Kontrol Optimal Waktu Diskrit

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kontrol Optimal Waktu Diskrit"

Transkripsi

1 Kontrol Optimal Waktu Diskrit April 2012 () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

2 Ekstrim Suatu Fungsional untuk Fungsi Skalar Dalam bagian ini, kita akan menentukan syarat perlu untuk optimisasi fungsional biaya yang merupakan penjumlahan seperti berikut ini: J = J (x(k 0 ); k 0 ) = V (x(k); x(k + 1); k) (1) dengan waktu diskrit k = k 0 ; k 1 ; : : : ; ; x : Z +! R: Prosedur untuk memaksimumkan atau meminimukan fungsional (1) adalah serupa dengan prosedur untuk memaksimumkan atau meminimukan fungsional masalah kontinu, yaitu dengan menggunakan teorema dasar kalkulus variasi, yang menyatakan bahwa "variasi pertama harus sama dengan nol". () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

3 Ekstrim Suatu Fungsional untuk Fungsi Skalar Dalam bagian ini, kita akan menentukan syarat perlu untuk optimisasi fungsional biaya yang merupakan penjumlahan seperti berikut ini: J = J (x(k 0 ); k 0 ) = V (x(k); x(k + 1); k) (1) dengan waktu diskrit k = k 0 ; k 1 ; : : : ; ; x : Z +! R: Prosedur untuk memaksimumkan atau meminimukan fungsional (1) adalah serupa dengan prosedur untuk memaksimumkan atau meminimukan fungsional masalah kontinu, yaitu dengan menggunakan teorema dasar kalkulus variasi, yang menyatakan bahwa "variasi pertama harus sama dengan nol". () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

4 Langkah-langkah mendapatkan nilai ekstrim: 1 Variasi 2 Increment 3 Variasi pertama 4 Persamaan Euler Lagrange 5 Syarat batas () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

5 Langkah-langkah mendapatkan nilai ekstrim: 1 Variasi 2 Increment 3 Variasi pertama 4 Persamaan Euler Lagrange 5 Syarat batas () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

6 Langkah-langkah mendapatkan nilai ekstrim: 1 Variasi 2 Increment 3 Variasi pertama 4 Persamaan Euler Lagrange 5 Syarat batas () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

7 Langkah-langkah mendapatkan nilai ekstrim: 1 Variasi 2 Increment 3 Variasi pertama 4 Persamaan Euler Lagrange 5 Syarat batas () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

8 Langkah-langkah mendapatkan nilai ekstrim: 1 Variasi 2 Increment 3 Variasi pertama 4 Persamaan Euler Lagrange 5 Syarat batas () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

9 Langkah-langkah mendapatkan nilai ekstrim: 1 Variasi 2 Increment 3 Variasi pertama 4 Persamaan Euler Lagrange 5 Syarat batas () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

10 Langkah 1. Misalkan Kalkulus Variasi untuk Sistem Waktu diskrit Variasi x(k) = x (k) + x(k) x(k + 1) = x (k + 1) + x(k + 1); dengan x (k) adalah nilai optimal. Dengan menggunakan variasi (2), fungsional biaya (1) dapat ditulis menjadi J = J (x (k 0 ); k 0 ) = V (x (k); x (k + 1); k) (2) J = J (x(k 0 ); k 0 ) = = V (x(k); x(k + 1); k) V (x (k) + x(k); x (k + 1) + x(k + 1); k) (3) () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

11 Langkah 1. Misalkan Kalkulus Variasi untuk Sistem Waktu diskrit Variasi x(k) = x (k) + x(k) x(k + 1) = x (k + 1) + x(k + 1); dengan x (k) adalah nilai optimal. Dengan menggunakan variasi (2), fungsional biaya (1) dapat ditulis menjadi J = J (x (k 0 ); k 0 ) = V (x (k); x (k + 1); k) (2) J = J (x(k 0 ); k 0 ) = = V (x(k); x(k + 1); k) V (x (k) + x(k); x (k + 1) + x(k + 1); k) (3) () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

12 Langkah 2. Increment Increment dari fungsional J dide nisikan sebagai berikut: J = J J (4) Langkah 3. Variasi pertama Variasi pertama J adalah aproksimasi orde 1 dari increment J: Sehingga dengan menggunakan ekspansi deret Taylor dari (3) bersama-sama dengan (4), diperoleh J (x (k); x (k + 1); x(k) (5) (k) (x (k); x (k + 1); x(k + 1) : (k + 1) () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

13 Perhatikan suku ke dua dalam persamaan (x (k); x (k + 1); (k + 1) x(k + 1) (x (k 0 ); x (k 0 + 1); k 0 x(k 0 + 1) (k 0 + 1) (x (k 0 + 1); x (k 0 + 2); k 0 + x(k 0 + 2) + (k 0 + 2) (x (k f 2); x (); k f x() () (x (); x (k f ); x(k f ) (k f ) (x (k 0 1); x (k 0 ); k 0 x(k 0 ) (k 0 (x (k 0 1); x (k 0 ); k 0 x(k 0 ) (k 0 ) () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

14 Persamaan terakhir dapat ditulis (x (k); x (k + 1); (k + 1) = x(k + (x (k 1); x (k); k 1) x(k) (x (); x (k f ); x(k f ) (k f (x (k 0 1); x (k 0 ); k 0 x(k 0 ) (k 0 = (x (k 1); x (k); k x(k) (x (k 1); x (k); k 1) + k=k f x(k) () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

15 Dengan mensubtitusikan persamaan terakhir ke dalam persamaan (5) dan menggunakan informasi bahwa J = 0, (x (k); x (k + 1); (x (k 1); x (k); k 1) x(k) (x (k 1); x (k); k 1) k=k f x(k) = 0 (6) (k) () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

16 Langkah 4. Persamaan Euler Lagrange Agar (6) dipenuhi untuk variasi sebarang x(k); maka syaratnya (x (k); x (k + 1); k) (x (k 1); x (k); k 1) = 0 (7) Persamaan (7) disebut sebagai Persamaan Euler Lagrange (versi diskrit) Langkah 5. Syarat batas (syarat (x (k 1); x (k); k 1) k=k f x(k) = 0 (8) () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

17 Ada 2 kasus: 1 x(k 0 ) dan x(k f ) keduanya tetap. Maka x(k 0 ) = x(k f ) = 0; sehingga syarat batas (8) tidak diperluikan. 2 syarat awal x(k 0 ) diberikan, k f diberikan dan x(k f ) tidak diberikan (bebas). Maka x(k 0 ) = 0 dan x(k f ) sebarang, sehingga syarat batas (8) (x (k 1); x (k); k 1) x(k) = 0: k=kf Contoh 1. Tentukan minimum dari fungsional J (x(k 0 ); k 0 ) = x(k)x(k + 1) + x 2 (k) dengan syarat batas x(0) = 2 dan x(10) = 5: () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

18 Ada 2 kasus: 1 x(k 0 ) dan x(k f ) keduanya tetap. Maka x(k 0 ) = x(k f ) = 0; sehingga syarat batas (8) tidak diperluikan. 2 syarat awal x(k 0 ) diberikan, k f diberikan dan x(k f ) tidak diberikan (bebas). Maka x(k 0 ) = 0 dan x(k f ) sebarang, sehingga syarat batas (8) (x (k 1); x (k); k 1) x(k) = 0: k=kf Contoh 1. Tentukan minimum dari fungsional J (x(k 0 ); k 0 ) = x(k)x(k + 1) + x 2 (k) dengan syarat batas x(0) = 2 dan x(10) = 5: () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

19 Ada 2 kasus: 1 x(k 0 ) dan x(k f ) keduanya tetap. Maka x(k 0 ) = x(k f ) = 0; sehingga syarat batas (8) tidak diperluikan. 2 syarat awal x(k 0 ) diberikan, k f diberikan dan x(k f ) tidak diberikan (bebas). Maka x(k 0 ) = 0 dan x(k f ) sebarang, sehingga syarat batas (8) (x (k 1); x (k); k 1) x(k) = 0: k=kf Contoh 1. Tentukan minimum dari fungsional J (x(k 0 ); k 0 ) = x(k)x(k + 1) + x 2 (k) dengan syarat batas x(0) = 2 dan x(10) = 5: () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

20 Ada 2 kasus: 1 x(k 0 ) dan x(k f ) keduanya tetap. Maka x(k 0 ) = x(k f ) = 0; sehingga syarat batas (8) tidak diperluikan. 2 syarat awal x(k 0 ) diberikan, k f diberikan dan x(k f ) tidak diberikan (bebas). Maka x(k 0 ) = 0 dan x(k f ) sebarang, sehingga syarat batas (8) (x (k 1); x (k); k 1) x(k) = 0: k=kf Contoh 1. Tentukan minimum dari fungsional J (x(k 0 ); k 0 ) = x(k)x(k + 1) + x 2 (k) dengan syarat batas x(0) = 2 dan x(10) = 5: () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

21 Jawab. V (x(k); x(k + 1)) = x(k)x(k + 1) + x 2 (k) V (x(k 1); x(k)) = x(k 1)x(k) + x 2 (k 1) Dengan menggunakan persamaan Euler (x (k); x (k + 1); k) (x (k 1); x (k); k 1) = 0; diperoleh atau dapat ditulis x(k + 1) + 2x(k) + x(k 1) = 0; x(k + 2) + 2x(k + 1) + x(k) = 0: (9) Solusi persamaan beda (9) dapat ditentukan sebagai berikut: Misalkan x(k) = k ; dimana adalah suatu parameter yang akan ditentukan. () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

22 Jawab. V (x(k); x(k + 1)) = x(k)x(k + 1) + x 2 (k) V (x(k 1); x(k)) = x(k 1)x(k) + x 2 (k 1) Dengan menggunakan persamaan Euler (x (k); x (k + 1); k) (x (k 1); x (k); k 1) = 0; diperoleh atau dapat ditulis x(k + 1) + 2x(k) + x(k 1) = 0; x(k + 2) + 2x(k + 1) + x(k) = 0: (9) Solusi persamaan beda (9) dapat ditentukan sebagai berikut: Misalkan x(k) = k ; dimana adalah suatu parameter yang akan ditentukan. () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

23 Jawab. V (x(k); x(k + 1)) = x(k)x(k + 1) + x 2 (k) V (x(k 1); x(k)) = x(k 1)x(k) + x 2 (k 1) Dengan menggunakan persamaan Euler (x (k); x (k + 1); k) (x (k 1); x (k); k 1) = 0; diperoleh atau dapat ditulis x(k + 1) + 2x(k) + x(k 1) = 0; x(k + 2) + 2x(k + 1) + x(k) = 0: (9) Solusi persamaan beda (9) dapat ditentukan sebagai berikut: Misalkan x(k) = k ; dimana adalah suatu parameter yang akan ditentukan. () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

24 Jawab. V (x(k); x(k + 1)) = x(k)x(k + 1) + x 2 (k) V (x(k 1); x(k)) = x(k 1)x(k) + x 2 (k 1) Dengan menggunakan persamaan Euler (x (k); x (k + 1); k) (x (k 1); x (k); k 1) = 0; diperoleh atau dapat ditulis x(k + 1) + 2x(k) + x(k 1) = 0; x(k + 2) + 2x(k + 1) + x(k) = 0: (9) Solusi persamaan beda (9) dapat ditentukan sebagai berikut: Misalkan x(k) = k ; dimana adalah suatu parameter yang akan ditentukan. () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

25 Dengan mensubtitusikan x(k) = k ke dalam (9), diperoleh k k+1 + k = 0: (10) Kalikan (9) dengan k ; diperoleh = 0; yang memberikan 1;2 = 1: Sehingga, solusi umum (9) adalah x(k) = c 1 ( 1) k + c 2 k ( 1) k Dengan menggunakan syarat batas x(0) = 2 dan x(10) = 5; diperoleh x(k) = 2( 1) k + 0; 3k( 1) k : () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

26 Dengan mensubtitusikan x(k) = k ke dalam (9), diperoleh k k+1 + k = 0: (10) Kalikan (9) dengan k ; diperoleh = 0; yang memberikan 1;2 = 1: Sehingga, solusi umum (9) adalah x(k) = c 1 ( 1) k + c 2 k ( 1) k Dengan menggunakan syarat batas x(0) = 2 dan x(10) = 5; diperoleh x(k) = 2( 1) k + 0; 3k( 1) k : () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

27 Dengan mensubtitusikan x(k) = k ke dalam (9), diperoleh k k+1 + k = 0: (10) Kalikan (9) dengan k ; diperoleh = 0; yang memberikan 1;2 = 1: Sehingga, solusi umum (9) adalah x(k) = c 1 ( 1) k + c 2 k ( 1) k Dengan menggunakan syarat batas x(0) = 2 dan x(10) = 5; diperoleh x(k) = 2( 1) k + 0; 3k( 1) k : () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

28 Dengan mensubtitusikan x(k) = k ke dalam (9), diperoleh k k+1 + k = 0: (10) Kalikan (9) dengan k ; diperoleh = 0; yang memberikan 1;2 = 1: Sehingga, solusi umum (9) adalah x(k) = c 1 ( 1) k + c 2 k ( 1) k Dengan menggunakan syarat batas x(0) = 2 dan x(10) = 5; diperoleh x(k) = 2( 1) k + 0; 3k( 1) k : () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

29 Perluasan Ekstrim Fungsional untuk Fungsi Vektor Rumusan yang diperoleh pada bagian sebelumnya dapat diperluas untuk fungsi bernilai vektor. Kita ingin mengoptimumkan fungsional biaya yang merupakan penjumlahan seperti berikut ini: J = J (x(k 0 ); k 0 ) = V (x(k); x(k + 1); k) (11) dengan waktu diskrit k = k 0 ; k 1 ; : : : ; ; x : Z +! R n : () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

30 Perluasan Ekstrim Fungsional untuk Fungsi Vektor Rumusan yang diperoleh pada bagian sebelumnya dapat diperluas untuk fungsi bernilai vektor. Kita ingin mengoptimumkan fungsional biaya yang merupakan penjumlahan seperti berikut ini: J = J (x(k 0 ); k 0 ) = V (x(k); x(k + 1); k) (11) dengan waktu diskrit k = k 0 ; k 1 ; : : : ; ; x : Z +! R n : () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

31 Dengan mengikuti prosedur yang sama dengan bagian sebelumnya, maka persamaan Euler Lagrange untuk (11) (x (k); x (k + 1); k) (x (k 1); x (k); k 1) = 0 dengan syarat (x (k 1); x (k); k 1) k=k f x(k) = 0 () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

32 Ekstrim Fungsional dengan Biaya Akhir Masalah: minimumkan fungsional sebagai berikut: J = J (x(k 0 ); k 0 ) = S (x(k f ); k f ) + V (x(k); x(k + 1); k) ; (12) dengan syarat awal x(k 0 ) diberikan, waktu akhir k f tetap dan keadaan akhir x(k f ) bebas. Misalkan x(k) = x (k) + x(k) x(k + 1) = x (13) (k + 1) + x(k + 1); dengan x (k) adalah nilai optimal. () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

33 Maka fungsional J dan J dapat ditulis menjadi J = S (x (k f ); k f ) + V (x (k); x (k + 1); k) J = S (x (k f ) + x(k f ); k f ) + V (x (k) + x(k); x (k + 1) + x(k + 1); k) (14) Dengan mengikuti prosedur seperti sebelumnya (untuk fungsional tanpa biaya akhir), dan menggunakan syarat J = 0; diperoleh variasi pertama sebagai berikut: () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

34 @V (x (k); x (k + 1); (x (k 1); x (k); k 1) (x (k 1); x (k); k 1) k=k f x(k) (k) x(k) (x (k f ); k f x(k f ) = 0 (15) (k f ) Sehingga persamaan Euler Lagrange (x (k); x (k + 1); k) (x (k 1); x (k); k 1) = 0 (16) dan syarat (x (k 1); x (k); k 1) (x (k f ); k f (k f ) = 0 (17) k=kf () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

35 Kontrol Optimal Waktu Diskrit Masalah: min u J = 1 2 xt (k f )F (k f )x (k f ) x T (k)q(k)x (k) + u T (k)r (k) u (k) s.t. x (k + 1) = A(k)x (k) + B(k)u (k) ; x (k = k 0 ) = x (k 0 ) ; dimana k = k 0 ; k 1 ; : : : ; ; x (k) 2 R n ; u (k) 2 R r ; A(k) 2 R nn ; B(k) 2 R nr : F (k f ); Q(k) 2 R nn simetris positif de nit positif, R (k) 2 R rr simetris de nit positif. Pertanyaan: Buatlah suatu analisis untuk menentukan kontrol optimal u (k) dan keadaan optimal x (k) dengan berbagai syarat batas dari masalah optimisasi di atas. () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

36 Kontrol Optimal Waktu Diskrit Masalah: min u J = 1 2 xt (k f )F (k f )x (k f ) x T (k)q(k)x (k) + u T (k)r (k) u (k) s.t. x (k + 1) = A(k)x (k) + B(k)u (k) ; x (k = k 0 ) = x (k 0 ) ; dimana k = k 0 ; k 1 ; : : : ; ; x (k) 2 R n ; u (k) 2 R r ; A(k) 2 R nn ; B(k) 2 R nr : F (k f ); Q(k) 2 R nn simetris positif de nit positif, R (k) 2 R rr simetris de nit positif. Pertanyaan: Buatlah suatu analisis untuk menentukan kontrol optimal u (k) dan keadaan optimal x (k) dengan berbagai syarat batas dari masalah optimisasi di atas. () Kontrol Optimal (3 SKS) April / 18

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori teori yang berhubungan dengan pembahasan ini sehingga dapat dijadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review)

I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review) I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde (Review) November 0 () I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde (Review) November 0 / 6 Teori Umum Bentuk umum sistem persamaan diferensial linier orde satu

Lebih terperinci

BAB III MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY

BAB III MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY BAB III MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY 3.1 State dan Proses Observasi Semua proses didefinisikan pada ruang peluang Ω,,. Misalkan ; adalah rantai Markov dengan state berhingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka pada bab ini akan membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan dengan fungsi, turunan parsial, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, fungsi konveks

Lebih terperinci

Selanjutnya didefinisikan fungsional objektif yang diperbesar (augmented) J ( u ) sebagai:

Selanjutnya didefinisikan fungsional objektif yang diperbesar (augmented) J ( u ) sebagai: LAMPIRAN Lampiran 1. Bukti Teorema 4 Diketahui masalah memaksimumkan: T J ( x) = S( x( T), T) + f ( x( t), u( t), t) dt (1) dengan kendala : x() t = f( x(), t u(),) t t dt () Misalkan x() = x, t =, sedangkan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA (Bekal untuk Para Sarjana dan Magister Matematika) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. December 26, 2007 Misalkan f kontinu pada interval [a, b]. Apakah masuk akal untuk membahas luas daerah

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI ABSTRACT

PENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI ABSTRACT PENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI Febrian Lisnan, Asmara Karma 2 Mahasiswa Program Studi S Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Masalah Kalkulus Variasi, Fungsional Objektif, Variasi, Syarat Perlu Optimalitas

Masalah Kalkulus Variasi, Fungsional Objektif, Variasi, Syarat Perlu Optimalitas Masalah Kalkulus Variasi, Fungsional Objektif, Variasi, Syarat Perlu Optimalitas Slide II Toni Bakhtiar Departemen Matematika IPB February 2012 TBK (IPB) Kalkulus Variasi February 2012 1 / 37 Masalah Brachystochrone

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab Landasan Teori ini akan dibahas mengenai definisi-definisi, dan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab Landasan Teori ini akan dibahas mengenai definisi-definisi, dan BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab Landasan Teori ini akan dibahas mengenai definisi-definisi, dan teorema-teorema yang akan menjadi landasan untuk pembahasan pada Bab III nanti, diantaranya: fungsi komposisi,

Lebih terperinci

BAB I KAJIAN TEORI. meningkatkan sistem. Teori moderen dari sistem dinamik berasal dari abad. ke-19 mengenai stabilitas dan evolusi dari tata surya.

BAB I KAJIAN TEORI. meningkatkan sistem. Teori moderen dari sistem dinamik berasal dari abad. ke-19 mengenai stabilitas dan evolusi dari tata surya. BAB I KAJIAN TEORI 1.1 Sistem Dinamik Sistem dinamik membahas tentang perilaku jangka panjang untuk meningkatkan sistem. Teori moderen dari sistem dinamik berasal dari abad ke-19 mengenai stabilitas dan

Lebih terperinci

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK UJI KONVERGENSI Januari 208 Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK Uji Integral Teorema 3 Jika + k= u k adalah deret dengan suku-suku tak negatif, dan jika ada suatu konstanta M sedemikian hingga s n = u + u 2 +

Lebih terperinci

Pertemuan Minggu ke Bidang Singgung, Hampiran 2. Maksimum dan Minimum 3. Metode Lagrange

Pertemuan Minggu ke Bidang Singgung, Hampiran 2. Maksimum dan Minimum 3. Metode Lagrange Pertemuan Minggu ke-11 1. Bidang Singgung, Hampiran 2. Maksimum dan Minimum 3. Metode Lagrange 1. BIDANG SINGGUNG, HAMPIRAN Tujuan mempelajari: memperoleh persamaan bidang singgung terhadap permukaan z

Lebih terperinci

III RELAKSASI LAGRANGE

III RELAKSASI LAGRANGE III RELAKSASI LAGRANGE Relaksasi Lagrange merupakan salah satu metode yang terus dikembangkan dalam aplikasi pemrograman matematik. Sebagian besar konsep teoretis dari banyak aplikasi menggunakan metode

Lebih terperinci

Kalkulus Variasi. Masalah Kalkulus Variasi, Fungsional Objektif, Variasi, Syarat Perlu Optimalitas. Toni Bakhtiar. Departemen Matematika IPB

Kalkulus Variasi. Masalah Kalkulus Variasi, Fungsional Objektif, Variasi, Syarat Perlu Optimalitas. Toni Bakhtiar. Departemen Matematika IPB Kalkulus Variasi Masalah Kalkulus Variasi, Fungsional Objektif, Variasi, Syarat Perlu Optimalitas Toni Bakhtiar Departemen Matematika IPB Februari 2014 tbakhtiar@ipb.ac.id (IPB) MAT332 Kontrol Optimum

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL)]

II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL)] II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL)] Suatu sistem persamaan diferensial dinyatakan sebagai berikut: A adalah matriks koefisien konstan

Lebih terperinci

Hitung Perataan Kuadrat Terkecil (Least Squares Adjustment)

Hitung Perataan Kuadrat Terkecil (Least Squares Adjustment) Hitung Perataan Kuadrat Terkecil (Least Squares Adjustment) Metoda Kuadrat Terkecil adalah salah satu metoda yang paling populer dalam menyelesaikan masalah hitung perataan. Aplikasi pertama perataan kuadrat

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. untuk setiap di dan untuk setiap, dengan. (Peressini et al. 1988)

III PEMBAHASAN. untuk setiap di dan untuk setiap, dengan. (Peressini et al. 1988) 4 untuk setiap di dan untuk setiap (Peressini et al 1988) Definisi 22 Teorema Deret Taylor Nilai hampiran f di x untuk fungsi di a (atau sekitar a atau berpusat di a) didefinisikan (Stewart 1999) 24 Kontrol

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Definisi 2 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Taklinear)

II. LANDASAN TEORI. Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Definisi 2 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Taklinear) 3 II. LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Biasa Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Misalkan suatu sistem persamaan diferensial biasa dinyatakan sebagai = + ; =, R (1) dengan

Lebih terperinci

9. Teori Aproksimasi

9. Teori Aproksimasi 44 Hendra Gunawan 9 Teori Aproksimasi Mulai bab ini tema kita adalah aproksimasi fungsi dan interpolasi Diberikan sebuah fungsi f, baik secara utuh ataupun hanya beberapilai di titik-titik tertentu saja,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI ( ) =

II. LANDASAN TEORI ( ) = II. LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Definisi 2.1.1 Fungsi Bernilai Real Fungsi bernilai real adalah fungsi yang domain dan rangenya adalah himpunan bagian dari real. Definisi 2.1.2 Limit Fungsi Jika adalah suatu

Lebih terperinci

4. Deret Fourier pada Interval Sebarang dan Aplikasi

4. Deret Fourier pada Interval Sebarang dan Aplikasi 8 Hendra Gunawan 4. Deret Fourier pada Interval Sebarang dan Aplikasi Kita telah mempelajari bagaimana menguraikan fungsi periodik dengan periode 2 yang terdefinisi pada R sebagai deret Fourier. Deret

Lebih terperinci

BAB I VEKTOR DALAM BIDANG

BAB I VEKTOR DALAM BIDANG BAB I VEKTOR DALAM BIDANG I. KURVA BIDANG : Penyajian secara parameter Suatu kurva bidang ditentukan oleh sepasang persamaan parameter. ; dalam I dan kontinue pada selang I, yang pada umumnya sebuah selang

Lebih terperinci

Modul Praktikum Analisis Numerik

Modul Praktikum Analisis Numerik Modul Praktikum Analisis Numerik (Versi Beta 1.2) Mohammad Jamhuri UIN Malang September 27, 2013 Mohammad Jamhuri (UIN Malang) Modul Praktikum Analisis Numerik September 27, 2013 1 / 12 Praktikum 1: Deret

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. Contoh. Ditinjau dari sistem yang didefinisikan oleh:

II LANDASAN TEORI. Contoh. Ditinjau dari sistem yang didefinisikan oleh: 5 II LANDASAN TEORI 2.1 Keterkontrolan Untuk mengetahui persoalan sistem kontrol mungkin tidak ada, jika sistem yang ditinjau tidak terkontrol. Walaupun sebagian besar sistem terkontrol ada, akan tetapi

Lebih terperinci

BAB 2 RUANG BERNORM. 2.1 Norm dan Ruang `p. De nisi 2.1 Misalkan V ruang vektor atas R, Sebuah fungsi k:k : V! R yang memenuhi sifat-sifat berikut :

BAB 2 RUANG BERNORM. 2.1 Norm dan Ruang `p. De nisi 2.1 Misalkan V ruang vektor atas R, Sebuah fungsi k:k : V! R yang memenuhi sifat-sifat berikut : BAB 2 RUANG BERNORM 2. Norm dan Ruang ` De nisi 2. Misalkan V ruang vektor atas R, Sebuah fungsi kk V! R yang memenuhi sifat-sifat berikut [N] kxk 0 jika dan hanya jika x 0 [N2] kxk jj kxk untuk setia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem dinamik adalah sistem yang berubah dari waktu ke waktu (Farlow,et al.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem dinamik adalah sistem yang berubah dari waktu ke waktu (Farlow,et al., II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Dinamik Sistem dinamik adalah sistem yang berubah dari waktu ke waktu (Farlow,et al., 2002). Salah satu tujuan utama dari sistem dinamik adalah mempelajari perilaku dari

Lebih terperinci

2.1 Pelinieran Model Matematik dengan Ekspansi Deret Taylor

2.1 Pelinieran Model Matematik dengan Ekspansi Deret Taylor Bab 2 LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan diuraikan secara singkat mengenai beberapa teori umum yang digunakan untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Dimulai dengan pelinieran model matematik, lalu perumusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan dijelaskan landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung dan memperkuat tujuan penelitian. Landasan teori yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa konsep dasar ang akan digunakan sebagai landasan berpikir seperti beberapa teorema dan definisi ang berkaitan dengan penelitian ini. Dengan begitu

Lebih terperinci

BAB IV REDUKSI BIAS PADA PENDUGAAN

BAB IV REDUKSI BIAS PADA PENDUGAAN BAB IV REDUKSI BIAS PADA PENDUGAAN 4.1. Asimtotik Orde-2 Berdasarkan hasil simulasi pada Helmers dan Mangku (2007) kasus kernel seragam, aproksimasi asimtotik orde pertama pada ragam dan bias, gagal memprediksikan

Lebih terperinci

Open Source. Not For Commercial Use

Open Source. Not For Commercial Use Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Limit dan Kekontinuan Misalkan z = f(, y) fungsi dua peubah dan (a, b) R 2. Seperti pada limit fungsi satu peubah, limit fungsi dua peubah bertujuan untuk mengamati

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas tinjauan pustaka yang akan digunakan untuk tesis ini, yang selanjutnya akan di perlukan pada Bab 3. Tinjauan pustaka yang dibahas adalah mengenai yang mendukung

Lebih terperinci

Pertemuan : 7 Materi : Integral Garis dan Teorema Dasar Integral Garis Bab III. Integral Kalkulus Dari Vektor

Pertemuan : 7 Materi : Integral Garis dan Teorema Dasar Integral Garis Bab III. Integral Kalkulus Dari Vektor Pertemuan : 7 Materi : Integral Garis dan Teorema Dasar Integral Garis Bab III. Integral Kalkulus Dari Vektor Standar Kompetensi : 1. Memahami Integral Kalkulus dari Vektor. 2. Memahami Integral Garis,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Matriks 1. Pengertian Matriks Definisi II. A. 1 Matriks didefinisikan sebagai susunan segi empat siku- siku dari bilangan- bilangan yang diatur dalam baris dan kolom (Anton, 1987:22).

Lebih terperinci

4. Deret Fourier pada Interval Sebarang dan Aplikasi

4. Deret Fourier pada Interval Sebarang dan Aplikasi 4. Deret Fourier pada Interval Sebarang dan Aplikasi Kita telah mempelajari bagaimana menguraikan fungsi periodik dengan periode 2 yang terdefinisi pada R sebagai deret Fourier. Deret trigonometri tersebut

Lebih terperinci

SISTEM DINAMIK LINEAR KOEFISIEN KONSTAN. Caturiyati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

SISTEM DINAMIK LINEAR KOEFISIEN KONSTAN. Caturiyati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) 1 SISTEM DINAMIK LINEAR KOEFISIEN KONSTAN Caturiyati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Abstrak Dalam artikel ini, konsep sistem dinamik linear disajikan dengan sistem

Lebih terperinci

Kontrol Optimum. Prinsip Maksimum Pontryagin. Toni Bakhtiar. Departemen Matematika IPB. Februari 2014

Kontrol Optimum. Prinsip Maksimum Pontryagin. Toni Bakhtiar. Departemen Matematika IPB. Februari 2014 Kontrol Optimum Prinsip Maksimum Pontryagin Toni Bakhtiar Departemen Matematika IPB Februari 214 tbakhtiar@ipb.ac.id (IPB) MAT332 Kontrol Optimum Februari 214 1 / 25 Outline Masalah kontrol optimum Prinsip

Lebih terperinci

5.1 Fungsi periodik, fungsi genap, fungsi ganjil

5.1 Fungsi periodik, fungsi genap, fungsi ganjil Bab 5 DERET FOURIER Pada Bab sebelumnya kita telah membahas deret Taylor. Syarat fungsi agar dapat diekspansi ke dalam deret Taylor adalah fungsi tersebut harus terdiferensial pada setiap tingkat. Untuk

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Persamaan Air Dangkal (SWE)

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Persamaan Air Dangkal (SWE) Bab 2 Landasan Teori Dalam bab ini akan dibahas mengenai Persamaan Air Dangkal dan dasar-dasar teori mengenai metode beda hingga untuk menghampiri solusi dari persamaan diferensial parsial. 2.1 Persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemrograman Non linier Pemrograman non linier adalah suatu bentuk pemrograman yang berhubungan dengan suatu perencanaan aktivitas tertentu yang dapat diformulasikan dalam model

Lebih terperinci

KALKULUS MULTIVARIABEL II

KALKULUS MULTIVARIABEL II Pada Bidang Bentuk Vektor dari KALKULUS MULTIVARIABEL II (Minggu ke-9) Andradi Jurusan Matematika FMIPA UGM Yogyakarta, Indonesia Pada Bidang Bentuk Vektor dari 1 Definisi Daerah Sederhana x 2 Pada Bidang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI Kode Mata : IT 081308 Media : Kertas Kerja, Infocus, Mata : Matematika 2 Perangkat Siaran Jumlah SKS : 3 Evaluasi : Kehadiran, Penilaian terhadap tugas/praktek Proses Belajar Mengajar : Dosen : Menjelaskan,

Lebih terperinci

BAB 2 PROGRAM LINIER DAN TAK LINIER. Program linier (Linear programming) adalah suatu masalah matematika

BAB 2 PROGRAM LINIER DAN TAK LINIER. Program linier (Linear programming) adalah suatu masalah matematika BAB 2 PROGRAM LINIER DAN TAK LINIER 2.1 Program Linier Program linier (Linear programming) adalah suatu masalah matematika yang mempunyai fungsi objektif dan kendala berbentuk linier untuk meminimalkan

Lebih terperinci

OPTIMASI (Pemrograman Non Linear)

OPTIMASI (Pemrograman Non Linear) OPTIMASI (Pemrograman Non Linear) 3 SKS PILIHAN Arrival Rince Putri, 013 1 Silabus I. Pendahuluan 1. Perkuliahan: Silabus, Referensi, Penilaian. Pengantar Optimasi 3. Riview Differential Calculus II. Dasar-Dasar

Lebih terperinci

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Deret Tak Terhingga. Ayundyah. Barisan Tak Hingga. Deret Tak Terhingga

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Deret Tak Terhingga. Ayundyah. Barisan Tak Hingga. Deret Tak Terhingga Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII April 29, 2015 Akar Barisan a 1, a 2, a 3, a 4,... adalah susunan bilangan-bilangan real yang teratur, satu untuk setiap bilangan bulat positif. adalah fungsi yang

Lebih terperinci

Bilangan Kompleks. Anwar Mutaqin. Program Studi Pendidikan Matematika UNTIRTA

Bilangan Kompleks. Anwar Mutaqin. Program Studi Pendidikan Matematika UNTIRTA Bilangan Kompleks Anwar Mutaqin Program Studi Pendidikan Matematika UNTIRTA DAFTAR ISI 1 BILANGAN KOMPLEKS 1 1.1 Eksistensi Bilangan Kompleks.................... 1 1.2 Operasi Aritmatika..........................

Lebih terperinci

Kuliah 2: FUNGSI MULTIVARIABEL. Indah Yanti

Kuliah 2: FUNGSI MULTIVARIABEL. Indah Yanti Kuliah 2: FUNGSI MULTIVARIABEL Indah Yanti Definisi Dasar Perhatikan fungsi f: A R n R m : x f x n = m = 1 fungsi bernilai riil satu variabel n = 1, m > 1 fungsi bernilai vektor satu variabel n > 1, m

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Ruang Norm Sumanang Muhtar Gozali UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Definisi. Misalkan suatu ruang vektor atas. Norm pada didefinisikan sebagai fungsi. : yang memenuhi N1. 0 N2. 0 0 N3.,, N4.,, Kita dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 Beberapa Pengertian Definisi 1 [Ruang Contoh] Ruang contoh adalah himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan acak, dan dinotasikan dengan (Grimmet dan Stirzaker,1992)

Lebih terperinci

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Pendahuluan Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat diferensial Kita akan membahas tentang Persamaan Diferensial Biasa yaitu

Lebih terperinci

Kalkulus Variasi. Syarat Cukup, Masalah Kalkulus Variasi dengan Horizon Takhingga. Toni Bakhtiar. Departemen Matematika IPB.

Kalkulus Variasi. Syarat Cukup, Masalah Kalkulus Variasi dengan Horizon Takhingga. Toni Bakhtiar. Departemen Matematika IPB. Kalkulus Variasi Syarat Cukup, Masalah Kalkulus Variasi dengan Horizon Takhingga Toni Bakhtiar Departemen Matematika IPB Februari 2014 tbakhtiar@ipb.ac.id (IPB) MAT332 Kontrol Optimum Februari 2014 1 /

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 9 Memahami dan Menganalisa Optimisasi Tanpa Kendala dengan 2 atau Lebih Variabel Keputusan

Catatan Kuliah 9 Memahami dan Menganalisa Optimisasi Tanpa Kendala dengan 2 atau Lebih Variabel Keputusan Catatan Kuliah 9 Memahami dan Menganalisa Optimisasi Tanpa Kendala dengan atau Lebih Variabel Keputusan 1. Kondisi Turunan Pertama Perhatikan kembali optimisasi dengan 1 variabel bebas, aitu : z = ( )

Lebih terperinci

METODE NUMERIK ARAH KONJUGASI

METODE NUMERIK ARAH KONJUGASI METODE NUMERIK ARAH KONJUGASI 14 Mei 2016 Diajukan untuk Memenuh Tugas Ujian Akhir Semester Mata kuliah Metode Numerik Dosen Pengampu Bapak Rukmono Budi Utomo,M.Sc Nur Aliyah 1384202043 6A1 Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan

Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan 4 BARISAN TAK HINGGA DAN DERET TAK HINGGA JUMLAH PERTEMUAN : 5 PERTEMUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan kekonvergenan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Suatu integral dapat diselesaikan dengan 2 cara, yaitu secara analitik dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Suatu integral dapat diselesaikan dengan 2 cara, yaitu secara analitik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu integral dapat diselesaikan dengan 2 cara, yaitu secara analitik dan secara numerik. Perhitungan secara analitik dilakukan untuk menyelesaikan integral pada fungsi

Lebih terperinci

TINJAUAN SINGKAT KALKULUS

TINJAUAN SINGKAT KALKULUS A TINJAUAN SINGKAT KALKULUS Salah satu syarat yang diperlukan untuk mempelajari komputasi numerik adalah pengetahuan dasar tentang kalkulus, termasuk pengenalan beberapa notasi dalam kalkulus, sifat-sifat

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya.

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya. 2 II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas teoriteori yang mendukung karya tulis ini. Teoriteori tersebut meliputi persamaan diferensial penurunan persamaan KdV yang disarikan dari (Ihsanudin, 2008;

Lebih terperinci

Kuliah Pengantar Kontrol Optimum dan Metode Numeriknya dalam Scilab

Kuliah Pengantar Kontrol Optimum dan Metode Numeriknya dalam Scilab Kuliah Pengantar Kontrol Optimum dan Metode Numeriknya dalam Scilab Effendi Syahril Agah D. Garnadi Kuliah Pengantar Kontrol Optimum dan Metode Numeriknya dalam Scilab Effendi Syahril Agah D. Garnadi e-version

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. syarat batas, deret fourier, metode separasi variabel, deret taylor dan metode beda

BAB II KAJIAN TEORI. syarat batas, deret fourier, metode separasi variabel, deret taylor dan metode beda BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang beberapa teori dasar yang digunakan sebagai landasan pembahasan pada bab III. Beberapa teori dasar yang dibahas, diantaranya teori umum tentang persamaan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kuliah : Matematika Diskrit 2 Kode / SKS : IT02 / 3 SKS Program Studi : Sistem Komputer Fakultas : Ilmu Komputer & Teknologi Informasi. Pendahuluan 2. Vektor.. Pengantar mata kuliah aljabar linier.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi kebergantungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi kebergantungan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persamaan Diferensial Differential Equation Fungsi mendeskripsikan bahwa nilai variabel y ditentukan oleh nilai variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi

Lebih terperinci

BAB III TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n

BAB III TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n BAB III TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n 1. FUNGSI DUA PEUBAH ATAU LEBIH fungsi bernilai riil dari peubah riil, fungsi bernilai vektor dari peubah riil Fungsi bernilai riil dari dua peubah riil yakni, fungsi

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) MA KALKULUS II Disusun oleh: PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTASI FAKULTAS INFORMATIKA TELKOM UNIVERSITY LEMBAR PENGESAHAN Rencana Pembelajaran Semester (RPS)

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH NILAI EIGEN UNTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL STURM-LIOUVILLE DENGAN METODE NUMEROV

PENYELESAIAN MASALAH NILAI EIGEN UNTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL STURM-LIOUVILLE DENGAN METODE NUMEROV Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3 (2015), hal 415-422 PENYELESAIAN MASALAH NILAI EIGEN UNTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL STURM-LIOUVILLE DENGAN METODE NUMEROV Iyut Riani, Nilamsari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Konvek Definisi 2.1.1. Suatu himpunan C di R n dikatakan konvek jika untuk setiap x, y C dan setiap bilangan real α, 0 < α < 1, titik αx + (1 - α)y C atau garis penghubung

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik Bab 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan penjelasan singkat mengenai pengantar proses stokastik dan rantai Markov, yang akan digunakan untuk analisis pada bab-bab selanjutnya. 2.1 Pengantar Proses

Lebih terperinci

Pertemuan 9 : Interpolasi 1 (P9) Interpolasi. Metode Newton Metode Spline

Pertemuan 9 : Interpolasi 1 (P9) Interpolasi. Metode Newton Metode Spline Pertemuan 9 : Interpolasi 1 (P9) Interpolasi Metode Newton Metode Spline Pertemuan 9 : Interpolasi 2 Interpolasi Newton Polinomial Maclaurin dan polinomial Taylor menggunakan satu titik pusat, x 0 untuk

Lebih terperinci

ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I)

ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I) ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I) 1 MATERI ALJABAR LINIER VEKTOR DALAM R1, R2 DAN R3 ALJABAR VEKTOR SISTEM PERSAMAAN LINIER MATRIKS, DETERMINAN DAN ALJABAR MATRIKS, INVERS MATRIKS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan landasan teori tentang optimasi, fungsi, turunan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan landasan teori tentang optimasi, fungsi, turunan, BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan landasan teori tentang optimasi, fungsi, turunan, pemrograman linear, metode simpleks, teorema dualitas, pemrograman nonlinear, persyaratan karush kuhn

Lebih terperinci

Prosiding Matematika ISSN:

Prosiding Matematika ISSN: Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Optimisasi Fungsi Nonlinier Dua Variabel Bebas dengan Satu Kendala Pertidaksamaan Menggunakan Syarat Kuhn-Tucker Optimization of Nonlinear Function of Two Independent

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. INJAUAN PUSAKA.1 Penduga Area Kecil Rao (003) mengemukakan bahwa suatu area disebut kecil apabila contoh yang diambil pada area tersebut tidak mencukupi untuk melakukan pendugaan langsung dengan hasil

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH. Tujuan

SILABUS MATA KULIAH. Tujuan SILABUS MATA KULIAH NAMA MATAKULIAH KODE MATAKULIAH KREDIT/SKS SEMESTER DESKRIPSI TUJUAN UMUM PERKULIAHAN Matematika Ekonomi EKO 500 3 (3-0) 1 Kuliah ini terdiri dari tiga bagian pokok, yakni aljabar matriks,

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI KENDALI PADA MASALAH PROGRAM DINAMIK

PENERAPAN TEORI KENDALI PADA MASALAH PROGRAM DINAMIK PENERAPAN TEORI KENDALI PADA MASALAH PROGRAM DINAMIK Pardi Affandi, Dewi A, Nur Salam Program Studi Matematika Universitas Lambung Mangkurat Jl Jend A Yani km 35, 8 Banjarbaru Email: pardi_affandi@yahoocom

Lebih terperinci

BAB III METODE BINOMIAL

BAB III METODE BINOMIAL BAB III METODE BINOMIAL Metode Binomial ialah metode sederhana yang banyak digunakan untuk menghitung harga saham. Metode ini berdasarkan pada percabangan pohon yang menerapkan aturan binomial pada tiap-tiap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Pada bab ini akan diuraikan beberapa landasan teori untuk menunjang penulisan skripsi ini. Uraian ini terdiri dari beberapa bagian yang akan dipaparkan secara terperinci

Lebih terperinci

a. untuk (n+1) genap: terjadi ekstrem, dan jika (ii) f (x ) > 0, maka f(x) mencapai minimum di titik x.

a. untuk (n+1) genap: terjadi ekstrem, dan jika (ii) f (x ) > 0, maka f(x) mencapai minimum di titik x. Lecture I: Introduction A. Masalah Optimisasi Dalam kehidupan sehari-hari, manusia cenderung untuk berprinsip ekonomi, yaitu dengan sumber daya terbatas dapat memperoleh hasil sebanyak-banyaknya. Banyak

Lebih terperinci

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Uji Deret Positif. Ayundyah. Uji Integral. Uji Komparasi. Uji Rasio.

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Uji Deret Positif. Ayundyah. Uji Integral. Uji Komparasi. Uji Rasio. Uji Uji Deret Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII April 29, 2015 Uji Deret Uji Deret yang mempunyai suku-suku positif menjadi bahasan pada uji integral ini. Uji integral ini menggunakan ide dimana suatu

Lebih terperinci

BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG

BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG 1. KOORDINAT CARTESIUS DALAM RUANG DIMENSI TIGA SISTEM TANGAN KANAN SISTEM TANGAN KIRI RUMUS JARAK,,,, 16 Contoh : Carilah jarak antara titik,, dan,,. Solusi :, Persamaan

Lebih terperinci

PEMBUKTIAN RUMUS BENTUK TUTUP BEDA MUNDUR BERDASARKAN DERET TAYLOR

PEMBUKTIAN RUMUS BENTUK TUTUP BEDA MUNDUR BERDASARKAN DERET TAYLOR Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. Hal. 68 76 ISSN : 233 29 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMBUKTIAN RUMUS BENTUK TUTUP BEDA MUNDUR BERDASARKAN DERET TAYLOR WIDIA ASTUTI Program Studi Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

No. Dokumen : Tanggal Terbit : No. Revisi : Hal : RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER. Form (FR)

No. Dokumen : Tanggal Terbit : No. Revisi : Hal : RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER. Form (FR) Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Unimed Form (FR) No. Dokumen : Tanggal Terbit : No. Revisi : Hal : RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah : Pemodelan Matematika Kode Matakuliah : Bobot SKS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 ; untuk k = n 0 ; untuk k n. e [n]

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 ; untuk k = n 0 ; untuk k n. e [n] BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Barisan bilangan real adalah suatu fungsi bernilai real yang didefinisikan pada himpunan N = 0, 1, 2,.... Dengan kata lain, barisan bilangan real adalah suatu fungsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Persamaan Diferensial (Bronson dan Costa, 2007) terhadap satu atau lebih dari variabel-variabel bebas (independent

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Persamaan Diferensial (Bronson dan Costa, 2007) terhadap satu atau lebih dari variabel-variabel bebas (independent 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persamaan Diferensial (Bronson dan Costa, 2007) Persamaan differensial adalah suatu persamaan yang memuat turunan terhadap satu atau lebih dari variabel-variabel bebas (independent

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan penulisan, tinjauan pustaka serta sistematika penulisan skirpsi ini. 1.1.

Lebih terperinci

KENDALI OPTIMAL PERMAINAN NON-KOOPERATIF KONTINU SKALAR DUA PEMAIN DENGAN STRATEGI NASH TUGAS AKHIR. Oleh : M.LUTHFI RUSYDI

KENDALI OPTIMAL PERMAINAN NON-KOOPERATIF KONTINU SKALAR DUA PEMAIN DENGAN STRATEGI NASH TUGAS AKHIR. Oleh : M.LUTHFI RUSYDI KENDALI OPTIMAL PERMAINAN NON-KOOPERATIF KONTINU SKALAR DUA PEMAIN DENGAN STRATEGI NASH TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Jurusan Matematika Oleh

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : KALKULUS III (3 SKS) KODE: MT315. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Purcell, hal atau lebih:

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : KALKULUS III (3 SKS) KODE: MT315. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Purcell, hal atau lebih: SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : KALKULUS III (3 SKS) KODE: MT315 Mg Ke- Pokok & Sub Pokok Bahasan Tujuan Instruksional Umum (TIU) Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Materi & Pendekatan Media Tes

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang landasan teori yang digunakan pada bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi yang diuraikan berupa definisi-definisi

Lebih terperinci

Distribusi Weibull Power Series

Distribusi Weibull Power Series Distribusi Weibull Power Series Maulida Yanti 1, Sarini S.Si.,M.Stats 2 1 Mahasiswa Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424 2 Staff Pengajar Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Matriks 1. Pengertian Matriks Definisi II.A.1 Matriks didefinisikan sebagai susunan persegi panjang dari bilangan-bilangan yang diatur dalam baris dan kolom. Contoh II.A.1: 9 5

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI. Sistem Pendulum Terbalik Dalam penelitian ini diperhatikan sistem pendulum terbalik seperti pada Gambar di mana sebuah pendulum terbalik dimuat dalam motor yang bisa digerakkan.

Lebih terperinci

OPTIMISASI PEMROGRAMAN CEMBUNG MENGGUNAKAN SYARAT KUHN-TUCKER SKRIPSI

OPTIMISASI PEMROGRAMAN CEMBUNG MENGGUNAKAN SYARAT KUHN-TUCKER SKRIPSI OPTIMISASI PEMROGRAMAN CEMBUNG MENGGUNAKAN SYARAT KUHN-TUCKER SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN Menurut Bartle dan Sherbet (994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun oleh berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan, kekonvergenan

Lebih terperinci

Kalkulus Variasi. Persamaan Euler, Masalah Kalkulus Variasi Berkendala, Syarat Batas. Toni Bakhtiar. Departemen Matematika IPB.

Kalkulus Variasi. Persamaan Euler, Masalah Kalkulus Variasi Berkendala, Syarat Batas. Toni Bakhtiar. Departemen Matematika IPB. Kalkulus Variasi Persamaan Euler, Masalah Kalkulus Variasi Berkendala, Syarat Batas Toni Bakhtiar Departemen Matematika IPB Februari 214 tbakhtiar@ipb.ac.id (IPB) MAT332 Kontrol Optimum Februari 214 1

Lebih terperinci

ALGORITMA ELIMINASI GAUSS INTERVAL DALAM MENDAPATKAN NILAI DETERMINAN MATRIKS INTERVAL DAN MENCARI SOLUSI SISTEM PERSAMAAN INTERVAL LINEAR

ALGORITMA ELIMINASI GAUSS INTERVAL DALAM MENDAPATKAN NILAI DETERMINAN MATRIKS INTERVAL DAN MENCARI SOLUSI SISTEM PERSAMAAN INTERVAL LINEAR Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3 (2015), hal 313 322. ALGORITMA ELIMINASI GAUSS INTERVAL DALAM MENDAPATKAN NILAI DETERMINAN MATRIKS INTERVAL DAN MENCARI SOLUSI SISTEM

Lebih terperinci

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN disebut vektor eigen dari matriks A =

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN disebut vektor eigen dari matriks A = NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN >> DEFINISI NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Jika A adalah sebuah matriks n n, maka sebuah vektor taknol x pada R n disebut vektor eigen (vektor karakteristik) dari A jika Ax adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai matriks (meliputi definisi matriks, operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas aljabar max-plus, dan penyelesaian

Lebih terperinci

Syarat Fritz John pada Masalah Optimasi Berkendala Ketaksamaan. Caturiyati 1 Himmawati Puji Lestari 2. Abstrak

Syarat Fritz John pada Masalah Optimasi Berkendala Ketaksamaan. Caturiyati 1 Himmawati Puji Lestari 2. Abstrak Syarat Fritz John pada Masalah Optimasi Berkendala Ketaksamaan Caturiyati 1 Himmawati Puji Lestari 2 1,2 Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY 1 wcaturiyati@yahoo.com 2 himmawatipl@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. 3.1 Analisis Metode. dan (2.52) masing-masing merupakan penyelesaian dari persamaan

III PEMBAHASAN. 3.1 Analisis Metode. dan (2.52) masing-masing merupakan penyelesaian dari persamaan 6, 1 (2.52) Berdasarkan persamaan (2.52), maka untuk 0 1 masing-masing memberikan persamaan berikut:, 0,0, 0, 1,1, 1. Sehingga menurut persamaan (2.51) persamaan (2.52) diperoleh bahwa fungsi, 0, 1 masing-masing

Lebih terperinci

BAB III MODEL TRINOMIAL. Model binomial merupakan pemodelan dinamika pergerakan harga saham

BAB III MODEL TRINOMIAL. Model binomial merupakan pemodelan dinamika pergerakan harga saham 8 BAB III MODEL TRINOMIAL 3.1 Model Trinomial Model binomial merupakan pemodelan dinamika pergerakan harga saham yang hanya mempunyai dua kemungkinan pergerakan harga saham, yaitu harga saham naik atau

Lebih terperinci

BAB III THRESHOLD AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROCEDASTICTY (TARCH) Proses TARCH merupakan modifikasi dari model ARCH dan GARCH.

BAB III THRESHOLD AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROCEDASTICTY (TARCH) Proses TARCH merupakan modifikasi dari model ARCH dan GARCH. BAB III THRESHOLD AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROCEDASTICTY (TARCH) 3.1. Model TARCH Proses TARCH merupakan modifikasi dari model ARCH dan GARCH. Pada proses ini nilai residu yang lebih kecil dari nol

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Perumusan Masalah Misalkan adalah proses Poisson nonhomogen pada interval dengan fungsi intensitas yang tidak diketahui. Fungsi intensitas diasumsikan terintegralkan lokal

Lebih terperinci