odel dapat dipisahkan ke dala dua bagian: () tahanan gesek dan () tahanan sisa. Tahanan sisa ini disebabkan

Lebih terperinci

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL 1 GETARAN PEGAS SERI-PARALEL I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan konstanta pegas seri, paralel dan seri-paralel (gabungan). 2. Mebuktikan Huku Hooke. 3. Mengetahui hubungan antara periode pegas dan assa

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

Solusi Treefy Tryout OSK 2018

Solusi Treefy Tryout OSK 2018 Solusi Treefy Tryout OSK 218 Bagian 1a Misalkan ketika kelereng encapai detektor bawah untuk pertaa kalinya, kecepatan subu vertikalnya adalah v 1y. Maka syarat agar kelereng encapai titik tertinggi (ketika

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB III ANALISA TEORETIK BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian

Lebih terperinci

Gerak Harmonik Sederhana Pada Ayunan

Gerak Harmonik Sederhana Pada Ayunan Gerak Haronik Sederhana Pada Ayunan Setiap gerak yang terjadi secara berulang dala selang waktu yang saa disebut gerak periodik. Karena gerak ini terjadi secara teratur aka disebut juga sebagai gerak haronik/haronis.

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Copetititon Tingkat SMA 1. Ujian Eksperien berupa Naskah soal beserta lebar jawaban dan kertas grafik. 2. Waktu keseluruhan dala eksperien dan

Lebih terperinci

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.460-919) Volue 1, No., Maret 016 MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI 1 Suraidin, Islahudin, 3 M. Firan Raadhan 1 Mahasiswa Sarjana

Lebih terperinci

GERAK SATU DIMENSI. Sugiyanto, Wahyu Hardyanto, Isa Akhlis

GERAK SATU DIMENSI. Sugiyanto, Wahyu Hardyanto, Isa Akhlis GERAK SATU DIMENSI Sugiyanto, Wahyu Hardyanto, Isa Akhlis Bahan Ajar Mata Kuliah Koputasi Fisika A. Gerak Jatuh Bebas Tanpa Habatan Sebuah benda dijatuhkan dari ketinggian tertentu dengan besar kecepatan

Lebih terperinci

Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 jam

Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 jam Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 ja 1 (Nilai 15) Sebuah bola pada ketinggian h dari perukaan lantai, ditebakkan secara horizontal dengan kecepatan v 0. Bola engenai lantai dan eantul

Lebih terperinci

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/23/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/23/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus Fisika-TEP FTP UB /3/3 Dinaika 3 TIM FISIKA FTP UB PUSAT MASSA Titik usat assa / centroid suatu benda ditentukan dengan ruus ~ x x ~ y y ~ z z Diana: x, y, z adalah koordinat titik usat assa benda koosit.

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GLOMBANG LKTROMAGNTIK Contoh. Hubungan dan B dari gelobang bidang elektroagnetik Suatu gelobang bidang elektroagnetik sinusoidal dengan frekuensi 5 MHz berjalan di angkasa dala arah X, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

Hukum II Newton. Untuk SMA kelas X. (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP)

Hukum II Newton. Untuk SMA kelas X. (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP) Huku II Newton Untuk SMA kelas X (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP) Lisensi Dokuen: Copyright 008 009 GuruMuda.Co Seluruh dokuen di GuruMuda.Co dapat digunakan dan disebarkan secara bebas untuk

Lebih terperinci

MOMENTUM, IMPULS DAN TUMBUKAN

MOMENTUM, IMPULS DAN TUMBUKAN MOMENTUM, IMPULS DAN TUMBUKAN I. TUJUAN PEMBELAJARAN : Setela epelajari ateri ini diarapkan siswa dapat :. enjelaskan pengertian oentu. eruuskan serta engitung oentu suatu benda 3. enjelaskan pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan yang iring (dengan sudut θ terhadap bidang horizontal)

Lebih terperinci

Garis alir pada fluida mengalir terdapat dua jenis, yaitu:

Garis alir pada fluida mengalir terdapat dua jenis, yaitu: DINAMIKA FLUIDA Garis alir pada fluida engalir terdapat dua jenis, yaitu:. Aliran lainar adalah aliran fluida yang engikuti suatu garis lurus atau elengkung yang jelas ujung dan pangkalnya serta tidak

Lebih terperinci

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA Jurnal Mateatika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 160 167 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA

Lebih terperinci

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011)

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011) Soal Latihan (3-11 Noveber 2011) Kerjakan soal-soal berikut selaa 1 inggu untuk elatih keapuan Anda. Kerjakan 2-3 soal per hari. Sebelu engerjakan soal-soal tersebut, sebaiknya Anda engerjakan soalsoal

Lebih terperinci

OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK TUANG TINGGI: STUDI KASUS LAPANGAN X

OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK TUANG TINGGI: STUDI KASUS LAPANGAN X IATMI 2006-TS-30 PROSIDING, Siposiu Nasional & Kongres IX Ikatan Ahli Teknik Perinyakan Indonesia (IATMI) 2006 Hotel The Ritz Carlton Jakarta, 5-7 Noveber 2006 OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK

Lebih terperinci

Pelatihan-osn.com Sekretariat Jakarta : Jl. H. Kelik Gg. Lada No.150, Kebon Jeruk, Jakarta Barat telp/sms : /

Pelatihan-osn.com Sekretariat Jakarta : Jl. H. Kelik Gg. Lada No.150, Kebon Jeruk, Jakarta Barat telp/sms : / PEMAHAMAN KONSEP Proble 1: Pada interaksi antara bui & asteroid, aka : a. gaya tarik asteroid pada bui lebih besar daripada gaya tarik bui pada asteroid, karena asteroid eiliki rapat assa yang lebih besar

Lebih terperinci

Gambar 1. Skema proses komunikasi dalam pembelajaran

Gambar 1. Skema proses komunikasi dalam pembelajaran 2 kurang tertarik epelajari pelajaran ilu pengetahuan ala karena etode pebelajaran yang diterapkan guru. Jadi etode pengajaran guru sangat epengaruhi inat belajar siswa dala epelajari ilu pengetahuan ala.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015 SEEKSI OIMPIDE TINGKT KBUPTEN/KOT 14 TIM OIMPIDE FISIK INDONESI 15 Bidang Fisika Waktu : 18 enit KEMENTRIN PENDIDIKN DN KEBUDYN DIREKTORT JENDER PENDIDIKN DSR DN MENENGH DIREKTORT PEMBINN SEKOH MENENGH

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY 3.1 Analisis Dinaika Model Hodgkin Huxley Persaaan Hodgkin-Huxley berisi epat persaaan ODE terkopel dengan derajat nonlinear yang tinggi dan sangat sulit

Lebih terperinci

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant Siste Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant A 11 M. Andy udhito Progra Studi Pendidikan Mateatika FKIP Universitas Sanata Dhara Paingan Maguwoharjo Yogyakarta eail: arudhito@yahoo.co.id Abstrak elah

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1)

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1) JURNAL TEKNIK MESIN Vol 4, No 2, Oktober 2002: 94 98 Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Perforansi Mesin Pendingin ) Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAHAN KUIS PRA-UTS MEKANIKA, Oktober 2011

BAHAN KUIS PRA-UTS MEKANIKA, Oktober 2011 tosi-ipb.blogspot.co ekanika I BAHAN KUIS PRA-UTS EKANIKA, 3-4 Oktober 0 Untuk kalangan sendiri Tidak diperjualbelikan Silakan kerjakan soal-soal berikut, pahai dengan baik. Soal Kuis akan diabil dari

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 6 BAB II METODOLOGI PENELITIAN.1 Waktu dan Tepat Penelitian Gabar Peta kawasan hutan KPH Madiun Peru perhutani Unit II Jati. Pengabilan data penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sapai dengan bulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN AIR BAKU TERHADAP AREA PELAYANAN DI KECAMATAN CIBALONG KABUPATEN GARUT

KAJIAN PEMANFAATAN AIR BAKU TERHADAP AREA PELAYANAN DI KECAMATAN CIBALONG KABUPATEN GARUT KAJIAN PEMANFAATAN AIR BAKU TERHAAP AREA PELAYANAN I KECAMATAN CIBALONG KABUPATEN GARUT Ridwan Alasyah 1, Sulwan Perana, Ida Farida Jurnal Air Baku Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syasu No. 1

Lebih terperinci

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 5 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT Baharuddin Progra Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura, Pontianak Eail : cithara89@gail.co

Lebih terperinci

Bidang Fisika yg mempelajari tentang gerak tanpa mengindahkan penyebab munculnya gerak dinamakan Kinematika.

Bidang Fisika yg mempelajari tentang gerak tanpa mengindahkan penyebab munculnya gerak dinamakan Kinematika. idan isika y epelajari tentan erak tanpa enindahkan penyebab unculnya erak dinaakan Kineatika. idan isika y epelajari tentan erak beserta penyebab unculnya erak dinaakan Dinaika. Huku Newton tentan Gerak

Lebih terperinci

Contoh 1. = 3, 75 cm 3 Ditanya : m Jawab : m = ρv = 19,3 x 3,75 = 27,375 gra m

Contoh 1. = 3, 75 cm 3 Ditanya : m Jawab : m = ρv = 19,3 x 3,75 = 27,375 gra m Contoh. Seotong eas yang bentuknya seerti seeda akan di tentukan assanya. Eas di asukkan dala gelas ukur yang sebelunya telah berisi air, seerti gabar. Ternyata, skala yang ditunjukan oleh eukaan air dala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss,

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss, I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsep teori graf diperkenalkan pertaa kali oleh seorang ateatikawan Swiss, Leonard Euler pada tahun 736, dala perasalahan jebatan Konigsberg. Teori graf erupakan salah satu

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor

Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor Jurnal Kopetensi Teknik Vol. 1, No. 1, Noveber 009 1 Studi Eksperien Pengaruh Alur Perukaan Sirip pada Siste Pendingin Mesin Kendaraan Berotor Sasudin Anis 1 dan Aris Budiyono 1, Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR JAHARUDDIN Departeen Mateatika, Fakultas Mateatika dan Iu Pengetahuan Ala, Institut Pertanian Bogor Jln. Meranti, Kapus IPB Draaga, Bogor 1668,

Lebih terperinci

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dala bidang konstruksi sifat aterial yang dapat terdefleksi erupakan suatu hal yantg sangat enakutkan karena bila saja hal tersebut terjadi aka struktur yang dibangun

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa pelat lantai gedung rawat inap RSUD Surodinawan Kota Mojokerto dengan enggunakan teori garis leleh ebutuhkan beberapa tahap perhitungan dan analsis aitu perhitungan

Lebih terperinci

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) Ipleentasi Histogra Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segentasi Citra Berwarna Risky Agnesta Kusua Wati, Diana Purwitasari, Rully Soelaian

Lebih terperinci

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM (CUSUM) DAN EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE () DALAM MENDETEKSI PERGESERAN RATARATA PROSES Oleh: Nurul Hidayah 06 0 05 Desen pebibing:

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 02

Xpedia Fisika. Mekanika 02 Xpedia Fisika Mekanika 02 Doc. Nae: XPFIS0102 Version: 2012-07 halaan 1 01. Gaya yan dibutuhkan untuk enerakan bola hoki berassa 0,1 k konstan pada kecepatan 5 /s di atas perukaan licin adalah... (A) Nol

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Energi atahari sebagai suber energi pengganti tidak bersifat polutif, tak dapat habis, serta gratis dan epunyai prospek yang cukup baik untuk dikebangkan. Apalagi letak geografis

Lebih terperinci

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016 ISSN 0853 4403 WAHANA Volue 67, Noer 2, Deseber 206 PERBANDINGAN LATIHAN BOLA DIGANTUNG DAN BOLA DILAMBUNGKAN TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK MULA DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW PADA SISWA PUTRA KELAS X-IS

Lebih terperinci

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 )

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 ) BAB IV BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelunya bahwa dala engonstruksi field GF(3 ) diperoleh dari perluasan field 3 dengan eilih polinoial priitif berderajat atas 3 yang dala hal

Lebih terperinci

Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Anak Tunagrahita. Maman Abdurahman SR dan Hayatin Nufus

Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Anak Tunagrahita. Maman Abdurahman SR dan Hayatin Nufus Riset PenggunaanMedia Manik-Manik* Maan Abdurahan SR HayatinNufus Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Keapuan Belajar Mateatika Anak Tunagrahita Maan Abdurahan SR Hayatin Nufus Universitas

Lebih terperinci

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Vol. 2, 2017 Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Widiarti 1*, Rifa Raha Pertiwi 2, & Agus Sutrisno 3 Jurusan Mateatika, Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Jurnal Iliah MEDIA ENGINEERING Vol. 3, No. 2, Juli 2013 ISSN 2087-9334 (94-98) ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Octaviani Litwina Ada Aluni

Lebih terperinci

BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON

BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON 3. Metode Beda Hingga Crank-Nicolson (C-N) Metode Crank-Nicolson dikebangkan oleh Crank John dan Phyllips Nicholson pada pertengahan abad ke-, etode ini erupakan

Lebih terperinci

Membelajarkan Geometri dengan Program GeoGebra

Membelajarkan Geometri dengan Program GeoGebra Mebelajarkan Geoetri dengan Progra GeoGebra Oleh : Jurusan Pendidikan Mateatika FMIPA UNY Yogyakarta Eail: ali_uny73@yahoo.co ABSTRAK Peanfaatan teknologi koputer dengan berbagai progranya dala pebelajaran

Lebih terperinci

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real.

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real. 0 RUANG SAMPEL Kita akan eperoleh ruang sapel, jika kita elakukan suatu eksperien atau percobaan. Eksperien disini erupakan eksperien acak. Misalnya kita elakukan suatu eksperien yang diulang beberapa

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK Lucky T Sianjuntak, Maksu Pine Departeen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Suatera Utara, Medan e-ail : LuckyTrasya@gail.co

Lebih terperinci

Diketik ulang oleh : Copyright Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, KIMIA, ASTRONOMI, INFORMATIKA, dll UNTUK

Diketik ulang oleh : Copyright  Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, KIMIA, ASTRONOMI, INFORMATIKA, dll UNTUK Copyright http://serbiserbi.co/ Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, 1 2 SOAL PILIHAN GANDA 1. Tahukah kalian, salah satu keunikan dari laba-laba pelopat adalah keistiewaan penglihatannya.

Lebih terperinci

USAHA DAN ENERGI DALAM ELEKTROSTATIKA

USAHA DAN ENERGI DALAM ELEKTROSTATIKA USAHA DAN ENERGI DALAM ELEKTROSTATIKA Usaha untuk Meindahkan Muatan Usaha adalah kerja yang dilakukan oleh gaya F untuk eindahkan uatan dari satu tepat ke tepat lainnya. = (1) Jika kita hendak eindahkan

Lebih terperinci

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) KINETIKA KIMIA Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada,

Lebih terperinci

Teori Kinetik Gas Teori Kinetik Gas Sifat makroskopis Sifat mikroskopis Pengertian Gas Ideal Persamaan Umum Gas Ideal

Teori Kinetik Gas Teori Kinetik Gas Sifat makroskopis Sifat mikroskopis Pengertian Gas Ideal Persamaan Umum Gas Ideal eori Kinetik Gas eori Kinetik Gas adalah konsep yang mempelajari sifat-sifat gas berdasarkan kelakuan partikel/molekul penyusun gas yang bergerak acak. Setiap benda, baik cairan, padatan, maupun gas tersusun

Lebih terperinci

DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN PETA KONSEP SISWA TENTANG MOMENTUM DAN TUMBUKAN TUGAS AKHIR. Oleh Agnes Ariyani

DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN PETA KONSEP SISWA TENTANG MOMENTUM DAN TUMBUKAN TUGAS AKHIR. Oleh Agnes Ariyani DESIN PEMELJRN ERDSRKN PET KONSEP SISW TENTNG MOMENTUM DN TUMUKN Oleh gnes riyani 192004019 TUGS KHIR Diajukan kepada Progra Studi Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Mateatika Guna eenuhi sebagian dari

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR MODEL MATEMATIKA SISTEM PEMUKAAN ZAT AI PENGANTA Pada bagian ini kita akan enurunkan odel ateatika siste perukaan zat cair. Dengan eperkenalkan prinsip resistansi dan kapasitansi untuk siste perukaan zat

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Penyajian Laporan Dala penyajian bab ini dibuat kerangka agar eudahkan dala pengerjaan laporan. Berikut ini adalah diagra alir tersebut : Studi Pustaka Model-odel Eleen Struktur

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN PROPINSI DKI JAKARTA MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMA MGMP FISIKA - SMA DKI

DINAS PENDIDIKAN PROPINSI DKI JAKARTA MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMA MGMP FISIKA - SMA DKI DINAS PENDIDIKAN PROPINSI DKI JAKARTA MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMA MGMP FISIKA - SMA DKI Sekretariat: SMAN 72, Jl.Prihatin Kodaar Kelapa Gading Barat Jakarta Utara Telp 021 4502584 Fax: 021-45850134

Lebih terperinci

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis p-issn: 461-0933 e-issn: 461-1433 Halaan 59 Naskah diterbitkan: 30 Deseber 015 DOI: doi.org/10.1009/1.0110 Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Haronis Esar Budi Progra Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Beberapa Defenisi Pada analisa keputusan, si pebuat keputusan selalu doinan terhadap penjabaran seluruh alternatif yang terbuka, eperkirakan konsequensi yang perlu dihadapi pada setiap

Lebih terperinci

RUMUS-RUMUS FISIKA SMP (diurutkan berdasarkan SKL 2008)

RUMUS-RUMUS FISIKA SMP (diurutkan berdasarkan SKL 2008) RUMUSRUMUS FISIK SMP (diurutkan berdasarkan SKL 008) M : KELS / O : Design by Denny 008 SMPK 4 BPK PEBUR O RUMUS SIMBOL STU (SI) Massa Jenis ρ = V Peuaian panjang zat padat 3 Kalor o.. T t o a. Kalor untuk

Lebih terperinci

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis JURNAL TEKNIK ITS Vol., (Sept, ) ISSN: 3-97 G-59 Prediksi Uur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunai dengan Metode Spectral Fatigue Analysis Angga Yustiawan dan Ketut Suastika Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 7 III HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Analisis Metode Dala penelitian ini akan digunakan etode hootopi untuk enyelesaikan persaaan Whitha-Broer-Koup (WBK), yaitu persaaan gerak bagi perabatan gelobang pada perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gepa dapat terjadi sewaktu waktu akibat gelobang yang terjadi pada sekitar kita dan erabat ke segala arah.gepa bui dala hubungannya dengan suatu wilayah berkaitan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jurnal Teknika ATW_Edisi 08 1

I. PENDAHULUAN. Jurnal Teknika ATW_Edisi 08 1 STUDI EKSPERIMENTAL ALIRAN KE SIDE ARM T- JUNCTION DENGAN SUDUT 45 O PADA SALURAN MIRING TERHADAP KARAKTERISTIK PEMISAHAN KEROSENE - AIR DENGAN VARIASI HAMBATAN DOWNSTREAM Oleh : ) Karinto, 2) Heri Kustanto,

Lebih terperinci

Relativitas khusus (Einstein) 1 TEORI RELATIVITAS KHUSUS.

Relativitas khusus (Einstein) 1 TEORI RELATIVITAS KHUSUS. elatiitas khusus (Einstein) TEOI ELATIITAS KHUSUS. Teori gelobang Huygens telah ebuat asalah yang harus eperoleh penyelesaian, yakni tentang ediu yang erabatkan ahaya. Lazi disebut eter. Pada tahun 887

Lebih terperinci

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis p-issn: 461-0933 e-issn: 461-1433 Halaan 59 Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Haronis Esar Budi Progra Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan Ala Universitas Negeri Jakarta, Jl.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan 2 III. KERANGKA PEMIKIRAN Proses produksi di bidang pertanian secara uu erupakan kegiatan dala enciptakan dan enabah utilitas barang atau jasa dengan eanfaatkan lahan, tenaga kerja, sarana produksi (bibit,

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK

DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK 0 DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK Dala hal ini akan dibahas aca-aca fungsi peluang atau fungsi densitas ang berkaitan dengan dua peubah acak, aitu distribusi gabungan, distribusi arginal, distribusi bersarat,

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI TAHUN 2003 ( TINGKAT NASIONAL )

SOAL SELEKSI TAHUN 2003 ( TINGKAT NASIONAL ) SOAL SELEKSI TAHUN 2003 ( TINGKAT NASIONAL ) Bagian 1 ( Nilai : 20 point ) 1. Sifat-sifat di bawah ini,anakah yang erupakan sifat intensif suatu zat : a. Warna b. Sifat Magnit c. Kerapatan/densitas d.

Lebih terperinci

PENENTUAN e/m Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENENTUAN e/m Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta PENENTUAN e/ Kusnanto Mukti W/ M009031 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Eksperien dala enentukan besar uatan elektron pertaa kali dilakukan oleh J.J.Thoson. Dala percobaanya,

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi GELOMBANG CAHAYA A. INTERFERENSI

FISIKA. Sesi GELOMBANG CAHAYA A. INTERFERENSI FISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 03 Sesi NGAN GELOMBANG CAHAYA Cahaya erupakan energi radiasi berbentuk gelobang elektroagnetik yang dapat dideteksi oleh ata anusia serta bersifat sebagai gelobang

Lebih terperinci

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Kristal no.12/april/1995 1 MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Di dala ateatika anda pasti sudah pernah berhadapan dengan sebuah siste persaaan linier. Cacah persaaan yang berada di dala siste

Lebih terperinci

INSTANTON. Casmika Saputra Institut Teknologi Bandung

INSTANTON. Casmika Saputra Institut Teknologi Bandung INSTANTON Casika Saputra 02200 Institut Teknologi Bandung Abstrak. Solusi klasik pada kasus Double Well Potential dala ekanika kuantu dala iaginary tie Euclidian eberikan dua buah solusi yaitu solusi trivial

Lebih terperinci

DINAMIKA LINEAR Teori Singkat Hukum-hukum Newton tentang Gerak Gaya-gaya yang sering dijumpai dalam persoalan mekanika: maksimum

DINAMIKA LINEAR Teori Singkat Hukum-hukum Newton tentang Gerak Gaya-gaya yang sering dijumpai dalam persoalan mekanika: maksimum DINAIKA LINEAR Teori Singkat Huku-huku Newton tentang Gerak. Huku Newton Benda yang dia atau berada dala gerak dengan keceatan konstan akan terus berada dala keadaan geraknya kecuali ada gaya yang bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci