Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Peserta mampu menganalisis rangkaian listrik arus bolak balik I fasa dan 3 fasa.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Peserta mampu menganalisis rangkaian listrik arus bolak balik I fasa dan 3 fasa."

Transkripsi

1 Kegiatan Belajar 2 : Rangkaian Listrik Arus Bolak Balik Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Peserta mampu menganalisis rangkaian listrik arus bolak balik I fasa dan 3 fasa. Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan Peserta mampu menjelaskan konsep arus bolak balik, nilai sesaat, nilai maksimum dan nilai efektif dari arus, tegangan, dan daya. Peserta mampu mengaplikasikan konsep bilangan komplek dalam rangkaian listrik arus bolak balik. Peserta mampu menjelaskan beda fasa dan faktor daya. Peserta mampu menganalisis arus, tegangan, dan daya pada rangkaian listrik arus bolak balik 1 fasa Peserta mampu menganalisis arus, tegangan, dan daya pada rangkaian listrik arus bolak balik 3 fasa Pokok-Pokok Materi Prinsip dan bentuk gelombang arus bolak balik Pengertian nilai sesaat, nilai maksimum, dan nilai efektif dari arus atau tegangan. Bilangan komplek dalam rangkaian listrik arus bolak balik Daya pada rangkaian listrik arus bolak balik 1 fasa Arus, tegangan, dan daya pada rangkaian listrik arus bolak balik 3 fasa A. Uraian Materi 1. Prinsip dan Bentuk Gelombang Arus Bolak Balik Memasuki wilayah pembahasan tentang gelombang listrik pertanda sudah meninggalkan materi pembelajaran tentang listrik DC (Arus Searah). Materi tentang gelombang listrik adalah gerabang yang harus dilalui untuk membahas dan memahami materi listrik AC (arus bolak balik). Gelombang listrik identik dengan gelombang sinusoida. Gelombang sinusoida pada dasarnya berkaitan dengan gelombang sinus dan cosinus. Kenapa gelobang sinus dan cosinus? Karena kedua gelombang dengan bentuk sinus dan cosinus ini pada dasarnya dibedakan dengan beda fasa 90 derajat. Sebagai acuan dasar gelombang listrik berbentuk gelombang sinus, yang didefinisikan seperti persamaan berikut ini (persamaan 2.1). v(t) = V m sin ωt

2 Keterangan persamaan 2.1 V m = Amplitudo gelombang sinus dalam bentuk volt V (t) = Sumber tegangan AC (volt) t = waktu (detik) ω = kecepatan sudut ( rad s) Gelombang sinusoida menjadi acuan dasar untuk menganalisis arus bolak balik (alternating current). Kajian mengenai gelombang sinusoida perlu dibahas lebih dalam terutama persamaan-persamaan yang melekat padanya. Pertama adalah mengenai tegangan maksimum (Vm). Tegangan maksimum merupakan amplitudo gelombang sinusoida, perhatikan gambar 2.1. yang menunjukkan nilai tegangan maksimum. Tegangan maksium ada dua yaitu positif dan negatif. Berdasarkan gambar 2.1. menunjukkan bahwa jarak antara amplitudo postif dan amplitudo negatif disebut dengan Vpp = Tegangan Puncak ke Puncak (Peak to Peak). Perhatikan kembali gambar 2.1. Bentuk gelombang sinus terdiri dari satu puncak dan satu lembah, maka dikatakan satu gelombang sinus. Jika ada dua punjak dan dua lembah maka dikatakatan dua gelombang sinus. Jika dua puncak dan satu lembah maka dikatakan dengan satu setengah gelombang. Berdasarkan kondisi tersebut dapat dijelaskan tentang perioda (T). Satu perioda adalah satu gelombang. Perioda adalah lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses satu putaran gelombang. Perhatikan gambar 2.1. Kembali panjang perioda ditunjukkan dengan garis antara mulainya gelombang sinus dibentuk hingga sampai pada waktu yang dipakai hingga mencapai satu gelombang sinus penuh. Gambar Gelombang Sinusoida

3 Selanjutnya pada persamaan 2.1. ditemukan V(t), Vm, ω dan t, yang belum dikenali adalah omega (ω). ω didefinisikan sebagai panjang satu gelombang dibagi dengan perioda. Sehingga didapatkan persamaan 2.2. Persamaan ini menjadi acuan dari persamaanpersaman lain yang terkait dengan gelombang sinusoida. Perhatikan persamaan 2.2! ω = 2π T Pada persamaan 2.2. ω merupakan sebanding dengan 2π dan berbanding terbalik dengan perioda dan perioda berbading terbalik dengan frekuensi (persamaan 2.3) T = 1 f, sehingga diperoleh persamaan 2.4 yaitu f = ω 2π dan persamaan 2.5. ω = 2πf Contoh soal 2.1: Perhatikan persamaan gelombang listrik AC berikut ini : v(t) = 10 sin 25 t tentukan besar aplitudo, ω, perioda dan frekuensi. Jawab : Amplitudo = Vm = 10 volt ω = 25 rad/s Dengan memodifikasi persamaan 2.2. diperoleh nilai : T = 2π ω = 2 3,14 25 f = 1 = Hz T = 0,251 detik Contoh soal 2.2: Perhatikan persamaan gelombang listrik AC berikut ini : v(t) = 35 sin 40 t tentukan besar aplitudo, ω, perioda dan frekuensi. Jawab : Amplitudo = Vm = 35 volt ω = 40 rad/s Dengan memodifikasi persamaan 2.2. diperoleh perioda sebesar

4 T = 2π = 2 3,14 = 0,157 detik ω 40 f = 1 = Hz T Dirumuskan pada sebuah fungsi periodik dengan persamaan berikut ini: f(t) = f(t + nt) Hal ini berlaku pada persamaan sinusoida: v(t) = v(t + T) v(t) = V m sin ω(t + T) v(t) = V m sin ω (t + 2π ω ) Maka dapat disimpulkan v(t) = V m sin(ωt + 2π) v(t) = V m sin(ωt ± θ) Sehingga dapat disimpulkan θ=sudut fasa. Sudut fasa adalah pengeseran gelombang terhadap titik nol gelombang. Pergeseran kekanan bernilai negative, dan pergeseran ke kiri bernilai positif. Perhatikan gambar 2.2. Gambar 2.2. Pergeseran gelombang yang berakibat terjadinya sudut fasa Gelombang sinusoida yang dimulai pada saat t=0 adalah v 1 = V m sin ω t. Jika terjadi perubahan fasa kearah kiri maka terjadi penambahan fasa sebesar θ sehingga persamaan menjadi v 2 = V m sin(ω t + θ). Pergeseran fasa ini akan berakibat pada mulainya gelombang

5 pada waktu yang berbeda. Demikian juga terjadi pergeseran ke kanan gelombang maka terjadi pergeseran waktu namun terjadi pengurangan sudut fasa sebesar θ, pergeseran tersebut berakibat pada perubahan persamaan gelombang sinusoida menjadi v 2 = V m sin(ω t θ). Berdasarkan pergeseran gelombang dengan penambahan atau pengurangan sudut fasa maka dapat dirujuk pada persamaan trigonometri matematika. Persamaan persaman yang muncul akibat penambahan atau pengurangan sudut fasa tertentu. Perubahan tersebut untuk menunjukkan apabila terjadi perubahan fasa akan mengalami perubahan persamaan dan bentuk gelombang. Persamaan-persamaan trigonometeri tersebut menjadi titik acuan untuk melakukan perubahan-perubahan persamaan. Persamaan-persamaan trigonometri tersebut, adalah : sin(ωt ± 180 o ) = sin ωt cos(ωt ± 180 o ) = cos ωt sin(ωt ± 90 o ) = ± cos ωt cos(ωt ± 90 o ) = sin ωt Sudah menjadi ketetapan untuk proses analisis rangkain, sebaiknya gelombang sinusoida yang digunakan berbentuk cosinus. Kenapa harus berbentuk cosinus karena cosinus apabila amplitude gelombang negatife dan amlitudo gelombang positif akan selalu bernilai sama. Contoh: cos 60 akan bernilai 0,5 dan cos( 30) juga akan bernilai sama yaitu 0,5. Perhatikan gambar 2.3. Bentuk gelombang cosinus. Gambar 2.3. Bentuk Gelombang Cosinus

6 Sehingga dapat ditetapkan tegangan dalam bentuk cosinus dapat ditetapkan dengan persamaan 2.6. v(t) = Vm cos(ωt ± θ) Berdasarkan sifat gelombang cosinus tersebut ditetapkan pada modul ini sebagai bentuk gelombang standar yang digunakan untuk menganalis rangkain listrik AC. Ketetapan ini menjadi acuan untuk mengubah bentuk-bentuk gelombang sinusoida yang lain untuk dikonversi menjadi gelombang cosinus. Ada tiga bentuk komungkinan bentuk gelombang sinusoida yang dikonversi menjadi gelombang cosinus yaitu, bentuk Vm sin(ωt ± θ), bentuk Vm sin(ωt ± θ), dan Vm cos(ωt ± θ). Berdasarkan persamaan-persamaan trigonometri dikonversi semua bentuk-bentuk gelombang sinusoida menjadi gelombang cosinus. Bentuk pertama : Vm sin(ωt ± θ) Vm sin(ωt ± θ) = Vm cos(ωt ± θ + 90) Jadi bila bentuk pertama dikonversi ke bentuk gelombang cosinus dengan menambahkan langsung sudut fasa dengan 90 derajat Mengigat : +90 Bentuk Kedua : Vm sin(ωt ± θ) Vm sin(ωt ± θ) = Vm sin(ωt ± θ + 180) Vm sin(ωt ± θ + 180) = Vm cos(ωt ± θ ) Vm cos(ωt ± θ ) = Vm cos(ωt ± θ + 270) atau Vm sin(ωt ± θ) = Vm sin(ωt ± θ 180) Vm sin(ωt ± θ 180) = Vm cos(ωt ± θ ) Vm cos(ωt ± θ ) = Vm cos(ωt ± θ 90) Jadi bentuk kedua konversi langsung kedalam bentuk cosinus dengan menambahkan sudut fasa dengan 270 atau mengurangkan sudut fasa dengan 90. Namun umumnya cukup dengan mengurangkan dengan 90 derajat. Mengigat : 90 Bentuk Ketiga : Vm cos(ωt ± θ) atau Vm cos(ωt ± θ) = Vm cos(ωt ± θ + 180)

7 Vm cos(ωt ± θ) = Vm cos(ωt ± θ 180) Jadi untuk bentuk ketiga cukup menambahkan fasa dengan sudut 180 derajat atau mengurangi dengan 180 derajat maka proses konversi langsung kepada bentuk gelombang cosinus. Mengigat : +180 atau 180 Berdasarkan proses konversi bentuk gelombang sinusoida ke bentuk cosinus dengan mudah dapat dilakukan. Agar terjadi proses peningkatan pemahaman materi ini peratikan dan amati contoh-contoh soal-soal berikut ini Contoh soal 2.3: Perhatikan gelombang listrik AC berikut v(t) = 12 sin(50t 10), konversikanlah kebentuk cosinus, kemudian tentukan juga berapakah amplitude, perioda, frekuensi dan sudut fasa gelombang cosinus tersebut. Jawab: Berdasarkan bentuk-bentuk gelombang sinusoida, maka bentuk gelombang persamaan tersebut adalah bentuk pertama maka konversinya dengan menambah sudut fasa dengan 90 derajat Jadi v(t) = 12 cos(50t ) = 12 cos(50t + 80) Sehingga diperoleh : Vm = 12 volt ω = 50 rad/s T = 2π ω = 2 3,14 50 f = 1 = 7,96 Hz T = 0,1256 s Contoh soal 2.4: Apabila gelombang listrik AC berikut v(t) = 24 sin(40t + 50), konversikanlah kebentuk cosinus, kemudian tentukan juga berapakah amplitude, perioda, frekuensi dan sudut fasa gelombang cosinus tersebut. Jawab: Sudah di pastikan gelombang listrik AC tersebut adalah bentuk kedua. Bentuk kedua dengan mengurangkan fasa dengan 90

8 v(t) = 24 sin(40t + 50)= 24 cos(40t ) Maka v(t) = 24 cos (40t 40) Sehingga diperoleh : Vm = 24 volt ω = 40 rad/s T = 2π ω = 2 3,14 40 f = 1 = 6,37 Hz T = 0,157 s 2. Pengertian nilai sesaat, nilai maksimum, dan nilai efektif dari arus atau tegangan Pada pembahasan sebelumnya sebagai standar menggunakan sumber tegangan sebagai bentuk sumber listrik AC. Seperti pada listrik DC arus juga merupakan sumber listrik, maka pada pembahasan kali ini juga menyatakan bahwa sumber arus AC juga merupakan sumber listrik dengan bentuk gelombang seperti pada persamaan 2.7. I(t) = Im sin(ωt) Sama halnya dengan tegangan, gelombang arus AC juga diarahkan dalam bentuk gelombang cosinus. Bentuk-bentuk gelombang sinusoida juga berlaku pada gelombang arus bolak-balik, dan proses konversinya juga sama. Bentuk arus dalam gelombang cosinus seperti persamaan 2.8. I(t) = Im cos (wt ± θ) Nilai sesat berlaku pada persamaan 2.6. dan 2.7, tegangan dan arus listrik AC. Nilai sesaat dihitung berdasarkan waktu. Persamaan 2.6 dan 2.7 adalah persamaan yang berbasis waktu maka nilai sesaat dapat dihutung pada saat t (nilai waktu tertentu). Pada saat t=t dan θ = 0, maka dapat tentukan nilai tegangan sesaat adalah v(t) = Vm cos (ωt) v(sesaat) = Vm cos ( 2π T T) v(sesaat) = Vm cos (2π 180 π ) v(sesaat) = Vm cos(360) v(sesaat) = Vm 1

9 v(sesaat) = Vm Jadi dapat disimpulkan bahwa (persamaan 2.8): v(sesaat) = Vm cos(θ (sesaat) ) 1 radian = 57,2958 derajat Pada arus listrik bolak balik juga dengan cara yang sama. Sehingga arus sesaat dapat dinyatakan dengan persamaan 2.9. i(sesaat) = Im cos(θ (sesaat) ) Contoh soal 2.5: Berapakah tegangan sesaat untuk persamaan gelombang v(t) = 12cos (30t + 30) pada saat t=20 s Jawab : Karenan 1 radian = 57,2958 derajat Maka θ(sesaat) = ,2958 = 34377,48 v(sesaat) = 12 cos(34377, ) = 10,64 volt Pada persamaan 2.8 dan 2.9 keduanya terkait dengan waktu. Jadi tegangan sesaat dan arus sesaat dilihat berdasarkan waktu tertentu. Jika dinyatakan waktu dalam rentang tertentu yaitu t1 dan t2, maka rentang waktunya t2 t1. Ada interval waktu yang dipenuhi dalam pengukurannya, sehingga nilai tegangan atau arus arus disebut dengan tegangan ratarata atau arus rata-rata. Berdasarkan persamaan 2.8 dan 2.9 dapat dirumuskan bahwa tegangan rata-rata dinyatakan dalam bentuk persamaan : Atau v(rata rata) = v(t1) + v(t2) t2 t1 i(rata rata) = i(t1) + i(t2) t2 t1 Karena tegangan dan arus AC dalam bentuk sinusoida (cosinus) yang continue maka dapat dinyatakan dalam persamaan :

10 t2 1 v(rata rata) = t2 t1 v(t) t1 atau t2 1 i(rata rata) = t2 t1 i(t) Berdasarkan penuruan model matematika integrasi sinusoida maka dapat di sederhanakan dengan persamaan v(rata rata) = v τ dan i(rata rata) = i τ : t1 v τ = 2. Vm π atau i τ = 2. Im π Tengangan rata-rata dan arus rata-rata, merupakan tengan yang sering terukur dengan menggunakan multitester atau diukur dengan menggunakan alat ukur. Setiap tegangan dan arus terkait dengan beban. Beban pada rangkaian listrik AC ada tiga jenis yaitu Resistor (R satauan ohm), Kapasitor (C satauan farad) dan Induktor (L satuan hendri). Pengaruh komponen-komponen tersebut berpengaruh dengan pengukurannya sehingga ada beberapa energy yang terserap pada komponen RLC sehingga tetap terukur pada alat ukur. Pada dasarnya komponen L dan C yang menyebabkan terjadinya perubahan fasa yang berakibat terhadappengukuran yang kemudian terukur. Tegangan dan arus yang terukur tersebutlah yang disebut dengan tegangan rata-rata atau arus rata-rata. Tengangan dan arus yang sebenarnya terserap sebagai energy disebut dengan tegangan efektif dan arus efektif. Energi yang terserap pada komponen-komponen RLC dapat dihitung dengan memperhitungkan pengaruh pergeseran fasa yang ditimbulkan, yang kemudian dikurangkan terhadapat perubahan arus tersebut. Sehingga dapat di rumuskan menjadi persamaan V eff = 1 T T v(t)2 dt 0 atau I eff = 1 T T i(t)2 dt 0 Berdasarkan cara yang sama dengan penurunan integrasi persamaan matematika dilakukan dengan proses berikut, V eff = 1 T T v(t)2 dt 0 = ω 2π Vm2 cos 2 (ωt + θ) dt 2π/ω 0

11 = Vm t] 0 2π/ω = Vm 2 atau I eff = 1 T T i(t)2 dt 0 = ω 2π/ω 2π Im2 cos 2 (ωt + θ) dt 0 = Im t] 0 2π/ω = Im 2 Disimpulkan teganga efektif dan arus efektif disebut dengan persamaan 2.12 dan persamaan Sebagian buku sering juga menggunakan tegangan efektif dengan simbol (V rms) dan arus efektif dengan simbol (I rms) V eff = Vm 2 dan I eff = Im 2 3. Bilangan komplek dalam rangkaian listrik arus bolak balik Sebelum membahas tentang bilangan komplek dan hubungannya dengan rangkaian listrik bolak balik, ada baiknya kembali pada gelombang sinusoida dalam bentuk cosinus. Pada rangkain listrik dalam proses menganalisis rangkain menggunakan gelombang cosinus. Pada persamaan matematika trigonometri yaitu persamaan A cos(ωt) + B sin (ωt) = C cos(ωt + θ) Dimana C adalah nilai pithagoras A dan B. sehingga C = A 2 + B 2 dan sudut θ adalah archus tangen dari B/A sehingga didapatkan persamaan θ = tan 1 ( B A )

12 Berdasarkan persamaan 2.14, diperoleh gambaran mengenai bentuk gelombang dengan persamaan bilangan komplek sehingga dapat dinyatakan dalam gambar 2.5. Tentang garis bilangan kompleks. Gambar 2.5. Garis bilangan komplek Persamaan 2.14 merupakan sebagai dasar yang mengaitkan antara gelombang listrik sinusoida dengan konsep matematika kompleks. Sehingga dapat dituliskan bentuk gelombang cosinus menjadi belangan kompleks dalam bentuk polar. C cos(ωt + θ) = C θ Kemudian dapat di jadikan konversi bentuk gelombang listrik kepersamaan matematis berupa bilangan komplek. Jika tegangan dinyatakan dalam bentuk gelombang v(t) = 12 cos(ωt + 30) maka dapat dituliskan dalam pesamaan bilangan komplek v = atau sebuah arus i(t) = 20 cos(ωt 50), dapat dituliskan dalam bilangan kompleks i = Bilangan komplek terdiri dari dua bilangan yang disebut dengan bilangan real dan bilangan imaginer. Bilangan sehingga bentuk umum penulisan bilangan kompleks adalah sebagai berikut z = a + jb. Bentuk penulisan bilangan kompleks ada empat cara yaitu: Bentuk umum z = a ± jb Bentuk polar z = r θ Bentuk rectangular z = r (cos θ + j sin θ ) Bentuk ekspnensial z = r. e jθ Dari keempat cara penulisan bilangan komplek, memiliki keterkaitan dengan proses operasional matematika. Bentuk umum digunakan untuk proses penjumlahan dan pengurangan. Bentuk polar digunakan untuk proses perkalian dan pembagian. Bentuk rectangular digunakan untuk proses konversi dari bentuk polar atau eksponesial kembali ke

13 bentuk umum. Kalau diperhatikan dengan seksama bentuk polar, rectangular dan bentuk eksponensial, berasar dari proses konversi dari bentuk umum. Jadi akan selalu terjadi dalam proses konversi dari bentuk umum ke polar dan bentuk polar ke umum, tergantung dengan kebutuhan. Proses operasional matematika terdiri dari penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Sesuai dengan kesepakatan proses penjumlahan harus dengan bentuk polar bilangan kompleks. Jika z1 = a + jb dan z2 = c + jd maka proses penjumlahan antara z1 dan z2 adalah zt = (a + c) + j(b + d). Demikian juga dengan proses pengurangan. Apabila z1 dikurang oleh z2) maka zt = (a c) + j(b d). Perhatikan proses penjumlahan dan pengurangan, terlihat bahawa penjumlahan atau pengurangan berlaku dengan persyaratan utama. Pertama penjumlahan hanya terjadi antara bilangan real dengan real bilangan kedua. Kedua penjumlahan atau pengurangan pada bilangan imajiner terjadi antar sesama bilangan imajiner pula. Proses perkalian juga dapat dilakukan dengan bentuk umum. Apabila z1 z2 maka prosesnya dengan mengalikan satu-satu setiap unsur komponen antara bilangan kompleks z1 dan z2. Jadi prosesnya adalah z1 z2 = (a + jb) (c + jd) = ac + jad + jbc bd = (ac bd) + j(ad + bc) Pertayaan kenapa ada nilai minus ( ), hasil perkalian jb jd? Pertanyaan ini cukup menarik dan apakah sesunguhnya yang di maksud dengan j. j adalah bilangan yang nilainya adalah 1 yang tidak dapat diselesakan lagi. 1 yang disebut sebenarnya sebagai bilangan imaginer. Sehingga apabila dilakukan proses operasional matematika yang terkait dengan bilangan imaginer akan berlaku kondisi berikut ini, pada pertemuan ini disebut dengan aturan perkalian imajiner: j = 1 j 2 = 1 j 3 = j j 4 = 1 Berdasarkan aturan tersebut maka dinyatakan untuk proses perkalian jb jd akan menjadi berniali negatif ( ). Jadi apabila terjadi perkalian j yang melibatkan lebih dari empat maka,

14 maka berlaku atas kelipatan empat, sisanya mengikuti aturan perkalian imajiner. Contoh apabila j 5 = j 4 j = j. Terlihat pada proses contoh tersebut apabila pangkat melebih dari empat seperti 5, maka sisanya adalah sama dengan pada aturan perkalian imajiner. Bagaimana dengan j 20 = j 4 j 4 j 4 j 4 = 1. Begitulah seterusnya. Selanjutnya adalah proses pembagian bilangan kompleks. Proses pembagian memang sedikit lebih membutuhkan ekstra, karena melipatkan proses perkalian dan penjumlahan serta pengurangan. Proses pembagian jauh lebih panjang dengan proses operasonal matematika yang lain. Perhatikan proses pembagian antara z1 z2. Sehingga dapat dilakukan proses sebagai berikut : z1 z2 = = = a + jb c + jd a + jb c + jd c jd c jd ac jad + jbc + bd c 2 + d 2 = (ac + bd) + j(bc ad) c 2 + d 2 dengan c jd c jd Perhatikan proses operasional pembagian bilangan kompleks! Kenapa harus dikalikan, c jd adalah konjugasi dari c + jd, yaitu perbedaan tanda pada bilangan imajiner. Untuk apa kemudian dikalikan dengan konjugasinya? Tujuannya adalah untuk menjadikan penyebut bilangan menjadi konstantan (tidak imaginer lagi). Kenepa demikian? karena merujuk dari aturan perkalian imaginer, yaitu apabila j 2 dan j 4 maka bilangan menjadi tidak imaginer lagi. Alasan yang sama kemudian perbedaan tanda maka proses perkalain (c + jd) (c jd), menghasilkan c 2 + d 2 karena bilangan imajinernya saling meniadakan. Kesulitan dalam proses perkalian dan pembagian dalam operasonal matematika, berdasar hal tersebut proses perkalian dan pembagian dilakukan dengan menggunakan bentuk polar atau ekspoenensial. Apabila dialkukan konversi bentuk dari umum ke polar maka di dapatkan z1 = a + jb = r1 θ1 dan z2 = c + jd = r2 θ2. Proses perkalian antara dua bentuk polar tersebut sangat mudah untuk dilakukan yaitu: z1 z2 = r1 θ1 r2 θ2 = (r1 r2) (θ1 + θ2) Perhatikan proses operasional matematika perkalian bilangan kompleks degan menggunakan bentuk polar. Resultan 1 (r1) dikalikan langsung dengan resultan 2 (r2)

15 sedangakan sudut θ1 + θ2. Demikaian juga apabila perkalian lebih dari dua maka semua resultan dikalikan dan seluruh sudut dijumlahkan. Pembagian juga sangat dimudahkan dengan menggunakan bentuk polar. Caranya dengan membagi resultan1(r1) dengan resultan 2 (r2). Sedangkan sudutnya di kurangkan. Perhatikan proses pembagian bilangan polar dengan menggunakan bentuk polar. z1/z2 = r1 θ1 / r2 θ2 = (r1/r2) (θ1 θ2) Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses penjumlahan dan pengurangan dilakukan dalam bentuk umum dan proses perkalian dan pembagian sebaiknya dengan menggunakan bentuk polar dibilangan komplek. Pada dasarnya pengunaan bilangan kompleks pada rangkaian listrik arus bolak balik (AC) sangat berpengaruh pada proses analisis rangkaian. Komponen-komponen yang tersabung pada rangkaian listrik pada dasarnya hanya terdiri dari tiga jenis komponen. Seperti yang dibahas sebelumnya komponen tersebut terdiri dari R, L, dan C. Tiga komponen tersebut juga sangat terkait dengan penulisan bilangan komplek. Ketiga jenis komponen tersebut tersusun atas dasar bilangan real dan bilangan imaginer. Kompoenen R, L dan C dijadikan kedalam bentuk bilangan kompleks dengan mengkonversinya menjadi Resistansi (XR), Induktansi (XL) dan capasitansi (XC). XR indentik nilainya dengan R dengan satuan yang sama. Sehingga XR mewakili dari bilangan real. Sedangkan XL dan XC dengan satuan sudah menjadi ohm sehingga dapat mewakili mewakili untuk bilangan imaginernya. Ditetapkah khusus untuk bilangan komplek pada rangkaian R-L-C memenuhi empat bentuk yaitu real saja, real dan imajiner positif, real dan imaginer negatif, imaginer positif dan imaginer negatif. Berdasarkan sifat-sifat komponen L, setelah melewati gelombang listrik yang melewatinya akan mendahului sesuai dengan nilai sudut komponennya dan maksimum +90. Begitu juga dengan sifat-sifat komponen C, setelah dilewati oleh gelombang listrik maka akan terjadi pergeseran fasa maksimum 90. Sehingga perbedaan fasa maksimum antara L dan C sejauh 180 derajat. Perhatikan gambar 26. Beda fasa antara XR XL, XR-XC, dan XL dan XC. Perbedaan fasa menunjukkan bagaimana kemudian ada usah yang besar dalam menyeimbangkan antara XL dan XC sehingga terjadi upaya yang mendekatkan nilai beban menyamai sifat dari XR, yang berakibat pengaruh dari XL dan XC ditiadakan (dalam kondisi ideal) paling tidak meminimalkan pengaru XL dan XC pada rangkaian. Pola seperti ini yang kemudian pada bagian berikutnya dibahas tentang penurunan nilai factor rugi-rugi daya listrik satu fasa dan tiga fasa.

16 Gambar 26. Perbedaan Sudut fasa Imaginer (+) dan (-) Berdasarkan kondisi gambar 26, menunjukkan ada lima bentuk penulisan beban pada rangkain listrik dalam bentuk bilangan komplek. Bentuk 1: Bentuk 2: Bentuk 3: Bentuk 4: Bentuk 5: z = R + jxl z = R jxc z = R z = +jxl z = jxc Terkait dengan semua pembahasan yang telah dijelaskan, selanjutnya tingal digunakan dalam analisis rangkaian listrik. Titik temunya bilangan kompleks dengan rangkaian listrik ada kosep Pasor. Pasor adalah merubah bentuk persamaan gelombang listrik ke dalam bentuk bilangan kompleks. Seperti yang dibahas pada bagian pertama, tentang gelombang listrik yang dikonversi kedalam bentuk cosinus. Berdasarkan gelombang cosnus tersebut kemudian dikonversi lagi kedalam bentuk Pasor (bilangan komplek dengan bentuk polar). Perhatikan proses konversi gelombang cosinus ke Pasor pada persamaan dan Vm cos(ωt ± θ) = Vm ± θ Im cos(ωt ± θ) = Im ± θ

17 Berdasarkan persamaan selanjutnya proses menganalisis rangkaian dapat dilakukan dengan metode-metode penghitungan seperti node, super node, mesh, dan super mesh. Perubahan bentuk sumber listrik AC baik arus maupun tegangan sudah menjadi bentuk bilangan komplek. Demikian juga dengan beban-beban listrik yang telah dibahas menjadi bentuk bilangan kompleks. Sehingga dari bentuk rangkain dapat disusun persamaan matematis dalam bentuk persamaan bilangan kompleks. Sehingga dapat didefinisikan dalam bentuk hokum ohm pada rangkaian AC pada persamaan V(t) = I(t) Z Dimana z adalah impedansi dari beban listrik dalam lima bentuk bilangan kompleks yang sudah didefinisikan. Demikian semua metode penyelesaian analisi rangkaian dc dapat juga digunakan dengan menggunakan konsep hokum ohm pada persamaan Daya pada rangkaian listrik arus bolak balik 1 fasa Daaya pada rangkaian listrik bolak balik satu fasa dapat dinyatakan dengan persamaan 2.17 berikut ini: P(t) = v(t). i(t) Dimana v(t) = Vm cos(ωt + θ v ) dan i(t) = Im cos(ωt + θ i ). Perkalian tegangan dalam kawasan waktu dan arus dalam kawsan waktu pada listrik AC adalah daya listrik dalam kawasan waktu. Daya adalah energi yang terpakai pada rangkaian listrik tertutup. Sehingga dapat diuraikan persamaan P(t) = Vm cos(ωt + θ v ) Im cos(ωt + θ i ) = Vm. Im cos(ωt + θ v ) cos(ωt + θ i ) Dengan menggunakan persamaan trigonometri : cos A. cosb = 1 [cos(a B) + cos (A + B)] 2 Berdasarkan persamaan trigonometri tersebut diperoleh persamaan daya sesaat (persamaan 2.18) : P(t) = 1 2 Vm. Im[cos{(ωt + θ v) (ωt + θ i )} + cos{(ωt + θ v ) (ωt + θ i )}] = 1 2 Vm. Im[cos(θ v θ i ) + cos( 2ωt + θ v + θ i )]

18 Daya rata-rata didefinisikan sebagai energi listrik dalam rentang satu periode dibagi dengan interval waktu yang sama dengan periode. Dedifinisi tersebut disusun dalam persamaan matematis sebagai berikut (persamaan 2.19): P = 1 T T p(t) 0 Persamaan 2.18 disubsitusikan ke persamaan diperoleh: P = 1 T T 1 2 Vm. Im[cos(θ v θ i ) + cos( 2ωt + θ v + θ i )] dt 0 = 1 T T 1 Vm. Im cos(θ 2 v θ i ) dt + 1 T T = 1 Vm. Im cos(θ 2 v θ i ) 1 T T 0 dt T T Vm. Im cos cos( 2ωt + θ v + θ i )dt + 1 T 1 Vm. Im cos cos( 2ωt + θ 0 2 v + θ i ) dt = 1 Vm. Im cos(θ 2 v θ i ) + 1 T 1 Vm. Im cos cos( 2ωt + θ 0 2 v + θ i ) dt Perhatikan persamaan 2.19 tersebut denga seksama, ada dua bagian yang dipisahkan dengan tanda plus. Bagian pertama 1 2 Vm. Im cos(θ v θ i ) bersifat konstanta dan bagian kedua 1 T T Vm. Im cos cos( 2ωt + θ v + θ i ) dt bersifat gelombang sinusoida. Pada bagian kedua, daya rata-rata yang memenuhinya menjadi hilang karena pada rentang satu periode ada sisi gelombang positif dan gelombang negatif dengan sifat saling meniadakan. Berdasarkan kondisi tersebut maka daya listrik arus AC (persamaan 2.20). P = 1 2 Vm. Im cos(θ v θ i ) Dengan menggunakan konsep pasor diagram ditulis menjadi persamaan: P = 1 2 Vm. Im (θ v θ i ) Apabila terjadi perbedaan fasa antara θ v θ i = 90, P = 1 Vm. Im 90 2

19 P = 1 Vm. Im cos 90 = 0 2 Saat sudut fasa arus dan tegangan berdempet sehinggan θ v θ i = 0. Sehingga Jadi dapat disimpulkan bahwa daya listrik AC dapat ditulis dengan P = 1 Vm. Im cos 0 2 = 1 Vm. Im 2 5. Arus, tegangan, dan daya pada rangkaian listrik arus bolak balik 3 fasa Sesunguhnya arus dan tegangan listrik AC tiga fasa, Pada arus listrik AC masing - masing i(t) R = Im cos(ωt) = Im 0 i(t) S = Im cos(ωt + 120) = Im 120 i(t) T = Im cos(ωt 120) = Im 120 Pada tegangan listrik juga demikian sehingga di peroleh tegangan masing-masing: v(t) R = Vm cos(ωt) = Vm 0 v(t) S = Vm cos(ωt + 120) = Vm 120 v(t) T = Vm cos(ωt 120) = Vm 120 Rangkuman Gelombang listrik pada dasarnya berbentuk sinusoida dengan persamaan: v(t) = V m sin ωt Gelombang listrik sebaiknya direpresentasikan dalam bentuk cosinus, sehingga perlu proses konversi. Untuk mengkonversinya mengkuti persamaan trigonometri berikut ini. sin(ωt ± 180 o ) = sin ωt cos(ωt ± 180 o ) = cos ωt

20 sin(ωt ± 90 o ) = ± cos ωt cos(ωt ± 90 o ) = sin ωt Ada tiga bentuk yang 1). bentuk pertama Vm sin(ωt ± θ) konversi dengan menambah sudut fasa dengan 90 2).bentuk kedua Vm sin(ωt ± θ), konversi dengan menambah sudut fasa dengan 90 3) Bentuk ketiga Vm cos(ωt ± θ), konversi dengan menambah sudut fasa dengan ±180 Berdasarkan persamaan trigometri, dan bentuk-bentuk sinusoida, dapat dikonversi hingga memperoleh gelombang listrik AC dengan persamaan cosinus seperti berikut ini. v(t) = Vm cos(ωt ± θ) i(t) = Im cos(ωt ± θ) Persamaan tegangan sesaat adalah Persamaan tegangan sesaat adalah Ditetapkan bahwa: 1 radian = 57,2958 derajat Persamaan tegangan rata-rata adalah Persamaan arus rata-rata adalah Persamaan tegangan effektif adalah Persamaan arus effektif adalah v(sesaat) = Vm cos(θ (sesaat) ) i(sesaat) = Im cos(θ (sesaat) ) v τ = i τ = 2. Vm π 2. Im π V eff = Vm 2

21 I eff = Im 2 Bilangan komplek adalah bilangan yang terdiri dari bilangan real dan bilangan imajiner. Bilangan imajiner terdiri dari 4 bentuk Bentuk umum z = a ± jb Bentuk polar z = r θ Bentuk rectangular z = r (cos θ + j sin θ ) Bentuk eksponensial z = r. e jθ Perubahan bentuk-bentuk tersebut pada dasarnya hanyalah perubahan dalam bentuk umum (rektanggular) ke bentuk polar. Perubahan bentuk tersebut berdasarkan. Dimana r adalah nilai pithagoras a dan b. sehingga r = a 2 + b 2 dan sudut θ adalah archus tangen dari b/a sehingga didapatkan persamaan θ = tan 1 ( b a ) Perhatikan bentuk-bentuk persamaan ada nilai imajiner 1 = j, sehingga berlaku j = 1 j 2 = 1 j 3 = j j 4 = 1 Operasional bilangan kompleks dikelompokkan berdasarkan bentuk agar mempermudah dalam proses penghitungannya. Bentuk umum digunakan untuk proses penjumlahan dan pengurangan Bentuk polar digunakan untuk proses perkalian dan pembagian Rangkaian listrik komponen beban terdiri dari R-L-C. Rangkain listrik AC, menjadikan nilai masing-masing menjadi XR-XL-XC. Perubahan nilai tersebut bertujuan agar bentuk-bentuk persamaan dapat berbentuk impendansi yang menggunakan persamaan matematika kompleks sehingga terdiri dari lima bentuk impedansi persamaan bilangan kompleks Bentuk 1: z = R + jxl Bentuk 2: z = R jxc Bentuk 3: z = R Bentuk 4: z = +jxl

22

Applikasi Bil. Komplek pada Teknik Elektro

Applikasi Bil. Komplek pada Teknik Elektro Modul II Applikasi Bil. Komplek pada Teknik Elektro Tujuan : 1. Mahasiswa dapat melakukan operasi perkalian dan pembagian bilangan kompleks 2. Mahasiswa bisa mengunakan kalkulator untuk mengkonversi bentuk

Lebih terperinci

Rangkaian Listrik Arus dan Tegangan AC Sinusoidal dan Phasor

Rangkaian Listrik Arus dan Tegangan AC Sinusoidal dan Phasor Rangkaian Listrik Arus dan Tegangan AC Sinusoidal dan Phasor Alexander Sadiku edited by Agus Virgono Ir. MT. & Randy E. Saputra Prodi S1-Sistem Komputer Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom - 2016

Lebih terperinci

TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK

TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK 1.Pengertian Tegangan dan Arus Listrik Bolak-Balik Yang dimaksud dengan arus bolsk-balik ialah arus listrik yang arah serta besarnya berubah berkala,menurut suatu cara tertentu.hal

Lebih terperinci

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK Arus bolak-balik atau Alternating Current (AC) yaitu arus listrik yang besar dan arahnya yang selalu berubah-ubah secara periodik. 1. Sumber Arus Bolak-balik Sumber arus bolak-balik

Lebih terperinci

Analisis Sinusoida. Dibuat Oleh : Danny Kurnianto Diedit oleh : Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

Analisis Sinusoida. Dibuat Oleh : Danny Kurnianto Diedit oleh : Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto Analisis Sinusoida Dibuat Oleh : Danny Kurnianto Diedit oleh : Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto 1. Fungsi Pemaksa Sinusoida 1.1 Karakteristik sinusoida Kita

Lebih terperinci

ARUS BOLAK BALIK. I m v. Gambar 1. Diagram Fasor (a) arus, (b) tegangan. ωt X(0 o )

ARUS BOLAK BALIK. I m v. Gambar 1. Diagram Fasor (a) arus, (b) tegangan. ωt X(0 o ) ARUS BOLAK BALIK Dalam kehidupan sehari-hari kita jumpai alat-alat seperti dinamo sepeda dan generator. Kedua alat tersebut merupakan sumber arus dan tegangan listrik bolak-balik. Arus bolak-balik atau

Lebih terperinci

Untai Elektrik I. Waveforms & Signals. Dr. Iwan Setyawan. Fakultas Teknik Universitas Kristen Satya Wacana. Untai 1. I. Setyawan.

Untai Elektrik I. Waveforms & Signals. Dr. Iwan Setyawan. Fakultas Teknik Universitas Kristen Satya Wacana. Untai 1. I. Setyawan. Untai Elektrik I Waveforms & Signals Dr. Iwan Setyawan Fakultas Teknik Universitas Kristen Satya Wacana Secara umum, tegangan dan arus dalam sebuah untai elektrik dapat dikategorikan menjadi tiga jenis

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

FASOR DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASAR RANGKAIAN LISTRIK

FASOR DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASAR RANGKAIAN LISTRIK FASO DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASA ANGKAIAN LISTIK 1. Fasor Fasor adalah grafik untuk menyatakan magnituda (besar) dan arah (posisi sudut). Fasor utamanya digunakan untuk menyatakan gelombang sinus

Lebih terperinci

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK.

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. Arus Bolak-balik RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. Dalam pembahasan yang terdahulu telah diketahui bahwa generator arus bolakbalik sebagai sumber tenaga listrik yang mempunyai GGL : E E sinω t Persamaan di atas

Lebih terperinci

MODUL 1 PRINSIP DASAR LISTRIK

MODUL 1 PRINSIP DASAR LISTRIK MODUL 1 PINSIP DASA LISTIK 1.Dua Bentuk Arus Listrik Penghasil Energi Listrik o o Arus listrik bolak-balik ( AC; alternating current) Diproduksi oleh sumber tegangan/generator AC Arus searah (DC; direct

Lebih terperinci

Menganalisis rangkaian listrik. Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik

Menganalisis rangkaian listrik. Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik Menganalisis rangkaian listrik Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik Listrik berasal dari kata elektron yang berarti batu ambar. Jika sebuah batu ambar digosok dengan kain sutra, maka batu akan dapat

Lebih terperinci

Arus Bolak Balik. Arus Bolak Balik. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

Arus Bolak Balik. Arus Bolak Balik. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Materi 1 Sumber arus bolak-balik (alternating current, AC) 2 Resistor pada rangkaian AC 3 Induktor

Lebih terperinci

Daya Rangkaian AC [2]

Daya Rangkaian AC [2] Daya Rangkaian AC [2] Slide-11 Ir. Agus Arif, MT Semester Gasal 2016/2017 1 / 16 Materi Kuliah 1 Nilai Efektif Tegangan & Arus Efektif Nilai Efektif Gelombang Berkala Nilai RMS Gelombang Sinusoidal Nilai

Lebih terperinci

Fungsi dan Sinyal. Slide : Tri Harsono PENS - ITS. 1 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS

Fungsi dan Sinyal. Slide : Tri Harsono PENS - ITS. 1 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS Fungsi dan Sinyal Slide : Tri Harsono PENS - ITS 1 Kelas Fungsi (Jenis Fungsi) Ada3 kelas dari fungsi: A. Fungsi Periodik, B. Fungsi Non Periodik, C. Fungsi Random 2 A. Fungsi Periodik Suatu fungsi f(t)

Lebih terperinci

Analisis Ajeg dari Sinusoidal

Analisis Ajeg dari Sinusoidal Analisis Ajeg dari Sinusoidal Slide-08 Ir. Agus Arif, MT Semester Gasal 2016/2017 1 / 23 Materi Kuliah 1 Karakteristik Sinusoid Bentuk Umum Pergeseran Fase Sinus Kosinus 2 Tanggapan Paksaan thdp Sinusoid

Lebih terperinci

MATERI 4 MATEMATIKA TEKNIK 1 DERET FOURIER

MATERI 4 MATEMATIKA TEKNIK 1 DERET FOURIER MATERI 4 MATEMATIKA TEKNIK 1 DERET FOURIER 1 Deret Fourier 2 Tujuan : 1. Dapat merepresentasikan seluruh fungsi periodik dalam bentuk deret Fourier. 2. Dapat memetakan Cosinus Fourier, Sinus Fourier, Fourier

Lebih terperinci

MODUL FISIKA. TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN

MODUL FISIKA. TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN MODUL ISIKA TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. SUMBER TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK Sumber tegangan bolak-balik

Lebih terperinci

BAB 1. RANGKAIAN LISTRIK

BAB 1. RANGKAIAN LISTRIK BAB 1. RANGKAIAN LISTRIK Rangkaian listrik adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang saling dihubungkan dengan cara-cara tertentu dan paling sedikit mempunyai satu lintasan tertutup. Elemen

Lebih terperinci

Fasor adalah bilangan kompleks yang merepresentasikan besaran atau magnitude dan fasa fungsi sinusoidal dari waktu. Sebuah rangkaian yang dapat dijelaskan dengan menggunakan fasor disebut berada dalam

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN ARUS BOLAK BALIK

SOAL DAN PEMBAHASAN ARUS BOLAK BALIK SOAL DAN PEMBAHASAN ARUS BOLAK BALIK Berikut ini ditampilkan beberapa soal dan pembahasan materi Fisika Listrik Arus Bolak- Balik (AC) yang dibahas di kelas 12 SMA. (1) Diberikan sebuah gambar rangkaian

Lebih terperinci

KONVERTER AC-DC (PENYEARAH)

KONVERTER AC-DC (PENYEARAH) KONVERTER AC-DC (PENYEARAH) Penyearah Setengah Gelombang, 1- Fasa Tidak terkontrol (Uncontrolled) Beban Resistif (R) Beban Resistif-Induktif (R-L) Beban Resistif-Kapasitif (R-C) Terkontrol (Controlled)

Lebih terperinci

Arus & Tegangan bolak balik(ac)

Arus & Tegangan bolak balik(ac) Arus & Tegangan bolak balik(ac) Dede Djuhana E-mail:dede@fisika.ui.ac.id Departemen Fisika FMIPA-UI 0-0 Pendahuluan Arus dan Tegangan AC Arus dan tegangan bolak balik adalah arus yang dihasilkan oleh sebuah

Lebih terperinci

ARUS BOLAK-BALIK Pertemuan 13/14 Fisika 2

ARUS BOLAK-BALIK Pertemuan 13/14 Fisika 2 ARUS BOLAK-BALIK Pertemuan 13/14 Fisika 2 Arus bolak-balik adalah arus yang arahnya berubah secara bergantian. Bentuk arus bolakbalik yang paling sederhana adalah arus sinusoidal. Tegangan yang mengalir

Lebih terperinci

Penerapan Bilangan Kompleks pada Rangkaian RLC

Penerapan Bilangan Kompleks pada Rangkaian RLC Penerapan Bilangan Kompleks pada Rangkaian RLC Hishshah Ghassani - 354056 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 0 Bandung 403, Indonesia

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaryatno Sudirham Studi Mandiri Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral 2 Darpublic BB 7 Gabungan Fungsi Sinus 7.1. Fungsi Sinus Dan Cosinus Banyak peristiwa terjadi secara siklis sinusoidal, seperti

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

BAB 1. RANGKAIAN LISTRIK

BAB 1. RANGKAIAN LISTRIK BAB 1. RANGKAIAN LISTRIK Rangkaian listrik adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang saling dihubungkan dengan cara-cara tertentu dan paling sedikit mempunyai satu lintasan tertutup. Elemen

Lebih terperinci

BILANGAN KOMPLEKS. Dimana cara penyelesaiannya dengan menggunakan rumus abc, yang menghasilkan dua akar sekaligus ..(4)

BILANGAN KOMPLEKS. Dimana cara penyelesaiannya dengan menggunakan rumus abc, yang menghasilkan dua akar sekaligus ..(4) BILANGAN KOMPLEKS A. Pengertian Bilangan Kompleks Himpunan bilangan yang terbesar di dalam matematika adalah himpunan bilangan komleks. Himpunan bilangan riil yang kita pakai sehari-hari merupakan himpunan

Lebih terperinci

SIGNAL & SPECTRUM O L E H : G U TA M A I N D R A. Rangkaian Elektrik Prodi Teknik Elektro Fakultas Teknik 2017

SIGNAL & SPECTRUM O L E H : G U TA M A I N D R A. Rangkaian Elektrik Prodi Teknik Elektro Fakultas Teknik 2017 SIGNAL & SPECTRUM O L E H : G U TA M A I N D R A Rangkaian Elektrik Prodi Teknik Elektro Fakultas Teknik 2017 TUJUAN PERKULIAHAN Memahami berbagai pernyataan gelombang sinyal Memahami konsep harmonisa

Lebih terperinci

Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif

Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif Resonansi paralel sederhana (rangkaian tank ) Kondisi resonansi akan terjadi pada suatu rangkaian tank (tank circuit) (gambar 1) ketika reaktansi dari kapasitor dan induktor bernilai sama. Karena rekatansi

Lebih terperinci

OPTIMISASI Minimisasi Rugi-rugi Daya pada Saluran

OPTIMISASI Minimisasi Rugi-rugi Daya pada Saluran OPTIMISASI Minimisasi ugi-rugi Daya pada Saluran Oleh : uriman Anthony, ST. MT ugi-rugi daya pada saluran ugi-rugi pada saluran transmisi dan distribusi dipengaruhi oleh besar arus pada beban yang melewati

Lebih terperinci

ARUS DAN TEGANGAN BOLAK- BALIK

ARUS DAN TEGANGAN BOLAK- BALIK AUS DAN TEGANGAN BOLAK- BALK FSKA SMK PEGUUAN CKN Formulasi arus dan tegangan bolak-balik e e sin wt or v v sin wt Persamaan e and v di atas sesuai dengan persamaan simpangan pada gerak harmonik sederhanan,

Lebih terperinci

20 kv TRAFO DISTRIBUSI

20 kv TRAFO DISTRIBUSI GENERATOR SINKRON Sumber listrik AC dari Pusat listrik PEMBANGKIT 150 k INDUSTRI PLTA PLTP PLTG PLTU PLTGU TRAFO GI 11/150 k TRAFO GI 150/20 k 20 k 20 k 220 BISNIS RUMAH TRAFO DISTRIBUSI SOSIAL PUBLIK

Lebih terperinci

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu dan kompeten, mengenai : Bilangan kompleks Operasi bilangan kompleks Aplikasi bilangan kompleks dalam

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu dan kompeten, mengenai : Bilangan kompleks Operasi bilangan kompleks Aplikasi bilangan kompleks dalam BILANGAN KOMPLEKS 1 Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu dan kompeten, mengenai : Bilangan kompleks Operasi bilangan kompleks Aplikasi bilangan kompleks dalam rangkaian elektronika Tegangan, arus

Lebih terperinci

Arus dan Tegangan Listrik Bolak-balik

Arus dan Tegangan Listrik Bolak-balik Arus dan Tegangan Listrik Bolak-balik Arus dan tegangan bolak-balik (AC) yaitu arus dan tegangan yang besar dan arahnya berubah terhadap waktu secara periodik. A. Nilai Efektif, Nilai Maksimum dan Nilai

Lebih terperinci

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR I.1. MUATAN ELEKTRON Suatu materi tersusun dari berbagai jenis molekul. Suatu molekul tersusun dari atom-atom. Atom tersusun dari elektron (bermuatan negatif), proton

Lebih terperinci

Kondisi seperti tersebut dapat dikatakan bahwa antara flux (Ф) dan tegangan (e) terdapat geseran fasa sebesar π / 2 radian atau 90 o.

Kondisi seperti tersebut dapat dikatakan bahwa antara flux (Ф) dan tegangan (e) terdapat geseran fasa sebesar π / 2 radian atau 90 o. Bila dua buah gelombang dengan persamaan Ф = Фm cos ωt dan e = Em sin ωt dilukiskan secara bersama dalam satu susunan sumbu Cartesius seperti pada Gambar 1, maka terlihat bahwa kedua gelombang tersebut

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Listrik Arus Bolak Balik - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0699 Version: 2011-12 halaman 1 01. Suatu sumber tegangan bolak-balik menghasilkan tegangan sesuai dengan fungsi: v =140

Lebih terperinci

Phasor dan Impedans. Slide-09. Ir. Agus Arif, MT. Semester Gasal 2016/2017

Phasor dan Impedans. Slide-09. Ir. Agus Arif, MT. Semester Gasal 2016/2017 Phasor dan Slide-09 Ir. Agus Arif, MT Semester Gasal 2016/2017 1 / 23 Materi Kuliah 1 Phasor Frekuensi Komplex Definisi Phasor Transformasi Phasor Hubungan Tegangan-Arus Hukum Ohm dan Kirchhoff Rangkaian

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika Listrik Arus Bolak-balik - Soal Doc. Name: RK13AR12FIS0401 Version: 2016-12 halaman 1 01. Suatu sumber tegangan bolak-balik menghasilkan tegangan sesuai dengan fungsi

Lebih terperinci

Bab I. Bilangan Kompleks

Bab I. Bilangan Kompleks Bab I Bilangan Kompleks Himpunan bilangan yang terbesar di dalam matematika adalah himpunan bilangan kompleks. Himpunan bilangan real yang kita pakai sehari-hari merupakan himpunan bagian dari himpunan

Lebih terperinci

Sumber AC dan Fasor. V max. time. Sumber tegangan sinusoidal adalah: V( t) V(t)

Sumber AC dan Fasor. V max. time. Sumber tegangan sinusoidal adalah: V( t) V(t) Mengapa AC? Dapat diproduksi secara langsung dari generator Dapat dikontrol oleh komponen elektronika seperti resistor, kapasitor, dan induktor Tegangan maksimumdapat diubah secara mudah dengan trafo Frekuensi

Lebih terperinci

09. Pengukuran Besaran Listrik JEMBATAN ARUS BOLAK BALIK

09. Pengukuran Besaran Listrik JEMBATAN ARUS BOLAK BALIK 09. Pengukuran Besaran Listrik JEMBATAN ARUS BOLAK BALIK 9.1 Pendahuluan Jembatan arus bolak balik bentuk dasarnya terdiri dari : - empat lengan jembatan - sumber eksitasi dan - sebuah detektor nol Pada

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam)

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam) Kumpulan Soal Fisika Dasar II Universitas Pertamina (16-04-2017, 2 jam) Materi Hukum Biot-Savart Hukum Ampere GGL imbas Rangkaian AC 16-04-2017 Tutorial FiDas II [Agus Suroso] 2 Hukum Biot-Savart Hukum

Lebih terperinci

GETARAN DAN GELOMBANG

GETARAN DAN GELOMBANG GEARAN DAN GELOMBANG Getaran dapat diartikan sebagai gerak bolak balik sebuah benda terhadap titik kesetimbangan dalam selang waktu yang periodik. Dua besaran yang penting dalam getaran yaitu periode getaran

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryatno Sudirham Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik () BAB 4 Model Piranti Pasif Suatu piranti mempunyai karakteristik atau perilaku tertentu.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET RANGKAIAN LISTRIK. Pengaruh Frekuensi Terhadap Beban Semester I

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET RANGKAIAN LISTRIK. Pengaruh Frekuensi Terhadap Beban Semester I Revisi : 01 Tgl : 1 Maret 2008 Hal 1 dari 5 A. Kompetensi Menggambarkan pengaruh frekuensi terhadap beban R-L, R-C seri. B. Sub Kompetensi 1. Menyebutkan pengaruh frekuensi terhadap tegangan V R, V L,

Lebih terperinci

ANALISIS RANGKAIAN RLC

ANALISIS RANGKAIAN RLC ab Elektronika ndustri Fisika. AUS A PADA ESSTO ANASS ANGKAAN Jika sebuah resistor dilewati arus A sebesar maka pada resistor akan terdapat tegangan sebesar r. Sehingga jika arus membesar maka tegangan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET RANGKAIAN LISTRIK. Pengaruh Frekuensi Terhadap Beban Semester I

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET RANGKAIAN LISTRIK. Pengaruh Frekuensi Terhadap Beban Semester I Revisi : 01 Tgl : 1 Maret 2008 Hal 1 dari 5 A. Kompetensi Menggambarkan pengaruh frekuensi terhadap beban R-L, R-C parallel. B. Sub Kompetensi 1. Menyebutkan pengaruh frekuensi terhadap arus I R, I L,

Lebih terperinci

RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC

RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC ESONANSI PADA ANGKAIAN LC A. Tujuan 1. Mengamati adanya gejala resonansi dalam rangkaian arus bolaik-balik.. Mengukur resonansi pada rangkaian seri LC 3. Menggambarkan lengkung resonansi pada rangkaian

Lebih terperinci

Rangkaian Arus Bolak Balik. Rudi Susanto

Rangkaian Arus Bolak Balik. Rudi Susanto Rangkaian Arus Bolak Balik Rudi Susanto Arus Searah Arahnya selalu sama setiap waktu Besar arus bisa berubah Arus Bolak-Balik Arah arus berubah secara bergantian Arus Bolak-Balik Sinusoidal Arus Bolak-Balik

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Mata Pelajaran : Dasar dan Pengukuran Listrik KD No. : 3.8 dan 4.8 Kelas/Semester : X/2 (dua) Materi Pokok : Rangkaian Arus Bolak-Balik Alokasi Waktu : 4 x 10 JP

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 6 Penyearah Gelombang menggunakan SCR

Mekatronika Modul 6 Penyearah Gelombang menggunakan SCR Mekatronika Modul 6 Penyearah Gelombang menggunakan SCR Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan mengidentifikasi penyearah gelombang menggunakan Silicon Controlled Rectifier (SCR) Tujuan Bagian

Lebih terperinci

1. Alat Ukur Arus dan Tegangan

1. Alat Ukur Arus dan Tegangan 1. lat Ukur rus dan Tegangan lat ukur tegangan, araus dan hambatan listrik baik untuk DC maupun C dibuat menjadi satu alat ukur saja. lat ukur ini dikenal dengan nama VO-meter singkatan dari mpere, olt

Lebih terperinci

Rangkaian Arus Bolak-Balik. Balik (Rangkaian AC) Pendahuluan. Surya Darma, M.Sc Departemen Fisika Universitas Indonesia

Rangkaian Arus Bolak-Balik. Balik (Rangkaian AC) Pendahuluan. Surya Darma, M.Sc Departemen Fisika Universitas Indonesia Rangkaian Arus Bolak-Balik Balik (Rangkaian A) Surya Darma, M.Sc Departemen Fisika Universitas ndonesia Pendahuluan Akhir abad 9 Nikola esla dan George Westinghouse memenangkan proposal pendistribusian

Lebih terperinci

SOAL SOAL TERPILIH 1. maksimum dan arus efektif serta frekuensinya?

SOAL SOAL TERPILIH 1. maksimum dan arus efektif serta frekuensinya? SOAL SOAL TERPILIH 1 1. Amplitudo arus dalam sebuah elemen pesawat radio adalah 250 A bila amplitudo tegangannya 3,6 V pada frekuensi 1,6 MHz. Berapakah besarnya arus dan tegangan efektifnya? 2. Hair dryer

Lebih terperinci

Generator menghasilkan energi listrik. Sumber: Dokumen Penerbit, 2006

Generator menghasilkan energi listrik. Sumber: Dokumen Penerbit, 2006 7 AUS DAN TEGANGAN LISTIK BOLAK-BALIK Generator menghasilkan energi listrik. Sumber: Dokumen Penerbit, 006 Sebagian besar energi listrik yang digunakan sekarang dihasilkan oleh generator listrik dalam

Lebih terperinci

SINYAL SISTEM SEMESTER GENAP S1 SISTEM KOMPUTER BY : MUSAYYANAH, MT

SINYAL SISTEM SEMESTER GENAP S1 SISTEM KOMPUTER BY : MUSAYYANAH, MT 1 SINYAL SISTEM SEMESTER GENAP S1 SISTEM KOMPUTER BY : MUSAYYANAH, MT List Of Content 2 Pengertian Sinyal Pengertian Sistem Jenis-Jenis Sinyal dan Aplikasinya Pengertian Sinyal 3 sinyal adalah suatu isyarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Suatu sistem tenaga listrik dikatakan ideal jika bentuk gelombang arus yang dihasilkan dan bentuk gelombang tegangan yang disaluran ke konsumen adalah gelombang sinus murni.

Lebih terperinci

Gambar 1. Bentuk sebuah tali yang direnggangkan (a) pada t = 0 (b) pada x=vt.

Gambar 1. Bentuk sebuah tali yang direnggangkan (a) pada t = 0 (b) pada x=vt. 1. Pengertian Gelombang Berjalan Gelombang berjalan adalah gelombang yang amplitudonya tetap. Pada sebuah tali yang panjang diregangkan di dalam arah x di mana sebuah gelombang transversal sedang berjalan.

Lebih terperinci

GERAK HARMONIK. Pembahasan Persamaan Gerak. untuk Osilator Harmonik Sederhana

GERAK HARMONIK. Pembahasan Persamaan Gerak. untuk Osilator Harmonik Sederhana GERAK HARMONIK Pembahasan Persamaan Gerak untuk Osilator Harmonik Sederhana Ilustrasi Pegas posisi setimbang, F = 0 Pegas teregang, F = - k.x Pegas tertekan, F = k.x Persamaan tsb mengandung turunan terhadap

Lebih terperinci

PENYEARAH ARUS S1 INFORMATIKA ST3 TELKOM PURWOKERTO

PENYEARAH ARUS S1 INFORMATIKA ST3 TELKOM PURWOKERTO PENYEARAH ARUS S1 INFORMATIKA ST3 TELKOM PURWOKERTO 1. Gelombang Sinus Bentuk gelombang sinus ditunjukkan seperti pada Gambar dibawah ini. Gelombang sinus tersebut sesuai dengan persamaan v = p sin θ dimana

Lebih terperinci

SOLUSI PR-08 (Thyristor dan UJT)

SOLUSI PR-08 (Thyristor dan UJT) SOLUSI PR-08 (Thyristor dan UJT) SOAL- Tinjau rangkaian listrik di bawah ini. Sumber tegangan V i (t) = V m sin ωt merupakan tegangan jala-jala listrik (PLN) di mana Vm = 220 2 volt, dan RL mewakili resistansi

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 213 www.darpublic.com 7. Gabungan Fungsi Sinus 7.1. Fungsi Sinus Dan Cosinus Banak peristiwa terjadi secara siklis sinusoidal, seperti misalna gelombang cahaa, gelombang radio pembawa,

Lebih terperinci

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr Gelombang A. PENDAHULUAN Gelombang adalah getaran yang merambat. Gelombang merambat getaran tanpa memindahkan partikel. Partikel hanya bergerak di sekitar titik kesetimbangan. Gelombang berdasarkan medium

Lebih terperinci

DIODA SEBAGAI PENYEARAH (E.1) I. TUJUAN Mempelajari sifat dan penggunaan dioda sebagai penyearah arus.

DIODA SEBAGAI PENYEARAH (E.1) I. TUJUAN Mempelajari sifat dan penggunaan dioda sebagai penyearah arus. DIODA SEBAGAI PENYEARAH (E.1) I. TUJUAN Mempelajari sifat dan penggunaan dioda sebagai penyearah arus. II. DASAR TEORI 2.1 Pengertian Dioda Dioda adalah komponen aktif bersaluran dua (dioda termionik mungkin

Lebih terperinci

METODE NUMERIK PADA RANGKAIAN RLC SERI MENGGUNAKAN VBA EXCEL Latifah Nurul Qomariyatuzzamzami 1, Neny Kurniasih 2

METODE NUMERIK PADA RANGKAIAN RLC SERI MENGGUNAKAN VBA EXCEL Latifah Nurul Qomariyatuzzamzami 1, Neny Kurniasih 2 METODE NUMERIK PADA RANGKAIAN RLC SERI MENGGUNAKAN VBA EXCEL Latifah Nurul Qomariyatuzzamzami 1, Neny Kurniasih 2 1,2 Departemen Fisika, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 40132 latifah_zamzami@yahoo.co.id

Lebih terperinci

OSILASI ELEKTROMAGNETIK & ARUS BOLAK-BALIK

OSILASI ELEKTROMAGNETIK & ARUS BOLAK-BALIK OSILASI ELEKTROMAGNETIK & ARUS BOLAK-BALIK 1 Last Time Induktansi Diri 2 Induktansi Diri Menghitung: 1. Asumsikan arus I mengalir 2. Hitung B akibat adanya I tersebut 3. Hitung fluks akibat adanya B tersebut

Lebih terperinci

TUJUAN ALAT DAN BAHAN

TUJUAN ALAT DAN BAHAN TUJUAN 1. Mengetahui prinsip penyearah setengah gelombang tanpa menggunakan kapasitor 2. Mengetahui prinsip penyearah setengah gelombang menggunakan kapasitor. ALAT DAN BAHAN 1. Dioda 1N4007 1 buah 2.

Lebih terperinci

INDUKSI EM DAN HUKUM FARADAY; RANGKAIAN ARUS BOLAK BALIK

INDUKSI EM DAN HUKUM FARADAY; RANGKAIAN ARUS BOLAK BALIK MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-1 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-13 CAKUPAN MATERI 1. INDUKTANSI. ENERGI TERSIMPAN DALAM MEDAN MAGNET 3. RANGKAIAN AC DAN IMPEDANSI 4. RESONANSI

Lebih terperinci

TEGANGAN EFFECTIVE (RMS), PEAK DAN PEAK-TO-PEAK

TEGANGAN EFFECTIVE (RMS), PEAK DAN PEAK-TO-PEAK TEGANGAN EFFECTIVE (RMS), PEAK DAN PEAK-TO-PEAK ELEKTRONIKA ANALOG (5TEMA) Dosen: Mujahidin Oleh: Lina (1221011) PRODI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM DESEMBER

Lebih terperinci

BILANGAN KOMPLEKS. 1. Bilangan-Bilangan Real. 2. Bilangan-Bilangan Imajiner. 3. Bilangan-Bilangan Kompleks

BILANGAN KOMPLEKS. 1. Bilangan-Bilangan Real. 2. Bilangan-Bilangan Imajiner. 3. Bilangan-Bilangan Kompleks BILANGAN KOMPLEKS 1. Bilangan-Bilangan Real Sekumpulan bilangan-bilangan real yang dapat menempati seluruh titik pada garis lurus, hal ini dinamakan garis bilangan real seperti pada Gambar 1. Operasi penjumlahan,

Lebih terperinci

1. Penyearah 1 Fasa Gelombang Penuh Terkontrol Beban R...1

1. Penyearah 1 Fasa Gelombang Penuh Terkontrol Beban R...1 DAFTA ISI. Penyearah Fasa Gelobang Penuh Terkontrol Beban..... Cara Kerja angkaian..... Siulasi Matlab...7.3. Hasil Siulasi.... Penyearah Gelobang Penuh Terkontrol Beban -L..... Cara Kerja angkaian.....

Lebih terperinci

PERCOBAAN I KARAKTERISTIK SINYAL AC

PERCOBAAN I KARAKTERISTIK SINYAL AC PERCOBAAN I KARAKTERISTIK SINYAL AC Tujuan : Mengetahui bentuk sinyal sinusoida, persegi ataupun segitiga Memahami karakteristik sinyal sinusoida, persegi ataupun segitiga Mengetahui perbedaan tegangan

Lebih terperinci

Ukuran Sudut. Perbandingan trigonometri. 1 putaran = 360 derajat (360 ) = 2π radian. Catatan:

Ukuran Sudut. Perbandingan trigonometri. 1 putaran = 360 derajat (360 ) = 2π radian. Catatan: Ukuran Sudut 1 putaran = 360 derajat (360 ) = 2π radian Perbandingan trigonometri Catatan: Sin = sinus Cos = cosinus Tan/Tg = tangens Sec = secans Cosec/Csc = cosecans Cot/Ctg = cotangens Dari gambar tersebut

Lebih terperinci

[Listrik Dinamis] Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika Kelas X Semester 2 Waktu : 48 x 45 menit UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA NAMA ANGGOTA :

[Listrik Dinamis] Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika Kelas X Semester 2 Waktu : 48 x 45 menit UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA NAMA ANGGOTA : Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika Kelas X Semester 2 Waktu : 48 x 45 menit [Listrik Dinamis] NAMA ANGGOTA : IRENE TASYA ANGELIA (3215149632) SARAH SALSABILA (3215141709) SABILA RAHMA (3215141713) UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Konsep Dasar. Arus Bolak Balik (AC)

Konsep Dasar. Arus Bolak Balik (AC) Konsep Dasar Arus Bolak Balik (A) frekwensi f PN Hz 10 dimana : P = jumlah kutub magnit. N = putaran rotor permenit F = jumlah lengkap putaran perdetik.m.f (eletro motor force). 4, 44K K f Volt D dimana

Lebih terperinci

RANGKAIAN AC. 5.1 Isyarat AC Isyarat AC merupakan bentuk gelombang yang sangat penting dalam bidang elektronika. Isyarat AC biasa ditulis sebagai

RANGKAIAN AC. 5.1 Isyarat AC Isyarat AC merupakan bentuk gelombang yang sangat penting dalam bidang elektronika. Isyarat AC biasa ditulis sebagai 5 KOMPONEN DAN RANGKAIAN AC 5.1 Isyarat AC Isyarat AC merupakan bentuk gelmbang yang sangat penting dalam bidang elektrnika. Isyarat AC biasa ditulis sebagai A sin ( ω t + θ ) dimana A merupakan amplitud

Lebih terperinci

BILANGAN KOMPLEKS. Dimana cara penyelesaiannya dengan menggunakan rumus abc, yang menghasilkan dua akar sekaligus ..(4)

BILANGAN KOMPLEKS. Dimana cara penyelesaiannya dengan menggunakan rumus abc, yang menghasilkan dua akar sekaligus ..(4) BILANGAN KOMPLEKS A. Pengertian Bilangan Kompleks Himpunan bilangan yang terbesar di dalam matematika adalah himpunan bilangan komleks. Himpunan bilangan riil yang kita pakai sehari-hari merupakan himpunan

Lebih terperinci

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart 1. Hipotesis tentang gejala kelistrikan dan ke-magnetan yang disusun Maxwell ialah... a. perubahan medan listrik akan menghasilkan medan magnet b. di sekitar muatan listrik terdapatat medan listrik c.

Lebih terperinci

BAB II ARUS BOLAK BALIK (AC)

BAB II ARUS BOLAK BALIK (AC) 5 BAB II ARUS BOLAK BALIK (AC) Dalam bab ini akan dibahas mengenai arus bolak balik (alternating current) yang biasanya dihasilkan di dalam rangkaian R (Resistans), C (Kapasitans), dan L (Induktans) berphasa

Lebih terperinci

Bab 1 Pengenalan Dasar Sinyal

Bab 1 Pengenalan Dasar Sinyal Bab 1 Pengenalan Dasar Sinyal Tujuan: Siswa mampu menyelesaikan permasalahan terkait dengan konsep sinyal, menggambarkan perbedaan sinyal waktu kontinyu dengan sinyal waktu diskrit. Siswa mampu menjelaskan

Lebih terperinci

Modul I Dasar Bilangan Kompleks

Modul I Dasar Bilangan Kompleks Modul I Dasar Bilangan Kompleks Tujuan : 1. Mahasiswa dapat memahami asal bilangan kopleks dan pangkat j. Mahasiswa mampu menuliskan bilangan kompeks kedalam bentuk grafis 3. Mahasiswa mengenal bentuk-bentuk

Lebih terperinci

The Forced Oscillator

The Forced Oscillator The Forced Oscillator Behaviour, Displacement, Velocity and Frequency Apriadi S. Adam M.Sc Jurusan Fisika Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Update 5 November 2013 A.S. Adam (UIN SUKA)

Lebih terperinci

FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI

FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI Apabila suatu besaran y memiliki nilai yang tergantung dari nilai besaran lain x, maka dikatakan bahwa besaran y tersebut merupakan fungsi besaran x. secara umum ditulis: y= f(x)

Lebih terperinci

Catatan Kuliah FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi

Catatan Kuliah FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi Catatan Kuliah FI111 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi Agus Suroso update: 4 November 17 Osilasi atau getaran adalah gerak bolak-balik suatu benda melalui titik kesetimbangan. Gerak bolak-balik tersebut

Lebih terperinci

1.KONSEP SEGITIGA DAYA

1.KONSEP SEGITIGA DAYA Daya Aktif, Daya Reaktif dan Dan Pasif 1.KONSEP SEGITIGA DAYA Telah dipahami dan dianalisa tentang teori daya listrik pada arus bolak-balik, bahwa disipasi daya pada beban reaktif (induktor dan kapasitor)

Lebih terperinci

hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu ( RC )?

hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu ( RC )? 1. a. Gambarkan rangkaian pengintegral RC (RC Integrator)! b. Mengapa rangkaian RC diatas disebut sebagai pengintegral RC dan bagaimana hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Daya 2.1.1 Pengertian Daya Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan

Lebih terperinci

Osilasi Harmonis Sederhana: Beban Massa pada Pegas

Osilasi Harmonis Sederhana: Beban Massa pada Pegas OSILASI Osilasi Osilasi terjadi bila sebuah sistem diganggu dari posisi kesetimbangannya. Karakteristik gerak osilasi yang paling dikenal adalah gerak tersebut bersifat periodik, yaitu berulang-ulang.

Lebih terperinci

EL2005 Elektronika PR#03

EL2005 Elektronika PR#03 EL005 Elektronika P#03 Batas Akhir Pengumpulan : Jum at, 10 Februari 017, Jam 16:00 SOAL 1 Sebuah alat las listrik (DC welder) membutuhkan suatu penyearah yang dapat menangani arus besar dan tegangan tinggi.

Lebih terperinci

V. FUNGSI TRIGONOMETRI DAN FUNGSI INVERS TRIGONOMETRI

V. FUNGSI TRIGONOMETRI DAN FUNGSI INVERS TRIGONOMETRI V. FUNGSI TRIGONOMETRI DAN FUNGSI INVERS TRIGONOMETRI 5.1 Pendahuluan A. Tujuan Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa dapat: 1. menyebutkan definisi sinus, cosinus dan tangen dalam segitiga

Lebih terperinci

BAB II PENYEARAH DAYA

BAB II PENYEARAH DAYA BAB II PENYEARAH DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai karakteristik penyearah setengah-gelombang dan gelombang-penuh satu fasa dan tiga

Lebih terperinci

MODEL SISTEM.

MODEL SISTEM. MODEL SISTEM MESIN SEREMPAK KONTRUKSI MESIN SEREMPAK Kedua bagian utama sebuah mesin serempak adalah susunan ferromagnetik. Bagian yang diam, yang pada dasarnya adalah sebuah silinder kosong dinamakan

Lebih terperinci

RANGKAIAN RLC. I. TUJUAN 1. Untuk mengetahui sifat rangkaian RLC.

RANGKAIAN RLC. I. TUJUAN 1. Untuk mengetahui sifat rangkaian RLC. Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 155 I. TUJUAN 1. Untuk mengetahui sifat rangkaian RLC. RANGKAIAN RLC 2. Untuk mengetahui aplikasi dari rangkaian RLC 3. Untuk mengetahui pengertian dari induktansi,

Lebih terperinci

TOPIK 7 RANGKAIAN AC. Perbedaan Arus AC and DC

TOPIK 7 RANGKAIAN AC. Perbedaan Arus AC and DC TOPIK 7 RANGKAIAN AC Perbedaan Arus AC and DC Arus AC (Arus bolak balik) banyak digunakan pada kehidupan rumah maupun bisnis. Dimana kalau DC arah arusnya searah, sedangkan arus AC arusnya merupakan arus

Lebih terperinci

DAN TEGANGAN LISTRIK

DAN TEGANGAN LISTRIK 1 ARUS DAN TEGANGAN LISTRIK 1.1 Pengertian Arus Listrik (Electrical Current) Kita semua tentu paham bahwa arus listrik terjadi karena adanya aliran elektron dimana setiap elektron mempunyai muatan yang

Lebih terperinci